Pendidikan Melalui Seni (Kria) -...

26
Z. S. Soeteja, Pendidikan Melalui Seni Kria 1 Pendidikan Melalui Seni Kria Oleh Zakarias S. Soeteja* ) Seni Kependidikan dan non kependidikan Pendidikan melalui seni (education through arts) pada judul tulisan ini pada dasarnya merujuk pada konsepsi art education atau lebih dikenal sebagai seni yang digunakan dalam pendidikan atau seni sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan. Seni dalam kategori ini dikenal juga dengan istilah seni kependidikan, untuk membedakannya dengan kegiatan seni non kependidikan. Walaupun istilah yang terakhir lebih dikenal dikalangan perguruan tinggi eks IKIP yang berubah bentuk menjadi Universitas, dimana perubahan ini membawa konsekuensi pembukaan program studi non kependidikan. Istilah non kependidikan mungkin tidak terlampau tepat, karena memberikan kesan seolah-olah tidak bersifat mendidik padahal bagaimanapun juga penyelenggaranya tetap melalui suatu proses pendidikan. Istilah non kependidikan ini sebenarnya lebih tepat untuk menunjukkan posisi materi dan proses pembelajaran yang tidak mempersiapkan peserta didiknya untuk menjadi seorang pendidik (guru). Selanjutnya dalam tulisan ini, istilah seni kependidikan akan digunakan untuk menggantikan istilah pendidikan seni yang merujuk pada praktek pembelajaran seni dalam institusi pendidikan yang berorientasi pada pencapaian tujuan pendidikan secara umum. Dengan demikian nama cabang seni yang ditambahkan pada istilah seni kependidikan seperti seni rupa kependidikan, seni kria kependidikan, seni tari kependidikan atau seni musik kependidikan, secara otomatis

Transcript of Pendidikan Melalui Seni (Kria) -...

Page 1: Pendidikan Melalui Seni (Kria) - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPSD/JUR._PEND._SENI_RUPA/196707241997021... · kria, perbedaan cara penulisan ”kria” dengan ”kriya”, perbedaan

Z. S. Soeteja, Pendidikan Melalui Seni Kria 1

Pendidikan Melalui Seni Kria

Oleh

Zakarias S. Soeteja*)

Seni Kependidikan dan non kependidikan

Pendidikan melalui seni (education through arts) pada judul

tulisan ini pada dasarnya merujuk pada konsepsi art education atau lebih

dikenal sebagai seni yang digunakan dalam pendidikan atau seni sebagai

sarana untuk mencapai tujuan pendidikan. Seni dalam kategori ini

dikenal juga dengan istilah seni kependidikan, untuk membedakannya

dengan kegiatan seni non kependidikan. Walaupun istilah yang terakhir

lebih dikenal dikalangan perguruan tinggi eks IKIP yang berubah bentuk

menjadi Universitas, dimana perubahan ini membawa konsekuensi

pembukaan program studi non kependidikan. Istilah non kependidikan

mungkin tidak terlampau tepat, karena memberikan kesan seolah-olah

tidak bersifat mendidik padahal bagaimanapun juga penyelenggaranya

tetap melalui suatu proses pendidikan. Istilah non kependidikan ini

sebenarnya lebih tepat untuk menunjukkan posisi materi dan proses

pembelajaran yang tidak mempersiapkan peserta didiknya untuk menjadi

seorang pendidik (guru).

Selanjutnya dalam tulisan ini, istilah seni kependidikan akan

digunakan untuk menggantikan istilah pendidikan seni yang merujuk

pada praktek pembelajaran seni dalam institusi pendidikan yang

berorientasi pada pencapaian tujuan pendidikan secara umum. Dengan

demikian nama cabang seni yang ditambahkan pada istilah seni

kependidikan seperti seni rupa kependidikan, seni kria kependidikan,

seni tari kependidikan atau seni musik kependidikan, secara otomatis

Page 2: Pendidikan Melalui Seni (Kria) - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPSD/JUR._PEND._SENI_RUPA/196707241997021... · kria, perbedaan cara penulisan ”kria” dengan ”kriya”, perbedaan

Z. S. Soeteja, Pendidikan Melalui Seni Kria 2

menunjuk pada praktek pembelajaran seni seperti telah disebukan di

atas. Banyak pihak, khususnya ahli pendidikan dalam bidang seni,

mungkin kurang setuju dengan istilah “seni kependidikan” yang

digunakan dalam tulisan ini karena istilah “pendidikan seni” yang

dipadankan dari istilah “art education”dalam bahasa Inggris lebih umum

digunakan sebagai nama bidang studi atau kajian yang menunjukkan

praktek pembelajaran seni dalam dunia pendidikan.

Berkenaan dengan pokok bahasan dalam tulisan ini tentang

pendidikan melalui seni kria, maka seni kria kependidikan yang dimaksud

tidak lain adalah seni kria yang digunakan dalam praktek pendidikan

(pembelajaran) di sekolah umum sebagai sarana atau alat (tolls) untuk

mencapai tujuan pendidikan secara umum. Hal ini harus dibedakan

dengan tujuan penyelenggaraan pendidikan seni kria di sekolah-sekolah

kejuruan yang secara tegas mengupayakan lulusannya menjadi tenaga

ahli dalam salah satu bidang kekriaan. Sebagai sebuah alat (tolls) atau

sebagai medium untuk mencapai tujuan pendidikan secara umum, seni

kria kependidikan ini pada dasarnya lebih digunakan untuk

mengembangkan potensi kepribadian dan kecerdasan emosional peserta

didik dari pada potensi keterampilan berkarya seninya an sich. Dengan

kata lain dalam penyelenggaraannya di sekolah umum, para pendidik

lebih menekankan pada proses pembelajaran dari pada hasil.

Posisi ini secara paradigmatik mungkin saja menimbulkan

perdebatan bahkan di kalangan ahli pendidikan seni sekalipun. Hal in

terbukti dengan munculnya pandangan yang sedikit bertentangan

berkaitan dengan tujuan penyelenggaraan praktek pendidikan seni di

sekolah umum. Para penganut DBAE (Discipline Base Art Education)

menganggap penekanan pada pengembangan kepribadian dan kecerdasan

emosi peserta didik semata akan melemahkan perkembangan atau

mereduksi esensi seni sebagai sebuah disiplin ilmu. Perbedaan

pandangan ini tentunya berpengaruh terhadap bentuk penyeleng-

garaannya di sekolah. Menurut mereka pendekatan untuk

Page 3: Pendidikan Melalui Seni (Kria) - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPSD/JUR._PEND._SENI_RUPA/196707241997021... · kria, perbedaan cara penulisan ”kria” dengan ”kriya”, perbedaan

Z. S. Soeteja, Pendidikan Melalui Seni Kria 3

mengembangkan potensi kepribadian dan kecerdasan emosional jangan

sampai mengabaikan upaya untuk mempelajari disiplin ilmu seni.

Chapman (1978:17) mengemukakan pentingnya mempelajari ilmu

seni rupa di samping tujuan pengembangan pribadi. Para penganut

pendekatan ini berkeyakinan bahwa disiplin ilmu seni perlu di kuasai

oleh siswa dengan pendekatan yang sistematis. Isi pendekatan disiplin

seni kemudian diarahkan pada empat disiplin utamanya yaitu estetika,

sejarah, dan kreasi seni. Kurikulum yang digunakan disusun secara

sistematis dan berkelanjutan serta mengacu pada konteks lokal. Melalui

pendekatan ini anak diharapkan mampu menyerap dan menanggapi

berbagai aspek seni, mengapresiasi seni sebagai bentuk pengalaman

manusia yang penting, berkarya seni, memahami persoalan seni serta

menilai kualitas artistik.

