Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran

19
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Tiap ahli psikologi memberikan batasan yang berbeda tentang belajar dan terdapat keragaman dalam hal menjelaskan atau mendefinisikan belajar itu sendiri. Belajar merupakan hal yang paling penting sekali dalam kehidupan manusia. Dengan belajar manusia akan mengalami proses ke arah yang lebih baik lagi. Dalam kaitannya dengan belajar ini, banyak sekali para ahli psikologi yang membahas tentang belajar. Tanpa teori pembelajaran tidak akan ada kerangka konseptual yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan pembelajaran. Dalam perkembangannya, terdapat banyak teori-teori yang berkembang dari tokoh-tokoh psikologi. Dalam makalah ini akan dibahas teori pembelajaran pemprosesan informasi dan kognitif, serta teori sosial kognitif. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana penjelasan teori pembelajaran pemprosesan informasi dan kognitif ? 2. Bagaimana penjelasan teori pembelajaran sosial kognitif ? 1.3 TUJUAN Dengan adanya makalah pendekatan belajar pemprosesan informasi dan sosial kognitif ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca berkaitan dengan teori belajar.

Transcript of Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran

Page 1: Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Tiap ahli

psikologi memberikan batasan yang berbeda tentang belajar dan terdapat

keragaman dalam hal menjelaskan atau mendefinisikan belajar itu sendiri. Belajar

merupakan hal yang paling penting sekali dalam kehidupan manusia. Dengan

belajar manusia akan mengalami proses ke arah yang lebih baik lagi.

Dalam kaitannya dengan belajar ini, banyak sekali para ahli psikologi yang

membahas tentang belajar. Tanpa teori pembelajaran tidak akan ada kerangka

konseptual yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan pembelajaran. Dalam

perkembangannya, terdapat banyak teori-teori yang berkembang dari tokoh-tokoh

psikologi. Dalam makalah ini akan dibahas teori pembelajaran pemprosesan

informasi dan kognitif, serta teori sosial kognitif.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana penjelasan teori pembelajaran pemprosesan informasi dan

kognitif ?

2. Bagaimana penjelasan teori pembelajaran sosial kognitif ?

1.3 TUJUAN

Dengan adanya makalah pendekatan belajar pemprosesan informasi dan

sosial kognitif ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca berkaitan

dengan teori belajar.

Page 2: Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran

2

BAB II

TEORI

2.1 PENDEKATAN INFORMATION PROCESSING & COGNITIF

2.1.1 Teori Pembelajaran Kognitif

A. Teori Kognitif Bruner

Bruner menekankan adanya pengaruh budaya terhadap tingkah laku

seseorang dengan teorinya yang disebut free discovery learning. Ia mengatakan

bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau

pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupan.

Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap

yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu, enactive, icomic, dan

symbolic.

1) Tahap inaktif. Seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam memahami

lingkungan sekitarnya. Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak

menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan,

pegangan, dan sebagainya.

2) Tahap ikomik. Seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui

gambar-gambar visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya

anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).

3) Tahap simbolik. Seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-

gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa

dan berlogika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-

simbol bahasa, logika, mataematika, dan sebagainya.

Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol. Semakin

matang seseorang dalam proses berfikirnya., semakin dominan sistem simbolnya.

Meskipun begitu tidak berarti ia tidak lagi menggunakan enaktif dan ikomik.

Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu bukti

masih diperlukannya sistem enaktif dan ikomik dalam proses belajar.

Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan

dengan cara menyusun materi pelajaran dan menyajikannya sesuai dengan tahap

perkembangan orang tersebut. Gagasannya mengenai kurikulum spiral (a spiral

Page 3: Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran

3

curriculum) sebagai suatu cara mengorganisasikan materi pelajaran tingkat makro,

menunjukkan cara mengurutkan materi pelajaran mulai dari mengajarkan materi

secara umum, kemudian secara berkala kembali mengajarkna yang sama dalam

cakupan yang lebih rinci. Pendekatan penataan materi dari umum ke rinci yang

dikemukankannya dalam model kurikulum spiral merupakan bentuk penyesuaian

antara materi yang dipelajari dengan tahap perkembangan kognitif orang yang

belajar.

Di saat yang sama, tiap jenis kemampuan pembelajaran individu

mempunyai fitur yang unik. Bruner (1985) dengan lugas berkata bahwa pandangan

pembelajaran tidaklah sesuatu yang mutlak mengenai benar atau salah, melainkan

sesuatu yang bisa dievaluasi hanya dalam kondisi dimana sifat tugas tersebut

dipelajari, jenis pembelajaran tercapai, dan sifat-sifat yang dibawa siswa ke dalam

situasi tersebut (pada saat pembelajaran berlangsung).

