Pendampingan Pimpinan Cabang Aisyiyah Kartasura dalam ...

15
MONSU’ANI TANO Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021. 88 Pendampingan Pimpinan Cabang Aisyiyah Kartasura dalam Peningkatan Berpidato bagi Kader Aisyiyah Berbasis Ranting Main Sufanti 1* , Dini Restiyanti Pratiwi 2 , Aisyah Nur Fadhilah 3 , Melati Beauty 4 1,2,3,4 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia E-mail: [email protected] Article History: Received: 10-01-2021 Revised: 26-01-2021 Accepted: 30-04-2021 Abstract: Pemberdayaan anggota ‘Aisyiyah belum maksimal, terutama dalam kegiatan pengajian. Ibu-ibu anggota ‘Aisyiyah perlu didorong supaya berani berpidato. Program peningkatan kemampuan berpidato bagi kader Aisyiyah berbasis ranting bertujuan untuk memberi kesempatan kepada para ibu untuk meningkatkan keberanian dan kemampuan berpidato. Kegiatan ini melibatkan 12 ranting di Cabang Aisyiyah Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah yang secara rutin melaksanakan kegiatan pengajian. Strategi pelaksanaan kegiatan ini terdiri dari tiga tahap. Pertama, identifikasi penceramah di setiap ranting untuk mendapatkan data yang pasti. Data diperoleh dengan metode angket melalui Whatsapp Group di Pimpinan Cabang Kartasura. Kedua, workshop pengkaderan mubalighot. Kegiatan Workshop dilaksanakan pada tanggal 20 September 2019, di Gedung Dakwah Muhammadiyah Kartasura. Ketiga, pendampingan pemberdayaan anggota yang dilakukan secara bertahap dan direncanakan terus menerus. Hasil pengabdian masyarakat ini berupa rintisan pengkaderan penceramah di PCA Kartasura, yang dapat ditarik simpulan: (1) kegiatan ini menjadi solusi untuk meningkatkan keterampilan berbicara anggota Aisyiyah melalui kegiatan pidato pada pengajian rutin; (2) semua ranting Aisyiyah berhasil menyusun jadwal pengajian rutin beserta nama mubaligh; (3) meningkatkan peran ibu-ibu anggota Aisyiyah di setiap ranting di Kecamatan Kartasura dalam kegiatan pengajian di ranting Aisyiyah dan lingkungannya. Hasil kegiatan ini perlu ditindaklanjuti dengan kegiatan-kegiatan yang terprogram dan terus-menerus. Keywords: Aisyiyah, berpidato, kader, mubaligh, pengajian Pendahuluan ‘Aisyiyah adalah organisasi perempuan persyarikatan Muhammadiyah, merupakan gerakan Islam dan dakwah amar makruf nahi munkar yang berasaskan Islam serta bersumber pada Al-Quran dan As-Sunah (Anggaran Dasar ‘Aisyiyah Tahun 2012, Bab 11, Pasal 4). Dengan demikian, organisasi ini dimaksudkan untuk meneruskan dakwah Islam yang berasaskan pada Al-Quran dan As-Sunah.Hal yang kusus dari organisasi ini adalah semua anggotanya perempuan. Cabang ‘Aisyiyah Kartasura merupakan salah satu cabang di daerah Sukoharjo.Cabang ini memiliki 12 ranting yaitu: Ngadirejo, Makamhaji, Gumpang, Kertonatan,Wirogunan, Ngabeyan, Singopuran,Kartasura, Gonilan, Pucangan, Ngemplak,dan Pabelan (Sufanti, dkk. 2014). Kondisi masing-masing ranting berbeda, baik ditinjau dari jumlah anggota, kualitas

Transcript of Pendampingan Pimpinan Cabang Aisyiyah Kartasura dalam ...

Page 1: Pendampingan Pimpinan Cabang Aisyiyah Kartasura dalam ...

MONSU’ANI TANO

Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021.

88

Pendampingan Pimpinan Cabang Aisyiyah Kartasura dalam

Peningkatan Berpidato bagi Kader Aisyiyah Berbasis Ranting

Main Sufanti1*

, Dini Restiyanti Pratiwi2, Aisyah Nur Fadhilah

3, Melati Beauty

4

1,2,3,4Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia

E-mail: [email protected]

Article History:

Received: 10-01-2021

Revised: 26-01-2021

Accepted: 30-04-2021

Abstract: Pemberdayaan anggota ‘Aisyiyah belum maksimal,

terutama dalam kegiatan pengajian. Ibu-ibu anggota ‘Aisyiyah

perlu didorong supaya berani berpidato. Program peningkatan

kemampuan berpidato bagi kader Aisyiyah berbasis ranting

bertujuan untuk memberi kesempatan kepada para ibu untuk

meningkatkan keberanian dan kemampuan berpidato. Kegiatan

ini melibatkan 12 ranting di Cabang Aisyiyah Kartasura,

Sukoharjo, Jawa Tengah yang secara rutin melaksanakan

kegiatan pengajian. Strategi pelaksanaan kegiatan ini terdiri dari

tiga tahap. Pertama, identifikasi penceramah di setiap ranting

untuk mendapatkan data yang pasti. Data diperoleh dengan

metode angket melalui Whatsapp Group di Pimpinan Cabang

Kartasura. Kedua, workshop pengkaderan mubalighot.

Kegiatan Workshop dilaksanakan pada tanggal 20 September

2019, di Gedung Dakwah Muhammadiyah Kartasura. Ketiga,

pendampingan pemberdayaan anggota yang dilakukan secara

bertahap dan direncanakan terus menerus. Hasil pengabdian

masyarakat ini berupa rintisan pengkaderan penceramah di

PCA Kartasura, yang dapat ditarik simpulan: (1) kegiatan ini

menjadi solusi untuk meningkatkan keterampilan berbicara

anggota Aisyiyah melalui kegiatan pidato pada pengajian rutin;

(2) semua ranting Aisyiyah berhasil menyusun jadwal pengajian

rutin beserta nama mubaligh; (3) meningkatkan peran ibu-ibu

anggota Aisyiyah di setiap ranting di Kecamatan Kartasura

dalam kegiatan pengajian di ranting Aisyiyah dan

lingkungannya. Hasil kegiatan ini perlu ditindaklanjuti dengan

kegiatan-kegiatan yang terprogram dan terus-menerus.

