Makalah Thermal
-
Upload
ditz-schneiderlinz -
Category
Documents
-
view
162 -
download
9
description
Transcript of Makalah Thermal
1. Bimetal
Bimetal terdiri dua kata yakni “bi” yang artinya dua dan “metal” yang
artinya logam. Jadi, bimetal merupakan dua keping logam yang disatukan
atau dikeling dan memiliki muai panjang berbeda. Dua logam yang dikeling
disebut dengan keping bimetal.
Misalnya antara besi dan aluminium seperti gambar di atas, di mana
besi mempunyai koefisien muai panjang 11 x 10 –6 /°C dan aluminium
mempunyai koefisien muai panjang 25 x 10 –6 /°C. Bagaimana prinsip kerja
bimetal?
Prinsip Kerja Bimetal
Prinsip kerja bimetal menggunakan konsep pemuaian, khususnya
muai panjang. Jadi, bimetal peka terhadap perubahan suhu. Jika keping
bimetal dipanaskan atau dinaikan suhunya, maka akan melengkung ke arah
logam yang memiliki angka koefisien muai panjangnya kecil. Bila
didinginkan, keping bimetal akan melengkung ke arah logam yang angka
koefisien muai panjangnya besar.
1
Berdasarkan prinsip kerja tersebut, bimetal dipakai sebagai
termostat. Termostat merupakan alat yang memiliki berfungsi ganda yakni
sebagai saklar otomatis dan sebagai pengatur suhu. Sebagai saklar
otomatis biasanya digunakan pada setrika listrik, almari es, bel listrik,
alarm kebakaran, lampu sen mobil atau motor, rice cooker, oven dan lain-
lain. Apabila sudah sampai batas panas yang diinginkan maka bimetal akan
melengkung memutuskan aliran arus listrik dan alat kembali dingin bimetal
akan lurus menghubungkan arus lagi, seperti gambar di bawah ini.
2
Sebagai pengatur suhu atau dikenal dengan nama thermometer
logam, dimana melengkungnya logam dapat diberi skala sehingga setiap
kenaikan lengkungan dapat digunakan untuk menunjukkan kenaikan suhu.
Selain sebagai saklar otomatis dan pengatur suhu, bimetal digunakan
sebagai alat sensor panas otomatis pada alaram kebakaran. Apabila terjadi
kebakaran dan suhu di sekitar panas (bimetal panas ) maka bimetal akan
melengkung menghubungkan arus listrik yang terhubung pada alarm.
Ketika alarm berbunyi petugas segera dapat mengetahui dan dapat segera
menangani agar tidak terjadi kebakaran. Skema prinsip kerja sensor panas
adalah sebagai berikut.
3
2. THERMISTOR
A. Pengertian Thermistor
Thermistor adalah alat atau komponen atau sensor elektronika yang
dipakai untuk mengukur suhu. Prinsip dasar dari termistor adalah
perubahan nilai tahanan (atau hambatan atau werstan atau resistance) jika
suhu atau temperatur yang mengenai termistor ini berubah. Termistor ini
merupakan gabungan antara kata termo (suhu) dan resistor (alat pengukur
tahanan).Termistor ditemukan oleh Samuel Ruben pada tahun 1930, dan
mendapat hak paten di Amerika Serikat dengan nomor #2.021.491.
Thermistor adalah salah satu jenis yang mempunyai koefisien temperatur
yang sangat tinggi.
Fungsi utamanya untuk mengubah nilai resitansi karena adanya temperatur
dalam rangkaian tersebut.
Thermistor terbagi 2 jenis yaitu :
1. Thermistor positif
2. Thermistor negatif
1.Thermistor positif
Pada jenis ini satuan pada inputnya temperatur derajat celcius,
sedangkan pada outputnya resistansi adalah ohm
2.Thermistor negatif
Pada jenis ini input dan outputnya sama dengan thermistor jenis
positif, perbedaannya adalah jika temperatur naik maka resistansinya akan
turun dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini.
