Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

178
1 - Bab 1 - Pendahuluan 1.1 Pengertian Ekologi Penjelajahan ruang angkasa yang telah dilakukan manusia sejak berpuluh-puluh tahun ini nampaknya masih belum dapat meyakinkan kita bahwa di planet manapun yang sudah dikenal manusia terdapat kehidupan atau makhluk hidup, kecuali di bumi kita yang hijau ini. Bumi kita ini sudah menjadi tempat tinggal bagi semua jenis kehidupan, baik yang sudah kita ketahui maupun yang belum. Bagian bumi yang dapat menunjang kehidupan ini dinamakan biosfer. Jika dilihat dari besarnya bumi kita, biosfer ini hanya terdiri dari lapisan tipis dari kerak bumi yang berupa lapisan permukaan tanah yang tebalnya tidak lebih dari beberapa puluh sentimeter, lautan dan perairan tawar serta atmosfer di atasnya. Dimana saja di biosfer ini dan dimana kita jumpai tumbuh- tumbuhan dan hewan yang hidup, keberadaan mereka pasti cocok dengan keadaan sekitarnya dan hewan yang hidup atau lingkungan sekitarnya yang menunjang kehidupan di situ. Keberadaan sejumlah tumbuh-tumbuhan dan hewan tersebut tidak dapat dipisahkan dari keberadaan sejumlah tumbuh-tumbuhan dan hewan lain di lingkungan itu. Mereka juga tidak dapat dipisahkan dari zat nir-hayati yang terdapat di lingkungannya yang mereka butuhkan dari gaya-gaya fisik yang memengaruhi kehidupan mereka. Sebagai contoh, tumbuh-tumbuhan tidak dapat tumbuh tanpa fosfat. Fosfat yang sudah dimanfaatkan akan terikat dalam tubuh tumbuh-tumbuhan dan hewan yang memakan tumbuh-tumbuhan itu jika mereka mati. Fosfat ini tidak akan terbebaskan jika tidak ada bakteri yang menguraikannya.

Transcript of Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

Page 1: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

1

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

- Bab 1 -Pendahuluan

1.1 Pengertian EkologiPenjelajahan ruang angkasa yang telah dilakukan manusia sejak

berpuluh-puluh tahun ini nampaknya masih belum dapat meyakinkankita bahwa di planet manapun yang sudah dikenal manusia terdapatkehidupan atau makhluk hidup, kecuali di bumi kita yang hijau ini.Bumi kita ini sudah menjadi tempat tinggal bagi semua jenis kehidupan,baik yang sudah kita ketahui maupun yang belum. Bagian bumi yangdapat menunjang kehidupan ini dinamakan biosfer. Jika dilihat daribesarnya bumi kita, biosfer ini hanya terdiri dari lapisan tipis dari kerakbumi yang berupa lapisan permukaan tanah yang tebalnya tidak lebihdari beberapa puluh sentimeter, lautan dan perairan tawar serta atmosferdi atasnya. Dimana saja di biosfer ini dan dimana kita jumpai tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup, keberadaan mereka pasti cocokdengan keadaan sekitarnya dan hewan yang hidup atau lingkungansekitarnya yang menunjang kehidupan di situ.

Keberadaan sejumlah tumbuh-tumbuhan dan hewan tersebut tidakdapat dipisahkan dari keberadaan sejumlah tumbuh-tumbuhan danhewan lain di lingkungan itu. Mereka juga tidak dapat dipisahkan darizat nir-hayati yang terdapat di lingkungannya yang mereka butuhkandari gaya-gaya fisik yang memengaruhi kehidupan mereka. Sebagaicontoh, tumbuh-tumbuhan tidak dapat tumbuh tanpa fosfat. Fosfat yangsudah dimanfaatkan akan terikat dalam tubuh tumbuh-tumbuhan danhewan yang memakan tumbuh-tumbuhan itu jika mereka mati. Fosfatini tidak akan terbebaskan jika tidak ada bakteri yang menguraikannya.

Page 2: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

2

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Fosfat yang terbebaskan akan dimanfaatkan lagi untuk pertumbuhantumbuh-tumbuhan. Pertukaran zat dan energi antara jasad hidup danjasad tak hidup atau lingkungannya yang tidak henti-hentinya dalamsuatu sistem mengikuti jalur berputar dalam suatu daur ulang yangterus menerus. Sitem berdaur ulang ini dinamakan sistem ekologi.

Kata ekologi berasal dari bahasa Yunani yaitu oikos yang berartirumah dan nomos yang berarti aturan atau ilmu. Istilah ekologi pertamakali dikenalkan oleh Ernst Haeckel pada tahun 1866. Haeckelmenyatakan, ekologi adalah ilmu pengetahuan yang komprehensiftentang hubungan organisme terhadap lingkungan hidupnya. Odum(1996), ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balikantara makhluk hidup dengan lingkungannya.

Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang interaksi yangmenentukan distribusi dan kemelimpahan organisme. Interaksi tersebutmerupakan interaksi antar biotik (organisme) seperti interaksi antarspesies yang berbeda, interaksi mangsa-predator, serta interaksi antaraorganisme dengan faktor abiotik (lingkungan fisik dan kimia). Distribusiyang dimaksudkan dalam ilmu ekologi yaitu dimana suatu organismeditemukan, dan kemelimpahan merupakan jumlah organisme yanghidup di suatu lokasi (Krebs, 2009).

Ilmu ekologi memiliki peran penting dalam perkembangan ilmubiologi atau ilmu terapan biologi. Penilaian risiko ekologi dapatdigunakan untuk mengidentifikasi komponen-komponen ekologis yangpaling beresiko terkena dampak dari bahan pencemar, kontaminan, atauperubahan kondisi lingkungan, serta untuk menghitung atau menilaibesaran risiko dari bahan-bahan pencemar. Dalam melaksanakanpenilaian risiko ekologis, maka dibutuhkan pemahaman terkaithubungan organisme dengan antar organisme atau dengan lingkunganfisiknya. Faktor-faktor dalam organisme yang perlu dipelajari danmenerima dampak dari perubahan kondisi lingkungan fisik, yaitufisiologi, kebiasaan makan, pola tingkah laku, pola reproduksi, dan jenishabitat. Faktor lingkungan fisik yang harus dipahami, yaitu komponenabiotik (fisik dan kimia), bahan pencemar yang terdapat di suatulingkungan, dan pengaruh komponen abiotik dan bahan pencemarterhadap organisme.

Ekologi merupakan bagian kecil dari cabang ilmu biologi. Dalammempelajari ekologi, dibutuhkan cabang-cabang ilmu lainnya. Antara

Page 3: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

3

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

lain taksonomi, fisiologi, kimia, fisika, tingkah laku, evolusi, dll. Haltersebut dikarenakan dalam ilmu ekologi dibutuhkan pemahaman terkaitkarakteristik morfologi dan fisiologi sebagai suatu organisme, kebiasaanmakan, pola tingkah laku, tipe atau karakteristik habitat. Saat ini ekologidasar berkembang menjadi berbagai ilmu terapan, antara lain ekologilaut, ekologi perairan, ekofisiologi, limnologi, dan lain-lain.

Belakangan ini, kebijakan pemerintah dan berbagai organisasi laindalam “perlindungan alam dan lingkungan permukiman” serta“pemeliharaan dan pelestarian lingkungan” didasarkan atas hasilpenelitian dan ajaran ilmu ekologi. Sebagai langkah lebih lanjut dariilmu ekologi yang patut disinggung adalah diperkenalkannya “ekologilandscape”. Perhatian orang terhadap ilmu ekologi yang pada mulanyakurang, secara mendadak berubah. Perubahan sikap para cendekiawandan politisi atas ilmu ekologi terjadi setelah dunia dilanda “krisislingkungan hidup manusia”.

Ekologi modern memusatkan perhatian pada konsep ekosistem.Konsep ini menyangkut beberapa asas dasar yang nanti akan diuraikanpada kegiatan belajar atau modul-modul berikutnya. Penggunaan konsepekosistem menuju kepada pendekatan baru yaitu pendekatan sistem.Pendekatan ini meliputi penggunaan model-model matematika, yangantara lain digunakan untuk menjelaskan secara lebih sederhana suatuekosistem atau dapat pula untuk meramal/menduga perubahan-perubahan yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Bahkandalam perencanaan pembangunan, dapat diperkirakan dampak-dampakyang akan terjadi pada suatu ekosistem sehingga dapat direncanakanpula bagaimana mengeliminir dampak negatif yang akan terjadi.

Ekologi perairan adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbalbalik/interaksi antara organisme perairan dengan lingkungannya.Dengan demikian ada beberapa cabang ilmu yang menunjang ekologiyang harus dipahami mahasiswa misalnya: Klimatologi, Limnologi,Geologi, Fisika, Kimia, Biologi, Planktonologi, dan sebagainya.

1.2 Tingkatan Organisasi KehidupanDalam mempelajari bidang ilmu yang berkaitan dengan ekologi

diperlukan integrasi pada berbagai tingkatan organisasi kehidupan.Tingkatan organisasi kehidupan tersebut, yaitu spesies, populasi,komunitas, ekosistem, landscape, dan biosfer.

Page 4: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

4

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

A. SpesiesSpesies merupakan kelompok alami dari semua individu yang

memiliki kemampuan untuk bereproduksi atau melakukan kawin silangyang secara reproduksi terisolasi dari kelompok-kelompok yang lainnya.Spesies memiliki kebutuhan khusus atau spesifik terhadap komponenabiotik lingkungan, seperti suhu, salinitas, pH, intensitas cahaya,nutrien, dll. Individu-individu dalam suatu spesies yang sama tetapmemiliki fisik, tingkah laku yang berbeda, serta respon atau adaptasiyang berbeda terhadap lingkungan.

B. PopulasiPopulasi adalah kelompok individu dalam satu spesies yang

menempati ruang tertentu dan dalam suatu waktu tertentu. Karakteristikdasar dari populasi, yaitu kepadatan atau densitas (jumlah individu perunit area/volume), dan struktur populasi. Densitas merupakan param-eter utama dalam populasi yang akan terus mengalami perubahan. Dialam, kita tidak dapat menghitung densitas keseluruhan suatu spesies,untuk mengetahui populasi suatu spesies digunakan estimasi atauperkiraan densitas organisme di alam. Dalam menghitung densitas suatupopulasi diperlukan komponen penting untuk menentukan pemilihanteknik estimasi, yaitu ukuran dan mobilitas suatu organisme. Ukuranpopulasi dapat mencapai titik maksimum dalam area dan waktu tertentu,jika daya dukung lingkungan (carrying capacity) mencukupi. Dayadukung lingkungan terdiri dari jumlah makanan, tempat berlindung,ruang dan sumberdaya lainnya. Daya dukung lingkungan dapatberubah secara musiman, bulanan, atau harian tergantung dariperubahan kondisi lingkungan.

Struktur populasi, yaitu jumlah relatif individu dalam suatutingkatan umur tertentu. Struktur populasi biasanya ditentukan denganmenggunakan kriteria stadium suatu organisme seperti telur, larva,juvenil, dewasa. Selain itu, struktur populasi juga mempelajari jumlahbetina atau jantan. Perubahan ukuran dan struktur populasi dipengaruhioleh beberapa parameter, yaitu natalitas (produksi telur, spora, atau biji,dan kelahiran), mortalitas (kematian), imigrasi dan emigrasi, dan interaksispesies (kompetisi, presdasi, herbivory, mutalisme, penyakit danparasitisme) (Krebs, 2009).

Page 5: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

5

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

C. KomunitasKomunitas adalah kumpulan berbagai populasi yang hidup bersama-

sama dalam suatu area dan saling berinteraksi secara bersamaan padawaktu tertentu. Komunitas merupakan unit komponen ekologi yangkomplek dan penting karena dalam tingkat ini mengkaji keberadaanberbagai jenis organisme yang hidup secara bersama dengan beraturandan saling tergantung antara satu jenis dengan jenis yang lain.

Dalam tingkatan komunitas mempelajari dua hal penting, yaitu:- Keseimbangan yang tertuang dalam struktur dan komposisi

populasi penyusun komunitas. Struktur dan komposisi populasidalam suatu komunitas diperoleh dari perhitungan cacah individudan jumlah spesies yang terdapat di lokasi pengamatan dandikomparasikan dengan komunitas lainnya. Variasi organisme, cacahindividu, dan jumlah spesies sangat menentukan karakter suatukomunitas yang dapat ditentukan secara matematis menggunakanindeks dominansi nisbi. Karakter komunitas juga ditentukan olehkeanekaragaman yang merupakan kombinasi kekayaan spesies dankemerataan spesies. Keanekaragaman identik dengan kestabilansuatu ekosistem, yaitu jika keanekaragaman suatu ekosistem relatiftinggi maka kondisi ekosistem tersebut cenderung stabil. Padalingkungan ekosistem yang tercemar, keanekaragaman jenispenyuusun komunitas cenderung rendah.

- Pola persebaran dan perubahan sebagai hasil dari interaksi semuakomponen yang bekerja dalam komunitas. Selain itu, pola persebarandan perubahannya juga dipengaruhi oleh perubahan kondisilingkungan.

D. EkosistemEkosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk dari

hubungan timbal balik antara kelompok-kelompok komunitas denganlingkungan fisik dan kimia. Untuk lebih lengkapnya ekosistem menurutRomimohtarto dan Juwana (2009) didefinisikan: jasad hidup danlingkungan tak-hidup saling terkait tak terpisahkan dan berinteraksisatu dengan yang lain. Setiap satuan yang meliputi suatu organismeatau suatu komunitas dalam suatu area yang berinteraksi denganlingkungan fisiknya sehingga suatu aliran energi menciptakan bentuktrofik yang jelas, keanakaragaman biotik dan daur material (yakni

Page 6: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

6

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

pertukaran material-material antara bagian hayati dan nir-hayati)dalam suatu sistem.

Ada dua komponen besar yang terlibat dalam ekosistem yangdinamik, artinya dalam sistem tersebut terjadi pertukaran, perpindahan,dan daur ulang. Kedua komponen tersebut adalah komponen hidupdan komponen tak hidup. Masing-masing komponen ini mempunyaisistem pertukaran yang berbeda-beda, tetapi akhirnya akan salingberhubungan dalam satu ekosistem. Komponen hidup terdiri dari tigakomponen dasar yakni produsen atau penghasil makanan, konsumenatau pemakan makanan dan pengurai yang sebagian besar terdiri daribakteri, ragi dan jamur.

E. Landscape/lanskapLanskap merupakan kawasan ekologi yang besar dan tersusun atas

berbagai ekosistem yang berbeda. Lanskap atau bentang alam jugamerupakan pengetahuan penting tentang sistem ekologi untukmengatasi masalah skala besar tentang penggunaan lahan danperencanaan lahan. Dalam ekologi dalam skala lanskap atau bentangalam terdapat dua orientasi berbeda, yaitu tentang bagaimanapengaturan habitat secara spasial yang memengaruhi distribusi dankemelimpahan spesies, serta bagaimana pola lanskap memengaruhiproses ekosistem. Pada orientasi kedua, ekologi lanskap bersifat lebihpraktis, berorientasi pada perencanaan bentang alam dan masalahpenggunaan lahan dalam pengembangan dan konservasi kawasan.Selain itu dalam mempelajari ekologi skala lanskap terdapat tiga elemenutama, yaitu habitat, dampak ekologis terutama pada bagian tepi habi-tat, dan konektivitas habitat yang merupakan konsep koridor danhambatan untuk pergerakan spesies.

F. BiosferBiosfer berasal dari kata bio yang berarti hidup dan spheira yang

berarti lapisan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa biosfermerupakan suatu lapisan kehidupan yang berupa manusia, hewan dantumbuh-tumbuhan. Namun demikian manusia mempunyai sifat yanglebih unik dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya, sehingga dalamkajian geografi manusia bukan pada kajian biosfer, tetapi pada kajiankhusus yaitu antroposfer. Oleh karena itu objek kajian biosfer hanyaberupa hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Page 7: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

7

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

1.3 Komponen Abiotik (Parameter Fisika, Parameter Kimia)1.3.1 Parameter fisika1. Air dan Kelembaban

Air adalah sumber daya dan juga faktor lingkungan yang sangatdibutuhkan oleh organisme. Pada lingkungan darat, air merupakanfaktor pembatas bagi kelimpahan dan penyebaran organisme darat/terestrial. Bagi organisme yang hidup di tempat-tempat yang lembap,kandungan air merupakan faktor pembatas yang memengaruhikeberhasilan hidupnya.

Pada kawasan tropis, air dan kelembapan merupakan faktor pentingbagi hewan dan tumbuhan di suatu area. Air dan kelembapan berkaitandengan pola curah hujan, yaitu banyaknya curah hujan (mm, cm) dalamsuatu kawasan dan sebaran curah hujan sepanjang tahun. Sebarancurah hujan sepanjang tahun yang berbeda merupakan faktorpengendali untuk terjadinya aktivitas musiman.

Uap air yang terkandung di udara disebut kelembapan udara yangdinyatakan dalam satuan mmHg tekanan uap air. Kadar jenuh uap airatau kelembapan udara akan bervariasi menurut perubahan suhu udara.Semakin tinggi suhu udara, maka semakin banyak uap air maksimumyang terkandung di udara. Kelembapan berperan penting dalammengubah efek dari suhu. Dalam lingkungan daratan terjadi interaksiyang sangat erat antara suhu dan kelembapan, sehingga suhu dankelembapan merupakan bagian yang sangat penting pada kondisi cuacadan iklim. Efek membatasi dari suhu biasanya akan terlihat apabilakondisi kelembapan ekstrem tinggi atau ekstrem rendah. Faktorkelembapan akan terlihat jelas apabila kondisi suhu ekstrem tinggi atauekstrem rendah.

2. SuhuSuhu merupakan faktor lingkungan yang sangat penting bagi

semua organisme karena suhu menentukan aktivitas enzim di dalamtubuh organisme. Peningkatan suhu tubuh pada rentang kisarantoleransi hewan dapat menyebabkan kenaikan aktivitas enzim dalamreaksi metabolisme. Suhu tubuh yang tinggi dapat menyebabkan pro-tein sebagai komponen utama penyusun enzim menjadi rusak ataudenaturasi sehingga enzim tidak mampu menjalankan fungsinya sebagaibiokatalisator. Jika suhu tubuh menurun secara drastis sampai di bawah

Page 8: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

8

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

batas kisaran toleransi, dapat menyebabkan aktivitas enzim menjadisangat rendah.

Suhu juga merupakan faktor lingkungan yang berperan sebagaifaktor pembatas bagi organisme dan faktor yang paling mudah diukur.Suhu di lingkungan perairan mempunyai variasi yang relatif sempit jikadibandingkan dengan suhu di lingkungan darat. Hal ini dikarenakanair berperan sebagai peredam panas dari sinar matahari. Hal tersebutmenyebabkan kisaran toleransi organisme akuatik pada umumnya relatiflebih sempit jika dibandingkan dengan organisme di darat. Jenis-jenisikan dan hewan invertebrata yang hidup di perairan laut pada umumnyakurang tahan terhadap suhu tinggi.

3. Cahaya matahariKeberlangsungan hidup tumbuhan sangat tergantung pada

ketersediaan cahaya matahari di suatu kawasan. Hal ini dikarenakancahaya matahari merupakan energi cahaya yang sangat penting untukterjadinya proses fotosintesis. Hal berbeda terjadi pada hewan yang tidaksecara langsung membutuhkan sinar matahari. Akan tetapi cahayamatahari dibutuhkan oleh hewan-hewan diurnal yang mencari makandan beraktivitas menggunakan rangsangan cahaya untuk melihat suatubenda atau organisme lain.

Faktor cahaya matahari yang memengaruhi hidup organisme, yaituintensitas cahaya dan kualitas cahaya. Kedua faktor cahaya tersebut dapatmemengaruhi warna tubuh hewan, contohnya pada hewan-hewanpelagis. Hewan-hewan pelagis cenderung berwarna transparan, birudengan punggung berwarna kehijau-hijauan, atau berwarna coklatdengan bagian abdomen berwarna putih perak. Hal ini berkaitan denganmacam sinar matahari yang dapat menembus perairan sampai padakedalaman tertentu, misalnya pada kedalaman 750 m di laut daerah tropis,hampir seluruh jenis Decapoda berwarna merah.

4. Arus dan tekananArus berperan secara langsung maupun tidak langsung terhadap

organisme. Arus udara (angin) berpengaruh terhadap penguapan dalamproses transfer panas, serta sebagai faktor pembatas dalam aktivitaspergerakan dan penyebaran pada berbagai jenis hewan yang terbang.Dalam lingkungan aktuatik, arus berperan sebagai faktor pembatas bagiorganisme yang tidak teradaptasi untuk mengatasi faktor ini. Pengaruh

Page 9: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

9

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

arus air juga dapat terjadi secara tidak langsung melalui kelarutan garamdan gas-gas atmosfer di perairan.

Pada lingkungan perairan yang dalam seperti laut dan danau,tekanan hidrostatik akan semakin bertambah seiring denganbertambahnya kedalaman suatu perairan, yaitu sekitar 1 atm per 10 m.Jenis-jenis hewan di perairan laut yang memiliki kisaran toleransi lebarterhadap tekanan hidrostatik, mempunyai ruang gerak dan penyebaranvertikal yang luas. Pada bagian dasar perairan laut yang dalam, tekananhidrostatik dapat mencapai ratusan atm. Jenis-jenis hewan yang hidupdi perairan dalam memiliki adaptasi khusus terhadap kondisi tersebut.

1.3.2 Parameter kimia1. Tingkat keasaman air (pH air)2. Garam dan salinitas

Pengaruh garam yang terdapat di lingkungan tempat hiduporganisme biasanya bersifat fisiologis. Garam merupakan nutrien yangterkandung dalam makanan hewan atau nutrien yang dibutuhkan olehtumbuhan yang hidup di air. Organisme yang hidup di perairan, garamterlarut berpengaruh secara langsung sebagai faktor salinitas yangmerupakan faktor pembatas bagi organisme perairan.

Garam diperlukan dalam jumlah besar dalam bentuk makronutrienuntuk pembentuk pembentukan cangkang, kulit telur, dan lainsebagainya. Garam juga diperlukan dalam jumlah sedikit ataumikronutrien untuk berbagai fungsi fisiologis dan struktural tubuhorganisme. Garam yang dibutuhkan dalam bentuk mikronutrien, yaituP, K, Na, Cl, S, Mg, Fe, Cu, Mn, Co, dan Zn. Pada umumnya garamdibutuhkan dalam jumlah sedikit. Apabila garam terdapat jumlah basarakan berperan sebagai faktor pembatas karena dapat memberikan efeknegatif bagi organisme, yaitu menurunkan atau mengganggu peluangkeberhasilan hidup organisme.

3. Gas-Gas AtmosferGas-gas utamanya yaitu Nitrogen, N2, Oksigen, O2, dan sejumlah

kecil gas-gas seperti uap air (H20) dan karbon dioksida (C02).

1.4 Komponen BiotikMeliputi semua faktor hidup yaitu; kelompok organisme produsen,

konsumen dan pengurai. Lebih jelasnya berdasarkan caranya

Page 10: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

10

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

memperoleh makanan di dalam ekosistem, organisme anggota komponenbiotik dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:a. Produsen, yang berarti penghasil. Dalam hal ini, produsen berarti

organisme yang mampu menghasilkan zat makanan sendiri. Yangtermasuk dalam kelompok ini adalah tumbuha hijau atau tumbuhanyang mempunyai klorofil. Di dalam ekosistem perairan, komponenbiotik yang berfungsi sebagai produsen adalah berbagai jenis algadan fitoplankton.Produsen merupakan organisme autotrof yangmampu menghasilkan zat organik pembentuk tubuhnya dari zat-zat anorganik seperti air dan mineral, yang termasuk ke dalamkelompok produsen ini ailah semua tumbuhan hijau yang dapatmelakukan proses fotosintesis dan berkemampuan untukmenghasilkan karbohidrat. Karbohidrat merupakan zat pembentukdasar dari berbagai zat makanan, seperti protein dan lemak yangterbentuk sebagai hasil kombinasi dengan nutrisi lainnya sepertinitrat, fosfor, dan potasium.

b. Konsumen, yang berarti pemakai, yaitu organisme yang tidak dapatmenghasilkan zat makanan sendiri tetapi menggunakan zatmakanan yang dibuat oleh organisme lain. Organisme yang secaralangsung mengambil zat makanan dari tumbuhan hijau adalahherbivora. Oleh karena itu, herbivora sering disebut konsumentingkat pertama. Karnivora yang mendapatkan makanan denganmemangsa herbivora disebut konsumen tingkat kedua. Karnivorayang memangsa konsumen tingkat kedua disebut konsumentingkatketiga dan seterusnya. Konsumen, merupakan organismeheterotrof yang menggunakan zat organik yang berasal dari hasilproduksai produsen, kemudian organisme heterotrof ini yang terdiridari kelompok hewan terdiri dari beberapa tingkat yaitu:1. Konsumen primer berupa hewan herbivora (hewan pemakan

tumbuhan secara langsung).2. Konsumen sekunder (kedua) berupa kelompok hewan pemakan

herbivora.3. Konsumen tersier (ketiga), berupa kelompok hewan karnivora

dan pemakan karnivora lainnya. Kelompok konsumen inimengubah bahan-bahan materi organik menjadi materipenyusun tubuhnya.

Page 11: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

11

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

c. Dekomposer atau Pengurai. Dekomposer adalah komponen biotikyang berperan menguraikan bahan organik yang berasal dariorganisme yang telah mati ataupun hasil pembuangan sisapencernaan. Dengan adanya organisme pengurai, unsur hara dalamtanah yang telah diserap oleh tumbuhan akan diganti kembali, yaituberasal dari hasil penguraian organisme pengurai. Berbagai jenistumbuhan, hewan, dan mikroorganisme merupakan makhluk hidupdan disebut sebagai komponen biotik. Kelompok pengurai iniumumnya terdiri atas kelompok bekteri dan jamur. Suatu ekosistemsecara fundamental menunjukkan proses-proses sirkulasi materi,transformasi dan akumulasi energi melalui aktivitas organisme yangmelibatkan kegiatan-kegiatan biologi seperti fotosintesis,dekomposisi, respirasi dan predasi, dengan demikian struktur danfungsi ekosistem mempunyai kaitan yang erat antara satu denganlainnya. Pengurai, berupa kelompok organisme heterotrof yangmenguraikan produsen dan konsumen yang telah mati, sehinggamateri organik yang kompleks dapat diubah menjadi materi yanglebih sederhana dan akhirnya menjadi mineral-mineral yang dapatdimanfaatkan kembali oleh produsen.

1.5 ProduktivitasKehidupan di bumi berpangkal pada kemampuan tumbuhan

berklorofil dalam menggunakan energi cahaya matahari untukmensintesis molekul-molekul organik yang kaya akan energi darisenyawa-senyawa anorganik. Proses ini disebut proses fotosintesisdengan persamaan umumnya adalah:

Selama ini sering terjadi salah pengertian dalam istilah produksi danproduktivitas. Asriyana dan Yuliana (2012) menjelaskan bahwa produksiadalah kuantitas materi yang diproduksi per satuan waktu, sedangkanproduktivitas adalah kapasitas atau kemampuan berproduksi per satuanwaktu. Jadi produksi memiliki karakter konkret dengan perubaha skalaabsolut sedangkan produktivitas memiliki karakter abstrak denganperubahan skala relatif.

Kennish (1990) menyatakan bahwa produktivitas primer diistilahkansebagai laju fiksasi karbon (sintesis organik) di dalam perairan danbiasanya diekspresikan sebagai gram karbon yang diproduksi per satuan

Page 12: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

12

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

waktu. Barnabe & Barnabe (2000) mengemukakan bahwa produktivitasadalah jumlah yang dihasilkan oleh organisme hidup per satuan waktudan sering diestimasi sebagai jumlah karbon yang terdapat di dalammaterial hidup dan secara umum dapat dinyatakan sebagai gramkarbon yang dihasilkan dalam satuan meter kuadrat kolom air perhari (gCm-2hari-1-), atau sebagai gram karbon yang dihasilkan dalamsatu meter kubik per hari (gCm-2hari-1-).

Produktivitas di dalam suatu ekosistem dibedakan menjadi dua, yaituproduktivitas primer dan produktivitas sekunder. Wiadnya & Wagey(2004) menjelaskan bahwa produktivitas primer adalah kecepatanpenyimpanan energi potensial oleh organisme produsen melalui prosesfotosintesis dan kemosintesis, dalam bentuk bahan-bahan organik yangdapat digunakan sebagai bahan pangan. Terdapat dua kategoriproduktivitas primer, yaitu:a. Produktivitas primer kotor (bruto) adalah kecepatan total fotosintesis

mencakup pula bahan organik yang habis dipakai dalam respirasiselama waktu pengukuran. Istilah lain produktivitas kotor adalah“fotosintesis total” atau “asimilasi total”.

b. Produktivitas primer bersih (netto) adalah kecepatan penyimpananbahan-bahan organik dalam jaringan tumbuhan, sebagai kelebihanbahan dari respirasi pada tumbuhan selama waktu pengukuran.Produktivitas primer bersih ini juga merupakan produktivitas kasardikurangi dengan energi yang digunakan untuk respirasi. Istilahlainnya adalah “fotosintesis nyata” atau “asimilasi nyata”.

Produktivitas primer dapat diukur dengan metode botol bening dangelap. Metode ini sesuai untuk lingkungan air. Produktivitas diukurberdasarkan keseimbangan oksigen sebagai akibat fotosintesis. Perbedaanvolum oksigen dari kedua botol menunjukkan produktivitas primerfitoplankton. Produktivitas skunder adalah kecepatan penyimpananenergi potensial pada tingkat trofik konsumen dan pengurai. Energi inisemakin kecil pada tingkat trofik berikutnya. Masing-masing konsumenmempunyai efisiensi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan energi yangdigunakan untuk pertumbuhan dan reproduksi. Efisiensi produksiadalah energi yang tersimpan dalam biomassa (growth and reproduc-tion) dibagi energi yang digunakan untuk pertumbuhan. Misalnya,ketika ulat makan daun, tidak semua energi dikonsumsi untukpertumbuhan, tetapi sebagian dibuang dalam bentuk feces dan kemudian

Page 13: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

13

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

dimanfaatkan oleh detritivores dan sebagian lainnya terbakar padaproses respirasi.

Pengukuran produktivitas sekunder dapat dilakukan denganmenimbang herbivora yang dilepas pada suatu lahan di awal percobaandan selanjutnya ditimbang lagi selama suatu musim tertentu. Selisihberat tersebut merupakan produksi sekunder bersih. Faktor ruang danwaktu merupakan faktor yang penting dalam menentukan produktivitassuatu ekosistem. Faktor ruang atau lahan yang dimaksud dapat berupajarak tanam dan biasanya lebih rapat bila digarap secara intensif untukmemperoleh produktivitas tinggi. Misalnya, produktivitas padaekosistem hutan tropika lebih tinggi daripada hutan iklim sedang, karenahutan tropika tumbuh sepanjang tahun, sedangkan hutan iklim sedanghanya tumbuh pada musim semi dan panas. Contoh lainnya adalahpada tanaman budidaya yang hanya tumbuh pada musim tertentu,kecuali tanaman tebu yang tumbuh sepanjang tahun.

1.6 Level Trofik dan Jejaring MakananSejarah hidup komponen biotik dan pola aliran enerji dan bahan ke

dalam suatu ekosistem berfungsi sebagai sumber informasi yang pentingdalam menganalisis kemungkinan dan cakupan pemaparan (exposure)suatu bahan pencemar pada suatu ekosistem. Hal yang senantiasadijadikan dasar dalam mengevaluasi pergerakan bahan-bahan pencemarpotensial ke dalam suatu ekosistem adalah informasi atau pemahamantentang level trofik dan jejaring makanan pada ekosistem tersebut, danevaluasi dampak umumnya dilakukan pada beberapa level trofik. Istilahlevel dalam trofik digunakan untuk menggambarkan posisi organismedalam suatu rantai makanan. Organisme berklorofil lainnya diposisikanpada bagian dasar dari rantai makanan (food chain) dan dikenal sebagaiproduser. Organisme yang memakan organisme lainnya disebutkonsumer. Umumnya dikenal 4 (empat) jenis konsumer berdasarkan apayang dimakannya. Organisme yang memakan tumbuhan disebutherbivora (konsumer primer), organisme yang memakan hewan disebutkarnivora dimana level trofik bagi karnivora ditentukan oleh level trofikhewan yang dimakannya, hewan yang memakan konsumer primerdisebut konsumer sekunder, demikian seterusnya yang memakankonsumer sekunder disebut konsumer tertier. Sedangkan Omnivora(seperti Manusia) yang memakan hewan dan tumbuhan.

Page 14: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

14

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Banyak hewan yang tidak membedakan antara herbivora dankarnivora sebagai bahan makanannya. Oleh karena itu, untukkepentingan visualisasi dan pelacakan hubungan makan dan memakandiantara beragam organisme, maka para ahli ekologi menggunakanrantai makanan dan jejaring makanan.

Rantai makanan menggambarkan transfer bahan dan enerji dari satuorganisme ke organisme lainnya seperti satu individu memakan individulainnya atau mati dan terdekomposisi. Rantai makanan umumnyadisusun berdasarkan level trofik yang diketahui. Namun di alam, rantaimakanan di dalam suatu ekosistem lebih kompleks daripada yang seringdigambarkan dalam bentuk diagram alir (flow chart) rantai makananyang sederhana (Gambar 1.).

Gambar 1. Rantai Makanan di Perairan Laut

Jejaring makanan dianggap lebih mewakili pola hubungan makan-memakan (feeding group) dalam suatu ekosistem. Kelompok spesiesyang memiliki modus makan yang sama disebut ‘guilds’ (misal:kelompok jenis-jenis ikan pemakan ikan). Mereka umumnya berada padalevel trofik yang sama. Identifikasi jejaring makanan dan guilds sangatpenting dalam merencanakan suatu analisis pendugaan resiko ekologis,sebab bisa jadi terdapat sejumlah spesies yang dapat digunakan dalammengevaluasi pergerakan dan dampak yang timbulkan oleh suatu bahanpencemar pada level trofik tertentu. Seleksi terhadap spesies yang akandievaluasi dalam pendugaan resiko ekologis akan sangat bergantung

Page 15: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

15

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

pada ketersediaan informasi, seberapa besar tingkat keterwakilan guildsatau level trofik pada spesies, sensitifitas terhadap bahan pencemar sertatingkat kesulitan sampling di lapangan.

Aspek penting dari proses transfer energi dan bahan organik darisatu level trofik ke level berikutnya adalah seberapa besar energi yanghilang pada setiap proses transfer. Kehilangan enerji umumnyadisebabkan oleh ketidakmampuan konsumer untuk dapat secara penuhmengasimilasi bahan makanan yang dimakannya, serta ekses enerji yangdikeluarkan dalam bentuk panas dalam proses perombakan kimiawi daribahan makanan setelah proses ingesti. Sebagai konsekuensinya, hanyasekitar 10% energi terasimilasi dari satu level trofik ke level trofik diatasnya. Hal ini direpresentasikan dengan jumlah biomassa yang semakinmengecil pada level trofik berikutnya. Hal ini menjadi penjelasan mengapajumlah pemangsa/predator lebih kecil dari jumlah mangsa/prey dalamsuatu sistem ekologis. Dari perspektif pendugaan resiko ekologis, hal iniberarti bahwa konsumer akan lebih sering terpapar pada konsentrasitinggi dari suatu bahan pencemar yang terakumulasi dalam jaringantubuhnya, dibandingkan dengan organisme yang berada pada level trofiklebih rendah (Gambar 2.).

Gambar 2. Jejaring Makanan dalam Sistem Perairan

Page 16: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

16

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

1.7 Daur NutrienSalah satu cara dalam mempelajari kondisi di ekosistem, yaitu dengan

mempelajari kondisi unsur-unsur kimia yang terdapat di dalamnya.Unsur kimia di ekosistem yang cukup besar dan menimbulkankekhawatiran jika terdapat di alam jumlah besar, yaitu karbon. Karbonmembentuk sebagian besar biomassa yang terdapat pada tanaman danhewan. Seiring dengan peningkatan kadar CO2 di alam yang terusmenerus menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Peningkatan kadarCO­2 yang besar di alam sebagian besar berasal dari aktivitas manusiaterutama yang menggunakan bahan bakar fosil. Penggunaan bahanbakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara juga melepaskan belerangke alam yang dapat berakibat terjadinya hujan asam dan menyebabkanmasalah ekologis bagi perairan laut dan hutan.

Unsur kimia di alam lainnya yang dapat membatasi aktivitasproduktivitas utama dalam ekosistem yaitu nitrogen. Tumbuhanmembutuhkan serangkaian nutrisi untuk pertumbuhan danproduktivitasnya, yaitu karbon, oksigen, hidrogen, dan nitrogen yangberasal dari udara secara langsung, serta fosfor dan kalium yang berasaldari tanah dan air. Unsur-unsur tersebut diklasifikasikan sebagaimakronutrien dan mikronutrien. Makronutrien merupakan nutrien yangdibutuhkan organisme dalam jumlah besar. Unsur-unsur makronutrienprimer terdiri dari nitrogen, fosfor, dan kalium merupakan nutrien utamayang tersedia dalam jumlah sedikit di laut, danau, dan tanah karenatumbuhan menggunakan unsur tersebut dalam jumlah besar untukpertumbuhan. Makronutrien yang tidak membatasi nutrien di dalamekosistem, yaitu makronutrien sekunder terdiri dari kalsium, magne-sium, dan belerang. Selain makronutrien, tumbuhan juga membutuhkannutrien dalam jumlah yang sangat sedikit untuk pertumbuhannya, yaitumikronutrien. Mikronutrien yang dibutuhkan oleh tumbuhan yaituboron, tembaga, besi, klorin, mangan, seng, dan molibdenum.

Ekosistem mendaur ulang semua nutrien yang terdapat di dalamtanah, udara, dan air. Nutrien-nutrien akan mengalami siklus atau daurulang dalam sistem alami di dalam ekosistem yang melibatkan makhlukhidup dan organisme yang telah mati sebagai satu kesatuan yang utuh.Berikut ini siklus-siklus nutrien yang penting bagi ekosistem.

Siklus nutrien merupakan siklus yang tertutup secara global karenaunsur-unsur kimia tidak langsung lepas dengan sendirinya dari alam,

Page 17: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

17

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

tetapi terlepas dari alam ketika ada pengubahan dan penggunaan olehorganisme atau ketika berpindah pada ekosistem-ekosistem yang berbedadari atmosfer ke tanah atau ke dalam perairan. Siklus nutrien secaraglobal disebabkan oleh aktivitas manusia yang dapat mengubah siklusdan berdampak pada produksi primer dan perubahan iklim.

Siklus nutrien global (Gambar 3.) adalah penjumlahan dari peristiwalokal yang terjadi di komunitas-komunitas biotik yang berbeda, danuntuk memahami siklus ini kita harus memulai dari tingkat komunitaslokal. Siklus nutrien terjadi pada setiap ekosistem di darat dan di lautdengan melibatkan jaring-jaring makanan, bahan organik dariorganisme yang mati, dan unsur kimia yang terkandung di alam. Siklusnutrien yang terdapat di darat akan memengaruhi siklus nutrien di lautsecara langsung maupun tidak langsung melalui perubahan senyawadi atmosfer.

Gambar 3. Siklus Nutrien

Siklus karbon sangat menyerupai arus energi dalam memasuki rantaipakan melalui proses fotosintesis. Siklus karbon yang disajikan padaGambar 4. menunjukan bahwa semua karbon memasuki organisme

Page 18: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

18

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

melalui daun-daunan hijau dan kembali ke udara melalui respirasihingga merupakan siklus yang lengkap. Sebagian karbon ada yangdifermentasikan dan/atau membentuk jaringan lainnya menjadikarbon terikat.

Gambar 4. Siklus Karbon (C) di Perairan Laut

Nitrogen mempunyai cadangan atmosfer dalam bentuk nitrogenmolekuler (N2) yang hanya dapat dimanfaatkan oleh bakteri. Nitrogenmemasuki rantai pakan melalui akar tumbuhan vaskuler atau dindingtumbuhan non vaskuler, kemudian diikat menjadi molekul organikseperti berbagai asam amino dan protein, pigmen, asam nukleat danvitamin yang mengalir dalam rantai pakan. Walaupun dibuang sebagaikotoran dan urin, tidak ada nitrogen yang hilang ke atmosfer melaluiproses respirasi ke atmosfer, kecuali karena peristiwa kebakaran (hutanatau padang rumput).

Page 19: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

19

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

Aktivitas manusia menambahkan jumlah nitrogen yang sama kebiosfer setiap tahun seperti halnya proses alami, tetapi penambahanmanusia tidak tersebar merata di seluruh dunia. Dampak penambahannitrogen pada manusia telah muncul terutama sebagai perubahankomposisi atmosfer. Gas-gas jejak berbasis-nitrogen (dinitrogen oksida,dinitrogen oksida dan amonia) memiliki dampak ekonomi yang besar.Nitrogen oksida relatif inert secara kimiawi dan berumur panjang diatmosfer. Ini memerangkap panas dan dengan demikian bertindak sebagaigas rumah kaca untuk mengubah iklim. Nitrogen oksida meningkat diatmosfer pada 0,25% per tahun.

Nitrat oksida sangat reaktif dan memberikan kontribusi signifikanterhadap hujan asam serta kabut asap. Nitrat oksida dapat dikonversimenjadi asam nitrat di atmosfer, dan di Amerika Serikat bagian barat,hujan asam lebih disebabkan oleh asam nitrat daripada asam sulfat. Dihadapan sinar matahari, oksida nitrat dan oksigen bereaksi denganhidrokarbon dari knalpot dapat membentuk ozon dan komponen kabutasap yang paling berbahaya di kota dan kawasan industri. Nitrit oksidadiproduksi dengan membakar bahan bakar fosil dan kayu. Gas jejakberbasis nitrogen ketiga di atmosfer adalah amonia. Amonia menetralkanasam dan dengan demikian bertindak untuk mengurangi hujan asam.Kebanyakan amonia yang dilepaskan berasal dari pupuk organik danlimbah hewan domestik. Tempat pemberian pakan domestik untukpemeliharaan ternak adalah sumber utama amonia.