Keywords: Aisyiyah,

berpidato, kader, mubaligh,

pengajian

Pendahuluan

‘Aisyiyah adalah organisasi perempuan persyarikatan Muhammadiyah, merupakan

gerakan Islam dan dakwah amar makruf nahi munkar yang berasaskan Islam serta bersumber

pada Al-Quran dan As-Sunah (Anggaran Dasar ‘Aisyiyah Tahun 2012, Bab 11, Pasal 4).

Dengan demikian, organisasi ini dimaksudkan untuk meneruskan dakwah Islam yang

berasaskan pada Al-Quran dan As-Sunah.Hal yang kusus dari organisasi ini adalah semua

anggotanya perempuan.

Cabang ‘Aisyiyah Kartasura merupakan salah satu cabang di daerah Sukoharjo.Cabang

ini memiliki 12 ranting yaitu: Ngadirejo, Makamhaji, Gumpang, Kertonatan,Wirogunan,

Ngabeyan, Singopuran,Kartasura, Gonilan, Pucangan, Ngemplak,dan Pabelan (Sufanti, dkk.

2014). Kondisi masing-masing ranting berbeda, baik ditinjau dari jumlah anggota, kualitas

Page 2: Pendampingan Pimpinan Cabang Aisyiyah Kartasura dalam ...

MONSU’ANI TANO

Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021

89

kegiatan, variasi kegiatan, maupun sumber daya manusianya. Hal terpenting, kelompok ibu-

ibu ‘Aisyiyah bisa menjadi media dan wadah untuk memberikan pengetahuan, pengalaman,

dan keterampilan (Qamari, et al., 2019).

Berdasarkan Anggaran Rumah Tangga ‘Aisyiyah (ART) Bab III pasal 3 bahwa usaha

‘Aisyiyah direalisasikan dalam wujud program, kegiatan, dan amal usaha. Cabang ‘Aisyiyah

Kartasura telah juga melaksanakan berbagai amal usaha sesuai dengan ARTtersebut.

Aktivitas yang telah dilaksanakan oleh anggota ‘Aisyiyah baik di tingkat cabang Kartasura

maupun masing-masing ranting di lingkungan cabang Kartasura antara lain: pengajian rutin,

TPA anak-anak, taman kanak-kanak, lansia, BUEKA (Badan Usaha Ekonomi Aisyiyah),

arisan, kunjungan sosial, dan santunan kaum dhuafa dan fakir miskin (Sufanti,dkk.2014).

Kegiatan tersebut diharapkan dapat berkembang dengan mujur.

Salah satu kegiatan yang selalu ada di masing-masing ranting ‘Aisyiyah di Kartasura

adalah pengajian.Berdasarkan survei awal, di setiap ranting ‘Aisyiyah rutin diadakan

pengajian dengan pelaksanaan yang bervariasi, ada yang setiap minggu, setiap bulan, atau

yang lain. Hampir semua pengajian menerapkan metode ceramah dan sedikit tanya jawab.

Penceramahnya bervariasi juga, kadang dari dalam anggota ‘Aisyiyah, terkadang dari luar

anggota.Sebagian besar ranting mempercayakan penceramah dari Bapak-Bapak baik dari

Muhammadiyah maupun dari tokoh masyarakat setempat.

Berdasarkan survey awal tersebut dapat dinyatakan bahwa masih banyak ranting yang

kurang memberi kesempatan kepada para anggotanya untuk menjadi penceramah/mubaligh

pada pertemuan pengajian tersebut. Padahal, menjadi mubaligh di lingkungannya sendiri

merupakan ajang latihan berbicara bagi yang masih perlu berlatih, meningkatkan ilmu

berdakwahnya bagi yang sudah lancar, dan menunjukkan eksistensinya bagi yang sudah

mumpuni. Selain itu, memberi kesempatan kepada anggota ‘Aisyiyah ini juga dalam rangka

memberi kesempatan menyampaikan ilmu, karena sebagai orang muslim berkewajiban

menyampaikan ilmunya walaupun satu ayat. Dengan demikian, memberi kesempatan kepada

para anggonya sendiri merupakan usaha pemberdayaan anggotanya.

Usaha memberdayaan anggota ini terkendala oleh kurang percaya diri para anggota

untuk mengisi pengajian. Salah satu sebabnya adalah mereka merasa tidak memiliki bekal

yang cukup dalam berpidato. Sebaiknya, pengajian yang sudah dilakukan secara rutin ini

bisa meningkatkan kemauan dan minat anggota untuk berani berbicara menyalurkan

kemampuannya dalam menyampaikan tausyiah. Namun, sampai saat ini masih belum banyak

Page 3: Pendampingan Pimpinan Cabang Aisyiyah Kartasura dalam ...

MONSU’ANI TANO

Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021

90

ibu-ibu yang berani melakukan hal tersebut. Faktor penyebabnya antara lain: pimpinan

ranting lebih memilih Bapak-Bapak sebagai penceramah sehingga kurang memberi

kesempatan kepada para anggota, para anggota kurang berani tampil, atau anggota merasa

perempuan cukup menjadi pendengar.

Bapak-bapak seringkali dijadikan sebagai pemimpin. Kepemimpinan berkaitan dengan

perilaku dan gaya komunikasi (Fatmawati, et al., 2020). Dipilihnya Bapak-bapak sebagai

penceramah bisa juga karena kebiasaan yang terjadi di lingkungan masyarakat, pengisi

pengajian adalah bapak-bapak, walaupun mayoritas jamaahnya ibu-ibu.Kondisi ini didasari

oleh pemahaman-terhadap QS. An Nisa (34) yang berarti laki-laki adalah pemimpin wanita.