B. Teori Kognitif Piaget

Piaget adalah seorang psikolog perkembangan karena penelitianya

mengenai tahap-tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang

mempengaruhi kemampuan individu. Menurut Piaget, perkembangan kognitif

merupakan suatu proses genetik yaitu proses yang didasarkan oleh mekanisme

biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur

seseorang maka makin komplekslah susunan sel sarafnya dan makin meningkat

kemampuannya.

Menurut Piaget pada umumnya akan berhubungan dengan proses mencari

keseimbangan antara apa yang mereka rasakan dan mereka ketahui pada satu sisi

dengan apa yang mereka lihat suatu penomena baru sebagai pengalaman atau

persoalan. Bila seseorang dalam kondisi sekarang dapat mengatasi situasi baru,

keseimbangan mereka tidak akan terganggu. Jika tidak, ia harus melakukan

adaptasi dengan lingkungannya.

Proses adaptasi dibagi menjadi dua bentuk dan terjadi secara simultan,

yaitu:

1. Asimilasi

Proses perubahan apa yang dipahami adalah proses sesuai dengan struktur

kognitif yang ada sekarang,

Page 4: Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran

4

2. Akomodasi

Proses perubahan struktur kognitif sehingga dapat dipahami. Hal ini berarti

apabila individu menerima informasi atau pengalaman baru maka informasi

tersebut akan dimodifikasi sehingga cocok dengan struktur kognitif yang sudah

dimilikinya yang harus disesuaikan dengan informasi yang dipunyai.

C. Teori Kognitif Ausubel

Ausubel menyatakan bahwa konsep belajar berhubungan dengan

bagaimana memperoleh pengetahuan baru dan mengaitkan pengetahuan yang

diperoleh pada struktur kognitif yang dimiliki.

Menurut ausubel proses belajar peserta didik dipengaruhi oleh

kebermaknaan teknik pengajaran, adanya bahan yang relevan dengan struktur

kognitif dan keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran.

2.1.2 Teori Pemrosesan Informasi (Information-Processing-Theory)

Pendekatan pemprosesan informasi adalah murid menyatakan bahwa

mengilah informasi, memonitornya, dan menyusun strategis berkenaan dengan

informasi tersebut. Inti dari pendekatan ini adalah proses memori dan proses

berfikir. Menurut pendekatan pemprosesan informasi, anak secara bertahap

mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi, dan karenanya secara

bertahap pula mereka bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks.

Beberapa pendekatan pemprosesan informasi memiliki kecenderungan

yang lebih konstruktivis ketimbang pendekatan lainnya. Memandang guru sebagai

pembimbing kognitif untuk tugas akademik dan murid sebagai pelajar yang

berusaha memahami tugas-tugas tersebut (mayer,2001, 2002).

Teori ini merupakan salah satu teori kognitif tentang belajar yang pertama

dan paling berpengaruh (Eggen dan Kauchak,1997). Teori pemrosesan informasi

adalah teori kognitif tentang belajar yang menggambarkan pemrosesan,

penyimpanan dan perolehan pengetahuan oleh pikiran (Byrnes, 1996 ). Teori yang

berakar pada lapangan Arificial Intelegence ( AI ) ini merupakan karya dari

Alexandra Lauria (1902-1077) dalam Sukadji (1998).

Menurut teori ini, belajar adalah menyangkut tentang bagaimana informasi

dari lingkungan dapat disimpan dalam memori. Untuk menggambarkan proses

Page 5: Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran

5

tersebut digunakan permodelan. Model proses penyimpanan informasi yang paling

berpengaruh dalam hal ini adalah model yang dikemukakan oleh Atkinson dan

Siffrin pada tahun 1968. Model tersebut memiliki tiga komponen mayor, yaitu:

penyimpanan informasi ( information store ), proses kognitif ( cognitive process ),

dan metakognisi ( metakognition ) ( Eggen dan Kauchak,1997 ).

