Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

44
PEMBANGUNAN BIDANG PENDIDIKAN DI INDONESIA SEBELUM DAN SESUDAH REFORMASI Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Perencanaan Disusun oleh: Christiana U. Danti (C2B007009) Devi Permatasari (C2B007011) Happy Yuliana (C2B007023) Minawati Widiastuti (C2B007034) Puput Wijayanti (C2B007047) Widhi Ariestianti R. (C2B007064)

Transcript of Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

Page 1: Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

PEMBANGUNAN BIDANG PENDIDIKAN DI INDONESIA SEBELUM DAN SESUDAH REFORMASI

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Perencanaan

Disusun oleh:Christiana U. Danti (C2B007009)Devi Permatasari (C2B007011)Happy Yuliana (C2B007023)Minawati Widiastuti (C2B007034)Puput Wijayanti (C2B007047)Widhi Ariestianti R. (C2B007064)

ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNANFAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS DIPONEGORO2010

Page 2: Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

BAB IPENDAHULUAN

Latar BelakangSistem pendidikan di Indonesia mengalami perubahan dari tahun ketahun.

Pada tahun 1990-an ketika era Orde Baru, pendidikan merupakan salah satu hal

yang sangat penting. Pada tahun 1990, bermunculan SD Inpres yang banyak

tumbuh di daerah-daerah. SD Inpres ini merupakan sekolah pemerintah yang

mempunyai biaya yang relatif murah. Program pendidikan 9 tahun merupakan

tujuan pembangunan pendidikan pada saat itu. Sistem kelulusan pada era sebelum

reformasi, khusunya pada era Orde Baru ditentukan berdasarkan nilai-nilai

EBTANAS yang kemudian juga sebagai indikator akan kualitas pendidikan pada

saat itu. Hal itu merupakan suatu langkah yang baik. Namun sayang hasil yang di

tunjukkan dari nilai akhir ebtanas bukanlah merupakan cerminan yang

seseungguhnya. Hal ini wajar karena pada saat itu banyak pihak sekolah yang

berupaya untuk melakukan suatu cara agar para siswanya lulus 100%. EBTANAS

yang tadinya ditujukan sebagai indikator hasil dari pendidikan hanya bisa

dijadikan alat untuk masuk ke jenjang sekolah yang lebih tinggi (perguruan tinggi

atau smp dan sma ). Oleh karena itu pihak perguruan tinggi melakukan

penelusuran minat dan bakat pada para siswa SMA dan ujian masuk perguruan

tinggi (SPMB). Sehingga dengan begitu kulitas yang dihasilkan dari pergurun

tinggi bisa terjamin kualitas akan kemampuannya.

Setelah mengalami era reformasi, sistem pendidikan di Indonesia tidak

jauh berbeda dengan periode sebelum reformasi. Pada masa setelah reformasi,

sistem pendidikan di Indonesia mulai beralih, yang awalnya sentralisasi menjadi

desentralisasi. Hal ini sesuai dengan keputusan UU No. 20 tahun 2003 tentang

sistem pendidikan nasional yang diatur sesuai dengan UU No. 32 tahun 2004.

Dalam hal ini, sistem pendidikan benar-benar menjadi tanggung jawab pemerintah

daerah dan hanya beberapa bagian saja yang menjadi tanggung jawab pemerintah

pusat. Seperti penentuan kurikulum dan standarisasi akan kelulusan. Pada era

setelah reformasi ini, sistem pemerintahan bergeser dari yang sentralisasi menjadi

1

Page 3: Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

desentralisasi. Jadi hal ini akan membawa pengaruh yang besar dalam dunia

pendidikan. Sistem pendidikan jauh lebih maju dan kesejahteraan para guru pun

lebih diperhatikan. Pada saat ini, anggran pendidikan sudah mencapai 20% dan

kesejahteraan guru sudah ditingkatkan melalui sertifikasi bagi para guru dan

dosen.

Dengan besarnya anggaran pendidikan sebesar 20% ini apakah kulitas

pendidikan menjadi semakin berkembang dan lebih baik? Seperti yang kita tahu

bahwa pendidikan yang ada sekarang ini biayanya cukup mahal meskipun ada

dana bantuan BOS, paket download buku gratis dan lain sebagainya. Biaya

pendidikan di Indonesia seperti kita ketahui tergolong sangat mahal. Sekolah

dengan kualitas yang baik hanya bisa dinikmati oleh orang-oreng yang

mempunyai dana lebih dalam membiayai pendidikan.

Jika saat era sebelum reformasi peningkatan pendidikan diwajibkan dan

berfokus pada pemberantasan buta aksara maka pada saat setelah reformasi ini

arah pendidikan kurang begitu jelas. Pemerintah mencanangkan sekolah gratis,

bantuan biaya sekolah, peningkatan fasilitas sekolah yang diharapkan bisa

meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan. Para guru diberi intensif yang

lebih baik agar para guru bisa meningkatkan kualitasnya dan pendidikan

diharapkan bisa menjadi lebih baik.

Namun, apa yang terjadi dalam kehidupan saat ini sungguh jauh dari

bayangan. Berdasarkan survei dari EFA (Education For All) dalam laporan yang

dikeluarkana oleh UNESCO tahun 2007, pendidikan di Indonesia mengalami

penurunan kualitas dan pergeseran kualitas jika dibandingkan dengan Malaysia.

Berdsarkan EDI (Education Development Index) posisi Indonesai mengalami

penurunan dari posisi 56 menjadi 62. Nilai total EDI mengalami penurunan dari

0,398 menjadi 0,395. Lain halnya dengan Malaysia yang mengalami kenaikan

posisi dari 62 menjadi 56. Oleh karena itu pemerintah berusaha dengan

meningkatkan kualitas pendidikan dengan berbagai macam cara termasuk

meningkatkan kesejahteraan pendidik (guru dan dosen). Namun, ada hal yang

patut disayangkan, para guru yang benar-benar mengabdikan dirinya di derah

pedalaman untuk pendidikan kurang begitu mendapatkan perhatian, sedangkan

2

Page 4: Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

guru-guru yang berada di kota mendapatkan perhatian yang lebih baik. Tidak

hanya itu saja, masyarakat yang tidak punya uang pun masih belum bisa

menyekolahkan anak-anaknya. Alasan yang diutarakan adalah adanya dana

sukarela yang dipungut oleh pihak sekolah dan mereka tidak bisa memenuhinya.

Banyak guru di pedalaman yang mengajar hanya di bayar dengan beras,

pisang, dan bahan makanan lainnya bahkan terkadang seorang kepala sekolah di

derah pedalaman harus menggunakan gajinya untuk biaya operasional sekolah.

Terkadang guru-guru di daerah pedalam harus mendatangi tiap rumah dan

membujuk para orang tua agar anaknya diperbolehkan sekolah. Salah satu contoh

adalah di Indonesia bagian timur khusunya di Sulawesi dan Irian Jaya, di sana

seperti yang kita ketahui ada industri pertambangan besar dan perkebunan

nusantara yang begitu besar dan memiliki omset yang cukup besar pula. Namun

jarak kurang dari 5 Km tersebut terdapat sekolah rakyat yang begitu tidak wajar

fasilitasnya dan para gurunya yang hanya digaji seadanya serta tingkat pendidikan

gurunya pun jauh dari standart kualitas guru yang berada di kota-kota. Tidak

hanya itu saja, setelah mengajar para guru-guru ini bisanya bekerja sebagai petani,

pedagang, bahkan ada yang menjadi pemulung dan tukang ojek. Sungguh ironi,

seorang guru sebagai seorang pendidik mengalami hal seperti itu.

