penelitian hipertensi

41
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas normal yaitu 120/80mmHg. Menurut WHO (World Health Organization), batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi (batasan tersebut untuk orang dewasa di atas 18 tahun). 1 Hipertensi dapat dikatakan sebagai pembunuh diam- diam atau the silent killer. Hipertensi umumnya terjadi tanpa gejala (asimptomatis). Sebagian besar orang tidak merasakan apa pun, walau tekanan darahnya sudah jauh di atas normal. Hal ini dapat berlangsung bertahun-tahun, sampai akhirnya penderita (yang tidak merasa menderita) jatuh ke dalam kondisi darurat, dan bahkan terkena penyakit jantung, stroke atau rusak ginjalnya. Komplikasi ini yang kemudian banyak berujung pada kematian, sehingga yang tercatat sebagai penyebab kematian adalah komplikasinya. Dalam hal ini patut disimak perkembangan berikut. Penyakit jantung koroner misalnya, yang sangat erat berkaitan dengan hipertensi, ternyata secara perlahan-lahan tapi pasti telah 1

description

penelitian hipertensi

Transcript of penelitian hipertensi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah

di atas ambang batas normal yaitu 120/80mmHg. Menurut WHO (World Health

Organization), batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang

dari 130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan

hipertensi (batasan tersebut untuk orang dewasa di atas 18 tahun).1

Hipertensi dapat dikatakan sebagai pembunuh diam-diam

atau the silent killer. Hipertensi umumnya terjadi tanpa gejala

(asimptomatis). Sebagian besar orang tidak merasakan apa pun,

walau tekanan darahnya sudah jauh di atas normal. Hal ini dapat

berlangsung bertahun-tahun, sampai akhirnya penderita (yang

tidak merasa menderita) jatuh ke dalam kondisi darurat, dan

bahkan terkena penyakit jantung, stroke atau rusak ginjalnya.

Komplikasi ini yang kemudian banyak berujung pada kematian,

sehingga yang tercatat sebagai penyebab kematian adalah

komplikasinya. Dalam hal ini patut disimak perkembangan

berikut. Penyakit jantung koroner misalnya, yang sangat erat

berkaitan dengan hipertensi, ternyata secara perlahan-lahan tapi

pasti telah merangkak naik sebagai penyebab kematian utama di

Indonesia.1 Dalam Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang

diselenggarakan Departemen Kesehatan tahun 1972, ia masih

berada pada urutan ke-11. Pada SKRT tahun 1986, secara

mengejutkan naik menduduki urutan ke-3, dan sejak SKRT tahun

1992, kemudian 1995, lalu 2001, posisinya telah mencapai

urutan ke-1. Hanya dalam tempo 20 tahun, dari urutan ke-11

melesat ke urutan ke-1, dan bertahan sampai saat ini. Jadi, the

silent killer ini benar-benar laksana teroris – bertahun-tahun

1

menyerang tubuh kita secara diam-diam, dan tiba-tiba dalam

sekejap menyebabkan kematian, atau setidaktidaknya kecacatan

(kelumpuhan).2

Di Indonesia, menurut Departemen Kesehatan Indonesia (Februari 2010)

hipertensi tercatat sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan

tuberkulosis, bahkan cenderung meningkat seiring dengan gaya hidup yang jauh

dari perilaku hidup sehat, kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya

kesehatan, dan kurangnya sarana-prasarana penanggulangan hipertensi.3

Berdasarkan laporan WHO tahun 2008, hipertensi telah menjangkiti 30,4

% populasi dunia dengan perbandingan 29,6 % pada pria dan 28,1 % pada wanita.

Penelitian yang dilakukan oleh national health and nutrition examination survey.

