PENDAHULUAN - SInTA Universitas Kristen Duta...

24
1 BAB I PENDAHULUAN Di tengah ladang, manusia belajar untuk mencintai dan melayani kemanusiaan(Jean Jackques Rousseau) 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Tesis ini diawali dari keprihatinan penulis terhadap kehidupan sebuah komunitas transmigran di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Bagian Selatan, tepatnya di daerah Air Sugihan. Kaum transmigran yang mayoritas berasal dari Jawa ini hidup di wilayah yang terisolir dari pusat kota yang merupakan juga pusat perdagangan dan perekonomian. Selama hampir dua puluh tahun sejak tahun 1980-an, masyarakat di Air Sugihan menghadapi kesulitan mendapatkan sumber pangan dan air bersih karena lahan gambut yang mereka tempati tidak subur bagi tanaman mereka. Sekalipun berbagai bentuk bantuan dan pembinaan telah dilakukan oleh pihak-pihak seperti Gereja, Pemerintah, maupun organisasi-organisasi non pemerintah, namun hasilnya belum mampu memberdayakan mereka untuk keluar dari kemiskinan. Air Sugihan merupakan nama Kecamatan di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Letaknya kurang lebih memakan waktu tiga jam dari kota Palembang. Perjalanan ke sana hanya dapat dilalui melalui jalan sungai di MILIK UKDW

Transcript of PENDAHULUAN - SInTA Universitas Kristen Duta...

Page 1: PENDAHULUAN - SInTA Universitas Kristen Duta …sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/...3 menebang dan membakar hutan secara besar-besaran dan mengakibatkan polusi udara,

1

BAB I

PENDAHULUAN

“Di tengah ladang, manusia belajar untuk mencintai dan melayani kemanusiaan”

(Jean Jackques Rousseau)

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Tesis ini diawali dari keprihatinan penulis terhadap kehidupan sebuah

komunitas transmigran di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Bagian

Selatan, tepatnya di daerah Air Sugihan. Kaum transmigran yang mayoritas

berasal dari Jawa ini hidup di wilayah yang terisolir dari pusat kota yang

merupakan juga pusat perdagangan dan perekonomian. Selama hampir dua puluh

tahun sejak tahun 1980-an, masyarakat di Air Sugihan menghadapi kesulitan

mendapatkan sumber pangan dan air bersih karena lahan gambut yang mereka

tempati tidak subur bagi tanaman mereka. Sekalipun berbagai bentuk bantuan dan

pembinaan telah dilakukan oleh pihak-pihak seperti Gereja, Pemerintah, maupun

organisasi-organisasi non pemerintah, namun hasilnya belum mampu

memberdayakan mereka untuk keluar dari kemiskinan.

Air Sugihan merupakan nama Kecamatan di Kabupaten Ogan Komering Ilir,

Sumatera Selatan. Letaknya kurang lebih memakan waktu tiga jam dari kota

Palembang. Perjalanan ke sana hanya dapat dilalui melalui jalan sungai di

MILIK U

KDW

Page 2: PENDAHULUAN - SInTA Universitas Kristen Duta …sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/...3 menebang dan membakar hutan secara besar-besaran dan mengakibatkan polusi udara,

2

sepanjang sungai Musi dengan menggunakan perahu kayu bermesin. Daerah ini

dijadikan wilayah transmigrasi sejak tahun 1980. Dan transmigran pertama yang

datang ke sana adalah transmigran dari Jawa. Kondisi lahan di Air Sugihan,

hampir seluruhnya merupakan lahan rawa gambut. Kondisi lahan yang seperti ini

membuat para penduduk kesulitan menanam padi dan tanaman lain, serta

kesulitan mendapatkan air bersih. Hal ini tidaklah mengherankan mengingat air

rawa berwarna kuning dan berasa masam atau payau.

Mengapa mereka bisa datang ke Air Sugihan? Mengapa mereka tetap miskin

jika cita-cita pemerintah melalui program transmigrasi adalah untuk

menyejahterakan para petani gurem di Jawa? Ada banyak bantuan yang diberikan

dari pemerintah seperti bibit padi unggul, pupuk dan obat-obatan pertanian serta

adanya perusahaan - perusahaan besar di Sumatera Selatan, tetapi mengapa yang

terjadi justru semakin membuat kaum transmigran di Air Sugihan terpuruk dalam

lubang kemiskinan, krisis pangan dan air? Apa yang salah dengan program

transmigrasi?

Pergumulan-pergumulan di atas, membuat penulis ingin mengamati lebih

jauh kehidupan para transmigran ini. Menurut penulis, kemiskinan di Air Sugihan

nampaknya tidak terlepas dari penerapan sistem pertanian yang tidak sesuai

dengan jenis lahan, juga strategi dan cara mengelolaan tanah, hutan, dan air yang

dilakukan oleh perusahaan-perusahaan agri-bisnis tanpa memperhitungkan

dampaknya bagi kelangsungan lingkungan hidup di Air Sugihan. Seperti yang

dilakukan oleh perusahaan-perusahaan agro industri, misalnya perusahaan kayu

hutan industri yang memanfaatkan hutan sebagai hasil produksi, dengan cara

MILIK U

KDW

Page 3: PENDAHULUAN - SInTA Universitas Kristen Duta …sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/...3 menebang dan membakar hutan secara besar-besaran dan mengakibatkan polusi udara,

3

menebang dan membakar hutan secara besar-besaran dan mengakibatkan polusi

udara, tanah dan air. Kondisi semacam ini tidak hanya menimbulkan berbagai

penyakit, khususnya bagi kaum perempuan dan anak-anak, tetapi juga membuat

sebagian besar masyarakat lokal kehilangan lahannya.1 Kekuatan politis antara

perusahaan dan pemerintah dalam menguasai lahan menjadikan masyarakat Air

Sugihan semakin terpinggirkan. Mereka tidak hanya terancam kehilangan lahan

pertanian mereka, tetapi juga kehilangan sumber-sumber pangan bagi keluarga

mereka.

