Penelitian Oksidan dr. Ali done.docx

download Penelitian Oksidan dr. Ali done.docx

of 39

description

moga manfaat

Transcript of Penelitian Oksidan dr. Ali done.docx

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SINGKONG (Manihot esculenta Crantz) DENGAN METODE DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYLHYDRAZIL)

Proposal Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

Disusun Oleh :Achmad Ali Machfud109103000038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA2012 M/ 1433 H

KATA PENGANTARBismillahirrahmanirrahimAlhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, yang berkat limpahan rahmat dan kasih sayangNya saya dapat menyelesaikan penyusunan proposal penelitian ini dengan tanpa hambatan suatu apapun.Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya serta para pengikutnya sampai akhir zaman nanti. Amiin. Tak lupa pula saya ucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada dr. Alyya Siddiqa, SpFK dan ibu Nurmeilis, Apt, dosen pembimbing penelitian ini atas bimbingan dan pendidikan yang telah diberikan selama masa penyusunan proposal hingga akhir penelitian dan penyusunan laporan sehingga dapat terselesaikan dengan baik.Adapun penyusunan penelitian ini adalah untuk memenuhi tugas akhir masa pendidikan saya di Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.Saya sadari dalam penyusunan penelitian ini masih belum mencapai tahap sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat saya harapkan.Demikian penelitian ini saya susun, semoga bermanfaat bagi penyusun khususnya, serta bagi teman sejawat PSPD 2009 serta para pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT berkenan memasukkannya sebagai amal jariyah untuk tabungan di akhirat nanti. Amin.Jakarta, Maret 2012PenyusunABSTRAK Perbaiki kalimatnya.. Abstrak belum menjelaskan penelitiannya. Dari prolog langsung hasil. Kemajuan teknologi diseluruh dunia menyebabkan perkembangan di berbagai sektor industri, tercatat 25694 industri telah resmi berdiri pada tahun 2008. Akibatnya adalah peningkatan paparan radikal bebas juga meningkat. Oleh karena itu asupan antioksidan dibutuhkan masyarakat Indonesia. Namun tingginya angka kemiskinan di Indonesia, sehingga dianggap perlu adanya penelitan ini, untuk membuktikan daun singkong dapat menjadi alternatif sumber antioksidan yang sangat ekonomis. Dengan menggunakan metode DPPH , maka diperoleh nilai IC50 8168,08. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa aktivitas antioksidan pada daun singkong (Manihot esculenta C) tidak terbukti dengan menggunakan metode DPPH. Hasil tersebut tidak berbandinglurus dengan hasil penelitian White and Broadley, 2005. Hal ini dapat dipengaruhi akibat aktivitas senyawa lainnya yang terkandung dalam daun singkong (Community food system data, 2007)Kata kunci : Daun Singkong (Manihot esculenta C), Antioksidan, Metode DPPH, IC50

ABSTRACTTechnological progress at world-wide cause developing at various industrial sector, accordingly is increasing free radical presentation also increase. But in height poverty number at Indonesian, so is looked on needs to mark sense penelitan this, to prove cassava leaf cans be alternative antioksidan's source that so economic. By use of method DPPH, therefore acquired IC50 point 8168.08. Base this observational result can be concluded that antioksidan's activity on cassava leaves ( Manihot esculenta c) are not evident by use of method DPPH. That result not berbandinglurus by usufructs research White and Broadley, 2005. It can regard another compound activity effect one consists in cassava leaves ( Community food system data, 2007) Key word: Cassava leaves ( Manihot esculenta c), Antioksidan, method DPPH, IC50

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangKemajuan teknologi di seluruh dunia menyebabkan perkembangan di berbagai sektor industri. Menurut Badan Pusat Statistik, pada tahun 2008 tercatat sebanyak 25694 perusahan industri yang sudah berdiri. Angka tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2001 sebanyak 21396 perusahaan industri. Disamping itu kendaraan bermotor juga sudah menjadi alat transportasi yang mayoritas digunakan masyarakat untuk bepergian, kantor Kepolisian RI mencatat terdapat 79.907.127 kendaraan bermotor pada tahun 2010. Dampak negatif dari kondisi tersebut yaitu tingginya peningkatan polusi udara yang sejalan dengan peningkatan jumlah radikal bebas yang dihasilkan. Radikal bebas adalah atom atau kelompok atom yang memiliki elektron tak-berpasangan2. Radikal bebas yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berlebih di dalam tubuh dan pada akhirnya dapat merusak struktur serta fungsi sel tubuh.1 Oleh karena perlu adanya suatu proteksi untuk menanggulangi dampak dari kondisi tersebut.Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (electron donor) atau reduktan. Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Akibatnya, kerusakan sel akan dihambat.1 Mekanisme pertahanan ini meliputi sejumlah enzim dan vitamin antioksidan, misalnya vitamin E, vitamin A, vitamin C dan beta karoten 7. Zat-zat tersebut banyak terdapat pada buah-buahan seperti jeruk, apel, semangka. Serta pada sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian dan beberapa daging, unggas dan ikan.6Karena indeks kemiskinan di Indonesia yang telah mencapai 0.89 (Badan Pusat Statistik, 2010) dan naiknya harga sumber bahan makanan, menjadi alasan bagi mayoritas masyarakat menengah ke bawah minim dalam mengkonsumsi makanan yang mengandung sumber antioksidan seperti diatas secara rutin. Oleh karena itu, dibutuhkan sumber antioksidan alternatif dengan harga yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.3Menurut hasil penelitian Arbain (2004) senyawa flavonoid, alkalaoid, fenol telah memberikan efek farmakologis yang baik sehingga banyak digunakan dalam pengobatan 27. Penelitian tersebut didukung dari publikasi yang disampaikan oleh Natural Product Alert (1997) yang menyatakan bahwa bioaktivitas kuersetin yang merupakan bentuk senyawa murni dari flavonoid, sangat luas diantaranya dapat berefek sebagai antioksidan, anti bakteri dan lain sebagainya27.Penelitian yang dilakukan oleh Cesar NT, et al (2011) dengan menggunakan metode isolasi menyatakan bahwa daun singkong banyak mengandung bentuk senyawa murni dari jenis flavonoid seperti rutin, kersetin dan sebagainya.3 Oleh karena itu berdasarkan potensi yang telah diketahui, penting dilakukan penelitian tentang bagaimana aktivitas penangkap radikal bebas dari daun singkong (Manihot esculenta Crantz) dangan menggunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil). Pemilihan metode DPPH untuk menentukan aktivitas antioksidan, berdasarkan pada beberapa kelebihannya, diantaranya mudah, sederhana, cepat, baik untuk sampel dengan polaritas tertentu, sensitif dan hanya membutuhkan sedikit sampel.22

