PENELITIAN NARASI

20
PENELITIAN NARASI

description

RESEARCH/PENELITIAN

Transcript of PENELITIAN NARASI

Page 1: PENELITIAN NARASI

PENELITIAN NARASI

Page 2: PENELITIAN NARASI

2

Bab 4

Lima Pendekatan Kualitatif Penyelidikan

alam bab ini, kita mulai eksplorasi rinci kita

tentang penelitian narasi, fenomenologi, teori

grounded (teori dasar), etnografi dan studi

kasus. Untuk masing-masing pendekatan, penulis

menempatkan definisi, menelusuri secara gamblang tentang

sejarahnya, memeriksa jenis- jenis studi, memperkenalkan

prosedur yang dilibatkan dalam pelaksanaan studi, dan

menunjukkan tantangan-tantangan potensial dalam

penggunaan pendekatan. Penulis juga meninjau sejumlah

kesamaan dan perbedaan di antara kelima pendekatan, dengan

demikian para peneliti kualitatif dapat memutuskan

pendekatan manakah yang terbaik untuk digunakan dalam

studi khusus mereka.

D

Pertanyaan untuk Diskusi

Apakah yang dimaksud studi narasi, fenomenologi, grounded theory (teori dasar), etnografi dan studi kasus?

Prosedur dan tantangan apa yang digunakan untuk menggunakan masing-masing pendekatan penelitian kualitatif?

Apa kesamaan dan perbedaan di antara kelima pendekatan?

Penelitian Narasi

Definisi dan Latar Belakang

Penelitian narasi memiliki banyak bentuk, menggunakan ragam praktik-praktik analitik dan

mengakar dalam masyarakat yang berbeda dan disiplin ilmu kemanusiaan (Datute dan

Lightfoot, 2004). Narasi mungkin sebuah istilah yang diperuntukkan untuk semua teks atau

Narasi mungkin

sebuah istilah yang diperuntukkan untuk

semua teks atau wacana, atau ia

mungkin berupa teks dalam konteks sebuah mode

penyelidikan dalam penelitian kualitatif

(Chase, 2005), dengan fokus khusus

pada sejarah yang diceritakan oleh

individu (Polkinghorne, 1995).

Page 3: PENELITIAN NARASI

3

wacana, atau ia mungkin berupa teks dalam konteks sebuah mode penyelidikan dalam

penelitian kualitatif (Chase, 2005), dengan fokus khusus pada sejarah yang diceritakan oleh

individu (Polkinghorne, 1995). Seperti saran Pinnegar dan Daynes (2006), narasi dapat

berbentuk dua hal, yaitu metode dan fenomena studi. Seperti halnya metode, ia mulai dengan

pengalaman-pengalaman yang terekspresikan dalam hidup dan pengisahan sejarah individu.

Para penulis telah menyediakan pola-pola untuk menganalisa dan memahami kehidupan dan

pengisahan. Penulis akan mendefinisikannya di sini sebagai jenis disain kualitatif yang mana

narasi difahami sebagai pembicaraan atau teks tulisan yang memberikan sekumpulan

peristiwa/ tindakan atau rangkaian peristiwa/ tindakan, yang secara kronologis memiliki

keterhubungan (Czarniawska, 2004, hlm. 17). Prosedur untuk penerapan penelitian ini terdiri

dari pemokusan pada studi terhadap satu atau dua individu, pengumpulan data melalui

pengumpulan kisah- kisah mereka, pelaporan pengalaman- pengalaman individual dan

penataan secara kronologis (atau menggunakan tahapan wacana kehidupan) makna- makna

pengalaman tersebut.

