PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik...

161
PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Disusun oleh : Taufik Hidayatulloh NIM : 1111013000101 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2016 M

Transcript of PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik...

Page 1: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI

KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Disusun oleh :

Taufik Hidayatulloh

NIM : 1111013000101

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H / 2016 M

Page 2: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSIKARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARANBAHASA DAN SASTRA INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruanuntuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.pd,)

Oleh:

Taufik HidavatullahNIM : 1111013000101

NIP. 19771030 200802 2 009

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAII DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAII

JAKARTA

1437 Itt20t6I]uI

Page 3: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

LEMBAR PBNGESAHAN UJIAN MUNAQASA}I

Slaipsi Berjudul Pendidikan Antikorupsi.dalam Novel Korupsi Karya

Pramoedya Ananta Toer dan Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia disnsun oleh Taufik Ilidayatulloh Nomor Induk Mahasiswa

11L101300010L, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah

pada tanggal 14 Juli 2016 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak

memperoleh gelar Sarjana Sl (S.Pd.) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sasta

Indonesia.

Jakarta, 14 Juli 2016

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi) Tanggal

Makwn s-ubukLM.rrum. 9.-.91.:.Pll'NIP. 19800305200901 I 015

S eketaris P anitia (S ekretaris Jurus anlProdi)

Dona Aii Karunia Putra. MA.NIP. 19E40409201101 I 015

Penguji I

NoYi Diah Haryanti. M.Hum.NIP. 19841 126 201s03 2 007

Penguji II

Nurvati Diihadah. M.Pd.. MA.NIP. 19660829 199903 2 003

fe- of'?o\C

l3 -o? . zotL

Tanda Tanqan ,-

ryD/mtu*--

tl- o7 -zorl

Mengetahui,

Tarbffihdan Keguruan

Page 4: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 lndonesia

FORM (FR)

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089Tgl. Terbit : 1 Maret 2010No. Revisi: : 01

Hal 1t1

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Taufik Hidayatulloh

Jakarta, 11 Juli 1991

I 1 1 1013000101

Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

Pendidikan Antikorupsi dalam Novel Korupsi Karya

Pramoedya Ananta Toer dan Implikasinya pada Pernbelajaran

Bahasa dan Sasta Indonesia

Dosen Pernbimbing: l. Rosida Erowati, M.Hum.

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri

dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Wisuda.

Nama

TempaUTgl.Lahir

NIM

Jurusan / Prodi

Judul Skripsi

Jakarta, 24 Jlur;ri2016

NIM. 1111013000101

Page 5: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

“Setiap manusia dibekali oleh Allah naluri untuk berbuat kebaikan dan kejahatan,

termasuk korupsi. Untuk itu diperlukan upaya mempertebal iman dalam diri dan membuat

sistem yang menutup peluang melakukan korupsi.”

(Alm. KH. Dzainuddin MZ.)

Page 6: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

i

ABSTRAK

Taufik Hidayatulloh, 1111013000101, “Pendidikan Antikorupsi dalam Novel

Korupsi karya Pramoedya Ananta Toer dan Implikasinya pada Pembelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia.” Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Pembimbing : Rosida Erowati, M.Hum.

Novel Korupsi karya Pramoedya Ananta Toer merupakan novel yang

menggambarkan konflik batin seorang tokoh utama dalam upayanya mencari

ketenangan hidup. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pendidikan

antikorupsi dalam novel Korupsi dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra

di SMA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode penentuan

unit analisis, pencatatan data dan analisis isi.

Hasil penelitian menunjukkan novel Korupsi memiliki unsur intrinsik yang

mendukung tema minor harta-tahta-wanita dan tema mayor konflik batin tokoh

Bakir dalam usahanya mencari ketenangan hidup yang menurutnya hanya didapat

dengan memiliki harta. Kemudian, korupsi dipilih sebagai respon atas

berkurangnya harta benda akibat gaji yang kurang memadai dan pandangannya

terhadap harta rekan kerja yang disangkanya hasil dari korupsi. Selain tema minor

dan mayor yang diusung PAT, novel Korupsi memuat pendidikan antikorupsi

yang dapat diimplikasikan pada pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di

tingkat SMA kelas XI (Sebelas). Pendidikan antikorupsi dapat dipelajari dari jerat

lingkaran korupsi yang memperlihatkan seorang yang mencoba melakukan

korupsi akan senantiasa berkutat di lingkaran korupsi. Untuk mencegahnya dapat

dilakukan dengan menanamkan nilai antikorupsi yang meliputi, kejujuran,

tanggung jawab, disiplin dan sederhana.

Kata Kunci : Pendidikan Antikorupsi, Novel Korupsi, Pramoedya Ananta Toer.

Page 7: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

ii

ABSTRACT

Taufik Hidayatulloh, 1111013000101, "Anti-corruption Education in the Novel

Corruption by Pramoedya Ananta Toer and It’s Implication of Indonesian

Language and Literature Learning in High School.” Departement of Indonesian

Language and Literature Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching Science,

State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta. Supervisor: Rosida Erowati,

M.Hum.

Corruption novel by Pramoedya Ananta Toer is a novel that describes the inner

conflict of a main character in his quest for peace of life. This study have a

purposed to knowing the anti-corruption education in the novel Corruption and

it’s implication of Indonesian language and literature learning in high school. The

method used in the writing of the paper is a qualitative descriptive. Data collection

in this study using the method determining the unit of analysis, data recording and

analysis.

The results showed the corruption of the novel has elements of intrinsic support

the theme of minor treasure-throne-women and the major theme of inner conflict

Bakir figures in the quest for peace of life which he only obtained with

possession. Then, corruption is chosen in response to the reduction in property

due to inadequate salaries and views on treasure colleagues he thought the result

of corruption. In addition to minor and major themes that carried PAT, the novel

Corruption contains anti-corruption education to be implicated of Indonesian

language and literature learning at the high school level class XI (Eleven). Anti-

corruption education can be learned from the snare of the corruption circle shows

a man who tried to do corruption will continue stuggling in the circle of

corruption. To prevent this can be done by instilling values that include anti-

corruption, honesty, responsibility, discipline and simple.

Keywords : Anti-corruption Education, Novel Corruption, Pramoedya Ananta

Toer

Page 8: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

iii

KATA PENGANTAR

بســــــــــــــــــم اهلل الرحمن الرحيم

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena

berkat rahmat dan hidayahnya, skripsi yang berjudul “Pendidikan

Antikorupsi dalam Novel Korupsi Karya Pramoedya Ananta Toer dan

Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia” pada

akhirnya dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu

tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW karena kehadirannya

merupakan rahmat bagi alam semesta.

Selama lebih dari sembilan bulan proses pengerjaan skripsi, penulis

begitu banyak menemui lika-liku hambatan yang mewarnai proses

penulisan skripsi, dari beragamnya opsi pembahasan yang menarik untuk

diteliti khususnya novel lain yang memiliki tema serupa yakni korupsi,

hingga perubahan judul atas saran dosen pembimbing. Kemudian, hal

tersebut menjadi motivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada nama-nama

berikut.

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan;

2. Makyun Subuki, M.Hum., selaku Kepala Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia;

3. Dona Aji Karunia Putra, M.A., selaku Sekretaris Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia;

4. Rosida Erowati, M.Hum., selaku pembimbing dalam penulisan

skripsi yang selalu memberikan arahan dengan ilmu yang

meningkatkan pengetahuan penulis. Terima kasih atas arahan,

motivasi, bimbingan dan kesabaran Ibu selama ini;

5. Novi Diah Haryanti, M.Hum., selaku penguji I dan Nuryati

Djihadah, M.Pd., MA., selaku penguji II yang telah menguji

penulis dalam sidang munaqosah dan memberikan saran maupun

perbaikan yang memperkaya ilmu pengetahuan penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini;

6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang

telah memperkenalkan indahnya dunia sastra, keanekaragaman

bahasa dan manfaat besar sebagai seorang pengajar;

Page 9: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

iv

7. Keluarga besar Kartama dan Taspiah selaku orang tua penulis,

kakak Eka Novianty dan adik Kevin Dwi Indra Tama yang tiada

henti-hentinya memberikan dukungan, baik doa, moral maupun

moril sejak penulis lahir hingga kini;

8. Teman skripsi seperjuangan, Meilinda Sari Rusmiyati, S.I.kom.,

yang telah membantu penulisan skripsi dalam hal pencarian

referensi serta harapan-harapan yang memotivasi penulis dalam

menyelesaikan skripsi;

9. Teman seperjuangan dalam menempuh program sarjana strata

satu, seluruh mahasiswa Jurusan PBSI khususnya PBSI C

angkatan 2011 dan anggota ROJALI yang telah memberikan

banyak motivasi serta pengalaman hidup yang menjadikan

perjalanan menempuh pendidikan ini menjadi penuh warna dan

arti.

Semoga semua bantuan doa, motivasi serta bimbingan yang telah

diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Selain itu, penulis

berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak agar

dapat membantu meningkatkan mutu pembelajaran dan pengajaran bahasa

dan sastra Indonesia.

Jakarta, 24 Juni 2016

Penulis

Taufik Hidayatulloh

Page 10: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQOSAH

ABSTRAK ............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 7

C. Pembatasan Masalah ....................................................................... 7

D. Rumusan Masalah ........................................................................... 8

E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 8

F. Manfaat Penelitian ........................................................................... 8

G. Metodologi Penelitian ...................................................................... 9

H. Penelitian yang Relevan ................................................................. 11

BAB II LANDASAN TEORI

A. Hakikat Korupsi ............................................................................. 13

1. Definisi Korupsi ....................................................................... 13

2. Pendidikan Antikorupsi .......................................................... 15

B. Hakikat Novel ................................................................................ 18

C. Unsur Intrinsik Novel .................................................................... 18

D. Sosiologi Sastra ............................................................................. 32

E. Hakikat Pembelajaran Sastra ......................................................... 33

F. Pembelajaran Prosa dalam Kurikulum 2013 ................................. 35

BAB III BIOGRAFI DAN PANDANGAN HIDUP

A. Biografi Pramoedya Ananta Toer .................................................. 38

B. Pandangan Hidup Pramoedya Ananta Toer ................................... 44

Page 11: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

vi

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Unsur Intrinsik ............................................................................... 47

1. Tema ....................................................................................... 47

2. Penokohan .............................................................................. 50

3. Alur .......................................................................................... 63

4. Latar ......................................................................................... 72

5. Sudut Pandang ......................................................................... 82

6. Gaya Bahasa ............................................................................ 83

B. Hasil Penelitian : Pendidikan Antikorupsi dalam Novel Korupsi .. 87

1. Jerat Lingkaran Korupsi .......................................................... 87

2. Nilai Antikorupsi ................................................................... 100

C. Implikasi pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ......... 110

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ....................................................................................... 115

B. Saran ............................................................................................. 116

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 117

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 : RPP

Lampiran 2 : Sinopsis

PROFIL PENULIS

Page 12: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pramoedya (selanjutnya; PAT) adalah tokoh non-politik ketika ia

memulai karirnya. Namun, kelak ia harus membayar cukup mahal

keterlibatannya dalam dunia politik, hingga meskipun dikenal sebagai tokoh

sastra terkemuka ia juga dituduh telah menenggelamkan bakat kepenulisannya

demi tujuan-tujuan politik.1 Meski menurut Ajip Rosidi, PAT merupakan

orang yang tidak suka dengan organisasi dan keterlibatan PAT dalam sebuah

organisasi hanya sebatas sebagai penulis yang menuangkan karyanya.2

Keterlibatannya dalam dunia politik mengakibatkan dirinya keluar masuk

penjara tanpa adanya proses hukum. Karya PAT dirampas dan dilarang terbit

karena dituduh meresahkan masyarakat dan mengandung unsur kritik kepada

pemerintah. Di tengah pelarangan yang digaungkan oleh pemerintah (dan

sebagian masyarakat), karya-karya PAT justru mendapat sambutan baik dari

dunia Internasional. Karya-karya tersebut bahkan diterjemahkan ke dalam 40

bahasa.3 Hukuman pidana yang diterapkan pemerintah orde baru terhadap

masyarakat yang memiliki kaitan dengan karya PAT mengakibatkan

minimnya apresiasi. Banyak karya PAT yang kurang mendapat tempat di

masyarakat kalau tidak disebut dilupakan, salah satunya novel Korupsi.

Novel korupsi merupakan friksi kritik pada pamong pradja yang jatuh di

atas perangkap korupsi.4

Pada saat itu, pamong pradja sedang dalam sorotan

permasalahan kesejahteraan pegawai dan kaitannya dengan kasus korupsi.

1 Savitri Scherer, Pramoedya Ananta Toer: Luhur dalam Ideologi, (Depok: Komunitas

Bambu, 2012), h. 1. 2 Ibid., h. xvii.

3 Tahar Ben Jelloun, Korupsi, Terj. dari L’Homme Rompu oleh Okke K.S. Zaimar, (Jakarta:

PT Serambi Ilmu Semesta, 2010), h. 5. 4 Mega Fiyani, Nilai Sosial dalam Novel Bukan Pasar Malam Karya Pramoedya Ananta

Toer; Implikasinya terhadap Pembelajaran Sastra, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Jakarta, 2011, h. 27, tidak dipublikasikan.

Page 13: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

2

Rosihan Anwar dalam tulisannya “Geger Dikalangan Pamong Pradja”,

memotret adanya indikasi kolusi (pada akhirnya korupsi) dalam tubuh

pamong pradja. Indikasi tersebut muncul setelah pengangkatan pegawai

pamong pradja baru yang dianggap hanya menguntungkan partai Menteri

pada saat itu karena berlatar belakang anggota partai berkuasa.5

Di Indonesia, novel Korupsi diterbitkan pertama kali oleh Majalah

Indonesia, keluaran khusus No. 54 tahun 1954.6 Ketika itu, pemerintah

mengeluarkan kebijakan pemotongan atas anggaran belanja PPK (Pendidikan

Pengajaran dan Kebudayaan), yang mengakibatkan berlangsungnya krisis

penerbitan.7 Keadaan ini mengakibatkan banyak penerbit pada masa itu tidak

dapat berkembang. Selain itu, keadaan ekonomi masyarakat dalam periode

tahun lima puluhan menjadikan roman, objek yang kurang menarik dari segi

ekonomi. Hal ini berdampak pada jumlah pembaca potensial yang dapat

mengeluarkan uang untuk membeli buku menjadi terbatas.8 Novel Korupsi

kemudian diterbitkan kembali oleh majalah kebudayaan Nusantara pada 1961

hingga menghasilkan cetakan ketiga pada 1964.9 Namun, pada 13 Oktober

1965 PAT ditahan. Ia dituduh terlibat dalam Lekra yang dianggap oleh Orde

Baru sebagai badan yang disusupi komunisme.10

Citra buruk yang disebarkan

Orde Baru kepada masyarakat kemudian turut mempengaruhi

keberlangsungan karya-karya para anggota Lekra, termasuk karya PAT.

Ketika proses penciptaan novel Korupsi (dan novel lainnya ditahun lima

puluhan), keadaan sosial-ekonomi keluarga PAT sedang dalam kondisi sulit

karena krisis keuangan dan tanggungan PAT terhadap saudaranya pasca

5 Rosihan Anwar, “Geger Dikalangan Pamong Pradja”, Siasat Warta Sepekan, Jakarta, 10

Oktober 1954, h. 5. 6 A.Teeuw, Citra Manusia Indonesia dalam Karya Sastra Pramoedya Ananta Toer, (Jakarta:

Dunia Pustaka Jaya, 1997), h. 403. 7 Koh Young Hun, Pramoedya Menggugat: Melacak Jejak Indonesia, (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2011)., h. 15. 8 Teeuw, op. cit., h. 195.

9 Ibid., h. 403.

10 Hun, op. cit., h. 20.

Page 14: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

3

meninggalnya orang tua mereka. Hal ini berakibat tidak memungkinkannya

untuk menciptakan roman yang serius dan lebih mengejar kuantitas

penerbitan. Selama masa itu, PAT fanatik menulis demi keperluan rumah

tangganya.11

Dikalangan kritikus sastra, H.B. Jassin12

dan A.Teeuw13

menilai

Korupsi sebagai novel yang kurang mengesankan. Rivai Apin menyorot tokoh

Sirad yang dianggapnya sebagai tokoh mati.14

PAT kemudian membela diri

atas kritik yang ditujukan padanya; “Pramoedya felt that the items examined

by his critics were not of prime relevance to his work. He missed a discussion

of the social message of his texts, as this was his main concern”.15

Dalam

novel Korupsi, tujuan utama yang dimunculkan seperti kesederhanaan, sebab-

akibat korupsi dan angkatan tua yang mentalnya ketularan kolonialisme justru

tidak mendapat perhatian para kritikus.

Novel Korupsi justru mendapat sambutan yang baik oleh dunia

internasional, setidaknya Korupsi telah diterjemahkan ke dalam bahasa

Belanda (Korruptie, Hein Vruggink Amsterdam, 1983) dan bahasa Prancis

(Corruption, Denys Lombard Paris, 1981).16

Novel Korupsi (bersama novel

Bukan Pasar Malam dan Jejak Langkah) dalam edisi Prancis dikagumi oleh

masyarakat Negeri Bonaparte itu.17

Bahkan, menjadi inspirasi seorang penulis

Maroko yang besar dan mahsyur di Prancis, Tahar Ben Jelloun, untuk turut

merekam kejahatan ini dalam novelnya yang berjudul L’Homme Rompu.18

11

Teeuw, op. cit., h. 29. 12

HB. Jassin, Kesusasteraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Essei, (Jakarta: Gunung

Agung, 1962), h. 139. 13

Teeuw, op. cit., h. 205. 14

Rivai Apin, “Tokoh2 Mati: Korupsi Novel Pramoedya Ananta Toer dalam Madjalah

Indonesia”, Siasat Warta Sepekan, Jakarta, 22 Agustus 1954, h. 25. 15

Martina Heinschke, “Between Gelanggang and Lekra: Pramoedya‟s Developing Literary

Concepts”, Jurnal Indonesia, Vol. 61, April 1966, h. 159. 16

Teeuw, op. cit., h. 411. 17

Bersihar Lubis, “Narsisme Harap Minggir”, Majalah Gamma, Jakarta, 31 Mei-6 Juni 2000,

h. 92. 18

Tahar Ben Jelloun, op. cit., h. 11.

Page 15: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

4

Sepanjang perjalanan sastra Indonesia, telah banyak penulis dengan latar

belakang zamannya masing-masing menuliskan novel dengan tema korupsi.

Novel Jalan Tak Ada Ujung karya Muchtar Lubis dapat dikatakan sebagai

perintis novel dengan tema korupsi pasca kemerdekaan, meskipun korupsi

masih menjadi tema minor di tengah tema perjuangan yang dianggap masih

hangat. Pada masa orde baru, terdapat novel Orang-Orang Proyek karya

Ahmad Tohari yang menggambarkan tokoh yang memiliki pilihan melawan

atau terbawa arus korupsi. Novel 86 karya Okky Madasari yang memiliki

setting waktu pasca reformasi menggambarkan kejahatan korupsi yang

semakin berkembang dan menjadi fenomena yang dianggap biasa, bahkan

kebanyakan masyarakat seolah tidak memiliki pilihan dan „terpaksa‟ terbawa

arus korupsi.

PAT mendayagunakan jalinan peristiwa secara humanis dalam novel

Korupsi bahwa permasalahan ini bisa terjadi pada siapa saja dan di mana saja,

lewat permasalahan korupsi yang dibalut dengan harapan jamak seorang pria

dalam urusan dunia, harta-tahta-wanita. Hal tersebut kemudian menimbulkan

konflik batin tokoh utama antara mengejar kebahagiaan semu dan mencari

ketenangan batin. Eratnya penggambaran konflik batin dirasa menjadi nilai

yang paling menonjol di antara novel dengan tema serupa. Dengan pemilihan

sudut pandang aku orang pertama dan cerita yang berfokus pada konflik batin

tokoh utama, memudahkan narator mengeksplorasi sisi batin tokoh utama

untuk memperoleh empati dari pembaca. Hal yang menarik justru karena

pembaca diharapkan memberikan empati dari tokoh antihero, tokoh yang

berbuat kejahatan namun diharapkan dapat memberikan nilai-nilai positif

kepada pembaca.

Dewasa ini praktik korupsi dianggap sebagai sebuah kejahatan yang tidak

bisa dihindarkan. Dogma yang berkembang di masyarakat seperti „kalau tidak

korupsi kapan kaya,‟ „ujung-ujungnya duit,‟ hingga „uang terima kasih,‟

menggambarkan kebiasaan masyarakat yang justru mendukung praktik

Page 16: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

5

korupsi. Jika direlevansikan pada masa kini, novel Korupsi dapat dijadikan

pembelajaran antikorupsi yang paling mendasar dalam diri manusia yakni

niat. Dengan niat kesempatan dapat dibuka dan dengan niat pula kesempatan

untuk korupsi dapat ditutup. Keluarga tokoh utama digambarkan sebagai

keluarga yang menolak perilaku korup dan memilih untuk tetap sederhana

(meski cenderung kekurangan). Biasanya para koruptor beralasan keadaan

rumah tangga dan gaya hidup keluarga yang memaksa mereka melakukan

korupsi. Hal ini dapat dijadikan pembelajaran bahwa diri kita sendirilah yang

bisa menentukan apa yang akan dilakukan, korupsi atau berani jujur.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberantas korupsi di Indonesia,

namun hasilnya masih jauh dari harapan. Survei Corruption Perception Index

(CPI) tahun 2015 yang dipublikasikan Transparancy International (TI)

menunjukkan posisi Indonesia di urutan 88 dari 168 negara yang diukur.19

Hal

ini menjadi paradoks negara Islam terbesar di dunia, terutama pejabat muslim

yang telah melakukan sumpah jabatan di atas Al-Quran. Salah satu Firman

Allah SWT dalam Al-Quran berkaitan dengan harta berbunyi:

كى بانباطم وتدنىا بها إنى انحكاو ونا تأكهىا أيىانكى بي نتأكهىا فريقا ي

ى تى تعه أيىال اناس بانإثى وأ20

Ada dua cara dalam melakukan upaya pemberantasan korupsi, yakni

langkah represif (penindakan) dan langkah preventive (pencegahan).

Tindakan dalam langkah pencegahan di antaranya upaya perbaikan sistem

birokrasi dan yang paling penting adalah penyemaian bibit-bibit antikorupsi

melalui jalur pendidikan. Penanaman nilai-nilai antikorupsi akan melahirkan

generasi antikorupsi dimasa yang akan datang. Divisi Pencegahan KPK telah

19

Transparency International, Perbaikan Penegakan Hukum, Perkuat KPK, Benahi Layanan

Publik, diakses pada 02/02/2016, 20.30 WIB dari www.ti.or.id/index.php/publication/2016/01/27/

corruption-perceptions-index-2015 20

Artinya: Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara

kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya

kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa,

padahal kamu mengetahui. (Al-Baqarah: 188).

Page 17: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

6

mengeluarkan program-program berkaitan dengan pencegahan korupsi, di

antaranya membentuk program sekolah antikorupsi,21

pelatihan guru,22

pengadaan mata kuliah pendidikan antikorupsi di Perguruan Tinggi, hingga

bersinergi dengan Kemdikbud dan Kemenag lewat penyelarasan kurikulum

antikorupsi.23

Namun, mengherankan memang bahwa gaung bidang

pencegahan kurang menarik dibanding bidang penindakan yang mampu

menyedot animo media.24

Padahal, gerakan antikorupsi merupakan langkah

awal yang ditempuh untuk mulai melakukan penanaman nilai ke arah yang

lebih baik sejak usia muda dengan membangun karakter.

Langkah preventive di dunia pendidikan dapat diterapkan dalam proses

belajar pembelajaran. Salah satunya pengajaran sastra yang memiliki peran

pemupukan karakter peserta didik. Namun, kurangnya ketersediaan karya

sastra seperti novel yang bermutu di sekolah mengakibatkan pembelajaran

analisis novel hanya sebatas kutipan teks. Sedianya, dengan membaca

keseluruhan cerita, peserta didik akan memahami pesan tersirat di samping

pesan tersurat yang disampaikan oleh penulis novel. Nilai-nilai yang

terkandung di dalam novel dapat diresap oleh peserta didik dan secara tidak

sadar merekonstruksi sikap dan kepribadian mereka. Adanya hubungan karya

sastra dengan pembentukan kepribadian menunjukkan bahwa karya sastra

mempunyai kesempatan untuk menjadi sarana dalam mengubah kondisi sosial

masyarakatnya.

Berkaitan dengan teori dan fakta terhadap novel Korupsi dan kondisi

masyarakat Indonesia, peneliti tertarik mengkaji mengenai Pendidikan

21

Iman Santoso, “28 Siswa Lulus Sekolah Antikorupsi”, Integrito, Jakarta, September-

Oktober 2015, h. 54. 22

Sheto Risky Prabowo, “KPK Ajak 25 Guru Menulis Antikorupsi”, Integrito, Jakarta,

September-Oktober 2015, h. 37. 23

Sheto Risky Prabowo, “KPK Selaraskan Pendidikan Antikorupsi”, Integrito, Jakarta,

September-Oktober 2015, h. 7. 24

Johan Budi, dkk., Menyalakan Lilin di Tengah Kegelapan, (Jakarta: Spora

Communications, 2007), h. 75.

Page 18: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

7

Antikorupsi dalam Novel Korupsi Karya Pramoedya Ananta Toer dan

Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Kemudian, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber

pengajaran yang menumbuhkan rasa kepedulian dan pengetahuan mengenai

korupsi, supaya peserta didik memiliki rasa tanggung jawab atas apa yang

terjadi pada negeri ini dan untuk menumbuhkan semangat antikorupsi sebagai

generasi penerus bangsa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka identifikasi

masalah dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Sejarah kelam PAT menyebabkan banyak karyanya kurang mendapatkan

apresiasi khususnya di Indonesia, salah satunya novel Korupsi.

2. Perilaku menganggap korupsi sebagai suatu kewajaran yang berkembang

di masyarakat menumbuhkan praktik korupsi. Hal ini terlihat dari

tingginya angka korupsi di Indonesia.

3. Langkah preventive kurang mendapat perhatian dari masyarakat. Padahal,

langkah ini merupakan tindakan yang efektif dan efesien karena akan

mencegah perilaku korupsi dari akar, lewat penanaman karakter.

4. Kurangnya ketersediaan novel yang bermutu di sekolah mengakibatkan

terbatasnya pengetahuan siswa terhadap novel yang baik untuk mereka

baca. Selain itu, mengakibatkan pembelajaran analisis novel hanya

sebatas kutipan teks yang menyebabkan siswa tidak mengetahui nilai-

nilai yang terdapat di dalam novel.

C. Pembatasan Masalah

Batasan masalah ini diharapkan agar dalam penelitian tidak meluas.

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu pendidikan

antikorupsi dalam novel Korupsi karya Pramoedya Ananta Toer dan

implikasinya pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA.

Page 19: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

8

D. Rumusan Masalah

Agar penulisan skripsi ini lebih terarah, maka penulis membatasi

permasalahan pada hal sebagai berikut :

1. Bagaimana struktur pendidikan antikorupsi dideskripsikan dalam novel

Korupsi karya PAT?

2. Bagaimana implikasi pendidikan antikorupsi dideskripsikan dalam novel

Korupsi karya PAT pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di

SMA?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan dan pembatasan masalah maka tujuan penelitian

adalah

1. Mendeskripsikan struktur pendidikan antikorupsi yang terdapat dalam

novel Korupsi karya PAT.

2. Mendeskripsikan implikasi pendidikan antikorupsi yang terdapat dalam

novel Korupsi karya PAT pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia

di SMA.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi peneliti

namun dapat bermanfaat untuk orang lain dalam rangka menumbuhkan

semangat antikorupsi. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Manfaat teoretis

Sebagai hasil penelitian yang akan memperkaya bahan ajar terutama di

bidang novel, karena novel merupakan salah satu materi yang diminati

siswa. Namun, kurangnya novel bermutu terutama novel klasik yang

dibaca, mengakibatkan kurangnya pengetahuan siswa.

2. Manfaat praktis

Page 20: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

9

a. Bagi guru bahasa dan sastra Indonesia, sebagai bahan pembelajaran

untuk memudahkan guru dalam mengambil contoh pengajaran

dengan tema antikorupsi.

b. Bagi siswa, sebagai sarana pembelajaran dengan tema antikorupsi

yang terdapat dalam karya sastra. Karya ini akan membuat siswa

tertarik terhadap permasalahan antikorupsi.

c. Bagi peneliti lain, sebagai bahan informasi ketika mengambil tema

yang sama mengenai antikorupsi dan sebagai bahan perbaikan untuk

penelitian ini.

G. Metodologi Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung dari bulan September 2015 sampai Juni 2016.

Penelitian ini tidak terkait dengan tempat tertentu karena objek yang dikaji

berupa naskah (teks) karya sastra yaitu novel.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif kualitatif, yaitu suatu prosedur penelitian yang menggunakan data

dekriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari objek yang diamati. Adapun

langkah penelitian dalam metode kualitatif adalah definisi masalah,

perumusan hipotesis, perumusan definisi operasional, merancang alat

penyelidikan, pengumpulan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan

melaporkan hasil penyelidikan.25

Pengkajian ini bertujuan untuk

mengungkapkan berbagai informasi kualitatif dengan pendeskripsian yang

meliputi analisis dan interpretasi data tersebut.

Untuk menginterpretasi data yang terdapat di dalam novel, diperlukan

analisis intrinsik dengan menggunakan pendekatan objektif. Pendekatan

objektif adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya pada

25

Boy S. Sabarguna, Analisis Data pada Penelitian Kualitatif, (Jakarta: UI-Press, 2005), h.

10.

Page 21: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

10

karya sastra.26

Unsur yang dimaksud seperti tema, penokohan, alur, latar,

sudut pandang dan gaya bahasa.

Sastra merupakan komunikasi antara sastrawan dan pembacanya. Apa

yang ditulis sastrawan di dalam karyanya adalah apa yang ingin diungkapkan

kepada pembacanya. Dalam menyampaikan idenya, sastrawan tidak bisa

dipisahkan dari latar belakang dan lingkungannya (alam semesta).27

Untuk

dapat memahami konteks perkembangan sosial masyarakat yang berkaitan

dengan permasalahan korupsi yang terdapat di dalam novel ini, penulis juga

menggunakan pendekatan ekstrinsik; pendekatan tradisional yang meliputi

sosiologi sastra maupun psikologi sastra. Kedua pendekatan ini saling

berkaitan karena memiliki objek yang sama, yaitu manifestasi manusia yang

teridentifikasi dalam karya. Perbedaannya, objek sosiologi sastra adalah

manusia dalam masyarakat sebagai transindividual, sedangkan objek

psikologi sastra adalah manusia secara individual, tingkah laku sebagai

manifestasi psike. Karena itulah, aspek-aspek psikologi bermanfaat bagi

sosiologi sastra apabila memiliki nilai-nilai historis yang berhubungan dengan

aspek-aspek kemanusiaan secara keseluruhan.28

1. Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian adalah tempat memperoleh data. Dalam penelitian

ini yang menjadi subjek penelitian adalah pendidikan anti korupsi dalam

novel Korupsi karya PAT. Sedangkan objek yang digunakan dalam

penelitian ini adalah novel Korupsi karya PAT yang diterbitkan oleh

Hasta Mitra pada Februari 2002.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik pustaka yakni teknik menggunakan sumber-sumber tertulis untuk

26

Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta:Grasindo,2008), h. 183. 27

Ibid., h. 178. 28

Nyoman Kutha Ratna, Paradigma Sosiologi Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009)

cet. ke 2, h. 13.

Page 22: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

11

memperkuat informasi sebagai bahan dasar analisis. Teknik pustaka

didapat dari berbagai sumber di antaranya buku, majalah, skripsi, file

digital dan dokumen lain yang berkaitan dengan objek penelitian. Teknik

pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah dengan membaca novel

Korupsi karya PAT kemudian mencatat teks yang menggambarkan

pendidikan antikorupsi. Langkah berikutnya menganalisis dengan teknik

kepustakaan berkenaan dengan pendidikan antikorupsi.

3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah suatu cara yang digunakan untuk

menguraikan keterangan-keterangan atau data-data yang diperoleh agar

data tersebut dapat dipahami oleh orang lain. Secara metodis, langkah

kerja teknik analisis data dalam penelitian ini dapat disusun ke dalam

langkah pokok, yaitu a) mendeskripsikan data dengan menggunakan

pendekatan objektif untuk mengetahui kandungan unsur intrinsik yang

terdapat di dalam novel berupa tema, penokohan, alur, latar dan gaya

bahasa, b) menganalisis teks yang menggambarkan pendidikan

antikorupsi dengan memanfaatkan pendekatan sosiologi sastra untuk

mengetahui hubungan karya sastra dengan kenyataan di luar karya sastra

yang berkaitan dengan permasalahan korupsi, dan c) hasil analisis

tersebut kemudian dapat dimanfaatkan sebagai pembelajaran pendidikan

antikorupsi.

H. Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai novel karya PAT telah banyak dilakukan, baik di

dalam maupun di luar negeri. Namun, sepanjang pencarian, penulis belum

menemukan penelitian dengan fokus penelitian yang sama. Penelitian

berkaitan dengan novel korupsi pernah dilakukan oleh mahasiswi

Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Astri Adriani. Dalam tesisnya yang

berjudul “Korupsi karya Pramoedya Ananta Toer dan L’Homme Rompu karya

Tahar Ben Jelloun sebagai karya sastra Francophone”. Pemilihan novel

Page 23: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

12

Korupsi dan L’Homme Rompu didasarkan pada hubungan Indonesia dan

Perancis, khususnya mengenai penerjemahan karya sastra. Astri Adriani

mengungkapkan bahwa ide cerita L’Homme Rompu merupakan sambutan

terhadap novel Korupsi yang terjadi karena adanya dialog antarteks dan

interteks.

Selain itu, mahasiswa Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia,

Ricky Sukandar. Dalam tesisnya yang berjudul “Kajian Sosiologis dan Nilai

Karakter dalam Novel Mengenai Korupsi serta Pemanfaatannya sebagai

Bahan Ajar di SMA”, Ricky Sukandar membahas gambaran sosiologis dan

nilai karakter yang terkandung dalam novel Korupsi karya PAT, Orang-

Orang Proyek karya Ahmad Tohari dan Sebuah Novel 86 karya Okky

Madasari. Pemilihan novel-novel tersebut didasarkan pada latar dalam novel

yang dirasa mewakili potret masyarakat pada zamannya masing-masing;

Korupsi karya PAT perwakilan orde lama, Orang-Orang Proyek karya

Ahmad Tohari mewakili orde baru dan Sebuah Novel 86 karya Okky

Madasari pasca reformasi.

Penelitian serupa pernah dipublikasikan oleh Ni Nyoman Subardini dalam

jurnal yang diterbitkan Universitas Nasional (UNAS), dengan judul “Potret

Koruptor dalam Novel Korupsi.” Dalam penelitiannya, Ni Nyoman Subardini

mendeskripsikan fenomena korupsi dalam dua novel yakni novel Korupsi

karya PAT dengan L’Homme Rompu karya Taher Ben Jelloun. Hasilnya,

kedua novel sama-sama menggambarkan sebuah fenomena korupsi dan pesan

tersirat yang sama, yakni meskipun seorang koruptor telah sukses

mengumpulkan hartanya, hati nuraninya belum tentu tenang karena ia harus

selalu menjaga kebohongan-kebohongannya.

Melihat penelitian sebelumnya terhadap novel Korupsi karya PAT,

penelitian “Pendidikan Antikorupsi dalam Novel Korupsi Karya Pramoedya

Ananta Toer dan Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia” memiliki perbedaan fokus penelitian dibandingkan penelitian

Page 24: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

13

sebelumnya. Penelitian ini mengungkapkan pendidikan antikorupsi dalam

novel Korupsi yang kemudian dapat menambah khazanah pengetahuan dan

menumbuhkan semangat antikorupsi dalam diri peserta didik.

Page 25: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

13

BAB II

LANDASAN TEORETIS

Landasan teoretis yang diuraikan dalam penelitian ini pada dasarnya

disusun untuk mendukung dan memperjelas penelitian ini sehubungan dengan

masalah yang diteliti. Landasan teori yang relevan dengan penelitian ini

diuraikan sebagai berikut.

A. Hakikat Korupsi

1. Definisi Korupsi

Koruptologi, sebuah cabang ilmu pengetahuan baru yang bertujuan

untuk mempelajari korupsi dari berbagai aspek ditawarkan Guru Besar

Universitas Indonesia, Prof. Dr. Redatin Parwadi, M.A. Korupsi berasal

dari kata Latin Coruptio atau Corruptus. Kemudian muncul dalam bahasa

Inggris dan Prancis Corruption, dalam bahasa Belanda Corruptie.

Corruptie selanjutnya masuk ke dalam bahasa Indonesia dengan sebutan

Korupsi. Adapun logi berasal dari logos yang berarti ilmu atau

pengetahuan. Sesuai dengan interdisiplinernya, koruptologi adalah ilmu

pengetahuan sistematik yang menelaah korupsi dalam berbagai aspek,

termasuk peraturan perundang-undangan dan pelanggaran terhadap

peraturan mengenai korupsi.1

Istilah korupsi yang telah diterima dalam pembendaharaan kata bahasa

Indonesia terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata korupsi

diartikan sebagai penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara

(perusahaan, organisasi, yayasan dsb) untuk keuntungan pribadi atau

orang lain.2 Dalam dunia hukum Indonesia yang tercantum dalam pasal 2

Undang-undang Nomor 31 Tahun 2001, korupsi didefinisikan sebagai

1 Redatin Parwadi, Koruptologi, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 41.

2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2008), h. 736.