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: apakah senyawa yang dikandung oleh daun singkong (Manihot esculenta) memiliki aktivitas antioksidan pada metode DPPH?1.3 Tujuan PenelitianMengetahui efek antioksidan dari ekstrak kental daun singkong (Manihot esculenta Crantz) dengan menggunakan metode DPPH1.4 Manfaat Penelitian Bagi Institusi1. Menambah referensi penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta2. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan untuk melakukan penelitian lebih dalam bagi peneliti yang lain

Bagi Peneliti 1. Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta2. Mendapatkan pengalaman melakukan penelitian terutama di bidang kesehatan

Bagi Masyarakat 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuktikan dan memberikan informasi tentang aktivitas antioksidan ekstrak daun singkong, sehingga mendorong masyarakat untuk mengolah dan mengkonsumsi daun singkong.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Tanaman Singkonga. KlasifikasiSingkong (Ketela pohon) merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ubi kayu, singkong atau kasape. Ketela pohon berasal dari benua Amerika, tepatnya dari negara Brazil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain: Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok. Ketela pohon berkembang di negara-negara yang terkenal wilayah pertaniannya dan masuk ke Indonesia pada tahun 1852.Menurut sistematika, tanaman singkong termasuk dalam :Kingdom: Plantae atau tumbuh-tumbuhanDivisi: Spermatophyta atau tumbuhan berbijiSub Divisi : Angiospermae atau berbiji tertutupKelas : Dicotyledoneae atau biji berkeping duaOrdo : EuphorbialesFamili : EuphorbiaceaeGenus : ManihotSpesies : Manihot esculenta Crantz sinSumber dari www.tanamanherbalindonesia.com,29Gambar 2.1 Tanaman singkongb. PenyebaranSingkong (Manihot esculenta Crantz) dapat hidup subur di daerah dengan iklim yang curah hujan antara 1.500-2.500 mm/tahun. Suhu udara minimal sekitar 10 derajat celcius. Bila suhunya dibawah 10 derajat celcius dapat menghambat pertumbuhan, menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna. Kelembapan udara optimal untuk singkong antara 60-65%. Sinar matahari yang dibutuhkan singkong sekitar 10 jam/hari terutama untuk kesuburan daun dan umbinya. c. MorfologiDaun berbentuk seperti jari, memiliki lembaran-lembaran yang menjuntai mirip jari manusia, dengan lebar 2-4 cm dan panjang 7 12 cm. Daun memiliki garis tengah 2-3 cm, panjang 50 80 cm, berwarna hijau dan terdapat garis putih ditengah daun.14

Gambar 2.2 Daun Singkong2.2 AntioksidanAntioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat spesies oksigen reaktif/spesies nitrogen reaktif (ROS/RNS) dan juga radikal bebas sehingga antioksidan dapat mencegah penyakit-penyakit yang dihubungkan dengan radikal bebas seperti karsinogenesis, kardiovaskular dan penuaan.18 Dalam arti lain, antioksidan adalah senyawa yang dapat melawan dan menetralisir radikal bebas dan memperbaiki kerusakan oksidatif pada molekul biologis.242.2.1 Sumber-sumber Antioksidana. Antioksidan AlamiAntioksidan alami berasal dari tumbuhan yang sering dikonsumsi dan telah diisolasi. Antioksidan yang terdapat dalam tumbuhan mengandung vitamin C, vitamin E, polifenol, karoten, bioflavonoid, katekin dan resveratrol.22b. Antioksidan sintetikAntioksidan sintetik diizinkan penggunaannya dalam makanan untuk menjaga mutu dan dari perubahan sifat kimia makanan akibat proses oksidasi yang terjadi terutama pada waktu penyimpanan. Contohnya adalah Butylated Hidroxyanisol (BHA), Butylated Hidroxytoluene (BHT), Tert-Butyl Hidroxy Quinon (TBHQ), Propil Galat dan Iain-lain. 22 2.2.2 Mekanisme Kerja AntioksidanAntioksidan dalam menghambat jalannya reaksi oksidasi dapat melalui beberapa cara yaitu mekanisme donor proton, radical scavenger, oxygen quencher, inhibisi dengan enzim, dan sinergis.18Peranan antioksidan khususnya antioksidan fenolik dalam peroksida lipid dapat digambarkan sebagai berikut:

Pada reaksi tersebut antioksidan bertindak sebagai donor hidrogen, dimana hidrogen tersebut akan berkaitan dengan radikal bebas dari lemak atau minyak sehingga membentuk senyawa yang stabil. Pemberian atom hidrogen ini juga merupakan tahap awal dari mekanisme antioksidan melalui radical scavenger (pemerangkap radikal). Radikal baru yang terbentuk yaitu A* akan dapat langsung bergabung dengan radikal-radikal lain membentuk senyawa yang tidak reaktif. Beberapa contoh radical scavenger adalah tokoferol, asam-asam galat, beta-karoten, BHA dan BHT. Mekanisme radikal scavenger seperti dibawah ini:

R : Radikal bebas asam lemakROO: Radikal peroksidaAH : Radikal scavengerBerikut ini adalah sistem pertahanan antioksidan secara enzimatik:

