PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para...

50
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di dunia termasuk Indonesia. Penyakit malaria menjadi salah satu perhatian global karena kasus malaria yang tinggi dapat berdampak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi bahkan mengancam keselamatan jiwa manusia. (Erdinal, 2006). Penyakit malaria dapat dicegah dan disembuhkan. Dengan demikian tindakan pencegahan merupakan salah satu tindakan yang penting untuk mengatasi penyakit malaria. Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyatakan bahwa upaya pencegahan penyakit menular adalah tanggung jawab bersama pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Pencegahan penyakit malaria yang paling efektif adalah dengan melibatkan peran serta masyarakat melalui perubahan perilaku yang berhubungan dengan pemberantasan penyakit malaria. Tingkat pengetahuan tentang pencegahan, cara penularan serta upaya pengobatan penyakit malaria, sangat berpengaruh terhadap perilaku masyarakat yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap terjadinya penyakit malaria (Dalimunthe, 2008). Upaya pencegahan penyakit malaria difokuskan untuk meminimalkan jumlah kontak manusia dengan nyamuk melalui pemakaian kelambu dan penyemprotan rumah. Beberapa daerah menekankan penggunaan kelambu yang telah direndam dengan insektisida. Salah satu hambatan utama penggunaan kelambu secara massal adalah faktor ekonomi (Utomo, 2007).

Transcript of PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para...

Page 1: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

kesehatan masyarakat utama di dunia termasuk Indonesia. Penyakit malaria

menjadi salah satu perhatian global karena kasus malaria yang tinggi dapat

berdampak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi bahkan mengancam

keselamatan jiwa manusia. (Erdinal, 2006).

Penyakit malaria dapat dicegah dan disembuhkan. Dengan demikian

tindakan pencegahan merupakan salah satu tindakan yang penting untuk mengatasi

penyakit malaria. Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang

Kesehatan menyatakan bahwa upaya pencegahan penyakit menular adalah

tanggung jawab bersama pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.

Pencegahan penyakit malaria yang paling efektif adalah dengan melibatkan

peran serta masyarakat melalui perubahan perilaku yang berhubungan dengan

pemberantasan penyakit malaria. Tingkat pengetahuan tentang pencegahan, cara

penularan serta upaya pengobatan penyakit malaria, sangat berpengaruh terhadap

perilaku masyarakat yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap terjadinya

penyakit malaria (Dalimunthe, 2008).

Upaya pencegahan penyakit malaria difokuskan untuk meminimalkan

jumlah kontak manusia dengan nyamuk melalui pemakaian kelambu dan

penyemprotan rumah. Beberapa daerah menekankan penggunaan kelambu yang

telah direndam dengan insektisida. Salah satu hambatan utama penggunaan

kelambu secara massal adalah faktor ekonomi (Utomo, 2007).

Page 2: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

2

Wilayah endemis malaria pada umumnya adalah desa-desa terpencil.

Menurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan

jumlah kasus malaria tersebut di atas, dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang

sangat besar mencapai sekitar 3 triliun rupiah lebih. Kerugian tersebut sangat

berpengaruh terhadap pendapatan daerah (Depkes RI, 2009).

Penyakit malaria sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di

Indonesia. Pada tahun 2006 terjadi KLB malaria di beberapa daerah di Indonesia.

Beberapa KLB disebabkan terjadinya perubahan lingkungan oleh bencana alam,

migrasi penduduk dan pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan sehingga

tempat perindukan potensial nyamuk malaria semakin meluas (Harijanto, 2010).

Kasus malaria yang tinggi berdampak terhadap beban ekonomis yang besar

baik bagi keluarga yang bersangkutan dan bagi pemerintah melalui hilangnya

produktivitas kerja, hilangnya kesempatan rumah tangga untuk membiayai

pendidikan serta beban biaya kesehatan yang tinggi. Dalam jangka panjang, akan

menimbulkan efek menurunnya mutu Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat

Indonesia (Trihono, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian Kasnodihardjo (2008), tentang pola kebiasaan

masyarakat dalam kaitannya dengan masalah malaria di daerah Sihepeng

Kabupaten Tapanuli Selatan, menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat

mengetahui bahwa malaria adalah penyakit menular dan nyamuk sebagai vektor

penular. Mereka bahkan menganggap penyakit malaria berbahaya, namun

kebanyakan mereka kurang mengetahui bagaimana cara penularan penyakit

malaria. Hal ini memengaruhi tindakan masyarakat dalam pencegahan penyakit

malaria.

Page 3: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

3

Penyakit malaria juga dapat membawa dampak kerusakan ekonomi yang

signifikan. Penyakit malaria dapat menghabiskan sekitar 40% biaya anggaran

belanja kesehatan masyarakat dan menurunkan sebesar 1,3% Produk Domestik

Bruto (PDB) khususnya di negara-negara dengan tingkat penularan tinggi (WHO,

2010).

Berdasarkan data WHO (2010), terdapat sebanyak 247 juta kasus malaria

di seluruh dunia dan menyebabkan lebih dari 1 juta kematian pada tahun 2008.

Sebagian besar kasus dan kematian malaria ditemukan di Afrika dan beberapa

negara di Asia, Amerika Latin, Timur Tengah serta Eropa. Setiap 45 detik seorang

anak di Afrika meninggal dunia akibat penyakit malaria.

Penyebaran penyakit malaria di dunia sangat luas yakni antara garis lintang

60º di utara dan 40º di selatan yang meliputi lebih dari 100 negara beriklim tropis

dan subtropis (Erdinal, 2006). Menurut World Health Organization (WHO) tahun

2010, penyakit malaria menyerang 108 negara dan kepulauan di dunia pada tahun

2008. Penduduk dunia yang berisiko terkena penyakit malaria hampir setengah

dari keseluruhan penduduk di dunia, terutama negara-negara berpenghasilan

rendah.

Pengendalian malaria di Indonesia yang tertuang dalam Keputusan Menteri

KesehatanRepublik Indonesia Nomor 293/MENKES/SK/IV/2009 tanggal 28 April

2009 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan

masyarakat yang hidup sehat, yang terbebas dari penularan malaria secara bertahap

sampai tahun 2030 (Profil Kesehatan RI, 2009). Target yang disepakati secara

internasional oleh 189 negara adalah mengusahakan terkendalinya penyakit

malaria dan mulai menurunnya jumlah kasus malaria pada tahun 2015 dengan

indikator prevalensi malaria per 1.000 penduduk.

Page 4: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

4

Berdasarkan laporan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun

2012 Angka kejadian malaria per 1000 penduduk pada tahun 2012 adalah 1.69%

sedangkan data tahun 2011 adalah 1.75%. Sementara itu, pengendalian vektor,

prosentase Kabupaten/Kota yang melakukan mapping vektor pada tahun 2012

adalah 47,23%, dan data tahun 2011 yaitu 40,5%. Secara nasional kasus malaria

selama tahun 2011 – 2012 cenderung menurun. (Kemkes, 2013).

Indonesia mengalami kemajuan dalam pemberantasan malaria, seperti

mayoritas penduduk yang bertempat di daerah dengan API (Annual Parasite

Incident) <1 per 1000 (75% populasi), sisanya masih berada di daerah dengan API

>1 per 1000. Pada tahun 2012 Angka API Malaria di Indonesia sebesar 1.69 per

1.000 penduduk, angka ini menurun dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu

sebesar 1,75 per 1.000 penduduk (Kemkes. 2013)

Di Provinsi Aceh Malaria masih merupakan penyakit endemis di beberapa

kabupaten di Provinsi Aceh. Berdasarkan laporan profil kesehatan pada tahun

2010 jumlah penderita malaria klinis (demam tinggi disertai menggigil) tanpa

pemeriksaan darah sebanyak 32.667 orang dan dengan pemeriksaan sediaan darah

(malaria positif) sebanyak 4.136 orang Dengan jumlah angka kesakitan (Incidence

Rate) sebesar 0.9% dan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 0%. (Profil Kesehatan

Provinsi Aceh, 2010).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Aceh Barat pada

tahun 2012 berjumlah 161 kasus penyakit malaria. sedangkan di wilayah kerja

UPTD Puskesmas Tangkeh tahun 2012 jumlah kasus malaria sebesar 26 kasus.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan, secara umum geografis daerah

Woyla Timur ini terdiri dari hutan lebat, rawa-rawa, sungai dan persawahan.