Page 26: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

14

perbuatan melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri atau

orang lain (perseorangan atau korporasi) yang dapat merugikan keuangan

atau perekonomian negara.3

Bank Dunia membatasi pengertian korupsi hanya pada, “pemanfaatan

kekuasaan untuk mendapat keuntungan pribadi”. Sedangkan, Transpency

International (TI) mengartikan korupsi sebagai perilaku pejabat publik,

politikus, pegawai negeri, yang secara tidak wajar/ilegal memperkaya diri

atau memperkaya mereka yang dekat dengan dirinya dengan

menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan.4 Lebih spesifik,

Boesono Soedarso mengartikan korupsi tidak hanya terbatas pada

keterlibatan pejabat negara, tetapi siapapun orang yang melawan hukum

untuk melakukan perbuatan memperkaya diri yang dapat merugikan

keuangan negara atau perekonomian negara.5

Hafidhuddin dalam Mansyur Semma memberikan gambaran korupsi

dalam persepektif ajaran Islam. Dalam Islam, korupsi termasuk perbuatan

fasad atau perbuatan yang merusak tatanan kehidupan. Pelakunya

dikategorikan melakukan jinayah kubro (dosa besar).6 Korupsi mencakup

penyalahgunaan oleh pejabat pemerintah seperti penggelapan dan

nepotisme, juga penyalahgunaan yang menghubungkan sektor swasta dan

pemerintahan seperti penyogokan, pemerasan, campur tangan dan

penipuan. Kemudian, suapan (sogokan) didefinisikan sebagai hadiah,

penghargaan, pemberian atau keistimewaan yang dianugerahkan atau

dijanjikan dengan tujuan merusak pertimbangan atau tingkah laku,

3 Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional,

(Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 279. 4 Anwary, Perang Melawan Korupsi, (Jakarta: Institut Pengkajian Masalah-masalah Politik

dan Ekonomi, 2012), h.126. 5 Boesono Soedarso, Latar Belakang Sejarah dan Kultural Korupsi di Indonesia, (Jakarta: UI

Press, 2009), h. 10. 6 Mansyur Semma, Negara dan Korupsi: Pemikiran Mochtar Lubis Atas Negara, Manusia

Indonesia dan Perilaku Politik, (Jakarta: Yayasan Obor, 2008), h. 33.

Page 27: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

15

terutama dari seorang dalam kedudukan terpercaya (sebagai pejabat

pemerintah).7

Korupsi didahului oleh adanya niat, kemudian adanya kesempatan

karena mempunyai kewenangan, didukung oleh lingkungan yang korup,

dilanjutkan dengan tindakan korupsi, serta setelah berhasil, berusaha

untuk mengamankan hasil dan menikmatinya. Jika dirumuskan sebagai

berikut :

Korupsi = Niat (Intention) + Kesempatan (Kekuasaan, Kewenangan)

+ Lingkungan Korup + Action (Tindakan Melakukan

Korupsi) + Security (Mengamankan Hasil/ Menikmati).8

Dari beberapa pengertian mengenai korupsi tersebut, dapat

disimpulkan bahwa korupsi adalah penyalahgunaan uang negara yang

dilakukan perorangan, perusahaan, organisasi, yayasan dsb untuk

keuntungan pribadi atau orang lain. Kemudian, dalam penelitian ini,

digunakan rumus yang dikemukakan Redatin dalam menganalisis alur

korupsi yang dilakukan tokoh dalam novel Korupsi.

2. Pendidikan Antikorupsi

Pemerintah Indonesia telah berusaha keras untuk memerangi korupsi

dengan berbagai cara. KPK sebagai lembaga independen yang secara

khusus menangani tindak korupsi dengan upaya pencegahan dan

penindakan tindak korupsi. Namun di sisi lain, upaya penindakan

membutuhkan ongkos yang tidak sedikit. Belum lagi jika dihitung dari

dampak yang ditimbulkan bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Upaya memberantas korupsi yang paling murah dan efektif adalah dengan

7 David H. Bayley, Akibat-akibat Korupsi pada Bangsa-bangsa sedang Berkembang, Terj.

dari The Effect of Corruption In a Developing Nation oleh Muchtar Lubis dan James C.Scott, (Jakarta:

LP3S, 1988), h. 86. 8 Redatin, op. cit., h. 56.

Page 28: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

16

tindakan preventive (pencegahan), seperti pendidikan antikorupsi dan

penanaman nilai-nilai integritas kepada anak-anak sejak dini.9

Pada dasarnya korupsi terjadi karena adanya faktor internal (niat) dan

faktor eksternal (kesempatan). Niat lebih terkait dengan faktor individu

yang meliputi perilaku dan nilai-nilai yang dianut sedangkan kesempatan

terkait dengan sistem yang berlaku. Upaya pencegahan korupsi dapat

dimulai dengan menanamkan nilai-nilai antikorupsi dalam diri individu.

Setidaknya ada sembilan nilai antikorupsi yang penting untuk ditanamkan

dalam diri individu, seperti :

a. Kejujuran

Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama

bagi penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran

mustahil seseorang bisa menjadi pribadi yang berintegritas. Seseorang

dituntut untuk bisa berkata jujur dan transparan serta tidak berdusta

baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.

b. Kedisiplinan

Ketekunan dan konsistensi untuk terus mengembangkan potensi

diri membuat seseorang akan selalu mampu memberdayakan dirinya

dalam menjalani tugasnya. Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan

kebenaran menjadi pegangan utama dalam bekerja.

c. Tanggung Jawab

Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari

bahwa keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan

perbuatan baik demi kemaslahatan sesama manusia.

d. Kesederhanaan

Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari

kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan

9 Nanang Puspito (eds)., Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta:

Kemendikbud, 2011), h. iii.

Page 29: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

17

semestinya tanpa berlebih-lebihan. Ia tidak tergoda untuk hidup dalam

gelimang kemewahan.

e. Kepedulian

Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki

sifat kasih sayang. Pribadi dengan jiwa sosial tidak akan tergoda untuk

memperkaya diri sendiri dengan cara yang tidak benar, tetapi ia malah

berupaya untuk menyisihkan sebagian penghasilannya untuk

membantu sesama.

f. Kemandirian

Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang

menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain. Pribadi yang

mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak

bertanggung jawab demi mencapai keuntungan sesaat.

g. Kerja keras

Perbedaan nyata akan jelas terlihat antara seseorang yang

mempunyai etos kerja dengan yang tidak memilikinya. Individu

beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan kualitas hasil

kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar-

besarnya.

h. Keberanian

Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian

untuk menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan

mentolerir adanya penyimpangan dan berani menyatakan

penyangkalan secara tegas.

i. Keadilan

Pribadi dengan karakter yang adil akan menyadari bahwa apa

yang dia terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut

untuk mendapatkan lebih dari apa yang ia sudah upayakan. Bila ia

Page 30: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

18

seorang pimpinan maka ia akan memberi kompensasi yang adil

kepada bawahannya sesuai dengan kinerjanya.10

Seperti yang telah dijelaskan bahwa penyebab korupsi terdiri dari

faktor internal dan eksternal. Upaya pencegahan korupsi pada dasarnya

dapat dilakukan dengan menghilangkan, atau setidaknya mengurangi kedua

faktor tersebut dengan menanamkan nilai antikorupsi pada setiap

individu.11

Kemudian, dalam penelitian ini, digunakan nilai antikorupsi

yang dikampanyekan KPK sebagai landasan dalam menanamkan nilai

antikorupsi pada peserta didik.

B. Hakikat Novel

Novel adalah karya fiksi yang dibangun melalui berbagai unsur

intrinsiknya. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat

mirip dengan dunia nyata lengkap dengan peristiwa-peristiwa di dalamnya,

sehingga seolah-olah seperti kenyataan. Seorang sastrawan memperlakukan

kenyataan yang digunakan sebagai bahan mentah karya sastranya dengan cara

meniru, memperbaiki, menambah atau menggabung-gabungkan kenyataan

yang ada untuk dimasukkan ke dalam karya sastranya.12

Istilah novel dalam bahasa Indonesia berasal dari istilah novel dalam

bahasa Inggris yang berakar dari bahasa Italia novella (yang dalam bahasa

Jerman: novelle). Secara harfiah novella berarti “sebuah barang baru yang

kecil” dan kemudian diartikan sebagai “cerita pendek dalam bentuk prosa”.

Dewasa ini, istilah novella dan novelle mengandung pengertian yang sama

dengan istilah Indonesia novelet (Inggris: novelette) yang berarti sebuah karya

prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak

10

Yuli Astuti, Nilai dan Prinsip Antikorupsi, diakses pada 02/04/16, 20.20 WIB, dari

http://diskopukm.natunakab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=119:komitmen-

anti-korupsi&catid=58&Itemid=1150 11

Nanang Puspito, op. cit., h. 75. 12

Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta:Grasindo,2008), h. 46.

Page 31: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

19

terlalu pendek.13

Dari segi jumlah kata, maka biasanya suatu novel

mengandung kata-kata yang berkisar antara 35.000 buah sampai tak terbatas

jumlahnya.14

Wellek dan Warren membagi ragam fiksi naratif menjadi dua, ragam fiksi

naratif yang utama dalam bahasa Inggris disebut romance (romansa) dan

novel. Novel bersifat realistis, sedangkan romansa bersifat puitis dan epic.

Novel berkembang dari bentuk-bentuk naratif nonfiksi: surat, jurnal, memoar

atau biografi, kronik atau sejarah. Dapat dikatakan novel merupakan

gambaran dari kehidupan dan perilaku yang nyata, dari zaman pada saat novel

itu ditulis. Sedangkan romansa ditulis dalam bahasa yang agung dan

diperindah, menggambarkan apa yang tidak pernah terjadi dan tidak mungkin

terjadi.15

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, novel adalah karangan prosa yang

panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di

sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.16

Novel

dibangun dari dua unsur yakni intrinsik dan ektrinsik. Dalam unsur intrinsik

terdapat tema, tokoh, alur, latar, sudut pandang dan gaya bahasa. Sedangkan

unsur ektrinsik dapat berupa latar belakang penulis dan kondisi sosial pada

saat novel tersebut dibuat. Kedua unsur tersebut saling berkaitan karena saling

berpengaruh dalam sebuah karya sastra.

Dari penjelasan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa novel

adalah sebuah karya sastra fiksi yang ditulis secara naratif dengan

menggunakan unsur intrinsik sebagai unsur pembangun cerita. Novel ditulis

oleh pengarang dengan mengambil inspirasi berdasarkan gambaran

kehidupan.

13 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,

2009), h. 12. 14

Henry Guntur Tarigan, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra, (Bandung: Angkasa, 1986), h. 165.

15

Rene Wellek dan Austin Warren, Teori Sastra, Terj. dari, Theory of Literature oleh

Melanie Budianta, (Jakarta: Gramedia, 1993), h. 282. 16

Departemen Pendidikan Nasional, op. cit., h. 969.

Page 32: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

20

C. Unsur Intrinsik Novel

Novel memiliki struktur yang membangun sebuah cerita di dalamnya.

Salah satunya adalah unsur intrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang

membangun karya sastra dari dalam yang akan mewujudkan struktur karya

sastra seperti tema, penokohan, alur, latar, sudut pandang dan gaya bahasa.

1. Tema

Tema karya sastra selalu berkaitan dengan makna (pengalaman)

kehidupan. Pengarang memilih dan mengangkat berbagai masalah hidup

dan kehidupan itu menjadi tema dan atau sub-tema ke dalam karya fiksi

sesuai dengan pengalaman, pengamatan dan interaksinya dengan

lingkungan.

Pada dasarnya tema adalah ide yang mendasari suatu cerita. Stanton

dan Kenny dalam Nurgiyantoro menjelaskan tema adalah makna yang

dikandung oleh sebuah cerita.17

Makna sebuah cerita dapat lebih dari satu.

Oleh sebab itu, banyak interpretasi yang muncul dari sebuah karya sastra.

Hal ini yang menyebabkan sulitnya untuk menentukan tema pokok atau

dapat disebut tema mayor.

Tema mayor adalah makna pokok cerita yang menjadi dasar atau

gagasan umum suatu karya. Menentukan tema pokok sebuah cerita pada

hakikatnya merupakan aktivitas memilih, mempertimbangkan dan

menilai, di antara sejumlah makna yang ditafsirkan dan dikandung oleh

karya yang bersangkutan. Sedangkan, tema minor merupakan makna yang

hanya terdapat pada bagian-bagian tertentu cerita dan dapat

diidentifikasikan sebagai makna bagian, makna tambahan.18

Menentukan tema merupakan pekerjaan yang tidak mudah karena

harus memperhatikan berbagai aspek, termasuk pemahaman cerita secara

17

Nurgiyantoro, op. cit., h. 114. 18

Ibid., h. 133.

Page 33: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

21

keseluruhan dan sudut pandang yang dipilih. Walau sulit ditentukan secara

pasti, tema bukanlah makna yang “disembunyikan”. Untuk menentukan

sebuah tema dapat disimpulkan dari keseluruhan cerita bukan hanya

berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita. Kehadiran tema adalah

terimplisit dan merasuki keseluruhan cerita.19

Berdasarkan beberapa pemaparan yang telah diungkapkan, dapat

disimpulkan bahwa tema adalah ide dasar atau gagasan pokok yang secara

eksplisit terkandung dalam sebuah novel. Serangkaian peristiwa dapat

diidentifikasikan berdasarkan tema mayor dan tema minor. Secara

keseluruhan, untuk mendapatkan tema dalam sebuah novel diperlukan

proses kesimpulan dari keseluruhan cerita.

2. Tokoh dan Penokohan

Sudjiman dalam Budianta mengemukakan tema adalah individu

rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa

dalam cerita.20

Istilah tokoh merujuk pada orangnya atau pelaku cerita.

Sedangkan, Jones dalam Nurgiyantoro berpendapat penokohan adalah

pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam

sebuah cerita. Penokohan dalam sebuah karya sastra merupakan cara

pengarang untuk menampilkan watak, perwatakan dan karakter tokoh.

Tokoh hanya merupakan karakter ciptaan pengarang, namun tokoh dalam

karya sastra diharapkan sebagai seorang tokoh yang hidup secara wajar,

sewajar sebagaimana kehidupan manusia.21

Bentuk penokohan yang

paling sederhana adalah pemberian nama.22

Penafsiran kualitas penokohan

dalam sebuah karya didasarkan pada penerimaan pembaca.

Untuk menganalisis tokoh, dapat ditinjau dari berbagai sudut, di

antaranya sebagai berikut:

19

Ibid., h. 116. 20

Melanie Budianta, Membaca Sastra, (Magelang: Indonesia Tera, 2002), h. 86. 21

Nurgiyantoro, op. cit., h. 247-249. 22

Wellek dan Warren, op. cit., h. 287.

Page 34: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

22

1) Berdasarkan peranan dan keterlibatan dalam cerita, tokoh dapat

dibedakan atas tokoh primer (utama), tokoh sekunder (tokoh bawahan)

dan tokoh komplementer (tambahan).23

Tokoh utama (central

character, main character) adalah tokoh yang diutamakan

penceritanya dalam novel. Ia merupakan tokoh yang paling banyak

diceritakan. Tokoh utama dalam sebuah novel bisa lebih dari

seseorang, walau kadar keutamaannya tidak (selalu) sama. Sementara

itu, peran tokoh tambahan dalam cerita lebih sedikit, tidak

dipentingkan dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan

tokoh utama, secara langsung ataupun tidak langsung.

2) Berdasarkan fungsi penampilan tokoh, tokoh dapat dibedakan atas

tokoh utama (antihero), tokoh utama (protagonis) dan yang terpenting

adalah tokoh lawan (antagonis), yakni tokoh yang diciptakan untuk

mengimbangi tokoh utama. Konflik di antara mereka itulah yang

menjadi inti dan menggerakkan cerita.24

Tokoh antihero adalah “a

main character in a dramatic or narrative work who is characterized

by a lack of traditional heroic qualities, such as idealism or

courage”.25

Lebih lanjut, Abrams memberikan pengertian antihero

sebagai“The chief person in a modern novel or play whose character

is widely discrepant from that which we associate with the traditional

protago­ nist or hero of a serious literary work. Instead of manifesting

largeness, dignity, power, or heroism, the antihero is petty,

ignominious, passive, ineffectual, or dishonest”.26

Tokoh protagonis

merupakan tokoh yang mendukung jalannya cerita, biasanya disertai

nilai-nilai yang dikagumi (hero), sedangkan tokoh antagonis adalah

23

Siswanto, op. cit., h. 143. 24

Budianta, loc. cit. 25

The American Heritage Dictionary of the English Language, Antihero, diakses pada

18/06/16, 21:00 WIB, dari http://thefreedictionary.com/antihero 26

Abrams, A Glossary of Literary Terms, (United States of America: Cornell University,

1999), h. 11.

Page 35: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

23

tokoh yang beroposisi dengan tokoh protagonis, baik secara langsung

ataupun tidak langsung.27

3) Berdasarkan perwatakannya, tokoh dapat dibagi menjadi tokoh

sederhana dan tokoh bulat. Tokoh sederhana, dalam bentuknya yang

asli, adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu.

Ia tidak memiliki sifat dan tingkah laku yang dapat memberikan efek

kejutan bagi pembaca. Sedangkan, tokoh bulat merupakan tokoh yang

memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi

kepribadian dan jati dirinya.28

4) Berdasarkan teknik pelukisan tokoh, setidaknya ada dua cara yakni

teknik ekspositori dan teknik dramatik. Teknik ekspositori atau analitis

adalah teknik pelukisan tokoh cerita yang dilakukan dengan

memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan secara langsung.

Sedangkan teknik dramatik adalah teknik yang digunakan pengarang

dengan tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta

tingkah laku para tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita

untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktivitas

yang dilakukan.29

Dari pemaparan yang telah diungkapkan, dapat disimpulkan bahwa

tokoh adalah karakter ciptaan pengarang yang mengalami peristiwa dalam

cerita dan memiliki penggambaran secara wajar seperti umumnya

kehidupan manusia. Dalam penelitian ini, tokoh dan penokohan dibagi

menjadi tokoh primer (utama), tokoh sekunder (tokoh bawahan) dan tokoh

komplementer (tambahan) dengan memperhatikan bagaimana pengarang

melukiskan tokoh, fungsi penampilan di dalam cerita dan memberikan

watak yang mempengaruhi perkembangan cerita.

27

Nurgiyantoro, op. cit., h. 261. 28

Ibid., h. 265-266. 29

Ibid., h. 279-283.

Page 36: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

24

3. Alur (Plot)

Dalam teori-teori yang berkembang, plot juga dikenal dengan istilah

struktur naratif, susunan dan juga sujet. Foster dalam Nurgiyantoro

menjelaskan plot sebagai peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai

penekanan pada adanya hubungan kausalitas.30

Hubungan kausalitas

diartikan sebagai hubungan sebab akibat, kemunculan peristiwa

sebelumnya akan menyebabkan munculnya peristiwa lain. Kata kunci

“hubungan sebab-akibat” antar peristiwa merupakan pembeda plot dengan

jalan cerita yang hanya memperhatikan rentetan peristiwa. Jan Van

Luxemburg dkk mengartikan alur adalah konstruksi yang dibuat pembaca

mengenai sebuah deretan peristiwa yang secara logik dan kronologik

saling berkaitan dan yang diakibatkan atau dialami oleh para pelaku.31

Sudjiman dalam Siswanto membagi alur menjadi alur erat (ketat) dan

alur longgar. Alur erat adalah jalinan peristiwa yang sangat padu di dalam

suatu karya sastra; kalau salah satu peristiwa ditiadakan, keutuhan cerita

akan terganggu. Alur longgar adalah jalinan peristiwa yang tidak padu di

dalam karya sastra, meniadakan salah satu peristiwa tidak akan

mengganggu jalan cerita.32

Berdasarkan kriteria urutan waktu, plot dapat dibedakan menjadi plot

lurus (progresif), plot sorot balik (flash back) dan plot campuran.

a. Plot Lurus (Progresif)

Plot sebuah novel dapat dikatakan progresif jika peristiwa-

peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa (-

peristiwa) yang pertama diikuti oleh (atau: menyebabkan

terjadinya) peristiwa-peristiwa yang kemudian. Jika dituliskan

30

Ibid., h. 165-167. 31

Jan Van Luxemburg, Mieke Bal dan Williem G Wetsteijn, Pengantar Ilmu Sastra, Terj.

dari Inleiding In de Literatuurwetenschap oleh Dick Hartanto, (Jakarta: Gramedia, 1992), cet. 4, h.

149. 32

Siswanto, op. cit., h. 161.

Page 37: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

25

dalam bentuk skema, secara garis besar plot progresif akan

berwujud sebagai berikut.

A B C D E

b. Plot Sorot Balik (Flash Back)

Urutan kejadian dalam plot ini tidak bersifat kronologis. Cerita

tidak dimulai dari tahap awal (yang benar-benar merupakan awal

cerita secara logika), melainkan mungkin dari tahap tengah atau

bahkan tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan.

Jika dituliskan dalam bentuk skema, secara garis besar plot sorot

balik akan berwujud sebagai berikut.

D1 A B C D2 E

c. Plot Campuran

Secara garis besar plot sebuah novel mungkin progresif, tetapi di

dalamnya, betapapun kadar kejadiannya, sering terdapat adegan-

adegan sorot balik. Demikian pula sebaliknya. Jika dituliskan

dalam bentuk skema, secara garis besar plot campuran akan

berwujud sebagai berikut.

E D1 A B C D233

Aminudin dalam Siswanto membedakan tahapan-tahapan peristiwa

atas pengenalan, konflik, komplikasi, klimaks, peleraian dan penyelesaian.

1) Tahapan awal atau biasa disebut tahap perkenalan. Pada tahap ini

pada umumnya diberi sejumlah informasi penting yang berkaitan

dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap

berikutnya. Dalam tahap ini pengarang memperkenalkan identitas

tokoh, misalnya nama, asal, ciri fisik dan sifatnya.

2) Tahapan konflik merupakan tahap ketegangan atau pertentangan

antara dua kepentingan atau kekuatan di dalam cerita rekaan.

33

Nurgiyantoro, op. cit., h. 213-216.

Page 38: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

26

Tahap ini dapat juga disebut sebagai tahap pertikaian,

menampilkan pertentangan dan atau konflik yang sudah mulai

dimunculkan pada tahapan sebelumnya, menjadi semakin

meningkat, semakin menegangkan.

3) Tahapan komplikasi atau rumitan merupakan bagian tengah alur

cerita rekaan yang mengembangkan tikaian. Dalam tahapan ini,

konflik yang terjadi semakin tajam karena berbagai sebab dan

berbagai kepentingan yang berbeda dari setiap tokoh.

4) Tahapan klimaks merupakan bagian alur cerita rekaan yang

melukiskan puncak ketegangan, terutama dipandang dari segi

tanggapan emosional pembaca.

5) Tahapan leraian merupakan bagian struktur alur sesudah tercapai

klimaks. Pada tahap ini peristiwa-peristiwa yang terjadi

menunjukkan perkembangan lakuan ke arah selesaian.

6) Selesaian atau tahap akhir merupakan tahapan di mana segala

permasalahan mulai terselesaikan, semua konflik mulai menemui

jalan keluar atau akhir cerita. Dalam tahap ini semua masalah

dapat diurai, kesalahpahaman dijelaskan, rahasia dibuka. Ada dua

macam selesaian, tertutup dan terbuka. Selesaian tertutup adalah

bentuk penyelesaian cerita yang diberikan oleh sastrawan.

Selesaian terbuka adalah bentuk penyelesaian cerita yang

diserahkan kepada pembaca. 34

Dari berbagai pengertian yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan

bahwa alur adalah berbagai peristiwa yang dialami oleh pelaku, diseleksi

dan diurutkan berdasarkan sebab akibat untuk mencapai efek tertentu.

Dalam penelitian ini, alur akan dibahas dengan memperhatikan tahapan

peristiwa maupun jalinan peristiwa di dalamnya.

34

Siswanto, op. cit., h. 159-160.

Page 39: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

27

4. Latar

Latar adalah lingkungan yang dapat dianggap berfungsi sebagai

metonimia atau metafora, ekspresi dari tokohnya. Latar juga dapat

berfungsi sebagai penentu pokok; lingkungan yang dianggap sebagai

penyebab fisik dan sosial, suatu kekuatan yang tidak dapat dikontrol oleh

individu.35

Latar dapat berupa segala keterangan mengenai waktu, ruang

dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra.36

Latar memberikan

pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal penting untuk memberikan

kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang

seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi.37

Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat,

waktu dan sosial.

a. Latar Tempat

Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan

mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu

dan mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Penggunaan latar

tempat dengan nama-nama tertentu haruslah mencerminkan atau

paling tidak, tidak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis

tempat bersangkutan.

b. Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

Permasalahan waktu dalam karya naratif dapat bermakna ganda: di

satu pihak menyaran pada waktu penceritaan, waktu penulisan cerita

35

Wellek dan Warren, op. cit., h. 291. 36

Budianta, loc. cit. 37

Nurgiyantoro, op. cit., h. 303.

Page 40: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

28

dan dipihak lain menunjuk pada waktu dan urutan waktu yang terjadi

yang dikisahkan dalam cerita.

c. Latar Sosial

Latar sosial menunjuk pada hal-hal yang berhubungan dengan

perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan

dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat dapat

mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia

dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan,

pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Latar sosial berhubungan

dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah,

menengah atau atas. 38

Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan

bahwa latar adalah keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana

terjadinya lakuan dalam karya sastra yang digunakan sebagai landasan

untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca.

5. Sudut Pandang

Abrams dalam Nurgiyantoro mengemukakan sudut pandang adalah

cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk

menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk

cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Pandangan hidup

pengarang disalurkan lewat kacamata tokoh cerita.39

Aminuddin dalam

Siswanto mengartikan sudut pandang atau point of view sebagai cara

pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya. 40

Berikut pembedaan sudut pandang berdasarkan bentuk persona tokoh

cerita, yakni persona ketiga dan persona pertama.

38

Ibid., h. 315-322. 39

Ibid., h. 248. 40

Siswanto, op. cit., h. 152.

Page 41: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

29

1) Sudut Pandang Persona Ketiga: “Dia”

Pengisahan cerita yang menggunakan sudut pandang persona

ketiga, gaya “dia”, narator adalah seseorang yang berada di luar cerita

yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama atau

kata gantinya; ia, dia, mereka. Dalam sudut pandang ini terdapat “dia”

mahatahu, “dia” terbatas dan “dia” sebagai pengamat.

2) Sudut Pandang Persona Pertama: “Aku”

Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang

persona pertama, first-person point of view, narator adalah seseorang

yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si “aku” tokoh yang berkisah,

mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, self consciousness,

mengisahkan peristiwa dan tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar,

dialami dan dirasakan, serta sikapnya terhadap tokoh lain kepada

pembaca. Narator hanya bersifat mahatahu bagi diri sendiri dan tidak

terhadap orang-orang (tokoh) lain yang terlibat dalam cerita.

a) “Aku” Tokoh Utama

Si “aku” mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku

yang dialaminya, baik bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupun

fisik dan hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si

“aku” menjadi fokus, pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu

yang di luar diri si “aku”, peristiwa, tindakan dan orang,

diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, atau

dipandang penting. Jika tidak, hal itu tidak disinggung sebab si

“aku” mempunyai keterbatasan terhadap segala hal yang di luar

dirinya. Namun sebaliknya, tokoh “aku” memiliki kebebasan

untuk memilih masalah-masalah yang akan diceritakan. Teknik

“aku” dapat dipergunakan untuk melukiskan serta membeberkan

pengalaman kehidupan manusia yang paling dalam dan rahasia

sekalipun.

Page 42: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

30

Si “aku” yang menjadi tokoh utama cerita praktis menjadi

tokoh protagonis. Hal itu amat memungkinkan pembaca menjadi

merasa benar-benar terlibat. Pembaca akan mengidentifikasikan

diri terhadap tokoh “aku” dan karenanya akan memberikan empati

secara penuh. Namun, keterbatasan tokoh “aku” untuk menjangkau

tokoh dan peristiwa lain di luar dirinya dianggap sebagai

kelemahan teknik ini. Pembaca menjadi tidak banyak tahu karena

pengetahuannya tergantung pada pengetahuan si “aku”.

b) “Aku” Tokoh Tambahan

Tokoh “aku” muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan

sebagai tokoh tambahan, first-person peripheral. Tokoh “aku”

hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca.

3) Sudut Pandang Campuran

Penggunaan kedua sudut pandang dalam sebuah novel terjadi

karena pengarang ingin memberikan cerita lebih banyak kepada

pembaca. Penggunaan sudut pandang yang bersifat campuran dapat

berupa sudut pandang persona ketiga dengan teknik “dia” mahatahu

dan “dia” sebagai pengamat, persona pertama dengan teknik “aku”

sebagai tokoh utama dan “aku” tambahan atau sebagai saksi, bahkan

dapat berupa campuran antara persona pertama dan ketiga, antara

“aku” dan “dia” sekaligus.41

Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan

bahwa sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya dalam

cerita sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai

peristiwa yang membentuk cerita. Kemudian, dalam penelitian ini

menggunakan pembedaan sudut pandang berdasarkan bentuk persona

tokoh cerita yakni sudut pandang persona pertama “Aku” tokoh utama.

41

Nurgiyantoro, op. cit., h. 347-361.

Page 43: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

31

6. Gaya Bahasa

Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan

istrilah style. Kata style diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam

alat untuk menulis pada lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini

akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kelak

pada waktu penekanan dititikberatkan pada keahlian untuk menulis indah,

maka style lalu berubah menjadi kemampuan dan keahilan untuk menulis

atau mempergunakan kata-kata secara indah.42

Gaya bahasa adalah cara

pengarang menggunakan bahasa. Gaya bahasa dapat dibatasi dengan cara

mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan

jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).

Keraf membagi jenis gaya bahasa ke dalam empat kelompok, yaitu 1)

berdasarkan pilihan kata, yang terdiri atas gaya bahasa resmi, gaya bahasa

tak resmi dan gaya bahasa percakapan, 2) berdasarkan nada, yang terdiri

atas gaya sederhana, gaya mulia dan bertenaga, serta gaya menengah, 3)

berdasarkan struktur kalimat, yang terdiri atas klimaks, antiklimaks,

paralelisme, antitesis dan repetisi 4) berdasarkan langsung tidaknya

makna, yang terdiri atas gaya bahasa retoris, meliputi aliterasi, asonansi,

anostrof, apofasis atau preterisio, apostrof, asindeton, polisindeton,

kiasmus, elipsis, eufimismus, lutotes, histeron proteron, pleonasme dan

tautologi, perifrasis, prolepsis atau antisipasi, erotesis atau pertanyaan

retoris, silepsis dan zeugma, koreksio atau epanortosis, hiperbol, paradoks

dan oksimoron 5) gaya bahasa kiasan yang meliputi persamaan atau

simile, metafora, alegori, parabel, dan fabel, personifikasi atau

prosopopoeia, alusi, eponim, epitet, sinekdoke, metonimia, antonomasia,

42

Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), Cet.

ke-18, h. 112.

Page 44: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

32

hipalase, ironi, sinisme, dan sarkasme, satire, inuendo, antifrasis, dan pun

atau paronomasia.43

Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan

bahwa gaya bahasa adalah cara pengarang menggunakan bahasa untuk

mengungkapkan pikirannya yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian

penulis.

D. Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal

dari akar kata Yunani, sosio (berarti bersama-sama, bersatu, kawan, teman)

dan logi (logos yang berarti sabda, perkataan, perumpanaan). Ilmu sosiologi

berarti ilmu mengenai asal-ususl dan pertumbuhan (evolusi) masyarakat, ilmu

pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antarmanusia

dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional dan empiris. Sedangkan, sastra

berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk dan intruksi. Jadi,

sosiologi sastra berarti pemahaman terhadap karya sastra dengan

mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatan yang meliputi keterlibatan

pengarang sebagai anggota masyarakat.44

Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial. Sastra yang ditulis

pada suatu kurun waktu tertentu langsung berkaitan dengan norma-norma dan

adat istiadat pada masa novel itu disituasikan. Pengarang mengubah karyanya

selaku seorang warga masyarakat pula.45

Pendekatan sosiologi sastra

merupakan hubungan antara sastra dan masyarakat yang bertolak belakang

dari frasa De Bonald, literature is an exspression of society, bahwa “sastra

adalah ungkapan perasaan masyarakat” yang berarti sastra mencerminkan dan

mengekspresikan hidup.46

43

Ibid., h.112-145. 44

Nyoman Kutha Ratna, Paradigma Sosiologi Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009)

cet. ke 2, h. 1-3. 45

Luxemburg, dkk., op. cit., h. 23. 46

Wellek dan Warren, op. cit., h. 110.

Page 45: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

33

Abrams dalam Siswanto menggunakan istilah pendekatan mimetik yang

berarti pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya terhadap

hubungan karya sastra dengan kenyataan di luar sastra. Pendekatan ini

memandang karya sastra sebagai imitasi dari realitas.47

Sedangkan, Robert

Escarpit menjelaskan apa yang dimaksud dengan sosiologi sastra melalui

hubungan antara sastra dan masyarakat dengan berbagai tinjauan sudut

pandang, antara lain kesusasteraan dan masyarakat, sejarah dan politik

perbukuan.48

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sosiologi

sastra atau pendekatan mimetik adalah pemahaman terhadap karya sastra

dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatan yang

melatarbelakangi karya tersebut yang meliputi keterlibatan pengarang sebagai

anggota masyarakat secara langsung maupun tidak langsung.

E. Hakikat Pembelajaran Sastra

Pendidikan (education) adalah keseluruhan aktifitas manusia dan

masyarakat yang ditujukan untuk meningkatkan, memperbaiki, memulihkan,

kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. Adapun parameter dari

“kualitas” manusia terletak pada aspek kesadaran, pengetahuan dan

keterampilan, yang ketiganya harus bersifat seimbang, saling menopang dan

berkesinambungan. Keseluruhan dari keseimbangan itu akan menciptakan

“karakter” manusia, yakni sifat yang dimiliki dan menjadi ciri yang

membedakan dengan manusia lain. Perluasan dari “karakter manusia” adalah

karakter masyarakat dan selanjutnya karakter bangsa.49

Karya sastra berfungsi sebagai alat untuk menanamkan nilai-nilai dan

karakter, serta merangsang imajinasi kreativitas anak berfikir kritis melalui

47

Siswanto, op. cit., h. 188. 48

Robert Escarpit, Pengantar Sosiologi Sastra, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h.

17. 49

Andi Sinulingga, Berharap pada Pemuda?, (Jakarta: Suara Karya, 2006), h. 82.

Page 46: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

34

rasa penasaran jalan cerita dan metafora-metafora yang terdapat di dalamnya.

Pembelajaran sastra juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa

mengapresiasi karya sastra. Kegiatan mengapresiasi sastra berkaitan dengan

latihan mempertajam perasaan, penalaran dan daya khayal serta kepekaan

terhadap mayarakat, budaya, lingkungan hidup dan nilai yang terkandung

dalam sebuah karya. Nilai-nilai yang terkandung di dalam karya sastra

diresapi oleh anak dan secara tidak sadar merekonstruksi sikap dan

kepribadian mereka.

Pengajaran sastra pada dasarnya mengemban misi efektif, yaitu

memperkaya pengalaman siswa dan menjadikannya (lebih) tanggap terhadap

peristiwa-peristiwa di sekelilingnya. Tujuan akhirnya adalah menanamkan,

menumbuhkan dan mengembangkan kepekaan terhadap masalah-masalah

manusiawi, pengenalan dan rasa hormatnya terhadap nilai-nilai, baik dalam

konteks individual, maupun sosial.50

Sastra berkaitan erat dengan semua

aspek manusia dan alam dengan keseluruhannya. Setiap karya sastra

menghadirkan „sesuatu‟ dan kerap menyajikan banyak hal yang apabila

dihayati benar-benar akan semakin menambah pengetahuan orang yang

menghayatinya.51

Dengan demikian kehadiran sastra dalam pembelajaran

mempunyai kontribusi yang besar, karena melalui pembelajaran sastra siswa

akan menemukan fakta-fakta yang berisikan pengetahuan. Fakta-fakta yang

ditemukan dalam karya sastra itu berkaitan dengan nilai-nilai kemanusiaan

seperti nilai moral, nilai pendidikan, nilai religiuitas bahkan nilai antikorupsi

yang diharapkan dapat diresapi dalam perilaku siswa.

Dalam rangka mengembangkan suatu perencanaan pembelajaran,

diperlukan pendekatan yang mencakup strategi, metode dan teknik

pembelajaran. Pendekatan merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh guru

50

Sihaloholistick, Pembelajaran dan Teori Apresiasi Sastra, diakses pada 11/12/2015, 14.00

WIB, dari www.jendelasastra.com/wawasan/artikel/pembelajaran-dan-teori-apresiasi-sastra 51

Rahmanto, B., Metode Pengajaran Sastra, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), h. 17.

Page 47: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

35

yang dimulai dengan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses

pembelajaran dan diakhiri dengan penilaian hasil belajar. Pendekatan yang

dapat digunakan di antaranya; 1) pendekatan imposisi, 2) pendekatan

teknologis, 3) pendekatan personalisasi, 4) pendekatan interaksional, 5)

pendekatan konstruktivis, 6) pendekatan pengolahan informasi, 7) pendekatan

inquiry dan 8) pendekatan pemecahan masalah.52

Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran sastra adalah proses pembelajaran yang berfungsi

sebagai penanaman nilai-nilai dan karakter, serta merangsang imajinasi

kreativitas anak berfikir kritis dan memperkaya pengalaman siswa untuk

menjadikannya (lebih) tanggap terhadap peristiwa-peristiwa di sekelilingnya.