Kelebihan radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada protein, enzim, asam nukleat, jaringan lemak dan sel imun. Ada dua cara memperoleh antioksidan yaitu melalui proses alami tubuh (antioksidan endogen) dan melalui asupan dari luar (antioksidan eksogen). Antioksidan bisa dihasilkan oleh tubuh, tetapi juga dapat ditambahkan dari luar tubuh melalui makanan dan food supplement (makanan tambahan) 24.Berdasarkan fungsinya antioksidan dikelompokkan menjadi antioksidan primer dan antioksidan sekunder.a.Antioksidan primerAntioksidan primer yaitu antioksidan yang dapat bereaksi dengan radikal lipid lalu mengubahnya ke bentuk yang lebih stabil. Antioksidan primer bekerja untuk mencegah terbentuknya reaksi berantai radikal bebas dengan melepaskan hidrogen sehingga tidak mampu lagi untuk bereaksi. Contohnya adalah enzim SOD (Superoksida Dismutase) yang berfungsi sebagai pelindung sel dalam tubuh serta mencegah proses peradangan karena radikal bebas. Antioksidan primer seperti enzim Superoksida dismutase (SOD), Butylated Hidroxyanisol (BHA), Butylated Hidroxytoluene (BHT), dan tokoferol18.b.Antioksidan sekunderAntioksidan sekunder berfungsi menangkap senyawa radikal serta mencegah terjadinya reaksi berantai. Antioksidan sekunder seperti vitamin E, vitamin C, |3- karoten, bilirubin, albumin asam erithrobat (D-Isomer asam askorbat) dan garam sodiumnya, dilauril tiopropionat 18.2.3 Radikal BebasRadikal bebas adalah Reactive Oxygen Species (ROS) dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Kelebihan elektron dapat menyebabkan kerusakan pada sel, asam nukleat, protein dan lemak. Radikal bebas menyerang molekul biologi yang menyebabkan kerusakan jaringan dan sistem imun. Radikal bebas menyebabkan lipid peroksidase yang memudahkan gejala penuaan24.2.3.1Efek Radikal BebasRadikal bebas bersifat destruktif, sangat reaktif dan mampu bereaksi dengan makromolekul sel, seperti: protein, lipid, karbohidrat, atau DNA. Reaksi antara radikal bebas dan molekul itu berujung pada timbulnya suatu penyakit, yaitu antara lain:101. Kerusakan DNA pada inti selSenyawa radikal bebas merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan DNA dengan mengoksidasi DNA. Sel yang mengandung DNA rusak (damaged DNA) tersebut bila membelah sebelum DNA tersebut diperbaiki, akan mengakibatkan perubahan genetik secara permanen, hal tersebut merupakan langkah pertama dalam karsinogenesis. Oksidasi DNA oleh senyawa radikal bebas dapat menginisiasi terjadinya kanker.102. Kerusakan proteinPerubahan LDL (low density lipoprotein) menjadi bentuk LDL teroksidasi yang diperantarai oleh radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan dinding arteri dan kerusakan bagian arteri lainnya. Meningkatnya kadar LDL oleh oksigen reaktif dapat merusak dinding arteri yang menyebabkan aterosklerosis.103. Kerusakan lipid peroksidaRadikal bebas dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada ikatan lemak tak jenuh dalam fosfolipid membran biologi (lipid peroksidasi). Peroksidasi lipid pada membran merusak struktur membran dan menyebabkan hilangnya fungsi dari organel sel.102.3.2Sumber Radikal Bebasa. Sumber EndogenDi dalam tubuh, radikal bebas sering diproduksi selama proses aerob seperti metabolisme, reaksi biokimia di sel, detoksifikasi di liver dan penghasil energi oleh mitokondria. Selain itu, radikal bebas dan hidrogen peroksida juga dihasilkan oleh tubuh sebagai bagian dari sistem imun untuk melawan dan membunuh bakteri. Hal ini yang menyebabkan banyaknya produksi radikal bebas di dalam tubuh.24b. Sumber EksogenProduksi radikal bebas dipertinggi oleh diet lemak tinggi, minyak jenuh, daging panggang, makanan siap saji dan makanan basi. Gaya hidup stress, rokok dan radiasi juga mempertinggi produksi radikal bebas. Radikal bebas juga masuk ke dalam tubuh dari bahan kimia pada pewarna makanan, bahan pengawet dan perasa yang tinggi, polusi lingkungan dan pestisida 24.2.2.3Mekanisme Perusakan Sel Terhadap Radikal BebasRadikal bebas diproduksi dalam sel yang secara umum melalui reaksi pemindahan elektron, menggunakan mediator enzimatik atau non enzimatik. Produksi radikal bebas dalam sel dapat terjadi secara rutin maupun sebagai reaksi terhadap rangsangan. Secara rutin adalah superoksida yang dihasilkan melalui aktifasi fagosit dan reaksi katalisa seperti ribonukleotida reduktase sedangkan pembentukan melalui rangsangan adalah kebocoran superoksida, hidrogen peroksida dan kelompok oksigen reaktif (ROS) lainnya pada saat bertemunya bakteri dengan fagosit teraktifasi. Pada keadaan normal sumber utama radikal bebas adalah kebocoran eiektron yang terjadi dari rantai transpor eiektron, misalnya yang ada dalam mitokondria dan endoplasma retikulum dan molekul oksigen yang menghasilkan superoksida 16.

2.3Metode Uji AntioksidanAda empat metode uji antioksidan yang sering digunakan untuk industri herbal dan perusahaan-perusahaan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan produk herbal, minuman herbal, jus buah, makanan sehat, suplemen makanan, produk teh, ekstrak tanaman, tablet herbal, kapsul, dan serbuk. Metode uji tersebut antara lain: metode DPPH, metode tiosianat, metode xanthine oxidase dan metode deoksiribosa 24. 1. Metode Tiosianat Pengukuran aktivitas antioksidan menggunakan metode tiosianat. Metode ini didasarkan pada kemampuan senyawa antioksidan dalam menghambat terbentuknya radikal yang reaktif. Pembentukan radikal bebas disebabkan oleh oksidasi asam linoleat. Oksidasi lipid sering disebut autooksidasi karena reaksi tetap berlangsung walaupun tidak ada zat pengoksidasi.Reaksi terbagi menjadi tiga tahap yaitu inisiasi, propagasi dan terminasi. Inisiasi adalah pembentukan radikal bebas akibat reaksi antara inisiator (I) dan asam lemak bebas. Tahap propagasi dengan cepat menghasilkan radikal peroksida (ROO), hidroperoksida (ROOH), dan radikal asam lemak (R). Selanjutnya adalah tahap terminasi, yaitu tahap akhir oksidasi yang ditandai dengan terbentuknya produk-produk non-radikal seperti aldehida, keton, alkohol, dan asam-asam dengan ciri-ciri beraroma tengik 27Aktivitas antioksidan yang ditentukan dengan metode tiosianat membutuhkan suatu kontrol positif, pembanding ini biasanya merupakan senyawa yang telah diketahui sifat antioksidannya, seperti vitamin C, butil hidroksi toluena (BHT) atau tokoferol (vitamin E). Oksidasi asam linoleat dalam kondisi buffer yang diinkubasi pada suhu 37C menggunakan FeCb dan amonium tiosianat sebagai pereaksi oksidator dapat mengoksidasi Fe menjadi Fe sehingga menghasilkan wama merah darah yang menyerap sinar tampak pada panjang gelombang 500 nm. Intensitas warna dinyatakan sebagai nilai absorbans dengan pengukuran menggunakan spektrofotometer UV/Vis. Peroksida lemak meningkatkan bilangan oksidasi Fe + menjadi Fe3+ yang kemudian bereaksi dengan ligan CNS" membentuk kompleks berwarna merah darah [Fe(CSN)6]3-.