4
Proses Kerjanya
Thermistor dibuat dari bahan semikonduktor. Cara kerja Thermistor
yaitu ketika suhu meningkat maka resistansi Thermistor akan menurun. Hal
ini karena Thermistor terbuat dari bahan semikonduktor yang mempunyai
sifat menghantarkan electron ketika suhu naik. Thermistor yanng paling
seering digunakan untuk pengukuran suhu adalah Thermistor dua kawat
meskipun banyak jenis Thermistor.
Mengukur thermistor menggunakan multitester baik digital maupun
analog pada posisi kilo ohm, jika Thermistor tidak mempunyai tahanan
artinya rusak. Nilai Tranducer harus stabil pada suhu kamar dan menurun
ketika ujung tranducer ketika dipanaskan.Setiap penambahan
derajat Thermistor mempunyai perubahan hambatan sangat besar.
Ketika Thermistor dihubungkan ke kontroler adalah cara terbaik untuk
mengukurnya.Pada mode VDC pasang kabel multi meter
dikabel Thermistor. Bila terukur tegangan 5 volt maka artinya tidak ada
hubugan atau tahanan pada Thermistor, jika tegangan 0 volt
maka Thermistor short. Namun jika pada suhu ruangan 25 derajat
maka Thermistor harus mendapat tegangan sebesar 2,5 volt. Namun ada
pula pendingin ruangan yang controllernya menggunakn tegangan 3,3 volt
5
ketika thermistor memutuskan arus dan tegangan 1,7 volt ketika suhu
ruangan 25 derajat.
Karakteristik Sensor Thermistor
- Resistansi tinggi 1kOhm sampai 100 kOhm.
- Ukuran fisik ( disk, manik-manik, batang ) kecil.
- Manik kecil ( small bead diameternya 0,005 inchi )
- Respon waktu cepat, untuk thermistor manik ½ detik.
- Lebih murah dari pada RTD.
- Sensitivitas sangat tinggi ( 1000 kali lebih sensitif dari pada RTD ).
- Perubahan resistansi 10% per nol derajat celsius. Misal resistansi
nominal 10 kOhm.
- Resistansi akan berubah 1kOhm untuk setiap perubahan temperatur
satu derajat celcius.
- Tidak sensitif terhadap shock vibrasi.
- Thermistor dilindungi kapsul ( Plastik, teflon/ material lembam).
- Meperlambat waktu respon karena kontak termal kurang baik.
Bentuk Fisik Thermistor
Bentuk Thermistor
a. Butiran
thermistor ini digunakan pada > 7000 celsius dan memiliki nilai resistansi
100 ohm hingga 1 mega ohm.
b. Thermistor keping
thermistor ini digunakan dengan cara direkatkan langsungn pada benda
yang diukur panasnya.
C. Thermistor batang
digunakan untuk menentukan perubahan panas pada peralatan elektronik,
mempunyai resistansi tinggi dan disipasi dayanya sedang.
6
Konstruksi Thermistor
gambar kostruksi thermistor tipe GM102.
Pemakaian thermistor didasarkan pada 3 karakteristik dasar
a. Karakteristik R ( resistansi ) terhadap T (suhu )
b. Karakteristik R ( resistansi ) terhadap t (waktu)
c. Karakteristik V ( tegangan) terhadap I ( arus )
Prinsip Fisis Sensor Thermistor
1. R3, thermistor dan VRI dipasang seri supaya dapat menentukan
pembagian tegangan yang sesuai yang akan diberikan ke transistor
switching.
2. Tegangan suplai adalah sama dengan jumlah tegangan yang jatuh pada
R3, thermistor dan VR1.
3. Thermistor dipasang pada bagian atas dari VR1 dimaksudkan supaya
pada saat suhu naik tegangan pada titik triger ( basis Transistor = VR1 )
akan mengalami kenaikan.
