Pendampingan Pastoral Terhadap Penderita Leukemia Anak...

15
80 BAB IV PENDAMPINGAN PASTORAL TERHADAP PENDERITA LEUKEMIA ANAK DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Pendampingan pastoral terhadap penderita leukemia anak di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta belum berjalan dengan baik, karena sampai hari ini belum ada tenaga pendamping pastoral yang bekerja untuk melayani para pesien yang rawat inap di rumah sakit Sardjito. Yang ada di rumah sakit Sardjito adalah seorang rohaniawan Kristen dari Dinas Kementerian Agama Kota Yogyakarta yang selalu menjalankan tugas pelayanannya di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta sesuai dengan jadwal setiap hari Rabu dan Sabtu. Jumlah rohaniawan yang melayani pasien di rumah sakit Sardjito dari agama Islam ada 14 orang, Kristen 1 orang, Katholik 1 orang, Hindu 1 orang, Budha 1 orang. RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta adalah rumah sakit umum pemerintah. Pelayanan pendampingan pastoral bagi penderita leukemia terbatas pada ruang dan waktu. Disamping penderita leukemia di saat-saat di mana sangat membutuhkan pendampingan pastoral untuk memberikan kekuatan secara rohani, namun hal ini belum bisa berjalan karena mungkin masih banyak pertimbangan dari pihak rumah sakit, bahwa penderita leukemia tidak bisa di kunjungi atau dijenguk oleh banyak orang, karena ketika ada pengunjung yang masuk keluar ruang inap dari penderita leukemia, akan membawa banyak kuman atau virus dari luar, yang akan mengganggu kekebalan tubuh dari penderita yang sementara di rawat khusus di ruangan yang sudah di steril. Ada juga karena banyak penderita leukemia berada dalam kondisi yang tidak stabil , misalnya

Transcript of Pendampingan Pastoral Terhadap Penderita Leukemia Anak...

Page 1: Pendampingan Pastoral Terhadap Penderita Leukemia Anak ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12314/5/T2_752012012_BAB IV... · A. Pandangan Penderita Leukemia Anak terhadap Pelayanan

80

BAB IV

PENDAMPINGAN PASTORAL TERHADAP PENDERITA LEUKEMIA

ANAK DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Pendampingan pastoral terhadap penderita leukemia anak di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta belum berjalan dengan baik, karena sampai hari ini belum

ada tenaga pendamping pastoral yang bekerja untuk melayani para pesien yang

rawat inap di rumah sakit Sardjito. Yang ada di rumah sakit Sardjito adalah

seorang rohaniawan Kristen dari Dinas Kementerian Agama Kota Yogyakarta

yang selalu menjalankan tugas pelayanannya di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

sesuai dengan jadwal setiap hari Rabu dan Sabtu. Jumlah rohaniawan yang

melayani pasien di rumah sakit Sardjito dari agama Islam ada 14 orang, Kristen

1 orang, Katholik 1 orang, Hindu 1 orang, Budha 1 orang.

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta adalah rumah sakit umum pemerintah.

Pelayanan pendampingan pastoral bagi penderita leukemia terbatas pada ruang

dan waktu. Disamping penderita leukemia di saat-saat di mana sangat

membutuhkan pendampingan pastoral untuk memberikan kekuatan secara

rohani, namun hal ini belum bisa berjalan karena mungkin masih banyak

pertimbangan dari pihak rumah sakit, bahwa penderita leukemia tidak bisa di

kunjungi atau dijenguk oleh banyak orang, karena ketika ada pengunjung yang

masuk keluar ruang inap dari penderita leukemia, akan membawa banyak kuman

atau virus dari luar, yang akan mengganggu kekebalan tubuh dari penderita yang

sementara di rawat khusus di ruangan yang sudah di steril. Ada juga karena

banyak penderita leukemia berada dalam kondisi yang tidak stabil , misalnya

Page 2: Pendampingan Pastoral Terhadap Penderita Leukemia Anak ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12314/5/T2_752012012_BAB IV... · A. Pandangan Penderita Leukemia Anak terhadap Pelayanan

81

tidak bisa berbicara, atau sementara persiapan mau menjalani kemoterapi.