F. Pembelajaran Prosa dalam Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,

produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta mampu berkontribusi pada

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.53

Untuk itu, kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan esensial

berikut ini:

1. Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah

(kontekstual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat

peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan

potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan subjek

belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami

berdasarkan kompetensi tertentu, bukan transfer ilmu pengetahuan

(transfer of knowledge).

52

Lukmanul Hakiim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h.

43. 53

Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2015), cet. ke-6, h. 65.

Page 48: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

36

2. Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi

mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan

ilmu pengetahuan dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan,

kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta

pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optiimal

berdasarkan standar kompetensi tertentu.54

Penyempurnaan esensial kurikulum ini berpusat pada peserta didik

(student center) yang dalam pembelajaran menggunakan komunikasi dua arah

antara guru dan peserta didik. Peserta didik tidak berfokus menerima ilmu

pengetahuan dari guru saja, melainkan bisa mendapatkan ilmu dari mana saja

seperti pengalaman disekitarnya bahkan melalui internet. Guru dituntut

memberikan stimulus yang kreatif agar peserta didik menjadi aktif dengan

rasa ingin tahu yang tinggi dalam materi pelajaran.

Tujuan pokok yang perlu dicapai dalam pembelajaran prosa adalah

peningkatan kemampuan baik secara ekstensif maupun intensif. Untuk

mencapai tujuan tersebut ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan, di

antaranya :

1. Menggiatkan minat baca siswa; memberikan contoh dengan wawasan

guru yang luas hasil dari membaca, memberi sugesti kepada siswa

mengenai hal yang menarik dari novel yang akan dibahas, memberi

kemudahan dalam pencarian novel dan memberikan pengukuhan dengan

hasil nilai yang sesuai dengan kompetensi.

2. Bantuan untuk mempermudah memahami novel; pemilihan edisi buku,

mengawali pembicaraan dengan menyenangkan, memberikan pentahapan

belajar, membuat cerita lebih hidup dan menggunakan metode yang

bervariasi.55

54

Ibid., h. 164. 55

Rahmanto, op. cit., h. 66-79.

Page 49: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

37

Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen

kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip 1) berpusat

pada peserta didik, 2) mengembangkan kreativitas peserta didik, 3)

menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, 4) bermuatan nilai,

etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan 5) menyediakan pengalaman

belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode

pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan

bermakna.56

Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan

bahwa penggunaan kurikulum dalam pembelajaran prosa menghasilkan

pembelajaran yang berpusat pada peserta didik serta memberikan

pembelajaran secara kontekstual yang akan menghasilkan pemahaman serta

pengalaman peserta didik terhadap permasalahan yang terdapat di

lingkungannya.

56

Awan Sundiawan, Skenario Mengarahkan Generasi Z, diakses pada 14 Juli 2016, 21.30

WIB, dari https://awan965.wordpress.com/2013/10/19/contoh-rpp-kurikulum-2013-semua-mapel-

skenario-mengarahkan-generi-z/

Page 50: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

38

BAB III

BIOGRAFI DAN PANDANGAN HIDUP

A. Biografi Pramoedya Ananta Toer

Dilahirkan dengan nama Pramoedya Ananta, Pramoedya kemudian

berinisiatif menambahkan nama Toer, pada semua keturunan Toer termasuk

dirinya, sebagai penghormatan atas nama baik keluarga.1 Pramoedya Ananta

Toer (kemudian disebut PAT) lahir di Blora, sebuah kota di perbatasan Jawa

Tengah dengan Jawa Timur, pada 6 Februari 1925 dan meninggal di Jakarta,

30 April 2006 pada usia 81 tahun.2 Ia anak sulung dari sembilan anak yang

dilahirkan dari hasil perkawinan M.Toer3 dengan Oemi Saidah.

Ayah PAT merupakan putra tertua seorang naib, sementara ibunya putri

tengah seorang petinggi keagamaan dari Rembang. Setelah menikah, sang

suami meninggalkan sekolah dasar Belanda HIS (Holandse Indische School)

untuk mengajar di sekolah swasta nasionalis Boedi Oetomo di Blora. Ia rela

gajinya turun dari yang dia terima sebagai guru pemerintahan meskipun

menjabat sebagai kepala sekolah di institusi pendidikan pribumi tersebut.4

Ayah PAT seorang penganut nasionalis kiri yang tidak mau bekerja sama

dengan pemerintah kolonial Belanda.5 Hal ini turut mempengaruhi pola

pemikiran PAT mengenai pandangannya terhadap pola sebuah negara. Toer

mengajarkan kepada PAT pengetahuan soal langit, bumi, sejarah, kisah-kisah

1 Muhammad Muhibbuddin, Catatan dari Balik Penjara: Goresan Pena Revolusi Pramoedya

Ananta Toer, (Yogyakarta: Zora Book, 2015), h. 8. 2 Ibid., h.1.

3 Nama ayah Pramoedya sebenarnya Mastoer. Tetapi suku kata di depan namanya “Mas”

dihilangkan, karena dianggap “Mas” berkaitan dengan kata sapaan “Mas” yang berbau feodal yang

dalam pergerakan nasional, justru ditentangnya. 4 Savitri Scherer, Pramoedya Ananta Toer: Luhur dalam Ideologi, (Depok: Komunitas

Bambu, 2012), h. 11. 5 Koh Young Hun, Pramoedya Menggugat: Melacak Jejak Indonesia, (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2011)., h.2.

Page 51: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

39

rakyat, kehidupan masyarakat tertindas, bahkan isu-isu nasionalisme dan

kerakusan imprealisme Belanda.6

Kehidupan serba kekurangan akibat penghasilan suami sebagai guru

sekolah negeri memaksa Oemi Saidah mencari nafkah tambahan untuk sebuah

keluarga besar. Ini menjadi salah satu masalah yang kerap menjadi bahan

percekcokan dalam keluarga. Masalah ini kemudian ikut mewarnai karya PAT

dalam cerpen “Kemudian Lahirlah Dia” yang dimuat dalam Cerita dari

Blora.7 Kemudian, dalam banyak karya PAT terdapat begitu banyak wanita

yang hampir menjadi manusia teladan, yang berani dan tabah, yang tetap

memperjuangkan kemanusiaan dan keadilan,8 termasuk di dalam novel

Korupsi.

Kisah asmara PAT bermula sejak perkenalannya dengan seorang gadis

yang bertugas sebagai Palang Merah di penjara Bukit Duri, Arfah Ilyas. Pada

15 Januari 1950, setelah menerima penghargaan untuk novel Perburuan, ia

menikahi gadis itu.9 Dengan tanggungan yang makin berat dan inflasi

menjadikan honor tulisan yang ia terima (kalaupun diterima) makin merosot

nilainya, situasi keuangan keluarga itu makin memutusasakan. Pada masa itu

PAT fanatik menulis, demi keperluan rumah tangganya. Pada Mei 1953, di

tengah kondisi ekonomi keluarganya yang memburuk, ia mendapatkan

undangan ke Belanda sebagai tamu dari Sticusa (Stichtung Culture

Samenwerking; Yayasan Kerjasama Kebudayaan Belanda-Indonesia).10

Ketika di Nederland, PAT menghasilkan karya Korupsi dan Midah – Simanis

Bergigi Emas.11

6 Muhibbuddin, op. cit., h. 23.

7 Hun, op. cit., h. 3.

8 A. Teeuw, Citra Manusia Indonesia dalam Karya Sastra Pramoedya Ananta Toer, (Jakarta:

PT Dunia Pustaka Jaya, 1997)., h. 13. 9 Scherer, op. cit., h. 16.

10 Hun, op. cit., h. 15.

11 Teeuw, op. cit., h. 31.

Page 52: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

40

In the Netherland, Pramoedya perhaps intending to escape the gloomy

scene of Indonesia and look for inspiration from the outside world.

However, the Holland trip appears to have been a disappointment for

Pramoedya, primarily because he came to recognize that Indonesia and the

Netherlands were simply too different. Holland reminded him of "a coffin,"

and he was particularly sensitive to "the contrast between his own country,

in the process of establishing itself and seeking an identity, and Holland

which had already been established." He became more critical of the

Sticusa was a "colonial brain trust" which only aimed at "importing

Western culture into Indonesia."12

Pada Januari 1954, PAT kembali ke tanah air, tepat diberlakukannya

pemotongan atas Anggaran Belanja PPK (Pendidikan Pengajaran dan

Kebudayaan) yang mengakibatkan berlangsungnya krisis penerbitan.

Kemudian menyebabkan PAT kembali berhadapan dengan kesulitan hidup

yang tentu saja berpengaruh pada keadaan rumah tangganya. Hal ini

mengakibatkan pernikahan dengan Arfah Ilyas tidak berlangsung lama

dikarenakan kondisi ekonomi PAT pada masa itu. Akhirnya, ia terpaksa

meninggalkan anak istrinya, setelah empat kali diusir. Kesulitan ekonomi

rumah tangga itu terbesit dalam beberapa tulisan PAT seperti Sunyi Senyap di

Siang Hidup.13

Kemudian pada awal tahun 1955, PAT menikah lagi dengan

Maimunah Thamrin, istri yang menemaninya hingga akhir hayat.14

Berpalingnya PAT ke arah kiri, tidak dapat dipisahkan dari kesulitan

hidup yang dihadapinya pada masa tersebut. Pada waktu itu, PAT didekati

oleh A.S. Dharta yang saat itu menjadi Sekretaris Jenderal Lekra (Lembaga

Kebudayaan Rakyat). Adanya uluran tangan untuk menerjemahkan Gorki

pada saat paling sulit dalam hidupnya, menyadarkannya bahwa organisasi

kirilah yang menolongnya pada saat detik-detik yang menentukan.15

12

Hong Liu, “Pramoedya Ananta Toer and China: The Transformation of a Cultural

Intellectual”,

Jurnal Indonesia, Vol. 61, April 1966, h. 121. 13

Scherer, op. cit., h. xv. 14

Hun, loc. cit. 15

Scherer, op. cit., h. xvi.

Page 53: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

41

PAT menghadiri Kongres Nasional Pertama Lekra pada Januari 1959. Ia

ditunjuk sebagai wakil ketua Lembaga Sastra Indonesia.16

Menurut Ajip

Rosidi penunjukan PAT hanya sebatas perlambangan saja, karena PAT bukan

orang yang suka aktif dalam organisasi. Dukungannya terhadap langkah

politik kiri lebih banyak disuarakan melalui tulisan dalam Lentera - ruang

kebudayaan yang dipimpinnya.17

Hal ini diakui PAT kemudian, bahwa

dengan menjadi anggota Lekra banyak kerugian yang didapatnya dan PAT

mengaku tidak pernah mendapat satu sen pun pemberian dari pihak Lekra atau

pemerintah, baik sebagai anggota Lekra maupun sebagai pendukung gagasan

Bung Karno, walaupun orang lain mendapatkan kemudahan, kedudukan,

status politik, bahkan perumahan bekas Belanda.18

Sejarah PAT dengan penjara dimulai sejak 1947, ketika itu ia bekerja

sebagai redaktur majalah Sadar yang merupakan edisi Indonesia dari majalah

The Voice of Free Indonesia. Pada 21 Juli 1947, aksi militer Belanda yang

pertama pecah. Semua milik Republik Indonesia yang ada di Jakarta dikuasai

tentara Belanda. PAT mendapat tugas untuk mencetak dan menyebarkan

risalah-risalah perlawanan. Kemudian, ia ditangkap oleh tentara Belanda

dengan surat-surat bukti di kantongnya. Naskahnya yang ditulis sejak 1938

dirampas oleh Angkatan Laut Belanda dan dia dijebloskan ke Penjara Bukit

Duri. Ia dibebaskan pada masa setelah Konferensi Meja Bundar pada akhir

Desember 1949. Di dalam sel, ia menulis bermacam roman dan cerita, antara

lain Perburuan (1949) dan Keluarga Gerilja (1950). Dengan bantuan Prof.

Resink, karya-karyanya dapat diselundupkan keluar dari penjara dan disiarkan

di berbagai majalah, di antaranya, Mimbar Indonesia dan Siasat, dengan nama

Pram.19

16

Ibid., h. 18. 17

Ibid., h. xvii. 18

Hun, op. cit., h. 17. 19

Ibid., h. 11-12.

Page 54: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

42

Pada bulan Maret 1960, PAT menerbitkan Hoa Kiau di Indonesia. Buku

ini dituduh berisi pembelaan terhadap pedagang-pedagang keturunan China

yang menurut Undang-undang “PP No. 10/1959” dilarang berdagang di

daerah tingkat kecamatan dan kabupaten. Akhirnya, ia dipenjara di Cipinang

selama sembilan bulan tanpa proses peradilan. Pada waktu itu, pihak militer

mendakwanya sebagai “orang yang menjual Indonesia kepada China dengan

buku”. Penahanan ini merupakan yang pertama bagi PAT, yang dilakukan

pemerintah sendiri selepas Indonesia merdeka.20

Selama periode 1955-1965, ia menulis novel Sekali Peristiwa di Banten

Selatan yang diterbitkan tahun 1959. Sementara itu ia juga menulis potongan

dari novel yang lebih panjang, Gadis Pantai, yang terbit berseri dalam

Bintang Timur pada 1962. Namun, pada 13 Oktober 1965, tahun di mana ia

berencana melanjutkan penulisan kreatifnya, ia ditahan.21

Ia dituduh terlibat

dalam kegiatan-kegiatan Lekra yang dianggap oleh Orde Baru sebagai badan

yang disusupi komunisme. Tanpa proses peradilan, PAT ditahan di Pulau

Buru pada 10 September 1969. Selama pembuangan di sana, pada mulanya

PAT tidak dibenarkan menulis, tetapi kemudian ia diizinkan menulis setelah

kedatangan Jendral Soemitro ke Pulau Buru pada 1973.22

Pada 21 Desember 1979, PAT mendapat surat pembebasan secara hukum

tidak bersalah dan tidak terlibat dalam G30S tetapi masih dikenakan tahanan

rumah, kota dan negara sampai tahun 1999 dan wajib lapor satu kali seminggu

selama kurang lebih 2 tahun.23

Kisahnya di Pulau Buru, dituangkan dalam

lembaran-lembaran kertas dan menghasilkan karya Nyanyi Sunyi Seorang

Bisu. Selain itu, ia pun berhasil menorehkan maha karya Tetralogi Buru yang

terdiri dari empat novel yaitu, Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak

20

Ibid., h. 18. 21

Scherer, op. cit., h. 20. 22

Hun, op. cit., h. 20. 23

Pramoedya Ananta Toer, Anak Semua Bangsa, (Jakarta: Lentera Dipantara, 2011), h. i.

Page 55: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

43

Langkah dan Rumah Kaca yang berhasil mendapat pujian internasional dan

telah diterjemahkan dalam 20 bahasa.24

Setelah bebas dari tahanan, latar belakang PAT sebagai anggota Lekra

masih tersisa di masyarakat. Pada tahun 1981, PAT diusir secara tertulis oleh

Dekan UI ketika memberikan ceramah di Fakultas Sastra UI atas undangan

Senat Mahasiswa. Pada saat itu PAT mengisi ceramah tentang „Sikap dan

Peranan Kaum Intelektual di Dunia Ketiga, Khususnya di Indonesia‟. Tidak

berhenti sampai di situ, PAT kemudian di interogasi oleh Satgas Intel selama

satu minggu.25

Dalam keterasingannya di negeri sendiri, PAT justru beberapa kali

menerima penghargaan internasional dan menjadi nominasi penghargaan

Nobel Sastra. Salah satunya ketika penganugerahan hadiah Magsaysay yang

menimbulkan protes di Indonesia dari berbagai kalangan termasuk sastrawan

dan budayawan, di antaranya dua pemenang hadiah Magsaysay sebelumnya,

Mochtar Lubis dan H.B. Jassin, dan tokoh lain seperti Asrul Sani, Rendra dan

Taufiq Ismail. Mereka membuat pernyataan bersama kepada yayasan Hadiah

Ramon Magsaysay sebagai protes terhadap keputusan yayasan dan mendesak

membatalkan putusan itu. Mereka menganggap bahwa sangat ironis hadiah

dengan menggunakan nama Magsaysay, yang seumur hidup memperjuangkan

demokrasi dan hak asasi manusia, diberikan kepada penulis yang selama ikut

memimpin Lekra terbukti anti demokratis dan ikut menindas hak manusia.26

Di Indonesia terdapat dua front, satu pro dan satu kontra. Tiga budayawan

yang tidak mau menandatangani pernyataan itu, misalnya Ajip Rosidi,

Goenawan Mohamad dan Arief Budiman. Padahal, Goenawan dan Arief

Budiman merupakan tokoh yang menandatangani Manikebu yang diteror dan

tertindas oleh Lekra. Bagi Goenawan alasan penting untuk tidak

24

Eka Kurniawan, Pramoedya Ananta Toer, Belenggu di Pulau Buru, diakses pada

09/02/2016 20.30 WIB, dari http://ekakurniawan.net/blog/tetralogi-buru-dan-novel-modern-178.php 25

Teeuw, op. cit., h. 51. 26

Ibid., h. 53.

Page 56: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

44

menandatangani protes adalah “Saya tidak mau bersikap seperti Pram dulu,

mencegah seseorang mendapatkan sebuah hadiah yang memang pantas

diperolehnya, hanya karena dia lawan kita. Kalau ini kita lakukan, maka ini

artinya kita menghidupkan kembali budaya yang kita lawan dulu. Kita tidak

menciptakan budaya baru yang lebih baik”.27

Like all authors of the Angkatan 45, he underlined as the decisive

characteristic of his generation its openness to world literature, as

exemplified by Chairil Anwar and Idrus, who had been able to reveal new

realms of creative language use through their encounters with Western

literature. He says, Indonesian literature need for to unfold its own

character. Sticking too closely to a foreign model, in his view, indicated a

lack of genuine creativity. To him, Indonesian literature had to be seen as a

variant with equal rights, not as a replica of the occidental model.28

Demikianlah, PAT tetap berada dalam situasi yang kontras. Pada satu

pihak PAT terpaksa hidup sebagai warga negara yang sudah tiga puluh tahun

lebih kehilangan hak asasinya sebagai manusia tanpa pernah diadili dalam

proses hukum yang pantas. Pada pihak lain, PAT tetap hadir bagi Indonesia

maupun dunia internasional sebagai tokoh yang berpengaruh meskipun

memiliki masa lalu yang kontroversial, namun keunggulannya sebagai

sastrawan tetap diakui oleh seluruh dunia.29

B. Pandangan Hidup Pengarang

Dalam karyanya, PAT secara konsisten terus menyuarakan kemerdekaan

dan hak-hak asasi manusia, serta melawan berbagai penindasan. Membaca

novel-novelnya berarti melihat wajah Indonesia. Bagi PAT, menulis adalah

sebuah bentuk perlawanan. Inspirasi penulisan datang dari kehidupan.

Baginya, “Menulis adalah tantangan pribadi saya terhadap kediktatoran,”

dengan merekam apa yang dialaminya ke dalam karya. Mengenai

27

Ibid., h. 55. 28

Martina Heinschke, “Between Gelanggang and Lekra: Pramoedya‟s Developing Literary

Concepts”, Jurnal Indonesia, Vol. 61, April 1966, h. 159. 29

Teeuw., op. cit., h. 54.

Page 57: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

45

permasalahan korupsi, PAT pernah mengalaminya ketika bertugas sebagai

Perwira Pers. Karena dituduh korupsi, PAT terpaksa mengundurkan diri dari

Badan Keamanan Rakyat. Padahal seperti yang diakuinya, ia mengundurkan

diri karena belum dibayar selama tujuh bulan masa kerjanya. Pengalaman ini

menjadi bahan tulisannya dalam novel Krandji Bekasi Djatuh. Dalam novel,

tokoh Surip merupakan perwira administrasi yang korup.30

Menurut PAT salah satu alasan praktik korupsi tumbuh subur adalah

pengaruh jawanisme, paham tidak tertulis yang mengharuskan perintah atasan

untuk harus selalu dipatuhi. Hal itu tercermin dari bahasa Jawa yang

bertingkat-tingkat yang diciptakan untuk memuliakan atasan. Ketika

diterjemahkan ke dalam politik, hal tersebut dapat dikaitkan sebagai fasisme,

paham yang tidak memperbolehkan adanya oposisi atau perlawanan.31

Jawanisme adalah taat dan setia kepada atasan, yang pada akhirnya

menjurus kepada fasisme. Kaum Jawa memiliki prinsip yang selalu taat dan

setia bahkan membabi buta kepada atasan dan tidak memikirkan pihak lain

sama sekali. Menurut PAT, hal inilah yang mengakibatkan Pulau Jawa dijajah

oleh berbagai bangsa asing selama berabad-abad, karena kaum elit Jawa

berkolusi dengan kekuatan kolonial yang mencari rempah-rempah. Sejarah

mencatat bahwa daerah kerajaan Jawa jatuh ke tangan penjajah tanpa perang,

tetapi dengan cara kaum elit disuap oleh penjajah.32

Sikap taat tanpa memandang benar salah kepada atasan banyak ditentang

oleh PAT lewat karyanya, salah satunya dalam novel Korupsi yang terdapat

pada tokoh Sirad sebagai bawahan Bakri. Sirad yang mencium tingkah laku

Bakri melakukan korupsi, segera mencari penyebabnya. Meskipun Sirad tidak

berhasil mengungkapnya, namun perlawanan Sirad ditunjukkan dengan tidak

30

Hun, op. cit., h. 11. 31

August Hans den Boef dan Kees Snoek, Saya Ingin Lihat Semua Ini Berakhir, (Jakarta:

Komunitas Bambu, 2008), h. 44. 32

Ibid., h. 45.

Page 58: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

46

ikut tenggelam dalam perbuatan yang dilakukan Bakri. Hal ini bisa diartikan

sebagai perlawanan PAT kepada paham Jawanisme.

Karya lain yang menyelipkan perlawanan terhadap penindasan dan

perbuatan curang (korupsi) terdapat pada novel Anak Semua Bangsa. Dalam

novel, tokoh Mama memberikan nasihat kepada Minke, “Kau harus bertindak

terhadap siapa saja yang mengambil seluruh atau sebagian dari milikmu, ...

mengambil milik tanpa ijin: pencurian; itu tidak benar, harus dilawan.”33

PAT

berpandangan bahwa penindasan yang dialami tokoh Mama dan Minke yang

juga dialami oleh masyarakat Indonesia, harus dilawan. Bahwa manusia

memiliki hak yang sama, entah itu berasal dari suku pribumi maupun Eropa.

Kewajiban moral terhadap bangsa dan Tanah air telah memotivasi PAT

untuk bekerja. Seorang pengarang besar pada hakikatnya adalah memberikan

sesuatu, bukan meminta apa-apa dari karyanya. Manusia besar adalah manusia

pemberi. Segala sesuatu yang dilakukan adalah untuk memperkaya

kebudayaan bangsanya. Untuk bisa memperkaya, memberi sesuatu kepada

umat manusia, ia harus memiliki sesuatu: karya. PAT telah menyadarkan pada

kepentingan konsep dasar “memberi.” Itulah sebabnya ia kurang suka pada

rencana-rencana orang untuk hidup sebagai pengarang di luar negeri.34

33

Toer, op. cit., h. 4. 34

Eka Budianta, Mendengar Pramoedya, (Jakarta: PT. Atmochademas Persada, 2005), h. 21 -

22.

Page 59: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Unsur Intrinsik Novel Korupsi

Unsur intrinsik adalah unsur pembangun dalam sebuah karya sastra yang

terdapat dalam bangunan karya itu sendiri. Karya sastra yang dipilih dalam

penelitian ini adalah novel Korupsi karya Pramoedya Ananta Toer

(selanjutnya disebut PAT). Adapun unsur intrinsik yang dibahas meliputi 1)

tema, 2) tokoh dan penokohan, 3) alur, 4) latar, 5) sudut pandang dan 6) gaya

bahasa.

1. Tema

Seperti yang telah dipaparkan penulis pada bab II mengenai

pengertian tema dan penggolongan tema berdasarkan tingkat

keutamaannya yakni tema mayor dan tema minor. Tema minor yang

terdapat dalam novel Korupsi merupakan penghubung peristiwa maupun

sebab akibat atas perbuatan yang dilakukan tokoh.

Ya, Sutijah sungguh cantik. ... Kalau saja dia istriku, dia akan

mengerti bagaimana kesulitanku, dan dia pasti mau membantu

melancarkan rencana dan usahaku. Pasti! Tidak seperti betina ini.

Sebenarnya kami bisa hidup seperti itu, di sebuah rumah yang

menyendiri, tidak terganggu angan-angan ini oleh betinaku yang

banyak raba, banyak duga dan banyak tingkah.1

Tema minor percintaan yang diselipkan PAT dari tema mayor korupsi

membuat cerita ini masih „laku‟ pada masa itu. Masa di mana tema-tema

romansa mendominasi cerita novel yang terbit pada masa itu. Kutipan di

atas terjadi ketika istri Bakir menolak perbuatan korupsi yang dilakukan

Bakir. Bakir (yang mewakili pria pada umumnya) ketika telah memiliki

harta dan terdapat perbedaan pandangan, memilih pergi dari istrinya

1 Pramoedya Ananta Toer, Korupsi, (Jakarta: Hasta Mitra, 2002), h. 38-39.

Page 60: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

48

untuk mendapatkan wanita lain, Sutijah. Hal ini menunjukkan sebuah

adagium yang ada di masyarakat: harta-tahta-wanita.

Tema mayor novel ini justru terdapat dalam konflik batin tokoh Bakir

ketika mencari ketenangan hidup yang disangkanya akan didapat dengan

memperoleh harta. Untuk memperoleh hal tersebut, Bakir kemudian

memutuskan korupsi. Tema tersebut tergambar jelas dari pemikiran Bakir

maupun dialog antartokoh. Hampir seluruh bab dalam novel Korupsi

membahas konflik batin Bakir ketika sebelum, sedang dan setelah

melakukan korupsi. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.

Tak mengerti aku mengapa keadaanku tinggal bobrok sedang

orang yang dahulu hanya kler-ku belaka kini sudah menjadi anggota

parlemen. Dia cerdik mestinya. Aku yang kurang cerdik. Dan

sekaranglah saatnya. ... He, mengapa pula aku jadi begini sekarang?

Kemarin aku masih merasa tenang penuh keyakinan akan kebesaran

Tuhan beserta alam semestanya yang berjalan teratur dan dengan hati

berisikan rahmat.2

Kutipan di atas menjelaskan konflik batin Bakir dalam

„perjuangannya‟ melakukan korupsi yang dirasanya sebagai kewajaran

untuk mengejar ketertinggalan cara mencari nafkah seperti prasangkanya

yang juga dilakukan oleh teman kerja Bakir. Bukan hal yang mudah bagi

Bakir untuk meninggalkan kejujuran yang ditanamkan oleh leluhurnya,

ditambah penolakan yang ditunjukkan oleh istrinya, Mariam, serta

pertentangan secara tidak langsung oleh asistennya, Sirad.

“Aku masih isterimu, karena itu ada hak padaku untuk meminta

sesuatu daripadamu.”

“Ya, ya aku mengerti. Apa yang kau pinta?”

“Aku pinta engkau tidak akan berbuat seperti itu.”

“Siapakah yang bilang aku akan berkorupsi?”

“Tidakkah aku cukup tua untuk mengetahui ? Tingkah lakumu

yang bilang?”3

2 Ibid., h. 11-13.

3 Ibid., h. 49.

Page 61: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

49

“Pak, terus terang saja pak, aku tak suka melihat perubahan

bapak.”

“Aku nggak ngerti maksudmu. Bicara bergampang sajalah.”

“Begini, pak, sekarang sedang mengamuk .... Korupsi!”4

Konflik dalam diri Bakir semakin meningkat ketika penolakan justru

datang dari orang terdekat Bakir, istri. Seseorang yang menurut Bakir

menjadi alasan untuk melakukan korupsi, untuk menyejahterakan

keluarga. Peristiwa itu kemudian menimbulkan konflik batin baru dalam

diri Bakir, antara mengikuti kemauan hati yang didesak kebutuhan

ekonomi atau hidup pasrah dalam keadaan disisa umur yang telah

menginjak empat puluh tahun.

Kantor itu memang mendapat nama baik karena aku. Tanpa aku

uang akan berhamburan dan negara sudah lama menderita rugi.

Karena pembelianku - semua beres. Kepandaianku sebagai pembeli

seharusnya kupergunakan untuk hidupku sendiri. Mengapa selama itu

aku tetap bodoh dan menerima kemiskinan sebagai keharusan?5

Tahulah aku kini: untuk memperoleh uang dan kemewahan ini

aku telah kehilangan segala-galanya. Juga harapan orang tuaku

dahulu beserta pendidikannya kini telah lenyap! Yang tinggal hanya

kesempatan untuk memulai jalan baru kembali: tetapi untuk itu

umurku yang telah tua ini tidak memungkinkan. Keberanianku

bertambah habis ...6

Dalam keraguan, Bakir merasa memiliki jasa atas selamatnya uang

negara karena kejujurannya selama ini dan merasa berhak atas perbuatan

korupsi yang akan dilakukannya. Konflik batin masih terus

mempengaruhi pemikiran Bakir. Bahkan, setelah berhasil melakukan

korupsi, ketenangan Bakir hilang dan merasa kehidupan masa lalu yang

sederhana lebih membuatnya tenang karena baginya “kemiskinan adalah

kutukan bagi hati yang tidak sederhana.”7

4 Ibid., h. 55-57.

5 Ibid., h. 45.

6 Ibid., h. 130.

7 Ibid., h. 82.

Page 62: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

50

Dari beberapa hal yang telah dipaparkan mengenai tema dapat

diambil kesimpulan bahwa, tema minor memiliki peran untuk melengkapi

tema mayor yang menjadi tujuan utama PAT. Adagium harta-tahta-

wanita yang mendorong seseorang untuk melakukan korupsi

digambarkan secara kompleks sehingga menjadi tema minor yang

mendukung tema mayor yakni konflik batin seorang koruptor (Bakir)

ketika sebelum, sedang dan setelah melakukan korupsi.

2. Penokohan

Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau

lakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Ditinjau dari peranan dan

keterlibatan dalam cerita, tokoh dapat dibedakan atas tokoh primer

(utama), tokoh sekunder (tokoh bawahan) dan tokoh komplementer

(tambahan). Penokohan dalam novel Korupsi dapat diketahui melalui

pemikiran, perbuatan dan dialog yang dilakukan oleh tokoh.

a. Tokoh Utama

Terdapat tiga tokoh utama dalam novel Korupsi. Tiap-tiap tokoh

utama memiliki karakter yang berbeda-beda dan memiliki kedudukan

yang penting atas golongan yang diwakilinya. Tokoh-tokoh tersebut

adalah sebagai berikut.

1) Bakir

Secara fisiologis, Bakir digambarkan sebagai sosok laki-laki

berusia empat puluh tahun. Dilihat dari aspek sosiologisnya, Bakir

merupakan pemimpin sebuah kantor pegawai negeri yang telah

mengabdi selama dua puluh tahun, namun digambarkan tidak

memiliki harta maupun pandangan hormat dari rekan kerja seperti

umumnya pemimpin. Penggambaran dengan cara analitik ini

memungkinkan narator untuk melanjutkan „tugas‟nya untuk fokus

pada konflik batin yang dialami Bakir. Ditinjau dari wataknya,

Bakir dapat dikategorikan sebagai tokoh dinamis. Hal ini

Page 63: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

51

dipengaruhi oleh psikologis tokoh yang pada awalnya memegang

teguh kejujuran namun karena desakan ekonomi dan status sosial

yang selayaknya dia dapatkan, kemudian Bakir mengubah

pendiriannya.

Aku pun sudah tua. Kebesaran dan keagunganku telah

padam. Yang tinggal hanya umurku yang tua dan kelemahan

yang tambah lama tambah menggerumuti tenaga.8

Ah, alangkah sakit hatiku ini –merasa harus meninggalkan

sejarah yang lama, yang telah kubangunkan dari hari ke hari –

untuk memasuki, untuk mereguk sejarah baru, sejarah

kemegahan di mana tidak ada batas yang menghalangi.9

Tidak! Tidak! Bertahun-tahun aku sudah menderita jadi

pegawai. Kalau aku mengerjakan korupsi, tidak akan aku kena

sial. Tidak! Itu bukan kejahatan, bukan pelanggaran – itu sudah

selayaknya.10

Perannya sebagai tokoh antihero membawa tujuan besar yang

dibawa PAT, bahwa seorang koruptor akan selalu merasa

kehilangan ketenangan hidupnya. Dalam novel, secara psikologis

Bakir takut jika kejujuran yang selama ini jadi kebanggaannya

akan hilang, ia takut pandangan teman kerjanya atas apa yang

akan dia lakukan dan dia takut kehilangan ketenangan batin yang

selama ini menjadi satu-satunya harta berharga yang ia miliki. Hal

ini terlihat dalam kutipan berikut.

Dengan mengambil harta benda kantor aku kehilangan

ketenangan batinku. Tapi aku ingin juga memiliki ketenangan

batin itu beserta harta benda ini.11

Tiba-tiba aku menjadi gelisah. Bisakah aku

mengerjakannya? Beranikah aku? Dan kalau tertangkap? Kalau

ketahuan oleh semua orang? Polisi dan pengadilan itu

8 Ibid., h. 1.

9 Ibid., h. 4.

10 Ibid., h. 10.

11 Ibid., h. 18.

Page 64: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

52

demikian berkuasa sehingga rebahlah siapa yang hendak

dikeping-kepingnya.12

Perubahan karakter pandangan hidup tokoh Bakir dikarenakan

secara psikologis, Bakir merasa memiliki jasa yang besar terhadap

urusan kantor. Bakir merasa telah menjadi pemimpin yang baik

dengan menghasilkan kas negara yang sehat, mengizinkan Sirad

untuk kuliah, memberikan susu kepada pegawai dan bahkan

melegalkan pencurian kertas yang dilakukan opas. Meski

demikian, Bakir merasa tidak mendapatkan status sosial yang

sepadan dengan apa yang telah dilakukannya, harta dan

kehormatan. Hal tersebut mendorongnya untuk melanjutkan

perbuatan korupsi yang dirasai sebagai sebuah kewajaran.

Ha, pembagian kopi susu ini pun karena jasaku. ...

Seharusnya pegawai-pegawai itu memuji pimpinanku dan

menghormati sebagaimana layaknya.13

Mula-mula pembagian

teh susu, kemudian si Sirad yang kini hampir memperoleh

gelar doktoral dan kemudian si opas jahanam itu yang boleh

mengambili kertas-kertas bekas dari keranjang sampah.14

Kalau korupsi suatu perbuatan jahat, bukankah kejahatan

itu akan hilang lenyap karena jasaku padanya?15

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, Bakir memutuskan untuk

korupsi. Dalam perjalanannya, Bakir yang merasa perbuatannya

tidak melanggar hukum karena justru menolong perusahaan untuk

mendapatkan order, mulai bernafsu mengumpulkan harta yang

lebih banyak, bahkan berniat memiliki seorang istri muda. Istri

muda secara sosial dipandang sebagai sebuah kemapanan dan

kemampuan seorang laki-laki.

12

Ibid., h. 10. 13

Ibid., h. 11. 14

Ibid., h. 14. 15

Ibid., h. 9.

Page 65: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

53

Tahulah aku kini bahwa alasan perjuangan hidup untuk

anak-bini dan keluarga hanyalah tameng untuk keselamatan

diri sendiri belaka. Keinsafan itu membuat aku malu pada

diriku sendiri.16

Kututup mataku dan kukenangkan segala kepahitan

penghidupan yang telah silam: pahit tapi damai dan hati tidak

gersang dirongrong kiri kanan.17

Kutipan di atas memperlihatkan akhir dari aksi korupsi Bakir

yang membawanya kembali pada kesimpulan, hidup tanpa korupsi

lebih tenang. Secara psikologi, perubahan karakter tokoh Bakir

membawanya kembali kepada kesadaran, bahwa ada sesuatu yang

tidak bisa dibeli yakni, ketenangan hidup. Ketenangan yang dulu

selalu dia miliki bersama istri pertamanya, meskipun secara sosial

keluarganya dalam keadaan sulit. Ketenangan yang mulai hilang

ketika ia memperturutkan hawa nafsu untuk memenuhi gengsi dan

mengejar kelas sosial dengan melakukan korupsi.

2) Mariam

Tokoh Mariam dalam novel Korupsi berkedudukan sebagai

tokoh utama tambahan yang keberadaannya sangat mempengaruhi

tokoh utama, Bakir, dalam hal menjadi sumber dari terikatnya

kesadaran Bakir terhadap cara berpikir, sikap dan bertutur.

Perannya sebagai tokoh protagonis menimbulkan konflik batin

tersendiri dalam diri Bakir. Tokoh yang justru merupakan sosok

yang paling dekat dengannya.

Mariam merupakan istri Bakir dan telah dikaruniai empat

orang anak selama lima belas tahun hidup bersama. Ditinjau dari

psikologisnya, Mariam digambarkan sebagai tokoh statis, tokoh

yang selalu melayani sepenuh hati dan patuh kepada suami. Ketika

16

Ibid., h. 88. 17

Ibid., h. 138-142.