Robert Siegler (1998) mendeskripsikan tiga karakter utama dari pendekatan

pemprosesan informasi: proses berfikir, mekanisme perubahan, dan modifikasi diri:

a. Proses Berfikir

Menurut Siegler (2002), berfikir adalah pemprosesan informasi. Dalam hal

ini Siegler berpendapat bahwa ketika anak merasakan (perceive), melakukan

penyandian (encording), mempresentasikan, dan menyimpan informasi dari dunia

sekelilingnya, mereka melakukan proses berfikir. Siegler percaya bahwa pikiran

adalah suatu yang fleksibel, yang menyebabkan individu dapat beradaptasi dan

menyesuaikan diri dengan perubahan dalam lingkungan, tugas, dan tujuan. Tetapi,

ada batasan kemampuan berfikir manusia ini.

b. Mekanisme perubahan

Siegler berpendapat ada empat mekanisme yang bekerja sama menciptakan

perubahan dalam keterampilan kognitif anak:

1) Encoding

Proses memasukkan informasi kedalam memori. Siegler mengatakan bahwa

aspek utama dari pemecahan problem adalah menyandikan informasi yang

relevan dan mengabaikan informasi yang tidak relevan.

2) Otomatisitas

Adalah kemampuan untuk memproses informasi dengan sedikit atau tanpa

usaha. Seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman, pemprosesan

informasi makin otomatis, dan anak bisa mendeteksi hubungan-hubungan

antara ide dan kejadian (kail, 2002).

3) Konstruksi Strategis

Adalah penemuan prosedur baru untuk memproses informasi. Siegler

(2001) mengatakan bahwa anak perlu menyandikan informasi kunci untuk

suatu problem dan mengkoordinasikan informasi tersebut dengan

pengetahuan sebelumnya yang relevan untuk memecahkan masalah.

Page 6: Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran

6

c. Modifikasi diri

Pendekatan pemprosesan informasi kontemporer menyatakan bahwa,

seperti dalam teori perkembangan kognitif Piaget, anak memainkan peran aktif

dalam perkembangan meraka. Mereka menggunakan pengetahuan dan strategi yang

telah mereka pelajari untuk menyesuaikan respon pada situasi pembelajaran yang

baru. Dengan cara ini, anak membangun respon baru yang lebih canggih

berdasarkan pengetahuan dan strategi sebelumnya.

2.2 PENDEKATAN KOGNITIF SOSIAL UNTUK PEMBELAJARAN

Teori kognitif sosial menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif, dan juga

faktor perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran. Albert Bandura

(1986, 1997, 2000, 2001) adalah salah satu arsitek utama teori kognitif sosial. Pada

teori ini, faktor internal maupun eksternal dianggap penting. Bandura

mengembangkan determinisme resiprokal yang terdiri dari tiga faktor utama, yaitu

perilaku, person/kognitif, dan lingkungan. Ketiga faktor ini saling berinteraksi satu

sama lain. faktor-faktor sosial seperti model, dapat mempengaruhi faktor personal

siswa, seperti tujuan, sense of efficacy untuk suatu tugas, atribusi, dan proses

regulasi diri, seperti merencanakan, memantau, dan mengontrol distraksi. Sebagai

contoh, umpan balik guru dapat membuat siswa menetapkan tujuan yang lebih

tinggi. Contoh lain, bila siswa mencapai sesuatu, keyakinan diri dan minatnya

meningkat.

Pengaruh Resiprokal

Ketiga kekuatan-personal, sosial/lingkungan, dan perilaku-berinteraksi

secara konstan. Mereka saling mempengaruhi dan dipengaruhi.

Pengaruh-Pengaruh Sosial (Variabel-Variabel

Lingkungan)

Model Instruksi

Umpan balik

Pengaruh-Pengaruh Self

(Variabel-Variabel Personal)

Tujuan

Efikasi Diri

Ekspektasi Hasil Atribusi

Evaluasi-Diri atas Kemajuan

Self-Regulatory Progress

Hasil-Hasil Pencapaian

(Perilaku)

Kemajuan Tujuan

Motivasi

Belajar

Page 7: Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran

7

Sumber: Dari “Social-Self Interaction and Achievement Behavior” oleh D. H.

Schunk, 1999. Educational Psychologist, 34, hlm. 221. Diadaptasi dengan seizin

Lawrence Erlbaum Associates, Inc. dan penulis.

Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan

peran penting. Faktor person yang ditekankan Bandura ialah self-efficacy, yakni

keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan menghasilkan hasil positif.

Definisi lain mengatakan self-efficacy sebagai keyakinan seseorang akan

kapabilitasnya untuk mengorganisasikan dan melaksanakan rangkaian tindakan

yang dibutuhkan untuk menghasilkan pencapaian tertentu.