Hasil dari aktivitas manusia pada siklus nitrogen telah meningkatkanendapan nitrogen di darat dan di lautan. Karena penambahan nitrogenbiasanya digabungkan dengan penambahan fosfor, hasilnya adalaheutrofikasi di danau dan sungai air tawar, serta daerah laut pesisir.Penambahan fosfor ke air tawar biasanya meningkatkan produksiprimer, sedangkan penambahan nitrogen ke muara meningkatkanproduksi primer di lingkungan laut. Hasil penambahan nitrogen kesistem perairan hampir semuanya berdampak negatif, yaitu mengurangikualitas air.

Page 20: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

20

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Gambar 5. Siklus Nitrogen (N) di Perairan Laut

Siklus ni trogen dapat di l ih at pada Gambar. 5 di atas.Penambahan nitrogen ke ekosistem darat dapat memiliki efek positif.Deposisi nitrogen di darat dapat meringankan batasan nitrogen dariproduksi primer yang umum di banyak ekosistem darat. Konseppenting untuk dipahami di sini adalah beban kritis jumlah nitrogenyang dapat ditambahkan ke ekosistem dan diserap oleh tanamantanpa merusak integritas ekosistem. Ketika vegetasi tidak dapat lagimenanggapi penambahan nitrogen lebih lanjut, ekosistem mencapaikeadaan saturasi nitrogen, dan semua nitrogen baru bergerak keair tanah atau mengalirkan aliran atau kembali ke atmosfer. Nitratsangat larut dalam air dalam tanah, dan kelebihan nitrat terbawadengan ion positif kalsium, magnesium dan kalium. Kelebihan nitratdapat menyebabkan kekurangan kalsium, magnesium atau kalium,yang membatasi pertumbuhan tanaman.

Peningkatan nitrogen dalam ekosistem darat dapat memilikidampak yang negatif pada keanekaragaman hayati. Dalam kebanyakankasus, penambahan nitrogen ke komunitas tanaman mengurangikeanekaragaman hayati suatu komunitas. Spesies yang responsif

Page 21: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

21

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

nitrogen seperti rumput, dapat mengambil alih komunitas tumbuhanyang diperkaya dengan nitrogen. Belanda memiliki tingkatpengendapan nitrogen tertinggi di dunia yang sebagian besardisebabkan peternakan yang intensif, dan konsekuensi dari hal iniadalah perubahan hutan semak yang kaya spesies menjadi padangrumput dan hutan yang miskin spesies.

Secara alami fosfor dijumpai sebagai fosfat (PO4=, HPO4= atauH2PO4-) yang berbentuk larutan ion-ion fosfat anorganik, larutan fosfatorganik, fosfat partikulat (bagian molekul organik atau inorganik yangtak larut) atau fosfat mineral dalam batuan atau sedimen. Sumber utamafosfat adalah batuan kristal yang lapuk dan hanyut dalam erosi, dantersedia bagi organisme hidup sebagai ion-ion fosfat yang memasukitanaman melalui perakaran ke berbagai jaringan hidup. Jalur rantaipakan perumputan yang dilampaui fosfor serupa dengan jalur-jalurnitrogen dan belerang yang terutama diendapkan sebagai fases. Fosfatdilepaskan ke atmosfer hanya melalui peristiwa kebakaran (hutan danpadang rumput). Ilustrasi siklus fosfor disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Siklus Fosfor (P) di Perairan Laut

Molekul-molekul besar berisi fosfat dalam siklus detritusdidegradasikan menjadi ion-ion fosfat inorganik yang segera tersediabagi autrotop, atau diendapkan sebagai butir-butir sedimen tanahekosistem teretis atau sedimen ekosistem perairan. Siklus fosfor bersifatfase sedimen dengan proses yang lambat dan ketidamampuan fosfor

Page 22: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

22

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

untuk larut dalam air, sehingga sering terjadi kekurangan fosfor dalampertumbuhan tanaman (Wirakusumah, 2003).

Walaupun air tidak memasuki reaksi kimia menjadi senyawa organikmaupun anorganik, air di alam mengalami siklus secara utuh. Air secararelatif tidak terdapat dalam jaringan hidup yang terikat senyawa kimiawalaupun 71% jaringan organisme hidup mengandung air. Banyakkepentingan air bagi organisme, yaitu sebagai medium dari hara-haramineral yang menghantarkannya ke tanaman autotropik; merupakanbagian dari jaringan hidup sebagai cairan air atau bagian dari molekulorganik; menjadi regulator panas tubuhtanaman dan satwa; merupakanmedium sedimen sebagai sumber utama nutrisi mineral yangmelarutkannya bagi kepentingan ekosistem setempat; merupakan bagianterbesar dari permukaan bumi dan berperan dominan dalam ekosistemakuatik. Siklus hidrologi disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Siklus Hidrologi

Siklus hidrologi didorong oleh energi sinar matahari dan gaya tarikbumi. Seperti telah dikemukakan bahwa 80% energi insolasi tidak segeramenjadi gelombang elektromagnetik, tetapi menguapkan air di atmosfer,yang apabila terdapat cukup butir-butir inti hujan, uap air itu segeraturun kembali sebagai hujan karena cukup beratnya untuk ditarik olehgaya tarik bumi. Air tidak terbagi merata di permukaan bumi; 95% jumlahair itu secara kimiawi diikat dalam batu-batuan yang kemudian tidaklarut dalam sirkulasi. Sebanyak 97,3% terdapat di lautan, 2,1% berbentuk

Page 23: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

23

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

gunung es di kutub-kutub bumi atau gletser-gletser permanen, dansisanya merupakan air segar dalam bentuk uap air atmosfer, air bumi,air tanah atau air permukaan di daratan.

Siklus belerang fase atmosfer terjadi pada pelepasan belerang organikdan hidrogen sulfida; misalnya dari pembakaran batubara atau BBMterbentuk SO2 yang bereaksi (fotokimia) menjadi SO3 lalu bereaksidengan air menjadi asam sulfit. Reaksi fotokimia satu arah hinggaterbentuknya asam sulfat pada saat-saat turun hujan terkenal denganhujan asam. Ilustrasi siklus belerang disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8. Siklus Sulfur

1.8 SuksesiSetiap ekosistem dalam suatu wilayah selalu mengalami

perkembangan menuju ke arah keseimbangan dan berakhir pada suatutingkatan yang disebut dengan klimaks, di mana kondisi homeostatistelah tercapai. Perkembangan ekosistem yang dimaksud disebutdengan suksesi.

Perkembangan ekosistem tergantung pada pola perkembangankomunitas yang ada di dalamnya. Terdapat tiga hal pokok yang salingterkait dan ikut memengaruhi lajunya perkembangan ekosistem, yaituketersediaan sumber daya, faktor pembatas fisik dan kemampuan dariorganismenya. Khusus mengenai ketersediaan sumber daya, dalam halini makanan/energi diberikan penekanan tersendiri karena dapatmengarah pada kesempatan kenaikkan biomassa. Apabila laju total

Page 24: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

24

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

fotosintesis lebih besar dari laju total respirasi maka dapat memungkinkankesempatan kenaikkan biomassa, dan ini disebut suksesi autotrofik.Sebaliknya bila laju total fotosintesis lebih kecil dari laju total respirasimaka hanya akan memanfaatkan energi yang sudah ada denganpembentukan relung-relung ekologi yang baru, dan ini disebut suksesiheterotrofik.

Suksesi tidak hanya berlaku pada ekosistem alaminya saja,melainkan iuga pada organisme hewan dan tumbuhan yang ada didalamnya. Bahkan ekosistem primer, sekunder, flora, dan fauna sertadaerah sekitar merupakan faktor utama yang memberi pengaruhterhadap tipe-tipe pertumbuhan tumbuhan dan hewan yang mengalamisuksesi, baik melalui persebaran maupun migrasi. Kecepatan prosessuksesi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:a. Luasnya komunitas asal yang rusak karena gangguan.b. Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitas komunitas yang

terganggu.c. Kehadiran pemencar biji dan benih.d. Iklim, terutama arah dan kecepatan angin untuk membawa biji dan

spora. Curah hujan yang memengaruhi perkecambahan biji danspora serta perkembangan semai selanjutnya.

e. Macamnya sifat tanah yang terbentuk.f. Sifat-sifat jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar terjadinya suksesi.

Berikut beberapa perubahan yang terjadi selama proses suksesi:1. Perkembangan sifat-sifat tanah, misal pertambahan kandungan

bahan organik sejalan dengan perkembangan komunitas yangsemakin kompleks dengan komposisi jenis yang lebih beranekaragam.

2. Pertambahan kepadatan dan tinggi tumbuhan dan semakinkompleksnya struktur komunitas sehingga terbentuk stratifikasidalam komunitas.

3. Peningkatan produktivitas sejalan dengan perkembangan komunitasdan perkembangan tanah.

4. Perkembangan jumlah jenis (keanekaragaman) sampai tahaptertentu dari suksesi.

5. Peningkatan pemanfaatan sumberdaya lingkungan sesuai denganpeningkatan jumlah jenis.

Page 25: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

25

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

6. Perubahan iklim mikro sesuai dengan perubahan komposisi jenisbentuk hidup tumbuhan dan struktur komunitas.

7. Komunitas berkembang menjadi lebih kompleks.

Gambar 9. Tahapan Suksesi Primer

Terdapat dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesisekunder. Perbedaan kedua macam suksesi tersebut terletak padakondisi awal atau habitat awal. Suksesi primer (Gambar 9.) terjadiapabila: a) Habitat terganggu oleh proses alam (letusan gunung api,longsor lahan, banjir) dan gangguan manusia (penambangan) menjadihabitat baru (substrat baru), b) Gangguan tersebut menyebabkanhilangnya komunitas asal secara total. Contoh suksesi primer yangterdapat di Indonesia adalah terbentuknya suksesi di Gunung Krakatauyang pernah meletus pada tahun 1883. Di daerah bekas letusan GunungKrakatau mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak (liken) sertatumbuhan lumut yang tahan terhadap penyinaran matahari dankekeringan. Tumbuhan perintis itu mulai mengadakan pelapukan padadaerah permukaan lahan, sehingga terbentuk tanah sederhana. Bilatumbuhan perintis mati maka akan mengundang datangnya pengurai.

Page 26: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

26

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Gambar 10. Tahapan Suksesi Sekunder

Suksesi sekunder terjadi bila ekosistem atau komunitas terganggu,baik karena faktor alami maupun buatan, akan tetapi gangguan tersebuttidak merusak total, sehingga dalam komunitas tersebut masih adasubstrat dan kehidupan lama. Substrat yang tersisa ini akan terjadisuksesi sekunder. Proses suksesi sekunder dapat dilihat pada Gambar10. Contoh komunitas yang menimbulkan suksesi di Indonesia antaralain tegalan-tegalan, padang alang-alang, belukar bekas ladang, dankebun karet yang ditinggalkan tak terurus.

Puncak atau tingkat akhir suksesi ditandai dengan terdapatnyakeseimbangan ekologi biomassa maksimum dengan pola-pola simbioseyang berlangsung di dalamnya yang berjalan secara alami pula. Jadiperkembangan ekosistem tidak pernah merupakan hasil perkembanganyang terjadi begitu saja, atau secara langsung terjadi keseimbanganekologi pada suatu kawasan yang baru terbentuk. Dibutuhkan satuanwaktu tertentu, tentunya dengan kemampuan daya adaptasi yang adauntuk mencapai suatu tatanan menuju keseimbangan ekologi.

Setelah melalui beberapa tahapan perkembangan ekosistem atau sere,suatu ekosistem dapat mencapai tahapan akhir klimaks atau dapat puladianggap sebagai puncak perkembangan ekosistem. Salah satu ciri padakomunitas klimaks yaitu dengan tidak terdapatnya penumpukan zatorganik netto tahunan. Hal ini disebabkan karena produksi tahunankomunitas seimbang dengan konsumsi tahunan.

Page 27: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

27

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

Banyak ahli berpendapat bahwa iklim klimaks pada suatu wilayahbelum tentu dapat dicapai karena komunitas yang sudah mantapsekalipun masih menunjukkan adanya perubahan, penyesuaian danpembusukan. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa komunitas tersebut.Berdasarkan hal tersebut telah dipakai kesepakatan bahwa hampir tidakmungkin pada suatu wilayah mencapai iklim klimaks, sehingga iklimklimaks tunggal merupakan komunitas teoritis yang dituju semuasuksesi dalam perkembangan pada suatu daerah, asalkan keadaanlingkungan fisik secara umum tidak terlalu ekstrem sehingga dapatmampu memengaruhi iklim lingkungan. Umumnya suksesi berakhirpada klimaks edaphik, dengan hanya terkait pada masing-masingpengaruh faktor pembatas fisik pada wilayah setempat.

Meskipun suksesi pada suatu ekosistem membutuhkan waktu yangtidak sebentar untuk dapat mencapai klimaks, namun cepat lambatnyamasih tergantung pula oleh tingkatan suksesi yang terjadi kepadanya.Secara umum terdapat dua macam ekosistem suksesi yaitu, ekosistemsuksesi primer dan ekosistem suksesi sekunder. Ekosistem suksesi primerlebih dinyatakan pada berkembangnya ekosistem tersebut melaluisubstrat yang baru. Artinya kehidupan yang ada pada ekosistem tersebutsetelah perlakuan benar-benar dimulai dari nol, dan harus dimulai darikerja organisme pionir dengan segala perlakuan dari faktor pembatasfisik yang ada. Sedangkan ekosistem suksesi sekunder berkembangsetelah ekosistem alami rusak total tetapi dimulai dengan tidakterbentuk substrat yang baru, atau dapat dianggap sebagai dimulainyakehidupan baru setelah adanya “gangguan” pada ekosistem alami(Wirakusumah, 2003).

1.9 EvolusiEvolusi dapat diartikan sebagai perubahan yang terjadi secara sedikit

demi sedikit dalam jangka waktu relatif lama. Evolusi jangka waktupanjang dari ekosistem dibentuk oleh dua hal berikut:1. Kekuatan-kekuatan allogenik (luar), seperti perubahan-perubahan

iklim dan geologi.2. Proses-proses autogenik (dalam) yang diakibatkan oleh kegiatan-

kegiatan komponen hidup dari ekosistem.

Ekosistem pertama tiga juta tahun yang lalu dihuni heterotrofanaerobik yang kecil dan hidup dari bahan organik yang disintesis olehproses-proses abiotik. Setelah asal dan peledakan populasi autotrof

Page 28: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

28

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

algae, yang merubah atmosfer yang bersifat mereduksi ke dalam yangbersifat oksigenik, makhluk-makhluk berkembang melalui abad-abadgeologi yang lama ke dalam sistem yang semakin kompleks dan berbeda.Sistem yang kompleks tersebut berhasil mengendalikan atmosfer dandihuni oleh jenis-jenis bersel banyak yang lebih tinggi terorganisirnyaserta lebih besar. Di dalam komunitas ini komponen berubah secaraevolusioner, yang diyakini terjadi melalui seleksi alam.

Seleksi kelompok merupakan seleksi alam antara kelompok-kelompokmakhluk yang tidak selalu dihubungkan oleh asosiasi-asosiasimutualistik. Seleksi kelompok secara teori membawa ke arahpemeliharaan ciri-ciri yang baik bagi populasi dan komunitas, tetapisecara selektif tidak menguntungkan terhadap pembawa-pembawagenetik di dalam populasi. Sebaliknya, hal tersebut dapat menyisihkanatau mempertahankannya pada frekuensi rendah, ciri-ciri yang tidakmenguntungkan bagi hidupnya jenis tetapi secara selektif baik di dalampopulasi-populasi. Seleksi kelompok melibatkan pemusnahan populasi-populasi dalam suatu proses yang analog dengan seleksi genotif-genotifdi dalam populasi-populasi oleh kematian atau kemampuan reproduktifyang direndahkan dari tipe-tipe individu yang tepat (Odum, 1996).

1.10 Tipe EkosistemPada dasarnya di Indonesia terdapat empat kelompok ekosistem

utama, yaitu ekosistem bahari, ekosistem darat alami, ekosistem suksesidan ekosistem buatan.a. Kelompok Ekosistem Bahari

Ekosistem bahari dapat dikelompokkan lagi ke dalam ekosistem yanglebih kecil lagi, yaitu: ekosistem laut dalam, pantai pasir dangkal,terumbu karang, pantai batu, dan pantai lumpur. Dalam setiapekosistem pada ekosistem bahari ada perbedaan dalam komponenpenyusunnya, baik biotik maupun abiotik.

b. Kelompok Ekosistem Darat AlamiPada kelompok ekosistem darat alami di Indonesia terdapat tigabentuk vegetasi utama, yaitu: 1) Vegetasi pamah (lowland vegeta-tion), merupakan bagian terbesar hutan dan mencakup kawasanyang paling luas di Indonesia, terletak pada ketinggian 0 – 1000 m.Vegetasi pamah terdiri dari vegetasi rawa dan vegetasi darat. Vegetasirawa terdapat di tempat yang selalu tergenang air dan membentuk

Page 29: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

29

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

urutan yang menerus dari air terbuka sampai hutan campuran. DiIndonesia terdapat beberapa bentuk vegetasi rawa bergantung padakedalaman, salinitas dan kualitas air, serta kondisi drainase danbanjir. Beberapa contoh vegetasi pamah adalah hutan bakau, hutanrawa air tawar, hutan tepi sungai, hutan rawa gambut, dankomunitas danau. 2) Vegetasi pegunungan, sangat beraneka ragamdan sering menunjukkan pemintakatan yang jelas, sesuai denganpemintakatan flora yang berlaku untuk semua kawasan tropik.Vegetasi pegunungan dapat diklasifikasi menjadi hutan pegunungan,padang rumput, vegetasi terbuka pada lereng berbatu, vegetasi rawagambut dan danau, serta vegetasi alpin. 3) Vegetasi monsun terdapatdi daerah yang beriklim kering musiman dengan Q > 33,3 % danevapotranspirasi melebihi curah hujan yang umumnya kurang dari1500 mm/tahun. Jumlah hari hujan selama empat bulan terkeringberturut-turut kurang dari 20. Musim kemarau pendek sampaikemarau panjang terjadi pada pertengahan tahun. Beberapa contohdi antaranya adalah hutan monsun, savana, dan padang rumput.

c. Kelompok Ekosistem Suksesi. Ekosistem suksesi adalah ekosistemyang berkembang setelah terjadi perusakan terhadap ekosistem alamiyang terjadi karena peristiwa alami maupun karena kegiatanmanusia atau bila ekosistem buatan tidak dirawat lagi dan dibiarkanberkembang sendiri menurut kondisi alam setempat. Ekosistem inidapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: 1) Ekosistem suksesiprimer, berkembang pada substrat baru seperti permukaan tanahterbuka yang ditinggalkan, tanah longsor atau pemapasan tanahuntuk penambangan dan pembuatan jalan, timbunan abu atau la-har yang dimuntahkan letusan gunung berapi, timbunan tanahbekas galian, endapan pasir pantai dan endapan lumpur di tepi danaudan tepi sungai atau muara. 2) Ekosistem suksesi sekunderberkembang setelah ekosistem alami rusak total tetapi tidak terbentuksubstrat baru yang diakibatkan khususnya oleh kegiatan manusia,seperti penebangan hutan habis-habisan dan pembakaran. Ekosistemini juga dapat berkembang dari ekosistem buatan yang ditinggalkanyang kemudian berkembang secara alami seperti yang terjadi padaperladangan berpindah atau sistem rotasi yang meninggalkan lahangarapan untuk diberakan setelah dua atau tiga kali panen.

Page 30: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

30

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

d. Kelompok Ekosistem BuatanDi samping ekosistem alam ada ekosistem buatan manusia, sepertidanau, hutan tanaman, dan agroekosistem (sawah tadah hujan,sawah irigasi, sawah surjan, sawah rawa, sawah pasang surut,kebun pekarangan, kolam, dan lain-lain). Sebagai gambaran dariekosistem buatan akan diuraikan mengenai ekosistem kolam danekosistem padang rumput.

1.11 Contoh Ekosistem1.11.1 Ekosistem Kolam

Kolam merupakan salah satu contoh ekosistem yang sederhana,sehingga mudah dipelajari dan sangat sesuai untuk diperkenalkankepada pemula. Meskipun sederhana dan mudah dipelajari, kolammerupakan ekosistem yang sempurna, lengkap dengan ke-enamkomponen serta prosesnya. Dalam suatu kolam dapat kita amatikomponen-komponen sebagai berikut:1. Komponen abiotik

Komponen abiotik meliputi materi anorganik dan organik yangterlarut dalam air yaitu CO2, O2, Ca, N, garam-garam fosfat, asamamino, materi humus, dan lain-lain. Sebagian kecil unsur hara yangvital terdapat dalam bentuk terlarut, sehingga dapat segeradigunakan oleh organisme. Tetapi sebagian besar unsur tersebutterdapat mengendap di dalam sedimen di dasar kolam. Lajupembebasan unsur hara dari bentuk padat ke bentuk terlarut,masuknya cahaya ke dalam kolam, fluktuasi suhu, dan kisaran iklimmerupakan proses yang penting, yang mengatur kecepatan fungsiatau metabolisme ekosistem kolam.

2. ProdusenProdusen di dalam kolam meliputi: 1) Tumbuhan berakar ataumengapung (biasanya hanya pada kolam dangkal atau pada bagianyang dangkal). 2) Fitoplankton (biasanya algae), merupakanprodusen utama di perairan. Adanya fitoplankton inilah yangmenyebabkan air kolam berwarna kehijauan.

3. Makro konsumenMakro konsumen terdiri dari beberapa jenis hewan, misalnya larvaserangga, crustacea (udang-udangan) dan ikan. Konsumen primermemakan langsung tumbuhan hidup, ada dua macam yaitu zoop-

Page 31: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

31

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

lankton (memakan fitoplankton) dan bentos (hewan yang hidup didasar perairan). Konsumen sekunder, misalnya serangga dan ikan,memakan konsumen primer. Di samping itu ada konsumen yangmemakan detritus (sampah).

4. Saprotrof atau organisme pengurai (mikro konsumen)Saprotrof terdiri dari bakteri akuatik, flagelata, dan fungi. Merekaterutama terdapat di permukaan sedimen di dasar kolam.

1.11.2 Ekosistem Padang RumputKalau kolam merupakan contoh ekosistem perairan, maka padang

rumput merupakan suatu contoh ekosistem daratan. Salah satuperbedaan yang mencolok antara ekosistem perairan dengan daratanadalah pada produsen. Di perairan, produsen utamanya adalahfitoplankton yang berukuran mikroskopik. Produsen di perairan adalahtumbuhan air, yang tubuhnya kecil, lemah tanpa jaringan penguat,sehingga biomassanya kecil. Di daratan dijumpai produsen dengan tubuhyang besar, bahkan berupa pohon yang besar dengan jaringan penguatyang kokoh, sehingga biomassanya besar. Pada ekosistem padangrumput dijumpai komponen-komponen ekosistem sebagai berikut:1. Produsen

Pada ekosistem padang rumput dapat dijumpai adanya produsenseperti rumput herba, yang semuanya tumbuhan berakar.

2. Makro konsumenMakro konsumen yang ada pada ekosistem padang rumput antaralain serangga, laba-laba, cacing, burung, dan mamalia. Konsumenprimer (herbivora) dapat berupa serangga dan mamalia. Konsumensekunder berupa laba-laba, dan ular. Cacing, artropoda tanah, dansiput darat merupakan pemakan sampah atau sisa-sisa organik.

3. Mikro konsumenMikro konsumen pada ekosistem padang rumput terutama bakteridan fungi.

4. Komponen abiotikKomponen abiotik yang ada pada ekosistem padang rumput,misalnya air, udara, tanah dengan kandungan hara serta materiorganik.

Page 32: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

32

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Dengan membandingkan kedua ekosistem tersebut (kolam danpadang rumput), jelaslah bahwa meskipun penyusun masing-masingkomponen ekosistem berbeda tetapi peranan mereka sebagai komponenekosistem tetap sama.

Tabel 1. Perbandingan Kerapatan (ind./m2) dan Biomassa (gr. beratkering/m2) Komponen Biotik pada Ekosistem Perairan dan Daratan

(Produktivitas sedang) (Odum, 1971)

Keterangan:$ : Untuk perairan, termasuk hewan ukuran sekecil ostracoda.

Untuk daratan, termasuk hewan ukuran sekecil nematoda kecildan Acarina tanah.

* : Termasuk burung kecil dan mamalia kecil (rodentia).** : Termasuk 2 – 3 ekor sapi per hektar.@ : Biomassa didasarkan perkiraan 1013 = 1 gram berat kering.

Page 33: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

33

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

2.1 Pengertian wilayah pesisirWilayah pesisir merupakan pertemuan antara darat dan laut, atau

dapat diartikan batas antara darat dengan laut. Wilayah pesisir ke arahdarat meliputi bagian daratan, baik kering maupun yang terendam air,dan masih dipengaruhi sifat-sifat laut baik pasang surut, angin laut,dan air asin. Wilayah pesisir ke arah laut meliputi bagian laut yangmasih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat, sepertisedimentasi, aliran air tawar, dan dampak aktivitas manusia (Soegiarto,1976 dalam Kordi, 2011).

Ekosistem pesisir yang unik di dunia sebagai penopang spektrumkaya komunitas flora dan fauna yang berada di dalamnya. Mangrovememperkaya perairan pesisir dengan unsur hara, hasil hutan komersial,melindungi garis pantai dan mendukung perikanan pantai (Mitra danZaman, 2016).

Wilayah pesisir terdiri atas backshore (tepi laut dengan batasanlangsung dengan wilayah darat), foreshore (tepi laut yang berhadapanlangsung dengan laut), inshore (pantai dalam), dan offshore (perairan lepaspantai). Selain itu bagian-bagian wilayah pesisir juga dapat dibedakanberdasarkan lokasi terjadinya gelombang, yaitu swash zone, surf zone danbreaker zone.

Dalam kerangka logika ilmiah, sistem sumberdaya pesisir dapatdipertahankan tetap produktif, jika pengelolaannya menggunakanpendekatan terpadu (integrated), holistik dan komprehensif. Umumnyakesehatan ekologi tiap ekosistem wilayah pesisir ditentukan oleh faktor-

- Bab 2 -Ekosistem Perairan Pesisir

Page 34: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

34

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

faktor oseanik (lautan) dan terestrial (daratan) yang memengaruhi kedaanperairan itu sendiri. Faktor utama (dan salah satu faktor yang memberikarakter khusus tiap ekosistem) adalah pola aliran air tawar. Faktorpenting lainnya yang menentuka proses dinamika fisik ekosistem pesisiradalah pengaruh dinamika pasang surut dan arus. Kebutuhan dalamekosistem disuplai oleh unsur pokok air: bahan kimia terlarut, padatanterlarut dan gas-gas terlarut.

Pengaruh yang beragam terhadap wilayah pesisir tersebutmenyebabkan batas fisik wilayah pesisir dan laut sangat beragam yaitumeliputi daerah pesisir (coastal area), pantai (shore), daerah pasang surut(intertidal)dan perairan dangkal. Dahuri, dkk., (2008) menjelaskan batasanpendekatan wilayah pesisir, yaitu:a. Pendekatan ekologis: wilayah pesisir merupakan kawasan daratan

yang masih dipengaruhi oleh proses kelautan seperti pasang surutdan interusi air laut, dan kawasan lautan masih dipengaruhi olehproses daratan seperti sedimentasi dan pencemaran.

b. Pendekatan administrasi: wilayah pesisir adalah wilayah yang secaraadministrasi pemerintahan mempunyai batas terluar sebelah huludari kecamatan atau kabupaten/kota yang mempunyai laut dan kearah laut sejauh 12 mil garis pantai untuk provinsi atau 1/3-nyakabupaten/kota.

c. Pendekatan perencanaan: wilayah pesisir merupakan wilayahperencanaan pengelolaan sumberdaya yang difokuskan padapenanganan isu-isu yang akan dikelola secara bertanggung jawab.

2.2 Pantai2.2.1 Definisi

Wilayah perairan pantai ini merupakan bagian samudra yang sempitsekali dibandingkan dengan luas perairan kita. Pantai dalam peranannyasebagai wilayah perairan laut masih terjangkau oleh pengaruh daratan.Wilayah pantai memiliki perubahan sifat lingkungan yang terjadi secaracepat dalam waktu dan ruang (Romimohtarto dan Juwana, 2009).

Secara ekologi, pantai (beach) merupakan ekosistem atau bagian diwilayah pesisir yang tidak stabil, sangat dinamik dan unik yang dihunioleh hewan yang mempunyai adaptasi pada gerakan konstan pasir.Banyak hewan penting seperti burung, reptil dan hewan bersaranglainnya bertelur di pantai. Selain itu, pantai biasanya ditumbuhi oleh

Page 35: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

35

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

tumbuhan pionir yang memiliki ciri-ciri antara lain: a) sistem perakaranmenancap dalam, b) mempunyai toleransi tinggi terhadap salinitas,hembusan angin kuat dan temperatur tanah yang tinggi, c) pohonyang tumbuh menghasilkan buah yang dapat terapung.Keanekaragaman spesies tumbuhan di pantai itu sendiri umumnyarendah dan sebagian besar merupakan tumbuhan yang telahberadaptasi terhadap habitat pantai.

2.2.2 Adaptasi, Morfologi, dan Fauna di PantaiKordi (2011) menyatakan bahwa, pantai biasanya ditumbuhi oleh

tumbuhan pionir yang memiliki ciri-ciri antara lain: 1.) Sistemperakaran yang menancap ke dalam; 2). Mempunyai toleransi tinggiterhadap salinitas, hembusan angin, dan suhu tanah yang tinggi;dan 3). Menghasilkan buah yang dapat terapung. Tidak ada tanamanmelekat besar di bawah tanda pasang di pantai pasir. Produsen utamabentik yang dominan adalah diatom, dinoflagellata, dan ganggangbiru-hijau. Ini terbatas pada lapisan sedimen dekat permukaan karenacahaya tidak menembus sangat dalam di pasir. Produktivitas utamatanaman bentik ini sangat rendah (<15 g C m-2 tahun-1), dan sistem initerutama bergantung pada energi yang berasal dari produktivitas primerdi perairan dan pada detritus organik (Lalli dan Parsons, 2006).

Secara morfologi, pantai di Indonesia menurut Dahuri (2003) dibagidalam beberapa bentuk:a. Pantai terjal berbatu

Biasanya terdapat di daerah yang pernah mengalami tektonis aktif,tidak pernah stabil karena proses geologi. Kehadiran vegetasi dipantai seperti ini ditentukan oleh tipe batuan, tingkat curah hujandan cuaca. Pantai seperti ini banyak dijumpai di pantai baratSumatera, pantai selatan Jawa, Nusa Dua Bali, pantai selatan PulauLombok, Pulau Seram Utara, Papua utara dan bagian timurKabupaten Buton.

Page 36: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

36

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Gambar 11. Pantai Terjal Berbatu di Nusa Penida Balib. Pantai landai dan datar

Pantai ini umumnya ditemukan di daerah yang stabil sejak lamakarena tidak terjadi pergerakan tanah secara vertikal. Pantai sepertiini umumnya ditumbuhi vegetasi mangrove yang padat dan hutanlahan basah lainnya. Tingkat siltasi dan sedimentasi yang terjadi dipantai ini tergantung pada tingkat kerusakan di hulu (upland). Coralreef tidak berkembang di pantai seperti ini karena siltasi dansedientasi cukup tinggi.

Gambar 12. Pantai Landai dan Datar di daerah Teluk PangpangKabupaten Banyuwangi

Page 37: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

37

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

c. Pantai dengan bukit pasirPantai ini terbentuk akibat transportasi sedimen clastic secara hori-zontal. Transportasi tersebut didukung oleh gelombang besar danarus menyusur pantai (longshore current) yang menyuplai sedimenberasal dari daerah sekitarnya. Pasang yang tinggi tidak berperanmengakumulasi sedimen di zona intertidal. Sedimen yang telahmengalami pengeringan kemudian terbawa oleh angin kuat hinggaterakumulasi di tebing membentuk bukit pasir yang tinggi. Bukitpasir tersebut dapat mengalami pengerasan apabila puncaknyayang kering dipengaruhi oleh butiran air laut. Karena di daerahini kering dan mengalami perubahan cepat maka bukit pasirbiasanya miskin tanaman penutup. Pantap seperti ini dijumpai dibagian barat Sumatera, selatan Jawa (Parang Tritis dan KulomProgo) dan utara Madura.

Gambar 13. Pantai dengan Bukit Pasir di Parang Tritisd. Pantai beralur

Pantai ini lebih dominan ditentukan oleh gelombang daripada angin.Gelombang yang pecah akan menimbulkan longshore current yangmendistribusi sedimen. Proses penutupan yang cepat oleh vegetasimenyebabkan zona supratidal tidak terakumulasi oleh sedimen yangberasal dari erosi angin. Pantai ini dijumpai di bagian baratSumatera, bagian utara dan selatan Jawa dan di bagian Sulawesi.

Page 38: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

38

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Gambar 14. Pantai Plengkung Taman Nasional Alas PurwoKabupaten Banyuwangi

e. Pantai lurus di dataran pantai yang landaiJika terdapat estuari di pantai seperti ini maka mulut estuari tersebutsempit sehingga memungkinkan garis pantai akan tetap lurus. Pantaiseperti ditutupi sedimen lumpur hingga pasir kasar. Pantai sepertiini merupakan tahap awal untuk berkembangnya pantai yangbercelah dan bukit pasir apabila terjadi perubahan suplai sedimendan cuaca (angin dan kekeringan). Zona supratidal stabil diperlukanuntuk menghasilkan bentuk pantai tipe ini. Pantai seperti ini dijumpaidi pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, Bali sampai Flores.

Gambar 15. Pantai Lurus di Flores

Page 39: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

39

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

f. Pantai berbatuCiri pantai seperti ini adalah adanya belahan batuan cadas.Organisme di pantai hidup di permukaan batuan. Bila dibandingkandengan habitat pantai lainnya, pantai berbatu memiliki kepadatanmakro-organisme yang paling tinggi, khususnya di habitatintertidal di daerah dingin dan subtropis.Organisme pada pantai ini terjadi kompetensi yang kuat di antaraorganisme. Oleh sebab itu kemampuan untuk melekat pada substratyang kuat mutlak diperlukan. Beberapa organisme bentik yangdijumpai antara lain anemon laut, siput, remis, teritip, bintang laut,sponge dan berbagai jenis rumput laut. Organisme tersebut telahberadaptasi dengan kerusakan fisiknya karena gelombang pada saatpasang tinggi dan harus bertahan hidup dari kekeringan. Temperaturekstrim dan perubahan salinitas terjadi pada saat pasang surut.

Gambar 16. Pantai Berbatug. Pantai yang terbentuk karena adanya erosi

Sedimen yang terangkut oleh arus dan aliran sungai akanmengendap di daerah pantai. Pantai yang terbentuk dari endapansemacam ini dapat mengalami perubahan dari musim ke musim,baik secara alamiah maupun akibat manusia cenderung melakukanperubahan terhadap bentang alam. Komunitas tumbuhan yanghidup di kawasan pantai memiliki keanekaragaman jenis yangrendah dan sebagian besar merupakan tumbuhan yang telahmenyesuaikan diri terhadap lingkungan pantai (Kordi, 2011).Komunitas tanaman yang berasosiasi dengan bukit pasir baru yaitu

beberapa spesies tanaman seperti rumput Paspalum dan tanaman Aeluropuslagopoides, Cynodon dactylon, Opuntia sp., Salicornia sp., dan Suaedamaritima. Tanaman yang bersosiasi dengan bukit pasir yang lama yaitu

Page 40: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

40

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Ipomea pes-caprae, Launea sp., dan Sesuvium portulacastrum (Mitra danZaman, 2016).

Pantai berbatu dihuni oleh lichen hitam bertahtakan yang merupakankombinasi dari ganggang dan jamur dan ganggang hijau-biru, spesiesLittorina tertentu yang merumput di vegetasi, dan relatif besar (panjang3-4 cm), serta serangga primitif Machilis.

Makrofauna di jenis pantai berpasir memiliki keanekaragaman yangrendah. Biasanya anggota dominan yaitu dari jenis polychaeta, kerang,dan krustasea. Kerang pisau cukur yang lebih besar (Ensis, Siliqua)memiliki ruang gerak pada pantai berpasir dan memiliki kemampuanmenggali yang cepat. Kerang yang memiliki cangkang lebih tebalcontohnya Cardium atau Macoma, mereka beradaptasi denganmenancapkan diri di sedimen dan kurang bergerak. Karakteristik crusta-cea pada pertengahan pasang surut yaitu termasuk kepiting mol darigenus Emerita. Bentuk adaptasi yang dilakukan yaitu denganmembenamkan seluruh tubuhnya di dalam pasir dan hanya antena yangmemproyeksikan permukaan pasir untuk menangkap partikel makananyang kecil dari gelombang surut (Lalli dan Parsons, 2006).

Meiofauana merupakan spesies yang paling beragam dan mudahberadaptasi terhadap lingkungan. Disebut juga sebagai fauna pengantarayang diterapkan pada biota yang hidup di celah atau ruang di antarabutiran pasir. Mereka menempel pada partikel sedimen atau bergerakmelalui ruang interstitial (pengantara) tanpa melepaskan butiran. Banyakfilum hewan terwakili dalam kategori ini (Gambar 11). Biomassameiofauna berkisar antara 1 – 2 gm-2 dan rata-rata individu yaitu 106

gm-2. Adaptasi meiofauna bersifat morfologis yaitu memiliki ukuran kecil,bentuk memanjang seperti cacing, dan tubuh rata. Hampir sebagian besarmeiofauna bergerak, tetapi beberapa foraminiferans dan hidroid tetapmelekat kuat pada partikel pakan (Lalli dan Parsons, 2006).

Page 41: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

41

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

Gambar 17. Perwakilan meiofauna dari pantai berpasir, semuapanjangnya antara 0,1 dan 1,5 mm. (a) Psammodrilus (polychaete);(b) Monobryozoon (bryozoan melekat pada pasir biji-bijian);(c) Dactylopedalia (gastrotrich); (d) Urodasys (gastrotrich);(e) Batillipes (tardigrade); (f) Unela (gastropoda moluska);

(g) Pseudovermis (gastropoda moluska); (h) Psammohydra(hidroid yang melekat pada pasir partikel); dan (i) Nerillidium

(polychaete)

Wilayah perairan pantai merupakan wilayah yang memilikikeragaman biota yang sangat tinggi. Ekosistem pantai berperan sebagaipenopang pembangunan kelautan, baik langsung maupun tidaklangsung. Ekosistem pantai terdiri dari terumbu karang, mangrove, danlamun. Pantai sebagai lokasi jenis-jenis hewan laut berkembang biak(Romimohtarto dan Juwana, 2009)

2.3 Estuaria2.3.1 Definisi

Istilah estuaria berasal dari bahasa Latin yaitu aestuarium, aestus yangberarti pasang surut dan aestuo yang artinya laut yang mengapung.Estuaria dapat definisikan sebagai ekosistem perairan di mana perairansungai bercampur dengan air laut, menghasilkan perbedaan salinitas

Page 42: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

42

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

yang terukur (Tundisi dan Tundisi, 2011). Estuari atau disebut denganmuara merupakan daerah pertemuan air tawar yang berasal dari sungaidan air laut. Nybakken (1988) dalam Kordi (2011) mendefinisikan estuariaadalah bentuk teluk di pantai yang sebagian tertutup, dimana air lautdan air tawar bertemu dan bercampur.

Proses pencampuran ini adalah suatu proses yang kompleks danberlangsung secara alami. Air tawar dari sungai memiliki densitas yanglebih rendah dibandingkan air laut, menyebabkan air tawar berada dibagian atas. Hal tersebut juga memengaruhi fluktuasi perubahansalinitas yang berlangsung secara tetap dan berhubungan dengangerakan air pasang.

Proses yang terjadi pada saat air surut yaitu massa air yang berasaldari sumber air tawar masuk ke dalam estuari, akibatnya salinitas menjadirendah. Proses pada waktu air pasang, massa air masuk ke estuaria dariair laut dan bercampur dengan air estuaria,sehingga mengakibatkansalinitas naik.

Pasang surut dan salinitas merupakan faktor yang membuat strukturestuaria sangat kompleks, dibandingkan sungai atau danauberstratifikasi. Kondisi fisik dan fisiografis ini menyebabkan kondisilingkungan yang kaya akan beragam niche ekologis (Tundisi danTundisi, 2011). Meadows dan Campbell (1988) dalam Kordi (2011)mengelompokkan estuaria menjadi 4 tipe berdasarkan aliran air danpencampurannya, yaitu:a) Estuaria yang memiliki kisaran pasang surut yang kecil, namun

memiliki aliran air tawar yang besar. Lapisan air laut berada dibawah lapisan air sungai, sehingga pencampuran antara keduanyarelatif kecil;

b) Estuaria yang memiliki kisaran pasang surut yang lebih besar,sehingga gerakan massa air laut melebihi gerakan air tawar yangmasuk. Pencampuran keduanya lebih banyak dipengaruhi olehgaya Coriolis, sehingga air tawar yang mengalir keluar estuariadibelokkan ke arah kanan di belahan bumi sebelah utara, dan kearah kiri di belahan bumi sebelah utara. Pencampuran tersebutmenyebabkan perbatasan daerah air tawar dan air laut memilikibentuk miring;

c) Estuaria yang memiliki aliran air tawar yang berkurang, namunmassa air laut menjadi dominan pada saat air pasang. Hal tersebut

Page 43: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

43

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

menyebabkan massa air tawar akan mengalir di sebelah kananestuaria, sehingga lebar estuaria semakin besar. Pencampurantersebut menyebabkan suatu batas yang bentuknya vertikal antaraair tawar dan air laut.

d) Estuaria yang memiliki aliran air pasang surut yang besar, air lautdan air tawar dapat bercampur dengan sempurna (tidakter-stratifikasi). Estuaria tipe ini memiliki kedalaman yang rendahdan memungkinkan proses pengadukan berlangsung seacaraintensif, sehingga pencampuran tersebut menghasilkan kondisisalinitas yang homogen.