Page 66: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

54

dalam kesulitan ekonomi (uang belanja yang kurang), Mariam

selalu berbesar hati. Bahkan, meskipun jiwanya menolak

perbuatan Bakir untuk korupsi, Mariam tetap menjalankan

tugasnya sebagai seorang istri. Secara sosiologis, Mariam (dan

Bakir) pada mulanya berasal dari keluarga yang cukup berada.

Namun, jatuh miskin karena perubahan pemerintahan yang

berakibat pada kurangnya gaji sehingga harta bendanya semakin

berkurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Watak Mariam

digambarkan secara dramatik oleh Bakir. Hal tersebut

menimbulkan empati tersendiri bagi pembaca, seperti pada

kutipan berikut.

Dan, sungguh kebaikan apa yang tidak dipikirkan oleh

istriku ini sejak kita kawin? Seakan akan ia dilahirkan hanya

untuk berbuat dan memikirkan kebaikan. Tiba-tiba aku mengiri

pada kesederhanaannya.18

Aku dekati dia dan nampak olehku wajahnya yang pucat,

kulitnya yang layu, dalam umurnya yang masih muda.19

Kutipan di atas terjadi ketika Bakir mendapat penolakan dari

Mariam untuk melakukan korupsi. Bakir melihat fisiologi Mariam

dalam usianya yang masih muda namun terlihat kulit yang layu

dan wajah yang pucat. Hal ini akibat dari kondisi ekonomi

keluarga Bakir. Namun, meski dengan kekurangan ekonomi,

kesetiaannya kepada Bakir tidak berubah dan tetap berpandangan

pada kesederhanaan hidup. Hal ini dapat dijadikan cermin

masyarakat ketika kekurangan ekonomi dan mengejar status

sosial, umumnya seorang istri akan mendorong suami untuk

melakukan segala cara, dalam hal ini untuk korupsi.

“Mengapa bicara tentang korupsi, Mah?”

18

Ibid., h. 42. 19

Ibid., h. 97.

Page 67: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

55

“Ngeri aku membayangkan,” katanya. “Engkau pegawai

tinggi, engkau mempunyai kekuasaan. Engkau sebenarnya

bisa berbuat seperti itu. Ngeri aku membayangkan namamu

dimuat di surat-suratkabar sebagai koruptor.”20

Kedudukannya sebagai tokoh statis membawanya menolak

bahkan mengecam Bakir yang berniat melakukan korupsi.

Karakter ini kemudian berakibat pada berpalingnya Bakir pada

Sutjiah, seorang gadis yang pernah diidam-idamkannya. Namun,

Mariam tak bergeming, pendiriannya tetap pada keluarga yang

tenang (tanpa korupsi) meski kekurangan materi.

Pada suatu sore yang tiada terduga-duga isteriku beserta

keempat anaknya datang ke tempatku ditahan ... “Untuk apa

engkau datang ke mari?” ... “Bukankah engkau suamiku?” ...

“Engkau mengampuni aku, Mariam?” Ia mengangguk.21

Sebagai tokoh protagonis, Mariam mewakili tokoh yang

berpegang teguh pada kebenaran. PAT sebagai penulis yang

terinspirasi pada ibunya, memasukkan unsur „perempuan hebat‟

seperti pada karya lainnya. Kesederhanaan dan kesetiaannya kelak

membuat Mariam tetap menerima keadaan Bakir bahkan ketika

Bakir telah meninggalkannya dan kini sedang dipenjara.

3) Sutijah

Harta-tahta-wanita, begitulah adagium tentang pemikiran

seorang pria pada umumnya. Sutijah dapat dikatakan dihadirkan

sebagai cerminan ungkapan tersebut terhadap Bakir. Sutijah

merupakan tetangga Bakir yang telah diperhatikannya sedari kecil.

Seperti jamaknya pemikiran pasangan ketika dalam masalah, Bakir

pun berpikir tentang perempuan lain, Sutijah, ketika ia sedang

bermasalah dengan Mariam. Dalam cerita, bayang-bayang Sutijah

20

Ibid., h. 38. 21

Ibid., h. 150-152.

Page 68: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

56

dalam pikiran Bakir ini kemudian menjadi klimaks yang

menunjukkan bagaimana alur terjadinya adagium harta-tahta-

wanita di dalam cerita.

Ya, Sutijah sungguh cantik. Tak tahu aku bagaimana

nasibnya sekarang setelah ayahnya meninggal. Empat tahun

paling sedikit ia telah pindah dari rumah sebelah ... alangkah

manisnya ia waktu minta diri akan pindah dengan mata

berkaca-kaca. Begitu mengerti anak itu. Kalau saja dia isteriku,

dia akan mengerti bagaimana kesulitanku dan dia pasti mau

membantu melancarkan rencana dan usahaku.22

Ditinjau dari fisiologisnya, Sutijah digambarkan sebagai gadis

cantik yang memiliki kelembutan hati. Karakter Sutijah pada

mulanya dicitrakan sebagai karakter protagonis. Namun,

perubahan karakternya menjadi antagonis dikarenakan latar

belakang sosiologisnya sebagai orang kaya yang jatuh miskin

membawanya haus akan duniawi. Karakter yang mempengaruhi

pilihannya untuk menerima duniawi yang diberikan oleh Bakir.

Waktu dahulu aku selalu rindu pada Sutijah, dia terus

menerus mendorong tentang Sutijah: “Anak begitu cantik. Aku

kira, tiap lelaki yang melihatnya akan tergiur.”

“Sutijah masih begitu muda. Kalau dikawini hanya

mengocar-ngacirkan rumah tangga. Lihat saja, ia belum lagi

bisa memasak, belum bisa berpakaian, belum bisa menghitung

uang belanja.”23

Kutipan di atas terjadi ketika Bakir teringat masa lalu ketika

Mariam merasakan apa yang dipikirkan Bakir. Sebuah peristiwa

yang mengungkapkan sesungguhnya seorang wanita mengetahui

apa isi hati suaminya. Namun, karakter Mariam yang lemah

lembut membawanya tidak berburuk sangka atas perilaku Bakir.

Sebaliknya, kondisi ekonomi Bakir pada saat itu yang serba

22

Ibid., h. 38. 23

Ibid., h. 72.

Page 69: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

57

kekurangan ditambah keluarga yang masih harmonis

membawanya untuk tidak memikirkan Sutijah lebih jauh.

“Kenal betul, karena dia saudara sepupuku. Kami adalah

serumpun keluarga kaya dan cuma kami yang hidup miskin.”24

“Sekiranya aku boleh memperoleh engkau,” ulangku. ...

”Bagaimana dengan anak-anak?” ia berkata bimbang

seperti pada diri sendiri.

“Dan bagaimana dengan ibu mereka?” katanya terus.25

Selayaknya seorang wanita, secara psikologis Sutijah turut

memikirkan perasaan istri Bakir dan anak-anak mereka. Dalam diri

Sutijah tidak ada cinta kepada Bakir, sedianya Sutijah ingin

menolak pinangan Bakir. Namun, alasan himpitan ekonomi dan

desakan Ibu Sutijah yang akan menikahkannya dengan saudara

yang memiliki penyakit TBC membuat Sutijah menerima pinangan

Bakir.

Tambah lama kuperhatikan tingkah lakunya bertambah

teranglah olehku bahwa ia adalah termasuk wanita yang tidak

sederhana hatinya, ruwet dan sulit karena berbagai dambaan

keduniawian.26

Sutijah semakin memperlihatkan karakter sebenarnya, sebagai

seorang muda yang haus akan duniawi dan tentunya tetap tanpa

cinta kepada Bakir. Ketika karakter Bakir kembali merindukan

ketenangan yang hilang, karakter materialistik yang dimiliki

Sutijah mengakibatkan konflik batin dalam diri Bakir.

b. Tokoh Sekunder (Tokoh Bawahan)

Dalam novel Korupsi, terdapat setidaknya dua tokoh sekunder.

Meskipun penggambaran karakter yang ditampilkan tidak terlalu kuat.

24

Ibid., h. 102. 25

Ibid., h. 81-83. 26

Ibid., h. 101.

Page 70: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

58

Namun, tokoh sekunder ini cukup mempengaruhi jalannya cerita.

Tokoh-tokoh tersebut adalah sebagai berikut.

1) Sirad

Sejarah pembaruan oleh pemuda banyak mewarnai sejarah

bangsa ini. Tokoh tambahan protagonis ini digambarkan secara

dramatik oleh Bakir sebagai golongan terpelajar. Keberadaan

tokoh Sirad mencerminkan konflik antara kaum tua dan kaum

muda. Sebagai tokoh yang mewakili kaum muda, ditinjau dari

psikologisnya, Sirad memiliki pola pikir pembaru dan

revolusioner.

Dia selamanya bebas bertindak terhadapku, karena

memang sejak dahulu aku tertarik kepadanya, dan aku anggap

ia sekedudukan denganku. Ia tak pernah menunduk-nunduk

mencari muka. Itulah yang kusukai.27

“Lepas dasi, berkemeja, celana pendek sesuai dengan hawa

panas Indonesia, dan – selalu bersikap perwira, bertindak

perwira, berpikir perwira. Kita butuh keperwiraan, tidak butuh

tikus.”28

Kutipan di atas terjadi ketika Sirad mencurigai Bakir akan

melakukan korupsi dikarenakan perubahan penampilan yang

ditunjukkan Bakir. Bakir yang berposisi sebagai kaum tua merasa

perlu mengajak kaum muda (Sirad) untuk ikut dalam „usahanya‟.

Namun, Sirad yang berposisi sebagai kaum muda „ditugasi‟ oleh

narator untuk membawa semangat-semangat revolusioner yang

berakibat munculnya konflik dalam diri Bakir.

“Pak, percayalah, dahulu bapak aku obrak-abrik juga,

tetapi yang berkepentingan tidak percaya padaku. Tetapi kini

tidak bisa lagi! Barang siapa mengikuti jejakmu dan mengotori

kantorku akan kubuat kocar-kacir.”29

27

Ibid., h. 67. 28

Ibid., h. 60. 29

Ibid., h. 155-156.

Page 71: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

59

Semangat pembaruan yang ditunjukan Sirad tidak berdampak

apa-apa ketika tidak memegang kekuasaan (dukungan dari atasan).

Di satu sisi, PAT mencoba mengkritik kaum muda yang tidak

memiliki keberanian ketika menyuarakan pendapatnya. Di sisi

lain, karakter Sirad mewakili jutaan pemuda yang memiliki jiwa

pembaruan namun tidak memiliki kekuasaan atau dukungan.

2) Bakri, Bakar, Basir dan Basirah

Pemilihan kuantitas anak yang mencapai empat anak

menimbulkan kesan banyaknya tanggungan Bakir. Dilihat dari

posisinya, keempat anak Bakir tidak memiliki porsi yang cukup

kuat dalam cerita. Kehadirannya hanya untuk menyatakan alasan

yang jamak bagi pelaku korupsi, desakan kebutuhan keluarga.

“Pak, pak, aku lulus! Bulan muka masukkan aku di SMA.”

“Pak, pak. Aku juga lulus.”

“Bulan depan aku minta masuk SMP,” sambung anak

kedua si Bakar.30

“Ya, mereka sudah besar. Gaji tak memadai dan mereka

membutuhkan biaya lebih banyak – tambah lama tambah

banyak.”31

Secara sosiologis, keempat anak Bakir merupakan anak yang

pintar dalam urusan sekolah. Di dalam keluarga, pengetahuannya

akan kondisi ekonomi keluarga membawa sisi psikologisnya

„hanya‟ meminta untuk dimasukkan ke sekolah yang lebih tinggi.

Di sisi lain, peristiwa tersebut dapat dijadikan gambaran kondisi

masyarakat Indonesia pada masa itu, yakni banyak faktor yang

menghalangi dalam usaha menempuh pendidikan, salah satunya

ekonomi.

30

Ibid., h. 3. 31

Ibid., h. 30.

Page 72: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

60

Ah, dahulu menjadi pegawai negeri adalah suatu

kehormatan. Kebesaran malah. Dan aku harap anakku pun

menjadi pegawai negeri. Itulah pula sebabnya mereka kuberi

huruf pangkal B seperti namaku Bakir, agar sedikit atau

banyak memperoleh tuahku dan bisa menjadi pegawai negeri.32

Bentuk penokohan yang paling sederhana adalah pemberian

nama.33

Keempat anak Bakir diberi nama dengan inisial yang

sama dengan ayahnya, B. Dahulu Bakir merupakan seorang

pegawai yang jaya, yang bangga terhadap posisinya sebagai

pegawai negeri. Penguatan tradisi yang diharapkan Bakir dengan

memberikan nama inisial yang sama, sebuah harapan akan masa

jayanya dulu dapat diraih anaknya kelak. Cara yang juga

dilakukan PAT pada dirinya dengan menambahkan nama Toer

pada dirinya, sebagai harapan kelak dapat menjadi orang baik

seperti Bapaknya, M.Toer.

c. Tokoh Komplementer

1) Thiaw Lie Ham

Tokoh ini dihadirkan terkait dengan hubungan dalam konteks

profesi, Bakir sebagai pemimpin pengadaan barang negara

sedangkan Thiaw Lie Ham sebagai presiden direktur Muria N.V.,

sebuah perusahaan produksi pakaian yang bekerja sama dengan

kantor Bakir.

Kuambil daftar perusahaan-perusahaan yang ada di laci.

Deretan nama Tionghoa. Dan di antara nama Tionghoa yang

dua ratus lima puluh itu hanya dua nama Indonesia, Muria

N.V., presiden direktur Thiaw Lie Ham. Hmm, dialah yang

mula-mula akan jadi sumber keuanganku.34

32

Ibid., h. 2. 33

Rene Wellek dan Austin Warren, Teori Sastra, (Jakarta: Gramedia, 1993), Terj. dari,

Theory of Literature oleh Melanie Budianta, h. 287. 34

Toer, op. cit., h. 60.

Page 73: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

61

Secara sosial, nama Tionghoa dipilih karena mencerminkan

realita bahwa perusahaan di Indonesia kebanyakan dimiliki oleh

pengusaha China. Bahkan di dalam novel diceritakan ketika

perusahaan bernama Indonesia, pemimpinnya tetap keturunan

Tionghoa seperti pada kutipan di atas.

Pikiran ini menyuruh aku mengingat, siapa yang harus

menjadi sasaranku untuk pertama kali. Ya! Gampang saja.

Taoke itu sudah berkali-kali mencoba menyogok aku. Kena dia

sekarang. Kena!35

Kutipan di atas memperlihatkan bagaimana Thiaw Lie Ham

sebagai pengusaha yang berusaha menyogok Bakir untuk

mendapatkan order. Kehadiran tokoh ini turut mengubah karakter

Bakir, dari awalnya sebagai pegawai negara yang dapat

membentengi diri dari aksi korupsi, kemudian pendiriannya

berubah karena adanya dorongan dari dalam diri dan melihat

peluang untuk korupsi. Hal ini dapat dikatakan sebagai potret yang

melatarbelakangi terjadinya korupsi, bahwa seorang koruptor

dapat melakukan aksinya terutama dikarenakan dorongan dari

dalam diri ditambah adanya pihak-pihak yang bekerja sama, baik

terpaksa maupun sukarela.

2) Wanita setengah tua

Tokoh ini diperkenalkan tanpa nama dan latar belakang yang

cukup. Dalam realita, sosok tokoh ini biasanya hanya dikenal

dengan istilah „mami‟. Masalah privasi dan keamanan menjadi

alasan perlunya menjaga rahasia latar belakang sosok seperti tokoh

ini. Meskipun tanpa nama dan latar belakang yang cukup, tokoh ini

cukup mempengaruhi konflik batin dalam diri Bakir ketika

35

Ibid., h. 10.

Page 74: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

62

berhasil korupsi dengan terpaksa bergaul pada lingkungan baru.

Lingkungan „mami‟ yang mencari ketenangan sesama golongan.

Bila mas tidak ikut, nah, mas dalam beberapa hari ini akan

bangkrut, karena semua orang tahu tidak ada warisan apa-apa

yang ditinggalkan orang tua mas untuk mas.36

Kutipan di atas memperlihatkan bagaimana „mami‟ memaksa

Bakir untuk ikut golongan ini. Keberadaan „mami‟ ini membawa

Bakir tenggelam jauh dalam konflik batinnya. Tokoh ini berfungsi

untuk memperlihatkan bagaimana Bakir (dan para koruptor dalam

realita) harus susah payah mempertahankan status sosialnya

hingga terpaksa bergabung dengan kelompok sosial „mami‟.

Sebuah peristiwa yang dapat dijadikan pembelajaran bahwa,

“Sekali telah melangkahkan kaki di gelanggang korupsi, orang tak

ada melihat jalan kembali”.

Kekuatan novel Korupsi terletak pada konflik batin yang terjadi dalam

diri Bakir. Perubahan psikologis Bakir dipengaruhi oleh pandangan sosial

yang dirasanya tidak didapat selayaknya pemimpin perusahaan.

Keputusan untuk melakukan korupsi berawal dari niat dalam diri Bakir,

namun keluarga dijadikan alasan atas pelanggaran yang dilakukan.

Meskipun terdapat penamaan tokoh yang terkesan kurang diperhatikan

seperti penggunaan nama Mariam37

yang sama antara istri dan wanita

dalam kumpulan „mami‟, namun seluruh tokoh yang dihadirkan dilihat

secara karakter maupun kedudukannya dirasa turut mendukung konflik

batin yang dialami Bakir menjadi semakin kompleks. Posisi Bakir sebagai

tokoh antihero dalam usahanya melakukan korupsi merepresentasikan

36

Ibid., h. 110. 37

Ibid., h. 117 dan 151.

Page 75: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

63

psikologi para koruptor, bahwa seorang koruptor akan selalu merasa

hilang ketenangan hidupnya.

3. Alur (Plot)

Seperti yang telah dipaparkan penulis dalam bab II mengenai plot. Plot

dalam novel Korupsi adalah plot lurus (progresif). Jenis pemilihan plot

tersebut akan memudahkan pemikiran pembaca untuk memahami pesan.

Dilihat dari segi kriteria kepadatan cerita, novel Korupsi dapat

dikategorikan sebagai novel dengan alur erat. Alur ini mengakibatkan

fokus pembaca terus tertuju pada konflik batin yang dialami Bakir.

Cerita dimulai secara runtut dari tahapan awal, pemunculan konflik,

komplikasi, klimaks, peleraian dan penyelesaian. Peristiwa yang menjadi

pokok utama dalam novel ini menceritakan konflik batin tokoh utama

dalam memperoleh kebahagiaan. Berikut tahapan plot novel Korupsi:

a. Tahapan Awal

Secara keseluruhan novel Korupsi menceritakan bagaimana Bakir

melihat suatu peluang untuk menutupi kekurangan ekonomi dalam

hidupnya. Di bagian pertama, Bakir diperkenalkan sebagai seorang

pegawai negeri yang serba kekurangan di umurnya yang senja.

Anak-anak sudah besar dan harus melanjutkan sekolahnya ...

Banyak di antara kawan-kawan yang mujur dalam

penghidupannya terkenang olehku. Dan akhirnya terniatlah dalam

hati, seperti sudah jamak di masa ini: Korupsi.38

Sebetulnya sudah bisa aku kerjakan dari dahulu! Tetapi

sekarang masih cukup waktu untuk memulai. Belum lagi

ketinggalan.39

Kutipan di atas terjadi ketika Bakir memandang keadaan ekonomi

keluarganya yang semakin kekurangan. Penghasilan Bakir sebagai

pegawai negeri tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup

38

Ibid., h. 1-4. 39

Ibid., h. 5.

Page 76: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

64

ditambah kebutuhan anak-anaknya untuk sekolah. Namun, Bakir

malah melihat banyak kawan-kawannya malah dalam keadaan

berkecukupan. Hal ini digunakan PAT untuk memperkenalkan

psikologi Bakir dalam memandang keadaan sekelilingnya. Di sisi lain,

peristiwa ini dapat dikatakan plausibel, memotret realita keadaan

pegawai negeri pada masa itu; gaji yang kurang dan (mengakibatkan)

perilaku korup meski dengan skala kecil dan tertutup.40

Dalam novel,

karakter Bakir yang pada mulanya seorang pegawai jujur, berubah

terbalik menjadi karakter yang menghalalkan segala cara, dengan

alasan klasik; kebutuhan ekonomi.

b. Pemunculan Konflik

Pada bagian pertama telah digambarkan pemikiran Bakir untuk

memperbaiki ekonomi dengan cara korupsi. Meski kata telah

terucapkan yang mengakibatkan seolah realisasi hanya menunggu

waktu.41

Namun, kejujuran yang melekat dalam diri Bakir ditambah

keraguan yang ditunjukkan, menimbulkan suspens sendiri bagi

pembaca terhadap pilihan Bakir, antara melanjutkan rencana atau tetap

hidup sederhana meski dalam kekurangan. Hal tersebut merupakan

konflik batin pertama dalam diri Bakir. Pada bagian kedua ini, PAT

mulai memunculkan konflik dengan memberikan celah kepada Bakir

untuk melakukan korupsi.

Sejak hari ini, sejak detik ini, telah kuputuskan hubunganku

dengan sejarah dan cara hidup dahulu. ... Ini dia: surat

permohonan dari daerah meminta perlengkapan. ... Apa katanya?

40

Rivai Apin, “Suasana Tjatut Meliputi Kehidupan Ekonomi”, Siasat Warta Sepekan, Jakarta,

10 Oktober 1954, h. 3 41

A. Teeuw tentang kata „niat‟ dalam Korupsi : Begitu kata itu terungkapkan dan terdengar,

maka point of no return telah dilewati. Perbuatan hanya menjadi penjelmaan tak terelakan dari kata.

Karena itu, mungkin cerita ini tidak cukup menegangkan bagi pembaca yang mendekatinya dari

konvensi-konvensi naratif lainnya. (Lihat A. Teeuw, Citra Manusia Indonesia dalam Karya Sastra

Pramoedya Ananta Toer, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1997, h. 204).

Page 77: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

65

Kami tak bisa membiarkan daerah kami terlantar. Karena itu

dengan hormat memohon diusahakan perlengkapan.42

Dadaku berdegapan berhadapan dengan satu kekuasaan yang

sejak kecil menyusun pikiranku. Dan untuk pekerjaan yang akan

kulakukan ini aku harus menerobosi dan menghancurkan

kekuasaan ini baru perbuatan itu mungkin dapat kukerjakan.43

Kemampuan seseorang melakukan korupsi karena adanya

kekuasaan. Situasi dalam teks di atas menggambarkan Bakir

memanfaatkan kekuasaannya. Perubahan karakter Bakir digambarkan

bertahap, pada mulanya Bakir merasa korupsi yang akan dilakukannya

hanya ganjaran atas kebaikan yang telah dikerjakannya. Latar

belakang Bakir yang dikenal sebagai orang jujur kemudian

menimbulkan konflik kedua dalam diri Bakir. Bakir seolah berkata,

“Mampukah aku melakukannya dan meninggalkan sejarah kejujuran?”

c. Komplikasi

Pada bagian ketiga, empat dan lima, konflik yang dialami Bakir

mulai mengalami peningkatan. Dorongan kebutuhan ekonomi dan

keinginan status sosial yang dicapai telah mengubah karakter Bakir

dan berpandangan bahwa korupsi adalah sebuah cara yang lumrah.

Pembaca diberikan surprise ketika Bakir dihadapkan dengan karakter

istri Bakir yang statis, tetap pada pendiriannya untuk hidup tenang dan

bahkan menentang korupsi yang akan dilakukan Bakir meski dalam

kondisi kekurangan ekonomi.

“Engkau tidak berniat, bukan?” tanyanya.

“Berniat? Berniat apa?”

“Korupsi!”

Seperti geledek kata itu menyambar pendengaranku. Tubuh

dan hatiku meriut karenanya dan tenaga dan semangat dan

keberanianku hancur kena sambaran geledek itu ... perempuan ini

42

Toer, op. cit., h. 8. 43

Ibid., h. 14.

Page 78: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

66

banyak mengetahui! Banyak mengetahui! Mau aku

menyumpahinya. Tapi aku tak berani.44

Posisi Mariam sebagai istri Bakir memunculkan konflik ketiga

dalam diri Bakir. Membahagiakan Mariam dan keluarga sedianya

merupakan alasan Bakir rela melakukan korupsi. Kondisi ini

kemudian dijadikan alasan Bakir untuk melirik Sutijah, seorang gadis

yang menurut Bakir dapat sejalan dengan pemikirannya.

“Uang sebanyak itu tidak ada di kas kami tuan. Uang sebegitu

besar musti ditaruh di bank, tuan. Kalau tidak diri tidak aman,

barang tidak aman.”

“Berapa bisa kasih?”

“Cuma lima ribu, tuan.”

“Dalam minggu ini yang lima puluh ribu harus terbayar

semua. Kalau tidak, taoke akan rugi banyak. Order aku cabut

kembali.”45

Kutipan di atas terdapat pada bagian keenam, menggambarkan

Bakir yang melakukan korupsi pertamanya dengan meminta bagian

kepada Thiaw Lie Ham, direktur N.V. Muria, atas setiap baju pegawai

yang diproduksi. Perubahan pandangan Bakir, dari awalnya dapat

membentengi diri dari korupsi lalu mengubah pandangannya menjadi

seorang yang ikut terbawa arus korupsi, dapat dijadikan pembelajaran

bahwa korupsi dapat terjadi atau tidak berasal dari dalam diri yakni

niat.

Ada aku lihat Sutijah memandangi uang itu lama-lama dan

dengan sendirinya saja kepalaku mengangguk-angguk. Tiba-tiba

saja aku percaya pada diriku sendiri, pada kemenangan yang akan

kuperoleh.46

Seperti jamaknya adagium harta-tahta-wanita, pada bagian ketujuh

ini memperlihatkan sikap Bakir setelah memperoleh keuntungan dari

44

Ibid., h. 37. 45

Ibid., h. 66-67. 46

Ibid., h. 81.

Page 79: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

67

korupsinya yakni berusaha mendapatkan Sutijah, seorang gadis yang

dahulu pernah menjadi perhatiannya. Hal ini menguatkan pandangan

jamak seorang laki-laki yang direpresentasikan oleh tokoh Bakir,

bahwa dengan harta segalanya dapat diraih, termasuk wanita. Namun,

PAT mencoba untuk membuat cerita menjadi lebih menyatu pada

realitas dengan membentuk karakter Sutijah yang kemudian menerima

Bakir karena perubahan status sosial yang dialaminya.

d. Klimaks

Puncak konflik yang dialami Bakir terdapat pada bagian

kedelapan. Peristiwa itu terjadi ketika Bakir mencoba membagi hasil

korupsi kepada istri dan keluarganya. Meskipun sebelum melakukan

korupsi istrinya telah menentang, baginya semua usaha ini dilakukan

untuk keluarga.

“Jangan engkau kira engkau sendiri satu-satunya perempuan,”

kataku kemudian – deras dan menebang.

“Mengapa mendekat lagi? Kalau engkau tahu banyak

perempuan, mengapa tidak pergi pada mereka?”

Kemarahanku yang mulai mengendap kini seakan api kecil

disiram bensin. Kebakaran beserta ledakan terjadi di dalam

dadaku. Tanganku melayang dan menempeleng pipinya. Ia

terjatuh rebah di samping Basirah, tetapi dengan segera bangun

lagi. Dan aku sendiri berjalan cepat menuju ke dunia bebas.47

Kutipan di atas terjadi ketika sikap statis yang ditunjukan Mariam

membuat Bakir kehabisan kesabaran. Di satu sisi, masih ada rasa

bersalah dalam diri Bakir ketika meninggalkan istri dan keluarga yang

telah bersama-sama hidup dalam kekurangan. Di sisi lain, Bakir

merasa penolakan Mariam dianggap sebagai sebuah penghinaan

karena telah berjuang untuk menyelamatkan keluarganya. Kalaupun

dengan cara korupsi, baginya itu dikarenakan tidak ada cara lain.

47

Ibid., h. 96-98.

Page 80: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

68

“Ya, besok pagi kita berangkat ke Bogor dan kawin di sana,”

kataku. Ia mengangguk.

Aku dan dia dengan tali alam yang mengikat. Dan aku merasa

berbahagia dalam ikatan itu.48

Pada bagian kesembilan, untuk mendapatkan status sosial

selanjutnya setelah harta adalah istri muda. Istri muda dipandang

sebagai sebuah keberhasilan seorang lelaki. Kutipan di atas terjadi

ketika Bakir melamar Sutijah, gadis yang dirasa memiliki pandangan

yang sama mengenai harta. Pemilihan Sutijah juga menimbulkan

konflik tersendiri dalam diri Bakir. Ini merupakan konflik keempat

yang ia alami, antara tetap bertahan dengan istri dan keluarga yang

telah hidup dalam kesederhanaan atau pergi akibat penolakan Mariam

atas tindakan yang dia lakukan.

e. Peleraian

Kehidupan Bakir terus berjalan. Pada bagian kesepuluh, di tengah

gilang-gemilang Bakir dengan hasil korupsinya, terdapat sebuah

penyesalan dalam dirinya, sesuatu yang hilang; kesederhanaan dan

ketenangan batin. Setelah berhasil korupsi dan memperoleh istri baru,

pada bagian kesepuluh narator langsung menceritakan penyesalan

dalam diri Bakir. Hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya tidak ada

kesempatan untuk bersenang-senang dalam diri koruptor dengan harta

rampasannya. Sebaliknya, seorang koruptor akan selalu merasakan ada

yang kosong dalam dirinya.

Inilah duniaku yang sempit ini. Inilah jantungku yang terus

menggigil oleh ketakutan dan kecurigaan. ... Di sana lagi isteri dan

keempat anakku sedang berjalan. Ya, memang nampak lebih

miskin daripada dahulu. Teteapi mereka tidak terus menggigil

sebagaimana aku sekarang.49

48

Ibid., h. 99-105. 49

Ibid., h. 106-108.

Page 81: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

69

Kutipan di atas menjelaskan ketika Bakir telah memiliki harta,

Bakir berharap dapat hidup tenang. Namun, karakter Bakir yang

terbiasa hidup damai terusik ketika jiwanya tidak merasa tenang meski

memiliki harta yang dahulu diidam-idamkannya. Bakir terus terseret

dalam arus duniawi tanpa ketenangan batin.

Sebelum meninggalkan ruangan kerja kulihat jam. Satu jam

lagi dan baru aku dapat mengunjungi Mariam – salah seorang

anggota organisasi orang-orang semacam aku, dalam kesulitan

seperti aku pula.50

Dalam proses peleraian cerita pada bagian kesebelas, Bakir

digambarkan terus terjerumus dalam pergaulan yang membawanya

pada kekosongan jiwa. Kutipan di atas terjadi ketika Bakir terpaksa

ikut dalam golongan „mami‟ untuk menutupi kekhawatiran akan

terbuka perbuatannya. Meski penceritaan mengenai golongan ini

kurang kuat dan terkesan hanya tempelan. Namun, keberadaan

golongan ini memberikan kesan bahwa seorang koruptor akan jauh

tenggelam dalam urusan duniawi dan tanpa memiliki kemampuan

untuk kembali.

Baru sekali ini ada terlihat olehku bahwa perempuan cantik,

muda dan pandai merayu inilah sebenarnya biang keladi yang

menggampangkan keruntuhan pertahanan batinku.51

“Aku tahu, engkau menyesal meninggalkan anak dan

isterimu. Hanya karena aku! Karena itu bukan main tololmu kalau

tidak mau mengerti, segala permintaanku harus dikabulkan, ...”52

Pada bagian kedua belas dan tiga belas, narator menceritakan

Bakir yang tidak bisa menutupi kegelisahannya. Kegelisahan akan

kehancuran hidupnya. Di lain pihak, Sutijah dengan karakternya yang

hanya ingin menguasai harta benda tidak memedulikan Bakir. Bahkan,

50

Ibid., h. 116. 51

Ibid., h. 139-142. 52

Ibid., h. 144.

Page 82: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

70

Sutijah tidak keberatan jika Bakir ingin kembali kepada Mariam

dengan syarat tidak membawa harta benda apapun. Hal ini

menguatkan kesan bahwa apa yang akan diraih seseorang berawal dari

niat. Dalam hal ini niat Sutijah ketika menerima pinangan Bakir, harta.

Kosongnya jiwa Bakir tanpa ketenangan merupakan konflik kelima

yang dirasakan Bakir.

f. Penyelesaian

Pada tahun pembuatan novel 1953, belum ada hukuman pidana

mengenai korupsi.53

Fakta ini kemudian yang digunakan narator untuk

menyelesaikan cerita novel Korupsi. Penyelesaian yang tidak diduga-

duga oleh pembaca masa kini yang berharap Bakir ditangkap karena

kasus korupsinya, namun jika dilihat konteks hukum pada tahun

pembuatan novel, cerita ini menjadi plausibel.

Ah, ya, sebelumnya memang aku tak mengerti bahwa aku

ditangkap bukan karena orang tahu perbuatan korupsi, tetapi si

celaka taoke itu telah memberi aku ribuan palsu.54

Pada bagian keempat belas, Bakir tertangkap karena diduga

melakukan peredaran uang palsu yang diakuinya didapat dari taoke.

Tidak ada penjelasan tentang tokoh taoke yang memberikan uang

palsu kepadanya. Peristiwa ini dapat dilihat dari dua sisi, sisi pertama

sebagai simbol perlawanan pemerasan yang dilakukan pegawai negeri

meskipun dengan cara yang licik. Sisi kedua memperlihatkan

bagaimana seorang pengusaha55

melakukan segala cara untuk

53

Istilah korupsi hadir pertama kali dalam khasanah hukum Indonesia dalam Peraturan

Penguasa Perang Nomor Prt/Perpu/013/1958 tentang Peraturan Pemberantasan Korupsi. Lihat

Mansyur Semma, Negara dan Korupsi: Pemikiran Mochtar Lubis Atas Negara, Manusia Indonesia

dan Perilaku Politik, Jakarta: Yayasan Obor, 2008, h. 81. 54

Toer, op. cit., h. 149. 55

Dalam novel pengusaha yang dimaksud adalah keturunan Tionghoa. Tidak menutup

kemungkinan pemilihan pengusaha keturunan Tionghoa bukan merupakan kritik etnis, melainkan

hanya representasi kebanyakan pengusaha, berlatar belakang keturunan Tionghoa.

Page 83: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

71

mendapatkan order dan tetap mendapatkan untung dengan

memberikan sogokan uang palsu.

“Engkau,” katanya, “bagaimana pun juga adalah suamiku.

Biarlah aku dan anak-anakmu tak engkau ajak bersenang, tetapi di

dalam duka ini engkau tetap suamiku. Engkau tetap ayah dari

anak-anakmu.”

“Sejak kini aku doakan engkau selalu memperoleh kekuatan.

Dalam kejatuhan itulah orang bisa memilikinya.”56

Kesederhanaan seorang wanita terus dipertahankan narator dalam

tokoh Mariam. Pembaca diberikan surprise ketika Mariam menjenguk

Bakir di tahanan dan mengatakan akan tetap menganggapnya sebagai

suami setelah Bakir meninggalkannya untuk wanita lain. Ia pun

membawa serta keempat anak mereka. Konflik batin keenam yang

dirasakan dalam diri Bakir yakni sesuatu yang telah lama hilang sejak

dia mulai memutuskan menghamba pada harta benda dan

meninggalkan sejarah kejujurannya, ketenangan.

Dari beberapa hal yang telah dipaparkan mengenai alur, dapat

disimpulkan bahwa alur yang digunakan dalam novel Korupsi merupakan

alur maju progresif. Eratnya alur dalam novel ini menghasilkan fokus

pembaca terus tertuju pada konflik batin yang dialami tokoh utama. Hal

ini menghasilkan empati pembaca sehingga konflik batin dapat diterima.

Pemilihan gaya penceritaan pada bagian peleraian dengan langsung

menceritakan kekosongan dalam diri Bakir ketika berhasil melakukan

korupsi memberikan kesan bahwa seorang koruptor tidak pernah memiliki

waktu untuk merasakan kesenangan dalam dirinya meski dengan

banyaknya harta yang didapat. Pada bagian penyelesaian, meski kurang

diterima oleh pembaca masa kini yang mengharapkan Bakir ditangkap

karena kasus korupsinya, pemilihan ending dengan menceritakan Bakir

56

Toer, op. cit., h. 151.

Page 84: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

72

yang dipenjara akibat mengedarkan uang palsu menjadi plausibel jika

dilihat belum adanya hukum tentang koruptor pada masa itu.

4. Latar

Latar dapat berupa segala keterangan mengenai waktu, ruang dan

suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra. Unsur latar dapat dibedakan

ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu dan sosial. Ketiga unsur

tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lainnya.

a. Latar Tempat

Pemilihan latar tempat dalam karya sastra mempengaruhi pola

pemikiran tokoh di dalamnya. Dalam novel Korupsi terdapat latar

netral dan fungsional yang mempengaruhi perkembangan tokoh secara

sosiologis maupun psikologis. Penggambaran latar tersebut koheren

dan digunakan sesuai dengan fungsi alaminya. Latar tempat tersebut

antara lain sebagai berikut.

1) Rumah Bakir

Latar rumah Bakir dapat dikatakan sebagai latar netral dilihat

dari aspek keberadaan tempat. Keberadaannya seperti umumnya

rumah seseorang di berbagai tempat. Namun, jika dipandang dari

segi fungsi dalam hubungannya dengan meningkatnya konflik

batin Bakir, latar ini memiliki fungsi sebagai awal permasalahan.

Jika dikaitkan dengan latar suasana, latar ini berfungsi membangun

kegelisahan dalam diri Bakir. Keharmonisan rumah tangga yang

telah dibangun selama lima belas tahun perlahan runtuh oleh

desakan kebutuhan ekonomi yang mengakibatkan berkurangnya

harta benda. Seperti masyarakat pada umumnya, rumah merupakan

satu dari sekian faktor yang menentukan status sosial seseorang.

