Penelitian Kuantitatif

10
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Praktik ekonomi yang terjadi saat ini, baik yang dilakukan para praktisi maupun para akademisi, lebih banyak menggunakan sistem ekonomi sekuler. Ekonomi sekuler yang telah berlaku berabad-abad lamanya bukan saja dipraktikkan orang-orang bukan Islam tetapi juga oleh umat Islam sendiri. Keadaan seperti ini tentu saja tidak terlepas dari modernisasi dan kemajuan peradaban bangsa Barat yang sekuler, yang dipengaruhi teori ekonomi liberal atau kapitalisme, dan sosialisme, modernisme, dan teori ekonomi pembangunan yang menggabungkan kedua teori tersebut. Teori ekonomi liberal yang dilahirkan Adam Smith lebih menitikberatkan kepada individualistis, artinya dalam praktik ekonomi, baik oleh para praktisi ekonomi yang menjadi penggerak utama perekonomian negara maupun pemerintah, nilai-nilai sosial yang semakin terkikis. Praktik ekonomi liberal dalam menggapai keberhasilan ekonominya dilakukan dengan berbagai cara asalkan tidak melanggar ketentuan yang berlaku. 1 1 Syukri Iska, Sistem Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Fajar Media Press, 2012), hlm. 1

description

Penelitian Kuantitatif

Transcript of Penelitian Kuantitatif

Page 1: Penelitian Kuantitatif

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Praktik ekonomi yang terjadi saat ini, baik yang dilakukan para praktisi

maupun para akademisi, lebih banyak menggunakan sistem ekonomi sekuler.

Ekonomi sekuler yang telah berlaku berabad-abad lamanya bukan saja

dipraktikkan orang-orang bukan Islam tetapi juga oleh umat Islam sendiri.

Keadaan seperti ini tentu saja tidak terlepas dari modernisasi dan kemajuan

peradaban bangsa Barat yang sekuler, yang dipengaruhi teori ekonomi liberal atau

kapitalisme, dan sosialisme, modernisme, dan teori ekonomi pembangunan yang

menggabungkan kedua teori tersebut.

Teori ekonomi liberal yang dilahirkan Adam Smith lebih menitikberatkan

kepada individualistis, artinya dalam praktik ekonomi, baik oleh para praktisi

ekonomi yang menjadi penggerak utama perekonomian negara maupun

pemerintah, nilai-nilai sosial yang semakin terkikis. Praktik ekonomi liberal

dalam menggapai keberhasilan ekonominya dilakukan dengan berbagai cara

asalkan tidak melanggar ketentuan yang berlaku.1

Ada teori yang menggabungkan teori kapitalisme dengan teori sosialisme

yang dikenal dengan teori ekonomi pembangunan. Teori ini menunjukkan

kemajuan berarti terhadap negara-negara maju seperti Amerika Serikat karena

didukung dana yang memadai untuk membangun infrastruktur yang menjadi

fokus ekonomi pembangunan.2

Namun penerapan Negara-negara berkembang seperti Indonesia menjadi

masalah karena memerlukan dukungan dari Negara-negara donor dan sejumlah

lembaga keuangan, seperti Bank Dunia (World Bank), dalam bentuk pinjaman

untuk membangun infrastrukturnya.

1 Syukri Iska, Sistem Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Fajar Media Press, 2012), hlm. 1

2 Syukri Iska, Sistem Perbankan ………, hlm. 2

Page 2: Penelitian Kuantitatif

2

Wujud dari sistem ekonomi Islam tersebut secara institusional diantaranya

ditandai dengan berdirinya lembaga-lembaga perbankan.

Pada umumnya, tidak terdapat defenisi yang tepat berkenaan dengan bank.

Undang-undang perbankan NewYork mendefinisikan pengertian bank sebagai

segala tempat transaksi valuta setempat, juga merupakan tempat usaha yang

berbentuk trust, pemberian diskonto, memperjualbelikan surat kuasa, rekening,

dan sistem peminjaman. Istilah “banker” dalam undang-undang, didefinisikan

sebagai orang-orang yang hendak melakukan perdagangan dalam dunia

perbankan tanpa menimbulkan akibat apapun terhadap para pelakunya.