Mayoritas masyarakat menafsirkan ayat ini bahwa laki-laki itu pemimpin wanita dalam

segala hal, termasuk dalam berceramah dalam mengisi pengajian.Padahal ayat ini jika

dicermati lebih lanjut memberikan petunjuk dalam berumah tangga.

Kondisi inilah yang menyebabkan kegiatan pengabdian ini perlu dilakukan. Ibu-ibu

anggota ‘Aisyiyah perlu didorong supaya berani berbicara/berpidato di depan umum,

terutama untuk memberi tausiyah pada pengajian rutin. Anggota ‘Aisyiyah perlu diberi

kesempatan untuk mengaktualisasikan diri, menunjukkan kemampuannya, menyebarkan

ilmuanya, dan mengkomunikasikan ide yang dimiliki. Dengan begitu, kemampuan

berbicaranya semakin terasah, dan akhirnya mampu menjadi pembicara yang baik atau ahli

dalam berpidato.

Pidato adalah bentuk wicara sebagai hasil penuangan pikiran yang ditujukan kepada

sekelompok orang atau khalayak (Isiandri, 2009:135).Pidato merupakan cara efektif untuk

mengungkapkan ide gagasan untuk menguasai massa (Setyorini, 2017). Kebutuhan pidato

dapat diperinci menjadi tiga hal, yaitu materi, struktur, dan topik pidato yang akan

disampaikan (Lubis, 2018).Kegiatan pidato ini ditujukan untuk memperoleh kepercayaan dari

audiensi melalui bahasa yang performatif dan menarik (Putri, 2020).Berdasarkan pendapat

tersebut, dapat disimpulkan bahwa pidato merupakan pencurahan pikiran melalui lisan di

hadapan mitra wicara untuk tujuan tertentu.

Pelatihan berpidato dalam sebuah komunitas perlu dilakukan untuk meningkatkan

keterampilan berbicara. Pembinaan berpidato pernah dilakukan oleh Harahap, et. al. (2020)

dengan masyarakat sasaran Nasyiatul Aisyiyah Ranting Batu Nadua Sitamiang.

Pembinaannya mendapat antusias dalam berbicara produktif dan fokus terhadap materi yang

disampaikan. Penelitian Madun dan Mosin (2020) menunjukkan bahwa kepelatihan berpidato

Page 4: Pendampingan Pimpinan Cabang Aisyiyah Kartasura dalam ...

MONSU’ANI TANO

Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021

91

dalam kalangan guru dapat memberikan sumbangan dalam bidang ilmu dan menambah rasa

percaya diri.

Program peningkatan kemampuan berpidato ini ialah untuk memberi kesempatan

kepada para ibu untuk meningkatkan keberanian dan kemampuan berpidato. Apabila para ibu

anggota ‘Aisyiyah banyak yang memiliki keberanian dan kemampuan berpidato, maka

pengajian ‘Aisyiyah ranting yang diselenggarakan secara rutin tidak perlu lagi mengundang

mubaligh dari luar. Organisasi ‘Aisyiyah di ranting-ranting se- Cabang Kartasura akan

semakin mandiri dan kuat karena memiliki sumber daya manusia yang dapat diandalkan.

Bahkan, bisa juga karena kemampuan berpidatonya bagus akan diundang oleh kelompok

pengajian di ranting lain atau pada pertemuan di luar ‘Aisyiyah.

Berdasarkan masalah utama tersebut, maka fokus pengabdian masyarakat ini adalah

peningkatan kemampuan dan partisipasi ibu-ibu anggota ‘Aisyiyah ranting di Kecamatan

Kartasura dalam berpidato/berceramah pada kegiatan pengajian. Untuk memecahkan

masalah dan memotivasi kepada Ibu-ibu anggota‘Aisyiyah Cabang Kartasura, perlu

dilaksanakan program pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan berpidato dalam mengisi pengajian di setiap ranting. Pengabdian masyarakat ini

dilaksanakan dengan beberapa kegiatan, yaitu: identifikasi penceramah disetiap ranting di

lingkungan Cabang ‘Aisyiyah Kartasura, workshop pengkaderan mubalighoh, dan

pendampingan penyelenggaraan pengajian yang memberdayakan anggotanya sebagai

pembicara dalam pengajian rutin. Kegiatan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi organisasi

“Aisyiyah, bagi Universitas Muhammadiyah Surakarta, bagi anggota ‘Aisyiyah, dan bagi

masyarakat muslim pada umumnya.

Metode

Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan di ‘Aisyiyah cabang Kartasura, Sukoharjo, Jawa

Tengah pada September sampai Desember 2019. Untuk memecahkan masalah dan

memotivasi kepada Ibu-ibu anggota‘Aisyiyah Cabang Kartasura untuk meningkatkan

kemampuan berpidato dalam mengisi pengajian di setiap ranting, maka pengabdian

masyarakat ini melaksanakan beberapa kegiatan yaitu: pertama identifikasi penceramah

disetiap ranting di lingkungan Cabang ‘Aisyiyah Kartasura, workshop pengaderan mubaligh,

dan pendampingan penyelenggaraan pengajian.

1. Identifikasi Penceramah di Setiap Ranting

Page 5: Pendampingan Pimpinan Cabang Aisyiyah Kartasura dalam ...

MONSU’ANI TANO

Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021

92

Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan data yang pasti bagaimana pengajin di

setiap ranting dilaksanakan. Data yang dibutuhkan dalam kegiatan ini adalah waktu

pengajian, tempat pengajian, siapa penceramahnya, dan berapa jumlah penceramah yang

biasa rutin mengisi pengajian di setiap ranting. Data-data ini didapatkan dengan metode

angket melalui Whatsapp Group di Pimpinan Cabang Kartasura. Grup ini memiliki anggota

dari semua ranting di kecamatan Kartasura, sehingga perwakilan dari setiap ranting dapat

memberikan data yang valid. Pengambilan data ini dilakukan pada September 2019.