( NHANES, 2005 –2006 ) di amerika serikat menunjukan bahwa sekitar 28,4%

dari populasi orang dewasa menderita hipertensi dan prevalansi ini meningkat

tajam dengan bertambahnya usia. Oleh sebab itu, Amerika telah mengharuskan

penduduk yang berusia di atas 20 tahun untuk memeriksakan tekanan darahnya

minimal 1 kali dalam 2 tahun.1

Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara

berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, diperkirakan

menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025, prediksi ini didasarkan pada angka

penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini.1

B. Rumusan Masalah

Mengetahui bahwa hipertensi merupakan masalah kesehatan di seluruh

dunia dan menduduki peringkat ketiga penyakit yang sering menyebabkan

kematian di Indonesia, sehingga penulis ingin mengetahui dan meneliti kenyataan

di lapangan tentang karakteristik penderita hipertensi di Puskesmas Tamalanrea

bulan November 2012 - April 2013 dari segi umur, jenis kelamin, kebiasaan

merokok, dan obesitas.

2

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum :

Untuk mengetahui karakteristik penderita hipertensi yang berobat di

Puskesmas Tamalanrea pada periode bulan November 2012 - April

2013

2. Tujuan Khusus :

a. Untuk mengetahui distribusi penderita hipertensi di Puskesmas

Tamalanrea pada periode bulan November 2012 - April 2013

berdasarkan umur.

b. Untuk mengetahui distribusi penderita hipertensi di Puskesmas

Tamalanrea pada periode bulan November 2012 - April 2013

berdasarkan jenis kelamin.

c. Untuk mengetahui distribusi penderita hipertensi di Puskesmas

Tamalanrea pada pada periode bulan November 2012 - April 2013

berdasarkan kebiasaan merokok.

d. Untuk mengetahui distribusi penderita hipertensi di Puskesmas

Tamalanrea pada periode bulan November 2012 - April 2013

berdasarkan obesitas.

D. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasanah ilmu

pengetahuan dan memicu penelitian lainnya, khususnya yang

3

berkaitan dengan penyakit hipertensi sehingga dapat meningkatkan

upaya pencegahan di kemudian hari.

2. Hasil penelitian diharapkan menjadi salah satu bahan informasi bagi

peneliti lainnya dan menjadi bahan masukan bagi instansi terkait

dalam menentukan arah kebijakan kesehatan di masa yang akan

datang.

3. Bagi instalasi kesehatan yang bersangkutan merupakan informasi

yang berharga utnuk meningkatkan pelayanan terhadap penderita

hipertensi.

4. Bagi peneliti sendiri penelitian ini merupakan pengalaman yang

berharga dalam memperluas wawasan dan pengetahuan tentang

hipertensi.

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan

tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah diukur dengan

spygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset

menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung

tegak atau terlentang.1

Hipertensi adalah penyakit dimana tekanan darah melampaui tekanan

darah normal. Menurut World Health Organization (WHO), batas tekanan darah

yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg.1

Berdasarkan hasil dari beberapa randomized clinical drug trials, hipertensi

telah didefenisikan dan diklasifikasikan berdasarkan tingkatan tekanan darah.

Klasifikasi ini telah ditetapkan oleh The Seventh Report of The Joint National

Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood

Pressure (JNC VII) pada tahun 2003, yang dapat dilihat pada tabel berikut. 4,5

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa ( > 18 tahun )

KategoriSistolik

(mmHg)

Diastolik

(mmHg)

Normal

Pre Hipertensi

Hipertensi

Stage 1

Stage 2

<120

120 – 139

140 – 159

≥160

Dan

atau

atau

atau

<80

80 – 89

90 – 99

≥ 100

(dikutip dari kepustakaan : 5)

