PENGARUH KEBERADAAN Lumbricus rubellus (Hoffmeister ...
Transcript of PENGARUH KEBERADAAN Lumbricus rubellus (Hoffmeister ...
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Tanama et al., Pengaruh Keberadaan Lumbricus rubellus 283
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
PENGARUH KEBERADAAN Lumbricus rubellus (Hoffmeister) TERHADAP
KANDUNGAN LOGAM TIMBAL DI TANAH TPA SUPIT URANG MALANG Influence of Lumbricus Rubellus Existence to Heavy Metal Content of Lead in Soil Landfill Supit Urang Malang
Aziz Tanama1, Nurwidodo
2, Abdulkadir Rahardjanto
3
1Mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang
2,3Dosen Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang
Jalan Raya Tlogomas No. 246 Malang
e-mail korespondensi: [email protected]
ABSTRAK Tanah di area Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Supit Urang Malang perlu dilakukan remidiasi. Banyaknya
timbulan sampah dapat memicu pencemaran logam berat khususnya timbal (Pb) dalam tanah. Salah satu metode yang
mudah, efisien, serta ramah lingkungan adalah metode bioremidiasi, yaitu penggunaan organisme Lumbricus rubellus (Hoffmeister). Melihat sifat dari Lumbricus rubellus (Hoffmeister) yang pemakan seresah dan memiliki habitat di
permukaan tanah maka hewan tanah ini tepat digunakan untuk membantu penyerapan logam timbal yang terikat oleh
seresah atau sampah di permukaan tanah TPA. Tujuan penelitian ini adalah mengetahuipengaruh jumlah cacing
Lumbricus rubellus (Hoffmeister) terhadap kandungan logam timbal pada tanah TPA Supit Urang. Penelitian dibagi menjadi penelitian di lapangan yang meliputi pengambilan sampel tanah TPA, sampel cacing Lumbricus rubellus dan
pengukuran parameter lingkungan, serta penelitian di laboratorium yang meliputi perlakuan lama remidiasi, analisis
kandungan Pb dalam tanah dan sampel cacing. Hasil penelitian memperlihatkan kandungan Pb tanah berkurang
setelah perberian jumlah cacing Lumbricus rubellus (Hoffmeister). Lumbricus rubellus (Hoffmeister) dapat menyerap logam timbal dalam tanah . Rata-rata penurunan kadar Pb dalam tanah adalah 0,05 ppm.
Kata Kunci: Lumbricus rubellus, tanah TPA, timbal
ABSTRACT Soil in the area of Waste Landfill (TPA) Supit Urang Malang necessary remediation. The amount of waste can trigger heavy
metal pollution, especially lead (Pb) in the soil. One method that is easy, efficient and environmentally friendly method of
bioremediation, the organisms use Lumbricus rubellus. Seeing the nature of Lumbricus rubellus (Hoffmeister) eaters inhabit the litter and the soil surface soil animals is appropriately used to aid absorption of lead metal bound by litter or waste in the
landfill. The purpose of this study was to determine the effect of worm Lumbricus rubellus (Hoffmeister) the metal content of
lead in soil landfill Supit Urang. The research is divided into research in the field covering the landfill soil sampling, sample
worms Lumbricus rubellus and measurement environment parameters, as well as research in the laboratory which includes analysis of the content of Pb in the soil and worm samples. The results showed reduced soil Pb contents after giving worm
Lumbricus rubellus (Hoffmeister). Lumbricus rubellus (Hoffmeister) can absorb lead to his body. The average decrease in
the soil Pb is 0,05 ppm.
Keywords: Lead, Lumbricus rubellus, soil of Waste Landfil
Indonesia memiliki permasalahan sampah yang
cukup serius, terutama di wilayah perkotaan. Hal ini
dikarenakan perkotaan menyumbang potensi timbulan
sampah terbesar. Timbulan sampah berbanding lurus
dengan kepadatan penduduk. Menurut (Saleh, 2012),
pertumbuhan penduduk dan kemajuan tingkat
perekonomian di suatu kota secara langsung
mempengaruhi peningkatan jumlah sampah. Pernyataan
ini didukung oleh (Tangio, 2013), menyatakan bahwa
pertumbuhan penduduk yang sangat cepat dan
perkembangan industri yang makin pesat menyebabkan
makin banyak bahan buangan yang bersifat racun yang di
buang ke lingkungan.