Telah dua puluh tahun aku jadi pegawai. Tetapi kian hari

kian berkurang saja harta benda dan umurku. Lemari agung

yang dahulu menghiasi ruang depan sudah lima tahun ini

hilang disita orang. Sepeda motor yang dahulu menjadi

Page 85: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

73

kebanggaanku telah lama melayang. Sepeda tua itulah

gantinya. Perhiasan istriku, yang dahulu kerap kali dikagumi

orang, sudah lama berubah bentuk menjadi surat-surat

pegadaian yang tidak berharga karena tidak tertebus.57

Dari kutipan di atas tampak perubahan ekonomi Bakir dengan

menghilangnya harta benda. Meskipun istri dan anak-anak mereka

tidak pernah mengeluh akan kondisi tersebut. Hilangnya harta dan

juga rumah merupakan kejatuhan diri bagi pria pada umumnya.

Harta benda yang hilang karena kurangnya gaji menjadi awal

alasan Bakir melakukan korupsi. Penggambaran harta benda yang

berkurang karena kurangnya gaji pegawai negeri menjadi koheren

dengan alur dan latar suasana melihat keadaan sosio-kultur

pegawai negeri pada saat itu memang diakui kurang mencukupi.58

2) Kantor

Pemilihan latar kantor yang berlokasi di Jakarta secara

fungsional dan tipikal koheren dengan realita, mengingat

keberadaan pusat pemerintahan berada di Jakarta. Bakir

merupakan pemimpin perkantoran pegawai negeri yang bertugas

pada pembelian dan pengadaan barang. Dari segi cerita,

keberadaan latar ini berfungsi sebagai tempat yang memberikan

celah kepada Bakir untuk melakukan korupsi

Lihat si Herman. Engkau kenal juga dia. Bekas juru tulisku.

Mestilah engkau masih ingat, sekarang? Wah rumah sendiri,

mobil sendiri, menggaji sopir pula. Anak-anaknya

disekolahkan ke mana-mana.”59

Kutipan di atas menggambarkan pemikiran Bakir mengenai

rekan kerjanya yang lebih mapan. Di satu sisi, harta benda yang

57

Ibid., h. 2. 58

Rosihan Anwar, “Geger Dikalangan Pamong Pradja”, Siasat Warta Sepekan, Jakarta, 10

Oktober 1954, h. 5. 59

Toer, op. cit., h. 36.

Page 86: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

74

dimiliki rekan kerja menimbulkan kecemburuan yang menjadikan

alasan untuk melakukan pelanggaran, dalam hal ini korupsi. Di

sisi lain, potret ini menggambarkan gejolak korupsi yang mulai

menggejala di kalangan pegawai negeri. Sebuah potret yang

mewakili pandangan umum masyarakat mengenai citra negatif

pegawai negeri.

Habis kantor kuangkat sebagian harta terpendam itu,

langsir ke pasar Senen dan menjualnya di tempat toko kertas

tangan kedua.60

Perlengkapan kantor merupakan barang pertama yang

dikorupsi Bakir. Perlengkapan kantor dipilih sebagai barang kecil

yang dapat „melatih‟ perbuatan korupsi Bakir. Rendahnya

pengawasan teman kerja Bakir membuat peluang untuk menjual

perlengkapan kantor menjadi terbuka. Hal ini dapat diartikan

sebagai kritik yang disuarakan oleh PAT pada masyarakat yang

hanya diam ketika melihat kecurangan. Peristiwa pegawai menjual

barang kantor juga merupakan potret dalam masyarakat

pascakemerdekaan dikarenakan kondisi ekonomi.61

3) Muria N.V., Jakarta Kota

Muria N.V. digambarkan sebagai perusahaan penyedia barang

yang dipimpin oleh presiden direktur Thiaw Lie Ham yang

berlokasi di Jakarta Kota. Dilihat dari realita, latar ini dapat

dikatakan fungsional dan tipikal karena pada umumnya sebuah

daerah pascakemerdekaan, hanya daerah kota yang memiliki

berbagai macam pertokoan (kebanyakan dimiliki oleh keturunan

Tionghoa) dan telah terkenal sebagai pusat kehidupan.

60

Ibid., h. 13. 61

Rivai Apin, Loc. Cit.

Page 87: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

75

... Dan taksi terus menderum ke kota pula: Muria N.V.,

Thiaw Lie Ham.62

Dilihat dari kedudukannya dalam cerita, keberadaan tempat ini

berfungsi sebagai tempat korupsi yang dilakukan Bakir kepada

pengusaha Tionghoa. Latar ini dapat dikatakan sebagai latar netral

karena penggunaan latar dapat digantikan dengan tempat lain,

meskipun akan sedikit mengubah alur maupun unsur fiksi lain.

4) Rumah Sutijah

Setelah hasil korupsi ditolak oleh istrinya, Bakir menuju ke

rumah Sutijah, memperkuat sebuah adagium harta-tahta-wanita.

Jika dilihat dari hubungannya dengan alur, maka rumah Sutijah

dapat digolongkan ke dalam latar fungsional. Hal ini tampak pada

pemilihan cerita „mempertemukan‟ kembali Bakir dengan Sutijah

di rumah Sutijah yang menggambarkan bahwa peristiwa

perselingkuhan dimulai dari Bakir. Berbeda halnya jika pertemuan

telah mereka siasati di suatu tempat yang akan menunjukkan ada

keinginan dari keduanya.

Empat tahun paling sedikit setelah ia pindah dari rumah

sebelah, pindah di rumah yang lebih murah sewanya, lebih ke

udik.63

Kutipan di atas merupakan pandangan Bakir akan keberadaan

Sutijah. Rumah Sutijah diceritakan pada mulanya dekat dengan

rumah Bakir, kemudian pindah ke lokasi yang lebih udik.

Pemilihan penggunaan istilah „lebih udik‟ menunjukkan kondisi

ekonomi Sutijah yang menurun pascameninggalnya sang ayah.

Rumah itu terlindung oleh pagar bambu tinggi dalam

anyaman yang rapat. Tak dapat orang lewat melihat pendopo

dan pekarangannya. Bahkan bagaimana bentuk rumah itu pun

62

Toer, op. cit., h. 63. 63

Ibid., h. 38.

Page 88: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

76

tidak bisa dilihat dari luar. Hanya genteng rumah yang merah-

hitam saja yang nampak.64

Potret rumah Sutijah selanjutnya digambarkan dengan rumah

yang tidak bisa dilihat orang dari luar karena pagar yang tinggi.

Pada umumnya, pagar yang tinggi merupakan simbol pemilik

rumah yang berusaha mengamankan harta bendanya dari ancaman

orang luar.65

Hal ini menimbulkan pengertian yang kontradiktif

mengenai arti pagar tinggi, mengingat kondisi ekonomi Sutijah

diceritakan menurun pascameninggalnya sang ayah dan ditambah

keterangan lokasi Sutijah yang pindah rumah ke lebih udik. Dalam

konteks cerita, pagar tinggi berfungsi untuk melindungi

perbincangan antara Bakir dan Sutijah dari pandangan orang luar.

5) Villa di Bogor

Pada umumnya, memiliki villa di Bogor dipandang sebagai

sebuah kemapanan oleh masyarakat Jakarta. Jarak yang tidak

terlalu jauh dari Jakarta dan perbedaan suhu antara Jakarta dan

Bogor menjadikan lokasi ini dipilih sebagai hiburannya warga

Jakarta. Dalam cerita, pemilihan latar villa di Bogor sebagai tujuan

meningkatkan status sosial Bakir dapat dipandang sebagai latar

simbolik.

Juga aku tidak tinggal di kamar di belakang warung cina,

tetapi di sebuah gedung dari dua setengah ratus ribu. Tidak lagi

di gang becek, tetapi di pinggir jalan raya yang tenang di

deretan gedung-gedung setengah villa di selatan Bogor.66

Istanaku tidak memberi kedamaian batin.67

64

Ibid., h. 78. 65

Ahadi, Apa Fungsi Pagar Rumah, diakses pada 11/06/2016, 20:00 WIB dari

http://www.ilmusipil.com/apa-fungsi-pagar-rumah 66

Toer, op. cit., h. 107. 67

Ibid., h. 139.

Page 89: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

77

Meskipun villa di Bogor merupakan simbol kemapanan yang

diimpikan masyarakat secara umum (juga Bakir), namun dalam

cerita Bakir justru merasa tidak mendapatkan ketenangan setelah

memiliki harta yang didapatnya dari hasil korupsi. Hal ini dapat

diartikan villa di Bogor memiliki fungsi sebagai simbol

kemapanan sekaligus menjadi titik balik psikologi tokoh Bakir

akan pandangan hidupnya yakni mencari ketenangan batin.

6) Penjara

Keberadaan latar tempat penjara merupakan potret di

masyarakat ketika seseorang menyesali perbuatannya namun terus

melakukan kesalahannya dan baru (terpaksa) berhenti ketika

berakhir dipenjara. Hal ini dapat dilihat dari narasi yang diutarakan

Bakir mengenai keruntuhan hidupnya, namun ia terus melakukan

korupsinya dan bahkan berusaha menutupinya dengan mengikuti

kelompok „mami‟.

Hanya untuk menunda datangnya keruntuhan, sedangkan

keruntuhan itu sendiri telah kuketahui akan datang juga.

Namun aku tak mau runtuh atas kehendakku sendiri.

Kekuasaan dari luar harus meruntuhkan daku.68

Ah, ya, sebelumnya memang aku tak mengerti bahwa aku

ditangkap bukan karena orang tahu perbuatan korupsi, tetapi si

celaka taoke itu telah memberi aku ribuan palsu.69

Potret mengenai situasi penjara tidak digambarkan secara jelas

karena fokus penceritaan PAT dengan latar ini adalah kembalinya

karakter Bakir menjadi seorang yang mencari ketenangan batin.

Selain itu, pemilihan cerita tertangkapnya Bakir bukan karena

kasus korupsi merupakan kritik yang membangun untuk

68

Ibid., h. 111. 69

Ibid., h. 149.

Page 90: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

78

pemerintah pada masa itu mengenai hukuman bagi koruptor yang

belum ada70

dan “negara yang masih sibuk dengan gerombolan.”71

b. Latar Waktu

Latar waktu mengenai kapan peristiwa dalam novel Korupsi tidak

ditunjukkan secara jelas. Hal ini memberikan kesan bahwa cerita ini

universal, dapat terjadi kapan pun. Dilihat dari tahun pembuatan, novel

ini ditulis sekitar tahun 1953 yang menandakan masa setelah

kemerdekaan, masa di mana gejolak korupsi di kalangan pegawai

negeri mulai muncul yang dilatar belakangi kurang mencukupinya gaji

pegawai negeri.72

Jika dikaitkan dengan alur, cerita dalam novel

mencerminkan kegelisahan masyarakat mengenai korupsi yang mulai

bergejolak pada masa itu.

“Apa yang mengamuk?”

“Korupsi!”

“Kalau bapak tahu berapa puluh ribu pemuda yang mati! Kalau

bapak tahu berapa dari orang-orang tua – yang di jaman penjajahan

dahulu tak sempat kaya ...”73

Kutipan di atas memperlihatkan bagaimana kegelisahan Sirad

mengenai korupsi di kantornya. Dalam novel, diceritakan Bakir mulai

korupsi dengan menjual perlengkapan kantor. Peristiwa ini dapat

70

Istilah korupsi hadir pertama kali dalam hukum Indonesia pada tahun 1958. Hal ini turut

mempengaruhi latar sosio-kultur dalam novel dengan tema korupsi setelah tahun 1958. Senja di

Jakarta karya Mochtar Lubis yang terbit pada 1958 mulai menggunakan hukuman koruptor ketika

tokoh Sugeng ditangkap (Lihat, Mochtar Lubis, Senja di Jakarta, Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, cet

ke-2, 1981, h. 314). Pada masa orde baru ketika pemberantasan korupsi berjalan di tempat, novel

Orang-orang Proyek karya Ahmad Tohari yang menggunakan latar waktu 1992 pun memilih untuk

„membiarkan‟ koruptor menjarah proyek tanpa ada hukum yang berusaha menghentikannya (Lihat,

Ahmad Tohari, Orang-Orang Proyek, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, cet ke-2, 2015, h. 230).

Latar sosio-kultur dalam novel terus memotret realita masyarakat pada masanya. Pascareformasi,

ketika korupsi diperangi lewat KPK namun masih terdapat oknum-oknum yang melindungi

„keberlangsungan‟ hidup koruptor. Potret ini muncul pada 86 karya Okky Madasari ketika koruptor

yang telah ditangkap berusaha menyogok di dalam pengadilan. (Lihat, Okky Madasari, 86, Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama, cet ke-3, 2015, h. 169). 71

Toer, op. cit., h. 118. 72

Anwar, loc. cit. 73

Toer, op. cit., h. 57.

Page 91: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

79

dikatakan menyuarakan kegelisahan masyarakat jika dilihat dari realita

bahwa pada masa itu usaha korupsi dengan menjual barang kantor

mulai menggeliat di masyarakat.74

Selain keterangan waktu pembuatan, keterangan waktu dapat dilihat

berdasarkan urutan waktu yakni, pagi, sore dan malam. Hal tersebut

dapat dilihat berdasarkan waktu antropologis dan kronologis manusia

yang juga turut mempengaruhi jalannya cerita. Hal tersebut terdapat

dalam kutipan berikut.

Pagi itu aku berangkat kerja dengan semangat baru! Niat itu

telah ada dalam hatiku dan keyakinan akan kemenangan perjuangan

sekali ini demikian terasa di hati.75

Pagi itu Bakir berniat melakukan korupsi. Latar pagi dipilih karena

berdasarkan waktu antropologis pada umumnya karyawan masuk

kantor di pagi hari. Latar pagi juga dapat diibaratkan sebagai semangat

baru, semangat seseorang melakukan sesuatu yang baru.

“O, jadi bapak akan kondangan berdasi ini?”

Tak tahu aku jawabannya, segera kutinggalkannya ... Dan taksi

terus menderum ke kota pula: Muria N.V., Thiaw Lie Ham.

Taoke membuka laci dan aku menerima lima ribu ... aku minta

diri dan kembali melompat ke dalam taksi. Tujuan: langsung ke

kantor.76

Kutipan di atas terjadi ketika Bakir berbohong kepada Sirad untuk

menjalankan niat korupsinya. Dalam novel, tugas untuk memberikan

order seharusnya dilakukan oleh opas. Namun, untuk menjalankan niat

korupsinya Bakir pergi ke Muria N.V. pada jam kerja, untuk

memastikan kutipan yang telah ditentukannya pada order yang

diberikan. Secara antropologis, Bakir telah melanggar kewajiban

pegawai negeri pada umumnya yakni tetap bekerja pada jam kantor.

74

Apin, loc. cit. 75

Toer, op. cit., h. 5. 76

Ibid., h. 62-67.

Page 92: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

80

... tiada terasa matahari Jakarta hilang tergelincir di balik atap

rumah dan tajuk pepohonan.77

Kutipan di atas terjadi ketika Bakir dan Sutijah berbincang di

beranda rumah Sutijah. Secara kronologis, hal ini mengisyaratkan

telah terjadi percakapan yang cukup panjang dan harmonis. Peristiwa

ini diperlukan untuk menunjukkan hubungan yang harmonis antara

Bakir dan Sutijah. Sebuah peristiwa awal menuju peristiwa yang

semakin meningkat dari segi emosional yakni, Bakir melamar Sutijah.

Malam itu aku mau bicara bersungguh-sungguh dengan

isteriku. Tapi ia tak datang-datang juga di ranjang. ... Wekker

menunjukkan jam sepuluh malam.78

Kutipan di atas terjadi ketika Bakir berusaha membujuk istrinya

untuk menerima hasil korupsinya. Secara antropologis, bagi pegawai

negeri, waktu untuk berbincang bersama keluarga hanya tersisa sore

atau malam hari dan hari libur. Latar waktu malam dipilih karena

kesunyiannya. Suasana yang cocok untuk membicarakan masalah-

masalah bersama keluarga, dalam peristiwa ini Bakir kepada Mariam.

c. Latar Sosial

Latar sosial dalam novel Korupsi dapat dilihat sebagai potret

suasana pascakemerdekaan, di mana pada saat itu gaji pegawai negeri

kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.79

Latar

sosial juga berkaitan dengan berkembangnya konflik batin yang

dialami Bakir. Kondisi sosial yang berkaitan dengan konflik batin

Bakir, seperti terlihat dalam kutipan berikut.

Dahulu aku mempunyai rumah sendiri. Sekarang demikian pula.

Tetapi beberapa kamar, itu pun yang terbaik dan terdepan letaknya,

terpaksa disewakan. Keributan di depan tidak mengijinkan –

dentuman karung-karung beras yang dilemparkan di lantai, dan abu

77

Ibid., h. 79. 78

Ibid., h. 95. 79

Anwar, loc. cit.

Page 93: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

81

karung yang terbang campur aduk dengan makanan kami.

Selamanya bunyi karung beras dilemparkan itu menggeletarkan

jantungku yang sudah tua dan lemah, dan selalu pula kututup

kupingku sekalipun perbuatan demikian tidak menolong apa-apa.80

Kutipan di atas menggambarkan latar sosial Bakir. Sebagai

permulaan, diperkenalkan latar sosial Bakir yang pada mulanya

memiliki rumah maupun barang-barang yang dapat menunjukkan

status sosial keluarga Bakir. Namun, gaji yang semakin tidak

mencukupi ditambah kebutuhan keluarga turut mempengaruhi kondisi

ekonomi keluarga Bakir. Berkurangnya barang-barang dan ruangan di

dalam rumah karena dikontrakan dirasa Bakir sebagai sebuah

kehilangan status sosial yang mengakibatkan bawahannya tidak

memberikan rasa hormat pada dirinya. Hal ini kemudian turut

mempengaruhi dirinya untuk korupsi.

Perasaan celaka tiap kali meminta perhatianku pabila dapatlah

aku kesempatan menertawakan diriku sendiri karena penduduk di

sekeliling rumahku di Bogor amat menghormati aku karena

mempunyai perhatian besar terhadap pemberantasan buta huruf,

bahkan aku telah menjadi pelindung waktu lebaran menyerahkan

beras sekarung kepada panitia zakat fitrah, waktu terjadi kebakaran

menyerahkan uang lima ribu untuk para korban, dan sekiranya aku

mempunyai perusahaan, maka semua surat kabar akan kuberi iklan

tiap bulan tujuh kali agar mereka tak coba-coba bongkar

rahasiaku.81

Setelah melakukan korupsi, Bakir mendapat status sosial dan

lingkungan baru. Kutipan di atas menggambarkan bagaimana hasil

dari korupsi yang dilakukan Bakir. Perubahan latar sosial merupakan

bagian yang tak terelakan ketika memasuki lingkungan baru. Bakir

yang mengharapkan merasa tenang setelah memiliki harta justru

merasa ketakutan setiap saat, ketakutan akan datangnya keruntuhan

80

Toer, op. cit., h. 29. 81

Ibid., h. 108.

Page 94: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

82

dirinya. Sebuah tujuan utama dari novel Korupsi bahwa status sosial

bukan satu-satunya cara untuk mendapatkan ketenangan hidup.

Perubahan latar mempengaruhi karakter tokoh Bakir seperti pada

pemilihan latar villa sebagai pergerakan status sosial Bakir. Memiliki

villa di Bogor dipandang oleh masyarakat Jakarta sebagai sebuah bentuk

kemapanan. Pemilihan latar waktu sesuai dengan waktu antropologis

kebiasaan manusia seperti Bakir yang setiap pagi bekerja. Waktu

antropologis itu kemudian berbenturan dengan waktu kronologis yang

menimbulkan kecurigaan pada diri Sirad ketika Bakir yang seharusnya

bekerja pada jam kantor, memilih pergi ke Muria N.V. untuk

menjalankan niat korupsinya. Dilihat dari latar sosial, perubahan status

sosial yang didapat Bakir membawanya kepada kesadaran bahwa hidup

bukan selalu tentang harta.

5. Sudut Pandang

Sudut pandang atau point of view merupakan cara pengarang

menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya. Dalam novel

Korupsi, sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang

pertama. Pemain yang bertindak sebagai pelaku utama. Si “aku” tokoh

utama mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya,

baik bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik dan hubungannya

dengan sesuatu yang di luar dirinya. Fungsi sudut pandang orang pertama

ini adalah untuk mengajak pembaca memahami isi hati dan jalan pikiran

dari tokoh utama melalui narasi maupun dialog yang tertera. Hal ini

terlihat dalam teks berikut.

Sungguh, aku tak sampai hati melihat itu. Karena itu kembali

kudekati isteriku dan mengulangi ajakan untuk berdamai. Aku dekati

Page 95: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

83

dia dan nampak olehku wajahnya yang pucak, kulitnya yang layu,

dalam umurnya yang masih muda.82

Dengan menggunakan sudut pandang „aku‟ PAT mencoba menggali

apa yang dipikirkan oleh Bakir untuk diresapi oleh pembaca. Pembaca

kemudian (tanpa sadar) memasuki jalan pikiran Bakir. Pemilihan sudut

pandang ini membuat pengarang leluasa mengeksplorasi sisi batin Bakir

untuk kemudian menciptakan konflik.

6. Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan cara pengarang menggunakan bahasa dalam

menyampaikan gagasan melalui karya yang dihasilkan. Pemilihan kata

yang tepat dalam gaya bahasa mampu membangun jalinan cerita yang

menarik. Penggunaan ungkapan, majas dan pengolahan kata atau kalimat

akan menimbulkan kesan estetik dalam sebuah karya sastra. Penggunaan

gaya bahasa juga memiliki fungsi dalam penekanan kata maupun kalimat

yang berkaitan dengan unsur intrinsik lainnya seperti tema, penokohan,

latar maupun sudut pandang. Adapun pengaruh gaya bahasa terhadap

unsur intrinsik adalah sebagai berikut.

a. Tema

Pemilihan kata maupun kalimat dalam sebuah peristiwa di dalam

novel dapat dilihat berdasarkan kedudukannya dalam membangun

konflik. Kedudukan tersebut mempertegas tema yang diusung

pengarang di dalamnya. Hal tersebut dapat terlihat pada kutipan

berikut.

Tiba-tiba aku mengerti : lelaki ini merasa tua kalau ia tak

sanggup menarik hati wanita lagi; dan selama ia masih diterima

sekalipun telah bernafas selama tiga perempat abad ia tetap merasa

masih muda. Dan uang bisa menolong memudakan manusia.83

82

Ibid., h. 97. 83

Ibid., h. 68.

Page 96: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

84

Harta-tahta-wanita dapat dikategorikan sebagai tema minor yang

telah dijelaskan penulis pada bagian tema. Kutipan di atas terjadi

ketika Bakir membayangkan manfaat uang yang didapatnya dari hasil

korupsi. Seperti adagium harta-tahta-wanita, Bakir membayangkan

menggunakan uang tersebut untuk merayu Sutijah. Gaya bahasa ini

dapat dikategorikan berdasarkan langsung tidaknya makna. Frasa

“uang bisa menolong memudakan manusia”, dapat dikategorikan

sebagai hiperbol, karena kenyataanya memiliki uang tidak dapat

menahan manusia untuk menjadi tua. Frasa “memudakan manusia”

juga diberikan perluasan makna oleh pengarang yakni merasa muda

jika mampu memiliki wanita lagi. Hal tersebut menegaskan adagium

harta-tahta-wanita.

b. Penokohan

Pembentukan karakter tokoh dapat dilakukan lewat narasi maupun

pemikiran tokoh itu sendiri. Pemilihan pola tersebut berpengaruh pada

emosi pembaca dalam memahami karakter tokoh. Dalam novel

Korupsi, karakter Bakir diperkenalkan lewat pemikiran tokoh itu

sendiri, hal tersebut terlihat pada kutipan berikut.

Dengan sendirinya saja kakiku terbanting-banting lemah ke

kanan dan ke kiri untuk melepaskan kungkungan ini – kungkungan

seberat ini, kungkungan seerat ini aku harus putuskan semua ini ...

harus putuskan semua ini ... putuskan semua ini ... semua ini ... ini

....84

Kutipan di atas terjadi ketika Bakir mendapatkan penolakan dari

istrinya mengenai rencana untuk korupsi. Dalam dialognya, nada yang

ditunjukkan Bakir seolah menunjukkan kelemahan untuk melanjutkan

rencananya. Narasi sebelumnya, Bakir mengharapkan dirinya kembali

muda agar dapat merayu Sutijah. Permasalahan percintaan di tengah

84

Ibid., h. 39.

Page 97: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

85

usaha Bakir untuk melaksanakan niat korupsinya memberikan

kesempatan multi tafsir bagi pembaca. Pola seperti ini dapat

dikategorikan gaya bahasa retoris bagian elipsis. PAT seolah

memberikan suspense bagi pembaca untuk menerka apa yang

selanjutnya dilakukan Bakir; memutuskan hubungannya dengan

Mariam, memutuskan untuk menikah dengan Sutijah, memutuskan

untuk tidak korupsi atau bahkan segera merealisasikan niat korupsinya.

c. Latar

Ketepatan pemilihan kata dalam sebuah kalimat mampu

menimbulkan gagasan mengenai latar yang dimaksud oleh pengarang

yang nantinya akan mempengaruhi imaji dalam diri pembaca. Hal

tersebut dapat terlihat dalam kutipan berikut.

Kalau dahulu pulang pergi naik sepeda tua, kini kendaraanku

plymouth. Tidak lagi di gang becek, tetapi di pinggir jalan raya

yang tenang di deretan gedung-gedung setengah villa di selatan

Bogor.85

Kutipan di atas terjadi ketika Bakir mendeskripsikan hasil

korupsinya. Pemilihan latar villa di selatan Bogor dapat dikategorikan

sebagai ketepatan pilihan kata kategori sangat khusus dari kata sangat

umum yakni rumah. Selain itu, pemilihan tempat ini dapat dikaitkan

dengan jenis-jenis gaya bahasa dari segi nonbahasa. Perbedaan kondisi

alam Bogor dengan Jakarta banyak dimanfaatkan warga Jakarta

sebagai tujuan rekreasi. Dalam cerita, Bakir membeli villa di Bogor

untuk meningkatkan status sosialnya. Memiliki villa di Bogor dapat

dianggap sebagai sebuah kemapanan khususnya oleh warga Jakarta.

d. Sudut Pandang

Pemilihan sudut pandang „aku‟ orang pertama seperti yang telah

dijelaskan penulis pada bagian sudut pandang mempengaruhi pembaca

85

Ibid., h. 107.

Page 98: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

86

untuk turut merasakan apa yang dialami tokoh. Hal ini tidak terlepas

dari pemilihan kata yang tepat, seperti terlihat pada kutipan berikut.

Berkali-kali kata itu bergetar dengan hebatnya baik di mulut

maupun di hati: korupsi, korupsi, korupsi. Akhirnya teguhlah niatku

untuk mengerjakan juga. Berdengung kata itu: korupsi, korupsi,

korupsi. Tiap dinding dan tiap benda di kamar serasa merasa ikut

menggigilkan kata itu-itu juga : korupsi! korupsi!86

Kutipan di atas terjadi ketika Bakir mencanangkan untuk

melakukan korupsi. Dengan menggunakan gaya bahasa kiasan

personifikasi pada sudut pandang „aku‟ orang pertama ini, membawa

pembaca seakan merasakan dengung suara yang dirasakan Bakir.

Ketepatan pemilihan kata secara alami dengan memanfaatkan benda di

sekitar Bakir turut menambah nuansa kegalauan yang dirasakan Bakir.

Penggunaan gaya bahasa dalam novel Korupsi dapat dikatakan tepat

guna. Terlihat bagaimana PAT mendayagunakan bahasa dengan detail-

detail pilihan kata yang sesuai dengan kebutuhan. Hal ini turut

mempengaruhi pembaca dalam memahami jalan cerita yang diberikan

lewat pilihan kata yang meningkatkan konflik. Pemilihan kata yang telah

dikonvensi oleh masyarakat seperti villa di Bogor sebagai simbol status

sosial pun turut menambah nuansa kejadian ini seolah nyata adanya.

Setelah penulis melakukan penelitian terhadap novel Korupsi karya PAT,

terdapat beberapa hal yang dapat dikemukakan sebagai hasil temuan.

Meskipun novel Korupsi bukan karya best seller dari PAT, namun cukup

memiliki pengaruh terhadap dunia sastra dan perjalanan menulis PAT sendiri.

Ciri khas PAT dalam menggambarkan gejolak dalam diri tokoh tampak dalam

konflik batin yang memberikan suspense bagi pembaca dalam memahami

jalan pikiran Bakir. Dilihat dari penggambaran masing-masing tokoh yang

86

Ibid., h. 4.

Page 99: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

87

mempengaruhi perkembangan tema, baik tema minor maupun mayor,

padunya alur dalam upaya membawa emosi pembaca, pemilihan sudut

pandang “aku” yang menghasilkan empati pembaca atas penggambaran diri

manusia dari dalam, pemilihan latar yang mempengaruhi karakter para tokoh

dan bagaimana PAT mendayagunakan bahasa dengan tepat guna ditambah

pelopor tema korupsi dalam sastra Indonesia menjadikan novel Korupsi satu

dari sekian banyak novel PAT yang perlu mendapat apresiasi. Secara

keseluruhan novel korupsi menceritakan bagaimana korupsi pada masa itu

mulai menggeliat di kalangan masyarakat. Pada mulanya Bakir dapat

menahan arus korupsi, namun benteng tersebut runtuh karena alasan desakan

ekonomi dan kebutuhan akan status sosial. Hal tersebut menandakan korupsi

dapat dicegah dan dapat pula terjadi karena adanya niat.

B. Pendidikan Antikorupsi dalam Novel Korupsi

Pendidikan antikorupsi yang terdapat dalam novel korupsi dapat diteliti

berdasarkan dua aspek, yaitu jerat lingkaran korupsi dan nilai antikorupsi.

Pesan atau nilai yang dapat dijadikan pembelajaran antikorupsi ini

digambarkan melalui pemikiran Bakir maupun dialog antartokoh.

1. Jerat Lingkaran Korupsi

Korupsi didahului oleh adanya niat, kemudian kesempatan yang tercipta

karena mempunyai kewenangan, didukung oleh lingkungan yang korup,

dilanjutkan dengan tindakan dan setelah berhasil, berusaha untuk

mengamankan hasilnya. Jika dirumuskan sebagai berikut.

Korupsi = Niat (Intention) + Kesempatan (Kekuasaan,

Kewenangan) + Lingkungan Korup + Action (Tindakan

Melakukan Korupsi) + Security (Mengamankan Hasil/

Menikmati).87

87

Redatin Parwadi, Koruptologi, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 56.

Page 100: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

88

Dalam novel, melalui tokoh Bakir, PAT menggambarkan korupsi bukan

hal yang mudah untuk dimulai oleh seseorang yang sebelumnya menjalani

hidup secara lurus dan jujur. Namun, reputasi kejujuran yang bertahun-

tahun tak terusik itu akhirnya luruh juga oleh gelegak hasrat untuk

mengejar ketenangan hidup yang disimbolkan dengan harta yang

berkecukupan. Pembahasan mengenai jerat lingkaran korupsi berkaitan

dengan unsur intrinsik yang telah dibahas sebelumnya, namun titik fokus

pembahasan ini adalah bagaimana perbuatan korupsi dapat menjerat

seseorang dan membawanya terus terjerumus di dalamnya. Hal ini

kemudian dapat dijadikan pembelajaran untuk menjaga diri dari hal-hal

yang dapat menjerat kita dari perbuatan korupsi.

a. Niat (Intention): Otak sebagai Kontrol Perilaku

PAT telah menekankan „niat‟ dalam diri Bakir untuk melakukan

korupsi sebagai tegangan pada awal cerita. Secara faktual niat adalah

perbuatan.88

Tekanan pada kata „niat‟ yang mendahului perbuatan

diungkapkan oleh perkataan yang terus menerus dipakai. Seperti yang

telah dibahas pada bagian penokohan (lihat h. 51), hal ini kemudian

menimbulkan konflik batin dalam diri Bakir ketika niat berbenturan

dengan nilai kejujuran yang dipegangnya.

Kami ingin mendapat tempat tinggal aman. Kami butuh uang

untuk mengusir warung di depan. Anak-anak sudah besar dan harus

melanjutkan sekolahnya.89

Peristiwa di atas dilihat dari perkembangan alur terdapat pada

bagian perkenalan yang berkaitan dengan latar sosial (lihat h. 64),

bahwa pascakemerdekaan gaji pegawai negeri saat itu kurang

mencukupi kebutuhan hidup pegawainya.90

Hal tersebut kemudian

88

A. Teeuw, Citra Manusia Indonesia dalam Karya Sastra Pramoedya Ananta Toer,

(Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1997), h. 203. 89

Toer, op. cit., h. 3. 90

Anwar, loc. cit.

Page 101: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

89

menjadi alasan umum yang dilontarkan masyarakat ketika melakukan

perbuatan melawan hukum: kurangnya gaji dan kebutuhan hidup yang

semakin mendesak. Dalam novel Korupsi, potret tersebut digambarkan

melalui konflik batin tokoh Bakir yang intensif sejak awal alur hingga

peleraian (lihat h. 64-71). Niat untuk melakukan korupsi dikarenakan

keinginannya untuk mendapatkan kembali status sosial yang hilang

karena berkurangnya harta benda dan ketidakpastian pendidikan

anaknya, akibat gaji pegawai negeri yang kurang mencukupi.

Banyak di antara kawan-kawan yang mujur dalam

penghidupannya terkenang olehku. Dan akhirnya terniatlah dalam

hati seperti sudah jamak di masa kini: Korupsi.91

Kutipan di atas menunjukkan pergaulan dapat mempengaruhi cara

pandang masyarakat menjadi berburuk sangka terhadap kemampuan

(harta) orang lain. Dalam hadist, pepatah manusia tidak dapat terlepas

dari masyarakatnya, diibaratkan bergaul dengan tukang minyak wangi

yang menularkan wewangian dan tukang pandai besi yang membawa

panas92

yang berarti lingkungan dapat mempengaruhi seseorang. Hal

ini terjadi ketika Bakir berniat untuk korupsi karena merasa teman-

temannya pun melakukannya. Meskipun, jika dilihat pada pembahasan

mengenai tema (lihat h. 48), Bakir hanya menerka kekayaan teman

kantornya dan menganggapnya sebagai hasil korupsi. Namun,

pergaulan Bakir dengan orang-orang yang (menurutnya) korupsi

perlahan mengubah karakternya, dari awalnya sebagai pegawai negara

yang dapat membentengi diri dari aksi korupsi, kemudian mengubah

pendiriannya karena melihat lingkungan yang (menurutnya)

91

Toer, op. cit., h. 3-4. 92

Permisalan teman yang baik dan buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang

pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi dan kalaupun tidak,

engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya)

mengenai pakaianmu dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap

(H.R. Bukhari 5534 dan Muslim 2628).

Page 102: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

90

melakukan korupsi. Hal ini merupakan kritik yang diusung PAT

terhadap orang yang mudah cemburu pada harta orang lain dan secara

tidak sadar menerka “mengapa dia bisa kaya, pasti korupsi”, kemudian

dijadikan alasan atas pelanggaran hukum yang dilakukannya.

Besok atau lusa aku akan kembali jadi pegawai terhormat

sebagai di jaman kolonial dahulu, terpandang dan dimalui.93

Manusia dilahirkan dengan dibekali kemampuan akal untuk

memilih perbuatan apa yang akan dilakukannya. Bagi kaum pria,

urusan duniawi seperti harta-tahta-wanita, seakan menjadi simbol yang

menunjukkan status sosialnya. Dalam novel, hal ini berkaitan dengan

tema minor yang diusung PAT ketika alasan harta-tahta-wanita muncul

dalam perkara seseorang melakukan korupsi (lihat h. 47). Hal tersebut

tampak pada tokoh Bakir yang pada mulanya hanya berniat

mendapatkan harta untuk mencari ketenangan masa depan

keluarganya. Namun, niat Bakir semakin intens ketika harta diraih

dengan mengharapkan rasa hormat oleh bawahannya yang dirasa tidak

didapat ketika ia belum memiliki harta. Akhirnya, seperti adagium

harta-tahta-wanita, istri muda sebagai simbol kemampuan bagi seorang

pria membawa Bakir memilih Sutijah sebagai istri muda.

Hari ini juga akan kumulai. Gampang! Berunding dengan

leperansir! Buat kuitansi palsu, dan negara akan bayar aku. Semua

beres dan bukti kejahatan tidak ada. Aku sudah tua dan barangkali

dalam lima atau sepuluh tahun yang akan datang tubuhku telah

dikuburkan orang bersama batu kerikil. Mengapa harus menjalani

korupsi? Mengapa menodai sejara yang demikian bersih kalau

sejarah itu hampir selesai?94

Dalam memahami tokoh Bakir ketika merealisasikan „niat‟nya,

narator menarik ulur emosi pembaca. Konflik batin dalam diri Bakir

ditambah penolakan yang ditunjukkan istrinya seolah memberikan

93

Toer, op. cit., h. 9. 94

Ibid., h. 10-12.