5

Hipertensi sering disebut sebagai the silent disease karena penderita

umumnya tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan

tekanan darahnya. 2

B. Epidemiologi

Stroke, hipertensi dan penyakit jantung meliputi lebih dari sepertiga

penyebab kematian, dimana stroke menjadi penyebab kematian terbanyak 15,4%,

kedua hipertensi 6,8%, penyakit jantung iskemik 5,1%, dan penyakit jantung 4,6%

(Hasil Riskesdas 2007). Data Riskesdas 2007 juga disebutkan prevalensi

hipertensi di Indonesia berkisar 31,7% dengan insiden komplikasi penyakit

kardiovaskular lebih banyak pada perempuan (52%) dibandingkan laki-laki

(48%). Prevalensi ini jauh lebih tinggi dibanding Singapura (27,3

persen), Thailand (22,7 persen), dan Malaysia (20 persen).5,6

C. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya, hipetensi dibagi menjadi dua, yaitu hipertensi

essensial/primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi essensial/primer adalah jenis

hipertensi yang penyebabnya masih belum dapat diketahui. Sekitar 90% penderita

hipertensi menderita jenis hipertensi ini. Oleh karena itu, penelitian dan

pengobatan lebih banyak lagi ditujukan bagi penderita hipertensi

essensial.Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang penyebabnya dapat

diketahui, antara lain kelainan pada pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar

tiroid, penyakit kelenjar adrenal atau pemakaian obat-obatan seperti pil KB,

kortikosteroid, simpatomimetik amin (efedrin, fenilefrin, fenilpropanolamin,

amfetamin), siklosporin, dan eritropoetin.8,9,10

Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti.

Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini

disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan

oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat

tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain. Adapun penyebab paling

umum pada penderita hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati.

6

Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko

yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.8,9,10

Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik,

umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi

stres, obesitas dan nutrisi.11,12,13

1. Faktor genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan

keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan

dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara

potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi

mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari

pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. 14

Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat

hipertensi dalam keluarga.

2. Umur

Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur.

Pasien yang berumur di atas 60 tahun, 50 – 60 % mempunyai tekanan

darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan

pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya.

Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya

oleh karena interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka

tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri

akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen

pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur

menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena

kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan umur

sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat

sampai decade kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung

menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan

fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan

aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu reflex baroreseptor

7

pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal

juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi

glomerulus menurun.

3. Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.

Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum

menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh

hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density

Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor

pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek

perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas

wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai

kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini

melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut

dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan

umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur

45-55 tahun.

4. Etnis

Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada

yang berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti

penyebabnya. Namun pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang

lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopressin lebih besar.

5. Obesitas

Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada

kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes

for Health USA (NIH, 1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang

dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria

dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria

dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal

menurut standar internasional).

8

Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan

hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu

terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis

dan sistem renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan

konsumsi energi juga meningkatkan insulin plasma, dimana natriuretik

potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium dan peningkatan

tekanan darah secara terus menerus.

6. Pola asupan garam dalam diet

Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)

merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko

terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak

lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari.

Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi

natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya

cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler

meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut

menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada

timbulnya hipertensi.

Karena itu disarankan untuk mengurangi konsumsi

natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah natrium

klorida (garam dapur), penyedap masakan monosodium glutamate (MSG),

dan sodium karbonat. Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang

dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh.

Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya masakmemasak

masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam dan MSG.

7. Merokok

Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat

dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan

risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.

Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman

dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236

9

subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak

merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14

batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang

perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun.

Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada

kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari.

D. Patofisiologi

Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri dalam

millimeter merkuri. Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur, tekanan darah

sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS diperoleh selama

kontraksi jantung dan TDD diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi.

Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara potensial

dalam terbentuknya hipertensi; faktor-faktor tersebut adalah (lihat gambar 1):14,15

1. Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis

dan/atau variasi diurnal), mungkin berhubungan dengan

meningkatnya respons terhadap stress psikososial dll

2. Produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan

vasokonstriktor

3. Asupan natrium (garam) berlebihan

4. Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium

5. Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya

produksi angiotensin II dan aldosteron

6. Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrik oxida (NO), dan peptide

Natriuretik

7. Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruhi

tonus vaskular dan penanganan garam oleh ginjal

8. Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada

pembuluh darah kecil di ginjal

9. Diabetes mellitus

10. Resistensi insulin

10

11. Obesitas

12. Meningkatnya aktivitas vascular growth factors

13. Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung,

karakteristik inotropik dari jantung, dan tonus vascular

14. Berubahnya transpor ion dalam sel Gambar :

Gambar 1: Mekanisme patofisiologi dari hipertensi.