7
4. anda bisa menukar posisi thermistor dengan VR1 dengan tujuan agar
rangkaian alarm akan aktif pada saat suhu mengalami penurunan
APLIKASI THERMISTOR
Termistor sangat menguntungkan untuk mengukur temperatur, karena
disamping harganya yang murah, termistor memiliki resolusi tinggi dan
memiliki ukuran dan bentuk yang fleksibel. Nilai mutlak dari hambatannya
sangat tinggi jadi untuk kabel yang panjang dan hambatan konstan bisa
ditoleransi. Tanggapan yang lambat (1 ms sampai 10s) bukan hal yang
merugikan untuk aplikasi umum.
1) Pendeteksi dan pengontrol temperaturTermistor-termistor disediakan
sangat murah dan dapat diandalkan sebagai sensor temperaturyang
memiliki rentang yang lebar. Contoh-contoh sederhana jarak dari alarm-
alarm api pada pendeteksi tumor. Kadang-kadang termistor merupakan
bagian dari osilator dan frekwensi keluarannya menjadi fungsi temperatur.
2) CompensasiSebagian besar resistor dan penghubungpada PTC. Termistor
dihubungkan pararel dengan NTC yang komponen-komponennya bisa di
nonaktifkan dengan bantuan temperatur.
3) Seperti pada relay temperatur dan saklar. Kegunaan pada efek-efek
terhadap pemanasan . Sebagai contoh, pengkarakteristikan dengan NTC
bias digunakan untuk mengatur tegangan dan pada penundaan dan waktu
sirkuit. Pengkarakterisasian dengan PTC digunakan untuk memproteksi
gelombang.
4) Pengukuran yang tidak langsung pada parameter-parameter lain. Ketika
termistor mengalami pemanasan atau ketika termistor berada dekat dengan
sumber kalor, termistor akan menilai perubahan yang bergantung pada
temperatur yang dilingkiupinya. Disini bisa dipakai untuk mengatur tingkat
pencairan, aliran gas, tingkat pemvakuman dan lain sebagainya.
5) Detektor gelombang yang memiliki panjang gelombang yang
lebarAplikasi termistor pada fhoto detektor panjang gelombang dihasilkan
pada salah satu detektor suhu yang disebut dengan termistor balometer.
8
Pengertian Termistor Beserta Aplikasinya
Termistor (thermistor) adalah komponen semikonduktor yang
memiliki tahanan (resistansi) yang dapat berubah dengan
suhu/temperature. Thermistor merupakan singkatan dari thermally
sensitive resistor, yang berarti resistor yang peka atau sensitif terhadap
suhu. Ada dua jenis termistor, yaitu: PTC (Positive Temperature Coefficient)
dan NTC (Negative Temperature Coefficient ). Termistor PTC adalah jenis
termistor yang nilai resistansinya meningkat dengan meningkatnya suhu.
Sedangkan, termistor NTC adalah jenis termistor yang tahanannya atau
resistansinya menurun ketika suhu meningkat. berikut ini gambar simbol
termistor.
simbol termistor
Termistor NTC adalah termistor yang pertama kali ada dan di
temukan pada tahun 1833 oleh Michael Faraday. Faraday melaporkan
perilaku dari semikonduktor sulfida perak, ia melihat resistansi dari sulfida
perak yang menurun drastis karena suhu meningkat. Namun, karena
sulitnya pembuatan termistor tersebut serta aplikasi-aplikasinya untuk
9
teknologi terbatas, pembuatan termistor secara komersil tidak pernah di
mulai sampai tahun 1930. Pembuatan termistor komersil baru di buat oleh
Samuel Ruben pada tahun 1930.