Karena ini menjadi aturan paten khusus bagi penderita leukemia di ruang inap

INSKA. Mereka di perlakukan khusus dalam pelayanan medis.

Menurut penulis bahwa sebenarnya saat-saat seperti itulah, penderita

leukemia dan orangtuanya harus mendapatkan pendampingan pastoral dari

seorang pastor, karena seorang yang menderita leukemia membutuhkan suatu

situasi di mana ia mendapatkan kekuatan, dalam proses penyembuhan secara

holistik.

A. Pandangan Penderita Leukemia Anak terhadap Pelayanan di RSUP Dr.

SardjitoYogyakarta

Berdasarkan hasil wawancara, para penderita leukemia anak pada

umumnya mengatakan bahwa mereka tidak tahu apa itu penyakit leukemia, apa

penyebabnya. Sehingga ketika di bawa untuk di periksa dan hasil diagnosis

menyatakan mereka positif menderita leukemia, ada rasa takut, menangis,

kecewa bahkan putus asa. Karena sudah pasti mereka akan dirawat inap sesuai

dengan protokol dari rumah sakit selama dua tahun. Bahkan ketika para

orangtua dari anak-anak yang menderita leukemia ini di wawancarai, mereka

selalu mengatakan bahwa mereka tidak tahu tentang apa itu penyakit leukemia,

mereka takut, kuatir, kecewa dan putus asa, bahkan mereka takut kehilangan

anak mereka. Orangtua dapat merasakan ketidakmampuan mereka dalam

membiayai pengobatan, karena pasti membutuhkan dana yang sangat besar

untuk membiayai pengobatan dan perawatan anak mereka selama menjalani

pengobatan di rumah sakit untuk jangka waktu 2 tahun sesuai dengan protokol

Page 3: Pendampingan Pastoral Terhadap Penderita Leukemia Anak ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12314/5/T2_752012012_BAB IV... · A. Pandangan Penderita Leukemia Anak terhadap Pelayanan

82

dari rumah sakit. Orang tua berpikir tentang masa depan anak mereka yang

akan tertunda, karena anak mereka harus menunda masa belajarnya di sekolah,

demi pengobatan yang dijalani di rumah sakit. Orangtua berpikir tentang

pekerjaan mereka akan terbengkalai karena harus menjaga dan mendampingi

anak mereka yang sakit.

Bahkan ada yang menyatakan kalau mereka akan dijauhi oleh teman-

teman sekolah atau teman bermain mereka, karena mereka menderita leukemia.

Namun ada yang menceritakan bahwa mereka harus menyemangati diri

mereka untuk bisa sembuh dari penyakit leukemia, karena setiap pelayanan dari

RSUP Dr. Sardjito, mereka mengatakan bahwa ketika menjalani pengobatan,

perawatan dray awal sampai berada di ruang rawat inap RSUP Dr. Sardjito,

pelayanan dari paramedis yakni dokter dan perawat sangat baik dan bersahabat.

Penderita leukemia anak di perlakukan seperti anak, teman, sahabat bahkan

saudara. Penderita leukemia bisa menjadi akrab dan bersahabat dengan dokter

dan perawat yang merawat mereka di bagian INSKA. Bahkan ada yang

mengatakan bahwa dokter spesialisnya selalu bergurau bahkan memberikan

hadiah/kado berupa tas, buku agenda harian, ketika mereka di periksa dan

dilayani di ruang rawat inap. Dan menjadi semangat bagi dirinya untuk bangkit

dari rasa takut, putus asa dan kecewa.Walaupun mereka dalam keadaan sakit,

mereka senang karena selalu ada ayah atau ibu yang setia menjaga dan

mendampingi mereka setiap hari di ruang rawat inap.