2. Metode DPPH (l,l-difenil-2- pikrilhidra/il)DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan sering digunakan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan beberapa senyawa atau ekstrak bahan alam. DPPH menerima elektron atau radikal hidrogen akan membentuk molekul diamagnetik yang stabil. Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron atau radikal hidrogen pada DPPH, akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH. Jika semua elektron pada radikal bebas DPPH menjadi berpasangan, maka warna larutan berubah dari ungu tua menjadi kuning terang dan absorbansi pada panjang gelombang 517 nm akan hilang. Perubahan ini dapat diukur secara stoikiometri sesuai dengan jumlah elektron atau atom hidrogen yang ditangkap oleh molekul DPPH akibat adanya zat antioksidan 19 20.Perubahan warna ungu DPPH menjadi ungu kemerahan dimanfaatkan untuk mengetahui aktivitas senyawa antioksidan. Metode ini menggunakan kontrol positif sebagai pembanding untuk mengetahui aktivitas antioksidan sampel. Kontrol positif ini dapat berupa tokoferol, BHT dan Vitamin C.Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH menggunakan 1,1-difenil-2- pikrilhidrazil sebagai radikal bebas. Prinsipnya adalah reaksi penangkapan hidrogen dari senyawa antioksidan, misalnya troloks, yang mengubahnyamenjadi l,l-difenil-2-pikrilhidrazin 23.3. Metode Xanthine OxidaseSuatu sistem uji evaluasi aktivitas penangkal untuk sampel melawan superoksida anion radikal bebas.Campuran reaksi (100 ml) disiapkan dengan melarutkan 0,53 g Na C03 (pH 10.2), 4.0 mg EDTA dan 2.0 mg xanthine dalam 0.025 mM larutan NBT. Campuran disimpan dalam refrigerator pada suhu 4C.Campuran reaksi (999 ml) yang dipindahkan ke dalam mikrokuvet dan ditempatkan dalam 25C sel holder spektrofotometer. Turunan superoksida diinisiasikan dengan menambahkan 1x10" U/ml XOD. Ukuran optical density (OD) yang digunakan pada panjang gelombang 560 nm selama 120 detik mengunakan Lambda 2S spektrofotometer.Pencampuran reaksi (979 ml) yang dipindahkan ke mikrokuvet dan tempat pada suhu 25C pada kuvet spektrofotometer. SOD (1,16 U/ml) ditambahkan kedalam pencampuran reaksi dan siap di aduk. Kemudian XOD (1x10" U/ml) ditambahkan untuk memulai oksiradikal. OD berasal dari panjang gelombang 560 nm selama 120 detik pada interval setiap 10 detik.Ekstrak etanol kasar tumbuhan dilarutkan dalam pencampuran reaksi pada konsentrasi 250 mg/ml. Sejumlah larutan (5ml) ditambahkan dalam pencampuran reaksi 994 ul dan ditempatkan dalam kuvet kemudian diset kekeadaan normal (autozero). XOD (lxlO"3U/ml) ditambahkan setelah pencampuran selesai, dilakukan langkah yang sama untuk pembuatan kurva antara XOD dan SOD.4. Metode Deoksiribosa Reaksi degradasi gula deoksiribosa akan menghasilkan suatu produk karbonil dan dikarbonil diantaranya malondialdehid (MDA). Adanya MDA dapat dideteksi dengan asam tiobarbiturat (TBA) dalam suasana asam membentuk suatu kromogen yang berwarna merah muda. Jumlah kromogen MDA-TBA yang terbentuk sangat tergantung dari jumlah deoksiribosa yang didegradasi. Semakin tinggi konsentrasi deoksiribosa yang ditambahkan akan menyebabkan peningkatan absorbansi kromogen MDA-TBA 21.Uji nilai kemampuan antioksidan suatu sampel untuk menghalangi jalan katalitik dari biosintesis pigmen melanin, demikian yang menghasilkan kulit putih. Tyrosine mengatur tiga tahap didalam jalan biosintesis melanin, dengan perubahan tyrosine menjadi dopa, dopa menjadi dopaquinone dan DHI menjadi indole-5,6-quinone 24.2.2 Kandungan Kimia Tanaman yang Berpotensi sebagai AntioksidanSenyawa kimia yang tergolong dalam kelompok antioksidan dan dapat ditemukan pada tanaman, antara lain berasal dari golongan polifenol, bioflavanoid, vitamin C, vitamin E, -karoten, katekin, dan resveratrol. Studi terbaru menunjukan bahwa flavonoid dan polifenol memiliki kontribusi yang besar terhadap total aktivitas antioksidan dari suatu buah-buahan atau sayuran.10Dari beberapa literatur dan hasil penelitian dibuktikan bahwa ekstrak air, metanol dan etanol ekstrak daun singkong dan buah singkong mengandung anthocyanins, flavonoids, dan senyawa polyphenol lainnya.3Hal tersebut juga selaras pada penelitian Sofyan, et al (2008) tanaman singkong (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman yang paling gampang ditemukan dan mudah dibudidayakan, dengan berbagai jenis kandungan kimia bermanfaat didalamnya terutaman dari jenis flavonoid dalam bentuk senyawa murni seperti rutin, kuersetin dan lain sebagainya telah banyak diisolasi dari tanaman ini terutama dari daunnya. Diantara jenis senyawa tersebut diatas, kuersetin ternyata memiliki banyak sekali aktivitas biologisnya. Data dari Natural Product Alert (NAPRALERT, 1997) menunjukkan bahwa bioaktivitas kuersetin sangat luas, diantaranya dapat berefek sebagai antioksidan, antiinflamasi, antitumor, dan lain sebagainya.