Termistor digunakan dalam berbagai aplikasi, dan berikut ini beberapa
aplikasi termistor yang paling populer:
1.Sensor suhu
Mungkin ini sudah sangat jelas, termistor berfungsi sebagai sensor
suhu yang biasa digunakan dalam berbagai aplikasi. Termistor merupakan
salah satu jenis sensor suhu yang paling akurat dalam pengukurannya,
selain itu termistor memiliki stabilitas jangka panjang yang sangat baik
(tidak terpengaruh oleh penuaan), mungkin inilah salah satu alasan yang
menjadikan termistor begitu di terima menjadi sensor yang paling
menguntungkan untuk banyak aplikasi, termasuk pengukuran suhu dan
kontrol. Termistor berbeda dengan RTD (Resistor Temperature Detector),
bahan-bahan termistor umumnya merupakan keramik atau polimer,
sementara RTD menggunakan logam murni. Termistor juga memiliki waktu
respon yang lebih cepat dari pada RTD. Selain itu RTD juga digunakan
dalam rentang suhu yang lebih besar, sementara termistor hanya dalam
rentang suhu yang terbatas sekitar - 90⁰ C sampai 130⁰ C, namun termistor
mungkin memiliki ke akuratan pengukuran yang lebih baik dibanding RTD.
2.Pembatas lonjakan arus
10
Termistor biasanya juga digunakan sebagai pembatas lonjakan arus.
Termistor membatasi lonjakan arus untuk menghindari kerusakan
komponen secara bertahap dan untuk mencegah sekring atau juga circuit
breaker putus atau trip. Jenis termistor yang biasanya digunakan sebagai
pembatas arus ini adalah termistor NTC. Jadi pada awalnya resistansi
termistor yang tinggi akan menahan aliran arus yang besar, dan ketika
dalam beberapa detik arus terus mengalir, termistor NTC akan memanas,
sehingga resistansinya menurun dan memungkinkan arus normal mengalir
ke rangkaian.
3.Proteksi sirkuit
Termistor juga bisa digunakan untuk melindungi sirkuit atau
rangkaian dengan cara memutus aliran arus (sebagai pengganti sekring).
Jenis termistor yang digunakan untuk melindungi sirkuit ini adalah
termistor PTC. Jadi pada normalnya termistor PTC akan membolehkan
aliran arus mengalir ke rangkaian, dan ketika ada arus berlebih yang
mengalir melalui termistor, maka termistor PTC akan memanas, dan
memanasnya suhu atau meningkatnya suhu ini akan meningkatkan
resistansi dari termistor PTC, sehingga
aliran arus akan terhambat atau terputus.
Gambar rangkaian yang ditunjukkan di bawah ini akan menjelaskan
bagaimana sebuah rangkaian sederhana yang akan aktif ketika suhu atau
temperatur meningkat. Dimana rangkaian tersebut menggunakan
komponen thermistor, resistor tetap, transistor dan tegangan supply. Jadi
begini, resistansi termistor akan menurun saat suhu meningkat, sehingga
termistor menyuplai arus basis transistor, yang transistor akan aktif dan
menjadi konduktor mengalirkan arus ke beban. Nilai resistor tetap
tergantung pada termistor yang digunakan.
11
3. THERMOCOUPLE
Thermocouple adalah salah satu jenis alat ukur temperatur yang
menggunakan prinsip termoelektris pada sebuah material. Seperti yang
telah saya singgung pada artikel sebelumnya, alat ini tersusun atas dua
konduktor listrik dari material yang berbeda yang dirangkai membentuk
sebuah rangkaian listrik. Jika salah satu dari konduktor tersebut dijaga
pada temperatur yang lebih tinggi daripada konduktor lainnya sehingga ada
diferensial temperatur, maka akan timbul efek termoelektris yang
menghasilkan tegangan listrik. Besar tegangan listrik yang terbentuk
tergantung dari jenis material konduktor yang digunakan, serta besar
perbedaan temperatur antara dua konduktor tersebut.
12
Thermocouple
Komponen utama dari thermocouple adalah dua jenis logam
konduktor listrik yang berbeda yang dirangkai sedemikian rupa sehingga
pada saat salah satu logam terkena sumber panas, sedangkan logam yang
lain dijaga di temperatur yang tetap, maka rangkaian tersebut akan
menghasilkan tegangan listrik tertentu yang nilainya sebanding dengan
temperatur sumber panas. Penentuan kombinasi logam konduktor yang
digunakan pada thermocouple mempengaruhi besar energi listrik yang akan
dibangkitkan. Penentuan nilai tegangan listrik dari beberapa kombinasi
konduktor dapat digambarkan pada grafik di bawah ini, data tersebut
didapatkan dari pengujian laboratorium. Karakteristik yang berbeda-beda
dari setiap kombinasi logam konduktor ini akan bermanfaat bagi kita dalam
menentukan thermocouple yang tepat untuk digunakan pada berbagai
rentan temperatur dan media yang berbeda-beda.
