Pendapat Walter Wangur

download Pendapat Walter Wangur

of 5

description

contoh pendapat saksi ahli pidana

Transcript of Pendapat Walter Wangur

2

PENDAPAT HUKUM TENTANG SURAT PERNYATAANOleh: Walter Wanggur Tentang Keberadaan Surat PernyataanPernyataan adalah ungkapan pikiran atau isi hati mengenai sesuatu hal yang dibuat secara sepihak oleh pihak tertentu, baik diungkapkan secara lisan maupun dituangkan dalam bentuk tertulis (bisa dengan akta di bawah tangan atau dengan akta autentik);,Suatu Pernyataan dapat ditujukan kepada khayalak umum, beberapa pihak tertentu, atau kepada satu pihak tertentu;Bahwa dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menyaksikan, ada pihak-pihak tertentu yang membuat Surat Pernyataan, yang isinya berupa klausula yang membatasi hak-hak asasi dan hak hukumnya sendiri (secara sadar atau tidak). Sebagai contoh, kita sering membaca Surat Pernyataan yang berbunyi: "...

Tidak akan melakukan ty.ntnt.an hukum di kemudian hari, baik secara per data' ' ' \ maupun pidana ..." atau "... "Tidak. akan mengutak-atik serta mengganggu-gugat...", dan lam-lain. Surat Pernyataan seperti itu, sering dibuat oleh pihakyang tidak memahami hukum atau pihak yang berada di bawah tekanan;Menurut pendapat saya, bunyi Surat Pernyataan seperti itu (walaupun dibuat atas kehendak sendiri, apalagi diminta atau dipaksakan oleh pihak lain) merupakan suatu yang bertentangan dengan hukum, bahkan bertentangan dengan hak asasi manusia (HAM) dalam UUD 1945 dan UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM);Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 menyatakan: "Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum". Sementara itu, salah satu asas dasar HAM dalam PasaJ 5 ayat (1) UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia adalah: "Setiap orang diakui sebagai manusia pribadi yang berhak menuntut dan memperoleh perlakuan serta perlindungan yang sama sesuai dengan martabat kemanusiaannya di depart hukum". SeJanjutnya, dalam Bab'i

III Bagian Keempat (Hak Memperoleh Keadilan) Pasal 17 UU Nomor 39

Tahun 1999 tentang HAM dikatakan: "Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan dengan mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan, baik dalam perkara pidana, perdata, maupun administrasi serta diadili melalui proses peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuai dengan hukum acara yang mdnjamm pemeriksaan yang objektif oleh hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh putusan yang adil dan benarJadi, mengajukan permohonan, pengaduatl, dan gugatan merupakan hak asasi setiap orang, dan itu tidak dapat dibatasi, kecuali dibatasi oleh undang-undang;Berdasarkan hal-hal di atas, saya berpendapat bahwa Surat Pernyataan yang isinya membatasi hak seseorang untuk mendapatkan keadilan dalam arti seluas-luasnya (termasuk untuk mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan) merupakan suatu yang bertentangan dengan hak asasi manusia dalam UUD 1945 dan UU tentang HAM, walaupun itu dibuat sendiri oleh yangbersangkutan. Salah satu ciri HAM adalah tidak dapat dicsbut/dibatasi, kecuali' dibatasi oleh undang-undang. Sementara itu, tidak ada satu undang-undang pun yang melarang seseorang untuk mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan dalam perkara pidana, perdata, administrasi negara, dan sebagainya.Jadi, walaupun seseorang telah membuat Surat Pernyataan, dia berhak untuk mendapat keadilan dengan mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan; danMenurut saya, tanpa melalui putusan pengadilan pun, Surat Pernyataan yang berisi pembatasan hak untuk mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan harus "batal demi hukum", karena causa-nya (isinya) bertentangan dengan hukum yang berlaku (dalam hal ini UUD 1945 dan UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM). Dengan demikian, Surat Pernyataan seperti itu dianggap tidak pernah ada, tidak meiniliki kekuatan hukum, dan tidak berlaku.***^

Secara yuridis, Surat Pernyataan mengenai suatu hal hanya mengikat pihak yang membuatnya dan tidak mengikat pihak lain, karena Surat Pernyataan dibuat secara sepihak dan bukan merupakan perjanjian. Hal ini berarti, pihak yang mengeluarkan Surat Pernyataan tersebut berhak menarik atau mencabut kembali Surat Pernyataannya atau berhak mengingkari isi SuratiPernyataannya;Hal yang biasanya menjadi persoalan adalah, jika dengan penarikan atau . pencabutan kembali atau dengan mengingkari isi suatu Surat Pernyataan,ternyata merugikan pihak lain. Apabila terjadi demikian, pihak yang dirugikanitu, tentu saja harus dapat membuktikan kerugian yang dideritanya sebagai. akibat penarikan atau pencabutan kembali atau pengmgkaran isi SuratPernyataan tersebut. Untuk membuktikan hal tersebut, hanya dapat dilakukandengan mengajukan gugatan ke Pengadilan, karena Pengadilan merupakanlembaga yang berwenang untuk itu;Apabila ditanyakan kepada saya, apakah itu termasuk rinah hukum perdata atau hukum pidana? Pendapat saya adalah, untuk rnenilai hal tersebut merupakan kewenangan pengadilan (hakim). Namun, apabila boleh berpendapat, menurut saya, Surat Pernyataan seperti itu, tetap ba$al demi hukum, sehingga dianggap tidak pernah ada, tidak memiliki kekuatan hukum, dan tidak berlaku; dan|Kalau pun mau dicari lembaga hukum yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menilai Surat Pernyataan yang ditarik atau dicabut kembali atau diingkari isinya, hal tersebut dapat dicari dalam ranah hukum perdata, bukan dalam ranah hukum pidana. Menurut saya, apabila penarikan atau pencabutan kembali atau pengingkaran terhadap isi Surat Pernyataan tersebut, ternyata menimbulkan kerugian kepada pihak lain, maka pihak yang merasa dirugikan tersebut dapat mengajukan gugatan ke pengadilan atas dasar perbuatan melawan hukum (tort), yaitu perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang, kepatutan, atau kebiasaan dalam masyarakat) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1365 KUH Perdata dan yurisprudensi tentang perbuatan melawan hukum. Dengan demikian, adalah kewajiban Penggugat untuk membuktikan unsur-unsuf perbuatan melawan hukumnya (adanya kesalahan.I

I

6

5

kerugian, dan hubungan kausalitas antara kesalahan dengan kerugian) dalam masalah tersebut. Pada akhirnya, hakimlah yang menilai dan memutuskan ada tidaknya unsur-unsur perbuatan melawan hukum dalam masalah tersebut.

Suatu Surat Pernyataan yang telah dinyatakan "batal demi hukum" oleh putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum' yang tetap, tidak dapat digunakan lagi sebagai dasar untuk keperluan apa pun. Surat Pernyataan yang "batal demi hukum" dianggap "tidak pernah ada", tidak memiliki kekuatan hukum, dan tidak berlaku, sehingga hams dikembalikan pada keadaan semula sebelum adanya Surat Pernyataan tersebut.Bandung, 14 Mei 2014