Pendidikan Kaum Marjinal Mei Agt 2013

download Pendidikan Kaum Marjinal Mei Agt 2013

of 74

Transcript of Pendidikan Kaum Marjinal Mei Agt 2013

  • Posko Anti DO Bakal Dibuka8

    Anak Miskin Bisa Belajar di Sekolah Favorit..13

    Penerima Bantuan Siswa Miskin Ditambah26

    BOSM Rp 1 Juta Per Siswa Setahun44

    6.800 Anak Usia SMP tak Bisa Lanjut ke SMA62

    Pendidikan Kaum Marjinal

    Periode :

    Mei - Agustus 2013

    Data Center

    Divisi Pendidikan

    Dompet Dhuafa

    Jl. Raya Parung Bogor KM 42,

    Ds. Jampang, Kec. Kemang,

    Kab. Bogor 16310, Jawa Barat

    Telp. 0251-8612044

    Fax. 0251-8615016

  • NO JUDUL ARTIKEL PENULIS SUMBER HARI TANGGAL1 30 Ribu Anak di Bogor Terancam Putus Sekolah Aldian Wahyu Ramadhan Republika Rabu 01/05/13

    2 Bangunan Sekolah MTs Muslimin Memprihatinkan A-186/A-89 Pikiran Rakyat Rabu 01/05/13

    3 Kemenag Siapkan 3,1 Juta Beasiswa untuk Siswa Madrasah Amri Amrullah Republika Rabu 01/05/13

    4 Ribuan Ruang Kelas di Cianjur Rusak Berat Taufik Rachman Republika Rabu 01/05/13

    5 Kepala Sekolah Berkantor di Kamar Kecil Ahmad Fikri Antara Kamis 02/05/13

    6 Kerusakan RKB di Kabupaten Sukabumi di Bawah 20 Persen A-193/A-89 Pikiran Rakyat Kamis 02/05/13

    7Pemkot Bekasi Terus Berupaya Meningkatkan APK Anak

    Usia Sekolah di WilayahnyaA-184/A-89 Pikiran Rakyat Kamis 02/05/13

    8 Posko Anti DO Bakal Dibuka Riana Afifah Kompas Kamis 02/05/13

    9 Sekolah Dasar Andir 1 Rusak Akibat Banjir A-211/A-88 Pikiran Rakyat Kamis 02/05/13

    10210 Anak Putus Sekolah di Kab. Cianjur akan Kembali

    BelajarB.101/A-26 Pikiran Rakyat Jumat 03/05/13

    11 Mereka Terpaksa Berbagi, Satu Ruang, Tiga Kelas Irma Tambunan Kompas Jumat 03/05/13

    12 Siswa SD Dieng Laksanakan UN di Sekolah Rusak Eko Widiyanto Republika Senin 06/05/13

    13 Anak Miskin Bisa Belajar di Sekolah Favorit Adityawarman Antara Selasa 07/05/13

    14 17 Siswa MI Belajar di Kandang Ayam A-206/A-26 Pikiran Rakyat Jumat 10/05/13

    15 SDN 05 Cilaku, Bogor, yang Merana Laily Rahmawati Antara Selasa 14/05/13

    16 Siswa Mts. Mulimin Bertaruh Nyawa Setiap ke Sekolah A-186/A-147 Pikiran Rakyat Selasa 14/05/13

    17 Bidikmisi Telat, Mahasiswa Gali Lubang Tutup Lubang Rini K, Aloysius Budi K Kompas Rabu 15/05/13

    18 Menyedihkan, 753 Ruang Kelas SDN di Sumenep Rusak Slamet Hidayat Antara Kamis 16/05/13

    19 Penerima Bantuan Siswa Miskin Jadi 14 Juta Luki Aulia Kompas Kamis 16/05/13

    20 Rapor Terendam Banjir, Kenaikan Kelas Terancam Tertunda Aditya A Rohman Antara Jumat 17/05/13

    21 Pemkot Padang Bentuk Posko Anti Putus Sekolah Agung Prambudi Antara Senin 20/05/13

    22 Masyarakat Masih Membutuhkan Sekolah Gratis Taufik Rachman Republika Selasa 21/05/13

    23 Pemprov Sumsel Kembangkan Sekolah Unggulan Gratis Taufik Rachman Republika Sabtu 25/05/13

    24 Bekasi Jamin Siswa Miskin Bisa Bersekolah Gratis Andi Firdaus Antara Rabu 29/05/13

    25Universitas Surya: 300 Beasiswa Bagi Lulusan Tak Mampu

    Asal DIYReni Ridanrinen Republika Kamis 30/05/13

    26 Penerima Bantuan Siswa Miskin Ditambah K32-37 Suara Merdeka Jumat 31/05/13

    27 510 Siswa Bakal Memperoleh Dana BSM Benny N Joewono Kompas Senin 03/06/13

    28Kemdikbud Fokus Pengentasan Tunaaksara di 33

    KabupatenTaufik Rachman Republika Selasa 04/06/13

    29 7.258 Siswa Terima Bantuan Siswa Miskin Taufik Rachman Republika Kamis 06/06/13

    30 Bupati Lebak Gratiskan Biaya Pendidikan Siswa Miskin Taufik Rachman Republika Kamis 06/06/13

    31 Kemenakertrans Sudah "Menarik" 32 Ribu Pekerja Anak Benny N Joewono Kompas Senin 10/06/13

    32 Pusat Kucurkan Rp 2 Miliar Atasi Buta Aksara Tinggi di NTT Ajeng Ritzki Pitakasari Republika Kamis 13/06/13

    33Kotawaringin Gratiskan Pendaftaran Siswa Baru Dari

    Keluarga MiskinTaufik Rachman Republika Sabtu 15/06/13

    34 Bantuan Untuk Siswa Miskin Akan Dikucurkan Akhir Juli Muhammad Arief Iskandar Antara Selasa 18/06/13

    35 Tingkat Buta Aksara di Brebes Tertinggi di Jateng Taufik Rachman Republika Rabu 19/06/13

    36 BSM Disalurkan Akhir Juli K32-60 Suara Merdeka Kamis 20/06/13

    37 13,5 Juta Pelajar Terima Bantuan Siswa Miskin Taufik Rachman Republika Sabtu 22/06/13

    38 BBM Naik, Kuota Bidik Misi Ditambah Afriza Hanifa Republika Senin 24/06/13

    39 Tak Semua Siswa Miskin Tertampung di Sekolah Negeri Yulianingsih Republika Senin 24/06/13

    40 Kotim Terapkan Sekolah Gratis untuk Siswa Miskin Taufik Rachman Republika Selasa 25/06/13

    41 Kompensasi Kenaikan BBM Prioritaskan Bagi Siswa Miskin Muhammad Razi Rahman Antara Jumat 28/06/13

    42 Kuota Siswa Miskin di SMA Tidak Terpenuhi Benny N Joewono Kompas Jumat 28/06/13

    4314 Siswa dari Keluarga Tak Mampu Terancam Putus

    SekolahA-211/A-26 Pikiran Rakyat Kamis 04/07/13

    44 BOSM Rp 1 Juta Per Siswa Setahun K32-60 Suara Merdeka Kamis 04/07/13

    45 Banyak Siswa Miskin Ditolak Masuk Sekolah A-71/A-89 Pikiran Rakyat Jumat 05/07/13

    46 DD Jabar Berikan Bantuan Biaya Masuk SMA/SMK A-71/A-147 Pikiran Rakyat Jumat 05/07/13

    47 Sekolah Harus Peduli Warga Miskin A-71/A-107 Pikiran Rakyat Jumat 05/07/13

    48 Fenomena Putus Sekolah di DIY Minim Djibril Muhammad Republika Minggu 07/07/13

    49 372 Sekolah Rusak Berat akibat Gempa Tanah Gayo Heru Dwi S Antara Selasa 09/07/13

    50 Siswa Miskin di Bekasi Dapat Sekolah Gratis Irfan Abdurrahmat Republika Rabu 10/07/13

    DAFTAR ISI : ARTIKEL PENDIDIKAN KAUM MARJINALPeriode : Mei - Agustus 2013

    Sumber : Antara, Kompas, Pikiran Rakyat, Republika, Suara Merdeka

    Data Center - Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa, Agustus 2013

  • NO JUDUL ARTIKEL PENULIS SUMBER HARI TANGGAL

    51 314 Gedung Sekolah Rusak Akibat Gempa di Aceh Sella Panduarsa Gareta Antara Kamis 11/07/13

    52 Dana Bantuan Mahasiswa Miskin Naik bbc/A-147 Pikiran Rakyat Jumat 12/07/13

    53 PTS Bisa Gratiskan Kuliah Kedokteran A-84/A-108 Pikiran Rakyat Minggu 14/07/13

    54 Mahasiswa UII dan Malaysia KKN Entaskan Kemiskinan Eko Widiyatno Republika Selasa 23/07/13

    55 Seribuan Anak di Kota Lubuklinggau Putus Sekolah Zulkifli Lubis Antara Sabtu 27/07/13

    56 Kuota Bidikmisi PTS di Jateng Meningkat K3-60 Suara Merdeka Kamis 01/08/13

    57Jalur Nonakademis Akan Dihapus, Siswa Miskin Bebas

    Biaya SekolahA-208/A-108 Pikiran Rakyat Selasa 06/08/13

    58Ketua Komisi D DPRD Kota Bandung Terima Lebih 1.000

    Aspirasi Siswa MiskinA-208/A-108 Pikiran Rakyat Selasa 06/08/13

    59 Kuota Beasiswa Bidikmisi UNS Bertambah 300 G18-37 Suara Merdeka Selasa 06/08/13

    60 Undip Tambah Kuota Bidikmisi 200 Orang H41-60 Suara Merdeka Senin 19/08/13

    61Lima Mahasiswa Universitas Brawijaya Jual Ginjal Demi

    Uang KuliahEndang Sukarelawat Antara Selasa 20/08/13

    62 6.800 Anak Usia SMP tak Bisa Lanjut ke SMA Ita Nina Winarsih Republika Minggu 25/08/13

    63 2,4 Juta Siswa Jabar Terima BSM A-208/A-108 Pikiran Rakyat Senin 26/08/13

    64Sekolah Dirusak, Ratusan Murid Belajar di Lapangan

    UpacaraA-192/A-107 Pikiran Rakyat Selasa 27/08/13

    65 Aptisi Usul Bidikmisi Diganti G18-37 Suara Merdeka Jumat 30/08/13

    DAFTAR ISI : ARTIKEL PENDIDIKAN KAUM MARJINALPeriode : Mei - Agustus 2013

    Sumber : Antara, Kompas, Pikiran Rakyat, Republika, Suara Merdeka

    Data Center - Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa, Agustus 2013

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013

    30 Ribu Anak di Bogor Terancam Putus Sekolah

    Sumber : Republika, 1 Mei 2013

    Penulis : Aldian Wahyu Ramadhan

    REPUBLIKA.CO.ID, PARUNG Sedikitnya 445 anak sekolah menengah pertama (SMP) di Parung,

    Kabupaten Bogor berharap bisa belajar di gedung sekolah sendiri. Sebelumnya 445 anak itu,

    bersekolah dengan meminjam fasilitas sekolah lain atau menumpang.

    Seluruh anak itu kini bisa belajar di SMPN 2 Parung yang baru diresmikan Rabu (1/5) ini. Namun

    sekitar 30 ribu anak masih ketar-ketir untuk mencari sekolah setelah lulus sekolah dasar (SD).

    Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor Rustandi mengatakan, dari 102 ribu anak SD yang

    mengikuti ujian nasional (UN) hanya 72 ribu yang bisa tertampung di SMP yang ada di Kabupaten

    Bogor.

    "Sekitar 30 ribu anak terancam putus sekolah," kata dia kepada Republika seusai acara pembukaan

    sekolah baru SMPN 2 Parung, Rabu (1/5) siang.

    Dari informasi berbagai narasumber, SMPN 2 Parung dibangun masyarakat setempat dengan

    bantuan dana dari Australia. Selanjutnya, negeri Kanguru itu akan membangun atau memperluas

    hingga 2 ribu SMP di seluruh Indonesia. SMPN 2 Parung, satu dari 450 sekolah yang telah dibangun

    dan diperluas.

    Penambahan gedung sekolah, kata Rustandi, merupakan hal penting dan mendesak. Namun

    keinginan pembangunan mesti terkendala dana.

    Rustandi menuturkan, dengan hitungan kasar satu kelas berisi 40 siswa, maka sedikitnya dibutuhkan

    750 kelas baru. Dari 750 kelas itu berarti harus dibangun sekolah dengan tipe A. Kini, kata dia, jumlah

    antara SD dan SMP sangat jauh sekali. Di Kabupaten Bogor terdapat 1537 SD. SMP hanya 82 sekolah

    dan SMA hanya 33.