Penyelenggaraan seni kependidikan di Indonesia bagaimanapun

juga dipengaruhi pemikiran pendekatan-pendekatan di atas. Sejak awal

penyelenggaraan praktek seni dalam pendidikan modern di Indonesia,

secara filosofis, penyusunan kurikulum seni kependidikan mengikuti

perkembangan tersebut. Khususnya seni rupa, praktek pembelajaran seni

kependidikan ini sangat diwarnai filosofi atau paragdima Seni Rupa

Modern Barat. Hal ini tidak bisa disalahkan karena sebagian besar pakar

(ahli seni dan pendidik seni) penyusun kurikulum seni rupa kependidikan

dibesarkan dalam tradisi ini. Walaupun dalam realitanya pelaksanaan di

sekolah nyaris tidak berubah secara signifikan. Para pendidik lebih

disibukkan dengan pengaturan materi dan alokasi jam pelajaran.

Pertanyaan mendasar, terlepas dari pendekatan apa yang dominan

dalam penyusunan kurikulum seni kependidikan ini, adalah untuk apa

dan mengapa seni diajarkan di sekolah umum? Jawaban dari pertanyaan-

pertanyaan inilah yang pada akhirnya mempengaruhi paradigma para

penyusun kurikulum seni kependidikan, para pendidik seni dan praktek

pembelajaran seni yang mereka lakukan sehari-hari di sekolah.

Berdasarkan jawaban ini pulalah kita dapat melihat keunikan (kalau

Page 4: Pendidikan Melalui Seni (Kria) - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPSD/JUR._PEND._SENI_RUPA/196707241997021... · kria, perbedaan cara penulisan ”kria” dengan ”kriya”, perbedaan

Z. S. Soeteja, Pendidikan Melalui Seni Kria 4

tidak mau disebut kerancuan) posisi seni kria dalam peta pendidikan

umum di Indonesia.

Kerajinan, Keterampilan dan Kria

Dalam perjalanan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia,

istilah ”kerajinan”, ”keterampilan” dan terakhir ”kria” muncul dengan

makna yang relatif berbeda tetapi dengan beberapa praktek yang nyaris

tidak berbeda bahkan persis sama. Persis seperti semboyan the three

muskaterrs ”one for all, all for one”, ketiga aspek tersebut ada dalam

praktek Seni Kria Kependidikan (SKK). Lihat saja judul mata pelajaran

Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) di Sekolah Dasar dalam kurikulum

2006 atau Kerajinan Tangan dan Kesenian (Kertakes/KTK) dalam

kurikulum 1994. “Kerajinan Tangan” berubah menjadi “Keterampilan”

dan “Kesenian” menjadi “Seni Budaya”. Pada tingkat sekolah menengah

(SMP dan SMA) posisi ini dipisahkan dalam dua mata pelajaran yang

berbeda yaitu mata pelajaran Seni Budaya dan mata pelajaran

Keterampilan. Jika pada tingkat SD antara keterampilan dan kesenian

seolah olah menjadi satu kesatuan, pada tingkat sekolah menengah

justru dipisahkan. Anehnya, beberapa materi dalam kesenian juga

terdapat dalam mata pelajaran keterampilan. Dalam mata pelajaran

keterampilan tersebut beberapa praktek atau materi yang terdapat

dalam mata pelajaran kesenian di sebut juga sebagai kerajinan. Dalam

kurikulum sebelumnya bahkan muncul pula istilah ”prakarya” yang

maknanya kurang lebih sama dengan kerajinan tangan.

Perbedaan orientasi menjadi salah satu sebab mengapa sebuah

materi pelajaran terdapat dalam dua mata pelajaran yang berbeda. Yang

satu lebih menekankan pada aspek apresiasi dan ekspresi sedangkan yang

lainnya lebih menekankan pada aspek keterampilan (vokasional).

Walaupun demikian, pada kenyataanya kesan tumpang-tindih dalam

prakteknya tetap terjadi. Kondisi ini bisa jadi merugikan bagi

perkembangan kria tetapi sekaligus juga menguntungkan. Dari segi

Page 5: Pendidikan Melalui Seni (Kria) - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPSD/JUR._PEND._SENI_RUPA/196707241997021... · kria, perbedaan cara penulisan ”kria” dengan ”kriya”, perbedaan

Z. S. Soeteja, Pendidikan Melalui Seni Kria 5

pemahaman mungkin saja membingungkan, tetapi dari segi praktek

justru menguntungkan karena alokasi waktu yang tersedia menjadi lebih

banyak. Atau sebaliknya dari segi pemahaman mungkin menguntungkan

karena disampaikan dalam dua mata pelajaran atau lebih, tetapi dari

segi praktek justru merugikan karena guru mereduksi hanya pada satu

mata pelajaran saja.

Harus diakui kondisi ini tidak terlepas dari tumbuh dan

berkembangnya konsep seni, kria dan kerajinan yang digunakan oleh

para pakar penyusun dan pengembang kurikulum seni kependidikan.

Bagaimana tidak, sebagian dari para pakar tersebut adalah juga para

praktisi dan ilmuwan yang dalam kesehariannya memiliki paradigma yang

berbeda terhadap ketiga konsepsi tersebut. Hal ini tidak dapat

disalahkan karena wacana yang melingkupi ketiga konsep tersebut sangat

terbuka untuk reinterpretasi. Dengan demikian tidaklah mengherankan

jika kita membaca naskah kurikulum seni kependidikan saat ini juga

sangat terbuka untuk ditafsirkan dan dikembangkan oleh guru.

Pengaruh pemikiran posmodern dalam dunia seni rupa yang

mendorong tumbuh dan berkembangnya pemikiran dan praktek seni rupa

Kontemporer menjadi salah satu faktor penting yang menyebabkan

konsepsi seni, kria dan kerajinan menjadi sangat terbuka. Berbagai

konsepsi memungkinkan untuk diterima atau ditolak secara argumentatif

logis bahkan secara intuitif sekalipun. Dalam berbagai seminar tentang

kria, perbedaan cara penulisan ”kria” dengan ”kriya”, perbedaan

penafsiran terhadap istilah ”kria” dengan ”kerajinan tangan”, ”seni

kria” dengan ”kria seni”, ”seni rupa Kontemporer” dengan ”kria

Kontemporer” adalah beberapa contoh peristilahan yang tidak kunjung

usai diperdebatkan. Padahal jawabannya seringkali sangat sederhana,

seperti pembedaan cara penulisan ”kria” dan ”kriya”, konon hanya

karena istilah ”kria” dianggap lebih irit dalam menggunakan huruf(?).

Dalam pembelajaran praktek seni kria di sekolah, perbedaan

paradigma dan konsepsi tentang kria ini mungkin tidak terlalu

Page 6: Pendidikan Melalui Seni (Kria) - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPSD/JUR._PEND._SENI_RUPA/196707241997021... · kria, perbedaan cara penulisan ”kria” dengan ”kriya”, perbedaan

Z. S. Soeteja, Pendidikan Melalui Seni Kria 6

mengemuka, tetapi dalam pembelajaran teori (apresiasi), perbedaan ini

menimbulkan dilematis bagi para guru yang menyampaikannya. Jika

disampaikan dikhawatirkan akan membingungkan peserta didik (karena

sebagian gurunya juga tidak paham), tidak disampaikan juga tidak

mungkin karena menjadi kewajiban materi dalam kurikulum. Sebagai

contoh adalah materi kria keramik, kria batik dan kria anyam. Ketiga

materi ini kerap muncul dengan bentuk yang nyaris sama dalam

pembelajaran seni rupa maupun keterampilan atau kerajinan.