(Sumber :Kepustakaan 15)

11

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konseptual Penelitian

Dari tinjauan pustaka telah diperoleh beberapa faktor yang berhubungan

dengan hipertensi. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang ditimbulkan

akibat adanya interaksi dari berbagai faktor yang dimiliki seseorang. Berbagai

penelitian telah menghubungkan antara berbagai faktor risiko terhadap timbulnya

hipertensi.

Beberapa faktor resiko yang merupakan faktor yang dapat menyebabkan

hipertensi yaitu: umur, jenis kelamin, merokok, obesitas, genetik, penyakit ginjal

dan diabetes melitus.

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan terarah akan alur

penelitian ini digambarkan dalam kerangka konseptual di bawah ini:

Kerangka Konsep

12

HIPERTENSIHIPERTENSI

UMUR

JENIS KELAMIN

PERILAKU MEROKOK

OBESITAS

RIWAYAT KELUARGA

RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA

ASUPAN GARAM

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

B. Definisi Operasional

1. Umur

Definisi : Lama hidup penderita sejak dilahirkan sampai sekarang yang

dinyatakan dalam satuan tahun.

Alat Ukur : Kuesioner

Cara Ukur : Mencatat umur penderita

Hasil Ukur : Berupa data kategorik, yaitu :

a. 0 - 9 tahun

b. 10 – 19 tahun

c. 20 – 29 tahun

d. 30 – 39 tahun

e. 40 – 49 tahun

f. 50 – 59 tahun

g. ≥ 60 tahun

2. Jenis kelamin

Definisi : Identitas subjek berdasarkan organ reproduksi

Alat Ukur : Kuesioner

Cara Ukur : Mencatat jenis kelamin penderita

Hasil Ukur : Berupa data kategorik, yaitu :

a. Laki-laki

b. Perempuan

3. Kebiasaan merokok

Definisi : suatu kebiasaan seseorang mengisap rokok baik rokok

batangan atau rokok cerutu atau rokok pipa setiap hari dan merokok

dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan hipertensi.

13

Alat Ukur : Kuesioner

Cara Ukur : Mencatat kebiasaan merokok pasien..

Hasil Ukur :

a. Tidak merokok

b. Merokok

4. Obesitas

Definisi : penimbunan lemak yang berlebihan di dalam tubuh sehingga

menimbulkan kenaikan berat badan.

Alat Ukur : Timbangan badan, meteran dan kuesioner

Cara Ukur : Mengukur berat badan dan tinggi badan penderita lalu

dimasukkan dalam rumus IMT (Index Massa Tubuh)

Hasil Ukur : Mengelompokkan penderita menjadi tidak obesitas ( IMT ≤

25 kg/m2) dan obesitas (IMT > 25 kg/m2)

a. Tidak Obesitas

b. Obesitas

14

IMT = BB (kg) / TB2 (m)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan

pendekatan deskritptif. Jenis penelitian ini dimaksudkan untuk memaparkan

karakteristik penderita penyakit hipertensi berdasarkan fakta yang terdapat di

lapangan. Metode yang dipergunakan untuk memperoleh data karakteristik

variabel tersebut dilakukan dengan cara observasi status rekam medik pasien

hipertensi dan observasi lapangan.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu penelitian : penelitian dilakukan dari tanggal 6 Mei - 13 Juli

2013.

2. Tempat Penelitian : penelitian dilaksanakan di Puskesmas Tamalanrea

dan wilayah kerjanya berdasarkan pertimbangan bahwa Puskesmas

Tamalanrea merupakan puskesmas percontohan yang mempunyai

banyak pasien.