2. Workshop Pengkaderan Mubalighot

Workshop pengkaderan mubalighot ini dilaksanakan dengan ceramah, tanya jawab, dan

simulasi praktik berpidato. Kegiatan Workshop dilaksanakan pada tanggal 20 September

2019, di Gedung Dakwah Muhammadiyah Kartasura, yang dihadiri oleh perwakilan dari

seluruh ranting di Kartasura. Susunan acara workshop dimulai dengan penyambutan tamu

dan presensi. Dilanjutkan dengan pembukaan, pembacaan ayat suci Al-Quran, sari tilawah,

prakata panitia, dan sambutan PCA Kartasura. Acara inti diisi dengan penyampaikan materi

yang bertema “Optimalisasi Potensi Kader ‘Aisyiyah melalui Peningkatan Keterampilan

Berbicara”. Dilanjutkan dengan tanya jawab. Kemudian koordinasi tindak lanjut

pendampingan. Terakhir, penutup.

Materi workshop adalah bagaimana menjadi pembicara yang menarik, motivasi

berpidato, dan program kerja ‘Aisyiyah dalam pemberdayaan anggota dalam mengisi

pengajian rutin. Setiap peserta membuat draf rancangan berpidato. Selanjutnya, perwakilan

dari ranting ini diminta untuk membuat jadual penceramah di pengajian ranting selama

setahun dengan topik yang diseduaikan dengan kebutuhan dan kesesuaiannya dengan

peristiwa tertentu serta berusaha untuk mendorong penceramah dari anggota ‘Aisyiyah

sendiri.

Workshop ini dipilih karena lebih efektif dalam memberikan pengertian dan

mengajarkan bagaimana cara menyampaikan materi pidato.Workshop ini juga dapat

memotivasi secara langsung pada peserta, karena para peserta workshop langsung praktek

membuat materi pidato, serta menyampaikan pada peserta workshop.

3. Pendampingan Pemberdayaan Anggota

Setelah para peserta mengikuti workshop, maka disampaikan informasi tentang

pendampingan kepada setiap ranting dalam mewujudkan hasil workshop. Kegiatan

pendampingan ini dilakukan secara bertahap dan direncanakan terus menerus. Tim

Page 6: Pendampingan Pimpinan Cabang Aisyiyah Kartasura dalam ...

MONSU’ANI TANO

Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021

93

pengabdian masyarakat yang terdiri dosen dan mahasiswa hadir pada saat pengajian di setiap

ranting. Pada tahap ini fokus pendampingan pada: (a) memahami kebiasanaan masing-masing

ranting dalam kegiatan pengajian, (b) mendorong setiap ranting untuk menyusun jadual

pengajian dengan penceramah dari anggota, (c) mengetahui perkembangan berpidato ibu-bu

‘Aisyiyah di tiap-tiap rantingcabang Kartasura, dan (d) memberi masukan dan penjelasan

atau solusi cara berpidato dengan baik dan benar.

Kegiatan pendampingan ini dilakukan secara bertahap dan direncanakan terus menerus.

Skema kegiatan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Skema Strategi Pembinaan Berpidato ‘Asyiyah Cabang Kartasura

Hasil

Pelaksanaan kegiatan

Pemecahan masalah pengabdian masyarakat pada tahap ini adalah identifikasi

penceramah dari setiap ranting, workshop untuk memotivasi peserta dan meningkatkan

kemampuan berpidato, serta pendampingan setiap ranting untuk memastikan setiap ranting

sudah mulai proses penyusunan jadual yang mencantumkan penceramah-penceramah dari

para anggota dengan topik yang sesuai dengan peristiwa pada saat itu.

1. Hasil Identifikasi Penceramah di Setiap Ranting

Berikut hasil identifikasi penceramah di setiap ranting. Data ini diambil dengan angket

melalui media Whatsapp Group Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah Se-Cabang Kartasura. Hasil

penelusuran penceramah dalam (14) ranting tersebut ialah (1) Makam Haji (8 mubaligh)

dengan pembicara mayoritas ibu-ibu, sedikit dari bapak-bapak; (2) Kartasura (2 mubaligh)

dengan pembicara mayotitas bapak-bapak, hanya ada seorang ibu; (3) Ngadirejo (13

Page 7: Pendampingan Pimpinan Cabang Aisyiyah Kartasura dalam ...

MONSU’ANI TANO

Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021

94

mubaligh) dengan semua pembicaranya dari ibu-ibu anggota ranting, setiap 4 bulan sekali

pembicara dari luar tetapi tetap perempuan; (4) Ngemplak, semua pembicara bapak-bapak;

(5) Kertonatan (2 mubaligh) dengan mayoritas bapak-bapak tokoh setempat; (6) Singopuran

(4 mubaligh) dengan pembicara mayoritas ibu-ibu, sesekali bapak-bapak; (7) Pabelan (3

mubaligh) dengan pembicara mayoritas dari bapak-bapak, ada seorang anggota ‘Aisyiyah; (8)

Pucangan (6 mubaligh) dengan pembicara mayoritas bapak-bapak, hanya ada seorang ibu

pembicara; (9) Gonilan (5 mubaligh) dengan pembicara mayoritas dari bapak-bapak, hanya

ada seorang ibu sebagai pembicara; (10) Gumpang (8 mubaligh) dengan 50% pembicara dari

ibu-ibu dan 50% pembicara dari bapak-bapak; (11) Ngabeyan (3 mubaligh) dengan semua

pembicara dari ibu-ibu; (12) Wirogunan (6 mubaligh) dengan 4 pembicara dari bapak-bapak

dan 2 pembicara dari ibu-ibu.