Sumber-Sumber Efikasi Diri. Bandura mengidentifikasi empat sumber

efikasi diri: mastery experince, physiological and emotional arousal, vicarious

experinces, dan social persuasion. Mastery experince adalah pengalaman

langsung kita. Kesuksesan menaikkan efikasi, sementara kegagalan menurunkan

efikasi. Tingkat arousal mempengaruhi efikasi diri, tergantung bagaimana arousal

itu diinterpretasikan. Dalam vicarious experience (pengalaman orang lain),

seseorang memberikan penyelesaian. Bila sang model bekerja dengan baik, maka

efikasi siswa meningkat, tetapi bila sang model bekerja dengan buruk, maka efikasi

siswa menurun. Social persuasion berupa umpan balik spesifik atas kinerja.

2.2.1 PENERAPAN TEORI KOGNITIF SOSIAL

1. Pembelajaran Observasional

Pembelajaran observasional, juga dinamakan imitasi atau modeling, adalah

pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku

orang lain. Kapasitas untuk mempelajari pola perilaku dengan observasi dapat

mengeliminasi pembelajaran trial and error yang membosankan. Dalam banyak

kasus, pembelajaran observasional membutuhkan lebih sedikit waktu ketimbang

pengkondisian operan.

Model Pembelajaran Observasional Kontemporer Bandura

Ada empat proses yang terlibat dalam pembelajaran observasional Bandura.

Proses itu adalah: atensi, retensi, produksi, dan motivasi.

a) Atensi. Sebelum murid dapat meniru tindakan model, mereka harus

memperhatikan apa yang dilakukan oleh model. Atensi model

Page 8: Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran

8

dipengaruhi oleh sejumlah karakteristik. Misalnya, orang yang hangat,

kuat, dan ramah akan lebih diperhatikan ketimbang orang yang dingin,

lemah, dan kaku. Murid lebih mungkin memperhatikan model yang

memiliki status tinggi daripada model yang memiliki status rendah.

b) Retensi. Untuk memproduksi tindakan model, murid harus mengodekan

informasi dan menyimpannya dalam ingatan (memori) sehingga

informasi itu bisa diambil kembali. Deskripsi verbal dan gambar yang

menarik akan membantu daya retensi murid.

c) Produksi. Anak mungkin memerhatikan model dan mengingat apa yang

mereka lihat, tetapi karena keterbatasan dalam kemampuan geraknya,

mereka tidak bisa mereproduksi perilaku model. Belajar, berlatih, dan

berusaha dapat membantu murid untuk meningkatkan kinerja motor

mereka.

d) Motivasi. Sering kali anak memerhatikan apa yang dikatakan atau

dilakukan oleh model, menyimpan informasi dalam memori, dan

memiliki kemampuan gerak dalam meniru tindakan model, namun tidak

termotivasi untuk melakukannya. Maka dari itu diperlukan penguat

untuk memotivasi anak. Bandura percaya bahwa penguatan tidak selalu

dibutuhkan agar pembelajaran observasional terjadi. Tetapi, jika si anak

tidak meniru perilaku yang diinginkan, ada tiga jenis penguat yang bisa

menolong: (1) memberi imbalan pada model; (2) memberi imbalan pada

anak; atau (3) memerintahkan anak untuk membuat pernyataan untuk

memperkuat diri.

Pembelajaran Observasional dalam Pengajaran

a) Mengarahkan perhatian. Dengan mengobservasi orang lain, kita bukan

hanya belajar tentang berbagai tindakan, tetapi juga melihat berbagai

objek yang terlibat dalam tindakan-tindakan itu.

b) Menyempurnakan perilaku yang sudah dipelajari. Semua orang

pernah mengalami mencari isyarat dari orang lain ketika berada dalam

situasi yang asing. Mengobservasi perilaku orang lain menunjukkan

perilaku mana yang sudah dipelajari yang akan digunakan.

Page 9: Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran

9

c) Memperkuat atau memperlemah hambatan. Bila para anggota kelas

melihat seorang siswa melanggar aturan kelas dan tidak mendapat sanksi

apa-apa, mereka belajar bahwa konsekuensi yang tidak diinginkan tidak

selalu mengikuti pelanggaran aturan. Bila guru dapat menangani seorang

pelanggar aturan dengan baik, terlebih bila pelanggar adalah ketua kelas,

ide melanggar aturan ini dapat dihambat oleh siswa-siswa lain yang

melihat interaksi itu.

d) Mengajarkan perilaku baru. Modeling dapat diterapkan di kelas untuk

mengajarkan berbagai keterampilan mental dan memperluas wawasan-

untuk mengajarkan cara berpikir baru. Guru bertindak sebagai model

untuk mengajarkan berbagai macam perilaku, seperti melafalkan kata-

kata.

e) Membangkitkan emosi. Melalui pembelajaran observasional, orang

dapat mengembangkan reaksi emosional terhadap situasi yang belum

pernah mereka alami secara pribadi. Misalnya seorang anak yang melihat

temannya jatuh dari ayunan dan lengannya patah mungkin menjadi takut

bermain ayunan.

