Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi...

94
Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi Putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo Nomor: 86/Pid.B/2013/PN.SDA) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H) Oleh: Nur Episa NIM 11140430000017 PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2018 H

Transcript of Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi...

Page 1: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

(Studi Putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo Nomor: 86/Pid.B/2013/PN.SDA)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H)

Oleh:

Nur Episa

NIM 11140430000017

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2018 H

Page 2: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian
Page 3: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian
Page 4: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian
Page 5: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

i

ABSTRAK

Nur Episa. NIM 11140430000017. PENEGAKKAN HUKUM TERHADAP

TINDAK PIDANA PENCURIAN (Studi Putusan Nomor:

86/Pid.B/2013/PN.SDA). Program Studi Perbandingan Mazhab, Konsentrasi

Perbandingan Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2018 M.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kasus

(case approach) yang mana dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap

kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan

pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Sedangkan jenis

penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif. Sumber data primer

dalam penelitian ini adalah putusan pengadilan Negeri Sidoarjo Nomor

86/Pid.B/2013/PN.SDA, sedangkan sumber data sekundernya adalah buku,

kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum.

Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh suatu kesimpulan bahwa

Putusan Pengadilan No. 86/Pid.B/2013/PN.Sda yang menjatuhkan hukuman

penjara kepada saudara RH selama 4 bulan kemudian mengembalikan barang

yang dicurinya kepada korban telah sesuai dengan hukum islam. Namun Putusan

Pengadilan No. 86/Pid.B/2013/PN.Sda tidak sesuai dengan Perma No. 2 Tahun

2012 yang mestinya hakim terikat dengan aturan tersebut. Karena praktek hukum

acara di lapangan sangat berbeda dengan perundang-undangan yang tertulis.

penegak hukum juga memiliki kebijakan-kebijakan khusus sehingga penegak

hukum diperbolehkan menetapkan keputusan-keputusan diluar perundang-

undangan yang tertulis.

Dalam penetapan perkara Pengadilan Negeri Sidoarjo Nomor

86/Pid.B/2013/PN.SDA. penegak hukum tidak menggunakan pasal 364 KUHP,

ini terjadi karena ukuran nilai kerugian akibat tindak pidana ringan dan denda

yang dapat dijatuhkan sangatlah kecil.Oleh karena itu penegak hukum lebih

Page 6: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

ii

banyak menggunakan pasal 362 KUHP untuk menjerat pelaku tindak pidana

pencurian, meskipun pencurian yang dilakukan tergolong tindak pidana ringan.

Kata kunci : Tipiring, Tindak Pidana Ringan, Pencurian.

Pembimbing : 1. Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si

2. Sutan Mara Rambe, S.H.I, M.H

Daftar Pustaka : Tahun 1422 s/d Tahun 2017

Page 7: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

iii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing

(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin. Pedoman ini diperlukan terutama bagi

mereka yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab

yang belum dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih

penggunaannya terbatas.

a. Padanan Aksara

Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin:

Huruf

Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

b be ب

t te ت

ts te dan es ث

j Je ج

h ha dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d de د

dz de dan zet ذ

r Er ر

z zet ز

s es س

Page 8: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

iv

sy es dan ye ش

s es dengan garis bawah ص

d de dengan garis bawah ض

t te dengan garis bawah ط

z zet dengan garis bawah ظ

ع

koma terbalik di atas hadap

kanan

gh ge dan ha غ

f ef ف

q Qo ق

k ka ك

l el ل

m em م

n en ن

w we و

h ha ه

ء

apostrop

y ya ي

Page 9: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

v

b. Vokal

Dalam bahasa Arab, vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia, memiliki

vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal

tunggal atau monoftong, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

a fathah ــــــــــ

i kasrah ــــــــــ

u dammah ــــــــــ

Sementara itu, untuk vokal rangkap atau diftong, ketentuan alih aksaranya

sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

ــــــــــ ي ai a dan i

au a dan u ــــــــــ و

c. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

â a dengan topi diatas اـــــ

î i dengan topi atas ىـــــ

û u dengan topi diatas وـــــ

Page 10: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

vi

d. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan

lam ( ال ), dialih aksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf

syamsiyyahatau huruf qamariyyah. Misalnya: اإلجثهاد = al-ijtihâd

al-rukhsah, bukan ar-rukhsah =الرخصة

e. Tasydîd (Syaddah)

Dalam alih aksara, syaddah atau tasydîd dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah. Tetapi, hal ini tidak

berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata

sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya: الشفعة = al-syuî

‘ah, tidak ditulis asy-syuf ‘ah

f. Ta Marbûtah

Jika ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau

diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2), maka huruf ta marbûtah tersebut

dialihaksarakan menjadi huruf “h” (ha). Jika huruf ta marbûtah tersebut

diikuti dengan kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi

huruf “t” (te) (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

syarî ‘ah شريعة 1

al- syarî ‘ah al-islâmiyyah الشريعة اإلسالمية 2

Muqâranat al-madzâhib مقارنة المذاهب 3

g. Huruf Kapital

Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital, namun dalam

transliterasi, huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Perlu diperhatikan bahwa

jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka huruf yang ditulis dengan

Page 11: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

vii

huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata

sandangnya. Misalnya, البخاري= al-Bukhâri, tidak ditulis al-Bukhâri.

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara

ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama yang berasal dari dunia

Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama

tersebut berasal dari bahasa Arab. Misalnya: Nuruddin al-Raniri, tidak ditulis

Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

h. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism) atau huruf (harf), ditulis

secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan

berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:

No Kata Arab Alih Aksara

1 المحظوراتالضرورة تبيح al-darûrah tubîhu

almahzûrât

اإلقتصاد اإلسالمي 2 al-iqtisâd al-islâmî

أصول الفقه 3 usûl al-fiqh

al-‘asl fi al-asyyâ’ alibâhah األشياء اإلباحة األصل فى 4

المصلحة المرسلة 5 al-maslahah al-mursalah

Page 12: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

viii

KATA PENGANTAR

بسم هللا الرحمن الرحيم

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat, hidayah, serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad

SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliah ke zaman ilmiah seperti

sekarang ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit

hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi, namun pada akhirnya selalu ada

jalan kemudahan, tentunya tidak terlepas dari beberapa individu yang sepanjang

penulisan skripsi ini banyak membantu dan memberikan bimbingan dan masukan

yang berharga kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

Dengan demikian dengan kesempatan yang berharga ini penulis

mengungkapkan rasa hormat serta ucapan terimakasih dan penghargaan yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Phil. Asep Saepudin Jahar, M.A., Dekan Fakultas Syari’ah dan

Hukum serta para Pembantu Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si, Ketua Program Studi Perbandingan

Mazhab dan Ibu Hj. Siti Hana, S.Ag, Lc., M.A, Sekretaris Program Studi

Perbandingan Mazhab.

3. Bapak Dr. Ahmad Mukri Aji M.A dosen penasehat akademik penulis.

4. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si, dan Bapak Sutan Mara Rambe,

S.H.I, M.H, dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu serta

memberikan arahan, saran dan ilmunya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

5. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah mendidik dan

memberikan ilmu yang tak ternilai harganya, sehingga penulis dapat

Page 13: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

ix

menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Jamilus Caniago dan Ibunda Maidarlis

Piliang yang telah merawat dan mendidik dengan baik sampai saat ini.

Dengan kasih sayangnya yang abadi, dengan do’anya yang tiada henti,

dengan kesabarannya yang tak tertandingi dan selalu memberikan penulis

support baik segi moril maupun materil. Terimakasih atas segala didikannya,

doanya, kesabarannya, jerih payahnya, serta nasihat yang selalu mengalir

tiada henti tanpa pernah jemu hingga ananda dapat menyelesaikan studi. Juga

kepada kakak penulis Muhammad Isa Malik, dan adik penulis Annisa Arrad,

Siti Nur Jannah yang telah menemani, memberikan doa serta dukungan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Guru sehat Dr. Tubagus Wahyudi, S.T, M.Si, MCHt, CHI, beserta seluruh

dewan wali, kakak asisten dosen, senior dan kesulthonan juga seluruh insan

Kahfi Bbc Motivator School yang tidak pernah lelah memberikan doa,

dukungan. Motivasi, dan nasihat sehingga penulis dapat menyelesaikan

kewajibannya. Semoga seluruh insan Kahfi selalu berada dalam lindungan dan

kasih sayang Allah.

8. Keluarga Incredible bee, Kahfi Bbc Motivator School angkatan 18.

Terimakasih selalu menemani, mendengarkan serta memeberi dukungan.

Semoga keluarga kecil kita selalu di rahmati Allah SWT.

9. Satria Kurniawan Pamungkas, Sinta Amelia, Sarah Maulidiyanti,

Muharramah, Siti Sarah, Ana Miftahul Jannah, Nur Asiah, Fahmi Pajrianto

dan Wilda Utami Rizkillah, yang telah menerima penulis, menyemangati,

memotivasi dan menjadi teman suka maupun duka. Semoga persahabatan ini

akan selalu terjalin sampai Jannah-Nya.

10. Teman-teman seperjuangan Prodi Perbandingan Mazhab dan Hukum angkatan

2014, Terkhusus sahabat-sahabatku Ladies PMH 2014. Terimakasih sudah

memberikan arti dari sebuah persahabatan tanpa melihat harta, tahta, dan

lainnya, selama 4 tahun kita bersama.

Page 14: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

x

11. Rekan rekan kerja PT. Ocean Trimitra Cemerlang yang telah memberikan

nasehat, saran dan penyemangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan baik. Semoga rekan rekan semua sukses selalu dalam karir, bahagia

dunia akhirat, dan diberikan rezeki yang melimpah.

Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan atas bantuan

yang telah diberikan kepada penulis. Semoga kebaikan kalian menjadi berkah dan

amal jariyah untuk kita semua. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis serta pembaca pada umumnya. Aamiin

Jakarta, 25 Oktober 2018

Penulis

Page 15: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL . .................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................................

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iii

ABSTRAK ..................................................................................................... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 6

D. Review kajian terdahulu ........................................................ 7

E. Metode Penelitian .................................................................... 8

F. Sistematika Penulisan ............................................................ 10

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA RINGAN 12

A. Definisi Tindak Pidana Ringan ............................................. 12

B. Kedudukan Hukum Tindak Pinada Ringan ........................... 17

C. Proses Penanganan Tindak Pidana Ringan ............................ 23

D. Teoritis Restorative Justice dan Tujuan Pemidanaan ............... 30

BAB III PUTUSAN PENGADILAN NO. 86/Pid.B/2013/PN.SDA ......... 33

A. Deskripsi Putusan .................................................................. 33

B. Putusan dan pertimbangan Hakim ......................................... 40

BAB IV KEADILAN RESTORATIVE DALAM PERKARA TINDAK

PIDANA RINGAN ................................................................... 42

Page 16: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

xiii

A. Tindak Pidana Ringan Dalam Proses Peradilan Pidana ........ 42

B. Tindak Pidana Ringan Dalam Ketentuan Hukum Islam ....... 53

BAB V PENUTUP .................................................................................... 59

A. Kesimpulan ........................................................................... 59

B. Saran ...................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 61

DAFTAR LAMPIRAN

Page 17: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

14

Page 18: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hukum merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi sendi

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, salah satu

ciri dari suatu negara hukum terletak pada kecenderungannya untuk menilai

tindakan tindakan yang dilakukan oleh masyarakat atas dasar peraturan–peraturan

hukum. Dalam artian bahwa sebuah negara dengan konsep negara hukum selalu

mengatur setiap tindakan dan tingkah laku masyarakatnya berdasarkan atas

Undang Undang yang berlaku untuk menciptakan, memelihara dan

mempertahankan kedamaian pergaulan hidup, hal ini agar sesuai dengan yang

diamanatkan dalam pancasila dan UUD 1945 bahwa setiap warga negara berhak

atas rasa aman dan bebas dari segala bentuk kejahatan.1

Indonesia adalah negara hukum, hal ini disebutkan didalam UUD 1945

pasal 1 ayat (3), yaitu suatu negara yang dalam menjalankan pemerintahannya

hukum dijadikan patokan utama dengan tujuan agar terciptanya kehidupan yang

aman dan tentram.2 Di Indonesia hukum dibagi menjadi dua, yaitu hukum perdata

dan pidana, hukum pidana berarti peraturan yang mengatur terhadap pelanggaran

yang menyangkut atau berhubungan dengan kepentingan umum serta peraturan

yang menentukan perbuatan mana yang diancam dengan pidana yang merupakan

suatu penderitaan dan siksaan.

Hukum pidana adalah bagian keseluruhan hukum yang berlaku disuatu

negara, yang mengadakan dasar dasar dan aturan aturan untuk : Menentukan

perbuatan perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan

disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa

melanggar larangan tersebut. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada

1https://jurnalsrigunting.wordpress.com/2012/12/22/independensi-mahkamah-konstitusi-

dalam-memutus-perkara/, diakses 27 Juni 2018 2 UUD Republik Indonesia tahun 1945

Page 19: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

2

mereka yang telah melanggar larangan larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi

pidana sebagaimana yang telah diancamkan. Menentukan dengan cara bagaimana

pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah

melanggar larangan tersebut,3 atau disangka telah melakukan tindak pidana.

Tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia yang

dapat bertanggung jawab yang mana perbuatan tersebut dilarang atau tidak

diperbolekan untuk dilakukan oleh Undang Undang Hukum Pidana yang diberi

sanksi berupa sanksi pidana yang merupakan tindakan yang tidak hanya

dirumuskan oleh Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP) sebagai tindak

pidana. Jika dalam arti luas hal ini berhubungan dengan pembahasan masalah

deliviensi, deviasi, kualitas kejahatan berubah–ubah, proses kriminalisasi dan

deskriminalisasi suatu tindakan atau tindak pidana mengingat tempat, waktu,

kepentingan, dan kebijaksanaan golongan yang berkuasa dan pandangan hidup,

berhubungan dengan perkembangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan pada masa

dan tempat tertentu.4

Menurut Aristoteles yang memerintah dalam negara bukanlah manusia

sebenarnya, melainkan fikiran yang adil, sedangkan penguasa sebenarnya hanya

pemegang hukum dan keseimbangan saja, kesusilaan yang akan menentukan baik

tidaknya suatu peraturan undang undang dan membuat undang undang adalah

sebagian dari kecakapan menjalankan pemerintahan negara. Oleh karena itu

menurut Aristoteles, bahwa yang penting adalah mendidik manusia menjadi

warga negara yang baik, karena dari sikapnya yang adil akan terjamin

kebahagiaan hidup warga negaranya.5

Kaidah yang terkandung dalam ajaran Aristoteles tersebut adalah

menempatkan hukum sebagai supremasi tertinggi dalam kekuasaan negara. Secara

yuridis Indonesia memang benar menerapkan hukum sebagai supremasi negara

3 Moeljatno, Asas–Asas Hukum Pidana, (Jakarta : Rineka Cipta, 1993) h.1

4S.R. Sianturi, Asas Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, (Jakarta :

Storia Grafika, 2002) h. 204 5Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta : Sinar

Bakti, 1988) h.154

Page 20: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

3

sebagaimana termaktub dalam UUD pasal 1 ayat (3) tadi. Hal ini berimplikasi

pada setiap perbuatan warga negara Indonesia harus mengikuti ketentuan hukum

yang berlaku termasuk didalamnya mengenai tindak pidana ringan.

Menurut teori Parsons, tindakan individu pada tempatnya pertama

tidaklah dilihat sebagai suatu kelakuan biologis, melainkan sebagai suatu

kelakuan yang bermakna. Tindakan seseorang senantiasa ditempatkan dalam

kaitan (sosial) tertentu dengan perkataan lain merupakan tindakan yang

berstruktur.6Kasus tindak pidana ringan (tipiring) adalah kasus yang tidak asing

lagi bagi sebagian besar masyarakat Indonesia baik dari kalangan menengah

kebawah maupun dari kalangan menengah keatas. Maraknya kasus hukum

tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai faktor salah satunya adalah tekanan

ekonomi dan kemiskinan.

Dewasa ini masalah hukum pidana banyak dibicarakan dan menjadi

sorotan, baik dalam teori maupun praktek dan bahkan ada usaha untuk menyusun

Undang Undang Hukum Pidana Nasional, usaha tersebut adalah bertujuan untuk

mengatasi berbagai kelemahan dan kekurangan yang ada dalam KUHP yang

berlaku sekarang, yang merupakan peninggalan zaman penjajahan dalam

kenyataannya masih dipakai pada masa orde baru di zaman kemerdekaan ini, yang

ternyata banyak pengaturan didalamnya yang sudah tidak sesuai lagi dengan jiwa

dan semangat pancasila dan UUD 1945 maupun dengan situasi dan kondisi

masyarakat saat ini.7

Sejak dahulu sampai sekarang problem penjatuhan vonis terhadap pelaku

kejahatan marak diperbincangkan dan diperdebatkan, terutama terkait dengan

penerapan sanksi hukum pidana. Menurut Alf Ross dalam bukunya “On Guil

Responsibility and Punishment” ada dua tujuan pemidanaan : pertama ditujukan

pada pembalasan penderitaan terhadap pelaku dan kedua terhadap perbuatan para

6Satjipto Rahardjo, Hukum dan Perubahan Sosial (Yogyakarta : Gentha Publishing,

2009) h.22 7Suparni Niniek, Eksistensi Pidana Denda Dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan,

(Jakarta : Sinar Grafika, 2007) h.1

Page 21: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

4

pelaku.8 Sementara Leo Polak menilai bahwa penjatuhan pidana lebih ditujukan

untuk menjaga keseimbangan tertib hukum. Itulah sebabnya pidana harus di

efektifkan untuk menjaga keseimbangan tata tertib hukum dan masyarakat agar

tidak terganggu.

Polemik dalam masyarakat akan muncul ketika hakim menjatuhkan

pidana yang berbeda. Kondisi ini dipersepsikan publik sebagai bukti tidak adanya

keadilan (social justice) didalam sebuah negara hukum dan sekaligus akan

melemahkan atau bahkan menghilangkan kepercayaan terhadap sistem penegak

hukum (law emforcement) itu sendiri. Dari sini akan nampak suatu persoalan

serius apakah putusan hakim tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku di

Indonesia ?, apakah hakim telah melaksanakan tugasnya menegakkan hukum dan

keadilan ?

Hakim mempunyai kewenangan untuk menyimpangi ketentuan ketentuan

hukum tertulis yang telah ketinggalan zaman sehingga tidak lagi mampu

memenuhi rasa keadilan masyarakat dengan mencakupkan pertimbangan

hukumnya secara jelas dan tajam dengan mempertimbangkan berbagai aspek

kehidupan hukum.9 Menurut pendapat Satjipto Rahardjo mengungkapkan bahwa

semenjak hukum modern digunakan, pengadilan bukan lagi tempat untuk mencari

keadilan. pengadilan tidak lebih hanya menjadi lembaga yang berkutat pada

aturan main dan prosedur. Dia juga berpendapat bahwa hukum modern tidak saja

menyebabkan terjadinya perubahan yang amat besar dan mendasar dalam

penyelenggaraan hukum. Namun kehadirannya juga tak jarang menjadi beban

bagi masyarakat penerimanya.10

Bahwa banyaknya perkara perkara tindak pidana ringan (tipiring) seperti

pencurian dengan nilai barang yang kecil yang kini diadili di pengadilan cukup

mendapat sorotan masyarakat. Masyarakat umumnya menilai bahwa sangatlah

tidak adil jika perkara perkara tersebut diancam 5 (lima) tahun sebagaimana diatur

8 Marwah Mas, Kongfigurasi Penjatuhan Tindak Pidana, Hukum Online, h. 1

9 Ahmad Kamil dan M.Fauzan, Hukum Yurispudensi, (Jakarta : Kencana, 2008) h. 9

10Satjipto Rahardjo, Hukum dan Perubahan Sosial (Yogyakarta : Gentha Publishing,

2009) h.76

Page 22: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

5

dalam pasal 362 KUHP oleh karena tidak sebanding dengan nilai barang yang

dicurinya. 11

Jika kita bandingkan dengan para pelaku tindak pidana berat misalnya

koruptor, tentu hal ini menimbulkan reaksi yang membuat geram masyarakat.

