PENDEKATAN SAINTIFIC

68
DIKLAT

description

pendekatan saitnifik dalam pembelajaran IPA

Transcript of PENDEKATAN SAINTIFIC

Page 1: PENDEKATAN SAINTIFIC

DIKLAT

Page 2: PENDEKATAN SAINTIFIC

Mushala FMIPA UNNESMenyejukkan hati

Page 3: PENDEKATAN SAINTIFIC

Taman di Kampus UNNESMenyejukkan mata

Page 4: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 4

Company Proprietary and Confidential

PENGEMBANGANPENGEMBANGANMATERI MATERI

PEMBELAJARANPEMBELAJARANDENGAN DENGAN

PENDEKATAN PENDEKATAN

SAINTIFIKSAINTIFIK

Page 5: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 5

Company Proprietary and Confidential

ESENSI PENDEKATAN ILMIAH

Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.

PENALARAN DEDUKTIF(Deductive Reasoning)

Umum Spesifik

PENALARAN INDUKTIF(Inductive Reasoning)

SpesifikUmum

para ilmuwan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deductive reasoning).

Page 6: PENDEKATAN SAINTIFIC

Tujuan Pendidikan Nasional(Pasal 3 UU No 20 Sisdiknas Tahun 2003)

Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sikap Spiritual

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

Sikap Sosial berakhlak mulia, sehat, mandiri, dan demokratis serta bertanggung jawab

Pengetahuan berilmuKeterampilan cakap dan kreatif

Page 7: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 7

Company Proprietary and Confidential

LANGKAH PENDEKATAN ILMIAH

Page 8: PENDEKATAN SAINTIFIC

8

Kriteria Proses Pembelajaran Ilmiah

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

Page 9: PENDEKATAN SAINTIFIC

9

Kriteria Proses Pembelajaran Ilmiah

4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Page 10: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 10

Company Proprietary and Confidential

Intuisi

Akal sehat

Prasangka

Coba coba

Berfikir kritis

Perilaku non-Ilmiah

PERILAKU NON-ILMIAH

Page 11: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 11

Company Proprietary and Confidential

AFEKTIF

Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘mengapa’..

Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘bagaimana’.

PSIKOMOTORIK

Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘apa’.

KOGNITIF

PROSES PEMBELAJARAN BERBASIS SAINTIFIK/ILMIAH

Page 12: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 12

Company Proprietary and Confidential

LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN SAINTIFIK

Pembelajaran saintifik terdiri atas lima langkah, yaitu Observing (mengamati), Questioning (menanya), Associating (menalar), Experimenting

(mencoba), Networking (membentuk Jejaring/ mengkomunikasikan)

Observing(mengamati)

Questioning(menanya)

Associating(menalar)

Experimen-ting

(mencoba)

Networking(mengkomu

nikasikan)

Page 13: PENDEKATAN SAINTIFIC

Click to edit Master title styleMengamati (Observing)

Melihat, Mengamati, Membaca, Mendengar, Menyimak, (Tanpa dan/atau dengan alat)

Menanya(Questioning)

• Mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai ke yang bersifat hipothesis

• Diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri (menjadi suatu kebiasaan)

Mengumpulkan data (Experimenting)

• Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan yang diajukan

• Menentukan sumber data (benda, dokumen, buku, ekperimen)

• Mengumpulkan dataMengasosiasi(Associating)

• Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan hubungan data/kategori

• Menyimpulkan dari hasil analisis data • Dimulai dari Unstructured - Uni Structure - Multi Structure -

Complecated StructureMengkomunikasikan(Communicating)

• Menyampaikan hasil konseptualisasi• Dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar, atau

media lainnya

Page 14: PENDEKATAN SAINTIFIC

Pendekatan Pembelajaran Saintifik

Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.

Model pembelajaran yang diperlukan adalah a) yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan

berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa.

b) yang mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar, bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta didik.

Page 15: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 15

Company Proprietary and Confidential

Mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaning full learning). Mengamati memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.

Mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.

1. OBSERVING (mengamati)

Page 16: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 16

Company Proprietary and Confidential

1. Menentukan objek apa yang akan diobservasi2. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingku

p objek yang akan diobservasi3. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder4. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi5. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar6. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.

LANGKAH KEGIATAN MENGAMATI (OBSERVASI)

Page 17: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 17

Company Proprietary and Confidential

Observasi berstruktur : Pada observasi berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, fenomena subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh peserta didik telah direncanakan oleh secara sistematis di baw

ah bimbingan guru..