Meningkatnya volume sampah berarti jumlah dan
jenis sampah juga bertambah. Jenis sampah yang
ditampung di TPA Supit Urang berpotensi untuk tercemar
logam berat. Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
merupakan salah satu lokasi di wilayah perkotaan yang
sangat rawan tercemar logam berat karena kurangnya
efektivitas kegiatan pengelolaan sampah dan penanganan
bahan-bahan yang mengandung Bahan Berbahaya dan
Beracun di masyarakat dan di TPA sendiri (Setyoningrum
et al., 2014).
Timbal adalah sebuah unsur yang biasanya
ditemukan di dalam batu - batuan, tanah, tumbuhan dan
hewan (Tangio, 2013). Pb di dalam tanah mempunyai
kecenderungan terikat oleh bahan organik dan sering
terkonsentrasi pada bagian atas tanah karena menyatu
dengan organisme tanah, dan kemudian terakumulasi
sebagai hasil pelapukan di dalam lapisan humus (Herman,
2006).
Cacing tanah mampu menyerap logam berat
melalui makanan yang telah terkontaminasi logam berat
dan melalui difusi permukaan tubuh (Setyoningrum et al.,
2014). Cacing tanah memakan serasah daun, bahan
organik dan materi lainnya dengan demikian materi
tersebut terurai dan hancur (Schwert dalam Anwar, 2009).
Timbal akan terikat dengan bahan organik yang ada pada
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Tanama et al., Pengaruh Keberadaan Lumbricus rubellus 284
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
tanah TPA. Timbal akan masuk ke dalam tubuh cacing
melalui makanan cacing tanah.
Tiap jenis cacing tanah mempunyai karateristik
yang berbeda-beda Lumbricus rubellus. bersifat “Litter
feeder” (pemakan serasah) berasal dari Eropa, saat ini
cacing Lumbricus rubellus merupakan paling banyak
dibudidayakan di Indonesia untuk mengolah
(mendekomposisi) sampah (Listyawan et al. dalam
Anwar, 2009). Melihat sifat dari Lumbricus rubellus yang
pemakan seresah dan memiliki habitat di permukaan
tanah maka cacing tanah ini tepat digunakan untuk
membantu penyerapan logam timbal yang terikat oleh
seresah atau sampah di tanah TPA.
Berdasarkan hal tersebut, tulisan ini mengangkat
permasalahan mengenai kandungan Pb dalam tanah TPA
dan pengaruh cacing terhadap kandungan timbal dalam
tanah
METODE
Penelitian ini merupakan True Eksperiment
Reaseach (eksperimen sesungguhnya). Menurut Sugiyono
(2010), dikatakan True Experiment atau eksperimen yang
sesungguhnya apabila peneliti dapat mengontrol semua
variabel luar yang mempengaruhi jalanya eksperimen,
dengan demikian validitas penelitian menjadi tinggi.
Rancangan penelitian trueexperimental yang digunakan
adalah desain penelitian Factorial Contras Ortogonal
Design dengan rumus (A.B)+n. Penelitian ini
menggunakan 2 faktor yaitu faktor A dan factor B. Faktor
A terdiri dari A1 (Jumlah cacing tanah (Lumbricus
rubellus) 3 ekor), A2 (Jumlah cacing tanah (Lumbricus
rubellus) 5 ekor), A3 (Jumlah cacing tanah (Lumbricus
rubellus) 7 ekor). Sedangkan faktor B terdiri dari B1
(lama waktu remidiasi 4 hari), B2 (lama waktu remidiasi
6 hari), B3 (lama waktu remidiasi 8 hari).
Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi
Kampus 3 Universitas Muhammadiyah Malang dan
Laboratorium Kimia Universitas Brawijaya pada tanggal
15 Maret-20 Maret 2017. Populasi dalam penelitian ini
adalah tanah TPA yang tercemar logam timbal. Sampel
penelitian ini adalah tanah yang diambil dengan jarak 2
cm dibawah permukaan tanah yang ditimbuli sampah.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah random sampling.
Prosedur dalam penelitian ini menggunakan alat
dan bahan yaitu cangkul/sekop, kresek, pinset, cawan
petri, soil tester, thermometer tanah, kamera, plastik.
kertas label, pulpen, timbangan analitik, section set,
lumbriscus rubellus, tanah tpa diambil 2 cm dibawah
permukaan timbulan, akuades, kertas saring.