Kemiskinan masyarakat di Air Sugihan juga tidak terlepas dari sistem

perekonomian yang tidak memihak rakyat kecil. Hasil penjualan produksi

pertanian ‘dihargai’ oleh kaum pedagang dengan harga yang tidak seimbang

dengan biaya produksi yang mereka keluarkan setiap tahunnya. Harga bibit,

pupuk, dan obat-obat pertanian yang mahal, jika dibandingkan dengan harga jual

yang rendah, tentu semakin memperparah kondisi perekonomian mereka.2

Dalam menghadapi permasalahan perekonomian yang serba terbatas ini,

kaum perempuan di Air Sugihan turut menanggung dampak bagi kehidupan

mereka. Menurut Vandana Shiva, disaat kaum laki-laki bekerja membuka lahan,

mencangkul dan mengolah sawah, kaum perempuan bergumul dengan tahap

persemaian, menanam, menyiangi rumput, memelihara, dan memanen. Akibatnya,

perempuan yang paling sering berkontak dengan pestisida dan bahan kimiawi

1 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kanwil.Kehutanan dan Perkebunan Palembang dan European Union Ministry of Forestry and Estate Crops, 1999. 2 Woro Murdiayati Wibowo dan Subarudi, Konflik Sumber Daya Hutan dan Reforma Agraria. Yogyakarta: Palma Foundation dan Alfamedia. Hlm. 13

MILIK U

KDW

Page 4: PENDAHULUAN - SInTA Universitas Kristen Duta …sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/...3 menebang dan membakar hutan secara besar-besaran dan mengakibatkan polusi udara,

4

untuk lahan mereka.3 Upaya kaum perempuan dalam mengelola dan

meningkatkan perekonomian keluarga di Air Sugihan, sampai saat ini belum

mendapat perhatian atau belum menjadi agenda mendesak bagi Gereja-gereja di

Sumatera Selatan (GKSBS) dalam pelayanan diakonia dan pemberdayaan

masyarakat untuk mengatasi kemiskinan. Menurut penulis, pemberdayaan yang

dibutuhkan bagi masyarakat di Air Sugihan yang perlu dilakukan oleh GKSBS

tidak dapat berhenti pada tahap pelayanan yang bersifat karitatif saja, melainkan

juga pada tahap penyadaran dan penguatan organisasi atau kelompok masyarakat

lokal dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan mereka. Khususnya bagi kaum

perempuan.

Penulis tertarik untuk menggali lebih dalam mengenai masalah-masalah apa

saja yang melatarbelakangi kehidupan masyarakat di Air Sugihan, yang

memposisikan masyarakat dalam kondisi miskin. Dan apa saja yang telah mereka

upayakan terutama dalam mengatasi kemiskinan - yang tidak terlepas dari konteks

politik dan kebijakan-kebijakan pembangunan yang berlaku. Pergumulan dalam

konteks setempat perlu dipertimbangkan sebagai dasar analisis sosial, seperti:

pertama, adakah muatan politis dibalik kebijakan pemerintah mulai dari program

transmigrasi ke Air Sugihan dan persoalan ekonomi yang seperti apa yang

dihadapi oleh masyarakat Air Sugihan sehingga mereka berada dalam kondisi

miskin?

Kedua, mungkinkah kemiskinan di Air Sugihan juga dilatarbelakangi oleh

adanya pemahaman pemerintah dan masyarakat mengenai pembangunan itu

3 Vandana Shiva, 1997. Bebas Dari Pembangunan, Jakarta:Yayasan Obor Indonesia. Hlm.163

MILIK U

KDW

Page 5: PENDAHULUAN - SInTA Universitas Kristen Duta …sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/...3 menebang dan membakar hutan secara besar-besaran dan mengakibatkan polusi udara,

5

sendiri? Sebagaimana dikatakan oleh Vandana Shiva, bahwa konsep

pembangunan yang selama ini diterapkan khususnya di negara-negara Dunia

Ketiga adalah pemahaman bahwa yang dimaksud sebagai wilayah yang miskin,

dalam arti: tidak makan beras, tidak tinggal di rumah tembok, tidak memakai

pakaian dari bahan sintetis, tidak berpendidikan, adalah masyarakat miskin dan

primitif. Dan untuk itu perlu diterapkan pembangunan (modern) pada masyarakat

tersebut. Masyarakat Air Sugihan adalah masyarakat yang dianggap miskin, dan

karenanya perlu diterapkan pembangunan dengan industrialisasi pertanian modern

di sana. 4

Akibatnya, masyarakat, khususnya kaum perempuan di Air Sugihan,

mengalami masalah-masalah seperti: (1) Akibat dari industrialisasi pertanian ini,

kaum perempuan di Air Sugihan mengalami kesulitan dalam memenuhi

kebutuhan pangan keluarganya. Pada waktu pertama mereka menempati wilayah

tersebut, kaum perempuan dapat menanam tanaman penunjang gizi keluarga,

seperti sayur-sayuran dan buah-buahan di tanah-tanah kosong yang ada di sekitar

lahan pertanian mereka. Mereka juga melepaskan ternak unggas mereka untuk

mencari pakan di persawahan dengan bebas. Mereka hanya menanam tanaman itu

di sekitar rumah dengan lahan yang sempit.

