PENEGAKAN HUKUM PERIZINAN PEMASANGAN REKLAME …lib.unnes.ac.id/29950/1/8111413313.pdfPenegakan...
Transcript of PENEGAKAN HUKUM PERIZINAN PEMASANGAN REKLAME …lib.unnes.ac.id/29950/1/8111413313.pdfPenegakan...
PENEGAKAN HUKUM PERIZINAN PEMASANGAN
REKLAME YANG MEMPERTIMBANGKAN
LINGKUNGAN BERDASARKAN PERATURAN
DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2015 DI KABUPATEN
KENDAL
SKRIPSI
Disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum
Oleh
MARGARETHA SHINTA AMIR
8111413313
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi berjudul “Penegakan Hukum Perizinan Pemasangan Reklame yang
Mempertimbangkan Lingkungan Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun
2015 Di Kabupaten Kendal”, disusun oleh Margaretha Shinta Amir dengan NIM
8111413313, telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Sidang Ujian Skripsi
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang, pada :
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Tri Sulistiyono, S.H., M.H. Drs. Suhadi, S.H., M.Si.
NIP.197505242000031002 NIP. 196711161993091001
Mengetahui,
Wakil Dekan Bidang Akademik
Fakultas Hukum UNNES
Dr. Martitah, M.Hum
NIP. 196205171986012001
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi dengan berjudul “Penegakan Hukum Perizinan Pemasangan Reklame
yang Mempertimbangkan Lingkungan Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11
Tahun 2015 Di Kabupaten Kendal”, disusun oleh Margaretha Shinta Amir dengan
NIM 8111413313, telah dipertahankan di hadapan Sidang Ujian Skripsi Fakultas
Hukum Universitas Negeri Semarang pada :
Hari :
Tanggal :
Penguji Utama
Ubaidillah Kamal S.Pd., M.H.
NIP. 197505041999031001
Penguji I Penguji II
Tri Sulistiyono, S.H., M.H. Drs. Suhadi, S.H., M.Si.
NIP.197505242000031002 NIP. 196711161993091001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Hukum UNNES
Dr. Rodiyah, S.Pd.,S.H.,M.Si
NIP. 197206192000032001
iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Margaretha Shinta Amir
NIM : 81114113313
menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Penegakan Hukum Perizinan
Pemasangan Reklame yang Mempertimbangkan Lingkungan Berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2015 Di Kabupaten Kendal”, adalah hasil
karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah
saya nyatakan dengan benar. Apabila dikemudian hari diketahui adanya plagiasi
maka saya siap mempertanggungjawabkan secara hukum.
Semarang, 24 Agustus 2017
Yang Menyatakan,
Margaretha Shinta Amir
NIM. 8111413313
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Negeri Semarang, Penulis yang bertanda
tangan dibawah ini :
Nama : Margaretha Shinta Amir
NIM : 8111413313
Program Studi : Ilmu Hukum (S1)
Fakultas : Hukum
Jenis Karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Negeri Semarang Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalti Free Right) atas skripsi saya yang berjudul “Penegakan Hukum Perizinan
Pemasangan Reklame yang Mempertimbangkan Lingkungan Berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2015 Di Kabupaten Kendal”. Dengan Hak
Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Negeri Semarang berhak menyimpan,
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir penulis selama tetap mencantumkan
nama penulis sebagai pencipta dan pemilik Hak Cipta.
Dengan pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.
Dibuat di: Semarang
Pada tanggal 24 Agustus 2017
Yang menyatakan,
Margaretha Shinta Amir
NIM. 8111413313
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Waktu tidak berpihak pada siapapun. Tapi waktu dapat menjadi sahabat bagi
mereka yang memegang dan memperlakukannya dengan baik” (Winston
Churchill).
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, skripsi ini saya persembahkan
untuk:
1. Allah SWT yang senantiasa memberikan kesehatan, sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan lancar
2. Kedua orang tua saya, Bapak Muhammad Mawardi, Ibu Sri Agustini karena
berkat doa, kasih sayang serta dukungan beliau, saya bisa menyelesaikan
skripsi ini
3. Saudara-saudara saya di Kendal yang selalu mendukung dan memberikan
masukan yang sangat membangun dalam mengerjakan sksipsi saya.
4. Teman-teman Fakultas Hukum yang selalu memberikan semangat kepada
saya.
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga skripsi
yang berjudul “Penegakan Hukum Perizinan Pemasangan Reklame yang
Mempertimbangkan Lingkungan Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun
2015 Di Kabupaten Kendal” dapat terselesaikan dengan baik.
Selesainya skripsi ini tentunya tidak terlepas dari peran beberapa pihak.
Dalam pembuatan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan
dan pengarahan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan
dan bantuan :
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang;
2. Dr. Rodiyah, S.Pd., S.H., M.Si., Dekan Fakultas Hukum Universitas
Negeri Semarang;
3. Dr. Martitah, M.Hum., Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Hukum
Universitas Negeri Semarang;
4. Tri Sulistiyono, S.H., M.H., Dosen Pembimbing I yang selalu memberi
saya semangat dan pengarahan;
5. Drs. Suhadi, S.H., M.Si., Dosen Pembimbing II yang selalu memberi saya
semangat dan pengarahan;
6. Eny Nurhayati, S.H., Kepala Seksi Pengelolaan Perijinan dan Non
Perijinan Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Kendal;
viii
7. Dwi Sulistyantoro, S.ST., Kepala Sub Bidang Penghitungan dan
Penetapan Badan Keuangan Daerah Kabupaten Kendal;
8. M. Hanifuddin A, SE.MA.Mec.Dev., Kepala Bidang Penegakan Peraturan
Daerah Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran Kabupaten
Kendal;
9. Budi Haryono, Staff Seksi Penegakan Peraturan Daerah Satuan Polisi
Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Kendal;
10. Retnawatik, Staff Pelayanan Umum Kecamatan Kendal
11. Nurdiyana, Staff Pelayanan Umum Kecamatan Kaliwungu
12. Seluruh Pegawai Administrasi Fakultas Hukkum Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan pelayanan dengan baik sehingga
peneliti mampu memenuhi persyaratan administrasi skripsi saya;
13. Kedua orang tua saya dan adik saya. Terima kasih atas segala dukungan
yang diberikan kepada penulis.
14. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
15. Teman-teman Fakultas Hukum dan teman-teman kos yang selalu
memberikan semangat kepada saya.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
banyak memberi dukungan dan membantu sejak awal penyusunan skripsi
ini.
ix
Penulis berdoa semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik
kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan bagi perkembangan
hukum di Indonesia.
Semarang, 24 Agustus 2017
Penulis
Margaretha Shinta Amir
x
ABSTRAK
Amir, Margaretha Shinta. 2017. Penegakan Hukum Perizinan Pemasangan
Reklame yang Mempertimbangkan Lingkungan Berdasarkan Peraturan Daerah
Nomor 11 Tahun 2015 Di Kabupaten Kendal. Skripsi Program Studi Ilmu
Hukum, Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Tri
Sulistiyono, S.H., M.H. Pembimbing II: Drs. Suhadi, S.H., M.Si
Kata Kunci : Reklame, Ketentuan Penyelenggaraan Reklame; Penegakan
Hukum; Izin.
Setiap penyelenggaraan reklame, diwajibkan untuk mempunyai izin. Namun
pada kenyataannya di Kabupaten Kendal penyelenggara reklame masih belum
menaati peraturan daerah terkait penyelenggaraan reklame yang mewajibkan
penyelenggara reklame untuk memperoleh izin. Berdasarkan hal tersebut
permasalahan yang akan dikaji adalah (1) Bagaimana implementasi ketentuan
penyelenggaraan reklame di Kabupaten Kendal? (2) Bagaimana penegakkan
hukum perizinan penyelenggaraan reklame di Kabupaten Kendal?
Metode penelitian yang digunakan yaitu yuridis sosiologis, dengan
pendekatan kualitatif. Sumber data primer adalah hasil wawancara dengan instansi
terkait yaitu Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu, Badan
Keuangan Daerah, Satuan Polisi Pamong Praja, Kecamatan Kendal, Kecamatan
Kaliwungu, dan pihak penyelenggara reklame. Sedangkan data sekunder adalah
hasil studi dokumentasi, dan kepustakaan serta hasil penelusuran dari internet
yang berhubungan dengan obyek penelitian ini. Sedangkan metode pengumpulan
data dilakukan melalui: wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Ketentuan penyelenggaraan
reklame di Kabupaten Kendal hanya dilaksanakan oleh penyelenggara yang
berizin dan pihak instansi yang menerbitkan izin. Masih banyak ditemukan
reklame yang tidak berizin yang tidak memenuhi pertimbangan lingkungan (2)
Penegakan hukum perizinan reklame di Kabupaten Kendal dilakukan dengan
melakukan sosialisasi secara tidak langsung, memberikan sanksi administrasi
yang berupa peringatan lisan kepada pelanggar dan melakukan pembongkaran
reklame. Penegakan hukum perizinan reklame belum maksimal karena
dipengaruhi faktor sarana dan prasana serta faktor masyarakat.