Meskipun penelitian narasi aslinya berasal dari kajian literatur, sejarah, antropologi,

sosiologi, sosiolinguistik, dan pendidikan, sejumlah disiplin studi tertentu telah menggunakan

pendekatan milik mereka (kelompok penelitian narasi) tersebut (Chase, 2005). Penulis

menemukan gejala ini dalam sebuah karya para posmodern yang berorientasi keorganisasian

di dalam karya Czarniawska (2004); juga dalam tulisan perspektif pengembangan

kemanusiaan dalam karya Daiute dan Lightfoot (2004); Pendekatan psikologi di Lieblich

karya Tuval-Mashiach dan Zilber (1998); pendekatan sosiologis dalam Cortazzi (1993) dan

Riessman (1993); dan kuantitatif (misalnya, sejarah statistik dalam pemodelan sejarah

peristiwa) dan pendekatan kualitatif dalam karya Elliot (2005). Sumbangan dari berbagai

disiplin ilmu pengetahuan pada penelitian narasi juga telah didukung oleh seri tahunan studi

narasi kehidupan yang mulai pada tahun 1993 (lihat misalnya, Josselson dan Lieblich, 1993),

dan jurnal penyelidikan narasi dengan banyaknya jumlah buku yang ditulis akhir-akhir ini

Page 4: PENELITIAN NARASI

4

dalam penelitian narasi, hal ini tentunya merupakan sebuah field in making (Chase, 2005, hlm.

651). Dan dalam diskusi tentang prosedur narasi dimana penulis mendasarkan pada sebuah

buku yang mudah diperoleh yang ditulis untuk para pelaku ilmu sosial yang disebut

penyelidikan narasi (Clandinin dan Conelly, 2000) yang bertema Apa yang dilakukan oleh

para peneliti narasi? (hlm. 48).

Jenis Studi-Studi Narasi

Sebuah pendekatan terhadap penelitian narasi adalah untuk membedakan jenis-jenis penelitian

narasi oleh strategi analitis yang digunakan oleh para pengarang. Polkinghorne (1995)

menggunakan pendekatan ini dan membedakan antara analisis tentang narasi (hlm. 12),

menggunakan paradigma berfikir untuk membuat deskripsi tema apa yang dipakai ke arah

cerita atau pembagian jenis ceritanya, dan analisis narasi dimana para peneliti mengumpulkan

sejumlah deskripsi peristiwa atau kejadian dan mengkonfigurasinya ke dalam sebuah cerita

menggunakan sebuah alur panduan. Polkinghorne (1995) terus menekankan pada bentuk

kedua dalam tulisannya. Akhir-akhir ini, Chase (2005) menyajikan sebuah pendekatan yang

secara khusus beraliansi dengan analisis tentang narasinya Polkinghorne. Chase menyarankan

bahwa para peneliti dapat menggunakan alasan paradigmatik untuk sebuah studi narasi,

seperti bagaimana seorang individu mampu dan dipaksa oleh sumber-sumber sosial, yang

secara sosial disituasikan dalam penampilan yang saling interaksi dan bagaimana para pelaku

narasi mengembangkan penafsiran.

Pendekatan kedua adalah untuk menekankan ragam bentuk dalam praktik penelitian

narasi (lihat misalnya, Casey, 1996/1996). Sebuah studi biografi adalah merupakan sebuah

bentuk studi narasi dimana para peneliti menulis dan mencatat pengalaman-pengalaman hidup

orang lain. Autobiografi adalah tulisan dan catatan oleh individu-individu yang merupakan

subjek studi (Ellis, 2004). Sebuah sejarah hidup membawa sebuah keseluruhan hidup

individu, ketika cerita pengalaman individu seseorang adalah berupa studi narasi dari sebuah

Page 5: PENELITIAN NARASI

5

pengalaman pribadi seseorang dijumpai dalam episode tunggal atau ganda, stuasi khusus atau

cerita rakyat milik komunitas tertentu (Denzin, 1989a). Sebuah cerita lisan terdiri dari

pengumpulan refleksi individu atau peristiwa dan sebab musababnya dari seorang individu

atau sejumlah individu (Plummer, 1983). Studi narasi dapat memiliki sebuah fokus

kontekstual khusus seperti guru dan siswa dalam sebuah ruangan kelas (Ollerenshaw dan

