Kurva Horizontal dan Vertikal (Tambahan Materi Kuliah IUT)

13
Alinemen Horisontal. Alinemen Horisontal. Alinemen Horisontal. Alinemen Horisontal. Alinemen horisontal adalah garis proyeksi dari sumbu jalan tegak lurus pada bidang peta (trase). Trase jalan biasa disebut situasi jalan, secara umum menunjukan arah dari jalan yang bersangkutan. (Sumber: Ir.Alik Ansyori Alamsyah, “Rekayasa Jalan Raya”) Pada alinemen horiszontal bagian yang sangat kritis adalah bagian tikungan, dimana terdapat gaya sentrifugal yang akan melempar kendaraan keluar dari daerah tikungan. Karenanya dalam perencanaan diusahakan gaya sentrifugal yang terjadi pada tikungan harus berangsur – angsur dari nol sampai maksimum kembali ke nol lagi. Dalam perencanaan tikungan diusahakan agar dapat memberikan kenyamanan dan keamanan, sehingga perlu dipertimbangkan hal – hal berikut : 1. Bentuk tikungan dan lengkung peralihan. Pada saat kendaraan memasuki tikungan, secara berangsur – angsur mendapat gaya sentripugal dari mulai nol hingga maksimum dan selanjutnya kembali ke nol pada saat memasuki jalan lurus kembali. Untuk mengatasi gaya sentripugal ini, terdapat beberapa cara untuk membentuk tikungan agar gaya sentripugal tersebut dapat berkurang. (Sumber: Ir.Alik Ansyori Alamsyah, “Rekayasa Jalan Raya”) Bentuk – bentuk tikungan : a. Bentuk tikungan Circle. Bentuk tikungan ini dugunakan pada tikungan dengan jari – jari (R) besar dan sudut tangen ( Δ ) relatif kecil.

description

http://www.4shared.com/rar/d9Q1bXn6/Materi_IUT.html

Transcript of Kurva Horizontal dan Vertikal (Tambahan Materi Kuliah IUT)

Page 1: Kurva Horizontal dan Vertikal (Tambahan Materi Kuliah IUT)

Alinemen Horisontal.Alinemen Horisontal.Alinemen Horisontal.Alinemen Horisontal.

Alinemen horisontal adalah garis proyeksi dari sumbu jalan tegak lurus pada bidang peta

(trase). Trase jalan biasa disebut situasi jalan, secara umum menunjukan arah dari jalan yang

bersangkutan. (Sumber: Ir.Alik Ansyori Alamsyah, “Rekayasa Jalan Raya”)

Pada alinemen horiszontal bagian yang sangat kritis adalah bagian tikungan, dimana

terdapat gaya sentrifugal yang akan melempar kendaraan keluar dari daerah tikungan. Karenanya

dalam perencanaan diusahakan gaya sentrifugal yang terjadi pada tikungan harus berangsur –

angsur dari nol sampai maksimum kembali ke nol lagi.

Dalam perencanaan tikungan diusahakan agar dapat memberikan kenyamanan dan

keamanan, sehingga perlu dipertimbangkan hal – hal berikut :

1. Bentuk tikungan dan lengkung peralihan.

Pada saat kendaraan memasuki tikungan, secara berangsur – angsur mendapat gaya

sentripugal dari mulai nol hingga maksimum dan selanjutnya kembali ke nol pada saat memasuki

jalan lurus kembali. Untuk mengatasi gaya sentripugal ini, terdapat beberapa cara untuk

membentuk tikungan agar gaya sentripugal tersebut dapat berkurang. (Sumber: Ir.Alik Ansyori Alamsyah,

“Rekayasa Jalan Raya”)

Bentuk – bentuk tikungan :

a. Bentuk tikungan Circle.

Bentuk tikungan ini dugunakan pada tikungan dengan jari – jari (R) besar dan sudut tangen

( ∆ ) relatif kecil.

Page 2: Kurva Horizontal dan Vertikal (Tambahan Materi Kuliah IUT)

Tabel Jari – jari lengkung minimum.

Kecepatan Rencana Jari - jari lengkung Jari - jari lengkung

(Km/jam) Luar kota (m) Dalam kota (m)

120 7500 -

100 5500 1500

80 3500 1000

60 2000 600

40 800 250

30 500 150

20 200 60

Sumber : Ir. Alik Ansyori Alamsyah “Rekayasa jalan raya”

Keterangan :

P1 Sta : nomor stasiun (point of intersection).

V : kecepatan rencana (km/jam).

R : jari – jari lengkung (m).

∆ : sudut tangen (derajat).

Gambar. Bentuk tikungan Circle.

Page 3: Kurva Horizontal dan Vertikal (Tambahan Materi Kuliah IUT)

TC : tangen circle.

CT : circle tangen.