Page 5: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

5

Kondisi geografis seperti ini secara entomologi telah mengakibatkan semakin

meluasnya tempat perkembangbiakan vektor malaria atau nyamuk anopheles.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis merasa perlu melakukan

penelitian tentang pengaruh faktor pengetahuan, sikap, informasi dan ketersediaan

sarana terhadap tindakan kepala keluarga dalam pencegahan penyakit malaria di

wilayah kerja Tangkeh Woyla Timur tahun 2013.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah penelitian

adalah “apakah ada pengaruh faktor pengetahuan, sikap, informasi dan

ketersediaan sarana terhadap tindakan kepala keluarga dalam pencegahan

penyakit malaria di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tangkeh Woyla Timur?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tindakan kepala keluarga dalam pencegahan penyakit

malaria di Wilayah kerja UPTD Puskesmas Tangkeh Woyla Timur tahun 2013.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengaruh tindakan kepala keluarga dalam terhadap pencegahan

penyakit malaria di Wilayah kerja UPTD Puskesmas Tangkeh Woyla Timur

tahun 2013

2. Mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap pencegahan penyakit malaria di

Wilayah kerja UPTD Puskesmas Tangkeh Woyla Timur tahun 2013.

Page 6: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

6

3. Mengetahui pengaruh sikap terhadap pencegahan penyakit malaria di Wilayah

kerja UPTD Puskesmas Tangkeh Woyla Timur tahun 2013.

4. Mengetahui pengaruh informasi terhadap pencegahan penyakit malaria di

Wilayah kerja UPTD Puskesmas Tangkeh Woyla Timur tahun 2013.

5. Mengetahui pengaruh ketersediaan sarana terhadap malaria di Wilayah kerja

UPTD Puskesmas Tangkeh Woyla Timur tahun 2013.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Sebagai bahan informasi dan pengembangan bagi penelitian sejenis dan

berkelanjutan.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Sebagai bahan masukan untuk pengembangan Ilmu Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan.

2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi tenaga kesehatan,

pemerintah/pengambil keputusan tentang permasalahan terkait sehingga

dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan dalam

pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria.

Page 7: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

7

Page 8: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

2.1. 1 Batasan Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

(makhluk hidup) yang mempunyai cakupan luas antara lain: berbicara, menangis,

tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Perilaku manusia

pada hakikatnya adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat

diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar (Notoatmodjo,

2007).

2.1. 2 Perilaku Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku kesehatan adalah suatu respon

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit

dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta

lingkungan.

Secara lebih terinci, perilaku kesehatan itu mencakup:

1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, adalah bagaimana seseorang

merespon, baik secara pasif maupun aktif terhadap sakit dan penyakit yang

dialaminya. Perilaku ini meliputi tingkatan pencegahan sebagai berikut:

a. Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion

behaviour)

b. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behaviour)

c. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behaviour)

Page 9: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

8

d. Perilaku pemulihan kesehatan (health rehabilitation behaviour)

2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, adalah respon seseorang

terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan modern maupun

tradisional.

3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour), adalah respon seseorang

terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.

4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behaviour),

adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan

manusia.

Becker dalam Notoatmodjo (2007), mengajukan klasifikasi perilaku yang

berhubungan dengan kesehatan (health related behaviour) sebagai berikut:

1) Perilaku kesehatan (health behaviour)

2) Perilaku sakit (the illness behaviour)

3) Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)

2.1. 3 Determinan Perilaku Masyarakat

Menurut Notoatmodjo (2005), meskipun perilaku adalah bentuk respon

terhadap stimulus dari luar diri seseorang, namun karakteristik dan faktor-faktor

lain dari orang yang bersangkutan juga dapat memengaruhi respon seseorang.

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003), perilaku ditentukan oleh tiga faktor

utama, yaitu:

a. Faktor pemudah (predisposing factor)

Faktor pemudah perilaku adalah faktor yang dapat mempermudah atau

mempredisposisi terjadinya perilaku pada individu atau masyarakat, meliputi:

pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, sistem dan nilai yang ada di masyarakat.

Page 10: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

9

Apabila seorang penderita penyakit malaria memiliki pengetahuan tentang

manfaat pengobatan dan kemana harus berobat, itu akan mempermudah dirinya

untuk memeriksakan penyakitnya. Hal tersebut juga akan dipermudah pula apabila

ia memiliki sikap positif terhadap penyakit malaria.

b. Faktor pendukung (enabling factor)

Faktor pendukung perilaku adalah fasilitas, sarana dan prasarana yang

mendukung atau memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat,

misalnya: tersedianya pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), obat-obatan, alat-

alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.

c. Faktor pendorong (reinforcing factor)

Faktor pendorong perilaku adalah faktor yang mendorong atau

memperkuat terjadinya perilaku, misalnya: untuk berperilaku sehat diperlukan

contoh dari para tokoh masyarakat, seperti lurah, dokter (tenaga kesehatan), camat

dan lain-lain.

2.1. 4 Kognitif (Pengetahuan)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2007)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah proses penginderaan

terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku baru atau adopsi perilaku

Page 11: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

10

yang didasari pengetahuan, kesadaran dan sikap positif akan bersifat langgeng

(long lasting). Sedangkan perilaku yang tidak didasari pengetahuan dan kesadaran

tidak akan berlangsung lama.

2.1. 5 Attitude (Sikap)

Sikap merupakan reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap

stimulus atau objek. Sikap belum merupakan tindakan, tetapi merupakan

predisposisi tindakan. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan reaksi

terbuka atau tingkah laku terbuka. Allport dalam Notoatmodjo (2003),

menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu : 1)

kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek. 2) kehidupan

emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3) kecenderungan untuk bertindak.

Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi

memegang peranan penting.

Menurut Azwar (2007), sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi

perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau

memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak

(unfavorable) .

2.1. 6 Informasi/Media Massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal

dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan

tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan

masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk

Page 12: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

11

media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam

penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula

pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya

informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi

terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut (Notoatmodjo, 2007)

2.1. 7 Tindakan (Practice)

Menurut Notoatmodjo (2007), suatu sikap belum tentu terwujud dalam

suatu tindakan (overt behaviour).

Tindakan dapat dibedakan menjadi 4 tingkatan yaitu:

1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil merupakan tindakan tingkat pertama.

2. Respon Terpimpin (guided respons)

Respon terpimpin adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan

urutan yang benar sesuai dengan contoh yang telah diberikan.

3. Mekanisme (mechanism)

Mekanisme adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu secara benar dan

hal itu sudah menjadi kebiasaan.

4. Adaptasi (adaptation)

Adaptasi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran

tindakannya tersebut.

Page 13: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

12

2.2. Malaria

Istilah malaria diambil dari 2 kata bahasa Italia, yaitu mal (buruk) dan area

(udara) atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang

mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga memiliki beberapa nama lain, seperti

demam roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam kura dan

paludisme (Prabowo, 2008).

Penyakit malaria disebabkan oleh sporozoa genus plasmodium dan

ditularkan oleh nyamuk spesies anopheles. Golongan yang berisiko tertular

malaria antara lain: ibu hamil, pelancong yang tidak memiliki kekebalan terhadap

malaria, pengungsi dan pekerja yang berpindah ke daerah endemis malaria (Yatim,

2007). Kegiatan pemberantasan penyakit ini sudah dilakukan sejak lama. Adanya

parasit malaria kebal (resisten) terhadap obat-obatan, merupakan salah satu

penyebab sulitnya usaha pemberantasan penyakit ini (Prabowo, 2008).

2.2. 1 Faktor Host (Pejamu)

Secara alami, penduduk di suatu daerah endemis malaria ada yang mudah

dan ada yang sukar terinfeksi malaria, meskipun gejala klinisnya ringan.

Perpindahan penduduk dari dan ke daerah endemis malaria hingga kini masih

menimbulkan masalah. Sejak dahulu telah diketahui bahwa wabah penyakit ini

sering terjadi di daerah-daerah pemukiman baru, seperti di daerah perkebunan dan

transmigrasi. Hal ini terjadi karena pekerja yang datang dari daerah lain belum

mempunyai kekebalan sehingga rentan terinfeksi (Prabowo, 2008).

Kerentanan manusia terhadap penyakit malaria berbeda-beda. Ada manusia

yang rentan, yang dapat tertular oleh penyakit malaria, tetapi ada pula yang lebih

kebal dan tidak mudah tertular oleh penyakit malaria. Berbagai bangsa (ras)

mempunyai kerentanan yang berbeda-beda (faktor rasial) (Gandahusada, 2003).

Page 14: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

13

Banyak orang dari Afrika Barat dan beberapa kulit hitam Amerika mempunyai

“duffy antigen” negatif yang dapat menerangkan rendahnya insiden dari

Plasmodium vivax di Afrika Barat, namun di daerah lain di Afrika, prevalensi

Plasmodium vivax cenderung lebih tinggi (Garcia, 1996).

2.2. 2 Faktor Agent (Penyebab)

Penyakit malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk

anopheles betina. Spesies anopheles di seluruh dunia terdapat sekitar 2.000 species

dan 60 spesies diantaranya diketahui sebagai penular malaria. Spesies anopheles di

Indonesia ada sekitar 80 jenis dan 24 spesies di antaranya telah terbukti penular

penyakit malaria (Prabowo, 2008).

Nyamuk anopheles hidup di daerah beriklim tropis dan subtropis, tetapi

juga bisa hidup di daerah yang beriklim sedang. Nyamuk ini jarang ditemukan

pada daerah ketinggian lebih dari 2.000-2.500 m. Tempat perindukannya

bervariasi (tergantung spesiesnya) dan dapat dibagi menjadi tiga kawasan, yaitu

pantai, pedalaman dan kaki gunung. Nyamuk anopheles betina biasanya menggigit

manusia pada malam hari atau sejak senja hingga subuh. Jarak terbangnya tidak

lebih dari 0,5-3 km dari tempat perindukannya (Prabowo, 2008).

Nyamuk anopheles biasa meletakkan telurnya di atas permukaan air satu per satu.

Telur dapat bertahan hidup dalam waktu cukup lama dalam bentuk dorman. Bila

air cukup tersedia, telur-telur tersebut biasanya menetas 2-3 hari sesudah

diletakkan. Nyamuk anopheles sering disebut nyamuk malaria karena banyak jenis

nyamuk ini yang menularkan penyakit malaria (Sembel, 2009).

2.2. 3 Faktor Environment (Lingkungan)

Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya malaria di

suatu daerah. Keberadaan danau air payau, genangan air di hutan, persawahan,

Page 15: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

14

tambak ikan, pembukaan hutan dan pertambangan di suatu daerah akan

meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit malaria karena tempat-tempat

tersebut merupakan tempat perindukan nyamuk malaria (Prabowo, 2008). Hal ini

diperburuk dengan adanya perpindahan penduduk dari daerah endemis ke daerah

bebas malaria dan sebaliknya (Mursito, 2002).

Tidak semua daerah yang dimasuki penderita malaria akan terjangkit

penyakit malaria. Jika daerah tersebut tidak terdapat nyamuk malaria, penularan

penyakit tersebut tidak akan terjadi. Demikian pula sebaliknya, sekalipun di suatu

daerah terdapat nyamuk malaria tetapi jika di daerah tersebut tidak ada penderita

malaria, penularan malaria tidak akan terjadi. Suatu daerah akan terjangkit

penyakit malaria apabila di daerah itu ada nyamuk malaria yang pernah menggigit

penderita malaria (Mursito, 2002).

2.2. 4 Penyebab Penyakit Malaria

Penyebab penyakit malaria di Indonesia ada 4 jenis yaitu: Plasmodium

vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale dan Plasmodium falcifarum.

Gejala dan intensitas serangan ke-4 plasmodium tersebut pada garis besarnya

sama, namun setiap plasmodium tersebut memberikan karakteristik tersendiri

dalam intensitas dan frekuensi serangan.

a. Plasmodium vivax (P.vivax)

Plasmodium vivax memberikan intensitas serangan dalam bentuk demam

setiap 3 hari sekali, sehingga sering dikenal dengan istilah malaria tertiana. Jenis

malaria ini tersebar hampir di seluruh kepulauan di Indonesia dan merupakan jenis

malaria terbanyak yang dijumpai di daerah malaria.

Masa inkubasi malaria tertiana berkisar antara 12-17 hari yang diawali

dengan gejala nyeri kepala, nyeri pinggang, mual, muntah dan badan terasa lesu.

Page 16: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

15

Gejala awalnya adalah muncul demam tidak teratur tapi kemudian demamnya

menjadi teratur setiap 48 jam sekali di waktu siang atau sore hari. Suhu badan

dapat mencapai 41ºC. Keadaan ini dapat diikuti dengan pembengkakan limpa dan

timbul cacar herpes pada bibir, pusing dan rasa mengantuk. Kondisi tersebut

disebabkan oleh adanya gangguan di otak.

b. Plasmodium malariae (P.malariae)

Plasmodium malariae menyebabkan serangan demam setiap 4 hari sekali

sehingga sering dikenal dengan istilah malaria kuartana. Jenis malaria ini dapat

tumbuh subur di daerah tropik, baik di dataran rendah maupun tinggi.

Masa inkubasi plasmodium ini antara 18-40 hari. Gejala serangannya menyerupai

Plasmodium vivax tetapi demam dirasakan pada sore hari dengan frekuensi yang

teratur. Plasmodium malariae dapat menyebabkan gangguan pada ginjal yang

bersifat menahun.

c. Plasmodium ovale (P.ovale)

Plasmodium ovale banyak dijumpai di Indonesia bagian timur terutama di

Papua. Gejala yang ditimbulkan oleh P.ovale mirip dengan P.vivax. Penyakit

malaria yang disebabkan parasit jenis ini relatif jarang kambuh dan dapat sembuh

sendiri tanpa pengobatan.

d. Plasmodium falcifarum (P. falcifarum)

Penyakit malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falcifarum banyak

dijumpai di seluruh kepulauan Indonesia. Penyakit malaria jenis ini termasuk

malaria ganas dengan masa inkubasi 9-14 hari. Plasmodium falcifarum dapat

menyerang limpa dan hati. Apabila organ hati sudah terkena, akan timbul gejala

yang menyerupai penyakit kuning. Penderita akan merasa gelisah dan terkadang

Page 17: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

16

mengigau diikuti keluarnya keringat dingin. Frekuensi denyut nadi serta

pernapasan juga akan meningkat pada saat serangan tersebut.

Akibat yang paling buruk akan terjadi bila plasmodium tersebut sudah

menyerang otak sehingga menyebabkan gumpalan darah pada pembuluh darah.

Akibat lebih lanjut dapat menyebabkan proses kelumpuhan, menurunnya

kesadaran dan akhirnya penderita tersebut meninggal dunia (Mursito, 2002).

2.2. 5 Gejala Penyakit Malaria

Gejala-gejala penyakit malaria dipengaruhi oleh kekebalan tubuh

penderita, jenis plasmodium malaria serta jumlah parasit yang menginfeksinya.

Waktu terjadinya infeksi pertama kali, sampai timbulnya gejala penyakit disebut

masa inkubasi, sedangkan waktu antara terjadinya infeksi sampai ditemukannya

parasit malaria di dalam darah disebut periode prepaten. Masa inkubasi maupun

periode prepaten ditentukan oleh jenis plasmodium yang menyerang seseorang

(Prabowo, 2008).

1. Demam

Sebelum timbul demam, biasanya penderita malaria akan mengeluh lesu,

sakit kepala, nyeri pada tulang dan otot, kurang nafsu makan, rasa tidak enak pada

perut, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung. Keluhan

seperti ini pada umumnya timbul pada malaria yang disebabkan oleh P.vivax dan

P.ovale, sedangkan pada malaria yang disebabkan oleh P.falcifarum dan

P.malariae, keluhan-keluhan tersebut tidak jelas.

Demam pada penyakit malaria bersifat periodik dan berbeda-beda waktunya,

tergantung dari plasmodium penyebabnya. Serangan demam yang khas pada

penyakit malaria terdiri dari 3 stadium:

Page 18: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

17

a) Stadium menggigil

Stadium ini dimulai dengan perasaan kedinginan hingga menggigil.

Penderita sering membungkus badannya dengan selimut atau sarung. Pada saat

menggigil, seluruh tubuhnya bergetar; denyut nadinya cepat, tetapi lemah; bibir

dan jari-jari tangannya biru; serta kulitnya pucat. Pada anak-anak, sering disertai

dengan kejang-kejang. Stadium ini berlangsung 15 menit sampai satu jam yang

diikuti dengan meningkatnya suhu badan.

b) Stadium puncak demam

Pada stadium ini, penderita yang sebelumnya merasa kedinginan, berubah

menjadi panas sekali. Wajah penderita merah, kulit kering dan terasa panas seperti

terbakar, frekuensi pernapasan meningkat, nadi penuh dan berdenyut keras, sakit

kepala semakin hebat, muntah-muntah, kesadaran menurun, sampai timbul kejang

(pada anak-anak). Suhu badan bisa mencapai 41ºC. Stadium ini berlangsung

selama dua jam atau lebih yang diikuti dengan keadaan berkeringat.

c) Stadium berkeringat

Pada stadium ini, penderita berkeringat banyak di seluruh tubuhnya hingga

tempat tidurnya basah. Suhu badan turun dengan cepat, penderita merasa sangat

lelah dan sering tertidur. Setelah bangun dari tidurnya, penderita akan merasa sehat

dan dapat melakukan pekerjaan seperti biasa. Sebenarnya pada saat itu, penyakit

malaria masih bersarang dalam tubuh penderita. Stadium ini berlangsung 2-4 jam.

2. Pembesaran limpa (splenomegali)

Pembesaran limpa merupakan gejala khas pada penyakit malaria kronis

atau menahun. Limpa menjadi bengkak dan terasa nyeri. Limpa membengkak

akibat penyumbatan oleh sel-sel darah merah yang mengandung parasit malaria.

Page 19: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

18

Konsistensi limpa semakin lama menjadi semakin keras karena jaringan ikat pada

limpa semakin bertambah. Dengan pengobatan yang baik, limpa dapat berangsur

normal kembali.

3. Anemia

Pada penyakit malaria, anemia atau penurunan kadar hemoglobin darah

sampai di bawah nilai normal disebabkan penghancuran sel darah merah yang

berlebihan oleh parasit malaria. Anemia juga dapat timbul akibat gangguan

pembentukan sel darah merah di sumsum tulang (Prabowo, 2008).

Pada tubuh seekor nyamuk anopheles betina, dapat hidup bersama lebih dari satu

spesies plasmodium sehingga terjadi infeksi campuran (mixed infection) (Soedarto,

2008) .

2.2. 6 Penyebaran dan Penularan Malaria

Penyebaran penyakit malaria ditemukan pada 64º Lintang Utara

(Archangel di Rusia) sampai 32º Lintang Selatan (Cordoba di Argentina), dari

daerah rendah 400 m di bawah permukaan laut (Londiani di Kenya) atau 2.800 m

(Cochabamba di Bolivia). Beberapa daerah bebas malaria ditemukan di antara

batas-batas garis lintang dan garis bujur tersebut.

Penyakit malaria di Indonesia dapat berjangkit di daerah dengan ketinggian

sampai 1.800 m di atas permukaan laut. Spesies yang paling banyak dijumpai

adalah P. falcifarum dan P. vivax sedangkan P. ovale dan P. malariae pernah

ditemukan di Papua dan NTT (Prabowo, 2008).

Penyakit malaria ditularkan melalui 2 cara, yaitu alamiah dan non alamiah.

Penularan secara alamiah adalah melalui gigitan nyamuk anopheles yang

mengandung parasit malaria dan non alamiah jika bukan melalui gigitan nyamuk

anopheles.

Page 20: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

19

Berikut beberapa penularan penyakit malaria secara non alamiah:

1) Malaria bawaan (kongenital)

Malaria kongenital adalah malaria pada bayi yang baru dilahirkan karena

ibunya menderita malaria. Penularannya terjadi karena adanya kelainan pada

sawar plasenta (selaput yang melindungi plasenta), sehingga tidak ada penghalang

infeksi dari ibu kepada janinnya. Selain melalui plasenta, penularan dari ibu

kepada bayinya juga dapat melalui tali pusat.

2) Penularan mekanik (transfusion malaria)

Transfusion malaria adalah infeksi malaria yang ditularkan melalui

transfusi darah dari donor yang terinfeksi penyakit malaria, pemakaian jarum

suntik secara bersama-sama pada pecandu narkoba atau melalui transplantasi

organ. Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para pecandu obat bius

yang menggunakan jarum suntik yang tidak steril. Parasit malaria dapat hidup

selama 7 hari dalam darah donor. Masa inkubasi transfusion malaria biasanya

lebih singkat dibandingkan dengan infeksi malaria secara alamiah (Prabowo,

2008).

2.2. 7 Tindakan Masyarakat dalam Pencegahan Malaria

Usaha pencegahan penyakit malaria di Indonesia belum mencapai hasil

yang optimal karena beberapa hambatan diantaranya yaitu: tempat perindukan

nyamuk malaria yang tersebar luas, jumlah penderita yang sangat banyak serta

keterbatasan SDM, infrastruktur dan biaya.

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan penyakit

malaria, diantaranya:

1. Menghindari gigitan nyamuk malaria

Tindakan menghindari gigitan nyamuk sangat penting, terutama di daerah

dimana angka penderita malaria sangat tinggi. Penduduk yang tinggal di daerah

Page 21: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

20

pedesaan atau pinggiran kota yang banyak sawah, rawa-rawa, atau tambak ikan

(tempat ideal untuk perindukan nyamuk malaria), disarankan untuk memakai baju

lengan panjang dan celana panjang saat ke luar, terutama pada malam hari.

Nyamuk malaria biasanya menggigit pada malam hari. Mereka yang tinggal di

daerah endemis malaria, sebaiknya memasang kawat kasa di jendela dan ventilasi

rumah serta menggunakan kelambu saat tidur. Masyarakat juga dapat memakai

minyak anti nyamuk (mosquito repellent) saat tidur di malam hari untuk mencegah

gigitan nyamuk malaria (Prabowo, 2008) .

Upaya penggunaan kelambu juga merupakan salah satu cara untuk

menghindari gigitan nyamuk. Kelambu merupakan alat yang telah digunakan sejak

dahulu (Yatim, 2007).

2. Membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk membunuh jentik dan

nyamuk malaria dewasa adalah sebagai berikut:

a) Penyemprotan rumah

Penyemprotan rumah-rumah di daerah endemis malaria dengan insektisida

sebaiknya dilaksanakan dua kali dalam setahun dengan interval waktu enam bulan.

b) Larvaciding

Larvaciding merupakan kegiatan penyemprotan rawa-rawa yang potensial

sebagai tempat perindukan nyamuk malaria.

c) Biological control

Biological control adalah kegiatan penebaran ikan kepala timah (Panchax-

panchax) dan ikan guppy/water cetul (Lebistus reticulatus) pada genangan-

genangan air yang mengalir dan persawahan. Ikan-ikan tersebut berfungsi sebagai

Page 22: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

21

pemangsa jentik-jentik nyamuk malaria. 3. Mengurangi tempat perindukan

nyamuk malaria

Tempat perindukan nyamuk malaria bermacam-macam, tergantung spesies

nyamuknya. Ada nyamuk malaria yang hidup di kawasan pantai, rawa-rawa,

empang, sawah, tambak ikan, atau hidup di air pegunungan.

Masyarakat di daerah endemis malaria, yaitu daerah yang seringkali

terjangkit penyakit malaria juga sangat perlu menjaga kebersihan lingkungan.

Tambak ikan yang kurang terpelihara harus dibersihkan, parit-parit di sepanjang

pantai bekas galian yang terisi air payau harus ditutup, persawahan dengan saluran

irigasi, airnya harus dipastikan mengalir dengan lancar, bekas roda yang tergenang

air atau bekas jejak kaki hewan pada tanah berlumpur yang berair harus segera

ditutup untuk mengurangi tempat perkembangbiakan larva nyamuk malaria.

2.3 Pengertian Puskesmas

Pengertian Puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang

berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta

masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat

pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu, dan

berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu

wilayah tertentu. Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan yang

langsung memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terintegrasi

kepada masyarakat di wilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha kesehatan pokok

(Depkes RI, 2006).

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang

merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran

Page 23: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

22

serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan

terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan

kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya (Depkes. RI, 2004).

Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional

masyarakat yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga

membina peran serta masyarakat disamping memberi pelayanan secara

menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk

kegiatan pokok”. (Azwar, 1999.).

Untuk memperluas jangkauannya satu Puskesmas diduduki oleh beberapa

Puskesmas pembantu. “Puskesmas pembantu adalah salah satu unit organisasi

Puskesmas yang berfungsi sebagai jaringan pelayanan kesehatan Puskesmas untuk

menjangkau seluruh masyarakat yang ada di wilayah kerja suatu Puskesmas”

(Depkes RI, 2004).

2.3.1 Tugas dan Fungsi Puskesmas

Dalam melaksanakan tugasnya, puskesmas melaksanakan dengan beberapa

cara yaitu :

1. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan

dalam rangka menolong dirinya sendiri.

2. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan

menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien

3. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan

medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan

bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.

Page 24: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

23

4. Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat

5. Bekerjasama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan

program puskesmas. (Hatmoko, 2007)

Fungsi puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di

wilayah kerjanya. Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau

penyelenggaraan pembangunan lintas sektoral termasuk masyarakat dan dunia

usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan

kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak

kesehatan dari penyelenggara setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.

Khusus untuk pembangunan kesehatan,upaya yang dilakukan puskesmas adalah

“mengutamakan pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit tanpa mengabaikan

penyembuhan penyakit dan pemulihan” (Trihono, 2005).

Ada 3 fungsi pokok puskesmas, yaitu” sebagai pusat pembangunan

kesehatan masayarakat di wilayahnya, membina peran serta masyarakat di wilayah

kerjannya dalam rangkan meningkatkan kemampuan hidup sehat, memberikan

pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah

kerjanya” (Azwar, 1999). Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama di

Indonesia pegelolaan program kerja puskesmas berpedoman pada empat asas

pokok yakni asas pertanggungjawaban wilayah, asas peran serta masyarakat, asas

keterpaduan dan asas rujukan.

Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka

meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat. Puskesmas selalu berupaya agar

perorangan terutama masyarakat, keluarga dan massyarakat termasuk dunia usaha

memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan

masyarakat untuk hidup sehat termasuk sumber pembayaannya serta ikut

Page 25: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

24

menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.

Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan

memperhatikan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat (Trihono,

2005).

Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada

masyarakat di wilayah kerjanya. “Puskesmas bertanggung jawab

menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh,

terpadu dan berkesinambungan”(Trihono, 2005).

Puskesmas diberbagai daerah melakukan berbagai macam pekerjaan agar

warga masyarakat dapat menjalai hidup yang sehat. Jenis pelayanan yang

diberikan berbeda menurut daerahnya. Pencegahan penyakit. Puskesmas

melakukan konsultasi dan pemeriksaan kesehatan, juga imunisasi untuk mencegah

penyakit. Puskesmas memberikan pelayanan konsultasi dan bimbingan mengenai

kehamilan persalinan dan perawatan anak serta pemeriksaan kesehatan. Kesehatan

jiwa. Puskesmas memberikan pelayanan konsultasi dan bimbingan mengenai sakit

urat syaraf, sakit jiwa, cacat mental serta memberitahu lembaga kesehatan yang

harus dituju. (Hatmoko, 2007).

2.3.2 Visi dan Misi UPTD Puskemas Tangkeh

1. Visi Puskesmas

UPTD Puskesmas Tangkeh merupakan sarana pelayanan kesehatan yang

ad di Kecamatan Woyla Timur dan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan

dasar bagi masyarakat UPTD Puskesmas Tangkeh mempunyai visi “Terhujudnya

Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan” (Profil Puskesmas Tangkeh,

2012).

Page 26: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

25

2. Misi Puskesmas

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas

Tangkeh ada 5 (lima) misis untuk mendukung visi puskesmas yang telah

ditetapkan:

a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan pelayanan

kesehatan dasar masyarakat.

b. Memberdayakan semua elemen masyarakat baik formal maupun non formal.

c. Melatih kader kesehatan/posyandu dalam meningkatkan peran serta

masyarakat terhadap kepedulian anak secara dini.

d. Melakukan penyuluhan kesehatan secara berkesinambungan terhadap

masyarakat.

e. Meningkatkan sumber daya petugas kesehatan baik melalui pelatihan-

pelatihan maupun pendidikan formal. (Profil Puskesmas Tangkeh, 2012).

2.4 Kerangka Teoritis

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh (Notoatmodjo,2003), maka

kerangka teoritis dapat disajikan sebagai berikut :

Sikap

Ketersediaan Sarana

InformasiTindakan

Peran serta masyarakat

PencegahanPenyakit Malaria

Pengetahuan

Page 27: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

26

2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan judul penelitian yang telah ditetapkan maka kerangka konsep

penelitian menerangkan keadaan mengenai hubungan variabel bebas (independent)

dengan terikat (dependent), dimana yang berhubungan dengan variabel terikat

(dependent) yaitu pengetahuan, sikap, ketersediaan sarana, informasi dan

tindakan.

Secara kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

2.5 Hipotesis Penelitian (Ha)

1. Ada pengaruh pengetahuan terhadap pencegahan penyakit malaria

2. Ada pengaruh sikap terhadap pencegahan penyakit malaria

3. Ada pengaruh ketersediaan sarana terhadap pencegahan penyakit malaria

4. Ada pengaruh informasi terhadap pencegahan penyakit malaria

5. Ada pengaruh tindakan terhadap pencegahan penyakit malaria

Pengetahuan

Sikap

Ketersediaan Sarana

Informasi

Pencegahan PenyakitMalaria

Tindakan

Page 28: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik dengan cross

sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap,

ketersediaan sarana, informasi dan tindakan kepala keluarga terhadap pencegahan

penyakit malaria di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tangkeh Woyla Timur 2013

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tangkeh

Woyla Timur yang dilakukan pada tanggal 30 Agustus sampai dengan 17

September 2013

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh kepala

keluarga yang memiliki atau pernah menderita penyakit malaria yaitu sebanyak 26

kepala keluarga.

3.3.2 Sampel

Arikunto (2007) mengatakan jika jumlah anggota subjek dalam populasi

hanya meliputi antara 100 hingga 150, sebaiknya subjek sejumlah itu diambil

seluruhnya. Jadi teknik yang digunakan adalah teknik total sampling yaitu

pengambilan seluruh populasi jadi Sampel dalam penelitian ini menggunakan

keseluruhan populasi yaitu keseluruhan kepala keluarga yang memiliki atau pernah

menderita penyakit malaria yaitu sebanyak 26 kepala keluarga.

Page 29: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

28

1.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data yang diperoleh langsung di lokasi penelitian melalui wawancara

dengan menggunakan kuesioner kepada responden.

3.4.2 Data Sekunder

Data yang diperoleh dari gambaran umum di UPTD Puskesmas Tangkeh

Woyla Timur, Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat dan referensi-referensi

perpustakaan yang ada hubungan dengan penelitian serta literatur-literatur lainnya.

3.5 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No. Variabel KeteranganVariabel Independen1. Pengetahuan Definisi Merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaanterhadap suatu objek tertentu

Cara ukur WawancaraAlat ukur KuesionerHasil ukur

Skala ukur

- Baik- Kurang

Ordinal2. Sikap Definisi Merupakan reaksi yang masih tertutup dari

seseorang terhadap stimulus atau objekCara ukur WawancaraAlat ukur KuesionerHasil ukur - Baik

- Kurang

Skala ukur Ordinal3. Ketersediaan

SaranaDefinisi Tempat pelayanan kesehatan yang ada di

sekitar tempat tinggal responden meliputi:puskesmas, polindes, dokter atau bidanpraktik swasta dan sarana kesehatan lain yangdapat diakses oleh responden

Cara ukur WawancaraAlat ukur KuesionerHasil ukur - Tersedia

- Tidak tersediaSkala ukur Ordinal

Page 30: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

29

4. Informasi Definisi Pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapatmengarahkan opini seseorang baik yang disampaikan oleh petugas kesehatan (dokter,perawat, bidan) atau media lain mengenaiupaya-upaya untuk mencegah penyakitmalaria

Cara ukur WawancaraAlat ukur KuesionerHasil ukur - Mendapatkan informasi

- Tidak mendapatkan informasiSkala ukur Ordinal

5. Tindakankepala keluarga

Definisi Upaya nyata yang dilakukan respondendalam pencegahan malaria.

Cara ukur Wawancara

Alat ukur KuesionerHasil ukur - Baik

- KurangSkala ukur Ordinal

Variabel Dependen6. Pencegahan

PenyakitMalaria

Definisi Usaha untuk menghindari infeksi dengandemam berkala yang disebabkan olehparasit Plasmodium (termasuk Protozoa)dan ditularkan oleh nyamuk Anophelesbetina

Cara ukur Wawancara

Alat ukur KuesionerHasil ukur - Ya

- TidakSkal ukur Ordinal

3.6 Aspek Pengukuran Variabel

3.6.1 Pengetahuan

1. Baik, apabila responden mendapat nilai > 15 dari seluruh skor maksimal.

2. Kurang, apabila responden mendapat nilai < 15 dari seluruh skor maksimal.

3.6.2 Sikap

1. Baik, apabila responden mendapat nilai > 15 dari seluruh skor maksimal.

2. Kurang, apabila responden mendapat nilai < 15 dari seluruh skor maksimal.

Page 31: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

30

3.6.3 Ketersediaan Sarana

1. Tersedia, apabila responden mendapat nilai > 1,5 dari seluruh skor

maksimal

2. Tidak tersedia, apabila responden mendapat nilai < 1,5 dari seluruh skor

maksimal

3.6.4 Informasi

1. Mendapatkan informasi, apabila responden mendapat nilai > 1,5 dari

seluruh skor maksimal

2. Tidak mendapatkan informasi, apabila responden mendapat nilai < 1,5 dari

seluruh skor maksimal

3.6.5 Tindakan Kepala Keluarga

1. Baik, apabila jawaban responden menjawab > 16,5 skor maksimal

2. Kurang, apabila jawaban responden menjawab < 16,5 skor maksimal.

3.6.6 Pencegahan Penyakit Malaria

1. Ya, apabila jawaban responden menjawab > 10,5 skor maksimal

2. Tidak, apabila jawaban responden menjawab < 10,5 skor maksimal

3.7 Analisis Data

3.7.1 Analisis Univariat

Hasil yang diperoleh kemudian dibuat rata-rata dan dibuat distribusi

frekuensi dari semua variabel.

3.7.2 Analisis Bivariat

Digunakan untuk menguji hipotesis dengan menentukan hubungan variabel

menggunakan tabulasi silang guna melihat hubungan antara variabel bebas dan

variabel terikat. analisis bivariat dilakukan untuk melihat adanya pengaruh antara

Page 32: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

31

variabel independen terhadap dependen. Uji statistik yang digunakan adalah uji

Chi-Square (χ²) karena kedua variable penelitian berbentuk data kategori.

Adapun rumus perhitungan chi-square adalah sebagai berikut :

Keterangan :

X2 = nilai chi-square

O = nilai Observasi

E = nilai ekspektasi

df = derajat bebas

k = jumlah kolom

b = jumlah baris

0,05 = taraf signifikan.

Analisa data dilakukan dengan pengujian statistik untuk melihat adanya

hubungan antara variable bebas dan variable terikat dalam penelitian. Adapun

Syarat uji Chi-Square:

1. Sudah dikategorikan

2. Skala ukur ordinal atau nominal bentuk data kategorik

3. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan/nilai ekspektasi (nilai E

kurang dari 1)

4. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapa /nilai ekspektasi kurang

dari 5, lebih 20% dari keseluruhan sel

5. Jika syarat uji chi square tidak terpenuhi, maka :

Page 33: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

32

a. Alternatif uji chi-aquare untuk tabel 2x2 adalah uji Fisher Exact

b. Alternatif untuk tabel selain 2x2 adalah dengan penggabungan sel.

Hipotesa penelitian (Ha) diterima bila nilai χ² hitung < χ² tabel dengan

nilai p > α (0,05), sedangkan hipotesis ditolak apabila nilai χ² hitung > χ² tabel

dengan nilai p < α (0,05).

Page 34: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Woyla Timur Kabupaten Aceh Barat

4.1.1.1 Kondisi Geografis

Secara geografis Kecamatan Woyla Timur terletak lebih kurang 55,5 Km

dari pusat kota Meulaboh, gampong yang terdekat yaitu Gampong Paya

Mengeundrang dan yang terjauh yaitu Gampong Seuradek. Keadaan wilayah

berbukit-bukit dan umumnya Gampong terletak dilereng gunung dan kawasan

hutan. Semua Gampong yang ada di Kecamatan Woyla Timur termasuk kriteria

sangat terpencil dengan pusat pemerintahan kecamatan ada di Gampong Tangkeh.

Kecamatan Woyla Timur adalah merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten

Aceh Barat yang memiliki luas 132,60 Km2 atau 4,53 persen dari luas Kabupaten

Aceh Barat.

Kecamatan Woyla terdiri dari dua mukim terdiri dari 26 Gampong dengan

ibukota Kecamatan Tangkeh.

Secara astronomis, Kecamatan Woyla Timur berbatas sebagai berikut :

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Sungai Mas

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Woyla

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Woyla

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Kaway XVI

4.1.1.2 Kondisi Demografis

Penduduk di Kecamatan Woyla Timur sangat bervariasi dalam hal umur,

pekerjaan dan pendidikan. Jumlah penduduk adalah 4.138 Jiwa dengan

Page 35: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

34

perbandingan jumlah penduduk laki-laki 2091 jiwa dan jumlah penduduk

perempuan adalah 2047 jiwa yang tersebar di 26 Gampong. Gampong terbanyak

penduduknya adalah Gampong Alue Kuyun dengan jumlah penduduk 520 jiwa dan

yang terendah penduduk adalah Gampong Gunong Panyang dengan jumlah

penduduk 34 jiwa, sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai

petani (profil Kecamatan Woyla Timur. 2012).

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas TangkehWoyla Timur

No Jenis Kelamin Jumlah Jiwa

1. Laki-laki 20912. Perempuan 2047

Total 4138

Sumber : Data primer diolah tahun 2013

4.1.2 Analisa Univariat

Karakteristik responden dapat dilihat dengan menggunakan kuesioner

melalui wawancara yang meliputi pengetahuan, sikap, ketersediaan sarana

kesehatan, informasi dan tindakan kepala keluarga. Hal ini dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan TerhadapPencegahan Penyakit Malaria di Wilayah Kerja UPTD PuskesmasTangkeh Woyla Timur

No Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Baik 14 53,82. Kurang 12 46,2

Total 26 100

Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut

pengetahuan terbanyak adalah yang baik yaitu sebanyak 14 responden (53,8%)

dan yang kurang sebanyak 14 responden 46,2%).

Page 36: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

35

Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Sikap Terhadap PencegahanPenyakit Malaria di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas TangkehWoyla Timur

No Sikap Frekuensi (n) Persentase (%)1. Baik 15 57,72. Kurang 11 42,3

Total 26 100Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut sikap

terbanyak adalah yang baik yaitu 15 responden (57,7%) dan yang kurang sebanyak

11 responden (42,3%).

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan Sarana TerhadapPencegahan Penyakit Malaria di Wilayah Kerja UPTD PuskesmasTangkeh Woyla Timur

No Ketersediaan Sarana Frekuensi (n) Persentase (%)1. Tersedia 12 46,22. Tidak Tersedia 14 53,8

Total 26 100Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut

ketersediaan sarana yang tersedia adalah sebanyak 12 responden (46,2%) dan yang

tidak tersedia adalah 14 responden (53,8%).

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Informasi TerhadapPencegahan Penyakit Malaria di Wilayah Kerja UPTD PuskesmasTangkeh Woyla Timur

No Informasi Frekuensi (n) Persentase (%)1. Mendapatkan Informasi 10 38,52. Tidak Mendapatkan Informasi 16 61,5

Total 26 100Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut

informasi yang mendapatkan informasi adalah sebanyak 8 responden (30,8%) dan

yang tidak mendapatkan informasi adalah 18 responden (69,2%).

Page 37: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

36

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Kepala KeluargaTerhadap Pencegahan Penyakit Malaria di Wilayah Kerja UPTDPuskesmas Tangkeh Woyla Timur

No Tindakan Kepala Keluarga Frekuensi (n) Persentase (%)1. Baik 14 53,82. Kurang 12 46,2

Total 26 100Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut

tindakan kepala keluarga yang baik adalah sebanyak 14 responden (53,8%) dan

yang kurang adalah 12 responden (46,2%).

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pencegahan Penyakit Malariadi Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tangkeh Woyla Timur

No Pencegahan Penyakit Malaria Frekuensi (n) Persentase (%)1. Ya 14 53,82. Tidak 12 46,2

Total 26 100Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut

pencegahan penyakit malaria yang ya adalah sebanyak 14 responden (53,8%) dan

yang tidak adalah 12 responden (46,2%).

4.2 Analisa Bivariat

4.2.1 Hubungan Pengetahuan dengan Pencegahan Penyakit Malaria di

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tangkeh Woyla Timur

Tabel 4.8 Hubungan Pengetahuan dengan Pencegahan Penyakit Malaria diWilayah Kerja UPTD Puskesmas Tangkeh Woyla Timur

No Pengetahuan

Pencegahan PenyakitMalaria Total

OR P ValueYa Tidakn % n % n %

1. Baik 12 85,7 2 14,3 14 100 3.00 0,0002. Kurang 2 16,7 10 83,3 12 100

Jumlah 14 12 26Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Page 38: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

37

Dari data tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa variabel pengetahuan,

persentase pengetahuan baik yang pencegahan penyakit malaria yang ya

sebanyak 12 orang (85,7%). Bila dibandingkan dengan responden yang

pengetahuan kurang yang pencegahan penyakit malaria yang ya sebanyak 2 orang

(16,7%).

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan

tingkat kepercayaan 95% pada df 1, diperoleh nilai p-value 0,001 yang bearti lebih

kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada

hubungan antara pengetahuan dengan pencegahan penyakit malaria. Dari hasil

penelitian ini juga menunjukkan Odd Rasio (OR) sebesar 30.00 artinya responden

yang mempunyai pengetahuan yang baik mempunyai peluang 30.00 kali untuk

pencegahan penyakit malaria dibandingkan responden yang kurang mempunyai

pengetahuan.

4.2.2 Hubungan Sikap Dengan Pencegahan Penyakit Malaria di Wilayah

Kerja Puskesmas Tangkeh Woyla Timur

Tabel 4.9 Hubungan Sikap dengan Pencegahan Penyakit Malaria diWilayah Kerja UPTD Puskesmas Tangkeh Woyla Timur

No Sikap

Pencegahan PenyakitMalaria Total OR P Value

Ya Tidakn % n % n %

1. Baik 13 86,7 2 13,3 15 100 65.00 0,0012. Kurang 1 9,1 10 90,9 11 100

Jumlah 14 12 26Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Dari data tabel 4.9 diatas dapat dilihat bahwa variabel sikap, persentase

sikap baik yang pencegahan penyakit malaria ya sebanyak 13 orang (86,7%). Bila

dibandingkan dengan sikap kurang yang pencegahan penyakit malaria yang ya

sebanyak 1 orang (9,1%).

Page 39: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

38

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan

tingkat kepercayaan 95% pada df 1, diperoleh nilai p-value 0,001 yang berarti lebih

kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada

hubungan antara sikap dengan pencegahan penyakit malaria. Dari hasil penelitian

ini juga menunjukkan Odd Rasio (OR) sebesar 65.00 artinya responden

mempunyai sikap yang baik mempunyai peluang 65,00 kali untuk pencegahan

penyakit malaria dibandingkan responden yang kurang mempunyai sikap.

4.2.3 Hubungan Ketersediaan Sarana dengan Pencegahan Penyakit Malaria

di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tangkeh Woyla Timur

Tabel 4.10 Hubungan Ketersediaan Sarana dengan Pencegahan PenyakitMalaria di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tangkeh WoylaTimur

NoKetersediaan

Sarana

Pencegahan PenyakitMalaria Total OR P Value

Ya Tidakn % n % n %

1. Tersedia 11 91,7 1 8,3 12 100 40.33 0,0012. Tidak Tersedia 3 21,4 11 78,6 14 100

Jumlah 14 12 26

Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Dari data tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa variabel ketersediaan sarana,

persentase ketersediaan sarana tersedia yang pencegahan penyakit malaria yang

ya sebanyak 11 orang (91,7%). Bila dibandingkan dengan responden yang

ketersediaan sarana tidak tersedia yang pencegahan penyakit malaria yang ya

sebanyak 3 orang (21,4%).

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan

tingkat kepercayaan 95% pada df 1, diperoleh nilai p-value 0,001 yang bearti lebih

Page 40: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

39

kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada

hubungan antara ketersediaan sarana dengan pencegahan penyakit malaria. Dari

hasil penelitian ini juga menunjukkan Odd Rasio (OR) sebesar 40.33 artinya

responden mempunyai ketersediaan sarana mempunyai peluang 40.33 kali untuk

pencegahan penyakit malaria dibandingkan responden yang tidak mempunyai

ketersediaan sarana.

4.2.4 Hubungan Informasi dengan Pencegahan Penyakit Malaria di Wilayah

Kerja UPTD Puskesmas Tangkeh Woyla Timur

Tabel 4.11 Hubungan Informasi dengan Pencegahan Penyakit Malaria diWilayah Kerja UPTD Puskesmas Tangkeh Woyla Timur

No Informasi

Pencegahan PenyakitMalaria Total OR P Value

Ya Tidakn % n % n %

1. Mendapatinformasi

9 64,3 1 8,3 10 100 19.80 0,005

2. Tidak MendapatInformasi

5 35,7 11 91,7 16 100

Jumlah 14 12 26Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Dari data tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa variabel sikap, persentase

informasi tersedia yang pencegahan penyakit malaria ya sebanyak 8 orang (100%).

Bila dibandingkan dengan informasi tidak tersedia yang pencegahan penyakit

malaria yang ya sebanyak 6 orang (33,3%).

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan

tingkat kepercayaan 95% pada df 1, diperoleh nilai p-value 0,005 yang berarti lebih

kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada

hubungan antara informasi dengan pencegahan penyakit malaria. Dari hasil

penelitian ini juga menunjukkan Odd Rasio (OR) sebesar 19.80 artinya responden

Page 41: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

40

yang mempunyai informasi mempunyai peluang 3.00 kali untuk pencegahan

penyakit malaria dibandingkan responden yang tidak tersedia informasi.

4.2.5 Hubungan Tindakan Kepala Keluarga dengan Pencegahan Penyakit

Malaria di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tangkeh Woyla Timur

Tabel 4.12 Hubungan Tindakan Kepala Keluarga dengan PencegahanPenyakit Malaria di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas TangkehWoyla Timur

NoTindakan Kepala

Keluarga

Pencegahan PenyakitMalaria Total OR P Value

Ya Tidakn % n % n %

1. Baik 13 92,9 1 7,1 14 100 143.00 0,0012. Kurang 1 8,3 11 91,7 12 100

Jumlah 14 12 26

Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Dari data tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa variabel tindakan kepala

keluarga, persentase tindakan kepala keluarga baik yang pencegahan penyakit

malaria ya sebanyak 13 orang (92,9%). Bila dibandingkan dengan tindakan kepala

keluarga kurang yang pencegahan penyakit malaria yang ya sebanyak 1 orang

(8,3%).

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan

tingkat kepercayaan 95% pada df 1, diperoleh nilai p-value 0,001 yang berarti lebih

kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada

hubungan antara tindakan kepala keluarga dengan pencegahan penyakit malaria.

Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan Odd Rasio (OR) sebesar 143100

artinya responden mempunyai tindakan kepala keluarga yang baik mempunyai

peluang 143,00 kali untuk pencegahan penyakit malaria dibandingkan responden

yang tidak mempunyai tindakan kepala keluarga.

Page 42: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

41

4.3 Pembahasan

4.3.1 Hubungan Pengetahuan dengan Pencegahan Penyakit Malaria di

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tangkeh Woyla Timur

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa pengetahuan memberikan

hubungan dengan pencegahan penyakit malaria di Wilayah Kerja UPTD

Puskesmas Tangkeh Woyla Timur. Dengan kata lain ada hubungan antara

pengetahuan dengan pencegahan penyakit malaria di Wilayah Kerja UPTD

Puskesmas Tangkeh Woyla Timur.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Afridah(2009), di Kabupaten

Rokan Hilir, bahwa tindakan masyarakat dalam pencegahan penyakit malariasangat

dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan. Hasil penelitian ini juga didukung oleh

penelitian Rumanti (2008), yang membuktikan secara nyata bahwa tingkat

pengetahuan merupakan salah satu faktor dominan yang memengaruhi tindakan

masyarakat dalam pemberantasan penyakit malaria di Kecamatan Tanjung Balai.

Pengetahuan sangat menentukan seseorang dalam berperilaku. Menurut

Muslih (2004), yang mengutip pendapat Roger, dari pengalaman dan penelitian

terbukti bahwa tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng.

Pengetahuan masyarakat tentang penyakit malaria perlu ditingkatkan antara

lain melalui kegiatan penyuluhan/pendidikan oleh petugas kesehatan, kader, tokoh

masyarakat dan tokoh agama, serta melalui media promosi kesehatan yakni leaflet,

booklet, poster dan sebagainya.

Rencana intervensi yang ditekankan pada peningkatan pengetahuan

masyarakat, sebaiknya diintegrasikan dan dikoordinasikan dengan kegiatan-

kegiatan lain yang sesuai konteks kebutuhan masyarakat setempat. Misalnya:

penyuluhan tentang kesehatan, dikoordinasikan dengan pemberian bibit jagung

Page 43: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

42

gratis bagi masyarakat. Masyarakat biasanya lebih antusias apabila suatu kegiatan

itu berkaitan dengan upaya peningkatan pendapatan.

Kerjasama pemerintah desa dengan dinas pertanian juga sangat diharapkan

dalam upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang modifikasi

lingkungan antara lain: upaya mengeringkan rawa dan mengubahnya menjadi

sawah, penanaman padi berkala dan serentak. Dengan sistem pola tanam berkala,

akan membantu upaya penanggulangan penyakit malaria karena berkembangnya

nyamuk penular malaria dapat dihambat.

4.3.2 Hubungan Sikap dengan Pencegahan Penyakit Malaria di Wilayah

Kerja UPTD Puskesmas Tangkeh Woyla Timur

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa sikap memberikan hubungan

dengan pencegahan penyakit malaria di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tangkeh

Woyla Timur. Dengan kata lain ada hubungan antara sikap dengan pencegahan

penyakit malaria di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tangkeh Woyla Timur.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Afridah(2009), di Kabupaten

Rokan Hilir, bahwa tindakan masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria

sangat dipengaruhi oleh sikap. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian

Muslih (2004), yang menunjukkan bahwa persentase responden dengan sikap pada

kategori baik, lebih banyak yang berpartisipasi dalam program pencegahan

malaria dibandingkan responden dengan sikap pada kategori kurang baik.

Secara teoritis menurut Sarwono (2004), sikap merupakan reaksi atau

respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan

terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, dan sikap biasanya didasarkan atas

pengetahuannya.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Rumanti (2008),

Page 44: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

43

menyatakan bahwa sikap tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

tindakan masyarakat dalam pemberantasan penyakit malaria di Kecamatan Tanjung

Balai. Sikap masyarakat yang kurang baik dalam pencegahan penyakit malaria ini

juga dapat disebabkan oleh karena kurangnya pengetahuan dan rendahnya tingkat

pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat di Desa Kinangkong.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan membantu meningkatkan

keadaan dan kondisi sikap masyarakat tentang penyakit malaria adalah

melaksanakan sosialisasi tentang usaha-usaha pencegahan penyakit malaria secara

berkelanjutan yang dilakukan oleh semua pihak yang terkait. Masyarakat setempat

juga perlu diyakinkan melalui penyuluhan bahwa penyakit malaria dapat dicegah

dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Peningkatan kemampuan komunikasi

sangat penting sehingga petugas kesehatan mampu menyampaikan pesan-pesan

kesehatan kepada masyarakat dalam setiap kesempatan.