Observasi berstruktur : Pada observasi berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, fenomena subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh peserta didik telah direncanakan oleh secara sistematis di baw

ah bimbingan guru..

Observasi tidak berstruktur. Pada observasi yang tidak berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, tidak

ditentukan secara baku atau rijid mengenai apa yang harus diobservasi oleh peserta didik. Dalam kerangka ini, peserta

didik membuat catatan, rekaman, atau mengingat dalam memori secara spontan atas subjek, objektif, atau situasi

yang diobservasi.

Observasi tidak berstruktur. Pada observasi yang tidak berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, tidak

ditentukan secara baku atau rijid mengenai apa yang harus diobservasi oleh peserta didik. Dalam kerangka ini, peserta

didik membuat catatan, rekaman, atau mengingat dalam memori secara spontan atas subjek, objektif, atau situasi

yang diobservasi.

PELAKSANAAN OBSERVASI

Page 18: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 18

Company Proprietary and Confidential

Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran. Banyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas subjek, objek, atau situasi yang diobservasi. Makin banyak dan hiterogen subjek, objek, atau situasi yang diobservasi, makin sulit kegiatan obervasi itu dilakukan.

PRINSIP-PRINSIP OBSERVASI

Sebelum observasi dilaksanakan, guru dan peserta didik sebaiknya menentukan dan menyepakati cara dan prosedur pengamatan.

Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.

Page 19: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 19

Company Proprietary and Confidential

Praktik observasi dalam pembelajaran hanya akan efektif jika peserta didik dan guru melengkapi diri dengan dengan alat-alat pencatatan dan alat-alat lain, seperti:

(1) tape recorder, untuk merekam pembicaraan; (2) kamera, untuk merekam objek atau kegiatan secara visual; (3) film atau video, untuk merekam kegiatan objek atau secara audio-visual; (4) alat-alat lain sesuai dengan keperluan.

Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi, dapat berupa daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale), catatan anekdotal (anecdotal record), catatan berkala, dan alat mekanikal (mechanical device).

Page 20: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 20

Company Proprietary and Confidential

2. QUESTIONING (menanya)

Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik.

Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.

Page 21: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 21

Company Proprietary and Confidential

1. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran; 2. Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri; 3. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan rancangan untuk mencari solusinya; 4. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan; 5 Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar;

FUNGSI BERTANYA

Page 22: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 22

Company Proprietary and Confidential

6. Mendorong partisipasipeserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan; 7. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok; 8. Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul; dan9 Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.

Page 23: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 23

Company Proprietary and Confidential

(1) Singkat dan jelas; (2) Menginspirasi jawaban; (3) Memiliki fokus; (4) Bersifat probing atau divergen; (5) Bersifat validatif atau penguatan; (6) Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir

ulang; (7) Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif; (8) Merangsang proses interaksi.

KRITERIA PERTANYAAN YANG BAIK

Page 24: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 24

Company Proprietary and Confidential

Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan berbagai peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar.

3. ASSOCIATING (menalar)

Page 25: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 25

Company Proprietary and Confidential

Menurut teori asosiasi, proses pembelajaran akan berhasil secara efektif jika terjadi interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik.

Pola interaksi itu dilakukan melalui Stimulus dan Respons (S-R). Teori ini dikembangan kerdasarkan hasil eksperimen Thorndike, yang kemudian dikenal dengan teori asosiasi.

Menurut Thorndike, proses pembelajaran, lebih khusus lagi proses belajar peserta didik terjadi secara perlahan atau inkremental/bertahap, bukan secara tiba-tiba.

Thorndike mengemukakan berapa hukum dalam proses pembelajaran : (1) Hukum Efek; (2) Hukum Latihan; (3) Hukum Kesiapan

TEORI ASOSIASI

Page 26: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 26

Company Proprietary and Confidential

Hukum efek (The Law of Effect), di mana intensitas hubungan antara stimulus (S) dan respon (R) selama proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh konsekuensi dari hubungan yang terjadi. Jika akibat dari hubungan S-R itu dirasa menyenangkan, maka perilaku peserta didik akan mengalami penguatan. Sebaliknya, jika akibat hubungan S-R dirasa tidak menyenangkan, maka perilaku peserta didik akan melemah.