Berdasarkan data di atas dapat dinyatakan bahwa semua ranting di Cabang ‘Aisyiyah

Kartasura secara rutin melaksanakan pengajian. Mayoritas metode pengajiannya adalah

ceramah dan tanya jawab dengan pembicara bervariasi. Jika dikelompokkan berdasarkan

peran bapak-bapak atau ibu-ibu yang mengisi pengajian di ranting-ranting tersebut, dapat

dikelompokkan sebagai berikut: (a) semua mubaligh Bapak-Bapak (1 ranting atau 8% yaitu

Ngemplak), (b) semua mubaligh Ibu-Ibu (2 ranting atau 16,6% yaitu Ngadirejo dan

Ngabeyan), (c) seimbang antara jumlah mubaligh bapak-bapak dengan ibu-ibu (1 ranting

atau 8% yaitu Gumpang), (d) mayoritas mubaligh bapak-bapak (6 ranting atau 50% yaitu

Wirogunan, Gonilan, Pucangan, Pabelan, Kartonatan, Kartasura), dan (e) mayoritas ibu-ibu

(2 ranting atau 17% yaitu makamhaji dan Singopuran).Gambar 1 menunjukkan prosentase

pengelompokan penceramah berdasarkan peran bapak-Bapak dan Ibu-Ibu.

Gambar 2: Pengelompokkan Penceramah

Semua Bapak

Semua Ibu

SeimbangBapak - IbuMayoritasBapakMayoritas Ibu

Page 8: Pendampingan Pimpinan Cabang Aisyiyah Kartasura dalam ...

MONSU’ANI TANO

Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021

95

Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa sudah ada potensi penceramah dari

anggota ‘Aisyiyah di mayoritas ranting. Dari 12 ranting yang ada, hanya satu ranting yang

semua penceramahnya dari Bapak-Bapak. Selain itu, semua telah menyebutkan penceramah

dari anggota ‘Aisyiyah di masing-masing ranting. Seorang perempuan harus pintar bermain

peran di berbagai situasi (Imamah dan Firlana, 2019). Selain tugas dalam rumah tangga,

maka wanita menurut tuntunan Islam mempunyai tugas-tugas fungsional dalam masyarakat

(Solehuddin dan Wahib, 2020). Partisipasi perempuan dalam suatu kegiatan dapat

diwujudkan melalui pengajian, kajian-kajian, workshop, pelatihan, dst., mengingat Aisyiyah

merupakan organisasi perempuan yang mengupayakan hak perempuan untuk kehidupan yang

bermartabat (Handayani, et. al., 2019). Kader-kader Aisyiyah telah menunjukkan kontribusi

terhadap kepentingan perempuan, khususnya dalam pendidikan dan keterampilan

(Amaliatulwalidain, 2017).

Data-data tersebut secara keseluruhan tetap menunjukkan bahwa masih banyak

penceramah dari Bapak-Bapak dibanding dari anggota ‘Aisyiyah. Apalagi, ada satu ranting

yang semua penceramahnya Bapak-Bapak, ada 6 ranting (50%) yang penceramahnya

mayoritas dari bapak-Bapak.Ranting-ranting ini hanya memberi kesempatan ibu-ibu sangat

minim.Ini menunjukkan bahwa penceramah ibu-ibu belum menjadi rujukan yang andal dalam

setiap kegiatan. PRA masih lebih percaya kepada penceramah dari Bapak-Bapak.

Aisyiyah merupakan organisasi perempuan yang bergerak dalam bidang

kemasyarakatan, kaderisasi dan pendidikan (Widyanto, 2019). Banyak pengajian yang

penceramahnya bapak-bapak, padahal pesertanya banyak ibu-ibu. Penyebab ibu-ibu merasa

kurang percaya diri di antaranya dipengaruhi oleh faktor sosial, emosional, dan kesehatan

mental. Banyak ibu-ibu menggambarkan runtuhnya kepercayaan diri mereka ketika mereka

membandingkan diri mereka sendiri secara tidak baik dengan gambaran yang diidealkan atau

sempurna (McLeish & Redshaw, 2017). Kesehatan mental yang buruk akan memengaruhi

ibu-ibu merasa kurang siap untuk tampil (McGowan, 2017). Teori peran sosial berfungsi

sebagai dasar untuk memahami mengapa pria biasanya memiliki agensi yang lebih tinggi dan

wanita memiliki persekutuan yang lebih tinggi (Wood & Eagly; Badura, et. al., 2017).

Perbedaan gender dalam ciri-ciri ini dianggap kuat karena dipertahankan oleh pertemuan

kekuatan. Faktor-faktor iniah yang bisa menjadi penyebab mengapa Aisyiyah belum bisa

mandiri, belum banyak memberi kesempatan kepada angggotanya untuk berbicara atau

berceramah. Faktanya setiap pengajian peserta yang hadir mayoritasnya ibu-ibu dan

Page 9: Pendampingan Pimpinan Cabang Aisyiyah Kartasura dalam ...

MONSU’ANI TANO

Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021

96

mubalighnya selalu bapak-bapak.

2. Hasil Workshop Pengkaderan Mubalighot

Workshop dilaksanakan pada tanggal 22 September 2019, bertempat di gedung

Dakwah Muhammadiyah PCM Kartasura. Workshop ini dihadiri perwakilan PCA Kartasura,

perwakilan PRA di lingkungan Kartasura, dan mahasiswa Universitas Muhammadiyah

Jakarta yang sedang melaksanakan tugas belajar Kuliah Kerja Nyata (KKN). Peserta

berjumlah 46 yang terdiri dari perwakilan PCA sejumlah 9 peserta, perwakilan ranting

sejumlah 22 peserta, dan 15 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Kegiatan workshop ini meliputi penjelasan tentang pentingnya pemberdayaan anggota

‘Aisyiyah dalam berceramah di pengajian, ceramah tentang berpidato yang menarik, dan

kegiatan tindak lanjut yang berupa penyusunan jadual pengajian yang mencantumkan

anggota ‘Aisyiyah sebagai penceramah dengan topik yang disesuaikan dengan peristiwa

agama atau kemasyarakatan.