Bagi para pendidik seni di sekolah, perbedaan pengertian

terhadap istilah-istilah tersebut sebenarnya dapat dijembatani dengan

domain yang menjadi tujuan pembelajarannya. Jika mata pelajaran

keterampilan lebih menekankan pada aspek psikomotor maka pelajaran

seni rupa (seni budaya) seyogianya lebih menekankan pada aspek kognitif

dan afektif. Artinya, kegiatan praktek dalam pembelajaran seni rupa

pada dasarnya lebih ditujukan untuk meningkatkan dan mendorong

potensi diri siswa di kedua wilayah tersebut. Hal ini sesuai dengan asumsi

dan konsepsi pendidikan melalui seni yang tidak menuntut siswa untuk

menjadi seorang perupa profesional. Adapun pengembangan minat dan

bakat seni rupa yang dimiliki siswa dapat dilakukan dalam kegiatan

kokulikuler atau ekstra kulikuler.

Pendidikan dan Seni Kria

Seperti telah diuraikan di atas, melihat kesejajaran konsepnya

dengan konsep seni kependidikan secara umum, maka seni kria

kependidikan pada hakekatnya merupakan proses pembentukan manusia

melalui seni kria. Pendidikan secara umum berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan setiap siswa (peserta didik) menemukan

pemenuhan dirinya (personal fulfillment) dalam hidup, untuk

mentransmisikan warisan budaya, memperluas kesadaran sosial dan

sebagai jalan untuk menambah pengetahuan. Tujuan seni kria

Page 7: Pendidikan Melalui Seni (Kria) - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPSD/JUR._PEND._SENI_RUPA/196707241997021... · kria, perbedaan cara penulisan ”kria” dengan ”kriya”, perbedaan

Z. S. Soeteja, Pendidikan Melalui Seni Kria 7

kependidikan seyogianya sejalan dengan fungsi dari pendidikan secara

umum tersebut. Program seni kria kependidikan di sekolah memfasilitasi

siswa menyediakan peluang untuk pemenuhan dirinya melalui

pengalaman apresiasi dan berkarya seni kria berdasarkan sesuatu yang

dekat dengan kehidupan dan dunianya (dunia siswa). Melalui seni kria

kependidikan, siswa dapat melakukan studi tentang warisan artistik,

memberikan pengetahuan tentang seni kria sebagai salah satu bentuk

yang paling signifikan dari pencapaian prestasi manusia. Demikian pula

dengan kesadaran terhadap peran sosial seni kria di masyarakat hal ini

sangat esensial ketika siswa akan mempelajari norma estetik yang

berlaku di lingkungannya. Dengan kata lain, siswa akan menemukan seni

kria sebagai sesuatu yang penuh arti, otentik dan relevan dalam

kehidupannya. Pengalaman siswa di sekolah diharapkan dapat memberi

inspirasi yang berguna bagi mereka untuk melanjutkan pendidikannnya

hingga menjadi mahluk dewasa. Tujuan pendidikan melalui program seni

kria akan memelihara perilaku tersebut sehingga menjadi lebih esensial

membentuk kemadirian belajar seumur hidup, walaupun tujuan jangka

pendek (di lingkungan sekolah) mungkin terfokus pada kegiatan belajar

untuk mempelajari tentang seni kria dan atau melalui seni kria.

1. Tujuan Dasar Seni kria kependidikan

Seni kria kependidikan di sekolah umum diberikan dengan berbagai

tujuan. Walaupun demikian, berbagai tujuan tersebut didasari oleh

keyakinan bahwa seni kria membentuk kepekaan siswa sejak pertama

kali mereka mengalaminya sebagai tanggapan untuk dan dalam

kehidupan. Dua buah model pengalaman tersebut (ekspresi dan

tangapan) adalah saling berhubungan dan saling melengkapi. Keduanya

merupakan keseimbangan yang penting dan dibutuhkan, menjadi tujuan

dasar seni kria kependidikan dalam rangka pemenuhan diri, pemahaman

Page 8: Pendidikan Melalui Seni (Kria) - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPSD/JUR._PEND._SENI_RUPA/196707241997021... · kria, perbedaan cara penulisan ”kria” dengan ”kriya”, perbedaan

Z. S. Soeteja, Pendidikan Melalui Seni Kria 8

terhadap warisan artistik dan studi aspek sosial untuk memahami peran

seni kria di masyarakat.

a. Pemenuhan diri (Personal fulfillment)

Untuk menemukan pemenuhan dirinya melalui seni kria, siswa

butuh belajar bagaimana kehidupan mereka dapat diperkaya dengan

berkreasi dan menanggapi bentuk-bentuk seni kria. Para siswa akan

menikmati manipulasi dan rekayasa berbagai material seni kria dan

dengan “bimbingan” mereka dapat memproduksi karya yang memiliki

kekuatan serta kejujuran ekspresi. Dalam pembelajaran seni kria

aktivitas ekspresi bebas dan keberhasilan yang untung-untungan harus

ditinggalkan karena hal tersebut sangat miskin dengan ukuran-ukuran

belajar. Pengalaman kreatif melalui media seni kria perlu di rencanakan

dengan seksama agar tidak menjadi eksperimen tanpa tujuan. Walaupun

anak memperoleh pengalaman sensasional dalam diri yang sangat kuat,

dari membentuk sesuatu, yang mengekspresikan sesuatu tentang dirinya,

menemukan ekspresi diri yang jujur dan asli tidaklah mudah. Anak

mungkin pada suatu saat akan mengalami sakit hati atau frustasi karena

ketidak mampuan untuk mengkomunikasikan apa yang dirasakan, dilihat,

diketahui dan dibayangkannya. Salah satu bentuk praktek seni kria yang

penuh kedisiplinan, ketelitian dan kehati-hatian dapat dijadikan sarana

untuk melatih ketahanan terhadap rasa sakit hati dan frustasi tersebut,

disamping potensi untuk membuat gagasan dan perasaan menjadi hidup.

Untuk berfungsi secara ekspresif (sebagai media ekspresi), bentuk dan

praktek seni kria harus dikreasikan agar menyerupai perasaan dan

imajinasi dari pengalaman yang berguna bagi pengembangan diri.

b. Memahami warisan artistik (Understanding the artistic heritage)

Seni kria kependidikan, khususnya kria tradisional, berpotensi

membangun kesadaran dan pemahaman anak terhadap warisan artistik

sebagai bagian yang signifikan dari warisan kebudayaan secara

Page 9: Pendidikan Melalui Seni (Kria) - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPSD/JUR._PEND._SENI_RUPA/196707241997021... · kria, perbedaan cara penulisan ”kria” dengan ”kriya”, perbedaan

Z. S. Soeteja, Pendidikan Melalui Seni Kria 9

keseluruhan. Hal itu termasuk tanggapan terhadap karya pengrajin dan

kriyawan baik masa lalu maupun masa kini, demikian pula kontribusi

orang-orang yang memelihara dan menginterpretasikan karya seni kria

seperti kolektor, kurator, kritikus, dan guru. Warisan artistik mungkin

tidak secara langsung memiliki arti personal untuk siswa kecuali hal

tersebut berkaitan dengan kehidupannya secara pribadi. Keterkaitan ini

haruslah eksplisit, fokus terhadap proses dan bersifat kontekstual,

sehingga tidak sekedar mengumpulkan dan menghafalkan fakta (sejarah)

seperti kronologis, nama, tanggal dan judul karya.

Benang merah yang menghubungkannya dapat terjadi bila disadari

bahwa siswa seperti juga masyarakat (pengrajin/kriawan) pada awalnya

menemukan banyak problem untuk memvisualisasikan gagasannya. Siswa

membangun ide dari pengalamannya sendiri, interpretasi gagasan dalam

bentuk visual dan menggunakan media dalam berkarya seni kria untuk

menemukan ekspresinya sendiri. Ketika hubungan ini terjadi, siswa tidak

hanya memiliki basis personal untuk membandingkan karya yang dibuat

oleh masyarakat tetapi juga menjadi alasan yang kuat untuk meyakini

bahwa tindakan mereka adalah asli seperti halnya karya seni. Tujuan

dari aspek ini sejalan dengan tujuan ekspresi komunal yang mempelajari

bagaimana masyarakat berkespresi dan mengkreasi gagasannya untuk

menghasilkan sebuah karya seni kria.