Menurut Thorndike, efek dari reward (akibat yang menyenangkan) jauh lebih besar dalam memperkuat perilaku peserta didik dibandingkan efek punishment (akibat yang tidak menyenangkan) dalam memperlemah perilakunya. Ini bermakna bahwa reward akan meningkatkan perilaku peserta didik, tetapi punishment belum tentu akan mengurangi atau menghilangkan perilakunya.

Hukum Efek (The Law of Effect)

Page 27: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 27

Company Proprietary and Confidential

Hukum latihan (The Law of Exercise). Thorndike. berpendapat bahwa ada dua latihan. Pertama, Law of Use yaitu hubungan antara S-R akan semakin kuat jika sering digunakan atau berulang-ulang. Kedua, Law of Disuse, yaitu hubungan antara S-R akan semakin melemah jika tidak dilatih atau dilakukan berulang-ulang.Menurut Thorndike, perilaku dapat dibentuk dengan menggunakan penguatan (reinforcement). Memang, latihan berulang tetap dapat diberikan, tetapi yang terpenting adalah individu menyadari konsekuensi perilakunya.

Hukum Latihan (The Law of Exercise)

Page 28: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 28

Company Proprietary and Confidential

Hukum kesiapan (The Law of Readiness). Menurut Thorndike, pada prinsipnya apakah sesuatu itu akan menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk dipelajari tergantung pada kesiapan belajar individunya. Dalam proses pembelajaran, hal ini bermakna bahwa jika peserta dalam keadaan siap dan belajar dilakukan, maka mereka akan merasa puas. Sebaliknya, jika pesert didik dalam keadaan tidak siap dan belajar terpaksa dilakukan, maka mereka akan merasa tidak puas bahkan mengalami frustrasi.

Hukum kesiapan (The Law of Readiness)

Page 29: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 29

Company Proprietary and Confidential

4. EXPERIMENTING (mencoba)

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA, misalnya,peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.

Page 30: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 30

Company Proprietary and Confidential

(1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data;(6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.

AKTIVITAS PEMBELAJARAN METODE EKSPERIMEN

Page 31: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 31

Company Proprietary and Confidential

(1) Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid (2) Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan (3) Perlu memperhitungkan tempat dan waktu (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid (5) Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan dijadikan eksperimen (6) Membagi kertas kerja kepada murid (7) Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, (8) Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.

KEGIATAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

Page 32: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 32

Company Proprietary and Confidential

5. NETWORKING (membentuk jejaring)

Jejaring Pembelajaran disebut juga Pembelajaran Kolaboratif, merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas / sekolah.

Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama.

Page 33: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 33

Company Proprietary and Confidential

Guru dan peserta didik saling berbagi informasi. Dengan pembelajaran kolaboratif, peserta didik memiliki ruang gerak untuk menilai dan membina ilmu pengetahuan, pengalaman personal, bahasa komunikasi, strategi dan konsep pembelajaran sesuai dengan teori, serta menautkan kondisi sosiobudaya dengan situasi pembelajaran.

Di sini, peran guru lebih banyak sebagai pembimbing dan manajer belajar ketimbang memberi instruksi dan mengawasi secara rijid.

Berbagi Informasi

Page 34: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 34

Company Proprietary and Confidential

Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berbagi tugas dan kewenangan dengan peserta didik, khususnya untuk hal-hal tertentu. Cara ini memungkinan peserta didik menimba pengalaman mereka sendiri, berbagi strategi dan informasi, menghormati antar sesama, mendorong tumbuhnya ide-ide cerdas, terlibat dalam pemikiran kreatif dan kritis serta memupuk dan menggalakkan mereka mengambil peran secara terbuka dan bermakna.

Berbagi tugas dan kewenangan.

Page 35: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 35

Company Proprietary and Confidential

Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berperan sebagai mediator atau perantara. Guru berperan membantu menghubungkan informasi baru dengan pengalaman yang ada serta membantu peserta didik jika mereka mengalami kebutuan dan bersedia menunjukkan cara bagaimana mereka memiliki kesungguhan untuk belajar.

Guru sebagai mediator

Page 36: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 36

Company Proprietary and Confidential

Kelompok peserta didik yang heterogen. Sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didk yang tumbuh dan berkembang sangat penting untuk memperkaya pembelajaran di kelas. Pada kelas kolaboratif peserta didik dapat menunjukkan kemampuan dan keterampilan mereka, berbagi informasi,serta mendengar atau membahas sumbangan informasi dari peserta didik lainnya. Dengan cara seperti ini akan muncul “keseragaman” di dalam heterogenitas peserta didik.