Cresswell, 2002) atau sejarah yang menceritakan tentang sebuah organisasi (Czarniawska,

2004). Narasi mungkin saja dipandu oleh sebuah lensa (sudut pandang) atau perspektif. Lensa

tersebut mungkin digunakan untuk membela warga Amerika Latin melalui penggunaan

testimoni (kesaksian) (Beverly, 2005), atau mungkin berupa sebuah lensa feminis yang

digunakan untuk melaporkan sejarah wanita (lihat misalnya, Kelompok Narasi Pribadi, 1989)

adalah sebuah lensa yang menunjukkan suara wanita yang diubah, beragam dan bertentangan

(Chase, 2005).

Prosedur Pelaksanaan Penelitian Narasi

Dengan menggunakan pendekatan yang diambil oleh Clandidnin dan Conelly (2000) sebagai

panduan prosedural umum, metode pelaksanaan sebuah studi narasi tidak mengikuti sebuah

pendekatan kaku, akan tetapi tentunya menyajikan sebuah kumpulan tidak resmi mengenai

topik.

1. Menentukan jika pertanyaan atau permasalahan penelitian terbaik untuk penelitian

narasi. Penelitian narasi sangat baik untuk menangkap rincian sejarah atau pengalaman

hidup dari kehidupan tunggal atau kehidupan sejumlah kecil para individu.

2. Memilih satu atau lebih para individu yang memiliki kisah atau pengalaman hidup

melalui ragam jenis informasi. Clandidinin dan Conelly (2000) merujuk kisah-kisah

tersebut sebagai “teks-teks lapangan”. Partisipan penelitian dapat mencatat kisah

mereka dalam buku diari atau jurnal, atau para peneliti dapat mengamati individu dan

mencatat kutipan-kutipan lapangan. Para peneliti juga dapat mengumpulkan surat-

Page 6: PENELITIAN NARASI

6

surat yang dikirimkan oleh para individu, mengumpulkan kisah tentang individu yang

berasal dari anggota keluarga, mengumpulkan dokumen-dokumen seperti memo atau

surat-menyurat kantor tentang individu atau mengumpulkan foto-foto, kotak memori

(koleksi dari artikel yang memicu memori) dan artefak sosial-keluarga-individu

lainnya. Setelah memeriksa sumber-sumber ini, para peneliti mencatat pengalaman-

pengalaman hidup individu.

3. Mengumpulkan informasi tentang konteks dari kisah-kisah ini. Para peneliti narasi

meletakkan kisah individu dalam konteks pengalaman pribadi partisipan (pekerjaan

dan rumah mereka), budaya mereka (ras atau suku) dan konteks sejarah mereka

(waktu dan tempat).

4. Menganalisa kisah para partisipan dan kemudian menceritakannya kembali ke dalam

sebuah kerangka kerja yang dapat membuat pemahaman. Penceritaan kembali adalah

proses pemahaman kisah ke dalam sejumlah jenis umum kerangka kerja. Kerangka

kerja ini dapat terdiri dari pengumpulan kisah, menganalisanya bagi elemen-elemen

kunci dari kisah (misalnya, waktu, tempat, alur dan sken) dan kemudian menuliskan

kembali kisah untuk menempatkannya dalam sebuah urutan kronologis (Ollerenshaw

dan Cresswell, 2000). Seringkali ketika para individu menceritakan kembali kisah

mereka, mereka tidak menyajikannya dalam sebuah urutan kronologis. Selama proses

penceritaan, para peneliti menyiapkan sebuah hubungan penyebab di antara gagasan-

gagasan. Cortazzi (1993) menyarankan bahwa kronologi penelitian narasi, dengan

menekankan pada urutan, mengatur bagian-bagian narasi dari aliran penelitian lain.