Tabel 2. Pembagian zona estuari berdasarkan salinitas

2.3.2 Adaptasi, Morfologi, dan Fauna di EstuariaKombinasi pengaruh air laut dan air tawar di estuaria akan

menghasilkan suatu komunitas khas, dengan kondisi lingkunganbervariasi, antara lain: (a) tempat bertemunya arus air sungai denganarus pasang surut, yang berlawanan memberikan pengaruh yang kuatpada sedimentasi, pencampuran air, dan ciri-ciri fisika lainya, sertamembawa pengaruh pada biotanya; (b) pencampuran kedua macam airtersebut menghasilkan suatu sifat fisika lingkungan khusus yang tidaksama dengan sifat air sungai maupun sifat air laut; (c) perubahan yang

Page 44: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

44

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

terjadi akibat adanya pasang surut mengharuskan komunitasmengadakan penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungansekelilingnya; (d) tingkat kadar garam daerah esturia bergantung padapasang surut air laut, banyaknya air tawar dan arus-arus lain sertatopografi daerah estuaria tersebut. Hal tersebut menyebabkan sistemekologi di daerah estuaria berbeda, dengan adanya kadar garam yangberbeda-beda (Supriharyono, 2000).

Estuaria terbentuk oleh gerakan perendaman di sepanjang daerahpesisir, yang dihasilkan dari pergerakan lempeng tektonik dan efek lokal(arah arus sungai, gelombang, sedimen, dan pasang surut). Perubahanyang disebabkan oleh tektonik, gletser atau iklim mengahasilkan bentukawal dari estuari (Gambar 8).

Gambar 18. Jenis Estuaria Fisiografis (Tundisi dan Tundisi, 2011)

Page 45: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

45

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

Dahuri (2003) menjelaskan parameter lingkungan utama ekosistemestuari adalah:a. Sirkulasi Air

Sirkulasi air di estuari sangat ditentukan oleh aliran tawar yangmasuk melalui sungai dan air pasang yang berasal dari laut.Volume kedua jenis air tersebut akan menentukan pola stratifikasisalinitas. Sirkulasi air di estuari dipengaruhi oleh kisaran pasangsurut, percampuran vertikal antara air tawar dan air laut sertatopografi dasar perairan.

b. Partikel TersuspensiPartikel tersuspensi yang dibawa aliran sungai akan masuk danterakumulasi di estuari. Pada kondisi stagnan partikel sedimen akanmengendap pada dasar perairan dan lama kelamaan lapisan dasarmenjadi tebal dan terjadi pendangkalan. Pada kondisi demikian makamorfologi dasar estuari akan berubah.

c. Bahan PolutanTerutama berasal dari pemukiman masyarakat, transportasi air, danindustri masuk melalui badan sungai atau langsung dari kegiatandi estuari itu sendiri dan perairan pantai di sekitarnya. Bahanpolutan tersebut akan memengaruhi kehidupan organisme estuari.Produktivitas perairan estuari akan menurun jika kandungan bahanpolutan terus bertambah, misalnya minyak, pestisida dan bahanorganik lainnya.

Kondisi estuaria yang dipengaruhi air laut dan air tawarmenyebabkan kondisi kualitas fisika yang khas. Gambaran dominanyang terjadi yaitu fluktuasi (perubahan) salinitas. Fluktuasi dan variasisalinitas tersebut mengakibatkan bentuk adaptasi yang bagi organismedi daerah ini. McLusky (1981) dalam Kordi (2011) mengelompokkanorganisme dalam lima kelompok, yaitu:1. Oligostenohaline, dominan organisme air tawar. Organisme ini

umumnya mampu bertahan hidup pada salinitas < 0,1‰, tetapibeberapa spesies oligohaline mampu hidup pada salinitas di atas 5‰;

2. Organisme estuaria, umumnya berasal dari organisme laut yanghidup di pusat estuaria. Organisme ini dapat hidup di perairan laut,tetapi jarang ditemukan di sana dikarenakan faktor kompetisi denganhewan laut yang lain;

Page 46: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

46

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

3. Euryhaline, organisme laut yang hidupnya di daerah estuaria dengandistribusi dari laut sampai ke pusat estuaria. Organisme iniumumnya mampu bertahan hidup pada salinitas 18‰, dan beberapaspesies tahan sampai salinitas < 5‰;

4. Polystenohaline, organisme laut yang hidup di bagian mulut estuariapada salinitas sampai 25‰;

5. Organisme peruaya, dominan ikan dan kepiting (crabs) yang tinggaldi estuari hanya sebagian dari daur hidupnya. Contohnya yaituflounders (Platichthys) yang berada di estuaria hanya untuk mencarimakan, dan salmon (Salmo salar) atau sidat (Anguilla anguilla) yangmenggunakan estuaria sebagai rute ke dan dari sungai dan laut.

Estuaria memiliki peranan dalam mempertahankan keaneka-ragaman hayati perairan. Ekosistem ini merupakan daerah transisidengan peningkatan produktivitas biologis dan rantai makananalternatif untuk organisme yang berasal dari air tawar dan air laut(Tundisi dan Tundisi, 2011).

Mitra dan Zaman (2016) menyatakan bahwa estuari memiliki peranansecara langsung dan tidak langsung bagi kehidupan manusia. Peranantersebut antara lain:- Estuaria adalah tempat berkembang biak dan pembibitan beberapa

spesies ikan bersirip (finfish) dan ikan berkulit keras (shellfish) sepertikerang, udang dan kepiting;

- Estuaria memelihara mangrove, lamun, rawa asin, dan rumput lautyang berperan sebagai agen bioremidiasi;

- Estuaria merupakan tempat daur ulang nutrisi, dimana mikrobaadalah pemain utamanya;

- Estuaria menawarkan perikanan berkelanjutan kepada penduduksetempat;

- Estuaria berfungsi sebagai jalur migrasi ikan anadromus dankatadromous, migrasi tersebut berperan pada siklus pemuliaan dansiklus hidupnya berakhir;

- Estuaria merupakan tempat asal berbagai burung yang bermigrasidan dapat berfungsi sebagai ekowisata. Hamparan lumpur inter-tidal, sistem akuatik, komunitas tumbuhan, atraksi burung(bangau, pelikan, elang, dan sebagainya) dapat menarik wisatawan;

Page 47: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

47

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

- Sistem perairan estuaria biasanya juga digunakan untuk kegiatnbudidaya, meskipun diketahui dampaknya buruk terhadaplingkungan;

- Estuaria merupakan tempat terakhir dari semua limbah, hingga saatini terjadi penurunan kualitas air dan fauna yang penting padaestuaria di dunia;

- Komunitas biotik dari sistem esturia (mangrove, rawa grama,rumput laut, dan lain-lain) berperan rumah penyimpanan karbon.

2.4 Mangrove2.4.1 Definisi

Mangrove berasal dari bahasa Melayu mangi-mangi, yaitu namayang diberikan kepada mangrove merah (Rhzophora spp.). Mangrovediberikan kepada jenis tumbuhan yang tumbuh di pantai atau yangmenyesuaikan dengan lingkungan bersalinitas (Romimohtarto danJuwana, 2009).

Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem pantai yangterdapat pada perairan topik dan sub-tropik. Ekosistem ini memilikivegetasi yang agak seragam, mempunyai tajuk yang rata, tidak memilikilapisan tajuk dengan bentukan yang khas, dan selalu hijau (Irwan, 2005).Mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasioleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh danberkembang di daerah pasang surut pantai berlumpur atau di muarasungai yang dipengaruhi pasang surut air laut. Batasan mangrovemerujuk pada kesatuan spesies pohon yang hidup di air asin dan tanahberagam diantara garis pasang surut.

Hutang mangrove sebagi hutan yang tumbuh di daerah pantai,dicirikan oleh: a) tidak terpengaruh iklim; b) dipengaruhi pasang surut;c) tanah tergenang air laut; d) tanah rendah pantai; e) hutan tidakmempunyai struktur tajuk. Secara umum, ekosistem mangrove agaktahan terhadap gangguan dan tekanan lingkungan. Walaupun demikian,mangrove cukup sensitif terhadap kelebihan pelumpuran (siltation) atausedimentasi, stagnasi, permukaan air tergenang dan tumpahan minyak.Faktor pengganggu atau penekan tersebut mengurangi pengambilanoksigen untuk respirasi yang menghasilkan kematian cepat mangrove.Salinitas yang tinggi dapat membunuh mangrove. Salinitas tinggi terjadikarena aliran air tawar berkurang dapat disebabkan pembelokkan aliran

Page 48: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

48

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

air ke tempat lain atau dilakukan pembendungan air sehingga volumeair yang mengalir ke sungai berkurang. Penurunan salinitas denganmembatasi aliran pasang juga dapat membunuh mangrove. Sebaliknya,hutan mangrove membantu menjaga kualitas air pesisir denganmengekstrasi pencemaran kimia dari air.

2.4.2 ZonasiZonasi mangrove merupakan wilayah atau batas tumbuhnya jenis

mangrove tertentu. Zonasi ini berkaitan dengan perendaman air lautdan salinitas dasar mangrove. Para ahli mengklasifikasikan zona iniberdasar pada kriteria tertentu.

Irwan (2005) mengklasifikasikan zona mangrove berdasarkanfrekuensi air pasang yaitu:a. Avicennia dan Sonneratia merupakan zona mangrove yang terdekat

dengan laut.b. Bruguiera cylindrica merupakan zona mangrove dengan substrat lebih

tinggi yaitu tanah liat yang cukup keras.c. Rhizopora merupakan zona mangrove yang jauh dari pantai.d. Bakau didominasi oleh Bruguiera parviflora.e. Mangrove didominasi oleh Bruguiera gymnorrhiaza.

Penyebaran hutan mangrove ditentukan oleh berbagai faktorlingkungan, selain berdasarkan air pasang yang lain juga dilihat darisalinitas. Seperti zonasi yang dijelaskan Russel dan Yonge (1968) dalamSara (2014), yaitu sebagai berikut:1. Zonasi air payau hingga air laut dengan salinitas pada waktu

terendam air berkisar antara 10-30 ppt.a. Bagian yang terendam sekali atau dua kali sehari selama 20 hari

dalam sebulan: hanya Rhizophora mucronata yang masih dapattumbuh.

b. Bagian yang terendam 10 – 19 kali per bulan: ditemukan Avicenia(A. alba, A. marina), Sonneratia sp. Dan dominan Rhizophora sp.

c. Bagian yang terendam kurang dari 9 kali setiap bulan:ditemukan Rhizophora sp., Bruguiera sp.

d. Bagian yang terendam hanya beberapa kali dalam setahun:Bruguiera gymnorhiza, dan R. apiculata masih dapat hidup.

Page 49: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

49

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

2. Zona air tawar hingga air payau, dimana salinitas berkisar antara0-10 ppt.a. Bagian yang kurang lebih masih di bawah pengaruh pasang

surut: asosiasi Nypa.b. Bagian yang terendam secara musiman: Hibicus dominan.

Zonasi ekosistem mangrove berdasarkan jenis pohon di Indonesia,jika dirunut dari arah laut ke darat, biasanya dibedakan menjadi 4 zona,yaitu sebagai berikut:1) Zona Api-api – Prepat (Avicennia – Sonneratia)

Terletak paling luar/jauh atau terdekat degan laut. Kondisi tanahberlumpur agak lembek (dangkal), sedikit bahan organik dan kadargaram agak tinggi. Zona ini biasanya didominasi oleh jenis api-api(Avicennia spp) dan prepat (Sonneratia spp) dan biasanya berasosiasidengan jenis bakau (Rhizophora spp).

2) Zona Bakau (Rhizophora)Biasanya terletak di belakang api-api dan prepat, keadaan tanahberlumpur lembek (dalam). Pada umumnya didominasi oleh jenis-jenis bakau dan di beberapa tempat dijumpai berasosiasi denganjenis lain seperti tanjang (Bruguiera spp), nyirih (Xylocarpus spp) dandungun (Heritiera spp).

3) Zona Tanjang (Bruguiera)Terletak di belakang zona bakau, agak jauh dari laut dekat dengandaratan. Keadaan berlumpur agak keras, agak jauh dari garis pantai.Pada umumnya ditumbuhi jenis tanjang (Bruguiera spp) dan dibeberapa tempat berasosiasi dengan jenis lain seperti tingi (Ceriopsspp) dan duduk (Lumnitzera spp). Jenis Bruguiera gymnorhizamerupakan jenis pohon penyusun terakhir formasi mangrove.

4) Zona Nipah (Nypa fructicane)Terletak paling jauh dari laut atau paling dekat ke arah darat. Zonaini mengandung air dengan salinitas sangat rendah dibandingkanzona lainnya, tanahnya keras, kurang dipengaruhi pasang surutdan kebanyakan berada di tepi-tepi sungai dekat laut. Pada umumnyaditumbuhi jenis nipah (Nypa fructicane), Derris spp dan sebagainya.

Page 50: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

50

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

2.4.3 Adaptasi, Morfologi, dan Fauna Hutan MangroveKarena sifat lingkungan yang “keras” dan khas, maka berbagai jenis

tumbuhan dan hewan yang hidup di ekosistem mangrove telahberadaptasi untuk dapat hidup di lingkungan tersebut. Pohon-pohondi hutan mangrove beradaptasi secara morfologi maupun fisiologi.Adaptasi tersebut antara lain dapat terlihat pada bentuk sistem perakaranyang khas dan unik pada tumbuhan mangrove. Perakaran ini berfungsiantara lain membantu mangrove bernapas dan tegak berdiri. Ada jenis-jenis yang mempunyai akar horizontal di dalam tanah dan di sana sinimencuat keluar, tegak seperti tonggak tajam seperti pada api-api (Avicennia).Ada juga yang akarnya tersembul ke permukaan dan melengkungbagaikan lutut seperti pada tanjang (Bruguiera). Dan ada pula yangakarnya mencuat dari batang, bercabang-cabang mengarah ke bawahdan menggantung kemudian masuk ke tanah seperti bakau (Rhizophora).

Akar yang menggantung atau muncul di permukaan tanahmerupakan akar napas (peumatophore). Akar-akar ini mempunyai liang-liang pernapasan dan mengandung banyak sekali ruang-ruang berisiudara yang berfungsi untuk penyaluran oksigen ke bagian-bagian sistemperakaran yang terdapat di dalam tanah. Fungsi ini dianggap mempunyaiarti yang vital mengingat sifat substrat dan adanya penggenangan yangkerap terjadi.

Gambar 19. Siklus hidup tanaman mangrove

Page 51: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

51

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

Beberapa marga mangrove mempunyai bunga berkelamin satu danpoligami. Proses penyerbukan dibantu oleh angin, serangga, lebah,atau burung. Setelah proses penyerbukan selesai, maka benih tumbuhhingga matang. Benih yang matang akan berkecambah di pohon.Selanjutnya tanaman muda jatuh di air. Selang beberapa waktu,beberapa benih menyebar di dalam perairan melalui arus. Selanjutnyabiji yang berkecambah tersebut tumbuh hingga menjadi mangrovedewasa (Gambar. 19).

Lalli dan Parsons (2006) menyatakan bahwa mangrove dari generaRhizophora, Avicennia, dan Bruguiera memiliki kesamaan:a. Toleran garam dan secara ekologis terbatas pada rawa pasang surut.b. Memiliki akar udara dan akar dangkal yang berjalin, kemudian

menyebar secara luas di atas substrat berlumpur. Lumpur miskinoksigen, dan akar udara memungkinkan tanaman untukmendapatkan oksigen langsung dari atmosfer. Beberapa spesiesmangrove memiliki akar penyangga khusus yang membentang daribatang atau dari cabang untuk dijadikan dukungan tambahan.

c. Mangrove memiliki adaptasi fisiologis yang khusus untuk mencegahgaram memasuki jaringan tubuhnya, atau memungkinkanmengeluarkan kelebihan garam.

d. Banyak tanaman mangrove yang vivipar, yaitu menghasilkan bijiberkecambah di pohon.

2.4.4 Fungsi dan Peranan MangroveA. Fungsi Ekologis Mangrove: Biologis dan Fisik

Tempat tumbuh mangrove membentuk formasi khas di sepanjangpantai daerah tropis dan subtropis, dilihat dari hal tersebut maka fungsiekologis (biologi dan fisik) yaitu:- Sebagai peredam gelombang dan angin badai yang dapat merusak

daerah landai. Mangrove juga mempunyai kemampuan menjagastabilisasi atau pelindung (buffer) garis pantai yang menjadi sasaranerosi dan abrasi karena mempunyai sistem perakaran yang kompleksdan rapat, lebat dapat memerangkap sisa-sisa bahan organik danendapan yang terbawa air laut dari bagian daratan.

- Sebagai penahan lumpur dan perangkap sedimen yang masukbersama dengan limpasan air yang mengalir melalui sungai ataulangsung dari daratan secara periodik terutama pada saat hujan.

Page 52: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

52

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

- Sebagai kawasan penyangga proses interusi atau rembesan air lautke arah darat, atau sebagai filter air asin menjadi relatif air tawar.

- Sebagai penghasil jumlah besar detritus, terutama yang berasal daridaun, ranting, cabang dan dahan pohon mangrove yang rontok.Sebagian dari detritus ini dapat dimanfaatkan sebagai bahanmakanan bagi para pemakan detritus detritus feeder), dan sebagianlagi diuraikan oleh mikro-organisme menjadi mineral nutrien yangberperan dalam kesuburan perairan.

- Sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah mencari makan(feeding ground), daerah pemijahan (spawning ground), tempat kawin(mating site), membuat sarang (nesting) dan daerah perlindungan(shelter) bagi kepiting, udang dan juvenile ikan penting lainnyabersama dengan banyak spesies ikan, mollusca dan invertebratalainnya yang hidup dalam ekosistem hutan mangrove sebagaihabitatnya.

- Sebagai sumber plasma nutfah dan sumber genetika.

B. Fungsi Kimia MangroveFungsi mangrove penting lainnya dan sangat bermanfaat untuk

mendukung proses biologis dan ekologis adalah kemampuannya menjadihal berikut:- Sebagai tempat terjadinya proses fotosintesis yang menghasilkan

oksigen dan karbohidrat.- Sebagai penyerap karbondioksida (CO2) di udara.- Sebagai pengolah bahan-bahan limbah hasil pencemaran industri

dan kapal di laut, dan lain-lain.

C. Fungsi Ekonomi MangroveNilai ekonomi sumberdaya mangrove ditunjukkan oleh hasil dari

hutan mangrove yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluankehidupan masyarakat (bahan bangunan rumah, pagar dan lain-lain),konsumsi manusia atau yang dipasarkan. Jasa mangrove sulit diukurdan sebagai konsekuensinya sering diabaikan. Nilai ekonominyajarang dihitung sehingga nilai sumberdaya mangrove biasanyakurang signifikan diperhitungkan. Berikut ini diantaranya fungsiekonomi mangrove:

Page 53: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

53

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

- Membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, terutamakegiatan budidaya ramah lingkungan.

- Penghasil bahan baku industri obat-obatan, industri kertas(misalnya pulp), tekstil, lem, penyamak kulit, makanan ringan danlain-lain.

- Penghasil benih ikan, udang, kerang, kepiting, telur burung sertamadu (nektar).

- Penghasil kayu bakar, arang serta kayu untuk bangunan danperabot rumah tangga (meubel).

- Menjadi tempat wisata alam atau wisata pendidikan.

2.5 Terumbu Karang2.5.1 Defisini Terumbu Karang

Terumbu karang (coral reefs) merupakan ekosistem yang berada didasar perairan dasar laut dangkal. Terumbu karang terkenal dengankeindahan ekosistemnya dan merupakan komunitas benthik laut yangpaling beragam dan kompleks secara ekologis. Terumbu karang tersebarhampir di seluruh dunia, tetapi hanya di daerah tropik terumbu dapattumbuh dengan baik. Terumbu karang disusun oleh karang-karangkelas Anthozoa, filum Cnidaria, dan ordo Madreporari, yang termasukkarang hermatifik (hermatypic coral) atau jenis karang yang mampumenghasilkan kerangka karang dari kalsium karbonat (CaCo3).

Terumbu karang merupakan satu diantara ekosistem produktif didunia, kelimpahan dan biodiversitas organisme tinggi seperi jugaproduktifitas primer dan sekunder. Produktifitas tinggi tersebutmerupakan kombinasi produksi karang dengan dukungan darilingkungan sekitarnya. Dahuri (2003) menjelaskan kehadiran, distribusidan stabilitas ekosistem terumbu karang tergantun pada sejumlahparameter fisik independen, yang paling kritis adalah: cahaya matahari,temperatur, salinitas, kekeruhan air, sedimentasi dan sirkulasi arus.- Cahaya matahari

Cahaya matahari memainkan peran penting dan merupakan salahsatu parameter utama dalam proses pembentukan terumbu karang.Penetrasi cahaya matahari merangsang terjadinya fotosintesis olehalga bentik dan zooxanthellae dalam jaringan karang. Prosesfotosintesis ini merangsang pembentukan terumbu (CaCO3).Distribusi vertikal terumbu karang sangat ditentukan oleh efektivitas

Page 54: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

54

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

penetrasi cahay matahari menembus kedalaman perairan. Umumnyaterumbu karang tumbuh baik pada kedalaman 10 - 25 meter.

- TemperaturDistribusi secara geografi terumbu karang salah satunya ditentukanoleh temperatur: tidak nyata pertumbuhan terumbu karang apabilatemperatur rata tahunan < 180 C. Pertumbuhan optimal terumbukarang pada temperatur 25 – 290 C. Karang hermatipik dapatbertahan pada temperatur < 200 C selama beberapa waktu danmentolerir temperatur 360 C dalam waktu singkat.

- SalinitasBanyak spesies yang sensitif pada salinitas rendah atau salinitastinggi. Umumnya terumbu karang tumbuh baik di wilayah pesisirdengan kisaran salinitas 30 – 35 ppt. Walaupun terumbu karangmampu bertahan hidup kisaran salinitas ekstrim 17,5 – 70 ppt makapertumbuhannya menjadi kurang baik bila dibandingkan dengankondisi normal. Dijelaskan bahwa kerusakan terumbu karangkarena salinitas meningkat tidak separah yan gditimbulkan olehsalinitas rendah yang disebabkan aliran air tawar.

- Kekeruhan, Sedimentasi dan Sirkulasi ArusTingkat kekeruhan air misalnya berasal dari proses erosi pantai dansedimentasi, penambangan karang, kegiatan penggalian dan lain-lain, memengaruhi kedalaman penetrasi cahaya matahari danmenutupi polyp-polyp karang (mengganggu proses memakan danrespirasi) sehingga pada gilirannya memengaruhi produksi danpertumbuhan terumbu karang. Laju pertumbuhan normal terumbukarang berkurang separuhnya jika terjadi hari mendung.Arus dan sirkulasi air berperan penting menyuplai makanan berupamikroplankton dalam proses pertumbuhan terumbu karang. Selainitu, arus dan sirkulasi air berperan dalam: 1) proses pembersihanendapan sedimen dan lumpur yang menempel pada polyp-polypterumbu karang, 2) mensuplai oksigen untuk terumbu karang,mengangkut nutrient dan bahan organik.

2.5.2 Formasi Terumbu KarangCharles Darwin tahun 1830 mengamati terdapat tiga tipe dasar

terumbu karang, dan merumuskan hipotesis formasi terumbu yangmenghubungkan tipe-tipe tersebut dapat dilihat Gambar 9 di bawah

Page 55: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

55

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

ini. Terumbu karang dapat dikelompokkan ke dalam tiga tipe, yaitu atol,terumbu penghalang (barrier), dan terumbu pinggir atau tepi (fringing)(Romimohtarto dan Juwana, 2009).

a. Terumbu Pinggir atau Tepi (Fringing Reef)Pembentukan karang dimulai dengan menempelnya larva karangyang berenang bebas ke tepi pulau atau benua yang terendam.Karang tumbuh dan mengembang, sehingga terbentuk terumbukarang tepi (fringing reef) berbentuk pita di sepanjang pantai atausekitar pulau. Tipe terumbu karang seperti berada dekat dan sejajardengan garis pantai. Tipe terumbu karang seperti ini merupakantipe yang paling umum ditemukan dan menyebar luas, utamanyaditemukan pada bagian surut air terendah. Distribusinya di perairandangkal membuat tipe terumbu karang ini lebih mudah rusak karenakegiatan pesisir yang tinggi daripada tipe terumbu karang lainnya.Jenis terumbu ini banyak ditemui di Hindia Barat (Laut Karibia)(Lalli dan Parsons, 2006). Di Indonesia terumbu karang tepi banyaktumbuh dibeberapa lokasi seperti pulau Panaitan, Pangandaran,Pangumbahan, Parangtritis, Grajagan, Watu Ulo, dan Blambangan(Kordi, 2011).

Gambar 20. Terumbu Pinggir atau Tepi (fringing)b. Terumbu Penghalang (Barrier Reef)

Terumbu karang penghalang (barrier reefs) terbentuk apabilaterumbu karang tepi melekat pada tepi pulau gunung berapi(vulkanik) atau massa daratan yang lain mulai tenggelam, sedangkankarang terus tumbuh ke atas. Terumbu karang penghalang dipisahkanoleh laguna perairan dalam yang terbuka. Terumbu penghalangserupa dengan karang tepi, dengan kekecualian jarak antara terumbu

Page 56: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

56

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

karang dengan garis pantai atau daratan cukup jauh, dan umumnyadipisahkan oleh perairan yang dalam. Tipe terumbu penghalangmemanjang lurus, struktur terumbu offshore yang membentangsejajar garis pantai dan muncul dari beting (shelf) datar tenggelam,bagian air antara pantai dan terumbu disebut sebuah “lagoon”. Greatbarrier reefs Australia merupakan jenis terumbu karang yang terkenal,tetapi sebenarnya merupakan kumpulan dari banyak terumbu. Jenisterumbu karang ini jarang sekali ditemukan di Indonesia.

Gambar 21. Terumbu Penghalang (Barrier Reef)c. Atol

Atol merupakan terumbu tepi yang berbentuk seperti cincin dan ditengahnya terdapat goba (danau) dengan kedalamannya mencapai45 m. Atol menandai tahap terakhir pada proses geologis. Ketikapulau vulkanik menurun di bawah permukaan laut, terumbukarang dibiarkan seperti cincin di sekitar laguna tengah.Pertumbuhan karang yang terus menerus, mempertahankanterumbu karang berbentuk bulat. Sebaliknya, kondisi perairan yangtenang dan peningkatan sedimentasi di laguna tengah mencegahpertumbuhan terumbu karang di daerah ini. Ratusan atol karangditemukan di seluruh Samudera Pasifik selatan (Lalli dan Parsons,2006). Terumbu karang yang paling tinggi keanekaragamannya diIndonesia dan bahkan di dunia ada di wilayah Maluku dan Sulawesi.Berbagai terumbu karang dapat ditemui di wilayah ini, khususnyaterumbu karang cincin (atoll atau pseudo-atoll) yang jumlahnyamencapai 55 buah. Salah satu di antaranya adalah atol Takabonerateyang berada di Sulawesi Selatan dan merupakan atol terbesar diIndonesia (Kordi, 2011).

Page 57: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

57

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

Gambar 22. Atol

2.5.3 Struktur KarangKarang terkait erat dengan anemon laut bentik (keduanya berada di

Kelas Anthozoa) dan lebih terkait dengan ubur-ubur planktonik, hidroidlaut bentik, dan Hydra air tawar. Tidak semua karang adalah pembangunterumbu, beberapa adalah hewan soliter atau koloni yang mampu hidupdi kedalaman yang lebih dalam dan lebih dingin dan ditemukan diseluruh laut dunia. Karang pembentuk terumbu adalah hewan koloni,dan setiap terumbu karang terbentuk dari miliaran individu kecil yangdisebut polip.

Gambar 23. Anatomi polip karang

Page 58: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

58

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Setiap polip (Gambar 23.) mengeluarkan eksoskeleton kalsiumkarbonat (CaCO3) yang umumnya berukuran sekitar 1-3 mm. Masing-masing polip dilengkapi dengan tentakel yang berisi sel nematosit dansel-sel menyengat ini dapat dgunakan untu menangkap mangsa danuntuk pertahanan. Polip dapat menghasilkan koloni yang besar melaluipembelahan aseksual atau tunas, dan semua polip di dalam kolon tetapterhubung satu sama lain dengan ekstensi jaringannya (Lalli danParsons, 2006).

2.5.4 Fungsi dan Peranan Terumbu KarangTerumbu karang merupakan ekosistem perairan laut dangkal yang

paling ekstensif di muka bumi dan secara biologis paling produktif diperairan laut tropis. Produksi utama dalam sistem teru bu karangdilakukan oleh alga bentik yang melekat atau terkait dengan terumbu,oleh fitoplankton yang ditangguhkan, dan zooxanthella yang hidup didalam hewan karang. Produktivitas primer di ekosistem terumbu karangberkisar antara 1500 – 5000 g C/m2/tahun (Lalli dan Parsons, 2006).Tingginya produktivitas primer tersebut memungkinkan perairan inidigunakan sebagai tempat pemijahan (spawning ground), pengasuhan(nursery ground), pembesaran (rearing ground), dan mencari makan(feeding ground).

Terumbu karang merupakan tumpuan hidup penduduk pantai darigenerasi ke generasi. Terumbu karang menyediakan makanan dan tempatberteduh bagi banyak tanaman, invertebrata, dan ikan (Irwan, 2015).Kawasan terumbu karang merupakan habitat yang subur, karena itumerupakan lingkungan yang ideal untuk kegiatan budidaya laut ataumarikultur. Kawasan terumbu karang yang dasar perairannya berupapatahan karang atau karang hidup dapat dikembangkan budidayarumput laut (Gracilaria sp, Euchema sp) (Kordi, 2011).

Masalahnya menjadi kompleks karena berkaitan dengan keadaansosial ekonomi dan bahkan politik di daerah tertentu. Terdapat kelompokmasyarakat yang menggantungkan hidupnya dan merupakan sumberpendapatan dari mengeksploitasi terumbu karang. Batu karangditambang untuk dijual atau untuk kebutuhan bahan bangunan rumahsendiri, nelayan menangkap ikan karang dan mollusca serta mengambilkerang-kerangan berukuran besar dengan cara merusak terumbu karangyaitu menggunakan racun dan obat bius serta membongkar karang.Hal ini menjadi sangat kontradiktif karena terdapat kelompok

Page 59: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

59

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

masyarakat lain dan juga Pemerintah Daerah mengandalkan terumbukarang sebagai sumber ekonomi. Misalnya Pemerintah Daerah Wakatobiyang memposisikan keindahan terumbu karang sebagai sumberpendapatan melalui sektor pariwisata. Begitu juga masyarakat nelayandi sekitar Perairan Bangsring Kecamatan Wongsorejo KabupatenBanyuwangi. Sektor pariwisata di daerah ini menjadi prioritas utama,sambil memberdayakan masyarakat pesisir yang selama inimenggantungkan hidupnya dari ekgiatan memanfaatkan sumberdayalaut. Kegiatan pemberdayaan ini diarahkan pada kegiatan tidak merusakterumbu karang, misalnya budidaya rumput laut, penangkapan ikanlepas pantai, mengolah hasil perikanan, menjajakan jasa kada wisatawanuntuk menikmati keindahan bawah laut. Kegiatan ini dirancangnamanya menjadi “Mata Pencaharian Alternatif” (MPA).

Berdasarkan fungsi dan manfaat terumbu karang yang komplekstersebut maka sedikit saja terumbu karang mengalami kerusakan akanmenimbulkan konsekuensi serius, terutama untuk sektor pariwisata,kegiatan perikanan dan pengamanan stabilitas pantai.

2.6 Lamun2.6.1 Definisi lamun

Lamun merupakan tanaman laut berbunga yang banyak ditemukandi wilayah dekat pantai. Mereka adalah tanaman laut yang menghuniperairan dangkal, yang dilindungi dari daerah pantai beriklim sedangdan tropis. Tumbuhan ini bukan rumput sejati, mereka terdiri daribeberapa marga dan lebih dekat hubungannya dengan tanaman lily(Mitra dan Zaman, 2016). Lamun adalah tumbuhan laut yang lebihtinggi tingkatannya yaitu Spermatophyta, lamun merupakan rumput yangtumbuh di laut (Romimohtarto dan Juwana, 2009).

Lamun (seagrass) berbeda dengan tumbuhan terbenam alam lainnyaseperti rumput laut. Lamun merupakan tumbuhan air berbunga(Angiospermae) yang menyesuaikan diri hidup terbenam dalam air yangmumnya menempati bagian perairan pesisir dangkal, jernih, terlindungdan kurang energi gelombang. Distribusi lamun tumbuh baik di daerahtropik dan subtropik.

Lamun adalah tumbuhan hidrofit, artinya mereka hidup terendamdi bawah air. Tanaman ini harus menyesuaikan dengan lingkungan yangasin dengan aksi gelombang dan arus pasang surut, untuk bertahanhidup di habitat sub-tidalnya. Penyerbukan dan penyebaran benih terjadi

Page 60: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

60

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

di bawah air. Batang utama lamun disebut rimpang atau pucuk panjang,dan tumbuh secara horizontal tepat di bawah sedimen dasar. Rimpangdan akar lamun membantu menstabilkan dasar, bersama dengan daun,membantu menjebak sedimen dalam jumlah besar. Daunnya berbentukrata ata oval dan berbentuk pita atau silindris dan fleksibel untukmenahan gerakan air dengan lebih baik. Pertumbuhan awal diawali daririmpang yang disebut tunas pendek.

Lamun mempunyai beberapa sifat yang memungkinkannya hidupdi lingkungan laut, yaitu: 1) mampu hidup di media air asin, 2) mampuberfungsi normal dalam terbenam, 3) mempunyai sistem perakaranjangkar yang berkembang baik, 4) mampu melaksanakan penerbukandan daur gneratif dalam keadaan terbenam (Den Hartog, 1970 dalamDahuri, 2013). Spesies padang lamun dari spesies tunggal yangberasosiasi tinggi dijumpai pada substrat berlumpur di daerah angroveke arah laut, sedang pada lamun vegetasi campuran terjadi di daerahintertidal yang lebih rendah dan subtidal yang dangkal.

Lamun merupakan keluarga Hydrocharitaceae dan Potamogetonaceae.Terdapat 13 genus dan 58 spesies lamun di seluruh dunia. Terdapat 6genus yang hanya mampu hidup di perairan daerah beriklim sedangyaitu Amphibolis, Heterozostera, Phyllospadix, Pseudalthenia, dan Zostera.Selain itu, 7 genus yang lain hidup di perairan daerh beriklim tropisyaitu Cymodocea, Enhalus, Halodule, Halophila, Syringodium, Thalassia,dan Thalassodendron (Mitra dan Zaman, 2016).

Gambar 24. Jenis lamun a) Cymodocea serrulata, b) Thalassiahemprichii, c) Halophila ovalis (Mitra dan Zaman, 2016)

2.6.2 Distribusi LamunDaerah lamun ditemukan paling luas berada di daerah tropis.

Lamun tidak tumbuh subur pada daerah dengan intensitas cahayarendah. Apabila bahan organik tinggi di suatu perairan, maka dapatmemengaruhi lamun dan organisme yang hidup di dalamnya.

Page 61: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

61

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

Distribusi, kelimpahan, dan pertumbuhan lamun sangat dipengaruhioleh ketersediaan cahaya. Seperti pada Angiospermae yang lain,reduksi cahaya dapat memiliki konsekuensi serius bagi produksidan kelangsungan hidup lamun (Speight and Henderson, 2010).

Berwick (1983) dalam Dahuri (2003) menjelaskan kehadiran,distribusi, dan stabilitas ekosistem padang lamun tergantung padasejumlah faktor. Parameter yang paling kritis adalah sebagai berikut:a. Cahaya Matahari

Persyaratan proses fotosintesis lamun apabila intensitas cahayamatahari mampu menetrasi perairan sampai kedalaman tertentu.Hal ini dapat terlihat di lapangan bahwa distribusi padang lamunhanya terbatas pada perairan yang tidak dalam. Peningkatanjumlah sedimen dalam kolom air akan meningkatkan kekeruhanperairan sehingga berpotensi membatasi penetrasi cahaya matahari.Konsekuensi keadaan ini adalah produktivitas primer padanglamun akan berkurang.

b. TemperaturWalaupun padang lamun mempunyai distribusi geografi yang luaskarena mempunyai toleransi terhadap temperatur yang luas, padakenyataannya spesiec lamun di daerah tropis mempunyai toleransiyang sempit terhadap perubahan temoeratur. Kisaran temperaturoptimal bagi spesiec lamun adalah 28 – 300C. Kemampuan fotosintesismenurun tajam jika temperatur di luar kisaran tersebut.

c. SalinitasKisaran toleransi padang lamun terhadap salinitas cukup lebar danberbeda-beda, tetapi umumnya dapat mentolerir fluktuasi salinitas10 – 40 ppt. Kisaran nilai salinitas optimum rata-rata 35 ppt.Penurunan proses fotosintesis mempunyai hubungan linierdengan menurunnya salinitas. Kerusakan padang lamun lebihbesar disebabkan oleh kelebihan air tawar karena run off daripadagelombang tinggi, sebaliknya kekurangan air tawar yangmengakibatkan salinitas tinggi juga menimbulkan kerusakanpadang lamun.

d. SubstratTempat tumbuh lamun dapat terjadi pada berbagai tipe substrat,mulai dari lumpur sampai komposisi sedimen dasar yang terdiri atas40% liat dan endapan lumpur halus. Peranan kedalaman substrat

Page 62: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

62

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

dalam menjaga stabilitas sedimen ada 2 hal, yaitu: 1) sebagaimedia membenamkan dirinya terhadap gelombang besar danarus, 2) tempat pengolahan dan penyuplai nutrient. Kedalamansedimen yang cukup merupakan kebutuhan utama untukpertumbuhan dan perkembangan habitat lamun yang padagilirannya menambah kemampuan memerangkap sedimen(sediment trapping) dan efek mengikat (bonding effect).

e. Kecepatan ArusProduktivitas padang lamun dipengaruhi oleh kecepatan arusperairan. Kecepatan arus sekitar 0,5 m/dtk jenis Turtle grass (Thlassiatestudinum) dan Zostera mempunyai kemampuan maksimal untuktumbuh. Hal ini bisa dijelaskan karena aliran kecepatan arus yangtinggi dapat melalui difusi CO2 dan ketersediaan nutrien.

Penyebaran lamun hampir dijumpai di seluruh perairan Indonesia.Keanekaragaman spesies lamun di perairan Indonesia bagian timur lebihbesar dibandingkan dengan di bagian barat. Di beberapa lokasi perairandi Sulawesi Tenggara ditemukan lamun pada kedalaman air lebih 10 mkarena perairannya jernih. Umumnya lamun ditemukan di daerahdangkal dimana penetrasi cahaya matahari sampai ke dasar perairansehingga proes fotosintesis terjadi sempurna.

Gambar 25. Penyebaran Global Lamun (Mitra dan Zaman, 2016)

Page 63: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

63

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

2.6.3 Fungsi dan Peranan LamunSecara umum padang lamun merupakan komponen penting

ekosistem pesisir. Baru sedikit diketahui nilai komersial lamun, tetapilamun memainkan peran ekologi penting, menyediakan jumlah sumbermakanan dasar, nutrien, dan habitat. Lamun tersebut menyediakantempat vital sebagai daerah pembesaran untuk beberapa spesies laut.Padang lamun juga diketahui menjebak dan mengikat sedimen, sehinggamengurangi bahan pencemar. Oleh karena fungsinya tersebut sehingganilai komersil utama pada lamun diperoleh dari nilai tidak langsungnyasebagai tempat mencari makanan dan habitat kritis untuk spesies ikanbernilai komersil.

Hampir sama dengan hutan mangrove, padang lamun jugamemainkan peranan penting dalam stabilitas habitat di pesisir. Ziemen(1982) dalam Sara (2014) menjelaskan padang lamun mampumenstabilkan sedimen dan mengurangi erosi. Peranan penting lainpadang lamun adalah mengurangi kekeruhan dan menjernihkanperairan yang manfaatnya tidak hanya menguntungkan bagi tumbuhanlamun itu sendiri yang terus berfotosintesis, tetapi juga kepada organismepenyaring makanan (filter-feeding).

Romimohtarto dan Juwana (2009) menyatakan bahwa lamun secaratradisional dimanfaatkan untuk digunakan sebagai bahan anyamankeranjang, dibakar untuk garam, soda atau penghangat, mengisi kasur,atap rumbai, bahan kemasan, bahan kompos dan pupuk, isolasi suaradan suhu, pengganti benang dalam membuat nitrosellulosa, tumpukanuntuk pematang, dan cerutu mainan anak.

Habitat lamun merupakan habitat yang unik, habitat ini berperanuntuk ekologi sistem kelautan dangkal beriklim tropi ataupun sub tropis.Lamun sebagai tempat pembibitan dan memberi makan bagi spesies lautmulai lobster, belut, dan ubur-ubur. Dugong juga sebagai pemakanterbesar dari lamun. Selain itu lamun juga mendukung kehidupanepifit, yaitu pada permukaan daun lamun tumbuh hewan sessile(menempel) (Speight dan Henderson, 2010). Padang rumput lamunmudah rusak oleh kegiatan manusia dan rentan khususnya terhadappeningkatan padatan tersuspensi yang mengurangi cahaya yang tersediadan dalam kondisi ekstrim terkubur sedimen.