Page 103: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

91

suspense bagi pembaca, antara Bakir yang akan menarik niatnya untuk

melakukan korupsi atau tetap melanjutkan niatnya tanpa

memperhatikan sekelilingnya. Namun, ketika niat sudah dicanangkan

dan terus dipelihara, maka realisasi dari niat hanya menunggu waktu

yang tepat. Hal ini dapat dikatakan sebagai cara khas PAT dalam

mendayagunakan tokohnya untuk mengusung sebuah misi. Seperti

Bakir, kebanyakan tokoh yang digambarkan PAT memiliki pemikiran

yang individualis, mendobrak bobroknya suatu sistem di masyarakat,

namun di sisi lain tetap bersifat seperti manusia pada umumnya yang

memiliki kepedulian terhadap konvensi-konvensi masyarakat. Hal ini

dapat dilihat dari tokoh Minke dalam Bumi Manusia ketika

pemikirannya melawan adat Jawa. Meski menolak, secara manusiawi

yang memiliki hubungan sosial, Minke tetap melakukan konvensi-

konvensi yang ada sebagai bentuk penghormatan kepada raja seperti

berjalan dengan menggunakan pantat dan tangan untuk menunjukkan

sikap hormat kepada raja, bahkan ketika raja tersebut adalah ayahnya

sendiri.95

b. Kesempatan (Kekuasaan, Kewenangan): Terciptanya Peluang Korupsi

Korupsi dapat terjadi karena adanya kekuasaan yang dipegang oleh

seseorang dan wewenang yang berlebihan tanpa adanya

pertanggungjawaban yang jelas. Dengan demikian dapat diasumsikan

bahwa semakin besar kekuasaan serta wewenang yang luas maka akan

semakin rendah kewajiban pertanggungjawaban dari suatu institusi

atau perorangan, sehingga dengan keadaan ini potensi korupsi yang

dimiliki akan semakin tinggi.

Karena surat ini; - surat yang ada di tangan ini – ha, paling

sedikit, aku bisa korek uang duapuluh atau tigapuluh ribu rupiah!

95

Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia, (Jakarta: Lentera Dipantara, 2010), cet. ke-15, h.

179.

Page 104: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

92

Mengapa tidak? Aku punya kuasa dalam pembelian ini. Pegawai-

pegawai menengah dan rendah itu tak akan tahu sedikitpun tentang

ini. Dan kalau mereka tahu mereka bisa angkat kaki dengan

segera.96

Sistem akuntabilitas dalam suatu lembaga mempunyai pengaruh

yang sangat penting bagi kinerja pegawai dalam sebuah lembaga.

Peristiwa di atas, ditinjau dari perkembangan alur yang meningkatkan

konflik batin tokoh yang terdapat pada bagian pemunculan konflik

(lihat h. 65), terjadi ketika Bakir melihat celah untuk korupsi yang

didukung oleh sistem akuntabilitas yang lemah di kantornya. Peluang

melakukan korupsi sebanding dengan semakin besarnya kewenangan

seseorang terkait dengan kebijakan yang dimiliki. Hal ini merupakan

kritik yang dilancarkan PAT atas lemahnya sistem akuntabilitas di

pemerintah pada masa itu yang mengakibatkan peluang untuk

melakukan korupsi terbuka karena tidak adanya pertanggungjawaban

atas biaya yang digunakan.97

Pikiran ini menyuruh aku mengingat, siapa yang harus menjadi

sasaranku untuk pertama kali. Ya! Gampang saja. Taoke itu sudah

berkali-kali mencoba menyogokku. Kena dia sekarang! Kena!98

Kesempatan untuk melakukan korupsi dapat semakin terbuka ketika

pihak swasta yang berhubungan dengan pegawai negeri menggunakan

sogokan untuk mendapatkan order. Dalam novel, hal ini dapat

dipahami lewat narasi tokoh Bakir di atas bahwa ada taoke yang

pernah mencoba menyogoknya. Permasalahan ini menunjukkan pihak

swasta juga memiliki peran dalam terjadinya korupsi. Pola semacam

ini terus berlangsung hingga kini, 63 tahun sejak novel Korupsi

96

Toer, Korupsi, op. cit., h. 8. 97

Rivai Apin tentang ketidakberesan pembagian lisensi impor istimewa oleh Menteri Iskak

kepada kawan-kawan separtainya yang mengakibatkan langkanya ketersediaan barang di dalam negeri.

(Lihat Rivai Apin, “Suasana Tjatut Meliputi Kehidupan Ekonomi” dalam Siasat Warta Sepekan,

Jakarta, 10 Oktober 1954, h. 3). 98

Toer, op. cit., h. 10.

Page 105: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

93

diterbitkan, ketika seorang tahanan KPK mengaku menerima sogokan

karena diancam pihak swasta.99

Permasalahan tersebut merupakan

salah satu misi yang diusung PAT yakni perang melawan korupsi juga

perlu dimulai dari sikap pihak swasta (masyarakat) ketika berhubungan

dengan pegawai negeri.

Nanti habis kantor kuangkat sebagian dari harta terpendam itu,

langsir ke pasar Senen dan menjualnya di tempat toko kertas tangan

kedua.100

Selain kesempatan yang terdapat di kantor dengan kurangnya

akuntabilitas, kesempatan lain yang turut menyuburkan praktik korupsi

adalah adanya pasar gelap (ilegal). Dalam novel diceritakan Bakir

menjual peralatan kantor ke pasar Senen, meski dengan harga yang

jauh lebih murah dari harga biasanya. Harga pasar bebas semua itu

tidak kurang dari seratus, tetapi aku tak berani membantah.101

„Budaya‟ menjual barang kantor ini berkaitan dengan kondisi sosial

pada masa pembuatan novel seperti yang telah dibahas pada bagian

latar waktu (lihat h.78), bahwa kejahatan menjual barang kantor mulai

jamak dilakukan oleh masyarakat karena kondisi ekonomi.102

Korupsi

pencurian aset negara dapat terjadi dalam skala yang lebih besar

seperti penjualan gedung negara dengan harga yang jauh lebih murah,

hingga skala yang kecil seperti menggunakan kendaraan kantor untuk

keperluan pribadi. Hal ini merupakan kritik yang dilancarkan PAT

terhadap keberadaan pasar gelap yang (anehnya) didukung oleh

99

Dian Maharani, Bacakan Pleidoi, Rudi Akui Terima Uang karena Terpaksa, diakses pada

02/05/2016 21.00 WIB dari,

http://nasional.kompas.com/read/2014/04/15/1816082/Bacakan.Pleidoi.Rudi.Akui.Terima.Uang.karen

a.Terpaksa 100

Toer, op. cit., h. 13. 101

Ibid., h. 20. 102

Apin, loc. cit.

Page 106: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

94

masyarakat itu sendiri dengan ikut menjual barang curian meski

dengan harga yang jauh lebih murah.

c. Lingkungan Korup: Gejolak Korupsi di Masyarakat

Secara umum, kondisi lingkungan akan berdampak pada

masyarakat di lingkungan tersebut. Dalam memahami korupsi, sebuah

pertanyaan kemudian muncul: mungkinkah seseorang melakukan

korupsi di tengah lingkungan yang tidak korup atau sebaliknya,

mungkinkah untuk tidak korupsi di tengah lingkungan korup. Dalam

novel, hal ini berkaitan dengan meningkatnya konflik batin Bakir

ketika ia melihat rekan kerja bahkan bawahannya yang memiliki

kehidupan jauh lebih baik darinya (lihat h. 64). Praktik korupsi

digambarkan dapat terjadi dimulai dengan adanya niat pelaku yang

didukung oleh perbedaan harta yang dimiliki rekan pegawai. Hal ini

kemudian menguatkan niat Bakir untuk melakukan korupsi seperti

umumnya masyarakat yang memelihara kecemburuan terhadap harta

orang lain.

... Markis si Sujak itu, yang baru dibelinya untuk hadiah ulang

tahun perkawinannya yang kelima belas, harganya tak kurang dari

tujuh ribu ... kalau begitu si Sujak itu korupsi juga rupanya. Cuma

aku yang ketinggalan kereta.103

Dengan tiada menunggu jawaban ia telah membukai harta

curianku. Ah, kalau sekiranya aku polisi, dialah yang mula-mula

aku tangkap. Dialah biangkeladi dari segala pencurian di kantor-

kantor pemerintah. Tiada dia, pencurian kertas dan karbon dan lain-

lainnya tidak akan terjadi di Indonesia ini.104

Secara psikologis tokoh, kutipan di atas terjadi ketika Bakir melihat

keadaan ekonomi rekan kerjanya yang jauh lebih baik darinya. Ada

dua sisi yang coba disuarakan PAT lewat serangkaian peristiwa di

103

Toer, op. cit., h. 70. 104

Ibid., h. 20.

Page 107: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

95

atas. Di satu sisi, PAT menggambarkan „kebiasaan‟ masyarakat yang

berburuk sangka terhadap harta milik orang lain dan menjustifikasi

alasan tersebut ketika melanggar hukum. Di sisi lain, PAT

menggambarkan bahwa fenomena korupsi sudah sedemikian rupa

mulai dilakukan pegawai pada masa itu meski masih dalam taraf yang

kecil dan sembunyi-sembunyi. Hal ini, kemudian turut didukung

dengan keberadaan pasar gelap yang menampung harta curian.

Karena surat ini: -surat yang ada di tangan ini- ha, paling sedikit

aku bisa korek uang duapuluh atau tigapuluh ribu rupiah! Mengapa

tidak? ... Orang-orang lain berbuat begitu juga. Apa salahnya aku

mulai mencoba-coba! Mereka bisa punya mobil malah ada yang

mendirikan rumah tiga buah dalam setahun dan tidak ada satu polisi

pun bisa menangkap.105

Kutipan di atas terjadi ketika Bakir mendapatkan celah untuk

melakukan korupsi. Peristiwa ini kemudian turut mengubah karakter

Bakir secara perlahan, dari seorang yang antikorupsi menjadi orang

yang melakukan korupsi karena melihat peluang untuk korupsi. PAT

menggambarkan karakter Bakir secara manusiawi ketika memandang

sebuah permasalahan, salah dalam bersikap yang bisa dialami oleh

siapa saja dan di mana saja. Hal ini menunjukkan bahwa korupsi dapat

terjadi di tengah lingkungan yang bersih sekalipun, tergantung

bagaimana seseorang menciptakan atau menutup peluang untuk

korupsi.

d. Tindakan Melakukan Korupsi (Action): Melawan Nurani

Korupsi merupakan tindakan menyalahgunakan kewenangan yang

dimiliki dengan melakukan tindakan yang merugikan negara. Korupsi

bermula dari suatu tindakan kecil dan seringkali akan berakhir menjadi

kebiasaan dengan skala yang lebih besar. Dalam novel, tokoh yang

melakukan korupsi justru tokoh yang memiliki latar belakang reputasi

105

Ibid., h. 8.

Page 108: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

96

yang baik, Bakir. Hal ini kemudian menimbulkan surprise bagi

pembaca dalam memahami perkembangan tokoh Bakir.

“Kalau tidak mau aku bisa cari tempat lain ...”

“Tuan kan kenal aku? Tuan kenal kantorku, kedudukanku,

bahkan juga namaku.”

“Jadi tuan ambil untuk tuan sendiri lima rupiah satu setel ...”

“Kan bisa tuan jual delapan puluh lima rupiah. Yang lima buat

aku?”

“Jadi dimahalkan?”

“Ya, tentu saja dimahalkan. Yang bayar kan bukan taoke? Yang

bayar negara.”

Ia diam dan menimbang-nimbang. Akhirnya:

“Betul juga kata tuan,” katanya. 106

Ditinjau dari perkembangan konflik, kutipan di atas meningkatkan

konflik batin Bakir menuju klimaks ketika Bakir tetap melaksanakan

niatnya untuk korupsi (lihat h. 66), dengan „melawan‟ sejarah

kejujuran yang telah dijalani. Untuk memperkuat kesan memiliki

kewenangan, Bakir menunjukkan semua dapat dikendalikan dan

meyakinkan kepada taoke bahwa memberikan kutipan sebagai sebuah

kewajaran. Seperti umumnya orang melakukan kejahatan untuk

pertama kali, Bakir pun merasa ragu-ragu untuk melakukannya.

Bahkan, dilihat secara psikologis, hati Bakir mengecam perbuatan

korupsi yang melawan nuraninya, “Perbuatan ini adalah tindakan

pengecut! Aku cuma mau ambil jalan yang dekat, tidak ada susah

payahnya, tercepat, paling menguntungkan.”107

Namun, niat yang

telah dipelihara dalam hati ditambah kesempatan yang terbuka,

mendorong Bakir untuk melanjutkan perbuatannya. Peristiwa ini

menunjukkan betapa niat yang didukung oleh kesempatan dapat

mengubah pandangan seseorang, bahkan pandangan yang bertolak

belakang sekalipun. Hal ini merupakan kritik PAT terhadap orang-

106

Ibid., h. 64-66. 107

Ibid., h. 15.

Page 109: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

97

orang yang memelihara niat untuk melakukan pelanggaran hukum,

karena peluang bisa diciptakan dan lingkungan dapat diubah

sedemikian rupa.

Perubahan yang sesungguhnya tidaklah ada. Rupa-rupanya

hanya akulah yang berubah – aku sendiri. Dahulu semua ramah

terhadap aku dan sebaliknya. Tapi kini aku tidak berani ramah

terhadap mereka, takut kalau-kalau tergelincir petunjuk-petunjuk

yang bisa menjejaki perbuatanku.

Kedamaian dan ketenangan yang dahulu begitu membahagiakan

kehidupan berumah tangga bersama anak-anak dan biniku kini telah

hilang, mungkin juga untuk selama-lamanya.108

Kutipan di atas menunjukkan konflik batin dalam diri Bakir setelah

melakukan korupsi. Jika ditinjau dari perkembangan alur, peristiwa

tersebut terdapat pada bagian peleraian (lihat h. 69). Bakir kembali

pada kesadarannya bahwa, harta yang diimpikan nyatanya tidak dapat

memberikan ketenangan dalam dirinya. Perasaan tersebut muncul tepat

setelah Bakir melaksanakan niatnya untuk korupsi. Pemilihan gaya

penceritaan pada bagian alur dengan langsung menceritakan

penyesalan dalam diri Bakir ketika berhasil melakukan korupsi

merupakan misi PAT untuk mengungkapkan bahwa seorang koruptor

tidak pernah merasakan kesenangan dalam dirinya meski dengan

banyaknya harta yang didapat.

e. Mengamankan Hasil/ Menikmati (Security): Kritik PAT terhadap

Hedonisme di Masyarakat

Pelaku koruptor sadar bahwa uang hasil korupsi akan mudah

terlihat oleh masyarakat, misalnya pegawai pajak yang dapat

mengamati rekening kemudian melihat latar belakang pemilik

rekening tersebut. Satu-satunya cara mengamankan hasil korupsi

adalah dengan memanipulasi pendapatan. Dalam novel, cara tersebut

108

Ibid., h. 106-108.

Page 110: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

98

dapat dilihat dari tokoh Bakir ketika berusaha memanipulasi

pendapatan yang diperoleh. Hal ini memperlihatkan PAT berusaha

mengembangkan cerita secara natural dengan memperhatikan jalinan

peristiwa berdasarkan realita di masyarakat.

Siasatku begitu ulung dan tidak akan diketahui orang. Bukankah

setengah tahun yang lalu kubeli surat lotre yang mendapat hadiah

pertama dengan lima puluh ribu rupiah lebih mahal? Bukankah itu

bisa juga dipergunakan untuk mengelakkan tuduhan berkorupsi?109

Kutipan di atas terjadi ketika Bakir memikirkan siasat yang akan

digunakan kelak ketika ia ditangkap karena korupsi. Seperti jamaknya

pelaku kejahatan, secara psikologis, Bakir menyembunyikan sumber

harta yang didapat, karena dengan gaji pegawai negerinya sangat sulit

ia memiliki harta seperti yang diinginkannya. Peristiwa ini digunakan

PAT untuk menunjukkan perasaan koruptor di tengah menikmati hasil

korupsinya, bahwa para koruptor selalu merasakan risau perilakunya

terungkap. Hal ini kemudian mengakibatkan hilangnya ketenangan

batin para koruptor.

“Orang tuaku adalah kaya mempunyai perusahaan pembakaran

kapur dan pabrik tegel di Yogya dan Gunung Kidul. Dan kakekku.”

“Dia petani kaya di Purwokerto.”

“Dua ratus hektar sawahnya.”

“Orang-orang itu akan salah duga kalau mendakwa aku

melakukan korupsi.”

“Sebenarnya mereka tak perlu menuduh-nuduh. Mereka bisa

pergi kepada polisi dan mengadukan halku. Itu lebih gampang,”

gertakku. Tahu benar aku bahwa gertakan itu akan melenyapkan

dakwaan yang bukan-bukan. Tapi sekiranya mereka kerjakan juga,

habis tandaslah riwayatku.110

Kutipan di atas terjadi ketika Bakir didakwa melakukan korupsi

oleh para pegawainya. Kecurigaan tersebut muncul karena melihat

109

Ibid., h. 146. 110

Ibid., h. 124-126.

Page 111: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

99

perubahan dalam diri Bakir yang memiliki benda-benda yang dianggap

dapat meningkatkan status sosial, seperti villa di Bogor, mobil

plymouth dan dandanan yang perlente. Kemudian, secara naluri Bakir

menolak dakwaan tersebut dan memanipulasinya dengan mengatakan

harta benda yang dimiliki merupakan warisan dari orangtuanya. Hal ini

merupakan misi yang diusung PAT, bahwa masyarakat dapat ikut

mengawasi harta para pegawai negara sebagai pencegahan tindakan

korupsi. Pada masa kini, setiap pegawai negara diwajibkan melaporkan

harta kekayaannya sebagai bentuk pertanggungjawaban atas harta yang

dimiliki.111

Aku ingat pada janjiku yang dahulu. Kami akan berpesiar ke Bali

apabila tidak ada halangan dan menghirup hawa bebas tanpa

memikirkan apa pun juga. Kupandangi dia lama-lama. Begitu

cantik dan muda. Tangan dan lehernya dihiasi bermacam permata

yang mahal-mahal.

Kuteruskan permenunganku. Kian lama kian terasa betapa

hampa hidupku selama ini: dalam umur yang begini yang tiada

dikawani oleh cinta seorang anak atau seorang isteri, atau

sesamanya.112

Seperti jamaknya koruptor untuk menunjukkan kelas sosialnya

dengan cara memiliki properti dan kendaraan mewah serta berpergian

ke tempat hiburan. Dalam novel, Bakir membeli segala peralatan

mewah, mobil mahal dan villa di selatan Bogor untuk menunjukkan

status sosial yang telah berubah. Namun, di tengah harta benda yang

dimiliki, ada sesuatu yang hilang dalam diri Bakir karena terus dilanda

kekhawatiran akan terungkapnya perilaku yang dilakukan. Peristiwa

ini, dilihat dari psikologi tokoh, kemudian membawa Bakir kembali

kepada kesadaran bahwa ada sesuatu yang jauh lebih penting dari

harta. Perannya sebagai tokoh antihero membawa tujuan besar yang

111

kpk.go.id, Mengenai LHKPN, diakses pada 18/06/2016, 20.00 WIB, dari

http://kpk.go.id/id/layanan-publik/lhkpn/mengenai-lhkpn 112

Toer, op. cit., h. 141-143.

Page 112: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

100

dibawa PAT, bahwa seorang koruptor akan selalu merasa kehilangan

ketenangan hidupnya karena merasa khawatir terbongkar

kecurangannya.

2. Nilai Antikorupsi

Nilai antikorupsi yang ditampilkan PAT dalam novel Korupsi dapat

dipetik dari narasi maupun dialog para tokoh yang menunjukkan nilai

antikorupsi dan pelanggaran terhadap nilai antikorupsi yang dilakukan

tokoh utama, Bakir. Nilai antikorupsi yang dilanggar tersebut

menimbulkan konflik batin tokoh Bakir dikarenakan bersinggungan dengan

nilai antikorupsi yang diusung tokoh lain. Nilai antikorupsi yang dirujuk

berdasarkan sembilan nilai yang dikampanyekan KPK yakni jujur, disiplin,

tanggung jawab, kerja keras, sederhana, mandiri, adil, berani dan peduli.

Dalam novel Korupsi, setidaknya terdapat empat nilai antikorupsi yang

ditunjukkan oleh para tokoh maupun nilai antikorupsi yang dilanggar tokoh

Bakir. Kedua sisi nilai tersebut kemudian dapat dijadikan sebagai

pembelajaran untuk membentengi diri dari perbuatan korupsi. Nilai

antikorupsi tersebut adalah sebagai berikut.

a. Kejujuran: Benteng Utama Manusia

Kejujuran merupakan tonggak awal untuk melawan tindak korupsi.

Nilai kejujuran yang dilanggar dalam novel Korupsi terlihat dari

bagaimana Bakir sebagai tokoh utama antihero yang mengalami

perubahan dikarenakan lingkungan dan terutama dorongan dari dalam

diri. Hal ini tampak pada perubahan tokoh utama ketika sebelum,

sedang dan setelah melakukan korupsi. Sementara itu, terdapat tokoh

Mariam dan Sirad yang mencerminkan tokoh pengusung nilai

kejujuran. Kemudian, kedua sisi tokoh yang berseberangan ini

mengakibatkan konflik yang mempengaruhi perkembangan cerita.

Secara sosiologis, Bakir merupakan tokoh yang dikenal selalu

mengamalkan nilai kejujuran dalam setiap tindakannya, baik itu di

Page 113: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

101

kantor maupun di dalam keluarga. Karakter ini kemudian

mengakibatkan konflik batin dalam diri Bakir kelak ketika

memutuskan untuk korupsi.

Aku tiada dengar apa yang dikatakan isteriku selanjutnya. Aku

mulai memikirkan nasib diriku. Semua orang –semua saja- yang

kenal padaku pasti tahu aku adalah orang yang jujur terus menerus.

Aku yakin, bahwa kejujuranku sudah terkenal ke mana-mana dan

aku yakin juga banyak orang telah bercerita tentang kejujuranku

dengan perasaan kecewa: lihat tuan Bakir itu; apakah yang bisa

diperolehnya dengan kejujurannya itu? Paling sedikit seratus orang

telah menyesalkan kejujuranku yang tidak menghasilkan apa-

apa.113

Kutipan di atas menggambarkan pemikiran Bakir ketika berniat

korupsi. Permasalahan yang dirasakan masyarakat secara umum:

kurangnya gaji dan dorongan kebutuhan hidup. Bayangan hidup

tenang dimasa tua mendorongnya untuk meninggalkan kejujuran yang

selama ini dipegangnya. Bakir merasa kejujuran yang selama ini ia

lakukan tidak berbekas apa-apa, bahkan menurutnya orang lain akan

menyesalkan kejujurannya. Nilai kejujuran mendapatkan porsi yang

cukup besar dalam andil membentuk jalinan alur lewat tokoh Bakir.

Dengan memulai korupsi, berarti Bakir telah meninggalkan kejujuran

yang telah melekat pada dirinya. Hal ini dapat menjadi pembelajaran

yang diusung PAT, bahwa sesungguhnya pilihan untuk melakukan

korupsi atau tidak, ada dalam diri masing-masing.

Ah sekali membohong, pikirku, harus tetap dan terus

membohong hingga akhirnya engkau tak tahu lagi mana yang benar

dan mana yang bohong.114

Seorang koruptor akan selalu merasa risau akan terungkapnya

perilaku yang dilakukan. Untuk itu seorang koruptor akan selalu

113

Ibid., h. 37. 114

Ibid., h. 87.

Page 114: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

102

menutupi hal-hal yang menurutnya berbahaya dengan kebohongan.

Kutipan di atas memperlihatkan Bakir yang merasa terlalu banyak

berbohong hingga tidak tahu lagi mana yang benar. Nilai kejujuran

yang diusung PAT juga terdapat dalam karya lainnya seperti Rumah

Kaca, ketika tokoh Pangemanann menjabarkan konspirasinya untuk

menggelincirkan aktivitas politik Minke dengan membuat

kebohongan-kebohongan. Sebuah peristiwa yang diungkap dari sudut

pandang Pangemanann sebagai tokoh antihero yang menceritakan

perbuatannya ketika menghalangi perjuangan Minke. Dalam novel

Korupsi, terdapat beberapa tokoh yang mengusung nilai kejujuran, di

antaranya sebagai berikut.

“Kalau benteng kejujuranmu telah tembus untuk pertama kali,”

–ia mulai menegur dengan suara berdaulat- “engkau akan

menyerah. Terus menyerah pada nafsu-nafsumu dan engkau tidak

akan dapat memiliki bentengmu lagi. Cuma tenaga di luar dirimu

saja yang bisa menolongmu.”115

Kutipan di atas terjadi ketika Mariam menentang suaminya, Bakir,

yang berniat melakukan korupsi. Karakternya yang statis dengan tetap

berpegang pada kejujuran, menimbulkan konflik dalam diri Bakir yang

memiliki karakter dinamis. Perubahan karakater Bakir pada mulanya

didorong keinginan hidup tenang. Keinginan tersebut dibayangkan

hanya dapat diraih jika memiliki harta yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan hidup.

“Barangkali mereka kekurangan uang belanja, lantas

berkorupsi,” tiba-tiba aku memperlunak kesalahan mereka –

kesalahan yang akan kujalankan nanti.

“Kalau hanya karena kekurangan belanja, mereka bisa cari kerja

lain yang lebih menguntungkan dan tidak menjadi tikus. Tikus!

Tikus yang terus-menerus merusak sampai akhirnya datang kucing

menerkamnya.”116

115

Ibid., h. 48. 116

Ibid., h. 58.

Page 115: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

103

Selain Mariam, terdapat tokoh Sirad yang mengusung nilai

kejujuran. Hal tersebut terlihat dari kutipan di atas yang

menggambarkan pemikiran Sirad yang menentang perilaku korupsi.

Sebagai tokoh muda, Sirad mewakili semangat kaum yang memiliki

pola pikir pembaru dan revolusioner (lihat h. 58). Lewat tokoh Sirad,

PAT mengajak kaum muda untuk bergerak melakukan perubahan

membangun bangsa dalam hal membentengi diri dengan kejujuran.

b. Tanggung Jawab: Mengukur Etos Kerja

Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas sesuai dengan kewajiban yang seharusnya

dilakukan. Seseorang yang bertanggung jawab kelak akan melakukan

tugas dengan sebaik-baiknya dengan anggapan yang dilakukan sebagai

pengabdian dan pengorbanan. Namun, lain halnya dengan koruptor

yang senantiasa mengabaikan kewajibannya.

Sirad telah tiga tahun bekerja menjadi pembantuku yang setia.

Dapat aku katakan dialah sesungguhnya sekretarisku, bahkan lebih

dari itu: wakilku. Sesungguhnya sudah lama dia harus kuusulkan

menjadi sekretarisku atau wakilku. Tetapi keinginan untuk

mendapat pujian dari atasan sebagai kepala bagian, yang luar biasa

giatnya inilah, yang menyebabkan dia jadi korban.117

The right man on the right job, ungkapan itu mungkin akan tepat

bila disandingkan dengan kutipan di atas. Bakir merupakan kepala

bagian tetapi tidak mengerti tugas yang harus dikerjakan. Sementara

Sirad, pembantu Bakir yang paham apa yang harus dikerjakan, justru

tidak mendapatkan promosi jabatan yang selayaknya. Secara psikologi

tokoh, Bakir tidak mempromosikan jabatan kepada Sirad karena ingin

menunjukkan kepada atasan seolah segala pekerjaan dia yang lakukan.

Hal ini (bisa dikatakan) kritik PAT terhadap pejabat negara yang tidak

117

Ibid., h. 52.

Page 116: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

104

memiliki kapasitas selayaknya yang mengakibatkan pelayanan publik

kurang maksimal.

“... Bapak terlalu sering mengabaikan kantor. Pekerjaan

menjadi berantakan dan dari daerah-daerah datang protes dan

keluhan kelambatan pesanan.”

“Jangan dikira aku tidak bekerja sebaik-baiknya untuk

keberesan kantor ini. Tidak seorang pun dapat menggulingkan

aku.”118

Seorang koruptor senantiasa tidak menjalankan tanggung

jawabnya dengan baik dikarenakan sibuk menutupi perbuatan

korupsinya. Ditinjau dari perkembangan alur, kutipan di atas

memperlihatkan konflik dalam diri Bakir menuju peleraian (lihat h.

69). Bakir yang merasa rekan kerjanya mulai curiga atas perubahan

dalam dirinya mulai mencari siasat untuk menutupi perbuatannya.

Usaha menutupi kegelisahannya kemudian mengakibatkan

terbengkalainya tugas kantor. Hal ini merupakan nilai yang diusung

PAT, bahwa seorang pelaku kejahatan, dalam hal ini koruptor, akan

selalu hidup dalam ketakutan yang kemudian akan berdampak pada

terbengkalainya kewajiban yang dimiliki.

Ia juga mempunyai jalannya sendiri: tiap hari membawa buku

pelajarannya untuk menarik perhatianku. Di waktu tak ada kerja

dibacainya buku-buku itu dan memberinya catatan di merge.

Sebelum kantor mulai kerja ia telah duduk di teritis dengan buku

yang tebal-tebal.119

Melihat aku datang, pegawai-pegawai memperlihatkan

kerajinannya masing-masing. Tapi sudah lama aku tidak peduli

pada sikap palsu itu. Kudapati Sirad sedang menyusun

pekerjaannya.120

Selain tokoh yang mengabaikan tanggung jawab, terdapat tokoh

yang mengusung nilai tanggung jawab, salah satunya Sirad. Karakter

118

Ibid., h. 114-115. 119

Ibid., h. 53. 120

Ibid., h. 62-67.

Page 117: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

105

Sirad yang statis tetap berpegang pada nilai tanggung jawab kemudian

mempengaruhi konflik batin Bakir. Kutipan di atas memperlihatkan

bagaimana karakter Sirad yang tidak meninggalkan tanggung jawab di

tengah usahanya dalam menempuh pendidikan. Jika seseorang yang

memiliki sifat abai terhadap tanggung jawab akan senantiasa mencari

bermacam alasan untuk menghindari tanggung jawabnya, seseorang

yang memiliki tanggung jawab akan melakukan tugasnya dengan

sebaik mungkin, termasuk tanggung jawab dengan tidak korupsi. Hal

ini merupakan cara membentengi diri dari perilaku korup yang

diusung PAT lewat tokoh Sirad, bahwa masyarakat harus memiliki

nilai tanggung jawab dalam setiap pekerjaannya untuk menutup

peluang melakukan korupsi.

c. Kedisiplinan: Menerima Pemberian Sesuai dengan Haknya

Kedisiplinan merupakan sikap atau perilaku yang menggambarkan

kepatuhan kepada suatu aturan. Seorang yang disiplin akan senantiasa

menjalankan pekerjaan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan.

Namun, bagi koruptor, kedisiplinan merupakan hal yang biasa untuk

dilanggar, karena dengan melanggar disiplin celah melakukan korupsi

akan terbuka.

Perbuatan ini adalah tindakan pengecut! Pengecut! Aku cuma

mau ambil jalan yang dekat, tidak ada susah payahnya, tercepat,

paling menguntungkan– dan: masih tetap membutuhkan

kehormatan.121

Dalam novel, PAT banyak memberikan pelajaran moral lewat

tokoh Bakir. Salah satunya kutipan di atas ketika Bakir yang berniat

melakukan korupsi mengakui bahwa perbuatan ini merupakan

perbuatan seorang pengecut. Ditinjau dari perkembangan alur, kutipan

di atas memberikan suspense bagi pembaca mengingat penggambaran

121

Ibid., h. 15.

Page 118: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

106

karakter Bakir sebelumnya sebagai kepala kantor yang jujur, antara

tetap melaksanakan niat korupsinya atau kembali kepada kesadaran.

Satu hal yang dapat dijadikan pembelajaran bahwa, koruptor pun

sebenarnya sadar, tindakan tidak disiplin dengan mengambil hak orang

lain merupakan perbuatan yang salah dan menimbulkan kegelisahan

dalam dirinya. Namun, pelaku koruptor yang memilih memelihara niat

untuk mencari celah korupsi akan terus terjerumus dalam kubangan

koruptor tanpa mampu kembali.

“Kecurigaan tuan tidak pada tempatnya. Begini, beri aku

persekot dari bagianku dan nanti sore taoke menerima order.”

Taoke membuka laci dan aku menerima lima ribu. Kantongku

menjadi gembung sekarang.122

...

“Tuan tidak suka pada syarat-syaratku? Tanyaku agak

mendesak. “Sayang sungguh kalau tidak tuan terima. Dengan

pesanan ini sekaligus perusahaan tuan akan sebesar perusahaan-

perusahaan asing.”

Dari ruangan sebelah terdengar suara direktur perusahaan itu

menelpon.

“Ya, ada di sini,” katanya “bukti? ada bukti tinggal nangkap

basah.”123

Mengambil hak orang lain, begitulah para koruptor „bekerja‟

dalam sistem yang mereka buat. Ada pihak yang tidak berdaya

melawan koruptor dan ada pihak yang berjuang melawan koruptor.

Ditinjau dari unsur penokohan, kutipan di atas menggambarkan dua

sikap yang dipilih pengusaha swasta ketika berhubungan dengan

Bakir. Kutipan pertama menggambarkan taoke menuruti bagian yang

diminta Bakir untuk mendapatkan order. Sementara pada kutipan

kedua, terdapat taoke yang memilih untuk berupaya menjebak Bakir

ketika berniat korupsi. Secara umum, perlawanan yang ditunjukkan

122

Ibid., h. 66-67. 123

Ibid., h. 131-133.

Page 119: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

107

PAT lewat tokoh taoke merupakan nilai yang selalu diusung dalam

setiap karyanya, mendobrak sistem yang memasung masyarakatnya

(dalam hal ini korupsi). Hal ini dapat dijadikan pembelajaran bahwa

dengan disiplin menerima sesuatu sesuai dengan hak dan bekerja

sesuai prosedur, peluang terjadinya korupsi dapat ditutup rapat-rapat.

d. Kesederhanaan: Harta sebagai Akibat Perbuatan Bukan Tujuan

Pola hidup berlebih-lebihan erat kaitannya dengan tindakan korupsi.

Setidaknya, kerakusan merupakan satu di antara pola hidup berlebihan

yang menyebabkan perilaku korupsi sulit disembuhkan. Seseorang

dengan karakter sederhana akan senantiasa bersyukur atas nikmat yang

telah diperoleh dan perbuatannya selalu dilandasi nilai-nilai agama

maupun nilai kebaikan.

Cukup untuk membuat rumah sendiri, sepeda motor aku punya

lagi. Rumah tangga mentereng di mana tiap waktu menderu

dentaman Francis Bernett atau Indian, atau B.M.W., bahkan

mungkin juga Plymouth. Dan pegawai-pegawai – monyet-monyet

itu – akan mengagumi, takluk dan takzim padaku. Mereka takkan

dapat bersikap masa bodoh seperti sekarang. Dan isteriku akan

berpakaian baik seperti dahulu, cukup perhiasan cukup kesenangan.

Kita dapat menggaji babu, barangkali dua atau tiga. Dan anak-anak?

Mereka akan terus dapat sekolah. Di waktu liburan mereka dapat

bersenang di gunung, di pantai atau belajar membuat tamasya

jauh.124

Ditinjau dari perkembangan tokoh, kutipan di atas menunjukkan

angan-angan Bakir yang tinggi secara perlahan turut mengubah

karakternya menjadi dinamis. Bakir membayangkan hal-hal yang dapat

membuatnya bahagia. Celakanya, untuk memenuhi hal yang diidam-

idamkannya itu, Bakir berniat melakukan korupsi. Korupsi, bagaimana

pun alasannya merupakan tindakan melawan hukum dan tidak dapat

dibenarkan. Bakir beralasan, korupsi yang dilakukan hanya untuk

124

Ibid., h. 8-9.

Page 120: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

108

memenuhi kebutuhan hidup karena gaji yang kurang. Namun, alasan

tersebut hanyalah alasan seorang koruptor. Hal ini dapat dilihat dari

tokoh istri Bakir yang tetap bersyukur dan berperilaku sederhana

meskipun gaji suaminya kurang mencukupi. Untuk itu, mencegah niat

untuk melakukan korupsi dapat dilakukan dengan mensyukuri nikmat

yang telah diterima.

Sesungguhnya dia begitu setia. Barangkali tak ada satu wanita

lain di dunia ini yang seperti dia setianya. Barangkali. Ia tak pernah

mengeluh di depanku karena kekurangan uang belanja. Kekurangan

selalu diisinya dan diatasinya sendiri. Perempuan lain mungkin

meradang menghadapi kekurangan belanja.125

Sederhana merupakan satu dari beberapa nilai yang diharapkan

PAT dapat dipetik dari novel Korupsi. Kutipan di atas memperlihatkan

karakter Mariam yang diceritakan lewat pandangan Bakir, yang

memiliki pola hidup yang tetap sederhana. Meski, dengan posisi Bakir

sebagai kepala bagian memungkinkannya untuk mendorong suaminya

melakukan korupsi. Dengan gaya hidup sederhana, pembaca akan

dibiasakan untuk hidup sesuai dengan kemampuan dan mendahulukan

kebutuhan daripada keinginan.

Siapa yang tidak ingin bertemu dengan anak-anaknya? Tetapi

uang ini – dia telah membawa aku ke jurusan lain – di urusan yang

tidak kuhendaki sendiri – dengan kekuatan yang penuh dan tiada

terlawan. Aku masih ingin hidup dengan istriku yang setia itu,

dengan anak-anakku yang cerdas-cerdas. 126

Kutipan di atas menggambarkan dinamisnya karakter Bakir yang

akhirnya kembali pada kesadaran dan „setuju‟ bahwa meski dengan

harta berlimpah seorang koruptor akan selalu merasa kehilangan

ketenangan hidupnya. Bakir pun merindukan kehidupannya yang

125

Ibid., h. 44. 126

Ibid., h. 107.

