Pendekatan Islam
Transcript of Pendekatan Islam
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Urgensi Pendekatan dan Metode dalam Studi Islam
Beberapa metode diperlukan dalam memahami islam, karena
secara operasional konseptual dapat memberikan pandangan bahwa islam
tidak hanya berwajah tunggal (single face) melainkan berwajah plural
(multifaces). Hal ini diperlukan karena islan sebagai agama tidak boleh
dipahami melalui pintu wahyu belaka, tetapi perlu dipahami melalui pintu
pemeluknya, yaitu masyarakat muslim yang menghayati, meyakini dan
memperoleh pengaruh dari islam tersebut. Dengan kata lain, berarti mecari
kebenaran teologis atau filosofis, akan tetapi juga mencari bagaimana
islam itu ada dalam kebudayaan dan sistem sosial dengan berdasarkan atas
fakta realitas sosio-kultur.1
Selain ini ada dua macam kajian islam yang dilakukan, pertama
oleh kalangan muslim sendiri, kedua oleh karangan orientalis (Barat).
Kelompok pertama menggunakan pendekatan yang disebut fideistic
subjectivism / al-‘aql al-dini al-lahuti (pemikiran teologi-normatif), dan
kelompok kedua menggunakan pendekatan yang disebut scientific
objectivsm / al-‘aql al filsafi (pemikiran filsafat).
Pendekatan pertama berupaya memahami agama secara liteal,
dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu
keyakinan behwa wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap yang
paling benar dibandingkan dengan yang lainnya. Sementara pendekatan
kedua membahas berbagi peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat,
waktu, obyek, latar belakang dan pelaku dari peristiwa tersebut.
Pendekatan ini amanat dibutuhkan dalam memahami islam, karena
islam itu turun dalam situasi yang konkret Bahkan berkaitan dengan
kondisi sosial kemasyarakatan. Maka didalam al-Qur’an ditemukan
1 Tim Penyusu STUDI ISLAM IAIN SUNAN AMPEL, Pengantar Studi Islam (Surabaya: iain sunan ampel press. 2011`). Hal. 161.
2
berbagi macam kisah-kisah sejarah, yang dapat dijadikan sebagai patokan
dalam memahami ajaran dalam islam dan juga ditemukan istilah asbab al-
nuzul hukum-hukum fikih dan lain sebagainya.
B. Perkembangan Model Pendekatan dalam Studi Islam
Perkembangan dan pengaruh global terhadap penduduk muslim
dunia menyebabkan islam mendapat perhatian besar dalam studi agama.
Studi islam sebagai sebuah disiplin, sebenarnya sudah dimulai sejak lama.
Studi ini mempunyai akar yang kokoh dikalangan sarjana muslim dalam
tradisi keilmuan tradisional. Dalam dua dekade terakhir ini, semakin
tumbuh kesadaran akan pentingnya berbagai pendekatan ilmiah dalam
bidang Islamic Studies dan perhatian akan problem-problem yang
dihasilkan dari berbagai pendekatan ini. Oleh karena itu mengkaji ilmu
ditemukan multiplisitas dan mengisi secara kritis-komunikatif. Sebagai
contoh, dalam studi tentang data keagamaan, seperti al-Qur’an, teks-teks
klasik dan interprestasi tenteng makna-makna keagaman meskipun
pendekaan dan metode yang digunakan sama, kesimpulan ilmiahnya bisa
berbeda, karena ada sensibilitas yang berbeda antara satu peneliti dengan
peneliti lainnya.
Kalau dilacak, sejarah pertumbuhan studi Islam, dapat dilihat pada
abad ke-19, dimana kajian islam pada masa ini lebih menekankan pada
tradisi filologi.
Tampaknya penelitian agama memang tidak dapat dipisahkan dari
aspek bahasa, karena karena manusia adalah makhluk berbahasa
sedangkan doktrin agama dipahami, dihayati dan disosialisasikan melalui
bahasa. Pembahasan berikut ini mengenai pengertian bahasa yang
dipersempit dan diartikan sebagai kata-kata yang digunakan untuk
mengungkapkan perasaan atau memerintah.2 Istilah bahasa agama dalam
buku ini menunjukkan tiga macam bidang kajian dan wacana. Pertama,
ungkapan-ungkapan yang digunakan untuk menjelaskan obyek pemikiran
2 Ibid., hlm.169.
3
yang bersifat metafisi, terutama tentang tuhan. Kedua, bahasa kitab suci
terutama bahasa al-Qur’an dan ketiga, bahasa ritual keagamaan.