(2) Penebangan dan pembakaran hutan yang dilakukan oleh perusahaan-

perusahaan kayu di Air Sugihan, membuat kaum perempuan kesulitan

mendapatkan sumber air yang lebih baik daripada air payau dari rawa-rawa.

Dengan demikian, setiap hari mereka harus menampung dan menyaring air parit

4 Ibid., Hlm.xxiii (Pengantar)

MILIK U

KDW

Page 6: PENDAHULUAN - SInTA Universitas Kristen Duta …sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/...3 menebang dan membakar hutan secara besar-besaran dan mengakibatkan polusi udara,

6

untuk kebutuhan sehari-hari yang memakan waktu cukup lama untuk

mendapatkan satu ember air bersih.

(3) Tradisi masyarakat, termasuk kaum perempuan, di desa yang dulu mereka

lakukan adalah memanen, menumbuk, dan menyimpan padi di lumbung-lumbung

padi milik keluarga. Sebuah cara mengatur perekonomian keluarga agar tidak

kekurangan pangan di saat musim paceklik tiba dan dijadikan bibit untuk musim

tanam berikutnya. Demikian juga kebiasaan masyarakat lokal dengan membangun

lumbung (ruang khusus untuk menyimpan hasil bumi) secara berkelompok,

mungkin dianggap sebagai cara kuno, tetapi bagi mereka, lumbung merupakan

pengharapan bagi mereka bahwa masih ada persediaan bahan pangan bagi mereka

yang akan menolong mereka dari bahaya kelaparan. Dengan adanya modernisasi

di sektor pertanian, mereka tidak punya kesempatan lagi untuk membangun

lumbung-lumbung karena padi jenis bibit unggul tidak diproduksi untuk tahan

lama dan tidak dapat menghasilkan bibit yang baru.

Ketiga, adalah apakah upaya-upaya yang selama ini telah dilakukan oleh

masyarakat,khususnya bagi kaum perempuan, Air Sugihan dalam mengatasi

kesulitan hidup dengan mengelola alam, mengatur perekonomian rumah tangga,

dan pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga sudah dianggap sebagai asset

masyarakat dan kearifan lokal yang patut dipertimbangkan dalam upaya

pemberdayaaan masyarakat? Kesadaran ekologis yang dimiliki oleh masyarakat

berdasarkan nilai-nilai budaya lokal dan refleksi teologis GKSBS mengenai

pemenuhan hak-hak biotis manusia merupakan kekuatan komunitas yang perlu

MILIK U

KDW

Page 7: PENDAHULUAN - SInTA Universitas Kristen Duta …sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/...3 menebang dan membakar hutan secara besar-besaran dan mengakibatkan polusi udara,

7

dipupuk, sehingga dengan kekuatan kelompok tersebut, mereka memiliki posisi

tawar dalam managemen perekonomian mereka.

Penguatan kelompok masyarakat lokal atau komunitas basis yang

dilakukan baik oleh pemerintah maupun Gereja, perlu juga dipertimbangkan

sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam mengatasi kemiskinan di Air

Sugihan. Dalam hal ini Sinode GKSBS sudah memulai pelayanannya dengan

menggali potensi masyarakat lokal sebagai ‘social capital’ atau modal sosial

masyarakat. Sekalipun belum sampai pada level penguatan pangan rumah tangga.

Sehubungan dengan masalah ekologi dan kemiskinan, menggunakan bahasa

Banawiratma, pemeliharaan bumi menghasilkan ‘spiritualitas ekologis’ yang

didasari dari pengalaman manusiawi akan kerusakan lingkungan. Melalui

pengalaman ini, manusia dipanggil untuk secara kreatif memelihara kualitas

kehidupan, dipanggil untuk bersama Sang Penyelenggara Hidup untuk ikut serta

mengusahakan shalom, kesejahteraan bersama dengan komunitas-komunitas

biotis.5

Kesejahteraan hidup juga tidak terlepas dari pentingnya tanah bagi

masyarakat. Tanah merupakan asset bagi pemenuhan kebutuhan pangan keluarga,

maka perjuangan untuk melepaskan masyarakat dari kemiskinan juga tidak

terlepas dari menciptakan keadilan dalam kepemilikan tanah bagi masyarakat

lokal. Inilah agenda yang harus diperjuangkan oleh pemerintah dan Gereja. Jika di

atas, Banawiratma menyebutkan bahwa pemeliharaan bumi menghasilkan

‘spiritualitas ekologis’, maka berangkat dari titik pijak yang sama, penulis

5 J.B Banawitama,2001. Sepuluh Agenda Transformatif. Menuju Pemberdayaan Kaum Miskin dengan Perspektif Adil Gender, HAM, dan Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Kanisius.hlm.73.

MILIK U

KDW

Page 8: PENDAHULUAN - SInTA Universitas Kristen Duta …sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/...3 menebang dan membakar hutan secara besar-besaran dan mengakibatkan polusi udara,

8

memahami bahwa upaya-upaya yang dilakukan oleh kaum perempuan dan Gereja

di Air Sugihan merupakan upaya yang lahir dari semangat untuk bertahan hidup

di tengah krisis yang melanda.6

Selain spiritualitas ekologis yang lahir dari kesadaran masyarakat akan

tanggung jawab menjaga kelestarian alam, penulis juga akan menggali kearifan

lokal dan nilai budaya lain yang dimiliki oleh masyarakat di Air Sugihan yang

dapat menjadi kekuatan dan aset kelompok yang ada. Seperti: nilai solidaritas dan

kesetiakawanan sebagai sesama pendatang di Air Sugihan.