Dalam praktiknya, hakim mengadili suatu perkara sering dihadapkan pada suatu

ketentuan bahwa kasus tersebut belum diatur dalam suatu peraturan, yang

menyebabkan terhambatnya upaya mewujudkan penegakkan hukum, hal ini

karena peraturan terdahulu tidak lengkap dan sudah ketinggalan zaman. Mau tidak

mau hakim harus mampu mengatasi problem tersebut dengan kewajiban mencari,

menggali fakta, dan menemukan hukum sesuai nilai-nilai dan rasa keadilan yang

hidup dalam masyarakat.12

Pengaturan tindak pidana ringan saat ini diasumsikan sebagai semacam

perlindungan dari adanya penegakan hukum yang tidak proporsional terhadap

tindak pidana yang kerugiannya dianggap tidak serius. Logika bahwa penentuan

tindak pidana ringan ini berhubungan dengan proses penanganan di pengadilan,

meski mungkin dengan alasan berbeda, dapat ditemukan kembali dalam KUHAP

yang kemudian berlaku di Indonesia. Mungkin, karena belum ditemukan mengapa

pada waktu itu sistem penanganan tindak pidana ringan yang asalnya dari masa

kolonial ini dipertahankan.13

Berdasarkan uraian diatas, bagaimana putusan pengadilan terhadap

tindak pidana ringan ditinjau dari hukum positif dan hukum islam?, maka penulis

tertarik untuk mengangkat tema tersebut kedalam bentuk tulisan (skripsi) dengan

judul Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan

Pengadilan Negri Sidoarjo No.86/Pid.B/2013/PN.SDA).

11

Penjelasan Umum Peraturan Mahkamah Agung Nomor 02 Tahun 2012 tentang

Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda dalam KUHP h. 4 12

Binsar Gultom, Pandangan Kritis Seorang Hakim Dalam Penegakkan Hukum di

Indonesia, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012) h.59 13

https://jurnalmedia.neliti.com/media/publications/3217-ID-kajian-terhadap-tindak-

pidana-ringan-dalam-proses-peradilan-pidana.pdf, diakses 3 Mei 2018

Page 23: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

6

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perlu adanya

pembatasan yang menjadi fokus dalam pembahasan skripsi ini. Untuk

mengefektifkan dan memudahkan pembahasan maka penulis membatasi

permasalahan dalam penulisan skripsi ini pada pembahasan mengenai Penegakkan

Hukum Terhadap Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri

Sidoarjo No. 86/Pid.B/2013/PN.SDA)

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka penulis merumuskan

pokok permasalahan skripsi ini adalah Penegakkan Hukum Terhadap Tindak

Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo No.

86/Pid.B/2013/PN.SDA).

Pokok permasalahan diatas diurai dalam pertanyaan penelitian sebagai

berikut. Apakah Putusan Pengadilan Negeri sesuai dengan Hukum Islam dan

Hukum Positif ?

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kesesuaian Putusan Pengadilan Negeri dengan Hukum

Islam dan Hukum Positif

b. Manfaat Penelitian

a) Dalam bidang akademik penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang putusan hakim

terhadap tindak pidana ringan ditinjau dari hukum positif dan hukum islam

secara langsung dapat merespon kenyataan yang terjadi pada masa kini.

b) bagi masyarakat luas penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang putusan pengadilan

terhadap tindak pidana ringan.

Page 24: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

7

c. Review Study Terdahulu

Penulis melakukan tinjauan terhadap kajian kajian terdahulu, diantaranya

adalah skripsi yang berjudul “disparitas hukum dalam memutuskan sebuah

perkara tindak pidana narkoba (tentang putusan kasasi di mahkamah

agung)” yang ditulis oleh Asep Maulana, Program Studi Perbandingan Mazhab

Fiqih 2006. Skripsi ini menyimpulkan bahwa putusan hakim Mahkamah Agung

pada perkara tindak pidana narkotika dengan perkara Nomor 1378K/PID/2000,

telah menyatakan bahwa terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan

bersalah melakukan tindak pidana : mengedarkan psikotropika yang berupa obat

yang tidak terdaftar pada departemen yang bertanggung jawab di bidang

kesehatan dan menghukum terdakwa dengan pidana penjara 6 (tahun) dan denda

Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah). Jika pidana tersebut tidak dibayar,

maka diganti dengan pidana kurungan selama 3 (tiga) bulan.

Penelitian selanjutnya yaitu “kajian hukum pidana islam terhadap

putusan hakim tentang pemalsuan akta otentik oleh notaris (analisis putusan

mahkamah agung nomor 1568K/Pid/2008)” yang ditulis oleh Dwi Cahyo

Nugroho, Program Studi Kepidanaan Islam 2015. Skripsi ini menyimpulkan

bahwa berdasarkan hasil analisa terhadap putusan hakim Mahkamah Agung

Nomor : 1568K/Pid/2008. Dalam perkara pemalsuan akta otentik baik menurut

hukum positif dan hukum islam, menunjukkan bahwa putusan tersebut ditolak

karena terdakwa terbukti melakukan tindak pidana pemalsuan akta otentik,

pemalsuan surat hutang dan penggelapan barang karena jabatannya. Sudah

memberikan keadilan, hal ini didasarkan kepada tindakan Khalifah Umar ibn Al-

Khatab yang telah diberikan jilid sebanyak 100 (seratus) kali jilid dan hukuman

pengasingan terhadap Mu’an Ibn Zaidah sebagai pelaku pemalsuan stempel Ba’it

al-maal.

Penelitian selanjutnya yaitu “penyesuaian batasan tindak pidana

ringan dan jumlah denda dalam KUHP terhadap perkara tindak pidana

pencurian (analisis peraturan Mahkamah Agung nomor : 02 Tahun 2012

Page 25: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

8

tentang penyesuaian batasan tindak pidana ringan dan jumlah denda dalam

KUHP)” yang ditulis oleh Muhammad Soma Karya Madari, Program Studi Ilmu

Hukum 2014. Skripsi ini menyimpulkan bahwa implikasi yang ditimbulkan dari

berlakunya PERMA No. 02 Tahun 2012 tentang penyesuaian batasan tindak

pidana ringan dan jumlah denda dalam KUHP. Implikasi berlanjut pada

ditandatanganinya Nota kesepakatan bersama antara Menteri Hukum dan HAM

RI, Mahkamah Agung RI, Kejaksaan Agung RI, dan Kepolisian RI, tentang

pelaksanaan penerepan penyesuaian batasan tindak pidana ringan dan jumlah

denda, acara pemeriksaan cepat, serta penerapan keadilan restoratif (restorative

justice) dilakukan agar lembaga lembaga hukum terkait dapat berkordinasi dengan

baik untuk menerapkan PERMA No. 02 Tahun 2012 dan dapat menyelesaikan

perkara di level bawah yaitu diluar pengadilan khususnya pihak kepolisian dan

kejaksaan dalam memperoses kasus kasus tindak pidana ringan dan perkara

perkara yang dijatuhi hukuman denda.

Dari skripsi yang telah diuraikan diatas penulis berpendapat bahwa

skripsi yang ditulis ini berbeda dengan skripsi diatas. Jika skripsi pertama fokus

pembahasannya mengenai disparitas hukum dalam tidak pidana narkoba,

kemudian skripsi kedua fokus pembahasannya putusan hakim tentang pemalsuan

akta otentik oleh notaris, dan skripsi ketiga fokus pembahasannya mengenai

batasan tindak pidana ringan dan jumlah denda dalam KUHP terhadap perkara

tindak pidana pencurian, dalam penelitian ini penulis memfokuskan permasalahan

dalam penegakkan hukum terhadap tindak pidana ringan.

d. Metode Penelitian

Untuk penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian hukum

normatif tertulis, yaitu metode penelitian hukum terhadap aturan hukum yang

tertulis. Pada penelitian hukum normatif peraturan perundangan yang menjadi

objek penelitian menjadi sumber data primer dalam penelitian yang dilakukan.

Page 26: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

9

Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengumpulan bahan bahan baik yang

terpublikasi atau tidak yang berkenaan dengan bahan bahan yang dikaji.14

1. Jenis Penelitian

Dalam menghimpun bahan yang dijadikan skripsi dalam penelitian ini

penulis menggunakan jenis penelitian yuridis normatif (penelitian hukum

normatif) yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka

atau data sekunder belaka.15

Sesuai dengan karakteristik kajiannya, maka

penelitian ini menggunakan metode library reaserch (kajian kepustakaan) dengan

pendekatan kualitatif. penelitian ini juga menggunakan metode perbandingan

hukum dalam hal ini penulis membandingkan antara hukum pidana islam dan

hukum pidana positif mengenai putusan pengadilan terhadap tindak pidana ringan.

16

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

Data primer dalam penelitian ini adalah kitab kitab fiqh jinayah seperti fiqh

jinayah karya Mustofa Hasan M.Ag, kitab fiqih empat mazhab karya Syaikh Al-

‘Allamah Muhammad bin ‘Abdurrahman ad-Dimasyqi, kitab bidayatul mujtahid

wa nihayatul muqtashid karya Kholid Al-‘Atthor, Undang Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1995, buku dasar dasar hukum pidana di Indonesia

karya Drs, P.A.F Lamintang S.H, Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP),

Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Data sekunder dalam penelitian ini adalah berbagai dokumen yang

berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yang didapat dari artikel ilmiah,

jurnal jurnal hukum, hasil hasil penelitian, hasil karya ilmiah para sarjana,

14

Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta :

Lembaga Penelitiaan UIN Syarif Hidayatullah, 2010) h. 38 15

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (suatu tinjauan

singkat) (Jakarta : Rajawali Perss, 2001), h. 13 16

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

2008), h.100

Page 27: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

10

pendapat para pakar hukum yang relevan dan berkaitan tentang tindak pidana

ringan. 17

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kajian kepustakaan yaitu upaya pengidentifikasi secara sistematis dan melakukan

analisis terhadap dokumen dokumen yang memuat informasi yang berkaitan

dengan tema, objek, dan masalah penelitian yang dilakukan. 18

4. Teknik Analisis Data

Teknik analitis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk

yang lebih muda di baca atau mudah dipahami dan diinformasikan kepada orang

lain. 19

pada tahapan analisis data, data diolah dan dimanfaatkan sedemikian rupa

hingga dapat menyimpulkan kebenaran kebenaran yang dapat dipakai untuk

menjawab persoalan yang diajukan dalam penelitian. Adapun data data tersebut

dianalisis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu menganalisis dan

menjelaskan suatu permasalahan dengan memberikan suatu gambaran secara jelas

sehingga menemukan jawaban yang diharapkan.

5. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulisan mengacu pada buku

“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2012”

6. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini penulis membagi dalam lima bab, yang

masing masing bab terdiri dari sub bab yang disesuaikan dengan isi dan maksud

17

J.Moelang, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : remaja rosada karya, 1997), h.

112-116 18

Fahmi Muhammad Ahmadi, Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta :

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h. 17-18 19

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Bandung : Alfabeta, 2004), h.

244.

Page 28: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

11

tulisan ini. Pembagian kedalam beberapa bab dan sub bab adalah bertujuan untuk

memudahkan pembahasan terhadap isi penulisan ini. adapun pembagiannya

adalah sebagai berikut:

BAB I meliputi latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II merupakan tinjauan umum diantaranya definisi tindak pidana

ringan, kedudukan tindak pidana ringan, dan proses penanganan tindak pidana

ringan di pengadilan.

BAB III merupakan tinjauan umum mengenai deskripsi putusan

pengadilan negri purwokerto nomor : 86/Pid.B/2013/PN.SDA, dan dasar

pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara tindak pidana ringan.

Dalam BAB IV merupakan pembahasan inti, yaitu hukum pidana

islam terhadap putusan, hukum pidana terhadap putusan, kemudian hukum, kelas

dan ideologi tindak pidana ringan, dan kekuasaan kehakiman.

Dalam BAB V ini penulis mengakhiri penulisan ini dengan

memberikan kesimpulan dan juga menyampaikan beberapa saran yang

berhubungan dengan kajian penulisan.

Page 29: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

12

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA RINGAN

A. Definisi Tindak Pidana Ringan

Kata pencurian dalam bahasa Arabnya adalah al-Sariqah yang menurut

etimologi berarti melakukan sesuatu tindakan terhadap orang lain secara

tersembunyi. Misalnya istaraqqa al-sama’(mencuri pandang).20

Beberapa Ulama’

Fiqh memiliki definisi yang beragam dalam mendefinisikan definisi pencurian.

Menurut Syarbini al-Khatib yang disebut pencurian adalah mengambil barang

orang lain secara sembunyi-sembunyi ditempat penyimpanan dengan maksud

untuk memiliki yang dilakukan dengan sadar atau adanya pilihan serta memenuhi

syarat-ayarat tertentu.21

begitu juga dengan Salim al-Uwa yang mendefinisikan

pencurian adalah sebuah tindakan mengambil harta orang lain secara sembunyi

sembunyi dengan niat untuk memiliki barang tersebut.22

Penekanan dalam definisi mencuri adalah mengambil harta orang lain

secara sembunyi-sembunyi dengan pengertian bahwa mengambil tanpa

sepengetahuan dan ketahuan pemiliknya dan telah disimpan pada tempat yang

semestinya. Misalnya, seorang mengambil harta disebuah rumah ketika

pemiliknya sedang berpergian atau tidur adanya persyaratan dalam keadaan

“sembunyi-sembunyi” seperti tertera dalam definisi diatas, menunjukkan bahwa

yang mengambil harta orang lain secara terang-terangan tidak termasuk kategori

pencurian yang diancam dengan hukuman had akan tetapi ancaman atas pelaku

penipuan atau pencopetan adalah hukuman ta’zir bukan hukuman potong tangan

seperti dikenakan terhadap pelaku pencurian.23

20

Muhammad Amin Suma dkk, Pidana Islam di Indonesia Peluang, Prospek, dan

Tantangan (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2001) h.11 21

Syarbini al-Khatib, Mughni al-Muhtaj, (Mesir : Dar al-Bab al-Halabi wa awladuhu,

1958) h.158 22

Salim al-Uwa, Fi Usuli al-Nizami al-Jina’i al-Islami, (Kairo : Dar al-Ma’rif, 1978)

h.160 23

Muhammad Amin Suma dkk, Pidana Islam...,h.122

Page 30: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

13

Hukum pidana Islam sering disebut dalam fiqih dengan istilah jinayah

atau jarimah. Jinayah merupakan bentuk verbal noun (masdar) dari kata jana.

Hukum pidana atau fiqih jinayah. Jinayah merupakan suatu tindakan yang

dilarang oleh syara’ karena dapat menimbulkan bahaya bagi jiwa, harta,

keturunan,dan akal (intelegensi). Sebagian fuqaha menggunakan kata jinayah

untuk perbuatan yang berkaitan dengan jiwa atau anggota badan, seperti

membunuh, melukai, menggugurkan kandungan dan lain sebagainya. Dengan

demikian istilah fiqih jinayah sama dengan hukum pidana. 24

Dalam jinayah (tindak pidana) dalam islam dilihat dalam berat ringannya

hukuman ada tiga jenis yaitu : hudud, qisas, diyat, ta’zir.25

1. Jarimah Hudud yaitu : perbuatan yang melanggar hukum yang jenis dan

ancaman hukumannya ditentukan oleh nash yaitu hukum had (hak Allah).

Hukum had yang dimaksud tidak punya batasan terendah dan tertinggi,

tidak bisa dihapuskan oleh perorangan (si qorban atau walinya) atau

masyarakat yang mewakili (ulil amri)

2. Jarimah qisas yakni hukuman yang apabila dimaafkan maka qisas dapat

diganti dengan diyat atau perbuatan yang diancam dengan hukuman qisas

dan diyat. Baik hukuman qisas dan diyat merupakan hukuman yang telah

ditentukan batasnya, tidak ada batas terendah dan tertinggi tetapi menjadi

hak perorangan (si korban dan walinya), ini berbeda dengan hukuman had

yang menjadi hak Allah semata.

3. Jarimah ta’zir yaitu memberi pelajaran, artinya suatu jarimah yang

diancam dengan hukuman ta’zir yaitu hukuman selain had dan qisas diyat.

Lafadz ta’zir berasal dari kata “azzara” yang berarti mendidik, karena

ta’zir dimaksudkan untuk mendidik dan memperbaiki pelaku agar ia

menyadari perbuatan jarimahnya kemudian meninggalkan dan

menghentikannya.

24

Makhrus Munajat, Dekontruksi Hukum Pidana Islam (Sleman:Logung Pustaka,2004),

h.2 25

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h.11

Page 31: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

14

Dalam jinayah (tindak pidana) dalam Islam dilihat dari segi objeknya

atau sasaran yang terkena oleh tindak pidana (jarimah) maka jarimah itu dapat

dibagi menjadi dua bagian yaitu : 26

1. Tindak pidana (jarimah) perseorangan, yaitu suatu jarimah dimana

hukuman terhadap pelakunya dijatuhkan untuk melindungi hak

perseorangan (individu). Misalnya : penghinaan, penipuan, dan

sebagainya.

2. Tindak pidana (jarimah) masyarakat, yaitu suatu jarimah dimana

hukuman terdapat pelakunya dijatuhkan untuk melindungi kepentingan

masyarakat. Misalnya: penipuan bahan - bahan pokok, korupsi, dan

sebagainya.

Dalam jinayah (tindak pidana) dalam Islam dilihat dari segi cara

melakukannya maka jarimah itu dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : 27

1. Jarimah positif adalah jarimah yang terjadi karena melakukan perbuatan

yang dilarang seperti mencuri, zina, dan pemukulan.

2. Jarimah negatif adalah jarimah yang terjadi karena meninggalkan

perbuatan, seperti tidak mau bersaksi, enggan melakukan shalat dan puasa.

Ditinjau dari segi motifnya, tindak pidana (Jarimah) dapat dibagi

menjadi dua bagian, yaitu : 28

1. Tindak pidana (Jarimah) biasa, yaitu tindak pidana (Jarimah) yang

dilakukan oleh seseorang tanpa mengkaitkannya dengan tujuan-tujuan

politik. Misalnya: mencuri ayam, membunuh, menganiaya, dan

sebagainya.

2. Tindak pidana (Jarimah) politik, yaitu tindak pidana (Jarimah) yang

merupakan pelanggaran terhadap peraturan pemerintah atau pejabat

pejabat pemerintah atau terhadap garis-garis politik yang telah ditentukan

oleh pemerintah. Misalnya: pemberontakan bersengaja, mengacaukan

perekonomian dengan maksud politik, perang saudara, dan sebagainya.

26

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h.12 27

A. Djazuli, Fiqih Jinayah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), h. 23 28

A. Djazuli, Fiqih Jinayah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), h. 24-25

Page 32: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

15

Tindak pidana (jarimah) pencurian didefinisikan sebagai perbuatan

mengambil harta orang lain secara diam diam dengan i’tikad tidak baik, yang

dimaksud dengan mengambil harta secara diam diam adalah mengambil barang

orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya dan tanpa kerelaannya, seperti

mengambil barang dari rumah orang lain ketika penghuninya keluar. 29

Menurut syara’, pencurian adalah mengambil harta orang lain yang oleh

mukallaf secara sembunyi-sembunyi dengan nisab 10 dirham yang dicetak,

disimpan pada tempat penyimpanan yang biasa digunakan atau dijaga oleh

seorang penjaga dan tidak ada syubhat. 30

Kata pencurian dalam bahasa Arabnya adalah al-Sariqah yang menurut

etimologi berarti melakukan sesuatu tindakan terhadap orang lain secara

tersembunyi. Misalnya istaraqqa al-sama’(mencuri pandang).31

Beberapa Ulama’

Fiqh memiliki definisi yang beragam dalam mendefinisikan definisi pencurian.