Lantas apakah dengan sertifikasi guru dan dosen merupakan suatu ukuran

kuliatas yang bisa dipertanggung jawabkan mengenai kredibilitas seorang

pendidik? Karena saat ini banyak orang yang masuk ke sekolah keguruan karena

menurut mereka menjadi guru sekarang lebih mudah. Jadi sangat susah untuk

membedakan antara orang yang berprofesi menjadi guru karena pengabdian dan

karena hanya ingin menjadi seorang guru karena hanya sebatas pekerjaan saja.

Oleh karena itu rasanya rencana pembangunan pendidikan di Indonesia

harus ditata ulang dan lebih ditekankan lagi dalam pelaksanaanya. Oleh karena itu

semua dalam paper ini kelompok kami ingin mengetahui bagaimana rencana

pembangunan pendidikan di Indonesia sebelum dan sesudah era reformasi dan

bagaimana hasil dari kebijakan tersebut apakah sudah sesuia dengan sasaran? Dan

apa yang perlu diperbaiki ketika hal tersebut belum tepat sasaran.

3

Page 5: Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah rencana pembangunan pendidikan di Indonesia sebelum

dan sesudah reformasi?

2. Apakah selama ini hasilnya sudah sesuai dengan rencana? Jika belum

upaya apa yang harus dilakukan untuk mencapai rencana tersebut?

Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana rencana pembangunan pendidikan di

Indonesia.

2. Untuk mengtahui apakah sampai sejauh ini hasil yang dicapai sudah sesuai

dengan rencana yang dibuat atau belum.

3. Untuk mengetahui upaya apa saja yang harus dilakukan untuk

mewujudkan rencana pembangunan pendidikan tersebut.

Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah refrensi dalam ilmu pengetahuan.

2. Untuk mengetahui bagaimana rencana pembangunan pendidikan di

Indonesia.

3. Untuk mengetahui hasil yang dicapai dari rencana pembangunan di

Indonesia.

4

Page 6: Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Perencanaan Pembanguan pendidikan di Indonesia

Definisi Prencanaan

Perencanaan adalah suatu proses menetukan tindakan masa depan yang

tepat melalui serangkaian pilihan-pilihan yang ada.

Tujuan perncanaan Pendidikan :

a) Meningkatnya taraf pendidikan penduduk Indonesia melalui :

i. Peningkatan jumlah penduduk yang menyelesaikan

program pendidikan 9 tahun.

ii. Meningkatnya jumlah penduduk secara singnifikan yang

mengikuti pendidikan menengah.

b) Meningkatnya kualitas pendidikan.

c) Meningkatnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan

pembangunan.

d) Meningkatnya efektifitas dan efisiensi manajemen pelayanan

pendidikan. (RPJMN:286)

2. Pendidikan Dan Pembangunan Di Negara Berkembang

Pada negara berkembang sistem pendidikan sangat dipengaruhi oleh sifat,

ukuran, dan karakter proses pembangunan mereka. Peran pendidikan formal

tidak hanya sebatas memberikan materi-materi sekolah, namun lebih dari pada

itu. Sekolah atau lembaga pendidikan yang ada juga berfungsi sebagi

pembentuk karakter dan penanaman sikap pada para siswa.

Pada negara berkembang, banyak masyarakat terutama masyarakat miskin

yang menggantungkan harapan pada pendidikan. Menurut mereka semakin

tinggi tingkat pendidikan, maka semakin banyak sertifikat, sehingga semakin

mudah bagi mereka untuk mencarai pekerjaan. Mereka para masyarakat miskin

percaya bahwa pendidikan adalah suatu jalan untuk mengentaskan mereka dari

kemiskinan. Akibatnya banyak permintaan terhadap jumlah sekolah yang ada.

5

Page 7: Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

Namun sangat disayangkan adanya kelebihan supply ini tidak diimbangi oleh

adanya lapangan kerja yang memadai.

Pada negara berkembang, sistem pendidikan yang ada banyak disediakan

oleh pemerintah. Alasan penduduk negara berkembang untuk meningkatkan

kualitas pendidikan mereka adalah adanya ekspektasi agar mereka bisa

mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di sektor modern di masa yang akan

datang serta masa depan mereka terjamin. Adanya permintaan pada pendidikan

di sektor formal ini, menurut Michael Todaro dipengaruhi oleh: (i) perbedaan

tingkat upah, (ii) kemungkinan berhasil mendapatkan pekerjaan di sektor

modern, (iii) adanya biaya pendidikan yang bersifat langsung. Semakin besar

biaya pendidikan, maka permintaan akan pendidikan akan semakin turun dan

yang lain dianggap ceteris paribus, (iv) adanya biaya oportunitas, (v) adanya

variabel non-ekonomi seperti tradisi, budaya, status orang tua, pendidikan

orang tua, dan kekayaan yang dimiliki orang tua.

Pada negara sedang berkembang, pendidikan adalah hal yang penting

dalam pertumbuhan ekonomi. Dengan banyaknya tenaga ahli yang dihasilkan,

diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dalam perekonomian negara

tersebut. Pengaruh pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi dapat diketahui

melalui hal berikut :

Terbentuknya tenaga kerja yang produktif dan mempunyai

keahlian di bidang tertentu.

Adanya kesempatan kerja yang lebih luas dan ini berarti

memberikan peluang. Misalnya, bagi guru untuk memperoleh

pendapatan, bagi para pecetak buku mereka bisa mendapatkan

pesanan akan buku, dan begitu pula dengan industri seragam

sekolah dan industri lain yang berhubungan dengan perlengkapan

sekolah.

Adanya kesempatan bagi para penduduk pribumi untuk

menduduki posisi yang penting dan startegi di sektor modern yang

ditinggalkan oleh tenaga asing ke negaranya.

Penyediaan pelatihan dan pendidikan pemberantasan buta huruf

dan pelatihan keterampilan gunan meningkatkan kekreatifan

6

Page 8: Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

masyarakat agar bisa menghasilkan produk yang berkualitas dan

laku di pasaran.

Menurut Michel Todaro dalam bukunya, disebutkan bahwa sistem

pendidikan di banyak negara berkembang tidak memperhatikan kemerataan.

Hal ini dikarenakan: (i) biaya dasar untuk sekolah dipandang lebih tinggi untuk

anak golongan miskin jika dibandingkan dengan anak golongan orang kaya,

(ii) manfaat yang diharapkan justru lebih rendah bagi anak didik yang miskin.

Ketidakmerataan itu sebenarnya belum seberapa jika dibandingkan pada

pendidikan tingkat universitas. Kebanyakan hanya golongan anak orang kaya

yang meneruskan pendidikannya di universitas dan seperti kita tahu bahwa

yang melanjutkan pendidikan di universitas adalah kebanyakan anak orang

kaya dan seperti yang kita tahu juga bahwa pemerintah juga memberikan

subsidi yang berasal dari dana APBN kepada universitas. Jadi disini ada

transfer of payment dari golongan miskin ke golongan kaya. Hal ini seperti apa

yang kita rasakan saat ini.

3. RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah)

RPJMN merupakan rencana pembangunan jangka menengah. RPJMN ini

dibuat berdasarkan Pereturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2005. Selain itu

RPJM ini dibuat dengan menimbangkan “bahwa untuk melaksanakan

ketentuan pasal 19 ayat 2 UU Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional sehingga presiden menetapkan RPJMN

ini. Dalam hal ini RPJMN yang digunakan adalah RPJMN tahun 2004-2009”.

RPJM ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program presiden

hasil pemilu. RPJMN ini juga merupakan pedoman bagi :

i. Para kementerian dan lembaga dalam menyusun Rencana Strategis

Kementrian atau Lembaga.

ii. Pemda dalam menyusun RPJMD dan pemerintah dalam menyusun

RKP.

iii. RPJMN ini juga merupakan satu kesatuan dan tak terpisahkan dari

peraturan presiden.

7

Page 9: Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

BAB III

METODOLOGI PENULISAN

Pendekatan Penulisan

Dalam paper ini pendekatan dalam penulisan yang digunakan adalah

pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dilakukan melalui studi literatur dan

analisis dari beberapa data sekunder yang didapatkan dan mempunyai korelasi

dengan tema dalam penulisan ini.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penulisan paper ini adalah data sekunder yang

didapatkan dari Statistik Indonesia, Departemen Keuangan Indonesia, Nota

Keuangan Indonesia. Data yang digunakan adalah data pada tahun 1994 –

2009.

Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dalam penulisan paper ini

adalah melalui studi kepustakaan (Library Study), yaitu dengan mempelajari

literatur-litaratur yang berkaitan dengan permasalahan yang akan ditulis

kemudian dihubungkan satu sama lainnya sehingga dapat diperoleh hasil

yang membantu dalam menjawab permasalahan yang ada. Literatur-litertur

yang digunakan adalah jurnal- jurnal yang berhubungan permasalah

perencanaan pembanguna pendidikan di Indonesia baik itu berupa jurnal-

junal, buku-buku bacaan dan beberapa artikel yang di dapatkan dari internet

maupun perpustakaan.

8

Page 10: Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Rencana Pembangunan Pendidikan Sebelum Reformasi

Pada era orde lama perencanaan pembangunan dilakukan guna mengejar

ketertinggalan kita pada dunia luar. Perencanaan pembangunan pada saat itu

hanya berorientasi pada peningkatan kualitas. Pada saat itu para pendidik hanya

berorientasi pada pendidikan dan kualitasnya, belum berorientasi pada materi.

Pada saat itu ujian-ujian dilakukan secara terpusat dan benar-benar

memperhatikan kualitas. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, pada saat itu

di bangun universitas di setiap provinsi. Di Yogyakarta dibangun UMG, di Jakarta

didirikan UI, di Surabaya didirikan UNAIR, di Bandung didirikan ITB, dan di

Bogor didirikan IPB. Propinsi yang berada di luar pulau Jawa saat itu belum

dibangun universitas. Hal ini dikarenakan masih belum adanya kesiapan dosen-

dosen dan semakin turunnya sarana dan prasarana penunjang kegiatan akademik.

Pada akhir periode ini sistem pendidikan di Indonesia mulai mengalami

kemerosotan.

Pada era orde baru, guna meningkatkan kualitas pendidikan pemerintah

mencanangkan pendidikan dalam repelita. Pada masa orde baru ini, perencanaan

pembangunan lebih menekankan pada program wajib belajar 9 tahun. Sebagai

penunjang terlaksanakannya rencana tersebut, pemerintah membangun sekolah-

sekolah INPRES hampir di semua daerah, khususnya daerah pedesaan agar

mereka tetap terjangkau oleh pendidikan.

Dalam upaya peningkatan mutu kualitas, pemerintah membuat suatu

kebijakan yang dinamakan EBTANAS yang merupakan salah satu syarat

kelulusan. Segala sistem, peraturan dan, kurikulum pada saat itu sepenuhnya

kuasa pemerintah pusat. Jadi saat itu kebijakan sistem pendidikan masih

sentralisasi. EBTANAS yang pada awalnya merupakan tolak ukur pendidikan

ternyata merupakan beban bagi pendidikan saat itu. Oleh karena itu, EBTANAS

hanya dijadikan sebagai indikator palsu. Hal ini dikarenakan pada saat itu setiap

sekolah berusaha meluluskan semua siswanya.

9

Page 11: Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

Setelah mengetahui bahwa mutu pendidikan mualai turun, akhirnya

perencanaan pembangunan di bidang pendidikan mulai agak sedikit berubah.

Perguruan tinggi mulai menetapkan cara penelusuran minat dan bakat para siswa

SMA guna mendapatkan kualitas pendidikan yang lebih baik. Dalam perencanaan

pembangunan pendidikan, pada masa ini mulai muncul universitas-universitas

swasta. Kemunculan universitas swata ini pada akhirnya menurunkan kualitas

universitas negeri. Hal ini dikarenakan universitas swasta mampu bersaing secara

sehat dengan universitas negeri yang lebih dulu ada.

Berdasarkan GBHN tahun 1999-2004 rencana pembangunan pendidikan

di Indonesia adalah :

1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan dalam memperoleh

pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju

terciptanya manusia Indonesia berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran

pendidikan secara berarti.

2. Meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan

jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga tenaga pendidik

mampu berfungsi secara optimal terutama dalam peningkatan pendidikan

watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa lembaga dan

tenaga kependidikan.

3. Melakukan pembaharuan sistem pendidikan termasuk pembaharuan

kurikulum, berupa diversifikasi kurikulum untuk melayani keberagaman

peserta didik, penyusunan kurikulum yang berlaku nasional dan lokal sesuai

dengan kepentingan setempat, serta diversifikasi jenis pendidikan secara

profesional.

4. Memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah

sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan, serta meningkatkan

partisipasi keluarga dan masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana

memadai.

5. Melakukan pembaharuan dan pemantapan sistem pendidikan nasional

berdasarkan prinsip desentralisasi, otonomi keilmuan, dan manejemen.

10

Page 12: Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

6. Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh

masyarakat maupun pemerintah untuk memantapkan sistem pendidikan yang

efektif dan efisien dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni.

7. Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara terarah,

terpadu, dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh

seluruh komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara

optimal disertai dengan hak dukungan dan lindungan sesuai dengan

potensinya.

4.2 Rencana Pembangunan Pendidikan Setelah Reformasi

Pada masa setelah reformasi, antara tahun 1997-1998 merupakan masa

transisi dari sistem pemerintahan yang sentralisasi menuju desentralisasi. Pada

tahun 2000 sampai saat ini, sistem pemerintahan yang ada adalah sistem

pemerintahan desentralisasi. Perencanaan pembangunan pun dikelompokkan

menjadi tiga kategori, yaitu RPJPN (Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional), RPJMN ( Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional), dan

Rencana kerja pemrintahan. Pada saat ini perencanaan pembangunan, khusunya

bidang pendidikan disesuaikan dengan otonomi daerah masing-masing, tetapi

tetap dalam komando pemerintah pusat. Komando dari pemerintah pusat seperti

kurikulum pendidikan, standarisasi nilai, dan lain-lain. Berdasarkan RPJMN tahun

2004-2009 perencanaan pembangunan pasca reformasi dibagi menjadi sepuluh

program. Kesepuluh program yaitu :

Program Pendidikan untuk Anak Usia Dini

Program ini sudah banyak bermunculan, baik di kota-kota maupun

di desa-desa. Siswa program ini adalah anak sebelum masuk usia TK (2-4

tahun) dan usia TK (4-6 tahun). Program ini ditujukan untuk

mempersiapkan anak sebelum memasuki sekolah. Pada program PAUD

ini anak-anak mendapatkan pelajaran bernyanyi, belajar membaca,

mewarnai, dan mengenal angka. Adapun kegiatan pokok yang dilakukan

11

Page 13: Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

pemerintah adalah: (i) penyediaan sarana dan prasarana pendidikan; (ii)

pengembangan kurikulum yang mengacu pada perkembangan anak, ilmu

pengetahuan dan sosiala budaya; (iii) upaya sosialisasi kepada masyarakat

akan pentingnya program PAUD; (iv) serta melakukan monitoring,

evaluasi, dan pengawasan guna peningkatan kualitas PAUD.