Page 64: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

64

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

2.7 Metode Penelitian Perairan PesisirJenis penelitian yang bisa dilakukan di daerah pantai memiliki jenis

yang beragam. Hal tersebut terjadi dikarenakan biota di ekosistem pantaimemiliki keragaman yang berlimpah. Jenis biota yang biasa menghunidaerah pantai diantaranya yaitu bentos, plankton, dan nekton.

2.7.1 Metode Penelitian BentosBentos merupakan semua biota yang hidup di dasar perairan pantai

dan laut, dan di semua mintakat yang menajadi habitat mereka. Bentosterdiri dari tumbuh-tumbuhan, baik yang berupa pohon seperti man-grove, lamun, maupun alga yang tumbuh menempel ataupun mengakardi dasar pantai dan laut, dan hewan melata, menetap, menempel,memendam, dan meliang di dasar perairan tersebut. Metode penelitianbentos sangatlah banyak, dan dijelaskan pada masing-masing pokokbahasan mangrove, terumbu karang, dan lamun.

2.7.2 Metode Penelitian PlanktonPlankton merupakan produsen primer dan berperan penting bagi

suatu perairan. Plankton merupakan biota yang hidup di mintakatpelagik dan mengapung, menghanyut atau berenang sangat lemah, sertaberukuran mikro. Penelitian plankton dilakukan untuk mengetahuiproduktivitas suatu perairan, yang dihubungkan dnegan kualitas airperairan. Metode penelitian plankton terdiri dari pengumpulan sampel,pengawetan, pencacahan, analisis statistik, dan penampilan hasil.

a. Pengumpulan sampelPengumpulan sampel plankton dilakukan dengan menggunakan

alat jaring plankton atau plankton net. Mengingat plankton memilikiukuran mikro dan memiliki sifat hanyut dalam air. Jaring yangdigunakan memiliki ukuran mata jaring (mesh size) yang berbeda,tergantung pada target plankton yang diharapkan yaitu fitoplanktonatau zooplankton. Jaring plankton yang digunakan untuk menyaringfitoplankton umumnya menggunakan jaring KITAHARA, jaring inimemiliki diameter mulut 0,30 m, panjang, 1 m, dan lebar mata jaring0,08mm. Pengambilan sampel pada perairan dangkal (<10 m)menggunakan metode secara horizontal, yaitu dengan menarik jaringsecara horizontal di bawah permukaan air selama 5 menit. Sedangkanuntuk kedalaman (>200 m) maka dilakukan metode vertikal, yaitumenarik jaring plankton dari kedalaman 150 m sampai 0 m (permukaan

Page 65: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

65

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

laut). Sedangkan untuk zooplankton digunakan jaring NORPAC, jaringini memiliki diameter mulut jaring 0,45 m, panjang 1,80 m, dan ukuranmata jaring 0,30 mm. Pengambilan sampel zooplankton diambil darikedalaman 200 m sampai 0 m (permukaan laut).

Apabila pengambilan sampel dimaksudkan untuk penelitiankualitatif, yaitu untuk mengetahui jenis-jenis plankton yang telahterkumpul atau untuk penelaah taksonomik, cukup digunakan jaringplankton yang dari belakang atau sampling kapal atau perahu tanpadilengkapi alat ukur. Selanjutnya pada penelitian kuantitatif perluditambahkan alat ukur yaitu flow meter untuk mencatat volume air masukdan tersaring ke dalam jaring.

Gambar 26. Jaring Kitahara mesh size 0,08 mm

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampelplankton antara lain sebagai berikut:- Arah tarikan jaring, yaitu horizontal, vertikal, atau miring 45oC.- Lama penarikan jaring: 2 menit atau 5 menit (untuk perairan jernih).- Waktu penarikan: pagi, siang, sore, atau malam.- Musim yang berlaku di Indonesia.- Keadaan cuaca yaitu, cerah, mendung atau hujan.- Keadaan pasang surut.

Page 66: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

66

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

- Lokasi pengambilan sampel.- Posisi menurut garis lintang.

b. PengawetanPengawetan sampel digunakan untuk mempertahankan kualitas

sampel saat akan diamati di laboratorium. Bahan untuk mengawetkanbiasanya digunakan formalin 4% (Romimohtarto dan Juwana, 2009),lugol (Yuniartik dkk., 2015). Label pada sampel tersebut dituliskan: nomorstasiun, posisi stasiun, tanggal dan waktu pengambilan, metodepengambilan, kedalaman, dan data lain yang dianggap penting.

c. PencacahanPencacahan plankton merupakan penghitungan jumlah sel

plankton dalam suatu satuan volume. Penelitian kuantitatif memerlukancolume air laut yang disaring, kemudian dihitung jumlah planktondalam sampel. Berikut rumus cara menghitung jumlah air tersaring.

V = R a p

Keterangan:V = volume air tersaring (m3)R = jumlah putaran meteran-alira = luas mulut jaring (m2)p = panjang kolom air (m) yang ditempuh 1 putarannilai p berdasarkan sertifikat kalibrasi alat meteran alir yang digunakan.

Pengamatan fitoplankton dapat dilakukan dengan mikroskopfasekontras dengan perbesaran 10 x 10. Selanjutnya dapat digunakanbuku identifikasi baik fitoplankton atau zooplankton. Berikut iniperhitungan fitoplankton dan zooplankton:

Perhitungan fitoplankton:

Keterangan:N = jumlah sel per m3

n = jumlah sel yang dihitung dalam m tetesm = jumlah tetes contoh yang diperiksas = volume contoh dengan pengawetnya (ml)

Page 67: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

67

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

a = volume tiap tetes contoh (pipet otomatik 0,05 ml)v = volume air tersaring (m3)

Perhitungan zooplankton yaitu sampel plankton dimasukkan gelasukur berkapasitas 100 ml. Kemudian diambil 2 x 2,5 ml dituangkan kedalam cawan cacah.

Keterangan:N = kepadatan larva (jumlah sel per m3)n = jumlah sel dalam sub sampel (anak sampel)a = volume sampel dibagi volume anak sampel (100ml/2,5 ml)V = volume air tersaring

d. Analisis data dan penampilan hasilAnalisis data dilakukan untuk mengetahui struktur komunitas

plankton di suatu perairan. Beberapa hal yang digunakan antara lainindeks keanekaragaman, indeks kemerataan, indeks kekayaan, atau indekskesamaan.

2.7.3 Metode Penelitian NektonNekton merupakan konsumen di perairan dan memiliki karakteristik

dapat berenang dengan cepat dan sangat beragam jenisnya. Penelitiannekton umumnya dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek biologiseperti biometri, yakni meliputi aspek petumbuhan, kematangan gonad,kondisi gonad, makanan ikan, dan struktur komunitas ikan. Penelitiannekton juga untuk mengetahui status populasi ikan di dalam suatuperairan. Metode penelitian nekton terdiri dari pengumpulan sampel,pengawetan, analisis data, dan penampilan hasil.

a. Pengumpulan sampelPengumpulan sampel nekton dilakukan dengan menggunakan alat

tangkap yang digunakan oleh nelayan sesuai dengan perairan tersebut.Tujuannya adalah untuk memudahkan dalam pengambilan sampel ikan.Setiap alat tangkap memiliki spesifikasi dalam menangkap jenis ikantertentu. Sebagai contoh, apabila kita hendak menangkap ikan cakalang,maka alat tangkap yang digunakan yaitu kapal ikan cakalang yangdilengkapi pancing huhate (pole and line) dengan ditambah data daripelelangan ikan.

Page 68: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

68

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

b. Pengawetan sampelPengawetan sampel digunakan untuk mempertahankan kualitas

sampel saat akan diamati di laboratorium. Langkah pertama yaitu, ikanyang sudah didapatkan dari penangkapan, selanjutnya diukur panjangtubuh dan ditimbang beratnya. Setelah itu gonad dan isi lambungnyadiambil dan ditimbang, kemudian diawetkan dengan formalin 10% untukdiamati di laboratorium.

c. Analisis DataAnalisis data ditujukan untuk beberapa tujuan penelitian. Sebagai

contoh untuk mengetahui struktur komunitas, analisis biometri, analisismakanan, tingkat kematangan gonad, hubungan antara fekunditasdengan panjang dan berat, dan rasio kelamin.

2.7.4 Metode Penelitian MangrovePenelitian mangrove biasanya dilakukan dengan tujuan untuk

mengamati sebaran tumbuhan mangrove. Penelitian mangrovedilakukan dengan menggunakan metode transek, dimana metode inimenuntut peneliti harus bekerja keras.

a. Pengumpulan dan pengawetan sampelPengamatan lapangan dilakukan sebelum pengumpulan data dengan

tujuan untuk melihat secara umum keadaan fisiognomi dan komposisitegakan hutan serta keadaan pasang surut. Berdasarkan pengamatantersebut dipilih beberapa lokasi penelitian yang berbeda. Setiap lokasidibuat transek yang memanjang dari tepi laut atau sungai ke darat.Panjang transek berkisar 100 – 150 meter dari pinggir sungai sampaiarea yang tidak ada mangrove. Jarak antara transek yaitu 0 – 10 meter,20 – 30 meter, dan 40 – 50 meter dari garis pantai. Data vegetasi diambildari metode kuadrat berukuran 10 x 10 m2 untuk pohon berdiameter>10 cm. Apabila tegakan masih kecil atau bentuk semak maka dibuatmetode kuadrat dengan ukuran 5x5 m2. Pada setiap kuadrat tersebut,diidentifikasi semua jenis, diukur diameter dan tingginya serta jumlahmasing-masing jenis. Sampel bagian-bagian mangrove yang pentinguntuk diidentifikasi seperti dauh, buah, dan bunga, pada umumnyadijadikan herbarium kering.

b. Analisis DataData yang diperoleh dianalisis menurut COX, yaitu dengan

menghitung nilai kerapatan relatif, dominansi relatif, frekuensi relatif,

Page 69: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

69

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

dan kemudian nilai pentingnya. Potensi hutan mangrove diketahuidengan cara kualitatif dan kuantitatif. Cara kualitatif dilakukan denganmelihat indeks nilai penting, sedangkan cara kuantitatif yaitu denganmencari volume pohon berdasarkan rumus berikut:

Keterangan:V = Volume (m3/ha)t = tinggi pohon (m)Ba = luas bidang datar (m2/ha)0,75 = konstanta

2.7.5 Metode Penelitian KarangMetode penelitian karang biasanya dilakukan untuk memeroleh data

inventarisasi karang dan pengamatan asosiasi antara biota laut. Metodeyang digunakan yaitu dengan transek kuadrat.

a. Pengumpulan sampel dan dataPeneliti yang bertujuan inventarisasi data karang, jarang untuk

mengambil sampel. Mereka biasanya mendata dengan melakukan snor-keling atau menyelam pada garis transek yang sudah ditentukan.Pengambilan sampel dilakukan apablia ditemukan spesies karang barudan perlu dilakukan preparat histologik. Pengukuran koloni karangdiperlukan untuk mengetahui luas tutupan koloni karang. Persentasetutupan yaitu persentase luas area yang ditutupi oleh pertumbuhankarang.

b. Pengawetan sampelPengawetan sampel dilakukan untuk pembelajaran pengenalan jenis

pada inventarisasi, karang yang bersifat keras diawetkan dibawah cahayamatahari. Hewan lain yang bersifat lunak, diawetkan dalam larutanalkohol 70%.

c. Analisis DataPersentase tutupan yaitu persentase luas area yang ditutupi oleh

pertumbuhan karang. Persentase tutupan diperoleh dengan mengukurintersep koloni karang yang dilewati garis transek. Jumlah panjangitersep koloni karang sepanjang garis transek dibagi dengan panjangtransek x 100%, akan memberikan nilai persentase tutupan.

Page 70: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

70

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Untuk memeroleh parameter kualitas diperlukan formula RANDALLsebaai berkut:1. Kerapatan total adalah jumlah individu untuk smeua jenis dibagi

dnegan luas area transek.2. Dominansi total adalah total nilai tutupan untuk semua jenis dibagi

dengan luas area transek.3. Dominansi adalah total nilai tutupan jenis dibagi dengan luas

transek.4. Dominansi relatif adalah dominansi masing-masing jenis dibagi

dengan total dominansi dikalikan 100%.5. Kerapatan relatif adalah kerapatan masing-masing jenis dibagi

dengan total kerapatan jenis dikalikan 100%.6. Frekuensi adalah jumlah plot yang dijumpai jenis tertentu dibagi

dengan seluruh plot transek.7. Frekuensi relatif adalah nilai frekuensi untuk suatu jenis dibagi

dnegan total nilai frekuensi untuk semua jenis dikalikan 100%.

2.7.6 Metode Penelitian LamunPenelitian lamun yang umum dilakukan yaitu struktur komunitas

lamun dan dilengkapi dengan pertumbuhan dan produksi, serta manfaatlamun. Metode penelitian lamun umumnya terdiri dari metode pemetaansebaran lamun, pengamatan struktur komunitas padang lamun,pengamatan pertumbuhan dan produksi lamun, serta pengamatanaktivitas merumput bulu babi di padang lamun.

a. Metode pemetaan sebaran lamunPemetaan sebaran lamun dibuat berdasarkan peta dasar lokasi

penelitian. Pengamatan sebaran penutupan lamun serta sifat-sifat khashabitat padang lamun dilakukan dengan berjalan kaki pada saat air surutdan snorkeling atau menyelam pada saat air pasang. Lokasi titikpengamatan tersebut selanjutnya ditandai degan menggunakan alat GPS(Global Positioning System). Dari satu titik ke titik yang lain, keadaanlamun, luas penutupan, tipe substrat dan kejelukan air dicatat.Selanjutnya diolah dalam bentuk peta.

b. Pengamatan struktur komunitas padang lamunPemintakatan sebaran lamun dilakukan dengan menggunakan

transek yang tegak lurus dengan pantai. Sepanjang transek diletakkan

Page 71: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

71

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

meteran, kemudian mencatat jenis lamun, penutupan, dan sifat kahssubstrat. Data kerapatan dan biomassa lamun diukur secara acak. Sampellamun dikumpulkan dengan menggunakan silinder aluminium yangmempunyai luas lingkaran 0,100 m2. Luas penutupan lamun dicatat.Sampel dalam tabung alumunium dimasukkan dalam wadah dan diberilabel. Di laboratorium, sampel dicuci untuk menghilangkan lumpur dandipisahkan menurut jenisnya, kemudian dihitung antara tunas dantegakannya. Setelah itu, sampel lamun dipisahkan lagi menurut bagian-bagian tumbuhan (akar, rimpang seludang daun, helaian daun, bunga,dan buah) dan kemudian ditimbang untuk mengetahui berat basah.Selanjutnya, bagian lamun tersebut dioven pada suhu 80 oC selama 24jam, kemudian ditimbang beratnya sebagai berat kering.

c. Pengamatan pertumbuhan dan produksi lamunPengamatan pertumbuhan dan produksi lamun, langkah-langkah

kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:1. Dibuat plot 5x5 m2 yang diberi patok dan tali plastik sebagai batas

pengaman pada padang lamun yang bersifat campuran.2. Di dalam plot tersebut, untuk pengamatan pertumbuhan dan

produksi daun lamun, diplih 30 tegakan (pohon) dari masing-masingjenis. Sedangkan untuk penelitian pertumbuhan rimpang, dipilih20 tunas rimpang dari masing-masing jenis.

3. Semua daun pada tegakan terpilih diberi lubang pada jarak yangtelah ditentukan dari dasar. Diberi tanda pada tunas rimpang terpilih,yang mempunyai nomor dan diukur jarak tunas dengan bagianyang diberi tanda.

4. Setelah delapan hari semua daun dan rimpang yang telah diberitanda dipanen dan dibawa ke laboratorium. Termasuk daun baruyang tumbuh pada tegakan terpilih.

5. Pertumbuhan daun dan pertumbuhan rimpang diukur dalam mm/hari di laboratorium. Pertumbuhan daun dibedakan antara daunbaru dan lama, Semua bagian pertumbuhan daun dikumpulkandan ditimbang beratnya untuk mengetahui produksinya dengansatuan gram berat basah/ hari/ m2. Perhitungan biomassa daundiukur dalam gram berat basah/ m2 berdasarkan data kerapatanmasing-masing jenislamun yang telah diperoleh. Parameterkecepatan pulih dihitung dengan perhitungan produksi dibagibiomassa daun dalam persen (%).

Page 72: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

72

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

d. Pengamatan aktivitas merumput bulu babi di padang lamunMetode penelitian yang digunakan yaitu dengan metode kurung.

Kurung yang digunakan dalam pengamatan ini terbuat dari aluminiumdengan kerapatan mata jaring 1 cm dan berukuran luas 1x1 m2 dantinggi 0,5 meter. Kurung-kurung tersebut diletakkan pada lokasi-lokasidimana kondisi lamun relatif homogen. Jenis bulu babi yang biasamerumput di komunitas padang lamun yaitu Tripneustus gratilla.

Pengamatan aktivitas merumput ini minimal dibutuhkan 3 kurung,satu kurung untuk kontrol, dan 2 kurung lainnya untuk percobaan.Pada awal percobaan dihitung biomassa lamun, yaitu dengan memanenlamun pada 1 kurung. Selanjutnya lamun dioven pada suhu 90 oCselama 24 jam, dan setelah kering ditimbang beratnya sebagai biomassaawal. Selanjutnya pada msing-masing kurung dimasukkan 1 ekor bulubabi, dan dibiarkan selama 1 minggu. Seminggu kemudian, lamun padamasing-masing kurungan dipanen dan dikeringkan pada suhu 90 oCselama 24 jam. Setelah kering lamun ditimbang untuk mengetahuibiomassa akhirnya. Hasil pengurangan berat kering rata-rata lamundari kurung kontrol dikurangi dengan percobaan dan dibagi jumlahhari percobaan, dan hasilnya merupakan daya merumput bulu babiper hari.

Page 73: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

73

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

3.1 Pesisir Kabupaten BanyuwangiBanyuwangi merupakan kabupaten dengan wilayah terluas di Jawa

Timur dengan luas wilayah 5.782,50 km2 dan berbatasan denganKabupaten Jember, Bondowoso, Situbondo dan Provinsi Bali. Selain ituKabupaten Banyuwangi juga mempunyai panjang pantai terpanjang diJawa Timur yaitu 175,8 km, yang berada di sembilan kecamatan satukecamatan menghadap Samudera Indonesia, tujuh kecamatanmenghadap Selat Bali dan satu kecamatan menghadap Laut Jawa. Disepanjang pantai Kabupaten Banyuwangi terdapat pantai berpasirmaupun karang dan masih banyak kita dapati berbagai macam jenismangrove yang tumbuh baik di sepanjang pantai. Laut dengan pesisirnyaadalah alternatif dan tumpuan dengan semakin menipisnya sumber dayadi darat. Dalam era industrialisasi, wilayah pesisir dan laut sebagaiprioritas utama untuk pengembangan industri, agribisnis, agroindustri,pemukiman, transportasi, pelabuhan, dan pariwisata.

Sisi lain, potensi kelautan dan pesisir yang besar tersebut belumsepenuhnya dimanfaatkan secara optimal. Kerusakan lingkungan lautdan pesisir yang terjadi karena fenomena alam itu sendiri dan juga karenabeberapa kegiatan manusia. Sikap yang arif dan bijak dibutuhkan dariberbagai lintas sektor yang mempunyai kepentingan dan kewenangandi kawasan ini. Sehingga diperlukan suatu model ekosistem dalampengembangan kawasan pesisir di Banyuwangi, dengan tujuanmengoptimalkan lahan-lahan di wilayah pesisir agar lebih bermanfaatuntuk kepentingan masyarakat pesisir dan Banyuwangi pada umumnyatepatnya masalah peningkatan ekonomi. Namun peningkatan ekonomi

- Bab 3 -Studi Kasus

Kawasan Pesisir Banyuwangidalam Perpektif Ekologi

Page 74: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

74

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

itu sendiri harus berdasarkan pemberdayaan masyarakat pesisir itusendiri dengan asumsi untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.Berkaitan dengan itu, model ekosistem yang diharapkan didasarkan padadaya dukung serta kesesuaian lahan pesisir yang ada dengan didasarkanpada kondisi fisik wilayah pesisir saat ini.

3.2 Parameter Lingkungan Pesisir Kabupaten Banyuwangi3.2.1 Kualitas Air Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Data parameter lingkungan dalam hal ini adalah kualitas air berupasuhu, salinitas, pH, DO, NH4, NO3, PO4, Alkalinitas (CO3, HCO3) danTOM di perairan pesisir Kabupaten Banyuwangi dengan lokasipengambilan data di sembilan titik mewakili seluruh kecamatan sepanjangpesisir Banyuwangi dengan ulangan sebanyak tiga kali.

Tabel 3. Parameter Lingkungan Perairan yang Diamati dan Alat/Metode Pengukurannya

Kualitas Air

Sumber: Setyaningrum, dkk. (2019)

Page 75: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

75

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

Tabel 4. Data Kualitas Air Perairan Pantai Banyuwangi tahun 2018

Sumber: Setyaningrum, dkk. (2019)

Pengambilan data kualitas air dikategorikan dalam 2 keadaan, yaitusaat pasang dan surut. Berdasarkan data di atas, maka dapat dilihatmemang ada perbedaan antara nilai kualitas air saat pasang dan suruthanya saja perbedaannya tidak signifikan.

Lokasi penelitian berada di perairan sepanjang pantai KabupatenBanyuwangi. Dimana wilayah perairan pantai merupakan bagian lautanyang sempit sekali jika dibandingkan dengan luas perairan. Wilayah inimerupakan pertemuan antara pengaruh daratan dan lautan, danmempunyai sifat-sifat yang sangat majemuk dengan perubahan sifatlingkungan terjadi sangat cepat dalam waktu dan ruang. Bukan sajamengalami pengeringan dan perendaman secara berkala setiap hari, tetapiperbedaan suhu lebih besar baik harian maupun tahunan daripada dibagian laut lainnya.

Page 76: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

76

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Suhu air dapat memengaruhi kehidupan biota air secara tidaklangsung, yaitu melalui pengaruhnya terhadap kelarutan oksigen dalamair. Semakin tingi suhu air, semakin rendah daya larut oksigen dalamair, dan sebaliknya semakin tinggi daya larut oksigen maka suhu airsemakin rendah. Suhu secara tidak langsung memengaruhi metabolisme,daya larut gas-gas serta berbagai reaksi kimia di dalam air (Gufran danBaso, 2007).

Fotosintesis tidak langsung sebanding dengan intensitas cahaya.Pada kolom air 10 – 15 m ke atas, kecepatan fotosintesis lebih rendahdaripada lapisan 15 – 30 m, karena cahaya di permukaan laut terlaluintensif untuk kebanyakan biota yang dapat dilukai oleh sinarultraviolet. Fotosintesis terjadi sampai kejelukan 100 m, dimanaintensitas cahaya hanya 1% dari permukaan (Romimohtarto danJuwana, 2009).

3.2.2 Klorofil Pesisir Kabupaten BanyuwangiHasil pengukuran klorofil di pesisir Kabupaten Banyuwangi pada

tahun 2018, terdapat tiga jenis klorofil yaitu klorofil a yang menghasilkanwarna hijau biru, klorofil b menghasilkan warna hijau kekuningan danklorofil c menghasilkan warna hijau coklat. Klorofil-a adalah suatusenyawa kompleks antara magnesium dengan porfirin yang mengandungcincin siklopentanon (cincin V). Keempat atom nitrogennyadihubungkan secara ikatan. Klorofil-a merupakan salah satu bentukklorofil yang terdapat pada semua tumbuhan autotrof. Klorofil b adalahklorofil kedua yang terdapat pada tumbuhan hijau. Klorofil b juga terikatpada protein di dalam sel. Klorofil-b terdapat pada ganggang hijauchlorophyta dan tumbuhan darat. Klorofil-a dan klorofil-b paling kuatmenyerap cahaya bagian merah dan ungu spektrum, cahaya hijau yangpaling sedikit diserap maka apabila cahaya putih menyinari struktur-struktur yang mengandung klorofil seperti misalnya daun maka sinarhijau akan dikirimkan dan dipantulkan sehingga strukturnya tampakberwarna hijau. Karoten termasuk ke dalam kromoplas yaitu plastidayang berwarna dan mengandung pigmen selain klorofil. Klorofil-cterdapat pada ganggang coklat Phaeophyta serta diatome Bacillariophyta.

Page 77: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

77

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

Tabel 5. Data Analisa Klorofil di Perairan Pantai BanyuwangiTahun 2018

Sumber: Setyaningrum, dkk. (2019)

3.2.3 Logam Berat Cu, Hg, Pb dan Sn di Pesisir Kabupaten BanyuwangiLogam berat yang dianalisa dalam penelitian ini adalah jenis Tembaga

(Cu), Raksa (Hg), Timbal (Pb) dan timah (Sn). Berikut hasil uji logamberat yang dilakukan di laboratorium Balai Riset Dan StandarisasiIndustri Surabaya.

Page 78: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

78

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Tabel 6. Hasil Uji Logam Berat Cu, Hg, Pb dan Sn Pesisir KabupatenBanyuwangi Tahun 2018

Page 79: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

79

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

Sumber: Setyaningrum, dkk. (2019)Catatan:- Parameter di uji sesuai dengan parameter- Tanda “<“ menunjukan nilai Limit Of Quantity dari pengujian

Secara umum, kisaran konsentrasi Cu 0,0104 mg/L, Hg 0 mg/L, Pb0,0173 mg/L dan Sn 1,3436 mg/L yang diperoleh di perairan pesisirKabupaten Banyuwangi. Jika merujuk Keputusan Mentri LingkunganHidup No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut, Raksa (Hg)0,001 mg/l, Tembaga (Cu) dan Timbal (Pb) 0,008 mg/l, dan Timah (Sn) 2mg/l, maka nilai logam berat Hg dan Sn masih di bawah ambang batassedangkan Cu dan Pb sudah di atas ambang batas.

Secara umum sumber logam berat di pesisir lautan dapat dibagimenjadi dua, yaitu sumber yang masuk ke perairan laut secara alamidan buatan. Sedangkan logam berat yang masuk ke perairan laut bisaberasal dari tiga sumber yaitu:- Masukan dari daerah pantai yang berasal dari sungai dan hasil abrasi

pantai oleh aktivitas gelombang.- Masukan dari laut dalam meliputi logam-logam yang dibebaskan

oleh aktivitas gunugn berapi di laut yang dalam dan logam-logamyang dibebaskan dari partikel melalui proses kimiawi.

- Masukan dari lingkungan dekat daratan pantai, termasuk logam-logam yang berasal dari atmosfer sebagai partikel debu.

Page 80: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

80

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Sedangkan sumber logam yang bersifat buatan adalah logam yangdibebaskan selama prose industri logam dan batu-batuan. Beberapaindustri hanya menggunakan logam berat terntentu untuk aktivitasproduksinya. Namun pada umumnya kebanyakan industrimenggunakan berbagai jenis unsur logam berat sehingga sulit untukmelacak asal sumber pencemaran. Dari keempat logam berat tersebut diatas, di air laut diperoleh konsentrasi logam berat yang berbeda.Perbedaan konsentrasi ini dimungkinkan akibat variabilitas logamdalam air yang disebabkan oleh arus, adsorpsi, pasang surut, ataupundeposisi (Sagala dkk., 2014).

Sebagian besar parameter kualitas air tersebut dapat memengaruhikonsentrasi, sebaran dan toksisitas logam berat di perairan merujuk Hutagaol(2012) yang menyatakan bahwa suhu, kekeruhan, pH, salinitas dan DOmerupakan parameter yang memengaruhi toksisitas logam berat diperairan.

Parameter lingkungan diduga berpengaruh pada konsentrasi logamberat seperti suhu, pH dan salinitas. Kenaikan suhu akan mengurangiadsorpsi senyawa logam berat pada partikulat untuk mengendap ke dasar.Kenaikan pH dapat menurunkan kelarutan logam berat dalam air karenaadanya perubahan dari bentuk karbonat menjadi hidroksida yangmembentuk ikatan dengan partikel pada perairan. Kenaikkan salinitasmenyebabkan penurunan daya toksik logam berat karena terjadinyaproses desalinasi. Jadi senyawa logam berat yang ada dapat terjadi prosessedimentasi (Aminah dkk., 2016).

3.3 Kesesuaian dan Daya Dukung Lingkungan3.3.1 Kesesuaian Lahan

Menurut Ritung dkk. (2007), konsep yang dimaksud diambil darikonsep kesesuaian yang diterapkan pada daratan yang disebut sebagaisuatu lahan. Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahanuntuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan dilakukan untukmelakukan evaluasi lahan. Evaluasi lahan merupakan suatu prosespenilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu denganmenggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil darievaluasi lahan inilah yang nantinya akan digunakan sebagai informasibaru atau arahan penggunaan lahan sesuai keperluan. Kesesuaian lahantersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual)atau setelah diadakannya perbaikan (kesesuaian lahan potensial), yangmaksudnya adalah sebagai berikut:

Page 81: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

81

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

- Kesesuaian aktual adalah kesesuaian berdasarkan data sifat biofisikatau sumber daya lahan/perairan sebelum lahan/perairan tersebutdiberikan masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala.

- Kesesuaian potensial adalah kesesuaian yang telah dilakukan usahaperbaikan lahan/perairan tersebut yang didapatkan hasil evaluasilahan/perairan yang telah dilakukan sebelumnya.

FAO (1981) mengemukakan tentang beberapa prinsip yang perludiperhatikan sebagai berikut:1) Kesesuaian lokasi

Sesuai realitanya, bahwa masing-masing lokasi memiliki karakterberbeda-beda, sehingga penunjukan suatu kawasan pun harusmemperhatikan karasteristik lokasi yang dinginkan. Kemudiandilakukan kesesuaian lahan untuk mengavaluasi apakahkarasteristik tersebut sudah sesuai dengan persyaratan yangdibutuhkan oleh peruntukan lokasi tersebut.

2) Memperhitungkan keuntungan yang diperolehSuatu daerah yang memiliki potensi menjadi lahan yang produktif,memerlukan tenaga dari luar untuk mendukung pengelolahannya.Hal ini yang kemudian dapat dibandingkan apakah tenaga yangdibutuhkan untuk melakukan pengelolahan sebanding denganmanfaat yang didapatkan.

3) Pendekatan MultidisiplinUntuk mengetahui kesesuaian suatu lahan, diperlukan banyakbidang ilmu, seperti bidang ilmu alam, teknologi, ekonomi dansosiologi. Beberapa bidang ilmu tersebut dapat saling membantudalam menentukan kesesuaian di suatu lahan, karena untukmendaatkan hasil evaluasi yang lengkap maka tidak bisa melihathanya pada satu bidang.

4) Menyesuaikan dengan kondisi ekonomi dan sosial suatu wilayahFaktor-faktor seperti iklim regional, tingkat hidup ketersediaan,populasi dan biaya tenaga kerja, kebutuhan tenaga kerja, pasar lokalatau ekspor, dan juga sistem penguasaan lahan yang dapat diterimasecara sosial dan politik dan ketersediaan modal. Namun sesuaikarasteristik perairan, faktor penguasaan lahan tidak bisa diterapkanpada laut. Faktor-faktor yang mendasari hasil evaluasi akan berbedapada tiap negara atau daerah. Banyak faktor ini seringkali salah

Page 82: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

82

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

diasumsikan, untuk menghindari kesalahpahaman dan untukmembantu dalam perbandingan antara daerah yang berbeda, asumsitersebut harus dinyatakan dengan jelas.

5) Mengacu pada penggunaan secara berkelanjutanDegradasi lingkungan harus diperhatikan dalam menilai kesesuaianlahan. Seperti penggunaan lahan yang sangat menguntungkan, tapihanya bersifat dalam jangka pendek dan berdampak negatif jikadilakukan dalam jangka waktu yang panjang. Sehingga menilaikesesuaian suatu lahan dilakukan secara akurat danmempertimbangkan konsekuensi yang akan didapatkan dikemudianhari.

6) Melibatkan perbandingan lebih dari satu jenis penggunaanDalam penentuan penggunaan suatu lahan sebaiknya mem-bandingkan lebih dari satu jenis penggunaan yang ada. Menilaikesesuaian lahan dapat lebih bermanfaat jika manfaat dan tenagayang dibutuhkan dari tiap jenis penggunaan dapat dibandingandengan penggunaan lainnya, sehingga akan diketahui alternatifpilihan untuk kegiatan jika salah satunya tidak sesuai.

Analisis kesesuaian kawasan tambak dimaksudkan untukmengetahui kesesuaian lahan dan perairan pesisir (fisik, kimia, danbiologi) peruntukan budidaya tambak. Analisis ini dilakukan denganmengukur beberapa parameter lingkungan yang menjadi persyaratanekologis bagi pengembangan pertambakan, yaitu fisik substrat, kualitasair, dan hidrooseanografi.

Page 83: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

83

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

Tabel 7. Parameter Kesesuaian Lahan dan Air (skor) untuk Tambak

Sumber: Modifikasi dari Bakosurtanal (1996); Hardjodiwegenodan Widiatmaka (2007)

Keterangan: S1: Sangat sesuai, S2: Cukup sesuai, S3: Sesuai bersyarat,N: Tidak sesuai.

Page 84: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

84

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Potensi tambak di Kabupaten Banyuwangi relatif tinggi bila dilihatbentangan tambak yang luas dan kondisi tambak yang sebagian besar relatifmasih baik. Permasalahan pengelolaan tambak masih pada permasalahanpenyakit udang, sehingga saat ini banyak tambak yang tidak beroperasi.

Tabel 8. Parameter Kesesuaian Lahan dan Air (skor) untuk Tambak

Sumber: Setyaningrum, dkk. (2019)Keterangan: S1: Sangat sesuai, S2: Cukup sesuai, S3: Sesuai bersyarat,N: Tidak sesuai

Page 85: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

85

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

Analisis penilaian kategori kesesuaian lahan tambak dilakukan padaseluruh daratan pesisir di Kabupaten Banyuwangi. Lahan pesisirKabupaten Banyuwangi yang panjangnya 175,8 km dengan luaskawasan tambak 1381.76 Ha memiliki tingkat kesesuaian untukbudidaya tambak yang dikategorikan sangat sesuai, sesuai, sesuaibersyarat, dan tidak sesuai. Estimasi luasan lahan tambak di KabupatenBanyuwangi berdasarkan kategori kesesuaian lahan tambak, adalahSesuai Bersyarat (S2) seluas 1.220,535 Ha.

Kesesuaian peruntukan kawasan tambak yang direkomendasikanadalah luas kawasan yang masuk kategori sangat sesuai (S1) dan sesuai(S2). Sedangkan berdasarkan analisis kesesuaian kawasan tambak disepanjang pesisir Kabupaten Banyuwangi adalah masuk kategori sesuai(S2) seluas 1.220,535 Ha yang artinya pesisir di Kabupaten Banyuwangicukup sesuai untuk dilakukan pengembangan tambak.

Angka tersebut berbeda dengan angka areal tambak KabupatenBanyuwangi hingga tahun 2016 kemarin menurut data Dinas Perikananseluas 1381.76 Ha. Perbedaan tersebut sesuai dengan hasil survey danground truth yang dilakukan di lapangan pada penelitian ini, bahwa untuktambak di tahun 2018 saat ini memang beberapa luasan ada yang tidakberoperasi dikarenakan sebagian kawasan tambak yang turut mengalamikerusakan, baik sarana maupun prasarananya. Selain itu permasalahanlain yang cukup serius untuk segera ditangani, yakni terjadinyapendangkalan saluran input, baik pada saluran irigasi tambak maupunmuara sungai pada sebagian kawasan tambaknya. Permasalahan ini jugadisebabkan belum adanya penataan irigasi yang optimal untukpengembangan kawasan pertambakannya. Pada prinsipnya lahan yangakan digunakan untuk budidaya perikanan tambak harus memenuhipersyaratan fisika, kimia, biologis, teknis, sosial ekonomi, higienis danlegal. Guna mendapatkan lahan yang memenuhi persyaratan tersebut,menurut Fauzi dkk. (2009) ada 4 aspek utama yang perlu diperhatikansebagai kriteria dalam penentuan lokasi tambak yaitu aspek ekologis,aspek tanah, aspek biologis dan aspek sosial. Keempat aspek tersebutmenjadi unsur pendukung pengembangan usaha perikanan tambak dipesisir Kabupaten Banyuwangi dan hal tersebut dijadikan sebagai dasarpenilaian dalam merancang model kesesuaian lahan.

Bukan hanya itu, faktor lain yang memengaruhi penurunan produksiperikanan tambak adalah alih fungsi lahan, mayoritas berubah menjadiperumahan. Dwipradnyana (2014) menerangkan bahwa konversi lahan

Page 86: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

86

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

merupakan isu yang dapat memberikan dampak yang signifikan terhadapproduksi, aspek sosial dan aspek lingkungan. Konversi lahan merupakanancaman serius terhadap ketahanan pangan karena dampak dari konversilahan bersifat permanen sehingga tindakan konversi berakibat lebihbanyak terhadap kesesuaian dengan tata ruang, manfaat ekonomi dalamjangka panjang dan alternatif lain yang dapat ditempuh agar manfaatnyalebih besar daripada dampaknya.

3.3.2 Daya Dukung LahanKetjulan (2010) mendefinisikan bahwa daya dukung adalah jumlah

binatang, manusia atau industri yang dapat didukung secara terusmenerus pada sumber daya yang tersedia. Bengen dan Retraubun (2006),menambahkan daya dukung digunakan untuk mengetahui tingkatpemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan.

Konsep daya dukung adalah populasi akan terus bertambah seiringbertambahnya waktu, namun pada suatu titik, populasi akan melebihibatas kapasitas atau daya dukung yang dimiliki lingkungan. Hal tersebutmenimbulkan persaingan yang ketat sehingga terjadi persaingan ketatdan menyebabkan penurunan terhadap jumlah populasi, setelahmenurunnya tingkat populasi maka kapasitas atau daya dukunglingkungan kembali dapat menyokong populasi yang ada sehingga akanterjadi peningkatan kembali pada jumlah populasi. Fluktuasi jumlahpopulasi tersebut menunjukkan bahwa populasi akan selalumenyesuaikan dengan kapasitas atau daya dukung yang dimiliki setiaplingkungan (Pearson Education, 2010).

Daya dukung lingkungan pesisir bagi peruntukan budidaya tambakdi Kabupaten Banyuwangi dihitung dengan pendekatan kesesuaianlahan yang ideal yang terdapat di pesisir kawasan tersebut. MenurutKrom (1986) daya dukung kawasan untuk pengembangan tambak adalahkemampuan lingkungan pesisir untuk dapat menghasilkan produk ikanyang optimal dengan teknologi tertentu dan pada musim ter-tentu.Analisis daya dukung dilakukan pada lahan yang memiliki tingkatkesesuaian S1 (sangat sesuai) dan S2 (sesuai). Sedangkan lahan yangkategori sesuai bersyarat (S3) dan tidak sesuai (N) tidakdirekomendasikan untuk pengembangan lahan tambak. Kemampuandaya dukung lahan untuk pengembangan dipengaruhi oleh tingkatkesesuaian lahan. Formula yang digunakan untuk menghitung dayadukung lahan tambak adalah sebagai berikut:

Page 87: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

87

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

Keterangan:DDT : Daya Dukung Lahan TambakSpi : Nilai skor parameter ke-in : jumlah parameter yang digunakan

Analisis daya dukung dilakukan pada lahan yang memiliki tingkatkesesuaian S1 (sangat sesuai) dan S2 (sesuai). Sedangkan lahan yangkategori sesuai bersyarat (S3) dan tidak sesuai (N) tidakdirekomendasikan untuk pengembangan lahan tambak. Kemampuandaya dukung lahan untuk pengembangan dipengaruhi oleh tingkatkesesuaian lahan.

Pengembangan tambak dengan konsep berkelanjutan mensyaratkanagar pemanfaatan sumberdaya berada di bawah daya dukung kawasan.Selain itu lokasi kawasan tambak sudah melebihi daya dukunglingkungan pesisir Kabupaten Banyuwangi.

Tabel 9. Daya Dukung dan Luas Tambak yang Direkomendasikandi Kabupaten Banyuwangi

Tambak-tambak di Kabupaten Banyuwangi sudah melampaui dayadukung lingkungan, yang ditandai dengan fungsi ekologis mangrove,sistem pengairan, dan produksi tidak optimal. Daya dukung lahan untukpengembangan budidaya tambak di Kabupaten Banyuwangi 73,57% dariluas lahan yang sesuai untuk pengembangan tambak. Dari luas tambakyang sesuai (1.221,535 Ha) dapat dikembangkan berdasarkan dayadukung di Kabupaten Banyuwangi adalah 898,71 Ha.

Page 88: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

88

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari beberapakecamatan pesisir yang memiliki potensi tambak, hampir semuanyasudah melebihi daya dukung sehingga harus dikurangi pemanfaatantambak di setiap lokasi tersebut. Untuk tambak di pesisir KecamatanWongsorejo yang cukup luas pengurangan pemanfaata lahan tambaknyaagar sesuai dengan daya dukung dan keberlanjutan tambak serta perairantetap terjaga, yaitu mencapai 64,29% yang artinya 35,71% sekitar 75,363Ha harus dialihkan fungsinya. Begitu juga dengan pesisir di KecamatanBanyuwangi, Rogojampi, Muncar, Tegaldlimo hingga KecamatanPesanggaran untuk pemanfaatan lahan tambak seharusnya dikurangisesuai daya dukung hingga 70% – 80% dan dialihkan fungsinya ke fungsilingkungan yang berkelanjutan.