Penelitan agama dengan menggunakan pendekatan fiologi dapat dibagi
dalam tiga pendekatan. Perlu ditekankan disini bahwa ketiga pendekatan
dimaksudkan tidak terpisah secara skstrem, pendekatan bisa over lapping,
saling melengkapi atau bahkan dalam sudut pandang tertentu sama. Ketiga
pendekatan trsebut adalah metode tafsir, content analisis dan
hermeneutika.3
1. Metode Tafsir
Pendekatan filologi dalam al-Qur’an adalah pendekatan atau metode
tafsir. Metode tafsir adalah metode tertua dalam pengkajian agama.
Sesuai dengan namanya, tafsir berarti penjelasan, pemahaman dan
perincian atau kitab suci, sehingga isi pesan kitab suci dapat dipahami
sebagaiman dapat diketahui oleh Tuhan.
Berkaitan dengan penelitihan agama tujuan tafsir adalah
menjelaskan, menerangkan, menyingkap kandungan kitab suci pesan
yang terkandung di dalamnya baik barupa hukum, moral, spiritual,
perintah maupun larangan dapat dipahami, dihayati dan diamalkan.
Dalam rangka menjelaskan isi pesan kitab suci tafsir menggunakan
berbagai pendekatan sesuai dengan disiplin ilmu:
a. Pendekatan satra bahasa
b. Pendekatan filosofis
c. Pendekatan teologi
d. Pendekatan ilmiah
e. Pendekatan fikih atau hukum
f. Pendekatan tasawuf
g. Pendekatan sosiologi
h. Pendekatan kultural
3 Tim Penyusu STUDI ISLAM IAIN SUNAN AMPEL, Pengantar Studi Islam (Surabaya: iain sunan ampel press. 2002). Hal. 151-158.
4
Ini berarti bahwa ayat yang sama apabila ditafsirkan dengan
pendekatan berbeda akan menghasilkan isi pesan yang berbeda pula.
Adapun metode penafsiran yang berkemban dalam tradisi intelektual
islam dan cukup populer yaitu: tahlil, ijmali, muqaran dan mawdzu.
Tafsir tahlil adalah metode mentafsirkan al-Qur’an dengan cara
menguraikan secara detail kata demi kata, ayat demi ayat dan surat
demi surat yang ada dalam al-Qur’an awal hingga akhir.
Tafsir Ijtimali adalah cara menafsirkan ayat-ayat dalam kitab
suci dengan cara menunjukkan kandungan makna kitab suci secara
global dan penjelasannya biasanya secara global pula.
2. Pendekatan Filologi Terhadap As-sunnah (Al-Hadist)
As-sunnah secara etimologi berarti tradisi atau perjalanaan.
Sedangkan al-Hadistsecara etimologi berarti ucapan atau pernyataan
dan sesuatu yang baru. Dalam arti teknis as-sunnah (Sunnatur- Rosul)
identik dalam hadits.
3. Pendekatan Filologi terhadap Teks, Naskah dan Kitab-Kitab:
Hermeneutika
Hermeneutika secara etimologi berasal dari kata kerja hermeneuin :
menyampaikan berita. Pengertian yang lebih lengkap dinyatakan
Stephen WL. Bahwa hermeneutika: Studi of understanding,
espicciallyby interpriting action and text.4
C. Kontruksi Teori Dan Pendekatan dalam Studi Ke-Islaman
Seiring dengan pemekaran wilayah pemahaman dan penghayatan
keagamaan, yang antara lain disebabkan oleh transparansi sekat-sekat
budaya. Sebagai akibat dari lupaan informasi dalam era ilmu dan
teknologi, masyarakat islam membutuhkan masukan-nasuka dan kajian-
kajian keagamaan yang segar, yang tidak lagi melulu bersifat teologis-
normatif, tetapi juga menginginkan masukan-masukan dari kajian
keagamaan yang bersifat historis-kritis.