Melakukan pendampingan bagi penderita leukemia bukanlah hal yang

mudah, dan tidak bisa dilakukan sembarangan. Seorang pendamping harus

Page 4: Pendampingan Pastoral Terhadap Penderita Leukemia Anak ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12314/5/T2_752012012_BAB IV... · A. Pandangan Penderita Leukemia Anak terhadap Pelayanan

83

memiliki keterampilan lebih, bahkan harus bisa memahami dan menerima

keadaan mereka dengan ketulusan. Dengan kata lain, seorang pendamping

pastoral yang mau menjalankan pendampingannya di rumah sakit harus

memiliki sikap dasar pastoral serta keterampilan yang memadai sehingga

menjadi seorang pendamping yang benar-benar memberi hidupnya untuk

menjadi seorang pendamping yang aktif, kreatif, dan efektif.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa selama penderita leukemia berada

dan di rawat di ruang inap di instalasi rawat INSKA di RSUP Dr Sardjito,

pendampingan terus dilakukan oleh orangtua/keluarga, dokter atau perawat dan

rohaniawan yang bertugas di bagian INSKA. Sedangkan pendampingan pastoral

dari seorang konselor belum ada, karena penderita leukemia yang Kristen

jumlahnya sedikit dibandingkan dengan yang non Kristen. Sehingga yang selalu

mengadakan pelayanan pendampingan dan doa di ruang instalasi rawat inap

penderita leukemia anak yang Kristen adalah seorang rohaniawan yang sudah di

berikan tugas untuk mendampingi seluruh pasien Kristen dan penderita leukemia

yang beragama Kristen yang di rawat di RSUP Dr Sadjito.

Penderita leukemia anak yang ada di RSUP Dr. Sardjito di tempatkan di

ruang instalasi rawat inap INSKA yang terdiri dari Ruang Melati : 1, 2, 3, 4, 5,

ruang Cempaka Mulya dan Ruang Estella 1 dan 2. Sesuai dengan data yang

penulis peroleh, bahwa semakin hari jumlah penderita leukemia semakin

meningkat.

Menurut penulis bahwa baik pelayanan dari RSUP Dr.Sardjito dan

pendampingan sudah dijalankan sesuai dengan profesi baik itu paramedis,

Page 5: Pendampingan Pastoral Terhadap Penderita Leukemia Anak ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12314/5/T2_752012012_BAB IV... · A. Pandangan Penderita Leukemia Anak terhadap Pelayanan

84

rohaniawan dan orangtua. Ketiganya berjalan bersamaa-sama dan memberikan

suatu pelayanan yang holistik kepada penderita leuekemia anak yang mendapat

perawatan selama berada di rumah sakit. Namun pendampingan pastoral dari

seorang pastor belum ada.

B. Pelayanan Pendampingan Pastoral terhadap Penderita Leukemia

Anak di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Dalam pelayanan pendampingan terhadap penderita leukemia anak, tentu

tidak semudah seperti mendampingi penderita penyakit yang lain atau

mendampingi orang dewasa. Ada banyak hambatan-hambatan yang dialami oleh

seorang pendamping pastoral antara lain:

1. Penderita leukemia anak tidak bisa dikunjungi oleh pengunjung,

karena penderita berada dalam ruangan khusus yang sudah

diisolasi/disteril dan yang bisa berada dalam ruangan itu adalah satu

orang saja, ayah atau ibu yang menjaga.

2. Penderita leukemia anak pada umumnya dipersiapkan untuk

menjalani kemoterapi, sehingga pengunjung dilarang untuk masuk

dan juga bersentuhan dengan penderita, karena bisa saja terjadi

kegagalan menjalani kemoterapi.

3. Penderita leukemia anak, pada umumnya mereka tidak banyak

berbicara, selain dengan orangtua atau perawat, dokter yang

melayaninya.

4. Penderita leukemia anak pada umumnya berada dalam kondisi

terminal illness.