Page 121: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

109

dahulu, pahit tapi damai dan hati tidak gersang dirongrong kiri

kanan.127

Setelah penulis melakukan penelitian tentang pendidikan antikorupsi

dalam novel Korupsi karya PAT, terdapat beberapa hal yang dapat

dikemukakan sebagai hasil temuan. Novel Korupsi diterbitkan ketika

suasana ekonomi pegawai negeri sedang menurun akibat gaji yang kurang

mencukupi. Hal ini kemudian menyebabkan kegelisahan di masyarakat

akan „budaya‟ korupsi yang mulai menggejala. PAT menawarkan sebuah

jalinan cerita yang mengusung nilai antikorupsi yakni pilihan untuk

melakukan korupsi atau melawan terdapat dalam diri manusia itu sendiri,

karena setiap manusia dibekali naluri untuk berbuat kebaikan dan

kejahatan. Hal tersebut dapat dilihat dari jerat lingkaran korupsi yang

memberikan pelajaran bagaimana seorang koruptor menjalankan aksinya.

Jerat lingkaran korupsi dimulai dari niat yang dipelihara menghasilkan

dorongan untuk mencari celah melaksanakan korupsi. Lingkungan turut

mendukung terjadinya pelanggaran, namun pilihan untuk melawan atau

ikut terbawa arus ada dalam diri sendiri. Hal ini terlihat dari perubahan

karakter Bakir dari sebelumnya dapat membentengi diri dari korupsi,

kemudian beralih menjadi seorang yang terbiasa melakukan korupsi karena

desakan ekonomi dan terlebih karena niat yang dipelihara. Korupsi

kemudian dapat terjadi dikarenakan tersedianya peluang, salah satunya

akibat rendahnya akuntabilitas. Puncaknya dengan melakukan tindakan

korup, dengan atau tanpa didukung lingkungan dan dengan atau tanpa

adanya peluang, karena ketika niat telah tertanam, peluang dapat diciptakan

dan lingkungan dapat diubah sedemikian rupa. Jerat lingkaran korupsi

berakhir pada usaha mengamankan hasil korupsi, para koruptor senantiasa

merasa risau akan terungkapnya perbuatan yang dilakukan. Untuk

127

Ibid., h. 142.

Page 122: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

110

mencegah jerat lingkaran koruptor, dapat dilakukan dengan membentengi

diri dari perbuatan korupsi dengan menanamkan dan mengamalkan nilai

antikorupsi, antara lain: kejujuran yang dapat membentengi diri dari

perbuatan korupsi, tanggung jawab yang dapat membawa seseorang

senantiasa melakukan tugas dengan sebaik-baiknya, disiplin yang dapat

membentuk sikap seseorang untuk menerima sesuai dengan haknya dan

kesederhanaan yang dapat membentuk pribadi seseorang untuk mensyukuri

nikmat yang diperoleh.

C. Implikasi pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Novel Korupsi karya PAT memberikan banyak pelajaran tentang nilai

antikorupsi seperti kejujuran, tanggung jawab, kedisiplinan dan

kesederhanaan. Hal ini sejalan dengan tujuan implementasi kurikulum 2013,

salah satunya peserta didik menjadi insan yang kreatif dan mampu

menghadapi berbagai permasalahan yang dihadapi. Oleh karena itu, novel

Korupsi dapat diimplementasikan pada pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia di tingkat SMA kelas XI (sebelas) semester genap (dua). Hasil

analisis ini dapat dimanfaatkan dalam rangka mengembangkan keterampilan

berbahasa dan bersastra seperti yang terdapat dalam RPP, dengan kompetensi

dasar yang menekankan pada aspek menganalisis teks cerita cerita fiksi dalam

novel baik melalui lisan maupun tulisan dengan cara menentukan sifat tokoh

dan cara penggambarannya dengan alasan yang meyakinkan. Siswa

diharapkan mampu menganalisis kedudukan dan sifat tokoh serta mampu

menginterpretasi makna yang terkandung di dalam novel.

Salah satu permasalahan dalam proses pembelajaran novel adalah

kurangnya ketersediaan novel bermutu di sekolah yang dapat dibaca siswa.

Akibatnya, ketika dihadapkan dengan tugas membaca novel dalam pelajaran,

kebanyakan bersumber bukan dari novel populer dan teenlit (biasanya

dimiliki siswa karena tren), siswa menjadi kurang antusias dan cenderung

Page 123: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

111

tidak membaca novel tersebut. Dengan perkembangan teknologi, hal tersebut

dapat disiasati dengan menyediakan novel digital yang dapat diunduh siswa

lewat perangkat ponselnya. Hal ini tentunya memerlukan kerjasama antara

pemerintah selaku penyedia layanan dan penulis selaku pemilik karya.

Meski file digital belum banyak memiliki lisensi dari pemegang hak

cipta. Proteksi yang minim dalam dunia internet mengakibatkan mudahnya

mengakses file tersebut. Namun, dalam tujuan pembelajaran hal ini memiliki

dampak positif, setidaknya dapat memperkenalkan budaya membaca pada

siswa. Untuk memfasilitasi hal tersebut, guru dapat menyediakan novel

digital setidaknya satu novel dalam satu semester. Novel tersebut diharapkan

merupakan novel yang tersedia di perpustakaan, namun jumlahnya kurang

memadai untuk dibaca secara serentak oleh siswa. Hal ini dimaksudkan

untuk tetap menghargai hak cipta penulis novel yang karyanya dimanfaatkan

dalam pembelajaran dengan cara digital.

Dalam implikasi pembelajaran penelitian ini, penulis mencoba

menggunakan teknik membaca dengan menggunakan file digital. File yang

telah disiapkan sebelumnya dapat diunduh oleh siswa setidaknya satu bulan

sebelum materi memahami wacana dalam novel dilaksanakan. Novel Korupsi

yang memiliki tebal 160 halaman diharapkan dapat selesai dibaca oleh siswa

dalam waktu yang disediakan. Dengan membaca keseluruhan cerita, siswa

akan memahami pesan tersirat di samping pesan tersurat yang disampaikan

oleh penulis novel. Untuk itu, diperlukan pengecekan kembali untuk

memastikan siswa telah membaca novel dengan cara menanyakan isi cerita

maupun pesan yang terdapat di dalam novel sebelum jadwal materi tersebut

dilaksanakan. Dengan pesatnya perkembangan media sosial, tugas tersebut

dapat memanfaatkan media sosial sebagai daya tarik siswa dalam

pembelajaran. Dalam hal ini, siswa ditugaskan untuk mengunggah kutipan

novel yang menurutnya unik atau menginsipirasi yang ditemukan di dalam

novel Korupsi. Hal ini memerlukan daya tarik guru untuk membawa siswa

Page 124: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

112

mengikuti aturan yang diterapkan guru untuk kemudian mengubah siswa

menjadi gemar membaca, dalam hal ini membaca novel.

Saat jadwal kegiatan belajar mengajar dilaksanakan, siswa diharapkan

telah membaca bahkan mendiskusikan hal-hal yang terdapat di dalam novel

Korupsi lewat media sosial yang ditentukan. Dalam pertemuan pertama

dengan indikator mampu menentukan teknik pelukisan, karakter tokoh dan

cara penggambaran tokoh, siswa dibawa memasuki kegiatan awal

pembelajaran dengan menggunakan metode tanya-jawab untuk

mengungkapkan tokoh novel yang dikagumi dari novel yang telah dibaca

selain novel Korupsi. Hal ini akan membawa siswa mempelajari secara

konsep, apa yang telah mereka dapat di luar kegiatan belajar sekolah.

Pada bagian inti, untuk memperkuat pemahaman siswa, guru dapat

menjelaskan konsep karakter, kedudukan dan penggambaran tokoh

berdasarkan kutipan di dalam novel Korupsi. Kemudian, guru memfasilitasi

siswa untuk mengungkapkan pengetahuannya dengan metode tanya-jawab,

terkait unsur penokohan dalam novel seperti teknik pelukisan, karakter tokoh

dan cara penggambaran tokoh oleh pengarang. Hal ini bertujuan untuk

memberikan arahan kepada siswa ketika mengerjakan tugas selanjutnya yakni

mengidentifikasi karakter, kedudukan dan penggambaran tokoh berdasarkan

kutipan yang terdapat dalam novel Korupsi. Dengan menggunakan

pendekatan inquiry, setelah memahami nilai maupun cara berpikir yang

terdapat dalam unsur intrinsik penokohan, tugas ini akan memberi

pembelajaran pada siswa untuk menangani permasalahan yang mereka hadapi

ketika berhadapan dengan dunia nyata. Untuk menugaskan siswa

menyampaikan tugasnya di depan kelas (atau dari tempat duduknya) yang

dapat dikoreksi oleh teman-temannya secara langsung, digunakan permainan

“tepuk satu, tepuk dua” agar membiasakan siswa konsentrasi dan memastikan

siswa telah mengerjakan tugas. Hal ini bertujuan untuk memotivasi siswa

bertanggung jawab dalam mengerjakan tugasnya karena penunjukkan

Page 125: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

113

diberikan secara acak. Sebagai penutup, guru melakukan refleksi dengan

menanyakan apa yang telah dipelajari dan kesulitan yang dihadapi siswa.

Kemudian, memberikan tugas untuk pertemuan berikutnya yakni menentukan

nilai antikorupsi yang terdapat dalam novel.

Pada pertemuan kedua, dengan indikator mampu menginterpretasi makna

yang terkandung pada teks novel, guru memulai pembelajaran dengan

meminta siswa untuk menyampaikan pendapatnya mengenai nilai antikorupsi

yang terdapat di dalam novel. Hal ini bertujuan untuk memastikan siswa telah

siap memasuki pembelajaran. Guru dapat melengkapi pengetahuan siswa

dengan memberikan informasi mengenai nilai antikorupsi yang diusung

KPK.

Pada bagian inti, guru memanfaatkan media audiovisual film dengan

judul “Berani Jujur? Hebat!”128

yang akan menghubungkan pengetahuan

siswa dalam menganalisis novel Korupsi. Dengan menampilkan film

tersebut, diharapkan siswa memiliki pengetahuan tentang nilai antikorupsi

yang dikampanyekan KPK. Untuk menunjang pembelajaran dengan metode

kooperatif, guru memfasilitasi siswa untuk membuat empat kelompok

(banyaknya kelompok tergantung jumlah siswa). Hal ini bertujuan agar siswa

dapat mengembangkan kecakapan hidupnya, seperti memecahkan masalah,

pengambilan keputusan, berpikir logis dan bekerja sama lewat interaksi

secara aktif dan positif dalam kelompok. Kemudian, untuk menerapkan their

existing knowlegde melalui problem solving, guru menugaskan siswa untuk

menghubungkan nilai antikorupsi dalam novel dengan kehidupan sehari-hari

dengan cara menuliskan naskah drama dengan ketentuan menggunakan nama

tokoh seperti yang terdapat dalam novel Korupsi namun siswa memiliki

kebebasan mengubah karakter tokoh sesuai kebutuhan dan mengandung nilai

128

Sosishot Project, Berani Jujur? Hebat!, diakses pada 16/06/2016 21:00 WIB, dari

http://m.youtube.com/watch?v=Dz7Js09JdfA&itct=CCkQpDAYACITCKWrgcavs80CFSgYfgodrXEp

vFIMYmVyYW5pIanVy&gl=ID&hl=id&client=mv-googl

Page 126: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

114

antikorupsi meliputi aspek kejujuran, tanggung jawab, kedisiplinan dan

kesederhanaan. Metode penugasan ini dimaksudkan sebagai wujud

menerapkan pemahaman siswa terkait dengan nilai antikorupsi.

Setelah pembelajaran berlangsung, siswa diharapkan mengetahui nilai

antikorupsi dan dapat menghindarkan diri dari perilaku korupsi dengan

mengamalkan nilai antikorupsi. Pada pertemuan pertama, dengan

menggunakan metode inquiry, diharapkan siswa dapat menemukan sendiri

unsur intrinsik berkaitan dengan penokohan berdasarkan pengetahuan yang

telah dimiliki. Dengan menggunakan pembelajaran yang berbasis pada

problem solving pada pertemuan kedua, diharapkan siswa dapat memecahkan

masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-harinya secara realistis.

Selain itu, pembelajaran ini diharapkan menghasilkan dampak jangka panjang

yakni membentuk kepribadian siswa yang memiliki budaya antikorupsi dan

berperan aktif dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.

Melalui pembelajaran dengan kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi

sekaligus berkarakter yang menggunakan pendekatan tematik dan kontekstual,

diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningatkan dan

menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan meninternalisasi serta

mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulai sehingga terwujud

dalam perilaku sehari-hari.

Page 127: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

115

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap objek kajian

novel Korupsi karya Pramoedya Ananta Toer, maka dapat dipaparkan

beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Analisis intrinsik terhadap novel Korupsi memperlihatkan seluruh unsur

intrinsik yang terdapat dalam novel Korupsi mendukung tema minor

adagium harta-tahta-wanita yang mendorong seseorang untuk melakukan

tindak kejahatan, dalam hal ini korupsi, dan tema mayor yakni konflik

batin seorang koruptor. Hal ini merupakan kritik yang dilancarkan PAT

melihat kondisi sosiologi masyarakat Indonesia pada saat itu yang mulai

melakukan praktik korupsi dan gagasan dasar untuk memerangi praktik

korupsi yaitu seorang pelaku kejahatan akan selalu kehilangan

ketenangan batinnya. Selanjutnya, dalam rangka upaya tindakan

pencegahan korupsi dapat dimulai lewat pendidikan antikorupsi kepada

generasi muda sebagai penerus bangsa. Analisis terhadap pendidikan

antikorupsi dapat dilihat dari jerat lingkaran korupsi dan nilai antikorupsi

yang terdapat dalam novel Korupsi yang dapat dijadikan pembelajaran

dalam upaya membentengi diri dari perilaku korup. Empat nilai tersebut

yakni kejujuran, tanggung jawab, disiplin dan kesederhanaan.

2. Implikasi terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah

adalah peserta didik dapat mempelajari pendidikan antikorupsi melalui

novel Korupsi. Pembelajaran dengan tema pendidikan antikorupsi yang

terdapat dalam novel ini dapat diimplikasikan dalam pembelajaran sastra

di sekolah seperti yang terdapat pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) bahasa dan sastra di tingkat SMA kelas XI (sebelas) semester

Page 128: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

116

genap (dua) dengan kompetensi dasar yang menekankan pada aspek

menganalisis teks cerita cerita fiksi dalam novel baik melalui lisan

maupun tulisan dan menentukan sifat tokoh dan cara penggambarannya

dengan alasan yang meyakinkan. Pada pertemuan pertama, dengan

menggunakan metode inquiry, siswa diharapkan dapat menemukan

sendiri unsur intrinsik berkaitan dengan penokohan berdasarkan

pengetahuan yang telah dimiliki. Dengan menggunakan pembelajaran

yang berbasis pada problem solving pada pertemuan kedua, siswa

diharapkan mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan gejala

korupsi para konteks kehidupan sehari-hari. Hasil jangka panjangnya,

peserta didik diharapkan memiliki rasa tanggung jawab atas apa yang

terjadi pada negeri ini dan semangat antikorupsi sebagai generasi penerus

bangsa. Hal ini sejalan dengan tujuan implementasi kurikulum 2013,

salah satunya peserta didik menjadi insan yang kreatif dan mampu

menghadapi berbagai permasalahan yang dihadapi.

B. Saran

Dari kesimpulan yang sudah dijelaskan sebelumnya, penulis memberikan

beberapa saran yang nantinya dapat dijadikan referensi demi terlaksanakannya

pengembangan pendidikan, terutama pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia.

1. Penelitian ini hanya berkisar pada pendidikan antikorupsi yang terdapat

dalam novel Korupsi karya Pramoedya Ananta Toer. Untuk itu, penelitian

ini diharapkan dapat dijadikan rujukan dan motivasi pada penelitian

selanjutnya dengan mengaitkan novel lain yang memiliki tema serupa,

korupsi.

2. Luasnya aspek pendidikan antikorupsi memungkinkan peneliti selanjutnya

meneliti pendidikan antikorupsi dari bidang studi yang berbeda seperti,

pendidikan antikorupsi dalam novel dilihat dari sudut pandang hukum

islam.

Page 129: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

117

DAFTAR PUSTAKA

Abrams. M.H., A Glossary of Literary Terms. United States of America: Cornell

University, 1999.

Anwary. Perang Melawan Korupsi. Jakarta: Institut Pengkajian Masalah-masalah

Politik dan Ekonomi, 2012.

B., Rahmanto. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius, 1988.

Bayley, David H. Akibat-akibat Korupsi pada Bangsa-Bangsa sedang

Berkembang, Terj. dari The Effect of Corruption In a Developing Nation oleh

Muchtar Lubis dan James C.Scott. Jakarta: LP3S, 1988.

Budi, Johan. Menyalakan Lilin di Tengah Kegelapan. Jakarta: Spora

Communications, 2007.

Budianta, Eka. Mendengar Pramoedya. Jakarta: PT. Atmochademas Persada,

2005.

Budianta, Melanie. Membaca Sastra. Magelang: Indonesia Tera, 2002.

Endraswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS, 2013.

Escarpit, Robert. Pengantar Sosiologi Sastra. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2005.

Hakiim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima,

2009.

Hamzah, Andi. Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan

Internasional. Jakarta: Rajawali Pers, 2008.

Hans, August. dan Snoek, Kees. Saya Ingin Lihat Semua Ini Berakhir. Jakarta:

Komunitas Bambu, 2008.

Hun, Koh Young. Pramoedya Menggugat: Melacak Jejak Indonesia. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2011.

Jassin, HB. Kesusasteraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Essei. Jakarta:

Gunung Agung, 1962.

Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, cet.

18, 2008.

Page 130: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

118

Lubis, Mochtar. Senja di Jakarta. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, Cet ke-2, 1981.

Luxemburg, Jan Van., dkk. Pengantar Ilmu Sastra. Terj. dari Inleiding In de

Literatuurwetenschap oleh Dick Hartanto. Jakarta: Gramedia, cet. 4, 1992.

Madasari, Okky. 86. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, Cet ke-3, 2015.

Muhibbuddin, Muhammad. Catatan dari Balik Penjara: Goresan Pena Revolusi

Pramoedya Ananta Toer. Yogyakarta: Zora Book, 2015.

Mulyasa. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, cet. ke-6, 2015.

Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

Univesity Press, 1995.

Parwadi, Redatin. Koruptologi. Yogyakarta: Kanisius, 2010.

Puspito, Nanang T. (eds). Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi.

Jakarta: Kemendikbud, 2011.

Ratna, Nyoman Kutha. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

cet. ke 2, 2009.

Sabarguna, Boy. Analisis Data pada Penelitian Kualitatif, Jakarta: UI-Press.

2005.

Semma, Mansyur. Negara dan Korupsi: Pemikiran Mochtar Lubis Atas Negara,

Manusia Indonesia dan Perilaku Politik. Jakarta: Yayasan Obor, 2008.

Scherer, Savitri. Pramoedya Ananta Toer: Luhur dalam Ideologi. Depok:

Komunitas Bambu, 2012.

Sinulingga, Andi. Berharap pada Pemuda?. Jakarta: Suara Karya, 2006.

Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo, 2008.

Soedarso, Boesono. Latar Belakang Sejarah dan Kultural Korupsi di Indonesia.

Jakarta: UI Press, 2009.

Tahar Ben Jelloun, Korupsi, Terj. dari L’Homme Rompu oleh Okke K.S. Zaimar,

Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2010.

Page 131: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

119

Tarigan, Henry Guntur. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa, 1986.

Teeuw, A. Citra Manusia Indonesia dalam Karya Sastra Pramoedya Ananta

Toer. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1997.

Toer, Pramoedya Ananta. Korupsi. Jakarta: Hasta Mitra, 2002.

-----. Bumi Manusia. Jakarta: Lentera Dipantara, cet. ke-15, 2010.

-----. Anak Semua Bangsa. Jakarta: Lentera Dipantara, 2011.

Tohari, Ahmad. Orang-Orang Proyek. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, Cet

ke-2, 2015.

Wellek , Rene., dan Warren, Austin. Teori Sastra. Terj. dari, Theory of Literature

oleh Melanie Budianta. Jakarta: Gramedia, 1993.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Fiyani, Mega. “Nilai Sosial dalam Novel Bukan Pasar Malam Karya Pramoedya

Ananta Toer; Implikasinya terhadap Pembelajaran Sastra.” Skripsi pada UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta: 2011. tidak dipublikasikan.

Anwar, Rosihan. “Geger Dikalangan Pamong Pradja.” Siasat Warta Sepekan,

Jakarta, 10 Oktober 1954.

Apin, Rivai. “Tokoh2 Mati: Korupsi Novel Pramoedya Ananta Toer dalam

Madjalah Indonesia“, Siasat Warta Sepekan, Jakarta, 22 Agustus 1954.

-----. “Suasana Tjatut Meliputi Kehidupan Ekonomi”, Siasat Warta Sepekan,

Jakarta, 10 Oktober 1954.

Heinschke, Martina. “Between Gelanggang and Lekra: Pramoedya’s Developing

Literary Concepts.” Jurnal Indonesia, Vol. 61, April 1966.

Liu, Hong. “Pramoedya Ananta Toer and China: The Transformation of a Cultural

Intellectual.” Jurnal Indonesia, Vol. 61, April 1966.

Page 132: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

120

Lubis, Bersihar. “Narsisme Harap Minggir.” Majalah Gamma, Jakarta, 31 Mei - 6

Juni, 2000.

Prabowo, Sheto Risky. “KPK Ajak 25 Guru Menulis Antikorupsi.” Integrito.

Jakarta, September-Oktober 2015

-----. “KPK Selaraskan Pendidikan Antikorupsi.” Integrito, Jakarta, September-

Oktober 2015

Santoso, Iman. “28 Siswa Lulus Sekolah Antikorupsi.” Integrito. Jakarta,

September-Oktober 2015.

Ahadi. “Apa Fungsi Pagar Rumah.” http://ilmusipil.com, 11 Juni 2016.

Astuti, Yuli. “Nilai dan Prinsip Antikorupsi.” www.diskopukm.natunakab.go.id,

02 April 2016.

International, Transparency. “Perbaikan Penegakan Hukum, Perkuat KPK, Benahi

Layanan Publik.” www.ti.or.id, 02 Februari 2015.

Kpk.go.id. “Mengenai LHKPN.” http://kpk.go.id, 18 Juni 2016.

Kurniawan, Eka. “Pramoedya Ananta Toer, Belenggu di Pulau Buru.”

http://ekakurniawan.net, 09 Ferbuari 2016.

Maharani, Dian. “Bacakan Pleidoi, Rudi Akui Terima Uang Karena Terpaksa.”

www.nasional.kompas.com, 02 Mei 2016.

Project, Sosishot. “Berani Jujur? Hebat!”, http://m.youtube.com, 16 Juni 2016.

Sihaloholistick, “Pembelajaran dan Teori Apresiasi Sastra.”

www.jendelasastra.com, 11 Desember 2015.

Sundiawan, Awan. “Skenario Mengarahkan Generasi Z.”

https://awan965.wordpress.com, 14 Juli 2016.

The American Heritage Dictionary of the English Language. “Antihero.”

http://thefreedictionary.com/antihero, 18 Juni 2016.

Page 133: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : SMA 5 Jakarta

Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia

Kelas / Semester : XI / 2

Alokasi waktu : 2 x 45 menit (1x pertemuan)

1. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dengan

mematuhi norma-norma bahasa Indonesia serta mensyukuri dan

mengapresiasi keberadaan bahasa dan sastra Indonesia sebagai

anugerah Tuhan Yang Maha Esa.

KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),

santun, responsif dan menunjukkan sikap pro- aktif sebagai bagian

dari solusi atas berbagai permasalahan dalam kehidupan sosial secara

efektif dengan memiliki sikap positif terhadap bahasa dan sastra

Indonesia serta mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia dan

mengapresiasi sastra Indonesia.

KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahu tentang bahasa dan

sastra Indonesia serta menerapkan pengetahuan prosedural pada

bidang kajian bahasa dan sastra yang spesifik sesuai dengan bakat dan

minatnya untuk memecahkan masalah ilmu pengetahuan, teknologi,

dan seni (ipteks).

KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah

abstrak untuk mengembangkan ilmu bahasa dan sastra Indonesia

secara mandiri dengan menggunakan metode ilmiah sesuai kaidah

keilmuan terkait.

2. Kompetensi Dasar 1.3. Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan

menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam memahami,

menerapkan, dan menganalisis informasi lisan dan tulis melalui teks cerita

sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan cerita fiksi dalam novel.

2.4. Menunjukkan perilaku jujur, peduli, santun, dan tanggung jawab dalam

penggunaan bahasa Indonesia untuk memahami dan menyajikan cerita

novel dengan cara menentukan kedudukan tokoh-tokoh.

3.3. Menganalisis teks cerita cerita fiksi dalam novel baik melalui lisan

maupun tulisan dengan cara menentukan sifat tokoh dan cara

penggambarannya dengan alasan yang meyakinkan

3. Tujuan Pembelajaran Setelah proses pembelajaran berlangsung diharapkan peserta didik mampu :

a. Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan

Page 134: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam memahami,

menerapkan, dan menganalisis informasi lisan dan tulis melalui teks dalam

novel.

b. Menunjukkan perilaku jujur, peduli, santun, dan tanggung jawab dalam

penggunaan bahasa Indonesia untuk memahami dan menyajikan cerita

fiksi dalam novel.

c. Menganalisis teks yang terdapat dalam novel dengan cara mendidentifikasi

unsur intrinsik bagian penokohan.

4. Metode Pembelajaran a. Diskusi.

b. Inkuiri.

c. Ceramah.

d. Penugasan.

5. Langkah-Langkah Pembelajaran

Pertemuan I

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

Waktu

A. Kegiatan Awal 1) Guru mempersilahkan salah satu dari peserta didik

untuk memimpin doa bersama

2) Guru mengkondisikan dan momotivasi peserta

didik bahwa mengerti karakter tokoh penting guna

pemahaman novel keseluruhan.

3) Guru mengajak peserta didik bertanya jawab

untuk menggali pengetahuan awal mengenai novel

“Anak-anak, bagaimana novel yang telah kalian

baca? Apakah ada tokoh yang kalian kagumi? Pada

pembelajaran kali ini kita akan belajar tentang

menerangkan sifat-sifat tokoh dalam novel”.

15 Menit

B. Kegiatan Inti Mengamati :

1) Teknik pelukisan, penggambaran, dan karakter

tokoh yang ditampilkan guru.

2) Mencermati uraian yang berkaitan dengan struktur

dan kaidah novel

Mempertanyakan :

1) Bertanya jawab mengenai hal yang berhubungan

dengan unsur intrinsik khususnya bagian penokohan

dalam novel Korupsi.

Mengeksplorasi :

1) Menentukan teknik pelukisan, penggambaran, dan

karakter tokoh yang terdapat novel Korupsi.

Mengasosiasi :

60 Menit

Page 135: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

1) mendiskusikan tentang unsur intrinsik khususnya

bagian penokohan

Mengomunikasikan : 1) Menyampaikan teknik pelukisan tokoh,

penggambaran, dan karakter tokoh yang terdapat

dalam novel Korupsi.

2) Peserta didik yang lain memberikan tanggapan

mengenai interpretasi yang disampaikan temannya.

C. Kegiatan Akhir 1) Peserta didik diminta mengungkapkan

pengalamannya dalam mengidentifikasi unsur

intrinsik khususnya bagian penokohan.

2) Guru bersama peserta didik menyimpulkan materi

pembelajaran menerangkan sifat tokoh dan

implementasinya.

3) Guru menjelaskan tugas pertemuan berikutnya

secara kelompok, menentukan nilai antikorupsi yang

terdapat dalam novel.

15 Menit

6. Alat / Bahan / Sumber

a. Alat/bahan :

1) Buku :

- Kreatif Berbahasa dan Bersastra Indonesia u n tu k S MA

kelas XI. Jakarta : Ganeca Exact. hlm. 119-122.

- Pramoedya Ananta Toer, Korupsi, Hasta Mitra, 2002.

2) LCD dan laptop.

b. Power Point :

1) Buku

Bahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI. Jakarta : Pusat Perbukuan,

Kementerian Pendidikan Nasional. hlm. 257-261.

2) Contoh novel :

Pramoedya Ananta Toer, Korupsi, Hasta Mitra, 2002.

7. Penilaian

a. Teknik : Tes tertulis dan Penugasan.

b. Bentuk : Uraian dan Uji Petik kerja.

c. Bentuk Instrumen/Soal : Jelaskan kedudukan tokoh dan sifat atau karakter

tokoh yang terdapat dalam novel Korupsi! Berikan alasanmu!

Mengetahui, Jakarta, 24 Juni 2016

Kepala SMA/MA Guru Bahasa Indonesia

Taufik Hidayatulloh

NIP. NIM 111.101.3000.101

Page 136: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : SMA 5 Jakarta

Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia

Kelas / Semester : XI / 2

Alokasi waktu : 2 x 45 menit (1x pertemuan)

1. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dengan

mematuhi norma-norma bahasa Indonesia serta mensyukuri dan

mengapresiasi keberadaan bahasa dan sastra Indonesia sebagai

anugerah Tuhan Yang Maha Esa.

KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),

santun, responsif dan menunjukkan sikap pro- aktif sebagai bagian

dari solusi atas berbagai permasalahan dalam kehidupan sosial secara

efektif dengan memiliki sikap positif terhadap bahasa dan sastra

Indonesia serta mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia dan

mengapresiasi sastra Indonesia.

KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahu tentang bahasa dan

sastra Indonesia serta menerapkan pengetahuan prosedural pada

bidang kajian bahasa dan sastra yang spesifik sesuai dengan bakat dan

minatnya untuk memecahkan masalah ilmu pengetahuan, teknologi,

dan seni (ipteks).

KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah

abstrak untuk mengembangkan ilmu bahasa dan sastra Indonesia

secara mandiri dengan menggunakan metode ilmiah sesuai kaidah

keilmuan terkait.

2. Kompetensi Dasar 1.3. Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan

menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam memahami,

menerapkan, dan menganalisis informasi lisan dan tulis melalui teks cerita

sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan cerita fiksi dalam novel.

2.4. Menunjukkan perilaku jujur, peduli, santun, dan tanggung jawab dalam

penggunaan bahasa Indonesia untuk memahami dan menyajikan cerita

novel dengan cara menentukan kedudukan tokoh-tokoh.

4.1. Menginterpretasi makna teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini,

dan cerita fiksi dalam novel baik secara lisan maupun tulisan.

3. Tujuan Pembelajaran Setelah proses pembelajaran berlangsung diharapkan peserta didik mampu :

a. Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan

menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam memahami,

Page 137: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

menerapkan, dan menganalisis informasi lisan dan tulis melalui teks dalam

novel.

b. Menunjukkan perilaku jujur, peduli, santun, dan tanggung jawab dalam

penggunaan bahasa Indonesia untuk memahami dan menyajikan cerita

fiksi dalam novel.

c. Menginterpretasi makna yang terdapat dalam novel dengan baik yang

berkaitan dengan nilai antikorupsi.

4. Metode Pembelajaran a. Diskusi.

b. Problem solving.

c. Ceramah.

d. Penugasan.

5. Langkah-Langkah Pembelajaran

Pertemuan II

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

Waktu

A. Kegiatan Awal 1) Guru mempersilahkan salah satu dari peserta didik

untuk memimpin doa bersama

2) Mengkondisikan dan momotivasi peserta didik

bahwa mengerti karakter tokoh penting guna

pemahaman novel keseluruhan.

3) Mengajak peserta didik bertanya jawab untuk

menggali pengetahuan pelajaran pertemuan

sebelumnya.

“Anak-anak, bagaimana tugas mengenai nilai

antikorpsinya? Pada pembelajaran kali ini kita akan

belajar tentang menerangkan nilai antikorupsi yang

terdapat dalam novel Korupsi.

15 Menit

B. Kegiatan Inti Mengamati : 1) Nilai antikorupsi berdasarkan rujukan nilai

antikorupsi KPK.

2) Mencermati uraian yang berkaitan dengan nilai

antikorupsi

Mempertanyakan : 1) Bertanya jawab mengenai hal yang berhubungan

dengan nilai antikorupsi yang pernah peserta didik

alami

Mengeksplorasi :

1) Peserta didik menampilkan temuan nilai

antikorupsi yang terdapat dalam novel Korupsi yang

dikerjakan secara berkelompok.

Mengasosiasi :

1) Peserta didik menghubungkan nilai antikorupsi

60 Menit

Page 138: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

tokoh dalam novel Korupsi dengan kehidupan

sehari-hari peserta didik dengan cara menuliskan

cerita naskah drama secara berkelompok dengan

ketentuan menggunakan nama tokoh seperti yang

terdapat dalam novel Korupsi namun siswa memiliki

kebebasan mengubah karakter tokoh sesuai

kebutuhan dan mengandung nilai antikorupsi

meliputi a) jujur, b) tanggung jawab, c) disiplin dan

d) kesederhanaan

Mengomunikasikan : 1) Menyampaikan kerangka naskah drama yang telah

dibuat dan mengandung nilai antikorupsi yang telah

dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari meliputi

aspek (a) jujur, (b) tanggung jawab, (c) disiplin, dan

(d) kesederhanaan

2) Peserta didik yang lain memberikan tanggapan

mengenai interpretasi yang disampaikan temannya.

C. Kegiatan Akhir 1) Peserta didik mengungkapkan permasalahan di

masyarakat sesuai dengan permasalahan dalam novel.

2) Peserta didik diminta mengungkapkan

pengalamannya dalam mengidentifikasi nilai

antikorupsi yang terdapat dalam novel Korupsi

3) Guru bersama peserta didik menyimpulkan materi

pembelajaran mengidentifikasi nilai antikorupsi yang

terdapat dalam novel Korupsi

4) Guru menjelaskan tugas pertemuan berikutnya

secara individu, menulis poster di kertas A4.

15 Menit

6. Alat / Bahan / Sumber

a. Alat/bahan :

1) Buku :

- Kreatif Berbahasa dan Bersastra Indonesia u n tu k S MA

kelas XI. Jakarta : Ganeca Exact. hlm. 119-122.

- Pramoedya Ananta Toer, Korupsi, Hasta Mitra, 2002.

2) LCD, speaker dan laptop.

3) Video “Berani jujur?hebat!”

b. Power Point :

1) Buku

Bahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI. Jakarta : Pusat Perbukuan,

Kementerian Pendidikan Nasional. hlm. 257-261.

2) Contoh novel :

Pramoedya Ananta Toer, Korupsi, Hasta Mitra, 2002.

Page 139: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

3) Video :

Berani jujur? Hebat! diakses dari,

http://m.youtube.com/watch?v=Dz7Js09JdfA&itct=CCkQpDAYACITC

KWrgcavs80CFSgYfgodrXEpvFIMYmVyYW5pIanVy&gl=ID&hl=id&

client=mv-google

7. Penilaian

a. Teknik : Tes tertulis dan Penugasan.

b. Bentuk : Uraian dan Uji Petik kerja.

c. Bentuk Instrumen/Soal :

Mengetahui, Jakarta, 24 Juni 2016

Kepala SMA/MA Guru Bahasa Indonesia

Taufik Hidayatulloh

NIP. NIM 111.101.3000.101

Page 140: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

Lampiran RPP

1. Bahan Ajar

A. Menganalisis Karakter Tokoh

Novel sebagai rekaman peristiwa kehidupan di masyarakat yang

menceritakan manusia dengan segala sepak terjangnya. Novel hadir dengan

tokoh-tokoh dan karakternya. Beragam karakter tokoh novel adalah

gambaran karakter manusia dalam kehidupan nyata karena novel lahir dari

pengalaman batin pengarang yang merasakan kehidupan manusia.

Setiap tokoh dalam novel mempunyai karakter atau watak. Karakter

tersebut berfungsi untuk menghidupkan tokoh. Pada umumnya, pengarang

menggunakan model orang-orang di sekitarnya untuk menghidupkan cerita.

Tentu saja penggambaran itu tidak persis sama. Ada perubahan-perubahan

sesuai dengan visi pengarang.

1) Sifat atau Karakter Tokoh

Berdasarkan sifat atau karakter yang dapat menimbulkan konflik, tokoh-

tokoh dalam novel terdiri atas tiga jenis tokoh, yaitu:

a. Tokoh antihero

Tokoh utama dengan karakter protagonis. Tokoh ini mempunyai sifat

yang kontras terhadap sifat-sifat umum yang biasa dimiliki tokoh-

tokoh utama.

b. Tokoh protagonis

Tokoh utama pendukung jalannya cerita, biasanya memiliki nilai-nilai

kebaikan yang diharapkan masyarakat.

c. Tokoh antagonis

Tokoh yang diciptakan untuk menghalangi upaya tokoh utama.

d. Tokoh tritagonis

Tokoh pembantu, bersifat netral, tokoh penengah.

2) Kedudukan Tokoh

Berdasarkan peranan dan keterlibatan dalam cerita, tokoh dapat dibedakan

atas tiga jenis golongan, yaitu:

a. Tokoh primer (utama)

Page 141: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

Tokoh yang diutamakan penceritanya dalam novel. Ia merupakan

tokoh yang paling banyak diceritakan.

b. Tokoh sekunder (tokoh bawahan)

Tokoh yang mendukung tokoh utama. Kedudukannya dalam cerita

lebih sedikit, tidak dipentingkan dan kehadirannya hanya jika ada

keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tidak

langsung.

c. Tokoh komplementer (tokoh bawahan)

Tokoh figuran yang membantu tokoh utama, tetapi tidak begitu aktif.