    1

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013 Bangunan Sekolah MTs Muslimin Memprihatinkan

    Sumber : Pikiran Rakyat, 1 Mei 2013

    Penulis : A-186/A-89

    CIANJUR, (PRLM).-Bangunan sekolah MTs Muslimin, Kampung Bojongkopo, Desa Sukabungah, Kecamatan Cempaka Mulya, Kabupaten Cianjur kondisinya memprihatinkan.

    Bangunan sekolah yang hanya terdiri dari tiga kelas ini hanya terbuat dari anyaman bambu dan kawat yang dianyam dan masih berlantai tanah. Kondisi sekolah yang tidak layak ini pun membuat proses belajar mengajar agak terganggu.

    "Sejak masuk sekolah ini sudah tahu memang kondisi sekolahnya seperti ini. Namun, semua siswa tetap antusias untuk sekolah, meski banyak kendala. Misalnya saja, ketika hujan. Air hujan kadang suka masuk dalam kelas yang membuat lantai kelas menjadi becek," ucap salah seorang siswa MTs Muslimin, Kiki Zakiah (15).

    Kiki dan teman-temannya mengaku sering khawatir jika selama melakukan proses belajar mengajar turun hujan deras atau angin. Pasalnya, ruang kelas yang mereka gunakan tidak cukup membuat nyaman jika hujan deras datang. Hal serupa juga dialami ketika musim kemarau, ruang kelas yang berdebu membuat mereka terganggu pernafasannya.

    Bahkan, lokasi sekolah tersebut dekat dengan sungai Cisokan dan hanya berjarak kurang lebih 5 meter dari Sungai Cisokan.

    "Satu-satu akses kami ke sekolah kan harus melalui jembatan gantung yang hanya ditopang dari bambu. Kami juga khawatir. Namun, sejauh ini semuanya baik-baik saja. Paling hanya terpeleset karena licin," katanya.

    Sementara itu, Kepala Sekolah MTs Muslimin, Dedi menuturkan sekolah tersebut dibangun secara swadaya oleh masyarakat dan orang tua murid yang berdiri sejak tahun 2007. "Dulunya saat pertama berdiri kondisinya lebih parah dari ini, namun berangsur-angsur kami perbaiki meski masih jauh dari layak. Semua menggunakan dana swadaya masyarakat," tuturnya.

    2

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013

    Bangunan Sekolah MTs Muslimin Memprihatinkan

    Sumber : Pikiran Rakyat, 1 Mei 2013

    Penulis : A-186/A-89

    Dedei menuturkan sudah seringkali meminta bantuan perbaikan bangunan sekolah ke Kantor Kementerian Agama Cianjur, namun hingga kini belum ada tanggapan. "Kalau dana Bantuan Opersional Sekolah (BOS) sudah ada. Namun, untuk bantuan perbaikan bangunan sekolahnya yang masih belum kunjung dibantu," ujarnya.

    Beradasarkan pantuan "PRLM", kondisi sekolah hanya terdiri tiga kelas dan satu kantor guru ini dibangun dengan dinding dari anyaman bambu. Lantai sekolah pun belum ada tekel dan hanya beralaskan tanah. Bangunan sekolah hanya dipagari menggunakan bambu di depan kelas.

    "Selama ini yang menjadi kendala kami memang kondisi bangunan yang kurang layak. Tak jarang siswa kami protes jika sudah diejek siswa sekolah lain yang bangunan sekolahnya lebih bagus," kata salah seorang guru, Euis Yosepa.

    Meskipun demikian, kata Euis, antusias warga untuk menyekolahkan anaknya di kampung tersebut sangat tinggi. Hingga tiap tahun selalu menerima jumlah siswa yang lebih banyak.

    "Saat ini jumlah siswa kami ada 108 siswa, itu pun pada awal tahun ajaran baru yang mendaftar membludak karena memang untuk di kampung ini hanya ada satu MTs, ya disini saja. Itupun juga ada siswa dari Kab. Bandung Barat karena letak kampung ini kan perbatasan dengan Bandung Barat," ucapnya.

    Euis dan beberapa guru lainnya berharap ada bantuan untuk lebih membuat Mts Muslimin lebih

    layak sehingga siswa dan guru bisa nyaman melakukan belajar mengajar.

    2

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013 Kemenag Siapkan 3,1 Juta Beasiswa untuk Siswa Madrasah

    Sumber : Republika, 1 Mei 201

    Penulis : Amri Amrullah

    REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Kemeterian Agama (Kemenag) Republik Indonesia memastikan seluruh anak miskin yang memiliki kartu miskin dipastikan akan mendapat jaminan beasiswa di madrasah.

    Hal tersebut disampaikan oleh Sekjen Kementerian Agama Bahrul Hayat pada Rapat Pimpinan Kementerian Agama tahun 2013 di Jakarta, Rabu (1/5).

    Menurut Bahrul Hayat, untuk mendukung hal tersebut, Kementerian Agama menyediakan 3,1 juta beasiswa bagi siswa MI, MTS, dan MA dengan daya serap beasiswa cukup baik, dan akan terus mengakselarasi anak-anak yang tidak mampu agar dijamin mendapat beasiswa.

    Ini merupakan program pro rakyat, dan akan terus direview, kata Bahrul. Untuk penyalutan

    beasiswa, ia menyampaikan akan ada mekanisme yang berbeda pada 2013 ini. Ini untuk memastikan

    penerima beasiswa adalah orang yang tepat yakni siswa didik dari kalangan tidak mampu.

    3

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013 Ribuan Ruang Kelas di Cianjur Rusak Berat

    Sumber : Republika, 1 Mei 2013 Penulis : Taufik Rachman REPUBLIKA.CO.ID,CIANJUR--Ribuan ruang kelas sekolah dasar baik negeri maupun swasta yang ada di

    Cianjur, Jabar, dalam kondisi rusak berat, kata Kasi Sarana Bidang TK/SD Dinas Pendidikan Cianjur

    Hendar Munadi, Rabu.

    Dia menuturkan bahwa di Kabupaten Cianjur terdapat 4.000 ruang kelas dalam kondisi rusak berat

    dari total sekolah SD Negeri dan swata sebanyak 1.241 sekolah, dengan tingkat kerusakan 40 persen.

    "Jumlah tersebut berdasarkan data tahun 2011 dan 2012. Untuk tahun ini, kami belum mendapatkan

    anggaran untuk perbaikan ruang kelas dan belum melakukan pendataan ulang," katanya.

    Dia menjelaskan bantuan yang saat ini telah diterima pihaknya diluar Dana Alokasi Khusus sebanyak

    233 lokal, bantuan tersebut semacam blok grand. Sedangkan peluang bantuan yang akan diterima

    masing-masing sekolah, baru berbentuk sarana penunjang kegiatan belajar dan olahraga.

    "Sekolah baik tingkat SD dan TK telah mengusulkan untuk mendapat bantuan sarana bangunan,

    komputer dan alat olahraga. Ajuan masing-masing sekolah sudah diteruskan ke Pemkab Cianjur,

    Provinsi maupun pusat," u0capnya.

    Selama ini, ungkap dia, pihaknya selalu menginformasikan ke seluruh kepala sekolah yang telah

    mengusulkan agar tetap bersabar dan tidak terlalu berharap dari ajuan proposal yang telah

    dilayangkan.

    "Pasalnya, sumber anggaran untuk itu bukan dari disdik. Anggaran itu bisa kita dapatkan bersumber

    APBD Cianjur itu pun kalau tersedia anggarannya, dari provinsi terlebih dari pusat. Jadi kami akan

    memanfaatkan peluang darimana saja," ungkapnya.

    Dia menjelaskan, jumlah sekolah yang mengusulkan lewat bagian sarana Bidang TK/SD lebih dari 200

    sekolah. Namun untuk saat ini belum satu pun yang mendapat bantuan, sebab anggaran tahun 2013

    dipastikan akan ada sekitar pertengahan tahun 2013.

    4

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013 Kepala Sekolah Berkantor di Kamar Kecil

    Sumber : Antara, 2 Mei 2013

    Penulis : Ahmad Fikri

    Cianjur (ANTARA News)- Minimnya ruang kelas membuat guru dan kepala sekolah di SMP 6

    Sindangbarang, Cianjur, Jabar, terpaksa manfaatkan tiga kamar kecil diubah sebagai ruang kantor

    dan perpustakaan.

    Informasi dihimpun, sebelumnya SMP 6 berstatus kelas jauh dan kembali berubah menjadi SMP

    cerdas seatap, hingga akhirnya memiliki bangunan sendiri yang terdiri dari satu ruang kelas dan

    ruang kantor dan empat kamar mandi.

    Seiring waktu jumlah siswa di sekolah tersebut terus bertambah hingga mencapai 97 orang siswa

    yang terdiri dari kelas VII,VIII, IX. Sehingga pihak sekolah membagi jadwal masuk pagi dan siang

    secara bergiliran.

    Bahkan seiring bertambahnya siswa tersebut, membuat kepala sekolah dan 10 orang guru memilih

    untuk memakai ruang kantor menjadi ruang belajar bagi siswa, meskipun lahan yang dimiliki sekolah

    masih luas.

    "Karena tidak ada kantor dan ruang lainnya, kami terpaksa mengalah dengan mengubah kamar

    mandi menjadi ruang kantor, gudang dan perpustakaan. Hanya satu kamar mandi yang bisa dipakai,"

    kata Kepala Sekolah SMP 6 Dida Suandiana, dihadapan wartawan.

    Dia menuturkan, meskipun berkantor di kamar mandi atau kamar kecil, pihaknya menilai tidak

    menganggu proses belajar mengajar siswa. Bahkan 10 orang guru merasa tetap bersemangat

    memberikan pelajaran meskipun hanya berkantor di bawah pohon atau di warung di samping

    sekolah.

    Sementara itu, puluhan siswa sekolah tersebut, berharap sekolah mereka mendapat bantuan dari

    dinas terkait di Pemkab Cianjur, Provinsi Jabar atau pusat, layaknya sekolah lain yang memiliki ruang

    kelas yang cukup berikut ruang penunjang lainnya.

    "Selama ini kami terpaksa masuk secara bergiliran kadang kebagian pagi kadang siang. Kalau siang

    konsentrasi sudah buyar karena panas atau kehujanan ketika berangkat. Harapan kami ada

    tambahan ruangan agar semua kelas masuk pagi," pinta Rohman (14) salah seorang siswa.

    Sedangkan akibat miniminya ruang kelas di SMP tersebut, membuat sebagian besar warga sekitar

    memilih untuk menyekolakan anaknya ke sekolah lain yang jaraknya cukup jauh dari wilayah

    tersebut.

    Warga berharapa pemerintah terkait segera melihat ke lokasi sekolah yang memiliki lahan hingga

    6000 meter lebih dan layak diberikan bantuan tambahan ruang kelas dan ruang kantor untuk guru,

    agar guru dan kepala sekolah tidak berkantor di bekas kamar mandi lagi.

    5

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013

    Kerusakan RKB di Kabupaten Sukabumi di Bawah 20 Persen

    Sumber : Pikiran Rakyat, 2 Mei 2013

    Penulis : A-193/A-89

    PALABUHANRATU,(PRLM).- Jumlah Ruang Kelas Belajar (RKB) yang mengalami kerusakan di Kabupaten Sukabumi saat ini di bawah 20 persen.

    Namun, meski demikian pemerintah Kabupaten Sukabumi tetap berupaya untuk membangun dan memperbaiki sarana ruang belajar, demi peningkatan kualitas pendidikan yang merata.

    "Kalau dibandingkan lima sampai enam tahun lalu jumlah kerusakan RKB di Kabupaten Sukabumi mencapai 60-70 persen, kini tinggal di bawah 20 persen, ini jelas jauh lebih kecil," tutur Bupati Sukabumi, Sukmawijaya usai acara memmperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), di Lapangan Alun-Alun Palabuhanratu, Kamis (2/5).

    Dikatakannya, selain upaya untuk memperbaiki RKB yang rusak, Pemerintah Kabupaten Sukabumi juga mencoba untuk merangkul semua elemen masyarakat agar melek pendidikan.

    Hal tersebut dilakukan agar kedepannya tidak ada lagi masyrakat yang tidak mengenyam atau mencicipi pendidikan. Sukmawijaya mengatakan, kualitas pendidikan di Kabupaten Sukabumi mulai mengalami peningkatan dan mampu bersaing dengan daerah lain.

    "Beberapa sekolah di Kabupaten Sukabumi siswa-siswinya ada yang telah meraih penghargaan baik di even nasional maupun internasional. Kita juga memiliki beberapa sekolah unggulan, termasuk sekolah negeri," ujarnya.

    Namun, meski demikian pemerintah Kabupaten Sukabumi masih harus bekerja keras terutama meningkatkan layanan pendidikan.

    Angka Partisipasi Kasar (APK) khususnya tingkat menengah dan atas di Kabupaten Sukabumi masih rendah, untuk tingkat menengah menurut Sukmawijaya APK masih berada di level 88 persen.

    "APK kita masih agak tertinggal, salah satu persoalan adalah cakupan wilayah Kabupaten Sukabumi yang besar sehingga cukup terkendala," katanya.

    Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi, Zainal Mutaqin menuturkan saat ini tingkat kelulusan siswa di Kabupaten Sukabumi sangat besar.

    Tahun lalu saja menurut Zainal kelulusan siswa muali tingkat dasar, menengah, dan atas mencapai 99 persen.

    Namun, untuk tahun ini dia tidak bisa mempredikis berapa tingkat kelulusan, mengingat adanya sedikit hambatan saat pelaksanaan ujian nasional akan memengaruhi siswa.

    "Persoalan ujian nasional kemarin pasti ada pengaruhnya ke siswa. Pelaksanaan UN di Kabupaten Sukabumi kemarin secara keseluruhan sukses, hanya ada beberapa sekolah yang mengaku kekurangan lembar jawaban. Namun, itu kita bisa atasi," katanya.

    6

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013 Kerusakan RKB di Kabupaten Sukabumi di Bawah 20 Persen

    Sumber : Pikiran Rakyat, 2 Mei 2013

    Penulis : A-193/A-89

    Pada peringatan Hardiknas kali ini turut dibentuk dan dilantik Bunda PAUD. Pembentukan bunda PAUD ini diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat khususnya ibu rumah tangga, supaya bisa memasukan anak-anaknya yang berusia antara 0-5 tahun untuk belajar di PAUD.

    "Adanya Bunda PAUD ini agar masyarakat memperoleh kesetaraan layanan PAUD, pelindung, dan pengayom PAUD di daerah. Selain itu juga untuk mendorong peran aktif orang tua agar memasukan anak-anaknya ke PAUD," ujarnya.

    Harapan PAUD di Kabupaten Sukabumi pada tahun 2015 nanti bisa tercapai sebanyak 75 persen sesuai dengan Millenium Development Goal's (MDGs). Namun, target tersebut saat ini masih sangat jauh untuk dicapai, dan Pemkab Sukabumi akan terus berupaya untuk bisa meraihnya.

    "Usia 0-5 tahun merupakan usia emas bagi anak-anak, sehingga perlu dikenalkan dunia pendidikan. Dengan demikian bakat dan kecerdasan bisa dibangun sejak dini," ujar Sukmawijaya.

    6

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013 Pemkot Bekasi Terus Berupaya Meningkatkan APK Anak Usia Sekolah di

    Wilayahnya

    Sumber : Pikiran Rakyat, 2 Mei 2013

    Penulis : A-184/A-89

    BEKASI, (PRLM).-Pemerintah Kota Bekasi terus berupaya meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) anak usia sekolah di wilayahnya. Peningkatan APK diupayakan melalui penambahan Ruang Kelas Baru (RKB) serta pemberian subsidi biaya sekolah untuk anak-anak putus sekolah.

    Demikian dikatakan Wakil Wali Kota Bekasi Ahmad Syaikhu usai memimpin upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional di Plaza Kantor Pemkot Bekasi, Kamis (2/5/2013).

    "Kami terus mengupayakan penambahan lokal-lokal baru supaya dapat menampung lebih banyak lagi siswa, baik di tingkat SD, SMP, maupun SMA/SMK. Kebetulan upaya ini sejalan dengan program Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yakni pendirian 20.000 RKB tahun ini," katanya.

    Sampai saat ini, Pemkot Bekasi masih menghitung detail jumlah tambahan lokal yang dibutuhkan, untuk kemudian diusulkan pengadaannya kepada Pemprov Jabar atau melalui APBD Kota Bekasi.

    Bisa juga melalui penggalangan dana pertanggungjawaban sosial perusahaan-perusahaan yang berdomisili di Kota Bekasi.

    "Selama ini banyak perusahaan yang tertarik mengalokasikan dana pertanggungjawaban sosialnya untuk bidang pendidikan. Ada yang berupa pemberian beasiswa, pendirian perpustakaan, pengadaan buku, dan lain-lain. Ke depan, Pemkot Bekasi akan menawarkan mereka berpartisipasi untuk pengadaan lokal baru, sehingga apa yang mereka sumbangkan sejalan dengan pembangunan yang kami tuju," katanya.

    Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kota Bekasi, APK tingkat SD sudah hampir 100 persen. Namun angkanya menurun di tingkat SMP menjadi sekitar 89 persen. Di tingkat SMA/SMK, APK kembali turun di kisaran 70 persen.

    Selain penambahan RKB, peningkatan APK juga diupayakan melalui pemberian subsidi bagi siswa tidak mampu yang terancam putus sekolah atau tidak bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang berikutnya.

    Subsidi diberikan melalui pembagian Kartu Bekasi Maju (KBM). "Mudah-mudahan bisa diluncurkan bulan ini, supaya bisa dipergunakan saat tahun ajaran baru nanti," katanya.

    Data calon penerima KBM terus dimatangkan melalui proses verifikasi faktual dari data mentah yang diterima dari Dinas Sosial. Verifikasi faktual dilakukan agar pemberian KBM tidak salah sasaran.

    Untuk sementara, terdata 1.000 siswa SD yang akan melanjutkan pendidikan ke SMP dan 700 siswa

    SMP yang akan menuju ke SMA yang masuk kategori penerima KBM. Pemegang KBM ini nantinya

    bisa bersekolah gratis di sekolah negeri atau swasta yang menerimanya pada tahun ajaran nanti.

    7

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013 Posko Anti DO Bakal Dibuka

    Sumber : Kompas, 2 Mei 2013

    Penulis : Riana Afifah

    JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan membuka posko anti putus

    sekolah atau disebut Posko Anti Drop Out (DO) pada awal tahun pelajaran 2013-2014, Juli

    mendatang. Hal ini dimaksudkan untuk menekan angka anak putus sekolah sekaligus meningkatkan

    kualitas sumber daya manusia.

    Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, mengatakan bahwa posko ini nantinya akan

    dibuka di seluruh dunia dan bekerja sama dengan Dinas Provinsi masing-masing daerah. Tentu saja,

    tidak menutup kemungkinan apabila ada pihak yang peduli pendidikan ingin memberikan bantuan

    pada posko ini.

    "Kami ingin memastikan agar anak-anak di Indonesia dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

    lebih tinggi terutama dari jenjang pendidikan dasar ke menengah," kata Nuh saat memberikan

    sambutan pada upacara Hari Pendidikan Nasional di halaman Gedung A, Kemdikbud, Jakarta, Kamis

    (2/5/2013)

    Berdasarkan data dari Kemdikbud, ada 173 kabupaten yang sampai saat ini masih belum tuntas

    program wajib belajar sembilan tahunnya belum tuntas. Padahal semestinya program ini sudah harus

    selesai dijalankan sejak tahun 2008 lalu. Akibatnya, sebanyak 138.560 anak usia 13-15 tahun tidak

    menyelesaikan pendidikannya hingga menengah pertama.

    "Itu terjadi di sebagian besar wilayah terpencil dan kepulauan. Walau APK nasional untuk jenjang

    pendidikan dasar mencapai 99 persen tapi masih ada kabupaten yang punya APK di bawah 95

    persen," jelas Nuh.

    "Gerakan membuka posko ini adalah salah satu jalan keluar untuk mengatasi persoalan itu,"

    tandasnya.

    8

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013 Sekolah Dasar Andir 1 Rusak Akibat Banjir

    Sumber : Pikiran Rakyat, 2 Mei 2013

    Penulis : A-211/A-88

    SOREANG, (PRLM).- SD Negeri Andir 1 yang berada di Kampung Cigosol, Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung, masih dalam keadaan memprihatinkan, lumpur, air dan tanah pun masih menempel di bangku-bangku dan lantai sekolah tersebut.

    Hal tersebut dikatakan Kepala Sekolah SDN Andir 1 Ade Abiansyah, saat diwawancarai di sekolah itu, Kamis (2/5/2013).

    "Pokoknya selama empat bulan di tahun 2013 ini, sekolah kami dilanda banjir hingga 2,5 meter, sehingga memutuskan untuk pindah sementara beberapa waktu lalu. Dua bulan pertama kami mengungsi ke lapangan futsal 2 putri di kawasan Baleendah. Kemudian, dua bulan berikutnya mengungsi ke Kwarcab Kabupaten Bandung untuk melangsungkan proses belajar. Untuk sekarang sudah di lokasi sekolah lagi," kata Ade.

    Ade mengakui, sekolah yang dibangun tahun 1982 lalu itu, setelah dilanda banjir mengakibatkan banyaknya fasilitas sekolah yang rusak. Tercatat ada 80 kursi dan 80 meja yang rusak.

    Lalu kata Ade tak hanya itu saja yang rusak, kondisi lantai keramik pun pecah-pecah, bahkan lemari buku di sekolah itu pun hancur.

    "Namun meski begitu, sekolah ini tidak menerima bantuan dari pemerintah terkait rusaknya fasilitas

    sekolah ini. Jangankan untuk memberikan bantuan dana, untuk bantuan membersihkan sekolah juga

    tidak ada yang bantu kecuali dari bantuan warga sekitar," katanya.

    9

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013 210 Anak Putus Sekolah di Kab. Cianjur akan Kembali Belajar

    Sumber : Pikiran Rakyat, 3 Mei 2013

    Penulis : B.101/A-26

    CIANJUR, (PRLM).- Sebanyak 210 pekerja anak yang putus sekolah di Kab. Cianjur akan dikembalikan ke bangku sekolah melalui Program Pengurangan Pekerja Anak untuk mendukung Program Keluarga Harapan (PPA-PKH) 2013. Pekerja anak tersebut nantinya selama satu bulan akan dibina di shelter untuk diberikan motivasi sebelum dikembalikan ke bangku sekolah.

    Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kab. Cianjur Sumitra melalui Kepala Bidang (Kabid) Bina Perlindungan Ketenagakerjaan Heri Nugraha mengatakan, para pekerja anak yang akan dibina dan diberikan motivasi untuk kembali ke bangku sekolah itu merupakan anak dari keluarga yang kurang mampu.

    "Mereka nantinya akan kita tempatkan di tujuh shelter dan masing-masing shelter sebanyak 30 orang dengan pendamping setiap 10 anak satu pendamping. Sementara kita juga ada tutor khusus sebanyak 21 orang yang akan memberikan pelajaran kepada anak-anak yang ada di shelter," kata Heri Nugraha, Kamis (2/5/2013).

    Sementara untuk data pekerja anak yang direkrut berdasarkan surat dari Binwasnaker Nomor B 129/PPK/IV/2013 tanggal 9 April tentang data penerima manfaat PPA-PKH 2013 dalam poin lima disebutkan administrasinya TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan), Program Keluarga Harapan (PKH), Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM).

    "Kalau data anak, awalnya kita mengacu pada data yang diberikan oleh TNP2K, tapi setelah di

    lakukan kunjungan (home visit) oleh para pendamping ternyata yang ada dan bersedia hanya 21

    pekerja anak dari jumlah data sebanyak 492 pekerja anak. Makanya kita ambil alternatif kedua dan

    ketiga yakni data PKH dan RTSM dan hasilnya untuk PKH sebanyak 104 anak, RTSM 85 anak dengan

    total keseluruhan 210 anak terdiri dari laki-laki 138 anak dan perempuan 72 anak," katanya.

    10

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013 Mereka Terpaksa Berbagi, Satu Ruang, Tiga Kelas...

    Sumber : Kompas, 3 Mei 2013

    Penulis : Irma Tambunan

    KOMPAS.com - Suasana kelas amat riuh, seperti dalam sebuah perlombaan cerdas cermat. Agus

    Kurniawan (30), guru, membacakan soal kesenian. Belum lagi soal itu selesai dibacanya, anak-anak

    saling berebut menjawab pertanyaan.

    Hanya berjarak kurang dari 3 meter dalam ruangan yang sama, seorang guru lain, Yasri, juga

    mengadakan kuis tanya-jawab. Belasan anak dengan suara tak kalah keras berlomba menjawab soal-

    soal itu.

    Masih di ruangan yang sama, sejumlah siswa lain sibuk mengerjakan tugas di buku. Sambil menulis,

    mereka sesekali melirik temannya yang sedang ramai mengikuti kuis.

    Tiga kelas itu memenuhi satu lokal (ruangan). Begitulah pemandangan sehari-hari di Sekolah Dasar

    Negeri (SDN) 191 Pematang Kabau, Kecamatan Air Itam, Kabupaten Sarolangun, sekitar 260

    kilometer arah barat Kota Jambi. Pemandangan ini mungkin aneh bagi yang pertama kali melihat.

    Bagaimana siswa bisa konsentrasi mengerjakan soal ketika di sebelahnya, dalam ruangan yang sama,

    siswa kelas lain gaduh dengan acara kuis. Konsentrasi anak-anak itu amat mungkin mudah terbelah.

    Kelas memang jadi ramai sekali. Ya, beginilah keadaannya setiap hari, ujar Agus, guru kelas IV.

    Kelas yang dipimpinnya berada dalam satu ruangan dengan kelas III dan kelas V.