Page 6: Pendampingan Pastoral Terhadap Penderita Leukemia Anak ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12314/5/T2_752012012_BAB IV... · A. Pandangan Penderita Leukemia Anak terhadap Pelayanan

85

5. Penderita leukemia anak bila mau mendapatkan pendampingan

pastoral, biasanya orang tua atau keluarganya menghubungi

pendetanya di mana mereka berjemaat, atau menginformasikan

kepada para medis atau rumah sakit untuk mendapatkan

pendampingan pastoral.

Di ruang instalasi rawat inap pasien/penderita leukemia anak, tidak boleh

ada yang menjenguk atau berkunjung. Penderita hanya boleh dijaga oleh satu

orang, ayah atau ibu. Perawatan yang nyaman, atau perawatan paliatif,

membantu penderita kanker merasa sebaik mungkin dan mengelola gejala-gejala

yang berkembang. Perawatan paliatif menangani gejala, tetapi tidak ditujukkan

untuk mengontrol penyakit ini. RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta adalah salah satu

Rumah Sakit yang sudah memiliki tim paliatif dalam menangani penyakit

kanker stadium lanjut.

Pendampingan pastoral terhadap penderita leukemia anak di RSUP Dr.

SarjitoYogyakarta sangat penting dan harus di perhatikan. Penyakit leukemia ini

adalah penyakit yang sangat ganas, dan mematikan yang dalam hitungan hari

atau minggu dapat merenggut nyawa seseorang, bila si penderita kurang

mendapat pertolongan dan perawatan medis. Kadang-kadang orang

menganggap bahwa penyakit leukemia atau kanker darah merupakan penyakit

yang tidak bisa disembuhkan. Ketika orang tua, keluarga yang mengetahui

bahwa hasil diagnosis terhadap anak mereka difonis menderita leukemia, pasti

perasaan, pikiran dan tingkah laku mereka akan kacau dan berada dalam situasi

depresi.

Page 7: Pendampingan Pastoral Terhadap Penderita Leukemia Anak ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12314/5/T2_752012012_BAB IV... · A. Pandangan Penderita Leukemia Anak terhadap Pelayanan

86

Kesimpulan yang dapat diambil, menurut penulis adalah bahwa RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta seharusnya memperhatikan kebutuhan spritual

penderita leukemia dengan mengangkat seorang pendamping pastoral untuk

membantu para penderita leukemia dan orangtuanya untuk mendapat

pendampingan pastoral dengan baik. RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dapat

menganalisis secara baik sosialisasi kepada masyarakat secara terus menerus

agar dapat memahami dan mengerti apa itu penyakit kanker pada umumnya dan

penyakit leukemia atau kanker darah pada khususnya, sehingga ada kesamaan

pemahaman dari masyarakat tentang penyakit leukemia atau kanker darah itu

sendiri dengan gejala dan penyebabnya dan ada keberhasilan.

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab II, bahwa pendampingan pastoral

memiliki empat fungsi yaitu menyembuhkan, membimbing, menyokong dan

memperbaiki hubungan. Empat fungsi pendampingan pastoral tadi dapat

dikatakan juga sebagai terapi pendampingan pastoral.

Dalam pendampingan pastoral ada dua fungsi pendampingan yang sangat

cocok untuk diterapkan bagi penderita leukemia yakni : fungsi menyembuhkan

dan mendukung. Dari kedua fungsi pastoral ini sangat mendukung apa yang

dikatakan oleh Albert Ellis dalam rational-emotive behavior therapy (REBT)

yang merupakan terapi yang sangat komprehensif, yang menangani masalah-

masalah yang berhubungan dengan emosi, kognisi dan perilaku. Karena sangat

memprihatinkan ketika penderita leukemia mengalami shock, depresi, putus asa,

penyangkalan akan apa yang ia alami.