Gambar 3. Kegiatan Memandu Workshop

Kegiatan workshop berjalan lancar sesuai yang diharapkan. Inti materi yang

disampaikan oleh narasumber adalah memotivasi para anggota “Aisyiyah untuk semangat

belajar berceramah untuk mengisi pengajian di ranting masing-masing. Ceramah dengan

judul “Optimalisasi Potensi Kader Aisyiyah melalui Peningkatan Keterampilan Berbicara”

disampaikan oleh Dini Restiyanti Paratiwi, S.Pd., M.Pd. sebagai tim Pengabdian kepada

Masyarakat dari Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penyampaian materi workhop

ceramah berjalan lancar dilanjutkan dengan tanya jawab.

Secara teknis penyelenggaraan workshop dimulai dengan kegiatan ceramah, sharing

pengalaman, dan tanya jawab (Sugianto, 2020). Ceramah dinilai sebagai metode yang tepat

dan dapat diterima dengan baik oleh sasaran, karena metode ini mampu memberi stimulus

pengetahuan bagi pendengarnya (Yulinda dan Fitriyah, 2018). hasil penelitian Guspita

Page 10: Pendampingan Pimpinan Cabang Aisyiyah Kartasura dalam ...

MONSU’ANI TANO

Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021

97

(2017), diketahui bahwa metode ceramah sangatlah efektif dilaksanakan sebagai metode

penyuluhan. Ceramah perlu dilengkapi dengan tanya jawab supaya terjalin suasana yang

interaktif. Sitohang (2017) menyatakan bahwa metode tanya jawab dapat melatih peserta

pengajian untuk mengemukan pendapat dalam diskusi sehingga dapat menciptakan kondisi

yang interaktif dan meningkatkan motivasi). Selain itu, tanya jawab juga digunakan untuk

menanyakan sejauh mana materiyang disampaikan mampu dipahami oleh peserta ceramah

(Hasanah, 2018). Tanya jawab berfungsi untuk meningkatkan pemahaman materi dan

mengaktifkan peserta diskusi dalam kegiatan ceramah (Abdika, et. al., 2019)

Gambar 5. Peserta Kegiatan Workshop

Setelah ceramah, kegiatan dilanjutkan dengan penyamaan persepsi untuk melanjutkan

kegiatan ini dengan memandu peserta menyusun jadual pengajian yang memprioritaskan

penceramah dari anggotanya dengan topik yang disesuaikan dengan peristiwa yang sesuai,

baik peristiwa keagamaan maupun peristiwa kemasyarakatan. Peserta berkelompok sesuai

dengan rantingnya dan dipandu dengan tabel form jadual pengajian. Tim pengabdian

masyarakat menjelaskan, mendampingi, dan mengarahkan cara mengisi jadual pengajian

tersebut.

Page 11: Pendampingan Pimpinan Cabang Aisyiyah Kartasura dalam ...

MONSU’ANI TANO

Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021

98

Gambar 5. Kegiatan Memandu Penyusunan Jadwal Pengajian

Kegiatan penyusunan jadwal tidak bisa diselesaikan, karena peserta harus berkoordinasi

dengan pimpinan ranting masing-masing dan mengidentifikasi anggota-anggota yang bisa

dicantumkan sebagai penceramah. Oleh karena itu, penyusunan jadual akan dilanjutkan pada

kegioatan pendampingan dalam beberapa bulan selanjutnya.

Kegiatan workshop ini telah dapat berjalan lancar, peserta antusias mendengarkan,

bertanya, dan berdiskusi menyusun jadual dengan antusias. Mereka sepakat akan

menyelesaikan penyusunan jadwal ini dan menyerahkan ke tim pengabdian masyarakat

melakukan pendampingan. Workshop efektif untuk mengembangkan keterampilan,

memotivasi, dan menjalin hubungan yang interaktif (Aktas & Akyol, 2020). Kegiatan

workshop juga efektif untuk memperkenalkan ide-ide baru, berbagi pengalaman, dan

melakukan latihan secara terpadu (Hartley, et. al., 2019).

3. Hasil Pendampingan Berbasis Ranting

Pendampingan dilakukan pada bulan September, Oktober, dan Desember 2019. Tim

Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta hadir pada saat ranting-

ranting ‘Aisyiyah di kartasura mengadakan pengajian. Kehadiran tim pengabdian ini untuk:

(1) menindaklanjuti penyusunan jadual pengajian dengan mengutamakan penceramah dari

anggota “Aisyiyah di setiap ranting, (2) mendapatkan data penceramah di setiap ranting, (3)

mendorong Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah untuk melakukan pengkaderan penceramah dari

anggotanya, dan (4) memastikan program pengkaderan mubalighah dipahami oleh semua

anggota di setiap ranting. Berikut dokumentasi kegiatan pendampingan berbasis ranting.

Hasil pendampingan selama tiga bulan ini dapat dipaparkan sebagai berikut.

a. Diketahui 10 ranting ‘Aisyiyah di Kartasura telah menyelenggarakan secara rutin

pengajian sebulan sekali. Ada dua ranting yang menyelenggarakan pengajian 4 kali setiap

bulan yaitu ranting Gonilan dan ranting Makamhaji.

Page 12: Pendampingan Pimpinan Cabang Aisyiyah Kartasura dalam ...