Berikut langkah kerja penelitian :
1. Mengukur pH, suhu, kelembaban tanah TPA
2. Mengambil tanah TPA 2 cm dari atas permukaan
timbulan atau 2 cm dibawah timbulan
3. Membawa sampel tanah ke laboratorium kimia untuk
Uji kandungan Pb awal
4. Menimbang berat awal tanah 50 gram
5. Meletakkan tanah ke cawan petri (cawan petri dilapisi
kertas saring)
6. Membasahi tanah agar lembab (kelembaban diukur
sampai 40%)
7. Menyiapkan cacing tanah (Lumbriscus rubellus)
sejumlah yang sudah ditentukan (3 ekor, 5 ekor, 7
ekor)
8. Menimbang berat awal cacing tanah
9. Menebarkan cacing ke cawan petri
10. Menutup cawan petri dengan kresek hitam
11. Meletakkan cawan petri ke ruangan bersuhu 12-18°C
12. Mengatur kelembaban dan mengecek selama
perlakuan 4 hari, 6 hari dan 8 hari
13. Setelah sampai pada waktu remidiasi 4 hari
a. Cacing tanah setiap perlakuan remidiasi 4 hari
diambil dengan cara handsorting
b. Memindahkan cacing ke dalam plastic sampel
c. Cacing di bawa ke lab kimia untuk analisis
kandungan Pb melalui SSA
d. Tanah pada semua cawan petri dimasukkan ke
dalam plastic sampel
e. Tanah dibawa ke lab kimia untuk analisis
kandungan Pb melalui SSA
Analisis Data
Hasil uji kandungan logam timbal selanjutnya
dianalisis menggunakan analisis data anava 2 jalan yang
terlebih dahulu melalui uji normalitas, uji homogenitas,
anava 2 jalan dan terakhir uji Duncan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada
15 Maret 2017 – 1 April 2017 di dapatkan data sebagai
berikut: Tabel 1. Berat Awal Tanah di TPA
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa
pada setiap perlakuan jumlah cacing Lumbricus rubellus
yaitu 3, 5, 7 ekor dan lama remidiasi selama 4 hari, 6 hari
dan 8 hari memiliki berat rata-rata tanah TPA 50 gram
setiap perlakuan dan perulangan. Setelah peneltian
selesai, berat tanah TPA mengalami pengurangan berikut
data berat akhir dari tanah TPA pada semua perlakuan.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Tanama et al., Pengaruh Keberadaan Lumbricus rubellus 285
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
Tabel 2. Pengurangan berat tanah
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pada
setiap perlakuan jumlah cacing Lumbricus rubellus yaitu
3, 5, 7 ekor dan lama remidiasi selama 4 hari, 6 hari dan 8
hari didapatkan pengurangan berat tanah yang berbeda-
beda. Rata-rata penurunan berat tanah yang paling tinggi
adalah pada kelompok perlakuan lama remidiasi 8 hari.
Penurunan rata-rata berat tanah TPA tertinggi pada
kelompok perlakuan jumlah cacing 7 ekor dan lama
waktu remidiasi 8 hari.Setelah perlakuan rata-rata berat
awal tanah mengalami penurunan sekitar 2 gram setiap
perlakuannya.
Penurunan berat tanah di atas menunjukkan bahwa
cacing tanah melakukan aktivitas memakan tanah TPA.
Aktivitas memakan tanah dapat dibuktikan dengan data
berat awal dan akhir dari cacing tanah setiap perlakuan.
Berat daricacing tanah setelah perlakuan mengalami
penambahan berat badan.
Kandungan logam timbal pada tanah TPA sebelum
perlakuan berkonsentrasi 8,82 ppm. Setelah mengalami
perlakuan kandungan logam timbal dalam tanah
mengalami penurunan. Data penurunan dapat dilihat
sebagai berikut :
Gambar 1. Grafik kandungan logam timbal dalam tanah di
setiap perlakuan.
Berdasarkan Grafik 4.1 di atas menunjukkan
bahwa semua perlakuan mengalami penurunan
kandungak logam timbal pada tanah TPA yang tercemar
Pb dengan kandungan sebesar 8,82 ppm. Pada perlakuan
jumlah cacing 7 ekor dan lama waktu remidiasi 8 hari
penurunan hingga mencapai 1,24 ppm. Perlakuan jumlah
7 ekor cacing Lumbricus rubellus dan lama waktu
remidiasi 8 hari adalah perlakuan yang paling baik.
Perlakuan jumlah cacing Lumbricus
rubellusberjumlah 7 ekor dan lama waktu remidiasi
selama 8 hari adalah perlakuan yang memiliki penurunan
kandungan Pb yang tertinggi. Penurunan kandungan Pb
terendah adalah pada perlakuan jumlah 5 ekor dan lama 6
hari sebesar 2,92 mg/L. Penurunan kadar Pb tertinggi
dalam tanah mencapai 7,58 mg/L yaitu pada perlakuan
jumlah cacing 7 ekor dan lama waktu remidiasi 8 hari
dengan kadar Pb awal dalam tanah yaitu 8,82 mg/kg.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
berbagai jumlah cacing Lumbricus rubellus yang
digunakan sangat mempengaruhi kandungan logam
timbal dalam tanah TPA Supit Urang Malang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata semakin banyak
jumlah cacing Lumbricus rubellus yang diberikan maka
akan rata-rata semakin memperbesar penurunan
kandungan logam timbal dalam tanah. Hal ini
dikarenakan semakin banyak jumlah cacing maka
semakin banyak pula tanah yang akan dimakan oleh
cacing tersebut, dan semakin banyak cacing yang
mengalami difusi permukaan pada tanah.