Ada beberapa fungsi Bank, diantaranya adalah menyelesaikan berbagai urusan

uang, seperti penukaran uang, pengiriman uang dan memperjualbelikan surat-

surat berharga, menerima deposito, memberi pinjaman dengan menggunakan

jaminan atau dengan cara overdraf, mengurus bidang pegadaian atau dengan

membeli saham perusahaan-perusahaan industri, mengurus pertukaran valuta

asing, dan melaksanakan fungsi agensi bagi para nasabah. 3

Bank terbagi atas dua, yaitu bank konvensional dan bank syariah. Bank

konvensional adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional atau berdasarkan prinsip syari'ah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, sedangkan bank syariah adalah

bank yang tata cara operasionalnya didasari dengan tatacara Islam yang mengacu

kepada ketentuan Al-Qur’an dan Al Hadist.

Keberadaan Bank Syariah dalam sistem perbankan Indonesia sebenarnya telah

dikembangkan semenjak tahun 1992, seiring dengan lahirnya Undang-undang No.

7 Tahun 1992, tentang perbankan. Kemudian diiringi oleh Peraturan Pemerintah

No. 72 tahun 1992 tentang bank berdasarkan Prinsip Bagi Hasil, sebagai dasar

opersionalnya. Sesudah Undang-undang No 7 tersebut diganti menjadi Undang-

undang No. 10 Tahun 1998 tentang layanan perbankan, Perbankan Syariah

3 Muhammad Muslehuddin, Sistem Perbankan dalam Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 2

Page 3: Penelitian Kuantitatif

3

semakin memiliki landasan hukum yang lumayan kuat, yakni adanya peluang

bagi bank konvensional melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah

melalui Unit usaha Syariah (UUS).

Namun undang-undang ini pun masih belum memberikan landasan hukum

yang kuat terhadap pengembangan bank Syariah karena belum secara tegas

mencantumkan Prinsip Syariah.

Walaupun demikian, secara politis, peluang umat Islam Indonesia untuk

mengembangkan Bank Syariah telah terbuka luas. Keadaan inilah yang

dimanfaatkan. Berawal dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada

tanggal 1 Mei 1992 yang kemudian diikuti dengan pendirian dan perkembangan

bank-bank syariah lainnya, baik dalam bentuk bank umum, maupun berupa unit-

unit Syariah, seperti Bank Negara Indonesia (BNI), sebagai bank konvensional

pertama yang membuka unit usaha Syariah dengan nama BNI Syariah yang

didirikan pada bulan April 2000.

Pada bank syariah ini banyak terdapat akad-akad, salah satunya adalah akad

musyarakah.4

Akad musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk

usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan konstribusi dana dengan

kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko ditanggung bersama sesuai dengan

kesepakatan.5 Istilah ini berkonotasi lebih terbatas dari pada istilah syirkah yang

lebih umum digunakan dalam fiqh Islam.

Didalam terminologi Fiqh Islam syirkah dibagi dalam dua jenis, yaitu syirkah

kepemilikan, dan syirkah akad.

a. Syirkah kepemilikan tercipa karena warisan, wasiat, atau kondisinya yang

mengakibatkan pemilikan satu asset oleh dua orang atau lebih. Dan

syirkah ini, kepemilikannya satu orang atau lebih berbagi dalam sebuah

4 Syukri Iska, Sistem Perbankan ………, hlm. 45 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 49

Page 4: Penelitian Kuantitatif

4

asset nyata dan berbagi pula dari keuntungan yang dihasilakn asset

tersebut.6

b. Syirkah akad berarti kemitraan yang terjadi karena adanya kontrak

bersama, atau usaha komersial bersama.

Pada skim musyarakah, bank dan nasabah sama-sama memiliki kontribusi

dana dalam usaha. Pengembalian hasil usaha tergantung kepada nisbah bagi hasil

yang disepakati nasabah dan bank. Semakin tinggi kinerja usaha nasabah,

semakin tinggi pula bagi hasil untuk masing-masing pihak.

Berdasarkan data dibawah ini bahwa perhitungan bagi hasil

dua tahun terakhir ini sangat besar omzetnya terlihat dari tahun

ke tahun. Untuk keterangan lebih jelasnya akan digambarkan

dalam tabel dibawah ini :