Simpulan penelitian ini (1) Ketentuan penyelenggaraan reklame di
Kabupaten Kendal belum sepenuhnya terlaksana, ketentuan hanya dilaksanakan
oleh penyelenggara reklame yang mempunyai izin dan pihak instansi yang
menerbitkan izin. (2) Penegakan hukum perizinan reklame belum maksimal
karena dipengaruhi faktor sarana dan prasana serta faktor masyarakat. Saran
penelitian ini (1) Perlu adanya alokasi anggaran untuk sosialisasi, penambahan
personil dan alat untuk kegiatan penertiban reklame. (2) Pemberian sanksi
administrasi yang lebih tegas berupa denda kepada penyelenggara yang tidak menaati peraturan. (3) Penetapan besaran nilai pajak reklame sebaiknya
memperhatikan asas keadilan dan asas kemanfaatan bagi masyarakat.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii
PERSETUJUAN KELULUSAN .................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................ v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................ x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang . .................................................................................. 1
1.2 Idetifikasi Masalah ............................................................................ 6
1.3 Pembatasan Masalah ........................................................................... 7
1.4 Rumusan Masalah ............................................................................... 7
1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................ 8
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 10
2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 10
xii
2.2 Landasan Teori ................................................................................. 13
2.2.1 Otonomi Daerah ............................................................................. 13
2.2.2 Kesadaran Hukum .......................................................................... 16
2.2.3 Penegakan Hukum.......................................................................... 18
2.2.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum ............. 20
2.2.4 Perizinan ....................................................................................... 23
2.2.4.1 Tujuan dan Fungsi Izin ............................................................... 25
2.2.5 Reklame ....................................................................................... 29
2.2.6 Lingkungan..................................................................................... 30
2.2.6.1 Estetika Lingkungan ................................................................... 30
2.2.6.2 Penatagunaan Ruang ................................................................... 32
2.2.7 Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Reklame ............................................................. 35
2.2.7.1 Asas ............................................................................................. 35
2.2.7.2 Tujuan ......................................................................................... 35
2.2.7.3 Kewenangan dan Tanggung Jawab Pemerintah Daerah ............. 36
2.2.7.4 Penempatan Reklame .................................................................. 36
2.2.7.5 Kewajiban dan Larangan Penyelenggaraan Reklame ................. 37
2.2.7.6 Perizinan yang Mempertimbangkan Lingkungan ....................... 39
2.2.7.7 Syarat dan Tata Cara Pengajuan Izin .......................................... 39
2.2.7.8 Pengendalian, Pengawasan, dan Penertiban ............................... 42
2.2.7.9 Sanksi Administrasi .................................................................... 44
2.3 Kerangka Berfikir ............................................................................. 45
xiii
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 48
3.1 Metode Pendekatan ........................................................................... 48
3.2 Jenis Penelitian ................................................................................. 49
3.3 Fokus Penelitian ............................................................................... 49
3.4 Lokasi Penelitian .............................................................................. 49
3.5 Sumber Data Penelitian .................................................................... 50
3.6 Teknik Pengambilan Data ................................................................ 52
3.7 Validitas Data……...................... ................................... …………. 55
3.8 Teknik Analisa Data ......................................................................... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 59
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................. 59
4.1.1 Diskripsi Kabupaten Kendal .......................................................... 59
4.1.2 Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Kendal .......................................................................... 62
4.1.2.1 Struktur Organisasi DPMPTSP Kabupaten Kendal .................... 62
4.1.2.2 Tugas Pokok dan Fungsi DPMPTSP Kabupaten Kendal ........... 63
4.1.2.3 Visi dan Misi DPMPTSP Kabupaten Kendal ............................. 64
4.1.3 Satpol PP Kabupaten Kendal ......................................................... 66
4.1.3.1 Struktur Organisasi Satpol PP Kabupaten Kendal ....................... 66
4.1.3.2 Tugas Pokok dan Fungsi Satpol PP Kabupaten Kendal............... 68
4.1.4 Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) ................ 69
4.1.4.1 Pengertian PATEN Kabupaten Kendal ........................................ 69
4.1.4.2 Maksud dan Tujuan Pelaksanaan PATEN
xiv
Kabupaten Kendal ....................................................................... 69
4.1.4.3 Jenis Perizinan yang Dilaksanakan di Kecamatan ....................... 69
4.2 Implementasi Ketentuan Penyelenggaraan Reklame
Kabupaten Kendal ............................................................................. 70
4.2.1 Ketentuan Perizinan Reklame ..................................................... 71
4.2.1.1 Alur Perizinan ............................................................................. 75
4.2.1.2 Pemberian Izin yang Mempertimbangkan Lingkungan .............. 86
4.2.1.3 Kewajiban Penyelenggara Reklame ........................................... 91
4.2.2 Ketentuan Pemasangan Reklame ................................................ 97
4.3 Penegakan Hukum Perizinan Reklame Kabupaten Kendal ............. 108
4.3.1 Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu
Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Kendal ................................. 110
4.3.2 Badan Keuangan Daerah (BAKEUDA)
Kabupaten Kendal ........................................................................ 112
4.3.3 Satpol PP Kabupaten Kendal ....................................................... 116
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 119
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 119
5.2 Saran ............................................................................................ 120
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 122
LAMPIRAN ................................................................................................. 126
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1 Penelitian terdahulu ...........................................................................10
Tabel 2 Luas wilayah tiap kecamatan .............................................................. 60
Tabel 3 Jumlah desa, dukuh, RW, dan RT tiap kecamatan ............................. 61
Tabel 4 Jumah izin reklame yang dikeluarkan DPMPTSP ............................. 73
Tabel 5 Jumah izin reklame yang dikeluarkan kecamatan .............................. 73
Tabel 6 Jumah izin reklame yang ditolak diterbitkan ...................................... 89
Tabel 7 Pelanggaran perizinan reklame ........................................................... 108
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
Bagan 2.1 Kerangka berfikir ............................................................................... 45
Bagan 4.1 Alur perizinan reklame di kecamatan ................................................ 83
Bagan 4.2 Pelaksanaan monitoring dan penertiban tim monitoring ................... 114
Bagan 4.3 Pelaksanaan monitoring dan penertiban Satpol PP ............................ 117
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 4.1 Struktur organisasi DPMPTSP ........................................................ 62
Gambar 4.2 Struktur organisasi Satpol PP .......................................................... 66
Gambar 4.3 Surat izin reklame............................................................................ 72
Gambar 4.4 Alur perizinan reklame DPMPTSP ................................................. 80
Gambar 4.5 Surat penolakan penerbitan izin reklame ........................................ 88
Gambar 4.6 Reklame yang berizin ...................................................................... 90
Gambar 4.7 Ketentuan atau isi surat izin reklame .............................................. 92
Gambar 4.8 Reklame dengan jangka waktu izin telah habis .............................. 94
Gambar 4.9 Klausa terkait jangka waktu berlakunya izin reklame .................... 95
Gambar 4.10 Reklame di tanah persil milik perseorangan dengan
penempataan dan pemasangan yang sesuai dengan ketentuan ...... 99
Gambar 4.11 Reklame di ruang milik jalan dengan penempataan dan
pemasangan yang sesuai dengan ketentuan ................................... 100
Gambar 4.12 Reklame tidak berizin menempel di tiang listrik dan pohon ......... 103
Gambar 4.13 Reklame tidak berizin berada di badan sungai .............................. 104
Gambar 4.14 Reklame tidak berizin terpasang melintang di jalan ..................... 105
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 1 : Keputusan Dekan Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
Nomor: 243/P/2017 tentang Penetapan Dosen Pembimbing
Skripsi
Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian dari Fakultas Hukum Universitas Negeri
Semarang
Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian dari Baperlitbang
Lampiran 4 : Pedoman Wawancara Kepada Dinas Penanaman Modal dan
Perizinan Terpadu Satu Pintu
Lampiran 5 : Pedoman Wawancara Kepada Badan Keuangan Daerah
Lampiran 6 : Pedoman Wawancara Kepada Satpol PP
Lampiran 7 : Pedoman Wawancara Kepada Kantor Kecamatan Kendal
Lampiran 8 : Pedoman Wawancara Kepada Kantor Kecamatan Kaliwungu
Lampiran 9 : Pedoman Wawancara Kepada Penyelenggara Reklame
Lampiran 10 : Daftar Jumlah Izin Pemasngan Reklame DMPMTSP 2016
Lampiran 11 : SOP Permohonan izin Reklame DPMPTSP 2017
Lampiran 12 : Surat Izin (SK) Reklame dari DPMPTSP
Lampiran 13 : Surat Penolakan Permohonan Izin Reklame dari DPMPTSP
Lampiran 14 : Surat Undangan untuk Pelaksanaan Cek Lokasi dan Pembahasan
DPMPTSP
Lampiran 15 : Surat Izin (SK) Reklame dari kecamatan
xix
Lampiran 16 : Surat Perintah Pelakssanaan Monitorng dan Penertiban Reklame
Tim Satpol PP
Lampiran 17 : Jumlah Reklame yang Ditertibkan Tim Satpol PP Tahun 2016
Lampiran 18 : Surat Perintah Pelakssanaan Monitorng dan Penertiban Reklame
Tim Monitoring
Lampiran 19 : Surat Perintah Pelaksanaan Pendataan Pajak Reklame dari
Bakeuda
Lampiran 20 : Surat Pemberitahuan Jatuh Tempo Pajak Reklame dari Bakeuda
Lampiran 21 : Jumlah Reklame yang Ditertibkan Tim Monitoring Tahun 2016
Lampiran 22 : Data Foto Dokumentasi Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reklame mempunyai peranan penting dalam dunia usaha khususnya dalam
bidang pemasaran. Keberhasilan sebuah usaha ditentukan oleh bagaimana
pengusaha memasarkan produk dan jasa yang dihasilkan. Oleh karena itu
pengusaha menggunakan reklame sebagai salah satu media dalam memasarkan
produk dan jasa yang dihasilkannya. Reklame/iklan dan bentuk promosi lainnya
tidak hanya berguna untuk kalangan pengusaha saja dalam bidang pemasaran,
namun berguna juga bagi masyarakat untuk mengetahui informasi tentang produk
dan jasa yang nantinya akan menentukan apakah masyarakat akan membeli
produk dan jasa tersebut atau tidak.
Reklame merupakan salah satu media pemasaran yang digunakan sebagai
alat komunikasi antara pengusaha dengan masyarakat setempat, orang-orang yang
berlalulalang dan wisatawan untuk memasarkan produk dan jasanya, sehingga
penyelenggaraan reklame dilakukan di luar ruangan. Penyelenggara reklame akan
cendurung memilih ruang terbuka kota untuk memasang reklame karena dianggap
strategis sehingga pesan yang disampaikan akan mudah dilihat banyak orang.
Tempat-tempat strategis terutama seperti persimpangan jalan. Adapun dalam
pemasangan reklame tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Pemasangan
reklame harus tetap menjaga estetika lingkungan dan tidak bertentangan dengan
norma agama, kesopanan, ketertiban keamanan, keselamatan, kesusilaan,
2
kesehatan, serta sesuai dengan perencanaan kota. Oleh karena itu harus ada aturan
mengenai penyelenggaraan reklame agar tercipta ketertiban dalam setiap
penyelenggaraan reklame.
Aturan penyelenggaraan reklame di setiap kota berbeda-beda, karena
berdasarkan pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa
“Pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengatur daerahnya masing-
masing”. Selain itu dengan terbentuknya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
jo Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah, dimana
daerah diberikan peluang untuk mengatur dan mengembangkan daerahnya dengan
prinsip otonomi. Daerah mempunyai kewenangan untuk membuat kebijakan
daerah yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Sehingga,
Pemerintah Kabupaten Kendal dalam menggunakan kewenangannya untuk
mengatur penyelenggaraan reklame di Kabupaten Kendal membuat suatu
kebijakan yaitu Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Reklame.
Reklame yang dimaksud dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor
11 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Reklame adalah benda, alat, perbuatan
atau media yang menurut bentuk, susunan dan corak ragamnya untuk tujuan
komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan, atau memujikan
suatu barang, jasa atau orang ataupun menarik perhatian umum kepada suatu
barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca atau
didengar, dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh pemerintah
3
atau pemerintah daerah. Dalam setiap penyelenggaraan reklame, penyelenggara
diwajibkan untuk mempunyai izin.