2. Pendekatan Perilaku Kognitif dan Regulasi Diri

Dalam pendekatan perilaku kognitif, penekanannya adalah untuk membuat

murid memonitor, mengelola, dan mengatur perilaku mereka sendiri, bukan

mengontrol mereka melalui faktor eksternal. Pendekatan perilaku kognitif berasal

dari psikologi kognitif, yang menekankan pada efek pikiran terhadap perilaku, dan

behaviorisme, yang menekankan pada teknik mengubah perilaku.

Metode instruksi-diri adalah sebuah teknik perilaku kognitif yang

dimaksudkan guna mengajari individu untuk memodifikasi perilaku mereka

sendiri. Bayangkan sebuah situasi di mana murid SMA sangat gugup saat akan

menempuh ujian standar, misalnya UAN. Murid itu bisa diajak untuk berbicara

pada dirinya sendiri secara positif. Strateginya adalah mengubah pernyataan negatif

menjadi pernyataan positif.

Pembelajaran Regulasi Diri. Pembelajaran regulasi diri adalah

memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, perasaan, dan perilaku untuk

Page 10: Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran

10

mencapai suatu tujuan. Tujuan dapat berupa tujuan akademik ataupun tujuan

sosioemosional (mengontrol kemarahan, belajar akrab dengan teman sebaya).

Page 11: Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran

11

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pendekatan Belajar Pemprosesan Informasi dan Kognitif

Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik. Teori

belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Para

penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan

hubungan antara stimulus dan respon. Tidak seperti model belajar behavioristik

yang mempelajari proses belajar hanya sebagai hubungan stimulus-respon, model

belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai

model Perseptual. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku

seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang

berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan presepsi dan

pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.

Asumsi dari teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan

pengetahuan dalam dirinya.

Diantara para pakar kognitif terdapat 3 pakar terkenal yaitu: Piaget, Bruner,

dan Ausubel. Ketiga tokoh aliran kognitif di atas secara umum memiliki pandangan

yang sama yaitu mementingkan ketertiban siswa secara aktif dalam belajar.

Menurut salah satu tokoh kognitif mengatakan bahwa proses belajar akan

berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-

contoh yang ia jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Teori kognitif pembelajaran

tidaklah sesuatu yang mutlak mengenai benar atau salah, melainkan sesuatu yang

bisa dievaluasi hanya dalam kondisi dimana sifat tugas tersebut dipelajari, jenis

pembelajaran tercapai, dan sifat-sifat yang dibawa siswa kedalam situasi tersebut.

Menurut pandangan kognitif bahwa, proses-proses kognitif adalah hal-hal

yang dikerjakan pembelajar secara mental ketika mereka berusaha menafsirkan dan

mengingat apa yang mereka lihat, dengar, dan pelajari. Proses kognitif dapat

memberikan efek besar pada apa yang dipelajari dan diingat secara spesifik oleh

pembelajar. Sebagai contoh, dorongan siswa untuk berfikir tentang materi pelajaran

dengan cara yang akan membantu mereka mengingatnya. Seperti ketika guru

mengenalkan konsep mamalia, dan meminta siswa untuk memberikan banyak

Page 12: Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran

12

contoh dan siswa mampu menyebutkan beberapa contoh mamalia yang diinginkan

guru tersebut.

Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori kognitif ini sudah banyak

digunakan baik dalam rumusan tujuan, maupun dalam pengembangan strategi,

belajar. Kegiatan pembelajaran mengikuti prinsip-prinsip seperti:

1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses

berfikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui

tahapan-tahapan tertentu.

2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar baik

terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit

3. Ketertiban siswa secara aktif dalam belajar yang amat dipentingkan,

karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi,

akomodasi pengetahuan, dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.

4. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu

mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif

yg telah dimiliki siswa.