T : jarak antara TC dan P1

L : panjang tikungan.

E : jarak P1 kelengkung peralihan (m).

Rumus yang dugunakan :

T = R . tan ½ ∆

E = T . tan 1/4 ∆

L = ∆ /360 . 2π . R

(Sumber: Ir.Alik Ansyori Alamsyah, “Rekayasa Jalan Raya”)

b. Bentuk tikungan Spiral – Circle – Spiral.

Tikungan dengan bentuk spiral – circle – spiral mempunyai dua buah bentuk lengkung

tikungan yaitu lengkung peralihan (spiral) dan lengkung circle. (Sumber: Ir.Alik Ansyori Alamsyah,

“Rekayasa Jalan Raya”)

Gambar. Bentuk tikungan spiral – circle – spiral.

Page 4: Kurva Horizontal dan Vertikal (Tambahan Materi Kuliah IUT)

Rumus yang digunakan :

Xs = Ls

2

2

401

Rc

Ls

Ys = Rc

Ls

6

2

θ s = π

90

Rc

Ls

p = ( )sCosRcRc

Lsθ−− 1

6

2

k = Ls - sRcRc

Lsθsin

40 2

3

Ts = (Rc + p) tan1/2 ∆ + k

Es = (Rc + p) sec1/2 ∆ - Rc

Lc = xRcxs

πθ

180

)2( −∆

Ltot = Lc + 2 Ls

(Sumber: Shirley L.Hendarsin, “Penuntun Perencanaan Teknik Jalan Raya”)

Dimana :

Xs = absis titik SC pada garis tangen, jarak dari titik TS ke SC (jarak lurus lengkung

peralihan).

Ys = ordinat titik SC pada garis tegak lurus garis tangen, jarak tegak lurus ke titik SC pada

lengkung.

Ls = panjang lengkung peralihan (panjang dari titik TS ke SC atau CS ke ST).

Lc = panjang busur lingkaran (panjang dari titik SC ke CS).

Ts = panjang tangen dari titik P1 ke titik TS atau ke titik ST.

TS = titik dari tangen ke spiral.

Page 5: Kurva Horizontal dan Vertikal (Tambahan Materi Kuliah IUT)

SC = titik dari spiral ke lingkaran.

Es = jarak dari P1 ke busur lingkaran.

θ s = sudut lengkung spiral.

Rc = jari – jari lingkaran.

p = pergeseran tangen terhadap spiral.

k = abis dari p pada garis tangen spiral.

Jika diperoleh Lc<25m, maka sebaiknya tidak digunakan bentuk S-C-S, tetapi digunakan

S-S, yaitu lengkung yang terdiri dari dua lengkung peralihan.

c. Bentuk tikungan Spiral – Spiral.

Bentuk tikungan ini digunakan pada tikungan yang tajam.

∆ c = 0°

lc < 20 m

Gambar. Bentuk tikungan Spiral-Spiral

Page 6: Kurva Horizontal dan Vertikal (Tambahan Materi Kuliah IUT)

Rumus yang digunakan :

Lc = 0

sθ = ½ ∆

ls = 90

Rcsπθ

Ls = 90

.. Rcs πθ

Ltot = 2 Ls

Untuk rumus p, k, Ts dan Es sama dengan rumus pada bentuk tikingan Spiral – Circle –

Spiral.

(Sumber: Shirley L.Hendarsin, “Penuntun Perencanaan Teknik Jalan Raya”)

2. Kemiringan melintang.

Kemiringan melintang atau kelandaian pada penampang jalan diantara tepi perkerasan luar

dan sumbu jalan sepanjang lengkung peralihan disebut landai relatif. Persentase kelandaian

disesuaikan dengan kecepatan rencana dan jumlah lajur yang ada. (Sumber: Shirley L.Hendarsin,

“Penuntun Perencanaan Teknik Jalan Raya”)

Rumus :

m

1 =

Ls

Bene )( +

dimana : m

1 = landai relatif (%)

e = superelevasi (m/m1)

en = kemiringan melintang normal (m/m1)

B = lebar lajur (m)

Diagram Superelevasi.

Page 7: Kurva Horizontal dan Vertikal (Tambahan Materi Kuliah IUT)

1.Diagram superelevasi pada tikungan type FC

1

`

2. Diagram superelevasi tikungan type S-C-S

`

Gambar. Diagram Super Elevasi FC

Gambar. Diagram superelevasi tikungan S-C-S.

Page 8: Kurva Horizontal dan Vertikal (Tambahan Materi Kuliah IUT)

3. Diagram superelevasi pada tikungan type SS

3. Pelebaran pada tikungan.

Pelebaran perkerasan atau jalur lalu lintas di tikungan, dilakukan untuk mempertahankan

kendaraan tetap pada lintasannya (lajurnya) sebagaimana pada bagian lurus. Hal ini terjadi

karena pada kecepatan tertentu kendaraan pada tikungan cenderung untuk keluar lajur akibat

posisi roda depan dan roda belakang yang tiddak sama, yang tergantung dari ukuran kendaraan.