Izin sebagai instrumen yuridis yang digunakan pemerintah untuk
mempengaruhi masyarakat agar mau mengikuti cara yang dianjurkannya guna
mencapai tujuan konkret (HR, 2010: 208). Menurut Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu pada pasal 1 angka 8 menegaskan bahwa “izin adalah
dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah
atau peraturan lainnya yang merupakan bukti legalitas, menyatakan sah atau
diperbolehkannya seseorang atau badan untuk melakukan usaha atau kegiatan
tertentu”. Sedangkan pada pasal 1 angka 9 Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu menegaskan bahwa “perizinan adalah pemberian legalitas kepada
seseorang atau pelaku usaha/kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin maupun
tanda daftar usaha” (Sutedi, 2010:173).
Izin penyelenggaraan reklame adalah izin yang diberikan kepada badan atau
orang untuk menyelenggarakan atau memasang reklame. Dalam Peraturan Daerah
Nomor 11 Tahun 2015 pasal 18 ayat (1) menyatakan bahwa “Setiap
penyelenggaraan reklame di daerah, wajib mendapatkan izin dari Kepala SKPD
yang membidangi perizinan”. Adanya ketentuan mengenai kewajiban
memperoleh izin dalam setiap penyelenggaraan reklame, salah satunya agar tetap
terjaganya lingkungan.
4
Menurut Otto Soemarwoto lingkungan hidup diartikan sebagai ruang yang
ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan tak hidup di
dalamnya (Soemarwoto, 1991: 48). Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 1 angka 1
menyatakan bahwa “Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahataraan
manusia serta makhluk hidup lainnya” (Hamza, 2005: 1). Antara makhluk hidup
dengan lingkungan saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Makhluk hidup
akan mempengaruhi lingkungannya, dan sebaliknya perubahan lingkungan akan
mempengaruhi pula kehidupan makhluk hidup (Akib, 2014: 2). Oleh karena itu
pemberian izin penyelenggaraan reklame di Kabupaten Kendal dilakukan dengan
mempertimbangkan lingkungan. Di dalam pasal 18 ayat (2) Peraturan Daerah
Kabupaten Kendal Nomor 11 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Reklame
menyatakan bahwa "Dalam memberikan izin sebagaimana dimaksud pasal 18 ayat
(1) dilaksanakan dengan mempertimbangkan lingkungan yang berkaitan dengan
aspek keindahan, ketertiban, keamanan, kenyamanan, rasa kesusilaan, kesehatan
umum, dan kepentingan pembangunan daerah”.
Namun pada kenyataannya penyelenggara reklame masih belum menaati
peraturan terkait penyelenggaraan reklame, yang mewajibkan penyelenggara
reklame untuk memperoleh izin. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan dalam
berita media online yaitu SuaraMerdeka.com edisi Hari Selasa 6 September 2016
yang menyatakan:
5
“Sebanyak tujuh reklame yang terpasang di sepanjang jalur pantura Kendal
– Weleri dibongkar paksa karena pemilik belum melakukan pembayaran pajak,
guna membayar perpanjangan izin reklame. Sebelumnya Dinas Pendapatan dan
Pengelolaan Keuangan Aset Daerah (DPPKAD) Kendal telah memberikan
peringatan dengan memasang stiker tanda belum membayar pajak. Pembongkaran
dilakukan petugas gabungan DPPKAD, Satpol PP, Polres Kendal, Ciptaru, Dinas
Perhubungan dan Bina Marga SDA dan ESDM. Kasi Pendataan dan Pendaftaran
DPPKAD mengatakan, pihaknya menertibkan reklame yang bermasalah di
Kabupaten Kendal.
Selain itu hasil pendataan menunjukkan ditemukannya 20 reklame baru
yang belum berizin di sepanjang jalur utama pantura Kendal. Kepala Satpol PP
Kendal Toni Ari Wibowo mengatakan “Kegiatan penertiban reklame yang
bermasalah tersebut dilaksanakan untuk menegakkan Perda Nomor 11 Tahun
2015 tentang Penyelenggaraan Reklame di Kabupaten Kendal”. Kegiatan
penertiban dan monitoring reklame direncanakan akan berlangsung selama empat
hari ke depan” (Sumber: http://berita.suaramerdeka.com/pajak-tujuh-reklame-
belum-dibayar/ diakses pada pada Hari Kamis tanggal 5 Januari 2017 pukul 10.00
WIB).
Berdasarkan kenyataan yang telah dikemukakan masih ada permasalahan
terkait perizinan penyelenggaraan reklame di Kabupaten Kendal yaitu
penyelenggaraan reklame yang belum memperoleh izin ataupun masa berlaku izin
sudah habis. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat belum benar-benar
mematuhi hukum perizinan terkait penyelenggaraan reklame. Penyelenggaraan
6
reklame yang tidak berizin ataupun masa berlaku izin sudah habis melanggar
pasal 18 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 11 Tahun 2015
tentang Penyelenggaraan Reklame yang mewajibkan setiap penyelenggaraan
reklame harus memperoleh izin dari SKPD yang membidangi perizinan. Selain itu
pasal 18 ayat (2) yang menyatakan pemberian izin dengan mempertimbangkan
lingkungan juga tidak terlaksanakan bagi penyelenggara reklame yang tidak
berizin.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis akan menyusun tulisan dengan
judul : “PENEGAKAN HUKUM PERIZINAN PEMASANGAN REKLAME
YANG MEMPERTIMBANGKAN LINGKUNGAN BERDASARKAN
PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2015 DI KABUPATEN
KENDAL”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin mengangkat dan
mendeskripsikan perihal penegakan hukum perizinan pemasangan reklame yang
mempertimbangkan lingkungan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun
2015 di Kabupaten Kendal, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai
berikut :
1. Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Reklame khususnya pasal 18 ayat (1) masih belum ditaati oleh
penyelenggara reklame
2. Masih ada reklame-reklame yang tidak berizin ataupun masa berlaku
izinnya sudah habis tapi masih terpasang
7
3. Reklame-reklame yang tidak mematuhi ketentuan dalam aturan akan
mempengaruhi lingkungan
4. Penegakkan hukum perizinan pemasangan reklame yang dilakukan oleh
pemerintah di Kabupaten Kenda.
Beberapa hal yang telah disebutkan diatas tidak menutup kemungkinan
masih adanya permasalahan-permasalahan lain yang perlu diidentifikasi sebagai
permasalahan yang sering muncul.
1.3 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
mempersempit ruang lingkup permasalahan izin reklame yang
mempertimbangkan lingkungan yang akan dikaji lebih lanjut. Pembatasan
masalah tersebut antara lain :
a. Implementasi ketentuan penyelenggaraan reklame di Kabupaten Kendal
b. Penegakkan hukum perizinan penyelenggaraan reklame berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Reklame di Kabupaten Kendal
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan tersebut, fokus permasalahan
yang akan dikaji oleh penulis dalam skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi ketentuan penyelenggaraan reklame di
Kabupaten Kendal?
2. Bagaimana penegakkan hukum perizinan penyelenggaraan reklame di
Kabupaten Kendal?
8
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis implementasi ketentuan
penyelenggaraan reklame di Kabupaten Kendal
b. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis penegakkan hukum perizinan
penyelenggaraan reklame di Kabupaten Kendal
1.6 Manfaat Penelitian
Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat baik secara normatif,
teoritik maupun secara praktik. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dibidang Ilmu Hukum Agraria dan
Hukum Administrasi Negara (HAN). Selain itu diharapkan dengan
adanya penelitan dan Penulisan ini dapat memperkaya referensi dan
literatur dalam dunia kepustakaan yang terkait langsung dengan judul
penelitian ini.
2) Manfaat Praktis, penelitian ini dapat memberikan:
a. Bagi Mahasiswa
Dapat digunakan sebagai wahana pengembangan ilmu Hukum Perdata
Agraria dan Hukum Administrasi Negara (HAN) serta untuk
menambah wawasan serta meningkatkan kemampuan menganalisis
terhadap kenyataan yang ada mengenai penegakan hukum perizinan
pemasangan reklame yang mempertimbangkan lingkungan
9
berdasarkan Peraturan Daerah No 11 Tahun 2015 di Kabupaten
Kendal.
b. Bagi Instansi
Bagi Instansi penelitian ini dapat memberikan masukan terkait
permasalahan penegakan hukum perizinan pemasangan reklame yang
mempertimbangkan lingkungan berdasarkan Peraturan Daerah No 11
Tahun 2015 di Kabupaten Kendal.
c. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat penelitian ini sebagai menambah wawasan dan
pemahaman mengenai penegakan hukum perizinan pemasangan
reklame yang mempertimbangkan lingkungan berdasarkan Peraturan
Daerah No 11 Tahun 2015 di Kabupaten Kendal.
d. Bagi Pemerintah
Dapat memberikan bahan pengetahuan dan masukan terkait
permasalahan penegakan hukum perizinan pemasangan reklame yang
mempertimbangkan lingkungan berdasarkan Peraturan Daerah No 11
Tahun 2015 di Kabupaten Kendal sehingga perizinan pemasangan
reklame yang mempertimbangkan lingkungan berdasarkan Peraturan
Daerah No 11 Tahun 2015 di Kabupaten Kendal dapat diterlaksana
dengan baik.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Perbandingan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan
penulis.
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
No JUDUL
DAN
PENELITI
HASIL KETERKAITAN UNSUR
PEMBAHARUAN
1 Implementa
si Pelayanan
Publik
Tentang
Perizinan
Reklame
Berdasarkan
Peraturan
Daerah
(Perda)
Nomor 14
Tahun 2012
Tentang
Penyelengga
raan
reklame Di
Kota
Semarang
Pangestu
Singgih
(Universitas
Negeri
Semarang,
Bahwa
pelaksanaan
perizinan yang
dilakukan dinas
BPPT maupun
dinas PJPR Kota
Semarang,
melakukan tugas
serta pelayanan
yang belum
maksimal,
pemahaman
masyarakat yang
kurang
memahami
prosedur
pemasangan
reklame di Kota
Semarang
tentang
pentinganya izin
reklame.
Sanksi berupa
Penelitian tersebut
menyebutkan
Pelayanan
perizinan yang
belum maksimal
dan masyarakat
yang belum
memahami
prosedur
pemasangan
reklame di
Semarang
menyebabkan
perizinan reklame
kota Semarang
belum ditaati.
Sedangkan
keterkaitan
penelitian tersebut
dengan peneltian
penulis adalah
Pelayanan
perizinan yang
Penelitian tersebut
membahas hanya
pada pelaksanaan
perizinan reklame
sudah di taati oleh
penyelenggara
reklame atau belum.
Serta Apa saja
pemberian sanksi
bagi para
penyelenggara
reklame yang
melanggar
Perizinan Reklame.
