Penelitian Sejarah Hukum

23
PENELITIAN TERHADAP SEJARAH HUKUM Makalah Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas perkuliahan, pada mata kuliah Metode Penelitian Hukum, Semester Ganjil, Tahun Akademik 2015 - 2016 Disusun Oleh : Nama : Dyasmin Caesa Dealma (131000189) Islamia Ayu Anindya (131000171) Bayu Nur Fajar (131000187) M. Mahardika (131000191) Ahmad Taufik (131000200) Hilman Maulana (131000210) Imam Taufik (131000375) Ilham A. H. (131000208) Kelas : E Di bawah Bimbingan : Hesti 1

description

Penelitian

Transcript of Penelitian Sejarah Hukum

Page 1: Penelitian Sejarah Hukum

PENELITIANTERHADAP SEJARAH HUKUM

Makalah

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas perkuliahan, pada mata kuliah Metode Penelitian Hukum, Semester Ganjil, Tahun Akademik 2015 - 2016

Disusun Oleh :Nama : Dyasmin Caesa Dealma (131000189)

Islamia Ayu Anindya (131000171)Bayu Nur Fajar (131000187)M. Mahardika (131000191)Ahmad Taufik (131000200)Hilman Maulana (131000210)Imam Taufik (131000375)Ilham A. H. (131000208)

Kelas : E

Di bawah Bimbingan :Hesti

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS PASUNDAN

2015

1

Page 2: Penelitian Sejarah Hukum

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu

tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya

penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata

kuliah Metode Penelitian Hukum

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami

hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini

tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan semua pihak terkait, sehingga

kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu, yang kami

sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan

berita. Makalah ini di susun oleh kami dengan berbagai rintangan. Baik itu yang

datang dari diri kami sendiri maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh

kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat

terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan

menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa

Universitas Pasundan. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan

dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta

masukannya demi perbaikan pembuatan makalah ini di masa yang akan

datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Bandung, 15 Oktober 2015

Tim Penyusun

i

Page 3: Penelitian Sejarah Hukum

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………….. i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………. ii

BAB I

PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang ………………………………………………. 1

B. Rumusan Masalah……………………………………………. 2

C. Tujuan Permasalahan………………………………………… 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dari Penelitian………….. ………………..….….. 4

B. Masa Besluiten Regering (1800-1855) ………………..…….

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………… 7

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… iii

ii

Page 4: Penelitian Sejarah Hukum

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perbincangan sejarah hukum mempunyai arti penting dalam rangka

pembinaan hukum nasional, oleh karena usaha pembinaan hukum tidak saja

memerlukan bahan-bahan tentang perkembangan hukum masa kini saja,

akan tetapi juga bahan-bahan mengenai perkembangan dari masa lampau.

Melalui sejarah hukum kita akan mampu menjajaki berbagai aspek hukum

Indonesia pada masa yang lalu, hal mana akan dapat memberikan bantuan

kepada kita untuk memahami kaidah-kaidah serta institusi-institusi hukum

yang ada dewasa ini dalam masyarakat bangsa kita.

Apa yang sejak lama disebut sejarah hukum, sebenarnya tak lain dari

pada pertelaahan sejumlah peristiwa-peristiwa yuridis dari zaman dahulu

yang disusun secara kronologis, jadi adalah kronik hukum. Dahulu sejarah

hukum yang demikian itupun disebut “antiquiteiter”, suatu nama yang

cocok benar. Sejarah adalah suatu proses, jadi bukan sesuatu yang berhenti,

melainkan sesuatu yang bergerak; bukan mati, melainkan hidup.

Hukum sebagai gejala sejarah berarti tunduk pada pertumbuhan yang

terus menerus. Pengertian tumbuh membuat dua arti yaitu perobahan dan

stabilitas. Hukum tumbuh, berarti bahwa ada terdapat hubungan yang erat,

sambung-menyambung atau hubungan yang tak terputus-putus antara

hukum pada masa kini dan hukum pada masa lampau.

