PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA DENGAN …/Target... · TARGET PENETAPAN PAJAK RESTORAN...
-
Upload
hoangkhanh -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
Transcript of PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA DENGAN …/Target... · TARGET PENETAPAN PAJAK RESTORAN...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
TARGET PENETAPAN PAJAK RESTORAN GUNA MENINGKATKAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA DENGAN
METODE STP (SEGMENTING, TARGETING, POSITIONING)
TUGAS AKHIR
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana Ahli Madya Program Studi D-3 Perpajakan
Disusun Oleh :
Yulya Ekawati
F3406070
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
ABSTRAKSI
YULYA EKAWATI
F3406070
“TARGET PENETAPAN PAJAK RESTORAN GUNA MENINGKATKAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA DENGAN
METODE STP”
Pajak restoran merupakan salah satu sumber PAD. Pajak restoran adalah pajak
atas pelayanan restoran. Sektor pajak merupakan sumber pendapatan yang sangat
penting dalam upaya pembiayaan pembangunan. Semakin efektif pemungutan pajak
restoran akan semakin besar kontribusi pajak restoran terhadap pajak daerah. Hal ini
dikarenakan semakin banyaknya jumlah rumah makan/restoran yang berada di kota
Surakarta. Masalah yang akan di bahas dalam tugas akhir adalah bagaimana
penetapan target pajak restoran guna meningkatkan PAD kota Surakarta dengan
menggunakan Metode STP, apa yang membedakan Metode STP dengan Metode
Programming, Implikasi yang terjadi dengan diterapkannya Metode STP tersebut.
Hasil pembahasan menunjukkan bahwa menjalankan pengawasannya,
pemerintah mencoba menggunakan Metode STP dengen membentuk tim audit untuk
melakukan pemeriksaan pajak dalam hal memenuhi kewajiban perpajakannya.
Dengan menggunakan Metode STP diharapkan dapat memperoleh suatu kebenaran
atas laporan penghasilan wajib pajak yang diperiksa sehingga dapat dicapai hasil
yang optimal. Pemeriksaan merupakan interaksi antara pemeriksa pajak dengan wajib
pajak yang dalam hal ini dibutuhkan sikap positif dari wajib pajak sehingga
pelaksanaan pemeriksaan lebih efektif.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberi saran kepada dinas pendapatan
daerah kota Surakarta untuk memberikan hukuman perpajakan sebagai konsekwensi
wajib pajak yang melanggar peraturan daerah dan memanipulasi data-data restoran
serta awasi penggunaannya sebagai bentuk tanggung jawab transparasi kepada rakyat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
ABSTRACT
YULYA EKAWATI. S
F3406070
ESTABLISHMENT TARGET OF RESTAURANT TAX TO INCREASE
AUTHENTIC REGIONAL REVENUE OF SURAKARTA WITH APPLYING
STP (SEGMENTING, TARGETING, POSITIONING) METHOD
Restaurant tax is one of Authentic Regional Revenue sources. Restaurant tax
is a tax collection based on Restaurant services. Tax becomes a very significant part
to cover all cost of development expenses. The effectiveness of restaurant tax
collection will contribute greatly for regional tax revenue. The growth of restaurant
and food stall amounts in Surakarta will prove it. The problem to study in this final
report is how to determine restaurant tax target for increasing Authentic Regional
Revenue of Surakarta by applying STP method, The differences between STP method
and programming method, Implication that may occur within STP application.
The result shown that government in the way to execute monitoring,
attempts to apply STP method by forming auditor team to carry out tax monitoring
that enable to examine and raise tax compliance of assesable person in order to fullfil
their obligations. The application of STP method is expected to obtain an authentic
upon an assesable revenue report that's being examined, so optimized result can be
achieved. Monitoring is an interactial between tax auditor and assesable person, that
requires cooperative behaviour between both of them to enforce monitoring
effectiveness.
Based on result of the study, the author would like to suggest Office of
Regional Revenue to execute tax punishment as a consequence of violation and
manipulation of restaurant data, also to monitor implementation of tax revenue as a
responsibility to public
Keyword : culinary, local original revenue, tax, STP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
MOTTO
Berjalanlah…….Karena berhenti itu sebuah ketakutan dan melihat terus ke kota masa silam adalah sebuah kebodohan Sesungguhnya orang yang berhasil itu akan mengoreksi kesalahan-kesalahan masa lalu dan akan berbuat lebih baik di masa yang akan datang Jadilah dirimu sendiri , walaupun dirimu tak sempurna Kesempatan emas yang kau cari adalah dirimu sendiri. Bukan lingkunganmu, bukan keberuntungan/peluang, atau menolong seseorang, tapi dalam dirimu sendiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk: Kedua orang tuaku yang selalu memberikan nasehat, semangat, cinta, dan
doanya. Seseorang yang selalu setia menemaniku. Teman-teman Perpajakan A&B 2006 Almamaterku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala Puji hanya milik ALLAH SWT Rabb semesta alam, karena dengan
rahmat serta karunia-Nya diberikan kemudahan dalam menyelesaikan Tugas Akhir
yang berjudul “TARGET PENETAPAN PAJAK RESTORAN GUNA
MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA
DENGAN METODE STP (SEGMENTING, TARGETING, POSITIONING)”
sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya Perpajakan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini
masih, jauh dari sempurna, oleh karena keterbatasan pengetahuan, waktu, dan
pengalaman penulis yang masih banyak kekurangan. Semoga Tugas Akhir ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya serta pihak-
pihak yang berkepentingan dalam Tugas Akhir ini.
Terlepas dari kekurangan penulis, penyusunan Tugas Akhir ini tidak akan
berjalan baik tanpa bimbingan, dorongan, pengarahan, bantuan yang bersifat materi
maupun non materi dari berbagai pihak sehinngga tersusunlah Tugas Akhir
ini.Dengan segala kerendahan hati yang dimiliki, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M. Com, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si, Ak selaku Ketua Program Jurusan D-3
Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Anas Wibawa, SE, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang
dengan sabar memberi arahan dan langkah dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
6. Bapak Kepala DIPENDA Kotamadya Dati II Surakarta beserta karyawannya yang
telah bersedia memberikan data dan keterangan yang diperlukan dalam penulisan
Tugas Akhir ini.
7. Terima kasih khusus saya ucapkan kepada Ibu Tatik yang telah membantu dalam
penulisan tugas ahkir dengan meminjami buku-buku yang saya butuhkan.
8. Bapak dan Mamah terkasih yang dengan sabar memberikan dorongan, moral,
semangat, serta doanya dan dukungan materi yang sangat berarti.
9. LovelyQ…….thanks ya dah nemenin hari-hariku dalam menyelesaikan tugas
akhir,,walaupn jarang sih…!!Tp gak apa2 kamu tetep yang terbaik buatku.
10. Kakak-kakakku yang telah menyemangatiku setiap hari demi terselesainya tugas
akhirku.
11. Cintani……tonggoku,,,,koncoku neng endi-endi, seperjuanganku,,,podo
magange,bareng mangkat brevet,jgn lupain perjuangan kita yang tealh kita lalui
bersama.
12. Sinyo,anis,fatimah,vida,jangan lupa kabarnya kalo mo nonton bioskop
lhow………..tenang ja ntar yg antre aku dech…!!!
13. ZzZztttt…….kapan kita must have bareng lagi??????????
14. Na2Soly jangan mpe putus ya persahbatan kita…lagian kan rumah kita jg
deket??ayo kita bernarsis ria….!!
15. Cah-cah pajak, Cintani, Shinta bude, Faat singo, Indah tuyul, Rizky totit, Sumanto
bedu, Yoahnes emon, Jenk angga, yang telah bersama-sama berjuang untuk
menimba ilmu di Dipenda.
16. iblizz, dewi, dian, lina pertahankan gank kalian dan jgn lupa dengan sahabatmu
ini ya!
17. Temen-temenku Pajak A&B 2006 yang telah memberikan dukungan,kritik,saran
yang bermanfaat,dan terus jalin persahabatan kita selamanya.
18. AD 2109 EH “Jupiterku Tersayang” yang dengan setia mengantarku kemana-
mana walau panas menyengat dan hujan menghadang.
19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dalam bentuk apapun kepada penulis dalam menyusun
Tugas akhir ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Semoga semua bantuan Bapak/Ibu/Saudara yang telah diberikan kepada
penulis mendapat berkah dari Allah SWT, Amin ya robbal alamin………….