Melalui tesis ini penulis juga akan merefleksikan upaya-upaya yang telah

dilakukan oleh Gereja-gereja di Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) termasuk

teologi apa yang muncul dari pergumulan Gereja bersama masyarakat di Air

Sugihan. Konsep pelayanan berdiakonia Gereja terwujud melalui pemahaman

bahwa Gereja tidak tinggal diam ketika melihat ada sebuah komunitas yang

mengalami ketidakadilan, kemiskinan, dan penindasan akibat sistem

perekonomian dan kebijakan pembangunan yang berlaku.

Gereja berperan sebagai transformator di tengah masyarakat, khususnya bagi

kaum perempuan, dalam mewujudkan keadilan dan pemberdayaan bagi kaum

miskin. Keberadaan komunitas basis di Air Sugihan merupakan agenda penting

bagi Gereja-gereja di Sumatera Selatan terutama dalam peningkatan dan

penguatan ekonomi rakyat. Sebagaimana dikatakan oleh Banawiratma:

6 Bagi penulis, spiritualitas ketahanan pangan bagi setiap keluarga atau dalam rumah besar bernama Air Sugihan itu dapat dibangun melalui kesadaran akan pentingnya memiliki “lumbung” sebagai simbol hidup yang berkeberlanjutan (sustainable of life). Dan itu dapat dimulai dari kaum perempuan di Air Sugihan.

MILIK U

KDW

Page 9: PENDAHULUAN - SInTA Universitas Kristen Duta …sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/...3 menebang dan membakar hutan secara besar-besaran dan mengakibatkan polusi udara,

9

“A basic Christian communities can be described as a small community involved in

social activities to eliminite suffering, to struggle for a just society, and to sustein the

development of the people and the environment”7

Menurut Banawiratma, komunitas-komunitas basis dapat dibangun sebagai

salah satu cara untuk mengurangi pendetitaan, ketidakadilan sosial, dan

pembangunan yang berkelanjutan bagi manusia dan alam. Maka, upaya-upaya

yang sudah dilakukan oleh masyarakat, khususnya kaum perempuan, di Air

Sugihan merupakan asset Gereja dan masyarakat untuk menjadi komunitas yang

mampu memberdayakan dirinya sendiri dan keluar dari kemiskinan. Komunitas

basis pertama-tama merupakan sekelompok orang yang tidak memiliki kekuatan

untuk memberdayakan dirinya sendiri. Komunitas basis juga dapat menjadi

fasilitator bagi kelompok-kelompok yang lain dalam solidaritas bersama mereka.8

Sesuai dengan cita-cita GKSBS untuk menjadi Gereja yang terbuka dan

transformatif, penulis berharap tesis ini dapat membantu Gereja-gereja di

Sumatera Bagian Selatan dalam membangun sebuah teologi sosial dari perspektif

kemiskinan di Air Sugihan. Teologi yang nantinya menjadi titik pijak pelayanan

sosial Gereja berdasarkan pada budaya dan nilai-nilai yang ada di masyarakat.

Untuk membantu proses penulisan tesis ini, penulis akan menggunakan teori

dari J.B. Banawiratma dan J. Mueller mengenai Lingkaran Pastoral (The Pastoral

Circle). Dalam lingkaran pastoral tersebut menjelaskan pula bahwa kemiskinan

7 J.B Banawitama,2001. Sepuluh Agenda Transformatif. Menuju Pemberdayaan Kaum Miskin dengan Perspektif Adil Gender, HAM, dan Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Kanisius. Hlm.74 8 J.B. Banawiratma, 2005. The Pastoral Circle as Sprituality. Toward an Open and Contextual Church, dalam The Pastoral Circle Revisited. A Critical Quest for Truth and Transformation. Frans Wijsen, dkk (Ed.,). New York:Orbis Books. Hlm.74

MILIK U

KDW

Page 10: PENDAHULUAN - SInTA Universitas Kristen Duta …sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/...3 menebang dan membakar hutan secara besar-besaran dan mengakibatkan polusi udara,

10

tidak terlepas dari masalah ekonomi, politik, dan sosio-budaya masyarakat

setempat. Pemikiran tersebut akan menjadi landasan dalam meneliti kehidupan

kelompok miskin di Air Sugihan, khususnya bagi kaum perempuan dan GKSBS,

dalam keterkaitannya dengan sosio-budaya masyarakat transmigran di Air

Sugihan dan teologi yang terbangun melalui kehidupan masyarakat di Air

Sugihan.

Dalam melaksanakan tugas panggilannya, GKSBS membutuhkan konsep

bergereja yang melayani manusia dan semua makhluk ciptaan di bumi demi

keberlanjutan kehidupan, khususnya perhatian Gereja kepada kaum miskin.

Seperti yang disampaikan oleh Banawiratma dan Mueller, kalau Allah

mendahulukan kaum miskin, maka Allah juga mempunyai preferential love for

the culture of the poor.

“Kebudayaan kaum miskin dengan segala pengalaman religius dan spiritualitasnya,

di cintai Allah. Bukan karena kehebatan kebudayaan itu, melainkan karena

kebudayaan itu merupakan kebudayaan orang-orang miskin dan terlantar, kurang

dihargai dan kurang didengarkan. Ikut memasuki tindakan Allah dalam sejarah

berarti juga menghargai, mendengarkan, berusaha mengerti kebudayaan

kemiskinan”9 .