3) Penggambaran Watak Tokoh

Penggambaran watak tokoh dapat diketahui melalui tiga cara, yakni dari

segi fisis, segi psikis, dan segi sosiologis.

a. Segi Fisis

Pengarang menjelaskan keadaan fisik tokohnya yang meliputi usia,

jenis kelamin, keadaan tubuh (tinggi, pendek, pincang, gagah,

tampan, menarik, dan sebagainya). Ciri-ciri wajah (cantik, jelek,

keriput, dan sebagainya), dan ciri khas yang spesifik.

b. Segi Psikis

Pengarang melukiskan tokoh berdasarkan latar belakang kejiwaan,

kebiasaan, sifat, dan karakternya. Segi psikis meliputi moral,

kecerdasan, temperamen, keinginan, perasaan pribadi, dan keahlian

khusus yang dimilikinya.

c. Segi Sosiologi

Pengarang menggambarkan latar belakang kedudukan tokoh

tersebut dalam masyarakat dan hubungannya dengan tokoh-tokoh

lainnya. Segi sosiologis meliputi status sosial (kaya, miskin,

menengah), peranan dalam masyarakat, pendidikan, pandangan

hidup, kepercayaan, aktivitas sosial, dan suku bangsa.

B. Nilai antikorupsi

1) Kejujuran

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang

Page 142: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.

2) Tanggung Jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan

kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,

masyarakat, lingkungan (alam, sosial, budaya), Negara dan Tuhan Yang

Maha Esa.

3) Kedisiplinan

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai

ketentuan dan peraturan.

4) Kesederhanaan

Bersahaja, sikap dan perilaku yang tidak berlebihan, tidak banyak seluk

beluknya, tidak banyak pernik, lugas, apa adanya, hemat, sesuai

kebutuhan, dan rendah hati.

2. Penilaian

Indikator Jenis Bentuk Instrumen

A. Mampu

menentukan

kedudukan

tokoh-tokoh

dengan tepat.

Tes Uraian 1. Jelaskan kedudukan tokoh dan

sifat atau karakter tokoh yang

terdapat dalam novel Korupsi!

Berikan alasanmu!

B. Mampu

menentukan sifat

tokoh dengan

alasan yang

meyakinkan

2. Terdapat tiga cara

penggambaran tokoh yang

digunakan pengarang.

Bagaimanakah cara

penggambaran tokoh dalam

novel Korupsi? Jelaskan

masing-masing dengan

memberikan tiga contoh kutipan

dalam novel!

Page 143: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

C. Mampu

menginterpretasi

makna yang

terkandung pada

teks novel

3. Buatlah naskah drama dengan

ketentuan menggunakan nama

tokoh seperti yang terdapat

dalam novel Korupsi, kamu

memiliki kebebasan mengubah

karakter tokoh sesuai kebutuhan

cerita yang mengandung nilai

antikorupsi meliputi 1) jujur, 2)

tanggung jawab, 3) disiplin dan

4) kesederhanaan!

3. Rubrik Penilaian

Instrumen Aspek Penilaian Skor

1. Jelaskan kedudukan

tokoh dan sifat atau

karakter tokoh yang

terdapat dalam novel

Korupsi! Berikan

alasanmu!

1. Mampu menunjukkan kedudukan tokoh

dengan tepat 30

2. Kurang tepat dalam menunjukkan kedudukan

tokoh 20

3. Tidak tepat dalam menunjukkan kedudukan

tokoh 10

2. Terdapat tiga cara

penggambaran tokoh

yang digunakan

pengarang.

Bagaimanakah cara

penggambaran tokoh

dalam novel Korupsi?

Jelaskan masing-

masing dengan

memberikan tiga

contoh kutipan dalam

novel!

1. Mampu menunjukkan tiga sifat dan tiga

teknik penggambaran tokoh dengan tepat 30

2. Mampu menunjukkan dua sifat dan dua teknik

penggambaran tokoh dengan tepat 20

3. Mampu menunjukkan satu sifat dan satu

teknik penggambaran tokoh dengan tepat

10

3. Buatlah naskah drama

dengan ketentuan

menggunakan nama

tokoh seperti yang

terdapat dalam novel

Korupsi, kamu

memiliki kebebasan

1. Mampu memanfaatkan empat nilai

antikorupsi dalam naskah drama dengan baik 40

2. Mampu memanfaatkan tiga nilai antikorupsi

dalam naskah drama dengan baik 30

3. Mampu memanfaatkan dua nilai antikorupsi

dalam naskah drama dengan baik 20

Page 144: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

mengubah karakter

tokoh sesuai

kebutuhan cerita yang

mengandung nilai

antikorupsi meliputi

1) jujur, 2) tanggung

jawab, 3) disiplin dan

4) kesederhanaan!

4. Mampu memanfaatkan satu nilai antikorupsi

dalam naskah drama dengan baik

10

Total 100

Skor Akhir = Skor perolehan siswa a+b+c

Soal dan Contoh Jawaban

1. Jelaskan kedudukan tokoh dan sifat atau karakter tokoh yang terdapat dalam

novel Korupsi! Berikan alasanmu!

Kedudukan tokoh

Tokoh primer (utama) : Bakir, Mariam dan Sutijah

Tokoh sekunder : Sirad, Bakri, Bakar, Basir dan Basirah

Tokoh komplementer : Thiaw Lie Ham dan Wanita setengah tua

Alasan :

Karena tokoh Bakir mendapatkan porsi cerita yang banyak yang

digunakan pengarang untuk mengusung nilai antikorupsi.

Tokoh Mariam dan Sutijah merupakan tokoh yang mendapat porsi cerita

yang banyak dan bersinggungan secara langsung dengan Bakir.

Tokoh Sirad, Bakri, Bakar, Basir dan Basirah diceritakan lebih sedikit

dan tidak menimbulkan konflik langsung yang dirasakan Bakir.

Tokoh Thiaw Lie Ham dan Wanita setengah tua hanya sebagai ikon atau

tokoh yang membawa Bakir menjalankan niatnya dan tenggelam dalam

jurang korupsi

Sifat atau karakter tokoh

Tokoh antihero : Bakir

Tokoh protagonis : Mariam dan Sirad

Tokoh antagonis : Sutijah dan Thiaw Lie Ham

Tokoh tritagonis : Wanita setengah tua, Bakri, Bakar, Basir

dan Basirah

Alasan :

Tokoh Bakir sebagai antihero karena sebagai tokoh utama yang memiliki

porsi penceritaan lebih banyak namun berbuat kejahatan yang diharapkan

memberikan nilai positif bagi pembaca.

Tokoh Mariam dan Sirad sebagai tokoh protagonis karena membawa

nilai-nilai kebaikan dan menentang Bakir dalam upaya korupsi.

Tokoh Sutijah dan Thiaw Lie Ham sebagai tokoh antagonis karena

Page 145: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

mendukung kejahatan yang dilakukan Bakir.

Tokoh Wanita setengah tua sebagai tokoh tritagonis karena sebagai

pelengkap kejahatan yang dilakukan Bakir dan Bakri, Bakar, Basir dan

Basirah karena sebagai alasan Bakir melakukan korupsi

2. Terdapat tiga cara penggambaran tokoh yang digunakan pengarang.

Bagaimanakah cara penggambaran tokoh dalam novel Korupsi? Jelaskan

masing-masing dengan memberikan tiga contoh kutipan dalam novel!

Segi Fisis

Aku dekati dia dan nampak olehku wajahnya yang pucat, kulitnya yang

layu, dalam umurnya yang masih muda. (h. 97)

Kutipan di atas terjadi ketika Bakir melihat kondisi fisik istrinya,

wajahnya yang pucat, kulitnya yang layu dalam umur yang masih muda

secara tidak langsung menggambarkan kondisi ekonomi keluarga Bakir

yang serba kurang.

Segi Psikis

Telah dua puluh tahun aku jadi pegawai – kumulai dari magang. Tetapi

kian hari kian berkurang saja harta benda dan umurku. ... Banyak di

antara kawan-kawan yang mujur dalam penghidupannya terkenang

olehku. Dan akhirnya terniatlah dalam hati seperti sudah jamak di masa

kini: Korupsi.(h. 4)

Kutipan di atas terjadi ketika Bakir memikirkan apa yang harus

dilakukan untuk menutupi kekurangan ekonomi keluarganya dan

pemikirannya membawa untuk melakukan korupsi.

Segi Sosiologi

Kalau dahulu pulang pergi naik sepeda tua, kini kendaraanku plymouth.

Tidak lagi di gang becek, tetapi di pinggir jalan raya yang tenang di

deretan gedung-gedung setengah villa di selatan Bogor. (h. 107).

Kutipan di atas terjadi ketika Bakir mengungkapkan harta kekayaan hasil

korupsinya, secara sosiologis harta tersebut merubah status sosialnya.

3. Buatlah naskah drama dengan ketentuan menggunakan nama tokoh seperti

yang terdapat dalam novel Korupsi, kamu memiliki kebebasan mengubah

karakter tokoh sesuai kebutuhan cerita yang mengandung nilai antikorupsi

meliputi 1) jujur, 2) tanggung jawab, 3) disiplin dan 4) kesederhanaan!

Masih Mau Korupsi?

Tema : Korupsi di sekitar kita.

Tokoh : Mariam, Sutijah, Bakir, Pak Sirad, Thiaw Lie dan Basirah

Pagi itu siswa kelas XI A telah belajar bahasa Indonesia dengan tema

Pendidikan Antikorupsi dalam Novel Korupsi. Bel istirahat pun berbunyi.

Seluruh siswa keluar kelas kecuali Sutijah dan Mariam yang masih

berbincang di tempat duduknya masing-masing.

Mariam : “Pendidikan Antikorupsi, mungkin gak sih kita gak korupsi, dari

Page 146: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

sehari-hari aja kita selalu melakukan perbuatan korupsi, aku sih

dengerin pelajaran tadi cuma karena gurunya aja yang asik,

ganteng lagi.”

Sutijah : “Yee Pak Siradnya aja yang kamu inget, pelajarannya juga

diinget atuh dan dijalankan!”

Mariam : “Diinget sih, tapi coba deh, sehari-hari aja kita ngelakuin

korupsi, kayak gini nih.”

Bakir mempraktikan apa yang dimaksud Mariam. Ketika Bakir di kantin bel

tanda masuk berbunyi. Sementara Mariam dan Sutijah tetap pada tempat

duduknya. *kegiatan yang dilakukan Bakir digambarkan hanya angan-angan

Sutijah dan Mariam.

Bakir : “Ah, nanggung nih belum abis makanannya. Lagi baru aja

istirahat, cepet banget masuknya sih. Ah, nanti bilang aja sama

pak Sirad abis ke wc. Sakit perut hehehe”

Setengah jam kemudian

Pak Sirad : Melihat Bakir meminta izin masuk kelas “Sudah setengah jam

pelajaran, dari mana saja kamu?”

Bakir : “Abis dari wc pak, sakit perut”. Sambil memegang perut, dalam

hati Bakir mengeluh benar-benar merasa sakit perut, karma

mungkin.

Pak Sirad : kepada Bakir “Kamu ke UKS aja, biar sakit perut kamu

sembuh.”

kepada siswa di kelas “Anak-anak kita lanjutkan pembagian

hadiah voucher makan di kantin ini, siapa yang bisa jawab?”

Bakir : dalam hati “Ha! Uda sakit perut beneran, gak kebagian voucher

makan lagi”

Bakir dan Pak Sirad keluar ruangan.

Mariam : “Tuh dari hal kecil aja kita uda gak jujur, akhirnya tanggung

jawab kita buat belajar jadi terbengkalai kan.”

Sutijah : “Ya itu sih tergantung orangnya aja, masa mau boong terus.

Lagian belajar sama Bu Basirah kan enak, orangnya baik. Dan

siapa pun gurunya bukannya belajar kewajiban kita ya?”

Mariam : “Iya sih, kalo gurunya gak asik korupsi kayak gitu kayak sesuatu

yang wajar.”

Sutijah : “Nah, permikiran mewajarkan kesalahan itu yang bikin praktik

korupsi makin subur.”

Mariam : “Ya gak selamanya sih, kalau kayak gini, aku juga ngeliatnya

males.”

Bapak Thiaw Lie mengantar anaknya Basirah yang terlambat masuk kelas

Pak Sirad

Bapak Thiaw Lie : “Maaf Bapak, anak saya terlambat, supir saya ngendarain

mobil mercedes baru saya itu, hemmm ... pelan-pelan

sekali, takut lecet katanya pak. Ini juga anak saya, mandi

Page 147: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

sama dandannya lama sekali pak. Jadi makin telat pak,

mohon maaf bapak.”

Basirah : “Hehehe. Kan kalo tampil cantik jadi semangat diliatin

temen, eh semangat belajar.”

Pak Sirad : “Oh ya, bukan biasanya Basirah di antar sama mama nya

jalan kaki, kan rumahnya gak jauh dari sekolah kan pak?”

Bapak Thiaw Lie : “Hehe iya pak ya mulai sekarang Basirah ke mana-mana

harus di anter sama supir dengan mobil mercedes barunya

pak, khawatir saya”

Pak Sirad : “Oh begitu, baik pak. Basirah silahkan masuk.”

Setelah Bapak Thiaw Lie pergi

Pak Sirad : “Basirah, kurangi dandan berlebihan kamu, sederhana

saja seperti teman-teman kamu, karena pelajar itu dilihat

dari kepandaiannya, bukan dari penampilannya, apa lagi

kamu jadi mengabaikan disiplin masuk tepat waktu. PR

kamu uda?”

Basirah : “Hehehe uda pak ... eh sedikit lagi ... eh belum pak.”

Pak Sirad : “Hmm ...”

Pak Sirad dan Basirah keluar ruangan.

Mariam dan Sutijah : “Ya kalau modelnya kayak gitu sih “MASIH MAU

KORUPSI?”

Page 148: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

Koperasi Guru dan Karyawan

SMA NEGERI 5 JAKARTA

Jl. Tebet Timur Raya Jakarta Selatan

Lembar Jawaban

Soal

1. Jelaskan kedudukan tokoh dan sifat atau karakter tokoh yang terdapat

dalam novel Korupsi! Berikan alasanmu!

2. Terdapat tiga cara penggambaran tokoh yang digunakan pengarang.

Bagaimanakah cara penggambaran tokoh dalam novel Korupsi? Jelaskan

masing-masing dengan memberikan tiga contoh kutipan dalam novel!

3. Buatlah naskah drama dengan ketentuan menggunakan nama tokoh

seperti yang terdapat dalam novel Korupsi, kamu memiliki kebebasan

mengubah karakter tokoh sesuai kebutuhan cerita yang mengandung nilai

antikorupsi meliputi 1) jujur, 2) tanggung jawab, 3) disiplin dan 4)

kesederhanaan!

Jawaban

1. ........................................................................................................................

........................................................................................................................

........................................................................................................................

........................................................................................................................

........................................................................................................................

........................................................................................................................

2. ........................................................................................................................

........................................................................................................................

........................................................................................................................

........................................................................................................................

........................................................................................................................

........................................................................................................................

3. ........................................................................................................................

........................................................................................................................

........................................................................................................................

........................................................................................................................

........................................................................................................................

........................................................................................................................

No Absen :

Nama :

Kelas :

Bidang Studi :

Hari/Tanggal :

Nilai Paraf

Guru Orang Tua

Page 149: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

Lampiran 2

Sinopsis Novel Korupsi

Korupsi adalah sebuah novel yang menceritakan tentang kehidupan

seorang pegawai negeri yang berusaha untuk menutupi kekurangan

ekonomi keluarganya dengan cara korupsi. Bakir, seorang pegawai negeri

yang telah mengabdi selama dua puluh tahun. Berasal dari keturunan yang

juga pegawai negeri. Baginya menjadi pegawai negeri adalah suatu

kehormatan. Harapan itu tertuang pada nama yang ia berikan kepada

keempat anaknya, dengan inisial B: Bakri, Bakar, Basir dan Basirah.

Dalam novel ini PAT memotret bagaimana keadaan sosial yang terjadi

pada masa itu, gaji pegawai negeri yang kurang mencukupi untuk

kebutuhan hidup keluarga. Dalam novel diceritakan semakin hari

kebutuhan keluarga Bakir semakin banyak sedangkan harta Bakir sedikit

demi sedikit menghilang untuk menutupi kebutuhan keluarga. Bagian

depan rumahnya disewakan pada orang Tionghoa, kendaraan bermotor

berubah menjadi sepeda tua yang berkarat dan harta berharga lainnya telah

berubah menjadi surat pegadaian. Keadaan bertambah sulit ketika anak-

anak Bakir yang semakin dewasa akan melanjutkan pendidikan yang lebih

tinggi. Kegelisahan Bakir memikirkan biaya sekolah anak membuat

pikirannya tak tenang. Ia melihat kawan-kawannya yang mujur dalam

kehidupan. Orang-orang yang pernah menjadi bawahannya bisa lebih

makmur dari dirinya. "Apakah yang bisa diperolehnya dengan

kejujurannya itu? Paling sedikit seratus orang telah menyesalkan

kejujuranku yang tidak menghasilkan apa-apa ini" Terniatlah dalam hati

Bakir, satu kata : Korupsi!1 Dalam perjalanan melaksanakan niat untuk

korupsi, Bakir mendapat tantangan dari istri dan asistennya sendiri.

Tantangan terbesar yang dihadapi Bakir justru berasal dari diri sendiri,

ketika kejujuran yang selama ini dipegangnya harus ditinggalkannya untuk

melakukan korupsi.

Korupsi pertama yang dilakukan Bakir adalah mengambil persediaan

alat tulis kantor dan menjualnya ke Taoke di Pasar Senen. Taoke hanya

1 Pramoedya Ananta Toer, Korupsi, (Jakarta: Hasta Mitra, 2002), h. 3-4.

Page 150: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

menghargai barang „kutipan‟ tersebut sebesar Rp 20. Di tengah konflik

batin dalam diri Bakir, antara melanjutkan niatnya untuk melakukan

korupsi atau tetap hidup tenang meski kekurangan, Bakir mendapat

pembenaran dalam dirinya “Kalau aku terima uang sebagai tanda terima

kasih, apa salahnya? Itu bukan pelanggaran dan juga bukan kejahatan”.2

Nyatanya, pembenaran tersebut hanyalah penghibur diri di tengah

kecemasan ada yang menyadari tindakannya. Namun, tekad yang telah

tertanam dalam diri Bakir melangkahkan kakinya untuk melakukan

korupsi yang lebih besar, memanipulasi pembelian kerja sama dengan

Taoke di Jakarta Kota.

Di rumah, Istri yang telah mendampinginya selama 15 tahun seakan-

akan bisa mencium niat korupsi Bakir. Istri Bakir mengutarakan ketakutan

jika suatu hari membaca nama suaminya di koran sebagai koruptor.

Baginya lebih baik hidup tenang-tenang. Bakir yang merasa melakukan

korupsi untuk menutupi kekurangan ekonomi keluarga menantang istrinya

“Kalau aku mau korupsi, apa engkau mau berkata?”. Istrinya berusaha

mengingatkan Bakir tetapi ia tidak mengacuhkannya. “Kalau benteng

kejujuranmu telah tembus untuk pertama kali. Engkau akan menyerah.

Terus menyerah pada nafsu-nafsumu dan engkau tidak akan dapat

memiliki bentengmu lagi. Cuma tenaga di luar dirimu saja yang bisa

menolongmu”.3

Setelah mendapat tentangan keras dari istri, Bakir mulai melirik gadis

yang sering ada di lamunannya, Sutijah. Sutijah berusia 20 tahun. Hidup

berdua dengan ibunya di kawasan kumuh. Bakir memberikan uang

korupsinya pada Sutijah. Gadis polos yang telah mencecap kekejaman

hidup akhirnya luluh dalam rayuan rupiah. Bakir meninggalkan istri dan

empat anaknya dan menikahi Sutijah. Mereka tinggal di rumah yang besar

di kawasan puncak Bogor. Perubahan Bakir sekarang nampak jelas;

dandanannya semakin perlente, sepeda tua berganti dengan mobil

2 Ibid., h. 75-76.

3 Ibid., h. 48.

Page 151: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

Lampiran 2

Plymouth dan kemeja selalu buatan luar negeri. Penduduk di sekitar rumah

menghormatinya karena ia tidak pelit mengeluarkan uang untuk bantuan

sosial.

Meskipun telah melakukan korupsi selama hampir dua tahun, dan

telah menghasilkan harta yang diidamkannya, Bakir tetap diliputi konflik

batin. Kali ini, Bakir merasa harta yang ia miliki tidak memberi kedamaian

batin. Dalam lamunannya, Bakir teringat istri dan anak-anaknya yang setia

menemani dalam kesenangan maupun kemiskinan. Berbeda dengan

Sutijah yang makin lama makin cantik namun tidak bisa memberikan

kebahagiaan lagi, bahkan menjadi biang keladi perasaan duka dan

kemuraman.

Bakir tertangkap polisi ketika sedang mengirimkan uang untuk Sutijah

dikantor pos. Namun, Bakir tertangkap bukan karena korupsi melainkan

diduga menyebarkan uang palsu. Di penjara, Bakir dikunjungi oleh istri

dan keempat anaknya, mereka masih tetap pada pendiriannya bahwa Bakir

tetap suami dan ayah dari anak-anak mereka. Dan di akhir cerita, Bakir

mengartikan dirinya sebagai “Golongan tua yang sebaiknya lenyap dan

tidak ada lagi faedahnya bertahan di balik benteng kepalsuan”4 dan Sirad

sebagai golongan muda yang berada “Di gelanggang perjuangan di mana

ia dan angkatannya sedang menjawab tantangan hari depan – buat dirinya,

buat tanah air dan sejarahnya”.5

4 Ibid., h. 158.

5 Ibid., h. 160.

Page 152: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

LEMBAR PENGESAHAN UJI REFERENSI

Nama

NIM

Jurusan

Fakultas

Judul Skripsi

Dosed Pembimbing

Taufik Hidayatulloh

I 1 I 1013000101

Pendidikan Bahbsa dan Sastra Indonesia

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Pendidikan Antikorupsi dalam Novel Korupsi KaryaPramoedya Ananta Toer dan Lnplikasinya padaPembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Rosida Erowati, M.Hum.

Paraf

BAB I

1

Savitri Scherer. PramoedyaAnanta Toer: Luhur dalamIdeologi. Depok: KomunitasBambu.2012.

1, xvii. 1 &2

Tahar Ben Jelloun. Korupsi. Te1.dan L'Homme Rompu oleh OkkeK.S. Zaimar. Jakarta: PT SerambiIlmu Semesta,2010.

5, 11 1,3 4

J

Mega Fiyani, "Nilai Sosial dalamNovel Bukan Pasar Malam KaryaPramoedya Ananta Toer;knplikasinya terhadapPembelajaran Sastra. " Skrips i padaLIIN Syarif Hidayatullah lakarta,Jakarta. 2011. tidakdipublikasikan.

27 I 4

4

Rosihan Anwar. "GegerDikalangan Pamong Pradja."Siasat Warta Sepekan. Jakarta, l0Oktober 1954.

5 2 #5

A.Teeuw. Citra ManusiaIndonesia dalam Karya SastraPramoedya Ananta Toer. Jakarta:Dunia Pustaka Jaya, 1997.

403, 195,29,205

)1-) - 4

Page 153: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

6

Koh Young Hun. PramoedyaMenggugat: Melacak JejakIndonesia.lakarta: GramediaPustaka Utama, 2011.

15,20 2 47

HB. Jassin. KesusasteraanIndonesia Modern dalam Kritikdan Essei.lakarta: Gunung Agung,t962.

t39 J 48

Rivai Apin. "Tokoh2 Mati:Korupsi Novel Pramesflya AnantaToer dalam Madjalah Indonesia."Siasat Warta Sepelmn. Iakarta,22Azustus 1954.

25 3 &

9

Martina Heinschke. "BetweenGelanggang and Lekra:Pramoedya's Developing LiteraryConcepts." Jurnal Indonesia, Y ol.61, April 1966.

159 J &l0

Bersihar Lubis. "Narsisme HarapMinggir." Majalah Gamma,Jakarta, 31 Mei-6 Juni 2000.

92 J +11

Transp arency International."P erb aikan P enegakan Hukum,Perkuat KPK, Benahi LayananPublik." www.ti.or.id, 02 Februari2016

5 &t2

Iman Santoso. "28 Siswa LulusSekolah Antikorupsi." Integrito,Jakarta, September-Oktober 20 1 5.

54 6 fr13

Sheto Risky Prabowo. "KPK Ajak25 Guru Menulis Antikornpsi."Integrito, Jakarta, September-Oktober 2015.

37 6 +t4

Sheto Risky Prabowo. "KPKSelaraskan PendidikanAntikorupsi." Integrito, Jakarla,September-Oktober 20 I 5.

1 6 h15

Johan Budi, dkk. MenyalakanLilin di Tengah Kegelapan.Jakarta: Spora Communications,2007.

75 6 $

Page 154: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

16

Boy S. Sabarguna. Analisis Datapada Penelitian Kualitatif.Jakarta: LII-Press, 2005.

10 9 dl7

Wahyudi Siswanto. PengantarTeori Sastra.Jakarta: Grasindo,200 8.

183, 179 9, 10 .1-l

18

Nyoman Kutha Ratna. ParadigmaSosiologi Sastra. Yogyakarta:Pustaka Pelajar, cet. ke 2,2009.

13 10 .l.o

BAB II

t9Redatin Parwadi.Korupt o I o gi. Yo gyakarta:Kanisius,2010.

4t, 56 13, 15 &

20

Departemen Pendidikan Nasional.Kamus Besar BahasaIndonesia.lakarta: PT GramediaPustaka Utama, 2008.

736,969 14, t9 &

2l

Andi Hamzah. PemberantasanKorupsi Melalui Hukum PidanaNasional dan Internasional.Jakarta: Rajawali Pers, 2008.

279 15 4

22

Anwary. Perang MelawanKorupsi. Jakarta: InstitutPengkajian Masalah-masalahPolitik dan Ekonomi, 2012.

t26 15 J^

23

Boesono Soedarso. LatarBelakang Sejarah dan KulturalKorupsi di Indonesia. Jakarta: UIPress. 2009.

l0 15 424

Mansyur Semma. Negara danKorupsi: Pemikiran MochtarLubis Atas Negara, MarutsiaIndonesia dan Perilaku Politik.Jakarta: Yayasan Obor, 2008.

JJ l5

25

David H. Bayley. Akibat-akibatKortqsi pada Bangsa-bangs.rsedang Berkembang. Te{. dar,The Effect of Corruption In aDevelopins Nation oleh Muchtar

86 15

+

$

Page 155: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

Lubis dan James C.Scott. Jakarta:LP3S, l9gg

26

Nanang Puspito (eds). PendidikanAnti Korupsi untuk PerguntanTinggi.lakarta: Kemendikbud,20t1.

iii, 75 16, 18 &27

Yuli Astuti. "Nilai dan PrinsipAntikorupsi."http://diskopulon.natunakab. go.id,02 Awil2016

18 +28

Wahyudi Siswanto. PengantarTeori Sastra, Jakarta:Grasindo,2008.

46,143, 16l.t59-160,152,

188

18,22,24,26,28,33 fl

29

Burhan Nurgiyantoro, TeoriP engkaj ian Fiksi. Yo gyakarta :

Gadjah Mada University Press,2009.

12, ll4,133,116,247-249,261,265-266,

279-283,165-t67,

213-216,303,3t5-322,249,

347-361

19,20,21,24,

27,28,30 I30

Henry Guntur Tarigan. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra.Bandtng;Angkasa,1986.

16s t9 +31

Rene Wellek dan Austin Warren.Teori Sastra. Terj. dari, Theory ofLiterature oleh Melanie Budianta.Jakarta: Gramedia, 1993.

282,287,291, ll0

19,23,27,32 s

32Melanie Budianta. Me.mbacaSastra. Magelang: Indonesia Tera,2002.

86 20 #33

The American HeritageDictionary of the EnglishLanguage, "Antihero."http : //thefreedictionary. c om/antihero, 18 Juni 2016

22

34Abrams. A Glossary of LiteraryTerms.United States of America:Comell University, 1 999.

1l 22 +35

Jan Van Luxemburg, Mieke Baldan Williem G Wetsteijn.Pengantar llmu Sastra. Teq'. dariInleidins In de

749,23 24,32 #

4

Page 156: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

Literatuurwetenschap oleh DickHartanto. Jakarta: Gramedia,1992, cet. 4.

36

Gorys Keraf. Dilrsi dan GayaBahasa. Jakarta: PT GramediaPustaka Utama, 2008. Cet. ke-l8.

tt2, tt2:t45. 31, 32 &37

Nyoman Kutha Ratna. ParadigmaSosiologi Sastra. Yogyakarta:Pustaka Pelajar, cet. ke 2,2009.

1-3 32

38Robert Escarpit. PengantarSosiolo gi Sastra. Jakarta: YayasanObor Indonesia, 2005.

t7 33 +39

Andi Sinulinggu. Berharap padaPemuda? Jakarta: Suara Karya,2006.

82 33 +40

Sihaloholistick. "Pembelajarandan Teori Apresiasi Sastra."wwwjendelasastra.com, 11

Desember 2015

JJ

4lRahmanto, B. Metode PengajaranSastra. Yogyakarta: Kanisius,1988.

17,66-79 33,36 &42

Lulsnanul Hakiim. PerencanaanPembelajaran. Bandung: CVWacana Prima,2009.

43 JJ +43

Mulyasa. Pengembangan danImplementasi Kurikulum 2013.Bandung: PT Remaja Rosdakarya,cet. ke-6, 2015.

65, t64 35,36 444

Awan Sundiawan. "SkenarioMengarahkan Generasi"https ://awan96 5.wordpress.com,14 Juli 2016

37

B,AB III

4t

Muhammad Muhibbuddin.Catatan dari Balik Penjara:Goresan Pena RevolusiPramoedya Ananta Toer.Yogyakarta; Zora Book, 2015

8,1,23 38, 39

+

+

&

Page 157: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

42

Saviki Scherer. PramoedyaAnanta Toer: Luhur dalamIdeologi. Depok KomunitasBambu,2012.

11, 16, xv,xvi, 18, ivii,

ll-r2,2039,39,

40,41,42 A

43

Koh Young Hun. PramoedyaMenggugat: Melacak JejakIndonesia. Jakarta: GramediaPustakaUtama,2011.

2,3,15,17,18,20, 11

38,39,40,41,42,46

44

A. Teeuw. Citra ManusiaIndonesia dalam Karya SastraPramoedya Ananta Toer. Jakarta:PT Dunia Pustaka Jaya,1997.

13,31,51,53,55,54 39,43,44

45

Hong Liu. "Pramoedya AnantaToer and China: TheTransfonnation of a CulturalIntellectual." Jumal Indonesia,Vol. 61, April 1966.

t2l 40 fl46

Pramoedya Ananta Toer. AnakSemua Bangsa. Jakarta: LenteraDipantara,2011.

i,4 42,46 4,47

Eka Kurniawan. "PramoedyaAnanta Toer, Belenggu di Pulau

Buru." http://ekakurniawan.net,09 Ferbuari 2015

43 J^

48

Martina Heinschke. "BetweenGelanggang and Lekra:Pramoedya's Developing LiteraryConcepts." Jurnal Indonesia, Y ol.61. April 1966.

159 44

49

August Hans den Bcef dan KeesSnoek. Saya Ingin Lihat Semua IniBerakhir. Jakarta: KomunitasBambu,2008.

44,45 45

50Eka Budianta. MendengarPramoedya. Jakarta: PT.Atmochademas Persad a, 2005.

21-22 46 &BAB IV

fl+

Page 158: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

51Pramoedya Ananta Toer. Korupsi.Jakarta: Hasta Mifra, 2002.

38-39, ll-13,49,55-57.,45,130,82,1,4,10,18, 10,11, 14, g, gg,

t38-142,42,97,38, 150-152,39,72,102, gi-93,101,6'7,60,155-156, 3,30,2,60,ll0, 117 dan151, 1-4,5, g,

14,37, 66-67,81,96-98,99-105, 106-108,116,139-t42,144,149,151,36,13, 63, 39,78,107, l3g,1ll,149,ll8, 57, 5,

62-67,79,95,29, l0g, 97 ,

68,39, lo7,3-4,20,70,64-66,15,106-108, 146,t24-r26,t4t-t43,37,87,48, 58,52, ll4-t15,53,62-67,15,66-67, r3t-133.44.

47-t09 ,fl

52

Rene Wellek dan Austin Warren.Teori Sastra. Jakarta: Gramedia,1993. Te{'. dari, Theory ofLiterature oleh Melanie Budianta.

287 60

53

A. Teeuw. Citra ManusiaIndonesia dalam Karya SostraPramoedya Ananta Toer. Jakarta:Dunia Pustaka Jaya. 1997.

204,203 64,70, B8

flfl

Page 159: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

54

Mansyur Semma. Negara danKorupsi: Pemikiran MochtarLubis Atas Negara, ManusiaIndonesia dan Perilaku Politik.Jakarta: Yayasan Obor, 2008.

81 70 d55

Rosihan Anwar. "GegerDikalangan Pamong Pradja."Siasat Warta Sepekan. Jakarta, 10

Oktober 1954.

5 73,78,88

56

Rivai Apin. "Suasana ljatutMeliputi Kehidupan Ekonomi."Siasat Warta Sepekan. Jakarta, 10

Oktober 1954.

364,74,

87,92,93 +57

Ahadi. "Apa Fungsi Pagar Rumah"http://www.il musipil.com, L1- Juni20L6

76 &58

Mochtar Lubis. Senja di Jakarta.Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya,Cet ke-2, 1981.

314 78 &59

Okky Madasari. 86. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka lJtama, Cet ke-3.2015.

230 78 &60

Ahmad Tohari. Orang-OrangProyek. Jakarta: PT GramediaPustaka Utama, Cet ke-2, 2015.

169 78 d.

6tRedatin Parwadi.Korupt o I o gi. Yo gyakarta:Kanisius,2010.

s6 87 .&

62Pramoedya Ananta Toer. BumiManusia. Jakarta: LenteraDipantara, Cet. ke-l 5, 2010.

179 91 s63

Dian Maharani. "Bacakan Pleidoi,Rudi Akui Terima Uang karenaTerpaksa."http//nasional.kompas. com 02 Mei20t6

93

64kpk.go.id, "Mengenai LHKPN"

http://kpk.go.id, 18 Juni 201699 +

65

Sosishot Project. "Berani Jujur?Hebat!" http://m.youtube.com,16 Juni 2016

113 +

0

Page 160: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. lr. H- Juanda No gS Ciputat 15112 lndonesia

FoRM (FR)

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-081

Tgl. Terbit : 1 Maret 2010

No. Revisi: : 01

Ha 111

SURAT BIMBINGAN SKRIPSI

Nomor : Un.01/F. lAer{.0r.11..31}-.. tzorbLamp. : -Hal : Bimbingan Skripsi

Nama

NIM

Jr:rusan

Semester

Judul Slaipsi

Tembusan:l. Dekan FITK2. Mahasiswaybs.

Jakarta, l6 Juni 2016

Kepada Yth.

RosidaErowati, M.HumPembimbing SkripsiFakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUIN Syarif HidayatullahJakarta.

Ass alamu' alailatm wr.wb.

Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing VII(materi/teknis) penulisan slaipsi mahasiswa:

: Taufik Hidayatulloh

I 1 1 1013000101

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

l0 (Sepuluh)

Pendidikan Antikorupsi dalam Novel Kompsi Karya

Pramoedya Ananta Toer dan Implikasinya pada Pembelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 2 September2015, abstraksiloutline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redalsional pada judultersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon peurbimbing menghubungiJurusan terlebih dahulu.

Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalani'waktu 6 (enam) bulan, dan dapatdiperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Was s al amu' a laibum wr.wb.

dan Sastra lndonesia

200901 1 015

Page 161: PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL KORUPSI ......Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Taufik Hidayatulloh Jakarta, 11 Juli 1991 I 1 1 1013000101 Pendidikan Bahasa'dan Sasha Indonesia

BIODATA

Taufik Hidayatulloh, anak kedua dari tiga bersaudara

ini lahir di Desa Ujung Pendok Indramayu, 11 Juli 1991.

Namun, karena urbanisasi yang dilakukan orang tua ke

ibu kota Jakarta dan urusan administrasi baru dibuat di

Jakarta, mengakibatkan pencatatan tempat lahir penulis

menjadi Jakarta.

Penulis menempuh pendidikan formalnya di TK Bina

Mulia, SDN 03, SMPN 73 dan SMA Muhammadiyah 5

yang semuanya berlokasi di Tebet. Setelah tamat SMA,

penulis mencoba mengejar cita-cita pertama dengan

mendaftar di Taruna Akademi Polisi TA. 2009 dan 2010. Namun, takdir berkata

lain dan membawa penulis mengejar cita-cita kedua. Kemudian, penulis memilih

Universitas Islam Negeri Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan program

studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia untuk mengejar cita-cita sebagai

guru.

Penulis memiliki hobi bermain sepak bola dan telah menghasilkan piala PBSI

CUP. Selain itu, penulis memiliki ketertarikan pada dunia film yang disalurkan

lewat merancang pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran audio

visual yang dapat menarik minat siswa dalam proses pembelajaran.

Pengabdian pendidikan pernah dijalankan penulis ketika PPKT di SMPN 87

Jakarta, kemudian ikut aktif sebagai sekretariat, liasion organizer (LO) maupun

tim penilaian dalam penyelenggaran event lomba SMP tingkat nasional pada

Lomba Karya Jurnalistik Siswa 2015, Kawah Kepemimpinan Pelajar 2015,

Lomba Penelitian Ilmiah Remaja 2015 dan Olimpiade Siswa Nasional 2016.