Dengan demikian dari luas tambak yang sesuai untuk pemanfaatantambak 1.221,535 Ha, sekitar sekitar 26,43% atau 322,827 Ha lahan tambakperlu dikembalikan fungsinya sebagai penyangga lingkungan tambak.Daerah penyangga tersebut direkomendasikan sebagai daerah hijau yangmerupakan vegetasi mangrove.

Daerah penyangga perlu disediakan dalam suatu hamparanpertambakan. Daerah penyangga berupa lahan yang berbatasan denganlaut atau sungai yang tidak digunakan untuk budidaya tambak,melainkan untuk tempat tumbuhnya vegetasi mangrove yangmerupakan tanaman asli di daerah tersebut. Mangrove merupakanpenyangga alami yang dapat menahan badai dan angin kencang dansebagai daerah asuhan dan tempat mencari makan bagi berbagaikomoditas bernilai ekonomis penting seperti: udang, kepiting, ikan, dantiram. Daerah penyangga ini juga berfungsi untuk menjebak sedimen,melindungi kualitas air, menahan bahan-bahan toksik, sertamemperlambat aliran air permukaan (Mustafa dan Tarunamulia, 2009).

Keppres Nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan KawasanLindung menjelaskan bahwa area penyangga perlu disediakan sebagaijalur hijau yang lebarnya minimal 130 x nilai rata-rata perbedaan airpasang tertinggi dan terendah tahunan dalam satuan meter yang diukurdari garis surut terendah. Hal ini juga sesuai dengan Peraturan PemerintahRepublik Indonesia Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata RuangWilayah Nasional bahwa strategi untuk pencegahan dampak negatifkegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkunganhidup yaitu melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerapzat, energi, dan atau komponen lain yang dibuang kedalamnya.

Page 89: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

89

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

3.4 Pedoman Pengelolaan Pembangunan Wilayah Pesisir SektorPerikanan Budidaya (Aquaculture)Sebagian besar kegiatan budidaya perikanan di wilayah pesisir adalah

usaha perikanan tambak. Karena air merupakan media utama dalamkegiatan budidaya perikanan, maka pengelolaan terhadap sumber-sumberair alami maupun non alami harus menjadi perhatian utama dalampengelolaan wilayah pesisir. Dalam kegiatan budidaya perikanan,pengaruh utama yang perlu diperhatikan antara lain adalah pengaruhyang berasal dari lingkungan sekitar lokasi budidaya termasuk aktivitasdi lahan atas dan pengaruh kegiatan budidaya terhadap lingkungan.

Pengendalian pengaruh lingkungan yang masuk ke tambak melaluialiran air perlu diperhatikan. Volume dan kualitas air serta hamaberpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan usaha tambak. Volume airyang masuk ke tambak baik melalui air (aliran) pasang maupun yangberasal dari aliran sungai, sangat menentukan kualitas air tambak yangbersangkutan. Proses sedimentasi di mulut saluran sungai atau kanal-kanal akan menghambat masuknya aliran pasang ke daerahpertambakan. Kelebihan maupun kekurangan air yang masuk ke tambakakan berpengaruh pula terhadap produktivitas tambak.

Selain itu, kegiatan pemupukan dan penggunaan alat pemberantashama di daerah pertanian, melalui proses pencucian juga akan masukdan mencemari air tambak. Karenanya perlu pengendalian penggunaanbahan tersebut di wilayah pertanian serta besarnya aliran sungai yangmasuk ke tambak. Di lain pihak, gangguan hama yang bersifat predatordan kompetitor yang masuk ke tambak, baik melalui aliran air maupundaratan perlu dikendalikan.

Pengendalian pengaruh kegiatan tambak terhadap lingkungan perludilaksanakan melalui pengelolaan tambak yang tepat dan baik. Kegiatantambak seperti aplikasi pupuk dan obat pemberantas hama dapatmenimbulkan dapak negatif terhadap lingkungan perairan pesisirsekitarnya. Aplikasi bahan tersebut yang tidak tepat, baik dosis maupunsifat persistensinya serta rembesan-rembesan (leaching) dapat mencemarilingkungan perairan pesisir sekitarnya.

Petunjuk pelaksanaan pengelolaan perikanan budidaya menurutDahuri dkk. (2008) terdapat empat bentuk pengendalian, yaitusebagai berikut:

Page 90: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

90

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

a. Penyediaan Saluran Irigasi Tambak KhususUntuk menekan sekecil mungkin pengaruh lingkungan terhadapvolume dan kualitas air tambak, perlu dibangun sistem irigasi khususbagi tambak. Sumber air yang berasal dari tampungan buangansaluran irigasi pertanian kemungkinan besar mengandung sisa-sisahasil pemupukan dan bahan pemberantas hama, yang dapatmencemari dan bersifat racun terhadap kehidupan ikan maupunudang di tambak. Pembuatan sistem irigasi khusus bagi tambakadalah perlu, dengan demikian sisa-sisa bahan beracun dari aktivitaspertanian yang berada di wilayah hulu tidak masuk dan mencemariperairan tambak.

b. Pengendalian Sedimentasi dan AbrasiAgar sedimen hasil erosi daratan tidak masuk dalam sistem irigasitambak, perlu dibangun struktur pencegah masuknya sedimen kedalam sistem irigasi. Pengendalian proses sedimentasi juga pentingditangani melalui sistem pengelolaan lahan yang tepat dan baik diwilayah hulu. Selain itu, pengaruh abrasi perlu diperkecil dengancara menyediakan suatu zona penyangga antara garis pantai danwilayah pertambakan, misalnya berupa hutan mangrove.

c. Pengendalian HamaPenggunaan obat pemberantasan hama dan penyediaan zonapenyangga antara hutan mangrove (jalur hijau) dan daerah tambak,merupakan cara untuk mencegah serta memperkecil hama yangmasuk ke tambak terutama melalui aliran air, seperti jenis-jenis ikandan ular yang menjadi predator dan kompetitor bagi organismebudidaya tambak. Pengendalian hama tersebut dapat dilakukandengan menggunakan obat pemberantas hama. Jenis hama yangberasal dari daratan, seperti Berang-berang (hewan mamalia) dapatdikendalikan dengan membuat wilayah penyangga antara hutanmangrove dan daerah tambak.

d. Pengendalian Bocoran-bocoran Penggunaan Pupuk dan ObatPemberantas HamaTindakan pencegahan terhadap terjadinya bocoran-bocoran dalampenggunaan pupuk dan obat pemberantas hama sangat pentinguntuk dilakukan. Penggunaan bahan-bahan tersebut harus tepatwaktunya serta dosis dan sifat obat pemberantas hama yang mudahterurai (degradasi). Penggunaan pupuk yang berlebih dan tidak

Page 91: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

91

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

tepat waktunya dapat menimbulkan pencemaran lingkungan akibatmeningkatnya jumlah unsur hara secara berlebih dalam air tambak.Selain itu, penggunaan obat pemberantas hama yang bersifat resistenda sulit mengalami proses degradasi akan berakibat negatif terhadaplingkungan perairan wilayah pesisir sekitar tambak, terutama apabilaair tambak keluar melalui bocoran-bocoran atau melalui prosespencucian bahan-bahan tersebut ke perairan sekitarnya.

3.5 Etika Pengelolaan EkologiSumberdaya pesisir tidak merupakan pengecualian dalam proses

degradasi. Sumberdaya yang terbatas walaupun masuk dalam kelompokrenewable resource, diperhadapkan dengan konsumsi manusia yang terusberkembang. Ikan adalah sumber protein utama bagi masyarakat dunia,termasuk Indonesia. Karena itu maka terjadi eksploitasi secara berlebihanbaik untuk sumberdaya ikan maupun habitat ikan dan ekosistem pesisirserta ekosistem perairan laut lainnya.

Sejauh mana kemampuan manusia memanfaatkan sumberdaya lautini sangat tergantung pada sikap dan etika manusia dalam menilai danmemandang sumberdaya tersebut. Apakah manusia menilai dirinyasebagai makhluk yang dominan dan sebab itu memiliki otoritas penuhuntuk memanfaatkan sumberdaya sesuai keinginannya? Ataukahmanusia menilai penting dan menghargai tinggi sumberdaya laut sebagaiciptaan lainnya yang harus juga dikelola dan dipelihara? Ataukahmanusia ciptaan lainnya yang harus juga dikelola dan dipelihara?Ataukah manusia menilai bahwa eksistensiya tidak terlepas dari alamsemesta yang merupakan ciptaan Tuhan. Kehadiran manusia sebagaimakhluk ciptaan utama dan terutama bukan suatu peristiwa randomatau acak tetapi rancangan Tuhan yang unik dan sempurna yangmenghadirkan manusia sebagai bagian dari bumi, beserta alam semestadan segala isinya.

3.5.1 Ekosentrisme dan Integritas EkologiEkosentrisme merupakan kelanjutan etika biosentrisme. Berbeda

dengan biosentrisme yang hanya memusatkan pada makhluk hidup,ekosentrisme justru pada seluruh komunitas ekologis, yang hidupmaupun tidak (Keraf, 2002). Karena bukan saja makhluk hidup(biotik) yang merupakan tanggung jawab moral tetapi juga bukanmakhluk hidup (abiotik) maka etika ini digolongkan sebagai deepenvironmental ethics.

Page 92: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

92

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Manusia adalah bagian dari ekosistem atau bagian dari komunitasalam. Karena itu manusia memiliki saling ketergantungan dengan alam.Manusia merupakan community instinct in the making. Peran manusiadikatakan benar ketika peran itu cenderung melindungi dan memeliharaintegritas, stabilitas, dan keindahan dari komunitas biotik. Perannyasalah bila hal sebaliknya yang terjadi. Bila peran manusia sekedar atauhanya meraih target ekonomi dan mengabaikan estetika (keindahan)maka peran itu telah salah atau menyimpang dari etika.

Pada ekosentrisme, manusia berubah dari penguasa komunitas bumimenjadi anggota atau warganya. Dengan demikian manusia patutmemberi respek kepada sesama warga dalam komunitas. Tentu saja,eksploitasi sumberdaya adalah hak manusia sebagai warga dalamkomunitas bumi dalam rangka memenuhi keinginannya dankebutuhannya, namun demikian eksploitasi sumberdaya yang berlebih-lebihan yang melampaui daya regenerasi dan reproduksi alam secaraetika tidak diperkenankan. Bila manusia melakukan hal itu maka yangterjadi yaitu membunuh dirinya sendiri.

Integritas ekologi adalah prinsip yang mendasari tindakan manusia(dalam etika ekosentrisme) untuk hidup berdampingan dengan alam danmengambil manfaat sumberdayanya. Integritas ekologi menurut Curry(2011) adalah kondisi dimana ekologi dalam konisi sehat atau kondisialamiahnya. Pada kondisi integritas ini, ekosistem bumi tetap berfungsisedemikian rupa sehingga jasa-jasa lingkungan dapat dipertahankan danmenopang kebutuhan dan kesejahteraan hidup manusia. Dengandemikian, integritas ekologi menjamin keberlanjutan hubungan atauinterrelasi antara manusia dengan alam.

Bagaimana status integritas ekologi bisa dicapai? Di tengah kondisidan perkembangan pembangunan ekonomi dunia dimana kapitalismemenentukan arah dan mendasari tindakan manusia, dimana keuntunganfinansial menjadi parameter utama dalam mengukur keberhasilan, dandimana pemilikan akan barang dan jasa merupakan indikatorkesuksesan, maka status integritas ekologi cenderung semacam khayalanyang harus dicapai. Karena manusia berusaha untuk memenuhikepuasan dan keinginan bukan kebutuhan. Makin besar konsumsimakin baik. Makin tinggi populasi makin berhasil. Makin besarpendapatan makin hebat kinerjanya. Meskipun ternyata kebutuhanmanusia tidak seperti itu.

Page 93: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

93

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

Pencapaian integritas ekologi menjadi semakin sulit bila manusiayang seharusnya melindungi dan menjaga integritas ekologi ternyatatidak memiliki integritas dalam dirinya. Bila manusia tidak memilikiintegritas maka sebagai konsekuensinya integritas ekologi tidak akanbisa diwujudkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Lamb (2006) yangmenekankan bahwa pada seluruh lapisan masyarakat dan semua bidangkehidupan manusia, bukan saja ekologi tetapi juga bisnis, politik bahkanagama terdapat kebutuhan yang sangat besar akan integritas.

Pada konteks ekosentrisme, integritas manusia adalah kesadarandirinya bahwa dia adalah bagian dari alam semesta yang di dalamnyabumi dan sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan untukkeberlanjutan dan eksistensi hidupnya. Integritas manusia adalahsikapnya yang utuh, atau tidak terpecah-pecah atau kekuatankarakternya untuk tidak hanya mementingkan dirinya sendiri tetapisesama manusia, termasuk ciptaan Tuhan lainnya. Manusia yangberintegritas berarti bahwa tindakannya sama dengan pikirannya yangberbasis pengetahuan. Tujuan dan komitmen bersama dipegang dandipatuhi oleh mereka yang berintegritas. Kesadaran diri dan refleksi diribahwa manusia adalah bagian dari alam merupakan ciri mereka yangberintegritas dan pada saat yang sama adalah merupakan prinsip pentingdari etika ekosentrisme.

3.5.2 Etika Pengelolaan Ekosistem PesisirJika mengikuti etika ini maka manusia adalah komponen, warga

atau anggota dari suatu ekosistem pesisir. Manusia secara langsung dantidak langsung membutuhkan barang dan jasa lingkungan yangdihasilkan oleh suatu ekosistem pesisir. Sebaliknya keberadaan manusiamelalui aksi dan tindakannya menentukan dan memengaruhi kondisiserta status ekosistem pesisir.

Nikijuluw dkk. (2013) menjelaskan beberapa alasan substansial danpraktikal yang sesungguhnya merupakan nilai-nilai (etika), mengapaekosentrisme harus merupakan dasar pengelolaan ekosistem pesisir, yaitu:a. Kekayaan dan keragaman biologi dan ekosistem pesisir adalah

merupakan nilai bagi ekosistem itu sendiri dan pada akhirnyaberkontribusi bagi kehidupan manusia dan non-manusia di mukabumi ini. Fakta dan bukti ilmiah bahwa ekosistem pesisir ikutmenentukan dan ditentukan oleh iklim dan cuaca dunia adalah nilaiintrinsik ekosistem ini.

Page 94: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

94

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

b. Manusia tidak memiliki hak untuk mengurangi kekayaan dankeragaman ini, kecuali untuk memenuhi kebutuhan manusia yangmemang sangat vital sifatnya. Eksploitasi yang berlebih-lebihanberlawanan dengan kodrat manusia sebagai waga atau anggota darikomunitas ekosistem pesisir.

c. Adanya intervensi manusia terhadap ekosistem pesisir di seluruhdunia telah terjadi dengan motif dan derajat yang semakin variatif.Intervensi ini sudah makin membahayakan eksistensi sumberdayapesisir. Sebab itu, kebijakan dan aksi penyelematan perlu dilakukanmulai sekarang. Dengan demikian maka fungsi ekosistem pesisirbagi manusia dan bagi lingkungan akan terus berlanjut di hari-hari yang akan datang.

d. Perubahan pola hidup dan kebutuhan manusia yang ternyata sudahsangat berbeda dari dekade-dekade yng lalu mau tidak maumembutuhkan perubahna kebijakan umum (public policy) dalampengelolaan ekosistem pesisir. Pada gilirannya, hal ini akanmengubah struktur ekonomi, teknologi dan budaya dalampemanfaatan pesisir. Karena keberadaan ekosistem pesisir umumnyamelintasi batas-batas yurisdiksi suatu pemerintahan makankebijakan umum yang diambil seharusnya dilakukan oleh lebih darisatu unit pemerintah. Kerjasama atau kolaborasi pemerintah,bahkan dengan unsur non-pemerintah akan membuat kebijakanumum itu lebih efektif. Sementara kebijakan yang hanya diambildan dijalankan satu unsur pemerintah saja akan tidak kompatibeldengan sifat ekosistem.

e. Meskipun ekosistem pesisir dalam kondisi terancam punah, sebersitharapan akan keberlanjutan ekosistem ini masih ada, berdasarkanatas kecenderungan yang terjadi di dunia saat ini yaitu bahwa adanyaperubahan ideologi yang memberikan penghargaan yang semakintinggi bagi kualitas hidup, bukan standar hidup yang tinggi.Kesadaran akan lebih pentingnya kualitas hidup yang baik daripadastandar hidup yang tinggi adalah modal besar bagi masyarkat duniauntuk mengaplikasikan etika ekosentrisme yang penuh integritas.

Berdasarkan alasan yang diuraikan tersebut, pendekatan governance(pengelolaan yang komprehensif) yang meliputi seluruh aspek dariekosistem pesisir termasuk lingkungan biotik dan abiotik, merupakanpendekatan yang tampaknya lebih tepat dilakukan. Pendekatan gover-

Page 95: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

95

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

nance melibatkan seluruh kelompok manusia, termasuk institusi, lembagadan pranatanya. Mereka adalah individu, masyarakat, pemerintah, sektorswasta dan lembaga non-pemerintah atau disebut stakeholders (pemangkukepentingan). Sebagai pemangku kepentingan maka tujuan, aspirasi,ekspektasi dan obsesi mereka akan fungsi dan keberadaan pesisir harussecara bersama-sama dicapai. Manakala terjadi konflik kepentingan, makatujuan bersama yang lebih diutamakan. Resolusi konflik dalam rangkamencapai kesepakatan adalah mekanisme governance.

Pendekatan governance dibangun berdasarkan ilmu pengetahuan akanpesisir. Kebijakan umum diambil dan dilaksanakan berdasarkan buktiserta fakta ilmiah. Sebab itu, aspirasi pemangku kepentingan yangbertentangan dengan fakta-fakta ilmiah perlu diperdamaikan ataudirekonsiliasi. Pendekatan governance mengutamakan keberlanjutan,efisiensi dan produktivitas serta keadilan dan kesetaraan. Unsur-unsurbiotik dan abiotik, bahkan mencakup kehidupan di dalam dan di luarekosistem, menjadi alasan atau pertimbangan di dalam rumusanpemanfaatan brang dan jasa ekosistem secara berkelanjutan. Pendekatangovernance berupaya meniadakan atau mengurangi dampak kerusakanekosistem karena tindakan manusia, di sisi lain tidak menjalankanmanajemen konservasi yang menyelaraskan kepentingan manusia dankapasitas sumberdaya.

3.6 Pengelolaan BerkelanjutanMakhluk hidup secara keseluruhan merupakan penyebab utama

terjadinya berbagai perubahan dalam sistem kehidupan. Tetapi semenjakdahulu kala, kecuali manusia, makhluk hidup yang lain itu menjadipenyebab timbulnya perubahan secara alami. Sedangkan manusiamempunyai potensi dan kemampuan untuk merubahnya secara berbeda,karena perkenbangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasaiserta perkembangan budaya pada umumnya. Seringkali perubahan itusangat kolosal, drastis bahkan dramatis. Bahkan perubahan itu secarasadar ditimbulkannya, walau dia tahu hal itu aka menimulkan kerugianpada orang lain serta makhluk hidup lain atau kerusakan lingkunganpada umumnya asalkan menurut perhitungan hal itu dalam jangkapendek akan menguntungkan dirinya. Oleh karena itu, ekologi (ilmuyang mempelajari tentang ekosistem) harus memasukan “moral” alamke dalam moral manusia.

Page 96: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

96

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Selanjutnya terhadap manfaat dan resiko yang timbul secara alami-pun, seperti letusan gunung berapi, angin taufan, tsunami dansebagainya, manusia juga mengembangkan pengetahuan, teknologi dankebudayaannya untuk memperbesar manfaat dan memperkecil (kalautidak mampu meniadakan) resiko, baik yang menimpa dirinya secaralangsung maupun yang menimpa orang lain, makhluk hidup oranglain, serta lingkungan hidup pada umumnya.

Oleh karena itu hakikat pokok pengelolaan lingkungan hidup olehmanusia itu adalah bagaimana manusia melakukan upaya agar kualitasmanusia makin meningkat, semetara kualitas lingkungan juga semakinbaik. Lingkungan hidup terbentuk karena interaksi antara manusiadengan ekosistemnya. Untuk mengelola lingkungan hidup dengan baikperlu dicari keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara kualitasmanusia dan kualitas lingkungan.

3.6.1 Pembangunan BerkelanjutanPembangunan berkelanjutan merupakan proses pembangunan yang

pada prinsipnya adalah membangun dengan memenuhi kebutuhan saatini tanpa mengorbankan masa depan. Tujuan pembangunanberkelanjutan di tahun 2030 mencakup 17 tujuan penting dan yangtercantum dalam butir kesebelasnya adalah “komunitas dan kotaberkelanjutan”. Artinya mewujudkan kota yang inklusif, aman, tangguhdan berkelanjutan adalah isu yang amat penting.

Joga dkk., (2014) menerangkan bahwa untuk mewujudkan kotaberkelanjutan ada lima langkah utama yang harus diambil, yaitu sebagaiberikut:1. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan terpadu. Untuk membuat

kebijakan yang efektif, kita perlu melihat lingkup permasalahanmenggunakan perspektif jangka panjang dengan memperhitungkankebutuhan masa kini dan masa depan. Kebijakan vertikal dan hori-zontal harus terintegrasi dalam membentuk ruang, mengarahkanpertumbuhan mendatang, memengaruhi perilaku dan tindakanpolitisi serta menyediakan arahan strategis visi bersamapembangunan.Perencanaan dan perancangan yang berwawasan lingkungan akanmemastikan pembangunan tata ruang berimbang sehinggamembuat semua area mendapat layanan infrastruktur yang baik,memiliki aset terhadap pekerjaan dan mempunyai ruang terbuka

Page 97: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

97

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

hijau (RTH) yang memadai. Kebijakan perencanaan kota untukmemperbaiki pengelolaan kebencanaan, melakukan antisipasi,adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim secara terukur,bertahap dan menerus adalah langkah efektif membangunketangguhan kota.

2. Strategi peremajaan transformatif diperlukan untuk mengatasipenurunan kualitas hidup perkotaan. Perencanaan kota memilikikemampuan besar untuk melakukan perubahan itu melalui strategiperencanaan jangka panjang dan berkesinambungan berbasiskawasan. Peremajaan kota diarahkan untuk mendorongpertumbuhan ekonomi hijau, restorasi ruang sosial ramahlingkungan dan pelestarian ligkungan hidup, kota harus didukungstruktur tata kelola pemerintahan yang kuat, progresif dan inovatif.Peluang peremajaan banyak terdapat di kota/kawasan yangmengalami perubahan industri, penurunan pertumbuhan ekonomidan degradasi kualitas lingkungan. Keterpaduan atau penyelarasanperencanaan tata ruang kota/kawasan dan wilayah sekitarmerupakan kunci keberhasilan peremajaan kota/kawasan perkotaan.

3. Perencanaan dan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutanharus menjadi landasan dasar sebuah perencanaan kota dan parapengambil kebijakan. Kecanggihan teknologi terkini membuatsegalanya nyaris tidak ada yang tidak bisa dibangun. Pertanyaanmendasarnya, manakah kawasan yang harus dilindungi kelestariannya?Pemaduan koridor biru dan hijau dan keanekaragaman hayati kedalam strategi perencanaan tata ruang merupakan dasarpengembangan kota yang tanguh untuk menghadapi perubahaniklim dan resiko-resikonya, serta ancaman bencana alam. Hal itujuga menjadi dasar pengembangan kota tangguh yang memilikiketersediaan sumberdaya yang cukup untuk mendukungpertumbuhan penduduk.

4. Perencanaan kota yang kompak, terpadu dan terhubung membuatkota lebih produktif, meredam penjalaran perkotaan, memacupenciptaan lapangan kerja dan memfasilitasi lingkungan sosial yanginklusif. Penyelarasan tata ruang, koordinasi strategi kota danintervensi sektoral satuan kerja perangkat daerah sangatdibutuhkan untuk mencapai semua itu. Perencanaan kota yangterpadu dalam hal pembangunan infrastruktur dan terkoneksi

Page 98: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

98

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

dengan baik ditambah struktur perkotaan yang ekonomis akanmenghasilkan pembangunan ekonomi berkelanjutan,meningkatkan kualitas hidup warga dan memperbaiki kualitaslingkungan hidup.

5. Perencanaan partisipatif dan inklusif dengan melibatkan masyarakatdan komunitas yang ada akan membuat perkotaan memiliki kondisisosial dan budaya yang lebih baik. Warga diajak berdialog secaraterbuka, diberikan advokasi seecara berkesinambungan dan diajakberperan aktif dalam penyusunan kebijakan dan strategipembangunan kota. Dengan demikian, hak-hak azasi manusiamenjadi terpenuhi, isu kesetaraan gender tersentuh, generasi mudapun turut berperan dalam lingkungan perkotaan yang aktif.Kesepakatan dan kerjasama dalam membangun dan melaksanakanstrategi pembangunan kota memberikan peningkatan rasa percayadiri kelembagaan dan peluang pendanaan baru.Dengan menyediakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasidalam penyusunan strategi pembangunan kota yang tanggapperubahan iklim, akan terjadi peningkatan respons, target sektorperkotaan pun akan lebih baik dan lebih cepat tercapai. Hasilnyadapat dirasakan langsung oleh masyarakat secara nyata, terutamadalam hal akses terhadap kesehatan, pendidikan, fasilitas sanitasidan air bersih.

Pembangunan suatu kawasan tidak boleh berorientasi padakepentingan ekonomi semata, tapi harus meningkatkan kesejahteraansosial masyarakat dan kelestarian lingkungan. Perencanaan danpembangunan yang berkelanjutan harus didekati secara terpadutermasuk melalui dukungan pemerintah, peningkatan kesadaran publikdan peningkatan partisipasi penduduk dalam pengambilan keputusan.

Ekonomi hijau dalam konteks pembangunan berkelanjutan danpengentasan kemiskinan merupakan salah satu alat penting dalammewujudkan pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan.Hal ini didorong untuk pembentukan jejaring dan untuk berbagipengalaman dan pengetahuan di semua tingkatan. Untuk itu, diperlukankerangka institusi dalam pembangunan berkelanjutan. Strategipembangunan yang mendukung pertumbuhan sehat, pengentasankemiskinan, perluasan lapangan kerja dan pelestarian lingkungandiperlukan untuk mewujudkan pertumbuhan yang berkelanjutan secara

Page 99: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

99

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

setara dan seimbang. Menyiasati keterbatasan lahan dan harga tanahyang semakin mahal, pemerintah perlu mengembangkan kawasanterpadu untuk mengelola pertumbuhan serta perubahan, sekaligusmeningkatkan kualitas lingkungan hidup.

3.6.2 Lingkungan Hidup dan Strategi PembangunanEtika lingkungan dalam hal ini merupakan prinsip moral

lingkungan, merupakan petunjuk atau arah perilaku praktis manusiayang tidak saja mengimbangi hak dengan kewajiban terhadaplingkungan, tetapi juga membatasi tingkah laku dan upaya untukmengendalikan berbagai kegiatan agar tetap berada dalam bataskelentingan lingkungan hidup kita.

Dengan kecenderungan dan kaegairahan kita untuk mencobamengenal, mengerti dan memahami lingkungan hidup kita dengan segalaseluk beluknya, serta upaya untuk memiliki kemampuan danketerampilan yang makin baik dalam mengelola lingkungan hidup, kitamempunyai harapan dan peluang yang cukup besar bahwa masalahlingkungan hidup yang makin rawan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya. Dengan etika lingkungan kita perlu meningkatkan solidaritassosial diantara sesama, serta solidaritas alam dengan lingkungan hidupalam kita. Selain itu juga perlu diusahakan kecenderungan baru untukmengurangi berbagai tuntutan dan beban pada lingkungan. Dengandemikian mungkin kita akan terpaksa untuk hidup secara lebihsederhana, tetapi dalam lingkungan hidup yag lebih baik dan sehat.

Istilah masalah lingkungan (environmental problem) mulai ramaidibicarakan orang sejak timbulnya gerakan untuk keserasian lingkungandi tahun 60-an di negara-negara maju. Yang menjadi pokok persoalanpada waktu itu adalah ketahanan hidup (survival). Bagi semua jenismakhluk hidup, ketahanan hidup itu tergantung kepada hubunganyang bisa menopang dari lingkungan yang terdiri atas berbagai sistemyang menunjang kehidupan itu maupun yang menyainginya. Bagimanusia, masalah lingkungan itu pada dasarnya timbul kalau terjadiketidakseimbangan antara manusia dan sumber-sumber yang ada dalamlingkungannya. Yang jadi pusat perhatian dalam hal ini adaahpemanfaatan sumberdaya alam, apakah itu kurang ataukahdimanfaatkan secara berlebihan. Maka lalu muncul konsep “DayaDukung (carrying capacity)”.

Page 100: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

100

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Munculnya pemikiran tentang batas-batas pertumbuhan (limits togrowth) yang tendensinya menggambarkan bahwa eksploitasi yangberlebihan terhadap sumberdaya alam ini tidak bisa lagi terus menerusatau ketahanan hidup kita sendiri bisa terancam karenanya. Sejarah umatmanusia ditandai oleh kemampuan pikiran manusia untukmenyesuaikan diri dengan lingkungannya. Jadi tidak akan terjadikepunahan karena penyesuaian yang salah. Selalu ada penyesuaianapakah itu dalam budaya, dalam pola makanan atau pola mobilitasdan sebagainya. Semuanya ini tidak bisa dibayangkan dalam jangkapanjang. Tetapi dalam jangka pendek hal ini bisa kita lihat dalampraktek sehari-hari. Kakek kita misalnya masih memakai blangkon,tetapi kita tidak lagi.

Lingkungan hidup Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang MahaEsa kepada dan untuk dipertanggungjawabkan oleh Bangsa Indonesia,merupakan ruang bagi kehidupan Bangsa Indonesia dalam segala aspekdan matranya sesuai dengan wawasan Nusantara.

Mendayagunakan sumberdaya alam untuk memajukankesejahteraan umum seperti tercantum dalam Undang-Undang Dasar1945 dan untuk mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan Pancasila,perlu diusahakan pelestarian kemampuan lingkungan hidup yang serasidan seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambunganyang dilaksanakan dengan kebijaksanaan terpadu dan menyeluruh sertadengan memperhitungkan kebutuhan generasi sekarang dan mendatang.

Kebijaksanaan melindungi dan mengembangkan lingkungan hidupdalam hubungannya dengan kehidupan antar bangsa adalah sesuai danselaras dengan perkembangan kesadaran lingkungan hidup umat manusia.

Dalam rangka mengatur pengellaan lingkungan hidup berdasarkankebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh, perlu ditetapkanundang-undang yang meletakkan ketentuan-ketentuan pokok untukmenjadi landasan bagi pengelolaan lingkungan hidup.

3.6.3 Pengelolaan Pesisir BerkelanjutanWilayah pesisir merupakan kawasan yang paling dinamik di

permukaan bumi. Pantai menyediakan bahan-bahan dan pelayananekosistem yang esensial bagi ekonomi dan kesejahteraan sosialmasyarakat. Kawasan pantai merupakan wilayah transisi yang sempitantara lautan dan daratan, namun penuh dengan beragam ekosistem.Sejumlah besar penduduk dunia hidup tidak jauh dari pantai dan

Page 101: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

101

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

memanfaatkan sarana yang ada untuk memproduksi pangan,transportasi, rekreasi dan lain-lain.

Dari sudut pembangunan berkelanjutan (suistainable development),pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir di Indonesia dihadapkan padakondisi yang bersift mendua, atau berada di persimpangan jalan. Di satupihak, ada beberapa kawasan pesisir yang telah dimanfaatkan(dikembangkan) dengan intensif. Sehingga, indikasi telah terlampauinyadaya dukung atau kapasitas keberlanjutan (potensi lestari) dari ekosistempesisir dan lautan, seperti pencemaran, tangkap lebih (over fishing),degradasi fisik habitat pesisir dan abrasi pantai telah muncul di kawasan-kawasan pesisir termaksud. Fenomena ini telah dan masih berlangsung,terutama di kawasan pesisir yang padat penduduknya dan tinggi tingkatpembangunannya. Di lain pihak masih banyak kawasan pesisir danlautan Indonesia yang tingkat pemanfaatannya belum optimal, ataubahkan belum terjamah sama sekali. Kondisi semacam ini pula padaumumnya dapat dijumpai di luar Jawa dan Bali.

Ketimpangan pembangunan seperti ini adalah suatu kenyataanbahwa disamping telah menciptakan pertumbuhan ekonomi dankemakmuran, pembangunan sumberdaya kelautan masih menyisakansebagian besar penduduk pesisir terlilit dalam kemiskinan. Padahalkenyataan membuktikan, bahwa kemiskinan seringkali memaksamanusia untuk mengeksploitasi sumberdaya dengan cara yang merusakkelestariannya sekedar untuk memenuhi kebutuhan manusia yang pal-ing dasar yaitu pemenuhan pangan.

Jika dilihat dari sumber atau asal kejadiannya, jenis kerusakanlingkungan tersebut ada yang berasal dari luar sistem wilayah pesisirdan ada yang berlangssung di dalam wilayah pesisir itu sendiri.Pencemaran dapat berasal dari limbah yang dibuang oleh berbagaikegiatan pembangunan (seperti tambak, perhotelan, pemukiman danindustri) yang terdapat di wilayah pesisir, dan juga berupa kiriman dariberbagai kegiatan pembangunan di daerah lahan atas seperti sedimentasiatau pelumpuran akibat penebangan hutan dan praktek pertanian yangtidak mengindahkan asas konservasi lahan dan lingkungan.

Dengan demikian pembangunan berkelanjutan pada dasarnyamerupakan suatu strategi pembangunan yang memberikan semacamambang batas (limit) pada laju pemanfaatan ekosistem alamiah sertasumberdaya alam yang ada di dalamnya. Ambang batas ini tidaklah

Page 102: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

102

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

bersifat mutlak (absolute), melainkan merupakan batas yang luwes (flex-ible) yang bergantung pada kondisi teknologi dan sosial ekonomi tentangpemanfaatan sumberdaya alam, serta kemampuan bisfer untuk menerimadampak kegiatan manusia. Dengan kata lain, pembangunanberkelanjutan adalah suatu strategi pemanfaatan ekosistem alamiahsedemikian rupa sehngga kapasitas fungsionalnya memberikan manfaatbagi kehidupan umat manusia tidak rusak. Secara garis besar konseppembangunan berkelanjutan memiliki empat dimensi yaitu: ekologis,sosial ekonomi budaya, sosial politik, serta hukum dan kelembagaan.

Ekologi adalah ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup atauilmu tentang makhluk hidup di rumahnya. Di tempat hidupnya makhlukitu tidak hidup sendiri, melainkan dikelilingi oleh makhluk hidup laindan benda-benda mati. Makhluk hidup lain dan benda mati itumerupakan lingkungan hidupnya. Bagian lingkungan hidup yang terdiriatas makhluk hidup disebut lingkungan biotik, dan bagian yang terdiridari benda mati disebut lingkungan abiotik.

Permasalahan tentang lingkungan hidup baru ramai dibicarakansekitar 50 tahun yang lalu. Perbincangan itu timbul di negara yangtelah maju terutama di Amerika Serikat, karena tercemarnya air, tanah,udara oleh limbah industri, asap mobil dan pabrik serta zat kimia yangberacun misalnya pestisida. Saat itu banyak orang yang menyangka,masalah lingkungan tidak hanya terbatas pada pencemaran tetapimasalah lingkungan lebih luas daripada pencemaran dan dapat terjadikarena tindakan manusia maupun secara alami.

Dengan mendefinisikan kualitas lingkungan sebagai derajatkemampuan lingkungan itu untuk memenuhi kebutuhan dasar manusiayang hidup di daerah itu, dapatlah diketahui bahwa kualitas lingkungandesa khususnya di kawasan pesisir adalah rendah, banyak pendudukmasih belum cukup pangan, pendidikannya masih rendah bahkantingkat sekolah 12 tahun-pun banyak yang belum menikmatinya, tingkatkesehatan rendah dan pelayanan kesehatan belum memadai, lapanganpekerjaan terbatas dan kesempatan untuk memutuskan hal-hal yangmenentukan nasib dirnya, keluarga dan masyarakat adalah sempit. Dilain pihak kita perlu meninjau bagaimanakah persepsi orang pesisirtentang kualitas lingkungan, agar dalam usaha kita untuk memperbaikikualitas lingkungan itu kita dapat mencapai sasaran dan tidakmenimbulkan masalah baru. Bahaya riil yang kita hadapi dalam usahaitu adalah bahwa kita menginginkan kualitas lingkungan pesisir yang

Page 103: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

103

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

baik menurut persepsi kita yang hidup di kota, sedangkan kebutuhandasar orang desa pesisir tidak semuanya sama dengan kebutuhan dasarkita. Persepsi kualitas lingkungan itu sangat dipengaruhi olehpandangan orang terhadap ekosistemnya.

Dalam pengertian tersebut, maka upaya pengelolaan lingkunganhidup khususnya pesisir menurut Supriharyono (2017) antara lainmencakup kelompok aktivitas sebagai berikut:a. Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menghindari atau

mencegah dampak negatif lingkungan hidup.b. Pengelolaan lingkungan hidup yang bertujuan untuk

menanggulangi, meminimalisasi atau mengendalikan dampak negatifbaik yang timbul pada saat usaha dan/atau kegiatan.

c. Pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat meningkatkan dampakpositif sehingga dampak tersebut dapat memberikan manfaat yanglebih besar baik kepada pemrakarsa maupun pihak lain terutamamasyarakat yang turut menikmati dampak positif tersebut.

Untuk menangani dampak penting dari pengelolaan lingkunganhidup, menggunakan beberapa pendekatan yang selama ini dikenalseperti: teknologi, sosial ekonomi maupun institusi, seperti penjelasandari Supriharyono (2017) berikut ini:

A. Pendekatan TeknologiPendekatan teknologi yang dimaksud ini adalah cara-cara atau

teknologi yang digunakan untuk mengelola dapak penting lingkunganhidup, sebagai contoh pendekatan teknologi yang dapat dilakukan antaralain adalah:- Dalam rangka penanggulangan limbah bahan berbahaya dan

beracun, akan ditempuh dengan cara membatasi atau mengisolasilimbah, melakukan minimalisasi limbah dengan mengurangi jumah/volume limbah (reduce) dan menggunakan kembali limbah (reuse)atau mendaur ulang (recycle), menetralisasi limbah denganmenambahkan zat kimia tertentu sehingga tidak mmebahayakanmanusia dan makhluk hidup lainnya.

- Dalam rangka mencegah, mengurangi atau memperbaiki kerusakansumberdaya alam untuk ekosistem perairan dapat ditempuh dengancara misalnya untuk aktivitas penangkapan ikan, dapat dilakukandengan cara tidak menggunakan bahan racun dan/atau bahan

Page 104: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

104

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

peledak. Adapun untuk budidaya ikan tidak menggunakan pestisidayang membahayakan lingkungan, seperti organoklorin yaitu bahankimia yang tergolong lipophylic atau hydrophobic atau sulit larutdalam air.

- Dalam rangka meningkatkan dampak positif berupa peningkatannilai tambah dari dampak positif yang telah ada, misalnya melaluipeningkatan dan daya guna dari dampak positif tersebut.

B. Pendekatan Sosial EkonomiPendekatan sosial ekonomi yang dimaksud disini adalah langkah-

langkah yang dapat ditempuh oleh pemrakarsa atau pelaku usahadan/atau kegiatan dalam upaya mengendal ikan (mencegah,menanggulangi dan memulihkan) dampak penting melalui tindakan-tindakan yang berlandaskan pada interaksi sosial dan bantuan peranpemerintah. Sebagai contoh pendekatan sosial ekonomi yang dapatdilakukan antara lain:- Pelibatan masyarakat di sekitar lokasi usaha atau kegiatan untuk

ikut berpartisiasi aktif dalam kegiatan pengelolaan lingkungan hidup.- Permintaan bantuan kepada pemerintah untuk turut mengendalikan

dampak penting lingkungan hidup karena keterbatasan kemampuanpemrakarsa.

- Permohonan keringanan bea masuk peralatan pengendalianpencemaran.

- Memprioritaskan penyerapan tenaga kerja setempat sesuai dengankeahlian dan keterampilan yang dimiliki.

- Kompensasi atau ganti rugi atas lahan milik penduduk untukkeperluan rencana usaha atau kegiatan dengan prinsip salingmenguntungkan kedua belah pihak.

- Bantuan fasilitas umum kepada masyarakat sekitar rencana usahaatau kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki pemrakarsa.

- Menjalin interaksi sosial yang harmonis dengan masyarakat sekitarguna mencegah timbulnya kecemburuan sosial.

C. Pendekatan InstitusiPendekatan institusi yang dimaksud di sini adalah suatu mekanisme

kelembagaan yang dapat ditempuh pemrakarsa, pelaku usaha ataukegiatan dalam rangka menanggulangi dampak penting terhadap

Page 105: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

105

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

lingkungan hidup. Sebagai contoh pendekatan institusi yang dapatdilakukan antara lain:- Kerjasama dengan instansi-instansi yang berkepentingan dan

berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup. Kegiatan-kegiatanini bisa berupa pembagian tugas antar instansi, siapa melakukanapa dalam pengelolaan lingkungan hidup.

- Pengawasan terhadap hasil untuk kerja pengelolaan lingkunganhidup oleh instansi yang berwenang. Seperti halnya dengan di atas,aktivitas pengawasan ini juga bisa dilakukan dengan cara bagi-bagitugas.

- Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan hidup secara berkala kepadapihak-pihak yang berkepentingan, sehingga progres setiap usahadapat diketahui atau terkontrol.

Pendekatan-pendekatan pengelolaan tersebut umumnya lebihbanyak diterapkan terhadap upaya mengantisipasi dan penanganandampak yang ditimbulkan dari suatu rencana usaha atau kegiatan yangdiduga akan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan, sepertipendirian pabrik, pembangunan pembangkit tenaga listrik yaitu PLTU,PLTA, dan lainnya. Namun dalam praktik sehari-hari bisa saja carapendekatan tersebut untuk diterapkan pada rencana usaha atau kegiatanlain seperti pengelolaan kawasan konservasi sumberdaya perairan.

