Pendahuluan_2009sub-2
description
Transcript of Pendahuluan_2009sub-2
16
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alginat merupakan suatu polisakarida hasil ekstraksi rumput laut coklat seperti
Sargassum sp. dan Turbinaria sp. yang banyak sekali ditemukan di perairan Indonesia.
Meskipun potensi produksi rumput laut ini cukup melimpah, sampai saat ini
pemanfaatannya masih sangat kurang, bahkan di beberapa daerah tidak dimanfaatkan
sama sekali. Rumput laut penghasil alginat ini (alginofit) memiliki habitat di perairan
berbatu atau berkarang dan ditemukan di beberapa daerah sepanjang pantai selatan
pulau Jawa dan Sumatra. Potensi dari rumput laut ini belum didata dengan baik, tetapi
beberapa penulis menyatakan cukup besar karena rumput laut ini mudah sekali
ditemukan di perairan Indonesia (Basmal et al. 2002; Sujatmiko, 1994). Selain itu
potensi rumput laut ini untuk dibudidayakan juga cukup tinggi mengingat
pertumbuhannya yang cepat dan kemampuannya yang tinggi dalam menyesuaikan
terhadap perubahan musim. Sargassum polycystum yang dicoba dibudidayakan
menunjukkan pertumbuhan sebesar 2.34 cm/minggu (Kalangi, 2001). Di alam,
ketersediaan rumput laut penghasil alginat selalu ada sepanjang tahun, baik pada musim
kemarau maupun musim hujan. Oleh karena itu potensi pemanfaatan alginat dan produk
turunannya masih terbuka luas.
Beberapa penelitian tentang cara ekstraksi alginat dari rumput laut lokal sudah
banyak dilakukan. Meskipun demikian, secara umum produk alginat yang dihasilkan
dari rumput laut lokal ini mempunyai viskositas yang rendah (Basmal et al. 1998,
Basmal et al. 2002, Murtini et al. 2000; Tazwir et al. 2000, Wikanta et al. 2000,
Yunizal et al. 2000). Beberapa kelemahan seperti rendahnya viskositas menyebabkan
keterbatasan penggunaan alginat baik dalam bidang pangan maupun non-pangan
sehingga usaha ekstraksi ini kurang berkembang. Menurut Mc. Hugh (2008), rumput
laut dari daerah tropik (warm water) umumnya menghasilkan alginat dengan viskositas
yang rendah.
Meskipun demikian, alginat dari daerah tropik mempunyai potensi pemanfaatan
khususnya yang melibatkan pada kemampuannya dalam membentuk gel (Mc. Hugh,
2008). Dengan penambahan kation bervalensi dua atau lebih (multivalensi) alginat
mampu membentuk gel yang bersifat thermostabil. Beberapa kation multivalensi seperti
17
Ca, Mg, Ba dan Cu mampu menginduksi pembentukan gel alginat. Kelebihan sifat gel
alginat yang bersifat thermostabil dan pembentukannya yang bisa dilakukan tanpa
proses pemanasan menyebabkan bahan ini potensial digunakan pada produk pangan
maupun media imobilisasi enzim dan sel (Anonim, 2007b; Cancela et al. 2003; Draget,
2000; Draget et al. 2005; Jork et al. 2000).
Alginat mempunyai kemampuan berinteraksi dengan komponen lain dan
menghasilkan karakteristik rheologi yang berbeda. Beberapa bahan seperti locust bean
gum, cellulose, bovin serum albumin, casein, lesitin soya, kitosan, alkohol maupun
isolat fraksi guluronat mampu berinteraksi dengan alginat dan menghasilkan perubahan
karakteristik rheologi (Eroglu et al. 2006; Miura et al. 1999; Naidu et al. 2005, Taylor
et al. 2005). Selain interaksinya dengan bahan lain, hasil penelitian sebelumnya juga
menunjukkan bahwa tingkat hidrolisis dapat mempengaruhi karakteristik gel alginat
yang dihasilkan (Mars & Titoria, 2004).
Penelitian tentang kemampuan alginat lokal sebagai bahan pembentuk gel,
kebutuhan kation multivalensi untuk pembentukan gel, interaksi alginat lokal dengan
bahan lain dan pengaruhnya terhadap karakteristik gel yang dihasilkan belum banyak
dilakukan. Penambahan kation multivalensi pada jumlah tertentu (dibawah konsentrasi
pembentukan gelnya) dapat meningkatkan viskositas alginat dan informasi mengenai
berapa jumlah kation ini juga belum banyak dilaporkan untuk alginat lokal. Informasi
tersebut sangat dibutuhkan untuk memperbaiki beberapa keterbatasan alginat lokal baik
dalam kemampuannya membentuk gel maupun memperbaiki viskositasnya sehingga
dapat menunjang aplikasi alginat dalam industri pangan.
Dalam penelitian ini akan dilakukan studi tentang karakterisasi pembentukan gel
alginat, kebutuhan penambahan ion Ca2+ serta pengaruh interaksi dengan locust bean
gum (LBG) terhadap karakteristik gel dan viskositas yang dihasilkan yang diharapkan
dapat menjadi sumber informasi untuk meningkatkan pemanfaatan alginat dari rumput
laut lokal.
1.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah: 1. Mengevaluasi sifat fisiko kimia bahan baku alginat yang dapat mempengaruhi
kemampuan pembentukan dan karakteristik gelnya. 2. Menentukan konsentrasi kalsium karbonat (CaCO3) untuk pembentukan gel alginat
dari rumput laut lokal Sargassum sp. dan Turbinaria sp., mendapatkan informasi tentang karakteristik gel yang dihasilkan serta mendapatkan konsentrasi CaCO3
18
yang dibutuhkan untuk meningkatkan viskositas alginat lokal tersebut apabila aplikasinya akan diarahkan sebagai bahan pengental.
3. Mengevaluasi pengaruh interaksi alginat dengan locust bean gum (LBG) terhadap karakteristik gel dan viskositas yang dihasilkan.
1.3 Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan diperoleh informasi yang berguna dalam upaya peningkatan pemanfaatan alginat dari rumput laut lokal baik sebagai pembentuk gel maupun bahan pengental, khususnya dari Sargassum sp. dan Turbinaria sp. Luaran dari penelitian adalah diperolehnya informasi mengenai karakteristik alginat lokal khususnya dari Sargassum sp. dan Turbinaria sp., konsentrasi CaCO3 yang dibutuhkan dalam pembentukan gel dan peningkatan viskositas alginat, dan informasi mengenai pengaruh konsentrasi LBG terhadap karakteristik gel alginat. Data dasar ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam pemanfaatan alginat dari rumput laut lokal, yang diharapkan dapat meningkatkan penggunaan alginat dan produk turunannya dalam industri pangan. Pemanfaatan alginat dalam industri pangan diharapkan dapat memberikan dampak terhadap peningkatan pemanfaatan rumput laut coklat penghasil alginat yang selama ini masih rendah.
1.4 Hipotesis Hipotesis yang mendasari penelitian ini adalah: 1. Terdapat perbedaan sifat fisiko kimia antar jenis alginat yang digunakan khususnya
menyangkut rasio M/G serta viskositasnya. 2. Kalsium karbonat (CaCO3) dalam jumlah tertentu akan menghasilkan pembentukan
gel dan mempengaruhi karakteristik gel maupun viskositas alginat. 3. Penambahan locust bean gum (LBG) akan mempengaruhi karakteristik gel dan
viskositas alginat.