Sedangkan
penelitian penulis
akan membahas
pertama terkait
implementasi
ketentuan
penyelenggaraan
reklame di
Kabupaten Kendal
11
2015). pencabutan izin
reklame sampai
pembongkaran
dan penurunan
reklame terpasang
belum dan
masyarakat yang
belum memahami
prosedur
pemasangan
reklam dapat
menjadi salah satu
faktor mengapa
perizinan reklame
di Kabupaten
Kendal belum
ditaati
penyelenggara
reklame.
dan kedua
bagaimana
penegakkan hukum
perizinan reklame
di Kabupaten
Kendal
2 Implementa
si Pasal 12
Peraturan
Daerah
Nomor 16
Tahun 2008
Terkait
Pelanggaran
Izin
Pemasangan
Reklame Di
Kabupaten
Sampang
(Studi di
Kantor
Pelayanan
Perizinan
dan
Penanaman
Modal,
Satpol PP
Kabupaten
Sampang)
Arsa Bandi
(Universitas
Brawijaya
Malang,
Implementasi
pasal 12
Peraturan Daerah
Kabupaten
Sampang no 16
tahun 2008
dilakukan dengan
baik tapi belum
maksimal seperti
pembongkaran
reklame liar.
Faktor hambatan
yang dihadapi
jika pemasang
reklame tidak
melihat masa
berlaku reklame
dan pemasangan
reklame tidak
aturan. Upaya
yang dilakukan
dengan
memberikan
informasi kepada
pemilik reklame
untuk membuat
kesepakatan
mengenai masa
Penelitian tersebut
menyebutkan
pembongakaran
reklame liar
sebagai wujud
implementasi pasal
12 Peraturan
Daerah Kabupaten
Sampang no 16
tahun 2008.
Selain itu faktor
hambatan yang
dihadapi jika
pemasang reklame
tidak melihat masa
berlaku reklame
dan pemasangan
reklame tidak
aturan
Sedangkan
keterkaitan
penelitian tersebut
dengan peneltian
penulis adalah
Permasalahan yang
sama dengan
penelitian penulis
yaitu:
1. Adanya
Penelitian tersebut
membahas terkait
Implementasi pasal
12 Peraturan Daerah
Nomor 16 Tahun
2008 terkait
pelanggaran izin
pemasangan
reklame di
Kabupaten
Sampang.
Serta hambatan
yang dihadapi
dalam pelakanaan
Pasal 12 Peraturan
Daerah Nomor 16
Tahun 2008 terkait
pelanggaran izin
pemasangan
reklame dan upaya
untuk menghadapi
hambatan tersebut.
Sedangkan
penelitian penulis
akan membahas
pertama terkait
implementasi
ketentuan
12
2012). berlakunya
reklame habis dan
sanksi jika
melanggar.
pembongkaran
reklame liar
2. Adanya reklame
yang masa
berlaku izin
reklame sudah
habis namun
masih terpasang
penyelenggaraan
reklame di
Kabupaten Kendal
dan kedua
bagaimana
penegakkan hukum
perizinan reklame di
Kabupaten Kendal
3 Upaya
Penerapan
Sanksi
Hukum
Administras
i Badan
Pelayanan
Perizinan
Terpadu
Kabupaten
Nganjuk
Terhadap
Penyelengga
raan
Reklame
Tanpa Izin
(Studi di
Badan
Pelayanan
Perizinan
Kabupaten
Nganjuk).
Asri
Hikmatuz
Zulfa.
(Universitas
Brawijaya
Malang,
2015).
Upaya penerapan
sanksi hukum
administrasi
terhadap reklame
tanpa izin adalah
dengan
mengirimkan
surat teguran
yang menyatakan
bahwa reklame
yang dipasang
adalah illegal dan
masa berlakunya
telah habis.
Apabila reklame
tidak melewati
proses perizinan
sehingga tidak
diketahui siapa
penyelenggara
relame, maka
tindakan hukum
administrasinya
adalah melakukan
pencopotan secara
paksa terhadap
reklame tersebut.
Hambatan yang
dihadapi biaya
operasional untuk
melaksanakan
penertiban, belum
tersedianya sarana
dan prasana untuk
Penelitian tersebut
membahas terkait
upaya penerapan
sanksi. Sanksi
merupakan bentuk
dari penegakan
hukum.
Sedangkan
keterkaitan
penelitian tersebut
dengan peneltian
penulis adalah
penelitian penulis
salah satunya
membahas terkait
penegakan hukum
yang mana
membutuhkan
gambaran terkait
penerapan sanksi di
daerah lain.
Penelitian tersebut
membahas hanya
sebatas penerapan
sanksi dan
hambatan yang
dihadapi
Sedangkan
penelitian penulis
akan membahas
pertama terkait
implementasi
ketentuan
penyelenggaraan
reklame di
Kabupaten Kendal
dan kedua
bagaimana
penegakkan hukum
perizinan reklame di
Kabupaten Kendal
13
pemasangan
reklame jenis
spanduk dan
banner, dan pihak
pemasangan
reklame tidak
melihat masa
berlaku dari
pemasangan
reklame
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Otonomi Daerah
Otonomi daerah adalah hak penduduk yang tinggal dalam suatu
daerah untuk mengatur, mengurus, mengendalikan dan mengembangkan
urusannya sendiri dengan menghormati peraturan perundangan yang
berlaku. (Hanif, 2007: 30).
Otonomi daerah menurut pasal 1 ayat (5) Undang-undang Nomor 23
tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Proses Peralihan dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi di
sebut pemerintah daerah otonomi, yaitu penyerahan urusan pemerintah
kepada pemerintah daerah yang bersifat operasional dalam sistem birokrasi
pemerintahan. Tujuan otonomi daerah untuk mencapai efektifitas dan
efisiensi dalam pelayanan publik. Antara lain menumbuhkembangkan
14
daerah dalam berbagai bidang, meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat, dan meningkatkan daya saing daerah dalam proses
pertumbuhan. (Widjaya, 2004: 21).
Dalam otonomi daerah urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Pembentukan
pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Pasal 18 Undang-Undang
Dasar 1945 menjadi dasar dari berbagai produk undang-undang dan
peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur mengenai
pemerintah daerah.
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah menjelaskan bahwa yang dimaksud Pemerintahan
Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah
daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem
dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Repubik Indonesia
Tahun 1945 dalam penjelasannya di Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014, Pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Pemerintah daerah meliputi Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
Berkaitan dengan hal itu peran pemerintah daerah adalah segala sesuatu
15
yang dilakukan dalam bentuk cara tindak baik dalam rangka melaksanakan
otonomi daerah sebagai suatu hak, wewenang, dan kewajiban pemerintah
daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Prinsip penyelenggaraan pemerintah daerah adalah digunakannya asas
desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Desentralisasi adalah
penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada pemerintah
daerah otonomi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada
gubernur sebagai wakil pemerintah dan atau perangkat pusat di daerah.
Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan
desa dan dari daerah ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang
disertai pembiayaan, sarana, dan prasarana, serta sumber daya manusia
dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya serta mempertanggung
jawabkannya kepada yang menugaskan (Koentjoro, 2004: 31).
Kesimpulan prinsip penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah
sebagai berikut:
a. Digunakannya asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas
pembantuan
b. Penyelenggaraan asas desentralisasi, secara utuh dan bulat yang
dilaksanakan di daerah kabupaten dan daerah kota
16
c. Asas tugas pembantuan yang dapat dilaksanakan di daerah
provinsi, daerah kota, dan desa.
Selain kepala daerah selaku kepala eksekutif, maka pemerintahan
daerah juga terdiri atas badan legislatif daerah yaitu DPRD. Kedudukan
DPRD sejajar dan sebagai mitra pemerintah daerah. Kepala daerah
mengajukan rancangan peraturan daerah dan menetapkan sebagai
peraturan daerah bersama DPRD. Kepala Daerah bertanggung jawab
kepada DPRD dan memberikan laporan kepada presiden melalui
Mendagri. Kepala daerah mengeluarkan keputusan daerah yang bersifat
umum. Hal ini berbeda dengan peraturan daerah karena keputusan kepala
daerah diambil tanpa mengikutsertakan DPRD (Koentjoro, 2004: 32-33).
2.2.2 Kesadaran Hukum
Kesadaran hukum menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah
kesadaran seseorang akan pengetahuan bahwa suatu perilaku tertentu
diatur oleh hukum. Kesadaran hukum pada titik tertentu diharapkan
mampu untuk mendorong seseorang mematuhi dan melaksanakan
atau tidak melaksanakan apa yang dilarang dan atau apa yang
diperintahkan oleh hukum. Oleh karena itu, peningkatan kesadaran
hukum merupakan salah satu bagian penting dalam upaya untuk
mewujudkan penegakan hukum.
Menurut Soekanto kesadaran hukum sebagai keyakinan atau
kesadaran akan kedamaian pergaulan hidup yang menajdi landasan regel
mating (keajegan) maupun beslissign (keputusan) itu dapat dikatakan
17
sebagai wadahnya jalinan hukum yang mengendap dalam sanubari
manusia (Soekanto, 1985: 9)
Menurut Paul Scholten kesadaran hukum adalah kesadaran yang ada
pada setiap manusia tentang apa hukum itu, apa seharusnya hukum itu,
suatu kategori tertentu dan hidup kejiwaaan kita dengan mana kita
membedakan antara hukum dengan tidak hukum, antara yang seyogyanya
dilakukan dan tidak dilakukan (Sudikno, 1984: 2)
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, kesadaran hukum merupakan
kesadaran yang dimiliki setiap manusia terhadap hukum yang ada, dan
cara setiap manusia menyikapi hukum tersebut.
Dalam pandangan Soekanto, kesadaran hukum sebenarnya merupakan
kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat di dalam diri manusia tentang
hukum yang ada atau tentang hukum yang diharapkan ada (Soekanto,
1982: 152).
Kesadaran hukum yang dimiliki oleh masyarakat memiliki timgkatan
yang berbeda. Menurut Kosasih Djahiri dalam jurnal Strategi Pengajaran
Afeksi-Nilai-Moral VCT dan Games dalam VCT menyatakan bahwa
“kesadaran hukum yang paling tinggi ialah kesadaran hukum yang timbul
dari hati nurani masyarakat tanpa ada paksaan atau indimidasi dan luar
dirinya”.
Namun jika kesadaran hukum masyarakat yang rendah
menyebabkan masyarakat yang tidak patuh terhadap peraturan hukum
yang berlaku. Akibat yang ditimbulkan oleh rendahnya kesadaran
18
hukum tersebut bisa menjadi lebih parah lagi apabila melanda aparat
penegak hukum dan pembentuk peraturan perundang-undangan. Bisa
dibayangkan bagaimana jadinya upaya penegakan hukum dan kondisi
sistem dan tata hukum yang ada.
2.2.3 Penegakan Hukum
Menurut Satjipto Rahardjo, penegakan hukum merupakan suatu usaha
untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep menjadi kenyataan.
Penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-
keinginan hukum menjadi kenyataan. Berdasarkan itu yang disebut
sebagai keinginan hukum disini tidak lain adalah pikiran-pikiran pembuat
undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan- peraturan hukum itu.