Menurut Syarbini al-Khatib yang disebut pencurian adalah mengambil barang

orang lain secara sembunyi-sembunyi ditempat penyimpanan dengan maksud

untuk memiliki yang dilakukan dengan sadar atau adanya pilihan serta memenuhi

syarat-syarat tertentu.32

begitu juga dengan Salim al-Uwa yang mendefinisikan

pencurian adalah sebuah tindakan mengambil harta orang lain secara sembunyi

sembunyi dengan niat untuk memiliki barang tersebut.33

Penekanan dalam definisi mencuri adalah mengambil harta orang lain

secara sembunyi-sembunyi dengan pengertian bahwa mengambil tanpa

sepengetahuan dan ketahuan pemiliknya dan telah disimpan pada tempat yang

semestinya. Misalnya, seorang mengambil harta disebuah rumah ketika

pemiliknya sedang berpergian atau tidur adanya persyaratan dalam keadaan

“sembunyi-sembunyi” seperti tertera dalam definisi diatas, menunjukkan bahwa

29

Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam (Jakarta : Gema Insani, 2003), h. 28 30

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Kencana, Jakarta,2010) h. 82. 31

Muhammad Amin Suma dkk, Pidana Islam di Indonesia Peluang, Prospek, dan

Tantangan (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2001) h.11 32

Syarbini al-Khatib, Mughni al-Muhtaj, (Mesir : Dar al-Bab al-Halabi wa awladuhu,

1958) h.158 33

Salim al-Uwa, Fi Usuli al-Nizami al-Jina’i al-Islami, (Kairo : Dar al-Ma’rif, 1978)

h.160

Page 33: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

16

yang mengambil harta orang lain secara terang-terangan tidak termasuk kategori

pencurian yang diancam dengan hukuman had akan tetapi ancaman atas pelaku

penipuan atau pencopetan adalah hukuman ta’zir bukan hukuman potong tangan

seperti dikenakan terhadap pelaku pencurian.34

Dalam pasal 205 ayat (1) KUHAP : “Yang diperiksa menurut acara

pemeriksaan tindak pidana ringan ialah perkara yang diancam dengan pidana

penjara atau kurungan paling lama tiga bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya

tujuh ribu lima ratus rupiah dan penghinaan ringan kecuali yang ditentukan dalam

Paragraf 2 Bagian ini.”

Kemudian dengan adanya penyesuaian denda dalam Peraturan

Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak

Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP, diterbitkanlah Nota Kesepakatan

Bersama Ketua Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia,

Jaksa Agung, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor

131/KMA/SKB/X/2012, M.HH-07.HM.03.02, KEP-06/E/EJP/10/2012,

B/39/X/2012 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Penerapan Penyesuaian Batasan

Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda, Acara Pemeriksaan Cepat, Serta

Penerapan Keadilan Restoratif (Restorative Justice). Nota Kesepakatan 2012

menyebutkan bahwa tipiring adalah tindak pidana yang diatur dalam Pasal 364,

373, 379, 384, 407 dan Pasal 482 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

yang diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) bulan atau denda 10.000

(sepuluh ribu) kali lipat dari denda. 35

Merujuk pada ketentuan ketentuan diatas tindak pidana ringan (tipiring)

adalah perkara yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama

tiga bulan dan/atau denda sebanyak banyaknya Rp. 7.500 (dengan penyesuaian)

dan penghinaan ringan kecuali pelanggaran lalu lintas. Tidak dilakukan

penahanan terhadap pelaku tindak pidana ringan (tipiring) penahanan hanya dapat

dilakukan terhadap tersangka atau terdakwa dalam hal tindak pidana yang

dilakukannya itu diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih. 36

34

Muhammad Amin Suma dkk, Pidana Islam...,h.122 35

Pasal 1 angka 1 Nota Kesepakatan 2012 36

Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2007 tentang ketertiban umum

Page 34: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

17

B. Kedudukan Hukum Tindak Pidana Ringan

Jarimah tentang pencurian diatur dalam QS Al-Maidah: 38

عزيز حكيم وللا ارقة فاقطعوا أيديهما جزاء بما كسبا نكال من للا ارق والس والس

Artinya : Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,

potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan

dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Allah berfirman, memutuskan dan memerintahkan untuk memotong

tangan pencuri, baik laki-laki maupun perempuan. Sebagian fuqaha dari kalangan

penganut faham azh - Zhahiri berpendapat, bahwa jika seseorang mencuri, maka

tangannya harus dipotong, baik ia mencuri dalam jumlah yang sedikit maupun

banyak. Yang demikian itu didasarkan pada keumuman ayat di atas. Mereka tidak

memperhatikan batas ukuran tertentu barang yang dicuri, dan tidak pula pada

barang yang dilindungi atau tidak dilindungi, tetapi mereka hanya melihat pada

pencurian semata.37

Ayat 38 di dalam QS al-Maidah mengajarkan ”Pencuri laki-laki dan

perempuan hendaklah kamu potong tangan mereka sebagai balasan atas perbuatan

mereka dan merupakan hukuman pengajaran dari Allah yang maha kuasa dan

bijaksana. hadis Nabi pun mengajarkan bahwa “Batas pemotongan tangan adalah

pada pergelangan tangan dan pada tangan kanan.”38

Diriwayatkan oleh Umar bin Khattab yaitu : “diriwayatkan oleh

Ibn‘Umar, katanya: Nabi SAW telah memotong tangan seorang pencuri karena

mencuri sebuah perisai yang bernilai tiga dirham39

Hadis riwayat Aisyah

Radhiyallahu’anha, ia berkata: “Pada zaman Rasulullah Shallallahu alaihi

wassalam tangan seorang pencuri tidak dipotong pada (pencurian) yang kurang

dari harga sebuah perisai kulit atau besi (seperempat dinar) yang keduanya

berharga.40

37

Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an Per Kata, (Jakarta : Maghfirah Pustaka, 2009) h. 114 38

https://alquranmulia.wordpress.com/2015/12/07/tafsir-ibnu-katsir-surah-al-maa-idah-

ayat-38-40/ diakses 18 Juli 2018. 39

Shahih Muslim No.3194 40

Shahih Muslim No.3193

Page 35: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

18

Menurut syara’, pencurian adalah mengambil harta orang lain yang oleh

mukallaf secara sembunyi-sembunyi dengan nisab 10 dirham yang dicetak,

disimpan pada tempat penyimpanan yang biasa digunakan atau dijaga oleh

seorang penjaga dan tidak ada syubhat.41

Adapun maksud pengertian tersebut

diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Kalimat diambil oleh orang mukallaf yaitu orang dewasa yang waras, jika

seandainya yang mengambil harta mencapai jumlah satu nisab dilakukan

anak di bawah umur atau orang gila, maka ia tidak berhak diberikan

hukuman potong tangan.

b. Secara sembunyi–sembunyi kalau seandainya orang dewasa dan waras

mengambil harta secara terang terangan tidak secara sembunyi-sembunyi

maka ia tidak berhak dijatuhkan hukuman potong tangan menurut syara’,

karena ia tidak mengambil dengan sembunyi-sembunyi. oleh karena itu

orang yang mencopet tidak dinamakan sebagai pencuri menurut syara’,

yang mengharuskan potong tangan karena ia mengambil harta orang lain

secara terang terangan bukan sembunyi–sembunyi.

c. Nisab (jumlah) 10 dirham yang dicetak. Barangsiapa mencuri sebatang

perak yang tidak dicetak menjadi uang yang beratnya sepuluh dirham atau

lebih, sedangkan harganya kurang dari 10 dirham yang dicetak, maka ia

tidak dianggap sebagai seorang pencuri menurut syara’, karena itu ia tidak

dikenakan potong tangan.

d. Disimpan dengan penjagaan seorang penjaga. Maksudnya, barang yang

diambil itu dijaga oleh penjaga. Dalam hal ini barang tersebut diletakkan

di suatu tempat yang biasanya tidak disiapkan untuk penyimpanan barang,

tetapi ditentukan penjaganya, misalnya satpam dan sebagainya dengan

maksud agar barang tersebut tidak dicuri atau hilang. Sebagai contoh

orang-orang hendak membangun sebuah rumah atau bangunan meletakkan

sebuah besi-besi, semen-semen, balok-balok, batu-batu dan sebagainya di

41

Yanggo, H. Tahido, Masail Fiqhiyah Kajian Hukum Temporer, ( Bandung : Angkasa,

2005), h. 58

Page 36: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

19

tempat-tempat umum dan menunjuk seseorang untuk menjaganya dari

tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Jika seandainaya seseorang

mengambil sesuatu dari barang-barang tersebut walaupun dalam kelalaian

penjaganya dan barang yang diambil itu mencapai nishab (jumlah)

sepuluh dirham, maka ia dianggap pencuri oleh syara’ dan akan

dijatuhkan hukuman potong tangan.

e. Tidak ada syubhat. Maksudnya, tidak dipotong tangan orang yang

mengambil harta yang disimpan di tempat penyimpanannya, kecuali

apabila harta yang diambilnya itu luput dari syubhat, misalnya apabila si

suami mengambil harta istrinya dari tempat penyimpanannya maka suami

tersebut dihukum potongan tangan, karena pencampuran keduanya dalam

mu’asyarah zaujiyah merupakan suatu syubhat yang dapat menggugurkan

hukuman. Sedangkan hukuman menjadi gugur karna adanya syubhat

berdasarkan hadis Nabi SAW. Demikian pula halnya tidak dipotong

tangan orang yang mencuri harta dari kerabatnya, misalnya seorang

mencuri harta pamannya atau anak perempuan pamannya dan lain-lain.

Demikian juga hukumannya tidak dipotong tangan karena syubhat

memungkinkan harta yang dicuri adalah harta rampasan.

Mengenai hukuman pencurian para ulama berbeda pendapat.

Menurut imam Malik dan imam Syafi’i berpendapat bahwa “Pada pencurian

pertama yang di potong adalah tangan kanan, pada pencurian yang kedua kaki

kiri, yang ketiga tangan kiri dan pada pencurian yang keempat kaki kanan. Jika

pencuri masih melakukan pencurian maka yang kelima kalinya di hukum penjara

sampai ia bertaubat” 42

Adapun menurut pendapat “Atha, pencurian yang pertama di potong

tangannya, yang kedua di beri hukuman ta’zir. Menurut Zhahiri bawa pada

pencurian pertama di potong tangan kananya. Pada pencurian kedua di potong

tangan kirinya dan pada pencurian ketiga dikenakan hukuman ta’zir. Menurut

42

Syaikh al-‘Allamah Muhammad bin ‘abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqih Empat Mazhab,

(Bandung : Hasyimi, 2013) h. 265

Page 37: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

20

imam Abu Hanifa, pada pencurian pertama di potong tangannya kanannya,

pencurian kedua di potong kaki kirinya dan yang ketiga di penjara sampai tobat. 43

Dalam Perma No. 2 Tahun 2012 khususnya mengenai tindak pidana

pencurian ringan, merubah batasan dalam perkara-perkara tindak pidana ringan

sebagaimana tercantum dalam Pasal 364, 373, 379, 384, 407 dan pasal 482 KUHP

yang semula dibatasi minimal Rp 250 (dua ratus lima puluh rupiah) menjadi Rp

2.500.000 (dua juta lima ratus ribu rupiah) dan jumlah pidana denda yang dilipat

gandakan menjadi 1000 (seribu) kali, kecuali terhadap Pasal 303 ayat (1) dan ayat

(2), Pasal 303 bis ayat (1) dan ayat (2) KUHP. Berdasarkan analisis Peraturan

Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 dapat dikemukakan hasil penelitian

sebagai berikut, bahwa Kedudukan Hukum Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2

Tahun 2012 secara subtansi adalah berkaitan penyesuaian batasan tindak pidana

ringan dan jumlah denda di dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun

2012 diperintahkan oleh peraturan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan

kewenangan, dalam hal ini berdasar atas Pasal 79 Undang-Undang Nomor 14

Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah melalui

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 jo. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009

yang berbunyi: Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang

diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal

yang belum cukup diatur dalam Undang-Undang ini. Dasar hukumnya bersumber

pada Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945. 44

Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami

nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat Penyesuaian

nilai rupiah pada Pasal 364, 373, 379, 384, 407 dan 482 KUHP menjadi Rp

43

Syaikh al-‘Allamah Muhammad bin ‘abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqih Empat Mazhab,

(Bandung : Hasyimi, 2013) h. 269 44

Pasal 24 ayat (1) mengamanatkan bahwa Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan

yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.

Mahkamah Agung sebagai pelaku kekuasaan kehakiman dan khususnya hakim wajib menafsirkan

undang-undang agar undang-undang berfungsi sebagai hukum yang hidup, karena hakim tidak

semata-mata menegakkan Undang-Undang, tetapi harus menemukan keadilan yang hidup di

tengah-tengah masyarakat dan ditegaskan dalam pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48

Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.

Page 38: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

21

2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah ) yang dilakukan oleh Mahkamah

Agung sebagai sarana dan upaya untuk memberikan keadilan bagi perkara yang

diadilinya. Tentunya dalam hal ini hakim tetap mempertimbangkan berat

ringannya perbuatan pelaku tindak pidana serta rasa keadilan di masyarakat Pada

pasal Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 berbunyi : Tiap jumlah

maksimum hukuman denda yang diancamkan dalam KUHP kecuali Pasal 303

ayat 1 dan ayat 2, 303 bis ayat 1 dan ayat 2, dilipatgandakan menjadi 1.000

(seribu ) kali. 45

Peraturan Mahkamah Agung (Perma) No. 2 Tahun 2012 menuai pro-

kontra. Tentu saja pro-kontra itu tidak terlepas dari sisi pandang yang dijadikan

pijakan. Perdebatan atas Perma No. 2 Tahun 2012 itu belakangan tampak

mengarah pada latar belakang kelahiran Perma No. 2 Tahun 2012 itu sebagaimana

dilansir sejumlah media, yakni upaya pemberian rasa keadilan bagi masyarakat

terutama dalam penyelesaian perkara-perkara tindak pidana ringan (tipiring).

Apakah Perma No. 2 Tahun 2012 akan memberikan rasa keadilan bagi

masyarakat, tentu waktu yang akan mengujinya. Sebab dibalik penerbitan Perma

No. 2 Tahun 2012 itu terdengar juga pandangan yang mengkhawatirkan akan

menjamurnya kejahatan-kejahatan atau tindak pidana dengan nilai dendanya

dibawah 2,5 juta. Bahkan ada juga yang memahaminya pencurian uang dengan

nilai kurang dari 2,5 juta rupiah. Tetapi, kekhawatiran itu tentu bagi mereka yang

awam hukum, dimana Perma No. 2 Tahun 2012 dalam persepsi publik yang awam

mengacu pada nilai rupiahnya. Padahal Perma No. 2 Tahun 2012 tidak ditujukan

kepada seluruh tindak pidana, tetapi hanya pada tindak pidana ringan (tipiring). 46

Pemahaman terhadap Perma No. 2 Tahun 2012 perlu juga disejalankan

upaya pencerdasan publik akan mengenai tindak pidana ringan. Karena boleh jadi

tidak semua publik memahami apa-apa saja yang termasuk tindak pidana ringan

(tipiring). Secara teknis hukum yang dinamakan dengan tipiring adalah suatu

tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama

tiga bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah dan

45

http://jurnal.untan.ac.id/index.php/nestor/article/view/5487, diakses pada tanggal 13 Juli

2018 46

Leonardo O.A Pandensolang, Jurnal Lex crimen, Vol. IV / No.1/ Jan-Mar/2015, h. 25

Page 39: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

22

penghinaan ringan. Oleh sebab itu substansi Perma No. 2 Tahun 2012 itu

sebenarnya bukan pada nilai rupiahnya, tetapi pada tindak-tindak pidana yang

ancaman hukumannya paling lama 3 bulan dan itu yang tidak perlu ditahan. 47

Pro-kontra yang terjadi terhadap Perma No.2 Tahun 2012 tentu akan

bertemu simpulnya apabila setiap kita telah membaca secara lengkap Perma

dimaksud. Namun selain itu menarik untuk disimak bahwa penerbitan Perma No.

2 Tahun 2012 itu juga ditujukan untuk menghindari masuknya perkara-perkara

yang berpotensi mengganggu rasa keadilan yang tumbuh ditengah masyarakat dan

secara tidak langsung akan membantu sistem peradilan pidana, sebagaimana

disampaikan Ketua MA Harifin A Tumpa seperti ditulis hukum online.com 28

februari 2012 yang selengkapnya menyebutkan; Mahkamah Agung (MA) telah

menerbitkan Peraturan Mahkamah Agung (Perma) No. 2 Tahun 2012 tentang

Penyelesaian Batasan Tindak Pidana Ringan (tipiring) dan jumlah denda dalam

KUHP. Intinya, Perma ini ditujukan untuk menyelesaikan penafsiran tentang nilai

uang pada tipiring dalam KUHP. 48

Informasi inilah salah satu yang terungkap dalam laporan tahunan MA

Tahun 2011. Laporan tahunan disampaikan ketua MA Harifin A Tumpa dalam

sidang pleno tahunan diruang kusumaatmadja gedung MA , selasa 28 februari.

Acara yang diliput media massa ini dihadiri pimpinan pengadilan tingkat banding,

hakim agung, serta sejumlah pimpinan lembaga negara. 49

Tipiring yang perlu mendapat perhatian meliputi Pasal 364, 373, 384,

407 dan 482 KUHP. Nilai denda yang tertera dalam pasal-pasal ini tidak pernah

diubah negara dengan menaikkan nilai uang. “Menaikkannya sebanyak 10.000

ribu kali berdasarkan kenaikan harga emas” kata Harifin.

Harifin berharap Perma ini dapat menjadi jembatan bagi para hakim

sehingga mampu lebih cepat memberikan rasa keadilan bagi masyarakat terutama

bagi penyelesaian tipiring sesuai dengan bobot pidananya. “Perma ini juga

ditujukan untuk menghindari masuknya perkara-perkara yang berpotensi

mengganggu rasa keadilan yang tumbuh di tengah masyarakat dan secara tidak

47

Leonardo O.A Pandensolang, Jurnal Lex crimen, Vol. IV / No.1/ Jan-Mar/2015, h. 26 48

Leonardo O.A Pandensolang, Jurnal Lex crimen, Vol. IV / No.1/ Jan-Mar/2015, h. 27 49

Leonardo O.A Pandensolang, Jurnal Lex crimen, Vol. IV / No.1/ Jan-Mar/2015, h. 28

Page 40: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

23

langsung akan membantu sistem peradilan pidana untuk kita bekerja lebih efektif

dan efisien”. Terkait dengan Perma No. 2 Tahun 2012 tentu tidak bisa dipahami

sebatas teknik hukum belaka, karena ada muatan filosofis di dalamnya. Disisi lain

tentu juga sebagai sinyal perlunya disegerakan penuntasan revisi terhadap KUHP

dan KUHAP yang sudah memerlukan penyesuaian dengan perkembangan

masyarakat.

C. Proses Penanganan Tindak Pidana Ringan

Di dalam penyelenggaraan pemeriksaan persidangan ada batasan–batasan

yang perlu diperhatikan. Di dalam Islam batasan maksimal hukuman ta’zir para

fuqaha berbeda pendapat dalam menentukan batas maksimal sanksi hukuman

ta’zir :

1. Hukuman ta’zir itu diterapkan dengan pertimbangan kemashlahatan dan

dengan memperhatikan kondisi fisik hukum.

2. Hukuman ta’zir yang dijatuhkan tidak boleh melebihi hukuman had.

Menurut pendapat sebagian pengikut asy-Syafi‘i, dan ini merupakan

pendapat yang terbaik, yaitu bahwa hukuman ta’zir terdapat pelanggaran

memandang perempuan lain yang bukan muhrimnya dan bergaul bebas dengan

lawan jenis yang melebihi batas-batas yang ditentukan syara’ tidak dibolehkan

melebihi hukuman had perzinaan.

1. Hukuman ta’zir bisa diberikan maksimal sedikit dibawa batas minimal

hukuman had.

Menurut pengikut asy-Syafi‘i, Ahmad, dan Abu Hanifa, bahwa hukuman

ta’zir itu bisa diberikan dengan mencambuknya sebanyak 40 kali atau 80 kali

cambukan.

2. Hukuman ta’zir maksimalnya tidak boleh melebihi 10 kali cambukan. 50

Dalam hukum acara Islam bahwa untuk melakukan suatu proses persidangan

ada 3 tahapan yaitu :

1. Penyidikan

50

Ibnu Qayyim al -Jauziyah, Hukum Acara Perdilan Islam (Bandung, pustaka

pelajar.2006), h. 88

Page 41: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

24

Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidikan untuk mencari

dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana. Didalam

hukum acara Islam dikenal dengan persangkaan, dalam persangkaan

diperbolehkan asal tidak hanya menuduh dengan tidak adanya suatu bukti apapun.