MONSU’ANI TANO

Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021

99

b. Tempat pengajian bervariasi: di rumah anggota (1 ranting), di masjid (4 ranting), di

gedung ‘Aisyiyah atau Muhammadiyah ( 3 ranting), gedung TK ‘Aisyiyah (2 ranting), dan

ada 2 ranting yang tempatnya menyesuaiokan kondisi.

c. Penceramah yang memberi tausiyah saat pengajian bervariasi: anggota ranting ‘Aisyiyah

secara bergiliran (1 ranting), anggota ‘Aisyiyah dan Muhammadiyah (1 ranting), pimpinan

Muhammadiyah (6 ranting), dari luar ‘Aisyiyah/Muhammadiyah (3 ranting), ketua majlis

tabligh ranting ‘Aisyiyah (1 ranting).

d. Semua ranting telah berhasil menyusun jadual pengajian selama setahun dengan

mencantumkan nama mubaligh dan topik yang sesuai dengan peristiwa keagamaan atau

kemasyarakatan. Namun, penceramah Bapak-Bapak masih mendominasi dalam jadual

tersebut.

Kegiatan rutin di Aisyiyah ranting dikelola oleh Aisyiyah Pimpinan Cabang. Bentuk

yang biasa rutin dilaksanakan Aisyiyah ranting yaitu pengajian.‘Aisyiyah Ranting

Ambarketawang melaksanakan kegiatan pengajian rutin di masjid (Sulistyaningsi dan

Listyaningrum, 2020). Aisyiyah Ranting Betakan juga melakukan kegiatan rutin berupa

pengajian rutin yang diisi dengan ceramah keagamaan (Nabawiyati, 2020). Sama halnya

dengan Aisyiyah, Muhammadiyah ranting juga memiliki kegiatan rutin, seperti dakwah

rutin/majelis taklim. Muhammadiyah ranting Tosaren mempunyai kegiatan rutin seperti

pengajian dan kajian bulan Ramadan (Widyanti dan Setiawan, 2018). Ranting

Muhammadiyah Metro Utara juga menyelenggarakan kegiatan pengajian rutin yang

dilaksanakan sekali dalam sepekan (Maimunah, et.al., 2020). Organisasi lain yang juga

mengadakan pengajian rutin ialah Nahdatul Ulama (NU). Muslimat NU Desa Tuwel

melaksanakan pengajian rutin sesuai dengan jenjang usia, yang dilaksanakan tiga kali dalam

seminggu (Arofah, 2018). Selain itu, organisasi pemuda yang terikat dalam Ikatan dan Muda

Indonesia (IDMI) turut menyelenggarakan pengajian rutin yang dilaksanakan di masjid-

masjid Kota Palu (Mahmid, 2017).

Kesimpulan

Kegiatan pendampingan berpidato bagi Kader Aisyiyah Cabang Kartasura berjalan

lancar dan sesuai harapan. Kegiatan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa: (1) kegiatan ini

menjadi solusi untuk meningkatkan keterampilan berbicara anggota Aisyiyah melalui

kegiatan pidato pada pengajian rutin; (2) Semua ranting Aisyiyah berhasil menyusun jadwal

Page 13: Pendampingan Pimpinan Cabang Aisyiyah Kartasura dalam ...

MONSU’ANI TANO

Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021

100

pengajian rutin beserta nama mubaligh; (3) kegiatan ini meningkatkan peran ibu-ibu

anggota Aisyiyah di setiap ranting Kartasura dalam kegiatan pengajian di ranting Aisyiyah

dan lingkungannya. Hasil kegiatan ini perlu ditindaklanjuti dengan kegiatan-kegiatan yang

terprogram dan terus-menerus.

Daftar Referensi

Abdika, Y., Arham, M. A., & Sudriman. (2019). Pengaruh Metode Tanya Jawab Terhadap

Hasil Belajar Siswa. 33(11), 2–6.

Aktas, E., & Yurt, S. U. (2017). Effects of Digital Story on Academic Achievement, Learning

Motivation and Retention among University Students. International Journal of Higher

Education, 6(1), 180. https://doi.org/10.5430/ijhe.v6n1p180

Al Qamari Juita Rahmadani; Kabeakan, Nana Trisna Mei Br., M. M. (2019). Pengelolaan

Sampah Rumah Tangga Dalam Peningkatan Pendapatan Pada Kelompok Ibu-Ibu

Asyiyah. JURNAL PRODIKMAS Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(Vol 4, No 2

(2019)). Retrieved from http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/prodikmas/article/view/4809

Amaliatulwalidain. (2017). Peran dan Partisipasi Politik Organisasi Nasyiatul Aisyiyah

dalam Menginternasasikan Kebijakan Berperspektif Gender Di Kotapalembang. 2(1).

Badura, K. L., Grijalva, E., Newman, D. A., Yan, T. T., & Jeon, G. (2018). Gender and

leadership emergence: A meta-analysis and explanatory model. Personnel Psychology,

71(3), 335–367. https://doi.org/10.1111/peps.12266

Fatmawati, N., Amin, M., & Nawawi, N. (2020, August). Communication Science Studies–

Spoken Discourse Analysis Verbal Rhetoric and Leadership Style: A Comparative

Study of Tun Dr. Mahathir Bin Mohamad and Dato’Sri Mohd Najib Tun Abdul Razak.

In 1st Annual Conference on Education and Social Sciences (ACCESS 2019) (pp. 274-

278). Atlantis Press. doi:10.2991/assehr.k.200827.069.

Grossman, P. J., Eckel, C., Komai, M., & Zhan, W. (2019). It pays to be a man: Rewards for

leaders in a coordination game. Journal of Economic Behavior and Organization, 161,

197–215. https://doi.org/10.1016/j.jebo.2019.04.002

Handayani, I. T., Rosmilawati, S., & Mambang, M. (2019). Peran Perempuan

Muhammadiyah Dalam Kepemimpinan Dan Politik Di Kalimantan Tengah. Pencerah

Publik, 6(2), 32-42. doi:10.33084/pencerah.v6i2.1111.

Handayani, P., Purwanti, Y., & ... (2020). Edukasi Kemandirian Ekonomi Perempuan

Sebagai Basis Dakwah Aisyiyah. Proceeding of The …, 163–167. Retrieved from

http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/958

Harahap, E. M., Hasibuan, S., Afifah, N., Lubis, K., Muhammadiyah, U., & Selatan, T.