Kelompok peserta didik yang heterogen

Page 37: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 37

Company Proprietary and Confidential

PEMBELAJARAN KIMIA MELALUI PRAKTIKUM IPA

Page 38: PENDEKATAN SAINTIFIC
Page 39: PENDEKATAN SAINTIFIC

Karakteristik Materi KimiaKarakteristik Materi Kimia

Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan energitika zat.

Karena itu mata pelajaran kimia di SMA / MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur, dan sifat, perubahan, dinamika, dan energitika zat.

Page 40: PENDEKATAN SAINTIFIC

Penemuan Kimia

Page 41: PENDEKATAN SAINTIFIC

Karakteristik Materi KimiaKarakteristik Materi KimiaAda dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu

a) kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori) temuan ilmuwan,

b) kimia sebagai proses (kerja ilmiah), itulah sebabnya pembelajaran kimia hendaknya memperhatikan hal tersebut.

Page 42: PENDEKATAN SAINTIFIC

Bangunan Ilmu Kimia

"Tembok bangunan" konsep kimia dibangun dari susunan "batu bata" hasil penelitian ilmuwan

kimia di laboratorium.

Karena itu,jika ingin mencetak ilmuwan kimia, mulailah

dengan cara para ilmuwan membangun konsep kimia

yaitu beri siswa pengalaman langsungbekerja di laboratorium kimia

Page 43: PENDEKATAN SAINTIFIC

Peranan Laboratorium dalam PendidikanPeranan Laboratorium dalam Pendidikan

Peranan laboratorium dalam pendidikan ini akan melengkapi kompetensi siswa dalam aspek-aspek berikut ini:

a.Menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan dalam pengamatan, kecermatan mencatat saat pengamatan, dan tahap pengumpulan data.

b.Kemampuan dalam menyusun hasil-hasil pengamatan dan penganalisisan untuk menentukan ketertaturan guna menafsirkan hasil pengamatanya.

c.Kemampuan dalam menarik kesimpulan secara logis berdasarkan petunjuk-petunjuk eksperimen, mengembangkan model, dan menyusun teori.

Page 44: PENDEKATAN SAINTIFIC

Peranan Laboratorium ....Peranan Laboratorium ....d.Kemampuan mengkomunikasikan secara jelas

dan lengkap hasil-hasil percobaan.e.Ketrampilan dalam merancang suatu percobaan,

merancang urutan kerja dan cekatan dalam melaksanakannya.

f. Ketrampilan memilih dan mempersiapkan peralatan dan bahan, ketrampilan dalam menggunakan peralatan dan bahan serta cekatan dalam menyusun perangkat peralatan untuk tujuan percobaan.

g.Ketaatan dalam mematuhi pentunjuk dan tata tertib kerja dan untuk menghindari diri dari tindakan yang melanggar larangan kerja.

Page 45: PENDEKATAN SAINTIFIC

Peran Praktikum KimiaPraktikum kimia pada dasarnya merupakan pengejawantahan pelajaran kimia yang telah diterima di kelas. Perannya adalah

1. Menanamkan sikap keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keteraturan alam dan keindahannya.

2. Memupuk dan mengembangkan sikap ilmiah yang mencakup: sikap obyektif dan jujur terhadap fakta, sikap terbuka yang tersedia menerima pendapat orang lain serta mau mengubah pendapatannya jika ada bukti bahwa pendapatannya tidak benar, tekun, dan tidak berinisiatif serta kreatif mengembangkan hal-hal baru, integritas pribadi, dan mampu bekerjasama dengan orang lain.

3. Mengembangkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, misalnya pada saat observasi siswa belajar bagaimana menguji hipotesis dengan rancangan sendiri, memasang dan menggunakan alat, mencatat dan mengolah data, melakukkan interpretasi dan analisi data sehingga membuat kesimpulan serta melaporankan hasilnya.

4. Mampu memanfaat sains untuk menjelaskan prinsip sains pada produk teknologi, dan merancang/membuat produk teknologi sehari-hari dengan menerapkan prinsip sains serta mampu mengelola lingkungan secara bijaksana.