Surakarta, 21 Juli 2009
YULYA EKAWATI S
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
ABSTRAK ....................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ............................................. 1
1. Sejarah Dinas Pendapatan Daerah Kota Surakarta ................... 1
2. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi Dinas Pendapatan
Daerah Kota Surakarta ............................................................. 4
3. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota
Surakarta ................................................................................... 5
4. Deskripsi Tugas Jabatan Struktural .......................................... 9
5. Tata Kerja Dipenda................................................................... 14
6. Visi dan Misi Dipenda .............................................................. 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
B. LATAR BELAKANG MASALAH .............................................. 15
C. PERUMUSAN MASALAH ......................................................... 20
D. TUJUAN PENELITIAN ............................................................... 20
E. MANFAAT PENELITIAN ........................................................... 21
BAB II. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Landasan Teori .............................................................................. 23
1. Pengertian Pajak ....................................................................... 23
2. Pajak Daerah ............................................................................. 30
3. Tinjauan Umum tentang Pajak Restoran .................................. 32
B. Analisis dan Pembahasan .............................................................. 35
1. Pengertian Metde STP .............................................................. 36
2. Perbedaan Metode STP dengan Metode Programming ............ 42
3. Pengaruh Metode STP terhadap Pemungutan dan Pengenaan
Pajak Restoran .......................................................................... 46
BAB III. TEMUAN
A. KELEBIHAN ................................................................................ 49
B. KELEMAHAN.............................................................................. 50
BAB IV. PENUTUP
A. KESIMPULAN ............................................................................. 51
B. SARAN ......................................................................................... 53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar Bagan Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah
Kota Surakarta .................................................................................................. 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
Tabel II.1 Penggolongan dan Jumlah Restoran Tahun 2008 .............................. 37
Tabel II.2 Penggolongan Kelas Restoran Berdasarkan Fasilitas ........................ 38
Tabel II.3 Target dan Realisasi Pendapatn Daerah Tahun Anggaran 2008 ........ 39
Tabel II.4 Contoh Perhitungan Pajak Restoran dengan Metode STP dan Metode
Programming pada Tahun 2008 .......................................................................... 41
Tabel II.5 Tingkat Kenaikan Penerimaan Pajak Restoran Tahun 2005 sampai dengan
2008 .................................................................................................................... 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
1. Sejarah Dinas Pendapatan Daerah Kota Surakarta
Sejarah Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Dati II Surakarta tentunya
tidak dapat dipisahkan dengan sejarah daerah Surakarta sebagai wilayah
pemerintahan otonom. Penetapan Pemerintah tanggal 15 Juli 1946 Nomor
16/S-D Daerah Surakarta untuk sementara ditetapkan sebagai Daerah
Karesidenan dan dibentuk Daerah Baru dengan nama Kota Surakarta.
Peraturan yang telah ada tersebut kemudian disempurnakan melalui
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1947 yang menetapkan Haminte Kota
Surakarta, waktu itu terdiri dari 5 wilayah kecamatan dan 44 kelurahan.
Pelaksana teknis pemerintahan Haminte Kota Surakarta terdiri dari jawatan-
jawatan. Jawatan yang dimaksud adalah Jawatan Sekretariat Umum, Jawatan
Keuangan, Jawatan Pekerjaan Umum, Jawatan Sosial, Jawatan Kesehatan,
Jawatan Perusahaan, Jawatan P.D.&K, Jawatan Pamong Praja, dan Jawatan
Perekonomian. Jawatan Keuangan ini merupakan lembaga yang mengurusi
penerimaan pendapatan daerah yang antara lain adalah pajak daerah.
Berdasarkan keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sementara
(DPRDS) Kota Besar Surakarta Nomor 4 Tahun 1956 tentang perubahan
struktur pemerintahan, maka Jawatan Sekretariat Umum diganti menjadi
Dinas Pemerintahan Umum. Dinas Pemerintahan Umum ini terdiri dari:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
1. Urusan Sekretariat Umum
2. Urusan Sekretariat DPRD
3. Urusan Kepegawaian
4. Urusan Pusat Perbendaharaan (dahulu masuk Jawatn Keuangan)
5. Urusan Pusat Pembukuan (dahulu masuk Jawatan Keuangan)
6. Urusan Pusat pembelian dan perbekalan
7. Urusan Pajak (dahulu masuk Jawatan Keuangan)
8. Urusan Perumahan
9. Urusan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil (dahulu masuk
Jawatan Pamong Praja)
10. Bagian Penyelesain Golongan Kecil (dahulu masuk Jawatan Pamong
Praja)
11. Urusan Perundang-undangan
Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Kotamadya
Surakarta tanggal 23 Februari 1970 nomor 259/X.10/Kp.70 tentang Struktur
Organisasi Pemerintahan Kotamadya Surakarta. Dinas Pemerintahan Umum
Urusan Pajak diganti menjadi Bagian Pajak. Pada Tahun 1972, Bagian Pajak
itu dihapus berdasarkan Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Kotamadya
Surakarta tanggal 30 Juni 1972 nomor 163/Kep./Kdh.IV/Kp.72 tentang
penghapusan Bagian Pajak dari Dinas Pemerintahan Umum karena bertalian
dengan pembentukan Dinas Pendapatan Daerah yang dibentuk berdasarkan
Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Kotamadya Surakarta tanggal 30
Juni 1972 nomor 162/Kdh.IV/Kp.72. Pembentukan Dinas Pendapatan Daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Kotamadya Surakarta nomor 162/Kdh.IV/Kp.72. Letak Dinas Pendapatan
Daerah Kotamadya Dati II Surakarta adalah di Jalan Jenderal Soedirman No.
2 Surakarta.
Berdasarkan Undang-Undang Darurat No. 11 tahun 1957 tentang Pajak
Daerah, terdapat 13 macam pajak daerah Kotamadya Surakarta yang
wewenang pemungutan dan pengelolaannya ditugaskan kepada Dinas
Pendapatan Daerah, waktu itu baru ada 5 macam Pajak Daerah yang
dijalankan dan telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah, yaitu:
1. Pajak Pertunjukan yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 1 tahun 1972.
2. Pajak Reklame yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 11 tahun 1971.
3. Pajak Anjing yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 4 tahun 1953.
4. Pajak Penjualan Minuman Keras yang diatur dalam Peraturan Daerah No.
4 tahun 1972.
5. Pajak Kendaraan Tidak Bermotor yang diatur dalam Peraturan Daerah No.
12 tahun 1971.
Di samping 5 macam Pajak tersebut, Dipenda juga bertugas mengelola
Pajak Negara yang diserahkan kepada daerah, yaitu:
1. Pajak Potong Burung yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 6 tahun
1959.
2. Pajak Pembangunan I yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 8 tahun
1960.
3. Pajak Bangsa Asing yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 1 tahun
1970.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
4. Pajak Radio yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 5 tahun 1971.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 lahirlah
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor:363 tahun 1977 tentang Pedoman
Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah. Sebagai
pelaksanaannya maka dalam rangka peningkatan daya guna dan hasil guna
Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II sebagai aparat pemupukan Pendapatan
Daerah Tingkat II perlu adanya pembenahan aturan-aturan yang sudah
berlaku. Terbit Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: KUPD 7/12/41-101
tahun 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II.
Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 26 Mei 1988 No. 473-442
tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah dan Pendapatan
Daerah Lainnya, pembagian tugas dan fungsi adalah pendataan, penetapan,
pembukuan dan seterusnya. Sistem dan Prosedur tersebut dikenal dengan
sebutan MAPATDA (Manual Pendapatan Daerah). Setelah sistem itu
diujicobakan kemudian ditetapkan di Kotamadya Surakarta dan kemudian
dituangkan dalam Peraturan Daerah No. 6 tahun 1990 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II Surakarta.
2. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah
Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) Kota Surakarta adalah unsur
pelaksana Pemerintah Daerah di bidang pendapatan daerah, yang dipimpin
oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
kepada Walikota Surakarta. Dipenda Kota Surakarta mempunyai tugas pokok
seperti tercantum dalam Peraturan Daerah (Perda) No. 6 Tahun 1990 pasal 3,
yaitu melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang
pendapatan daerah dan tugas-tugas lainnya yang diserahkan Walikota
Surakarta kepadanya.
Fungsi DIPENDA antara lain dapat disebutkan sebagai berikut:
a. melakukan urusan tata usaha,
b. penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi dan pelaporan,
c. melakukan pendaftaran dan pendataan Wajib Pajak dan Wajib Retribusi
Daerah,
d. pelaksanaan perhitungan, penetapan dan angsuran pajak dan retribusi,
e. pengelolaan pembukuan penerimaan pajak, retribusi dan pendapatan lain,
f. pelaksanaan penagihan atas keterlambatan pajak, retribusi dan jenis
pendapatan lain,
g. penyelenggaraan penyuluhan,
h. pembinaan jabatan fungsional,
i. pengelolaan Cabang Dinas.
3. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Surakarta
Struktur organisai yang baik perlu diterapkan untuk mempermudah dalam
pengawasan management agar pelaksanaan suatu kegiatan dapat berjalan
dengan lancar. Adapun tujuan disusunnya struktur organisasi adalah untuk:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
a. mempermudah pelaksanaan tugas dan pekerjaan,
b. mempermudahkan pimpinan dalam mengawasi pekerjaan bawahan,
c. mengkoordinasi kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan,
d. menentukan kedudukan seseorang dalam fungsi dan kegiatan, sehingga
mampu menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya.