13
Prinsip Kerja Thermocouple
Komponen konduktor thermocouple dapat dirangkai secara seri
maupun paralel sesuai dengan kebutuhan yang ada. Jika dirangkai secara
seri, maka nilai tegangan total adalah jumlah dari keseluruhan tegangan
yang dibangkitkan oleh masing-masing pasangan konduktor. Sedangkan
jika disusun secara paralel, dan dengan syarat tiap-tiap pasangan konduktor
memiliki nilai tahanan yang sama, maka besar tegangan total yang
dibangkitkan adalah nilai rata-rata dari tegangan yang dibangkitkan oleh
masing-masing konduktor. Kemampuan thermocouple untuk dirangkai
secara seri maupun paralel ini bermanfaat pada saat dibutuhkannya
pengukuran temperatur dengan rentan yang kecil serta ketelitian yang
tinggi.
Grafik Tegangan Beberapa Kombinasi Logam Konduktor
Setiap kombinasi konduktor yang digunakan pada thermocouple
menentukan rentan temperatur yang dapat dibaca oleh thermocouple
tersebut. Penentuan material konduktor yang cocok pada rentan
temperatur kerja tertentu sangat dipengaruhi oleh ketahanan material
14
tersebut terhadap proses oksidasi yang terjadi pada temperatur kerja yang
diinginkan. Sedangkan keawetannya dipengaruhi oleh ukuran kawat yang
digunakan, jenis osilator yang digunakan, serta kondisi lingkungan
kerjanya. Sebagai contoh, tabel berikut menjabarkan beberapa jenis
kombinasi konduktor serta karakteristik temperatur kerjanya.
Semua jenis thermocouple dengan berbagai tipe material, akan
mengalami penurunan fungsi jika digunakan untuk mengukur temperatur di
atas batas kemampuan ukurnya. Hal ini terutama terjadi jika digunakan
untuk mengukur temperatur gas atau udara. Untuk mengatasi masalah ini
digunakan sistem insulasi untuk melindungi kawat thermocouple dari efek
penurunan fungsi tersebut. Jenis insulasi yang umum digunakan adalah
magnesium oksida. Magnesium oksida ini membungkus kawat
thermocouple, dan selanjutnya bahan dari baja digunakan sebagai
pembungkus yang paling luar.
15
Thermocouple Dengan Insulasi
Ada dua jenis thermocouple yang menggunakan insulasi, yaitu
grounded type dan ungrounded type. Kawat sensor thermocouple grounded
type ter-grounding pada lapisan baja yang terluar, menghasilkan hasil
sensor temperatur yang responsif untuk perubahan temperatur yang cepat
namun thermocouple jenis ini tidak dapat dirangkai secara seri maupun
paralel. Sedangkan thermocouple tipe ungrounded, kawat sensor tidak ter-
grounding pada sisi luarnya. Tipe thermocouple yang kedua ini sangat
cocok jika digunakan untuk dirangkai secara paralel maupun seri.
16
Contoh Instalasi Thermocouple pada Sebuah Pipa Boiler
Gambar di atas merupakan salah satu contoh instalasi thermocouple
pada sebuah bagian pipa boiler dengan tujuan untuk mengukur temperatur
metal pipa boiler tersebut. Kawat sensor thermocouple yang terinsulasi
ditanamkan kesebentuk logam (pad) sebelum dilas pada pipa boiler. Jika
pad dari thermocouple tersebut terekspos oleh temperatur luar yang
berbeda dengan temperatur bagian yang diukur, maka cara instalasi ini
tidak cocok untuk digunakan, karena bagian pad tersebut akan menyerap
panas dari sumber luar tersebut. Untuk metode instalasi thermocouple yang
lainnya akan kita bahas pada artikel selanjutnya.