Sebuah aspek dari kronologi adalah bahwa kisah memiliki sebuah awal- tengah dan

akhir. Sama halnya dengan elemen utama yang ditemukan dalam karya novel yang

baik, aspek-aspek ini meliputi keadaan berbahaya, konflik atau perjuangan, pelaku

utama atau karakter utama dan sebuah urutan dengan akibat yang dikandungnya

(misalnya sebuah plot) dimana keadaan berbahaya tersebut dapat diselesaikan dalam

Page 7: PENELITIAN NARASI

7

sejumlah cara (Carter, 1993). Sebuah kronologi lebih jauh dapat terdiri dari gagasan

masa lalu, sekarang dan yang akan datang (Clandinin dan Conelly, 2000) berdasarkan

pada asumsi bahwa waktu memiliki sebuah arah yang tidak lurus (Polkinghorne,

1995). Dalam sebuah pengertian yang lebih umum, sebuah kisah dapat memuat jenis

elemen lain yang ditemukan dalam sebuah novel, seperti waktu, tempat, dan cerita

(Conelly dan Clandinin, 1990). Alur, garis cerita dapat pula memuat tiga dimensi

ruang penyelidikan narasi, yaitu individu dan sosial (interaksi), masa lalu, sekarang

dan akan datang (kesinambungan) dan tempat (situasi). Garis cerita ini mungkin

memuat informasi tentang seting atau konteks dari pengalaman partisipan. Di depan

kronologi, para peneliti dapat merinci tema yang mencuat dari kisah untuk

menyediakan sebuah diskusi yang lebih rinci tentang makna arti dari kisah tersebut

(Huber dan Whelan, 1999). Kemudian analisis data kualitatif mungkin berupa sebuah

deskripsi kedua kisah dan tema yang timbul darinya. Seorang penulis beraliran

posmodernis seperti Czarniawska (2004) akan menambahkan elemen lain untuk

analisis, sebuah penghancuran kisah, sebuah penghilangan dari kisah-kisah tersebut

seperti strategi analisis, menyingkap dikotomi, memeriksa kebungkaman dan

menghadirkan gangguan dan kesakitan.

5. Bekerjasama dengan partisipan secara aktif, melibatkan mereka dalam penelitian

(Clandinin dan Conelly, 2000). Sebagai peneliti yang mengumpulkan kisah-kisah,

mereka menegosiasikan hubungan, perpindahan yang sopan, dan menyediakan cara

yang bermanfaat bagi para partisipan. Dalam penelitian narasi, tema kunci sedang

mengarah kepada hubungan antara para peneliti dan yang diteliti dimana kedua fihak

akan belajar dan berubah dalam sebuah pertemuan (Pinnegar dan Daynes, 2006).

Dalam proses ini, masing-masing fihak menegosiasikan makna kisah, menambahkan

sebuah pemeriksaan validasi untuk analisis (Cresswell dan Miller, 2000). Dalam kisah

milik partisipan dapat juga terdapat kisah yang terjalin dari para peneliti yang

Page 8: PENELITIAN NARASI

8

ditambahkan ke dalam kehidupannya (partisipan) (lihat Huber dan Whelan, 1999).

Juga, dalam kisah terdapat epipani atau poin pengarah dimana garis cerita yang

merubah arah secara dramatis. Dan di akhir, studi narasi akan menceritakan kisah

individu yang terbuka dalam sebuah kronologi dari pengalaman mereka, yang tertata

dalam hidup pribadi dan sosial mereka dan konteks sejarah dan memuat tema penting

dalam pengalaman hidup tersebut. “Penyelidikan Narasi merupakan kisah hidup dan

cerita,” demikian dikatakan Clandidnin dan Conolly (2000, hlm. 20).