Adapun susunan organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Surakarta
sebagai berikut ini:
a. Kepala Dinas
b. Bagian Tata Usaha, terdiri dari:
1) Sub Bagian Umum,
2) Sub Bagian Kepegawaian,
3) Sub Bagian Keuangan.
c. Sub Dinas Bina Program, terdiri dari:
1) Seksi Perencanaan,
2) Seksi Pengendalian Evaluasi dan Pelaporan.
d. Sub Dinas Pendaftaran, Pendataan, dan Dokumentasi terdiri dari:
1) Seksi Pendaftaran dan Pendataan,
2) Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data.
e. Sub Dinas Penetapan, terdiri dari:
1) Seksi Perhitungan,
2) Seksi Penerbitan Surat Ketetapan,
3) Seksi Angsuran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
f. Sub Dinas Pembukuan, terdiri dari:
1) Seksi Pembukuan Penerimaan,
2) Seksi Pembukuan Persediaan.
g. Sub Dinas Penagihan, terdiri dari:
1) Seksi Penagihan dan Keberatan,
2) Seksi Pengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lain.
h. Cabang Dinas, terdiri dari:
1) Cabang Dinas Pendapatan Daerah I meliputi Kecamatan Banjarsari,
2) Cabang Dinas Pendapatan Daerah II meliputi Kecamatan Jebres dan
Kecamatan Pasar Kliwon,
3) Cabang Dinas Pendapatan Daerah III meliputi Kecamatan Laweyan
dan Kecamatan Serengan,
i. Jabatan Fungsional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
GAMBAR I.1 BAGAN ORGANISASI DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET KOTA SURAKARTA
KEPALA DINAS
Drs. Anung Indro. S,MM
NIP. 500 086 085 / IV b
SEKRETARIAT
Drs. Triyana , MM
NIP. 500 100 858 / IV a
JABATAN FUNGSIONAL
1. Pranata Komputer
2. Arsiparis
3. Pustakawan
4. Auditor
5. Pemeriksa Pajak
KA.SUB.BAG
UMUM & KEPEGAWAIAN
Retno Dwi Hastuti, SH.MM
NIP. 010 254 036 / III d
KA.SUB.BAG
KEUANGAN
Sri Widyaningsih, SE
NIP. 500 082 960 / III c
KA.SUB.BAG. PERENCANAAN
EVALUASI DAN
PELAPORAN
Erni Susiatun, SH, MSi
NIP. 010 247 080 / III d
KA.BID DAFDA &
DOKUMENTASI
Drs. Hari Prihatno
NIP. 010 227 545 / IV b
KA.BID
PENETAPAN
Dra. Tri Tunggal Lestari
NIP. 010 115 531
/ IV b
KA.BID
PENAGIHAN
Dra. Sukriyah
NIP. 500 082 681 / IV b
KA.BID
ANGGARAN
Kentis Ratnawati, SH.MM
NIP. 010 115 531 / IV a
KA.BID
PERBENDAHARAAN
Budiarjo, SE
NIP. 500 075 490 / III d
KA.BID
AKUNTANSI
Drs. Djoko Sutianto, MM
NIP. 500 091 028 / IV a
KA.BID
ASET
Nuning Sri Sulistyaningsih, SH
NIP. 500 085 458 / III d
SEKSI PENDAFTARAN &
PENDATAAN
Dra. Dirghahesti Karsono, MM
NIP. 500 095 044 / IV a
SEKSI PERHITUNGAN
Henry Tristyanto, Bckn
NIP. 500 075 491 / III c
SEKSI DOKUMENTASI &
PENGOLAHAN DATA
Yohanes Pramono, SH.M.Si
NIP. 500 091 330 / III d
SEKSI PENERBITAN
SURAT KETETAPAN
DraYanuar Indriati setia S,MM
NIP. 010 227 545 / IV a
SEKSI PENAGIHAN &
KEBERATAN
Kinkin Sultanul H, SH.MM
NIP. 500 101 502 / III d
SEKSI PENGELOLAAN
PENER SUMBER PDPT
LAIN
Dra. Endang Murdiastuti
NIP. 500 098 911 / III d
SEKSI
ANGGARAN I
Dra. Yuliatni Dyah D
NIP. 500 098 226 / III d
SEKSI
ANGGARAN II
Budi Murtono,SE
NIP. 500 105 763 / III c
c
SEKSI
PERBENDAHARAAN I
Sri Rejeki SK,SE.MM
NIP. 500 061 590 / III c
SEKSI
PERBENDAHARAAN II
Endang Sri Wahyuni, SE.MM
NIP. 500 078 982 / III d
SEKSI
AKUNTANSI I
Kurnia Widiyanto, SE
NIP. 500 105 762 / III c
KA.BID
AKUNTANSI II
Sri Hastuti, SE.
NIP. 500 106 832 / III c
SEKSI
PERENCANAAN ASET
Nunuk Mari Hastuti, SH
NIP. 010 253 536 / III d
SEKSI
PENGELOLAAN ASET
Djoko Maryadi , SE
NIP. 010 174 727 / III d
UPTD II
Taufik Surya D, SE.MM
NIP. 380 051 163 / III d
UPTD III
Eny Yuliarsi, SE
NIP. 050 148 820 / III d
UPTD I
Drs. Sri Idayatno
NIP. 380 050 582 / III d
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
4. Deskripsi Tugas Jabatan Struktural
a. Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan di
bidang pendapatan daerah.
b. Bagian Tata Usaha
Kepala Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan
administrasi umum, perijinan, kepegawaian dan keuangan sesuai
dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.
Bagian Tata Usaha, terdiri dari:
1) Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan surat
menyurat, kearsipan, penggandaan, administrasi perijinan,
perjalanan dinas, rumah tangga, pengelolaan barang inventaris,
pengaturan penggunaan kendaraan dinas dan perlengkapannya,
hubungan masyarakat serta Sistem Jaringan Dokumentasi dan
Informasi Hukum.
2) Sub Bagian Kepegawaian
Sub Bagian Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan adminstrasi kepegawaian.
3) Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan administrasi keuangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ii
c. Sub Dinas Bina Program
Kepala Sub Dinas Program mempuyai tugas melaksanakan
penyusunan rencana strategis dan program kerja tahunan Dinas,
mengadakan monitoring dan pengendalian serta evaluasi dan pelaporan
sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.
Sub Dinas Bina Progam, terdiri dari:
1) Seksi Perencanaan
Seksi Perencanaan mempunyai tugas mengumpulkan, mengolah
dan menyajikan data sebagai bahan penyusunan rencana strategis
dan program kerja tahunan Dinas.
2) Seksi Pengendalian Evaluasi dan Pelaporan
Seksi Pengendalian Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas
melaksanakan monitoring dan pengendalian, analisa dan evaluasi
data serta menyusun laporan hasil pelaksanaan rencana strategis
dan program kerja tahunan Dinas.
d. Sub Dinas Pendaftaran, Pendataan, dan Dokumentasi
Kepala Sub Dinas Pendaftaran, Pendataan, dan Dokumentasi
mempunyai tugas menyelenggarakan pembinaan dan bimbingan di
bidang pendaftaran dan pendataan serta dokumentasi dan pengolahan
data sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala
Dinas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
iii
Sub Dinas Pendaftaran, Pendataan, dan Dokumentasi, terdiri dari:
1) Seksi Pendaftaran dan Pendataan
Seksi Pendaftaran dan Pendataan mempunyai tugas melaksanakan
pendaftaran, pendataan dan pemeriksaan di lapangan terhadap
Wajib Pajak Daerah (WPD) dan Wajib Retribusi Daerah (WRD).
2) Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data
Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data mempunyai tugas
menghimpun, mendokumentasi, menganalisis dan mengolah data
Wajib Pajak Daerah dan Wajib Pajak Retribusi.
e. Sub Dinas Penetapan
Kepala Sub Dinas Penetapan mempunyai tugas menyelenggarakan
pembinaan dan bimbingan di bidang perhitungan, penerbitan surat
penetapan pajak dan retribusi serta penghitungan besarnya angsuran
bagi pemohon sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh
Kepala Dinas.
Sub Dinas Penetapan, terdiri dari:
1) Seksi Perhitungan
Seksi Perhitungan mempunyai tugas melaksanakan penghitungan
dan penetapan besarnya pajak dan retribusi.
2) Seksi Penebitan Surat Ketetapan
Seksi Penerbitan Surat Ketetapan mempunyai tugas menerbitkan
Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Ketetapan Retribusi (SKR) dan
surat-surat ketetapan pajak lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
iv
3) Seksi Angsuran
Seksi Angsuran mempunyai tugas mengolah dan menetapkan
besarnya angsuran pajak daerah dan retribusi daerah.
f. Sub Dinas Pembukuan
Kepala Sub Dinas Pembukuan mempunyai tugas menyelenggarakan
pembinan dan bimbingan di bidang pembukuan penerimaan serta
pembukuan persediaan sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan
oleh Kepala Dinas.
Sub Dinas Pembukuan, terdiri dari:
1) Seksi Pembukuan Penerimaan
Seksi Pembukuan Penerimaan mempunyai tugas menerima dan
mencatat penerimaan, pembayaran serta setoran pajak dan retribusi
yang menjadi kewenangannya.
2) Seksi Pembukuan Persediaan
Seksi Pembukuan Persediaan mempunyai tugas mengelola
pembukuan, penerimaan dan pengeluaran benda berharga.
g. Sub Dinas Penagihan
Kepala Sub Dinas Penagihan mempunyai tugas menyelenggarakan
pembinaaan dan bimbingan di bidang penagihan dan keberatan serta
pengelolaan penerimaan sumber pendapatan lain sesuai dengan
kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
v
Sub Dinas Penagihan, terdiri dari:
1) Seksi Penagihan dan Keberatan
Seksi Penagihan dan Keberatan mempunyai tugas melaksanakan
penagihan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan sumber
pendapatan lainya serta melayani permohonan keberatan dan
penyelesaiannya.
2) Seksi Pengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lain
Kepala Seksi Pengelolaan Penerimaaan Sumber Pendapatan Lain
mempunyai tugas mnegumpulkan dan mengolah data sumber-
sumber penerimaan lain di luar pajak daerah dan retribusi daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
h. Cabang Dinas
Kepala Cabang Dinas mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
Kepala Dinas pada Cabang Dinas di Kecamatan.
Cabang Dinas, terdiri dari:
1) Cabang Dinas Pendapatan Daerah I meliputi Kecamatan Banjarsari
2) Cabang Dinas Pendapatan Daerah II meliputi Kecamatan Jebres
dan Kecamatan Pasar Kliwon
3) Cabang Dinas Pendapatan Daerah III meliputi Kecamatan
Laweyan dan Kecamatan Serengan
i. JabatanFungsional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
vi
5. Tata Kerja Dipenda
Dalam melaksanakan tugasnya Dipenda Kotamadya Dati II
Surakarta mendapat pembinaan teknis fungsional dari Dinas Pendapatan
Daerah Tingkat I Jawa Tengah. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala
Dinas menerapkan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan
simplifikasi., baik dalam lingkungan Dipenda maupun instansi-instansi
lain di luar Dipenda sesuai dengan bidang tugasnya. Kepala Sub Bagian
Tata Usaha, para Kepala Seksi, Kepala Unit Penyuluhan dan Kepala Unit
Pelaksana Teknis Dinas harus menerapkan prinsip-prinsip koordinasi,
integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi sesuai dengan bidang tugasnya
masing-masing.