C. Populasi dan Sampel

Populasi :

Populasi yang diteliti adalah pasien hipertensi yang datang berobat di

Puskesmas Tamalanrea.

Sampel :

Sampel yang diambil adalah pasien hipertensi yang datang berobat di

Puskesmas Tamalanrea pada periode bulan November 2012 - April 2013.

15

D. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah :

1. Data primer yang diperoleh dengan wawancara langsung pada

penderita (yang telah di data sebelumnya dari data Puskesmas

Tamalanrea).

2. Data sekunder yaitu dari hasil pecatatan rekam medik dari hasil-hasil

pemeriksaan pasien di Puskesmas Tamalanrea.

E. Pengolahan Data

Data yang terkumpul ditabulasi, kemudian diolah dengan cara

pengelompokan data menurut tujuan khusus meliputi umur sampel, jenis

kelamin, kebiasaan merokok, dan obesitas.

16

BAB V

GAMBARAN UMUM LOKASI

PUSKESMAS TAMALANREA

A. Keadaan Geografis

Kecamatan Tamalanrea merupakan sebagian kecil dari pemerintaan

walikota Makassar yang terdiri dari beberapa wilayah kelurahan, sedangkan

wilayah kerja puskesmas Tamalanrea meliputi 1 keluraha yang berada ± 12 km

dari Kota Makassar, dengan luas wilayah kerjanya 425,6 Ha. Yang terdiri dari 23

RW dan 121 RT, wilayah kerja yang dimaksud meliputi :

Tabel 1

Luas Wilayah, Jumlah RW/RT Menurut

Kelurahan Tamalanrea Kecamatan Tamalanrea

No Kelurahan Luas (Km2) RW RT

1 Tamalanrea 4256,Ha 23 121

Sumber: Data Kelurahan Tamalanrea

Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Tamalanre adalah:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Kapasa

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Tamalanrea Jaya

c. Sebelah barat berbatasan dengan Tamalanrea Indah

d. Sebelah timur berbatasan dengan Paccerakkang

B. Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea

Berdasakan data tahun 2011 jumlah penduduk Kelurahan Tamlanrea

sebanyak ± 52.373 jiwa. Dengan ricnian sebagai berikut: laki – laki 26.716 jiwa

17

dan perempuan 25.657 jiwa dengan kepala keluarga sebanyak 9.211 KK. Untuk

mengetahui lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tempat di Puskesmas Tamalanrea

Kecamatan Tamalanrea Tahun 2011

No Kelurahan Jumlah Perjenis Kelamin Jumlah

Laki – laki Perempuan

Kelurahan Tamalanrea 26.716 25.657 52.373

Sumber: Data Sekunder

C. Tingkat Pendidikan Penduduk

Penduduk adalah salah satu upaya manusia terampil dan produktif

sehingga pada gilirannya dapat mempercayai peningkatan kesejahteraan

masyarakat. Untuk dapat menggambarkan keadaan pendidikan peduduk wilayah

kerja Puskesmas Tamalanrea.

Adapun distribusi tingkat pendidikan menurut kelurahan dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 3

Distribusi Kepadatan Penduduk Menurut Pendidikan

Di Kelurahan Tamalanrea Kecamatan Tamalanrea Tahun 2011

Kelurahan TS

(

T

i

d

a

Tidak SD SMP SMA PT Total

18

k

S

e

k

o

l

a

h

)

Tamalanrea 1282 1288 5141 5932 5544 2472 21659

Sumber: Data Sekunder

Berdasarkan tabel diketahui bahwa sebagian besar masyarakat yang

mendiami wilayah PKM Tamalarea berpendidikan SMP sebanyak 5932

jiwa kemudian disusul pada posisi kedua SMA yaitu sebanyak 5544 jiwa,

penduduk buta huruf di wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea belum

ditemukan datanya.