Pemeriksaan atau persangkaan apabila dijatuhkan tindak pidana ringan

tidak mengucapkan sumpah atau janji kecuali hakim menganggap perlu. Tetapi

dalam tindak pidana Islam bahwa ketika ada pencurian diperlukan untuk

mendatagkan saksi minimal 2 orang laki-laki atau seorang laki-laki dan dua orang

perempuan. Apabila saksi kurang dari dua orang maka pencuri tidak dikenakan

hukuman. Syarat–syarat saksi dalam tindak pidana pencurian ini pada umumnya

sama dengan syarat-syarat saksi dalam jarimah zina. 51

Imam Abu Hanifah menambahkan persyaratan, yaitu bahwa persaksian

tersebut belum kadaluarsa, namun demikian, hal itu tidak menghalangi

pengambilan barang yang dicuri atau harganya. Akan tetapi ulama-ulama lain

mengakui persaksian tetap diterima baik kadaluarsa maupun tidak. 52

2. Penahanan

Tahanan ialah memasukkan terpidana kedalam ruangan yang sempit, ia

merupakan pembatasan ruang gerak, yang merintangi seseorang yang bergerak

bebas, baik ke masjid maupun ke rumah kediamannya.

Rasulullah pernah melakukan penahanan pada jarimah ta’zir, yaitu untuk

pemeriksaan sampai nyata kesalahannya. Beliau menahan seorang laki-laki yang

dituduh mencuri unta, dan menyuruh seorang sahabat untuk menggeledah

untanya. Setelah ternyata bahwa ia tidak mencuri, maka Rasulullah

melepaskannya. Alasan mereka bahwa penahanan adalah hukuman ta’zir,

sedangkan pada pencuri baru dikenakan hukuman apabila telah terbukti. 53

Tindakan yang diambil Rasulullah dapat dibenarkan oleh kepentingan umum,

sebab membiarkan si tertuduh hidup bebas sebelum dilakukan penyidikan tentang

51

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam (jakarta: sinar Grafika 2005), hal 89 52

‘Ala Ad-Din Al-Kasani, Kitab Badai’ Ash - Shani’, .Juz VII (Beirut : Dar Al-

Fikr,1996), h. 120 53

Abdul Qadir ‘Audah, al -Tasyri’ al - Jina’i al - Islami, jil.II (Bairut: Dar al - Kitab Al -

‘Arabi, t.t), h. 150.

Page 42: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

25

kebenaran tuduhan terhadap dirinya, atau mengakibatkan ia lari dan mungkin juga

ditetapkan keputusan yang tidak benar terhadap dirinya, atau mengakibatkan tidak

dapat dijalankan hukuman yang telah diputuskan.

3. Putusan

Putusan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang

pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari

segala tuntutan hukum. Di dalam KUHAP membedakan tiga macam pemeriksaan

sidang dipengadilan pertama, pemeriksaan perkara biasa, kedua pemeriksaan

singkat dan ketiga pemeriksaan cepat, dibagi lagi atas pemeriksaan tindak pidana

ringan dan pemeriksaan pelanggaran lalu lintas. 54

Pemeriksaan sidang perkara biasa hanya pada pemeriksaan singkat dan

cepat saja yang diberikan batasan. Pemeriksaan singkat adalah perkara kejahatan

atau pelanggaran yang tidak termasuk ketentuan pasal 205 dan yang menurut

Penuntut Umum pembuktian dan serta penerapan hukumnya mudah dan sifatnya

sederhana. Untuk menentuan pemeriksaan dalam persidangan, pemeriksaan

sederhana atau singkat yaitu Penuntut Umum.

Pemeriksaan cepat dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan tindak pidana

ringan dan pemeriksaan perkara pelanggaran lalu lintas jalan. Pemeriksaan

perkara pidana dengan acara cepat, sidang perkara tindak pidana ringan, dan

prosedur pemeriksaan perkara tipiring memiliki tahapan tahapan yang berbeda,

tahapan tahapan tersebut dapat dirincikan sebagai berikut :

1. Pemeriksaan Perkara Pidana Ringan dengan Acara Cepat 55

a. Pengadilan menentukan hari tertentu dalam 7 (tujuh) hari untuk mengadili

perkara dengan acara pemeriksaan tindak pidana ringan.

b. Hari diberitahukan pengadilan kepada penyidik supaya dapat mengetahui

dan mempersiapkan pelimpahan berkas perkara tindak pidana ringan.

c. Pelimpahan perkara tindak pidana ringan, dilakukan penyidik tanpa

melalui aparat penuntut umum.

d. Penyidik mengambil alih wewenang aparat penuntut umum.

54

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), h. 238 55

http://website.pn-cibinong.go.id/index.php/201306-25-07-23-56/2013-06-25-07-24-

53/pemeriksaanperkara-pidana-dengan-acara-cepat. diakses 12 April 2018

Page 43: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

26

e. Dalam tempo 3 (tiga) hari penyidik menghadapkan segala sesuatu yang

diperlukan ke sidang, terhitung sejak berita acara pemeriksaan selesai

dibuat penyidik.

f. Jika terdakwa tidak hadir, hakim dapat menyerahkan putusan tanpa

hadirnya terdakwa

g. Setelah pengadilan menerima perkara dengan acara pemeriksaan tindak

pidana ringan, hakim yang bertugas memerintahkan panitera untuk

mencatat dalam buku register.

h. Pemeriksaan perkara dengan hakim tunggal.

i. Pemeriksaan perkara tidak dibuat BAP, karena berita acara pemeriksaan

yang dibuat oleh penyidik sekaligus dianggap dan dijadikan BAP

pengadilan.

j. BAP pengadilan dibuat, jika ternyata hasil pemeriksaan sidang pengadilan

terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan berita acara pemeriksaan yang

dibuat oleh penyidik

k. Putusan dalam pemeriksaan perkara tindak pidana ringan tidak dibuat

secara khusus dan tidak dicatat/ disatukan dalam BAP. Putusannya cukup

berupa bentuk catatan yang berisi amar-putusan yang disiapkan/dikirim

oleh penyidik.

l. Catatan ditandatangani oleh hakim.

m. Catatan juga dicatat dalam buku register.

n. Pencatatan dalam buku register ditandatangani oleh hakim dan panitera

sidang.

2. Sidang Perkara Tindak Pidana Ringan (Tipiring) 56

a. Sidang dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum.

b. Terdakwa dipanggil masuk, lalu diperiksa identitasnya

c. Beritahukan/Jelaskan perbuatan pidana yang didakwakan kepada

terdakwa dan pasal undang- undang yang dilanggarnya (dapat dilihat dari

bunyi surat pengantar pelimpahan perkara Penyidik)

56

http://www.pn-bima.go.id/prosedur-perkarapidana-ringantipiring, diakses 12 April 2018

Page 44: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

27

d. Perlu ditanya apakah terdakwa ada keberatan terhadap dakwaan

(maksudnya menyangkal atau tidak terhadap dakwaan tsb), jika ada,

putuskan keberatan tersebut apakah diterima atau ditolak, dengan

pertimbangan misalnya: “oleh karena keberatan terdakwa tersebut sudah

menyangkut pembuktian, maka keberatannya ditolak dan sidang

dilanjutkan dengan pembuktian”.

e. Terdakwa disuruh pindah duduk, dan dilanjutkan dengan memeriksa saksi-

saksi, Jika Hakim memandang perlu (misal, karena terdakwa mungkir),

maka sebaiknya saksi disumpah, Penyumpahan dapat dilakukan sebelum

atau pun sesudah saksi memberikan keterangan

f. Hakim memperlihatkan barang bukti (jika ada) kepada saksi dan terdakwa

dan kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan terdakwa.

g. Sesudah selesai, hakim memberitahukan ancaman pidana atas tindak

pidana yang didakwakan kepada terdakwa; (hal ini dilakukan karena tidak

ada acara Requisitoir Penuntut Umum).

h. Hakim harus memberi kesempatan bagi terdakwa untuk mengajukan

pembelaan (atau permintaan) sebelum menjatuhkan putusan.

i. Hakim menjatuhkan putusannya jika terbukti bersalah, rumusannya tetap

berbunyi: “terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak

pidana”. Jika dihukum denda, maka biasanya juga dicantumkan

subsidernya atau hukuman pengganti apabila denda tidak dibayar

(bentuknya pidana kurungan).

3. Prosedur Pemeriksaan Perkara Tipiring 57

a. Penyidik atas kuasa hukum penuntut umum, dalam waktu 3 (tiga) hari

sejak berita acara pemeriksaan selesai dibuat, menghadapkan terdakwa

beserta barang bukti, saksi, ahli, dan atau juru bahasa ke sidang pengadilan

(Pasal 295 ayat (2) KUHAP).

b. Jaksa Penuntut Umum dapat hadir di persidangan dengan sebelumnya

menyatakan keinginannya untuk hadir pada sidang. 58

57

http://www.pn-bima.go.id/prosedur-perkarapidana-ringantipiring, diakses 12 April 2018

Page 45: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

28

c. Pengadilan mengadili dengan Hakim Tunggal, pada tingkat pertama dan

terakhir, kecuali dalam hal dijatuhkan pidana perampasan kemerdekaan

terdakwa dapat banding. 59

d. Pengadilan menetapkan hari tertentu dalam tujuh hari untuk mengadili

perkara dengan acar pemeriksaan tipiring. 60

e. Penyidik memberitahukan secara tertulis kepada terdakwa tentang hari,

tanggal, jam, dan tempat ia harus menghadap sidang pengadilan dan hal

tersebut dicatat dengan baik oleh penyidik, selanjutnya catatan bersama

berkas dikirim ke pengadilan. 61

f. Perkara Tipiring yang diterima harus disidangkan pada hari sidang itu juga

g. Hakim yang bersangkutan memerintahkan panitera mencatat dalam buku

register semua perkara yang diterimanya, dengan memuat nama lengkap,

tempat lahir, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat

tinggal, agama, dan pekerjaan terdakwa serta apa yang didakwakan

kepadanya. 62

h. Perkara Tipiring dicatat dalam register induk khusus untuk itu pasal 61

UU No. 2 Tahun 1986 tentang peradilan umum, register perkara cepat

terdiri dari tipiring dan lantas.

i. Saksi tidak disumpah/janji, kecuali hakim menganggap perlu. 63

4. Putusan Perkara Tipiring

a. Tidak dibuatkan surat putusan secara tersendiri, melainkan dicatat dalam

daftar catatan perkara kemudian panitera mencatat dalam buku register

serta ditandatangani oleh hakim dan panitera. 64

b. Putusan dijatuhkan pada hari yang sama dengan hari diperiksanya perkara

itu juga, toleransi penundaan dapat dilakukan apabila ada permohonan dari

terdakwa.

58

Pedoman Pelaksanaan Tugas Administrasi Pengadilan Buku II, Cetakan ke-5, MA RI,

2004. 59

Pasal 296 ayat (3) KUHAP 60

Pasal 206 KUHAP 61

Pasal 207 ayat (1) KUHAP 62

Pasal 207 ayat (2) a dan b KUHAP 63

Pasal 208 KUHAP 64

Pasal 209 ayat (1) KUHAP

Page 46: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

29

c. Putusan pemidanaan dapat dijatuhkan cukup dengan keyakinan hakim

yang didukung satu alat bukti yang sah. 65

d. Sifat “cepat” itu menghendaki agar perkara tidak sampai tertunggak,

disamping itu situasi serta kondisi masyarakat belum memungkinkan

apabila untuk semua perkara tipiring terdakwa diwajibkan hadir pada

waktu putusan diucapkan, maka perkara-perkara cepat (baik tipiring

maupun lantas) dapat diputus diluar hadirnya terdakwa (verstek) dan

“Pasal 214 KUHAP” berlaku untuk semua perkara yang diperiksa dengan

acara cepat.66

e. Terhadap putusan verstek sebagaimana tersebut dalam poin diatas, yang

berupa pidana perampasan kemerdakaan, terpidana dapat mengajukan

perlawanan (verzet) ke pengadilan negeri yang memutuskan perkara

tersebut dengan tata cara sebagai berikut:

1) Panitera memberitahukan penyidik adanya perlawanan/verzet.

2) Hakim menetapkan hari sidang perlawanan.

3) Perlawanan diajukan dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah putusan

diberitahukan secara sah kepada terdakwa.

4) Terhadap putusan pengadilan dalam perkara tipiring yang menjatuhkan

pidana perampasan kemerdekaan dapat dijatuhkan banding ke pengadilan

tinggi. 67

D. Restorative Justice dan Tujuan Pemidanaan

Restoratif Justice atau sering diterjemahkan sebagai keadilan restorasi,

merupakan suatu model pendekatan yang muncul dalam era tahun 1960 an dalam

upaya penyelesaian perkara pidana. Berbeda dengan pendekatan yang dipakai

pada sistem peradilan pidana konvensional, pendekatan ini menitikberatkan

adanya partisipasi langsung dari pelaku, korban dan masyarakat dalam proses

penyelesaian perkara pidana. Liebmann secara sederhana mengartikan restorative

justice sebagai suatu sistem hukum yang “bertujuan untuk mengembalikan

65

penjelasan pasal 184 KUHAP 66

SEMA No. 9 Tahun 1983 67

http://www.pn-bima.go.id/prosedur-perkarapidana-ringantipiring, diakses 12 April 2018

Page 47: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

30

kesejahteraan korban, pelaku dan masyarakat yang rusak oleh kejahatan, dan

untuk mencegah pelanggaran atau tindakan kejahatan lebih lanjut.”68

Liebmann juga memberikan rumusan prinsip dasar Restorative Justice

sebagai berikut :

a. Memprioritaskan dukungan dan penyembuhan korban

b. Pelaku pelanggaran bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan

c. Dialog antara korban dan pelaku untuk mencapai pemahaman

d. Ada upaya untuk meletakkan secara benar kerugian yang ditimbulkan

e. Pelaku pelanggar harus sadar tentang bagaimana cara menghindari

kejahatan domasa depan

f. Masyarakat turut membantu dalam mengintegrasikan dua belah pihak baik

korban ataupun pelaku.

Seorang ahli krimonologi berkebangsaan Inggris, Tony F. Marshall

dalam tulisannya ”Restorative Justice an Overview” mengatakan: “Restorative

Justice is a process whereby all the parties with a stake in a particular offence

come together to resolve collectively how to deal with the aftermath of the offence

and its implication for the future” (restorative justice adalah sebuah proses di

mana para pihak yang berkepentingan dalam pelanggaran tertentu bertemu

bersama untuk me nyelesaikan persoalan secara bersama-sama bagaimana

menyelesaikan akibat dari pelanggaran tersebut demi kepentingan masa depan).

Penjelasan terhadap definisi restorative justice yang dikemukakan oleh

Toni Marshal dalam tulisannya “Restorative Justice an Overview”,

dikembangkan oleh Susan Sharpe dalam bukunya “Restorative Justice a Vision

For Hearing and Change” yang mengungkapkan 5 prinsip kunci dari restorative

justice yaitu:

a. Restorative Juctice mengandung partisipasi penuh dan konsensus

68

Marian Liebmann, Restoratif Justice How It Work, (London and Philadhelpia : Jessica

Kingsley Publisher, 2007) h. 25

Page 48: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

31

b. Restorative justice berusaha menyembuhkan kerusakan atau kerugian yang

ada akibat terjadinya tindak kejahatan

c. Restorative Justice memberikan pertanggung jawaban langsung dari

pelaku secara utuh

d. Restorative Justice memberikan penyatuan kembali kepada warga

masyarakat yang terpecah atau terpisah karena tindakan kriminal

e. Restorative Justice memberikan ketahanan kepada masyarakat agar dapat

mencegah terjadinya tindakan kriminal berikutnya

Sementara itu, Marlina menyebutkan dalam bukunya bahwa bahwa

konsep restorative justice merupakan suatu proses penyelesaian tindakan

pelanggaran hukum yang terjadi dilakukan dengan membawa korban dan pelaku

(tersangka) bersama-sama duduk dalam satu pertemuan untuk dapat berbicara.69

sebagaimana pendapat Marlina tersebut dapat dipahami bahwa penyelesaian suatu

kasus pidana melalui restorative justice pada dasarnya adalah penyelesaian

dengan bersama-sama dilakukan antara pelaku dan korban dalam sebuah forum.

Pengertian-pengertian tersebut menjelaskan bahwa dalam keadilan

restoratif, yang diutamakan bukanlah penjatuhan hukuman kepada pelaku pidana,

melainkan bagaimana pelaku dapat bertanggung jawab terhadap perbuatan pidana

yang dilakukan. Serta bagaimana korban dapat memperoleh keadilan. Hingga

keadaan dapat pulih seperti semula.

Tujuan utama dari keadilan restoratif yaitu terciptanya peradilan yang

adil. Di samping itu, diharapkan para pihak, baik pelaku, korban, maupun

masyarakat berperan besar di dalamnya. Korban diharapkan memperoleh

kompensasi yang sesuai dan disepakati bersama dengan pelaku untuk mengganti

kerugian dan mengurangi penderitaan yang dialami. Dalam restorative justice,

pelaku harus bertanggung jawab penuh sehingga diharapkan pelaku dapat

menyadari kesalahannya.

69

Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Pengembangan Konsep Diversi dan

Restorative Justice, (Bandung : Refika Aditama, 2009) h. 180

Page 49: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

32

Tujuan pemidanaan dengan konsep restorative justice, dapat dilihat

beberapa pendapat sarjana yaitu Barda Nawawi Arief yang menyebutkan bahwa

syarat pemidanaan ada dua hal yang fundamental yaitu asas legalitas dan asas

kesalahan, dengan kata lain pemidanaan berhubungan erat dengan dengan pokok

pikiran mengenai tindak pidana dan pertanggungjawaban pidana.70

Selanjutnya Andi Hamzah menyebutkan bahwa masalah penjatuhan

pidana atau pemidanaan sangat penting dalam hukum pidana dan peradilan

pidana. Lanjut beliau, penjatuhan pidana atau pemidanaan merupakan konkretisasi

atau realisasi peraturan pidana dalam Undang-Undang yang merupakan suatu

abstrak.71 Kemudian hakim mempunyai kekuatan yang luar biasa dalam memilih

berapa lama pidana penjara yang akan dijatuhkan kepada terdakwa pada kasus

konkret.

70

Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, (Bandung : Citra

Aditya Bakti, 2002) h.88 71

Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia dari Retribusi ke Reformasi,

(Jakarta : Pradnya Paramita, 1986) h.72

Page 50: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

33

BAB III

PUTUSAN PENGADILAN NO. 86/Pid.B/2013/PN.Sda

A. Deskripsi Putusan

Berawal dari perkara di Pengadilan Negeri Sidoarjo. Perkara tersebut

berhubungan dengan tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh saudara Rudi

Hermanto (RH), yang berumur 21 tahun, bertempat tinggal di Jambangan Kebon

Agung Tol Kav. 9 RT 01 RW 06 Surabaya, beragama Islam, dan memiliki

pekerjaan Swasta dengan pendidikan terakhir SMA.72

1. Kronologis Kejadian

Seorang warga di Jambangan Surabaya, telah melakukan tindak pidana

pencurian. Tindakan tersebut dilakukan pada hari sabtu tanggal 08 Desember

2012 sekitar pukul 21.10 WIB, pencurian terjadi di parkiran sepeda motor Giant

Waru, tepatnya di jalan raya Waru No.01 Desa Waru Kecamatan Waru,

Kabupaten Sidoarjo. Saudara Rudi Hermanto (yang selanjutnya akan disebut

sebagai terdakwa) telah mengambil sesuatu barang berupa 1 (satu) buah Helm

TOD, yang berwarna putih pink, yang merupakan kepunyaan orang lain. Yaitu

Torik. Tujuan dari saudara RH adalah memilikinya.

Pada awalnya terdakwa Rudi Hermanto naik sepeda motor masuk

menuju ke parkiran, dengan tujuan untuk mengambil (mencuri) helm, lalu ia

memarkir sepeda motornya, Selanjutnya terdakwa langsung mendekati salah satu

sepeda motor yang sedang diparkir dan langsung mengambil 1 (satu) buah Helm

yang bertuliskan TOD, helm tersebut berwarna putih pink. Terdakwa mengambil

helm tersebut dari atas kaca spion sepeda motor, tanpa sepengetahuan atau tanpa

seijin dari pemiliknya (Torik) selaku yang berhak.