Hukum pada masa kini dan hukum pada masa lampau merupakan satu

kesatuan. Itu berarti, bahwa kita dapat mengerti hukum kita pada masa kini,

hanya dengan penyelidikan sejarah, bahwa mempelajari hukum secara ilmu

pengetahuan harus bersifat juga mempelajari sejarah.

1

Page 5: Penelitian Sejarah Hukum

Sejarah hukum dapat memberikan pandangan yang luas bagi kalangan

hukum, karena hukum tidak mungkin berdiri sendiri, senantiasa dipengaruhi

oleh berbagai aspek kehidupan lain dan juga mempengaruhinya. Hukum

masa kini merupakan hasil perkembangan dari hukum masa lampau, dan

hukum masa kini merupakan dasar bagi hukum masa mendatang. Sejarah

hukum akan dapat melengkapi pengetahuan kalangan hukum mengenai hal-

hal tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Penelitian ?

2. Bagaimana tahapan-tahapan dalam Penelitian Sejarah Hukum ?

C. Tujuan Permasalahan

1. Untuk mengetahui pengertian dari pada Penelitian

2. Untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam penelitian sejarah hokum

3. Untuk memenuhi tugas Metode Penelitian Hukum

2

Page 6: Penelitian Sejarah Hukum

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Penelitian

Penelitian pada dasarnya merupakan suatu upaya pencarian dan

bukannya sekedar mengamati dengan teliti terhadap suatu objek yang

mudah terpegang, ditangan. Penelitian merupakan terjemahan dari bahasa

inggris Research, yang berasal dari kata Re (kembali) dan to Search

(mencari). Dengan demikian, secara logawiyah berarti mencari kembali.

Pada dasarnya yang dicari itu tidak lain adalah pengetahuan lebih

tepatnya. Tujuan penelitiaan adalah

1. a. mendapatkan pengetahuan tentang suatu gejala, sehingga dapat merumuskan

masalah.

b. memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang suatu gejala, sehingga

dapat merumuskan hipotesa.

2. Untuk menggambarkan secara lengkap karakteristik atau ciri-ciri dari :

a. Suatu keadaan

b. Perilaku pribadi

c. Perilaku kelompok

Tanpa didahului hipotesa (tetapi harus ada masalah)

Jenis-jenis penelitian :

Penelitian Empiris

Penelitian Normatif

3

Page 7: Penelitian Sejarah Hukum

4

Page 8: Penelitian Sejarah Hukum

2. Tahapan-tahapan dalam penelitian sejarah hukum

Sebagaimana halnya dengan perbandingan hukum, maka sejarah

hukum dalam penelitian hukum normatif merupakan suatu metode. Sebagai

cabang dari ilmu kenyataan, maka sejarah hukum merupakan suatu ilmu

pengetahuan. Sebagai metode, maka sejarah hukum berusaha mengadakan

identifikasi terhadap tahap-tahap perkembangan hukum, yang dapat

dipersempit ruang lingkupnya menjadi sejarah perundang-undangan. Yang

penting adalah kegiatan ilmiah untuk mencoba menyusun pentahapan

perkembangan hukum atau perkembangan perundang-undangan.

Kalau perundang-undangan di Indonesia hendak diteliti dengan

mempergunakan metode sejarah, maka lazimnya diadakan pertahaban

dahulu. Pentahapan itu adalah, sebagai berikut (Purnadi Purbacaraka dan

Soekamto 1979 : 27 dan seterusnya)

1. Masa Besluiten Regering (tahun 1800-1855)

2. Masa R.R (1854/1855-1926/1927)

3. Masa I.S (1926/1927-1942)

4. Masa Penjajahan Jepang (1942-1945)

5. Masa Kemerdekaan (sesudah tahun 1945)

a. Masa Republik Indonesia 1945

b. Masa Republik Indonesia Serikat

c. Masa Republik Indonesia 1950

d. Masa Kembali ke Undang-Undag Dasar 1945

Sesudah pentahapan masa-masa tersebut disusun, maka peneliti

mengidentifikasikan beberapa permasalahan yang ingin diteliti, misalnya,

siapa pembentuk Undang-undang dalam arti meteril, untuk siapa dan

dimana berlakunya Undang-undang itu, dimana di umumkan UU itu, dan

seterusnya.