Gereja dipanggil untuk terlibat dalam tindakan Allah, memulihkan keadaan

dengan melakukan perubahan-perubahan dari situasi yang tidak adil menjadi adil

dan berkelanjutan bagi seluruh ciptaan, terutama bagi kaum perempuan dan alam

99 J.B Banawiratma dan Mueller, SJ., 1993. Berteologi Sosial Lintas Ilmu. Kemiskinan sebagai Tantangan Hidup Beriman. Yogyakarta:Kanisius. Hlm.215

MILIK U

KDW

Page 11: PENDAHULUAN - SInTA Universitas Kristen Duta …sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/...3 menebang dan membakar hutan secara besar-besaran dan mengakibatkan polusi udara,

11

di Air Sugihan. Penindasan terhadap kaum perempuan juga akan melunturkan

gambar citra Allah, pemelihara alam.10

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis akan menggumuli lebih jauh

mengenai kehidupan masyarakat di Air Sugihan, kaum perempuan, serta

kemiskinan mereka yang diakibatkan dari kerusakan alam dan modernisasi

pertanian. Berdasarkan konteks di Air Sugihan, penulis juga berharap dapat

bersama-sama Gereja-gereja di Sumatera Bagian Selatan berteologi dan dari sana

akan terbangun pula konsep berdiakonia berdasarkan pergumulan dan harapan

masyarakat di Air Sugihan.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Masalah kemiskinan yang berhubungan dengan faktor lingkungan hidup di

Air Sugihan, menurut penulis patut dijadikan agenda pergumulan bersama Gereja-

gereja di Sumatera Bagian Selatan. Bukan sekedar masalah pengelolaan sumber

daya alam yang kurang bijaksana, tapi juga belum berkeadilan bagi mereka yang

miskin dan tertindas. Masyarakat perlu mendapat penyadaran dan pendidikan

mengenai dampak dari kerusakan lingkungan bagi keberlanjutan kehidupan umat

manusia.

Sejalan dengan hal di atas, GKSBS harus terus menggumulkan strategi

pelayanannya bagi masyarakat di Air Sugihan. Apakah selama ini, GKSBS hanya

memberikan bantuan yang bersifat insidental (karitatif), yang seiring waktu turut

10 Ibid.,Hlm.216

MILIK U

KDW

Page 12: PENDAHULUAN - SInTA Universitas Kristen Duta …sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/...3 menebang dan membakar hutan secara besar-besaran dan mengakibatkan polusi udara,

12

membentuk mental masyarakat sebagai ‘peminta-minta’, mengandalkan bantuan

pihak luar, dan tidak mampu memberdayakan diri mereka sendiri? Gereja juga

perlu memikirkan dampak yang lebih luas dari kebijakan pembangunan yang

mereka ambil. Peningkatan kehidupan dengan industrialisasi pertanian yang

mengorbankan alam, bukan hanya akan membuat bumi ini hancur, tetapi lebih

dari pada itu, akan membuat spesies manusia itu sendiri punah seperti spesies-

spesies lainnya. Dan dengan meningkatkan perekonomian dan praktek-praktek

pertanian yang berkelanjutan (sustainable agriculture), bukan hanya untuk

menyelamatkan bumi, tapi lebih pada soal menyelamatkan umat manusia.

Berdasarkan hal tersebut di atas, melalui tesis ini penulis akan menganalisis

upaya-upaya yang telah dilakukan, baik oleh masyarakat Air Sugihan maupun

oleh GKSBS, dalam mengatasi kemiskinan dengan rumusan pertanyaan, sebagai

berikut:

1. Apa upaya-upaya yang telah dilakukan oleh masyarakat di Air Sugihan

(kaum perempuan) dan GKSBS dalam mengatasi kemiskinan?

2. Pandangan seperti apa yang terbangun dan melatarbelakangi kehidupan

masyarakat, khususnya kaum perempuan, dan GKSBS di Air Sugihan,

sehingga mereka mampu bertahan dalam situasi kemiskinan?

3. Teologi macam apa yang dapat dikembangkan oleh Gereja-gereja di

Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) dalam pelayanan sosialnya bagi

masyarakat di Air Sugihan?

MILIK U

KDW

Page 13: PENDAHULUAN - SInTA Universitas Kristen Duta …sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/...3 menebang dan membakar hutan secara besar-besaran dan mengakibatkan polusi udara,

13

1.3. LANDASAN TEORI

Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa dalam melakukan analisis

terhadap masyarakat di Air Sugihan, penulis akan menggunakan teori analisis

sosial atau yang lebih di kenal dengan Lingkaran Pastoral (The Pastoral Circle)

dari J.B. Banawiratma dan J. Mueller dalam buku “Berteologi Sosial Lintas

Ilmu”. Mengapa penulis menggunakan teori tersebut? Alasan yang paling

mendasar adalah bahwa konteks kemiskinan di Air Sugihan jelas tidak dapat

dilepaskan dari unsur-unsur ekonomi, politik dan sosio-budaya masyarakat

setempat. Teori ini diawali dengan berbagi (telling story) pengalaman-

pengalaman pribadi dan kelompok dalam sejarah hidup mereka sebagai dasar

untuk mendapatkan data sumber kemiskinan. kemudian melalui pengumpulan

data dan analisis sosial, penulis berusaha menemukan keterkaitan antara

kemiskinan di Air Sugihan dengan sistem ekonomi, politik dan kultural-religius

yang ada. Dari sana, penulis juga akan melihat teologi macam apa yang dapat di

bangun oleh Gereja dalam perjumpaannya dengan masyarakat di Air Sugihan.

Refleksi teologis akan membantu penulis untuk mengusulkan beberapa aksi sosial

dapat dilakukan oleh GKSBS dalam upaya mengatasi kemiskinan di Air Sugihan.