    Sejak diresmikan tahun 1994, sarana pendidikan di SDN 191 selalu terbatas. Sekolah itu hanya

    memiliki dua lokal untuk tempat belajar bagi semua siswa. Tidak ada ruang guru, ruang usaha

    kesehatan sekolah, apalagi perpustakaan. Bangunan mandi cuci kakus juga sudah rusak. Kepala

    sekolah terdahulu berinisiatif menyekat salah satu ruangan. Ruangan kecil hasil sekatan itu kini

    dipakai sebagai ruangan guru.

    Baru awal tahun ini, pemerintah mendirikan sebuah perpustakaan kecil di ujung bangunan sekolah.

    Guru pun kemudian pindah, menjadikan ruangan itu sebagai perpustakaan merangkap ruang guru.

    Sementara ruangan yang semula disekat itu digunakan untuk belajar siswa kelas VI.

    Sebagian kecil siswa

    Kepala SDN 191 Ade Irma Suryani mengeluhkan kondisi ruangan kelas itu karena bisa memengaruhi

    penerimaan siswa terhadap materi pelajaran. Ia telah mengusulkan kepada pemerintah daerah

    untuk menambah ruangan belajar bagi siswa. Namun, hingga kini, usulan itu belum terealisasi.

    Keadaan miris tidak hanya terjadi pada persoalan minimnya sarana pendidikan. Jumlah kehadiran

    siswa dalam kegiatan belajar-mengajar juga sangat rendah. Siswa yang terdaftar sebanyak 140 orang,

    tetapi sehari-harinya hanya sekitar 40 persen yang hadir. Ke manakah mereka?

    11

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013 Mereka Terpaksa Berbagi, Satu Ruang, Tiga Kelas...

    Sumber : Kompas, 3 Mei 2013

    Penulis : Irma Tambunan

    Saat Kompas berkunjung ke sekolah itu, Jumat (26/4), hanya sekitar 50 siswa yang hadir. Menurut

    Ade Irma, sebagian besar siswa tak bersekolah karena sedang di hutan membantu orangtuanya

    bekerja. Rumah mereka di rimba. Mereka biasa bersekolah seminggu, lalu pulang seminggu

    lamanya, dan baru masuk sekolah minggu depan lagi, tuturnya.

    Jauhnya jarak dari rumah Orang Rimba di dalam Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) Jambi

    menuju sekolah kerap menjadi penghalang kedatangan siswa. Butuh waktu 2 jam berjalan kaki dari

    rumah Orang Rimba terluar hingga ke tepian hutan. Perjalanan berlanjut, dari tepi TNBD menuju SDN

    191 memerlukan waktu sekitar 1 jam. Perjalanan panjang yang melelahkan.

    Buta aksara

    SDN 191 dibangun pemerintah atas semangat mengentaskan Orang Rimba atau suku Anak Dalam

    dari buta aksara. Orang Rimba adalah komunitas adat dalam hutan di wilayah tengah Jambi. Mereka

    membangun kehidupan di dalam hamparan TNBD, tersebar di Kabupaten Tebo, Merangin,

    Batanghari, dan Sarolangun.

    Orang Rimba semula tak mengenal huruf dan angka. Tak ada interaksi dengan orang luar. Aturan

    yang tertuang dalam seloka adat pada mulanya menyebutkan, pengetahuan dunia luar bertentangan

    dengan adat setempat. Ada kekhawatiran, jika pandai membaca dan menulis, Orang Rimba akan

    melupakan dan meninggalkan rimbanya. Mereka pun semula tertutup dengan pendidikan umum.

    Sejalan dengan berkembangnya program transmigrasi nasional, interaksi dengan orang desa sekitar

    mulai tumbuh. Ketika sebagian Orang Rimba memperoleh bantuan permukiman dan sekolah dari

    pemerintah, sejumlah orangtua mulai terbuka menyekolahkan anaknya. Saat ini, dari 140 siswa

    terdaftar di SDN 191, hanya 12 siswa berasal dari kalangan non-rimba. Itu menandakan tingginya

    minat sekolah Orang Rimba.

    Pemangku Adat Orang Rimba dari Kelompok Kedundung Muda, Basemen, mengatakan, sebagian

    besar Orang Rimba kini memiliki kesadaran untuk menempuh pendidikan. Namun, sistem pendidikan

    yang diterapkan pemerintah belum memperhatikan adat dan budaya lokal. Anak laki-laki wajib

    membantu orangtua bekerja. Namun, bukan berarti kami tak ingin mereka pintar, ujar dia.

    Selama ini banyak siswa tidak masuk ke sekolah, menurut dia, bukan karena malas. Anak-anak itu

    tetap belajar dalam rimba setelah membantu orangtua. Mereka difasilitasi relawan dari Komunitas

    Konservasi Indonesia (KKI) Warsi. Relawan menginap selama dua pekan sekali untuk mendidik anak-

    anak. Dalam kegiatan belajar-mengajar, guru relawan menyesuaikan diri dengan berpakaian

    setempat, yaitu bercawat untuk laki-laki serta bersarung dan berkemben untuk perempuan.

    Penyesuaian dengan adat setempat diyakini memacu semangat anak belajar.

    11

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013

    Mereka Terpaksa Berbagi, Satu Ruang, Tiga Kelas...

    Sumber : Kompas, 3 Mei 2013

    Penulis : Irma Tambunan

    Saat ini lebih dari 400 anak rimba telah melek huruf dan angka. Kemampuan baca, tulis, dan hitung

    mereka peroleh bukan dari sekolah umum, melainkan melalui kegiatan sekolah khusus dalam rimba.

    Beberapa di antara anak-anak rimba bahkan telah mencapai tingkat sekolah menengah atas. Ada

    pula yang menjadi penyiar radio. Salah satu anak Basemen, yakni Beteguh, menjadi juara kelas di

    SMP 12 Satu Atap Sarolangun.

    Ia berharap pemerintah jangan memaksakan anak rimba mengikuti pola pendidikan umum. Selama

    kegiatan pendidikan berlangsung di luar wilayah kehidupan Orang Rimba, selama itu pula kegiatan

    belajar-mengajar seolah berlangsung setengah-setengah. Sementara anak-anak rimba memiliki

    semangat tinggi untuk pintar. Mereka juga memiliki cita-cita yang tinggi sebagaimana anak lain.

    11

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013 Siswa SD Dieng Laksanakan UN di Sekolah Rusak

    Sumber : Republika, 6 Mei 2013 Penulis : Eko Widiyanto

    REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA -- Kerusakan bangunan sekolah akibat gempa yang terjadi di dataran tinggi Dieng, Jumat (19/4) malam, tidak menghalangi siswa SD di beberapa desa kawasan tersebut untuk mengikuti Ujian Nasional.

    Meski kondisi bangunan SD mereka mengalami kerusakan parah, namun ujian tetap dilaksanakan di sekolah masing-masing.

    Seperti di SD Kepakisan I Kecamatan Batur, meski ada 8 ruang kelas dari 10 ruang kelas yang mengalami kerusakan cukup parah, namun siswa kelas VI yang melaksanakan ujian, tetap mengikuti UN di sekolahnya.

    ''Masih ada dua ruang kelas yang kondisinya masih layak. Di dua ruang kelas itulah, anak-anak mengikuti UN,'' kata Kepala SD Negeri Kepakisan 1, Suprayitno, Senin (6/5).

    Demikian juga di SD Pekasiran kecamatan yang sama, siswa-siswanya mengkuti UN di sekolahnya sendiri. ''Saya kira, ruang kelas masih bisa kita tempati untuk ujian. Jadi tidak perlu pindah ke melaksanakan ujian di sekolah lain,'' jelasnya.

    Hal serupa juga dilakukan di SDN Sumberejo 1, Kecamatan Batur. Meski di sekolah ini banyak ruang kelas yang rusak akibat gempa, Ujian Nasional tetap dilaksankan di sekolah setempat. ''Informasinya, di SD Sumberejo, anak-anak kelas enam mengikuti UN di ruang komputer dan ruang olahraga,'' jelasnya.

    Sebelumya, Kepala Dindikpora Kabupaten Banjarnegara, Muhdi mengungkapkan, pihaknya sebenarnya telah meminta agar pelaksanaan ujian nasional di sekolah-sekolah yang bangunannya rusak akibat gempa, agar dipindahkan ke SD yang tidak mengalami kerusakan. ''Kami berharap, mereka tidak sampai melaksanakan ujian di tenda-tenda,'' jelasnya.

    Namun ternyata setelah mendapat masukan dari masing-masing kepala sekolah yang bangunannya rusak, ternyata masih ada beberapa ruang kelas yang dianggap aman dan layak untuk pelaksanaan UN. Karena itu, pihanya mengizinkan UN tetap dilaksanakan di sekolah masing-masing.

    Dia menambahakan, dalam pelaksanaan Ujian Nasional ini, siswa-siswa SD yang wilayahnya dilanda gempa, tidak akan mendapatkan perlakuan yang khusus. Dalam hal ini, siswa-siswa SD tersebut tetap diwajibkan mengkuti ujian nasional sesuai jadwal yang ditetapkan. Tidak disertakan dalam ujian susulan.

    ''Bencana gempa bumi kan sudah berakhir cukup lama. Bahkan kemungkinan, anak-anak itu sudah tidak mengalami trauma lagi. Karena itu, mereka dianggap seperti peserta yang dalam kondisi normal,'' katanya.

    Dia juga menyebutkan, soal bangunan sekolah yang rusak akibat gempa, sudah dilaporkan pada pemerintah pusat. ''Mudah-mudahan, rehab total atau pembangunan ulang gedung sekolah yang rusak tersebut, sudah bisa dilaksanakan,'' jelasnya.

    12

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013 Anak Miskin Bisa Belajar di Sekolah Favorit

    Sumber : Antara, 7 Mei 2013

    Penulis : Adityawarman

    Pekanbaru, Riau (ANTARA News) - Anak dari warga miskin dapat mengikut kegiatan belajar mengajar

    di sekolah favorit di wilayah Kota Pekanbaru, Provinsi Riau.

    "Itu tidak benar, buktinya banyak warga miskin di daerah ini yang anaknya belajar di sekolah favorit,"

    kata Wali Kota Pekanbaru, Firdaus MT, di Pekanbaru, Selasa.

    Sebagai contoh salah satu sekolah favorit di Kota Pekanbaru yakni SMA Negeri VIII, banyak warga

    miskin yang belajar dan tidak ada perbedaan, tambah Firdaus.

    Pernyataan Firdaus tersebut terkait beredar informasi bahwa pada sekolah favorit di Kota Pekanbaru

    hanya diperuntukan bagi warga mampu yang orang tuanya memiliki keuangan lebih dan anak

    pejabat setempat.

    Menurut dia, pihaknya telah menekankan kepada Kepala Dinas Pendidikan Pemkot Pekanbaru untuk

    menampung warga miskin yang ingin belajar pada sekolah favorit.

    Ia mengatakan pihak Pemkot Pekanbaru memberikan perhatian lebih terhadap program pendidikan

    karena merupakan skala prioritas seperti diamanatkan Undang-Undang. Setiap anak berhak

    mendapatkan pelayanan pendidikan yang memadai termasuk pada sekolah favorit.

    Masing-masing kepala sekolah yang dianggap favorit dilarang untuk menolak warga miskin karena

    hal itu merupakan hak setiap warga.

    Meski pada sekolah favorit seorang siswa harus mengeluarkan uang relatif besar ketimbang sekolah

    biasa, tapi pihak pengelola tentu dapat melakukan subsidi silang terhadap masalah itu.

    13

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013 17 Siswa MI Belajar di Kandang Ayam

    Sumber : Pikiran Rakyat, 10 Mei 2013

    Penulis : A-206/A-26

    NGAMPRAH, (PRLM).- Sejumlah 17 siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah (MI) Alkhoiriyah Bani Yusuf belajar di ruangan bekas kandang peternakan ayam. Hal itu terjadi lantaran madrasah mengalami kekurangan bangunan kelas.

    "Setiap tahun, kami mengajukan proposal bantuan ke Kementerian Agama Kabupaten Bandung Barat dan aspirasi dewan. Akan tetapi, hingga saat ini, kami belum pernah menerima bantuan," ucap Kepala Madrasah Alkhoiriyah Bani Yusuf, Diki Mufti Asiddiki saat dijumpai di lokasi madrasah, Kampung Sinarmukti, Desa Selacau, Kecamatan Batujajar, Jumat (10/5/2013).

    Berupaya membuat nyaman siswa belajar, pihaknya menempelkan kramik pada lantai bekas kandang peternakan ayam. Akan tetapi, atap dan dinding ruang kelas masih belum diubah.

    Selain itu, tutur Diki, madrasah pun tidak pernah menerima bantuan meubeuler. Untuk keperluan meja belajar dan kursi, pihaknya melakukan upaya swadaya.

    Diki mengerti, butuh perjuangan ekstra untuk membangun MI pada beberapa tahun awal. Meskipun demikian, perjuangan bisa lebih mudah jika mendapatkan bantuan dari pihak pemerintah.