Tanah yang terkontaminasi logam timbal akan
dimakan melalui mulut dan akan diserap oleh organ-organ
dalam cacing sehingga konsentrasi logam akan berpindah
ke dalam cacing tanah. Cacing akan melakukan difusi
permukaan tubuhnya dengan tanah, saat difusi tersebut
maka beberapa partikel akan terserap pada tubuh cacing
tanah.
Hasil penelitian menjelasan bahwa cacing tanah
mampu menyerap logam berat melalui makanannya.
Tanah yang telah terkontaminasi logam berat akan
dimakan dan dapat pula melalui difusi permukaan tubuh.
Menurut (Yulaipi & Aunurohim, 2013) menyatakan
bahwa manusia dan hewanmengakumulasi logam berat
dari air yang diminum, udara,tanah yang terkontaminasi
logam berat. Melalui mekanisme makannya cacing akan
mengikat logam timbal (Pb) dengan protein, polisakarida
dan asam amino dalam jaringan lunak atau cairan tubuh
yang selanjutnya terjadi pengurangan logam berat dalam
tanah (Soenarwan, 2000).
Cacing tanah dengan jenis Lumbricus rubellus
adalah jenis cacing tanah yang jenis makanannya berupa
tanah dan seresah atau disebut “Litter feeder”. Sifat
cacing ini dapat membantu mendegradadi konsentrasi
logam timbal pada seresah dan tanah di permukaan.
Cacing Lumbricus rubellus yang tergolong dalam
kelompok Epigaesis, yaitu cacing yang hidup di
permukaan dan pemakan seresah cocok untuk dijadikan
agen pendegradari logam timbal sampah di permukaan
tanah.
Menurut Herman (2006) menyatakan bahwa Pb di
dalam tanah mempunyai kecenderungan terikat oleh
bahan organik dan sering terkonsentrasi pada bagian atas
tanah karena menyatu dengan organisme tanah, dan
kemudian terakumulasi sebagai hasil pelapukan di dalam
lapisan humus. Perpindahan konsentrasi logam berat dari
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Tanama et al., Pengaruh Keberadaan Lumbricus rubellus 286
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
tanah ke organisme tubuh cacing dapat melalui makanan
dan kulitnya. Absorbsi logam dapat melalui kutikula kulit
dan lapisan mukosa. Logam menempel pada permukaan
sel, cairan tubuh dan jaringan internal. (Sawestri, 2006).
Akumulasi logam berat pada bagian tubuh tertentu
dimungkinkan dengan keberadaan gugus metallotionin
(sulfihidril-SH) dan amina (nitrogen – NH) yang dapat
mengikat logam berat seperti Pb secara kovalen (Yulaipi
& Aunurohim, 2013). Metallothioneins dapat digunakan
sebagai pengikat logam berat cacing tanah sehingga
logam berat tidak mengganggu proses metabolism sel,
mampu menyerap dan menempatkan logam berat pada
bagian tertentu dalam tubuh serta mendetoksifikasi logam
berat yang masuk ke dalam tubuh cacing tanah. Adanya
metallotionin (MT), maka dapat membantu cacing tanah
untuk hidup dalam tanah yang tercemar logam berat
(Brulle dalam Ningrum, 2014).
Kadar logam timbal pada setiap perlakuan terlihat
berbeda tapi sedikit, perbedaan penurunan kadar logam
timbal ini dipengaruhi oleh keadaan spesies dan aktivitas
fisioloi cacing Lumbricus rubellus yang berbeda pada
setiap indivudunya. Menurut (Hendri, Gusti, & Jetun,
2010) Akumulasi logam berat dalam tubuh organisme
tergantung pada konsentrasi logam berat dalam
air/lingkungan, suhu, keadaan spesies dan aktifitas
fisiologis. Menurut data hasil pengamatan terdapat
penurunan berat badan cacing tanah setelah perlakuan
dikarenakan beberapa individu mati. Kematian beberapa
individu dapat disebabkan oleh factor tersebut.