Sinyal yang keluar dari thermocouple adalah berupa voltase listrik
berukuran milivolt. Maka pada rangkaian thermocouple diperlukan
potensiometer untuk membaca sinyal listrik tersebut. Selain itu diperlukan
juga alat konverter milimeter menjadi nilai temperatur sesuai dengan yang
dibutuhkan. Alat konverter ini harus terkalibrasi dengan sempurna untuk
mendapatkan hasil pembacaan yang baik. Ada juga potensiometer jenis lain
yang ia juga sekaligus sebagai konverter, sehingga hasil pembacaan yang
17
keluar dari potensiometer tersebut sudah berupa temperatur aktual benda
yang diukur.
4. RTD (Resistance Temperature Detector)
RTD yang merupakan singkatan dari Resistance Temperature
Detector adalah sensor suhu yang pengukurannya menggunakan prinsip
perubahan resistansi atau hambatan listrik logam yang dipengaruhi oleh
perubahan suhu. RTD adalah salah satu sensor suhu yang paling banyak
digunakan dalam otomatisasi dan proses kontrol.
18
Pada tipe elemen wire-wound atau tipe standar, RTD terbuat dari
kawat yang tahan korosi, yang dililitkan pada bahan keramik atau kaca,
yang kemudian ditutup dengan selubung probe sebagai pelindung.
Selubung probe ini biasanya terbuat dari logam inconel (logam dari paduan
besi, chrom, dan nikel). Inconel dipilih sebagai selubung dari RTD karena
tahan korosi dan Ketika ditempatkan dalam medium cair atau gas, selubung
inconel cepat dalam mencapai suhu medium tersebut. Antara kawat RTD
dan selubung juga terdapat keramik (porselen isolator) sebagai pencegah
hubung pendek antara kawat platina dan selubung pelindung. Perhatikan
gambar dibawah ini.
Sedangkan jenis logam untuk kawat dari RTD umumnya adalah
platina. Kawat RTD biasanya juga terbuat dari tembaga dan nikel. Namun
platina adalah bahan yang paling umum digunakan, karena memiliki tingkat
akurasi yang lebih baik dan rentang suhu yang lebih luas.
Prinsip kerja RTD
Ketika suhu elemen RTD meningkat, maka resistansi elemen tersebut
juga akan meningkat. Dengan kata lain, kenaikan suhu logam yang menjadi
elemen resistor RTD berbanding lurus dengan resistansinya. elemen RTD
biasanya ditentukan sesuai dengan resistansi mereka dalam ohm pada nol
derajat celcius (0⁰ C). Spesifikasi RTD yang paling umum adalah 100 Ω
19
(RTD PT100), yang berarti bahwa pada suhu 0⁰ C, elemen RTD harus
menunjukkan nilai resistansi 100 Ω.
Dalam praktiknya, arus listrik akan mengalir melalui elemen RTD
(elemen resistor) yang terletak pada tempat atau daerah yang mana
suhunya akan diukur. Nilai resistansi dari RTD kemudian akan diukur oleh
instrumen alat ukur, yang kemudian memberikan hasil bacaan dalam suhu
yang tepat, pembacaan suhu ini didasarkan pada karakteristik resistansi
yang diketahui dari RTD.
Elemen sensor RTD mempunyai dua tipe konfigurasi yang paling umum,
yaitu
1. Wire-wound
Seperti yang dijelaskan pada sebelumnya, wire-wound merupakan
tipe elemen yang terdiri dari kumparan kawat logam (platina) yang melilit
keramik atau kaca, yang ditempatkan atau ditutup dengan selubung probe
sebagai pelindung.