Page 14: Pendampingan Pimpinan Cabang Aisyiyah Kartasura dalam ...

MONSU’ANI TANO

Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021

101

(2020). Pembinaan Keterampilan Berbicara Produktif Pada Nasyiatul Aisyiyah Ranting

Batu Nadua Sitamiang. Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian, 3(1), 375–378.

Retrieved from https://e-prosiding.umnaw.ac.id/index.php/pengabdian/article/view/498

Hartley, L. M., Ferrara, M. J., Handelsman, M. M., Rutebemberwa, A., & Wefes, I. (2019).

Principles and Strategies for Effective Teaching: A Workshop for Pre- and Postdoctoral

Trainees in the Biomedical Sciences †. Journal of Microbiology & Biology Education,

20(3). https://doi.org/10.1128/jmbe.v20i3.1689

Hasanah, Ainul. (2018). Mengajarkan shalat pada anak melalui metode demonstrasi, tanya

jawab dan pembiasaan. Al-Hikmah, 2(1), 13–28.

Imamah, Mahmudatul, F., & Firlana, A. R. (2019). KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

DALAM ORGANISASI The Leadership of Female Figures in the Muslimat and Aisyah

Pendahuluan. 05(02), 229–242.

Isiandri, Pudji. 2009. Seribu Pena Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlanggal.

Lubis, M. S. (2018). Struktur Penulisan Teks Pidato Mahasiswa Semester III Prodi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Institut Pendidikan tapanuli Selatan: Kajian

Retorika. Jurnal Education Dan Development, 4(2), 66–71.

Madun, M. F., & Mosin, M. (2020). Isu Kejurulatihan Pidato dalam kalangan Guru Bahasa

Melayu di Sekolah Rendah : Satu Tinjauan Umum Abstrak Issues of Public Speaking

Coaching among Malay Language Teachers in Primary School : A General Review

Abstract Pengenalan Sorotan Literatur Konsep As. 5(11), 141–146.

Mahmud, M. A. (2018). Peluang Ikatan Dai Muda Indonesia (Idmi) Dalam Membina

Masyarakat Muslim Di Kota Palu. Al-Mishbah: Jurnal Ilmu Dakwah Dan Komunikasi,

14(1), 91. https://doi.org/10.24239/al-mishbah.vol14.iss1.106

McGowan, E. C., Du, N., Hawes, K., Tucker, R., O’Donnell, M., & Vohr, B. (2017).

Maternal Mental Health and Neonatal Intensive Care Unit Discharge Readiness in

Mothers of Preterm Infants. Journal of Pediatrics, 184, 68–74.

https://doi.org/10.1016/j.jpeds.2017.01.052

McLeish, J., & Redshaw, M. (2017). Mothers’ accounts of the impact on emotional wellbeing

of organised peer support in pregnancy and early parenthood: A qualitative study. BMC

Pregnancy and Childbirth, 17(1), 1–14. https://doi.org/10.1186/s12884-017-1220-0

Nabawiyati, S., & Makiyah, N. (2020). Pemberdayaan Ibu-Ibu Aisyiyah dalam Pengelolaan

Sampah Rumah Tangga dan Pembentukan Kelompok Sedekah Sampah. Abdimas

Mahakam Journal, 4(02), 251–260.

Pimpinan Pusat Aisyiyah. (2012). Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ‘Aisyiyah.

Yogyakarta.

Putri, R. A. (2020). Penggunaan Permainan Bahasa Dalam Pidato Pemilihan Presiden 2019:

Page 15: Pendampingan Pimpinan Cabang Aisyiyah Kartasura dalam ...

MONSU’ANI TANO

Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021

102

Studi Kasus Pidato Jokowi. KREDO : Jurnal Ilmiah Bahasa Dan Sastra, 4(1), 168–183.

https://doi.org/10.24176/kredo.v4i1.4921

Ritonga, R. F., Sari, P. M., & Erwin, E. E. (2019). Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga dalam

Mengelola Sampah Rumah Tangga untuk Meningkatkan Pendapatan Keluarga. Jurnal

SOLMA, 8(2), 307. https://doi.org/10.29405/solma.v8i2.3496

Setyorini, N., & Risqiana, S. (2017). Keefektifan Media Artikel. 2(2), 137–144.

Sitohang, J. (2017). Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA

Pada Siswa Sekolah Dasar. Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, Sains, Dan

Humaniora, 3(4), 681–688.

Sufanti, M., Roding, M. A., Charu, M. A. dan Mach, M. M. (2014). Pendampingan Pimpinan

Cabang ‘Aisyiyah Kartasura dalam Pendataan Anggota berbasis Ranting, Laporan

Pengabdian Masyarakat. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sugianto, A. (2020). Workshop Penguatan Pendidikan Karakter bagi Guru Bimbingan dan

Konseling SMP. PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat, 6(1),

90-96. doi:10.33084/pengabdianmu.v6i1.1647.

Sulistyaningsih, & Listyaningrum, T. H. (n.d.). Pelatihan Dan Pembentukan Posbindu

Penyakit Tidak Menular (Ptm) ’Aisyiyah Ranting Ambarketawang. Jurnal.Aiska-

University.Ac.Id. Retrieved from http://jurnal.aiska-

university.ac.id/index.php/gemassika/article/view/513

Wahib, N. U. R. (2020). Peran Perempuan Dalam Pembinaan Mental Spiritual Generasi

Bangsa Dalam Perspeksif Pendidikan Islam. RISDA: Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan

Islam, 5(1), 1–10.

Widyanto, R. A. (2019). PKU bagi Pengurus Ranting Muhammadiyah di Kabupaten

Magelang untuk Mengelola Administrasi Ranting. Jurnal Pengabdian Masyarakat

Progresif Humanis Brainstorming, 2(1), 34–38. https://doi.org/10.30591/japhb.v2i1.908