Kelangsungan hidup cacing Lumbricus rubellus
pada saat penelitian sangat baik. Hal ini dikarenakan
beberapa factor lingkungan yang mempengaruhinya.
Faktor tersebut ialah pH yang disukai oleh cacing tanah,
dan kelembaban tanah yang sesuai. Pada pengukuran pH
tanah di lokasi pengambilan sampel, nilai pH yaitu 5,9.
Edward dan Lofty dalam Ningrum (2014) menyatakan
bahwa cacing tanah menyukai pH tanah antara 5,8-7,2.
Nilai pH tanah merupakan factor tunggal yang paling
penting dalam tanah. Nilai pH tanah lebih tinggi dpat
menyebabkan peningkatan biavialibilitas dan toksisitas
logam berat dalam tanah.
PENUTUP
Keberadaan jumlah cacing Lumbricus rubellus
dapat mempengaruhi kandungan logam timbal dalam
tanah TPA yang sudah terkontaminasi. Semakin banyak
jumlah cacing Lumbricus rubellus maka semakin tinggi
penurunan kadar logam timbal dalam tanah, sehingga
semakin kecil kadar timbal dalam tanah TPA Supit
Urang. Kandungan awal tanah yang bermula 8,82 ppm
menurun menjadi 1,24 ppm, membuktikan bahwa
keberadaan cacing Lumbricus rubellus di tanah tercemar
akan mengurangi kandungan logam dalam tanah.
UCAPAN TERIMAKSIH
Terima kasih kepada Dinas Lingkungan Hidup,
TPA Supit Urang Malang yang telah memberikan izin
penelitian ini dan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah
Malang yang telah membantu mereview dan mendanai
publikasi ini.
DAFTAR RUJUKAN
Hendri, M., Gusti, D., & Jetun, T. (2010). Konsentrasi
Letal (LC50-48 jam) Logam Tembaga (Cu) dan
Logam Kadmium (Cd) Terhadap Tingkat
Mortalitas Juwana Kuda Laut (Hippocampus spp).
Jurnal Penelitian Sains, 13(1), 26-30.
Herman, D. Z. (2006). Tinjauan terhadap tailing
mengandung unsur pencemar Arsen (As), Merkuri
(Hg), Timbal (Pb), dan Kadmium (Cd) dari sisa
pengolahan bijih logam. Indonesian Journal on
Geoscience, 1(1), 31-36.
Ningrum, I. S., Rachmadiarti, F., & Budijastuti, W.
(2014). Kepadatan Cacing Tanah di Kabupaten
Gresik, Jawa Timur dan Hubungannya dengan
Kadar Logam Berat Timbal (Pb) dalam Tanah.
LenteraBio, 3(2).
Saleh, C. (2012). Lindi Sebagai Kontrol Pemenuhan Baku
Mutu Sesuai Kepmen 03 / 91 ( Studi Kasus Pada
TPA Supit Urang Malang ), 10, 87–94.
Sawestri, Sevi. 2006. Kandunga n Logam Dalam Tubuh
Cacing Laut Namalycastis abiuma (Polychaeta :
Nereidae). Skripsi. Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sebelas Maret.
Setyoningrum, H. M., Hadisusanto, S., Budaya, J. L.,
Utara, S., Selatan, J. T., Utara, S., … Telp, Y.
(2014). Kandungan Kadmium ( Cd ) Pada Tanah
Dan Cacing Tanah Di Tpas Piyungan , Bantul ,
Daerah Istimewa Yogyakarta ( Cadmium ( Cd )
Content in Soil and Earthworms in Piyungan
Controlled Landfill Municipal Waste Disposal ,
Bantul Yogyakarta Special District ) Pus. Jurnal
Manusia Dan Lingkungan, 21(2), 149–155.
Soenarwan, H. (2000). Daya Remediasi Cacing Tanah
(Lumbricus rubellus Hoff) Pada Media
Mengandung Logam Berat Timah Hitam (Pb). text.
Tangio, J. S. (2013). Adsorpsi Logam Timbal ( Pb )
Dengan Menggunakan Biomassa Enceng Gondok (
Eichhorniacrassipes ), VIII, 500–506.Wardi, I. N.
(2011). Pengelolaan Sampah Berbasis Sosial
Budaya: Upaya Mengatasi Masalah Lingkungan di
Bali. Bumi Lestari, 11(1), 167-177.
Yulaipi, S., & Aunurohim, A. (2013). Bioakumulasi
Logam Berat Timbal (Pb) dan Hubungannya
dengan Laju Pertumbuhan Ikan Mujair
(Oreochromis mossambicus). Jurnal Sains dan
Seni ITS, 2(2), E166-E170.