Uji Aktifitas AntioksidanKandungan senyawa FeUkur absorbansi dengan Uji SpektrofotometerAktivitas analgesikaktivitas antioksidan (Flavonoid)Kandungan Senyawa ZnDaun Singkong (Manihot esculenta C)Metode TiosianatMetode DeoksiribosaMetode DPPHKerangka Konsep dan Teori

Persentase hambatan, Nilai probit, Log KonsentrasiPersamaan Linier y=a+bxNilai IC 50Metode Xanthine OxidaseDefinisi OperasionalNoVariabelDefinisiCara ukurAlat ukurSkala ukurHasil ukur

1.Konsentrasi ekstrak daun singkong (Manihot esculenta C)konsentrasi larutan uji dalam ppm (1 g/mL)V1M1=V2M2 (perbandingan g ekstrak dengan mL etanol 96%)-Numerik 1 ppm, 10 ppm, 100 ppm, 1000 ppm

2.Absorbansi sampelNilai absorbansi sampel pada masing-masing konsentrasiDiukur pada panjang gelombang maksimum dengan alat spektrofotometerSpektrofotometerNumerikAbsorbansi dalam (nm)

3.IC50Nilai yg menunjukan konsentrasi ekstrak (ppm) yg mampu menghambat proses oksidasi sebesar 50%.Persamaan regresi linier dengan analisa Probit.Calculator dan Tabel ProbitKategorik< 50 ppm = sgt kuat50-100 ppm = kuat100-150 = sedang151-200 ppm = lemah

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional melalui metode DPPH untuk menguji aktivitas antioksidan dari daun singkong (Manihot esculenta Crantz).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2012 sampai bulan Agustus 2012 di Laboratorium Farmasi dan Laboratorium Biologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.3 Bahan yang Diuji Daun Singkong dideterminasi di LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Ekstrak daun singkong (Manihot esculenta Crantz) dengan 4 konsentrasi 1 ppm, 10 ppm, 100 ppm, 1000 ppm yang masing-masing dibuat secara triplo26

3.4 Alat dan Bahan Penelitian 3.4.1 Alat Penelitian yang digunakan antara lain: timbangan analitik, tabung reaksi, Erlenmeyer, gelas ukur, gelas Beaker, mikropipet 10, 100, dan 1000 L. Shaker, kupet, spektofotometri UV-Vis3.4.2 Bahan Penelitian yang digunakan yaitu simplisia, ethanol 96%, 1 g DPPH (1,2-diphenyl-2-picrylhydrazyl), air aquades, vitamin C

3.5 Cara Kerja Penelitian 3.5.1 Penyiapan Sampel atau Pembuatan simplisia nabatiSampel berupa daun singkong (Manihot esculenta C) disortasi kemudian dipotong-potong menjadi ukuran yang lebih kecil. Daun singkong yang telah dipotong-potong kemudian dijemur dibawah matahari langsung. Daun singkong yang telah kering digerus menjadi serbuk daun singkong.27

3.5.2 Pembuatan Ekstrak Daun SingkongPembuatan ekstrak daun singkong (Manihot esculenta C) menggunakan metode maserasi (menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan).27

3.5.3 Pembuatan Larutan1. Pembuatan Larutan DPPH251. Timbang 0,0039 gram DPPH dalam botol gelap1. Larutkan dalam 10 mL etanol 96%1. Kocok hingga homogen1. Ukur absorbansi DPPH dengan spektrofotometer UV-Vis untuk memperoleh panjang gelombang maksimum. Panjang gelombang maksimum untuk larutan DPPH adalah 517 ppm.26

1. Pembuatan Larutan Blanko1. 4500 L etanol ditambah 500 L larutan DPPH1. Kocok hingga homogen

1. Pembuatan Larutan Uji261. Larutan Induk (10.000 ppm)50 mg ekstrak dilarutkan dalam 5 mL etanol = 10 mg/mL = 10.000 g/ml (ppm)1. Larutan Seri (1, 10,100,1000 ppm)1. 1000 ppm500 L dari larutan induk ditambahkan etanol sampai volumenya 4500 L. Tambahkan 500 L larutan DPPH.1. 100 ppm50 L dari larutan induk ditambahkan etanol sampai volumenya 4500 L. Tambahkan 500 L larutan DPPH. 1. 10 ppm5 L dari larutan induk ditambahkan etanol sampai volumenya 4500 L. Tambahkan 500 L larutan DPPH.1. 1 ppm5 L dari larutan 1000 ppm ditambahkan etanol sampai volumenya 4500 L. Tambahkan 500 L larutan DPPH.

1. Pembuatan Larutan Pembanding (Vitamin C)81. Larutan Induk (10.000 ppm)50 mg VIT. C murni dilarutkan dalam 5 mL etanol = 10 mg/mL = 10.000 g/ml (ppm)1. Larutan Seri (1, 10,100,1000 ppm)1. 1000 ppm500 L dari larutan induk ditambahkan etanol sampai volumenya 4500 L. Tambahkan 500 L larutan DPPH.1. 100 ppm50 L dari larutan induk ditambahkan etanol sampai volumenya 4500 L. Tambahkan 500 L larutan DPPH.1. 10 ppm5 L dari larutan induk ditambahkan etanol sampai volumenya 4500 L. Tambahkan 500 L larutan DPPH.1. 1 ppm5 L dari larutan 1000 ppm ditambahkan etanol sampai volumenya 4500 L. Tambahkan 500 L larutan DPPH.

3.5.4 Pengukuran AbsorbansiSemua larutan Blanko, Larutan Uji dan Larutan Pembanding diinkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit dalam keadaan gelap, kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer. Setelah mendapatkan nilai absorbansinya, hitung hambatan persen masing-masing larutan dengan menggunakan rumus: 30

% Hambatan = (Abs blanko Abs sampel) x 100% Abs BlankoSetelah mendapatkan aktivitas hambatan (%), kemudian dicari nilai probitnya dengan melihat tabel probit.12 Setelah mendapatkan nilai probit, dicari nilai IC50 melalui persamaan regresi linier y = a + bx.

3.5.5 Analisa Data AntioksidanData antioksidan penangkap radikal DPPH (% hambatan) ekstrak daun singkong (Manihot esculenta C) dianalisis dan dihitung nilai IC50 nya melalui analisa probit. IC50 adalah nilai yang menunjukan konsentrasi ekstrak (ppm) yang mampu menghambat proses oksidasi sebesar 50%. Semakin kecil nilai IC50 menandakan semakin tinggi aktivitas antioksidan senyawa tersebut.Tabel Klasifikasi antioksidan25.NONILAI IC50ANTIOKSIDAN

