Pendidikan Multikultural

7
Tugas PENDIDIKAN MULTIKULTURAL “Cerita Wandiu-ndiu” Oleh: Arifatul Hidayah A1B3 13 118 Kelas C Semester 4 PROGRAM STUDI PGSD FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

description

cerita rakyat

Transcript of Pendidikan Multikultural

Tugas

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Cerita Wandiu-ndiu

Oleh:

Arifatul Hidayah

A1B3 13 118

Kelas C

Semester 4

PROGRAM STUDI PGSD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2015

Wandiu-Ndiu

Dahulu kala, di suatu kampung dekat pantai buton,tinggalah seorang janda miskin bersama tiga orang anaknya yang masih kecil-kecil. Untuk mencari nafkah sehari-hari, dengan terpaksa si ibu harus bekerja seorang diri. Pekerjaan yang dilakukan yakni mengumpulkan kayu bakar, kemudian dijual atau ditukar dengan benda-benda lain untuk keperluan hidup sehari-hari. Namun demikian, acapkali kebutuhan pokok untuk makan sehari-hari amat sulit terpenuhi termasuk menyediakan ikan untuk laut. Keadaan yang demikian menyebabkan si bungsu sehari-hari menangis tatkala anak makan karena tanpa ikan.

Suatu hari, si bungsu yang amat dikasihi oleh ibu dan kakaknya ini menangis tanpa henti dan merengek minta dihidangkan ikan. Berkali-kali kedua kakaknya, terlebih si ibu, membujuknya dengan berbagai cara. Upaya yang ditempuh tidak mampu meredakan tangisnya, bahkan justru sebaliknya. Karena si bungsu tetap menangis dan si ibu tak tega untuk membiarkan anaknya menangis, lalu si ibu berupaya mewujudkan permintaan anaknya dengan jalan mencari sendiri ikan dilaut.

Saat tiba di tepi pantai, si ibu lalu menceburkan diri ke laut, berenang, menyelam dan menyelam lagi untuk mengejar ikan-ikan di dasar laut hingga berhasil ditangkap. Setelah mendapatkan beberapa ekor ikan si ibu kembali ke rumah untuk menemui anak-anaknya yang telah menunggunya. Setibanya di rumah ikan tangkapan dibersihkan lalu dimasak untuk selanjutnya disantap bersama. Kegiatan mencari ikan di laut seorang diri telah merupakan tugas sehari-hari si ibu demi si bungsu yang amat dikasihinya.

Suatu waktu, si ibu yang telah dinanti-nantikan kedatangannya untuk membawa pulang ikan-ikan tangkapan tak kunjung tiba. Sementara itu si bungsu terus menerus menangis meminta lauk dari ikan dan ingin menyusu. Keesokan harinya si bungsu diajak oleh kedua kakaknya ke tepi pantai untuk menjemput ibu mereka.

Beberapa saat kemudian si ibu datang menghampiri anak-anaknya sambil memberikan beberapa ekor ikan. Kala itu si bungsu merengek minta di susui, sehingga si ibu yang sebagian tubuhnya masih terendam air harus naik ke darat, ketiga anaknya terperenjat menyaksikan tubuh ibu mereka yang telah berubah.

Perubahan itu tampak mulai dari kaki hingga lutut, yang telah bersisik dan telah membentuk ekor ikan. Melihat ibu mereka demikian, si ibu tetap menghibur ketiga anaknya dan menyusui si bungsu sambil menjanjikan akan kembali lagi membawakan ikan pada anak-anaknya. Usai menyusui si bungsu, lalu pamit pada anak-anaknya untuk kembali ke laut. Hari-hari berikutnya, si ibu mulai jarang datang menghampiri anak-anaknya ditepi pantai. Karena si ibu tak muncul-muncul juga, sementara si bungsu tetap menanyakan ibu mereka, juga minta disusui, maka si anak tengah berusaha menghibur si bungsu dan si sulung sambil berdendang syahdu di tepi pantai :

Wa inaa wandiyu-diyu

Mayi paasusu andiku

Andiku Lambatambata

Akaku Waturungkoleo

Artinya :

Wahai ibu wahai si duyung-duyung

Kemarilah susui adikku

Adikku Lambatambata

Kakakku WaturungkoleoBeberapa saat usai mendendangkan syair lagu dengan penuh perasaan dan harapan, lalu dengan penuh perasaan dan harapan, lalu muncullah si ibu dari dalam laut dengan wujud separuh manusia dan separuh ikan. Ketika muncul ke permukaan air, si ibu tidak lupa memberikan beberapa ekor ikan kepada anak-anaknya yang telah lama merindukannya.

Hari demi hari, bila ingin bertemu ibu mereka, dendangkan lagu Wandiyu-diyu lalu dilagukan. Akan tetapi bersamaan dengan perjalanan waktu, kian hari di setiap kemunculannya menemui anak-anaknya di tepi pantai, sisik-sisik yang menutupi tubuhnya semakin meluas hingga menutupi telinganya. Akibatnya sejak itu si ibu tak dapat mendengarkan dendang syahdu suara anak-anaknya dan tak mampu lagi mengijakkan kakinya ke darat kembali. Karena telah berubah menjadi seekor ikan duyung.

SEKIANKandungan dari Cerita Wandiu-Ndiu

Cerita di atas sebenarnya hanyalah sebuah cerita rakyat dari Buton yang diceritakan pada anak-anak kecil agar mereka menyayangi orang tuanya, serta mengajarkan agar anak tidak durhaka pada orangtuanya, selalu menyayangi ibunya dan tidak menyusahkan Ibunya, serta mensyukuri nikmat yang di berikan oleh Tuhan yang Maha Kuasa.

Dari cerita di atas, kita sadari juga bahwa begitu besar perjuangan seorang ibu kepada anaknya, lantaran kasih sayang yang tak terhingga kepada anaknya. Apapun rela dilakukan oleh ibu sekalipun itu dapat membahayakan dirinya demi anak yang dikasihinya. Ibu adalah orang yang telah melahirkan kita di dunia, dan yang selalu rela melakukan apapun demi kebaikan anaknya.Dari cerita ini juga sebenarnya sangat banyak muncul kata pemali di daerah Buton apa bila kita membentak orang tua kita dan melihat orang tua kita kerja namun kita hanya melihat tanpa membantu orang tua kita. Cerita ini juga mengajak kita untuk membayangkan bagaimana jika kita di tinggal oleh Ibu demi untuk kebahagiaan anak yang sangat dikasihinya dan demi untuk menghidupi anak-anaknya.