Siswa juga belajar warisan artistik masa lampau dari berbagai

sudut pandang orang-orang yang memiliki kemampuan dalam

menanggapi karya seni kria seperti kritikus, guru seni, kolektor atau

kurator. Mereka memberikan pengalaman bagaimana mendeskripsikan

dan menginterpretasikan karyaseni kria, mengartikan, mempersepsikan

dan memberikan penilaian terhadapnya. Selanjutnya siswa juga akan

belajar bahwa kegiatan berkarya seni kria bukan hanya untuk dirinya

sendiri tetapi juga untuk orang lain yang tertarik untuk menggunakan,

memiliki, melihat, mendengar atau menanggapinya. Melalui seni kria,

Page 10: Pendidikan Melalui Seni (Kria) - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPSD/JUR._PEND._SENI_RUPA/196707241997021... · kria, perbedaan cara penulisan ”kria” dengan ”kriya”, perbedaan

Z. S. Soeteja, Pendidikan Melalui Seni Kria 10

fungsi pakai mungkin menjadi salah satu aspek penting yang harus

dipertimbangkan siswa.

c. Memahami peran seni kria dalam masyarakat

Melalui seni kria kependidikan siswa diajak untuk memahami

peran seni kria dalam masyarakat. Seperti yang kita lihat, masyarakat

atau kebudayaan sebagian diidentifikasi melalui berbagai bentuk

kesenian yang dikreasikannya. Siswa dapat menjadi peduli terhadap

bentuk-bentuk kesenian tersebut sebagai makna yang kuat dari ekspresi

sosial, tidak hanya pada masyarakatnya sendiri, tetapi juga kebudayaan

dan bentuk kesenian pada masyarakat yang lain. Penggambaran aspek

sosial dari seni kria dapat menjadi dasar bagi siswa untuk memahami

lingkungannya.

Tujuan dari aspek pemahaman sosial dalam seni kria kependidikan

adalah mempelajari bagaimana bentuk-bentuk karya seni kria yang asli

dalam masyarakat, bagaimana kualitas sebuah karya seni kria mampu

mengekspresikan nilai sosial dan bagaimana media digunakan untuk

mengekspresikan nilai-nilai sosial tersebut. Dengan mempelajari

bagaimana masyarakat menanggapi bentuk-bentuk seni kria dalam

lingkungannya atau dalam kebudayaan lainnya, siswa dapat belajar

untuk menjadikannya sebagai kebiasaan untuk menghargai lingkungan

yang dekat dengan dirinya maupun lingkungan lain yang kurang

dikenalnya. Hal ini berarti memberikan keterampilan dasar untuk mampu

beradaptasi dalam berbagai lingkungan sosial.

Ekspresi dan tanggapan berkaitan erat dalam pengalaman seni.

Disamping untuk pemenuhan diri, memahami warisan artistik dan aspek

sosial seni kria dalam masyarakat, tujuan seni kria kependidikan harus

memfokuskan pula terhadap dasar proses pengembangan manusia yang

meliputi: pengembangan gagasan dan penemuan, penggunaan media,

persepsi, interpretasi dan penilaian terhadap karya seni kria itu sendiri.

Dasar proses pengembangan manusia ini melalui seni kria kependidikan

Page 11: Pendidikan Melalui Seni (Kria) - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPSD/JUR._PEND._SENI_RUPA/196707241997021... · kria, perbedaan cara penulisan ”kria” dengan ”kriya”, perbedaan

Z. S. Soeteja, Pendidikan Melalui Seni Kria 11

di sekolah di kembangkan untuk mendukung kemampuan-kemampuan di

luar seni kria, berintegrasi dalam berbagai area belajar lainnya.

Pembelajaran Seni kria Lintas Kurikulum.

Pokok pembelajaran melalui seni kria pada dasarnya menyertakan

pengembangan kompetensi lintas kurikulum (cross-curricular priority)

seperti literasi, kemampuan dalam matematika, lifeskills (kecakapan

hidup) dan membangun suatu perspektif terhadap masa depan.

1. Literasi (Literacy)

Literasi adalah suatu praktek sosial yang menggunakan bahasa

untuk berpikir dan membuat arti dalam kebudayaan. Praktek ini meliputi

pembacaan dan penulisan, berbicara dan mendengarkan, mengamati dan

membentuk, yang dikombinasikan dalam multimodal teks pada sebuah

wilayah konteks dimana berpikir kritis (critical thinking) juga dilibatkan

dalam praktek ini. Melalui pembelajaran literasi, para siswa mencari dan

dengan kritis menilai informasi serta membuat pilihan. Keterampilan

literasi ini berpotensi menjadikannya pebelajar yang mandiri

(independent learners). Literasi kritik dikembangkan dengan

mempertanyakan praktek-praktek budaya, sosial dan politis dalam

pembicaraan, tulisan, visual, pendengaran, kinestetik dan berbagai teks

yang berhubungan dengan seni kria. Para siswa mempelajari hubungan

antara konteks dan audiens dari semua teks itu. Para siswa mulai

memahami pengaruh literasi tersebut, bagaimana orang-orang

memandang diri mereka, identitas mereka dan lingkungan mereka serta

bagaimana semua itu tervisualisasikan dalam bentuk karya seni kria.

Para siswa menjadi literat terhadap sistem simbol yang digunakan di

dalam berbagai bentuk seni kria untuk menyampaikan makna

menggunakan teknologi yang tersedia saat ini dan di masa yang akan

datang.

Page 12: Pendidikan Melalui Seni (Kria) - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPSD/JUR._PEND._SENI_RUPA/196707241997021... · kria, perbedaan cara penulisan ”kria” dengan ”kriya”, perbedaan

Z. S. Soeteja, Pendidikan Melalui Seni Kria 12

Para siswa menggunakan keterampilan literasi untuk

mengkomunikasikannya dalam berbagai aktivitas seni kria. Mereka

menggunakan konvensi bahasa sesuai dengan aturan yang berlaku dan

belajar kosa kata seni kria yang spesifik untuk menginterpretasikan,

mengkomunikasikan dan menyelidiki pemikiran imajinatif, perasaan dan

pemahamannya. Para siswa belajar untuk mempertimbangkan tujuan dan

pembaca teks dan bagaimana pertimbangan tersebut mempengaruhi

pilihan mereka terhadap bentuk, kosa kata dan elemen-elemen

struktural lainnya. Ketika para siswa mengembangkan literasi kritisnya,

mereka akan mampu memperjelas gagasan, membenarkan pendapat dan

keputusan, mencari dan dengan kritis menilai informasi.

Para siswa akan memahami bahwa, sebagai konsumen dan

produsen, mereka saling berhubungan, memposisikan dirinya dan orang

lain dengan teks (karya seni kria). Pada waktu yang sama, seni kria

kependidikan memberikan kontribusi tertentu kepada pengembangan

literasi berbahasa. Awal pengalaman dalam representasi dunia fisik,

gagasan dan perasaan melalui gambaran, bunyi dan gerak memberikan

suatu kontribusi penting kepada pengembangan pemahaman yang

semakin abstrak dan penggunaan lambang dalam membaca dan menulis.