Pembicaraan mengenai proses penegakan hukum ini menjangkau pula
sampai kepada pembuatan hukum. Perumusan pikiran pembuat undang-
undang (hukum) yang dituangkan dalam peraturan hukum akan turut
menentukan bagaimana penegakan hukum itu dijalankan (Rahardjo, 1983:
24).
Penegakan hukum merupakan serangkaian aktivitas, upaya, dan
tindakan melalui organisasi berbagai instrumen untuk mewujudkan apa
yang dicita-citakan oleh penyusun hukum atau undang-undang yang
dirumuskan dalam peraturan hukum (Rahardjo, 2010: 24).
Penegakan hukum juga bisa diartikan sebagai proses dilakukannya
upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata
19
sebagai pedoman perilaku atau hubungan-hubungan hukum dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum mempunyai artian
secara luas dan sempit. Penegakan hukum dalam arti luas yaitu proses
penegakan hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam setiap
hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau
melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri
pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan atau
menegakkan aturan hukum. Penegakan hukum dalam arti sempit yaitu
penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan
hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan
hukum berjalan sebagaimana seharusnya. Dalam memastikan tegaknya
hukum itu, apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperkenankan
untuk menggunakan daya paksa.
Ditinjau dari sudut objeknya yaitu dari segi hukumnya, mempunyai
artian secara luas dan sempit. Dalam arti luas, penegakan hukum itu
mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya bunyi
aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat.
Tetapi, dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya menyangkut
penegakan peraturan yang formal dan tertulis saja.
Sehingga yang dimaksud dengan penegakan hukum itu kurang lebih
merupakan upaya yang dilakukan untuk menjadikan hukum, baik dalam
arti formil yang sempit maupun dalam arti materiel yang luas, sebagai
20
pedoman perilaku dalam setiap perbuatan hukum, baik oleh para subjek
hukum yang bersangkutan maupun oleh aparatur penegakan hukum yang
resmi diberi tugas dan kewenangan oleh undang-undang untuk menjamin
berfungsinya norma-norma hukum yang berlaku dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
Penegakan hukum melalui instrumen administratif bertujuan agar
perbuatan atau pengabaian atau tidak memenuhi persyaratan, berhenti atau
mengembalikan kepada keadaan semula (sebelum adanya pelanggaran),
sehingga fokus sanksi administratif adalah pada perbuatan. Instrumen
penegakan hukum administrasi negara meliputi: pengawasan dan
penerapan sanksi. Pengawasan sebagai langkah preventif untuk
memaksakan kepatuhan, sedangkan penerapan sanksi merupakan langkah
represif untuk memaksakan kepatuhan (HR, 2013: 296).
2.2.3.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
Masalah pokok penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-
faktor yang mungkin mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut
mempunyai arti netral sehingga dampak positif dan negatif terletak pada
faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain: faktor hukum, faktor
penegak hukum, faktor sarana dan fasilitas, faktor masyrakat, dan faktor
kebudayaan (Soekanto, 2010: 8).
1. Faktor hukumnya sendiri
Faktor hukum yang dimaksud yaitu undang-undang dalam arti
materiel. Undang-undang dalam arti materiel adalah peraturan
21
tertulis yang berlaku secara umum dan dibuat oleh penguasa pusat
maupun daerah yang sah yang mencakup:
a. Peraturan pusat yang berlaku untuk semua warga negara
atau golongan tertentu maupun yang berlaku umum di
sebagian wilayah negara
b. Peraturan setempat yang hanya berlaku di suatu daerah
saja.
Permasalahan yang dijumapi dalam undang-undang meliputi:
(1) Tidak diikutinnya asas-asas berlakunya undng-undang
seperti:
(a) Undang-undang tdak berlaku surut
(b) Undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi
(c) Undang-undang yang bersifat khusus
menyampingkan undang-undang yang bersifat
umum
(d) Undang-undang yang berlaku belakangan
menyampingkan undang-undang yang berlaku
terdahulu
(2) Belum adanya peraturan pelaksanaan untuk menerapkan
undang-undang.
(3) Ketidakjelasan arti kata-kata di dalam undang-undang
(Soekanto, 2010: 17).
22
2. Faktor penegak hukum
Faktor penegak hukum yaitu pihak-pihak yang membentuk
maupun menerapkan hukum. Setiap penegak hukum mempunyai
kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan merupakan
wadah yang isinya hak-hak dan kewajiban-kewajiban tertentu.
Hak-hak dan kewajiban-kewajiban tertentu itu merupakan
peranan (Soekanto, 2010: 19-20). Peranan penegak hukum dalam
penerapannya, dijumpai halangan-halangan yang berasal dari diri
penegak hukum atau dari lingkungan (Soekanto, 2010: 34).
3. Faktor saran atau fasilitas
Faktor saran atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum
antara lain mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan
terampil, organisasi yang baik,peralatan yang memadai, keuangan
yang cukup, dan seterusnya (Soekanto, 2010: 37).
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut
berlaku atau diterapkan.
Dalam kehidupan sehari-hari setiap masyarakat mempunyai
perbedaan dengan latar belakang dan pengalaman masing-masing.
Diantara mereka ada yang sendirinya taat dengan hukum, ada
yang pura-pura mentaatinya, ada yang tidak mengacuhkannya,
dan ada yang terang-terangan melawannya. Permasalahannya
adalah pada mereka yang pura-pura mentaati hukum, oleh karena
mencari pulang dimana penegak hukum berada dalam keadaan
23
kurang siaga. Masalah lainnya adalah bagaimana menangani
mereka mengacuhkan hukum ataupun yang secara terang-
terangan melanggar (Soekanto, 2010: 48-49).
5. Faktor kebudayaan
Faktor kebudayaan dalam pembahasannya yaitu masalah sistem
nilai-nilai yang menjadi inti dari kebudayaan spiritual atau non
materiel. Sebagai suatu sistem maka hukum mencakup struktur,
substansi, dan kebudayaan. Struktur mencakup wadah ataupun
bentuk dari sistem tersebut yang umpanya mencakup tatanan
lembaga-lembaga hukum formal, hubungan antara lembaga-
lembaga tersebut, hak-hak dan kewajibannya, dan seterusnya.
Substansi mencakup isi norma-norma hukum beserta
perumusannya ataupun acara menegakannya. Kebudayaan
mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-
nilai yang merupakan konsepsi abstrak mengenai apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk (Soekanto, 2010: 59-
60).
2.2.4 Perizinan
Izin (vergunning) adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan
undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu
menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-
undangan. Izin dapat juga diartikan sebagai dispensasi atau
pelepasan/pembebasan dari suatu larangan (Sutedi, 2010: 167). Izin adalah
24
tindakan hukum pemerintah berdasarkan kewenangan publik yang
membolehkan atau memperkenankan menurut hukum bagi seseorang atau
badan hukum untuk melakukan sesuatu kegiatan (Hadjon dan Djatmiat,
2001: 1)
Perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan
bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Perizinan dapat berbentuk
pendaftaran, rekomendasi, yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh
suatu organisasi perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan
dapat melakukan suatu kegiatan atau tindakan. (Sutedi, 2010: 168).
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24
Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu pada pasal 1 angka 8 menegaskan bahwa izin adalah dokumen yang
dikeluarkan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah atau
peraturan lainnya yang merupakan bukti legalitas, menyatakan sah atau
diperbolehkannya seseorang atau badan untuk melakukan usaha atau
kegiatan tertentu. Sedangkan pada pasal 1 angka 9 menegaskan perizinan
adalah pemberian legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha/kegiatan
tertentu, baik dalam bentuk izin maupun tanda daftar usaha.
Selain itu dalam jurnal milik Helmi yang berjudul “Kedudukan Izin
Lingkungan Dalam Sistem Perizinan di Indonesia” menyebutkan bahwa
sifat suatu izin adalah preventif, karena dalam instrument izin tidak bisa
25
dilepaskan dengan perintah dan kewajiban yang harus ditaati oleh
pemegang izin.
2.2.4.1 Tujuan dan Fungsi
Tugas pemerintah dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu
tugas mengatur dan memberikan pelayanan kepada umum. Tugas
mengatur meliputi pembuatan-pembuatan peraturan yang harus dipatuhi
masyarakat, sedangkan tugas memberi pelayanan kepada umum meliputi
tugas-tugas pemerintah untuk memenuhi kebutuhan sarana finansial dan
personal dalam rangka meningkatkan pelayanan di bidang kesejahteraan
sosial, ekonomi, kesehatan dan lain sebagainya.
Sistem perizinan muncul karena tugas mengatur dari pemerintah,
karena perizinan akan dibuat dalam bentuk peraturan yang harus dipatuhi
masyarakat yang berisikan larangan dan perintah. Dengan demikian izin
ini akan digunakan oleh penguasa sebagai instrumen untuk
mempengaruhi hubungan dengan para warga agar mau mengikuti cara
yang dianjurkannya, guna mencapai tujuan yang konkrit.
Adapun tujuan pemerintah mengatur sesuatu hal dalam peraturan
perizinan ada berbagai sebab:
1) Keinginan mengarahkan/mengendalikan aktifitas-aktifitas tertentu
(misalnya izin bangunan).
2) Keinginan mencegah bahaya bagi lingkungan (misalnya izin
lingkungan).
26
3) Keinginan melindungi obyek-obyek tertentu (misalnya izin
tebang, izin membongkar monumen)
4) Keinginan membagi benda-benda yang sedikit jumlahnya
(misalnya izin menghuni di daerah padat penduduk).
5) Keinginan untuk menyeleksi orang-orang dan aktifitasnya
(misalnya pengurus organisasi harus memenuhi syarat-syarat
tertentu).
Secara teoritis perizinan memiliki beberapa fungsi seperti berikut:
1) Instrumen Rekayasa Pembangunan
Perizinan adalah instrumen yang manfaatnya ditentukan oleh
tujuan dan prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah. Jika
perizinan hanya dimaksudkan seagai sumber pendapatan daerah,
maka hal ini tentu akan memberikan dampak negaif bagi
pembangunan. Pada sisi lain, jika perizinan dilakukan dengan
cara yang tidak transparan, tidak ada kepastian hukum, berbelit-
belit, dan hanya bisa dilakukan dengan cara yang tidak sehat,
maka perizinan juga bisa menjadi penghamat bagi pertumbuhan
sosial ekonomi daerah. Semakin mudah, cepat, dan transparan
prosedur pemberian perizinan semakin tinggi potensi perizinan
menjadi instrumen rekayasa pembangunan.