1. < 50 ppmSangat kuat

1. 50-100 ppmKuat

1. 100-150 ppmSedang

1. 151-200 ppmLemah

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANDaun singkong yang digunakan pada penelitian ini merupakan daun singkong yang umumnya dikonsumsi oleh masyarakat umum. Uji determinasi daun singkong yang digunakan dalam penelitian dilakukan oleh Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor, didapatkan bahwa sampel yang diuji benar merupakan Spesies Manihot esculenta Crantz. Jumlah daun singkong yang digunakan untuk penelitian ini diperkirakan sebanyak 1 kg. Selanjutnya daun tersebut dijemur hingga kering agar mudah hancur dalam proses penghalusan. Untuk menghasilkan sediaan daun singkong berupa serbuk maka pada proses penghalusan, daun dihaluskan dengan menggunakan blender. Dari serbuk daun singkong yang diperoleh, dibuatlah ekstrak daun singkong (Manihot esculenta C) dengan menggunakan metode maserasi. Pemilihan metode maserasi dikarenakan relatif sederhana yaitu tidak memerlukan alat-alat yang rumit, mudah, murah, dan dapat menghindari rusaknya komponen senyawa akibat panas.23 Dilakukan 3 kali maserasi selama 3 hari berturut-turut pada suhu ruangan dengan pelarut etanol 96%. Pelarut etanol 96% dipilih karena merupakan pelarut organik yang dapat menarik komponen baik yang bersifat polar maupun non polar.26

Gambar 4.1 Proses maserasiGambar 4.2 Proses evaporasiHasil dari maserasi kemudian dievaporasi menggunakan rotatory evaporator untuk menguapkan pelarut etanol sehingga akan didapatkan ekstrak kental.26 Dari proses ekstraksi tersebut diperoleh ekstrak kental daun singkong sebanyak 13 gram.Ekstraksi daun singkong yang sudah diperoleh diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil). Pemilihan metode DPPH karena merupakan metode yang mudah, sederhana, cepat, baik untuk sampel dengan polaritas tertentu, sensitif dan hanya membutuhkan sedikit sampel.31 Sediaan serbuk DPPH dilarutkan sebanyak 0,0004 g dalam 10 mL etanol 96%.32 Ekstrak daun singkong diujikan terhadap sediaan radikal DPPH pada beberapa konsentrasi yaitu 1 ppm, 10 ppm, 100 ppm, dan 1000 ppm.20 Setiap konsentrasi dibuat 3 sediaan (triplo). Untuk kontrol positif digunakan vitamin C yang sudah diketahui mempunyai aktivitas antioksidan.4 Uji aktivitas antioksidan terhadap vitamin C juga dilakukan pada beberapa konsentrasi yaitu 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm dan 8 ppm.21 Pemilihan angka konsentrasi tersebut didukung oleh penelitian sebelumnya yang menyatakan konsentrasi pengujian vitamin C diantara range 2-10 ppm.32Sebanyak 500 L larutan DPPH ditambahkan pada masing-masing konsentrasi tersebut. Larutan uji yang sudah ditambahkan larutan DPPH diinkubasi pada suhu ruangan selama 30 menit dalam keadaan gelap (ditutup dengan aluminium foil).22 Hal ini dilakukan karena radikal DPPH mudah didegradasi oleh cahaya.14 Dan Inkubasi perlu dilakukan agar cepat terjadi reaksi antara radikal DPPH dengan sampel.22

Gambar 4.3 Perbedaan larutan ekstrak daun singkong pada konsentrasi 1, 10, 100, 1000 ppm (dari kanan ke kiri)Larutan ekstrak daun singkong pada konsentrasi 1 ppm dan 10 ppm tampak berwarna ungu pekat. Sedangkan pada konsentrasi 100 ppm dan 1000 ppm warna ungunya sudah mulai memudar (kekuningan). Hal ini menunjukkan bahwa atom hidrogen pada ekstrak daun singkong dengan konsentrasi 1 ppm dan 10 ppm tidak dapat mengikat semua elektron yang tidak berpasangan pada DPPH.31 Pengukuran absorbansi seluruh larutan uji yang terdiri dari blanko, ekstrak daun singkong dan vitamin C menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Panjang gelombang yang dipakai adalah 517 nm yang merupakan panjang gelombang maksimum DPPH.22 Tabel 4.1 Panjang Gelombang Maximum dan Absorbansi dari Larutan BlankoNo.Bahan Panjang Gelombang MaksimumAbsorbansi (nm)

1.Blanko517 nm0,436

Setelah didapatkan nilai absorbansi pada tiap-tiap konsentrasi baik untuk sampel daun singkong maupun vitamin C, dilanjutkan dengan penghitungan aktivitas hambatan (%) dengan menggunakan rumus (23):

Tabel 4.2 Data Ekstrak Daun Singkong*NoKonsentrasi (ppm)Absorbansi (nm)Aktivitas Hambatan (%)Log KonsentrasiNilai Probit

110,4203,6703,2134

2100,36915,3713,8900

31000,30829,3624,4583

410000,31427,9834,4142

*diukur dengan nilai absorbansi blanko 0,436Tabel 4.3 Data Vitamin C*NoKonsentrasi (ppm)Absorbansi (nm)Aktivitas Hambatan (%)Log KonsentrasiNilai Probit

120,3939,860,33,7127

240,35219,270,64,1331

360,33423,390,74,2743

480,19655,040,95,1257

*diukur dengan nilai absorbansi blanko 0,436Untuk menganalisa apakah ekstrak daun singkong mempunyai aktivitas antioksidan digunakan persamaan regresi linier (y= a+bx) dengan analisa probit untuk mencari nilai IC50.(24) Analisis probit digunakan untuk membandingkan jumlah bahan kimia yang di butuhkan untuk meciptakan sama di setiap berbagai bahan kimia.Hasil analisa dari setiap larutan meliputi nilai absorbansi, aktivitas hambatan (%), nilai probit dan persamaan regresi linier. Nilai probit didapatkan dengan menggunakan tabel probit dari nilai aktivitas hambatan (%)Berdasarkan data tabel diatas, didapatkan persamaan linier sebagai berikut:Tabel 4.3 Persamaan Linear*NoBahanNilai ANilai BNilar RPersamaan LinearNilai IC 50 (ppm)