2. Thin-film
Thin-film merupakan tipe elemen RTD yang terdiri dari lapisan bahan
resistif yang sangat tipis (umumnya platina), yang diletakkan pada substrat
keramik yang kemudian dilapisi dengan epoxy atau kaca sebagai segel atau
pelindungnya.
20
RTD memiliki 3 macam konfigurasi koneksi kabel yaitu: 2 wire, 3 wire, dan
4 wire RTD.
Sama halnya seperti platina, Tembaga (kabel) juga memiliki nilai
resistansi. Resistansi sepanjang kabel tembaga ini dapat berdampak pada
pengukuran resistansi yang dilakukan oleh instrumen alat ukur. RTD 2
kabel (2 wire) praktis tidak memiliki perhitungan resistansi yang terkait
dengan kabel tembaga, sehingga mengurangi keakuratan pengukuran
elemen sensor suhu RTD. Akibatnya RTD 2 wire umumnya hanya digunakan
untuk kebutuhan pengukuran suhu perkiraan saja.
RTD 3 kabel (3 wire) adalah spesifikasi yang paling umum yang biasa
digunakan pada aplikasi-aplikasi di industri. RTD 3 wire menggunakan
rangkaian pengukuran jembatan wheatstone untuk mengkompensasi nilai
resistansi kabel. Perhatikan gambar di bawah ini.
Dalam konfigurasi RTD 3 wire ini, kabel “A” dan “B” harus memiliki
kedekatan atau panjang yang sama. Panjang kabel ini sangat berarti karena
21
tujuan dari jembatan wheatstone adalah untuk membuat impedansi dari
kabel A dan B. Dan kabel C berfungsi sebagai pembawa arus yang sangat
kecil.
RTD 4 kabel (4 wire) adalah konfigurasi yang paling akurat dari yang
lainnya. Karena dalam RTD 4 kabel ini dapat sepenuhnya mengkompensasi
resistansi dari kabel, tanpa perlu memberikan perhatian khusus pada
panjang masing – masing kabel.
Kelebihan dan kekurangan RTD bila dibandingkan dengan Thermocouple
Rentang pengukuran: RTD dapat mengukur suhu hingga 1000⁰ C,
akan tetapi sulit mendapatkan pengukuran yang akurat dari RTD
dengan suhu diatas 400⁰ C. Termokopel dapat mengukur suhu sampai
1700⁰ C. Umumnya RTD digunakan pada suhu dibawah 850⁰ C, dan
bila suhu diatas 850⁰ C biasanya menggunakan termokopel.
Pengukuran suhu di industri biasanya 200⁰ C sampai 400⁰ C, sehingga
RTD mungkin menjadi pilihan terbaik dalam kisaran suhu tersebut.
Waktu respon (response time): RTD mempunyai respon yang cepat
terhadap perubahan suhu akan tetapi kemampuan termokopel dalam
merespon suhu jauh lebih cepat.
Getaran (vibration): termokopel tidak terpengaruh terhadap getaran,
sedangkan RTD terpengaruh bila ada getaran atau goncangan,
sehingga bila RTD diperlukan maka RTD thin-film biasa digunakan
karena RTD thin-film lebih tahan terhadap getaran bila dibandingkan
dengan RTD standar.
Pemanasan sendiri (self-heating): sebuah RTD terdiri dari kawat atau
pelapis yang sangat halus dan membutuhkan tegangan dari power
supply, sedangkan termokopel tidak memerlukan. Meskipun arus
yang diperlukan hanya sekitar 1 mA sampai 10 mA, hal ini dapat
menyebabkan elemen platina RTD “memanas”. Sehingga
22
mempengaruhi tingkat akurasi pengukuran. Hal ini mungkin terjadi
bila kabel ekstensi panjang digunakan, sehingga daya yang lebih
besar mungkin diperlukan untuk mengatasi hambatan atau resistansi
kabel, dan hal ini mengakibatkan masalah pemanasan sendiri (self-
heating) meningkat.
Akurasi pengukuran: secara umum RTD lebih akurat daripada
termokopel. RTD menghasilkan akurasi hingga 0,1⁰ C sedangkan
termokopel hanya 1⁰ C.