Di dalam dunia kesehatan, tenaga-tenaga paramedik tersebut selalu

ditanamkan bahwa bentuk pelayanan professional merupakan bagian integral

Page 8: Pendampingan Pastoral Terhadap Penderita Leukemia Anak ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12314/5/T2_752012012_BAB IV... · A. Pandangan Penderita Leukemia Anak terhadap Pelayanan

87

dari seluruh pelayanan kesehatan yang berdasakan ilmu dan kiat perawatan

kesehatan yang meliputi aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang

bersifat komprehensif. Mereka yang melayani orang sakit seharusnya

memahami pentingnya perhatian yang teliti terhadap semua hukum kesehatan.

Dalam rumah sakit atau sanitarium, di mana perawat senantiasa bergaul dengan

sejumlah besar orang sakit, diperlukan usaha yang keras supaya selalu

menyenangkan dan gembira, menunjukkan perhatian penuh dalam setiap

perkataan dan tindakan. Di lembaga-lembaga ini, adalah hal yang paling penting

agar perawat berusaha melakukan tugasnya dengan baik dan bijaksana. Mereka

perlu tetap ingat bahwa dalam tugas sehari-hari mereka sedang melayani Tuhan.

Pelayanan ditujukkan kepada individu, keluarga dan masyarakat yang

sehat maupun yang sakit yang mencakup hidup manusia untuk mencapai derajat

kesehatan yang optimal. Perawatan yang diberikan harus bersifat komprehensif,

artinya pelayanan perawatan harus bersifat menyeluruh, karena bisa dikatakan

bahwa “manusia merupakan biopsiko sosial dan spiritual.”

Para perawat dan semua orang yang bertugas di kamar pasien haruslah

gembira, tenang dan mengendalikan diri. Semua tindakan tergesa-gesa,

kegemparan, atau kebingungan, harus dihindari. Pintu harus dibuka dan ditutup

dengan hati-hati.1

Kemampuan menganalisa adalah kemampuan melihat komponen-

komponen yang membangun timbulnya masalah dalam hidup penderita

leukemia. Bagaimana komponen yang satu berhubungan dan memengaruhi

1 Ellen G. White, Hidup Yang Terbaik (Bandung: Indonesia Publishing House, 1994), 215.

Page 9: Pendampingan Pastoral Terhadap Penderita Leukemia Anak ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12314/5/T2_752012012_BAB IV... · A. Pandangan Penderita Leukemia Anak terhadap Pelayanan

88

komponen lainya. Sikap, perasaan, dan tingkah laku tidak dapat dipisahkan satu

dengan yang lainnya, karena saling berkaitan.

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dalam pendampingan pelayanan terhadap

penderita leukemia melibatkan berbagai unsur diantaranya para rohaniawan,

dokter, perawat, keluarga, orang tua. Hal ini sebagaimana diungkapkan dalam

bab II, mengatakan bahwa pendampingan pastoral haruslah bersifat holistik.

Sebagaimana data yang telah dipaparkan dalam bab III bahwa semua penderita

leukemia anak menjalani perawatan rutin selama dua tahun dengan mengikuti

protokol Yogya yang disiapkan oleh RDUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Langkah-

langkah yang harus dilakukan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta adalah

mensosialisasikan penyakit kanker pada umumnya, khususnya leukemia atau

kanker darah kepada masyarakat. Proses sosialisasi dapat dilakukan dengan

berbagai mekanisme, misalnya seminar, loka karya, diskusi, rapat kerja, forum

ilmiah dan lewat media massa.

Tentu sebagai orang tua, keluarga yang setiap hari mendampingi anak

mereka yang menderita penyakit leukemia, memiliki beban dan tanggung jawab

yang sangat besar. Selain bagaimana orang tua menjelaskan kepada anak mereka

tentang penyakit yang diderita, orang tua juga berpikir tentang biaya pengobatan

selama anak mereka di rawat di Rumah Sakit, orang tua berpikir tentang sekolah

dan masa depan anak mereka, orangtua berpikir tentang pekerjaan mereka yang

ditinggalkan demi memberi perhatian khusus kepada anak mereka yang sakit.