D. Pendapatan dan Pengeluaran Per Kapita

Rata – rata pengeluaran per kapita penduduk di wilayah kerja Puskesmas

Tamalanrea belum ditemukan datanya baik di kantor Kecamatan maupun

kantor Kelurahan untuk tahun 2011.

Mata pencaharian di wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea yang dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4

Distribusi Kepadatan Penduduk Menurut Pekerjaan

Di Kelurahan Tamalanrea Kecamatan Tamalanrea

19

Tahun 2011

Kelurahan Pekerjaan Total

PNS TNI W.Swasta P.Swasta Buruh Pensiunan

Tamalanrea 7588 834 1933 2640 2800 500 16295

Sumber: Data Sekunder

BAB VI

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea

Makassar selama 2 minggu yaitu dari tanggal 3 Juni – 14 Juni 2013. Dari

hasil pengambilan data di Puskesmas Tamalanrea didapatkan jumlah

penderita hipertensi pada periode November 2012 – April 2013 adalah

sebanyak 114 orang. Sedangkan yang memenuhi kriteria seleksi adalah

sebanyak 84.

Hasil lengkap pengolahan data yang telah dilakukan disajikan sebagai

berikut:

20

Tabel 1

Distribusi Penderita Hipertensi Menurut Umur

di Puskesmas Tamalanrea

Periode November 2012 – April 2013

Sumber: Data Sekunder

Pada tabel 1 terlihat

distribusi

penderita

hipertensi menurut umur, dimana kelompok umur 40 – 49 tahun

didapatkan penderita hipertensi sebanyak 12 kasus (14,4%), kelompok

umur 50 – 59 tahun didapatkan penderita hipertensi sebanyak 32 kasus

(38,2%), kelompok umur 60 – 69 tahun didapatkan penderita hipertensi

sebanyak 34 kasus (40,2%), dan kelompok umur ≥ 70 tahun didapatkan

penderita hipertensi sebanyak 6 kasus (7,2%). Dapat disimpulkan bahwa

penderita hipertensi terbanyak ada pada kelompok umur 60 – 69 tahun

dengan kasus sebanyak 34 kasus (40,2%).

Umur termuda yang didapat menderita hipertensi dalam penelitian ini adalah umur

42 tahun. Tidak ditemukan penderita hipertensi dibawah kelompok umur

40 – 49 tahun. Sedangkan umur tertuanya adalah umur 80 tahun.

Tabel 2

21

Usia (Tahun) N %

0 – 9

10 – 19

20 – 29

30 – 39

40 – 49

0

0

0

0

12

0

0

0

0

14,4

50 – 59 32 38,2

60 – 69 34 40,2

> 70 6 7,2

Total 84 100,0

Distribusi Penderita Hipertensi Menurut Jenis Kelamin

di Puskesmas Tamalanrea

Periode November 2012 – April 2013

Sumber: Data Sekunder

Pada tabel 2 terlihat distribusi penderita hipertensi menurut jenis kelamin,

dimana pada perempuan didapatkan lebih banyak menderita hipertensi

dibanding laki – laki yaitu sebanyak 47 kasus (60,1%), dibanding

perempuan sebanyak 37 kasus (39,9%).

Tabel 3

Distribusi Penderita Hipertensi Menurut Kebiasaan Merokok

di Puskesmas Tamalanrea

Periode November 2012 – April 2013

Sumber: Data Primer dan Data Sekunder

22

Jenis Kelamin N %

Perempuan 47 60,1

Laki - Laki 37 39,9

Total 84 100,0

Kebiasaan Merokok N %

Ada 39 46,4

Tidak Ada 45 53,6

Total 84 100,0

Pada tabel 3 terlihat distribusi penderita hipertensi menurut kebiasaan merokok,

dimana didapatkan jumlah penderita hipertensi yang tidak merokok lebih

banyak daripada penderita hipertensi yang merokok yaitu sebanyak 39

kasus (46,4%), sedangkan yang tidak merokok sebanyak 45 kasus

(53,6%).