2) Budgetering
Perizinan memiliki fungsi keuangan (budgetering) yaitu menjadi
sumer pendapatan bagi negara. Pemberian lisensi dan izin kepada
27
masyrakat dilakukan dengan kontraprestasi berupa retribusi
perizinan. Karena negara mendapatkan kedaulatan dari rakyat,
maka retribusi perizinan hanya bisa dilakukan melalui peraturan
perundang-undangan. Dalam hal ini dianut prinsip no taxation
without the law. Penarikan retribusi perizinan hanya dibenarkan
jika ada dasar hukum, yaitu undang-undang dan/atau peraturan
daerah agar terjaminnya hak-hak dasar masyarakat untuk
mendapat pelayanan dari pemerintah dan terhindar dari penarikan
retribusi perizinan yang sewenang-wenang dan tidak memiliki
dasar hukum. Pada sisi lain, melalui perundang-undangan
pemerintah memperoleh mandat untuk menarik retribusi
perizinan, maka masyarakat tidak boleh menghindar untuk
membayarnya. Hal itu karena retribusi perizinan menjadi sumer
pendapatan yang membiayai pelayanan-pelayanan perizinan
lainnya yang harus diberikan pemerintah kepada masyarakat.
Meskipun demikian pemerintah harus memperhatikan aspek
keberlangsungan dan kelestarian daya dukung pembangunan,
serta pertumbuhan sosial ekonomi. Penetapan tarif retrbusi tidak
boleh melebihi kemampuan masyarakat untuk membayarnya.
Sebaliknya, untuk beberapa aspek strategis yang terkait dengan
daya dukung lingkungan dalam pembangunan, tarif retribusi
perizinan tidak boleh terlalu murah dan mudah yang
28
menyebabkan kerusakan lingkungan dan menurunnya daya
dukung dan kelestarian lingkungan.
3) Reguleren
Perizinan memiliki fungsi pengaturan (reguleren) yaitu menjadi
instrumen pengaturan tindakan dan perilaku masyarakat.
Sebagaimana juga dalam prinsip pemungutan pajak, maka
perizinan dapat mengatur pilihan-pilihan tindakan dan perilaku
masyarakat. Jika perizinan terkait dengan pengaturan untuk
pengelolaan sumber daya alam, lingkungan, tata ruang, dan aspek
strategis lainnya, maka prosedur dan syarat yang harus ditetapkan
oleh peraturan perundang-undangan harus pula terkait dengan
pertimbangan-pertimbangan strategis tersebut. Dengan demikian
harus ada keterkaitan antara tujuan pemberian pelayanan prizinan
dengan syarat-syarat yang ditetapkan. Di samping itu juga
penetapan tarif terhadap perizinan harus memperhatikan tujuan
dan fungsi pengaturan yang akan dicapai oleh perizinan tersebut
(Sutedi, 2010: 198-200)
Selain itu dalam jurnal milik Helmi yang berjudul kedudukan izin
lingkungan dalam sistem perizinan di Indonesia menyebutkan bahwa
fungsi izin adalah represif. Izin dapat berfungsi sebagai instrument untuk
menanggulangi masalah lingkungan disebabkan aktivitas manusia yang
melekat dengan dasar perizinan. Artinya, suatu usaha yang memperoleh
izin atas pengelolaan lingkungan, dibebani kewajiban untuk melakukan
29
penanggulangan pencemaran atau perusakan lingkungan yang timbul dari
aktivitas usahanya.
2.2.5 Reklame
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia reklame adalah
pemberitahuan kepada umum tentang barang dagangan, dengan pujian
atau gambar dan sebagainya, dengan tujuan agar dagangan tersebut lebih
laku.
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 11 Tahun 2015
tentang Penyelenggaraan Reklame dalam ketentuan umum Bab I Pasal 1
angka 9 menyatakan bahwa:
“Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut
bentuk, susunan dan corak ragamnya untuk tujuan komersial,
dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan, atau memujikan
suatu barang, jasa atau orang ataupun menarik perhatian umum
kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang
dapat dilihat, dibaca atau didengar, dari suatu tempat oleh umum,
kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah”
Berdasarkan definisi tersebut menurut penulis, reklame adalah suatu
bentuk promosi untuk memberitahukan kepada masyarakat terkait produk
yang dihasilkan dengan menggunakan media tertentu yang menarik dan
dilakukan di tempat yang dapat diketahui oleh umum agar produk yang
dihasilkan lebih laku, kecuali yang dilakukan pemerintah atau pemerintah
daerah.
30
2.2.6 Lingkungan
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahataraan manusia serta makhluk hidup lainnya (Hamzah, 2005: 1).
Antara Makhluk hidup dengan lingkungan saling berinteraksi satu dengan
yang lainnya. Makhluk hidup akan mempengaruhi lingkungannya, dan
sebaliknya perubahan lingkungan akan mempengaruhi pula kehidupan
makhluk hidup (Akib, 2014: 2).
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukannya
makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan
hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ketingkat
tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak berfungsi sesuai
dengan peruntukannya. Menurut Munadjat Danusaputro menyatakan
bahwa pencemaran lingkungan hidup mengandung pengertian:
a. Pengotoran,
b. Pemburukan
c. Penurunan kualitas
d. Kemerosotan nilai dan kegunaannya (Machmud, 2007: 38)
2.2.6.1 Estetika lingkungan
Berdasarkan jurnal milik Noviandy tahun 2014 yang berjudul
“Presepsi Masyarakat Tentang Penggunaan Iklan Media Luar Ruang
Terhadap Estetika Kota Samarinda” menyebukan bahwa Estetika dapat
31
didefinisikan sebagai susunan bagian dari sesuatu yang mengandung
pola, pola mana mempersatukan bagian-bagian tersebut yang
mengandung keselarasan dari unsur-unsurnya, sehingga menimbulkan
keindahan, estetika menyangkut perasaan ini perasaan indah.
Berdasarkan jurnal milik Prayanto Widyo Harsanto yang berjudul “
Yogyakarta Dalam Kepungan Iklan (Sebuah Kajian tentang Estetika
Lingkungan)” Menurut A.A.M Djelentik estetika kota tidak lain adalah
estetika tentang (per) kota (an), yang dibentuk oleh struktur, tata ruang,
ornamen dan termasuk keindahan, kerapian, dan kebersihan kota.
Estetika, secara umum selama ini dimengerti sebagai studi tentang
keindahan. estetika kota atau estetika tentang (per) kota (an) ini
merupakan estetika atas lingkungan-sosial. Estetika yang terwujud dalam
penciptaan karya dan apresiasi karya, terkait dengan konteks sosial.
Estetika tata kota terkait lingkungan hidup manusia, baik alam maupun
sosial. Dan perhatian ini melahirkan kepedulian terhadap suatu hal atau
objek, baik itu positif maupun negatif, di mana manusia terikat dengan
lingkungannya. Perhatian melahirkan kepedulian terhadap suatu hal atau
objek. Kepedulian lebih sering dikaitkan dengan etika daripada estetika.
Kepedulian melibatkan perhatian, simpati dan empati serta tindakan
tertentu yang terkait dengan perilaku moral. Tidak terlalu banyak orang
yang memberikan perhatian pada proses bagaimana hingga orang
menjadi peduli. Kepedulian berawal dari sense (estetik) yang dimulai dari
indera penglihatan, yang akan membentuk sensitivity dan sensibility.
32
Masalah keindahan (estetika) dan kebersihan lingkungan juga
merupakan kepedulian banyak orang. Dewasa ini orang mengharapkan
dapat menikmati lingkungan hidup yang baik dan sehat tidak sekedar
bebas dari pencemaran lingkungan yang membahayakan kesehatan, tapi
juga bebas dari gangguan-gangguan lain yang merusak estetika
lingkungan tempat tinggal mereka (Rahmadi, 2014: 5).
2.2.6.2 Penatagunaan Ruang
Reklame jika dilihat dari penempatannya mengandung aspek tata
ruang. Pendirian reklame mengisi ruang di lingkungan sehingga reklame
merupakan assesories bagi lingkungan tersebut. Penyelenggaraan
reklame dilakukan dengan memanfaatkan ruang. Pemanfaatan ruang
perlu ditata agar tidak terjadi pemborosan dan penurunan kualitas ruang
(Kantaatmadja, 1994: 115).
Menurut D.A. Tisnaadmidjaja, yang dimaksud dengan ruang adalah
wujud fisik wilayah dalam dimensi geografis dan geometris yang
merupakan wadah bagi manusia dalam melaksanakan kegiatan
kehidupannya dalam suatu kualitas kehidupan yang layak (Yusuf,
1997:6).
Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang berdasarkan
pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan
ruang. Pada tata ruang, yang ditata adalah tempat berbagai kegiatan serta
sarana dan prasarananya. Suatu tata ruang yang baik dapat dilaksanakan
dari segala kegiatan menata yang baik disebut penataan ruang. Dalam hal
33
ini penataan ruang terdiri dari tiga kegiatan utama yakni perencanaan tata
ruang, perwujudan tata ruang dan pengendalian tata ruang (Silalahi,
2006: 80). Kartasasmita mengemukakan bahwa Penataan Ruang secara
umum mengandung pengertian sebagai suatu proses yang meliputi proses
perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pelaksanaan atau
pemanfaatan ruang yang harus berhubungan satu sama lain
(Kartasasmita, 1997: 51)
Menurut Undang-undang nomor 26 tahun 2007 pasal 15 menyatakan
bahwa perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan
struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan
rencana tata ruang. Pada Undang-Undang Penataan Ruang tersebut,
perencanaan rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruaang
wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota
mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi.
Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang
dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan
dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya. Ketentuan umum
tentang pemanfaatan ruang ditegaskan dalam Pasal 32 Undang-Undang
Penataan Ruang sebagai berikut:
(1) Pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaan program
pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya.
(2) Pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
34
dilaksanakan dengan pemanfaatan ruang, baik pemanfaatan
ruang secara vertikal maupun pemanfaatan ruang di dalam
bumi.
(3) Program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk jabaran dari
indikasi program utama yang termuat di dalam rencana tata
ruang wilayah.
(4) Pemanfaatan ruang diselenggarakan secara bertahap sesuai
dengan jangka waktu indikasi program utama pemanfaatan
ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang.
(5) Pelaksanaan pemanfaatan ruang di wilayah sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) disinkronisasikan dengan pelaksanaan
pemanfaatan ruang wilayah administratif sekitarnya
(6) Pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan memperhatikan standar pelayanan
minimal dalam penyediaan sarana dan prasarana.
Adanya Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah jika adanya
ketidaksesuaian pemanfaatan ruang (Akib, 2014: 45). Pengendalian
pemanfaatan ruang adalah sebagai usaha untuk menjaga kesesuaian
pemanfaatan ruang dengan fungsi ruang yang ditetapkan rencana tata
ruang. Pada pasal 1 angka 15 undang-undang nomor 26 tahun 2007
dijelaskan bahwa pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk
mewujudkan tertib tata ruang.