Kepala Dinas, Kepala Sub Bagian Tata Usaha, para Kepala Seksi
dan Kepala Unit Penyuluhan, bertanggung jawab memberikan
bimbingan/pembinaan kepada bawahannya serta melaporkan hasil-hasil
pelaksanaan tugasnya menurut hierarkhis jabatan masing-masing. Kepala
Sub Bagian Tata Usaha, para Kepala Seksi, Kepala Unit Penyuluhan dan
Kepala Unit Pelaksana teknis Dinas bertanggung jawab kepada Kepala
Dinas. Para Kepala Urusan/Sub Seksi pada Dinas Pendaptan Daerah
bertanggung jawab kepada Kepala Sub Bagian Tata Usaha/Kepala Seksi
yang membidangi.
Kepala Dinas, Kepala Sub Bagian Tata Usaha, dan Kepala Seksi di
lingkungan Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Dati II Surakarta
diangkat dan diberhentikan oleh Gurbenur Kepala Daerah Tingkat I Jawa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
vii
Tengah atas usul Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surakarta.
Kepala Urusan, Kepala Sub Seksi dan Kepala Unit Penyuluhan di
lingkungan Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II
Surakarta diangkat dan diberhentikan oleh Walikotamdya Kepala Daerah
Tingkat II Surakarta.
6. Visi dan Misi Dipenda
a. Visi Dipenda
Visi Dipenda adalah mewujudkan peningkatan pendapatan daerah
yang optimal untuk mendukung penyelenggaraan pemerintah
Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta.
b. Misi Dipenda
Misi Dipenda adalah:
1) Menggali sumber pajak dan retribusi tiada henti
2) Meningkatkan pendapatan daerah tiada kenal menyerah
3) Mengutamakan kwalitas pelayanan ketertiban
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Pembangunan adalah suatu kenyataan fisik sekaligus tekad suatu
masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin melalui serangkaian kombinasi
proses sosial, ekonomi, dan institusional demi mencapai kehidupan yang serba
lebih baik. Pembangunan itu harus mencerminkan perubahan total suatu
masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan tanpa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
viii
mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun
kelompok-kelompok sosial yang serba lebih baik.
Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat
adil dan makmur yang merata materiil maupun spirituil berdasarkan pancasila
di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuan tersebut dicapai
melalui suatu rangkaian program-program pembangunan yang menyeluruh,
terarah, terpadu, dan terus-menerus.
Dilihat dari segi ekonomi, sumber penerimaan negara paling potensial
berasal dari pajak.Kesit Bambang Prakosa (2003: 1), mengidentifikasikan
pajak adalah iuran wajib anggota masyarakat kepada negara karena Undang-
undang dan atas pembayaran tersebut pemerintah tidak memberikan balas jasa
yang langsung dapat diunjuk. Menurut Prof. Dr. P. J. A mengartikan pajak
adalah iuran kepada kas negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh
wajib pajak yang membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak
mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan
dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintah.
Seiring semakin bertambah besarnya kebutuhan negara, maka negara
tersebut harus mampu meningkatkan pendapatan dalam negeri dengan
mengoptimalkan potensi yang ada dalam negara tersebut. Seperti negara kita
ini yang seharusnya bisa mengoptimalkan potensi-potensi dalam negeri kita
sendiri, tidak hanya bergantung pada pinjaman dari luar negeri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ix
Kota Surakarta adalah salah satu kota yang dituntut untuk bisa
mendukung pemerintah dalam hal peningkatan pendapatan negara. Dan salah
satu potensi pendapatan yang ada di Kota Surakarta adalah Pajak Daerah. Ada
terdapat beberapa jenis pajak daerah, antara lain Pajak Hotel, Pajak Restoran,
Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir.
Berdasarkan UU No.18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pemerintah Kota Surakarta telah mengatur pungutan Pajak Hotel dan
Restoran dalam satu peraturan yaitu peraturan tentang Pajak Hotel dan
Restoran. Saat ini peraturan daerah tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan UU
No.34 tahun 2000, sehingga dinyatakan dicabut dan menyusun undang-
undang baru yang memisahkan peraturan jenis pajak restoran sendiri dan
pajak hotel sendiri. Untuk peraturan jenis pajak restoran menggunakan UU
No.10 tahun 2002, tentang Pajak Retoran.
Pengertian Restoran adalah tempat menyantap makanan dan atau
minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha
boga dan catering. Objek pajak dari Pajak Restoran adalah pelayanan atas
penjualan dan atau minuman yang disediakan di restoran dengan pembayaran,
sedangkan yang dikecualikan dari objek pajak adalah:
1. Pelayanan jasa boga atau catering
2. Pelayanan yang disediakan oleh restoran atau rumah makan yang
peredarannya tidak melebihi batas tertentu yang ditetapkan Walikota.
Perkembangan Restoran yang ada di mall-mall di Kota Surakarta sudah
semakin bertambah begitu juga perkembangan restoran di tempat-tempat lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
x
juga sudah semakin bertambah banyak pula. Dengan semakin banyaknya
jumlah restoran yang ada di Surakarta maka pendapatan Dinas Pendapatan
Pengelolaan dan Keuangan Aset Kota Surakarta sebagai yang bertindak dan
yang berperan penting dalam hal pemungutan, harus bekerja keras dalam
menangani pemungutan Pajak Restoran tersebut dan diharapkan bisa
meningkatkan pendapatan asli daerah dari sisi pajaknya.
Pengaturan hubungan pusat dan daerah, khususnya dalam bidang
administrasi pemerintahan maupun dalam hubungan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah, yang dikenal sebagai era etonomi daerah
memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri. Tujuannya adalah untuk lebih
mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, memudahkan
masyarakat untuk memantau dan mengontrol penggunaan dana yang
bersumber dari APBD, menciptakan persaingan yang sehat antar daerah dan
mendorong timbulnya inovasi. Sejalan dengan kewenangan tersebut,
pemerintah daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber
keuangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintah dan
pembangunan di daerahnya melalui PAD. Sumber-sumber penerimaan daerah
yang potensial harus digali secara maksimal sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku, termasuk pajak dan retribusi daerah yang merupakan
unsure utama PAD.
Salah satu upaya untuk mengoptimalkan PAD adalah dengan upaya
meningkatkan pendapatan dari sektor pajak baik Tingkat I Propinsi maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
xi
Tingkat II Kotamadya. Peningkatan dari sektor pajak dengan cara menambah
jenis pajak daerah yang mempunyai potensi dan menambah Wajib Pajak
dalam hal prosedur pelaksanaan pemungutan pajak daerah yang sesuai dengan
Undang-Undang No.16 tahun 2000 Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan.
Biaya pembangunan daerah salah satunya berasal dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Salah satu pos pajak daerah adalah pos pajak restoran.
Pendapatan Asli Daerah dari pos ini cukup besar bagi Kota Surakarta yang
kenyataannya semakin tahun semakin meningkat. Berdasarkan perincian
realisasi penerimaan pendapatan daerah kota Surakarta dari tahun ke tahun
jumlah realisasi dengan target yang dianggarkan lebih besar. Ini berarti
terdapat unsur-unsur yang menyebabkan kenaikan pendapatan khususnya dari
pajak restoran, dan masih terdapat potensi-potensi yang dapat digali untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Penetapan target penganggaran
pajak restoran oleh pihak DIPENDA Kota Surakarta dihitung berdasarkan
setoran wajib pajak pada bulan pertama di awal tahun.
Dari sini penulis ingin menghitung target penerimaan pajak restoran
melalui berbagai metode-metode. Metode yang biasanya digunakan oleh
DIPENDA dalam menetapkan target Pajak Restoran adalah Metode
Programming. Maksud dari metode programming sendiri yaitu suatu metode
perencanaan penetapan target Pajak Restoran tanpa adanya tim audit khusus.
Tetapi dengan menerapkan metode programming pihak DIPENDA masih
mengalami kesulitan untuk menetapkan target Pajak Restoran, maka muncul
metode baru. Metode tersebut yaitu metode STP. Metode STP ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
xii
mengandung 3 tahap yaitu: tahap penggolongan, tahap penargetan, dan tahap
penempatan. Metode STP dalam menetapkan target dengan cara membentuk
tim audit sesuai karakteristik dan kondisi yang kondusif serta kompetitif guna
meningkatkan PAD. Dengan adanya 2 metode penetapan target Pajak
Restoran tersebut, maka diharapkan pihak DIPENDA dapat memilih metode
penganggaran mana yang lebih baik.Untuk itu penulis mengambil judul
“TARGET PENETAPAN PAJAK RESTORAN GUNA MENINGKATKAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA DENGAN
METODE STP (SEGMENTING, TARGETING, POSITIONING)”
C. PERUMUSAN MASALAH
Dari Gambaran umum objek penelitian di atas, maka untuk memudahkan
penyusunan tugas akhir ini, penulis mencoba merumuskan masalah:
1. Apakah metode STP itu?
2. Adakah perbedaan penetapan pajak Restoran dengan menggunakan
metode STP dan metode programming?