Sebagaimana dikatakan oleh Banawiratma dan Mueller, persoalan ekologis

tidak dapat dilepaskan dari masalah kemiskinan. Ketidakadilan dalam mengelola

alam dapat menimbulkan kemiskinan, dan orang-orang miskin pun tidak dapat

berbuat lain untuk menolong hidupnya secara ekonomi tanpa menebang hutan dan

merusak alam. Demikian juga masalah kemiskinan tidak dapat dipisahkan dari

MILIK U

KDW

Page 14: PENDAHULUAN - SInTA Universitas Kristen Duta …sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/...3 menebang dan membakar hutan secara besar-besaran dan mengakibatkan polusi udara,

14

persoalan kaum perempuan dan anak-anak, dimana mereka merupakan korban

‘terdekat’ dari model pembangunan yang tidak adil ini.11

Banawiratma dan Mueller dalam menjelaskan pembangunan yang

berkeadilan menggunakan istilah “ekonomi yang berpihak pada orang miskin”.12

Memang ada keeratan hubungan antara kemiskinan dan ekonomi. Kalau ekonomi

tidak berhasil, maka hampir mustahil mengatasi masalah kemiskinan. Namun ada

kenyataan yang semakin kentara bahwa masalah kemiskinan tak dapat dipisahkan

juga dari masalah ekologi. Ada dua hal yang menunjukkan hal tersebut: pertama,

sumber-sumber daya alam sebagai faktor produksi semakin langka dan dikuras

habis dan tidak dipelihara. Faktor-faktor produksi, seperti minyak bumi, bahan

mentah dan hasil tanah (hutan), merupakan modal ekologis yang harus dipelihara.

Hal ini sangat dibutuhkan karena proses produksi di masa mendatang termasuk

produksi pangan sangat bergantung pada kelestarian alam itu. Kedua, mengarah

pada dampak dari proses produksi yang mengakibatkan pencemaran dan

kerusakan lingkungan. Semakin tinggi produksi ekonomi, semakin banyak limbah

industri, pencemaran udara, pengotoran, bahkan peracunan tanah dan air.13

Masalah ekologi ini, menurut Banawiratma dan Mueller, juga berkaitan

dengan masalah ekonomi dalam dua hal. Pertama, sumber-sumber daya alam

sebagai faktor produksi menjadi semakin langka karena dikuras habis dan tidak

dipelihara. Faktor-faktor produksi dari alam merupakan modal ekologis yang juga

menjadi suatu tuntutan ekonomis, karena produksi di masa mendatang, misalnya

11 J.B Banawiratma dan Mueller, SJ., 1993. Berteologi Sosial Lintas Ilmu. Kemiskinan sebagai Tantangan Hidup Beriman. Yogyakarta:Kanisius. Hlm.278 12 Ibid., hlm.202. 13 J.B Banawiratma dan Mueller, SJ., 1993. Berteologi Sosial Lintas Ilmu. Kemiskinan sebagai Tantangan Hidup Beriman. Yogyakarta:Kanisius. Hlm.206

MILIK U

KDW

Page 15: PENDAHULUAN - SInTA Universitas Kristen Duta …sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/...3 menebang dan membakar hutan secara besar-besaran dan mengakibatkan polusi udara,

15

produksi pangan, akan tergantung pada kelestarian alan tersebut. Kedua, setiap

proses produksi akan membebani lingkungan hidup. Dan kondisi ini tentunya

mengancam kesehatan manusia. Di dunia pertanian, pihak yang paling rentan

menghadapi masalah kesehatan dan gizi adalah kaum perempuan dan anak-anak.

Hal ini berkaitan dengan aktifitas mereka setiap hari yang bergulat dengan tanah,

bibit, air, yang sarat dengan bahan-bahan kimia.

Kaum miskin, terlebih kaum perempuan, pada umumnya merupakan korban

pertama dari semua musibah itu. Mereka tidak punya kuasa dan uang untuk

membela diri dan melindungi lingkungan mereka. Kalau ada bencana alam, orang

miskin yang paling dahulu menjadi “pengungsi lingkungan”. Dan seluruh kaitan

ini disebut oleh Banawiratma dan Mueller sebagai perangkap kemiskinan yang

bersifat ekologis: karena orang miskin adalah miskin, maka mereka terpaksa

merusak lingkungan hidup, yang akan menambah kemiskinan mereka.14

Berdasarkan pandangan tersebut di atas, bagi penulis teori Lingkaran Pastoral

atau analisis sosial yang diusulkan oleh JB. Banawiratma dan Mueller sangat

efektif dalam membangun teologi sosial GKSBS di tengah kemiskinan

masyarakat di Air Sugihan. Di dalam lingkaran pastoral terdapat premis-premis

nilai tertentu di dalamnya, antara lain: nilai etis dasariah seperti: keadilan,

kesamarataan, dan nilai preferensi, seperti: kecenderungan ideologis, politis, atau

agamis. Artinya dalam setiap analisis sosial akan menuju pada politik dalam arti

14 Ibid., hlm. 207

MILIK U

KDW

Page 16: PENDAHULUAN - SInTA Universitas Kristen Duta …sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/...3 menebang dan membakar hutan secara besar-besaran dan mengakibatkan polusi udara,

16

luas, yaitu tindakan-tindakan yang menyangkut kehidupan bersama dalam

masyarakat luas atau terbatas.15

Secara sederhana dalam penyusunan tesis ini, penulis akan mengikuti unsur-

unsur dalam Lingkaran Pastoral, yaitu:16

1. Pemetaan Masalah: pada tahap ini, letak geografis dijadikan sebagai

jawaban pastoral terhadap pengalaman individu dan komunitas yang nyata.

Apa yang dirasakan, dialami, dan bagaimana orang-orang menjawabnya

merupakan pengalaman yang membentuk data pokok. Pada bagian ini penulis

akan memulai tesis dengan memaparkan kondisi geografis dan data yang ada

di masyarakat Air Sugihan.

2. Analisis Sosial: tahap ini menyelidiki sebab-sebab, akibat-akibat,

menggambarkan kaitan-kaitannya dan mengidentifikasi pelaku-pelakunya.