Menggabungkannya dalam aktivitas seni kria membantu siswa

mengembangkan konsep mereka, kapasitas untuk memfokuskan pada

hambatan bunyi, serta kepekaan terhadap pola dan irama. Selama

sekolah, melalui pelajaran seni kria para siswa dilibatkan untuk

menciptakan dan mengekspresikan gagasan dan perasaan setidaknya

dalam bentuk tulisan, percakapan dan visual secara terpisah, atau

dikombinasikan sebagai multi teks. Melalui pengalaman ini para siswa

mengembangkan kemampuan untuk mendengarkan dan melihat dengan

penuh perhatian dan untuk bekerja secara metafora. Mereka

mengembangkan kemampuan lisan, aural dan memori kinestetik dan

kepekaan terhadap kata-kata. Mereka mengeksplorasi berbagai format

Page 13: Pendidikan Melalui Seni (Kria) - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPSD/JUR._PEND._SENI_RUPA/196707241997021... · kria, perbedaan cara penulisan ”kria” dengan ”kriya”, perbedaan

Z. S. Soeteja, Pendidikan Melalui Seni Kria 13

ekspresi sebagai cara bagaimana membuat makna dan belajar untuk

mencari makna yang berlapis dalam teks.

Para siswa juga menjadi literat dalam sistem simbol berbagai

bentuk seni kria. Mereka belajar untuk mengkomunikasikan makna

melalui memilih, mengkombinasi dan memanipulasi tulisan, berbicara,

unsur-unsur visual, melalui indera pendengar dan kinestetik (seperti

warna, gestur, irama dan ruang) ke dalam format yang sesuai dengan

konteks tertentu. Para siswa menggunakan pengembangan pemahaman

mereka terhadap unsur-unsur dan bentuk dalam seni kria untuk

mengenali, menginterpretasi dan mengekspresikannya dalam kondisi

tertentu serta mengalaminya secara imajinatif.

Untuk mendorong, dan mencerminkan, pengalaman seni kria

berperan dalam pengembangan literasi, para siswa di latih untuk: (a)

bereksperimen dengan, menguji, mencerminkan dan menggunakan suatu

tingkatan bahasa, sistem simbol, format dan teknologi untuk

mengekspresikan gagasan, perasaan dan pengalaman mereka; (b)

mendekonstruksi, merekonstruksi, menginterpretasikan dan mengkrea-

sikan percakapan, tulisan, visual, kinestetik, auditori dan berbagai

perasaan yang terdapat dalam teks; (c) mengembangkan suatu kapasitas

untuk memahami berbagai makna yang bentuk dan pesannya

disampaikan secara terbuka atau tersembunyi; (d) mempertimbangkan

audiens dan tujuan dalam membangun, mempertunjukkan, mengatur dan

mencerminkan dengan kritis karya seni kria yang mempunyai suatu fungsi

komunikatif; (e) mengekspresikan, merundingkan, mengkonstruksi,

mengkomunikasikan dan menginterpretasikan makna dalam hubungan

dengan konteks budaya, sosial dan historis di mana karya seni kria

diciptakan dan dihadirkan; (f) menciptakan, menginterpretasikan dan

merekam tanda, notasi, gambar dan lambang yang digunakan dalam

berbagai disiplin seni kria dan (g) menerapkan pemahaman sebagai

partisipan di dalam teks seperti halnya pendengar, dan pembaca sebuah

teks.

Page 14: Pendidikan Melalui Seni (Kria) - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPSD/JUR._PEND._SENI_RUPA/196707241997021... · kria, perbedaan cara penulisan ”kria” dengan ”kriya”, perbedaan

Z. S. Soeteja, Pendidikan Melalui Seni Kria 14

2. Kemampuan dalam angka (Numeracy)

Kemampuan dalam angka meliputi disposisi dan praktek yang

dengan teliti, efisien dan wajar menghadapi tuntutan situasi sehari-hari

yang menyertakan nomor, jumlah, ruang, dan pengukuran. Keterampilan

dalam angka dikembangkan melalui seni kria seperti saat para siswa

memecahkan permasalahan dengan menerapkan teknik dan konsep

mengenai ruang dan perhitungan. Para siswa mendukung kemampuan

dalam matematika dengan menghadirkan motif-motif simbolik, objek-

objek khayal atau riil. Secara khusus, seni kria menggunakan visual,

konsep kinestetik dan temporal dari ruang serta pola angka. Penerapan

motif hias tradisional pada karya seni kria kerap kali menuntut

kemampuan dalam angka tersebut.

Dengan menggunakan, dan merefleksikannya dalam aktivitas seni

kria para siswa dapat mengembangkan kemampuan di dalam

matematika. Dengan demikian berpeluang untuk mengembangkan

pemahaman konsep bahwa seni kria dan matematika saling

membutuhkan dan saling melengkapi. Sebagai contoh, siswa mencoba

menggunakan konsep ukuran panjang, bentuk simetris, dan sistem

perbandingan atau pengukuran lainnya yang digunakan dalam budayanya

ketika beraktivitas seni kria. Menyatakan kemampuan dan kepekaan

terhadap angka melalui seni kria mungkin tidak terlihat secara langsung

sebagai kemampuan dasar dalam matematika. Secara praktis

keterampilan matematika digunakan dalam aktivitas seni kria berkaitan

dengan kegiatan perencanaan (desain), melalui hitungan, ukuran, grafik,

pemetaan dan mengkalkulasi atau saat mengidentifikasi, membuat dan

menggunakan pola serta urutan.

Page 15: Pendidikan Melalui Seni (Kria) - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPSD/JUR._PEND._SENI_RUPA/196707241997021... · kria, perbedaan cara penulisan ”kria” dengan ”kriya”, perbedaan

Z. S. Soeteja, Pendidikan Melalui Seni Kria 15

3. Kecakapan Hidup (Lifeskills )

‘Lifeskills’ atau kecakapan hidup adalah suatu istilah yang

digunakan untuk menguraikan gabungan pengetahuan, proses,

keterampilan dan sikap yang penting bagi orang-orang untuk berfungsi

pada kehidupan mereka sekarang atau saat menghadapi perubahan peran

hidup dan situasi di masa datang. Hal tersebut dapat dilakukan dengan

mengidentifikasi sedikitnya empat satuan lifeskills yang memungkinkan

para siswa untuk mengambil bagian dalam peran hidup. Lifeskills dan

hubungannya dengan peran hidup meliputi: (a) keterampilan

pengembangan pribadi—tumbuh dan berkembang sebagai individu; (b)

keterampilan sosial—hidup bersama dan berhubungan dengan orang lain;

(c) keterampilan mengatur diri sendiri—mengatur sumber daya dan (d)

keterampilan sebagai warga negara—menerima dari dan berkontribusi

kepada masyarakat lokal, nasional dan global. Dengan mengikutsertakan,

dan merefleksikannya dalam aktivitas seni kria, para siswa dapat

mengembangkan setiap kemampuan lifeskills ini pada situasi masyarakat

yang berbeda-beda.

a. Keterampilan Pengembangan pribadi (personal development

skills).

Melalui keterampilan ini para siswa diharapkan dapat

mengidentifikasi dan mengembangkan bakat dan minatnya, mengenali

kelemahan dan kekuatan individu, mengenali sudut pandang pribadi,

sikap, kepercayaan dan nilai-nilai, menyadari gagasan, gambaran dan

perasaan, mengembangkan pengetahuan, keterampilan, proses dan

kesadaran estetik serta mengembangkan kepercayaan dan keyakinan diri

sendiri.

b. Keterampilan Sosial (Social skills).

Keterampilan sosial diajarkan kepada para siswa agar dapat

bekerja dengan cara kerja sama dan kolaboratif ke arah sasaran bersama

serta mengkomunikasikan gagasan secara efektif di dalam maupun lintas

Page 16: Pendidikan Melalui Seni (Kria) - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPSD/JUR._PEND._SENI_RUPA/196707241997021... · kria, perbedaan cara penulisan ”kria” dengan ”kriya”, perbedaan

Z. S. Soeteja, Pendidikan Melalui Seni Kria 16

budayanya. Keterampilan ini membiasakan sikap untuk berbagi sumber

daya, mengembangkan dan menggunakan strategi mengatasi berbagai

konflik yang terjadi di masyarakat serta belajar dari kenyataan dan

situasi seperti kehidupan sebenarnya.

c. Keterampilan mengatur diri (Self-management skills).

