Pendekatan Horizontal Dan Vertikal
-
Upload
benediktus-dimas -
Category
Documents
-
view
640 -
download
14
description
Transcript of Pendekatan Horizontal Dan Vertikal
pengendalian gulma secara terpadu horizontal merupakan penerapan suatu cara
pengendalian gulma dengan memperhatikan lingkungan baik teknis, ekonomi, hayati maupun
sosial budaya. Lingkungan teknis, bila dalam pengendalian gulma digunakan sprayer maka
tenaga penyemprot harus tahu teknik aplikasinya. Lingkungan ekonomi, bila digunakan herbisida
yang harganya mahal, jangan dianjurkan kepada petani kecil walaupun herbisida tersebut sangat
efektif. Lingkungan hayati, dalam mengendalikan gulma seharusnya jenis-jenis yang berperanan
sebagai tumbuhan inang musuh alami hama tidak dibunuh. Seperti, pengendalian hayati untuk
jenis gulma Lantana camara L. digunakan ulat Plusia verticillata, larva Crocidosema lantanae,
dan lalat biji Agromyza lantanae. Jenis gulma Eichhornia crassipes (Mart.) Solms. dikendalikan
dengan jamur parasit Myrothecium roridum, Alternaria eichorniae, dan Rhizoctonia solani. Jenis
serangga Orseoliella javanica untuk mengendalikan I. cylindrica (L.) Bauv., sedang Bactra
trunculata dan B. verutana untuk mengendaliakan C. rotundus L. (Frick & Garcia, 1975;
Sukman dan Yakup, 1991). Lingkungan social budaya, bila dalam pengendalian gulma secara
hayati digunakan babi, jangan melepaskan binatang tersebut di sembarang tempat. Di samping
terpadu horizontal juga dikenal pengendalian gulma secara terpadu vertikal yaitu memadukan
beberapa cara pengendalian gulma agar hasilnya lebih baik daripada cara tunggal. Cara ini
banyak dilakukan di perkebunan kelapa sawit dan karet. Di perkebunan karet dipadukan cara
preventif (persiapan lahan secara bersih), cara mekanis (pengolahan tanah, pembabatan gulma
secara periodik). Menurut Anderson (1977) pengendalian secara mekanis ini meliputi
pembajakan (tillage), penyiangan (hand pulling), pendangiran (hoeing), pemotongan (mowing)
atau pembabatan (slashing), dan pembakaran (burning) atau pelayuan (flaming). Penggunaan
mulsa (mulching) untuk mengisolasi cahaya dan udara terhadap gulma termasuk juga dalam
pengendalian mekanis. Pembajakan secara periodik dengan selang waktu 1-2 minggu
dimaksudkan untuk membunuh kecambah gulma sehingga populasi biji gulma dalam tanah jauh
berkurang. Lahan yang diolah intensif umumnya didominasi oleh jenis-jenis gulma semusim,
sedang lahan yang dibiarkan terlantar dikuasai oleh jenis-jenis gulma tahunan. Penyiangan dan
pendangiran hanya efektif untuk membunuh gulma. kultur teknis (klon unggul dengan jarak
tanam optimum). Pengendalian kultur teknis merupakan cara pengendalian dengan menggunakan
praktek budidaya tanaman. Prinsip pengendalian secara kultur teknis ialah memodifikasi kondisi
lingkungan agar memacu pertumbuhan tanaman tetapi menghambat pertumbuhan gulma. Dalam
praktik, tanaman budidaya selalu mendapat perhatian yang utama, yaitu varietas tanaman dipilih
yang unggul, benih disortasi, media tanam diolah bersih, jarak tanam diatur optimum, kebutuhan
air dan hara dipenuhi, sedang gulma tidak pernah mendapatkan perlakuan yang baik. Dengan
demikian tanaman akan tumbuh cepat dan tajuk daun relatif lebih cepat menguasai ruang.
Pergiliran tanaman (crop rotation) dan bertanam secara tumpang gilir (multiple cropping)
sebenarnya juga termasuk pengendalian gulma secara kultur teknis. Penanaman satu jenis
tanaman secara beruntun (sequential cropping) mengakibatkan akumulasi gulma menjadi lebih
banyak. Sebagai contoh pada padi sawah yang ditanam terus-menerus, jenis-jenis gulma yang
menyukai genangan air akan semakin banyak. Berbeda dengan pergiliran tanaman, setelah padi
sawah dipanen berikutnya ditanami kedelai, maka gulma yang semula mengganggu padi tidak
akan mengganggu kedelai karena tidak tumbuh di lahan yang tidak tergenang air. Dari hasil
penelitian diperoleh kesimpulan bahwa jenis gulma dominan mempunyai kesamaan sifat dengan
tanaman yang diikuti. Sebagai contoh jenis gulma dominan pada tebu adalah Cyperus rotundus
L., keduanya termasuk tumbuhan yang mengikuti jalur fotosintesis C4, sedang jenisjenis gulma
dominan yang mengikuti tanaman kacangan seperti kacang tanah, kedelai, dan kacang hijau
adalah gulma daun lebar seperti Ageratum conyzoides L., Phyllanthus urinaria L., Cyanotis
axillaris (L.) Sweet, Lindernia viscosa (Hornem.) Bold., Synedrella nudiflora (L.) Gaertn., dan
Oldenlandia corymbosa L. yang semuanya merupakan gulma semusim (Soejono, 2005). Jenis-
jenis tanaman kacangan dan jenis-jenis gulma daun lebar tersebut merupakan tumbuhan yang
mengikuti jalur fotosintesis C3. Penanaman dua jenis tanaman yang berbeda secara tumpangsari
(intercropping) selain dapat menekan pertumbuhan gulma juga dapat merubah komposisi jenis
gulma, yaitu jenis gulma yang semula dominan pada pertanaman tunggal menjadi tidak dominan
pada pertanaman tumpangsari .hayati (penanaman tanaman kacangan penutup tanah), bahkan
sering dipadu dengan cara kimia dengan herbisida.