Program Wajib Belajar Sembilan Tahun

Program ini merupakan kelanjutan dari program yang dicanangkan

oleh pemerintah pada masa orde baru. Program ini meliputi wajib belajar

pada tingkatan SD, SMP dan sederajatnya. Program ini lebih menitik

beratkan pada: (i) peningkatan partisipasi anak yang belum mendapatkan

layanan pendidikan dasar melalui paket A yang setara dengan SD, MI, dan

sederajatnya serta paket B yang setara dengan tingkat pendidikan SMP,

MTs, dan tingkat pendidikan lain yang sederajat; (ii) mempertahankan

kinerja yang dioeroleh dalam rangka penuruna angka buta huruf dan angka

tidak naik kelas; (iii) adanya penyediaan tambahan layanan pendidikan

bagi anak-anak yang tidak dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Program Pendidikan Menengah

Program kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan mutu dan

peningkatan pelayanan akses pada tingkat pendidikan menengah. Program

ini dilakukan pada tingkat pendidikan SMA, SMK, MA, dan kejar paket C.

Program ini dilakukan untuk mengantisipasi terhadap dampak suksesnya

program pendidikan sembilan tahun ini. Selain itu pada tingkat pendidikan

ini juga disiapkan pendidikan non-formal yang bertujuan untuk

memberikan keterampilan pada para sisiwa agar mereka mempunyai

keterampilan dan siap terjun di dunia kerja. Upaya yang diacanangkan

pemerintah antara lain: (i) peningkatan sarana dan prasarana pendidikan;

(ii) pengembangan kurikulum nasional dan lokal; (iii) penataan bidang

keahlian terutama di bidang kejuruan; (iv) penyediaan materi pendidikan

media pengajaran dan teknologi pendidikan; (v) pembinaan minat, bakat,

12

Page 14: Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

dan kreatifitas dengan cara memberikan perhatian pada siswa yang

berprestasi dan mempuyai keterampilan.

Program Pendidan Perguruan Tinggi

Program ini ditujukan untuk meningkatkan kemerataan bagi

masyarakat yang ingin menuntut ilmu ke jenjang yang lebih tinggi, baik

pada program diploma, sarjana, magister, spesiaslis, maupun doktor.

Adapun kegiatan yang dilakukan pemerintah pada program ini adalah: (i)

penyiapan calon pendidik dan tenaga pendidik yang benar-benar

berkualitas dan sesuai dengan standar; (ii) penyediaan sarana dan prasaran

yang memadai; (iii) kurikulum yang mengacu pada standar nasional

maupun internasional agar kita bisa bersaing dengan dunia luar; (iv)

peningkatan kerjasama perguruan tinggi dengan dunia usaha; (v)

penyediaan biaya operasional pendidikan dalam bentuk block grant atau

imbal swadaya bagi satuan pendidikan tinggi termasuk subsidi bagi para

mahasiswa yang kurang mampu dan berprestasi.

Program Pendidikan Non-Formal

Program pendidikan ini ditujukan kepada semua siswa dalam

rangka meningkatkan keterampilan mereka. Selain itu pendidikan ini

merupakan pelengkap dari pendidikan formal yang diterima oleh para

siswa. Pendidikan ini lebih menekankan pada penguasaan pengetahuan

dan keterampilan fungsional. Adapun langkah konkrit yang direncanakan

pemerintah adalah: (i) penguatan satuan lembanga pendidikan non-formal

seperti kursus-kursus; (ii) penyediaan sarana dan prasarana yang memadai

dan tenaga pengajar yang memadai pula; (iii) disediakannya biaya

operasional pendidikan serta subsidi bagi siswa yang kurang beruntung;

(iv) peningkatan pengendalian pelaksanaan pendidikan kesetaraan untuk

menjamin relevansi dan kesetaraan kualitasnya dengan pendidikan formal.

Program Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Pendidik

Program ini merupakan salah satu program yang populer di

pemerintaha SBY-JK. Adapun tujuan dari program ini adalah: (i)

13

Page 15: Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga pendidik dalam semua sistem

pendidikan baik itu formal maupun non-formal dengan suasana

pembelajaran yang menyenangkan dan dapat memberikan rasa nyaman

pada para siswa serta adanya pengabdian pada masyarakat; (ii)

peningkatan kuantitas dan kualitas, kompetensi dan profesionalisme

tenaga pendidik agar tingkat kemampuan yang dimiliki dalam penunjang

proses pendidikan lebih baik lagi.

Program Pendidikan Kedinasan

Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para pegawai negeri

atau calon pegawai negeri. Hal yang dicanangkan untuk mencapai hal

tersebut adalah: (i) pelaksanaan eveluasi pendidikan kedinasan terhadap

kebutuhan tenaga kerja departemen-departemen agar tercipta keefektifan

dan keefisiensian dalam pelaksanaan tugasnya; (ii) menaikkan standar

pendidikan kedinasan sesuai dengan standar profesi.

Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan

Program ini mempunyai tujuan utuk meningkatkan kebudayaan

membaca serta bahasa dan sastra pada masyarakat dan pada siswa-siswa

Indonesia. Adapaun rencana yang akan dilakukan untuk menempuh hal itu

adalah: (i) peningkatan dan perluasan pelayanan perpustakaan dan taman

baca masyarakat; (ii) pemantapan peraturan perundang-undangan tentang

sistem perpustakaan nasional; (iii) pemantapan sinergi antara perpustakaan

nasional, perpustakaan propinsi, perpustakaan Kabupaten / Kota, dan

perpustakaan lainnya pada satuan perpustakaan pendidikan dan taman

baca; (iv) peningkatan fasilitas penulisan, penerbitan, dan penyebarluasan

buku bacaan.

Program Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

Adapun rencana konkrit yang dilaksanakan untuk mendukung

program ini adalah: (i) peningkatan kualitas lembaga pendidikan dan

pengembangan pendidikan termasuk peningkatan kualitas SDM melalui

14

Page 16: Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

berbagai pendidikan dan pelatihan baik gelar maupun non-gelar; (ii)

pengembangan konsepsi pembaharuan sistem pendidikan nasional dan

memasyarakatkan teknologi dan program yang inovatif; (iii)

pengembangan jaringan penelitian pada lintas sektor dan lintas wilayah;

(iv) pengembangan jaringan pendataan dan informasi pendidikan secara

lintas sektor dan antar jenjang pada pemerintah pusat, provinsi, dan

kabupaten / kota.