Dalam analisis sosial ini dilakukan pendekatan dari berbagai aspek, antara

lain: analisis ekonomi, analisis sosial-politik, dan sosio-budaya masyarakat

setempat.

3. Refleksi Sosial: dalam bagian ini penulis mengkaji dan mendalami

pengalaman masyarakat dan komunitas iman GKSBS melalui analisis dalam

terang iman yang hidup. Kitab Suci, ajaran sosial Gereja, dan sumber-sumber

tradisi, dipercakapkan dalam sebuah refleksi sehingga melahirkan sebuah

percakapan yang hidup antara iman dan keseharian masyarakat.

15 J.B Banawiratma dan Mueller, SJ., 1993. Berteologi Sosial Lintas Ilmu. Kemiskinan sebagai Tantangan Hidup Beriman. Yogyakarta:Kanisius. Hlm. 46 16 Joe Holland dan Peter Henriot, 1986. Analisis Sosial dan Refleksi Teologis, Kaitan Iman dan Keadilan. Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 24-25

MILIK U

KDW

Page 17: PENDAHULUAN - SInTA Universitas Kristen Duta …sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/...3 menebang dan membakar hutan secara besar-besaran dan mengakibatkan polusi udara,

17

4. Perencanaan Pastoral: merupakan jawaban dari apa yang individu atau

komunitas kehendaki? Dalam tahap perencanaan pastoral ini, penulis

berharap tesis ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi

pengembangan pelayanan diakonia Sinode GKSBS dalam upaya mengatasi

kemiskinan di Air Sugihan.

1.4. HIPOTESIS

Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, penulis mengajukan

beberapa hipotesis, yaitu:

• Masyarakat – secara khusus kaum perempuan - di Air Sugihan bersama

dengan Gereja-gereja di Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) telah berupaya

membentuk kelompok-kelompok masyarakat lokal sebagai wadah

membangun solidaritas dan kesetiakawanan lintas agama komunitas basis

dalam mengatasi kemiskinan. Gereja berupaya melakukan pemberdayaan

dan penyadaran terhadap masyarakat untuk melakukan cara-cara yang adil

terhadap lingkungan hidup dalam memenuhi kebutuhan pangan mereka,

misalkan dengan cara mengurangi penggunaan bibit dan pupuk kimia,

menggunakan bibit padi lokal untuk persediaan musim tanam, menyimpan

bibit sebagai persediaan kebutuhan pangan keluarga, dan mengelola air

bersih untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

MILIK U

KDW

Page 18: PENDAHULUAN - SInTA Universitas Kristen Duta …sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/...3 menebang dan membakar hutan secara besar-besaran dan mengakibatkan polusi udara,

18

• Pandangan hidup masyarakat dan GKSBS mengenai pemeliharaan

lingkungan hidup melahirkan spiritualitas ekologis dan ketahanan pangan

bagi keberlangsungan kehidupan seluruh ciptaan Tuhan.

• Gereja Kristen di Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) membangun teologi

yang kontekstual sebagai transformator sosial dengan mengutamakan

solidaritas bersama kaum miskin dalam upaya menghadirkan shalom bagi

masyarakat Air Sugihan

Sehubungan dengan itu, penulis memilih judul tesis sebagai berikut:

UPAYA GEREJA KRISTEN SUMATERA BAGIAN SELATAN (GKSBS)

DAN KAUM PEREMPUAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN DI AIR

SUGIHAN, SUMATERA SELATAN

1.5. TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka tujuan penulisan tesis ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk menemukan dan menggali berbagai pandangan dan upaya

masyarakat – khususnya kaum perempuan – di Air Sugihan dan GKSBS

dalam mengatasi kemiskinan yang disebabkan oleh kerusakan lingkungan

dan industrialisasi di bidang pertanian.

MILIK U

KDW

Page 19: PENDAHULUAN - SInTA Universitas Kristen Duta …sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/...3 menebang dan membakar hutan secara besar-besaran dan mengakibatkan polusi udara,

19

2. Untuk mengetahui sejauh mana pandangan dan nilai-nilai teologis

mengenai keutuhan ciptaan dan kelangsungan kehidupan yang sejahtera

sebagai gambar citra Allah, mendasari dan menyemangati masyarakat lokal

bersama Gereja, dalam mengatasi kemiskinan di Air Sugihan.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi Gereja

di Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) untuk mengembangkan pelayanan

sosial melalui pemberdayaan komunitas basis, khususnya bagi kaum

perempuan, dalam mengatasi kemiskinan di Air Sugihan.

1.6. METODE

Penulis akan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan mengikuti

langkah-langkah penelitian sosial, sebagai berikut17:

1. Observasi dengan mengenal konteks di Air Sugihan, baik dari sosio-

ekonomi, budaya, ekonomi, dan politik serta pengalaman iman masyarakat.

Dalam pengumpulan data mengenai kondisi geografis dan keadaan alam di

Air Sugihan, penulis melakukannya dengan live in di tiga desa, yaitu: desa

Nusantara, desa Banyubiru, dan desa Mukti Jaya. Alasan penulis memilih tiga

desa ini adalah sudah adanya kelompok-kelompok tani yang difasilitasi oleh

GKSBS bekerjasama dengan pemerintah dan lembaga non pemerintah.