Stabilitas: stabilitas jangka panjang dari RTD sangat baik, yang
berarti pembacaan yang akan berulang dan stabil dalam waktu yang
lama. Sedangkan termokopel cenderung tidak stabil karena EMF yang
dihasilkan oleh termokopel dapat berubah dari waktu ke waktu
karena oksidasi, korosi, dan perubahan lain dalam sifat metalurgi dari
elemen sensor atau penginderaan.
Harga: meskipun ini bukan masalah teknis tapi mungkin ini penting,
termokopel memiliki harga yang jauh lebih murah daripada RTD.
23
5. LM35
Sensor LM35 bekerja dengan mengubah besaran suhu menjadi
besaran tegangan. Tegangan ideal yang keluar dari LM35 mempunyai
perbandingan 100°C setara dengan 1 volt. Sensor ini mempunyai
pemanasan diri (self heating) kurang dari 0,1°C, dan dapat dioperasikan
dengan menggunakan power supply tunggal dan dapat dihubungkan antar
muka (interface) rangkaian control yang sangat mudah. IC LM 35 sebagai
sensor suhu yang teliti dan terkemas dalam bentuk Integrated Circuit (IC),
dimana output tegangan keluaran sangat linear terhadap perubahan suhu.
Sensor ini berfungsi sebagai pegubah dari besaran fisis suhu ke besaran
tegangan yang memiliki koefisien sebesar 10 mV /°C yang berarti bahwa
kenaikan suhu 1° C maka akan terjadi kenaikan tegangan sebesar 10 mV.
IC LM 35 ini tidak memerlukan pengkalibrasian atau penyetelan dari
luar karena ketelitiannya sampai lebih kurang seperempat derajat celcius
pada temperature ruang. Jangka sensor mulai dari – 55°C sampai dengan
150°C. IC LM35 penggunaannya dapat dikatakan sangat mudah, dapat
dialiri arus sebesar 60 μ A dari supplay sehingga panas yang ditimbulkan
sendiri sangat rendah kurang dari 0 ° C di dalam suhu ruangan.
24
Gambar 1. Bentuk Fisik Sensor LM35
Adapun keistimewaan dari IC LM 35 adalah :
Ø Kalibrasi dalam satuan derajat celcius.
Ø Lineritas +10 mV/ º C.
Ø Akurasi 0,5 º C pada suhu ruang.
Ø Range +2 º C – 150 º C.
Ø Dioperasikan pada catu daya 4 V – 30 V.
Ø Arus yang mengalir kurang dari 60 μ A
Cara Kerja Sensor LM35
Dalam prakteknya proses antarmuka sensor LM35 dapat dikatakan
sangat mudah. Pada IC sensor LM35 ini terdapat tiga buah pin kaki yakni
Vs, Vout dan pin ground. Dalam pengoperasiannya pin Vs dihubungkan
dengan tegangan sumber sebesar antara 4 – 20 volt sementara pin Ground
dihubungkan dengan ground dan pin Vout merupakan keluaran yang akan
mengalirkan tegangan yang besarnya akan sesuai dengan suhu yang
diterimanya dari sekitar.
Gambar 2. Rangkaian Dasar LM35
25
Prinsip kerja alat pengukur suhu ini, adalah sensor suhu difungsikan
untuk mengubah besaran suhu menjadi tegangan, dengan kata lain panas
yang ditangkap oleh LM35 sebagai sensor suhu akan diubah menjadi
tegangan. Sedangkan proses berubahnya panas menjadi tegangan
dikarenakan di dalam LM35 ini terdapat termistor berjenis PTC (Positive
Temperature Coefisient), yang mana termistor inilah yang menangkap
adanya perubahan panas. Prinsip kerja dari PTC ini adalah nilai
resistansinya akan meningkat seiring dengan meningkatnya temperature
suhu. Resistansi yang semakin besar tersebut akan menyebabkan tegangan
output yang dihasilkan semakin besar.
26