1Ekstrak Daun Singkong3,36840,41710,9269Y= a + bx8168,08

2Vitamin C2,91082,24090,9448Y= a + bx 8,5565

*diukur dengan nilai absorbansi blanko 0,436Hasilnya, larutan uji ekstrak daun singkong pada konsentrasi 1 dan 10 ppm berwarna ungu pekat, sedangkan pada konsentrasi 100 dan 1000 ppm warna ungunya terlihat memudar menjadi kehijauan. Larutan vitamin C juga mengalami perubahan warna menjadi ungu pudar dan kuning. Perubahan warna tersebut dikarenakan adanya penurunan absorptivitas molar dari molekul DPPH. Perubahan warna tersebut berdasarkan jumlah elektron yang tertangkap akibat aktivitas antioksidan.15 Dijelaskan lebih detil dan dilengkapi gambar. Hal ini penting karena sebenarnya ada aktivitas antioksidan dari daun singkong, tapi tidak dapat dihitung dengan spektro karena IC 50 nya tidak termasuk dalam kategori antioksidan kuat lemah.Penghitungan Regresi Linier dan Nilai IC 50Untuk menghitung nilai IC 50 dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan regresi linier dengan analisa probit. Untuk memudahkan proses input dan penghitungan data, maka digunakan kalkulator untuk mencari nilai a, b dan r pada persamaan regresi linier. Dari hasil penghitungan didapatkan nilai IC 50 ekstrak daun singkong sebesar 8168,08 ppm dan vitamin C sebesar 8,56 ppm. Tabel 4.4 Nilai IC 50NoBahanNilai IC 50

1Ekstrak Daun Singkong8168,08

2Vitamin C8,5565

Berdasarkan hasil diatas, ekstrak daun singkong tidak terbukti memiliki aktivitas antioksidan yang baik dengan nilai IC 8168,08 ppm. Hasil tersebut tidak selaras dengan hasil penelitian Cesar N.Tsumbu, et al (2011) yang mendapatkan adanya kandungan flavonoid, yang memiliki sifat antioksidan pada ekstrak daun singkong. Pada penelitian tersebut menggunakan bahan aktif -(4-pyridyl-1-oxide)-N-tert-butylnitrone, dan hasilnya menunjukkan ekstrak daun singkong memberikan penurunan produksi ROS (reactive oxygen species) dan total kandungan polyphenol dan flavonoid didapatkan melalui metode kolometrik klasik.3 Pada hasil uji antioksidan dengan metode DPPH dalam penelitian ini belum bisa terbukti bahwa terdapat aktivitas antioksidan, hal ini bisa disebabkan 2 hal yaitu karena tidak digunakannya buffer dalam uji antioksidan pada ekstrak daun singkong3. Penggunaan fosfat buffer pada penelitian Cesar NT, et al (2011) bertujuan untuk menjaga pH dalam keadaan netral.3 Kedua karena adanya pengaruh senyawa lain yang terkandung daun singkong, sehingga mempengaruhi kemampuan maksimal sifat antioksidan flavonoid dalam menghambat radikal bebas DPPH. Hal ini sesuai jika menurut Community Food System Data, 2007 dijelaskan bahwa pada daun singkong memiliki banyak kandungan senyawa diantaranya protein, lemak, karbohidrat, kalsium, besi, beta karoten, seng, riboflavin. Sedangkan untuk vitamin C, telah diketahui bahwa vitamin C sebagai standar/ kontrol positif dan memiliki nilai IC 50 sebesar 5 ppm artinya sudah terbukti adanya aktivitas antioksidan pada vitamin C. Walaupun dari hasil penelitian ini nilai IC 50 vitamin C didapatkan sebesar 8,56 ppm, namun angka tersebut masih dalam kisaran kuat seperti pada tabel klasifikasi antioksidan(25)Pembuatan larutan uji dan pengukuran absorbansi pada penelitian ini dilakukan berulang kali karena menghindari semaksimal mungkin kesalahan dalam melakukan uji coba. Dan data yang disajikan merupakan data pengujian terakhir.4.2Keterbatasan PenelitianPenelitian yang dilakukan kali ini mempunyai keterbatasan dan kekurangan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, yaitu :1. Uji antioksidan pada penelitian ini hanya dilakukan dengan satu metode saja, sehingga hasil yang diperoleh tidak dapat dibandingkan dengan metode lain.2. Data yang didapatkan tentang senyawa bioaktif pada daun singkong berasal dari jurnal Luar Negeri sehingga kemungkinan swadaya laboratorium lebih memadai dan mendukung.3. Kemungkinan adanya kesalahan pada prosedural praktikum, karena minimnya pengalaman penguji dalam melakukan praktikum seperti pada saat pemipetan.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN5.1KESIMPULAN 1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat perubahan warna DPPH dari ungu pekat menjadi kuning terang. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas antioksidan ekstrak daun singkong.2. Pada penghitungan nilai IC50 didapatkan ekstrak daun singkong mempunyai nilai sebesar 8168,08 ppm artinya ekstrak daun singkong (Manihot esculenta Crantz) belum terbukti memiliki aktivitas antioksidan dengan metode DPPH sehingga tidak dapat diklasifikasikan kedalam klasifikasi antioksidan Blois5.2SARAN 1. Perlu dilakukan penelitian uji aktivitas antioksidan pada ekstrak daun singkong dengan menggunakan metode yang lainnya2. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya mengenai aktivitas antikanker dan antibakteri dari ekstrak daun singkong