    "Sebentar lagi, kami menerima angkatan keempat. Tahun ini, sudah ada 14 siswa yang mendaftar," tuturnya.

    Penerimaan siswa tahun ini membuat pihak madrasah kebingungan. Pasalnya, pembangunan yang saat ini digunakan kelas I dan II belum rampung. Dalam perencanaan pihak madrasah, walaupun belum memadai karena ruang kelas terlalu sempit, bangunan bertingkat dua itu akan digunakan untuk ruang kelas angkatan siswa baru.

    Diki mengungkapkan, pihaknya nyaris menerima bantuan aspirasi dewan pada tahun 2010. Bahkan, pihak madrasah telah melakukan penandatangan berkas daftar penerima anggaran (DPA). Kendati begitu, MI Alkhoiriyah Bani Yusuf tidak kunjung menerima pencairan anggaran.

    "Tidak tahu kenapa, anggaran tidak dicairkan. Kami sempat menanyakan ke SKPD terkait, tapi katanya anggaran bantuan itu tidak bisa dicairkan," ucap Diki.

    Lebih lanjut, Diki mengungkapkan, telah tersedia lahan untuk pembangunan ruang kelas seluas satu hektare. Lahan tersebut merupakan hak milik pihak yayasan MI.

    MI Alkhoiriyah Bani Yusuf memiliki 57 siswa. Rinciannya, 27 siswa kelas I, 13 kelas II, dan 17 siswa

    kelas III. Selama ini, MI tersebut hanya menerima Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Anggaran

    tersebut digunakan pihak madrasah untuk operasional sekolah dan gaji enam guru.

    14

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013 SDN 05 Cilaku, Bogor, yang Merana

    Sumber : Antara, 14 Mei 2013

    Penulis : Laily Rahmawati

    Bogor (ANTARA News) - Gedung Sekolah Dasar Negeri (SDN) 05 Cilaku di Kecamatan Tenjo,

    Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang dibangun tahun 1985 kini merana, kusam dan usang termakan

    usia.

    Atap kedua gedung sekolah yang terdiri atas enam ruang kelas dan satu ruang guru itu bocor pada

    beberapa bagian, kosen-kosennya keropos, jendelanya bolong dan lantainya berlumpur saat hujan.

    Kursi dan meja kayu belajar model lama dalam ruang-ruang kelas bagi sekitar 210 siswa sekolah itu

    tidak lagi mulus, sebagian berlupang dan keropos dimakan rayap.

    "SDN 05 Cilaku ini berdiri tahun 1985, sejak berdiri bangunan yang kedua ini belum pernah

    direnovasi, kalau bangunan yang pertama sudah pernah tapi sudah sangat lama," kata Kepala

    Sekolah SDN 05 Cilaku, Ruiyat.

    Ruiyat mengatakan, sehari-hari siswa belajar di ruangan yang kondisinya tidak bisa disebut layak itu.

    "Ya kalau hujan airnya ngucur ke kelas," katanya tentang atap satu kelas yang berlubang. Sisa

    rembesan air hujan pada Selasa masih terlihat di lantai ruang kelas, persis di bawah atap yang bocor.

    Agar tidak terjadi genangan tidak memenuhi ruangan, pengurus sekolah membuat celah kecil seperti

    lobang tikus pada dinding kelas sebagai jalur keluar air.

    Selain itu pintu dan jendela ruang kelas empat, lima dan enam juga sudah banyak keropos karena

    rayap. Beberapa jendelanya tidak berkaca lagi. Beberapa bilah bambu dipasang untuk menutup

    jendela yang terbuka. "Biar tidak ada yang masuk ke kelas di tutup seadanya," kata Ruiyat. Pintu

    dengan dua daun yang terbuat dari bahan triplek di ruang kelas empat dan lima berlubang pada

    beberapa bagian. Pintu kedua ruang itu hanya bisa dikunci dari dalam sehingga hanya bisa dibuka

    dari ruang kelas enam dengan mengangkatnya, karena engsel pintu sudah tidak berfungsi.

    Lubang pada pintu ruang kelas tiga lebih besar, sehingga pintu hanya bisa dikunci dengan

    mengikatnya menggunakan tali. Kandang bebek yang sebulan lalu dibangun warga dekat sekolah

    membuat anak-anak harus belajar dengan bau tak sedap kotoran bebek yang terbawa angin.

    "Disebelah itu kadang bebek peking, ada warga yang beternak bebek sudah satu bulan ini," ujarnya

    Dulmaji, penjaga sekolah yang sudah bekerja sejak 2005.

    Menurut Ruiyat, sekolah sudah berupaya memperbaiki kerusakan bangunan sekolah menggunakan

    dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) namun dana yang tersedia tidak cukup untuk memperbaiki

    semua kerusakan. Perbaikan hanya dilakukan sebisanya, antara lain dengan menambal atap yang

    bocor. "Untuk memperbaiki ini perlu dana yang besar. Dana BOS tidak cukup memperbaikinya,"

    katanya.

    Sekolah, lanjut Ruiyat, juga sudah melaporkan kondisi sekolah ke Pemerintah Kabupaten Bogor

    melalui Dinas Pendidikan setempat. "Informasinya perbaikan sekolah akan dilakukan dalam tahun ini

    melalui dana DAK," katanya.

    Menurut Sekretaris Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, Gada Sembada, bangunan SDN 05

    Cilaku akan segera diperbaiki menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) pemerintah. "SDN 05 Cilaku

    terdaftar dalam penerima dana DAK yang akan direhabilitasi tahun ini," katanya.

    15

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013 Siswa Mts. Mulimin Bertaruh Nyawa Setiap ke Sekolah

    Sumber : Pikiran Rakyat, 14 Mei 2013

    Penulis : A-186/A-147

    CIANJUR, (PRLM).- Jembatan gantung yang berdiri diatas Sungai Cisokan yang kondisinya memprihatinkan membuat ratusan siswa MTs. Muslimin, Kampung Bojongkopo, Desa Sukabungah, Kecamatan Campakamulya, Kabupaten Cianjur harus bertaruh nyawa setiap berangkat dan pulang sekolah. Pasalnya, untuk sampai ke lokasi sekolahnya, mereka terlebih dahulu harus melewati jembatan gantung yang kondisinya kini sudah mulai rusak. Padahal jembatan tersebut merupakan satu-satunya akses menuju sekolah yang berlokasi tepat di pinggir Sungai Cisokan itu.

    "Memang paling dekat ya harus melewati jembatan ini. Sekolah kami kan ada dipinggir sungai Cisokan. Kalau melewati belakang sekolah harus memutar. Sedangkan kebanyakan siswa di Mts Muslimin ke sekolah dengan berjalan kaki. jadi, memilih yang dekat saja meski melewati jembatan gantung," ucap salah seorang siswa MTs. Muslimin, Kiki Zakiah (15) kepada "PRLM", Selasa (14/5/2013).

    Kiki bersama teman-temannya mengaku sering merasa khawatir jika melewati jembatan gantung tersebut. Apalagi jika musim hujan jembatan sepanjang sekitar 15 meter tersebut hanya terbuat dari bambu akan licin jika terkena guyuran air hujan. "Namun, sejauh ini belum pernah ada kejadian sampai sungai meluap atau kejadian yang mengakibatkan siswa meninggal. Tapi, kami juga selalu menjaga kewaspadaan ketika melewati jembatan tersebut karena tidak boleh dilewati secara bersamaan oleh 10 orang sekaligus," tuturnya.

    Kiki pun berharap, jembatan tersebut segera diperbaiki mengingat kondisinya yang sudah mulai lapuk dimakan usia. Ia mengkhawatirkan jika kondisi itu dibiarkan, suatu saat nanti bisa memakan korban.

    Kepala MTs Muslimin, Dedi mengaku khawatir dengan keselamatan para siswanya saat melintasi jembatan tersebut, terlebih kondisi jembatan yang terbuat dari bilah bambu itu kondisinya memang sudah lapuk. "Ada beberapa bambu yang harus diganti karena sudah lapuk. Untuk sementara baru kita ikat dengan kawat dan ditambal dengan bambu yang ada," tuturnya.

    Pembangunan jembatan tersebut, kata Dedi, awalnya atas inisiatif pihak sekolah mengingat para siswa harus berjalan memutar dengan jarak yang lumayan jauh untuk sampai ke lokasi sekolah. "Jembatan ini kita bangun secara swadaya, oleh sekolah, para orangtua murid dan masyarakat. Namanya swadaya yah seadanya seperti ini," katanya.

    Dedi menuturkan untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, pihaknya mengimbau para siswa dan juga warga yang menggunakan jembatan itu untuk senantiasa berhati-hati saat melintas apalagi seusai turun hujan. "Kepada para siswa kita selalu ingatkan agar saat melintasi jembatan tidak bergerombol apalagi berlarian, namun selalu berhati-hati dan berpegangan pada tali karena licin kalau sehabis hujan," ujarnya.

    Sementara itu, Sebanyak 55 jembatan gantung yang kondisinya memprihatinkan di Kabupaten Cianjur menjadi prioritas untuk diperbaiki. Namun, Dinas Tata Ruang dan Pemukiman (Distarkim) Kabupaten Cianjur Tahun 2013 rencananya akan melakukan perbaikan empatjembatan karena keterbatasan dana.

    "Jumlah 55 jembatan gantung tersebut, kondisinya bervariatif ada yang rusak berat, ambruk, dan ada

    juga yang rusak ringan. Namun, seluruhnya layak menjadi prioritas untuk diperbaiki," ucap

    Kadistarkim Cianjur, Yoni Raleda.

    16

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013 Bidikmisi Telat, Mahasiswa Gali Lubang Tutup Lubang

    Sumber : Kompas, 15 Mei 2013

    Penulis : Rini Kustiasih, Aloysius Budi Kurniawan

    KOMPAS.com - Bagaimana jadinya ketika andalan utama untuk mengongkosi perkuliahan dan hidup

    terhambat? Tentu saja banyak dari mahasiswa yang mengalami hal tersebut menjerit. Itulah yang

    terjadi saat Beasiswa Pendidikan bagi Mahasiswa Berprestasi terlambat penyalurannya.

    Penerima Beasiswa Pendidikan bagi Mahasiswa Berprestasi (Bidikmisi) yang merupakan mahasiswa

    dari keluarga tidak mampu ini kesulitan membiayai kuliah dan hidup sehari-hari. Banyak di antara

    penerima beasiswa itu kebingungan dan berupaya mencari cara agar kuliah tidak terputus. Walaupun

    pencairan beasiswa sudah kembali normal pada 6 Mei lalu, sejak Januari 2013 pencairannya tertunda

    sehingga membuat hidup mereka kembang kempis.

    Alasan tersendatnya penyaluran Bidikmisi itu adalah karena pemerintah mengalihkan tabungan

    Bidikmisi dari BNI ke Bank Mandiri. Pengalihan tabungan itu membuat penyaluran beasiswa

    terkendala.

    Saya tidak tahu alasan pastinya. Namun, menurut pihak kemahasiswaan di jurusan, keterlambatan

    itu terjadi karena pengalihan tabungan dari BNI ke Bank Mandiri, kata Abdul Rohman, mahasiswa

    asal Garut, Jawa Barat, yang mengambil jurusan Pendidikan Sosiologi di Universitas Pendidikan

    Indonesia, Bandung, pekan lalu. Hampir seluruh mahasiswa angkatan 2010 dan 2011 di kampus itu

    terlambat menerima Bidikmisi.

    Seharusnya Abdul menerima Rp 600.000 per bulan. Namun, sejak awal semester ini, yakni Januari,

    uang Bidikmisi belum disalurkan. Baru pada 6 Mei lalu, Abdul menerima kartu ATM dan buku

    tabungan Bank Mandiri yang sudah berisi uang Bidikmisi senilai Rp 3,6 juta. Uang itu adalah

    akumulasi dari pencairan Bidikmisi yang semestinya setiap bulan.

    Lima bulan telat, kata Abdul.

    Lima bulan tanpa beasiswa yang dijanjinkan itu membuat Abdul dengan berat hati membebani

    orangtuanya. Dia terpaksa meminta kiriman dari orangtuanya Rp 200.000 per dua minggu. Jumlah

    itu besar bagi kami. Orangtua saya sebenarnya keberatan karena mereka buruh tani. Hanya saja

    mereka tidak tega anaknya enggak makan, tuturnya.

    Beruntung Abdul Rohman tidak harus membayar uang untuk indekos. Ia tinggal di asrama Pesantren

    Nurun Nikmah, Sarijadi, Bandung. Di asrama itu, dia dipungut biaya Rp 30.000 untuk iuran wajib dan

    membayar listrik.

    Asrama mereka cukup bersih. Setiap kamar berukuran sekitar 12 meter persegi itu diisi 4-5

    mahasiswa. Umumnya mereka adalah mahasiswa UPI yang datang dari luar Bandung, seperti Ciamis,

    Garut, dan Tasikmalaya.