3.7 Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan3.7.1 Pengertian Pengendalian

Pengertian pengendalian yang dimaksud di sini adalah pengendalianpencemaran dan/atau kerusakan lingkungan sumberdaya laut yang adadi wilayah pesisir dan laut. Pengendalian merupakan salah satu unsurpengelolaan lingkungan hidup, yang dilaksanakan dalam rangkapelestarian fungsi lingkungan hidup ekosistem sumberdaya alamtermasuk di wilayah pesisir dan laut. Ekosistem sumberdaya hayati lautmempunyai potensi yang penting untuk pengembangan ekonomimasyarakat, khususnya masyarakat pesisir. Namun di balik potensitersebut aktivitas manusia dalam memanfaatkan potensi tersebut seringdi luar batas kendali, sehingga menyebabkan kerusakan potensisumberdaya yang ada. Untuk mengantisipasi semakin rusaknyaekosistem sumberdaya alam laut dan pesisir tersebut di atas, baik yangdisebabkan oleh pencemaran maupun kerusakan lingkungan hidup yang

Page 106: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

106

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

menimbulkan perubahan fisik, kimia dan/atau hayati lingkungan hidup,maka pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 27 Tahun 2007tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Selanjutnyamengingat sifat dari keutuhan sistem, maka untuk pengelolaan ekosistemwilayah pesisir tidak akan berhasil tanpa melakukan pengelolaanlingkungan ekosistem lain di sekitarnya. Karenanya, untuk memperkuataturan tersebut maka pemerintah selanjutnya mengeluarkan Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan PengelolaanLingkungan Hidup, yang terdiri atas sumberdaya hayati dan non hayatiyang secara keseluruhan membentuk kesatuan ekosistem, termasuk didalamnya ekosistem sumberdaya pesisir dan laut.

Kedua Undang-undang tersebut yang berkiprah dalam pengelolaanlingkungan, termasuk di wilayah pesisir. Namun dalamperkembangannya, ternyata Undang-undang No. 27 Tahun 2007tersebut dirasakan belum memberikan kewenangan dan tanggung jawabnegara secara memadai atas pengelolaan perairan pesisir dan pulau-pulaukecil, sehingga perlu penyempurnaan. Terkait dengan hal ini, makapemerintah menetapkan Undang-undang No. 1 Tahun 2014 tentangPerubahan Undang-undang no. 27 Tahun 2007.

Kembali mengenai tujuan penetapan perlindungan dan pengelolaanlingkungan hidup, undang-undang ini ditujukan untuk melestarikanfungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/ataukerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum.

3.7.2 Unsur-unsur PengendalianBerdasarkan Undang-undang No. 32 Tahun 2009, ada tiga unsur

pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yangperlu dilakukan, yaitu: pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan.Ketiga unsur ini diharapkan dapat menyelamatkan potensi sumberdayaalam dari kerusakan akibat aktivitas manusia dalam memanfaatkanpotensi sumberdaya tersebut.

a. PencegahanTerkait dengan permasalahan pencemaran atau kerusakan

lingkungan hidup, pencegahan merupakan suatu upaya yang perludisikapi. Lebih baik mencegah daripada menanggulangi. Upayapencegahan di sini lebih diarahkan pada upaya pencegahan segala

Page 107: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

107

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

rencana usaha/kegiatan manusia yang diperkirakan akan menimbulkandampak perusakan sumberdaya alam, termasuk di ekosistem perairanpesisir dan laut. Menurut Undang-undang No. 32 Tahun 2009, berikutistrumen yang dapat digunakan untuk pencegahan terjadinya pencemaranatau kerusakan lingkungan hidup, antara lain sebagai berikut:

- Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan

partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunanberkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunansuatu wilayah atau kebijakan, rencana dan program. Menurut PerMenLH No. 9 Tahun 2011 tentang KLHS, kajian ini digunakan untukmerencanakan dan mengevaluasi kebijakan, rencana dan program yangakan atau sudah ditetapkan. Terkait dengan tujuan dan manfaat KLHS,maka kajian ini diwajibkan untuk disusun dan dilaksanakan pemerintahdalam rangka mengantisipasi kerusakan lingkungan hidup akibatpembangunan. KLHS itu sendiri memuat beberapa kajian antara lain:1. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk

pembangunan.2. Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup.3. Kinerja layanan/jasa ekosistem.4. Efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam.5. Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan

iklim.6. Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.

- Tata RuangUntuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan keselamatan

masyarakat, maka setiap rencana usaha atau kegiatan pembangunanharus disesuaikan dengan rencana tata ruang yang didasarkan padaKLHS. Namun sangat disayangkan banyak diantara rencana usaha ataukegiatan yang dilakukan tanpa dilandasi oleh hasil KLHS. Pada intinyaperencanaan tata ruang adalah penting untuk menjaga kelestarian fungsilingkungan hidup dan keselamatan masyarakat. Dengan perencanaantata ruang yang jelas, maka setiap rencana usaha atau kegiatanpembangunan bisa diarahkan atau disesuaikan dengan rencana tataruang tersebut.

Page 108: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

108

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

- Baku Mutu Lingkungan HidupBaku Mutu Lingkungan Hidup (BMLH) yang dimaksud di sini

adalah batas ukuran atau kadar makhluk hidup, zat, energi ataukomponen yang ada atau harus ada dan unsur pencemar yangditenggang keberadaannya dalam suatu sumberdaya tertentu sebagaiunsur lingkungan hidup. BMLH ini sangat bervariasi, tergantung padaperuntukannya. Terkait dengan pencegahan terjadinya pencemaranperairan, maka berikut beberapa peraturan perundangan yang terkaitdengan baku mutu lingkungan perairan.

• Kepmen LH No. Kep-51/Menlh/10/1995 tentang Baku Mutu LimbahCair bagi Kegiatan IndustriYang dimaksud dalam hal ini adalah batas maksimum limbah cair

yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan perairan. Limbah cair yangdimaksud di sini adalah keadaan limbah cair yang dinyatakan dengandebit, kadar dan beban pencemaran. Debit maksimum (DM) adalah debittertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan perairan.Kadar maksimum (KM) adalah kadar tertinggi yang masih diperbolehkandibuang ke lingkungan.

• Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang PengelolaanKualitas Air dan Pengendalian Pencemaran AirMutu air yang dimaksud di sini adalah kondisi kualitas air yang

diukur atau diuji berdasarkan parameter dan metode tertentu. Kriteriaperuntukan air menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001diklasifikasikan menjadi empat kelas, yaitu:1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air

baku air minum dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutuair yang sama dengan kegunaan tersebut.

2. Kelas dua, air yang peruntukkanya dapat digunakan untukprasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan peruntukan lainyang mempersyaratkan mutu air sama dengan kegunaan tersebut.

3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untukpembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairipertanaman dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu airsama dengan kegunaan tersebut.

Page 109: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

109

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untukmengairi pertanaman dan peruntukan lain yang mempersyaratkanmutu air sama dengan kegunaan tersebut.

Semakin tinggi kelas menunjukkan mutu air yang sangat bagus,yaitu mutu atau kualitas air yang diperuntukan terkait dengan kesehatanmanusia. Terkait hal tersebut, untuk mengendalikan pencemaran air,maka pemerintah sesuai dengan kewenangan masing-masingmenetapkan beberapa hal sebagai berikut:a. Menetapkan daya tampung beban pencemaran.b. Melakukan inventarisasi dan indentifikasi sumber pencemar.c. Menetapkan persyaratan air limbah untuk aplikasi pada tanah.d. Menetapkan persyaratan pembuangan air limbah ke air atau

sumber air.e. Memantau kualitas air pada sumber air.f. Memantau faktor lain yang menyebabkan perubahan mutu air.

• Kepmen LH No. 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air LimbahDomestikYang dimaksud dengan air limbah domestik adalah air limbah yang

berasal dari usaha atau kegiatan pemukiman (real estate), rumah makan,perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Adapun baku mutuair limbah domestik adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemardan jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam airlimbah domestik yang akan dibuang atau dilepas ke air permukaan.

Tabel 10. Baku Mutu Air Limbah Domestik

Sumber: KepMen LH No. 112 Tahun 2003

Page 110: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

110

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

• KepMen LH No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air LautBaku mutu air laut yang dimaksud adalah ukuran batas atau kadar

makhluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus adadan unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air laut.Adapun pengertian laut di sini adalah ruang wilayah lautan yangmerupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanyayang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional.Terkait dengan definisi ini, mengingat peruntukan laut sangat bervariasi,seperti untuk peruntukan pelabuhan, pariwisata bahari, dan biota laut.Mengingat kondisi geografis Indonesia yang sangat luas, maka setiapdaerah dapat menetapkan baku mutu air laut yang kualitasnya samaatau lebih ketat dari yang telah ditetapkan.

Tabel 11. Baku Mutu Air Laut

Page 111: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

111

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

Page 112: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

112

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Catatan:1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang

digunakan (sesuai dengan metode yang digunakan).2. Metode analisis mengacu pada metode analisis untuk air laut yang

telah ada, baik internasional maupun nasional.3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap

saat (siang, malam dan musim).4. Pengamatan oleh manusia (visual).5. Pengamatan oleh manusia (visual). Lapisan minyak yang diacu

adalah lapisan tipis (thin layer) dengan ketebalan 0,01 mm.

Page 113: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

113

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

6. Tidak bloom adalah tidak terjadi pertumbuhan yang berlebihan yangdapat menyebabkan eutrofikasi. Pertumbuhan plankton yangberlebihan dipengaruhi oleh nutrien, cahaya, suhu, kecepatan arusdan kestabilan plankton itu sendiri.

7. TBT adalah zat antifouling yang biasanya terdapat pada cat kapal.a. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10%

kedalaman euphotic.b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10%

konsentrasi rata-rata musiman.c. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <20C dari

suhu alami.d. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan

pH.e. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas

rata-rata musiman.f. Berbagai jenispestisida seperti DDT, Endrin, Endosulfan dan

Heptachlor.g. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10%

konsentrasi rata-rata musiman.

- Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan HidupKriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup yang dimaksud adalah

ukuran batas perubahan sifat fisik, kimia dan hayati lingkungan hidupyang dapat ditenggang oleh lingkungan hidup untuk dapat tetapmelestarikan fungsinya. Terkait dengan hal ini ada beberapa kriteria bakuperusakan sub-sistem sumberdaya pesisir yang telah ditetapkannya, diantaranya adalah:1. KepMen LH No. 201/2004 tentang kriteria baku dan pedoman

penentuan kerusakan mangrove.2. KepMen LH No. 200/2004 tentang kriteria baku kerusakan dan

pedoman penentuan status padang lamun.3. KepMen LH No. 04/2001 tentang kriteria baku kerusakan terumbu

karang.

- Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Amdal (AMDAL)Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Amdal adalah kajian

mengenai kemungkinan dampak penting suatu rencana usaha dan

Page 114: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

114

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

kegiatan terhadap lingkungan hidup. Amdal ini merupakan suatuinstrumen pengendalian kemungkinan kerusakan lingkungan, termasukperairan. Sehingga bagi yang ingin melakukan usaha atau kegiatan yangdiperkirakan akan menimbulkan dampak penting diwajibkanmempunyai Izin Lingkungan. Untuk mendapatkannya diwajibkanmenyusun dokumen Amdal terlebih dahulu. Berdasarkan PeraturanPemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang izin lingkungan tepatnya pasal8, dinyatakan bahwa untuk menyusun dokumen Amdal Pemrakarsawajib menggunakan pendekatan studi sesuai dengan kebutuhan, yaitu.a. Tunggal

Pendekatan studi tunggal dilakukan apabila Pemrakarsamerencanakan untuk melakukan 1 (satu) jenis usaha atau kegiatanyang kewenangan pembinaan atau pengawasannya berada dibawah 1 (satu) kementrian, lembaga pemerintah non kementrian,satuan kerja pemerintah provinsi atau satuan kerja pemerintahkabupaten/kota.

b. TerpaduPendekatan studi terpadu dilakukan apabila Pemrakarsamerencanakan untuk melakukan lebih dari 1 (satu) jenis usaha ataukegiatan yang perencanaan dan pengelolaannya saling terkait dalamsatu kesatuan hamparan ekosistem serta pembinaan ataupengawasannya berada di bawah lebih dari 1 (satu) kementrian,lembaga pemerintah non kementrian, satuan kerja pemerintahprovinsi atau satuan kerja pemerintah kabupaten/kota.

c. KawasanPendekatan studi kawasan dilakukan apabila Pemrakarsamerencanakan untuk melakukan lebih dari 1 (satu) usaha ataukegiatan yang perencanaan dan pengelolaannya saling terkait,terletak dalam satu kesatuan zona rencana pengembangan kawasan,yang pengelolaannya dilakukan oleh pengelola kawasan.

- UKL-UPLUKL-UPL atau Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya

Pemantauan Lingkungan, juga kajian lingkungan yang mirip denganAmdal. Perbedaan antara Amdal dan UKL-UPL, terletak pada bobotdampak dari rencana usaha atau kegiatannya. Apabila Amdaldiprioritaskan bagi rencana usaha atau kegiatan yang diperkirakan akan

Page 115: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

115

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

menimbulkan dampak penting, tetapi UKL-UPL lebih kepada rencanausaha atau kegiatan yang tidak menimbulkan dampak penting. Sebagaicontoh, budidaya tambak udang/ikan tingkat teknologi maju dan madyadengan atau tanpa unit pengolahannya dengan luas > 50 Ha atau usahabudidaya perikanan terapung (jaring apung) di air laut dengan luas> 5 Ha atau jumlah > 1.000 unit wajib memiliki Amdal. Sehingga apabilausaha yang akan dilakukan dengan luasan jumlah yang masih di bawahketentuan maka wajib UKL-UPL.

- PerizinanPerizinan yang dimaksud adalah izin yang diberlakukan bagi setiap

usaha atau kegiatan yang wajib memiliki Amdal dan UKL-UPL atau seringdisebut Izin Lingkungan. Hal ini merupakan suatu upaya pencegahanterjadinya perusakan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

- Instrumen Ekonomi Lingkungan HidupEkonomi lingkungan adalah juga merupakan salah satu instrumen

pencegahan pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup. Ada 3(tiga) hal yang disoroti terkait dengan rencana pembangunan, yaitu:1) pengusaha atau pemrakarsa harus merencanakan pembangunansejelas mungkin termasuk kegiatan ekonominya, seperti neracasumberdaya alam dan lingkungan hidup. 2) perencana kegiatan harusmenghitung dana lingkungan hidup yang ditimbulkan akibatpembangunan. Dana lingkungan hidup yang dimaksud adalah danauntuk jaminan pemulihan lingkungan hidup, penanggulanganpencemaran atau kerusakan dan dana amanah/bantuan untukkonservasi. 3) pemberian insentif atau disinsentif bagi setiap pelaku usaha.

- Anggaran Berbasis Lingkungan HidupJer Basuki Mawa Beya adalah kiasan dalam bahasa Jawa yang berarti

tidak ada kemakmuran/kesejahteraan tanpa pengorbanan (biaya).Demikian halnya dengan pengelolaan lingkungan hidup, tidak akanberhasil bila tidak punya dana atau biaya. Karenanya pemerintah wajibmengalokasi anggaran khusus lingkungan hidup yang memadai untukperlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik.

- Analisa Resiko Lingkungan HidupAnalisa Resiko Lingkungan Hidup adalah analisis atau kajian risiko,

pengelolaan risiko dan komunikasi risiko dari rencana usaha ataukegiatan yang diperkirakan akan menimbulkan dampak penting terhadap

Page 116: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

116

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

lingkungan. Dengan mengetahui kemungkinan risiko terhadaplingkungan hidup, maka dapat disiapkan langkah-langkah pengelolaandan komunikasinya.

- Audit Lingkungan HidupAudit Lingkungan Hidup adalah evaluasi yang dilakukan untuk

menilai ketaatan penanggung jawab usaha atau kegiatan terhadappersyaratan hukum dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.Dengan mengetahui ketaatan para penanggung jawab usaha ataukegiatan terhadap hukum, maka permasalahan lingkungan hidupmenjadi terkendali.

b. PenanggulanganPenanggulangan pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup

dapat dilakukan dengan cara:- Pemberian informasi peringatan pencemaran atau kerusakan

lingkungan hidup kepada masyarakat.- Pengisolasian pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup.- Penghentian sumber pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup.- Cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi.

Upaya penanggulangan ini juga dapat dilakukan untukmengantisipasi semakin rusaknya ekosistem sumberdaya hayati perairanseperti mangrove, padang lamun atau terumbu karang. Untuk itu tentusaja harus dipantau terus sejauh mana kerusakan sumberdaya tersebut,sehingga dapat diketahui langkah-langkah pengelolaannya. Berikut tatacara pemantauan atau penentuan kerusakan beberapa ekosistemsumberdaya hayati perairan.

1) Pedoman Penentuan Kerusakan MangroveKepMen LH No. 201/2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman

Penentuan Kerusakan Mangrove, di dalamnya menjelaskan bagaimanatata cara menentukan kerusakan ekosistem mangrove, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Daerah Pengukuran- Sempadan pantai mangrove: minimal 130 kali nilai rata-rata

perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur darigaris air surut terendah ke arah darat. Pada kondisi pantai yang

Page 117: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

117

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

terdapat hamparan endapan lumpur, digunakan batasan 100 m darigaris pasang tertinggi.

- Sempadan sungai mangrove: 50 m ke arah kiri dan kanan dari garispasang tertinggi air sungai yang masih dipengaruhi pasang air laut.

Metode PengukuranMetode pengukuran yang digunakan untuk mengetahui kondisi

mangrove adalah dengan menggunakan Metode Transek Garis dan PetakContoh (Line transect Plot), yaitu metode pencuplikan contoh populasisuatu ekosistem dengan pendekatan petak contoh yang berada pada garisyang ditarik melewati wilayah ekosistem tersebut. metode pengukurnaini merupakan salah satu metode pengukuran yang paling mudahdilakukan namun memiliki tingkat akurasi dan ketelitian yang akurat.

Mekanisme Pengukuran- Wilayah kajian yang ditentukan untuk pengamatan vegetasi man-

grove harus dapat mengindikasikan atau mewakili setiap zona man-grove yang terdapat di wilayah kajian.

- Pada setiap wilayah kajian ditentukan stasiun pengamatan secarakonseptual berdasarkan keterwakilan lokasi kajian.

- Pada setiap stasiun pengamatan, ditetapkan transek garis dari arahlaut ke darat (tegak lurus garis pantai sepanjang zonasi hutan man-grove) di daerah intertidal).

- Pada setiap zona mangrove yang berada di sepanjang transek garis,letakkan secara acak petak-petak conoh (plot) berbentuk bujursangkar dengan ukuran 10 m x 10 m sebanyak paling kurang 3(tiga) petak contoh (plot).

- Pada setiap petak contoh (plot) yang telah ditentukan, determinasisetiap jenis tumbuhan mangrove yang ada, hitung jumlah individusetiap jenis, dan ukur lingkaran batang setiap pohon mangrovesetinggi dada, sekitar 1,3 m.

Metode Analisis- Penutupan: perbandingan antara luas area penutupan jenis I (Ci)

dan luas total area penutupan untuk seluruh jenis ( C):

RCi = (Ci / C) x 100Ci = BA / A

Page 118: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

118

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Dimana:BA = DBH2 / 4 (dalam cm2)

= 3,14DBH = diameter batang pohon dari jenis I

= CBH / ð (dalam cm)CBH = lingkaran pohon setinggi dadaA = luas total area pengambilan contoh (luas total petak

contoh/plot)- Kerapatan: perbandingan antara jumlah tegakan jenis I (ni) dan

jumlah total tegakan seluruh jenis ( n):

Rdi = (ni / n) x 100

2) Pedoman Penentuan Status Padang LamunKepMen LH No. 200/2004 Tentang Kriteria Baku Kerusakan dan

Pedoman Status Padang Lamun, menjelaskan bagaimana tatacaramenentukan kerusakan dan status ekosistem padang lamun. Berikutlangkah-langkah penentuan kondisi padang lamun sesuai keputuanmenteri:

Daerah PengukuranDaerah pengukuran yang jelas, perairan yang ada padang lamunnya.

Hanya untuk pemilihan lokasi atau site-nya, sangat tergantung daritujuan penelitian. Pemilihan lokasi didasarkan atas variasi kelimpahanlamun, mulai dari yang jarang sampai rimbun, atau juga variasikeanekaragaman jenis lamun, beranekaragam (heterogen) atau tidak(homogen) lamun. Selain itu, tidak jarang pula pemilihan lokasi jugadikaitkan pada aspek jarak transek horizontal (sejajar pantai) dan vertikal(kedalaman).

Metode PengukuranMetode pengukuran yang digunakan untuk memantau kondisi

padang lamun adalah metode transek dan petak contoh (transect plot).Metode ini merupakan metode pencuplikan populasi suatu komunitaslamun dengan pendekatan petak contoh yang berada pada garis yangditarik melewati wilayah ekosistem tersebut.

Page 119: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

119

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

Mekanisme PengukuranAdapun mekanisme pengukuran adalah sebagai berikut:

a. Lokasi yang ditentukan untuk pengamatan vegetasi padang lamunharus mewakili wilayah kajian, dan juga harus mengindikasikanatau mewakili setiap zona padang lamun yang terdapat di wilayahkajian.

b. Pada setiap lokasi ditentukan stasiun-stasiun pengamatan secarakonseptual berdasarkan keterwakilan lokasi kajian.

c. Pada setiap stasiun pengamatan, tetapkan transek-transek garis dariarah darat ke laut (tegak lurus garis pantai sepanjang zonasi padanglamun) di daerah intertidal.

d. Pada setiap transek garis, letakkan petak-petak contoh (plot)berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 1 m x 1 m denganinterval 5 m untuk kawasan majemuk.

e. Pada setiap petak contoh (plot) yang telah ditentukan, determinasisetiap jenis tumbuhan lamun yang ada dan hitung jumlah individusetiap jenis.

AnalisisUntuk mengetahui luas area penutupan jenis lamun tertentu

dibandingkan dengan luas total area penutupan untuk seluruh jenislamun, digunakan metode Saito dan Adobe. Adapun metodepenghitungannya adalah sebagai berikut:a. Petak contoh yang digunakan untuk pengambilan contoh

berukuran 50 cm x 50 cm yang masih dibagi-bagi lagi menjadi 25sub petak, berukuran 10 cm x 10 cm.

b. Dicatat banyaknya masing-masing jenis pada tiap sub petak dandimasukkan ke dalam kelas kehadiran berdasarkan tabel 11 berikut:

Page 120: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

120

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Tabel 12. Kelas Penutupan Area Lamun

Adapun penghitungan penutupan jenis lamun tertentu pada masing-masing petak dilakukan dengan menggunakan rumus:

C = (Mi x fi) f

Dimana:C = persentase penutupan jenis lamun iMi = persentase titik tengah dari kelas kehadiran jenis lamun if = banyaknya sub petak dimana kelas kehadiran jenis lamun i sama

Gambar 27. Petak Pengambilan Sampel Lamun

Page 121: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

121

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

3) Pedoman Penentuan Kerusakan Terumbu KarangMengetahui kerusakan terumbu karang, perlu dilakukan

pengukuran kelimpahan atau jumlah tutupan karang hidup (living coralcover) dan karang mati (dead coral cover), serta keanekaragaman jeniskarang (coral diversity). Adapun lokasi pengukuran disesuaikan denganlokasi penelitian (Supriharyono, dkk., 2002).

Daerah PengukuranDaerah atau lokasi pengukuran sangat ditentukan oleh tujuan

penelitian. Lokasi yang dimaksud disini adalah lokasi pengukuran, yangdiperkirakan akan terkena dampak suatu rencana usaha dan kegiatanatau lokasi pemantauan usaha dan kegiatan atau lokasi pemantauanuntuk tujuan konservasi.

Metode PengukuranAda beberapa metode atau cara yang digunakan oleh para peneliti

untuk mengukur struktur masyarakat karang antara lain: Manta Tow,RRA (Rapid Reef Assessment), Point Intercept Transect, Quadrate Transect, LineTransect. Namun yang paling umum digunakan adalah metode QuadrateTransect dan Line Transect. Kedua metode ini adalah termasuk carapenentuan struktur karang melalui pengambilan sampel. Untukmendapatkan jumlah sampel yang memadai atau dapat mewakilikomunitas karang yang hidup disitu, maka pengambilan sampeldilakukan secara horizontal (sejajar pantai), mulai dari adanya kehidupankarang di daerah reef flat dan vertikal (tegak lurus) sampai ke daerahtubir (reef slope), dengan interval antar transek 5 – 10 m tergantung padakehomogenan jenis karang. Apabila karang yang tumbuh di daerahtransek tersebut homogen (jenis-jenis karangnya relatif sama), makainterval transek ke arah vertikal dibuat 10 m, sedangkan bila cukupberanekaragam (heterogen), interval dibuat 5 m. Namun demikian adapula para peneliti yang tanpa melihat homogen atau heterogennyastruktur karang, yaitu ditetapkan komunitas karang yang ada padakedalaman 3 m dan 10 m. Sedangkan untuk horizontalnya merekamenetapkan panjang 100 m (English, et.all, 1997).

Penggunaan metode penentuan kondisi karang di atas, termasukQuadrate Transect dan Line Transect, biasanya diawali dengan pra surveiyang dilakukan untuk mengetahui kondisi karang secara cepat. Untukmaksud ini, maka peneliti biasanya menggunakan metode Manta Tow.

Page 122: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

122

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Manta Tow ini digunakan untuk mengetahui kondisi terumbu karangsecara menyeluruh, seperti baagimana life form atau bentuk luar(morfologi) dari komunitas terumbu, termasuk sepintas mengenai jenis-jenis karang atau ikan ikan karang dan biota lainnya yang mendominasidi perairan karang tersebut.

Mekanisme PengukuranAda dua cara atau metode pengukuran struktur karang, yaitu

dengan cara metode kwadrat transek dan transek garis. Biasanya seorangpeneliti tidak bisa mengidentifikasi langsung jenis karang yang dijumpai,sehingga harus diambil sebagai sampel. Karenanya dibutuhkan pulabagaimana mengoleksi sampel yang mewakili populasi tetapi cukupramah lingkungan.

1) Kwadrat TransekKwadrat transek biasanya dilakukan dengan menggunakan alat

bantu frame berukuran 1 x 1 m2, yang terbuat dari logam (supaya bisatenggelam). Pengukuran struktur karang, yaitu kelimpahan dilakukandengan menghitung jumlah koloni karang hidup dan karang mati yangada di dalam transek. Namun sering kali cara ini juga digunakan untukmengukur tutupan karang, yang dalam hal ini mengukur persentaseluas karang hidup, mati dan substrat (termasuk tumbuhan, pecahankarang, pasir dan lainnya). Berhubung di dalam alat tersebut tidak adaukurannya, maka persentase luasan biasanya dilakukan secara kira-kira.Pengukuran jumlah koloni karang hidup sering dicatat pula jenis karangtersebut. Ini dilakukan untuk penentuan kelimpahan relatif ataukeanekaragaman jenis karang.

Page 123: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

123

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

Gambar 28. Metode Transek Kuadrat

2) Transek Garis (Line Transect)Berbeda dari kuadrat transek, pengukuran dengan transek garis

menggunakan alat ukur berupa meteran berskala dengan panjangtertentu, seperti 10 m, 20 m, 30 m dan seterusnya. Persentase tutupankarang, baik yang hidup maupun yang mati dan substrat diukur dariperbandingan panjang parameter tersebut dengan panjang meteran yangdigunakan. Karena berskala atau mempunyai ukuran, maka penentuanpresentase tutupan karang dengan cara ini cenderung lebih tepat.Disamping itu cara ini sekaligus dapat mencatata jenis-jenis karang yangdilalui meteran tersebut, sehingga dapat diketahui kelimpahan jenis ataukeankeragaman karang di daerah tersebut.

Page 124: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

124

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Gambar 29. Metode Transek Garis

3) Identifikasi Sampel KarangSeringkali dalam pengukuran kelimpahan dan keanekaragaman

karang, peneliti mengalami keraguan tentang jenis karang yang dilihatatau diteliti. Berkaitan dengan hal ini perlu dilakukan pengambilansampel karang tersebut. sampel karang yang diambil dianjurka tidakterlampau besar, karena bisa merusakkan ekosistem terumbu karang,namun juga tidak terlampau kecil, karena sulit identifikasi. Ambil sampelkarang secukupnya dan rendam sampel ini ke dalam larutan chloroxsesampainya di laboratorium selama semalam. Setelah direndamkemudian cuci atau semprot dengan air yang bertekanan tinggi untukmelepaskan jaringan polyp binatang karang dari rumah atau kerangkakarangnya, kemudian jemur sampai kereing. Untuk identifikasi karanggunakan kunci identifikasi karang, yang sesuai dengan daerah atau lokasipengambilannya, Indo Pasifik atau Caribbean karang. Untuk identifikasidan determinasi sampel karang yang berasal dari daerah Indo Pasifik,bisa digunakan buku identifikasi karangan Veron (1986).

AnalisisSeperti diuraikan sebelumnya, setelah data diperoleh selanjutnya

dianalisis untuk mengetahui kelimpahan dan keanekaragamankarangnya. Baik buruk atau rusak tidaknya terumbu karang di suatuperairan karang diketahui dari kelimpaha atau yang biasanyadicerminkan dari nilai persen tutupan karang, seperti yang pernahdibahas sebelumnya. Disamping itu kerusakan atau keharmonisan

Page 125: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

125

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

kehidupan komunitas karang juga dapat dinilai dari nilai indekskeanekaragaman danindeks keseragaman karang. Indeks-indeks inidihasilkan dari perhitungan rasio jumlah jenis dan jumlah individu setiapjenis karang, dengan menggunakan rumus Shannon dan Weaver(Weiner) seperti berikut:

Dimana:H’ =indeks keanekaragamans = jumlah spesiesni = jumlah individu pada spesies ke iN = jumlah total individu

Adapun arti dari nilai indeks tersebut adalah sebagai berikut:H’ < 1 = keanekaragaman kecil, tekanan lingkungan sangat kuat1 < H’ < 3 = keankeragaman sedang, tekanan sedangH’ > 3 = keanekaragaman tinggi, keseimbangan ekosistem merata

Disamping rumus di atas, untuk mengetahui ada tidaknya dominasispesies tertentu dalam suatu perairan, maka Shannon – Wiener, jugamerumuskan suatu indeks yang disebut dengan indeks evenness ataukeseragaman, sebagai berikut:

Dimana:J = indeks keseragamanH’maks = log s

Nilai J berkisar antara 0 – 1. Semakin kecil nilai J berarti semakinkecil nilai keseragaman jenis atau semakin tidak meratanya sebaranjumlah individu tiap jenis, atau ada kecenderungan masyarakatorganisme di perarian tersebut didominasi oleh spesies tertentu. Dengankata lain, bahwa semakin kecil nilai J berarti bahwa semakin jelek ataurendah kualitas perairan atau kondisi terumbu karang di perairantersebut, karena hanya didominasi oleh spesies karang tertentu saja.

Page 126: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

126

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

c. PemulihanUndang-undang No. 32 Tahun 2009 tepatnya pasal 54 ayat 1 diatur

bahwa setiap orang yang melakukan pencemaran atau perusakanterhadap lingkungan hidup, wajib melakukan pemulihan fungsilingkungan hidup. Upaya pemulihan fungsi lingkungan hidup tersebutdapat dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu:1) Penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur pencemar.2) Remediasi, secara umum dapat diartikan sebagai proses pemulihan

dari kondisi yang terkontaminasi oleh bahan pencemar. Namunremediasi juga dapat diartikan sebagai metode untuk membersihkanatau memulihkan kembali suatu kondisi misalnya permukaan tanahyang tercemar.

3) Rehabilitasi, adalah upaya memperbaiki, memulihkan ataumeningkatkan kondisi ekosistem yang telah rusak agar dapatberfungsi kembali secara optimal, baik sebagai unsur produksi, mediapengatur tata air maupun sebagai unsur perlindungan alam lingkungan.

4) Restorasi, adalah tindakan untuk memulihkan ekosistem yang telahterdegradasi kembali menjadi semirip mungkin dengan kondisiaslinya. Sedangkan tujuan utama restorasi adalah untukpeningkatan kualitas ekosistem yang telah terdegradasi dalam halstruktur dan fungsi ekosistem.

5) Cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan danteknologi.

Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa pemerintah sebenarnyasangat fair dalam rangka mengatasi permasalahan lingkungan, termasuksumberdaya perairan. Penanganan permasalahan lingkungan tidakhanya dilakukan ketika dampak telah terjadi, tetapi dimulai dari tahapperencanaan (pra konstruksi), selama proses (konstruksi) sampai setelahproses (pasca konstruksi atau operasi), bahkan setelah ditutupnya proyekyang dilakukan atau decommessioning (pasca operasi).

3.7.3 Tindakan Pengendalian KawasanMengantisipasi perusakan ekosistem sumberdaya khususnya di

wilayah pesisir, disamping pencegahan dapat pula dilakukan melaluipenanggulangan dan pemulihan. Upaya pengendalian aktivitaspencemaran dan perusakan ekosistem sumberdaya alam pesisir dan laut,ini dilakukan melalui penetapan kawasan konservasi.

Page 127: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

127

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

Prinsip konservasi laut, dengan menetapkan sistem zonasi yaitu:Zona Inti, Zona Lindung, Zona Pemanfaatan, Zona Penyangga. Adapunzona inti dan zona lindung, merupakan zona yang dikhususkan untukmelindungi atau mempertahankan keanekaragaman hayati plasmanutfah dari segala aktivitas manusia (kecuali penelitian yang mendapatizin pengelola kawasan). Sedangkan aktivitas manusia lebih diarahkanke zona pemanfaatan dengan fokus pada pemanfaatan pariwisata bahari,dan zoa penyangga untuk perikanan tangkap serta budidaya.

Keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi perlu adanya strategiyang dapat digunakan yaitu:a) Pengelolaan Zona Inti dan /atau Lindung

Pengelolaan kawasan zona khususnya zona inti atau zona lindung,mengingat daerah ini merupakan daerah terlarang untuk aktivitaspenduduk, maka daratan pulaunya harus bebas dari tumbuhan atautanaman produksi atau sumber air tawar yang dapat dimanfaatkanoleh masyarakat secara langsung.

b) Pengelolaan Zona Pemanfaatan dan PenyanggaPengelolaan zona ini tetap dimanfaatkan sesuai dengan kaidah yangtelah ditentukan. Sebagai contoh zona penyangga, fungsipenyangga dalam hal ini bukan berarti bisa memanfaatkansumberdaya yang ada tanpa terkendali, seperti penggunaan bahanpeledak atau bahan beracun. Pada aturan terbaru zona inidikategorikan sebagai zona pemanfaatan terbatas (Undang-undangNo. 27 Tahun 2007) atau zona perikanan berkelanjutan (PP No. 60Tahun 2007). Pemanfaatan sumberdaya ikan di ekosistem terumbukarang, seperti ikan karang dan ikan hias perlu dicarikan ataudipilih alat tangkap yang ramah lingkungan terumbu karang.

c) Peningkatan Kesadaran MasyarakatPeningkatan kesadaran masyarakat ditujukan untuk meyakinkankepada masyarakat pantai khususnya nelayan, akan manfaat jangkapanjang dari pelrindungan kawasan yaitu manfaat keberlanjutanyang dihasilkan oleh usaha perlindungan kawasan. Karenanya peranserta masyarakat harus dipusatkan pada identifikasi, perancangandan pelaksanaan berbagai kemungkinan manfaat yang dapatdiperoleh dari usaha perlidungan kawasan terumbu karang.

Page 128: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

128

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

d) Peningkatan Mutu PengelolaanTingkat pengelolaan belum intensif karena masih lemahnyaperaturna perundangan yang ada, dan masih terjadi penyimpangandalam memanfaatkan sumberdaya alam di daerah pantai, sehinggaperlu perencanaan matang. Termasuk perlu adanya peningkatanpengetahuan para petugas selain nelayan itu sendiri.

e) KepariwisataanKunjungan wisata merupakan aset yang dapat menyumbangkandevisa negara, akan tetapi kepariwisataan harus tetap terjaga.Karenanya pengembangan pariwisata hendaknya tidak ditujukanuntuk mass tourism, akan tetapi lebih ke arah eco-tourism. Demikianpula mengenai cendera mata hendaknya pengambilan bahan-bahan tidak merusak lingkungan daerah tersebut khususnyaterumbu karang.

3.7.4 Mekanisme Pengawasan LingkunganSupriharyono (2017) membagi mekanisme pengawasan lingkungan

dalam 3 kawasan, yaitu pengawasan di darat, pengawasan perkapalan dipelabuhan dan kegiatan penambangan di laut serta wilayah yang sensitif.

a. Pengawasan di DaratPengawasan di darat difokuskan pada pabrik yang membuang

limbahnya langsung ke laut atau kegiatan lainnya, seperti reklamasi,penambangan mineral, pasir laut. Pengawasan dilakukan oleh pejabatpengawasan lingkungan dari Kementrian Lingkungan Hidup maupuninstansi yang bertanggung jawab di bidang pengendalian dampaklingkungan. Disamping itu pengawasan juga dapat mengikutsertakanlaboratorium di daerah yang telah ditunjuk oleh Gubernur.

Data hasil pengawasan disampaikan pada penanggung jawabkegiatan yang bersangkutan, dengan tembusan kepada Menteri danBapedalda Provinsi (apabila pengawasan dilakukan oleh instansilingkungan di Kabupaten/Kota). Tindak lanjut pengawasan berupapemberian surat pujian atau bentuk intensif lainnya, jika penanggungjawab usaha atau kegiatan tidak menaati peratiran akan diberi peringatandan dilakukan pembinaan dengan cara pembuatan surat pernyataankesediaan menurunkan beban pencemaran sampai memenuhi Baku Mutudalam batas waktu tertentu. Apabila penanggung jawab usaha ataukegiatan tetap membandel, maka akan diproses melalui penegakanhukum sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Page 129: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

129

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

b. Pengawasan Kegiatan Perkapalan di PelabuhanPengawasan terhadap kapal yang sedang berlabuh diutamakan

terhadap kapal yang mengangkut limbah, dan kapal lainnya yangberpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan. Pengawasandilakukan oleh pejabat pengawas lingkungan bersama-sama KPLP atauperwira pemeriksa dari TNI Angkatan Laut, Polisi/Airud. Disampingitu pengawasan juga dapat mengikutsertakan laboratorium di daerahyang telah ditunjuk oleh gubernur, untuk pengambilan contoh ataupengukuran beberapa parameter yang dikehendali di lapangan.

Hasil pemeriksaan diberitahukan kepada nahkoda kapal dandisampaikan ke Syahbandar, Administrasi Pelabuhan, serta atasan daripetugas yang ikut dalam tim pengawasan. Kegiatan perkapalan yangmencemari pelabuhan dan menimbulkan dampak besar dan pentingakan diproses melalui penegaka hukum sesuai peraturan perundanganyang berlaku.

c. Pengawasan Kegiatan Penambangan di Laut dan di WilayahSensitifPengawasan kegiatan penambangan pasir di laut maupun kegiatan

penambangan lainnya, dilakukan oleh pejabat pengawas lingkunganhidup sesuai dengan areal kewenangannya. Pengawasan wilayah sensitifmisalnya terumbu karang, padang lamun, mangrove atau daerah tamannasional dilakukan oleh pejabat pengawas lingkungan berkoordinasidengan PKA (Perlindungan dan Konservasi Alam) atau instansi teknisterkait yang bertanggung jawab pada wilayah tersebut.

Hasil kegiatan pengawasan (compliance report) dalam waktu satutahun, selanjutnya dilaporkan oleh Kepala Bapedalda atau instansilingkungan lainnya kepada bupati/walikota dan selanjutnyamelaporkannya kepada DPRD adalam acara sidang pertanggung-jawaban kerja tahunan.

Page 130: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

130

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

4.1 Definisi Sistem Informasi GeografisSIG merupakan sistem informasi spasial berbasis komputer yang

mempunyai fungsi pokok untuk menyimpan, memanipulasi, danmenyajikan semua bentuk informasi spasial. SIG juga merupakan alatbantu manajemen informasi yang berkaitan erat dengan sistempemetaan, analisis dan pengolahan data terhadap segala sesuatu informasiyang terjadi di muka bumi dan bereferensi keruangan (spasial). Datayang ada diolah dalam suatu basis data. Sistem informasi geografi bukansekedar sistem komputer untuk pembuatan peta, melainkan jugamerupakan alat analisis. Keuntungan alat analisis adalah memberikemungkinan untuk mengidentifikasi hubungan spasial diantarafeature data geografis dalam bentuk peta. SIG merupakan alat yangdapat digunakan untuk menunjang pengelolan sumberdaya yangberwawasan lingkungan.

Geografis Informasi System (GIS) atau Sistem Informasi Geografis (SIG)diartikan sebagai sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan,menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis danmenghasilkan data bereferensi geografis atau data geospatial, untukmendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan danpengelolaan penggunakan lahan, sumber daya alam, lingkungantransportasi, fasilitas kota dan pelayanan umum lainnya.

Istilah geografis merupakan bagian dari spasial (keruangan). Keduaistilah ini sering digunakan secara bergantian atau tertukar sehinggatimbul istilah yang ketiga yaitu geospasial. Ketiga istilah itu mengandung

- Bab 4 -Sistem Informasi Geografis

dalam Pemetaan Kawasan Pesisir

Page 131: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

131

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

pengertian yang sama di dalam konteks SIG. Penggunaan kata“Geografis” mengandung pengertian suatu persoalan mengenai bumi,permukaan dua atau tiga dimensi. Istilah “informasi Geografis”mengandung pengertian informasi mengenai tempat-tempat,pengetahuan mengenai posisi dimana suatu objek terletak dan informasimengenai keterangan-keterangan (atribut) yang terdapat di permukaanbumi yang posisinya diberikan atau diketahui.