Daftar Pustaka1. Winarsi H. Antioksidan alami dan radikal bebas. Yogyakarta: Kanisius; 2007. p.12, 15, 202. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Ed 27. Jakarta: EGC; 2009. p. 134, 6393. Cesar NT. Ginette DD. Monique T. Antioxidant and Antiradical Activities of Manihot esculenta Crantz (Euphorbiaceae) Leaves and Other Selected Tropical Green Vegetables Investigated on Lipoperoxidation and PMA Activated Monocytes. 2011. Nutrients. 3. p.818-384. Youngson R. Antioksidan: manfaat vitamin C & E bagi kesehatan. Jakarta: Penerbit Arcan; 2005. p.15. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar sebuah pendekatan klinis. Jakarta: EGC; 2000. p. 3216. National Cancer Institue. Antioxidant and cancer prevention: fact sheet [serial online] 2004 July [cited 2012 Pebruary 06]. Available from: URL: http://www.cancer.gov/cancertopics/factsheet/prevention/antioxidants 7. Pratimasari D. Uji aktivitas penangkap radikal buah Carica papaya L. dengan metode DPPH dan penetapan kadar fenolik serta flavonoid totalnya [serial online] 2011 October [cited 2012 January 26]. Available from: URL: http:// etd.eprints.ums.ac.id/5144/1/K100050090.pdf 8. Nabavi SF, Nabavi SN, Ebrahimzadeh MA, Asgarirad H. The antioxidant activity of Wild Medlar (Mespilus germanical) Fruits, Stem Bark and Leaf. African Journal of Biotechnologi 2011 January; 10 (2): 283-99. Prihatman K, editor. Singkong [serial online] 2000 Pebruary [cited 2012 Pebruary 08]. Available from: URL: http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/singkong.pdf10. Anonim. Tanaman obat indonesia [serial online] 2005 [cited 2012 Pebruary 08]. Available from: URL: http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=1611. Benson EE. 1990. Free Radical Damage in Stored Plant Germplasma. Rome: International Board for Plant Genetic Resources12. Saputri FC, Jantan I. Effects of selected medicinal plants on human low-density lipoprotein oxidation, 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) radicals and human platelet aggregation. Journal of Medicinal Plants Research 2011 Nov; 5(26): 6182-619113. Droge W. 2002. Free radical in the physiological control of cell function. Physiol Rev. 82, 47-9514. Fardiaz D. 1996. Manfaat Antioksidan dan Bahan Pengawet dalam Makanan. Bogor, Fateta Institute Pertanian Bogor15. Gordon, MH. 1990. The Mechanism of antioxidant action in Vitro. Dalam: B.J.F. Hudson (ed). Food Oxidant. Elsevier Applied Science16. Green RJ. 2004. Antioxidant Activity of Peanut Plant Tissue. Thesis, Department of Food Science, North Caroline State University, Raleigh17. Gurav, S., N. Deshkar, V. Gulkari, N. Duragkar, A. Patil. 2007. Free Radical Scavenging Activity Polygala chinensis Linn. Pharmacology online, 2: 245-25318. Halliwell, B dan Gutteridge, J.M.C., 2000. Free Radical in Biology and Medicine, Oxford University Press, New York.19. Hernani, Rahardo Mono. 2006. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Penerbit Swadaya: Jakarta.20. Ohtani II, et al. 2002. New antioxidant from the African medicinal herb Thonginia sanguinea. J Nat Prod. 21. Vimala, S., Adenan, M.I., Ahmad, A.R. and Shahdan Rohana. 2003. Natures Choice to Wellness: Antioxidant Vegetables. Forest Research Institute. Malaysia, Kuala Lumpur22. Blois MS. Antioxidant determinations by the use of a stable free radical. Nature 181 1958 April: 1199-120023. Harborne JB. Metode fitokimia penuntun cara modern menganalisis tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB; 200624. Winarno F.G. 1989. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia: Jakarta.25. Lachumy SJT, Sasidharan S, Sumathy V, Zuraini Z. Pharmacological activity, phytochemical analysis and toxicity of methanol extract of Etlingera elatior (torch ginger) flowers. Asian Pasific Journal of Tropical Medicine 2010 Oct: 769-77426. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI. Parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat. Cetakan pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan; 200027. Arbain, D. 2004. Dua Dekade Penelitian Kimia Tumbuhan Sumatera, Bul. Soc. Nat. Prod. Chem. (Indonesia). 4: 1-1228. Syofyan, Lucida H, Bakhtiar A. Peningkatan kelarutan kuersetin melalui pembentukan kompleks inklusi dengan - siklodekstrin. Jurnal sains dan teknologi farmasi. 2008. 13: p.43-829. www.tanamanherbalindonesia.com, diunduh 16/2/2012, 6:15 30. Kekuda TRP, Vinayaka KS, Kumar SVP, Sudharshan SJ. Antioxidant and antibacterial activity of lichen extracts, honey and their combination. Journal of Pharmacy Research 2009 Oct; 2(12): 1875-831. Koleva II, Van Beek TA, Linssen JPH, Groot Ad, Evstatieva LN. Screening of plant extracts for antioxidant activity: a comparative study on three testing methods. Phytochem Anal 2002 Pebruary; 13(1): 8-1732. Huang WY, Zhang HC, Liu WX, Li CY. Survey of antioxidant capacity and phenolic composition of blueberry, blackberry, and strawberry in Nanjing. 2012. J Zheijiang Univ-Sci B (Biomed & Biotechnology).13(2): p.94-102

LAMPIRANLampiran 1Penghitungan absorbansi, aktivitas hambatan, nilai probit dan IC50 vitamin C*Konsentrasi (ppm)Log KonsentrasiAbsorbansi (nm)Rata-rata Absorbansi (nm)Aktivitas Hambatan (Abs blanko Abs sampel/ Abs blanko) x 100% (%)Nilai Probit

20,3 0,392 0,394 0,3950,3930,436 0,394 x100% = 9,86 0,436 3,7127

40,6 0,356 0,350 0,3510,3520,436 0,352 x100% = 19,27 0,436 4,1331

60,7 0,334 0,334 0,3330,3340,436 0,334 x100%= 23,39 0,436 4,2743

80,9 0,196 0,196 0,1960,1960,436 0,196 x100%= 55,04 0,436 5,1257

*diukur dengan nilai absorbansi blanko 0,436A: 2,9108B: 2,2409R: 0,9448y = A + Bx5 = 2,9108 + 2,2409x5 2,9108 = 2,2409x2,0892 = 2,2409xX = 2,0892 = 0,9323 2,2409Antilog x = 8,5565IC50 = 8,5565

Lampiran 2Penghitungan absorbansi, aktivitas hambatan, nilai probit dan IC50 ekstrak daun singkong*Konsentrasi (ppm)Log KonsentrasiAbsorbansi (nm)Rata-rata Absorbansi (nm)Aktivitas Hambatan (Abs blanko Abs sampel/ Abs blanko) x 100% (%)Nilai Probit

10 0,428 0,402 0,4310,4200,436 0,420 x100% = 3,67 0,436 4,0846

101 0,353 0,396 0,3600,3690,436 0,369 x100% = 15,37 0,436 4,4928

1002 0,304 0,308 0,3140,3080,436 0,308 x100% = 29,36 0,436 4,8083

10003 0,316 0,307 0,3190,3140,436 0,314 x100% = 27,98 0,436 4,7776

*diukur dengan nilai absorbansi blanko 0,436A: 3,36837B: 0,41707R: 0,92691y = a + bx5 = 3,36837 + 0,41707x5 3,36837 = 0,41707x1,63163 = 0,41707xX = 1,63163 = 3,91212 0,41707Antilog X = 8168,08IC50 = 8168,08

Lampiran 3Grafik Perbandingan Absorbansi Vitamin C dan Ekstrak Daun Singkong

Gambar 6.1 Grafik perbandingan konsentrasi dan absorbansi ekstrak daun singkong

Gambar 6.2 Grafik perbandingan konsentrasi dan absorbansi vitamin C

Lampiran 4Grafik Perbandingan Regresi Linier Vitamin C dan Ekstrak Daun Singkong

Gambar 6.3 Grafik regresi linier ekstrak daun singkong

Gambar 6.4 Grafik regresi linier vitamin C

2

28