Tabel 3. Perhitungan Bagi Hasil

BULAN OMZETBAGI HASIL

NASABAH BANK

NOVEMBER '02 Rp. 75.000.000 Rp. 70.830.000 Rp. 4.170.000DESEMBER '02 Rp. 75.000.000 Rp. 70.830.000 Rp. 4.170.000JANUARI '03 Rp. 75.000.000 Rp. 70.830.000 Rp. 4.170.000FEBRUARI '03 Rp. 75.000.000 Rp. 70.830.000 Rp. 4.170.000MARET '03 Rp. 75.000.000 Rp. 70.830.000 Rp. 4.170.000APRIL '03 Rp. 75.000.000 Rp. 70.830.000 Rp. 4.170.000MEI '03 Rp. 65.000.000 Rp. 61.386.000 Rp. 3.614.000JUNI '03 Rp. 65.000.000 Rp. 61.386.000 Rp. 3.614.000JULI '03 Rp. 90.000.000 Rp. 84.996.000 Rp. 5.004.000AGUSTUS '03 Rp. 90.000.000 Rp. 84.996.000 Rp. 5.004.000SEPTEMBER '03 Rp. 90.000.000 Rp. 84.996.000 Rp. 5.004.000OKTOBER '03 Rp. 90.000.000 Rp. 84.996.000 Rp. 5.004.000TOTAL Rp. 940.000.000 Rp. 887. 736.000 Rp. 52.264.000

6 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. 91

Page 5: Penelitian Kuantitatif

5

Dari tabel 3 diatas, maka terlihat bahwa keuntungan bank dapat menurun

ataupun meningkat tergantung kepada realisasi pendapatan nasabah. Hal ini

sangat berbeda dengan sistem perbankan kovensional yang menetapkan

keuntungan yang pasti. Dalam perhitungan bagi hasil diatas, bank syariah

mengalami penurunan pendapatan di bulan Mei dan Juni 2003, tetapi meningkat

di 4 bulan terakhir.7

Di dalam akad musyarakah, terdapat beberapa syarat pokok diantaranya

adalah:

a. Syarat Akad

Karena musyarakah merupakan hubungan yang dibentuk oleh para mitra

melalui kontrak/akad yang disepakati bersama, maka otomatis empat syarat

akad yaitu:

1. Syarat berlakunya akad

2. Syarat sahnya akad

3. Syarat terealisasikanna akad

4. Syarat lazim harus dipenuhi

b. Pembagian Proporsi Keuntungan

Dalam pembagian proporsi keuntungan harus dipenuhi hal-hal berikut:

1. Proporsi keuntungan yang dibagikan kepada para mitra usaha harus

disepakati diawal kontrak/akad.

2. Rasio/nisbah keuntungan untuk masing-masing mitra usaha harus

ditetapkan sesuai dengan keuntungan nyata yang diperoleh dari usaha, dan

tidak ditetapkan berdasarkan modal yang disertakan.8

Contoh: jika A dan B bermitra dan sepakat bahwa A akan

mendapatkan bagian keuntungan setiap bulan sebesar Rp. 100.000, dan

sisanya merupakan bagian keuntungan dari B, maka kemitraan ini tidak

7Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2003), hlm. 78

8 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, ………, hlm. 53

Page 6: Penelitian Kuantitatif

6

sah. Demikian pula, jika disepakati bahwa A akan memperoleh 15% dari

nilai investasinya, kemitraan ini tidak sah. Dasar yang benar untuk

mendistribusikan keuntungan adalah persentase yang disepakati dari

keuntungan yang benar-benar diperoleh dalam usaha.

3. Penentuan Proporsi Keuntungan

Menurut Imam Abu Hanafiah, yang dapat dikatakan sebagai pendapat

tengah-tengah, berpendapat bahwa proporsi keuntungan dapat berbeda

dari proporsi modal pada kondisi normal. Namun demikian, mitra yang

memutuskan menjadi sleeping partner, proporsi keuntungannya tidak

boleh melebihi proporsi modalnya.

4. Pembagian Kerugian

Jika seorang mitra menyertakan 40% modal, maka dia harus

menanggung 40% kerugian, tidak lebih, atau tidak kurang. Apabila tidak

demikian, akad musyarakah tidak sah.9 Jadi, menurut Imam Syafi’I, porsi

keuntungan atau kerugian dari masing-masing mitra harus sesuai dengan

porsi penyertaan modalnya.

5. Sifat Modal

Sebagian besar ahli hukum Islam berpendapat bahwa modal yang

diinvestasikan oleh setiap mitra harus dalam bentuk modal likuid.

6. Manajemen Musyarakah

7. Penghentian Musyarakah

8. Penghentian musyarakah tanpa menutup usaha

Jika salah seorang mitra ingin mengakhiri musyarakah sedangkan

mitra lain ingin tetap meneruskan usaha, maka hal ini dapat dilakukan

dengan kesepakatan bersama. Mitra yang ingin tetap menjalankan usaha

dapat membeli saham/bagian dari mitra yang ingin berhenti karena

9 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, ………, hlm. 54

Page 7: Penelitian Kuantitatif

7

berhentinya seorang mitra dari musyarakah tidak berarti bahwa mitra lain

juga berhenti.10

10 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, ………, hlm. 58