(Sumber: Shirley L.Hendarsin, “Penuntun Perencanaan Teknik Jalan Raya”)

Pelebaran tikungan tergantung dari jari – jari tikungan (R), sudut tikungan ( )∆ , dan

kecepatan rencana ( )r∆ .

Rumus untuk menghitung lebar perkerasan adalah :

B = n (b’ + c) + (n - 1) Td + Z

Sehingga besarnya pelebaran pada tikungan adalah :

Gambar II.21. Diagram superelevasi tikungan S – S

Page 9: Kurva Horizontal dan Vertikal (Tambahan Materi Kuliah IUT)

B” = B – B’

Keterangan :

B = lebar perkerasan pada tikungan (m).

n = jumlah lajur.

b’

= lebar lintasan truk pada tikungan (m).

Td = lebar melintang akibat tonjolan ke depan.

Z = lebar tambahan akibat kelandaian pengemudi.

c = kebebasan samping, diambil 0,8 m.

B” = pelebaran ditikungan (m).

B’ = lebar perkerasan dibagian tangen (m).

(Sumber: Ir.Alik Ansyori Alamsyah, “Rekayasa Jalan Raya”)

Bila lebar B’ > B. Maka tikungan yang bersangkutan tidak memerlukan pelebaran

tikungan. Hal ini dapat terjadi pada tikungan dengan jari – jari besar (R>1200 m) serta untuk

sudut tangen kecil ( ∆ > 10° ).

Gambar. Grafik Pelebaran Tikungan

Page 10: Kurva Horizontal dan Vertikal (Tambahan Materi Kuliah IUT)

`

Alinemen Vertikal.Alinemen Vertikal.Alinemen Vertikal.Alinemen Vertikal.

Alinemen vertikal adalah garis potong yang dibentuk oleh bidang vertikal terhadap sumbu

jalan atau bidang tegak melalui sumbu jalan atau gambar proyeksi tegak lurus bidang gambar.

(Sumber: Ir.Alik Ansyori Alamsyah, “Rekayasa Jalan Raya”)

Gambar. Pelebaran perkerasan pada tikungan

Page 11: Kurva Horizontal dan Vertikal (Tambahan Materi Kuliah IUT)

Profil ini menggambarkan tinggi rendahnya jalan terhadap muka tanah asli, sehingga

memberikan gambaran terhadap kemampuan kendaraan dalam keadaan naik dan bermuatan

penuh. Kendaraan yang dipakai sebagai standart adalah kendaraan truk.

Landai maksimum adalah besarnya kelandaian yang masih diijinkan untuk memungkinkan

kendaraan pada kecepatan rencana dapat melaju tanpa mengalami hambatan.

Tabel Kelandaian maksimum

Kecepatan Kelandaian Maksimim

Rencana Dalam kota

Luar kota

(Km/jam) Standart Mutlak

100 3 - -

80 4 4 8

60 5 5 9

50 6 6 10

40 7 7 11

30 8 8 12

20 9 9 13

Sumber : Ir.Alik Ansyori Alamsyah “Rekayasa Jalan Raya”

Panjang kritis landai adalah panjang maksimum landai yang masih dapat diterima tanpa

mengakibatkan gangguan pada arus lalu lintas.

A. Lengkung vertikal cembung.

Gambar. Lengkung vertikal cembung

Page 12: Kurva Horizontal dan Vertikal (Tambahan Materi Kuliah IUT)

Panjang L, berdasarkan jarak pandang henti (Jh) :

Jh < L, maka L = 399

.2

hJA

Jh > L, maka L = 2 Jh - A

399

Panjang L, berdasarkan jarak pandang mendahului (Jd) :

Jd < L, maka L = 840

.2

dJA

Jd > L, maka L = 2 Jd - A

840

Panjang untuk kenyamanan :

L = 389

. 2VA

(Sumber: Shirley L.Hendarsin, “Penuntun Perencanaan Teknik Jalan Raya”)

B. Lengkung vertikal cekung.

Panjang L, berdasarkan jarak pandang henti (Jh) :

Jh < L, maka L = h

h

J

JA

5.3120

.2

+

Gambar. Lengkung vertikal cekung

Page 13: Kurva Horizontal dan Vertikal (Tambahan Materi Kuliah IUT)

Jh > L, maka L = 2 Jh - A

J h5.3120 +

Panjang lengkung vertikal cekung minimum yang dapat memenuhi syarat adalah :

L = 380

.2

VA

(Sumber: Shirley L.Hendarsin, “Penuntun Perencanaan Teknik Jalan Raya”)