Sistem komputer untuk Sistem Informasi Geografis terdiri dariperangkat keras (Hardware), perangkat lunak (Software) dan proseduruntuk penyusunan pemasukkan data pengolahan analisis, Pemodelan(Modelling) dan penayangan data geospatial. Sumber-sumber datageospatial adala Peta Digital, Foto Udara, Citra Satelit, Tabel Statistik,dan dokumen lain yang berhubungan.

Data geospasial dibedakan menjadi data grafis (data geometris) dandata atribut (data tematik). Data grafis mempunyai tiga elemen : titik(node), garis (arc), dan luasan (poligon) dalam bentuk vektor ataupunraster yang mewakili geometri topografi, ukuran, bentuk, posisi danarah. Fungsi pengguna adalah untuk memilih informasi yangdiperlukan, membuat standar, membuat jadwal pemuktahiran(updating) yang efisien, menganilisa hasil yang dikeluarkan untukkegunaan yang diinginkan dan merencanakan aplikasi.

Definisi SIG dari berbagai ahli yang telah beredar di berbagaipustaka menjelaskan definisi sebagai berikut:a. SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan

(capturing), menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan,memanipulasi, menganalisis dan menampilkan data-data yangberhubungan dengan posisi-posisi di permukaan bumi.

b. SIG adalah kombinasi perangkat keras dan perangkat lunak yangmemungkinkan untuk mengelola (manage), menganalisa, memetakaninformasi spasial berikut data atributnya (data deskriptif) denganakurasi kartografi.

c. SIG adalah sistem yang terdiri dari perangkat keras, perangkatlunak, data, manusia (brainware), organisasi dan lembaga yangdigunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisa, danmenyebarkan informasi-informasi mengenai daerah-daerah dipermukaan bumi (Chrisman, 1997).

Page 132: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

132

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

d. SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasidata geografi. Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat kerasdan perangkat lunak komputer yang berfungsi untuk akuisisi danverifikasi data, kompilasi data, penyimpanan data, perubahan danupdating data, manajemen dan pertukaran data, manipulasi data,pemanggilan dan presentasi data dan Analisa data.

e. SIG adalah sistem komputer yang digunakan untukmengumpulkan, memeriksa, mengintegrasikan dan menganalisainformasi-informasi yang berhubungan dengan permukaanbumi (Demers, 1997).

f. SIG adalah kumpulan yang terotganisi dari perangkat keraskomputer, perangkat lunak, data geografis dan personil yangdirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, meng-update, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semuabentuk informasi yang bereferensi geografi (Esri, 1990).

Penjelasan tentang GIS menurut akronimnya, sebagai berikut:a. Geography

Istilah ini digunakan karena GIS dibangun berdasarkan pada“geografi” atau “spasial”. Objek ini mengarah pada spesifikasi lokasidalam suatu keruangan atau space. Objek bisa berupa fisik, budayaatau ekonomi alamiah. Penampakan tersebut ditampilkan pada suatupeta untuk memberikan gambaran yang representatif dari spasialsuatu objek sesaui dengan kenyataannya di bumi. Simbol, warna,dan gaya garis digunakan untuk mewakili setiap spasial yangberbeda pada peta dua dimensi.

b. InformationInfomasi berasal dari pengolahan sejumlah data, dimana dalam SIGinformasi memiliki volume terbesar. Setiap objek geografi memilikistting data sendiri karen tidak sepenuhnya data yang ada dapatterwakili dalam peta. Jadi, semua data harus diasosiasikan denganobjek spasial yang dapat membuat peta menjadi inteligent. Ketikadata tersebut diasosiasikan dengan permukaan geografis yangreprensentatif, data tersebut mampu memberikan infomasi denganhanya mengklik mouse pada objek. Perlu diingat bahwa semuainformasi adalah data tapi tidak semua data merupakan informasi.

Page 133: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

133

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

c. SystemPengertian ini merujuk kepada suatu sistem yang terdiri darikumpulan elemen-elemen yang saling berintegrasi danberinterdependensi dalam lingkungan yang dinamis untuk mencapaitujuan tertentu.

Semakin berkembangnya teknologi maka semakin mempermudahmanusia dalam melakukan sesuatu dan begitu juga dalam bidangbudidaya. Aplikasi SIG dalam bidang perikanan khususnya pada sisteminformasi perikanan telah banyak dilakukan di banyak negara termasukdi Indonesia. Aplikasi SIG dalam sistem informasi perikanan khususnyapada pemetaan kelayakan lokasi budidaya (kelayakan lokasi budidayatambak, kelayakan lokasi KJA, kelayakan lokasi budidaya rumput lautdan sebagainya), peta daerah potensil penangkapan ikan, peta tataruangwilayah pesisir. Aplikasi pengindaraan jarak jauh ini juga digunakanuntuk menentukan DAS (daerah aliran sungai) dengan maksud untukmenjaga keberlangsungan kawasan tersebut sebagai daerah penyanggabagi debit sungai yang melaluinya. Sumberdaya alam berupa lahanbersifat terbatas dan cenderung akan mengalami penurunan. Karenasifatnya yang langka dan terbatas ini, maka pemerintah, pihak swastamaupun masyarakat perorangan sebagai stakeholder, akan mengalamikendala dalam mengambil keputusan tentang pemanfaatan lahan secaraoptimal. Pengambilan keputusan dalam pemanfaatan penggunaan lahandi DAS harus dilakukan secara teliti dan hati-hati berdaarkan data yangakurat dan teknik yang tepat agar pola penggunaan lahan yangdilakukan bersifat optimal dan efisien (Realino, 2005).

4.2 Konsep Dasar Sistem Informasi GeografisSistem Informasi Geografis (SIG) atau juga dikenal sebagai Geographic

Information System (GIS) pertama pada tahun 1960 yang bertujuan untukmenyelesaikan permasalahan geografis. 40 tahun kemudian GISberkembang tidak hanya bertujuan untuk menyelesaikan permasalahangeografi saja tetapi sudah merambah ke berbagai seperti analisis penyakitepidermik (demam berdarah) dan analisis kejahatan (kerusuhan)termasuk analisis kepariwisataan. Kemampuan dasar dari SIG adalahmengintegrasikan berbagai operasi basis data seperti query,menganalisisnya, serta menampilkannya dalam bentuk pemetaanberdasarkan letak geografisnya (Prahasta, 2002).

Page 134: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

134

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

SIG mampu memberikan kemudahan-kemudahan yang diinginkan.Dengan SIG, user dimudahkan dalam melihat fenomena kebumian denganperspektif yang lebih baik. SIG mampu mengakomodasi penyimpanan,pemrosesan dan penayangan data spasial digital bahkan integrasi datayang beragam, mulai dari citra satelit, foto udara, peta bahkan datastatistik. SIG juga mengakomodasi dinamika data, pemuktahiran datayang menjadi lebih mudah.

Sistem informasi geografis mempunyai kemampuan untukmenghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi,menggabungkannya, menganalisis dan akhirnya memetakan hasilnya.(Prahasta, 2005). Perolehan data/informasi geografi melalui beberapakegiatan sebagai berikut:a. Survei lapangan: pengukuran fisik (land marks), pengambilan sampel

(populasi air), pengumpulan data non fisik (data sosial, politikekonomi dan budaya).

b. Sensus: dengan pendekatan kuesioner, wawancara dan pengamatan,pengumpulan data secara nasional dan periodik (sensus jumlahpenduduk, sensus kepemilikan tanah).

c. Statistik merupakan metode pengumpulan data periodik/ per inter-val- waktu pada stasiun pengamatan dan analisis data geografitersebut, contohnya data curah hujan.

d. Tracking merupakan cara pengumpulan data dalam periode tertentuuntuk tujuan pemantauan atau pengamatan perubahan, contoh:kebakaran hutan, gunung meletus, debit air sungai.

e. Penginderaan jarak jauh (inderaja) merupakan ilmu dan seni untukmendapatkan informasi suatu objek.

4.3 Manfaat Sistem Informasi GeografisFungsi Sistem Informasi Geografis adalah meningkatkan kemampuan

menganalisis informasi spasial secara terpadu untuk perencanaan danpengambilan keputusan. SIG dapat memberikan informasi kepadapengambil keputusan untuk analisis dan penerapan database keruangan(Prahasta, 2002).

SIG mampu memberikan kemudahan-kemudahan yang diinginkan.Dengan SIG, user dimudahkan dalam melihat fenomena kebumian denganperspektif yang lebih baik. SIG mampu mengakomodasi, penyimpanan,pemrosesan dan penayangan data spasial digital bahkan integrasi datayang beragam, mulai dari satelit, foto udara, peta bahkan data statistik.

Page 135: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

135

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

Menurut Anon (2003) ada beberapa alasan mengapa perlumenggunakan SIG, di antaranya adalah:a. SIG menggunakan data spasial maupun atribut secara terintegrasi.b. SIG dapat digunakan sebagai alat bantu interaktif yang menarik

dalam usaha meningkatkan pemahaman mengenai konsep lokasi,ruang, kependudukan dan unsur-unsur geografi yang ada dipermukaan bumi.

c. SIG dapat memisahkan antara bentuk presentasi dan basis data.d. SIG memiliki kemampuan menguraikan unsur-unsur yang ada di

permukaan bumi ke dalam beberapa layer atau coverage data spasial.e. SIG memiliki kemampuan yang sangat baik dalam

memvisualisasikan data spasial berikut atributnya.f. Semua operasi SIG dapat dilakukan secara interaktif.g. SIG dengan mudah menghasilkan peta-peta tematik.h. Semua operasi SIG dapat di-costumize dengan menggunakan

perintah-perintah dalam bahasa script.i. Perangkat Lunak SIG menyediakan fasilitas untuk berkomunikasi

dengan perangkat lunak lainnya.

4.3.1 Subsistem SIGSubsistem Sistem Infomasi Geografi meliputi:

a. Data Input yaitu masukan data yang berfungsi mengumpulkan sertamempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber,kemudian mengkonversi dan mentransformasikan format data aslike dalam format SIG.

b. Data Output yaitu subsistem yang menampilkan atau menghasilkankeluaran seluruh atau sebagian basis data dalam bentuk soft copyataupun hard copy (grafik, tabel, dan sebagainya).

c. Data Management, mengorganisasikan data spasial dan atribut kedalam sebuah basis data sehingga mudah dipanggil, diupdate,maupun diedit.

d. Data Manipulation dan Analysis menentukan informasi yang dapatdihasilkan oleh SIG, manipulasi dan permodelan data.

Jika subsistem Sistem Informasi Geografi di atas dijelaskan uraianjenis masuka, proses dan jenis keluaran yang ada di dalamnya, makasubsistem SIG dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 136: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

136

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Gambar 30. Uraian Subsistem SIG

4.4 Cara Kerja dan Kemampuan SIGSIG mempunyai kelebihan dan fleksibelitas karena SIG menyimpan

semua informasi deskriptif unsur-unsurnya sebagai atribut di dalambasis data. Kemudian SIG membentuk dan menyimpannya di dalamtabel-tabel atau relational, selanjutnya SIG menghubungkan unsur diatas melalui unsur peta dan sebaliknya. SIG juga menggunakan unsurskala dimana semakin besar skala petanya maka ukuran objek yangtergambar juga semakin besar. Selain itu SIG menghubungkansekumpulan unsur-unsur peta dengan atributnya didalam satuan-satuan yang disebut layer, kumpulan dari layer ini akan membentukbasisdata SIG dengan demikian perencanaan basisdata merupakan halesensial di dalam SIG. Secara eksplisit, kemampuan SIG juga dapatdilihat dari pengertian atau definisinya. Berikut adalah kemampuanSIG ditinjau dari segi definisi yang ada:

Page 137: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

137

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

a. Memasukkan dan mengumpulkan data geografi (spasial dan atribut).b. Mengintegrasikan data geografi ( spasial dan atribut).c. Memeriksa, mengupdate mengedit) data geografi.d. Menyimpan dan memanggil kembali data geografi.e. Mempresentasikan atau menampilkan data geografi.f. Mengelola data geografi.g. Menganalisa data geografi.h. Menghasilkan keluaran (output) data geografi dalam bentuk peta

tematik (view dan layout), tabel, grafik (chart) laporan (report).

Kemampuan SIG dari fungsi analisisnya secara umum terdapat duajenis fungsi analisis, yakni fungsi analisis atribut dan fungsu analisisspasial. Fungsi analisis atribut terdiri dari operasi dasar sistem pengelolaanbasisdata dan perluasannya yakni:a. Operasi Basis Data mencakup:

- Membuat basis data baru.- Menghapus basis data.- Membuat tabel basis data.- Menghapus tabel basis data.- Mengisi dan menyisipkan data ke dalam tabel.- Membaca dan mencari data dari tabel basis data.- Mengubah dan mengedit data yang terdapat di dalam tabel ba-

sis data.- Menghapus data dari tabel basis data.- Membuat indeks untuk setiap tabel basis data.

b. Perluasan Operasi Basis Data- Membaca dan menulis basis data.- Dapat berkomunikasi dengan sistem basis data yang lain.- Operasi-operasi atau fungsi analisis lain yang sudah rutin

digunakan di dalam sistem basis data.- Operasi-operasi atau fungsi analisis lain yang sudah rutin

digunakan dalam sistem basis data.

Page 138: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

138

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Fungsi dari Analisis Spasial itu sendiri adalah sebagai berikut:a. Klarifikasi, fungsi ini mengklarifikasikan kembali suatu data spasial

atau atribut menjadi data spasial yang baru dengan menggunakankriteria tertentu. Contoh dari manfaat analisis spasial ini adalahuntuk memperoleh data spasial kesuburan tanah, dari data spasialkadar air atau kedalaman air tanah, kedalaman efektif dan sebagainya.

b. Jaringan, fungsi ini merujuk data spasial titik-titik atau garis sebagaisuatu jaringan yang tidak terpisahkan. Fungsi ini sering digunakandi dalam bidang transportasi dan utility, misalnya aplikasi jaringankabel listrik, komunikasi telepon, pipa minyak dan gas, air minumsaluran pembuangan.

c. Overlay, fungsi ini menghasilkan data spasial baru minimal dua dataspasial yang menjadi masukannya. Misalnya untuk menghasilkanwilayah yang sesuai untuk budidaya.

d. Buffering, fungsi ini akan menghasilkan data spasial baru yangberbentuk poligon dari jarak tertentu dari data spasial yang menjadimasukannya. Misalnya data spasial titik akan menghasilkan dataspasial baru yang berupa lingkaran-lingkaran yang mengelilingititik-titik pusatnya.

e. 3 D Anaysis, fungsi ini merupakan sub-sub fungsi yangberhubungan dengan presentasi data spasial dalam ruang tigadimensi. Misalnya untuk menampilkan data spasial ketinggian,tatagun tanah, jaringan jalan dan utility dalam bentuk 3 dimensi.

f. Digital image processing atau sering disebut pengolahan citra digi-tal. Fungsi ini memiliki oleh perangkat SIG yang berbasiskan ras-ter. Karena data spasial permukaan bumi banyak diperoleh dariperekaman data satelit yang berformat raster. Maka banyak SIG ras-ter yang juga dilengkapi dengan fungsi analisis. Fungsi analisisspasial ini terdiri dari banyak sub-sub fungsi analisis pengolahancitra digital.

4.5 Peranan Penginderaan Jauh dan SIGUpaya untuk memperoleh informasi tentang potensi sumberdaya

wilayah pesisir dan lautan dalam rangka untuk mengoptimalkanpengelolaan wilayah pesisir dan lautan adalah penggunaan teknologipenginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Informasimengenai objek yang terdapat pada suatu lokasi di permukaan bumi

Page 139: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

139

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

diambil dengan menggunakan sensor satelit, kemudian sesuai dengantujuan kegiatan yang akan dilakukan, informasi mengenai objek tersebutdiolah, dianalisa, diinterpretasikan dan disajikan dalam bentuk informasispasial dan peta tematik tata ruang dengan menggunakan SIG.Pemanfaatan data penginderaan jauh dan SIG telah banyak dilakukandalam kaitannya dengan wilayah pesisir dan lautan khususnya sektorperikanan dan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan, seperti aplikasipenginderaan jauh untuk memberikan informasi Zona PotensiPenangkapan Ikan (ZPPI), kesesuaian lahan perairan untuk budidayalaut dan pariwisata bahari, identifikasi potensi wilayah pesisir (sepertihutan mangrove, terumbu karang, padang lamun dan pasir) zonasikawasan konservasi laut, analisa potensi ekonomi wilayah pesisir pulau-pulau kecil, pengamatan perubahan garis pantai, analisa pencemaranlingkungan perairan dan sebagainya. (Syah, 2010).

Pemanfaatan data penginderaan jauh di antaranya untuk penelitiantentang model pegembangan wilayah pesisir dan lautan. Penelitiandimulai dari pengembangan model parameter fisik perairan (suhupermukaan laut, klorofil, muatan padat tersuspensi, kecerahan perairan).Absorbsi gelombang infra merah oleh air dan reflektansi beberapa jenispanjang gelombang yang kuat terhadap jenis objek vegetasi dan tanahmenjadikan teknik kombinasi ini ideal dalam memetakan distribusiperubahan darat dan air yang diperlukan dalam pengekstrasianperubahan garis pantai. Teknik ini dilakukan dengan on screen digitazingyang terlebih dahulu dibuat kontras, deteksi sisi dengan cara filtering,atau segmentasi histogram. Dalam tulisan ini diuraikan beberapapendekatan teknik gabungan dalam kegiatan penginterprestasian garispantai menggunakan dataset citra Landsat dan deskripsi untuk teknikanalisis perubahannya di lingkungan SIG (Kasim, 2012).

4.6 Penerapan Teknologi Penginderaan Jauh di Bidang KelautanTeknologi modern Sistem Informasi Geografi dan penginderaan jauh

dapat digunakan untuk mendapatkan data spasial digital dengan cepatdan akurat, sehingga mampu menjawab masalah kebutuhan informasipara pemangku kebijakan. Multi konsep dalam inderaja mampumemberikan berbagai informasi spasial dan multi informasi yang lain(seperti multi spektral, multi sensor, multi waktu, multi polarisasi danmulti tahap). Aplikasi teknologi inderaja yang multi konsep tersebutdapat dimanfaatkan untu memprediksi luas area panen dan

Page 140: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

140

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

produktivitasnya, sehingga tingkat kesediaan beras nasional dapatdiprediksi tiap musim panen. Metodologi inderaja yang banyakmenggunakan citra satelit optik, yang digunakan saat ini, seringkaliterkendala oleh tutupan awan, terutama pada musim hujan (Shofiyati,2011). Disamping itu ketergantungan pada data satelit memerlukan biayayang besar serta lambatnya pengadaan data sehingga menyebabkaninformasi Teknologi Pesawat tanpa Awak untuk pemetaan dan pantauantanaman dan lahan pertanian (Riadi dan Makmuriyanto, 2014).

Penerapan teknologi penginderaan jauh di bidang kelautan saat inisangat banyak dilakukan, salah satunya adalah metode pendeteksiankarakteristik atau habitat dasar perairan dangkal. Penggunaan denganmetode konventional menyebabkan pemetaan dasar perairan dangkalmemerlukan waktu yang lama, dan biaya yang relatif mahal. Contohpenelitian yang dilakukan oleh peneliti yang pernah menggunakanpenginderaan jauh dalam pemetaannya adalah Siregar (2010)menggunakan Citra Quickbird adalah memetakan dasar perairandalangkal di kepulauan Seribu.

Pendekatan penginderaan jauh kelautan dengan parameterOceanografi sangat sering dilakukan di Indonesia, yakni dengan melihatpengaruh gelombang laut. Pengembangan kawasan pantai yang tidakdilandasi oleh prinsip perlindungan dan pelestarian lingkungan, dapatmenyebabkan terjadinya kerusakan pada fungsi ekologis yang berakibatterjadinya kerusakan kawasan pantai (Angkotasan dkk., 2012). Kemajuanteknologi di bidang penginderaan jauh kelautan juga dirasakan dalambidang pemetaan di Indonesia. Teknologi pemetaan saat ini sudahmenggunakan jasa satelit, sehingga sangat memudahkan masyarakatuntuk mendapatkan data Citra Modis.

Page 141: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

141

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

5.1 Definisi Good GovernanceGovernance berasal dari kata Yunani: Kybernan dan Kybernantes

yang memiliki arti: to steer and pilot or be at the helm of thing. Jikadidefinisikan secara sederhana adalah sebagai proses yang berstrukturyang ditunjukkan dengan cara penentu kebijakan merumuskantujuan kebijaksanaannya, memilih pemimpinnya, merumuskan danmenetapkan program, meningkatkan dan melaksanakan alokasisumberdaya, melaksanakan program proyek dan melaksanakan moni-toring dan evaluasi.

Governance adalah tata pemerintahan, penyelenggaraan negara, ataupengelolaan (management) bahwa kekuasaan tidak lagi semata-matadimiliki atau menjadi urusan pemerintah. Kata governance memilikiunsur kata kerja yaitu governing yang berarti bahwa fungsi olehpemerintah bersama instansi lain (LSM, swasta dan warga negara) perluseimbang/setara dan multi arah (partisipatif). Governance withoutgovernment berarti bahwa pemerintah tidak selalu diwarnai denganlembaga, tetapi termasuk dalam makna proses pemerintah. Goodgovernance adalah tata pemerintahan yang baik dan atau menjalankanfungsi pemerintahan yang baik, bersih, dan berwibawa (struktur, fungsi,manusia, aturan dan lain-lain) (Budiati, 2014).

UNDP mendefinisikan governance sebagai the exercinse of political,economic and administrative authority to manage a nations’s affair at all level.UNDP mengkategorikan tiga aspek utama yang mendukung governance,yaitu ekonomi, politik dan administratif. Aspek ekonomi meliputi

- Bab 5 -Good Governance

dalam Pengelolaan LingkunganHidup

Page 142: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

142

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

proses pengambilan keputusan yang memengaruhi aktivitas ekonomisuatu negara. Aspek politik meliputi proses pengambilan keputusanuntuk meformulasikan kebijakan. Aspek administratif meliputi sistemuntuk mengimplementasikan kebijakan. Dari ketiga aspek tersebut, goodgovernance menggambarkan proses dan struktur yang mengarahhubungan politis dan sosial ekonomi.

5.2 Prinsip Good Governance dalam Pembangunan BerkelanjutanKunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas

prinsip-prinsip di dalamnya. Bertolak dari prinsip ini, akan didaaptkantolak ukur kinerja suatu pemerintahan. Baik buruknya pemerintahanbisa dinilai bila ia telah bersinggungan dengan semua unsur prinsipgood governance.

Menyadari pentingnya masalah ini, prinsip-prinsip good governancediurai satu per satu menurut Budiati (2014) adalah sebagai berikut:a. Partisipasi Masyarakat

Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilankeputusan baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembagaperwakilan sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasimenyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpuldan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasisecara konstruktif.

b. Tegaknya Supremasi HukumKerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu,termasuk di dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasimanusia.

c. TransparansiTransparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas.Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perludapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasiyang tersedia hanya memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.

d. Peduli pada StakeholderLembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusahamelayani semua pihak yang berkepentingan.

Page 143: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

143

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

e. Berorientasi pada KonsensusTata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensusmenyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-kelompokmasyarakat, dan bila mungkin konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur.

f. KesetaraanSemua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki ataumempertahankan kesejahteraan mereka.

g. Efektivitas dan EfisiensiProses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkanhasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakansumberdaya yang ada seoptimal mungkin.

h. AkuntabilitasPara pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta danorganisasi-oragnisasi masyarakat bertanggung jawab, baik kepadamasyarakat maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan.Bentuk pertanggungjawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya,tergantung pada jenis organisasi yang bersangkutan.

i. Visi StrategisPara pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas danjauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunanmanusia, serta kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untukmewujudkan perkembangan tersebut.

Tipe ideal Jurnal good governance adalah dimana terjadi suatupengurusan yang compatible/yang saling mendukung dengan ekonomipasar (mekanisme pasar yang fair/sehat): rule of law dan concern for theenvironment, good governance, juga termasuk clean government (dalam literaturterutama Bank Dunia disebut againts corruption and patronage). Ini karenaprinsip penting good governance adalah akuntabilitas dan transparansi.

Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalahpembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangikemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Didalamnya terkandung dua gagasan penting yaitu: 1) gagasan kebutuhan,khususnya kebutuhan esensial manusia yang harus diberi prioritasutama dan 2) gagasan keterbatasan, yang bersumber pada kondisi

Page 144: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

144

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

teknologi dan organisasi sosial terhadap kemampuan lingkungan untukmemenuhi kebutuhan masa kini dan masa depan.

Sejalan dengan yang dikemukakan Sharp (2001), pembangunanberkelanjutan terdiri dari tiga dimensi kunci yaitu: ekonomi(pertumbuhan dalam arti kualitas dan kuantitas), sosial (institusi yangberfungsi baik, stabilitas sosial, keadilan) dan lingkungan (stabilitaslingkungan bio-fisik, lingkungan yang sehat). Hubungan antara tigadiensi ini memberikan kesempatan untuk dieksploitasi dan trade offmenjadi jelas.

Gambar 31. Interaksi Sosial, Ekonomi dan Lingkungan (Sharp, 2001)Keterangan:1. Risiko kesehatan, dampak pada kehidupan, dan kondisi pekerjaan.2. Tekanan terhadap lingkungan, kesadaran lingkungan, partisipasi.3. Kuantitas dan kualitas angkatan kerja, konsumsi.4. Distribusi pendapatan, kesempatan kerja.5. Fungsi produktif dari lingkungan.6. Tekanan terhadap sumberdaya, investasi dalam perlindungan

lingkungan.

Pembangungan dikatakan tidak berkelanjutan dan berwawasanlingkungan jika rekonsiliasi dari ketiga aspek tersebut tidak diimbangidengan proses penyelamatan jangka panjang, misalnya perbaikanekonomi dan kondisi kehidupan sosial harus didukung dengan prosesjangka panjang penyelamatan lingkungan sebagai dasar kehidupan.

Terdapat dua kriteria pembangunan berkelanjutan yangberhubungan dengan ekologi dan ekonomi. Kedua kriteria tersebutadalah: 1) weak sustainability dan 2) strong sustainability. Suatu proses

Page 145: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

145

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

pembangunan dikatakan masuk dalam kriteria weak sustainabilityapabila dalam proses pembangunan tersebut diperkenankan adanyasubstitusi antara natural capital dan man-made capital. Implikasi darikriteria strong sustainability adalah pemanfaatan sumberdaya harustidak melebihi kemampuan sumberdaya untuk meregenerasi diri danjumlah emisi maksimum tidak lebih dari kemampuan asimilasi.

5.3 Relevansi Good Governance dengan Good EnvironmentalGovernancePrinsip, dimensi dan substansi kebijakan good governance dengan

good environmental governance atau kepemerintahan lingkungan, menurutA Guide to World Resources sebagaimana ditulis Santosa (2001), terdapattiga prinsip dari kepemerintahan lingkungan yaitu: 1) membuatkeputusan pada tingkatan yang tepat, 2) penyediaan akses terhadapinformasi, partisipasi dan ganti rugi, 3) mengintegrasikan lingkungandalam semua kebijakan. Kepemerintahan memiliki empat dimensi yakni:a) teknik, b) politik, c) institusi dan d) budaya. Kepemerintahanlingkungan adalah cara dimana masyarakat menggunakankewenangan terhadap alam. Kepemerintahan lingkungan memberikanperhatian kepada aktor dalam setiap tingkatan pemerintahan, diantarapara pejabat yang dipilih dan ditujuk, dan diantara badan-badan nonpemerintah, swasta dan masyarakat tradisional, serta kekuasaan yangdigunakan dalam pembuatan kebijakan mengenai pengaturansumberdaya alam dan keuntungan yang berasal dari lingkungan.

Pemerintah adalah pemain penting dalam pengelolaan ekosistem danbagaimana sumberdaya alam dieksploitasi atau dilindungi. Pemerintahjugalah yang membuat mandat legal dari badan-badan pemerintahdengan tanggung jawab untuk melindungi lingkungan dan mengelolasumberdaya alam. Institusi pemerintah ini yang selalu kira asosiasikandengan kebijakan lingkungan besar dan tanggung jawab untukmengelola alam. Kepemerintahan lingkungan terletak melewati berbagaitingkatan, baik secara vertikal maupun horisontal. Adapun mekanismekepemerintahan yang diterapkan untuk mengalokasikan dan mengelolasumberdaya alam dapat berpengaruh besar tidak hanya terhadap ekonomidan karakteristik lingkungan dari sebuah rel pembangunan masyarakat,tetapi juga berpengaruh terhadap politik dan karakteristik sosial.

Identifikasi terhadap kepemerintahan lingkungan yang baikmembutuhkan suatu penilaian mengenai bagaimana kekuasaan dan

Page 146: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

146

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

kewenangan di dalam masyarakat harus didistribusikan di antaratingkatan pemerintahan dan antara pemerintah dan masyarakat dalamrangka memberikan pelayanan yang terbaik melewati kelompok-kelompok masyarakat dan lingkungannya. Peningkatan kepemerintahanlingkungan adalah merupakan sebuah sifat dari proses politik dimanabanyak stakeholders dapat memposisikan dirinya secara berbeda dalammewakili kepentingannya.

Dalam kebijakan lingkungan, baik di tingkat nasional ataupun lokal,terdapat empat tipe utama instrumen yang dapat dikategorikan sebagai:1) instrumen peraturan, 2) instrumen ekonomi, 3) investasi pemerintahdan 4) moral suasion (Santosa, 2003). Kerangka legal membentuk tahapandalam kepemerintahan lingkungan. Sekalipun hukum tidak selaluditegakkan, namun tetap menyediakan konteks dimana pihak yangberwenang memiliki keuasaan terhadap alam, dan sekaligus membedakanantara yang legal dengan ilegal. Pada tingkat nasional, kerangka legalyang memengaruhi kepemerintahan lingkungan melibatkan konstitusidan proses legislatif seperti halnya hukum yang berkaitan dengan sektorekonomi tertentu, pemilihan umum, perpajakan, sistem pengadilan danorganisasi masyarakat madani.

5.4 Good Environment Governance (GEG)Paradigma dan konsep pembangunan berkelanjutan melalui

pendekatan kemitraan antara semua pelaku hanya dapat dilaksanakanapabila dapat diciptakan terwujudnya good governance yang didefinisikansebagai pelaksanaan otorita politik, ekonomi dan administratif dalampengelolaan sebuah negara, termasuk di dalamnya mekanisme yangkompleks serta proses yang terkait, lembaga yang dapat menyuarakankepentingan, baik perorangan ataupun kelompok masyarakat dalammendapatkan haknya melakukan tanggung jawabnya, serta menyelesaikansegala perselisihan yang muncul diantara mereka. Governance berada dalamkeadaan baik apabila terdapat sinergi diantara pemerintah, sektor swasta,dan masyarakat sipil dalam pengelolaan sumberdaya alam, sosiallingkungan, dan ekonomi.

Aset publik harus dikelola oleh pemerintah melalui cara yangtransparan, efektif dan efisien, serta mampu menjawab ketentuan dasarkeadilan. Keterlibatan masyarakat di setiap jenjang dalam prosespengambilan keputusan (terutama menyangkut alokasi sumberdaya dandalam mendefinisikan dampak pada kelompok masyarakat yang lebih

Page 147: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

147

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

peka), merupakan salah satu faktor yang menentukan keberadaangood governance.

Dengan melibatkan anggota masyarakat, kegiatan pengelolaansumberdaya alam akan menjadi semacam aktivitas pendukungpengelolaan (co-management) yang terdiri atas suara rakyat dan tindakanresponsif pemerintah, hal yang sama berlaku pada aspek pemberdayaanhukum. Yang dibutuhkan adalah peraturan dan kebijakan dan sistemperadilan yang independen, otoritatif dan profesional.

Salah satu isu penting tentang good governance adalah perlunyadijalankan sistem pemerintah bottom-up. Keputusan harus diambil padatingkat yang serendah mungkin diikuti dengan pengambilan tindakanyang efektif. Pemerintah desentralisasi dapat dibuat lebih fleksibel danperaturan dana secara lebih baik yang dapat mengakomodasikankeragaman kebutuhan pembangunan setempat sesuai dengan dayadukung dan kondidi lingkungannya. Sistem desentralisasi diharapkanmemberikan kesempatan bagi ide-ide untuk lahir dari komunitas itusendiri. Oleh karenanya, kebijaksanaan publik yang dibuat di dalamsistem desentralisasi dapat lebih meningkatkan partisipasi, dan mungkinakan melahirkan aspirasi yang lebih besar lagi, apabila dibandingkandengan kebijaksanaan yang terpusat (sentral). Unsur-unsur dasargood governance dapat menciptakan sebuah iklim politik nasional yangkondusif untuk memajukan desentralisasi dalam aspek ekonomi,administratif dan politik.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, konsep environmentalgovernance perlu dikembangkan. Lebih dari itu, yang perlu dikelola bukanhanya entitas bio-fisik (sungai, danau, laut, sumberdaya alam, lahandan sebagainya), melainkan perilaku manusia. Sehubungan dengan halitu, perlu dipastikan agar tercipta kapasitas kelembagaan yang memadaiuntuk pola perilaku yang didasarkan pada cara pikir antroposentrikterkoreksi oleh kendala ekologis, dan sistem sosial yang terbentukadalah berpilarkan kaidah ekologis.

Pemaknaan environmental governance tidak semestinya terus terikatdengan pemaknaan yang antroposentrik. Konsep governance diambiluntuk kepentingan buku ini justru dalam rangka mengedepankanurgensi memperlakukan lingkungan sebagai suatu cara pandang. Melaluibingkai pemikiran environmental governance, diharapkan bisa dirumuskanpembaruan penyelenggaraan kepentingan publik dengan mengacu atau

Page 148: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

148

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

mengedepankan nilai-nilai ekologis. Jelasnya, baik buruknyapenyelenggaraan pemerintahan tidak hanya dilihat dari kualitashubungan negara dengan rakyatnya, namun juga dari kualitasinteraksi ekologisnya, dari segi komitmennya untuk menjunjungtinggi kaidah ekologis.

5.5 Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Hidup di DaerahKrisis ekologi pada saat ini telah muncul ditandai dengan sistem

ekologi yang tidak stabil dan terjadi gangguan keseimbangan pertukaranenergi dan materi hingga menyebabkan ketidakseimbangan pada fungsidistribusi serta akumulasinya. Dampak negatif kerusakan ekologi telahdirasakan oleh hampir seluruh makhluk hidup sehingga duniapendidikan dituntut mampu menemukan solusi agar mampumengendalikan kerusakan ekologi.

Terdapat empat prinsip ekologi yang digunakan oleh duniapendidikan yang menimbulkan beberapa konsekuensi (Ife, 2002) yaituholistik, keberlanjutan, keanekaragaman dan keseimbangan.

Pendidikan lingkungan hidup bertujuan menciptakan suatumasyarakat yang peduli terhadap lingkungan dan masalah-masalahyang timbul serta mempunyai pengetahuan, komitmen dan keterampilanuntuk bekerja baik per individu maupun berkelompok.

Tujuan umum pendidikan lingkungan hidup adalah membantumenjelaskan masalah kepedulian terkait ekonomi, sosial, politik danekologi di kota manapun di desa, adanya kesempatan untuk setiap or-ang dalam mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, komitmen dankemampuan menjaga dan memperbaiki lingkungan, serta terciptanyapola perilaku yang baru pada individu, kelompok dan masyarakat sebagaisuatu keutuhan terhadap lingkungan.

Diperlukan kecerdasan ekologis agar manusia mengerti dan mampumenerjemahkan hubungan manusia dengan seluruh unsur makhlukhidup lainnya. Kecerdasan ekologis dapat menempa manusia menataemosi, pikiran dan tindakannya dalam menyikapi lingkungan sehinggatimbul rasa setia kawan manusia dengan lingkungan.

Namun kurangnya kecerdasan ekologis belum dimiliki sepenuhnyaoleh manusia membuat ekosistem mengalami tekanan akibat darikeinginan manusia yang ingin mengubah area hutan menjadi kawasanpermukiman, perluasan area tambak, peningkatan kayu hasil tebanghutan serta komersil yang lain.

Page 149: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

149

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

5.5.1 Pendekatan Eco-RegionPenataan ruang di kawasan dengan pola pembangunan yang

berwawasan lingkungan sangat diperlukan oleh generasi masa kini danmasa mendatang. Permasalahan kurangnya pemahaman tentang adanyaketerkaitan biofisik dan sosial ekonomi antara wilayah hulu dan hilirDAS, sehingga menjadi kendala dalam upaya penyelesaian menyeluruhatas permasalahan lingkungan yang semankin meningkat di kawasanpesisir dan laut. Hal tersebut menunjukkan semakin pentingnyadiberlakukan pergeseran paradigma pembangunan dari yang semuasektoral atau fragmentatif menjadi holistik atau integratif.

Permasalahan pembangunan dan penataan ruang di wilayah pesisirdengan pendekatan dan metodologi pengelolaan ruang kawasan pesisirdengan model dinamis, dipandang dari sisi epistemologi adalahmerumuskan suatu konsep penataan ruang wilayah ekologis terpadu(pendekatan ecoregion) sebagai penerapan konsep pembangunanberkelanjutan. Secara kausalitas, bersifat timbal balik dan dinamis darisuatu kegiatan pembangunan yang memanfaatkan sumberdaya alamdalam rangka mencapai tujuannya dan berlangsung di atas suatuekosistem, untuk kemudian diamati dampaknya terhadap keberlangsungankemampuan dan fungsi ekosistem itu sendiri dalam jangka waktutertentu. Kawasan pesisir perlu dilakukan pemanfaatan dan perencanaantata ruang secara berkesinambungan, dipandang dari ontologipendekatan pembangunan yang terpilih di kawasan pesisir merupakancerminan suatu bangsa, dan dipandang dari aksiologi perencanaan yangberhati-hati dengan selalu mempertimbangkan konservasi alam.

Terjadinya kerusakan ekologis kawasan pesisir saat ini disebabkanoleh akumulasi limbah yang dialirkan dari daerah hulu melalui aliransungai pada suatu daerah aliran sungai (DAS). DAS merupakan daerahyang menghubungkan daratan di hulu dengan kawasan pesisir, sehinggapencemaran di kawasan hulu akan berdampak pada kawasan pesisir.Fenomena tersebut disebabkan oleh pola pembangunan di masa lalu yangberorientasi pada pertumbuhan ekonomi, tanpa mempertimbangkanfaktor lingkungan dan sosial. Pertimbangan pada faktor lingkungandan sosial merupakan suatu paradigma baru yang dikenal sebagaiparadigma pembangunan berkelanjutan.

Dengan demikian, kegiatan pengelolaan kawasan pesisir tidak dapatdipisahkan dari pengelolaan daerah aliran sungai. Peningkatanpermintaan akan sumberdaya air, produksi bahan makanan dari lahan

Page 150: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

150

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

beririgasi, pemakaian bahan kimia (pupuk, pestisida) dan semakinbanyaknya jumlah penduduk di kawasan pesisir mensyaratkan adanyapendekatan pembangunan yang terpadu sejak hulu hingga hilir suatuDAS. Permasalahannya dalah kurangnya pemahaman tentang adanyaketerkaitan biofisik dan sosial ekonomi antara wilayah hulu dan hilirDAS, sehingga menjadi kendala dalam upaya penyelesaian menyeluruhatas permasalahan lingkungan yang semakin meningkat di kawasanpesisir dna laut. Hal tersebut menunjukkan semakin pentingnyadiberlakukan pergeseran paradigma pembangunan, dari yang semulasektoral atau fragmentatif menjadi holistik atau integratif.

Memecahkan persoalan kerusakan lingkungan di kawasan pesisir,perlu dipertimbangkan suatu konsep pembangunan dengan tata ruangsebagai dasar pelaksanaan pembangunan yang memperhatikan semuaaspek yang berkaitan dengan keberadaan DAS, termasuk perubahanguna lahan di sepanjang DAS, sejak hulu sampai dengan kawasan pesisir.Hal tersebut dikaitkan degan fakta bahwa dalam beberapa dekade terakhirini telah terjadi pergeseran paradigma pembangunan ke arah pendekatanekosistem atau lebih dikenal sebagai konsep pembangunan berkelanjutan.Untuk suatu wilayah yang memiliki DAS (sebagai suatu wilayahekologis) digunakan pendekatan DAS (watershed-based management) yangmengintegrasikan berbagai skala kegiatan, disiplin maupun sektorpembangunan. Dalam tahap perencanaan tata kegiatan, pendekatantersebut dikenal sebagai penataan ruang wilayah ekologis (ecoregion).Perencanaan tata ruang wilayah ekologis suatu DAS hendaknyamenggunakan batasan wilayah perencanaan berupa keseluruhanwilayah ekologis DAS (bukan batasan administratif) yang akanmengintegrasikan aspek daratan di hulu (up-land), pesisir dan laut secarasimultan (land-sea interactions).

Tujuan yang akan dicapai dalam kebijakan lingkungan di daerahini adalah merumuskna suatu konsep penataan ruang wilayah ekologisterpadu (pendekatan ecoregion) sebagai penerapan konsep pembangunanberkelanjutan. Berdasarkan tujuan tersebut, maka sasaran yang akandicapai dalam perspektif perlindungan dan pengelolaan lingkunganadalah sebagai berikut:a. Kebijakan yang sejak dini memahami tentang faktor dan elemen

yang memengaruhi penataan ruang wilayah ekologis suatu DASterpadu (pendekatan ecoregion) yang sesuai dengan kaidahpembangunan berkelanjutan.