3. Bagaimanakah pengaruh metode STP terhadap pemungutan dan
pengenaan Pajak Restoran?
D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan gambaran umum dan rumusan masalah diatas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
xiii
1. Mengetahui apa maksud dari STP (Segmenting, Targeting, Positioning)
tersebut.
2. Untuk mengetahui perbedaan antara metode STP dengan metode Self
Assesment dalam penetapan Pajak Restoran.
3. Mengetahui implikasi-implikasi yang terjadi dalam menetapkan target
Pajak Restoran guna meningkatkan PAD di Kota Surakarta.
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Dinas Pendapatan Daerah Kota Surakarta
a. Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis akan menjadi bahan
pertimbangan bagi Dipenda dalam menjalankan sistem pengenaan
terhadap Pajak Restoran.
b. Dapat meningkatkan kinerja dari Kantor Pelayanan Dipenda Kota
Surakarta.
c. Untuk memudahkan mengadakan pengkajian ulang terhadap wajib
Pajak Restoran yang belum terdaftar.
2. Bagi Penulis
a. Untuk memperluas wawasan pembaca mengenai pajak daerah terutama
Pajak Restoran.
b. Menambah referensi dan pengetahuan pembaca dari penelitian yang
telah dilakukan secara langsung melalui praktek kerja lapangan yang
dilakukan oleh Dipenda Kota Surakarta yang berkaitan dengan Pajak
Restoran yang menjadi sumber pendapatan daerah Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
xiv
3. Bagi Pihak Lain
a. Sebagai bahan acuan untuk pembuatan penelitian dimasa mendatang.
b. Sebagai sumber informasi tentang pajak khususnya mengenai Pajak
Restoran di Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
xv
BAB II
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Pajak
a. Ada beberapa pengertian Pajak yang dikemukakan oleh para ahli,
antara lain:
1) Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH.
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung yang dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum, (Mardiasmo,
2003:1).
2) Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani
Pajak adalah iuran kepada kas negara (yang dapat dipaksakan)
yang terutang oleh wajib pajak yang membayarnya menurut
peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang
langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan
tugas negara yang menyelenggarakan pemerintah, (Waluyo
Wirawan, 2002:4).
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
xvi
3) Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja
Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang yang dipungut
oleh pengusaha berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup
biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam
mencapai kesejahteraan umum (Early Suandy, 2002:9).
Definisi pajak secara umum adalah iuran wajib para anggota
masyarakat kepada pemerintah karena Undang-undang dan atas
pembayaran tersebut pemerintah tidak memberikan balas jasa yang
langsung dapat ditunjuk dalam konteks daerah, pajak daerah adalah
pajak-pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah yang diatur
berdasarkan peraturan-peraturan daerah masing-masing dan hasil
pemungutan digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerahnya
(Kesit, 2003: 1).
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan pajak memiliki
unsur-unsur sebagai berikut ini.
1. Iuran dari rakyat kepada negara
Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut
berupa uang (bukan barang)
2. Diatur dengan undang-undang
Pelaksanaan pemungutan pajak diatur dengan menggunakan
kekuatan undang-undang.
3. Dapat dipaksakan
Pelaksanaan pemungutan pajak dapat dilakukan secara paksa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
xvii
4. Untuk pengeluaran anggaran
Pembayaran pajak digunakan untuk membiayai kebutuhan rumah
tangga negara, yakni pengeluaran yang bermanfaat bagi rakyat.
5. Kontraprestasi
Dalam pajak tidak ada jasa timbal balik dari negara secara
langsung.
b. Sistem Pemungutan Pajak
1) Official Assesment System
Yaitu suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh wajib pajak.
2) Self Assesment System
Yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada wajib pajak menentukan sendiri besarnya pajak yang
terutang.
3) With Holding System
Yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga.
c. Asas-asas Pemungutan
Menurut Adam Smith dalam pemungutan pajak terdapat empat
asas, diantaranya adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
xviii
1) Asas kesamaan (equality)
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata. Adil
dimaksudkan bahwa setiap wajib pajak menyumbangkan uang
untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingannya
dan manfaat yang diterima.
2) Asas kepastian (certainty)
Penetapan pajak tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena
itu, Wajib pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti pajak yang
terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.
3) Asas kecocokan / kelayakan (convenience)
Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai
dengan saat-saat yang tidak menyulitkan wajib pajak.
4) Asas Ekonomi (economy)
Secara ekonomi biaya pemungutan dan biaya pemenuhan
kewajiban pajak bagi Wajib Pajak diharapkan sekecil mungkin,
demikian pula beban yang dipikul Wajib Pajak.
d. Fungsi Pajak
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa pajak ada karena
adanya pemerintahan. Pemerintah melakukan pungutan pajak
mempunyai beberapa tujuan dan tujuan tersebut tidak terlepas dari
fungsi pajak itu sendiri. Adapun beberapa fungsi pajak tersebut antara
lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
xix
1) Fungsi Penerimaan (Budgeter)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
2) Fungsi Mengatur (Reguler)
Pajak berfungsi sebagai alat mengatur atau melaksanakan
kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.
Berdasarkan kedua jenis fungsi pajak tersebut diatas, dapat
dipahami bahwa fungsi budgeter pajak dikaitkan dengan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara pada umumnya dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah pada khususnya.Dimasukkan untuk
mengisi kas negara atau daerah, sebanyak-banyaknya dalam rangka
membayar pengeluaran rutin dan pembangunan Pemerintah Pusat atau
Daerah.
e. Pengelompokan Pajak
1) Menurut Sifatnya
a) Pajak Subyektif
Yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subyeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib
pajak. Keadaan diri wajib pajak. Keadaan diri wajib pajak
dapat mempengaruhi besar kecilnya jumlah pajak yang harus
dibayarkan. Daya pikul dari wajib pajak yang diukur dengan
memperhatikan keadaan wajib pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
xx
b) Pajak Obyektif
Yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya
dan pajak ini dipungut karena keadaannya,perbuatan atau
kejadian yang dilakukan atau terjadi dalam wilayah negara
dengan tidak mengindahkan kediaman atau sifat subyeknya,
apakah orang miskin, bujangan, atau sudah bekeluarga.
2) Menurut Golongannya
a) Pajak Langsung
Yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan
tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
b) Pajak Tidak Langsung
Yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain.
3) Menurut Lembaga Pemungutannya
a) Pajak Pusat
Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.
b) Pajak Daerah
Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah untuk
membiayai rumah tangga Daerah.
f. Syarat Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak hendaknya dilakukan secara proporsional, agar
tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan dalam pemngutannya.
Pemungutan Pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
xxi
1) Pemungutan Pajak Harus Adil (syarat keadilan)
Sesuai dengan tujuan hukum, yaitu mencapai keadilan, undang-
undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam
perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum
dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
Sedang adil dalam pelaksanaannya yakni memberikan hak bagi
wajib pajak yang mengajukan keberatan, penundaan pembayaran
dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.
2) Pemungutan Pajak Harus Berdasarkan Undang-Undang (syarat
yuridis)
Pajak diatur dalam UUD 1945 Pasal 23 ayat 2, hal ini memberikan
jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara
maupun bagi warganya.
3) Tidak Mengganggu Perekonomian (syarat ekonomis)
Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan
produksi maupun perdagangan sehingga tidak menimbulkan
kelesuan perekonomian masyarakat.
4) Pemungutan Pajak Harus Efisien (syarat finansiil)
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat
ditekan dari hasil pemungutannya.
5) Sistem Pemungutan Pajak Harus Disederhanakan
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan
mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
xxii
g. Stelsel Pajak
1) Stelsel Nyata (riil stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata
sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun
pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya telah dapat
diketahui.
2) 2Stelsel Anggapan (fiktif stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh
undang- undang.
3) Stelsel Campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dengan stelsel
anggapan.
2. Pajak Daerah
a. Ada beberapa pengertian Pajak Daerah yaitu antara lain:
Yaitu iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau
badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang
dapat dipaksakan berdasarkan peraturan khusus disediakan dan atau
diberikan oleh daerah untuk kepentingan orang pribadi.
Pajak Daerah menurut Undang-Undang Nomer 34 tahun 2002
yaitu iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada
daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan
daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiii
xxiii
Sedangkan pengertian pajak menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 65 tahun 2001 pasal 1 ayat 6 tentang pajak daerah dan retribusi
daerah yaitu iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan
kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat
dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah
dan pembangunan daerah.
b. Jenis dan Tarif Pajak Daerah
Jenis pajak daerah menurut wilayah pemungutannya dan tarif
pajak daerah yang ditetapkan paling tinggi adalah.