Program Manajemen Pelayanan Publik

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas lembaga-

lembaga di pusat dan di daerah dengan mengembangkan pemerintahan

yang baik (good governance). Adapun hal konkrit yang dilakukan adalah:

(i) peningkatan kapasitas intitusi yang bertanggung jawab dalam

pembangunan pendidikan nasional untuk semua jenjang pemerintahan; (ii)

pengembangan sistem manajemen pendidikan secara terpadu dan holistik,

serta penerapan tata kelola satuan pendidikan yang baik, baik itu

pendidikan swasta maupun nasional; (iii) peningkatan efektivitas dan

produktivitas pemanfaatan sumber daya yang dialokasikan untuk

pembangunan pendidikan di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten / kota;

(iv) pengembangan kerjasama regional dan internasional dalam

membangun pendidikan.

4.3 Pendidikan Indonesia

Pendidikan Indonesia saat ini jika dibandingkan dengan negara lain

terutana negara kawasan Asia Tenggara, bisa dikatakan mengalami kemunduran

jika dibandingkan dengan Malaysia. Berdasarkan data hasil survei dari EFA

(Education For All) dalam laporan yang dikeluarkan oleh UNESCO tahun 2007,

pendidikan di Indonesia mengalami penurunan dan pergeseran kualitas jika

dibandingkan dengan Malaysia. Berdasarkan EDI (Education Development Index)

posisi Indonesai mengalami penurunan dari posisi 56 menjadi 62. Nilai total EDI

mengalami penurunan dari 0,398 menjadi 0,395. Lain halnya dengan Malaysia

15

Page 17: Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

yang mengalami kenaikan posisi dari 62 menjadi 56. Berikut urutan indeks

pembangunan pendidikan di Asia Tenggra

Tabel 1.1 Indeks Pembangunan Pendidikan di Asia Tenggara

NegaraIndeks

Pembangunan Pendidikan

Angka Partisipasi Pendidikan

Dasar

Angka Melek

Huruf usia 15 thn keatas

Angka menurut gender

Angka Bertahan

hingga kelas 5 SD

Brunei 0,965 0,969 0,927 0,967 0,995Malaysia 0,945 0,954 0,904 0,938 0,984Indonesia 0,935 0,983 0,904 0,959 0,895Vietnam 0,899 0,878 0,903 0,945 0,868Filipina 0,893 0,944 0,926 0,955 0,749Myanmar 0,866 0,902 0,899 0,963 0,699Kamboja 0,807 0,989 0,736 0,871 0,631Laos 0,750 0,836 0,714 0,820 0,630EFA Global Monitoring Report 2008 dalam Kompas 31 Desember 2007:14.

Namun berdasarkan data dari BPS Indonesia, jumlah tingkat partisipasi

pendidikan dari tahun ke tahun mengalami kenaikan, begitu pula pada jumlah

penderita buta huruf dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Hal ini dapat

dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1.2 Daftar tingkat partisipasi pendidikan dan buta huruf di Indonesia

Indikator 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005APK SD 107 108,04 107,6 108,1 107,68 107,21 105,99 105,82 107,13 106,63

APK SMP 70,46 74,17 73,14 76,08 77,62 78,1 79,81 81,09 82,24 82,09APK SMA 44,87 46,57 47,17 48,37 50,22 46,47 48 50,89 54,38 55,21APK PT 10,37 9,69 10,64 10,67 10,26 10,36 10,54 10,84 10,73 11,06ABH 10+ 12,65 10,93 10,58 10,21 10,08 10,73 9,29 9,07 8,53 8,09ABH 15+ 14,66 12,59 12,11 11,63 11,42 12,11 10,49 10,21 9,62 9,09ABH 15-44 tahun

6,89 5,54 5,15 4,63 4,5 4,78 3,75 3,88 3,3 3,09

ABH 45+ 34,54 31 29,74 28,83 28,54 30,31 26,84 25,43 24,87 22,83Sumber: BPS Indonesia tahun 1996-2005 AKP : angka pertisipasi kasar ABH: angka buta

huruf

16

Page 18: Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa dari tahun 1996 sampai

tahun 2005 jumlah angka buta huruf pada tingkat usia 10+ sampai tingkat usia

45+ mengalami penurunan kurang lebih 1% setiap tahunnya. Hal ini merupakan

wujud keberhasilan program pemberantasan buta huruf yang dicanangkan oleh

pemerintah baik pada era sebelum reeformasi dan sesudah reformasi. Selain itu,

berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa angka partisipasi kasar

mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 1999 angka ini mencapai

nilai yang tertinggi yaitu 108,10 persen namun pada tahun 2005 mengalami

penurunan sebesar 106,63 persen. Pada tingkat SMP, jumlah APK dari tahun ke

tahun mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasikan bahwa lebih banyak para

siswa yang menyelesaikan program pendidikan wajib 9 tahun. Untuk tingkat

pendidikan SMA jumlah partisipasi tingkat pendidikan meningkat, peningkatan

yang paling tinggi pada tahun 2005 sebesar 55,21%. Untuk tingkat pendidikan

Perguruan Tinggi, jumlah peserta didik yang mengikuti tingkat pendidikan ini

mengalami kenaikan dari tahun ke tahun meskipun pada tahun 2000 mengalami

penurunan sebesar 0,41%. Namun secara keseluruhan mengalami kenaikan

sebesar 11,06%.

Berdasarkan data yang didapatkan dari BPS jumlah partisipasi peserta

didik mengalami peningkatan dari tahun ke tahun pada berbagai tingkat

pendidikan. Pada angka buta huruf juga mengalami penurunan. Hal ini

menunjukkan bahwa program pemerintah bisa dikatakan sukses dalam

meningkatkan kuantitas jumlah peserta didik.

Pendidikan di Indonesia saat ini bisa dikatakan lebih bervariasi. Banyak

lembaga pendidikan yang bermunculan baik itu formal maupun non-formal.

Lembaga non-formal yang banyak bermunculan diantaranya lembaga krusus

bahasa asing, kursus dunia broad casting, fashion, make up, kuliner, dan lain

sebagainya. Lembaga ini banyak bermunculan untuk mengasah kemampuan dan

kekreatifan para peseta didik yang tidak mendapatkannya di sekolah. Pada saat

ini juga banyak bermunculan lembaga pendidikan swasta. Lembaga pendidikan

ini pada umumnya memiliki kualitas yang tidak kalah dengan lembaga pendidikan

yang dimiliki oleh pemerintah. Lembaga pendidikan swata yang muncul seperti

sekolah internasional yang bermunculan di Indonesia saat ini.

17

Page 19: Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

Saat ini pendidikan di Indonesia masih cenderung pada nilai rapor.

Sebagian besar para orang tua pun seakan setuju bahwa kepintaran anak hanya

diukur dengan rapor. Nilai yang berada di rapor terkadang bukan merupakan

jaminan bahwa anak tersebut mampu bersaing di dunia kerja. Seperti yang kita

tahu bahwa orientasi pendidikan di Indonesia adalah pada penciptaan tenaga kerja

yang berkualitas guna dipekerjakan sebagai tenaga kerja di sektor industri yang

sedang gencarnya dibangun oleh pemerintah. Namun pada saat ini, pemerintah

telah memberikan fasilitas dan arahan untuk menciptakan generasi muda yang

dapat membuat lapangan kerja sendiri melalui program kewirausahaan. Program

kewirausahaan saaat ini sedang gencar-gencarnya di lakukan oleh pemerintah di

tingkat universitas. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan generasi muda yang

lebih mandiri sehingga tidak tergantung pada pemerintah setelah lulus.