Tantangan

Setelah diberikan karakteristik dan prosedur penelitian narasi ini, penelitian narasi merupakan

sebuah pendekatan menantang untuk digunakan. Para peneliti perlu mengumpulkan informasi

mendalam tentang para partisipan dan perlu memiliki pemahaman yang jelas akan konteks

kehidupan seseorang individu. Hal tersebut membutuhkan pandangan yang tajam untuk

mengenali sumber materi yang mengumpulkan kisah khusus yang menangkap pengalaman

individu. Seperti komentar Edel (1984) merupakan hal penting untuk mengungkap sosok di

bawah karpet (tersembunyi) yang menjelaskan ragam latar konteks sebuah kehidupan. Aktif

bekerjasama dengan para partisipan adalah perlu dan para peneliti perlu membicarakan kisah

para partisipan juga yang merefleksikan tentang latar belakang politik dan pribadi mereka

yang membentuk bagaimana mereka mengisahkan kembali sejumlah bagian-bagian

kehidupan mereka. Beragam persoalan mencuat ketika proses pengumpulan, analisa dan

penceritaan kisah individu. Pinnegar dan Daynes (2006) memunculkan pertanyaan penting

berikut ini: Siapa pemilik kisah? Siapa yang dapat menceritakannya? Siapa yang dapat

mengubahnya? Versi siapa yang meyakinkan? Apa yang terjadi ketika narasi-narasi itu

bersaing? Sebagai sebuah komunitas, kisah apa yang terjadi di antara kita?

Page 9: PENELITIAN NARASI

9

Bacaan Pengaya

Terdapat sejumlah bacaan yang dapat memperluas ulasan singkat dari masing-masing kelima

pendekatan penyelidikan ini. Pada bab 1, penulis telah menyajikan buku-buku utama yang

akan digunakan untuk memahami diskusi tentang setiap pendekatan. Di sini penulis

menyediakan daftar yang lebih melimpah terkait rujukan yang juga menyertakan kegiatan-

kegiatan-kegiatan utama.

Dalam penelitian narasi, penulis akan mendasarkan pada karya Denzin (1989a,

1989b), Czarniawska (2004), dan khususnya karya Clandinin dan Conelly (2000). Penulis

juga menambahkan dalam daftar buku ini tentang sejarah hidup (angrosino, 1989a), metode-

metode humanistik (Plummer, 1983), dan sebuah buku pegangan yang komprehensif dalam

penelitian narasi (Clandidnin, 2006).

Angrosino, M.F. (1989a). Documents of interaction: Biography, and life history in social science perspective. Gainesville: university of Florida Press

Clandinin, D,J., dan Conelly (Ed). (2006). Handbook of narrative inquiry; Mapping a methodology. Thousand Oaks, CA: Sage.

Clandinin, D,J., dan Conelly, F.M. (2000). Narrative inquiry: Experience and story in qualitative research. San Fransisco: Josey-Bass

Czarniawska, B. (2004). Narrative in social science research, London: Sage

Denzin, N.K. (1989a). Interpretive biography. Newburry Park, CA: Sage

Denzin, N.K. (1989b). Interpretive interactionism. Newburry Park, CA: Sage

Elliot, J. (2005). Using narrative in social research: Qualitative and quantitative approaches. London: Sage

Plummer, K. (1983). Documents of life: An introduction to the problems and litarature of a humanistic method. London: George Allen & Unwin

Untuk fenomenologi, buku-buku mengenai metode penelitian fenomenologi oleh Moustakas

(1994) dan sebuah pendekatan hermenetik oleh Van Mannen (1990) akan menyediakan

sebuah landasan bab-bab selanjutnya. Panduan prosedural lain untuk penyelidikan meliputi

Giorgi (1985), Polkinghorne (1989), Van Kaam (1966), Colaizzi (1978), Spiegelberg (1982),

Page 10: PENELITIAN NARASI

10

Dukes (1984), Oiler (1986) dan Tesch (1990). Untuk perbedaan-perbedaan mendasar antar

hermenetik dan empiris atau fenomenologi transendental, lihat Lopez dan Willis (2004) dan

untuk sebuah diskusi tentang permasalahan lebih spesifik dan mendalam, lihat LeVasseur

(2003). Sebagai tambahan, untuk mengkaji lebih mendalam landasan yang kuat dalam

(memahami bahwa) asumsi filosofis itu penting dan seseorang mungkin akan memeriksa

karya Husserl (1931, 1970), Marleau-Ponty (1962), Natanson (1973), dan Stewart dan

Mickunas (1990) untuk latar belakang ini.