1) Pajak Propinsi adalah pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah
daerah tingkat propinsi. Berikut penggolongan pajak serta tarifnya:
a) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air 5%
(lima persen)
b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas
Air 10% (sepuluh persen)
c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 5% (lima persen)
d) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan 20% (dua puluh persen)
2) Pajak Kabupaten adalah pajak daerah yang dipungut oleh
pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota.Berikut penggolongan
beserta tarifnya:
a) Pajak Hotel 10% (sepuluh persen)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiv
xxiv
b) Pajak Restoran 10% (sepuluh persen)
c) Pajak Hiburan 35% (tiga puluh lima persen)
d) Pajak Reklame 25% (dua puluh lima persen)
e) Pajak Penerangan Jalan 10% (sepuluh persen)
f) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 20% (dua puluh
persen)
g) Pajak Parkir 20% (dua puluh persen)
3. Tinjauan Umum Tentang Pajak Restoran
a. Pengertian Restoran
Adalah tempat menyantap makanan dan atau minuman yang
disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa dan
katering.
b. Pengertian Pajak Restoran
Adalah pajak atas semua pelayanan penjualan makanan dan
minuman di restoran.
c. Pengusaha Restoran
Adalah orang atau badan yang menyelenggarakan usaha
restoran untuk atas nama sendiri dan atas nama pihak lain yang
menjadi tanggungannya.
d. Objek Pajak Restoran
Adalah pelayanan atas penjualan makanan dan atau minuman
yang disediakan di restoran dengan pembayaran, termasuk pesanan
yang dibawa pulang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxv
xxv
Yang dikecualikan dari objek pajak:
1) Pelayanan usaha boga atau katering
2) Pelayanan yang disediakan oleh restoran atau rumah makan yang
peredarannya tidak melebihi batas tertentu yang ditentukan oleh
walikota.
e. Subjek Pajak Restoran
Adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran
atas pelayanan penjualan makanan dan minuman di restoran.
f. Wajib Pajak Restoran
Adalah pengusaha restoran yang peredarannya tidak melebihi
batas tertentu yang ditetapkan oleh walikota.
g. Dasar Pengenaan Tarif Pajak
Adalah jumlah pembayaran yang dilakukan subjek pajak
kepada restoran atas pelayanan yang diberikan.
Dalam Perda Nomor 10 tahun 2002 yaitu ada 2 lapisan tarif
dalam pengenaan pajak restoran yang telah ditetapkan yaitu:
1) Kategori A dikenakan sebesar 10% (sepuluh persen) dari
pembayaran.
2) Kategori B dikenakan sebesar 5% (lima persen) dari jumlah
pembayaran.
h. Dasar hukum yang melandasi adanya pungutan pajak restoran
diantaranya berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvi
xxvi
1) Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
2) Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
3) Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 10 Tahun 2002 tentang
Pajak Restoran.
i. Tata Cara Pemungutan Pajak Restoran
Pemungutan Pajak dan Retribusi Daerah tidak dapat
diborongkan (Prakoso, 2003:79). Yang dimaksud Pemungutan Pajak
tidak dapat diborongkan atau tidak dapat dikerjasamakan dengan
pihak ketiga adalah kegiatan perhitungan besarnya pajak terutang,
kegiatan pengawasan penyetoran pajak dan penagihan pajak. Berikut
adalah tatacara pemungutan Pajak Restoran:
1) Pajak dibayar sendiri oleh Wajib Pajak atau dipungut berdasarkan
jumlah omset usaha yang sebenarnya.
2) Wajib Pajak memenuhi kewajiban Pajak yang dibayar sendiri
dengan menggunakan SPTPD, SKPD, SKPDKB, dan atau
SKPDKBT dengan dilampiri bill atau bukti transaksi usaha sebagai
alat ketetapan dasar pengenaan pajak.
3) Wajib Pajak memenuhi kewajiban pajak yang dipungut dengan
menggunakan SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvii
xxvii
4) Terhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud diatas dapat
diterbitkan STPD, Surat Ketetapan Pembetulan, Surat Ketetapan
Keberatan, dan Putusan Banding sebagai dasar pemungutan dan
penyetoran pajak, untuk tatacara penerbitan, pengisian, dan
penyampaian Surat Ketetapan diatur dengan Keputusan Walikota,
kecuali banding pajak.
B. PEMBAHASAN
Berbeda dengan metode pemungutan pajak sebelum tahun 1984 yang
menggunakan metode official assessment, sejak tahun 1984 sistem
pemungutan pajak adalah self assessment. Esensi dari metode self assessment
yaitu bahwa Wajib Pajak yang dalam hal ini adalah pengusaha restoran diberi
kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan, membayar atau
menyetor dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang seaharusnya terutang.
Pada sistem yang baru ini, penentuan besarnya pajak yang terutang berada
pada Wajib Pajak sendiri sehingga Wajib Pajak dituntut untuk mengambil
peranan aktif dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Dengan adanya
kepercayaan yang sangat besar yang telah diberikan pemerintah kepada
masyarakat sebagai Wajib Pajak, maka selayaknya kepercayaan tersebut
harus diimbangi dengan upaya penegakan hukum serta pengawasan yang
ketat atas kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kepercayaannya. Salah
satu penegakan hukum yang dapat dilakukan adalah dengan merubah metode
self assessment menjadi metode STP untuk melaksanakan pemeriksaan pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxviii
xxviii
Pemeriksaan pajak merupakan instrument untuk menentukan tingkat
kepatuhan Wajib Pajak baik formal maupun material yang tujuan utamanya
untuk menguji dan meningkatkan tax compliance seorang pajak.
1. Pengertian metode STP (Segmenting, Targeting, Positioning)
Metode STP merupakan suatu metode dengan memetakan atau
menggolongkan, mentargetkan, dan melakukan kajian-kajian atau
penelitian untuk memposisikan restoran yang telah terdaftar sebagai Wajib
Pajak dengan disertai pembentukan tim audit sesuai karakteristik dan
kondisi yang kondusif dan kompetitif guna meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah.
a. Pelaksanaan Penetapan Target Pajak Restoran dengan Menggunakan
Metode STP
Dalam penggunaan metode STP ini untuk menetapkan target
Pajak Restoran diperlukan tim audit. Tugas dari tim audit dalam
metode STP adalah memeriksa Wajib Pajak untuk meningkatkan
kepatuhan terhadap pemenuhan kewajiban perpajaknnya. Pemeriksaan
pajak dilakukan oleh tim audit yang dibentuk berdasarkan Surat
Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kota Surakarta Nomor
974/182/2005 tentang pembentukan tim audit Objek Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah Kota Surakarta. Pemeriksaan pajak tersebut
dilakukan terhadap pajak yang sistem pemungutannya dengan
menggunakan metode STP yang dalam hal ini meliputi Pajak Hiburan,
Pajak Hotel, dan Pajak Restoran. Tim audit Dipenda akan selalu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxix
xxix
berubah setiap tahun baik dari segi jumlah maupun dari segi
personilnya karena Surat Keputusan Kepala Dipenda ini hanya berlaku
selama 1 tahun.
b. Hasil yang Diperoleh dengan Metode STP
Berdasarkan data yang di dapat dari kantor Dinas Pendapatan
Daerah di wilayah Kota Surakarta pada tahun 2008 terdapat kurang
lebih 11.125 restoran atau rumah makan termasuk PKL yang
dikenakan pajak. Restoran tersebut dibedakan menjadi 4 kelompok
yang digolongkan berdasarkan fasilitas serta pelayanan yang
disediakan dari restoran tersebut. Berikut penggolongan dan jumlah
restoran:
Tabel II.1
Penggolongan dan Jumlah Restoran
Tahun 2008
No. Uraian/Jenis Jumlah Objek
1.
2.
3.
4.
Rumah Makan A
Rumah Makan B
Rumah Makan C
PKL/Warung
35
120
323
647
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Surakarta
Klasifikasi penggolongan dan jumlah restoran diatas
merupakan penerapan dari salah satu tahap metode STP yaitu tahap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxx
xxx
segmenting. Segmenting yaitu suatu proses memetakan / memilih
restoran sesuai dengan jenisnya.
Selain tahap segmenting dalam metode STP, terdapat juga
tahap positioning. Positioning yaitu melakukan kajian / penelitian
untuk memposisikan Restoran berdasarkan fasilitas yang dimiliki.
Restoran dapat diklasifikasikan berdasarkan fasilitas yang dimiliki
antara lain sebagai berikut:
Tabel II.2
Penggolongan Kelas Restoran Berdasarkan Fasilitas
Kelas Restoran Fasilitas
A
B
C
D
AC, Area Parkir, Toilet, >10 Meja, >60
Kursi, >10 Karyawan
Toilet, 5-10 Meja, <40 Kursi, < Karyawan
<5 Meja, <15 Kursi, < Karyawan
Diklasifikasikan sebagai rumah makan yang
berada di pinggir jalan dan bangunannya
tidak permanen.
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Surakarta
Mengingat besar atau banyaknya jumlah restoran yang berada
di wilayah Kota Surakarta maka diharapkan dapat memberikan
kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta, apalagi
setelah adanya pemisahan antara Pajak Hotel dan Pajak Restoran.
Pemisahan tersebut terjadi karena adanya perubahan Undang-Undang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxi
xxxi
Nomor 5 tahun 1974 berubah menjadi Undang-Undang Nomor 34
tahun 2000, hal tersebut menjadi berubah dengan PP Nomor 65 tahun
2001 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Untuk
memaksimalkan penerimaan daerah dari Pajak Restoran maka pihak
Pemerintah Daerah berupaya untuk menyelesaikan semua masalah
yang berkaitan dengan penerimaan Pajak Restoran. Tahap ke 3 dari
metode STP adalah tahap targeting, yaitu menentukan besarnya target
restoran yang telah kita pilih sesuai dengan karakteristik dan kondisi
yang kondusif dan kompetitif serta memiliki potensi.
Tabel II.3
Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2008
(Dalam Rupiah)
No Jenis Pajak Target Realisasi %
1. Pajak Hotel 5.200.000.000 5.213.358.162 100,25
2. Pajak Restoran 7.500.000.000 7.647.041.788 101,96
3. Pajak Hiburan 4.730.000.000 4.812.372.657 101,74
4. Pajak Reklame 3.450.000.000 3.527.909.910 102,25
5. Pajak Penerangan Jalan 24.150.000.000 24.902.623.244 103,00
6. Pajak Parkir 751.000.000 752.316.260 100,17
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Surakarta
Dari tabel II.3 diatas, dapat dikatakan bahwa potensi
penerimaan pajak dari sektor Pajak Restoran sangat besar seiring
dengan semakin meningkatnya jumlah Restoran di wilayah Kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxii
xxxii
Surakarta untuk setiap tahunnya. Dengan demikian diharapkan
pendapatan dari sektor Pajak Restoran dapat memberikan kontribusi
yang baik untuk penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta.