Disisi lain, pada saat ini meskipun pemerintah memberikan bantuan biaya

operasional sekolah seperti BOS, download buku gratis, SPP grastis untuk SD

dan SMP dan lain-lain, namun masih saja ada masyarakat yang masih belum

mampu menyekolahkan anaknya hanya karena tidak mampu membayar uang

sumbangan sekolah.

“Program BOS mencakup sekitar 41 juta siswa dengan rincian 62 persen berada pada jenjang sekolah dasar dan 38 persen pada pendidikan sekolah menengah pertama. Program BOS telah menyalurkan sebanyak Rp 5.3 triliun antara Juni–Desember 2005 dan selanjutnya Rp 11.12 triliun di tahun 2006, atau sekitar 25 persen dari keseluruhan anggaran pemerintah pusat untuk sektor pendidikan. Besarnya anggaran untuk setiap sekolah ditentukan oleh jumlah siswa, untuk sekolah dasar menerima Rp 235.000 (sekitar AS$25) per siswa per semester, dan siswa sekolah menengah pertama menerima Rp 324.500 (kira-kira AS$35). Dana BOS tersebut digunakan untuk menanggulangi biaya operasional sekolah dan sekolah pun diharapkan dapat menurunkan atau bahkan menghapuskan uang SPP (sumbangan pembinaan pendidikan). Dana BOS disalurkan secara langsung ke sekolah. Sekolah harus memiliki nomor rekening bank yang akan digunakan untuk menyimpan dana tersebut untuk mencegah terjadinya kebocoran, serta untuk meningkatkan transparansi (Dyah Rati:9).

Biaya pendidikan di Indonesia saat ini bisa dikatakan cukup mahal dan

pendidikan yang memiliki kualitas yang baik hanya bisa dinikmati oleh golongan

orang-orang yang punya dana lebih untuk pendidikan dan sebagian anak cerdas

18

Page 20: Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

dan berbakat dari keluarga miskin yang mendapatkan beasiswa. Seperti pada

SMA Negeri 2, SMA Negeri 5, dan SMA Negeri 9 Surabaya, SMA Negeri

1danSMA Negeri 3 Semarang, SMA Negeri1 Kebomas, dan SMA Negeri 1

Gresik, kebanyakan yang bersekolah di sekolah tersebut adalah golongan anak

orang yang mampu. Biaya per bulan untuk sekolah tersebut antara Rp 150.000 –

Rp 300.000 setiap bulannya. Sehingga disini akan muncul suatu gap dalam output

pendidikan.

Upaya pemerintah dalam memperbaiki sistem pendidikan sudah cukup

baik. Hal ini ditandai dengan lebih banyaknya fasilitas yang diberikan oleh

pemerintah untuk meunjang proses belajar mengajar di sekolah. Dari sisi

pendidik, pemerintah juga memberikan sejumlah kompensasi guna meningkatkan

kinerja para pendidik seperti gaji ke tiga belas serta sertifikasi yang baru-baru ini

diluncurkan oleh pemerintah.

4.4 Proporsi Biaya Pendidikan di Indonesia

Pada tahun 2008 besarnya dana pendidikan dinaikkan menjadi 20% dari

dana APBN. Jika nilai anggaran pendidikan sebesar Rp 78,5 triliun pada dua

tahun lalu, saat ini menjadi Rp 154,2 triliun pada 2008. Tambahan anggaran

pendidikan yang dialokasikan pada tahun 2009 depan tercatat sebesar Rp 46,1

triliun. Jumlah kenaikan anggaran pendidikan menurut menteri keuangan Sri

Mulyani sudah termasuk alokasi di Departemen Pendidikan Nasional,

Departemen Agama, dan dana alokasi umum (DAU) pendidikan di anggaran

pendapatan dan belanja daerah (APBD), serta dana alokasi khusus (DAK)

pendidikan, dana bagi hasil (DBH) pendidikan serta dana otonomi khusus (otsus)

pendidikan. Kenaikan anggaran pendidikan akan digunakan untuk merehabilitasi

gedung sekolah dan membangun puluhan ribu kelas dan ribuan sekolah baru.

Selain itu kenaikan anggran pendidikan ini juga digunakan untuk perbaikan

kesejahteraan dan kualitas kompetensi para guru.

Pada masa sebelum reformasi, berdasarkan nota keuangan jumlah alokasi

dana pendidikan pendidikan pada tahun 1994-1995 sebesar Rp 2.358.740.000.000

untuk dana pendidikan berupa unag dan Rp 209.010.000 berupa bantuan proyek

19

Page 21: Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

dan total alokasi dana untuk mendidikan sebesar Rp 452.300.000.000. Pada tahun

1995-1996 besarnnya total dana pendidikan yang diberikan Rp 3.359.207.000.

Pada tahun 1996-1997 besarnya dana pendidikan yang dialokasikan dalam bentuk

uang sebesar Rp 3.057.445.000.000 dalam bentuk bantuan proyek sebesar Rp

913.205.000.000 sehingga total dana yang diberikan adalah Rp

3.970.650.000.000. Pada tahun 1998-1999 besarnya dana pendidikan yang

dialokasikan Rp 3.341.629.000.000 yang berupa uang dan RP 2.133.611.900.000

berupa bantuan proyek, jadi total dana yang diberikan adalah Rp

5.475.240.900.000.

Setalah reformasi, pada tahun 1999-2000 besarnya dana untuk pendidikan

yang dialokasikan dalam bentuk uang sebesar Rp 4.818.705.800.000 dalam

bentuk bantuan proyek sebesar Rp 3.562.559.000.000, jadi total seluruh dana

yang dialokasikan adalah Rp 8.381.264.800.000 . Pada tahun 2000-2001 junlah

dana dalam bentuk uang yang dialokasikan sebesar Rp 2.628.015.000.000 dalam

bentuk proyek sebesar Rp 2.768.795.000.000 sehingga total dana yang

dikeluarkan adalah Rp 5.396.810.000.000. Pada tahun 2001 jumlah dana untuk

pendidikan dialokasikan sebesar Rp 9.1867,1 milyar. Pada tahun 2002 besarnya

dana yang dialokasikan sebesar Rp.9.186,7 milyar. Pada tahun 2003 besarnya

dana yang dialokasikan untuk pendidikan sebesar Rp 4.699,1 milyar.

Berdasarkan data yang diuraikan diatas dapat diketahui pada masa

sebelum reformasi besarnya dana yang dialokasikan cenderung meningkat dari

tahun ke tahun. Pada masa setelah reformasi dapat diketahui bahwa dan yang

dialokasikan untuk pendidikan besarnya meningkat dari tahun ke tahun.

Peningkatan ini merupakan salah satu indikasi adanya kepedulian pemerintah

dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, meskipun pada

kenyataannya kualitas pendidikan di Indonesia tetap jauh tertinggal jika

dibandingkan dengan negara lain. Oleh kerana itu dengan semakin bertambahnya

alokasi dana pendidikan seharusnya pendidikan di Indonesia harus lebih maju lagi

tidak tertinggal sperti saat ini.

4.5 Hasil Yang Dicapai Dalam Perencanaan Pendidikan

20

Page 22: Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

UNDP mengukur keberhasilan pendidkan berdasarkan tiga hal yaitu : (i)

angka melek huruf (ii) partisipasi sekolah dan (iii) lama bersekolah.

Tabel 1.3 Persentase Penduduk yang Buta Huruf Tahun 1996-2005

Indikator 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005ABH 10+ 12,65 10,93 10,58 10,21 10,08 10,73 9,29 9,07 8,53 8,09ABH 15 + 14,66 12,59 12,11 11,63 11,42 12,11 10,49 10,21 9,62 9,09ABH 15-44 6,89 5,54 5,15 4,63 4,5 4,78 3,75 3,88 3,3 3,09ABH 45+ 34,54 31 29,74 28,83 28,54 30,31 26,84 25,43 24,87 22,83

Sumber BPS Indonesia

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa besarnya persentase

penduduk yang buta huruf mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Untuk

penduduk berusia 10 thn keatas dari tahun 1996 -2005 besarnya prosentase

penduduk menurun dari tingkat 12,65% menjadi 8,09%. Pada kelompok usia

15thn keatas, jumlah penduduk yang mengalami buta huruf juga mengalami

penurunan dari 14,66% pada tahun 1996 menjadi 9,09% pada tahun 2005. Pada

penduduk yang berusia 15 tahun sampai 44 tahun yang mengalami buta huruf juga

menurun menjadi 3,09% pada tahun 2005 dari semula 6,89% pada tahun 1996.

Begitu pula pada penduduk berusia 45 tahun keatas. Keberhasilan program ini

tidak lepas dari usaha pemerintah dalam memberantas buta huruf.

Selain angka melek huruf, tingkat partisipasi sekolah juga salah satu

indikator berhasilnya suatu pembangunan pendidikan menurut UNDP. Berikut

data tingkat partisipasi sekolah :

Tabel 1.4 Tingkat Partisipasi Sekolah tahun 1996-2005

Indikator 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005APK SD 107 108,04 107,6 108,1 107,68 107,21 105,99 105,82 107,13 106,63APK SMP 70,46 74,17 73,14 76,08 77,62 78,1 79,81 81,09 82,24 82,09APK SMA 44,87 46,57 47,17 48,37 50,22 46,47 48 50,89 54,38 55,21APK PT 10,37 9,69 10,64 10,67 10,26 10,36 10,54 10,84 10,73 11,06

Sumber: www.bps Indonesia.go.id

berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa besarnya tingkat angka

partisipasi tingkat SD cenderung berfluktuatif. Tingkat partisipasi paling besar

pada tahun 1999 sebesar 108,1% dan terendah pada tahun 2003 sebasar105,8%.

21

Page 23: Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

Pada tingkat pendidikan SMP jumlah partisipasi terus mengalami kenaikan dari

tahun ke tahun. Pada tahun 1996 presentase partisipasi sekolah sebesar 70,46%

dan pada tahun 2005 sebesar 82,09%. Pada tingkat pendidikan SMU, tinggkat

pendidikan juga meningkat hal ini dapat dilihat pada tahun 1996 sebesar 44,87%

dan pada tahun 2005 sebesar 55,21%. Untuk perguruan tinggi, jumlah partisipasi

meningkat walaupun tidak cukup besar peningkatannya. Pada tahun 1996 sebesar

10,37% dan pada tahun 2005 sebesar 11,06 persen. Secara umum tingkat

partisipasi pendidikan cenderung naik, dan ini merupakan suatu indikator yang

cukup baik apalagi tingkat buta huruf juga mengalami penurunan. Salain tingkat

partisipasi sekolah, lama menjalankan sekolah pun merupakan salah satu indikator

atas keberhasilan pembangunan pendidikan menurut UNDP. Berikut data lama

partisipasi atau lama bersekolah:

Tabel 1.5 Lama partisipasi sekolah menurut jenis kelamin dan daerah

Jenis kelaminPerkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

2004 2005 2006 2004 2005 2006 2004 2005 2006Laki-laki(L) 9,3 9,4 9,48 6,6 6,5 8,53 7,8 7,8 9,00Perempuan(P) 8,2 8,4 6,68 5,5 5,5 5,72 6,7 6,8 6,20

L+P 8,8 8,9 7,92 6,0 6,0 6,97 7,2 7,3 7,44Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat, 2005 (19) dan BPS, Susenas dalam Statistik

Pendidikan, 2006 (57).

Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan dengan meningkatkan

pencapaian melek huruf dan partisipasi penduduk agar bersekolah bisa dikatakan

telah berhasil. Namun apabila dilihat dari rata-rata lama sekolah, kondisi

pendidikan Indonesia masih sangat memprihatinkan. Secara umum, rata-rata lama

sekolah yang masih pada kisaran 7,2 hingga 7,4 tahun selama tahun 2004 sampai

2006. Angka ini menunjukkan bahwa pendidikan dasar 9 tahun belum sepenuhnya

tercapai. Belum tercapainya target pendidikan dasar 9 tahun memang merupakan

permasalahan yang sangat penting. Penduduk laki-laki di wilayah perkotaan telah

menjalani pendidikan dasar 9 tahun, tetapi hal ini tidak sama dengan penduduk

laki-laki yang tinggal di wilayah pedesaan. Berdasarkan tabel diatas dapat

diketahui bahwa adanya disparitas antarwilayah kota-desa dalam hal lama

22

Page 24: Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

menjalani pendidikan. Daerah perkotaan mencapai hasil yang lebih tinggi untuk

angka rata-rata lama bersekolah dibandingkan daerah perdesaan.

Berdasarkan pada tabel dan penjelasan diatas, bisa dikatakan bahwa

rencana pembangunan yang dicanangkan pemerintah bisa dikatakan cukup

berhasil. Hal ini sebgaimana terlihat dari rendahnya angka penduduk yang buta

huruf, semakin meningkatnya angka partisipasi sekolah dan meningkatnya lama

penduduk dalam menjalani masa sekolah. Meskipun begitu ada hal yang harus

dibenahi oleh pemerintah yaitu masih tingginya angka disparitas dalam lama

mengenyam pendidikan antara penduduk kota dan desa. Sehingga dalam

perencanaan pendidikan selajutnya hendaknya pemerintah lebih memperhatikan

hal ini, agar program-progran atau rencana yang dicanangkan pemerintah dapat

berjalan dengan baik dan masyarakat desa bisa lebih menikmati pendidikan,

sehingga mereka tidak harus jauh-jauh ke kota untuk mengenyam pendidikan

yang lebih baik.

4.6 Upaya Yang Perlu Dilakukan Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan

Indonesia

Langkah-langkah untuk melakukan rekonstruksi pendidikan dalam rangka

membangun paradigma baru sistem pendidikan nasional yang lebih baik meliputi :

Pertama, pendidikan nasional hendaknya memiliki visi yang berorientasi

pada demokratisasi bangsa, sehingga memungkinkan terjadinya proses

pemberdayaan seluruh komponen masyarakat secara demokratis.

Kedua, pendidikan nasional hendaknya memiliki misi agar tercipta

partisipasi masyarakat secara menyeluruh. Dengan demikian, secara mayoritas

seluruh komponen bangsa ada dalam masyarakat menjadi terdidik. Pendidikan,

tidak hanya terfokus untuk penyiapan tenaga kerja, tapi lebih jauh dari itu harus

memperkuat kemampuan dasar pembelajar sehingga memungkinkan baginya

untuk berkembang lebih jauh sebagai individu, anggota masyarakat, maupun

sebagai warga negara dalam konteks kehidupan global.

23

Page 25: Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

Ketiga, substansi pendidikan dasar hendaknya mengacu pada

pengembangan potensi dan kreatifitas para peserta didik dalam totalitasnya yang

seimbang dan serasi.