35
2.2.7 Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan
Reklame
Pengaturan penyelenggaraan reklame di wilayah Kabupaten Kendal
diatur dalam peraturan daerah nomor 11 tahun 2015 tentang
penyelenggaraan reklame. Pembentukan peraturan daerah tersebut
dikhususkan untuk penyelenggaraan reklame di wilayah Kabupaten
Kendal yang telah disesuaikan dengan kondisi wilayah Kabupaten Kendal.
Adapun ketentuan-ketentuan terkait penelitian ini terdapat dalam pasal-
pasal dan ayat-ayat tertentu berikut:
2.2.7.1 Asas
Menurut pasal 2 pengaturan reklame dilaksanakan berdasarkan asas:
a. Keadilan;
b. Kepastian hukum;
c. Manfaat;
d. Ketertiban; dan
e. Keserasian lingkungan.
2.2.7.2 Tujuan
Menurut pasal 3 pengaturan reklame bertujuan:
a. memberikan perlindungan kepada masyarakat;
b. memberikan kepastian hukum;
c. mengoptimalkan pemanfaatan aset daerah untuk kepentingan
masyarakat;
d. meningkatkan pendapatan asli daerah; dan
36
e. menjaga norma kesopanan dan menjaga keindahan dan
kelestarian lingkungan
2.2.7.3 Kewenangan dan Tanggung Jawab Pemerintah Daerah
Berdasarkan pasal 4 Pemerintah Daerah berwenang dan bertanggung
jawab untuk menetapkan kebijakan penyelenggaraan reklame di daerah
dan menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria
2.2.7.4 Penempatan Reklame
Berdasarkan pasal 8 penempatan reklame yang diperbolehkan untuk
penyelenggaraan reklame berada di tanah persil orang pribadi atau badan
usaha dan tanah persil pemerintah dan/atau fasilitas umum.
a. Tanah persil orang pribadi atau badan usaha
1. di halaman;
2. menempel di bangunan gedung bagian depan dan/atau
samping;
3. di atas bangunan gedung; atau
4. di dalam bangunan gedung
b. Tanah persil pemerintah dan/atau fasilitas umum
1. tiang penerangan jalan umum;
2. halte bus;
3. jembatan penyeberangan;
4. pasar/terminal/taman/tempat khusus parkir;
5. gapura;
37
6. tugu;
7. pos polisi;
8. penunjuk peta kota; atau
9. instansi pemerintah
2.2.7.5 Kewajiban dan Larangan Penyelenggaraan Reklame
Berdasarkan pasal 16 penyelenggara reklame mempunyai beberapa
kewajiban yaitu:
(1.) Penyelenggara Reklame dalam mendirikan reklame wajib
memenuhi estetika, etika dan kontruksi.
(2.) Penyelenggara Reklame bertanggung jawab penuh atas semua
resiko yang ditimbulkan akibat penyelenggaraan reklame.
(3.) memelihara Reklame agar selalu dalam keadaan baik;
(4.) membongkar Reklame dan bangunan konstruksinya setelah izin
berakhir;
(5.) memasang himbauan yang bersifat layanan publik Pemerintah
Daerah bagi konstruksi Reklame yang belum ada media
Reklamenya;
(6.) Semua reklame jenis papan/billboard dan videotron/megatron
wajib menggunakan ornamen, desain atau naskah reklame yang
mengandung nilai nilai budaya di Daerah.
(7.) Ornamen, desain atau naskah reklame yang mengandung nilai-
38
nilai budaya di Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
(8.) Penyelenggara reklame wajib memenuhi ketentuan- ketentuan
yang tercantum dalam izin.
Sedangkan larangan penyelenggaraan reklame diatur dalam pasal 12
dan 17.
Pasal 12 menyatakan bahwa:
(1) Penempatan reklame di area sekolah, di luar area sekolah dan
di area tempat ibadah dengan jarak 75 m (tujuh puluh lima
meter) dari bangunan terluar, dilarang adanya reklame produk
rokok, alat kontrasepsi dan/atau minuman beralkohol.
(2) Dikecualikan dari ketentuan ayat (1) adalah untuk reklame
insidentil produk rokok di area yang terkait dengan event pada
lokasi tersebut.
(3) Reklame produk rokok dilarang:
a. di kawasan tanpa rokok;
b. diletakkan di jalan utama atau protokol;
c. melintang atau memotong jalan; dan
d. melebihi ukuran 72 m2 (tujuh puluh dua meter persegi)
untuk jenis reklame cahaya.
Sedangkan pasal 17 menyatakan bahwa:
39
a. Persil milik pemerintah atau Pemerintah Daerah yang
diperuntukan untuk kantor pemerintahan maupun Kawasan
pusat pemerintahan;
b. Pohon penghijauan/pelindung Jalan;
c. Rambu lalu lintas, tiang listrik, dan tiang telepon;
d. Lingkungan pendidikan dan tempat ibadah;
e. Badan sungai, danau dan saluran;
f. Dinding rumah dan/atau bangunan;
g. Pagar;
h. Jembatan sungai; dan/atau
i. Tempat lainnya
2.2.7.6 Perizinan yang Mempertimbangkan Lingkungan
Berdasarkan pasal 18 ayat (1) setiap penyelenggaraan reklame di
Daerah, wajib mendapatkan izin dari Kepala SKPD yang membidangi
perizinan.
Berdasarkan pasal 18 ayat (2) dalam memberikan izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan mempertimbangkan
lingkungan yang berkaitan dengan aspek keindahan, ketertiban,
keamanan, kenyamanan, rasa kesusilaan, kesehatan umum dan
kepentingan Pembangunan Daerah.
2.2.7.7 Syarat dan Tata Cara Pengajuan Izin
Pengajuan dan pengambilan izin dibedakan menjadi 2 yaitu
permohonan baru dan permohonan perpanjangan.
40
Berdasakan pasal 19 ayat (2) syarat administrasi dan teknis untuk
reklame biasa adalah sebagai berikut:
a. Permohonan Baru
1. foto copy Izin Mendirikan Bangunan
2. surat kerelaan dari pemilik tanah persil untuk menjadi
lokasi reklame
3. foto copy Akte Pendirian Perusahaan apabila
penyelenggara dalam bentuk badan/lembaga, kecuali alat
peraga
4. foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP)
5. foto lokasi simulasi pemasangan reklame
6. gambar desain
7. gambar potongan konstruksi reklame terhadap taman
kota/selokan/ trotoar/badan jalan
8. surat pernyataan bertanggung jawab menanggung segala
resiko
9. foto copy Izin Gangguan (HO) apabila reklame nama
usaha
10. surat kuasa dari pemohon izin apabila tidak dapat
mengurus sendiri; dan
11. surat pernyataan tidak menyilaukan khusus
Reklame Videotron/Megatron.
41
b. Permohonan Perpanjangan
1. foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih
berlaku
2. foto reklame terbaru
3. fotocopy izin penyelenggaraan reklame sebelumnya
4. fotocopy bukti pembayaran pajak reklame/surat
keterangan lunas
5. pajak
6. surat kerelaan dari pemilik tanah persil untuk menjadi
lokasi reklame
7. surat pernyataan reklame tidak ada perubahan naskah,
ukuran, jenis dan lokasi dan pernyataan bertanggung
jawab menanggung segala resiko
8. surat kuasa dari pemohon izin apabila tidak dapat
mengurus sendiri
9. foto copy Bukti Setor Jaminan Bongkar; dan
10. menunjukkan surat izin asli periode sebelumnya
Sedangkan berdasakan pasal 19 ayat (3) Pemohon izin
penyelenggaraan reklame dan alat peraga insidentil, mengisi blangko
rangkap 2 (dua) yang telah disediakan dengan melampirkan untuk:
a. Permohonan Baru
1. foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih
berlaku;
42
2. gambar desain;
3. gambar denah lokasi kecuali di tempat yang disediakan
oleh Pemerintah Daerah;
4. surat kerelaan pemilik tanah persil bila di tanah persil
orang; dan
5. surat kuasa dari pemohon izin apabila tidak dapat
mengurus sendiri atau foto copy surat perjanjian/kontrak.
b. Permohonan Perpanjangan
1. menunjukkan surat izin asli periode sebelumnya;
2. surat kerelaan pemilik tanah persil bila di tanah persil
orang; dan
3. surat kuasa dari pemohon izin apabila tidak dapat
mengurus sendiri atau foto copy surat
perjanjian/kontrak.
Selain itu untuk jenis reklame papan / billboard / videotron /
megatron dan sejenisnya serta reklame kain wajib memberikan jaminan
biaya pembongkaran berdasarkan pasal 19 ayat (4).
2.2.7.8 Pengendalian, Pengawasan, dan Penertiban
Dalam rangka menjaga keindahan, ketertiban dan estetika Bupati
berwenang melakukan pengendalian, pengawasan dan penertiban
penyelenggaraan Reklame menurut pasal 22.
43
Setiap penyelenggaraan Reklame dilakukan pengendalian
berdasarkan aspek tata ruang, lingkungan hidup, estetika kota, dan
kelayakan konstruksi menurut pasal 23 ayat (1)
Pasal 24 ayat (1) Setiap penyelenggaraan Reklame dilakukan
pengawasan terhadap kewajiban, keabsahan dan masa berlaku dokumen
perizinan penyelenggaraan Reklame.
Pasal 25 penertiban Reklame dilakukan terhadap setiap
penyelenggaraan Reklame apabila:
a. tidak memiliki izin;
b. izin telah berakhir dan tidak diperpanjang sesuai ketentuan yang
berlaku
c. reklame tidak memiliki stiker atau tanda pelunasan pajak
d. terdapat perubahan pada reklame, sehingga tidak sesuai lagi
dengan izin yang telah diberikan
e. tata letak tidak sesuai pada titik Reklame yang telah ditetapkan
f. tidak sesuai lagi dengan rekomendasi teknis konstruksi; dan/atau
g. tidak terawat dengan baik
Pasal 26 ayat (1) penyelenggaraan reklame tidak memenuhi
ketentuan penempatan reklame yang diperbolehkan sebagaimana
dimaksud pada Pasal 8, maka Penyelenggara Reklame wajib
membongkar Bangunan Reklame. Saat pembongkaran reklame
dilakukan, penyelenggara reklame bertanggung jawab atas keamanan dan
keselamatan menurut pasal 26 ayat (2).
44
Pada pasal 27 ayat (1) Bupati berwenang untuk melakukan
pembongkaran reklame jika penyelenggara reklame tidak melakukan
pembongkaran reklame sebagaimana dimaksud pasal26 ayat (1).