Tabel 4

Distribusi Penderita Hipertensi Menurut Obesitas

di Puskesmas Tamalanrea

Periode November 2012 – April 2013

23

Obesitas N %

Obesitas

Tidak Obesitas

Total 84 100,0

BAB VII

PEMBAHASAN

7.1 Prevalensi berdasarkan umur

Dari hasil penelitian pada penderita hipertensi yang berobat di Puskesmas

Tamalanrea didapatkan jumlah penderita hipertensi sebanyak 114 orang

tetapi hanya 84 sampel yang memenuhi kriteria untuk diteliti. Kami

memasukkan kriteria berdasarkan umur, didapatkan penderita hipertensi

termuda berusia 42 tahun yang masuk dalam kelompok umur 40 – 49

24

tahun dengan presentase 14,4%. Kelompok umur setelahnya adalah

antara 50 – 59 tahun sebanyak 38,2%. Selanjutnya kelompok umur 60 –

69 tahun sebanyak 40,2%, kelompok umur ini menempati kelompok

umur terbanyak yang menderita hipertensi. Kelompok umur terakhir

adalah kelompok umur ≥ 70 tahun yang merupakan kelompok umur

penderita hipertensi yang paling sedikit yaitu sebanyak 6%.

Dari data diatas didapatkan kelompok umur 60 – 69 tahun adalah kelompok

umur terbanyak. Hal ini sesuai dengan data yang dikemukakan dalam

buku Hipertensi oleh Kaplan dkk, yaitu, pasien di atas umur 60 tahun, 50

– 60 % mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90

mmHg. Hal ini dikarenakan setelah umur 45 tahun dinding arteri akan

mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada

lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit

dan menjadi kaku.

7.2 Prevalensi berdasarkan jenis kelamin

Dari hasil penelitian didapatkan jumlah penderita hipertensi yang berjenis

kelamin perempuan lebih banyak daripada laki – laki yaitu sebanyak 47

penderita (60,1%) dan yang berjenis kelamin laki – laki adalah sebanyak

37 penderita (39,9%).

Menurut kami ada beberapa faktor yang menyebabkan perempuan lebih banyak

terdata menderita hipertensi di daerah wilayah kerja Puskesmas

Tamalanrea, yaitu, faktor hormonal, lebih banyak koresponden

perempuan yang ditemui di lapangan karena penelitian dilaksanakan pada

pagi hari yaitu dimulai pukul 09.00 – 14.00 WITA dimana rata – rata

pekerjaannya adalah sebagai ibu rumah tangga.

Berikut penjelasan tentang faktor hormonal, menurut Cortas et. Al (2008)

prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun

wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause.

25

Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon

estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density

Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor

pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek

perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas

wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai

kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini

melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut

dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan

umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita

umur 45-55 tahun.

7.3 Prevalensi berdasarkan kebiasaan merokok

Dari hasil penelitian terlihat distribusi penderita hipertensi menurut kebiasaan

merokok, dimana didapatkan jumlah penderita hipertensi yang tidak

merokok lebih banyak daripada penderita hipertensi yang merokok yaitu

sebanyak 39 kasus (46,4%), sedangkan yang tidak merokok sebanyak 45

kasus (53,6%).

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori. Berdasarkan penelitian oleh dr.

Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital,

Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat

hipertensi, menyimpulkan kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok

subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari. Hal ini

disebabkan oleh zat kimia dalam tembakau dapat merusak lapisan

dalam dinding arteri sehingga arteri rentan terhadap penumpukan plak.

Nikotin dalam tembakau juga membuat jantung bekerja lebih keras

karena menyempitkan pembuluh darah untuk sementara dan

meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekanan darah.