Pendidikan dalam aspek ini mengajarkan para siswa untuk mampu

mengembangkan keterampilan metakognitif, mengambangkan pandangan

yang berbeda, pemikiran kreatif dan menerapkan strategi pemecahan

masalah. Para siswa juga dilatih untuk mengembangkan kesadaran yang

berhubungan dengan perasaan (sensory awareness) dan kemampuan

perseptual, membangkitkan, memanipulasi, menyimpan, menyajikan dan

mengakses informasi. Keterampilan mengatur diri diharapkan dapat

mengembangkan sikap kecenderungan untuk selalu mencoba sesuatu

yang baru, merumuskan tujuan dan mengembangkan jalan yang dapat

dikerjakan untuk merealisasikannya, mengambil nilai resiko sebagai

kesempatan belajar serta kemampuan mengatur sumber daya dengan

bertanggung jawab— pribadi, lokal, nasional dan global.

d. Keterampilan Kewarganegaraan (Citizenship skills).

Melalui keterampilan sebagai warganegara, para siswa dilatih

untuk mengakui adanya praktek budaya dalam bentuk seni kria dari

suatu lingkup masyarakat yang berbeda, membuat keputusan atas dasar

pemahaman dan penghargaan keanekaragaman budaya dan etika serta

mengembangkan keterampilan advokasi pada tingkatan kolektif maupun

pribadi.

4. Perspektif Masa depan

Suatu perspektif masa depan melibatkan praktek dan disposisi

yang mendorong ke arah identifikasi tentang kemungkinan, yang lebih

berpeluang dan lebih disukai individu untuk membagi bersama kehidupan

Page 17: Pendidikan Melalui Seni (Kria) - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPSD/JUR._PEND._SENI_RUPA/196707241997021... · kria, perbedaan cara penulisan ”kria” dengan ”kriya”, perbedaan

Z. S. Soeteja, Pendidikan Melalui Seni Kria 17

di masa depan. Suatu perspektif masa depan memimpin ke arah

pengertian yang mendalam dan pemahaman tentang pemikiran di depan

dan peran individu dalam menggolongkan, mengharapkan dan

menetapkan apa yang disukainya di masa depan. Para siswa dengan

suatu perspektif masa depan mempunyai suatu disposisi untuk

mengambil tanggung jawab keputusan dan tindakan yang dilakukannya.

Mereka diberdayakan untuk berpartisipasi secara optimis dalam proses

inovasi, recovery dan pembaruan sosial.

Pengetahuan dan pengertian yang mendalam tentang masa lalu

dan saat ini mendorong kearah pertimbangan konsekwensi tindakan

pribadi dan kolektif di masa depan. Konsep masa depan menyediakan

suatu basis untuk berpikir tentang, dan mengambil tanggung jawab

dalam membuat keputusan dan tindakan. Pendekatan perspektif masa

depan melalui seni kria kependidikan mendorong para siswa agar

mampu mengembangkan dan memprediksi masa depan lewat sudut

pandang pribadi melalui bentuk-bentuk, sistem simbol dan proses seni.

Para siswa diharapkan dapat berkembang dan bertindak dalam cakupan

kapasitas humanis, melalui imajinasi, intuisi dan pandangan ke depan

dengan mengeksplorasi dan meng komunikasikan persepsi tentang masa

depan

Melalui seni kria kependidikan para siswa di ajarkan unutuk

memahami dan empati dengan pesan-pesan yang mengkomunikasikan

perspektif masa depan pada karya seni kria masa lampau dan masa kini

dari berbagai kultur. Melalui seni kria kependidikan para siswa juga

belajar untuk memahami bagaimana karya seni kria yang mempengaruhi,

dan dipengaruhi oleh, lingkungan, konteks dan tujuan. Para siswa

menyelidiki konsekwensi dan dampak yang diakibatkan teknologi pada

individu, masyarakat global dan lokal, dan terutama lingkungan mereka

dengan tujuan untuk membayangkan dan menciptakan masa depan yang

lebih baik.

Page 18: Pendidikan Melalui Seni (Kria) - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPSD/JUR._PEND._SENI_RUPA/196707241997021... · kria, perbedaan cara penulisan ”kria” dengan ”kriya”, perbedaan

Z. S. Soeteja, Pendidikan Melalui Seni Kria 18

Prespektif masa depan yang di bangun melalui seni kria

kependidikan melatih siswa untuk mengembangkan dan menggunakan

pemikiran kreatif dan lateral, dalam pengambilan keputusan, pemecahan

masalah, refleksi, sehingga memperoleh pengertian mendalam yang

bersifat optimistik mencakup hal yang tak diduga atau diprediksi

sebelumnya. Kritis terhadap visi masa depan sebagaimana yang

diekspresikan dalam karya seni kria, menunjukkan kemampuan

membayangkan kontribusi diri mereka sendiri yang dapat mendukung

masa depan kehidupan budayanya.

Aspek Belajar dan Pelajar dalam Seni kria kependidikan

1. Belajar dengan Seni kria (Learning with Crafts)

Pembelajaran melalui seni kria meliputi segala hal yang berhubungan

dengan aspek perasaan dan estetika, aspek kognitif, fisik dan relasi

sosial.

a. Estetika dan belajar yang berhubungan dengan perasaan

Estetika dapat diuraikan sebagai pengetahuan yang berhubungan

dengan perasaan dan mengacu pada penggunaan pikiran untuk

belajar, merasa dan bereaksi terhadap ciptaan manusia dan

lingkungan di dalam seni kria. Pengalaman estetik meliputi aspek

produktif dan tanggapan termasuk aspek pertimbangan serta

pilihan. Para siswa dilibatkan dalam proses pemahaman tentang

perannya sebagai peserta belajar dan belajar di mana mereka

memilih unsur-unsur, komponen, konsep dan bentuk. Mereka

kemudian memilih, mengkombinasikan, memanipulasi,

mengerjakan lagi dan menekankan unsur-unsur ini untuk

menyatakan gagasan, perasaan dan makna tertentu.

Page 19: Pendidikan Melalui Seni (Kria) - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPSD/JUR._PEND._SENI_RUPA/196707241997021... · kria, perbedaan cara penulisan ”kria” dengan ”kriya”, perbedaan

Z. S. Soeteja, Pendidikan Melalui Seni Kria 19

Keterlibatan di dalam pengalaman seni kria mendorong siswa

untuk berinteraksi dengan aspek perasaan yang berhubungan

dengan dunia mereka. Akal sehat yang berhubungan dengan aspek

kognitif, secara fisik dan afektif, memungkinkan para siswa untuk

mengembangkan suatu pemahaman estetik dari kultur mereka

sendiri dan dari kultur yang lain. Para siswa bisa merasakan,

menikmati, bereaksi dan membuat pertimbangan tentang

pengalaman mereka serta mengembangkan diskriminasi dan

kesadaran yang berhubungan dengan perasaan mereka. Proses ini

berperan untuk mengkonstruksi sesuatu yang estetik secara

pribadi dan membantu perkembangan kesadaran kritis tentang

nilai-nilai estetik di dalam dan lintas budaya serta berbagai

kelompok sosial.

b. Belajar Kognitif

Belajar kognitif dalam seni kria bertujuan mengembangkan

keterampilan berpikir kompleks. Keterampilan ini merupakan

bagian penting dari aspek yang digunakan dalam semua disiplin

ilmu atau pada salah satu disiplin seni. Cara belajar ini

memungkinkan para siswa untuk mengembangkan kemampuan

intuitif, kreatif, imajinatif dan keterampilan riset untuk

memecahkan masalah. Keterampilan ini meliputi kemampuan

untuk merasa, meneliti, mencerminkan, membuat pertimbangan,

dekonstruksi dan mensintesis informasi dari berbagai sumber

untuk menghasilkan gagasan. Para siswa menjadi terbiasa dan

belajar untuk mengendalikan serta menggunakan, teknik, sistem

simbol dan proses yang merupakan aktivitas inti dari masing-

masing disiplin seni. Kemampuan ini secara integral mendukung

kepada tujuan pendidikan yang lebih luas dan sangat menonjol di

antara kemampuan kecakapan hidup dimana para siswa akan

memerlukannya.

