Pendekatan Horizontal Dan Vertikal

3
pengendalian gulma secara terpadu horizontal merupakan penerapan suatu cara pengendalian gulma dengan memperhatikan lingkungan baik teknis, ekonomi, hayati maupun sosial budaya. Lingkungan teknis, bila dalam pengendalian gulma digunakan sprayer maka tenaga penyemprot harus tahu teknik aplikasinya. Lingkungan ekonomi, bila digunakan herbisida yang harganya mahal, jangan dianjurkan kepada petani kecil walaupun herbisida tersebut sangat efektif. Lingkungan hayati, dalam mengendalikan gulma seharusnya jenis-jenis yang berperanan sebagai tumbuhan inang musuh alami hama tidak dibunuh. Seperti, pengendalian hayati untuk jenis gulma Lantana camara L. digunakan ulat Plusia verticillata, larva Crocidosema lantanae, dan lalat biji Agromyza lantanae. Jenis gulma Eichhornia crassipes (Mart.) Solms. dikendalikan dengan jamur parasit Myrothecium roridum, Alternaria eichorniae, dan Rhizoctonia solani . Jenis serangga Orseoliella javanica untuk mengendalikan I. cylindrica (L.) Bauv., sedang Bactra trunculata dan B. verutana untuk mengendaliakan C. rotundus L. (Frick & Garcia, 1975; Sukman dan Yakup, 1991). Lingkungan social budaya, bila dalam pengendalian gulma secara hayati digunakan babi, jangan melepaskan binatang tersebut di sembarang tempat. Di samping terpadu horizontal juga dikenal pengendalian gulma secara terpadu vertikal yaitu memadukan beberapa cara pengendalian gulma agar hasilnya lebih baik daripada cara tunggal. Cara ini banyak dilakukan di perkebunan kelapa sawit dan karet. Di perkebunan karet dipadukan cara preventif (persiapan lahan secara bersih), cara mekanis (pengolahan tanah, pembabatan gulma secara periodik). Menurut Anderson (1977) pengendalian

description

Gulma

Transcript of Pendekatan Horizontal Dan Vertikal

Page 1: Pendekatan Horizontal Dan Vertikal

pengendalian gulma secara terpadu horizontal merupakan penerapan suatu cara

pengendalian gulma dengan memperhatikan lingkungan baik teknis, ekonomi, hayati maupun

sosial budaya. Lingkungan teknis, bila dalam pengendalian gulma digunakan sprayer maka

tenaga penyemprot harus tahu teknik aplikasinya. Lingkungan ekonomi, bila digunakan herbisida

yang harganya mahal, jangan dianjurkan kepada petani kecil walaupun herbisida tersebut sangat

efektif. Lingkungan hayati, dalam mengendalikan gulma seharusnya jenis-jenis yang berperanan

sebagai tumbuhan inang musuh alami hama tidak dibunuh. Seperti, pengendalian hayati untuk

jenis gulma Lantana camara L. digunakan ulat Plusia verticillata, larva Crocidosema lantanae,

dan lalat biji Agromyza lantanae. Jenis gulma Eichhornia crassipes (Mart.) Solms. dikendalikan

dengan jamur parasit Myrothecium roridum, Alternaria eichorniae, dan Rhizoctonia solani. Jenis

serangga Orseoliella javanica untuk mengendalikan I. cylindrica (L.) Bauv., sedang Bactra

trunculata dan B. verutana untuk mengendaliakan C. rotundus L. (Frick & Garcia, 1975;