Namun demikian perbuatan terdakwa telah diketahui dan diawasi oleh

M. Hidayat, security Giant yang sedang berpatroli di tempat parkiran tersebut,

karena merasa curiga M. Hidayat mendekati terdakwa dan menanyakan mengenai

helm yang diambil tersebut milik siapa, dan dijawab oleh terdakwa bahwa helm

yang diambilnya adalah milik temannya. Namun M. Hidayat tidak langsung

72

Putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo No. 86/Pid.B/2013/PN.Sda

Page 51: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

34

percaya terhadap pengakuan terdakwa, lalu ia meminta supaya menunjukkan

STNK dan karcis parkir sepeda motor yang helmnya diambil tersebut, akan tetapi

terdakwa tidak mau dan tidak bisa menunjukkannya. Kemudian terdakwa beserta

barang buktinya dibawa ke Posko Security, dan terdakwa ditanyai perihal helm

tersebut oleh Sukrispriono (Chief Security), pada akhirnya terdakwa mengaku

bahwa helm yang diambilnya tersebut adalah milik orang lain (mencuri). Atas

perbuatan terdakwa tersebut, terdakwa beserta barang buktinya diserahkan ke

Polsek Waru, Surabaya untuk pengusutan selanjutnya.

Dalam proses peradilan terdakwa tidak didampingi oleh Penasihat

Hukum, dan setelah melewati proses peradilan, terdakwa ditahan dalam rumah

tahanan berdasarkan lima surat perintah atau penetapan penahanan yaitu :

1. Penyidik berdasarkan surat perintah penahanan tanggal 09 Desember

2012, nomor; Sp.Han/91/XII/2012/Reskrim, sejak tanggal 09

Desember 2012 sampai dengan 28 Desember 2012 di Rutan

Kepolisian Sektor Waru.

2. Perpanjangan oleh Penuntut Umum tanggal 10 Desember 2012,

nomor; B- 4546/O.5.30/Epp/12/2012, sejak tanggal 29 Desember 2012

sampai dengan 06 Februari 2013 di RUTAN Polsek Waru.

3. Penuntut Umum tanggal 22 Januari 2013, nomor print

274/O.5.30/Ep/01/2013 sampai dengan 10 Februari 2013.

4. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sidoarjo tanggal 23 Januari 2013

No.115/Pen.Pid/2013/PN.Sda sejak tanggal 23 Januari 2012 sampai

dengan tanggal 21 Februari 2013.

5. Perpanjangan oleh Wakil Ketua Pengadilan Negeri Sidoarjo tanggal 12

Februari 2013 No.127/Pen.Pid/2013/PN.Sda sejak tanggal 22 Februari

2013 sampai dengan tanggal 22 April 2013

2. Dakwaan dan tuntutan jaksa

Setelah mengamati dan mencermati kasus ini, terdakwa Rudi Hermanto

di dakwa oleh Jaksa Penuntut Umum dengan dakwaan tunggal yaitu telah

Page 52: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

35

melanggar pasal 362 KUHP. Yakni telah melakukan tindak pidana pencurian dan

tindakan tersebut diatur dalam pasal 362 KUHP.

Pasal tersebut berbunyi : “Barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang

seluruhnya atau sebagaian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki

secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling

lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah”.

Setelah melihat rumusan pasal 362 KUHP diatas, maka unsur-unsur

tindak pidana pencurian (biasa) meliputi unsur obyektif dan unsur subyektif,

unsur obyektif yaitu : 73

a. Mengambil

b. Suatu barang

c. yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain.

Unsur - unsur subyektif yaitu : 74

a. dengan maksud

b. untuk memiliki barang/benda tersebut untuk dirinya sendiri

c. secara melawan hukum

Tindakan pidana pencurian diatur juga dalam Pasal 364 KUHP yang

menyatakan : ”Perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 362 dan pasal 363 ke-4,

begitupun perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 363 ke-5, apabila tidak

dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, jika

harga barang yang dicuri tidak lebih dari puluh lima rupiah, dikenai, karena

pencurian ringan, pidana penjara paling lama tiga bulan atau denda paling banyak

enam puluh rupiah”.

Setelah melihat rumusan pada Pasal 364 KUHP di atas, maka unsur-

unsur dalam pencurian ringan adalah :

a. Pencurian dalam bentuknya yang pokok (Pasal 362 KUHP)

73

M. Dahlan, Delik Harta Kekayaan, Asas-Asas, Kasus dan Permasalahannya, (Surabaya

: PT. Sinar jaya, 1985) h. 58 74

Drs. GW. Bawengan, Masalah Kejahatan Dengan Sebab Akibat, (Jakarta : Pradnya

Paramita, 1977) h. 70

Page 53: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

36

b. Pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama

(Pasal 363 ayat (1) ke-4 KUHP)

c. Pencurian yang dilakukan dengan membongkar, merusak atau memanjat,

dengan anak kunci, perintah palsu atau seragam palsu.

d. Tidak dilakukan dalam sebuah rumah.

e. Tidak dilakukan dalam pekarangan tertutup yang ada rumahnya, dan

f. Apabila harga barang yang dicurinya itu tidak lebih dari dua puluh lima

rupiah.

Setelah melihat keterangan diatas, maka Jaksa Penuntut Umum menuntut

agar majelis hakim menjatuhkan putusan pertama, yaitu menyatakan terdakwa

Rudi Hermanto terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak

pidana pencurian sebagaimana diatur dalam pasal 362 KUHP dalam surat

dakwaan. Kedua, yaitu menjatuhkan pidana penjara terhadap terdakwa Rudi

Hermanto dengan pidana penjara selama 4 (empat) bulan dikurangi selama

terdakwa menjalani tahanan sementara dengan perintah supaya terdakwa tetap

ditahan. Ketiga, yaitu menyatakan barang bukti berupa 1 (satu) buah helm warna

putih pink merk TOD dikembalikan kepada Torik. Keempat, yakni menetapkan

supaya terpidana dibebani untuk membayar perkara biaya masing–masing sebesar

Rp. 2.500 (dua ribu lima ratus rupiah).

Perbuatan terdakwa melanggar hukum yang diatur dalam Pasal 362

KUHP. Atas dakwaan Jaksa Penuntut Umum tersebut, terdakwa tidak

mengajukan eksepsi atau keberatannya. Kemudian untuk membuktikan surat

dakwaannya Jaksa Penuntut Umum dalam persidangan telah mengajukan 2 (dua)

orang Saksi yang pada pokoknya masing-masing menerangkan sebagai berikut :

1. Keterangan Saksi TORIK

Di depan Persidangan di bawah sumpah saksi Torik pada pokoknya

menerangkan bahwa saksi pernah diminta keterangan oleh penyidik dan

memberikan keterangan yang diminta seperti BAP dan semuanya sudah benar.

Kemudian saksi adalah korban pencurian helm TOD warna putih pink pada hari

Page 54: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

37

sabtu tanggal 8 desember 2012 sekitar pukul 21.00 wib di parkiran Giant Waru

Sidoarjo yang saksi letakkan di spion sepeda motor miliknya.

Sebelum mengetahui helmnya hilang saksi sedang berbelanja di Giant

dan setelah selesai belanja kemudian menuju parkiran sepeda motornya ternyata

helmnya sudah hilang, kemudian saksi melapor ke security, sesampainya di pos

security ternyata terdakwa sudah diamankan bersama helm saksi. Mendengar

keterangan saksi Torik, terdakwa Rudi Hermanto membenarkan dan menyatakan

tidak keberatan atas pernyataan saksi tersebut.

2. Keterangan Saksi M.Hidayat

Di depan Persidangan di bawah sumpah pada pokoknya saksi M.Hidayat

menerangkan bahwa saksi pernah dimintai keterangan oleh penyidik dan

memberikan keterangan yang diminta, seperti BAP dan semuanya sudah benar.

pada hari sabtu tanggal 08 Desember 2012 jam 21.00 wib sedang berpatroli di

parkiran Giant Waru Sidoarjo kemudian melihat terdakwa mengambil helm warna

putih pink merk TOD diatas spion sepeda motor.

Setelah terdakwa pergi saksi menghampiri terdakwa dan menanyakan

siapa pemilik helm yang dibawa terdakwa serta menanyakan STNK dan karcis

parkir tetapi terdakwa tidak mau menunjukkan kemudian saksi membawa

terdakwa ke pos security, di Pos Security terdakwa mengaku telah mengambil

helm tersebut setelah terdakwa ditanyai oleh kepala security pak Supriono.

Fakta fakta yang disaksikan oleh para saksi diatas akan dipertimbangkan

apakah terdakwa terbukti bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana

didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum kepada terdakwa, kemudian terdakwa

dihadapkan dipersidangan dengan bentuk dakwaan tunggal yang telah melanggar

pasal 362 KUHP. Setelahnya hakim melakukan pertimbangan pertimbangan

pertama menimbang, setelah melihat keterangan saksi yang dibacakan diatas

Terdakwa membenarkannya, dikarenakan surat dakwaan Penuntut Umum disusun

dengan dakwaan tunggal yaitu melanggar Pasal 362 KUHP. Maka hakim

Page 55: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

38

melakukan pertimbangan kedua, yaitu dakwaan Tunggal Penuntut Umum tersebut

di atas unsur - unsurnya sebagai berikut :

1. Unsur “Barang Siapa”

Setelah hakim melakukan pertimbangan, kata barang siapa menunjuk

kepada orang yang apabila orang tersebut terbukti memenuhi semua unsur dari

tindak pidana yang dimaksudkan didalam ketentuan pidana yang diatur dalam

pasal 362 KUHP dan dapat diminta pertanggungjawabannya menurut hukum

pidana, maka ia dapat disebut sebagai pelaku dari tindak pidana tersebut.

Kemudian dipersidangan telah dihadapkan Terdakwa Rudy Hermanto

dengan segenap identitasnya sebagaimana yang tersebut dalam surat dakwaan dan

berdasarkan keterangan para saksi yang diakui oleh terdakwa dipersidangan telah

dinyatakan bahwa terdakwa adalah sebagaimana yang dimaksud oleh Jaksa

Penuntut Umum yaitu terdakwa dalam perkara ini dan bukan orang lain selain

terdakwa tersebut, yang selama persidangan nampak berkomunikasi, memahami

dan menjawab dengan baik dan normal, secara keseluruhan sehingga ia dapat

dikatakan sehat lahir maupun batin, oleh karena itu terdakwa dianggap dapat

bertanggungjawab.

Juga untuk dapat disebut sebagai pelaku tindak pidana dalam perkara ini

apabila perbuatan terdakwa RH memenuhi segenap unsur dari pasal 362 KUHP,

oleh karena itu hakim akan mempertimbangkan lebih lanjut unsur-unsur dari pasal

tersebut, yaitu unsur – unsur lain selain unsur barang siapa.

2. Unsur “Mengambil Barang Sesuatu Yang Seluruhnya Atau Sebagian

Kepunyaan Orang Lain”

Perbuatan mengambil barang yang disyaratkan dalam hal ini adalah

memindahkan barang yang mempunyai nilai dari suatu tempat ketempat lainnya

dan barang tersebut dikuasai sepenuhnya secara nyata. Dalam pengertian secara

meteriil mengambil adalah suatu tingkah laku yang disengaja pada umumnya

dengan menggunakan jari - jari tangan yang kemudian diarahkan pada suatu

Page 56: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

39

benda, menyentuh, memegang, mengangkat, lalu membawa dan memindahkan

ke tempat lain atau dalam kekuasaannya.

Kemudian setelah mendengar keterangan saksi M.Hidayat yang diakui

oleh terdakwa dikaitkan dengan barang bukti yang diajukan dipersidangan telah

dinyatakan terdakwa Rudy Hermanto pada tanggal 8 Desember 2012 sekitar pukul

21.00 Wib di parkiran sepeda motor Giant Waru, Jl. Raya waru No. 01 Ds. Waru

Kec. Waru Kab. Sidoarjo telah mengambil 1 (satu) buah helm warna putih pink

merk TOD milik saksi korban Torik yang berada diatas spion sepeda motor milik

korban yang setelah tertangkap oleh security parkiran Giant terdakwa tidak dapat

menunjukkan bahwa dia adalah pemilik helm tersebut.75

Setelah melihat fakta-

fakta hukum tersebut maka Majelis Hakim berpendapat unsur Mengambil Barang

sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain telah terpenuhi dan

terbukti secara hukum.

3. Unsur “Dengan Maksud Untuk Dimiliki Secara Melawan Hukum”

Unsur ini memiliki pengertian bahwa dalam diri pelaku sudah terkandung

suatu kehendak (sikap batin) untuk memiliki suatu barang agar menjadi miliknya

dan bertingkah seolah - olah ia adalah pemiliknya ataupun menguasai bagi dirinya

benda-benda yang diambil dari penguasaan orang lain dengan cara bertentangan

dengan hukum dan norma dalam masyarakat.

Kemudian berdasarkan keterangan para saksi dikaitkan dengan barang

bukti yang saling berhubungan serta diakui oleh terdakwa bahwa sebelum

mengambil helm tersebut sudah terbersit niat dari terdakwa untuk mencuri helm

diparkiran Giant Waru dan setelah sampai di parkiran Giant Waru terdakwa

memarkir sepeda motornya dekat dengan sepeda motor yang ada helm warna

putih merk TOD kemudian helm tersebut langsung diambilnya tanpa seijin dari

pemiliknya yaitu saksi korban Torik. Dengan demikian setelah melihat fakta-fakta

75

Fakta diatas menjadi pertimbangan oleh majelis hakim, sehingga majelis hakim

berpendapat bahwa unsur tersebut telah terpenuhi dan terbukti secara hukum.

Page 57: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

40

hukum maka Majelis Hakim berpendapat unsur Dengan Maksud Untuk Dimiliki

Secara Melawan Hukum telah terpenuhi dan terbukti secara hukum.

B. Putusan Dan Pertimbangan Hakim

Setelah mendengar pembacaan surat dakwaan, setelah melihat dan

meneliti barang bukti yang diajukan dalam persidangan oleh Penuntut Umum,

maka Pengadilan Negeri yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dengan

nomor perkara : 86/Pid.B/2013/PN.Sda dan selama terdakwa dalam masa tahanan

oleh penyidik sejak tanggal 09 Desember 2012, Terdakwa didakwa melakukan

tindak pidana dalam dakwaan primer, sebagaimana yang diatur dalam pasal 362

KUHP, Majelis Hakimpun menimbang dan menyatakan terdakwa terbukti

bersalah karena melakukan pencurian. Adapun terhadap terdakwa terdapat hal –

hal yang meringankan dan yang memberatkan terdakwa, yaitu :

1. Hal – Hal Yang Memberatkan

- Perbuatan terdakwa merugikan orang lain

- Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat

2. Hal – Hal Yang Meringankan

- terdakwa mengakui terus terang dan menyesali perbuatannya

- terdakwa belum sempat menikmati hasil kejahatannya

Hingga pada akhirnya majelis hakimpun setelah melakukan berbagai

pertimbangan menyatakan dan memutuskan :

1. Menyatakan terdakwa RUDY HERMANTO terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “PENCURIAN”.

2. Menjatuhkan pidana atas diri Terdakwa RUDY HERMANTO oleh karena

itu dengan pidana penjara selama 3 (tiga) bulan.

3. Menetapkan lamanya masa penangkapan dan penahanan terdakwa

dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

4. Menetapkan terdakwa tetap berada dalam tahanan.

5. Menetapkan barang bukti dalam perkara ini berupa : 1 (satu) buah Helm

warna putih pink merk TOD dikembalikan kepada Torik.

Page 58: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

41

6. Membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.

2.500,- (Dua Ribu Lima Ratus rupiah ).

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim

pada hari : Selasa, tanggal 19 Februari 2013, oleh : Dr. EDDY P. SIREGAR, S.H,

M.H. sebagai Hakim Ketua, ENDANG SRIASTINING W. SH, dan H.FUAD

MUHAMMADY,SH.MH. masing-masing sebagai Hakim Anggota, yang mana

putusan diucapkan pada hari itu juga dalam sidang yang terbuka untuk umum oleh

Majelis tersebut dengan dibantu oleh: I NYOMAN AGUS HERMAWAN SH,

Panitera Pengganti pada Pengadilan Negeri Sidoarjo, dihadiri oleh DARMAN

RUMAHOMBAR,SH, Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Sidoarjo

dan dihadiri oleh terdakwa.76

76

https://putusan.mahkamahagung.go.id/main/pencarian/?q=putusan+PN+Sidoarjo+Nom

or%2F86%2FPID.B%2F2013 diakses tanggal 18 Juli 2018

Page 59: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

42

BAB IV

PENEGAKKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN

A. Tindak Pidana Ringan Dalam Proses Peradilan Pidana

Keadilan restoratif (restoratif justice) adalah sebuah upaya atau

pendekatan model baru di Indonesia yang sangat dekat dengan asas musyawarah

yang merupakan jiwa bangsa (volkgeist) Indonesia sendiri. Keadilan restoratif

memberikan solusi terbaik dalam menyelesaikan kasus kejahatan yang bersifat

privat antara orang-orang (natuurlij personen) ataupun badan hukum (recht

personen) yaitu dengan memberikan keutamaan pada inti permasalahan dari suatu

kejahatan. 77

Pencurian helm yang dilakukan saudara RH, tergolong sebagai pencurian

ringan dan dituntut dengan pasal 362 KUHP sehingga tidak dilakukan mediasi

penal antara saudara RH dengan korban Torik di luar pengadilan, untuk mencapai

kesepakatan damai yang berlandaskan musyawarah dan kekeluargaan. Setelah

tertangkap melakukan pencurian oleh satpam, saudara RH diperiksa dan

diserahkan ke polisi untuk selanjutnya dipersidangkan di pengadilan.

Seharusnya kasus yang dilakukan oleh saudara RH dituntut dengan pasal

364 KUHP sesuai dengan Nota Kesepakatan Tahun 2012 yang menyebutkan

bahwa tipiring adalah tindak pidana yang diatur dalam pasal 364, 373, 379, 384,

407 dan pasal 482 KUHP yang diancam dengan pidana penjara paling lama 3

(tiga) bulan atau denda. Sehingga tuntutan dapat dihentikan oleh penuntut dengan

melakukan mediasi penal, sesuai dengan pasal 42 KUHAP ayat (2), (3), (4), dan

(5) yang menjelaskan tentang dimungkinkannya penghentian tuntutan oleh

penuntut dengan syarat tindak pidana yang dilakukan hanya diancam dengan

pidana denda.

Namun pada praktiknya, ketentuan Pasal 364 KUHP tersebut sangat

jarang dipergunakan oleh penegak hukum. Fenomena itu terjadi karena ukuran

77

Justisi Devli Wagiu, Jurnal Lex Crimen Vol. IV / No. 1/ Jan – Mar/ 2005, h. 57

Page 60: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

43

nilai kerugian akibat tindak pidana ringan dan denda yang dapat dijatuhkan

sangatlah kecil. Oleh karena itu, penegak hukum lebih banyak menggunakan pasal

362 KUHP untuk menjerat pelaku tindak pidana pencurian, meskipun pencurian

yang dilakukannya tergolong ringan. Jika ditinjau dari penerapan prinsip-prinsip

keadilan restoratif, ketentuan KUHP tersebut di atas, tidak mengatur sama sekali

mengenai penerapan upaya mediasi penal, untuk mencapai kesepakatan damai dan

kekeluargaan antara pelaku dengan korban dalam menyelesaikan perkara tindak

pidana ringan di luar pengadilan.78

Dengan demikian, terdapat fenomena atau kesenjangan norma hukum di

dalam KUHP menyangkut perbuatan pidana pencurian ringan, yakni adanya

kekosongan norma (vacuum of norm) yang mengatur secara jelas dan tegas

tentang upaya Mediasi Penal, yakni upaya mencapai kesepakatan damai antara

pelaku atau keluarganya dengan korban, untuk menetapkan ganti rugi yang

sesuai, sehingga diperoleh kesepakatan yang adil dan tidak merugikan pihak

manapun. 79

Dasar utama dari penyelesaian tindak pidana melalui keadilan restoratif

merupakan suatu penyelesaian yang bukan hanya sekedar alat untuk mendorong

kedua belah pihak untuk bermediasi penal dalam hal menemukan suatu

kesepakatan. Tetapi keadilan restoratif bertujuan untuk menembus hati dan

pikiran dari kedua belah pihak yang terlibat konflik agar dapat memahami makna

dan tujuan dilakukannya suatu pemulihan sehingga sanksi yang diterapkan adalah

sanksi pemulihan yang bersifat mencegah. Keadilan restoratif menitik beratkan

pada proses pertanggung jawaban pidana secara langsung dari pelaku kepada

korban dan masyarakat, jika pelaku dan korban serta masyarakat yang dilanggar

hak-haknya merasa telah mencapai suatu keadilan melalui usaha musyawarah

bersama maka pemidanaan (ultimum remedium) dapat dihindari. 80

78

Arsil Hadi dkk, Junal Legalitas Edisi Juni 2016 Volume VIII Nomor 1, h. 60 79

Arsil Hadi dkk, Junal Legalitas Edisi Juni 2016 Volume VIII Nomor 1, h. 62 80

Rufinus Hutahuruk, Penaggulangan Kejahatan Korporasi Melalui Pendekatan

Restoratif Suatu Terobosan Hukum, (Sinar Grafika, Jakarta, 2013), h.107

Page 61: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

44

Dalam kasus pencurian helm yang dilakukan oleh saudara RH, Jaksa

Penuntut Umum menuntut untuk memenjarakan saudara RH selama 4 (empat)

bulan dikurangi selama terdakwa menjalani tahanan sementara dengan perintah

supaya terdakwa tetap ditahan dan membebankan biaya perkara kepada saudara

RH masing–masing sebesar Rp. 2.500 (dua ribu lima ratus rupiah), kemudian

menyatakan barang bukti berupa 1 (satu) buah helm warna putih pink merk TOD.