Page 46: PENDEKATAN SAINTIFIC

Elektrolisis air sederhana:1. Bongkar batu baterei bekas2. Ambil batang karbon-nya3. Amplas batang karbon4. Potong batang karbon jadi 2

bagian5. Ikatkan kabel terinsulasi pada

masing2 potongan batang karbon

6. Masukkan 2 tabung reaksi dengan bagian lubang di bawah kedalam larutan asam (boleh gunakan asam cuka atau sejenisnya, cari variasi berbagai larutan)

7. Masukkan 2 potongan batang karbon yang sdh terhubung kabel tertutup.

8. Hubungkan kabel dengan 3 batu baterei yang masih berfungsi.

9. Amati apa yang terjadi, catat.10. Uji isi gas pada setiap tabung

reaksi dengan api dari korek api

11. Apa yang terjadi?

SELINGAN

Page 47: PENDEKATAN SAINTIFIC

SELINGAN!

Bagaimana membuktikan bahwa lilin mengandung hidrogen dan

karbon?

Perhatikan gambar di samping!

Page 48: PENDEKATAN SAINTIFIC

Praktikum:Membedakan Senyawa Ionik dengan Kovalen

Membedakan senyawa ionik dengan kovalen berdasarkan sifat-sifatnya:

a) perbedaan daya hantar listrik: senyawa ionik jika dilarutkan dalam air akan terionisasi, senyawa kovalen sebaliknya

b) perbedaan titik leleh: gaya intermolekuler senyawa kovalen rendah sehingga titik lelehnya rendah, senyawa ionik sebaliknya

c) sifat fisik / fase zat: konsekuensi dari nomer 2) adalah perbedaan fasa pada keadaan standar atau suhu kamar

Page 49: PENDEKATAN SAINTIFIC

Skill proses

1. Siswa akan merangkai alat uji konduktansi berbagai larutan

2. Siswa akan mengamati hasil uji konduktansi

3. Siswa akan menguji senyawa dan mengamati keadaan fisiknya

4. Siswa akan meneliti titik leleh berbagai senyawa

5. Siswa akan menghubungkan konduktansi, keadaan fisik, dan titik leleh hasil uji zat dengan tipe ikatan masing-masing zat

Page 50: PENDEKATAN SAINTIFIC

Alat dan Bahan

Alat:

1. rangkaian listrik dengan lampu LED atau langsung menggunakan multimeter / volmeter

2. alat-alat gelas

Bahan:

Larutan Al(NO3)3.9H2O, NH4Cl, CH3COCH3 (aseton), C2H5OH (etanol), C3H5OH (gliserin), HCl, MgBr2, CH3OH, NaCl, H2SO4, H2O (air terdestilasi)

Cari alternatif larutan, mungkin ditambah jus berbagai buah2an, berbagai jenis air (sumur, sungai, danau, laut)

Miskonsepsi: siswa sering berfikir bahwa air adalah konduktor listrik yang baik. Mereka berfikir begitu karena biasanya larutan garam secara alamiah sudah terlarut dalam air. Air murni (misal aquatrides) sangat sedikit mengandung garam dan tidak dapat menghantarkan listrik.

Page 51: PENDEKATAN SAINTIFIC

Data dan Observasi

Zat Konduktansi StateTitik Leleh

(oC)Prediksi

tipe ikatan

Al(NO3)3.9H2O . s 73.5 i

NH4Cl . s 340 (sublim) i

CH3COCH3 .. l -95,4 c

C2H5OH .. l -117,3 c

C3H5(OH)3 .. l 17,8 c

HCl . g -114,8 c

MgBr2 . s 700 i

CH3OH .. l -93,9 c

NaCl . s 801 i

H2SO4 . l 10,4 c

H2O .. l 0 c

Page 52: PENDEKATAN SAINTIFIC

Penentuan Larutan Asam dan Basa

Indikator yang dipakai:

1. Kertas Lakmus

2. Indikator pH Universal

3. Phenolftalein (pp)

4. pH-meter

5. Bunga Sepatu, Mawar merah, Bugenvil merah

Page 53: PENDEKATAN SAINTIFIC

Data dan Observasi

• Bunga Sepatu, Mawar merah, Bugenvil merah jika ditetesi larutan asam akan berubah menjadi warna merah bata, jika ditetesi larutan basa akan berubah menjadi warna kehijau-biruan.

Page 54: PENDEKATAN SAINTIFIC

?Apa sih sebenarnya problem yang dihadapi bapak dan ibu

guru kimia terkait dengan pelaksanaan praktikum

kimia di laboratorium kimia?

Page 55: PENDEKATAN SAINTIFIC

Problematika Pelaksanaan Praktikum Kimia

1. Pihak Guru a) b) c) d) e) f) g) h) i)

Page 56: PENDEKATAN SAINTIFIC
Page 57: PENDEKATAN SAINTIFIC

Apa langkah yang harus dilakukan supaya praktikum kimia dapat dilaksanakan dengan

mudah?1) ....