Warga Jemaat GKSBS juga terlibat. Melalui kelompok tersebut, penulis akan

menggali data melalui tiga cara: pertama, dengan mendengar cerita dan

17 J.B.Banawiratma dan Muller, 1993. Berteologi Sosial Lintas Ilmu. Yogyakarta:Kanisius. Hlm.46

MILIK U

KDW

Page 20: PENDAHULUAN - SInTA Universitas Kristen Duta …sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/...3 menebang dan membakar hutan secara besar-besaran dan mengakibatkan polusi udara,

20

pengalaman (sharing story) dengan mengunjungi rumah-rumah penduduk

dan mengikuti kegiatan pertemuan kelompok. Kedua, melalui angket yang

penulis sebarkan kepada anggota kelompok tani dan warga jemaat dengan

menggunakan metode random secara acak. 18 Ketiga, melalui wawancara

terbuka kepada para informan utama – saksi sejarah – dengan pertanyaan

terarah mengenai kehidupan para transmigran, dampak industrialisasi

pertanian, dan krisis pangan yang mereka alami di Air Sugihan, serta upaya-

upaya apa saja yang telah dilakukan untuk mengatasi kemiskinan tersebut.

2. Analisis Sosial terhadap penyebab kemiskinan di Air Sugihan, mengapa

krisis pangan dan ekologi itu bisa terjadi di Air Sugihan dan apa akibatnya

bagi masyarakat jika kondisi tersebut dibiarkan terus berlanjut. Analisis ini

menyangkut masalah sosial, ekonomi, politik dan budaya masyarakat

setempat. Secara khusus tesis ini menganalisa keberadaan dan pergumulan

yang dihadapi masyarakat (perempuan) di Air Sugihan dan upaya-upaya

pemberdayaan yang sudah dilakukan dalam mengatasi kemiskinan.

3. Refleksi Teologis terhadap konteks untuk menemukan apa makna realitas itu

bagi iman Kristen dan pelayanan diakonia Gereja dalam menjawab

pergumulan sosial (kemiskinan) yang dialami oleh kaum perempuan di Air

Sugihan. Refleksi ini diharapkan dapat melahirkan sumbangan teologis bagi

Gereja-gereja di Sumatra Bagian Selatan, khususnya dalam mengatasi

kemiskinan melalui pelayanan sosialnya.

18 John M.Prior, 1997. Meneliti Jemaat. Pedoman Riset Partisipatoris. Jakarta:Gramedia. Hlm.95

MILIK U

KDW

Page 21: PENDAHULUAN - SInTA Universitas Kristen Duta …sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/...3 menebang dan membakar hutan secara besar-besaran dan mengakibatkan polusi udara,

21

4. Perencanaan Pastoral atau Perwujudan Iman dalam menghadapi masalah-

masalah sosial yang dianalisis dan direfleksikan sebelumnya. Iman harus

dibuktikan, bahwa keselamatan yang diimani itu ada dampaknya dalam

kehidupan nyata. Di sini penulis akan menggali apa saja usulan-usulan aksi

yang dapat ditindaklanjuti oleh Gereja-gereja di Sumatra Bagian Selatan

(GKSBS) dalam melakukan pelayanan sosialnya, khususnya dalam rangka

pengentasan kemiskinan di Air Sugihan.

1.7. SISTEMATIKA

Tesis ini disusun dengan gambaran sistematika sementara sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan yang memaparkan: Latar belakang penulisan,

Perumusan masalah, Hipotesis, Judul tesis, Landasan Teori,

Tujuan penulisan, Metodologi, Sistematika.

Bab II : Pada bab ini dipaparkan DATA dan ANALISIS terhadap Upaya-

upaya Masyarakat di Air Sugihan dalam Mengatasi Kemiskinan:

2.1. Kondisi Geografis di Air Sugihan: Kondisi Alam (tanah, air,

dan hutan), Keadaan Penduduk, Mata Pencaharian dan

Pendidikan, Masyarakat dan Hubungan Antar Umat Beragama,

Dampak Transmigrasi dan Perubahan Gaya Hidup Masyarakat

MILIK U

KDW

Page 22: PENDAHULUAN - SInTA Universitas Kristen Duta …sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/...3 menebang dan membakar hutan secara besar-besaran dan mengakibatkan polusi udara,

22

2.2. Upaya Dan Pandangan Kaum Perempuan di Air Sugihan

dalam Mengatasi Kemiskinan: Perempuan Sebagai Pengatur

Ekonomi dan Gizi Keluarga, Perempuan dan Kebutuhan akan

Air Bersih, Kaum perempuan di Air Sugihan dan Pentingnya

Berkelompok, Beberapa Pandangan Hidup Kaum Perempuan

di Air Sugihan.

2.3. Upaya dan Pandangan GKSBS Dalam Mengatasi Kemiskinan

di Air Sugihan

2.4. Analisis Terhadap Upaya-upaya dalam Mengatasi Kemiskinan

di Air Sugihan: Analisis Ekonomi, Analisis Politik, dan

Analisis Sosial-Budaya

2.5. Kesimpulan

Bab III : REFLEKSI TEOLOGIS Terhadap Upaya Masyarakat dalam

Mengatasi Kemiskinan di Air Sugihan: Pemeliharaan Tanah

Sebagai Sumber Pangan, Perjuangan Gereja dan Kaum Perempuan

di Air Sugihan dalam Menuntut Kebijakan Pembangunan yang

Berkeadilan, Nilai ‘paseduluran’ sebagai Teologi Kontekstual di

MILIK U

KDW

Page 23: PENDAHULUAN - SInTA Universitas Kristen Duta …sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/...3 menebang dan membakar hutan secara besar-besaran dan mengakibatkan polusi udara,

23

Air Sugihan, serta Aksi Diakonia GKSBS dalam Pemberdayaan

Komunitas Basis di Air Sugihan

Bab IV : Kesimpulan

MILIK U

KDW

Page 24: PENDAHULUAN - SInTA Universitas Kristen Duta …sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/...3 menebang dan membakar hutan secara besar-besaran dan mengakibatkan polusi udara,

24

MILIK U

KDW