Secara umum ada dua prinsip yang mendominasi manusia, yaitu pikiran

dan perasaan. REBT beranggapan bahwa setiap manusia yang normal memilii

pikiran, perasaan dan perilaku, yang ketiganya berlangsung secara simultan.

Page 10: Pendampingan Pastoral Terhadap Penderita Leukemia Anak ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12314/5/T2_752012012_BAB IV... · A. Pandangan Penderita Leukemia Anak terhadap Pelayanan

89

Pikiran mempengaruhi perasaan dan perilaku, perasaan mempengaruhi pikiran

dan perilaku, dan perilaku mempengaruhi pikiran dan perasaan. Dalam

memandang hakikat manusia, REBT memiliki sejumlah asumsi tentang

kebahagiaan dan ketidakbahagiaan dalam hubungannya dengan dinamika

pikiran dan perasaan itu (Ellis, 1994). Asumsi tentang hakikat manusia menurut

REBT adalah sebagai berikut:

1. Pada dasarnya individu adalah unik, yang memiliki kecenderungan

untuk berpikir irasional. Ketika berpikir dan berperilaku rasional dia

efektif, bahagia dan kompeten. Ketika berpikir dan berperilaku

irasional dia tidak efektif.

2. Reaksi “emosional” seseorang sebagian besar disebabkan oleh

evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak

disadari oleh individu.

3. Hambatan psikologis atau emosional adalah akibat dari cara berpikir

yang tidak logis dan irasional. Emosi menyertai individu yang

berpikir dengan penuh prasangka, sangat personal dan irasional.

4. Berpikir irasional diawali dengan belajar secara tidak logis yang

diperoleh dari orang tua dan kultur tempat dibesarkan. Dalam proses

pertumbuhannya, akan terus berpikir dan merasakan dengan pasti

tentang dirinya dan tentang yang lain. “Ini adalah baik” dan yang “itu

adalah jelek”. Pandangan ini terus membentuk cara pandangan yang

selanjutnya.

5. Berpikir secara irasional akan tercermin dari verbalisasi yang

digunakan. Verbalisasi yang tidak logis menunjukkan cara berpikir

Page 11: Pendampingan Pastoral Terhadap Penderita Leukemia Anak ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12314/5/T2_752012012_BAB IV... · A. Pandangan Penderita Leukemia Anak terhadap Pelayanan

90

yang salah dan verbalisasi yang tepat menunjukkan cara berpikirnya

yang tepat. Dalam kaitannya dengan hal ini tujuan konseling adalah

(1) menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi diri telah menjadi

sumber hambatan emosional (2) membenarkan bahwa verbalisasi diri

adalah tidak logis dan irasional dan (3) membenarkan atau

meluruskan cara berpikir dengan verbalisasi diri yang lebih logis dan

efisien dan tidak berhubungan dengan emosi negatif dan perilaku

penolakan diri (self-defeating).

6. Perasaan dan berpikir negatif serta penolakan diri harus dilawan

dengan cara berpikir yang rasional dan logis yang dapat diterima

menurut akal yang sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang

rasional.2

Albert Ellis memperkenalkan kata behavior (tingkah laku) pada

pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) dengan alasan bahwa

tingkah laku sangat terkait dengan emosi dan perasaan.

Albert Ellis lebih tertarik pada bagaimana individu lebih memilih

mengelola masalah-masalahnya dengan sistem-sistem keyakinannya ketimbang

bagaimana problema-problema tersebut diperoleh. Ellis mengartikan masalah

manusia sebagai hasil dari konsepsi yang keliru dan persepsi yang salah

terhadap realita. Pada dasarnya masalah manusia tidak hanya berhubungan

dengan apa yang mereka rasakan melainkan lebih banyak berhubungan dengan

apa yang mereka pikirkan dan percayai.