3

Page 9: Penelitian Sejarah Hukum

A. Masa Besluiten Regering (1800-1855)

Ketika kongsi perdagangan Belanda yang dikenal dengan nama VOC

dibubarkan pada tahun 1799 karena jatuh pailit, maka sejak tahun 1800

daerah-daerah atau tanah-tanah milik VOC dinusantara, diambil oleh negara

Belanda dan ditaruh dibawah kerajaan Belanda. Hak raja atas daerah-daerah

tersebut tercantum dalam Undang-Undang Belanda (Nederland Grondweb)

tahun 1814 pasal 36.

Pada masa tersebut hanya raja yang berkuasa untuk mengurus dan

mengatur segala sesuatunya di daerah jajahan, walaupun didalam praktek

dilakukan oleh wakil raja dijajahan daerah nusatara.

Pemerintah jajahan pada masa itu haya didasarkan atas satu macam

peraturan yang dikeluarkan oleh raja, yaitu bentuk Peraturan Pusat

(Aglemene Verordening) yang disebut “Koninkjlijk Besluit”.

Sebagai catatan ada baiknya untuk diketahui, bahwa K.B mempunyai

sifat-sifat:

a. Sebagai tindakan eksekutif (tata usaha) dan merupakan ketetapan

(Beschiking) misalnya pengagkatan gubernur jendral

b. Sebagai tindakan legislatif dan merupakan peraturan (Aglemeen

Verodening) yang mempunyai isi tindakan legislatif, dalam perundag-

undagan negeri Belanda disebut juga “Algemeen Maatregel van

Bestuur” disingkat A.M.V.B

Sejarah lembaga-lembaga tertentu tadi dapat ditelaah dalam berbagai

bahan, baik bahan hukum maupun bahan non hukum . kalau yang

dipergunkan adalah bahan hukum primer, maka sejarah suatu lembaga

tertentu dapat ditelaah dengan cara meneliti perundang-undangan yang

mengatur lembaga tersebut sejak semula ada. Misalnya, sejarah

pemerintahan desa di Indonesia dapat ditelaah dari berbagai perundang-

4

Page 10: Penelitian Sejarah Hukum

undagna sejak zaman hindia Belanda. Contohnya adalah, (Bayu surianingrat

1980 : 7 dst)

“hingga sekarang dikenal hanya 2 UU yang mengatur hal-hal pokok

mengenai pemerintahan desa yaitu:

1. I.G.O dan I.G.O.B ( Inlandse Gemeente Ordonnatie Stbl. No. 83/1906,

dan Indlandse Gemeente Ordonanntie Buitengewesten Stbl. No.

490/1938).

2. UU no. 5/1979 tentang pemerintahan desa.

Kalau perundang-undangannya sudah diidentifikasikan barulah

disusun deskripsinya secara analitis :

“I.G.O dan I.G.O.B adalah peraturan yang dikeluarkan oleh

pemerintah Hindia Belanda.”

I.G.O hanya berlaku di Jawa dan Madura. I.G.O.B berlaku diluar Jawa

dan Madura. Yang dimaksud dengan “ Buitengewesten” (wilayah luar

adalah wilayah luar Jawa dan Madura). Semula untuk tiap wilayah (Gewest)

diluar Jawa, misalnya, untuk distrik-distrik di Lampung, Bangka, dan

sekitarnya. Tetapi pada tahun 1938 Ordonasi-ordinasi tersebut dicabut dan

diganti dengan hanya satu ordonasi yaitu I.G.O.B no. 490/1938, termakusd

diatas.

I.G.O dan I.G.O.B berlaku melewati masa Hindia-Belanda yang

berakhir pada tahun 1942, menembus masa pendudukan Jepang tahiun

1942-1945, bahkan jauh memasuki zaman NKRI, secara tidak langsung

sampai 1979.