Colaizzi, P.F. (1978). Psychological research as the phenomenologist views it. In R. Vaile & M. King (Eds), Existential phenomenological alternatives for psychology (pp. 48-71). New York: Oxford University Press.

Dukes, S. (1984). Phenomenological methodology in the human sciences, Journal of Religion and Health, 23, 197-203.

Giorgi, A. (Ed). (1985). Phenomenology and psychological research. Pitsburgh, PA: Duquesne University Press.

Husserl, E. (1931). Ideas: General introduction to pure phenomenology (D. Carr, Trans). Evanston, IL: Northwestern University Press

Husserl, E. (1970). The crisis of European sciences and transcendental phenomenology (D. Carr, Trans). Evanston, IL: Northwestern University Press

LeVasseur, J.J. (2003). The problem with bracketing in phenomenology. Qualitative Health Reaserch, 31 (2), 408-420

Lopez, K. A, & Willis, D. G. (2004). Descriptive versus interpretive phenomenology: Their contribution to nursing knowledge. Qualitative Health Research, 14 (5), 726-735.

Merleau-Ponty, M. (1962). Phenomenology of perception (C. Smith, Trans). London: Routledge & Kegan Paul.

Moustakas, C. (1994). Phenomenological research methods. Thousand Oaks, AC: Sage.

Natanson, M. (Wd). (1973). Phenomenology and the social sciences. Evanston, IL: Northewstern University Press

Oiler, C. J. (1986). Phenomenology: The method. In P. L. Munhall & C. J. Oiler (Eds)., Nursing reaserch: A qualitative perspective (pp. 69-82). Norwalk, CT: Appleton-Cemtury-Crofts.

Page 11: PENELITIAN NARASI

11

Polkinghorne, D.E. (1989). Phenomenological research methods. In R. S. Valle & S. Halling (Eds.), Existential-phenomenological perspectives in psychology )pp. 41-60). New York: Plenum.

Spiegelberg, H. (1982). The phenomenological movement (3rd ed). The Hague, Netherlands: Martinus Nijhoff

Stewart, D., & Mickunas, A. (1990). Exploring phenomenology: A guide to the field and its literature (2nd wd). Athens: Ohio University Press

Tesch, R. (1990). Qualitative research: Analysis types and software tools. Bristol, PA: Falmer PressVan Kaam, M. (1966). Existential foundations of psychology. Pitsburgh, PA: Dusquesne University Press

Van Mannen, M. (1990). Researching lived experiences: Human sciences for an action sensitive pedagogy. Albany: State University of New York Press.

Dalam penelitian teori dasar, periksa buku karya Strauss dan Corbin (1990) yang sangat

dianjurkan sebelum meninjau karyanya yang lain Glaser dan Strauss (1967), Glaser (1978),

Strauss (1978), Glaser (1992), atau edisi terbaru karya Strauss dan Corbin (1998). Apa yang

tersedia pada buku karya Strauss dan Corbin (1998) yang penulis yakin (memiliki) sebuah

panduan prosedural terbaik daripada buku karya mereka yang diterbitkan pada tahun 1998.

Untuk ulasan metodologi yang gamblang mengenai teori dasar, periksa karya Charmaz

(1983), Strauss dan Corbin (1994) dan Chenitz dan Swanson (1986). Khususnya karya yang

sangat membantu, yaitu buku-buku Charmaz (2006) mengenai penelitian teori dasar ditinjau

dari perspektif kontruksionis dan perspektif postmodern dalam karya Clarke’s (2005).