    17

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013 Bidikmisi Telat, Mahasiswa Gali Lubang Tutup Lubang

    Sumber : Kompas, 15 Mei 2013

    Penulis : Rini Kustiasih, Aloysius Budi Kurniawan

    Kalau saya ngekos, uangnya enggak cukup. Di sini (Bandung) biaya indekos Rp 300.000-Rp 400.000

    per bulan. Daripada untuk indekos, lebih baik ditabung untuk biaya tugas, katanya yang meraih

    indeks prestasi (IP) semester terakhir 3,27.

    Wawas Aliyul H, mahasiswa lainnya, menuturkan, ia berusaha mencari pekerjaan agar bisa

    memenuhi kebutuhan sehari-hari saat uang Bidikmisi tersendat dikirimkan. Naasnya uang di

    kantongnya yang tinggal Rp 50.000 lenyap karena ditipu.

    Saya pernah mendapatkan panggilan lamaran kerja di Leuwipanjang, Bandung. Di kantong ada Rp

    50.000 untuk ongkos. Namun, sesampainya di sana, saya justru dimintai Rp 600.000 agar bisa

    mengikuti pendidikan dan pelatihan sebelum diterima kerja. Saya langsung menolak, eh, malah

    dipaksa memberikan Rp 30.000 untuk administrasi. Saya akhirnya pulang ke kampus hanya

    membawa uang Rp 10.000, kata Wawas.

    Wawas tidak tega meminta uang kuliah kepada orangtuanya di Ciamis. Ayahya sehari-hari berdagang

    bubur kacang keliling kampung. Namun, orangtuanya tetap memaksakan diri mengirimi uang

    Wawas. Kadang dikirimi Rp 100.000, pernah juga Rp 200.000 per bulan. Kalau untuk makan sehari-

    hari di sini, saya biasanya pinjam teman-teman dekat, katanya.

    Teman-teman mengerti kesulitan saya. Banyak yang mau meminjami uang untuk transportasi ke

    kampus atau fotokopi. Untunglah masih banyak yang percaya, ujarnya.

    Ketika uang Bidikmisi turun pada awal Mei lalu, ia segera melunasi utang-utangnya. Uang itu sudah

    hampir habis untuk membayar utang-utangnya selama lima bulan terakhir. Pepatah gali lubang tutup

    lubang terpaksa diterapkan mahasiswa sederhana tetapi berprestasi ini.

    Butuh pendampingan

    Secara terpisah Direktur Kemahasiswaan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Senawi mengatakan,

    selama dua tahun berturut-turut pencairan anggaran di UGM terlambat. Akibatnya, UGM harus

    menalangi terlebih dulu biaya pendidikan mahasiswa penerima Bidikmisi.

    Tahun lalu, pencairan anggaran Bidikmisi dari Direktorat Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan

    dan Kebudayaan bulan Januari-Maret terlambat dan pada tahun 2013 kejadian sama terulang.

    Anggaran Bidikmisi bulan JanuariMaret 2013 juga terlambat cair, ujarnya.

    17

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013 Bidikmisi Telat, Mahasiswa Gali Lubang Tutup Lubang

    Sumber : Kompas, 15 Mei 2013

    Penulis : Rini Kustiasih, Aloysius Budi Kurniawan

    Menyikapi hal tersebut, dengan alasan prinsip kemanusiaan UGM akhirnya menalangi dana Bidikmisi

    bagi 3.052 mahasiswa penerima Bidikmisi tahun 2010-2012. Kebetulan UGM punya kewenangan

    mengelola keuangan secara mandiri sehingga kami bisa mencari sumber dana talangan terlebih dulu.

    Perlu diketahui juga, persoalan keterlambatan pengucuran anggaran pemerintah tidak hanya pada

    program Bidikmisi, tetapi juga pada program lain. Beberapa waktu lalu kami mengirimkan tim robot

    pada kejuaraan robot internasional dengan dana talangan karena pemerintah belum mengucurkan

    dana, ujarnya.

    Meski demikian, menurut Senawi, persoalan dalam program Bidikmisi bukan hanya sekadar

    keterlambatan pencairan uang dari pemerintah, melainkan juga soal perlunya pendampingan khusus

    bagi mahasiswa-mahasiswa penerima Bidikmisi. Di UGM, dari total 3.052 mahasiswa penerima

    Bidikmisi, sekitar 80 mahasiswa memiliki indeks prestasi di bawah 2 sehingga berpotensi

    menyelesaikan kuliah dalam waktu lama.

    Jatah program Bidikmisi bagi setiap mahasiswa S-1 hanya 4 tahun. Jika IP mereka kurang dari 2,

    mereka akan kerepotan menyelesaikan kuliah dalam waktu 4 tahun bahkan bisa terancam drop out,

    kata Senawi.

    Karena permasalahan ini, tanpa bantuan pemerintah, UGM berinisiatif memberikan pendampingan

    khusus berupa program penyelamatan mahasiswa Bidikmisi yang terkendala persoalan akademik.

    Mahasiswa dan dosen muda diterjunkan untuk mendampingi mereka.

    Permata Sari Telaumbanua, mahasiswa Fakultas Geografi UGM angkatan 2012 asal Gunung Sitoli,

    Sumatera Utara, mengungkapkan, uang Bidikmisi yang diterimanya sebagian besar habis untuk biaya

    praktikum, fotokopi, dan mencetak tugas-tugas kuliah. Sisa dari uang tersebut baru ia gunakan untuk

    kebutuhan hidup sehari-hari dan makan.

    Para mahasiswa penerima Bidikmisi berharap beasiswa mereka tidak telat lagi. Mereka menggantung

    asa pada konsistensi pemerintah dalam program Bidikmisi.

    17

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013 Menyedihkan, 753 Ruang Kelas SDN di Sumenep Rusak

    Sumber : Antara, 16 Mei 2013

    Penulis : Slamet Hidayat

    Sumenep, Jatim (ANTARA News) - Pimpinan Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, menyatakan kondisi 753 ruang kelas sekolah dasar negeri (SDN) setempat rusak berat. "Ratusan ruang kelas yang rusak berat itu tersebar di SDN yang ada di kecamatan daratan maupun kepulauan," ujar Kepala Dinas Pendidikan Sumenep M Sadik, Kamis.

    Sebanyak 279 dari 753 ruang kelas itu, kata dia, direncanakan akan diperbaiki pada tahun ini dengan menggunakan dana alokasi khusus (DAK) bidang pendidikan. "Sementara sisanya akan diperbaiki melalui dana rehabilitasi yang dialokasikan APBN 2013," ucapnya.

    Sebanyak 279 ruang kelas yang akan diperbaiki melalui DAK itu tersebar di 93 SDN, masing-masing SDN sebanyak tiga ruang. Ia juga mengemukakan, program rehabilitasi ruang kelas yang rusak berat tersebut memprioritaskan SDN yang memiliki jumlah murid lebih banyak.

    "Kami ingin memastikan kegiatan belajar mengajar (KBM) berjalan nyaman yang salah satu indikatornya adalah ruang kelasnya dalam kondisi bagus (tidak rusak)," katanya. Dinas Pendidikan Sumenep menargetkan rehabilitasi semua ruang kelas yang rusak berat itu tuntas pada 2014.

    Pada 2012, sebanyak 444 ruang kelas SDN di Sumenep yang rusak berat diperbaiki melalui DAK maupun APBN. Sumenep memiliki 27 kecamatan dan sembilan di antaranya berada di wilayah kepulauan.

    18

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013 Penerima Bantuan Siswa Miskin Jadi 14 Juta

    Sumber : Kompas, 16 Mei 2013

    Penulis : Luki Aulia

    JAKARTA, KOMPAS.com- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menambah jumlah penerima program bantuan siswa miskin menjadi total 14 juta siswa di tingkat SD hingga SMA dari anggaran kompensasi kenaikan harga BBM.

    Untuk SD ditambah lima juta siswa dari sekitar tiga juta menjadi delapan juta siswa penerima. Adapun untuk SMP, dari 1,6 juta menjadi empat juta siswa dan untuk SMA/SMK dari 1,1 juta menjadi 1,87 siswa penerima.

    Bukan hanya jumlah siswa penerima yang ditambah melainkan juga jumlah bantuan yang diterima atau unit cost.

    Untuk SD, setiap tahunnya masing-masing siswa akan menerima Rp 450.000,- dari Rp 350.000,-. Untuk SMP, dari Rp 560.000,- per siswa per tahun menjadi Rp 750.000 per siswa per tahun.

    Adapun untuk SMA/SMK tetap berjumlah Rp 1 juta per siswa per tahun. Hal itu dikemukakan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hamid Muhammad, Kamis (16/5/2013) di Jakarta.

    "Penambahan unit cost dan siswa penerima ini mulai bulan Juli mendatang. Penyaluran BSM ini sedang dievaluasi di DPR. Banyak evaluasinya seperti ketidaktepatan sasaran. Yang dievaluasi sekolah," ujarnya.

    "Nanti siswa diberi kartu oleh TNP2K sebagai syarat mengambil bantuannya di kantor pos. Kita pakai data TNP2K agar lebih tepat sasaran. Disinyalir ada pengorganisasian dalam pengambilan uang oleh guru dan kepala sekolah. Padahal seharusnya langsung ke siswa," kata Hamid.

    Hamid menjamin penyaluran BSM kali ini tidak salah sasaran karena BSM langsung dikirimkan ke siswa.

    Data yang diperoleh dari kepala sekolah dikoordinasikan ke pusat secara online. Jika disetujui, BSM diajukan ke KPPN untuk kemudian disalurkan ke siswa.

    Syarat yang harus dibawa siswa ke kantor pos adalah surat rekomendasi dari sekolah yang menyatakan bahwa siswa masih bersekolah. Selain itu juga membawa kartu siswa atau rapor.

    "Sudah tidak ada voucher tahun ini. Untuk sekolah-sekolah yang jaraknya jauh dari kantor pos, bisa

    diwakilkan oleh kepala sekolah," kata Hamid.

    19

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013 Rapor Terendam Banjir, Kenaikan Kelas Terancam Tertunda

    Sumber : Antara, 17 Mei 2013

    Penulis : Aditya A Rohman

    Sukabumi (ANTARA News) - Ratusan pelajar Madrasah Diniyah Awaliyah di Cisolok, Kabupaten

    Sukabumi terancam tertunda kenaikan kelasnnya karena rapor milik mereka terendam banjir.

    "Ada 120 rapor milik pelajar kelas V dan VI yang terendam banjir dan sudah tidak bisa digunakan lagi

    karena rusak, saat ini kami hanya bisa berupaya menggantinya. Kami khawatir kenaikan kelas pelajar

    kami ini tertunda karena rapornya yang rusak," kata wali kelas Madrasah Diniyah Awaliyah

    Kabupaten Sukabumi Ela Nurlaelasari kepada Antara, di Sukabumi, Jawa Barat, Jumat.

    Menurut dia, yang paling dikhawatirkan adalah rapor pelajar kelas VI sebanyak 65 orang yang bisa

    berakibat kepada kelulusan karena bobot nilai untuk kelulusan salah satunya berasal dari rata-rata

    nilai rapor.

    Tetapi, pihaknya tetap berupaya agar seluruh rapor yang rusak akibat terendam banjir ini bisa

    diganti.

    Sedangkan untuk nilai pihaknya akan rapat dengan para guru untuk meminta rekapitulasi nilai

    ratusan pelajar ini, khususnya pelajar kelas VI yang akan melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih

    tinggi.

    "Kepada orang tua murid dan pelajar, tidak perlu khawatir karena kami sebagai guru akan berupaya

    agar dengan rusaknya rapor ini bisa diganti. Selain itu, kerusakan ratusan rapor ini merupakan akibat

    bencana sehingga dipastikan akan ada dispensasi untuk mempermudah, baik dari pihak sekolah

    maupun pelajar," tambahnya.

    Selain rapor, para pelajar yang menjadi korban banjir pun saat ini membutuhkan seragam, karena

    seragam sekolahnya juga rusak dan kotor akibat terendam banjir dan lumpur. Bahkan ijazah sekolah

    milik para korban banjir pun ikut terendam.

    Salah seorang korban, Rita mengatakan banjir tersebut bukan hanya merusak rumahnya tetapi

    barang-barang miliknya khususnya ijazah sekolah mulai dari SD sampai SMA. "Ijazah saya sudah tidak

    ada yang bisa diselamatkan lagi karena terendam lumpur yang cukup tebal," katanya.

    20

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013 Pemkot Padang Bentuk Posko Anti Putus Sekolah

    Sumber : Antara, 20 Mei 2013

    Penulis : Agung Prambudi

    Padang (ANTARA News) - Pemerintah Kota Padang membentuk posko anti putus sekolah di daerah

    itu, tepat pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional.

    Wali Kota Padang Fauzi Bahar di Padang, Senin, mengatakan, dengan adanya posko anti putus

    sekolah, maka anak putus sekolah yang disebabkan ketidakmampuan orang tuanya untuk membiayai

    pendidikan dapat teratasi.