26

7.4 Prevalensi berdasarkan obesitas

Menurut National Institutes for Health USA (NIH, 1998), prevalensi tekanan

darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30

(obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan

dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang

memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar internasional).

(R. Brian Hayens, Frans H. Leenen, dan Eddy Soetrisno, 2000) Orang yang

gemuk, jantungnya bekerja lebih keras dalam memompa darah. Hal ini

dapat dipahami karena biasanya pembuluh darah orang-orang yang

gemuk terjepit kulit yang berlemak. Keadaan ini diduga dapat

mengakibatkan naiknya tekanan darah. Orang yang kelebihan berat

badan atau obesitas, tubuhnya bekerja keras untuk membakar kelebihan

kalori yang masuk. Pembakaran kalori ini memerlukan suplai oksigen

dalam darah yang cukup. Semakin banyak kalori yang dibakar, semakin

banyak pula pasokan oksigen dalam darah. Banyaknya pasokan darah

tentu menjadikan jantung bekerja lebih keras. Dampaknya tekanan darah

orang yang obesitas cenderung tinggi. (Widharto, 2007)

Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara

kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi

insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-

angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan konsumsi

energi juga meningkatkan insulin plasma, dimana natriuretik potensial

menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium dan peningkatan tekanan

darah secara terus menerus.

DAFTAR PUSTAKA

27

1. WHO. A Global Brief of Hypertension - World Health Day 2013. 2013. Available from: http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/79059/1/WHO_DCO_WHD_2013.2_eng.pdf

2. Rahajeng E. Prevalence of Hypertension and Its Determinants in Indonesia. 2011. Available from: indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/737/40.html

3. Departemen Kesehatan RI. Hipertensi Penyebab Kematian Nomor Tiga. 2010. http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/810-hipertansi-penyebab-kematian-nomor-tiga.html

4. Williams. Wilkins. World Health Organization (WHO)/ Internasional Society of Hypertension (ISH) Statement on Management of Hypertension. 2003. http://www.who.int/cardiovascular_diseases/guidelines/hypertension_guidelines.pdf

5. National Heart, Lung, and Blood Institute of Health, 2003. Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. Department of Health and Human Service.

6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Riset Kesehatan Dasar 2007. Laporan Nasional 2007.110-112.

7. Amalia, H., Amirudin R., and Armilawati, 2007. Hipertensi dan Faktor Resikonya dalam Kajian Epidemiolog,. FKM UNHAS. Available from: http://www.cerminDuniaKedokteran.com.

8. Panggabean, M.M., 2007. Penyakit Jantung Hipertensi. Dalam: Sudoyo, A.W., et al, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 3rd ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. P 1639-1640.

9. Soebel, J.B. dan Bakris, G.L., 1998. Evaluasi Pasien dengan Hipertensi. Dalam: Hipertensi Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi. Jakarta: Hipokrates. P 18- 32.

28

10. Pikir, B. S., 2003. Hipertensi, Diagnosis, Pencegahan, dan Pengobatan. Dalam: Joewono, B.S. Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya: Airlangga University Press. P 35-68.

11. Kaplan, N.M., 2002. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. Penatalaksanaan Praktis. Faktor- Faktor Resiko. Dalam: Kaplan, N.M. dan Stamler, J. Hipertensi. Jakarta: ECG. P 61-72.

12. Gray, H.H., et al, 2005. Lecture Notes Kardiologi. 4th ed. Jakarta:Erlangga. P 57-69.

13. Fisher, N.D.L., Williams, G.H., 2003. Hypertensive Vascular Disease. In: Kasper, D.L., Braunwald E, Fauchi, A.S., et.al. Harrison’s Principles of Internal Medicine.16th ed.

14. Brashers VL. Hipertension. Clinical aplications of pathophisiology: assesment, diagnostic reasoning, and management 2nd ed. Elseiver science: 2001. P 1-16

15. Wilson, L.M., & Price, A.P., 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi ke-4. Jakarta: EGC.

29