3.2 Pendekatan Belajar Kognitif Sosial

Pendekatan belajar kognitif sosial menekankan adanya pengaruh dari tiga

faktor yang membentuk perilaku dalam proses belajar, yaitu faktor kognitif/person,

faktor perilaku, dan faktor lingkungan. Ketiganya saling mempengaruhi satu sama

lain. hal yang paling ditekankan oleh Bandura dalam proses belajar adalah adanya

efikasi diri pada seseorang. Efikasi diri adalah keyakinan seseorang terhadap

kemampuan yang dimilikinya sehingga ia dapat menyelesaikan masalah yang

dihadapi dengan baik. Efikasi diri memainkan peran penting dalam proses

pembelajaran.

Seorang murid yang self-efficacy-nya rendah mungkin tidak mau berusaha

belajar untuk mengerjakan ujian karena dia tidak percaya bahwa belajar akan bisa

membantunya mengerjakan soal. Efikasi diri tidak tergantung pada jenis

keterampilan atau keahlian yang dimiliki oleh seseorang, tetapi berhubungan

dengan keyakinan tentang apa yang dapat dilakukan menyangkut seberapa besar

usaha yang dikeluarkan seseorang dalam suatu tugas dan seberapa lama ia akan

bertahan. Keyakinan yang kuat akan kemampuan diri menyebabkan seseorang terus

Page 13: Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran

13

berusaha sampai tujuannya tercapai. Namun, apabila keyakinan akan kemampuan

diri tidak kuat, seseorang cenderung akan mengurangi usahanya bila menemui

masalah. Selain itu efikasi diri juga mempengaruhi pola berpikir, reaksi emosional,

dan perilaku seseorang dalam berhubungan dengan lingkungannya. Seseorang yang

menilai dirinya mampu akan memusatkan perhatiannya dan berusaha lebih keras

lagi bila ia mengalami kegagalan.

Efikasi diri turut mempengaruhi siswa dalam memilih suatu tugas, usaha,

ketekunannya, dan prestasinya. Dibandingkan dengan siswa yang meragukan

kemampuan belajarnya, siswa yang merasa mampu menguasai suatu keahlian atau

melaksanakan suatu tugas akan lebih siap untuk berpartisipasi, bekerja keras, lebih

gigih dalam menghadapi kesulitan, dan mencapai level yang lebih tinggi. Jadi,

dalam belajar siswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi tidak memandang tugas

tersebut sebagai suatu ancaman yang harus dihindari, melainkan menganggap

tantangan yang harus dihadapi.

Setiap orang pasti memiliki efikasi diri, namun yang membedakan adalah

tingkat efikasi diri yang dimiliki, apakah tinggi atau rendah. Pada kegiatan

pembelajaran, banyak sekali siswa yang memiliki efikasi diri rendah. Contoh kasus:

banyaknya siswa yang tidak percaya diri ketika mengerjakan soal ulangan.

Mengapa hal ini terjadi ? Hal ini terjadi karena mereka tidak mempunyai keyakinan

dan motivasi sehingga memiliki dorongan yang kurang untuk menapai tujuan yang

diinginkan. Akibatnya banyak dari siswa lebih memilih jalan pintas yang tidak baik

untuk memenuhi keinginanya. Menyontek merupakan salah satu perbuatan yang

mengatakan bahwa siswa memiliki efikasi diri yang rendah.

Salah satu cara untuk dapat meningkatkan efikasi diri pada siswa ialah

dengan adanya pelatihan berpikir positif. Elfiky menyebutkan bahwa proses

berpikir berkaitan erat dengan konsentrasi, perasaan, sikap, dan perilaku. Berpikir

positif dapat dideskripsikan sebagai suatu cara berpikir yang lebih menekankan

pada sudut pandang dan emosi yang positif, baik terhadap diri sendiri, orang lain

maupun situasi yang dihadapi (Elfiky, 2008, h.269). Berpikir positif juga membuat

individu mampu bertahan dalam situasi yang rawan distres (Brissette dkk. dalam

Kivimaki dkk, 2005, h.413). Selain itu, Fordyce (dalam Seligman dkk, 2005, h.

419) juga menemukan bahwa kondisi psikologis yang positif pada diri individu

Page 14: Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran

14

dapat meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan beragam masalah dan tugas.