2.2.7.9 Sanksi Administrasi
Berdasarkan pasal 30 sanksi administrasi penyelenggara reklame
berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian fungsi reklame;
c. pencabutan izin penyelenggaraan reklame; dan/atau
d. pembongkaran reklame
45
2.3 Kerangka Berpikir
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
Peraturan Daerah Kabupaten Kendal
Nomor 11 Tahun 2015 Tentang
Penyelenggaraan Reklame
1. Pengusaha menggunakan reklame
sebagai media pemasaran/promosi
2. Perda belum ditaati penyelenggara
reklame
3. Masih terdapat reklame yang tidak
berizin dan masa berlaku izin
sudah habis tapi masih terpasang
sehingga berakhir pada
pembongkaran
Implementasi ketentuan
penyelenggaraan
reklame di Kabupaten
Kendal
Penegakan
hukum perizinan
penyelenggaraan
reklame
Kesimpulan
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
1. Tingkat kesadaran hukum
masyarakat
2. Informasi /sosialisasi tentang
PERDA
3. Proses perizinan
4. Sarana dan prasarana penegakan
hukum
Penelitian:
1. Kualitatif
2. Yuridis Sosiologis
46
PENJELASAN
Penyelenggaraan reklame di Kabupaten Kendal diatur dalam Peraturan
Daerah Nomor 11 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Reklame. Pengaturan ini
dibuat agar tercipta ketertiban dalam setiap penyelenggaraan reklame, karena
sering dilihat pengusaha menggunakan reklame sebagai media
pemasaran/promosi. Namun pada kenyataannya peraturan daerah tentang
penyelenggaraan reklame di Kabupaten Kendal belum ditaati penyelenggara
reklame. Sehingga saat pemerintah daerah melakukan kegiatan penertiban dan
monitoring, terjadi pembongkaran pada reklame yang tidak berizin dan masa
berlaku izin sudah habis.
Berdasarkan kenyataan yang terjadi di Kabupaten Kendal, peneliti
memfokuskan permasalahan pertama pada implementasi ketentuan
penyelenggaraan reklame di Kabupaten Kendal. Kedua terhadap penegakkan
hukum perizinan reklame di Kabupaten Kendal. Kedua permasalahan tersebut
menurut hipotesa sementara penulis dipengaruhi beberapa faktor yaitu:
1. Tingkat kesadaran hukum masyarakat
2. Informasi /sosialisasi tentang PERDA
3. Proses perizinan
4. Sarana dan prasarana penegakan hukum
Hipotesa sementara tersebut nantinya akan dilakukan penelitian di lapangan
dengan metode pendekatan kualitatif dan jenis penelitian yuridis sosiologis. Data
yang diperoleh dari lapangan akan diolah dan dianalisis sehingga memperoleh
119
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai inti dari pembahasan permasalahan tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Ketentuan penyelenggaraan reklame di Kabupaten Kendal belum
sepenuhnya terlaksana. Ketentuan penyelenggaraan reklame yang diatur
dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 11 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Reklame, hanya dilaksanakan oleh penyelenggara
reklame yang mempunyai izin dan pihak instansi yang menerbitkan izin.
Pihak instansi yang menerbitkan izin telah melaksanakan sepenuhnya
ketentuan pemberian izin sesuai dengan pasal 18 ayat (2) Peraturan Daerah
Kabupaten Kendal Nomor 11 Tahun 2015 terkait pemberian izin yang
mempertimbangkan lingkungan. Sedangkan penyelenggara reklame yang
tidak berizin maupun jangka waktu izin reklame telah habis tidak
memenuhi ketentuan penyelenggaraan reklame karena terhambat pada
pembayaran pajak reklamenya.
2. Penegakan hukum perizinan reklame di Kabupaten Kendal belum
maksimal karena dipengaruhi beberapa faktor. Faktor penegakan hukum
meliputi: faktor hukum, faktor penegak hukum, faktor sarana dan fasilitas,
faktor masyarakat, dan faktor kebudayaan. Faktor yang menghambat
penegakan hukum perizinan reklame di Kabupaten Kendal yaitu faktor
120
sarana dan prasarana serta faktor masyarakat. Keterbatasan anggaran bagi
DPMPSTP untuk melakukan sosialisasi langsung dengan masyarakat
dalam menegakkan hukum perizinan. Selain itu jumlah personil Satpol PP
yang terbatas untuk melakukan monitoring dan penertiban dengan wilayah
yang luas tidak sebanding. Selain itu alat yang digunakan untuk
melakukan penertiban yang terbatas menyebabkan pelaksanaan penegakan
hukum kurang maksimal. Hal tersebut terkait dengan faktor saran dan
prasarana dalam menengakan hukum. Ditambah dengan kurangnya
kesadaran penyelenggara reklame dalam melakukan perizinan.
Saran
1. Pemerintah Kabupaten Kendal sebaiknya mengalokasikan anggaran
untuk pelaksanaan sosialisasi secara intensif dan langsung kepada
masyarakat terkait aturan perizinan berikut juga sanksinya. Selain itu
mencari tambahan personil bagi Satpol PP guna menambah jumlah
personil dalam melakukan monitoring dan penertiban reklame, agar
jumlah personil dengan luas wilayah yang akan dilakukan monitoring
dan penertiban reklame menjadi seimbang. Selain itu juga penambahan
alat untuk melakukan penertiban pada reklame yang tidak sesuai
ketentuan pemasangan.
2. Pemerintah Kabupaten Kendal sebaiknya memperbaharui peraturan
daerah tentang penyelenggaraan reklame dengan menambahkan
ketentuan sanksi administrasi yang lebih tegas berupa denda kepada
penyelenggara reklame yang tidak menaati peraturan.
121
3. Pemerintah Kabupaten Kendal dalam menetapkan besaran nilai pajak
reklame sebaiknya memperhatikan asas keadilan dan asas kemanfaatan
bagi masyarakat. Hal tersebut karena apabila besaran nilai pajak reklame
yang diberikan dianggap adil dan tidak memberatkan penyelenggara
reklame, maka tingkat kesadaran penyelenggara reklame untuk
melakukan perizinan juga akan meningkat. Seperti contoh memberikan
keringanan pembayaran pajak reklame, terutama pada penyelenggara
reklame menengah kebawah.
122
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Akib, Muhammad. 2014. Hukum Lingkungan: Perspektif Global dan Nasional.
Jakarta: Rajawali Pers
Ali, Zainudin. 2013. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika
Hamzah, Andi. 2005. Penegakan Hukum Lingkungan. Jakarta: Sinar Grafika
Hanif, Nurcholis. 2007. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah.
Jakarta: Grasindo
HR, Ridwan. 2013. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Kartasasmita, Ginandjar. 1997. Administrasi Pembangunan (Perkembangan
Pemikiran dan Prakteknya di Indonesia). Jakarta: LP3ES
Koentjoro, Diana Halim. 2004. Hukum Administrasi Negara. Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia
M.K, Kantaatmadja. 1994. Hukum Angkasa dan Hukum Tata Ruang. Bandung:
Mandar Maju
Machmud, Syahrul. 2007. Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia: Asas
Precautionary Dalam Penegakan Hukum Pidana Lingkungan. Bandung:
Mandar Maju
Moelong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Rahardjo, Satjipto. 1983. Masalah Penegakan Hukum. Bandung: Sinar Baru
Raharjo, Satjipto. 2010. Masalah Penegakan Hukum, Suatu Tinjauan Sosiologis.
Bandung: Sinar Baru
Rahmadi, Takdir. 2014. Hukum Lingkungan di Indonesia. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada
Silalahi, M. Daud. 2006. Hukum Lingkungan dalam Sistem Penegakan Hukum
Lingkungan Indonesia. Bandung: Alumni .
123
Soejito, Irawan. 1990. Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Jakarta:
PT Rineka Cipta
Soekanto,Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
Soekanto, Soerjono. 1985. Ikhtisar Anatomi Aliran Filsafat Sebagai Landasan Filsafat
Hukum. Jakarta: Rajawali,
Soekanto, Soerjono. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Soekanto,Soerjono. 2005. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press
Soemarwoto, Otto. 1991. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta:
Djambatan
Sudikno,Mertokusumo. 1984. Bunga Rampai Ilmu Hukum. Yogyakarta: Liberty.
Sutedi, Adrian. 2010. Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik. Jakarta:
Sinar Grafika
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.
1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Widjaya, HAW. 2004. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Yusuf, Asep Warlan. 1997. Pranata Pembangunan. Bandung: Universitas
Parahiayang
JURNAL/ARTIKEL
Bandi, Arsa. 2012. Implementasi Pasal 12 Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2008
Terkait Pelanggaran Izin Pemasangan Reklame Di Kabupaten Sampang
(Studi di Kantor Pelayanan Perizinan dan Penanaman Modal, Satpol PP
Kabupaten Sampang), Jurnal Ilmu Hukum. Universitas Brawijaya Malang
Hadjon, Philipus M. dan Djatmiati, Tatiek Sri. 2001. Tata Perizinan Pada Era
Otonomi Daerah, Makalah. Surabaya
Harsanto, Prayanto Widyo. 2014. Yogyakarta Dalam Kepungan Iklan (Sebuah Kajian
tentang Estetika Lingkungan, Jurnal Dekave Vol. 7. No. 2. Institut Seni Yogyakarta
Helmi, Kedudukan Izin Lingkungan Dalam Sistem Perizinan Di Indonesia, Jurnal
Ilmu Hukum Vol. 2. Jambi
124
Djahiri, Kosasih Achmad. Strategi Pengajaran Afeksi-Nilai-Moral VCT dan Games dalam
VCT. Bandung : Jurusan PMP-KN-FPIPS IKIP Bandung
Noviandy. 2014. Presepsi Masyarakat Tentang Penggunaan Iklan Media Luar Ruang
Terhadap Estetika Kota Samarinda, Jurnal Ilmu Komunikasi. Universitas
Mulawarman
Pangestu, Singgih. 2015. Implementasi Pelayanan Publik Tentang Perizinan Reklame
Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 14 Tahun 2012 Tentang
Penyelenggaraan reklame Di Kota Semarang, Skripsi. Universitas Negeri
Semarang
Zulfa, Asri Hikmatuz. 2015. Upaya Penerapan Sanksi Hukum Administrasi Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Nganjuk Terhadap
Penyelenggaraan Reklame Tanpa Izin (Studi di Badan Pelayanan Perizinan
Kabupaten Nganjuk), Jurnal Ilmu Hukum. Universitas Brawijaya Malang
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :
Undang-Undang Dasar 1945.
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 jo Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pemanfaatan dan Penggunaan Bagian-bagian Jalan
Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2015 Kabupaten Kendal tentang Penyelenggaraan
Reklame
125
INTERNET
http://berita.suaramerdeka.com/pajak-tujuh-reklame-belum-dibayar/. Diakses pada
Hari Kamis tanggal 5 Januari 2017 pukul 09.00 WIB.
https://www.kendalkab.go.id/profil/detail/kondisi_geografis diakses pada Hari Selasa
tanggal 20 Juni 2017 pukul 14.00 WIB.
http://keckendal.kendalkab.go.id/profil/detail/profil_kecamatan diakses pada Hari
Sabtu tanggal 1 Juli 2017 pukul 10.00 WIB.