Page 20: Pendidikan Melalui Seni (Kria) - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPSD/JUR._PEND._SENI_RUPA/196707241997021... · kria, perbedaan cara penulisan ”kria” dengan ”kriya”, perbedaan

Z. S. Soeteja, Pendidikan Melalui Seni Kria 20

c. Pembelajaran Fisik

Dimensi fisik dalam area pembelajaran seni kria berfungsi untuk

mengembangkan memori otot, keterampilan motorik kasar dan

halus. Dimensi ini mengembangkan pula kemampuan koordinasi

dan kesadaran mengenai ruang melalui pengalaman seperti

permainan, bergerak, mempertunjukan dan menggunakan

peralatan. Dimensi fisik merupakan aspek belajar yang penting

meliputi keikutsertaan dalam aktivitas praktis sesuai kemampuan

siswa, dimana para siswa tersebut memperoleh keterampilan fisik

dan teknik yang relevan dalam suatu disiplin seni. Pelajaran fisik

dapat juga melibatkan pengulangan dan praktek gerakan-gerakan

atau pola-pola tertentu untuk mengembangkan kemampuan

kontrol dan penguasaan.

d. Pembelajaran Sosial

Sebagai karya yang bersifat komunal, melalui seni kria masyarakat

dapat saling terkoneksi misalnya melalui kegiatan perayaan,

upacara adat dan upacara keagamaan. Ketika para siswa

mengambil bagian dalam praktek seni kria yang ada di

masyarakat, mereka mengembangkan suatu pemahaman tentang

dinamika masyarakat dalam konteks budaya, sosial, ekonomi dan

historis tertentu serta berbagi makna sosial yang diproduksi dan

dihargai oleh kelompok masyarakat tersebut. Melalui kegiatan dan

pengalaman ini, para siswa mengembangkan keterampilan

interaktif, kepercayaan sosial, pemahaman dinamika kelompok

dan kemampuan untuk bermusyawarah dalam kelompok ketika

mereka bekerja ke arah suatu tujuan bersama. Kegiatan ini akan

mendidik siswa untuk memahami perasaan mereka sendiri dan

orang lain, tanggapan secara emosional seperti halnya ketika

mereka terlibat dalam dan merefleksikan sebuah pengalaman

seni. Kondisi ini membawa mereka ada dalam situasi yang

memungkinkan untuk berempati dengan yang lain, berbagi

Page 21: Pendidikan Melalui Seni (Kria) - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPSD/JUR._PEND._SENI_RUPA/196707241997021... · kria, perbedaan cara penulisan ”kria” dengan ”kriya”, perbedaan

Z. S. Soeteja, Pendidikan Melalui Seni Kria 21

kegembiraan, mengenadalikan frustrasi dan mengekspresikan

perasaan dan gagasan ketika menciptakan produk seni kria.

2. Pendekatan yang berpusat pada pebelajar

Pendekatan yang berpusat pada pebelajar atau learner-centred

approach adalah suatu pendekatan kepada belajar-mengajar yang

memandang belajar sebagai konstruksi makna dan pengajaran yang aktif,

sebagai tindakan untuk memandu dan memfasilitasi belajar. Pendekatan

ini mempertimbangkan pengetahuan sebagai sesuatu yang secara konstan

mengubah dan membangun pengalaman utama. Suatu pendekatan

learner-centred menyediakan peluang bagi para siswa untuk berlatih

kritis melalui pemikiran kreatif dalam memecahkan masalah dan

mengambil keputusan. Pendekatan ini melibatkan penggunaan

keterampilan dan kemampuan memproses melalui daya ingat, aplikasi,

analisa, sintesa, ramalan dan evaluasi. Semua ini berperan untuk

peningkatan dan pengembangan pemahaman konseptual. Suatu

pendekatan learner-centred juga mendorong para siswa untuk

merefleksikan dan memonitor pemikiran mereka ketika mereka akan

membuat keputusan dan mulai bertindak.

Aktivitas dalam berkarya seni kria harus disesuaikan secara

konstan untuk menemukan kemampuan, kebutuhan dan minat individu

maupun kelompok siswa. Hal ini berarti menyediakan sejumlah waktu,

ruang atau material berbeda serta menawarkan tingkat dan jenis

dukungan yang berbeda pada para siswa. Sebagai contoh, karena sesuatu

hal yang secara geografis mengisolasi para siswa, fokus pembelajaran

mungkin pada aktivitas seni kria yang tidak memerlukan interaksi tatap

muka secara reguler dengan rekan sebaya. Para siswa diijinkan terlibat

dalam pengalaman seni kria dengan jalan berbeda atau aneka pilihan

yang dibuat dari berbagai bidang pilihan sedemikian rupa sehingga

pelajaran tetap relevan dan penuh arti. Mereka tetap mempunyai

Page 22: Pendidikan Melalui Seni (Kria) - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPSD/JUR._PEND._SENI_RUPA/196707241997021... · kria, perbedaan cara penulisan ”kria” dengan ”kriya”, perbedaan

Z. S. Soeteja, Pendidikan Melalui Seni Kria 22

berbagai peluang untuk mengambil bagian dalam aktivitas belajar

sehingga dapat mempertunjukkan apa yang mereka ketahui dan apa yang

dapat dilakukan dengan apa yang mereka ketahui. Pendekatan ini

melibatkan para siswa dan guru dalam perancangan pelajaran dan

penilaian yang memerlukan negosiasi dan bersifat fleksibel.

3. Kemitraan dengan Komunitas

Seni kria dapat menciptakan kebersamaan di antara para siswa,

anggota sekolah, masyarakat sekitar dan komunitas seni. Kemitraan ini

melibatkan siswa dalam pendekatan dengan banyak orang, pengalaman

dan konteks. Beberapa siswa dapat mengakses manfaat pribadi melalui

pengalaman seni kria yang ada di masyarakat seperti halnya pengalaman

belajar yang diciptakan di sekolah. Mengembangkan kemitraan dengan

pihak yang menawarkan keikutsertaan dalam berbagai program seni kria

memungkinkan untuk menghubungkan pelajaran di dalam sekolah dengan

realitas yang ada dimasyarakat. Kemitraan juga menyediakan peluang

untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang pendidikan dalam

dan melalui aktivitas seni kria.

Dengan asumsi sumber daya masyarakat dan sekolah berbeda,

aktivitas belajar siswa dapat diperkaya dengan membangun kemitraan

dengan orang lain pihak yang terlibat dalam seni kria. Orang tua,

anggota masyarakat, organisasi (asosiasi) kriawan, kriawan lokal, para

guru serta para pemilik dan pekerja industri kria dapat memberi

dukungan dengan berbagi kegiatan, pengalaman, keahlian, dan

keterampilan.

Kemitraan dengan komunitas dapat juga memperkaya aktivitas

pelajaran yang ditawarkan pada siswa dengan menyediakan akses ke

peralatan, fasilitas, industri, dan kegiatan seni kria di masyarakat.