Berpikir positif juga membantu seseorang dalam memberikan sugesti positif pada

diri saat menghadapi kegagalan, saat berperilaku tertentu, dan membangkitkan

motivasi (Hill & Ritt, 2004, h. 175).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwitanyanov, dkk tentang pengaruh

pelatihan berpikir positif pada efikasi akademik mengatakan bahwa pelatihan

berpikir positif memiliki pengaruh dalam meningkatkan efikasi diri akademik

mahasiswa. Efikasi diri akademik kelompok eksperimen terbukti lebih tinggi

dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Suryani tentang pengaruh berpikir positif terhadap

efikasi diri mahasiswa. Pada penelitian itu didapatkan hasil bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan eksperimen setelah

dilakukan pelatihan berpikir positif yang berupa persuasi verbal. Hasilnya berbeda

karena penelitian pertama mengamati pengaruh efikasi diri mahasiswa pada bidang

akademik, sedangkan pada penelitian kedua dilakukan pada mahasiswa profesi

pada tahap klinik yang melakukan praktek lapangan.

Pada konsep belajar Bandura terdapat pembelajaran observasional.

Pembelajaran observasional juga disebut pembelajaran modeling. Pembelajaran

observasional Bandura memiliki keunggulan dalam hal mengakomodir

kompleksitas perilaku, lingkungan dan individu siswa sehingga pembelajaran dapat

bermanfaat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Teknik pembelajaran

modeling merupakan pembelajaran yang diawali melalui pengamatan terhadap

seorang model. Dengan melakukan pengamatan, maka siswa akan memperoleh

gambaran yang jalas dan akurat terhadap konsep gerak yang akan dilakukan.

Pengamatan akan secara langsung menjadi sebuah proses mengingat sehingga

sangat bermanfaat dalam melakukan gerakan yang telah diingat melalui proses

mengingat. Dengan berbekal ingatan yang diperkuat dengan peran model maka

dimungkinkan seorang siswa akan lebih fokus, berkonsentrasi, tertarik dan

memiliki semangat tinggi untuk belajar. Jika dibandingkan dengan pembelajaran

konvensional (ceramah dan demontrasi), proses belajar hanya sampai pada proses

pengamatan tanpa ada penguatan yang lebih lanjut dengan model, sehingga jika

dibandingkan dengan pembelajaran observasional Bandura dengan menggunakan

Page 15: Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran

15

model, maka akan nyata terlihat perbedaan hasil belajarnya, karena tanpa penguatan

model, proses belajar siswa melalui model pembelajaran konvensional akan kurang

berkonsentrasi, dan kurang menciptakan motivasi dalam belajarnya. Pembelajaran

observasional Bandura juga menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada

siswa (student center). Hal ini terbukti dengan tahapan dalam pembelajaran

obervasional yang terdiri dari retensi dan produksi. Pada tahap retensi, siswa

dibebaskan untuk melakukan konsep berpikir dan mengingat serta membayangkan

secara seluas-luasnya baik individu maupun kelompok berdasarkan apa yang telah

diamati dari model, dengan keleluasaaan ini, maka siswa secara aktif berpikir dan

berprilaku sesuai dngan kebutuhannya sehingga meningkatkan transfer

mengingatnya ke dalam fase gerakan. Sedangkan pada tahap produksi, siswa

diberikan keleluasaan untuk melakukan latihan dan mempraktekkan secara seluas-

luasnya gerakan yang telah diingat dan diamati, sehingga secara konseptual siswa

terpola hasil gerakannya dari mengamati, mengingat dan mempraktekkan.

Pembelajaran observasional dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Hal ini dibuktikan dengan adanya penelitian oleh Gus Rohmat, dkk tentang

pengaruh pembelajaran observasional dapal meningkatkan motivasi belajar siswa.

Secara keseluruhan motivasi belajar IPS siswa meningkat di setiap tindakan. Dalam

pembelajaran observasional, di-perlukan model yang akan menjadi sarana bagi

pebelajar untuk memberi stimuli bagi respon pebelajar. Lebih jauh lagi, Lapono

menjelaskan model yang dapat digunakan dalam peniruan dapat berupa real life

model (model kehidupan nyata), symbolic model (model disajikan secara simbolis

lewat pembelajaran lisan, tertulis, peraga dan kombinasi serta gambar), dan repre-

sentative model (model yang ditayangkan melalui televisi maupun video).

Kelemahan dari teori Bandura adalah teori belajar sosial Albert Bandura

sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena teknik

pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan perilaku dan adakalanya cara

peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.

Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya

dengan hanya melalui peniruan (modeling), sudah pasti terdapat individu yang

menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku akan meniru

tingkah laku yang negatif, termasuk perlakuan yang tidak diterima masyarakat.