Tetapi dalam kenyataannya belum menunjukkan hasil yang maksimal
walaupun penerimaan dari sektor Pajak Restoran mengalami
peningkatan sebesar 101,96% yaitu target Pajak Restoran yang semula
Rp 7.500.000.000, selama tahun 2008 ini realisasi Pajak Restoran
meningkat menjadi Rp 7.647.041.788 seperti yang dijelaskan dalam
tabel II.3. Hal ini terlihat dari masih adanya objek Pajak Restoran yang
dilakukan pemeriksaan oleh tim audit. Dipenda Kota Surakarta yang
dengan pemeriksaan ini menunjukkan masih adanya Wajib Pajak
Restoran yang bermasalah dalam memenuhi kewajiban perpajaknnya.
Untuk itu peran tim audit dalam metode STP ini sangat diperlukan
dalam hal peningkatan kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya serta penerimaan Pajak Daerah
dapat lebih efektif terutama dari sektor Pajak Restoran, sehingga selain
dapat menunjukkan bahwa dengan dilakukannya proses audit dapat
membawa dampak positif bagi penerimaan Pajak Daerah pada
umumnya dan Pajak Restoran pada khususnya juga dapat
menunjukkan kinerja tim audit Dipenda cukup efektif. Dengan kata
lain bahwa peranan tim audit sangat besar, salah satunya mampu
meningkatkan penerimaan pajak dengan optimal melalui pendekatan
penerimaan Pajak terhadap potensi Pajak yang seharusnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiii
xxxiii
Tabel II.4
Contoh Perbedaan Perhitungan Pajak Restoran dengan
Metode Programming dan Metode STP
Pada Tahun 2008
No OP
Setoran Pajak
Metode Programming Metode STP
Omzet Tarif Pajak
Klasi
fikasi
DPP Tarif Pajak Selisih
1.
2.
3.
4.
5.
Diamond
Kusuma Sari
Sruput Sendok
Pring Sewu
Boga Bogi
960.000.000
540.000.000
180.000.000
780.000.000
625.800.000
10 %
10 %
10 %
10 %
10 %
96.000.000
54.000.000
18.000.000
78.000.000
62.580.000
A
A
A
A
A
20 %
20 %
20 %
20 %
20 %
10 %
10 %
10 %
10 %
10 %
*115.200.000
64.800.000
21.600.000
93.600.000
75.096.000
19.200.000
10.800.000
3.600.000
15.600.000
12.516.000
Jumlah 308.580.000 370.296.000
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah
Cara Perhitungan :
* 960.000.000 x 20 % = 192.000.000
960.000.000 + 192.000.000 = 1.152.000.000
1.152.000.000 x 10 % = 115.200.000 (Pajak yang harus dibayar)
Dari hasil perhitungan yang dilakukan oleh dipenda dengan
menggunakan dua metode yang berbeda tetapi tarif yang digunakan
tetap sama sesuai dengan tarif yang telah ditetapkan pemerintah
daerah. Maka dapat disimpulkan bahwa pembayaran pajak akan lebih
efektif apabila dalam pemungutannya menggunakan metode STP,
karena dengan menggunakan metode STP ini tidak ada tunggakan
pajak yang belum dibayar oleh wajib pajak. Tim audit dalam metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiv
xxxiv
STP ini ikut serta secara langsung untuk memeriksa kebenaran wajib
pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Berbeda dengan
metode Programming yang masih ada wajib pajak untuk tidak
membayar tunggakan pajaknya karena dalam metode Programming ini
tim audit tidak dapat terjun langsung memeriksa kebenaran wajib pajak
dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya, tetapi tunggakan pajak
tersebut akan tetap dilunasi sesuai dengan jangka waktu yang telah
ditetapkan.
2. Perbedaan Metode STP dengan Metode Programming
Dalam Peraturan Daerah tentang Pajak Restoran menyatakan
bahwa cara pembayaran dan pemungutan Pajak Restoran adalah menganut
sistem self assessment, yaitu Wajib Pajak Restoran dalam hal ini adalah
pengusaha Restoran menghitung, melaporkan, dan membayarkan sendiri
jumlah pajak terutangnya sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan. Ini
berarti Wajib Pajak Restoran yaitu pengusaha Restoran dituntut berperan
aktif dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya, namun pada
kenyataanya masih banyak Wajib Pajak yang menyalahgunakan sistem
self assessment ini, yang mengakibatkan potensi Pendapatan Asli Daerah
Kota Surakarta terutama dari sektor Pajak Restoran kurang optimal. Dalam
rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta diperlukan
juga peningkatan efektivitas dan efeisiensi dalam pemungutan Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah. Untuk mewujudkannya Pihak Dipenda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxv
xxxv
Surakarta mencoba mengubah metode baru yaitu metode STP
(Segmenting, Targeting, Positioning). Metode STP dengan Metode
Programming hanya berbeda tipis, letak perbedaannya yaitu pada
pembentukan tim audit pungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Pembentukan tim audit pungutan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah adalah kebijakan pemberdayaan sumber daya manusia dalam
rangka pemeriksaan pajak dan retribusi dengan maksud untuk menguji
kebenaran omzet penjualan dan sweeping tunggakan. Tujuan dari metode
STP ini adalah untuk menguji dan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak
terutama Wajib Pajak Restoran dalam rangka pemenuhan kewajiban
perpajakannya.
Perbedaan metode STP dengan metode Programming
Pembeda Metode STP Metode Programming
Masa berlaku
Surat tugas
Awal mulai
Pelaksanaan audit
Hasil audit
Dimulai pada pertengahan
tahun 2008.
Ada.
Diawali dengan dikeluar
kannya Surat Tugas.
Adanya surat perintah
pemeriksaan pajak
Adanya resume (ringkasan
hasi audit)
Sejak tahun 1984
Tidak ada
Tanpa adanya surat tugas
dari Kepala Dipenda
Tidak ada surat perintah
pemeriksaan pajak.
Adanya laporan
tunggakan pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvi
xxxvi
a. Prosedur Metode STP
Setiap awal tahun Kepala Dipenda mengeluarkan SK mengenai
pembentukan tim audit atas pungutan Pajak Daerah. Pembentukan tim
audit ini didasarkan pada SK No.974/182/2005 di mana Surat
Keputusan Kepala Dipenda ini berlaku untuk 1 tahun.
Pelaksanaan Metode STP dimulai dengan dikeluarkannya surat
tugas kepada tim audit untuk melaksanakan pemeriksaan pajak dari
Kepala Dipenda yang disebut sebagai surat perintah pemeriksaan
pajak. Surat tugas ini berisi mengenai jadwal pelaksanaan audit, Wajib
Pajak yang diaudit serta petugas yang mengaudit. Setelah surat
perintah pemeriksaan pajak dikeluarkan, Kepala Dipenda
mengeluarkan surat pemberitahuan kepada pengusaha restoran dapat
mempersiapkan buku,catatan,atau dokumen lain yang berhubungan
dengan objek pajak yang terutang serta keterangan lain yang
diperlukan selama proses audit. Pelaksanaan audit di mulai setelah
Wajib Pajak menerima surat perintah pemeriksaan pajak sebagai surat
pemberitahuan pemeriksaan dan permintaan keterangan atau
peminjaman data sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan sebagai
bukti dimulainya proses audit, Wajib Pajak diminta untuk
membubuhkan tanda tangannya pada salinan surat perintah
pemeriksaan. Setelah dilakukan pemeriksaan, tim audit membuat
resume hasil proses audit tentang objek pajak yang diaudit dimana
resume ini akan dituangkan dalam berita acara. Berkaitan dengan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvii
xxxvii
pemeriksaan Wajib Pajak tidak selalu menyetujui hasil auditnya, Wajib
Pajak dimungkinkan untuk tidak menyetujuinya dengan menolak
menandatangani berita acara hasil pemeriksaan.
b. Prosedur Metode Programming
Merupakan suatu metode perencanaan penetapan target
restoran yang disesuaikan dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan
berdasar golongan, target, dan posisi tanpa pembentukan tim audit
khusus.
Metode Programming dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Self Assessment
Sejak tahun 1984 sistem pemungutan Pajak Restoran yang awalnya
adalah Official Assessment diganti menjadi Self Assessment oleh
Pemerintah Daerah. Pada sistem ini, Wajib Pajak yaitu pengusaha
Restoran diberi kepercayaan penuh untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar, atau menyetor dan melaporkan
sendiri jumlah Pajak Restoran yang terutang. Kepercayaan tersebut
harus diimbangi dengan upaya penegakkan hukum serta
pengawasan yang ketat atas kepatuhan Wajib Pajak dalam
melaksanakannya.
2) Official Assessment
Secara garis besar, pelaksanaan Official Assessment ini sama
dengan pelaksanaan Self Assessment. Perbedaannya terletak pada
penetapan, pemungutan, dan pembayaran jumlah Pajak Restoran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxviii
xxxviii
yang terutang bukan berdasarkan omset, tetapi berdasarkan
ketetapan yang telah ditetapkan oleh fiscus, atas persetujuan
Walikota.