2 Latipun, Psikologi Konseling (Malang: UMM, 2006), 120-121.

Page 12: Pendampingan Pastoral Terhadap Penderita Leukemia Anak ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12314/5/T2_752012012_BAB IV... · A. Pandangan Penderita Leukemia Anak terhadap Pelayanan

91

Sistem keyakinan ini pada dasarnya diperoleh individu sejak kecil dari

orangtua, masyarakat atau lingkungan di mana anak hidup. Mengapa anak tidak

mampu berpikir rasional? Ellis mengemukakan sebab-sebab indiividu tidak

mampu berpikir secara rasional karena hal-hal berikut (Nelson-Jones)

1. Anak tidak berpikir secara jelas tentang yang ada saat ini dan

yang akan datang, antara kenyataan dan imajinasi.

2. Anak tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain.

3. Orang tua dan masyarakat memiliki kecenderungan berpikir

irasional dan diajarkan kepada anak melalui berbagai media.

Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) dapat menyumbangkan

banyak hal berhubungan dengan konseling pastoral. Karena konselor Rational-

Emotive Behavior Therapy (REBT) memberikan penghargaan positif tanpa

syarat kepada klien. Bahkan keterampilan konseling yang harus dimiliki

konselor adalah : empati, menghargai, ketulusan, kekongkritan dan konfrontasi.

Sebagai makhluk sosial, setiap manusia mempunyai kebutuhan untuk

berhubungan dan bergaul dengan orang lain. Dalam membangun hubungan

tersebut komunikasi tercipta secara emosional dan akal sehat, yang memberikan

kemungkinan bagi manusia menikmati persekutuan batin dengan orang lain.

Orang dapat memahami diri sendiri dan orang lain, bila komunikasi itu

membangun hubungan atau relasi yang intim dan mesra, sehingga dalam

komunikasi tersebut kebutuhan setiap orang dapat terpenuhi.

Hampir semua individu tahu bahwa salah satu kebutuhan manusia adalah

memelihara hubungan sosial dengan sesamanya, dan di dalam suatu lingkungan

masyarakat, setiap orang pasti membutuhkan keberadaan orang lain. Sosialisasi

Page 13: Pendampingan Pastoral Terhadap Penderita Leukemia Anak ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12314/5/T2_752012012_BAB IV... · A. Pandangan Penderita Leukemia Anak terhadap Pelayanan

92

menumbuhkan kemampuan seseorang dalam membina berbagai hubungan,

sehingga diharapkan muncul perkembangan sosial yang positif dan sehat pada

setiap manusia yang membentuk mentalitas.

Manusia adalah mahluk yang membutuhkan orang lain untuk

beradaptasi. Hal ini disebabkan karena setiap manusia memiliki keterkaitannya

atau hubungan sehingga berdampak pada kelangsungn hidupnya. Inilah proses

kehidupan manusia. Adanya suatu keterkaitan antara satu dengan yang lain yang

terbentuk dalam suatu komunitas hidup bersama, memiliki muatan-muatan

emosional sehingga melahirkan kehidupan yang sejalan. Hubungan hidup secara

horizontal merupakan suatu tindakan dalam rangka menjalin kekerabatan dengan

menyatukan berbagai budaya yang ada.

Faktor ekonomi keluarga merupakan bagian dari proses kehidupan.

Manusia akan tetap bertahan hidup ketika ia berada pada posisi ekonomi yang

cukup memadai. Berdasarkan fakta deskripsi kasus yang ada jelaslah bahwa

penderita leukemia anak berada pada kehidupan keluarga ekonomi menengah ke

atas, ini berarti segala bentuk pengobatan yang mau dilakukan ataupun akan

dilakukan untuk proses kesembuhan dari penderita leukemia akan tercukupi oleh

keluarganya.

Keseimbangan hidup yang sebenarnya menuntut besarnya pengeluaran

dalam keluarga bukanlah penghalang dalam proses penyembuhan dan terapi

yang dilakukan. Penghasilan sebagai Pegawai Negeri Sipil, wiraswasta, dan

dengan usaha lainnya secara jelas menyatakan bahwa orang tua penderita

leukemia benar-benar siap untuk melakukan pengobatan medis sampai pada

tingkatan pengobatan terakhir.