Keempat, pada pendidikan dasar dan menengah perlu dikembangkan

sistem pembelajaran yang egaliter dan demokratis agar tidak terjadi

pengelompokan kelas atas dasar kemampuan akademik.

Kelima, pendidikan tinggi tidak hanya berorientasi pada penyiapan tenaga

kerja. Pendidikan tinggi, harus mempersiapkan dan memperkuat kemampuan

dasar mahasiswa untuk memungkinkan mereka berkembang baik secara individu,

anggota masyarakat, maupun sebagai warga negara dalam konteks kehidupan

yang global. (Suyanto, 2006: 18)

Keenam, kebijakan kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan nasional,

harus memperhatikan tahap perkembangan pembelajaran dan kesesuaian dengan

lingkungan, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, seni, serta

sesuai dengan jenjang masing-masing satuan pendidikan. (Hujair AH. Sanaky,

2003:158)

Ketujuh, dalam pembelajaran pada tingkat apa saja hendaknya dapat

mengaktualisasi enam unsur kapasitas belajar yaitu: (i) kepercayaan (confidence);

(ii) keingintahuan (curioucity); (iii) sadar tujuan (intensionality); (iv) kendali diri

(self control); (v) mampu bekerja sama (work together) dengan pihak mana saja;

(vi) kemampuan bergaul secara harmonis dan saling pengertian.

Kedelapan, pendidikan nasional hendaknya mendapatkan proporsi alokasi

dana yang cukup memedai (20% - 25% dari APBN dan APBD) agar dapat

mengembangkan program-program pendidikan yang berorientasi pada

peningkatan mutu, relevansi, efesiensi dan pemerataan. (Suyanto, 2006: 19-20)

Kesembilan, realisasi pendidikan dalam konteks lokal, diperlukan badan-

badan pembantu dalam dunia pendidikan antara lain dewan sekolah yang di

dalamnya harus ada unsur-unsur Pemerintah Daerah, perwakilan guru-guru, dan

juga tokoh-tokoh masyarakat serta para orang tua peserta didik. Dewan Sekolah

24

Page 26: Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

berperan untuk memberi masukan yang tidak hanya pada aspek material dan

kesejahteraan guru saja, tetapi harus masukan dalam berbagai aspek, termasuk

dalam perumusan, pembinaan, dan evaluasi misi, visi, dan substansi (kurikulum

lokal dll) pendidikan yang relevan dengan kebutuhan daerah masing-masing.

Kesepuluh, perlu menetapkan model rekrutmen pejabat pendidikan secara

professional, sehingga dapat diperoleh the right person in the right place,

bukannya the right person in the wrong place, atau lebih parah lagi, the wrong

person in the wrong place. (Suyanto, 2006:20)

BAB V

PENUTUP

Dari pembahasan di atas, dapat kita ketahui bahwa pada negara sedang

berkembang banyak masyarakat, terutama masyarakat miskin yang

menggantungkan harapan pada pendidikan, karena menurut mereka semakin

tinggi tingkat pendidikan, maka semakin banyak sertifikat, sehingga semakin

mudah bagi mereka untuk mencarai pekerjaan.

Pada era orde lama perencanaan pembangunan dilakukan guna mengejar

ketertinggalan kita pada dunia luar. Perencanaan pembangunan pada saat itu

hanya berorientasi pada peningkatan kualitas. Pada saat itu para pendidik hanya

berorientasi pada pendidikan dan kualitasnya, belum berorientasi pada materi.

Pada era orde baru, untuk meningkatkan kualitas pendidikan, pemerintah

mencanangkan pendidikan dalam repelita. Perencanaan pembangunan lebih

menekankan pada program wajib belajar 9 tahun dan sebagai penunjang

25

Page 27: Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

terlaksananya rencana tersebut, pemerintah membangun sekolah-sekolah INPRES

hampir di semua daerah, khususnya daerah pedesaan agar pendidikan dapat

dijangkau. Pada masa ini, kebijakan sistem pendidikan masih sentralisasi. Dalam

upaya peningkatan kualitas pendidikan, pemerintah menerapkan suatu kebijakan

yaitu EBTANAS sebagai salah satu syarat kelulusan. Namun, lama-kelamaan,

EBTANAS dhanya dijadikan sebagai indikatr palsu karena keinginan setiap

sekolah untuk meluluskan setiap muridnya.

Pada masa setelah reformasi, merupakan masa transisi dari sistem

pemerintahan yang sentralisasi menuju desentralisasi. Perencanaan pembangunan

pun dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu RPJPN (Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional), RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional), dan Rencana kerja pemrintahan. Perencanaan pembangunan khusunya

bidang pendidikan disesuaikan dengan otonomi daerah masing-masing, tetapi

tetap dalam komando pemerintah pusat (seperti kurikulum pendidikan,

standarisasi nilai, dan lain-lain). Berdasarkan RPJMN tahun 2004-2009

perencanaan pembangunan pasca reformasi dibagi menjadi sepuluh program,

yaitu:

Program Pendidikan untuk Anak Usia Dini

Program Wajib Belajar Sembilan Tahun

Program Pendidikan Menengah

Program Pendidan Perguruan Tinggi

Program Pendidikan Non-Formal

Program Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Pendidik

Program Pendidikan Kedinasan

Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan

Perpustakaan

Program Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

Program Manajemen Pelayanan Publik

Pendidikan di Indonesia saat ini jika dibandingkan dengan negara lain

terutama negara kawasan Asia Tenggara, bisa dikatakan mengalami kemunduran

jika dibandingkan dengan Malaysia. Namun berdasarkan data yang didapatkan

dari BPS jumlah partisipasi peserta didik mengalami peningkatan dari tahun ke

26

Page 28: Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

tahun pada berbagai tingkat pendidikan. Angka buta huruf juga mengalami

penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa program pemerintah bisa dikatakan

sukses dalam meningkatkan kuantitas jumlah peserta didik.

Daftar Pustaka

Arowolo, Oladele.Achieving the MDGs with Equity: Need for the Human Rights Based Approach, UNFPA (Contributed paper, at the Fifth African Population Conference: Arusha, Tanzania, 10-14 December, 2007).

Asrori, Wohib.2009.Paradigma Pendidikan Di Indonesia Pasca Reformasi Antara Mitos dan Realitas.

Cahyana, Ade, Indonesia 2010: Merubah Mitos menjadi Realitas Pembangunan.

Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004

http://www.bpsi ndonesia.go.id

http:// www. b apenas.go.id

http:// www .k ompas.com

http:// www. d epkeu.go.id

http:// www. d epdiknas.go,id

http://w or l d p re s s.com: Mutu Pendidikan Di Indonesia

Nomida Musnir, Diana.2000. Arah Pendidikan Nasional dalam Perspektif Historis, dalam Buku: Sindhunata [editor], 2000, Menggagas Paradigma

27

Page 29: Pendidikan Pra & Pasca Reformasi

Baru Pendidikan, Demokratisasi, Otonomi, Civil Society, Globalisasi, Kanisius, Yogyakarta.

Rahayu,Sri.2009.Reformasi Pendidikan Dasar Indonesia.

Ratih,diyah. Pembangunan Pendidikan Indonesia dan MDGs di Indonesia:Sebuah Refleksi Kritis.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2004-2009.

Subiantoro,Heru.2009.Kebijakan Fiskal: Nota Keuangan.Kompas:Jakarta.

Todaro,Michel.1995.Pemangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.Erlangga:Jakarta.

28