Sukman dan Yakup, 1991). Lingkungan social budaya, bila dalam pengendalian gulma secara

hayati digunakan babi, jangan melepaskan binatang tersebut di sembarang tempat. Di samping

terpadu horizontal juga dikenal pengendalian gulma secara terpadu vertikal yaitu memadukan

beberapa cara pengendalian gulma agar hasilnya lebih baik daripada cara tunggal. Cara ini

banyak dilakukan di perkebunan kelapa sawit dan karet. Di perkebunan karet dipadukan cara

preventif (persiapan lahan secara bersih), cara mekanis (pengolahan tanah, pembabatan gulma

secara periodik). Menurut Anderson (1977) pengendalian secara mekanis ini meliputi

pembajakan (tillage), penyiangan (hand pulling), pendangiran (hoeing), pemotongan (mowing)

atau pembabatan (slashing), dan pembakaran (burning) atau pelayuan (flaming). Penggunaan

mulsa (mulching) untuk mengisolasi cahaya dan udara terhadap gulma termasuk juga dalam

pengendalian mekanis. Pembajakan secara periodik dengan selang waktu 1-2 minggu

dimaksudkan untuk membunuh kecambah gulma sehingga populasi biji gulma dalam tanah jauh

berkurang. Lahan yang diolah intensif umumnya didominasi oleh jenis-jenis gulma semusim,

sedang lahan yang dibiarkan terlantar dikuasai oleh jenis-jenis gulma tahunan. Penyiangan dan

pendangiran hanya efektif untuk membunuh gulma. kultur teknis (klon unggul dengan jarak

tanam optimum). Pengendalian kultur teknis merupakan cara pengendalian dengan menggunakan

praktek budidaya tanaman. Prinsip pengendalian secara kultur teknis ialah memodifikasi kondisi

lingkungan agar memacu pertumbuhan tanaman tetapi menghambat pertumbuhan gulma. Dalam

praktik, tanaman budidaya selalu mendapat perhatian yang utama, yaitu varietas tanaman dipilih

Page 2: Pendekatan Horizontal Dan Vertikal

yang unggul, benih disortasi, media tanam diolah bersih, jarak tanam diatur optimum, kebutuhan

air dan hara dipenuhi, sedang gulma tidak pernah mendapatkan perlakuan yang baik. Dengan

demikian tanaman akan tumbuh cepat dan tajuk daun relatif lebih cepat menguasai ruang.

Pergiliran tanaman (crop rotation) dan bertanam secara tumpang gilir (multiple cropping)

sebenarnya juga termasuk pengendalian gulma secara kultur teknis. Penanaman satu jenis

tanaman secara beruntun (sequential cropping) mengakibatkan akumulasi gulma menjadi lebih

banyak. Sebagai contoh pada padi sawah yang ditanam terus-menerus, jenis-jenis gulma yang

menyukai genangan air akan semakin banyak. Berbeda dengan pergiliran tanaman, setelah padi

sawah dipanen berikutnya ditanami kedelai, maka gulma yang semula mengganggu padi tidak

akan mengganggu kedelai karena tidak tumbuh di lahan yang tidak tergenang air. Dari hasil

penelitian diperoleh kesimpulan bahwa jenis gulma dominan mempunyai kesamaan sifat dengan

tanaman yang diikuti. Sebagai contoh jenis gulma dominan pada tebu adalah Cyperus rotundus

L., keduanya termasuk tumbuhan yang mengikuti jalur fotosintesis C4, sedang jenisjenis gulma

dominan yang mengikuti tanaman kacangan seperti kacang tanah, kedelai, dan kacang hijau

adalah gulma daun lebar seperti Ageratum conyzoides L., Phyllanthus urinaria L., Cyanotis

axillaris (L.) Sweet, Lindernia viscosa (Hornem.) Bold., Synedrella nudiflora (L.) Gaertn., dan

Oldenlandia corymbosa L. yang semuanya merupakan gulma semusim (Soejono, 2005). Jenis-

jenis tanaman kacangan dan jenis-jenis gulma daun lebar tersebut merupakan tumbuhan yang

mengikuti jalur fotosintesis C3. Penanaman dua jenis tanaman yang berbeda secara tumpangsari

(intercropping) selain dapat menekan pertumbuhan gulma juga dapat merubah komposisi jenis

gulma, yaitu jenis gulma yang semula dominan pada pertanaman tunggal menjadi tidak dominan

pada pertanaman tumpangsari .hayati (penanaman tanaman kacangan penutup tanah), bahkan

sering dipadu dengan cara kimia dengan herbisida.