4 Ibid.,
5
Untuk itu dalam buku ini, penulis menegaskan perlunya
pendekatan-pendekatan yang bervariatif dalam studi islam. Studi islam
dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang bersifat komperhensif,
multidispliner, interdispliner dengan menggunakan metodologi yang
bersifat akademik-kritis.
Konstruksi adalah cara membuat bangunan-bangunan. Teori berarti
pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai suatu
peristiwa. Sementara itu, yang dimaksud dengan pendekatan adalah cara
pandang atau paradigma pada suatu bidang ilmu yang digunakan untuk
memahami agama. Studi tentang data keagamaan, seperti qur’an, teks-teks
data klasik, dan interprestasi tentang makna-makna agama, meskipun
pendekatan dan metode yang digunakan sama, kesimpulan-kesimpulan
ilmiahnya cenderung berbeda karna ada praduga dan srsibilitas yang
berbeda. Stuasi yang sama terjadi pada studi tentang agama-agama dan
budaya-budaya selain islam.5
D. Peran Sosial dalam Memahami Islam
Arkum menyatakan perlunya perbaikan terhadap hasil dari
beberapa kajian keislaman yang dilakukan beberapa pihak; pertama oleh
kalangan muslim (al-islamiyyun), yang tidak setuju dengan pendekatan
sosiologi, baik dari sisi metodologi terminologi serta problemnya, untuk
digunakan dalam sebuah kajian keislaman. Kedua oleh para orientalis,
yang dalam kajiannya, analisis yang digunakan tidak terlalu mendalam (la
yafham al-bu’du al-dini) dimana mereka hanyaberangkat dari beberapa
contoh dan kondisi sejarah yang berbeda dan mengkajinya dari sudut
pandang ilmu-ilmu sosial semata, yantg itu merupakan produk dari barat.
Mereka terkadang hanya berangkat dari pendekatan linguistik (filologi),
sehingga miskin akan discourse of analysis.
Dengan melihat kasus di prancis, arkum membicarakan tentang
perbedaan tradisi yang terjadi ditengah-tengah keilmuan masyarakat barat
dan eropa secara umum, yaitu perbedaan antara peneliti dari kelompok
5 Tim Penyusun IAIN SUNAN AMPEL, Op. Cit. 176
6
ilmu-ilmu humanities di Barat, yang tidak menekuni kajian dan warisan
intelektualnya dengan kelompok yang memang menekuni kajian-kajian
keislaman (para orientalis). Arkum menyayangkan karena para orientalis
itu tidak membuka wacana diskusi dibidang epistemologi dengan para
pengkaji ilmu-ilmu humanities. Arkum mengkritik para orientalis dengan
mengatakan bahwa mereka telah ketinggalan metodologi dan berwawasan
penting dibidang epitemologi. Maka arkum mengajak untuk mengadakan
revolusi di bidang kajian-kajian keislaman dan Arab.
Sementara itu kaum fundamentalis islam juga menolak kajian-
kajian sosial untuk digunakan dalam mengkaji islam dan memiliki sikap
yang mudah tersinggung dari pada melakukan penelitihan tentang islam
secara ilmiah. Maka arkum menyatakan bahwa untuk memahami
masyarakat arab atau islam pada masa kini, dibutuhkan metodologi nalar
baru yang pluralis sesuai dengan segala masyarakat, progresif, komparatif,
revolusioner, memiliki sifat terbuka, sistematis, memiliki analisa yang
luas, universal. Nalar ini oleh arkum disebu nalar falsafi (al-‘aql al-
falsafi). Nalar ini adalah lawan dari nalar teologi (al-difa’i) ofensif (al-
hujumi) dan dogmatis (al-dogma’i). Sebuah nalar yang menutup gerak
pemikiran islam semenjak abad ke IX danXII Masehi.
E. Pendekatan Pemikiran: Kalam , Filsafat, Tasawuf6
1. Pendekatan Pemikiran Kalam
Tampaknya sampai kini masih dalam perdebatan, paling tidak,
pada tingkat semantik. Tentang penggunaan istilah teolgi (islam) dan
pengidentiknya dengan ilmu kalam. Mereka yang melatar belakangi
dalam tradisi keislaman konvesional mengartikan teologi islam sebagai
ilmu kalam yakni disiplin yang mempelajari ilmu ketuhanan bersifat
abstrak, polemis, spekulatif, dan normatif.