Page 14: Pendampingan Pastoral Terhadap Penderita Leukemia Anak ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12314/5/T2_752012012_BAB IV... · A. Pandangan Penderita Leukemia Anak terhadap Pelayanan

93

Banyak penderita leukemia yang awalnya terpuruk oleh guncangan jiwa

yang datang setelah diagnosis. Bagaimana diagnosis leukemia dan rencana

tindakannya sudah menimbulkan dampak psikologi pada penderita leukemia.

Betapa penting disadari bahwa orang yang sedang sakit adalah berada dalam

keadaan krisis. Mengapa demikian? Pertama-tama karena tubuh mereka tidak

dapat berfungsi dengan baik. Kebiasaan-kebiasaan yang dapat dilakukan atau

dikerjakan menjadi tidak dapat dilakukan lagi. Mereka berada di dalam situasi

yang tidak biasa/abnormal. Apalagi bila harus menjalani perawataan di Rumah

Sakit.3

Pemulihan yang diharapkan mengharuskan konselor dapat menciptakan

situasi psikologis yang menyebabkan konseli merasa aman, merasa ada

perhatian, kepedulian dan perlakuan yang menyenangkan. Situasi psikologis

diciptakan berdasarkan kebutuhan konseli, sehingga konselor harus dapat

mengembangkan kemampuannya, baik dalam penampilan fisik seperti cara

menyapa, air muka yang menyenangkan, pandangan mata, gerak tangan,

anggukan kepala, yang semuanya merupakan wujud dari perilaku konselor

untuk menimbulkan rasa puas terhadap setiap layanan konseling.4

Dalam analisis psikologis, para psikolog pada umumnya memperhatikan

beberapa hal misalnya emosi atau perasaan. Contoh: rasa takut, cemas, kuatir

semua berakar pada emosi kegelisahan. Psikologi berasal dari kata Yunani

“psyche” yang artinya jiwa dan “logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi

3 Totok Soemartha & Aart M. Van Beek, Mendampingi Orang Sakit (Yogyakarta: RS. Bethesda,

1984), 10. 4 J.D. Engel, Konseling Dasar dan Pendampingan Pastoral (Salatiga: Widya Sari Press, 2003),

54.

Page 15: Pendampingan Pastoral Terhadap Penderita Leukemia Anak ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12314/5/T2_752012012_BAB IV... · A. Pandangan Penderita Leukemia Anak terhadap Pelayanan

94

dapat diartikan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa,

baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya.5

Pada dasarnya pertumbuhan hidup setiap orang akan terbentuk dari

mental dan spiritualnya sendiri. Pembentukan mental dan spiritual ini

berlandaskan pada kejiwaan manusia itu sendiri, artinya dalam perkembangan

hidup yang berkelanjutan manusia diharapkan mampu memiliki pola berpikir

yang baik sehingga segala sesuatu dapat berjalan sebagaimana mestinya. Proses

inilah yang akan menentukan jalannya suatu kehidupan. Kehidupan yang

didasari pada kepribadian yang bersih sehingga menghasilkan pola tindak dan

pola pikir yang dapat menjawab kebutuhan.

Tindakan orang tua untuk tetap menghadirkan teman-teman bermain dan

teman-teman sekolah dan orang terdekatnya telah membantu penderita leukemia

dalam rangka memenuhi kebutuhan psikologisnya.

Sehat secara psikologis diperoleh melalui proses perkembangan yang

diberikan dalam bentuk pola asuh yang baik dari lingkungan (seperti orang tua,

kerabat, masyarakat lingkungan sekitar, para pendidik, pemuka agama dan lain-

lain) sehingga dapat membentuk perilaku yang baik, santun, bertanggungjawab,

dan memiliki wawasan yang postif.6

5 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta:Rineke Cipta, 1999), 1.

6 Arie Arumwardhani, Psikologi kesehatan (Yogyakarta : Galangpress, 2011), 38.