    "Kita akan tetap berusaha semaksimal mungkin mencarikan bapak asuh bagi anak-anak yang drop

    out dari bangku pendidikan untuk penanggulangan biaya sekolah, mungkin dana sekitar Rp200

    sampai Rp300 ribu setiap bulan per anak, sampai dia menamatkan pendidikan sekolah tingkat SLTA

    atau sederajat," kata Fauzi.

    Dia menambahkan, hal ini harus dilakukan agar angka putus sekolah di daerah ini dapat ditekan, dan

    masyarakat dapat difasilitasi akses pendidikannya.

    Pemkot Padang menganggap pentingnya posko tersebut, didasari pandangan jika banyak anak putus

    sekolah dibiarkan begitu saja, maka cepat atau lambat anak-anak tersebut dapat tidak mempunyai

    disiplin diri, hidup apa adanya.

    Dengan demikian kemudian menjadikan mereka pengamen, meminta-minta dan sebabainya, sebab

    tidak adanya pendidikan yang seharusnya mereka terima untuk meningkatkan taraf hidup, dan

    perekonomian dimasa yang akan datang.

    "Dengan di luncurkanya posko anti 'drop out' ini, bagi anak putus sekolah disebabkan ketidak

    mampuan orang tuanya untuk membiayai biaya sekolah karena orang tuanya tidak mempunyai

    pekerjaan tetap atau berhenti dari pekerjaan, tentu akan dapat terbantu," jelasnya.

    Fauzi menambahkan, pendidikan adalah masalah kita bersama terutama pemerintah harus dapat

    mencari solusinya, bagi anak-anak putus sekolah tersebut, dan bagi pehik lurah atau camat agar

    dapat mendatanya denganseteliti mungkin.

    "Kita juga minta partisipasi semua pihak dalam hal ini, untuk melakukan pendataan, agar program ini

    tepat sasaran," tegasnya.

    21

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013 Masyarakat Masih Membutuhkan Sekolah Gratis

    Sumber : Republika, 21 Mei 2013

    Penulis : Taufik Rachman

    REPUBLIKA.CO.ID,PALEMBANG--Pengamat pendidikan Prof Abdullah Idi mengatakan, sekolah gratis yang dilaksanakan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan masih dibutuhkan masyarakat di daerah ini.

    Hal ini berdasarkan penelitian masyarakat kurang mampu sangat mendambakan sekolah gratis, kata Abdullah Idi saat berbicara pada seminar Sekolah Gratis yang dilaksanakan Ikatan Koresponden Nasional di Palembang, Selasa.

    Menurut dia, dengan adanya sekolah gratis masyarakat kurang mampu cukup terbantu karena mereka tidak perlu lagi terlalu memikirkan biaya sekolah anak. Memang, kata dia, selama ini masyarakat masih banyak beranggapan sekolah gratis kualitasnya kurang bagus.

    Anggapan itu memang ada benarnya, karena dalam meningkatkan mutu pendidikan diperlukan proses dan waktu yang panjang, kata dosen Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang ini.

    Oleh karena itu, siapapun pemimpin nanti program sekolah gratis harus terus berjalan sehingga masyarakat khususnya yang kurang mampu tetap dapat menyekolahkan putra-putrinya.

    Kepala Dinas Pendidikan Sumsel Widodo mengatakan, sekolah gratis milik semua masyarakat yang ada di provinsi ini dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

    Oleh karena itu Pemerintah Provinsi Sumsel memprogramkan sekolah gratis mulai dari tingkat sekolah dasar hingga SMU negeri maupun swasta.

    Memang, kata dia, masih ada kendala di lapangan dalam pelaksanaan sekolah gratis tersebut, sehingga terus dibenahi supaya kualitasnya semakin bagus.

    Untuk memotivasi masyarakat pihaknya membuat sekolah percontohan bermutu yakni SMU Negeri Sumsel yang siswanya mayoritas sudah memiliki prestasi.

    22

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013

    Pemprov Sumsel Kembangkan Sekolah Unggulan Gratis

    Sumber : Republika, 25 Mei 2013

    Penulis : Taufik Rachman

    REPUBLIKA.CO.ID,PALEMBANG--Pemerintah Provinsi, kabupaten dan kota berhak mendirikan sekolah unggulan setara dengan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional, karena itu sudah diatur dalam undang-undang, kata Kepala Dinas Pendidikan Sumsel Widodo.

    "Amanat undang-undang menyatakan setiap pemerintah daerah dalam hal ini provinsi, kota dan

    kabupaten sekurang-kurangnya harus mendirikan sekolah unggulan bertaraf internasional, katanya

    pada pelatihan jurnalistik bagi para pelajar dan mahasiswa di Palembang, Sabtu.

    Menurut dia, pemerintah provinsi mendirikan SMA Negeri Sumsel yang berarti izin pendiriannya juga

    melalui provinsi dan tidak perlu lagi dengan kabupaten dan kota tempat sekolah itu berada.

    Ia mengatakan, SMA Negeri Sumsel itu memang siswa dan siswinya diseleksi dari kabupaten dan kota

    yang ada di provinsi tersebut. Selain itu pelajar SMA Negeri Sumsel itu diutamakan bagi masyarakat

    kurang mampu yang memiliki prestasi tinggi.

    Jadi sekolah Sumsel sebagai percontohan dalam program Sekolah Gratis yang dijalankan Gubernur

    Sumsel Alex Noerdin.

    Ini berarti sebagai motivasi supaya kabupaten dan kota juga mendirikan rintisan seperti Sekolah

    Bertaraf Internasional. Sekolah tersebut menggunakan dua bahasa yakni Indonesia dan Inggris,

    katanya.

    Memang, kata dia, siswa dan siswi SMA Negeri Sumsel prestasinya cukup bagus karena sudah

    diperhitungkan di tingkat nasional bahkan internasional.

    Oleh karena itu mari bersama-sama meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan terus

    mengembangkan diri dan mutu sekolah, tambah dia.

    23

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013 Bekasi Jamin Siswa Miskin Bisa Bersekolah Gratis

    Sumber : Antara, 29 Mei 2013

    Penulis : Andi Firdaus

    Bekasi (ANTARA News) - Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi, Jawa Barat, menjamin seluruh siswa tidak

    mampu di wilayah setempat dapat meneruskan pendidikan hingga ke jenjang SMP atau SMA/SMK

    secara gratis.

    "Jaminan tersebut telah kami tuangkan dalam nota kesepahaman yang melibatkan Dewan

    Pendidikan, Kantor Kementerian Agama, dan Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) hari ini,"

    ujar Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi, di Bekasi, Rabu.

    Perjanjian tersebut ditandatangani di Aula Islamic Center Kota Bekasi dengan disaksikan oleh seluruh

    kepala sekolah negeri dan swasta di wilayah setempat. Menurut dia, nota kesepahaman ini

    merupakan tindak lanjut atas pemberlakuan aturan penerimaan siswa baru (PSB) secara `online` 100

    persen mulai tahun ajaran 2013/2014.

    "Selama ini, siswa dari keluarga tidak mampu mengincar sekolah negeri yang dianggap lebih murah

    biaya pendidikannya dibandingkan dengan sekolah swasta. Mereka memanfaatkan jalur bina

    lingkungan," katanya.

    Namun kenyataannya, jalur bina lingkungan ini tak hanya dimanfaatkan oleh siswa dari keluarga

    tidak mampu, tapi juga oleh banyak pihak sehingga jumlah yang direkrutnya kerap membeludak.

    Oleh karena itu, kata dia, mulai tahun ajaran kali ini, Pemkot Bekasi resmi menghapus jalur bina

    lingkungan dan memberlakukan PSB `online` 100 persen.

    Dalam nota kesepahaman tersebut ditegaskan bahwa siswa dari keluarga tidak mampu tetap

    diharuskan bersaing secara akademis dengan pendaftar lain di sekolah negeri yang dituju.

    Manakala siswa tersebut kalah bersaing sehingga gagal diterima di sekolah negeri yang diingini, ia

    dapat mendaftar di sekolah swasta yang terdekat dari rumahnya tanpa dipungut biaya apa pun.

    "Dengan ditandatanganinya nota kesepahaman ini oleh BMPS, maka tidak boleh ada sekolah swasta

    mana pun yang menolak menerima siswa dari keluarga tidak mampu. Terhadap mereka pun tidak

    diperkenankan memungut biaya pendidikan karena akan ditanggung oleh Pemkot Bekasi," katanya.

    24

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013 Universitas Surya: 300 Beasiswa Bagi Lulusan Tak Mampu Asal DIY

    Sumber : Republika, 30 Mei 2013

    Penulis : Reni Ridanrinen

    REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Universitas Surya Tangerang menawarkan sebanyak 300 siswa bagi lulusan SLTA baik SMA/SMK jurusan IPA/IPS dari keluarga tidak mampu.

    ''Mereka akan mendapatkan beasiswa penuh dari Universitas Surya, termasuk penginapannya kami sediakan gratis,''kata kata Pendiri Universitas Surya Yohannes Surya pada wartawan usai melakukan audiensi dengan Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X di Kepatihan Yogyakarta, Kamis (30/5).

    Menurut Profesor di bidang fisika ini, penyeleksian siswa yang akan mendapatkan beasiswa

    dilakukan oleh Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY, tetapi diutamakan pelajar berprestasi

    yang tidak mampu. Supaya mereka mendapatkan kesempatan belajar dari doktor-doktor yang ada di

    Universitas Surya. Ada sebanyak 200 doktor yang akan membimbing para penerima beasiswa di

    Univeristas Surya.

    ''Beasiswa tersebut baru diberikan tahun ini. Tetapi kami berharap akan berlanjut untuk tahun depan

    Beasiswa yang diberikan untuk melanjutkan S1 di berbagai jurusan seperti ekonomi, wirausaha,

    energi, pertanian.

    ''Kami memberikan beasiswa bagi pelajar di DIY ini merupakan prioritas karena saya dekat

    Yogyakarta dan anak-anak Yogya itu pintar-pintar. Saya dengar laporan dari 300 siswa yang ikut

    lomba riset sebanyak 200 siswa diantaranya berasal dari Yogyakarta. Sebenarnya saya ingin sekali

    mengambil anak-anak yang hebat-hebat ini,''kata dia menegaskan.

    Penerima beasiswa universitas SUrya se Indonesia sekitar 1500 siswa dan 300 siswa (20 persen)

    diantaranya dari DIY. ''Ini kesempatan yang luar biasa bagi siswa tidak mampu dari DIY. Kebetulan

    Ngarso Dalem (red. Sultan Hamengku Buwono X mau bekerjasama dengan Universitas Surya untuk

    anak tidak mampu yang ada di DIY,''tuturnya.

    25

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013

    Penerima Bantuan Siswa Miskin Ditambah

    Sumber : Suara Merdeka, 31 Mei 2013

    Penulis : K32-37

    JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mengambil kebijakan untuk menambah jumlah penerima dan nominal Bantuan Siswa Miskin (BSM), yang dialokasikan dari Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2013. Hal itu juga merupakan wujud kompensasi atas rencana kenaikan harga BBM.

    Rencana tersebut disambut baik oleh Komisi X DPR RI. Namun, Kemdikbud diingatkan untuk dapat menjamin keakuratan data penerima BSM, sehingga program tersebut dapat tepat sasaran.

    "Problem kita itu ada di data. Karena di Kementerian Sosial ada program keluarga harapan yang target dan basisnya juga dari keluarga miskin," kata anggota Komisi X dari Fraksi PKB, Abdul Kadir Karding saat raker dengan Kemdikbud, di Gedung DPR, kemarin.

    Karena itu, keseriusan pemerintah untuk menghimpun data menjadi poin penting agar program tersebut dapat berjalan efektif. "Transparansi data itu harus diperhatikan serius. Bagaimana pemerintah bisa menjamin bahwa tidak terjadi tumpang tindih," ungkapnya.

    Dalam RAPBN-P 2013, Kemdikbud mengusulkan anggaran sebesar Rp 7,4 triliun. Jumlah tersebut akan dialokaskan untuk memperluas cakupan program BSM, dari 5,9 juta siswa menjadi 12,6 juta siswa.

    Tidak hanya itu, unit cost juga bertambah. Untuk SD dari Rp 360.000 per siswa per tahun menjadi Rp 450.000 per siswa per tahun. SMP dari Rp 560.000 menjadi Rp 750.000, sedangkan untuk SMA/SMK tetap Rp 1 juta per siswa per tahun.

    Basis Keluarga

    Data yang akan digunakan Kemdikbud mulai tahun ini tidak lagi berbasis sekolah, melainkan data berbasis keluarga atau rumah tangga kurang mampu yang dihimpun oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), di bawah Sekretariat Wakil Presiden.

    Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan, dengan bertambahnya cakupan tersebut maka penerima BSM tidak hanya berasal dari kelurga miskin, namun keluarga yang masuk dalam kategori hampir miskin.