2) ....

3) ....

4) ....

5) ....

6) ....

Page 58: PENDEKATAN SAINTIFIC

menentukan materi pokok yang sesuai untuk praktikum

data alat dan bahan yang sudah tersedia untuk dipakai

memilih prosedur praktikum yang dapat dilakukan

menyusun desain pembelajaran yang sesuai kondisi

(urun rembug)(urun rembug)

Page 59: PENDEKATAN SAINTIFIC

Analisis Materi pada Silabus

Sebagian aspek kimia bersifat kasat mata (visible) artinya dapat dibuat fakta konkritnya dan sebagian aspek yang lain bersifat abstrak atau tidak kasat mata (invisible) artinya tidak dapat dibuat fakta konkritnya.

Namun demikian aspek kimia yang tidak dapat dibuat aspek konkritnya harus bersifat kasat logika artinya kebenarannya dapat dibuktikan dengan logika matematika sehingga rasionalitsnya dapat dirumuskan /diformulasikan.

Page 60: PENDEKATAN SAINTIFIC

Ruang Lingkup Mata Pelajaran Kimia

Menurut Standar Isi Kimia SMA/MA, Ruang Lingkup Mata Pelajaran Kimia meliputi :

a) Struktur Atom, sistem periodik dan ikatan kimia, stoikhiometri, larutan elektrolit dan non elektrolit, reaksi redoks, senyawa organik dan makromolekul

b) Termokimia, laju reaksi dan kesetimbangan, larutan asam basa, stoikhiometri larutan dan sistem koloid

c) Sifat koligatif larutan, redoks dan elektrokimia, karakteristik unsur, kegunaan dan bahayanya, senyawa organik dan reaksinya, benzena dan turunannya, makro molekul.

Page 61: PENDEKATAN SAINTIFIC

Pembagian materi kimia berdasarkan sifat konsep

Analisislah setiap materi pembelajaran dalam silabus mata pelajaran kimia menjadi 2 aspeks

Aspek Abstrak Aspek NyataStruktur Atom dan Tabel Periodika) Partikel partikel penyusun atomb) Nomor atom dan nomor massac) Isotop, isobar, isotond) Perkembangan model atome) Konfigurasi elektron dan diagram orbital f) Bilangan kuantum dan bentuk orbital.g) Sistem periodik unsur (sifat keperiodikan

unsur)

Metode: Tugas, Diskusi, demonstrasi, LatihanMedia dan Sumber belajar: Gambar, Alat peraga, Komputer / Software Animasi / simulasi / Video, LCD, Internet, LKS, Buku

Page 62: PENDEKATAN SAINTIFIC

Aspek Abstrak Aspek Nyata

Ikatan Kimiaa) Struktur Lewisb) Ikatan ion dan ikatan kovalenc) Ikatan kovalen koordinasid) Senyawa kovalen polar dan non polar.e) Ikatan logamf) Gaya antar molekulg) Bentuk Molekul

d) Senyawa kovalen polar dan non polar.h) Sifat fisik senyawa.

Metode: Tugas, Diskusi, demonstrasi, LatihanMedia dan Sumber belajar: Gambar, Alat peraga, Komputer / Software Animasi / simulasi / Video, LCD, Internet, LKS, Buku

Metode: Eksperimen / DemonstrasiMedia dan Sumber belajar: Alat dan bahan praktikum, LKS

Page 63: PENDEKATAN SAINTIFIC

Aspek Abstrak Aspek Nyata

Page 64: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 64

Company Proprietary and Confidential

Sekian &

Terima Kasih

Page 65: PENDEKATAN SAINTIFIC

PAGE 65

Company Proprietary and Confidential

KOMPETENSI INTI

Page 66: PENDEKATAN SAINTIFIC

Kompetensi Inti (KI) SMA/MA Kelas VIII-X

KI.1 .Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang

dianutnya KI.2 .

Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan

dunia

Page 67: PENDEKATAN SAINTIFIC

Kompetensi Inti (KI) SMA/MA Kelas VIII-X

KI.3 .Memahami ,menerapkan, menganalisis pengetahu

an faktual, konseptual, prose-dural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan huma-niora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,

kenegaraan, dan pera-daban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat d

an minatnya untuk memecahkan masalah

Page 68: PENDEKATAN SAINTIFIC

Kompetensi Inti (KI) SMA/MA Kelas VIII-X

KI.4 .Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan

ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan

mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan