PENDAHULUAN STUDI KASUS -...
Click here to load reader
Transcript of PENDAHULUAN STUDI KASUS -...
PENDAHULUAN STUDI KASUS
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA DI DENPASAR
OLEH:
Ni Made Ari Wilani, S.Psi, M.Psi.
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku konsumtif remaja saat ini cukup mengawatirkan, dalam keseharian remaja
Indonesia, terutama remaja yang tinggal di daerah perkotaan di mana mereka suka
menghabiskan waktu luang bersama teman sebaya di tempat-tempat yang memiliki
kecenderungan untuk berperilaku konsumtif, seperti di mall, kafe dan supermarket. Kebutuhan
remaja yang ingin diakui oleh teman sebaya serta untuk menaikkan prestise membuat para
remaja rela menghabiskan uang yang tidak sedikit pada akhirnya remaja berperilaku konsumtif
(Tambunan, 2001). Remaja adalah segmentasi pasar bisnis yang menguntungkan bagi para
produsen produk, hal itu dikarenakan remaja memiliki kecenderungan untuk berperilaku
konsumtif. Karakteristik remaja yang mudah berubah, tidak terkontrol, suka mencoba hal baru,
mudah dibujuk rayuan dan suka ikut-ikut teman, boros dan tidak realistis menjadikan remaja
sebagai segmentasi yang menjanjikan.
Survey awal yang dilakukan oleh peneliti di Kota Denpasar pada 300 siswa dan siswi
SMA menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka adalah remaja yang konsumtif. Hasil
wawancara, remaja menghabiskan uang untuk berganti gadget tercanggih, membeli pulsa agar
dapat selalu aktif di jejaring sosial, pergi kemall untuk belanja baju, sepatu dan kosmetik atau
pergi ke restoran dan kafe menghabiskan waktu luang bersama dengan teman sebaya mereka.
Gaya hidup remaja tersebut menunjukkan bahwa perilaku remaja di Denpasar cukup
konsumtif, mengingat remaja belum memiliki kemadirian ekonomi. Remaja masih tergantung
secara ekonomi pada orang tua.
Perilaku konsumtif remaja di Denpasar di pengaruhi oleh berbagai faktor seperti
lingkungan sosial masyarakat, keluarga dan teman sebaya yang memfasilitasi perilaku
konsumtif tersebut semakin berkembang. Lingkungan sosial Bali dengan tingkat ekonomi
masyarakat yang cukup baik dengan rata-rata berada di kelas menengah dan atas, memfasilitasi
keberadaan sarana dan prasarana sehingga dengan mudah remaja mengkonsumsikan uang
mereka. Kemudian peran orang tua cukup berpengaruh terhadap perilaku konsumtif remaja,
orang tua dengan mudah memberikan fasilitas terbaik bagi anak mereka contohnya,
memberikan mobil agar dapat dikendarai anak mereka, gadget dengan harga yang cukup
3
mahal, menggunakan merek pakaian terkenal dengan biaya yang fantastik. Pengaruh teman
sebaya terhadap perilaku konsumtif juga cukup besar, remaja memiliki kecenderungan
mengikuti gaya hidup teman lain tanpa harus berpikir panjang.
Fenomena perilaku konsumtif kelompok remaja di Denpasar, mendasari peneliti untuk
melakukan penelitian tentang asesmen dan modifikasi perilaku pada kelompok remaja di
Sekolah Menengah Atas yang ada di Denpasar. Asesmen dilakukan untuk melihat sejauh apa
perilaku konsumtif yang dilakukan kelompok remaja dan kemudian dilakukan treatmen
modifikasi perilaku pada kelompok remaja tersebut agar dapat dilihat perubahan perilaku dari
perilaku yang konsumtif menjadi tidak konsumtif.
1. Perumusan Masalah
Kecenderungan perilaku konsumtif pada kelompok remaja di sekolah menengah atas yang
ada di Denpasar membutuhkan asesmen dan treatmen modifikasi perilaku agar dapat dilihat
perubahan perilaku kelompok remaja yang konsumtif.
2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku konsumtif kelompok remaja
dan adanya perubahan perilaku remaja yang konsumtif setelah dilakukan modifikasi perilaku.
3. Luaran yang Diharapkan
a. Hasil Penelitian di Presentasikan Pada
The 7th International Conference of the Asia Association of Indigenous and Cultural Psychology (AAICP) Faculty of Psychology, Universitas Padjadjaran Bandung, Indonesia, August 24-26, 2015
b. Hasil Penelitian Masuk dalam Jurnal Internasional
c. Model Asesmen dan Modifikasi Perilaku Konsumtif
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Konsumtif Remaja
Hempel (1996), menjelaskan bahwa perilaku konsumtif sebagai sebuah ketegangan
antara kebutuhan dan keinginan. Tambunan (2001), perilaku konsumtif adalah keinginan untuk
mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk
mencapai kepuasan makasimal. Sumartono (2002), perilaku konsumtif yaitu tindakan
menggunakan suatu suatu produk secara tidak tuntas, di mana belum habis menggunakan suatu
produk, seseorang telah menggunakan produk yang sama dari merk lain. Sedangkan Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia (dalam Sumartono, 2002) menjelaskan bahwa perilaku
konsumtif itu adalah kecenderungan manusia untuk mengkonsumsi barang tanpa batas dan
manusia lebih mementingkan keinginan daripada kebutuhan. Dari beberapa definisi di atas
penulis menyimpulkan akan menggunakan definisi perilaku konsumtif menurut Tambunan
(2001), karena definisi tersebut sangat konprehensif dengan definisiperilaku konsumtif.
Adapun definisi perilaku konsumtif menurut Tambunan (2001) yaitu keinginan untuk
mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk
mencapai kepuasan maksimal. Definisi tersebut sangat menggambarkan perilaku remaja saat
ini, di mana sebagian besar remaja banyak menghabiskan uang mereka untuk membeli barang-
barang yang tidak mereka butuhkan melainkan hanya untuk mengikuti trend agar diterima dan
diakui oleh orang lain dalam lingkungannya.
Ajizah dan Sundusiah (2010) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumtif remaja yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapun veriabel-variabel dalam
faktor internal yaitu :
a. Faktor Psikologis. Remaja berada dalam masa badai dan stres sehingga membuat
kondisi psikologis remaja tidak stabil. Salah satu bentuk ketidakstabilan psikologis remaja
adalah sering berpikir tidak rasional. Misalnya, membeli barang bukan karena kebutuhan,
melainkan karena remaja tersebut berpikir bahwa ini merupakan cara untuk meneguhkan status
atau diakuidan diterima oleh kelompok di lingkungannya.
5
b. Motivasi. Karena keinginan yang tinggi untuk memiliki suatu barang mendorong
individu untuk cenderung membelinya tanpa memikirkan mereka membutuhkan atau mampu
secara finansial atau tidak. Solomon (2011) menjelaskan alasan lain dari para konsumen
termotivasi untuk membeli produk adalah untuk mengejar sebuah status, sehingga menaikkan
prestise dan membuat mereka diakui dalam lingkungannya.
c. Persepsi. Persepsi adalah proses menginterpretasi suatu stimulus. Persepsi erat
kaitannya dengan motivasi. Misalnya, remaja melihat iklan suatu produk dan
menginterpretasikan bahwa iklan tersebut keren atau menguntungkan sehingga memotivasi
remaja untuk membeli produk tersebut.
d. Sikap pendirian dan kepercayaan. Mangkunegara (2009) menjelaskan bahwa sikap
mempengaruhi kepercayaan, begitu juga sebaliknya. Sikap dan keyakinan sangat berpengaruh
pada pemilihan produk. Melihat remaja adalah pasar yang potensial karena sikap remaja
mudah terpengaruh dan percaya pada rayuan iklan sehingga menjadikan remaja berperilaku
konsumtif.
Variabel-variabel dalam faktor eksternal yaitu Faktor Kebudayaan, kelas sosial,
kelompok sosial dan keluarga. Mangkunegara (2009), menjelakan kebudayaan merupakan hal
yang kompleks yang meliputi ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat, kebiasaan, dan
norma-norma yang berlaku pada masyarakat. Jika perilaku konsumtif telah menjadi sebuah
kebiasaan dalam lingkungan remaja maka lambat laun remaja akan mengikuti kebiasan
tersebut. Hal itu karena lingkungan menjadi tempat ke dua setelah keluarga dalam proses
belajar remaja, mengingat di usia ini remaja banyak menghabiskan waktunya di lingkungan
luar keluarga, yaitu teman sebaya. Sehingga tidak heran jika remaja ingin sama dengan
kebiasaan yang ada dalam lingkungannya yaitu teman sebaya sebagai bentuk konformitas dan
ingin diakui.
Kondisi ekonomi seseorang akan mempengaruhi seberapa konsumtif orang tersebut.
Mangkunegara (2009) menjelaskan tentang kaitan kelas sosial dengan perilaku konsumtif, di
mana orang dengan dengan kelas sosial rendah membeli barang untuk kebutuhan sehari-hari
yang diobral atau harga promosi. Sedangkan orang dengan kelas sosial menengah ke atas
cenderung untuk membeli barang mahal dan untuk menampakkan kekayaan.
Kelompok sosial adalah sekumpulan individu yang saling bekerja sama, berinteraksi
dan berhubungan timbal balik. Jika dihubungkan dengan perilaku konsumtif pada remaja hal
itu disebabkan karena ada interaksi dan hubungan timbal balik antar remaja sehingga value
6
atau perilaku kelompok pada suatu produk menjadi panutan bagi remaja yang bergabung dalam
kelompok tersebut (Anharmifta, 2013). Mangkunegara (2009) menyebut sebagai kelompok
anutan, yaitu suatu kelompok yang mempengaruhi sikap, pendapat, norma dan perilaku
konsumen. Kelompok anutan ini ikut berperan dalam mempengaruhi pemilihan produk remaja
yang menjadi anggota kelompok untuk memilih produk atau merk yang digunakan sesuai
dengan aspirasi kelompok.
Keluarga adalah lingkungan pertama tempat individu belajar. Nilai-nilai dan norma-
norma dipelajari oleh individu pertama kali di dalam keluarga. Oleh karena itu kenapa keluarga
sangat berperan dalam menentukan perilaku individu, salah satunya adalah perilaku membeli.
Mangkunegara (2009) menjelaskan bahwa keluarga merupakan suatu unit masyarakat terkecil
yang perilakunya sangat mempengaruhi dan menentukan dalam pengambilan keputusan
membeli. Artinya, keluarga adalah salah satu unit yang berperan dalam membentuk perilaku
membeli individu. Sehingga jika perilaku membeli yang berlebihan telah dipelajari oleh anak
sejak kecil maka kemungkinan saat memasuki usia remaja anak tersebut akan menjadi remaja
yang konsumtif.
B. Modifikasi Perilaku dan Asesmen
Modifikasi perilaku digunakan dalam proses perubahan perilaku yang yang dianggap
bermasalah. Karakteristik perilaku yang dimaksud haruslah perilaku yang dapat diukur dan
diobservasi dalam beberapa cara dan menggunakan perubahan dalam ukuran perilaku.
Indikator masalah haruslah jelas sehingga dapat dilihat perilaku yang akan muncul seperti apa.
Modifikasi perilaku adalah sebuah prosedur treatmen dan teknik untuk mengubah perilaku
seseorang dalam lingkungan agar perilakunya dapat berfungsi dengan baik. Dalam modifikasi
perilaku, berbicara dengan individu yang akan dimodifikasi perilakunya adalah hal penting.
Modifikasi perilaku biasa digunakan pada kasus-kasus psikologis tertentu secara klinis namun
pada modifikasi kelompok juga dapat digunakan pada perilaku kelompok dalam suatu
lingkungan tertentu.
Pada dasarnya modifikasi perilaku adalah teknik yang kerap digunakan individu dalam
keseharian kehidupannya sehingga modifikasi perilaku dapat membantu seseorang dalam
berbagai situasi, misalnya saja bagaimana seorang perokok berat berusaha untuk berhenti dari
aktivitas merokok. Modifikasi perilaku sebagian besar menggunakan teknik dasar penelitian
dalam proses belajar secara umum dan prinsip-prinsip instrumental Povlov (Pear, 2001).
7
Modifikasi perilaku adalah sebuah ilmu yang didalamnya terdapat intervensi perilaku tertentu
bertanggungjawab terhadap perubahan perilaku tertentu tersebut dengan sistematis prosedur
dan prinsip belajar. Dalam modifikasi perilaku perlu dilakukan asesmen perilaku terlebih
dahulu. Asesmen perilaku dilakukan untuk mengumpulkan dan menganalisis data serta
informasi untuk mengidentifikasi dan mendiskripsikan target perilaku yang diharapkan,
mengidentifikasi penyebab masalah atau perilaku, sebagai panduan untuk menyeleksi treatmen
perilaku yang sesuai dan melakukan evaluasi terhadap hasil (Martin & Pear, 2011)
8
BAB III
METODE PENELITIAN
Adapun metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif
yaitu metode eksperimen. Asesmen dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang dibuat untuk
melihat perilaku konsumtif remaja kemudian dilakukan modifikasi perilaku pada kelompok
remaja yang konsumtif. Sebelum dilakukan treatmen modifikasi perilaku maka kelompok remaja
akan di beri pretest dan postest untuk mengukur adanya perubahan perilaku pada kelompok
remaja tersebut. Teknik modifikasi perilaku adalah dengan menggunakan Behavior Event
Interview (BEI), kemudian menggunakan Cognitive Theraphy (CT) dan teori belajar operan
conditional Povlov. Salah satu alat asesmen digunakan adalah teknik Photovoice, yaitu
mengambil foto atau gambar terkait perilaku konsumtif kelompok remaja tersebut. Gambar
diambil oleh asisten peneliti yaitu siswa pada kelompok remaja.
Responden penelitian adalah remaja yang merupakan siswa SMA 2 dan SMA 8 setelah di
asesmen berperilaku konsumtif dengan responden sebanyak 2 kelompok yang masing-masing
terdiri dari 6 siswa begitupula pada asesmen dengan menggunakan photovoice. Proses penelitian
yang telah dilakukan peneliti adalah menyebarkan angket perilaku konsumtif di dua sekolah
tersebut sejumlah 300 angket dan hasilnya adalah perilaku mereka berada di rentang konsumtif.
Road Map Penelitian
November -
Desember 2014
Januari-
februari 2015
April-Mei 2015 Juli- Agustus
2015
September-
Oktober 2015
Penyebaran skala
perilaku konsumtif
pada 300 siswa
dan sosialisasi
deteksi perilaku
konsumtif
Revisi proposal
dan memasukkan
proposal ke dalam
Hibah Unggulan
Prodi
Proses asesmen
dan modifikasi
perilaku
Analisis data
awal
Pembuatan Laporan
hasil akhir
penelitian
Perumusan
Masalah Penelitian
Persiapan
penelitian dan
Proses BEI Presentasi hasil penelitian di The
7th International
Membuat full peper
untuk di daftarkan
9
finalisasi alat ukur
penelitian
Conference of the Asia
Association of Indigenous and
Cultural Psychology (AAICP) Faculty of
Psychology, Universitas
Padjadjaran Bandung, Indonesia,
August 24-26, 2015
ke jurnal
internasional
Pembuatan
proposal penelitian
Sosialisasi pada
asisten peneliti
terkait dengan
asesmen
photovoice
Proses Behavior
kognitif
Revisi hasil
seminar dan
kroscek data di
lapangan
Hasil presentasi
konferensi secara
otomatis akan
masuk pada jurnal
Internasional yang
di kelola oleh
pelaksana
konferensi, tiap
judul mendapat
seorang reviewer