Pengertian yang bermakna terhadap praktek seni kria dapat disajikan

melalui pengalaman kriawan dalam program sekolah, karya seni kria

Page 23: Pendidikan Melalui Seni (Kria) - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPSD/JUR._PEND._SENI_RUPA/196707241997021... · kria, perbedaan cara penulisan ”kria” dengan ”kriya”, perbedaan

Z. S. Soeteja, Pendidikan Melalui Seni Kria 23

yang asli dan “ruang” aktivitas seni kria di luar kelas, “ruang” publik dan

“ruang” virtual. Kegiatan ini berharga bagi para siswa dan anggota

masyarakat karena memiliki peluang untuk berinteraksi dan

berkolaborasi pada proyek seni kria dalam situasi belajar di kehidupan

nyata.

Penghargaan dan pemahaman tentang keaneka ragaman budaya

dan sifat alami saling berhubungan antara seni kria dan budaya

dieksplorasi dengan jalan yang penuh makna. Hal ini ditingkatkan

melalui representasi praktek seni kria dan kriawan tradisional yang lahir

dari budaya asli yang ada di masyarakat ke dalam lingkungan sekolah.

Kemitraan dengan masyarakat pedalaman dan penduduk asli misalnya,

menyediakan peluang belajar yang cukup esensial bagi siswa. Masyarakat

semacam ini umumnya mempunyai kultur dengan suatu orientasi lisan

dan pendekatan holistik kepada transmisi pengetahuan budaya. Ekspresi

dari identitas budaya, sejarah, hukum, hubungan dengan alam dan

sistem kekerabatan melalui suatu variasi makna artistik menyediakan

pengalaman belajar yang kaya bagi para siswa. Untuk menciptakan dan

memelihara kemitraan dengan masyarakat pedalaman atau penduduk

asli, pihak sekolah dan peserta belajar harus menghormati protokol dan

prosedur yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Efektivitas dari

proses pembelajaran melalui program kemitraan ini, dapat dilakukan

dengan mencari pembimbing (guidance) dari penduduk lokal, organisasi

dan anggota masyarakat yang relevan.

PENUTUP

Melalui paparan sederhana di atas dapat terpetakan peran dan

manfaat seni kria dalam dunia pendidikan umum. Terlepas dari

fenomena tumbuh dan berkembangnya penciptaan seni kria yang

mengarah pada produk pemenuhan kebutuhan praktis dan penciptaan

karya seni kria yang mengarah pada tujuan ekspresi pribadi, pada

Page 24: Pendidikan Melalui Seni (Kria) - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPSD/JUR._PEND._SENI_RUPA/196707241997021... · kria, perbedaan cara penulisan ”kria” dengan ”kriya”, perbedaan

Z. S. Soeteja, Pendidikan Melalui Seni Kria 24

dasarnya kedua orientasi ini dapat digunakan sebagai sarana pendidikan.

Kekayaan budaya kria tradisi yang dimiliki bangsa Indonesia seyogianya

merupakan kekayaan materi pembelajaran Seni Budaya yang dapat

dieksplorasi oleh para siswa maupun para pendidik seni di sekolah-

sekolah umum.

Menggunakan seni kria dalam pendidikan di sekolah umum tidak

saja berfungsi meningkatkan kemampuan praktis dalam berkarya seni

kria, tetapi seperti telah disampaikan di atas, memiliki pula potensi

laten untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi peserta didik secara

optimum menjadi manusia dewasa yang utuh. Kesadaran terhadap

kebermanfaatan seni kria dalam penyelenggaraan pendidikan umum ini

seharusnya secara eksplisit menjadi bingkai kurikulum dalam

penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan calon pendidik seni rupa di

Indonesia. Pada gilirannya para pendidik ini akan mentransformasikan

pengetahuannya kepada anak didiknya sehingga pencapaian tujuan

pendidikan untuk menjadikan manusia Indonesia seutuhnya yang

memiliki jati diri dan rasa keindonesiaan dan bukan lagi menjadi harapan

dan angan-angan semata.

Bandung, Agustus 2008

DAFTAR PUSTAKA

Boyd, Janis,“Myth, Misconceptions, Problems, and Issues in Arts Education” Quensland Studies Authority. terdapat dalam http://www.qsa.qld.edu.au/yrs1-10/kla/arts/pdf/rp_Jbyod.pdf. diakses 24 April 2004

Caldwell, Barbara A., dan Dake, Deniss M., (2000), “The Changing Face of Art Education” dalam School Arts Vol. 99 Maret 2000. Davis Publication Inc.

Page 25: Pendidikan Melalui Seni (Kria) - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPSD/JUR._PEND._SENI_RUPA/196707241997021... · kria, perbedaan cara penulisan ”kria” dengan ”kriya”, perbedaan

Z. S. Soeteja, Pendidikan Melalui Seni Kria 25

Chapman, Laura H., (1978), Approach to Art in Education, New York:

Harcourt Brace Jovanovich

Cunliffe, Leslie, (1998), “Art and Art Education As A Cognitive Proses and the National Curriculum”, dalam Burden, Robert dan Williams, Marion, (ed.), 1998, Thinking Through The Curriculum, USA, Kanada: Routledge.

De Bono, Edward, (1991), Berpikir Lateral, Sutoyo (terj.), Jakarta: Erlangga.

Dorn, Charles M., (1993), “Art as Intelligent Activity”, dalam Jurnal Arts Education Policy Review. Vol. 95. Issue. 2 1993.

Duncum, Paul, 2001, “Theoretical Foundations for an Art Education of Global Culture and Principles for Classroom Practice” dalam International Journal of Education and The Arts V.2 No. 3 10 Juni 2001.

Emery, Lee, (1998), “The Arts”, A Statement On the Arts As A Key Learning Area Of The School Curriculum, Paper Prepared for Queensland School Curriculum Council, Department Of Language, Literacy and Arts Education the University Of Melbourne.

Feeney, Stephanie, (2002), “Art as a Way of Learning [TM]: Exploration Learning”, dalam Jurnal Childhood Education Vol.72, Issue.2, Association for Children Education International.

Ferguson, Winnie J. dan Owen, Luisa L., (1993), “Art Appreciation: The Learning Disabled Look, Talk and Create”, dalam Majalah School Arts, Volume 92. No. 9, May 1993, Davis Publication Inc 1993.

Johnson, Mia, (1997), “Teaching Children to Value Art and Artists”, dalam Jurnal Phi Delta Kappan. Vol. 78, Issue.6, Phi Delta Kappan 1997.

Kavolis, Vytautas, History On Art’s Side Social Dynamic In Efflorescences, Cornel University Press, Itacha, New York, 1972.

Perrin, Stephanie, (1994), “Education in the Arts Is an Education for Life” dalam Jurnal Phi Delta Kappan. Vol. 75, Issue.6, Phi Delta Kappan 1994.

QSCC, (2002), The Arts, Year 1-10 Syllabus, Quensland: QSA Quensland, tersedia dalam http://www.qsa.edu.au/yrs1-10/kla/arts/pdf. di akses 27 April 2004

Read, H. (1958) Education Through Art. London: Faber and Faber

Wachowiak, F and Clements R., (1993). Emphasis Art, A Qualitative Art Program for Elementary and Midle Schools. Fifth Edition. New York: Harper Collins College Publishers.

Page 26: Pendidikan Melalui Seni (Kria) - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPSD/JUR._PEND._SENI_RUPA/196707241997021... · kria, perbedaan cara penulisan ”kria” dengan ”kriya”, perbedaan

Z. S. Soeteja, Pendidikan Melalui Seni Kria 26

Yampolsky, P. (2001) “Konsep Pendidikan Apresiasi Seni Nusantara”.

Makalah, disampaikan pada Seminar dan Lokakarya Nasional Pendidikan Seni 18-19 April 2001 di Jakarta.

*) Zakarias S. Soeteja, S,Pd., M.Sn., alumni Pendidikan Seni Rupa UPI

dan Program Pascasarjana ISI Yogyakarta, Staf Pengajar Jurusan

Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas

Pendidikan Indonesia.