3. Pengaruh Metode STP terhadap pemungutan dan Pengenaan Pajak
Restoran
Berdasarkan analisis sebelumnya bahwa metode STP merupakan
suatu metode dengan memetakan atau menggolongkan, mentarget, dan
melakukan kajian-kajian atau penelitian untuk memposisikan restoran
yang telah terdaftar sebagai wajib pajak dengan disertai pembentukan tim
audit sesuai karakteristik dan kondisi yang kondusif dan kompetitif guna
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Metode STP memberikan
pengaruh yang sangat besar dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kota Surakarta. Pendapatan Asli Daerah dapat maksimal
apabila dalam menerapkan metode STP sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dengan penerapan metode STP maka
penerimaan akan dikatakan efektif karena realisasi yang dicapai lebih
besar daripada target yang telah ditetapkan. Sebaliknya apabila target yang
ditetapkan lebih besar daripada realisasi maka penerimaan tersebut
dikatakan tidak efektif. Target ditentukan dengan memprediksi laju pasar
di tahun berikutnya, melihat jumlah wajib pajak yang berkompetensi.
Penentuan target juga harus disesuaikan dengan tahun dasar dengan tahun
yang akan di bandingkan sebagai pedoman dalam memprediksi jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxix
xxxix
target dan disesuaikan dengan pendapatan daerah secara menyeluruh.
Selain berpengaruh dalam hal penerimaan dan penentuan target, metode
STP juga dapat menunjukkan Wajib Pajak Restoran yang memanipulasi
data karena metode STP membentuk tim audit khusus yang bertugas
memeriksa akan kebenaran pembayaran Wajib Pajak Restoran sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan. Kesadaran untuk membayar pajak
saat ini sudah mulai menurun bahkan masih banyak Wajib Pajak Restoran
yang tidak membayar dan melaporkan pajaknya. Maka dengan metode
STP ini telah dibuktikan bahwa dapat meningkatkan kesadaran Wajib
Pajak Restoran untuk memenuhi kewajibannya sebagai Wajib Pajak
Restoran, sehingga dapat memaksimalkan Pendapatan Asli Daerah.
Dengan adanya metode STP yang bertujuan untuk meningkatkan
penerimaan pajak restoran, maka dapat dilihat dengan tabel tingkat
kenaikan penerimaan pajak restoran dari tahun 2005 sampai dengan tahun
2008.
Tabel II.5
Tingkat Kenaikan Penerimaan Pajak Restoran
Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2008
Tahun Anggaran Tingkat Kenaikan
2005
2006
2007
2008
4.731.154.369
5.779.781.864
6.193.638.884
7.647.041.788
122,16 %
107,16 %
123,46 %
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xl
xl
Dari tabel II.5 dapat dilihat bahwa tingkat penerimaan pajak
restoran dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 mengalami
peningkatan, yaitu untuk tahun 2005 sampai dengan tahun 2006
mengalami peningkatan sebesar 122,16. Akan tetapi penerimaan pajak
restoran untuk tahun 2006 sampai dengan 2007 sedikit mengalami
penurunan sebesar 107,16. Dan untuk tahun 2007 sampai dengan tahun
2008 meningkat menjadi 123,46. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan
metode SPT untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sudah cukup
berhasil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xli
xli
BAB III
TEMUAN
A. KELEBIHAN
Berdasar Analisis dan Pembahasan diatas dapat dilihat bahwa Pajak
Restoran dapat memberikan kontribusi terbesar (kedua) setelah Pajak
Penerangan Jalan maka dapat kita temukan :
1. Dilihat dari banyaknya Restoran yang ada di Kota Surakarta maka Pajak
Restoran dapat memberikan kontribusi ke 2 sebesar 101,96% terhadap
peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kota Surakarta.
2. Dari hasil perhitungan Pajak Restoran yang dilakukan oleh Dipenda
dengan menggunakan metode STP maka pemungutan Pajak Restoran di
Kota Surakarta mengalami peningkatan.
3. Setoran pajak yang dalam pemungutannya menggunakan Metode STP,
maka pajak yang disetorkan lebih besar disbanding Metode Programming
yaitu sebesar 370.296.000.
4. Dipenda mengalami peningkatan kenaikan penerimaan pajak restoran
tahun 2007 – 2008 sebesar 123.46 %.
5. Adanya sosialisasi dari Pemerintah Daerah kepada Wajib Pajak dapat
memberikan masukan tentang pentingnya penerimaan Pajak Restoran
bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kota Surakarta.
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlii
xlii
B. KELEMAHAN
Disamping kelebihan diatas penulis menemukan beberapa kekurangan
dari penelitian yang dikaji oleh penulis dan kelemahan tersebut antara lain :
1. Hasil perhitungan dengan menggunakan metode Programming lebih kecil
dibanding metode STP.
2. Penerimaan pajak restoran mengalami penurunan dari tahun 2006 – 2007
sebesar 107,16 %.
3. Metode STP dalam penerapannya menggunakan tarif yang lebih tinggi
dibanding Metode Programming.
4. Jumlah tim audit yang masih kurang, sedangkan jumlah restoran / rumah
makan di Kota Surakarta yang cukup banyak, sehingga menyebabkan
adanya potensi pajak yang terlewatkan.
5. Kecilnya tarif yang ditetapkan dalam Metode Programming menyebabkan
rendahnya penerimaan pendapatan khususnya pajak restoran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xliii
xliii
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kebijakan Pemerintah dalam rangka desentralisasi daerah menuntut
suatu daerah untuk menggali kekayaan dan potensi yang dimiliki daerah
tersebut. Salah satu aset daerah yaitu pemungutan Pajak Daerah, yang antara
lain Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Penerangan Jalan,
Pajak Reklame, Pajak Parkir. Pajak Restoran di Surakarta merupakan salah
satu pajak yang peranannya cukup besar dalam memberikan kontribusi pada
penerimaan Pendapatan Asli Daerah.
Sebenarnya Pajak Restoran memiliki potensi besar untuk
meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah, apalagi adanya
peningkatan jumlah objek pajak restoran yang tiap tahun semakin bertambah.
Setelah adanya pemisahan antara Pajak Hotel dan Pajak Restoran maka
menjadikan Pemerintahan Daerah Kota Surakarta harus bekerja keras untuk
dapat memenuhi target yang telah ditetapkan.
Penentuan besarnya pajak yang terutang terletak pada atau menjadi
kewajiban dari wajib pajak. Perubahan sistem perpajakan dengan meletakkan
kewajiban menghitung besarnya pajak yang menjadi kewajiban di tangan
wajib pajak berimplikasi menuntut kesadaran wajib pajak untuk mematuhi
peraturan perpajakan dan menuntut rasa patriotik dalam berbangsa dan
bernegara.
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xliv
xliv
Walaupun secara keseluruhan pos pajak daerah mengalami
peningkatan target, tetapi sebenarnya hasil tersebut belum menunjukkan hasil
yang maksimal. Hal ini dapat terlihat dari masih rendahnya tingkat kepatuhan
wajib pajak, dan beberapa objek pajak yang belum melaporkan dan
menghitung secara benar oleh wajib pajak sendiri.
Berkaitan dengan masalah diatas, maka upaya dalam memberdayakan
masyarakat melalui metode STP (Segmenting, Targeting, Positioning) dengan
diikuti tindakan pengawasan dan penegakan hukum guna mewujudkan
tercapainya sasaran kebijakan perpajakan. Tindakan pengawasan dari suatu
metode STP yaitu dilakukannya pemeriksaan pajak oleh tim audit Dipenda.
Dengan pemeriksaan dapat membawa dampak positif bagi penerimaan pajak
yang dapat ditunjukkan dengan meningkatnya target dan realisasi pendapatan
daerah. Hasil dari metode STP menujukkan bahwa Pajak Restoran
memberikan kontribusi terbesar ke 2 setelah Pajak Penerangan Jalan yaitu
sebesar 101,96%. Selain dengan meningkatnya target dan realisasi pendapatan
metode STP juga dapat menambah Pendapatan Asli Daerah Surakarta
dikarenakan Wajib Pajak telah melakukan pembayaran sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa sudah efektifnya
aparat pajak dalam melakukan tugasnya sebagai pemeriksa pajak.
Dengan menetapkan Metode STP potensi penerimaan pendapatan
khususnya pajak restoran mengalami peningkatan. Walaupun tarif yang
digunakan lebih besar dibanding tarif yang diterapkan Metode Programming.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlv
xlv
B. SARAN
Disamping kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, adapun
beberapa saran yang dapat diberikan penulis untuk meningkatkan kinerja
Pemkot pada umumnya dan Dipenda Kota Surakarta pada khusunya adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengawasan pembayaran pajak dari Dipenda dan
menetapkan sanksi-sanksi perpajakan sesuai dengan yang tertera dalam
Perda No.10 tahun 2002 tentang Pajak Restoran, dengan lebih tegas
sehingga potensi yang ada bisa dicapai target dan realisasi penerimaan
yang lebih tinggi untuk kas daerah.
2. Untuk lebih meningkatkan penerimaan daerah dari sektor Pajak Restoran,
maka Pemda harus lebih banyak mengadakan sosialisasi tentang
pentingnya penerimaan Pajak Restoran kepada Wajib Pajak, agar para
Wajib Pajak lebih menyadari akan pentingnya penerimaan Pajak Restoran
bagi PAD Kota Surakarta.
3. Meningkatkan keahlian dan kepatuhan personil atau petugas pajak dengan
pembinaan yang intensif.
4. Dipenda Kota Surakarta sebaiknya menyesuaikan jumlah petugas lapangan
dengan jumlah Wajib Pajak yang dicakupnya.
5. Dalam pemungutan pajak, sebaiknya Dipenda lebih memilih Metode STP
sebagai sarana untuk meningkatkan penerimaan pendapatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlvi
xlvi