    "Kategori miskin dan hampir miskin itu hampir tidak ada bedanya. Karena itu, cakupannya kita naikkan, sehingga daerah ambang abu-abu lebih aman. Semua yang miskin dapat dan yang hampir miskin juga kita pastikan dapat," ujar Nuh.

    Selain penambahan unit cost, pihaknya juga mengusulkan penambahan uang sebesar Rp 200.000 pada masing-masing penerima BMS untuk mengurangi beban pembiayaan pendidikan dan sebagai kompensasi rencana kenaikan BBM. "Tapi, ini sifatnya tidak langgeng, hanya untuk tahun ini. Unit cost BSM itu harus langgeng dan dipastikan berkelanjutan," tutur mantan Rektor ITS itu.

    26

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013 510 Siswa Bakal Memperoleh Dana BSM

    Sumber : Kompas, 3 Juni 2013

    Penulis : Benny N Joewono

    JAMBI, KOMPAS.com Sebanyak 510 orang siswa dari berbagai SMA sederajat di Kabupaten Sarolangun, Jambi, diajukan ke pemerintah pusat untuk memperoleh dana Bantuan Siswa Miskin (BSM).

    Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sarolangun, Lukman, ketika dihubungi, Minggu, pemberian dana BSM ini merupakan salah satu langkah yang diambil pemerintah guna meringankan beban biaya pendidikan bagi para pelajar.

    Dinas Pendidikan Sarolangun hingga saat ini masih menunggu petunjuk dari Kemendikbud terkait petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis terkait pemberian dana BSM ini. "Ada juga dana BSM untuk SMK. Data nama-nama para siswa telah kita ajukan, mudah-mudahan hasilnya positif," ujar Lukman, Minggu (2/6/2013).

    Meski begitu, Lukman belum dapat memastikan jumlah atau besaran dana yang bakal diterima para siswa, mengingat pihaknya belum menerima informasi detail dari pemerintah pusat. "Berapa pun bantuan dari pemerintah nanti dipastikan akan disalurkan sesuai dengan ketentuan dan tidak ada pemotongan," ujarnya.

    Ia menjelaskan, Dinas Pendidikan Sarolangun telah mengajukan 510 orang siswa yang diambil dari 14 sekolah SMA/MA sederajat se-Kabupaten Sarolangun. Lukman juga menyatakan pengajuan ratusan calon nama penerima BSM telah melalui proses verifikasi dan sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan selama ini.

    27

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013

    Kemdikbud Fokus Pengentasan Tunaaksara di 33 Kabupaten

    Sumber : Republika, 4 Juni 2013

    Penulis : Taufik Rachman

    REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2013 akan

    memfokuskan pada pengentasan tuna aksara di 33 Kabupaten terpadat yang memiliki angka tuna

    aksara lebih dari 50 ribu orang.

    "Pemerintah tidak dapat sendirian melakukan tugas pengentasan sehingga kami berharap seluruh

    pemangku kepentingan terlibat dan ambil bagian dalam mencerdaskan bangsa, " kata Dirjen

    Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal dan Informal (Paudni) Lydia Freyani Hawadi dalam Rakor

    Sinergi Perluasan Akses Program Pendidikan Kemasyarakatan di Yogyakarta, Selasa.

    Ia mengatakan keberadaan tuna aksara memiliki hubungan yang erat dengan tingkat kemiskinan,

    keterbelakangan dan ketertinggalan.

    Karena itu, katanya, pekerjaan mengurangi angka buta aksara merupakan tugas bersama seluruh

    elemen masyarakat dan bangsa Indonesia, katanya. "Pada kesempatan pertemuan ini saya ingin

    menggugah pemerintah daerah untuk mau mengalokasikan APBD secara layak untuk pengentasan

    tuna aksara," katanya.

    Kemdikbud memberikan apresiasi terhadap Pemda Jawa Timur dan Jawa Tengah yang

    mengalokasikan APBD cukup besar untuk keaksaraan, katanya.

    Data Ditjen Paudni terdapat tujuh provinsi dengan angka kemiskinan yang tinggi disertaai jumlah

    tuna aksara yang tinggi, yaitu Papua Barat, Papua, Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat

    (NTB), Jawa Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Jawa Timur.

    Dari provinsi-provinsi tersebut, sebanyak 2,54 juta orang tersebar di 33 kabupaten dengan jumlah

    tuna aksara di atas 50 ribu orang. Kabupaten Nias Selatan di Sumatera Utara menjadi yaang terpadat

    di Indonesia.

    Untuk mengentaskan tuna aksara di ketiga belas provinsi itu, Ditjen Paudni telah menganggarkan

    sejumlah dana bantuan sebesar Rp24,77 miliar. Sementara untuk 33 kabupaten yang terdapat tuna

    aksara dianggarkan bantuan sejumlah Rp23,22 miliar.

    28

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013

    7.258 Siswa Terima Bantuan Siswa Miskin

    Sumber : Republika, 6 Juni 2013

    Penulis : Taufik Rachman

    REPUBLIKA.CO.ID,KUTAI TIMUR--Sebanyak 7.258 siswa jenjang SD dan jenjang SMP/Sederajat di

    Kabupaten Kutai Timur Kaltim menerima Bantuan Siswa Miskin (BSM) Tahun 2013 ini dengan total

    dana mencapai Rp 2.898.720.000.

    Sesuai aturan pembagian BSM dilakukan melalui nomor rekening siswa dan tidak boleh diwakilkan,

    kecuali ada surat kuasa dengan alasan tertentu, kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur

    H.Imam Hidayat, Kamis.

    Ia menjelaskan, penerima Bantuan Siswa Miskin atau BSM yang berjumlah 7.258 siswa masing-

    masing jenjang SD berjumlah 4.082 siswa dan SMP berjumlah 3.176 orang siswa.

    Unit Cost BSM jenjang SD sebesar Rp 360 ribu per tahun per murid atau sebesar Rp1.469.520.000

    untuk 4.082 siswa. Dan kemudian cost untuk SMP sebesar Rp560 ribu per tahun per murid atau

    sebanyak 3.176 siswa dengan dana sebesar Rp1.429.200.000.

    "Yang menjadi persoalan adalah bagi siswa penerima BSM yang berada di daerah pedalaman dan

    pesisir dan terpentcil. Misalnya siswa yang berada di Sandaran dengan resiko saat gelombang besar

    tidak bisa datang ke kantor pos Sangkulirang," katanya.

    Karena untuk daerah pesisir seperti kecamatan Kaliorang, Karangan, Kaubun dan Sandaran

    ngambilnya di kantor Pos Sangkulirang,sehingga kalau terjadi musim gelombang siswa tidak

    mencairkan dananya dan inilah yang dicarikan solusinya.

    Sementara Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN 009) desa Kaliorang Kecamatan Kaliorang, Rusnomo

    mengatakan, BSM ini mampu mengatasi persoalan orang tua siswa yang tergolong miskin termasuk

    puluhan anak dari suku basap.

    Menurut Rusnomo SDN 009 yang dipimpinnya itu siswanya berjumlah 155 orang dengan mayoritas

    mendapatkan Bantuan Siswa Miskin dan 34 siswa diantaranya adalah anak dari Suku Basap.

    "Untuk dari siswa suku basap ini BSM diberikan dalam bentuk buku, sepatu, tas, baju seragam dan

    biaya transportasinya," kata Rusnomo.

    29

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013 Bupati Lebak Gratiskan Biaya Pendidikan Siswa Miskin

    Sumber : Republika, 6 Juni 2013

    Penulis : Taufik Rachman

    REPUBLIKA.CO.IDLEBAK--Bupati Lebak Mulyadi Jayabaya mengatakan, pemerintah daerah menggratiskan seluruh biaya pendidikan bagi siswa dari keluarga miskin guna mendongkrak angka partisipasi kasar tingkat sekolah lanjutan atas.

    "Kami menargetkan angka partipasi kasar (APK) jenjang SLTA tahun ini bisa mencapai 60 persen," kata Mulyadi Jayabaya di Rangkasbitung, Kamis.

    Bupati mengimbau siswa yang lulus ujian nasional (UN) tingkat SMP dan Madrasah Tsanawiyah agar melanjutkan pendidikan ke SLTA. Pemerintah daerah menggratiskan biaya pendidikan siswa miskin karena telah mengalokasikan subsidi untuk pendidikan.

    Selama ini, siswa yang melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTA di Kabupaten Lebak belum maksimal akibat lilitan ekonomi keluarga. Selain itu faktor budaya masyarakat juga belum mendukung terhadap pendidikan.

    Karena itu, pemerintah daerah menerbitkan peraturan daerah nomor 2 tahun 2010 tentang wajib pendidikan 12 tahun.

    Peraturan daerah nomor 2/2010 mengalokasikan biaya pendidikan dari APBD kabupaten, bertujuan untuk meningkatkan APK. Pencapaian APK di Kabupaten Lebak masih di bawah rata-rata nasional 60 persen. "Kita berharap tahun ajaran 2013-2014 bisa terealisasi APK 60 persen," katanya.

    Menurut dia, pihaknya mengalokasikan dana untuk siswa miskin bebas dari sumbangan penyelenggaraan pendidikan (SPP) bulanan dan dana sumbangan pembangunan (DSP). Dengan begitu, kata dia, tidak ada lagi alasan siswa miskin putus sekolah."Kami meminta siswa miskin bisa mengenyam pendidikan hingga lulus sampai tingkat SMA/SMK," ujarnya.

    Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak Asep Komar Hidayat mengatakan sebanyak 5.000 siswa SMA/SMK dari keluarga miskin menerima bantuan siswa miskin (BSM).

    Pihaknya terus menyosialisasikan kepada pengawas, tenaga pendidik, komite sekolah, dan masyarakat agar anak-anak tidak putus sekolah. Mereka siswa dari keluarga miskin mendapat bantuan pembebasan biaya pendidikan melalui BSM.

    Selain itu, juga menerima dana bantuan sekolah (BOS), bantuan khusus murid (BKM), rintisan BOS,

    dan subsidi silang. "Saya kira dengan adanya bantuan pendidikan gratis ini, tidak ada lagi alasan

    putus sekolah," katanya.

    30

  • DATA CENTER DIVISI PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA 2013 Kemenakertrans Sudah "Menarik" 32 Ribu Pekerja Anak

    Sumber : Kompas, 10 Juni 2013

    Penulis : Benny N Joewono

    SERANG, KOMPAS.com Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi sejak 2008 sudah "menarik" sekitar 32.000 pekerja anak dari tempat kerja untuk kembali ke sekolah, di antaranya melalui program Pengurangan Pekerja Anak pada Program Keluarga Harapan (PPA-PKH).

    Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (Binalattas) Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) Abdul Wahab Bangkona di Serang, Minggu, mengatakan, pihaknya telah "menarik" pekerja anak yang rata-rata berusia di bawah 18 tahun dan terutama yang bekerja dalam sektor informal.

    Para pekerja anak tersebut ditarik dari tempatnya bekerja untuk dikembalikan ke dunia pendidikan atau bersekolah sesuai dengan jenjang pendidikannya. "Daerah yang menjadi sentral pekerja anak tersebut biasanya daerah yang tingkat kemiskinannya tinggi. Sebab anak-anak yang bekerja itu karena faktor dorongan ekonomi keluarganya," kata Abdul Wahab seusai penyerahan paket bantuan dan penarikan pekerja anak di Provinsi Banten, Minggu (9/6/2013).

    Ia mengatakan, secara nasional sampai saat ini masih ada sekitar 300.000 pekerja anak yang kebanyakan bekerja dalam sektor informal untuk membantu kebutuhan ekonomi keluarganya.

    Untuk itu, pemerintah bersama pihak swasta dan masyarakat lainnya terus berupaya mengurangi angka pekerja anak dengan menyalurkan bantuannya atau menjadi orangtua angkat dari anak-anak yang kurang mampu agar bisa bersekolah.

    "Ini harus ada komitmen yang kuat dari semua pihak, karena kami anggarannya terbatas maka pemerintah daerah atau perusahaan-perusahaan harus bahu-membahu membantu anak yang kurang beruntung agar bisa sekolah bukan bekerja," katanya.

    Ia mengatakan, pada 2013 pihaknya menargetkan penarikan pekerja anak untuk kembali ke sekolah sekitar 11 ribu orang di seluruh Indonesia. Penarikan pekerja anak akan dijalankan di 21 provinsi dan 89 kabupaten/kota sebagai program pengurangan pekerja anak untuk mendukung program keluarga harapan (PPA-PKH).

    Wahab mengatakan, setelah menjalani program penarikan, pekerja anak akan dikembalikan ke sekolah untuk belajar formal di tingkat SD/SMP atau SMA, madrasah, pesantren, dan kejar paket.

    Pemerintah telah melakukan pendekatan khusus untuk melarang anak usia sekolah bekerja dan meminta orangtua dan pengusaha tidak memaksa anak bekerja apalagi dengan risiko kehilangan nyawa.

    Pihaknya juga meminta gubernur atau kepala daerah segera