4.3.3 Hubungan Ketersediaan Sarana dengan Pencegahan Penyakit Malaria

di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tangkeh Woyla Timur

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa ketersediaan sarana memberikan

hubungan dengan pencegahan penyakit malaria di Wilayah Kerja UPTD

Puskesmas Tangkeh Woyla Timur. Dengan kata lain ada hubungan antara

ketersediaan sarana dengan pencegahan penyakit malaria di Wilayah Kerja UPTD

Puskesmas Tangkeh Woyla Timur.

Penelitian ini sejalan dengan Rumanti (2008), yang menyebutkan bahwa

ketersediaan sarana kesehatan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

tindakan masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria di Kecamatan Tanjung

Balai. Notoatmodjo (2007), menyebutkan bahwa masyarakat memerlukan sarana

pendukung termasuk fasilitas sarana kesehatan seperti puskesmas, poliklinik,

posyandu, polindes dan lain-lain untuk memungkinkan perilaku sehat.

Page 45: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

44

Hasil penelitian di lapangan, banyak alasan yang menyebabkan ketersediaan

sarana tidak sejalan dengan pencegahan penyakit malaria terutama dalam

pencarian pengobatan, antara lain alasan ekonomi yang tidak mendukung, takut

biaya pengobatan, tidak percaya kepada puskesmas dan lain sebagainya.

4.3.4 Hubungan Informasi dengan Pencegahan Penyakit Malaria di Wilayah

Kerja UPTD Puskesmas Tangkeh Woyla Timur

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa informasi memberikan

hubungan dengan pencegahan penyakit malaria di Wilayah Kerja UPTD

Puskesmas Tangkeh Woyla Timur. Dengan kata lain ada hubungan antara

informasi dengan pencegahan penyakit malaria di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas

Tangkeh Woyla Timur.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Rumanti (2008), yang

menyatakan bahwa upaya petugas kesehatan berupa penyuluhan/penyebarluasan

informasi atau pesan-pesan kesehatan tidak memengaruhi tindakan masyarakat

dalam pemberantasan penyakit malaria di Kecamatan Tanjung Balai.

Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku kesehatan seeorang atau masyarakat

ditentukan juga dari ada tidaknya informasi kesehatan. Hasil observasi peneliti dan

pendapat responden bahwa poster-poster pencegahan penyakit malaria tidak

terdapat di setiap sarana pelayanan kesehatan yang ada.

Salah satu faktor pendorong agar terjadi perilaku pencegahan penyakit

malaria yang baik adalah keterpaparan masyarakat akan informasi yang berkaitan

dengan pencegahan penyakit malaria melalui penyuluhan/penyebarluasan informasi

atau pesan-pesan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas

responden mengatakan bahwa petugas kesehatan tidak pernah melakukan

penyuluhan tentang pencegahan penyakit malaria.

Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono (2004), mengungkapkan bahwa

Page 46: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

45

sebelum seseorang memutuskan untuk berperilaku baru, diawali dengan menerima

informasi dari petugas kesehatan. Ketika seseorang mulai berminat maka petugas

kesehatan meningkatkan motivasinya agar seseorang bersedia menerima objek.

Dari hasil persuasi petugas kesehatan dan pertimbangan pribadi seseorang, maka

dibuatlah keputusan menerima atau justru menolak ide baru tersebut, akhirnya

orang tersebut meminta dukungan atas keputusan untuk berperilaku baru maka

petugas kesehatan tetap melanjutkan penyuluhan guna memantapkan praktek

perilaku yang baru.

Berdasarkan teori di atas, tindakan masyarakat sangat dipengaruhi oleh

partisipasi petugas kesehatan dalam memberikan motivasi kepada masyarakat agar

melakukan tindakan-tindakan yang berhubungan dengan pencegahan penyakit

malaria.

Upaya yang perlu dilakukan adalah mengadakan kegiatan penyuluhan

tentang pencegahan penyakit malaria secara berkesinambungan, terintegrasi dan

terpadu kepada masyarakat sehingga angka kesakitan malaria dapat diminimalisasi.

Selain itu, perlu peningkatan jumlah dan kemampuan petugas kesehatan yang

mengelola program pencegahan penyakit malaria.

Salah satu cara untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit malaria

adalah dengan cara identifikasi penderita sedini mungkin, baik dilakukan secara

aktif oleh petugas yang mengunjungi rumah secara khusus maupun dilakukan

secara pasif.

Untuk terlaksananya kegiatan tersebut dibutuhkan tenaga kesehatan yang

secara spesifik memiliki kemampuan dan keterampilan melakukan identifikasi

penderita malaria. Tenaga kesehatan yang demikian seharusnya sudah pernah

menjalani pendidikan atau pelatihan tentang pelakanaan deteksi dini penderita

malaria.

Page 47: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

46

4.3.5 Hubungan Tindakan Kepala Keluarga dengan Pencegahan Penyakit

Malaria di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tangkeh Woyla Timur

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa tindakan kepala keluarga

memberikan hubungan dengan pencegahan penyakit malaria di Wilayah Kerja

UPTD Puskesmas Tangkeh Woyla Timur. Dengan kata lain ada hubungan antara

tindakan kepala keluarga dengan pencegahan penyakit malaria di Wilayah Kerja

UPTD Puskesmas Tangkeh Woyla Timur.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Santoso, dkk (2003) di daerah

Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat yang mengungkapkan bahwa sebagian besar

masyarakat di daerah Lombok Timur pernah sakit malaria. Penelitian tersebut juga

mengungkapkan bahwa masyarakat dengan Kepala Keluarga (KK) sebagai

pengambil keputusan memiliki minat untuk berobat ke tenaga kesehatan sebesar.

Kebanyakan responden yang menyatakan obat malaria dari Puskesmas diminum

secara teratur.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan ada sebagian alasan responden

kurang mempunyai tindakan untuk menghindari gigitan nyamuk karena pekerjaan

dilakukan pada tempat yang banyak nyamuk, sehingga memang sulit untuk

menghindari gigitan nyamuk. Hal ini terkait dengan pekerjaan sebagian besar

responden adalah petani yang pergi kekebun dan sawah, serta adanya rawa-rawa

yang menjadi habitat bagi nyamuk Anopheles spp untuk berkembang biak.

Berdasarkan alasan yang dikemukakan responden tentang minat terhadap

penyakit malaria, perlu dilakukan upaya penyuluhan yang lebih intensif sehingga

seluruh masyarakat (bukan hanya yang menderita atau pernah menderita penyakit

Page 48: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

47

malaria) mempunyai tindakan untuk melakukan pencegahan penyakit malaria

dengan cara memelihara kesehatan, serta dengan cepat melakukan tindakan

pemeriksaan apabila mengalami gejala-gejala yang mengarah kepada gejala

penyakit malaria.

Page 49: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

48

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Adanya hubungan antara pengetahuan dengan pencegahan penyakit malaria

dengan nilai p=0,001 yang bearti lebih kecil dari α= 0,05.

2. Adanya hubungan antara sikap dengan pencegahan penyakit malaria dengan

nilai p=0,001 yang bearti lebih kecil dari α= 0,05.

3. Adanya hubungan antara ketersediaan sarana dengan pencegahan penyakit

malaria dengan nilai p=0,001 yang bearti lebih kecil dari α= 0,05

4. Adanya hubungan antara informasi dengan pencegahan penyakit malaria nilai

p=0,005 yang bearti lebih kecil dari α= 0,05.

5. Adanya hubungan antara tindakan kepala keluarga dengan pencegahan

penyakit malaria nilai p=0,001 yang bearti lebih kecil dari α= 0,05.

5.2 Saran

1. Diharapkan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat dan UPTD

Puskesmas Tangkeh Woyla Timur agar melakukan penyuluhan tentang

pencegahan penyakit malaria secara berkesinambungan, terintegrasi dan

terpadu kepada masyarakat sesuai dengan konteks kebutuhan masyarakat

setempat dan didukung dengan peningkatan jumlah dan kemampuan tenaga

penyuluh kesehatan yang mengelola program pencegahan penyakit malaria.

2. Keluarga di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tangkeh Woyla Timur

hendaknya tetap meningkatkan partisipasinya dalam pencegahan penyakit

malaria sehingga dapat membantu pemerintah dalam pemberantasan penyakit

menular khususnya malaria sebab sekalipun pemerintah terus-menerus

Page 50: PENDAHULUAN - Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/240/1/BAB I_V.pdfMenurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di

49

membasmi malaria tanpa adanya bantuan dari keluarga atau warga masyarakat

hanya akan sia-sia saja. Bagi keluarga yang belum tahu cara pencegahan

malaria bisa ditanyakan pada aparat desa, petugas kesehatan atau pun keluarga

yang sudah mengetahuinya.