Seperti yang terungkap dalam judul buku “Teologi” tulisan Harun
Nasution dan A. Hanafi. Sementara itu bagi mereka yang terlatih
dalam tradisi barat dan tidak mempelajari islam dari studi-studiformal
6 Ibid., hal.159-164.
7
lebih melihat teologi sebagai pemahaman serta penafsiran terhadap
realitas dalam perspektif.
Ilmu kalam adalah ilmu yang membicarakan tentang wujud Tuhan
(Allah), sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang mesti
tidak ada pada Nya serta sifat-sifat yang mungkain ada pada Nya dan
membicarakan pula tentang Rosul-rosul tuhan , untuk menetapkan
kerosulannya dan mengetahui sifat-sifat yang mesti ada pada Nya,
sifat-sifat yang tidak mesti ada pada Nya dan sifat-sifat yang mungkin
terdapat padanya.
2. Pendekatan Filsafat
Filsafat berasal ari bahasa Arab yang berhubungan erat dengan kata
aslinya yakni bahasa Yunani Phileshopia: secara harfiah, Philo: cinta,
Shopia: hikmah, kebijakan. Selain itu filsafat dapat pula diartikan
mencari hakikat sesuatu berusaha menemukan sebab dan akibat serta
berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.
Srdangkan sidi gazali begpendapat filsafat adalah berfikir secara
mendalam, sistematis, radikal dan universal dalam rangka mencapai
kebenaran, inti, hikmah, atau hakikat mengenai segala sesuatu yang
ada.
Tujuan berfilsafat ialah menemukan kebenaran yang sebenarnya.
Jika kebenaran yang sebenarnya dirumuskan secara sistematis maka ia
adalah sistematis filsafat. Sistematika filsafat itu terbagi atas tiga
cabang filsafat besar yakni teori pengetahuan teori hakekat dan teori
nilai.
Sedangkan objek penelitian filsafat dapat dibedakan menjadi dua.
Pertama objek materia yakni semua yang ada, mungkin ada serta
pengetahuan tentang nilai. Sebagai catatan yang diteliti adalah
mengenai bagian abstrak dari obyek tersebut. Contoh tentang
penelitihan menusia yakni bagian yang merupakan hakikat yang
abstrak yakni eksistensinya dan nilai-nilai kemanusiaannya. Kemudian
8
mengenai obyek formanya yakni penelitihan yang mendalam,
sistematis, universal dan radikal.
3. Pendekatan Pemikiran Tasawuf
Islam adalah agama yang bersifat universal, memberikan jawaban
asasi terhadap berbagai kekebutuhan menusia, lahiriyah, batiniyah,
individual serta kolektif. Tasawuf merupakan salah satu bidang studi
islam yang memfokuskan perhatiannya pada dimensi esoterik yakni
pembersihan aspek rohani sehingga dapat menimbulkan akhlak mulia.
Melalui studi tasawuf ini, seseorang dapat menegtahui tata cara
melakukan pembersihan jiwa srta mengamalkan secara benar. Dari
pengetahuan ini ia akan tampil sebagai seorang yang terampil dan
pandai pada saat ini berinteraksi dengan orang lain atau pada saat
melakukan aktifitas dunia yang menentukan kejujuran, keikhlasan serta
tanggung jawab.
Menarik sekali AbbudinNata dalam bukunya Metodologi Studi
Islam menjelaskan pengertian tasawuf. Terdapat tiga sudut pandang
yang digunakan para ahli dalam mendefinisikan tasawuf.
Pertama, sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas. Kedua,
sudut pandang manusia sebagai makhluk yang harus berjuang, dan
ketiga, sudut pandang manusia sebagai makhluk ber-Tuhan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusu STUDI ISLAM IAIN SUNAN AMPEL, Pengantar Studi Islam
Surabaya: iain sunan ampel press. 2002
Tim Penyusu STUDI ISLAM IAIN SUNAN AMPEL, Pengantar Studi Islam
Surabaya: iain sunan ampel press. 2011