Seandainya kasus yang dilakukan oleh saudara RH dituntut untuk

bertanggungjawab dengan bermusyawarah kemudian mengembalikan helm yang

dicurinya maka korban dapat dipulihkan kerugiannya akibat pidana. Sehingga

dengan penyelesaian berdasarkan perdamaian dan secara kekeluargaan tersebut,

hubungan sosial di tengah masyarakat dapat dipulihkan, dan perkara pidananya

dapat dihentikan, yang pada akhirnya dapat merigankan beban penyelesaian

perkara oleh penegak hukum.

Terdapat beberapa tahapan atau proses peradilan pidana di Indonesia

yang harus dilalui bagi para pencari keadilan baik ditingkat penyelidikan,

penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di pengadilan hingga tahap penjatuhan

putusan hakim. Dalam penerapan keadilan restoratif pada sistem peradilan di

Kepolisian Republik Indonesia jika dilihat dari sudut hukum, pekerjaan

kepolisisan antara lain berupa penerapan atau penegakkan hukum dengan kata

lain polisi menjadi status quo dari hukum.81

Hal ini menunjukkan bahwa tugas kepolisian wajib sejalan dengan apa

yang diminta oleh hukum pidana materiil dan hukum pidana formil, sehingga

hukum menjadi titik sentral dan menjadikan kepolisian sebagai hamba hukum itu

sendiri. Menurut Satjipto Rahardjo gaya kepolisian seperti itu dikenal dengan

sebutan “Polisi Antagonis” yaitu polisi yang memposisikan dirinya berhadapan

dengan rakyat.82

Hal ini kepolisian perlu melihat asas–asas yang ada di dalam

81

Hans Kelsen, Teori Umum Hukum dan Negara, (Jakarta : Bee Media Indonesia, 2007)

h. 25 82

Hans Kelsen, Teori Umum Hukum dan Negara, (Jakarta : Bee Media Indonesia, 2007)

h.26

Page 62: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

45

masyarakat itu sendiri, sehingga polisi dapat menempatkan rakyat sebagai

pusatnya bukan hanya berpatokan pada hukum saja.

Ketika polisi memang menjadi pelindung, pengayom, dan pelayan dari

masyarakat sesungguhnya, maka hukum tidak dijadikan patokan utama, tanpa

melihat sifat batiniyah, melihat dari hati nurani. Sehingga polisi tidak lagi

terkukung dengan rumusan formal perUndang–Undangan yang mengancam

hukuman penjara bagi seorang pencuri tetapi melihat kasus itu sesuai dengan hati

dan fikirannya. dimana ia melihat lebih dalam lagi kepada kebiasaan–kebiasaan

yang melekat sejak dahulu dalam kehidupan rakyat itu sendiri.

Sehingga polisi disini memiliki keberanian untuk keluar dari lingkaran

hukum tertulis yang selama ini menjadikan dirinya sebagai hamba. Hal ini

sebagaimana yang dikatakan oleh Irjen Polisi Rony Lihawa menjelaskan bahwa

“di lapangan kerap kali dilakukan usaha–usaha penyelesaian perkara pencurian

ringan melalui diskresi kepolisian dengan mempertemukan kedua belah pihak

yang bersengketa dan kebanyakan dapat diselesaikan di kantor kepolisian tanpa

harus diteruskan ke kejaksaan”83

Pihak kepolisian memiliki kewenangan untuk menggali nilai-nilai yang

ada di dalam masyarakat dalam hal melakukan penyidikan, apakah perkara ini

dapat diselesaikan pada tahap pertama dalam sistem peradilan yaitu penyidikan,

ataukah patut dilanjutkan dan diperiksa pada tahap penuntutan. Sesuai dengan

pasal 1 ayat (9) Undang–Undang No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia.

Namun kewenangan ini sering kali takut digunakan oleh pihak kepolisian

karena kurangnnya pengetahuan dan ketakutannya akan hukum positif, dan

menjadi ketakutan oleh kepolisian akan penilaian masyarakat awam yang

beranggapan bahwa kewenangan kepolisian ini adalah acara ilegal yang

merupakan “akal–akalan” dari pihak kepolisian guna mengambil untung dari

83

Mahrus Ali, hasil wawancara dengan mantan WAKAPOLDA BALI dalam Artikel

tentang Proses Peradilan Pidana di Indonesia, 14 Juli 2013

Page 63: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

46

pihak-pihak yang berperkara. Padahal dalam praktik pemeriksaan kasus pidana,

ide awal munculnya kewenangan lebih banyak berasal dari pihak berperkara,

khususnya pihak korban.84

Sehingga dasar daripada penerapan keadilan restoratif

pada kepolisian berdasarkan pada kewenangan yang diberikan oleh Undang-

Undang.

Jadi, sudah seyogianya pengadopsian dan penerapan konsep keadilan

restoratif (restorative justice) dilakukan diberbagai tingkatan atau proses peradilan

dan harus dilaksanakan secara terintegrasi. Hal ini menjadi penting mengingat

apabila salah satu dari komponan tersebut tidak menerapkan konsep atau

pendekatan keadilan restoratif (restorative justice) maka putusan yang restoratif

tidak mungkin dapat terlaksana. Misalnya, kepolisian dan kejaksaan telah

menganut konsep keadilan restoratif namun hakim masih menganut pola pikir

yang legistis, dalam kasus seperti ini hakim akan menjatuhkan putusan yang

sangat normatif sehingga lembaga pemasyarakatanpun tidak bisa menerapkan

konsep keadilan restoratif. Oleh karenanya, pendekatan atau konsep keadilan

restoratif (restorative justice) harus dilaksanakan secara terintegrasi antara

komponen yang satu dengan komponen yang lainnya. Sebaliknya, apabila satu

komponen tidak menjalankan pendekatan atau konsep keadilan restoratif

(restorative justice) maka pendekatan atau konsep keadilan restoratif (restorative

justice) itu sendiri tidak akan terealisasi dengan baik.

Seperti yang dijelaskan pada bab terdahulu bahwa dalam KUHP pasal

362, pencurian harus memenuhi unsur-unsurnya agar terdakwa bisa dikatakan

telah melakukan tindak pidana, dan saudara RH dianggap sudah memenuhi unsur-

unsur tersebut. dalam Hukum Acara Pidana tidak bisa dipersidangkan kalau tidak

memenuhi 3 (tiga) unsur yaitu :

1. Barang Siapa.

84

Lembaga Pendidikan POLRI, Diskresi Kepolisian, (Semarang : Lembaga Pendidikan

POLRI Akademi Kepolisian, 2014), h. 41

Page 64: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

47

2. Mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan

orang lain.

3. Dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum.

Maka saudara RH harus mempertanggung jawabkan perbuatan yang

telah dilakukannya. Karena Undang–Undang telah menentukan balasan untuk

perbuatan yang dilarang dengan disertai ancaman hukum dalam bentuk pidana

tertentu. Konsep pertanggungjawaban pidana selain menghubungkan pidana

dengan hukum acara pidana. Dimensi faktual bertujuan meneliti terpenuhinya

kesalahan si pembuat tindak pidana. Dalam pengertian normatif, kesalahan

bermakna dapat dicelanya pembuat tindak pidana berdasarkan penilaian

masyarakat karena diharapkan dapat berbuat selain tindak pidana.85

Melihat konsep pertanggungjawaban pidana di atas, kasus saudara RH

yang melakukan pencurian helm. perbuatannya dicela oleh masyarakat setempat

sehingga dapat dikatakan bahwa saudara RH telah melakukan tindak pidana dan

harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Karena perUndang-Undangan

menuntut kepada terdakwa atau tersangka untuk mempertanggungjawabkan

perbuatan yang dilakukan, yang dalam istilah hukum disebut

“pertanggungjawaban pidana”.86

Pertanggungjawaban pidana (criminal responsibility) menjurus kepada

pemidanaan dengan maksud untuk menentukan apakah seorang terdakwa atau

tersangka dibebani pertanggungjawaban atas tindakan pidana yang dilakukannya.

Dengan syarat bahwa tindak pidana yang dilakukan itu memenuhi unsur-unsur

yang telah ditentukan oleh perUndang Undangan sebagai suatu tindakan pidana.

Berkenaan dengan apakah perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa atau

tersangka telah memenuhi unsur-unsur pidana atau tidak, hal ini dibuktikan

melalui proses penyelidikan, penyidikan, dan pemeriksaan dalam persidangan

85

Muhammad Ainul Syamsu, Pertanggungjawaban Pidana, (Jakarta : Kencana, 2014) h.

118 86

Moeljatno, AsasAsas Hukum Pidana, (Jakarta : Rineka Cipta, 2015), h. 153.

Page 65: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

48

yang diatur dalam hukum pidana formil atau hukum acara pidana.87

di dalam

KUHAP membedakan tiga macam pemeriksaan sidang dipengadilan. Pertama,

pemeriksaan perkara biasa, kedua pemeriksaan singkat, dan ketiga pemeriksaan

cepat, dibagi lagi atas pemeriksaan tindak pidana ringan dan pemeriksaan

pelanggaran lalu lintas. 88

Pemeriksaan sidang perkara biasa hanya pada pemeriksaan singkat dan

cepat saja yang diberikan batasan. Pemeriksaan singkat adalah perkara kejahatan

atau pelanggaran yang tidak termasuk ketentuan pasal 205 dan yang menurut

penuntut umum pembuktian serta penerapan hukumnya mudah dan sifatnya

sederhana. Penuntut Umum yang menentukan pemeriksaan dalam persidangan,

apakah pemeriksaan suatu perkara itu sederhana atau singkat.

Jika kita melihat putusan PN Sidoarjo Nomor/86/PID.B/2013/PN.Sda,

putusan tersebut tidak mengimplementasikan Peraturan Mahkamah Agung No. 2

Tahun 2012 tentang penyesuaian tindak pidana ringan dan jumlah denda.

Sehingga saudara RH disidangkan dengan pemeriksaan biasa. Jika

melihat dari tindak pidana yang dilakukan oleh saudara RH, seharusnya saudara

RH disidangkan dengan pemeriksaan cepat dan tidak dikenakan penahanan.

Dalam putusan tindak pidana yang dilakukan oleh saudara RH dikenakan pasal

362. Namun apabila dilihat dari sudut pandang PERMA No.2 Tahun 2012,

seharusnya tindak pidana yang dilakukan saudara RH dikenakan pasal 364 yaitu

tindak pidana ringan.

Dikeluarkannya PERMA No. 2 Tahun 2012 sangatlah relevan dan sesuai

dengan perkembangan zaman. Namun dalam putusan ini hakim memiliki alasan

dan pertimbangan mengapa PERMA No.2 tahun 2012 tidak diterapkan. Menurut

87

C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum di Indonesia,(Jakarta : Balai

Pustaka, 1989), h. 74 88

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 238

Page 66: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

49

pendapat salah satu hakim sebab-sebab tidak diterapkannya PERMA No 2 Tahun

2012 dalam kasus tindak pidana ringan yaitu : 89

a. kedudukan PERMA No 2 tahun 2012 yang masih dibawah KUHP maka

dari itu jaksa penuntut umum masih memakai tindak pidana biasa, yakni

tersangka dikenakan pasal 362 tentang pencurian biasa dan yang kedua

bahwa dalam tindak pencurian helm TOD pihak kepolisian tuntutannya

memakai tindak pidana biasa. Walaupun PERMA No 2 Tahun 2012 sudah

diedarkan di nusantara dari pihak hakim tidak bisa menyuruh untuk

menggunakan PERMA tersebut.

b. Dari pihak penegak hukum yang tidak memakai PERMA No 2 Tahun

2012, seperti halnya dari pihak polisi tidak memakai PERMA, dari

penuntut umum, dan pihak hakim. Maka dari ketiganya harus saling

berkoordinasi Antara pihak kepolisian jaksa dan hakim.

c. Hukum dikhawatirkan akan menjadi alat permainan oleh penjahat karena

batasan nominal yang disebutkan dalam PERMA No. 2 Tahun 2012 yang

dirasa cukup besar dan meresahkan masyarakat.90

Menurut penulis dalam kasus pencurian yang dilakukan oleh saudara RH

yang dijatuhkan dengan pasal 362 KUHP seharusnya tidak dilakukan penahanan.

Pasal 207 ayat (1) b menjelaskan bahwa dalam acara pemeriksaan tindak pidana

ringan yang diterima oleh hakim harus disidangkan pada hari sidang itu juga. Hal

ini menunjukkan bahwa hukum acara seharusnya tidak memakai penahanan. jadi

ketika penyidik memberitahukan secara tertulis hari dan tanggalnya maka

terdakwa harus hadir pada waktu itu untuk mengikuti persidangan.

89

Hakim Djoko, hasil wawancara dalam penelitian Ridwan Daus, Analisis Implementasi

Peraturan Mahkamah Agung No.2 tahun 2012 tentang tindak pidana ringan, Sidoarjo 26 Juni

2014. 90

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa masyarakat mempunyai tingkat pendapatan

yang berbeda-beda, ketika banyak perbedaan pendapatan ditiap wilayah.Setelah dikeluarkannya

perma tersebut MA menyatakan bahwa suatu tindak pidana baru bisa dikatakan Tindak Pidana

Ringan (Tipiring) ketika angkanya dibawah Rp. 2.500.000,00. Mungkin masyarakat kota yang

mempunyai pendapatan yang cukup besar, ketika hartanya dicuri oleh orang lain berjumlah Rp.

100.000,00 dia hanya mengatakan “biarkan saja”, namun ketika masyarakat desa uangnya dicuri

dengan nilai yang sama padahal uang tersebut sangat berarti baginya, dan ujung-ujungnya pelaku

hanya dikenai Tipiring. Hal ini akan berimplikasi mencederai rasa keadilan masyarakat, karena

Perma tersebut hanya melindungi pelaku, akan tetapi tidak bisa melindungi korban itu sendiri.

Page 67: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

50

Indonesia adalah negara hukum yang demokratis berdasarkan Pancasila

dan Undang Undang Dasar 1945, yang menjunjung tinggi hak asasi manusia dan

menjamin warga negara sama kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan,

serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan tanpa ada kecualinya. Negara

menjamin hak konstitusional setiap orang untuk mendapat pengakuan, jaminan,

perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama

dihadapan hukum sebagai sarana perlindungan hak asasi manusia. Salah satu

jaminan konstitusional dalam hukum yang dimaksud ialah hak atas bantuan

hukum.

Dalam konteks hak bantuan hukum KUHP menjamin hak tersangka atau

terdakwa untuk didampingi penasehat hukum disetiap tingkat pemeriksaan

sebagaimana diatur dalam pasal 114 jo pasal 56 ayat 1 KUHP yang menyatakan

“dalam hal seorang disangka melakukan suatu tindak pidana sebelum dimulainya

pemeriksaan oleh penyidik, penyidik wajib memberitahukan kepadanya tentang

haknya untuk mendapatkan bantuan hukum atau bahwa ia dalam perkaranya itu

wajib didampingi oleh penasehat hukum” sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56

KUHAP yang menyatakan “Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau

didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau

ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu

yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai

penasihat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat

pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk penasehat hukum bagi

mereka”.

Melihat ketentuan di atas, kita mengetahui bahwa hak didampingi

penasihat hukum itu wajib. Penyidik atau pejabat yang memeriksa seharusnya

memberitahukan hak saudara RH dan menunjuk penasihat hukum baginya agar ia

didampingi ketika diperiksa. Namun KUHAP tidak mengatur apa akibat hukum

jika hak tersangka atau terdakwa atas bantuan hukum tidak dipenuhi. Akibat

hukum itu hanya dinyatakan dalam beberapa putusan Putusan Mahkamah Agung

yang menjadi Yurisprudensi. Sehingga ketentuan diatas belum cukup memberikan

perlindungan yang utuh (kepastian hukum) bagi saudara RH.

Dalam putusan ini, saudara RH tidak didampingi oleh penasehat hukum

dalam setiap tingkat pemeriksaannya. Seharusnya dalam konteks peradilan

pidana, hak atas bantuan hukum atau hak tersangka/terdakwa didampingi

Page 68: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

51

penasehat hukum adalah wajib, berdasarkan pasal 114 KUHAP dan pasal 56 ayat

(1) KUHAP dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana. Penyidik atau pejabat yang memeriksa wajib

memberitahu hak - hak tersangka atau terdakwa dan menyediakan penasehat

hukum jika tersangka atau terdakwa tidak mampu. Jika hak tersebut tidak

dipenuhi maka dakwaan atau tuntutan dari penuntut umum menjadi tidak sah

sehigga harus dinyatakan batal demi hukum.

Selain Perma No.2 Tahun 2012 sebenarnya penegak hukum sudah

membentuk forum koordinasi dan konsultasi antara Mahkamah Agung,

Kementrian Hukum, dan Hak Asasi Manusia, Kejaksaan Agung dan Polri, Forum

itu dinamai Mahkumjakpol. Dalam forum ini disepakati penerapan Peraturan

Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 02 Tahun 2012 sesuai dengan

Nota Kesepakatan Bersama Nomor : 131/KMA/SKB/X/2012, Nomor : M.HH -

07. HM. 03. 02 Tahun 2012, Nomor : KEP – 06/E/EJP/10/2012, Nomor :

B/39/X/2012. Menurut menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar, Mahkumjakpol

penting karena penegakkan hukum di Indonesia masih bergelut dengan

permasalahan internal berupa koordinasi dan konsultasi antar lembaga. Ini yang

perlu dibenahi agar sistem hukum mampu menjawab tantangan utama penegakkan

hukum dan keadilan. 91

Tujuan penegakan hukum ada tiga antara lain untuk memenuhi rasa

keadilan, kepastian hukum, dan bermanfaat bagi masyarakat. Karena itu,

Mahkumjakpol dinilai penting mengingat munculnya sejumlah kasus tindak

pidana ringan belakangan ini, seperti kasus pencurian helm yang dilakukan oleh

saudara RH, ini betul secara yuridis namun tidak memenuhi rasa keadilan

masyarakat, sehingga memerlukan pendekatan rasa keadilan masyarakat tanpa

mengesampingkan kepastian hukum.

Sehingga Kejaksaan Agung termasuk dalam Nota Kesepakatan Bersama

Mahkumjakpol tentang Pelaksanaan Penerapan Penyesuaian Batasan Tindak

91

Artikel kompas, diakses pada tanggal 5 November 2018

Page 69: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

52

Pidana Ringan dan Jumlah Denda, Acara Pemeriksaan Cepat, Serta Penerapan

Keadiian Restoratif (RestorativeJustice) dan pada kenyataanya dalam kasus

pencurian yang dilakukan oleh saudara RH, Jaksa Penuntut Umum (JPU)

membuat dakwaan dan tuntutan melanjutkan hasil penyidikan Kepolisian

sehingga mengabaikan Nota Kesepakatan serta membuat dalil unsur dari Pasal

362 KUHAP yang menjadi dakwaan bukan unsur Pasal 364.

Dengan demikian pencurian helm yang dilakukan oleh saudara RH

termasuk tindak pidana ringan, setelah membaca isi tuntutan dalam putusan yang

ditujukan kepada saudara RH, kemudian setelah melakukan analisis terhadap

putusan. Penulis berpendapat bahwa putusan yang diberikan kepada saudara RH

tidak sesuai dengan hukum yaitu Perma No 2 Tahun 2012.