Page 16: Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran

16

Namun hal itu tetap kembali pada individu itu sendiri, ketika individu menerima

informasi, apakah diolah dengan baik melalui proses kognitifnya atau tidak.

Kelebihan dari teori Bandura adalah teori belajar sosial Albert Bandura

lebih lengkap dari teori sebelumnya, karena itu menekankan bahwa lingkungan dan

erilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut. Bandura

memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks atas stimulus,

melainkan juga atas reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan

kognitif manusia itu sendiri.

Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya conditioning

(pembiasaan merespon) dan imitation (peniruan). Selain itu pendekatan belajar

social menekankan pentngnya perhatian empiris dalam mempelajari perkembangan

anak-anak. Penelitian ini berfokus pada perkembangan anak-anak faktor sosial dan

kognitif.

Page 17: Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran

17

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Pada teori kognitif, terdapat dua teori yang dibahas yaitu teori kognitif

Bruner dan teori kognitif Piaget. Bruner menekankan adanya pengaruh budaya

terhadap tingkah laku seseorang dengan teorinya yang disebut free discovery

learning. Ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif

jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep,

teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam

kehidupan. Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses

genetik yaitu proses yang didasarkan oleh mekanisme biologis perkembangan

sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang maka makin

komplekslah susunan sel sarafnya dan makin meningkat kemampuannya.

Pada pendekatan belajar pemprosesan informasi, inti dari pendekatan ini

adalah proses memori dan proses berfikir. Menurut pendekatan pemprosesan

informasi, anak secara bertahap mengembangkan kapasitas untuk memproses

informasi, dan karenanya secara bertahap pula mereka bisa mendapatkan

pengetahuan dan keahlian yang kompleks.

Pada teori kognitif sosial, menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif, dan

juga faktor perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran. Albert

Bandura (1986, 1997, 2000, 2001) adalah salah satu arsitek utama teori kognitif

sosial. Pada teori ini, faktor internal maupun eksternal dianggap penting. Aplikasi

dari teori kognitif sosial adalah adanya pembelajaran modeling serta pembelajaran

regulasi diri. Bandura juga mengatakan bahwa faktor terpenting dari belajar adalah

efikasi diri. Semakin tinggi efikasi diri seseorang maka semakin bagus hasil yang

akan didapatkan dari proses belajar.

4.2 SARAN

Dengan adanya teori belajar pemprosesan informasi dan kognitif, serta

sosial kognitif modeling, semoga dapat menjadi referensi dalam memilih

pendekatan pembelajaran yang sesuai sehingga tujuan yang hendak diraih berhasil

dicapai. Pada teori pemprosesan informasi dan kognitif telah dijelaskan tahap-tahap

Page 18: Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran

18

pemprosesan informasi sehingga terbentuk perilaku baru. Hendaknya dalam

mengajarkan siswanya, guru menyampaikan contoh-contoh sembari menjelaskan

pelajaran, sehingga dengan contoh-contoh yang kongkrit, siswa dapat dengan

mudah mengerti dalam proses belajar. Guru juga hendaknya dapat menghubungkan

suatu masalah dengan informasi yang telah dimiliki oleh siswanya.

Pada teori modeling Albert Bandura, hendaknya dalam proses peniruan,

pilihlah hal yang positif dari apa yang ditiru. Meniru bukan berarti harus sesuai

dengan hasil observasi. kita dapat memodifikasi perilaku sesuai dengan keyakinan

dan kemampuan diri yang kita miliki, sehingga kita dapat meningkatkan

kemampuan untuk memecahkan masalah secara efektif. Dalam teori ini hendaknya

kita dapat belajar bagaimana menjadi individu yang memiliki efikasi diri yang

tinggi. Individu dengan efikasi diri yang tinggi tidak akan cepat menyerah ketika

mengalami kegagalan, melainkan dapat bengkit kembali dan dengan

mengintropeksi kekurangan sehingga dapat memaksimalkan usaha untuk

menghadapi masalah kedepannya.

Page 19: Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran

19

DAFTAR PUSTAKA

Santrock, John W.2008.Psikologi Pendidikan.Jakarta:Kencana Prenada Media

Group.

Woolfolk, Anita.2009.Educational Psychology Bagian

Pertama.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Woolfolk, Anita.2009.Educational Psychology Bagian Kedua.Yogyakarta:Pustaka

Pelajar.

Zalnaya.2014.Psikologi Pembelajaran.Pekanbaru:Mutiara Pesisir Sumatra.