Karena pada thaun 1965 dikeluarkan UU Desa Praja, meskipun UU

ini sebenarnya tidak mengatur pemerintahan Desa, melainkan menghapus

Desa untuk dijadikan sebagai organisasi peralihan bagi terbentuknya daerah

tingkat III. Sasaran utama dan hakikat UU no. 19/1965 memang menghapus

Desa tetapi UU ini tidak sempat dilaksanakan karena pada tahun itu juga

5

Page 11: Penelitian Sejarah Hukum

harus ditinjau kembali berhubung dengan terjadinya ketatanegaraan.

Kemudian secara hukum dicabut oleh UU no. 6/1969 tentang tidak

berlakunya UU diantaranya UU no. 19/1965 “dengan demikian kenyataan

dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa yang setingkat dengan Desa

diluar Jawa-Madura, tetap menurut I.G.O dan I.G.O.B sepanjang tidak

bertentangan dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku tetapi

mulai berlakunya pencabutan UU no. 19/1965 adalah pada saat mulai

berlakunya UU penggantinya yaitu UU no. 5/1979 tentang pemerintahan

Desa.

Adanya satu UU berarti adanya desa yang seragam diseluruh wilayah

Indonesia. Kesamaan ini mengakibatkan perlunya diadakan pembentukan

kembali atau lebih tepatnya penyesuaian Desa yang ada, terutama diluar

Jawa dan Madura, terkandung dalam UU no. 5/1979 tentang Pemerintahan

Desa.

Pemerintahan Hindia Belanda sampai dengan keruntuhannya tidak

mampu untuk menyeragamkan Desa. Ordonansi yang berbeda-beda

dikeluarkan, yang mengakibatkan beraneka ragamnya “Inlandse

Gemmente”.

Contoh lain dari penggunaan sejarah hukum sebagai metode untuk

meneliti perkembangan suatu gejala hukum, adalah sebagaimana

dikemukakan oleh Lev, mengenai perkembangan kekuasaan yudisial di

Indonesia, khususnya sampai diterbitkannya UU no. 13 tahun 1961, UU no.

15 tahun 1961 dan UU no. 14 tahun 1970.

6

Page 12: Penelitian Sejarah Hukum

Contoh lainnya adalah :

Misalnya, seorang peneliti mengenai pemerintahan daerah menurut UUD 1945 akan menanyakan apakah otonomi daerah memang merupakan kehendak UUD 1945? dalam hal demikian peneliti tidak dapat hanya bersandar pada konsiderans menimbang huruf a undang undang no 32 tahun 2004 yang berbunyi:

“ bahwa dalam rangka penyelengaraan daerah sesuai dengan amanat UUD republic Indonesia 1945, pemerintah daerah yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningktan, pelayanan, pemberdayaan, dan perah serta masyarakat serta peningkatan daya saing daerah dengan memerhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan dalam suatu daerah sistem Negara kesatuan republic Indonesia”

Apabila ditelaah, dasar pertama pertimbangan tersebut berbeda dengan dasar pertimbangan pertama yang tertuang di dalam UU no 22 tahun 1999 yang berbunyi:

“bahwa sistem pemerintahan Negara kesatuan republic Indonesia menurut undang undang dasar 1945 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah”

undang undang ini didasarkan kepada UUD 1945 sebelum diamandemen. Lalu pertanyaannya apakah benar UUD 1945 yang asli memang menghendaki adanya otonomi daerah? dalam menjawab pertanyaan tersebut peniliti perlu melacak secara historis perkembangan UU pemerintahan daerah sejak UU no 1 tahun 1945.

Dengan menggunakan pendekatan historis, peneliti misalnya dapat menelaah perkembangan prinsip kebebasan berkontrak. Di dalam pandangan eropa continental, asa kebebasan berkontrak merupakan konsekuensi dari dua asas lainnya dalam perjanjian, yaitu konsensualisme dan kekuatan mengikat suatu perjanjian yang lazim disebut sebagai pacta sunt servanda. Konsensualisme berhubungan dengan terjadinya perjanjian, pacta sunt servanda berkaitan dengan akibat adanya perjanjian yaitu terikatnya para pihak yang mengadakan perjanjian, sedangkan kebebasan berkontrak menyangkut isi perjanjian. Hukum romawi telah mengembangkan secara luas pengertian perjanjian. di dalam hukum tersebut telah dikenal istilah istilah contractus verbis (kontrak lisan), contractus litteris (kontrak tertulis), contracttus re (kontrak mengenai hal hal yang disebut di dalam undang undang) dan contractus ex consensus (kontrak berdasarkan kesepakatan). dengan ditambahkannya contractus innominati (kontrak khusus yang tidak sebut di dalam undang undang) ke dalam contractus re, hukum romawi menetapkan syarat yang ketat bahwa perjanjian perjanjian, dengan sedikit perkecualian, hanya berlaku apabila dibuat dalam bentuk tertentu didalam apa yang disebut sebagai acta nuda,