B. Tindak Pidana Ringan Dalam Ketentuan Hukum Islam

Dalam putusan PN Sidoarjo tindak pidana pencurian sudah dikatakan

memenuhi pidananya karena sudah memenuhi unsur – unsur pidana yaitu : 92

1. Pengambilan secara diam–diam

Pengambilan secara diam-diam terjadi apabila pemilik korban tidak

mengetahui terjadinya pengambilan barang tersebut dan ia tidak merelakannya.

Dalam kasus pencurian helm yang dilakukan oleh saudara RH, ia mengambil

helm milik Torik secara diam-diam. Dengan cara berpura-pura memarkir

motornya disamping motor milik Torik kemudian mengambil helm yang

tergantung disalah satu spion sepeda motor Torik tanpa sepengetahuan Torik.

2. Barang yang diambil itu berupa harta

Salah satu unsur yang penting untuk dikenakan potong tangan adalah

bahwa barang yang dicuri itu harus barang yang bernilai mal (harta). Dalam kasus

92

Teuku Muhammad Hasbi as-Shiddiq, Peradilan dan Hukum Acara Islam, (Semarang :

Pustaka Rizki Putra, 1997) h. 62

Page 70: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

53

pencurian yang dilakukan oleh saudara RH. Barang yang dicuri berupa satu buah

helm, helm tersebut berupa harta milik Torik. Dikatakan harta karena helm

tersebut bernilai dikuasai dan dimanfaatkan, sesuai dengan pengertian harta yaitu

segala sesuatu yang bernilai, bisa dimiliki, dikuasai, dimanfaatkan menurut

syariat. 93

3. Harta tersebut milik orang lain

Untuk terwujudnya tindak pidana pencurian yang pelakunya dapat

dikenai hukuman had, disyaratkan barang yang dicuri itu merupakan hak milik

orang lain. Dalam kasus pencurian yang dilakukan oleh saudara RH, helm yang

dicurinya jelas bukan miliknya melainkan milik Torik.

4. Adanya niat untuk melawan hukum

Adanya niat melawan hukum adalah unsur ini terpenuhi apabila pelaku

pencurian mengambil suatu barang padahal ia tahu bahwa barang tersebut bukan

miliknya dan karena haram untuk diambil. Dalam kasus ini saudara RH sadar

ketika melakukan pencurian dan dia mengetahui bahwa helm yang diambilnya

bukan miliknya kemudian perbuatan yang dilakukannya adalah perbuatan yang

melanggar.

Terpenuhinya keempat unsur tersebut mewajibkan saudara RH untuk

mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pengertian Pertanggung jawaban dalam

syariat Islam adalah pembebanan seseorang dengan akibat dari perbuatan yang

dilakukannya, atau adanya perbuatan yang dikerjakan dengan kemauan sendiri,

dimana orang tersebut mengetahui maksud dan akibat dari perbuatan itu. Dalam

syariat Islam pertanggungjawaban didasarkan pada tiga hal yaitu : 94

1. Adanya perbuatan yang dilarang

2. Perbuatan itu dikerjakan dengan kemauan sendiri

3. Pelaku mengetahui akibat perbuatannya itu

93

Hendri, Suhendi. Fiqih Muamalah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002) h. 14 94

Ibnu Qoyim al-Jauziyah, Hukum Acara Peradilan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Belajar,

2006) h. 2

Page 71: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

54

Apabila ketiga hal tersebut terpenuhi maka dapat dijatuhi

pertanggungjawaban, berbeda halnya dengan orang gila, anak dibawah umur,

orang yang terpaksa dan dipaksa tidak dibebani pertanggungjawaban hal ini

karena tidak terdapat pada tiga hal tersebut. Pembebasan pada pertanggung

jawaban terdapat pada surat An – Nahl ayat 106 tentang orang yang dipaksa.

كن من شرح يمان ول من بعد إيمانه إل من أكره وقلبه مطمئن بال را فعليهم بالكفر صد من كفر بالل

ولهم عذاب عظيم غضب من للا

Artinya : Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia

mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya

tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang

melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan

baginya azab yang besar.

Fiqih yang dapat diambil dari ayat ini adalah bahwa ucapan orang yang

dipaksa tidaklah dipandang dan tidak membuahkan hukum syar’i, baik dalam

urusan talak, memerdekakan, jual - beli, akad dan lainnya. Ayat ini memberikan

penafsiran bahwa orang yang dipaksa untuk melakukan kekufuran diperbolehkan

berpura pura menuruti kemauan si pemaksa demi menjaga keselamatan jiwanya.95

Pencurian yang dilakukan oleh saudara RH memenuhi ketiga dasar

pertanggungjawaban diatas, maka saudara RH harus dikenakan tindak pidana.

Dalam hukum pidana islam juga mengenal pemidanaan, sanksi pidana menurut

hukum islam bermacam–macam, penggolongan hukum pidana islam berkaitan

antara hukuman yang satu dengan hukuman yang lain.96

Pemidanaan dimaksud

untuk mendatangkan kemashlahatan umat dan mencegah kedzoliman atau

kemadaratan.

Menurut hukum pidana islam suatu perbuatan pencurian yang telah

dilakukan oleh seseorang, maka wajib dikenai hukuman had terhadap pelakunya.

95

Al-imam Abdu Fida Ismail Ibnu Katsir ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir Juz 14,

terjermahan Bahrun Abu Bakar (Bandung : Sinar Baru Al-Gesindo, 2010) h. 266 96

Rahmad Hakim, Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah), (Bandung : Pustaka Setia, 2000)

h. 67

Page 72: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

55

Apabila tindak pidana pencurian telah terbukti dan telah lengkap semua unsur –

unsur tindak pidana pencurian tersebut, maka dapat dikatakan sebagai pencurian

yang telah lengkap syarat dan rukunnya (Sariqah al-Tammah). Tindak pidana

tersebut diancam dengan dua hukuman had yaitu hukuman potong tangan dan

hukuman berupa keharusan mengembalikan harta yang dicuri.

Dalam fiqih hukuman bagi seseorang yang mencuri benda namun

nilainya tidak terlalu tinggi maka ia wajib untuk mengembalikan benda tersebut

atau dipenjara (ta’zir). Pencuri harus mengembalikan barang atau harta yang

dicuri. Jika harta yang dicuri sudah tidak ada pada tangan pelaku atau sudah

pindah pada tangan orang lain. Maka pelaku harus membayar ganti rugi senilai

barang tersebut.

Dalam jarimah ta’zir hakim mempunyai kekuasaan yang luas, mulai dari

memilih macamnya hukuman yang sesuai, sampai kepada yang memberatkan atau

meringankan hukuman atau membebaskannya, karena dalam jarimah ta’zir hakim

mempunyai kebebasan untuk berijtihad.97

Besarnya hukuman harus disesuaikan

dengan kebutuhan masyarakat yakni tidak boleh melebihi apa yang diperlukan

untuk melindungi kepentingan masyarakat atau kurang dari yang diperlukan untuk

menjauhkan dari akibat–akibat bentuk dari perbuatan-perbuatan jarimah. 98

Kasus pencurian yang dilakukan oleh saudara RH, perbuatannya tersebut

tidak termasuk kategori pencurian yang harus dihukum dengan hukuman had

potong tangan, kerana perbuatan yang dilakukannya tidak memenuhi semua syarat

yang terdapat dalam syarat-syarat hukum potong tangan, yaitu :

1. Pencuri cukup umur

2. Tidak dipaksa atau terpaksa

3. Sehat dan berakal

4. Pencuri memahami hukum islam

97Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fiqih Jinayah,

(Jakarta : Sinar Grafika, 2005) h.21 98

Ahmad Hanafi, Asas – Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1993),

h.156

Page 73: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

56

5. Barang yang dicuri berada dalam penyimpanan

6. Barang yang dicuri berada dalam penjagaan

7. Nilai barang yang dicuri mencapai jumlah nishab

8. Barang curian mutlak bukan miliknya

9. Barang curian ialah barang yang berharga

Perbuatan saudara RH tidak memenuhi syarat ketujuh, seperti pendapat

Khulafau al- Rasyidin dan sebagian fuqaha tabi’in yang berpendapat bahwa nisab

barang curian yang mengharuskan potong tangan adalah tiga dirham dari uang

perak atau ¼ dinar dari uang emas dan pendapat inipulalah yang dipegangi oleh

Imam Asy- Syafi’i. Hal ini didasari oleh hadist shahih yaitu :

صلى للا عليه و سلم قطع سا رقا في مجن رسول قيمته ثالثة دراهم للا ن أ

“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memotong tangan seorang yang mencuri

perisai yang nilainya sebesar 3 dirham.” (HR. Bukhari dan Muslim)

dan juga hadist dari Aisyah radhiyaallahuya yaitu :

ل تقطع يد السارق إل في ربع دينار فصاعدا عن رسول للا صلى للا عليه و سلم قال

bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Jangan memotong

tangan seorang pencuri kecuali mencapai ¼ dinar keatas”. (HR. Muslim).

Ulama Hanafiyah, Mazhab Al- Itrah (mazhab ahlu al- Bait) dan seluruh

fuqaha dan seluruh fuqaha Iraq berpendapat bahwa nisab barang curian yang

mengharuskan potong tangan adalah sepuluh dirham.

عن صلى للا ارق في ثمن المجن وكان ثمن المجن على عهد رسول للا عليه وسلم دينارا أيمن قال يقطع الس

أو عشرة دراهم

Artinya: Dari Aiman ia berkata: seorang pencuri dipotong tangannya

(mencuri) seharga perisai dan harga perisai pada masa Rasulullah saw. adalah satu

dinar atau 10 dirham. (HR. Al- Nasai).

Page 74: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

57

Diketahui bahwa 1 dinar = emas 24 karat sebesar 4.25 gram. Jadi bila ¼

dinar berarti= ¼ x 4.25 : 1.0625 gram. Apabila nilai barang curiannya kurang dari

ukuran tersebut maka hukum potong tangan tidak boleh dilakukan. Pencuri cukup

diadili secara hukum. Misalnya dipenjara, membayar ganti rugi atau mengadakan

persetujuan bersama.99

Dalam putusan ini saudara RH dituntut untuk oleh

Penuntut umum untuk mengembalikan helm yang dicurinya kemudian ditahan

atau dipenjarakan selama 4 (empat) bulan dan membebankan biaya perkara

kepada saudara RH masing – masing sebesar Rp. 2.500 (dua ribu lima ratus

rupiah).

Dengan demikian pencurian yang dilakukan oleh saudara RH, tidak

termasuk pencurian yang harus dihukum dengan hukuman had potong tangan.

karena perbuatannya tidak memenuhi unsur “barang yang dicuri mencapai jumlah

nisab” sehingga isi tuntutan dalam putusan yang ditujukan kepada saudara RH

telah sesuai dengan hukum pidana Islam yang berlaku dan diterapkan oleh

Rasulullah SAW beserta para sahabatnya.

99

A. Djazuli, Fiqih Jinayah, (Jakarta : Raja GrafindoPersada, 1997) h. 167

Page 75: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

58

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian sebelumnya, maka penulis mengambil

kesimpulan sebagai berikut :

Putusan Pengadilan No. 86/Pid.B/2013/PN.Sda yang menjatuhkan

hukuman penjara kepada saudara RH selama 4 bulan kemudian mengembalikan

barang yang dicurinya kepada korban telah sesuai dengan hukum Islam. Karena

perbuatannya tidak termasuk kategori pencurian yang harus dihukum dengan

hukuman had potong tangan dan juga tidak memenuhi syarat-syarat

dijatuhkannya hukuman had potong tangan. Namun menurut hukum pidana yang

berlaku di Indonesia Putusan Pengadilan No. 86/Pid.B/2013/PN.Sda tidak sesuai

dengan Peraturan perUndang-Undangan, yaitu Perma No 2 tahun 2012 khususnya

mengenai tindak pidana pencurian ringan yang harusnya diatur dalam pasal 364

KUHP dan diancam dengan pidana penjara paling lama 3 bulan.

B. Saran

Bardasarkan pemaparan skripsi ini maka penulis memaparkan beberapa

saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak diantaranya sebagai

berikut :

1. Sanksi hukum yang diberikan pada pelaku jarimah pencurian harus

dilakukan dengan hati hati dan cermat dengan melihat tujuan adanya

sebuah hukum yang syarat dengan nilai keadilan.

2. Penyelesaian kasus pencurian dengan nilai yang tidak begitu besar

seharusnya diselesaikan secara musyawarah.

3. KUHP seharusnya menjamin hak tersangka atau terdakwa untuk

didampingi penasehat hukum di setiap tingkat pemeriksaan.

4. Pemerintah seharusnya membuat aturan yang mengatur secara jelas dan

tegas tentang upaya Mediasi Penal, yakni upaya mencapai kesepakatan

Page 76: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

59

damai antara pelaku atau keluarganya dengan korban untuk menetapkan

ganti rugi yang sesuai, sehingga diperoleh kesepakatan yang adil dan tidak

merugikan pihak manapun.

5. penerapan konsep keadilan restoratif (restorative justice) harus

dilaksanakan secara terintegrasi antara kompenen yang satu dengan

komponen lainnya.

Page 77: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

60

DAFTAR PUSTAKA

Ad-Dimasyqi, Syaikh al-‘Allamah Muhammad bin ‘abdurrahman. Fiqih Empat

Mazhab, Bandung : Hasyimi, 2013.

Ad-Dimasyqi, Al-imam Abdu Fida Ismail Ibnu Katsir. Tafsir Ibnu Kasir Juz 14,

terjermahan Bahrun Abu Bakar, Bandung : Sinar Baru Al-Gesindo, 2010.

Ahmadi, Fahmi Muhammad dan Aripin, Jaenal. Metode Penelitian Hukum,

Jakarta : Lembaga Penelitiaan UIN Syarif Hidayatullah, 2010.

Al-Jauziyah, Ibnu Qoyim. Hukum Acara Peradilan Islam, Yogyakarta : Pustaka

Belajar, 2006.

Al-Kasani, Ala Ad-Din. Kitab Badai’ Ash - Shani’, Juz VII , Beirut : Dar Al-Fikr,

1996.

Al-Khatib, Syarbini. Mughni al-Muhtaj, Mesir : Dar al-Bab al-Halabi wa

awladuhu, 1958.

Al-Qur’an Al-Karim

Al-Uwa, Salim. Fi Usuli al-Nizami al-Jina’i al-Islami, Kairo : Dar al-Ma’rif,

1978.

Arief, Barda Nawawi. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung : Citra

Aditya Bakti, 2002.

As-Shiddiq, Teuku Muhammad Hasbi. Peradilan dan Hukum Acara Islam,

Semarang : Pustaka Rizki Putra, 1997.

Audah, Abdul Qadir. al -Tasyri’ al - Jina’i al - Islami, jil.II, Bairut: Dar al - Kitab

Al -Arabi, 1978.

Bawengan, Drs. GW. Masalah Kejahatan Dengan Sebab Akibat, Jakarta :

Pradnya Paramita, 1977.

Page 78: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

61

Dahlan, M., Delik Harta Kekayaan, Asas-Asas, Kasus dan Permasalahannya,

Surabaya : PT. Sinar jaya, 1985.

Djazuli, A. Fiqih Jinayah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000.

Gultom, Binsar. Pandangan Kritis Seorang Hakim Dalam Penegakkan Hukum di

Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012.

Hakim, Rahmad . Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah), Bandung : Pustaka Setia,

2000.

Hamzah, Andi. Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika, 2008.

-----------------. Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia dari Retribusi ke

Reformasi, Jakarta : Pradnya Paramita, 1986.

Hanafi, Ahmad. Asas – Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: PT. Bulan Bintang,

1993.

Hendri, Suhendi. Fiqih Muamalah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002.

Hutahuruk, Rufinus. Penaggulangan Kejahatan Korporasi Melalui Pendekatan

Restoratif Suatu Terobosan Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2013.

Hatta, Ahmad. Tafsir Qur’an Per Kata, Jakarta : Maghfirah Pustaka, 2009.

Kamil, Ahmad dan Fauzan, M. Hukum Yurispudensi, Jakarta : Kencana, 2008.

Kansil, C.S.T. Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum di Indonesia, Jakarta :

Balai Pustaka, 1989.

Kelsen, Hans. Teori Umum Hukum dan Negara, Jakarta : Bee Media Indonesia,

2007.

Kusnardi, Moh dan Ibrahim, Harmaily. Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta :

Sinar Bakti, 1988.

Lembaga Pendidikan POLRI, Diskresi Kepolisian, Semarang : Lembaga

Pendidikan POLRI Akademi Kepolisian, 2014.

Page 79: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

62

Liebmann, Marian. Restoratif Justice How It Work, London and Philadhelpia :

Jessica Kingsley Publisher, 2007.

Marlina. Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Pengembangan Konsep Diversi

dan Restorative Justice, Bandung : Refika Aditama, 2009.

Mas, Marwah. Kongfigurasi Penjatuhan Tindak Pidana, Hukum Online.

Moelang, J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : remaja rosada karya, 1997.

Moeljatno. Asas–Asas Hukum Pidana, Jakarta : Rineka Cipta, 1993.

Munajat, Makhrus. Dekontruksi Hukum Pidana Islam, Sleman: Logung

Pustaka,2004.

Muslich, Ahmad Wardi. Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005.

-----------------------------. Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fiqih

Jinayah, Jakarta : Sinar Grafika, 2005.

Niniek, Suparni. Eksistensi Pidana Denda Dalam Sistem Pidana dan

Pemidanaan, Jakarta : Sinar Grafika, 2007.

Rahardjo, Satjipto. Hukum dan Perubahan Sosial, Yogyakarta : Gentha

Publishing, 2009.

Santoso,Topo. Membumikan Hukum Pidana Islam, Jakarta : Gema Insani, 2003.

Sianturi, S.R. Asas Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Jakarta :

Storia Grafika, 2002.

Soekanto, Soerjono dan Mamudji, Sri. Penelitian Hukum Normatif, (suatu

tinjauan singkat) Jakarta : Rajawali Perss, 2001.

Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Bandung : Alfabeta,

2004.

Page 80: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

63

Suma, Muhammad Amin dkk. Pidana Islam di Indonesia Peluang, Prospek, dan

Tantangan, Jakarta : Pustaka Firdaus, 2001.

Sunggono, Bambang. Metode Penelitian Hukum, Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada, 2008.

Syamsu, Muhammad Ainul. Pertanggungjawaban Pidana, Jakarta : Kencana,

2014.

Yanggo, H. Tahido. Masail Fiqhiyah Kajian Hukum Temporer, Bandung :

Angkasa, 2005.

PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN.

Pasal 1 angka 1 Nota Kesepakatan 2012.

Pedoman Pelaksanaan Tugas Administrasi Pengadilan Buku II, Cetakan ke-5, MA

RI, 2004.

Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2007 tentang ketertiban umum.

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan

Ali, Mahrus. hasil wawancara dengan mantan WAKAPOLDA BALI dalam

Artikel tentang Proses Peradilan Pidana di Indonesia, 14 Juli 2013

Hadi, Arsil dkk. Junal Legalitas Edisi Juni 2016 Volume VIII Nomor 1.

Leonardo. https://jurnalmedia.neliti.com/media/publications/3217-ID-kajian-

terhadap-tindak-pidana-ringan-dalam-proses-peradilan-pidana.pdf,

diakses 3 Mei 2018.

Munizar. http://jurnal.untan.ac.id/index.php/nestor/article/view/5487, diakses

pada tanggal 13 Juli 2018.

Pandensolang, Leonardo O.A. Jurnal Lex crimen, Vol. IV / No.1/ Jan-Mar/2015.

Rdd. https://jurnalsrigunting.wordpress.com/2012/12/22/independensi-

mahkamah-konstitusi-dalam-memutus-perkara/, diakses 27 Juni 2018.