Charmaz,K. (1983). The grounded theory method: An explication and interpretation. In R. Emerson (Ed), Contemporary field research (hlm. 109-126). Boston: Little, Brown

Charmaz, K. (2006). Constructing grounded theory. London: Sage.

Chenitz, W. C, & Swanson, J. M. (1986). From practice to grounded theory: Qualitative research in nursing. Menlo Park, CA: Addison-Wesley.

Clarke, A. E. (2005). Situational analysis: Grounded theory after the postmodern turn. Thousand Oaks, CA: Sage

Glaser, B. G. (1978). Theoretical sensitivity. Mill Valley, CA: Sosiology Press

Page 12: PENELITIAN NARASI

12

Glaser, B.G. (1992). Basics of grounded theory analysis. Mill Valley, CA: Sosiology Press

Glaser, B.G., & Strauss, A. (1967). The discovery of grounded theory. Chicago: Aldine.

Strauss, A. (1987). Qualitative analysis for social scientists. New York: Cambridge University Press

Strauss, A., & Corbin, J. (1990). Basics of qualitative research: Grounded theory procedures and techniques. Newbury Park, CA: Sage

Strauss, A., & Corbin, J. (1994). Grounded theory methodology: An overview. In N. K. Denzin & Y. S. Lincoln (Eds), Handbook of Qualitative research (hlm. 273-285). Thousand Oaks, CA: Sage.

Strauss, A., & Corbin, J. (1998). Basics of qualitative research: Grounded theory procedures and techniques (2nd ed.). Newbury Park, CA: Sage

Sejumlah buku-buku terkini yang membahas tentang etnografi akan menyediakan landasan

bagi bab-bab berikutnya: Atkinson, Coffey dan Delamont (2003); volume pertama dalam

rangkaian sarana para etnografi, Disain dan Pelaksanaan Penelitian Etnografi, sama baiknya

dengan enam volume lainnya dalam rangkaian karya LeCompte dan Schensul (1999); dan

Wolcott (1994b, 1999). Sumber lain tentang etnografi termasuk Spradley (1979, 1980),

Fetterman (1998), dan Madison (2005).

Atkinson, P., Coffey, A., & Delamont, S. (2003). Key themes in qualitative research: Continuities and changes. Walnut Creek, CA: Alta Mira

Fetterman, D. M. (1998). Ethnography: step by step (2nd ed). Thousand Oaks, CA: Sage

LeCompte, M. D., & Schensul, J.J. (1999). Designing and conducting ethnographic research (Ethnographer’s toolkit, Vol. 1). Walnut Creek, CA: Alta Mira

Madison, D. S. (2005). Critical ethnography: Method, ethics, and performance. Thousand Oaks, CA: Sage.

Spradley, J. P. (1980). Participant Observation. New York: Holt, Rinchart & Winston.

Wolcott, H. F. (1994b). Transforming qualitative data: Description, analysis an interpretations. Thousand Oaks, CA: Sage

Wolcott, H. F. (1999). Ethnography: A way of seeing. Walnut Creek, CA: Alta Mira

Page 13: PENELITIAN NARASI

13

Dan akhirnya, untuk penelitian studi kasus, silahkan merujuk pada karya Stake (1995) atau

buku-buku terkini seperti karya Lincoln dan Guba (1985), Merriam (1988), dan Yin (2003).

Lincoln, Y. S., & Guba, E. G. (1985). Naturalistic inquiry. Beverly Hills, CA: Sage.

Merriam, S. (1988). Case study research in education: A qualitative approach. San Fransisco: Jossey- Bass

Stake, R. (1995). The art of case study research. Thousand Oaks, CA: Sage

Yin, R. K. (2003). Case study Research: design and method (3rd ed). Thousand Oaks, CA.

Sage.