7

Page 13: Penelitian Sejarah Hukum

yaitu suatu perjanjian yang di dalamnya tidak terdapat kepentingan mengapa perjanjian itu dibuat, tidak ada suatu tindakan yang mengikat. begitu pula hukum romawi pada saat itu tidak memberlakukan aturan umum atau nudus consensus obligat (kewajiban yang hanya timbul dari kesepakatan). Baru pada saat abad pertengahan karena pengaruh hukum kanonik, aturan nudus consensus obligat diterima sebagai hukum yang berlaku.

Hukum kanonik pada abad pertengahan mempunyai peran penting karena pengadilan gereja juga menangani masalah masalah duniawi. bahkan sebelumnya, janji yang diucapkan dibawah sumpah, oleh pengadilan pengadilan gereja diakui berlaku sebagai perjanjian.

Pacta sunt servanda mempunyai pengertian bahwa suatu pactum, yaitu persesuaian kehendak, tidak perlu dilakukan dibawah sumpah, atau dibuat dengan tindakan atau formalitas tertentu, menurut hukum, persesuaian kehendak itu membentuk suatu perjanjian yang mengikat.

Suatu hal yang perlu dikemukakan di sini adalah bahwa kepentingan umum tidak boleh bersifat kontra produktif terhadap asas kebebasan berkontrak itu sendiri artinya bahwa demi kepentingan umum ruang gerak kebebasan berkontrak menjadi sangant sempit, Jika yang demikian terjadi, sama saja dengan tidak adanya pengakuan terhadap asas kebebasan berkontrak .

Demikianlah beberapa contoh analisis yang didasarkan pada metode sejarah.

Model yang mana yang dipilih tentunya senantiasa tergantung pada tujuan

penelitian yang bersangkutan.

8

Page 14: Penelitian Sejarah Hukum

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas maka dapat penulis simpulkan bahwa salah satu

kegunaan sejarah hukum adalah untuk mengungkapkan fakta-fakta hukum

tentang masa lampau dalam kaitannya dengan masa kini. Hal di atas

merupakan suatu proses, suatu kesatuan, dan satu kenyataan yang

diahadapi, yang terpenting bagi ahli sejarah data dan bukti tersebut adalah

harus tepat, cenderung mengikuti pentahapan yang sistematis, logika, jujur,

kesadaran pada diri sendiri dan imajinasi yang kuat.

Sejarah hukum dapat memberikan pandangan yang luas bagi kalangan

hukum, karena hukum tidak mungkin berdiri sendiri, senantiasa dipengaruhi

oleh berbagai aspek kehidupan lain dan juga mempengaruhinya. Hukum

masa kini merupakan hasil perkembangan dari hukum masa lampau, dan

hukum masa kini merupakan dasar bagi hukum masa mendatang.

Sejarah hukum akan dapat melengkapi pengetahuan kalangan hukum

mengenai hal-hal tersebut.

7

Page 15: Penelitian Sejarah Hukum

DAFTAR PUSTAKA

Sunggono Bambang. 2010, Metode Penelitian Hukum, Rajawali Grafindo, Jakarta : hal.98 Penelitian Sejarah Hukum

Soekamto Soerjono dan Sri Mamudji, 1985, Penelitian Hukum Normatif (suatu tinjauan singkat), Rajawali, Jakarta : hal.101

Marzuki Peter Mahmud. 2005, Penelitian Hukum, Prenada Media Group, Jakarta.

iii