Page 81: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id PUTUSAN

NOMOR :86/PID.B/2013/PN.Sda

“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Pengadilan Negeri Sidoarjo yang mengadili perkara-perkara Pidana pada peradilan

tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa telah menjatuhkan putusan sebagai

berikut dalam perkara atas nama terdakwa :

Nama Lengkap : RUDY HERMANTO

Tempat lahir : Sidoarjo

Umur / tanggal lahir : 21 Tahun / 20 Februari 1990

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Kebangsaan : Indonesia

Tempat tinggal : Jambangan Kebon Agung Tol Kav. 9 RT-01 RW-06

Kel.Jambangan Kec. Jambangan Surabaya

Agama : Islam

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan : SMA

Terdakwa Berada dalam Tahanan:--------------------------------------------------------------------

1. Penyidik, berdasarkan surat perintah penahanan tanggal 09 Desember 2012,

Nomor: Sp.Han /91/XII/2012/Reskrim, sejak tanggal 09 Desember 2012 sampai

dengan 28 Desember 2012 diRUTAN Kepolisian Sektor

Waru;------------------------

1

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 82: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id2. Perpanjangan Penuntut Umum, berdasarkan surat perpanjangan penahanan tanggal

10 Desember 2012,nomor:B-4546/O.5.30/Epp/12/2012, sejak tanggal 29

Desember 2012 sampai dengan 06 Februari 2013 diRUTAN Polsek Waru;---------

3. Penuntut Umum, berdasarkan surat perintah penahanan tanggal 22 Januari

2013,nomor:Print.274/O.5.30/Ep/01/2013, sejak tanggal 22 Januari 2013 sampai

dengan...............

dengan 10 Februari 2013 diRUTAN Sidoarjo;---------------------------------------------

4. Hakim Majelis, berdasarkan Penetapan tanggal 23 Januari 2013,

No: 115/Pen.Pid/2013/PN.Sda, ditahan sejak tanggal 23 Januari 2012 sampai

dengan tanggal 21 Februari 2013; ----------------------------------------------------------

5. Wakil Ketua Pengadilan,berdasarkan penetapan tertanggal 12 Februari 2013 No:

127/Pen.Pid/2013/PN.Sda sejak tanggal 22 Februari 2013 sampai dengan tanggal

22 April

2013;---------------------------------------------------------------------------------------

Terdakwa tidak didampingi penasihat hukum;---------------------------------------

Pengadilan Negeri tersebut ;------------------------------------------------------------------

Setelah membaca berkas perkara dan meneliti barang bukti yang diajukan

dipersidangan;--------------------------------------------------------------------------------------------

Setelah mendengar keterangan para saksi dan keterangan terdakwa

dipersidangan;--------------------------------------------------------------------------------------------

Setelah mendengar tuntutan pidana dari Jaksa Penuntut Umum yang pada

pokoknya menuntut sebagai berikut:------------------------------------------------------------------

1. Menyatakan terdakwa RUDY HERMANTO terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidanan pencurian sebagaimana

diatur dalam pasal 362 KUHP dalam surat

dakwaan;----------------------------------------------------------

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 83: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id2. Menjatuhkan pidana penjara terhadap terdakwa RUDY HERMANTO

dengan pidana penjara selama 4(empat) bulan dikurangi selama terdakwa

menjalani tahanan sementara dengan perintah supaya terdakwa tetap

ditahan;------------------

3. Menyatakan barang bukti

berupa:---------------------------------------------------------

1(satu) buah helm warna putih pink merk TOD dikembalikan kepada

TORIK;----

4. Menetapkan supaya terpidana dibebani untuk membayar perkara biaya

masing-masing sebesar Rp. 2.500,- (Dua Ribu Lima ratus

rupiah);----------------------------

Telah mendengar pula pembelaan terdakwa secara lisan yang pada pokoknya

mohon................

mohon keringanan hukuman;---------------------------------------------------------------------------

Setelah mendengar tanggapan/replik Jaksa Penuntut umum yang disampaikan

secara lisan yang pada pokoknya tetap pada tuntutannya demikian pula dengan duplik dari

terdakwa menyatakan tetap pada pembelaannya;---------------------------------------------------

Menimbang bahwa terdakwa diajukan kepersidangan dengan dakwaan tunggal

sebagai berikut:------------------------------------------------------------------------------------------

Bahwa ia terdakwa Rudi Hermanto pada hari Sabtu tanggal 08 Desember 2012

sekira pukul 21.10 Wib atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulan Desember

2012, di Parkiran Sepeda motor Giant Waru, Jalan raya Waru No. 01 Ds. Waru Kec. Waru

Kab. Sidoarjo atau setidak-tidaknya disuatu tempat yang masih termasuk daerah hukum

Pengadilan Negeri Sidoarjo, telah mengambil barang sesuatu berupa : 1 (satu) buah

3

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 84: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.idHelm TOD, wama putih pink, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain selain

ia terdakwa, yaitu kepunyaan atau milik korban Torik, dengan maksud untuk dimiliki

secara melawan hukum, perbuatan mama dilakukan terdakwa dengan cara sebagai

berikut :--------------------------------------------------------

Pada awalnya terdakwa Rudi Hermanto naik sepeda motor masuk menuju ke

parkiran sepeda motor sebagaimana tempat yang telah disebutkan di atas, dengan tujuan

untuk mengambil (mencuri) helm milik orang lain untuk dimiliki sendiri, lalu ia memarkir

sepeda motornya di dekat sepeda motor yang ada helmnya dan dianggap masih baik.

Selanjutnya terdakwa langsung mendekati salah satu sepeda motor yang sedang diparkir

dan langsung mengambil 1 (satu) buah Helm yang bertuliskan TOD, warna putih pink dari

atas kaca spion sepeda motor tersebut tanpa sepengetahuan atau tanpa seijin dari korban

Torik selaku yang berhak. Namun demikian perbuatan terdakwa telah diketahui dan

diawasi oleh M. Hidayat security Giant yang sedang berpatroli di tempat parkiran tersebut,

karena merasa curiga M. Hidayat mendekati terdakwa dan menanyakan mengenai helm

yang diambil tersebut milik siapa, dan dijawab oleh terdakwa bahwa helm yang

diambilnya adalah milik temannya. Namun demikian M. Hidayat tidak langsung begitu

percaya terhadap pengakuan terdakwa, lalu meminta supaya menunjukkan STNK dan

karcis parkir sepeda motor yang helmnya diambil tersebut, akan tetapi terdakwa tidak mau

dan tidak bisa menunjukkannya, lalu kemudian terdakwa beserta barang buktinya dibawa

ke Posko Security dan setelah terdakwa ditanya oleh Sukrispriono (Chief Security),

akhirnya terdakwa mengaku bahwa helm yang

Diambilnya...................

diambilnya tersebut adalah milik orang lain (mencuri). Dan atas perbuatan terdakwa

tersebut, kemudian terdakwa beserta barang buktinya diserahkan ke Polsek Waru untuk

pengusutan selanjutnya;--------------------

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 85: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id---------------Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 362

KUHP;---

Menimbang, bahwa atas dakwaan tersebut terdakwa menyatakan mengerti dan

tidak mengajukan keberatan/

eksepsi;--------------------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa dipersidangan telah didengar keterangan saksi yang telah

bersumpah dan menerangkan pada pokoknya sebagai berikut:-----------------------------------

1. Saksi :.TORIK;-------------------------------------------------------------------------------------

• Bahwa, saksi pernah diperiksa di kepolisian dan membenarkan keterangan yang

diberikan dalam berkas penyidikan

polisi;----------------------------------------------------------------------------

• Bahwa,saksi adalah korban pencurian helm TOD warna putih pink pada hari sabtu

tanggal 8 desember 2012 sekitar pukul 21.00 wib di parkiran Giant waru Sidoarjo

yang saksi letakkan di spion sepeda motor milik

saksi;-------------------------------------------------------------------------

• Bahwa,sebelum mengetahui helmnya hilang saksi sedang berbelanja di Giant dan

setelah selesai belanja kemudian menuju parkiran sepeda motornya ternyata

helmnya sudah hilang;--

• Bahwa, setelah mengetahui helmnya hilang saksi melapor ke security dan setelah

dipos security ternyata terdakwa sudah diamankan bersama helm

saksi;----------------------------------

Atas keterangan saksi tersebut para terdakwa membenarkan dan menyatakan tidak

keberatan;--

2. Saksi : M.HIDAYAT:

---------------------------------------------------------------------------------

5

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 86: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id• Bahwa saksi pernah diperiksa di kepolisian dan membenarkan keterangan yang

diberikan dalam berkas penyidikan

polisi;----------------------------------------------------------------------------

• Bahwa,saksi pada hari sabtu tanggal 08 Desember 2012 jam 21.00

wib sedang berpatroli di parkiran Giant Waru Sidoarjo kemudian

melihat terdakwa mengambil helm warna putih pink merk TOD

diatas spion sepeda motor;---------------------------

• Bahwa, setelah terdakwa pergi saksi menghampiri terdakwa dan

menanyakan siapa pemilik helm yang dibawa terdakwa serta

menanyakan STNK dan karcis parker tetapi terdakwa tidak mau

menunjukkan kemudian saksi membawa terdakwa ke pos

security................

security;-------------------------------------------------------------------------------------------

• Bahwa, terdakwa mengaku telah mengambil helm tersebut setelah

ditanya kepala security pak

Supriono;----------------------------------------------------------------------

----

Atas keterangan saksi tersebut terdakwa membenarkan dan menyatakan tidak

keberatan;-------------------------------------------------------------------------------------------------

Menimbangkan, bahwa dipersidangan telah pula didengar keterangan Terdakwa

RUDY HERMANTO yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:---------------------

• Bahwa, terdakwa ke parkiran Giant Waru Sidoarjo berniat mencuri

helm;------------

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 87: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id• Bahwa, sesampainya diparkiran terdakwa memarkir sepeda motor disebelah

sepeda motor yang ada helm bagus kemudian

mengambilnya;-----------------------------------

• Bahwa, setelah mengambil helm terdakwa ditangkap security dan diserahkan

ke Polsek Waru berikut helm yang terdakwa

ambil;------------------------------------------

Menimbang bahwa dalam persidangan telah diajukan barang bukti berupa 1 (satu)

buah helm warna putih merk TOD;-------------------------------------------------------------------

Menimbang bahwa, untuk mempersingkat uraian putusan, maka segala sesuatu

yang termuat dalam Berita Acara persidangan dianggap telah tercantum pada putusan

ini ;-------------------------------

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi, keterangan Terdakwa dan

bukti surat serta barang bukti yang satu dengan lainnya saling bersesuaian,maka diperoleh

fakta hukum sebagai berikut:--------------------------------------------------------------------------

1. Bahwa, terdakwa pada hari Sabtu tanggal 8 Desember 2012 pada pukul 21.00 di

parkiran sepeda motor Giant Waru, Jl. Raya waru No. 01 Ds. Waru Kec. Waru

Kab. Sidoarjo telah mengambil 1 (satu) buah helm warna putih pink merk TOD

milik saksi korban Torik;----------------------------------------------------------------------

2. Bahwa, terdakwa mengambil helm warna putih merk TOD yang ditaruh diatas

spion sepeda motor korban lalu membawanya pergi kemudian ditangkap oleh

security Giant;-----------------------------------------------------------------------------------

3. Bahwa, terdakwa mengambil helm tersebut tanpa seijin pemiliknya;-------------------

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis akan mempertimbangkan apakah

berdasarkan..................

7

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 88: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.idberdasarkan fakta-fakta hukum tersebut diatas, Terdakwa dapat dinyatakan telah

melakukan tindak pidana sebagaimana dakwaan penuntut umum yang didakwakan

kepadanya ;---------------------------------------------------------------------------------------

--------

Menimbang, bahwa untuk menyatakan seseorang telah melakukan suatu

tindak pidana, maka perbuatan orang tersebut haruslah memenuhi seluruh unsur-unsur dari

tindak pidana yang didakwakan kepadanya ; -------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa terdakwa oleh Jaksa Penuntut Umum didakwa dengan

dakwaan melanggar Pasal 362 KUHP yang unsur-unsurnya sebagai

berikut:------------------

1. Barang

Siapa;----------------------------------------------------------------------

----------

2. Mengambil Barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian

kepunyaan orang

lain;-------------------------------------------------------------------------

-------------------

3. Dengan maksud untuk di miliki secara melawan

hukum;-----------------------------

A.d.1.Unsur “Barang Siapa”

Menimbang, bahwa kata barang siapa menunjuk kepada orang yang apabila orang

tersebut terbukti memenuhi semua unsur dari tindak pidana yang dimaksudkan didalam

ketentuan pidana yang diatur dalam pasal 362 KUHP dan dapat diminta

pertanggungjawabannya menurut hukum pidana, maka ia dapat disebut sebagai pelaku dari

tindak pidana tersebut; ---------------------------------------------------------------------------------

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 89: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.idMenimbang, bahwa dipersidangan telah dihadapkan Terdakwa Rudy

Hermanto dengan segenap identitasnya sebagaimana tersebut dalam surat dakwaan dan

berdasarkan keterangan para saksi yang diakui oleh terdakwa dipersidangan telah ternyata

Terdakwa adalah sebagaimana dimaksud Jaksa Penuntut Umum sebagai terdakwa

dalam perkara ini dan bukan orang lain selain terdakwa tersebut, yang selama persidangan

nampak berkomunikasi, memahami dan menjawab dengan baik dan normal, secara

keseluruhan sehingga ia dapat dikatakan sehat lahir maupun batin,oleh karena itu

dianggap dapat bertanggungjawab;-------------------------------------------------------------------

Menimbang.................

Menimbang bahwa terdakwa Terdakwa RUDY HERMANTO untuk dapat disebut

sebagai pelaku tindak pidana dalam perkara ini apabila perbuatannya memenuhi segenap

unsur dari pasal 362 KUHP dan oleh karena itu lebih lanjut Hakim akan

mempertimbangkan unsur-unsur dari pasal tersebut selain unsur barang siapa seperti

terurai dibawah ini;---------------------------------------

A.d.2. Mengambil Barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang

lain;-----------------------------------------------------------------------------------------------

Menimbang bahwa perbuatan mengambil barang yang disyaratkan dalam hal ini

adalah termasuk juga memindahkan barang yang mempunyai nilai dari suatu tempat

lainnya dan barang tersebut dikuasai sepenuhnya secara nyata. Dalam pengertian secara

meteriil mengambil adalah suatu tingkah laku yang disengaja pada umumnya dengan

menggunakan jari-jari tangan yang kemudian diarahkan pada suatu benda, menyentuh,

memegang, mengangkat, lalu membawa dan memindahkan ke tempat lain atau dalam

kekuasaannya;--------------------------------------------------------------------------------------------

Menimbang bahwa berdasarkan keterangan saksi M.Hidayat yang diakui oleh

terdakwa dikaitkan dengan barang bukti yang diajukan dipersidangan telah ternyata

Terdakwa Rudy Hermanto pada tanggal 8 Desember 2012 sekitar pukul 21.00 Wib di

9

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 90: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.idparkiran sepeda motor Giant Waru, Jl. Raya waru No. 01 Ds. Waru Kec. Waru Kab.

Sidoarjo telah mengambil 1 (satu) buah helm warna putih pink merk TOD milik saksi

korban Torik yang berada diatas spion sepeda motor milik korban yang setelah tertangkap

oleh security parkiran Giant terdakwa tidak dapat menunjukkan bahwa dia adalah pemilik

helm tersebut.Berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut maka Majelis Hakim berpendapat

unsur Mengambil Barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain

telah

terpenuhi;-------------------------------------------------------------------------------------------------

-------

A.d.3. Dengan maksud untuk di miliki secara melawan hukum;----------------------------

Menimbang bahwa unsur ini memiliki pengertian bahwa dalam diri pelaku sudah

terkandung suatu kehendak (sikap batin) untuk memiliki barang sesuatu agar menjadi

miliknya.................

miliknya seolah-olah ia adalah pemiliknya ataupun menguasai bagi dirinya benda-benda

yang diambil dari penguasaan orang lain dengan cara bertentangan dengan hukum dan

norma dalam masyarakat;------------------------------------------------------------------------------

Menimbang bahwa berdasarkan keterangan para saksi dikaitkan dengan barang

bukti yang saling berhubungan serta diakui oleh para terdakwa bahwa sebelum mengambil

helm tersebut sudah terbersit niat dari terdakwa untuk mencuri helm diparkiran Giant

Waru dan setelah sampai di parkiran Giant Waru terdakwa memarkir sepeda motornya

dekat dengan sepeda motor yang ada helm warna putih merk TOD kemudian langsung

diambilnya tanpa seijin dari pemiliknya yaitu saksi korban Torik;-------------------------------

Berdasarkan uraian tersebut Majelis Hakim berpendapat bahwa terdakwa telah

memiliki maksud untuk menguasai helm milik korban yang diketahuinya bahwa cara

memiliki helm tersebut bertentangan dengan hukum dan norma dalam masyarakat

sehingga unsur “Dengan maksud untuk di miliki secara melawan hukum” telah terpenuhi;-

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 91: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.idMenimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut Majelis

Hakim berpendapat bahwa Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah

melakukan tindak pidana sebagaimana diancam dalam pasal 362 KUHP maka kepada

terdakwa harus dijatuhi pidana yang setimpal dengan perbuatannya/

kesalahanya;-------------------------------------

Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap diri Terdakwa, maka perlu

dipertimbangkan terlebih dahulu hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan ;--------

Hal yang memberatkan :

• Perbuatan terdakwa merugikan orang lain ;

-----------------------------------------------------

• Perbuatan terdakwa sangat meresahkan

masyarakat ;-----------------------------------------

Hal yang meringankan :

• Para Terdakwa mengakui terus terang dan menyesali

perbuatannya;-----------------------

• Para terdakwa belum sempat menikmati hasil

kejahatannya;---------------------------------

Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap diri Terdakwa telah dikenakan

penahanan yang sah, maka lamanya masa penangkapan dan penahanan tersebut harus

dikurangkan.................

dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ;---------------------------------------------

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa ditahan dan penahanan terhadap diri

Terdakwa dilandasi alasan yang sah, maka perlu ditetapkan agar Terdakwa tetap berada

dalam tahanan ;------------------------------------------------------------------------------------------

11

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 92: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id Menimbang, bahwa terhadap barang bukti dalam perkara ini statusnya akan

ditentukan sebagaimana tersebut dalam amar dibawah

ini ;------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa terdakwa terbukti bersalah maka dibebani untuk membayar

biaya perkara ini;

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

-----------

Memperhatikan Pasal 362 KUHP dan UU RI No. 8 tahun 1981 KUHAP serta

peraturan lain yang berlaku dan bersangkutan ;

------------------------------------------------------------------------------------

M E N G A D I L I :

1. Menyatakan terdakwa RUDY HERMANTO terbukti secara sah dan meyakinkan

bersalah melakukan tindak pidana “

PENCURIAN”;--------------------------------------------------------------

2. Menjatuhkan pidana atas diri Terdakwa RUDY HERMANTO oleh karena itu

dengan pidana penjara selama 3 (tiga)

Bulan;-----------------------------------------------------------

3. Menetapkan lamanya masa penangkapan dan penahanan terdakwa dikurangkan

seluruhnya dari pidana yang

dijatuhkan;------------------------------------------------------------------------------------

4. Menetapkan terdakwa tetap berada dalam

tahanan;--------------------------------------------------------

5. Menetapkan barang bukti dalam perkara ini

berupa :------------------------------------------------------

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 93: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id• 1 (satu) buah Helm warna putih pink merk TOD dikembalikan kepada

Torik;------

6. Membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.500,- (Dua

Ribu Lima Ratus rupiah ) ;

---------------------------------------------------------------------------------------------------

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim pada hari :

Selasa, tanggal 19 Februari 2013, oleh : Dr. EDDY P. SIREGAR, S.H., M.H., sebagai

Hakim Ketua, ENDANG SRIASTINING W.,SH, dan H.FUAD

MUHAMMADY,SH.MH. masing-masing sebagai Hakim Anggota,putusan mana

diucapkan pada hari itu juga dalam sidang yang terbuka untuk umum oleh Majelis tersebut

dengan dibantu oleh:I NYOMAN AGUS HERMAWAN SH., Panitera Pengganti pada

Pengadilan Negeri Sidoarjo, dihadiri oleh DARMAN RUMAHOMBAR,SH, Jaksa

Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Sidoarjo dan dihadiri oleh terdakwa.

HAKIM ANGGOTA, HAKIM KETUA,

TTD TTD

1. ENDANG SRIASTINING W.,SH. Dr. EDDY P. SIREGAR, S.H., M.H

TTD

2. H.FUAD MUHAMMADY,SH.MH. .

PANITERA PENGGANTI,

13

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 94: Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45142/1/NUR EPISA-FSH.pdfPenegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id TTD

I NYOMAN AGUS HERMAWAN SH.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14