Page 151: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

151

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

b. Suatu konsep pendekatan ecoregion dalam penataan ruang wilayahberkawasan yang berorientasi pada keterpaduan kebijakan antarwilayah, antar sektor, antar kepentingan dan antar ilmu pengetahuan.

5.6 Kebijakan Pembangunan Lingkungan Hidup Kabupaten/KotaPembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan

merupakan upaya sadar dan berencana dalam pembangunan danpengelolaan sumberdaya secara bijaksana. Dengan semakin terbatasnyasumberdaya alam, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, makapemanfaatan sumberdaya alam tesebut harus dilakukan secara bijaksanadan terencana dengan baik sehingga dapat menjamin kelestarianlingkungan hidup.

Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangankerusakan dan pencemaran serta pemulihan kualitas lingkungan telahmenuntut dikembangkannya berbagai perangkat kebijaksanaan danprogram serta kegiatan yang didukung oleh sistem pendukungpengelolaan lingkungan lainnya. Sistem tersebut mencakup kemantapankelembagaan, sumberdaya manusia dan kemitraan lingkungan,disamping perangkat hukum dan perundangan, informasi sertapendanaan. Sifat keterkaitan dan keseluruhan dari esensi lingkungantelah membawa konsekuensi bahwa pengelolaan lingkungan, termasuksistem pendukungnya tidak dapat berdiri sendiri, akan tetapiterintegrasikan dan menjadi roh dan bersenyawa dengan seluruhpelaksanaan pembangunan sektor dan daerah.

Pendekatan dalam rangka melaksanakan pembangunan yangberwawasan lingkungan dan berkelanjutan adalah sebagai berikut:- Setiap pembangunan merupakan suatu tantangan terhadap

terjadinya pencemaran dan kerusakan serta menurunnya kualitaslingkungan, untuk itu peranan analisis mengenai dampak lingkungan(AMDAL) perlu diterapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

- Pembangunan dilaksanakan secara terpadu, terkoordinir, danberencana dengan memanfaatkan sumberdaya alam secaraefektif dan efisien dengan mempedomani Rencana Tata RuangWilayah (RTRW).

- Mengikutsertakan masyarakat dalam proses pembangunan mulaidari tahap perencanaan (Musrenbang), pelaksanaan dan evaluasidengan tetap dikaitkan pada proses pembangunan yangberkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Page 152: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

152

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Mengingat kompleksnya pengelolaan lingkungan hidup danpermasalahan yang bersifat lintas sektor dan wilayah, maka dalampelaksanaan pembangunan diperluka perencanaan dan pelaksanaanpengelolaan lingkungan hidup yang sejalan dengan prinsippembangunan berkelanjutan. Yaitu pembangunan ekonomi, sosialbudaya serta lingkungan hidup yang berimbang sebagai pilar-pilar yangsaling tergantung dan saling memperkuat satu sama lain. Di dalampelaksanaannya, melibatkan berbagai pihak serta ketegasan dalampenaatan hukum lingkungan.

Pemerintah daerah dipandang sebagai fasilitator utama untukmemengaruhi pelaksanaan pemerintahan di semua tingkat. Pemerintahdaerah akan harus memperkuat aktor daerah untuk mengontrol proespembangunan dan untuk mendesain program yang mencerminkankebutuhan daerah dan kemampuan dari pihak-pihak yang terlibat.Pemerintahan daerah menjadi lebih penting. Desentralisasi, sebagai sebuahproses multidimensi, akan memindah pembangunan dari perencanaanpusat dan institusi pemerintah menjadi sistem partisipasi yang berbasiskomunitas, yang menggunakan kekuatan lokal, publik atau swasta. Iniakan mengurangi keuntungan yang sejauh ini masih diambil oleh birokrasi.

Pemerintah harus mengesahkan manajemen dari otoritas pemerintahlokal ke peraturan daerah berdasarkan panduan, norma, standart danprosedur, sehingga manajemen otoritasnya terpercaya, partisipatif dantransparan. Maka dari itu, semua stakeholders harus berpartisipasi dalamsetiap kebijakan publik melalui mekanisme “bawah-atas” (bottom up).Sebagai hasilnya, peraturan daerah akan punya dukungan yang luas.

Pengelolaan sumberdaya merupakan serangkaian proses pembuatankeputusna yang sistematik untuk mengalokasikan sumberdaya dalamruang dan waktu tertentu menurut kebuuhan, aspirasi dan keinginandalam suatu kerangka kemampuan teknologi, institusi sosial politik,administrasi dan hukum. Pembuatan keputusan dalam pengelolaansumberdaya sering kali menjadi tidak mudah, karena di dalamnyaterdapat berbagai pihak yang semuanya ingin dipenuhi kebutuhannyadengan sumberdaya yang terbatas. Sementara itu, kebutuhansumberdaya setiap stakeholders dalam pembangunan sering kali sangatberbeda dan bahkan saling bertentangan satu dengan yang lain. Dengandemikian, dapat dikatakan pembuatan keputusan dalam pengelolaansumberdaya dilakukan dengan mempertimbangkan aspek-aspekpengetahuan dan teknologi, aspek politik, sosial dan ekonomi.

Page 153: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

153

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

5.7 Peran Serta MasyarakatMengantisipasi perusakan ekosistem sumberdaya khususnya di

wilayah pesisir, pemrintah telah menyiapkan upaya pengendalian danpencegahan melalui penyiapan peraturan perundangan. Namun, padaumumnya peraturan perundangan tersebut tidak smeuanya dapatdiaplikasikan dengan baik di lapangan, diantaranya disebabkan olehkesadaran masyarakat yang cenderung masih rendah dan penegakkanhukum yang lemah, yang menjadi pertanyaan kenapa hal ini bisa terjadi.

Mengapa kesadaran masyarakat rendah dan penegakkan hukumdalam pengelolaan lingkungan laut di Indonesia lemah. Berdasarkanpengalaman rendahnya kesadaran masyarakat kebanyakan karenaterkait dengan masalah ekonomi atau masalah perut. Sebenarnya merekasudah cukup sadar bahwa apa yang mereka lakukan merusaklingkungan, akan tetapi karena ketidak adanya alternatif usaha lain yangmenjanjikan, maka mereka bertindak semaunya sendiri. Tampaknyaperaturan perundangan yang berlaku tidak banyak diindahkan. Dalamhal ini sebenarnya penegak hukum sudah berupaya untuk mengatasinya,namun ada beberapa kendala diantaranya adalah sarana dan prasaranaseperti jumlah pengawas, jumlah dan kualitas kapal patroli dan lainnyayang kurang memadai.

Disamping itu tidak berfungsinya penegakan hukum di daerahkonservasi, juga disebabkan antara lain yaitu: a) penerapan akan sanksiterhadap para pelanggar belum dilakukan secara ketat, b) perimbanganantara sanksi dan msalah perut, c) ketidak tersedianya bahan atau barangpengganti misalnya bahan pengganti batu bata selain karang. Padaumumnya aparat (pengelola kawasan) sering kali tidak bisa dengan tegasmenindak setiap pelanggaran yang ada di daerah kawasan konservasi,pada umumnya hanya bersifat teguran saja. Hal ini menurut pengakuanaparat karena alasan kemanusiaan, mengingat para pelanggar umumnyatermasuk nelayan miskin. Selain itu, permasalahan lemahnya penagakanhukum bisa disebabkan karena adanya peraturan yang bertentangandengan rencana atau program konservasi, yaitu aturan yang justrumelegalkan pengambilan karang.

Berkaitan dengan hal di atas, maka betapa pentingnya keterlibatanmasyarakat dalam setiap rencana pembangunan khususnyapembangunan perikanan. Tanpa keikutsertaan masyarakat dalammengelola lingkungan laut, maka Code of Conduct for Responsible Fisheries

Page 154: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

154

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

(FAO, 1995) mungkin akan sulit tercapai. Hal ini karena negara harusmengimplementasikan MCS (Monitoring, Control, and Surveilance) terhadappengelolaan penangkapan ikan. Monitoring (pemantauan) yangdimaksud disini adalah mengumpulkan dan menganalisis data untukmenilai tingkat pemanfaatan dan kelimpahan sumberdaya ikan,mencakup kapal penangkap ikan, operasi hasil tangkapan, upayapenangkapan, pengangkutan, pengolahan dan pengepakan hasiltangkapan. Control (pemeriksaan) mencakup penyusunan/pemberlakuanperaturan perundangan, perizinan, pembatasan alat tangkap dan zonasipenangkapan. Surveillance (pengamatan) merupakan kegiatanoperasional dalam rangka menjamin ditaatinya peraturan yang telahditetapkan dalam pengendalian.

Sistem MCS ini dimaksudkan supaya pengelolaan sumberdaya ikandan lingkungan berjalan secara rasional, terjadi keserasian dalam usahapemanfatan serta terwujudnya kelestarian sumberdaya ikan. Pengawasandan pengendalian terhadap pemanfaatan sumberdaya ikan ini diharapkandapat menghindari kerugian pemerintah selama ini, karena tidakmasuknya devisa negara akibat adanya kapal-kapal perikanan yangizinnya palsu (illegal fishing). Illegal fishing ini bisa dilakukan oleh kapal-kapal yang menggunakan bendera Indonesia maupun bendera asing,yang masuk dan menangkap ikan ke wilayah perairan Indonesia, dankegiatan eksploitasi secara ilegal (tanpa dokumen).

Sejalan dengan pengawasan potensi sumberdaya hayati pesisir danlaut, maka seluruh komponen baik masyarakat maupun pemerintahharus saling bekerjasama. Menurut Handoko (2001), unsur masyarakatyang terlibat antara lain masyarakat desa pantai, organisasi sosial yangberkembang di daerah tersebut seperti LSM, koperasi dan asosiasi profesi.Kelompok masyarakat yang diharapkan ikut membantu pelaksanaanpengawasan meliputi petani ikan dan nelayan, tokoh agama, tokoh adatyang mendapat legitimasi dari masyarakat.

Mencapai keberhasilan pengelolaan kawasan wilayah pesisir dan laut,perlu dicarikan strategi yang tepat diantaranya adalah pemberdayaanatau peningkatan kesadaran masyarakat dalam pelestarian sumberdayaalam wilayah pesisir dan laut. Peningkatan kesadaran masyarakatditujukan untuk meyakinkan kepada masyarakat pesisir akan manfaatbaik jangka pendek maupun jangka panjang dari perlindungan kawasan,yaitu manfaat berkelanjutan yang dihasilkan oleh usaha perlindungankawasan pesisir. Karenanya peran serta masyarakat harus dipusatkan

Page 155: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

155

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

pada identifikasi, perancangan dan pelaksanaan berbagai kemungkinanmanfaat yang dapat diperoleh dari usaha perlindungan kawasanwilayah pesisir.

Pemberdayaan atau peningkatan kesadaran dan peran sertamasyarakat dapat dilakukan antara lain sebagai berikut:a. Melakukan pendidikan, latihan dan bimbingan moral kepada

masyarakat.b. Mengembangkan sarana dan prasarana yang diperlukan.c. Menyebarluaskan arti konservasi ekosistem sumberdaya wilayah

pesisir, dalam kaitannya dengan kegiatan di masyarakat dengansegala aspek kebudayaan.

d. Menyebarluaskan pemanfaatan sumberdaya hayati laut danekosistem wilayah pesisir dan laut secara lestari dan budidaya.

e. Melakukan pengawasan terhadap sumberdaya hayati yang telahlangka dan kritis.

f. Melakukan pemulihan habitat sumberdaya alam hayati yangtelah rusak.

Peningkatan kesadaran masyarakat pantai atau pesisir umumnyalebih banyak diarahkan kepada masyarakat nelayan, namunkenyataannya para nelayan hanya sebagai pelaku, sehingga pembinaanjuga perlu diarahkan kepada para stakeholder lainnya, termasuk parapemandu wisata atau pengusaha jasa lainnya yang terkait dengankepariwisataan. Karenanya perlu disusun program pemberdayaanmasyarakat pesisir yang jelas. Program pemberdayaan masyarakatmencakup paling tidak tiga aspek (Supriharyono, 2017), yaitu:a. Pemberdayaan usaha, yaitu mencakup peningkatan kualitas usaha

nelayan sehingga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.b. Pemberdayaan sumberdaya manusia, yaitu mencakup peningkatan

kualitas SDM baik dalam konteks pola sikap dan perilaku, keterampilan,kemampuan manajerial, maupun aspek gizi dan kesehatan.

c. Pemberdayaan lingkungan, mencakup peningkatan kesadaran dankemampuan para kaum nelayan untuk konservasi sumberdayapesisir.

Program Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)dengan prinsip to help them selves, dengan tujuan untuk meningkatkankesejahteraan masyarakat pesisir melalui penguatan kelembagaan sosial

Page 156: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

156

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

ekonomi dengan pendayagunaan sumberdaya laut dan pesisir secaraberkelanjutan. Kegiatan PEMP meliputi pengembangan partisipasimasyarakat, penguatan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat yangmeliputi pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat, pengelolaansumberdaya laut dan pesisir yang berbasis masyarakat sesuai dengankaidah kelestarian lingkungan, pengembangan jaringan dankelembagaan sosial ekonomi, peningkatan fasilitas usaha masyarakatdalam akses permodalan, serta pengembangan kemampuan pemerintahlokal dan masyarakat. Untuk itu kemitraan antara masyarakat, aparatdan swasta dalam mengembangkan kegiatan pemberdayaan ekonomimasyarakat pantai perlu dibangun.

Partisipasi dan PemberdayaanBerbagai kasus kerusakan ekosistem laut dan pesisir biasanya

bersumber dari problematik sosial ekonomi dan keterbatasan wawasanmasyarakat. Kerusakan lingkungan dan ditmbah dengan dampakperubahan iklim akan memperparah kehidupan masyarakat pesisir, yangtumpuan eksistensinya sangat ditentukan oleh stabilitas kondisisumberdaya alam. Oleh sebab itu, komitmen dan upaya-upaya menjagakelestarian sumberdaya laut dan pesisir merupakan tugas utama semuapihak agar terjamin pemanfaatan sumberdaya yang secara lestari danmemberikan penghidupan masyarakat pesisir secara berkelanjutan.Dengan cara demikian, masyarakat pesisir atau masyarakat nelayansebagai modal sosial pembangunan kawasan pesisir bisa diselamatkan.Program-program pemberdayaan harus mengintegrasikan minimal tigakepentingan, yaitu meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat,menjaga kelestarian sumberdaya lingkungan (laut dan pesisir) danmendorong keberlanjutan aktivitas ekonomi pesisir.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan lingkungan hidupmutlak diperlukan. Tanpa adanya partisipasi masyarakat, pembangunanhanyalah menjadikan masyarakat sebagai objek semata. Salah satu kritikadalah masyarakat merasa tidak memiliki dan acuh tak acuh terhadapprogram pembangunan yang ada. Penempatan masyarakat sebagaisubjek pembangunan mutlak diperlukan sehingga masyarakat akandapat berperan serta secara aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaanhingga monitoring dan evaluasi pembangunan, terlebih apabila kita akanmelakukan pendekatan pembangunan dengan semangat lokalitas.Masyarakat lokal menjadi bagian yang paling memahami keadaan

Page 157: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

157

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

daerahnya tentu akan mampu memberikan masukan yang sangatberharga. Masyarakat lokal dengan pengetahuan serta pengalamannyamenjadi modal yang sangat besar dalam melaksanakan pembangunan.Masyarakat lokal-lah yang mengetahui apa permasalahan yang dihadapiserta juga potensi yang dimilki oleh daerahnya, bahkan pula merekaakan mempunyai pengetahuan lokal untuk mengatasi masalah yangdihadapinya tersebut.

Pemberdayaan dapat diartikan sebagai perolehan kekuatan dan aksesterhadap sumberdaya untuk mencari nafkah, bahkan dalam perspektifilmu politik, kekuatan menyangkut pada kemampuan untukmemengaruhi orang lain. Dalam hal ini, partisipasi dan pemberdayaanmerupakan konsep yang saling berkaitan. Untuk menumbuhkanpartisipasi masyarakat diperlukan upaya berupa pemberdayaan.Masyarakat yang dikenal tidak berdaya perlu untuk dibuat berdayadengan menggunakan berbagai model pemberdayaan. Dengan prosespemberdayaan ini, diharapkan partisipasi masyarakat akan meningkat.Partisipasi yang lemah dapat disebabkan oleh kekurangan kapasitas dalammasyarakat tersebut sehingga peningkatan kapasitas perlu dilakukan.

Dalam aktivitas pemberdayaan masyarakat, dukungan fasilitas yangbersifat fisik, seperti modal usaha, teknologi dan pelatihan lebih dipahamisebagai sarana penunjang untuk mencapai tujuan pemberdayaan. Esensipemberdayaan sebenarnya sangat terkait erat dengan rekayasa sosial(social enginering) dan perubahan kebudayaan masyarakat. Denganmemahami kedua unsur yang membangun esensi pemberdayaan ini,aktivitas pemberdayaan diarahkan untuk menyiapkan masyarakatmemiliki cara pandang, wawasan, metode berfikir dan perilaku budayayang bersifat progresif, peka dan berorientasi masa depan, sehinggamereka mamu mendayagunakan seluruh potensi sumberdaya yangdimiliki dan yang tersedia di lingkungannya untuk mencapaikesejahteraan sosial dan kemakmuran yang merata. Dengan orientasiberpikir dan kapasitas diri yang optimal upaya untuk mencapai tujuanpemberdayaan, yaitu kemandirian dan manusiawikan manusia dapatdicapai secara efektif.

Implementasi partisipasi diwujudkan dalam pengambilan inisiatifdan keterlibatan secara sukarela untuk pengembangan kemampuanmengkaji keadaan, permasalahan dan potensi sendiri, penentuan hal-hal yang menyangkut pembangunan diri, kehidupan dan penghidupanmasyarakat. Pendekatan partisipatif merupakan pendekatan penting

Page 158: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

158

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

dalam reorientasi program, dari penekanan aktivitas menjadi penekananhasil. Orientasi terhadap aktivitas membuat sistem yang dilakukanbersifat semu, sedangkan orienstasi hasil memberikan motivasi dalamberaktivitas untuk pencapaian solusi yang sistematis sehingga terciptakerjasama erat dengan masyarakat dan muncul partisipasi dalampenyelesaian masalah.

Pendekatan partisipatif didesain untuk: a) meningkatkan kesadarandan pengertian pelaku dan kelompok penting pada tingkat lokal,b) memperbaiki kualitas dan kuantitas informasi tentang kondisilokal, c) mengidentifikasi pilihan pembangunan lokal, d) memobilisasisumberdaya dan potensi masyarakat guna memenuhi pilihanpembangunan, e) mendorong penduduk setempat guna meng-identifikasi hambatan, menetapkan priorits dan melakukan aksi,f) memperkuat kepercayaan diri dan kemampuan organisasi masyarakat,g) mengembangkan dan mendukung mekanisme untuk mengatasikonflik-konflik lokal dalam rangka mewujudkan pembangunanberkelanjutan (Budiati, 2006).

Kusnadi (2013) menjelaskan terkait aktivitas pemberdayaanmasyarakat didasarkan pda prinsip-prinsip tatanan pemikiran(paradigma) sebagai berikut:1. Aktivitas pemberdayaan masyarakat merupakan aktualisasi dari

tanggung jawab moral, filosofis dan etis dari siapapun atau lembagamanapun terhadap sesama warga masyarakat yang tertimpaketidakberdayaan. Kewajiban dari kebajikan sosial ini ditujukanuntuk membebaskan mereka dari ketidakberdayaan danmeningkatkan kualitas kehidupannya. Karena itu asas-asaspemberdayaannya adalah komitmen kemanusiaan, keadilan sosialdan demokrasi partisipatif.

2. Aktivitas pemberdayaan adalah suatu proses sosial, sehinggakegiatan pemberdayaan tidak dapat dilakukan secara instan/polaroidtanpa perencanaan yang komprehensif dengan dimensi waktu yangmemadai. Untuk itu diperlukan pendampingan yang berkelanjutansampai masyarakat yang diberdayakan tersebut mencapai tingkatkemandirian relatif. Dalam hal ini tugas-tugas fasilitatorpemberdayaan menjadi sangat penting.

3. Aktivitas pemberdayaan harus berbasis pada potensi sumberdayayang dimiliki oleh masyarakat dan lingkungannya. Oleh sebab itu

Page 159: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

159

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

diperlukan kegiatan-kegiatan yang dapat menunjangnya, yaknipemetaan potensi sumberdaya sosial dan sumberdaya lingkungan,serta pemahaman yang tepat terhadap struktur sosial masyarakat,pranata, model kepemimpinan lokal dan aspek-aspek budaya lainnya.

4. Kegiatan pemberdayaan harus ditunjang oleh hubungan danjaringan kemitraan yag luas (partnership building) dengan parapemangku kepentingan terkait, seperti pemerintah, perguruantinggi, swasta dan LSM. Peran masing-masing pemangkukepentingan sangat diperlukan untuk mengorganisasi kontribusisumberdaya yang diberikan dan mengefektifkan pengelolaannyadalam rangka pencapaian tujuan pemberdayaan.

5. Agar kegiatan pemberdayaan berjalan secara efektif dan efisien,diperlukan rumusan strategi atau model yang bersifat kontekstual,berbasis modal sosial-budaya masyarakat lokal dan berorientasikebutuhan riil yang mendesak dari asyarakat yang akan diberdayakan.Strategi dan model pemberdayaan ini menjadi referensi, kerangkaaktivitas dan rel berjalannya proses pemberdayaan masyarakat.

Konsep dan indikator pembangunan berkelanjutan semakin jelasdan tajam, persoalannya adalah bagaimana pendekatan pengelolaanlingkungan yang dapat mengarahkan pada terwujudnya pengelolaanlingkungan untuk terwujudnya pembangunan berkelanjutan.Pendekatan yang selama ini dikenbangkan dan dipraktikkan cenderungmengarah pada pendekatan community based. Pendekatan ini padaprinsipnya menekankan pada pemberian kewenanan dan otoritas padakomunitas untuk lebih berperan di dalam pengelolaan lingkungan.Dalam konteks ini pendekatannya bersifat bootom up karena aspirasi,kewenangan dan otoritas pengelolaan lngkungan lebih bersumber daribawah atau komunitas. Dalam community based, masyarakat berperansebagai pihak yang terlibat langsung dalam manajemen, sedangpemerintah dan swasta berpartisipasi secara tidak langsung(memberikan support/dorongan).

Page 160: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

160

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Daftar LampiranLampiran 1. Peta Sebaran Tambak Kabupaten Banyuwangi.

Page 161: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

161

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

Lampiran 2. Sebaran Mangrove Kabupaten Banyuwangi.

Page 162: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

162

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Lampiran 3. Peta Daya Dukung Tambak Kabupaten Banyuwangi.

Page 163: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

163

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

Glosarium

Abdomen: bagian dari tubuh yang berada di antara thorax atau dadadan pelvis di hewan mamalia dan vertebrata lainnya.

Abiotik: istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yangtidak hidup (benda-benda mati).

Abrasi: proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan aruslaut yang bersifat merusak, biasanya disebut juga erosi pantai,dengan kerusakan garis pantai dipacu oleh terganggunyakeseimbangan alam daerah pantai tersebut.

Alkalinitas: penyangga(buffer) perubahan pH air dan indikasikesuburan yang diukur dengan kandungan karbonat, dantermasuk kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpapenurunan nilai pH larutan.

Amonia: senyawa kimia dengan rumus NH3 yang didapati berupa gasdengan bau tajam dan khas (disebut bau amonia). Walaupun amoniamemiliki sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi,amonia sendiri adalah senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan.

Amplitudo pasut: pengukuran skalar yang nonnegatif dari besar osilasisuatu gelombang, juga didefinisikan sebagai jarak/simpangan terjauhdari titik kesetimbangan dalam gelombang sinusoide.

Arus: gerak air yang mengalir.Atmosfer: lapisan gas yang melingkupi sebuah planet, termasuk bumi,

dari permukaan planet tersebut sampai jauh di luar angkasa. DiBumi, atmosfer terdapat dari ketinggian 0 km di atas permukaantanah, sampai dengan sekitar 560 km dari atas permukaan Bumi.

Page 164: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

164

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Biokatalisator: proses-proses suatu sistem hidup, dan diartikan jugasebagai enzim yang berperan untuk mempercepat reaksi kimiadalam metabolisme suatu sistem hayati atau organisme.

Biosfer: bagian luar dari planet Bumi, mencakup udara, daratan, danair, yang memungkinkan kehidupan dan proses biotik berlangsung.

Biotik: istilah yang digunakan untuk menyebut sesuatu yang hidup(organisme).

Bottom-up: teori yang mengajukan gagasan bahwa proses pengenalandi awali oleh identifikasi terhadap bagian-bagian spesifik dari suatupola, yang menjadi landasan bagi pengenalan pola secara keseluruhan.

Buffer: zat yang dapat mempertahankan pH ketika ditambah sedikitasam/basa atauketika diencerkan.

Community based: upaya pemberdayaan kapasitas masyarakat untukdapat mengenali, menalaah dan mengambil inisiatif untukmemecahkan permasalahan yang ada secara mandiri.

Database: kumpulan data yang disimpan secara sistematis di dalamkomputer yang dapat diolah atau dimanipulasi menggunakanperangkat lunak (program aplikasi) untuk menghasilkan informasi.

Decapoda: ordo krustasea dalam kelas malacostraca, termasuk banyakkelompok akrab seperti lobster, kepiting, dan udang. Kebanyakandekapoda adalah pemakan bangkai.

Degradasi: kemunduran, kemerosotan, penurunan, dan sebagainya(tentang mutu, moral, dan sebagainya).

Detritus: hasil dari penguraian sampah atau tumbuhan dan binatangyang telah mati.

Diatom: suatu kelompok besar dari alga plankton yang termasuk palingsering ditemui, kebanyakan adalah bersel tunggal, walaupunbeberapa membentuk rantai atau koloni. Sel diatom dilapisi dindingsel unik yang terbuat dari silika. Diatom memiliki klorofil dan mampuberfotosintesis.

Dinoflagellata: suatu kelompok besar fitoplankton perairan berflagella,kebanyakan dinoflagellata menghuni lautan, walaupun juga adayang menempati perairan tawar. Populasi mereka terbagi bergantungpada suhu, kadar garam dan kedalaman laut.

Efektif: sebuah usaha untuk mendapatkan tujuan, hasil atau target yangdiharapkan dengan waktu yang telah ditetapkan terlebih dahulutanpa memperdulikan biaya yang harus atau sudah dikeluarkan.

Page 165: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

165

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

Efisiensi: cara untuk mencapai suatu tujuan dengan penggunaan sumberdaya yang minimal namun hasil maksimal, sumber daya diolahdengan bijak dan hemat sehingga uang, waktu dan tenaga tidakbanyak terbuang.

Ekosentrisme: cara pandang bahwa pemakaian etika diperluas untukmencakup komunitas ekosistem secara keseluruhan.

Ekosistem: suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbalbalik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.

Eksitu: di luar habitat (secara tidak langsung).Eksploitasi: sebuah kegiatan menggali potensi yang ada dalam sebuah

hal atau wilayah tertentu secara lebih jauh dan mendalam bahkankadang berlebihan.

Enzim: biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis(senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi)dalam suatu reaksi kimia organik.

Erosi: peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikellainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan,creep pada tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi,atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang.

Etika: sebuah sesuatu di mana dan bagaimana cabang utama filsafatyang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenaistandar dan penilaian moral, yang mencakup analisis dan penerapankonsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.

Eutrofikasi: pencemaran air yang disebabkan oleh munculnya nutrientyang berlebihan ke dalam ekosistem air, yaitu limbah fosfat (PO43-), khususnya dalam ekosistem air tawar.

Fisiologis: salah satu dari cabang-cabang biologi yang mempelajariberlangsungnya sistem kehidupan, menggunakan berbagai metodeuntuk mempelajari biomolekul, sel, jaringan, organ, sistem organ,dan organisme secara keseluruhan menjalankan fungsi fisik dankimiawinya untuk mendukung kehidupan.

Fosfor: zat yang dapat berpendar karena mengalami fosforesens(pendaran yang terjadi walaupun sumber pengeksitasinya telahdisingkirkan), berupa berbagai jenis senyawa logam transisi atausenyawa tanah langka seperti zink sulfida (ZnS) yang ditambahtembaga atau perak, dan zink silikat (Zn2SiO4)yang dicampurdengan mangan.

Page 166: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

166

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Fotosintesis: suatu proses biokimia pembentukan karbohidrat dari bahananorganik yang dilakukan oleh tumbuhan, terutama tumbuhanyang mengandung zat hijau daun, yaitu klorofil.

Gletser: sebuah bongkahan es yang besar yang terbentuk di ataspermukaan tanah yang merupakan akumulasi endapan salju yangmembatu selama kurun waktu geologi.

GLOSARIUMGround truth: pengumpulan sampel lapangan untuk dijadikan dasar

pemodelan melalui interpolasi, dan ekstrapolasi pada wilayah yangjauh lebih luas, dan pada kerincian yang lebih tinggi.

Hidro-oseanografi: cabang ilmu yang mempelajari tentang kelautan,mencakup tentang berbagai tentang laut, seperti ekosistem laut,dinamika ekosistem laut, arus samudra, gelombang, dan lain lain.

Hidrostatika: ilmu yang mempelajari tentang fluida yang tidak mengalir/tidak bergerak/statis.

Hilir: sebuah aliran sungai yang berada di bawah atau biasa disebutdengan daerah tempat berakhirnya sebuah aliran sungai.

Hulu: sebuah aliran sungai yang berada diatas, atau biasa disebut daripusat sumber sungai (awal aliran sungai).

Inklusif: menempatkan dirinya ke dalam cara pandang orang lain/kelompok lain dalam melihat dunia, dengan kata lain berusahamenggunakan sudut pandang orang lain atau kelompok lain dalammemahami masalah.

Inovatif: menciptakan sesuatu yang belum pernah ada menjadi ada ataumenciptakan sesuatu yang sama sekali berbeda.

Insitu: di dalam habitat (secara langsung).Integrasi: sebuah sistem yang mengalami pembauran hingga menjadi

suatu kesatuan yang utuh.Integritas: suatu konsep berkaitan dengan konsistensi dalam tindakan-

tindakan, nilai-nilai, metode-metode, ukuran-ukuran, prinsip-prinsip, ekspektasi-ekspektasi dan berbagai hal yang dihasilkan.

Intrusi: masuk atau menyusupnya air laut kedalam pori-pori batuan danmencemari air tanah yang terkandung didalamnya, proses masuknyaair laut mengganti air tawar disebut sebagai intrusi air laut.

Invertebrata: menunjuk hewan yang tidak memiliki tulang belakang.

Page 167: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

167

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

Kelembapan (kelembaban): konsentrasi uap air di udara. Angkakonsentrasi ini dapat diekspresikan dalam kelembaban absolut,kelembaban spesifik, atau kelembaban relatif.

Khlorofil: atau zat hijau daun (terjemah langsung dari bahasa Belanda,bladgroen) adalah pigmen yang dimiliki oleh berbagai organismedan menjadi salah satu molekul berperan utama dalam fotosintesis.

Koloni: Massa individu suatu jenis.Konservasi: pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya

dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambunganpersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitaskeanekaragaman dan nilainya.

Konstitusi: sebuah norma sistem politik dan hukum bentukan padapemerintahan negara yang biasanya dimodifikasikan sebagaidokumen tertulis.

Konversi lahan: perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahandari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsilain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungandan potensi lahan itu sendiri.

Meiofauna: organisme yang hidup secara interstisial. Sinonimnya adalahmeiobentos. Meiofauna dapat pula diartikan sebagai kelompokmetazoa kecil yang berada di antara mikrofauna dan makrofauna.

Metabolisme: semua reaksi kimia yang terjadi di dalam organisme,termasuk yang terjadi di tingkat sel.

Nitrat (NO3): bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakannutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae.

Nutrien (hara): unsur atau senyawa kimia yang digunakan untukmetabolisme atau fisiologi organisme, biasanya dikategorikanmenjadi nutrien yang menyediakan energi dan yang digunakansebagai komponen untuk tubuh atau struktur sel.

Paradigma: model utama, pola atau metode (untuk meraih beberapajenis tujuan).

Partisipatif: suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepadapencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya.

Pesisir: daerah pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat meliputibagian daratan baik kering maupun terendam air yang masihdipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan

Page 168: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

168

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

perembesan air asin, sedangkan ke arah laut meliputi bagian lautyang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi didarat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yangdisebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulanhutan dan pencemaran.

Plasma nutfah: substansi pembawa sifat keturunan yang dapat berupaorgan utuh atau bagian dari tumbuhan atau hewan serta jasadrenik, dan merupakan kekayaan alam yang sangat berharga bagikemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi untuk mendukungpembangunan nasional.

Polip: membran mukosa yang mengalami hipertrofi atau radangsehingga ukuran selnya membesar. Polip terbagi atas dua jenis, yaitupolip bertangkai dan polip sessile.

Polutan: bahan/benda yang menyebabkan pencemaran baik secaralangsung maupun tidak langsung seperti sampah., dan dibedakanmenjadi polutan fisik, yaitu polutan fisik, polutan kimiawi, polutanbiologis, polutan sosial budaya.

Progresif: suatu perubahan yang terjadi yang sifatnya maju, meningkat,meluas, berkelanjutan atau bertahap selama periode waktu tertentubaik secara kuantitatif ataupun kualitatif.

Publik: mengenai orang atau masyarakat, dimiliki masyarakat, sertaberhubungan dengan, atau memengaruhi suatu bangsa, negara,atau komunitas.

Renewable resource: sumber energi yang setelah dimanfaatkan bisadidapatkan kembali secara alami oleh proses alam dan hampir tidakbisa habis jika dimanfaatkan terus menerus bila dilestarikankeberadaannya.

Run off: disebut juga air aliran permukaan yaitu bagian dari curah hujanyang mengalir di atas perkaan tanah yang menuju ke sungai, danaudan lautan. Sebagian dari air tidak sempat meresap ke dalam tanahdan oleh karena itu mengalir menuju kedaerah yang lebih rendah.

Salinitas: tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.Sempadan: batas luar pengaman yang ditetapkan dalam mendirikan

bangunan dan atau pagar yang ditarik pada jarak tertentu sejajardengan as jalan, tepi luar kepala jembatan, tepi pantai, tepai sungai,tepi saluran, kaki tanggul, tepi situ/rawa, tepi waduk, tepi mata air,

Page 169: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

169

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

as rel kereta api, jaringan tenaga listrik dan pipa gas, tergantungjenis garis sempadan yang dicantumkan. Di bagian luar dari garisini, pemilik tanah tidak diperkenankan untuk mendirikan bangunan.

Siltation: pengendapan lanau (tanah atau butiran penyusun tanah/batuan yang berukuran di antara pasir dan lempung) yang berartiproses penambahan bahan endapan halus dalam jumlah diatasnormal pada air permukaan akibat erosi oleh air larian padapermukaan tanah yang sebelumnya telah terdapat gangguankarena kegiatan manusia.

Soliter: secara menyendiri atau sepasang-sepasang, tidak secara kelompok(tentang pola hidup organisme di alam).

Stakeholder: pemangku kepentingan atau pihak yang berkepentinganatau semua pihak di dalam masyarakat, baik itu individu, komunitasatau kelompok masyarakat, yang memiliki hubungan dankepentingan terhadap sebuah organisasi/ perusahaan dan isu/permasalahan yang sedang diangkat.

Substrat: permukaan dimana sebuah organisme (seperti tumbuhan, fun-gus dan hewan) hidup, yang meliputi material biotik dan abiotikdan hewan, contohnya alga mengambang yang tinggal di bebatuan(substratnya) dapat menjadi substrat itu sendiri untuk seekor hewanyang tinggal di puncak alga.

Trade off: usaha untuk meningkatkan kualitas atau aspek sesuatu denganmengurangi kualitas atau aspek dari sesuatu yang lain.

Transek: garis atau jalur sempit untuk keperluan survei persebaran,keterdapatan makhluk sepanjang suatu daerah atau percobaan danpengamatan lain.

Tropis: daerah di permukaan bumi, yang secara geografis berada di sekitarekuator, yaitu yang dibatasi oleh dua garis lintang 23.5 derajat LSdan 23.5 derajat LU.

Zonasi: pembagian atau pemecahan suatu areal menjadi beberapa bagian,sesuai dengan fungsi dan tujuan pengelolaan.

Page 170: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

170

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Daftar Pustaka

Aminah, S, Defri Yona, Rarasrum Dyah K. 2016. Seminar NasionalPerikanan dan Kelautan VI, Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan. Universitas Brawijaya, Malang.

Angkotasan Abdul Motalib, I Wayan Nurjaya, Nyoman M N Natih.2012. Analisis Perubahan Garis Pantai Di Pantai Barat Daya PulauTernate, Provinsi Maluku Utara. Jurnal Teknologi Perikanan danKelautan. Vol. 3. No. 2: 11-22.

Anon. 2003. The UN Word Water Development Report : Water for People, Waterfor Life. World Water Assesment Programme. UNESCO Publishing.

Asriyana dan Yuliana. 2012. Produktivitas Perairan: Fenomena Red Tideatau kejadian perubahan warna di permukaan perairan secaradramatis diakibatkan oleh pertumbuhan yang cepat (blooming)dari fitoplankton. Bumi Aksara, Jakarta.

Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional). 1996.Pengembangan Prototipe Wilayah Pesisir dan Marine Kupang NusaTenggara Timur. Puslitbang-Inderasig, Bakosurtanal, Cibinong.

Barnabe G & Barnabe. 2000. Ecology and Management of Coastal Waters;The Aquatic Environment. Praxis Publishing Ltd, Chichester, UK. France.

Bengen, D.G. dan A. Retraubun. 2006. Menguak Realitas dan UrgensiPengelolaan Berbasis Eko-sosio Sistem Pulau-Pulau Kecil. PusatPembelajaran dan Pengembangan Pesisir dan Laut, Bogor.

Budiati Lilin. 2006. Penerapan Co-Management untuk PembangunanBerkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan. Disertasi ProgramPascasarjana UGM, Yogyakarta.

Page 171: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

171

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

Budiati Lilin. 2014. Good Governance Dalam Pengelolaan LingkunganHidup. Ghalia Indonesia, Bogor.

Chrisman Nicholas. 1997. Exploring Geographic Information System. JohnWiley & Sons Inc, New York.

Curry P. 2011. Ecological Ethic. An Introduction. Second Edition. Fully Revisedand Expanded. Polity Press, Cambridge.

Dahuri Rokhmin. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut, AsetPembangunan Berkelanjutan Indonesia. Gramedia PustakaUtama, Jakarta.

Dahuri Rokhmin, Jacub Rais, Sapta Putra Ginting, Sitepu. 2008.Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan SecaraTerpadu. PT. Pradnya Paramitha, Jakarta.

Dahuri. 2013. Kebijakan Pembangunan Kelautan Untuk MengembangkanDaya Saing dan Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas MenujuIndonesia Yang Maju, Adil, Makmur dan berdaulat. Makalahdisampaikan dalam Konferensi Guru Besar Indonesia (KGBI) V,Hotel INA Garuda, Yogyakarta, 13 – 14 September 2013.

Demers M.N. 1997. Fundamental of Geographic Information Systems. JohnWileys & Sons, Inc., New York.

Dwipradnyana I Made Mahadi. 2014. Faktor-faktor yang mempengaruhiKonversi Lahan Pertanian Serta Dampak Terhadap kesejahteraanPetani (Study Kasus di Subak Jdi, Kecamatan Kediri, Tabanan).Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar.

ESRI. 1990. Understanding GIS: The Arc/ Info Method Environmental System.Research Institute, Redlands, California.

FAO (Food and Agriculture Organization). 1981. A Frame for Land Evaluation.FAO and Agriculture Organization of The United Nastion, Roma.

Fauzi Yulian, Boko Susilo dan Zulfia Memi Mayasari. 2009. AnalisisKesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Bengkulu MelaluiPerancangan Model Spasial dan Sistem Informasi Geografis (SIG).Forum Geografi, Vol. 23, No. 2: 101-111.

Gufran M H dan Baso B T. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam BudidayaPerairan. Rineka Cipta, Jakarta.

Hardjowigeno S dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan danPerencanaan Tataguna Lahan. Gadjah Mada University Pres,Yogyakarta.

Page 172: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

172

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Hutagaol, S.N. 2012. Kajian kandungan Logam Berat Timbal (Pb) adaAir, Sedimen dan Kerang Hijau (Perna viridis Linn.) di PerairanMuara Kamal, Provinsi DKI. Faperika IPB, Bogor.

Irwan ZDI. 2005. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota.Bumi Aksara, Jakarta.

Kasim F. 2012. Pendekatan Beberapa Metode dalam MonitoringPerubahan Garis Pantai Menggunakan Dataset Penginderaan JauhLandsat dan SIG. Jurnal Ilmiah Agropolitan Vol 5. UniversitasNegeri Gorontalo, Gorontalo.

Kennish MJ. 1990. Ecology of Estuaries, volume II: Biological Apect. CRCPress, United State.

Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan KawasanLindung.

Keraf A. S. 2002. Etika Lingkungan. Penerbit Buku Kompas, Jakarta.Ketjulan R. 2010. Daya Dukung Perairan Pulau Hari sebagai Objek Wisata

Bahari. Jurnal Paradigma Vol. 14 No. 4: 195-204.Kordi, M.G.H. 2011. Marikultur: Prinsip dan Praktik Budi Daya Laut.

Lily Publisher, Yogyakarta.Krebs, C. J. 2009 Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and

Abundance. Pearson Benjamin Cummings, San Francisco.Krom M. D. 1986. An Evaluation Of The Concept Of Assimilative Capacity As

Aplied To Marine Water. Journal Ambio Vol. XV No. 4: 208-214.Kusnadi. 2013. Membela Nelayan. Graha Ilmu, Yogyakarta.Lalli, C.M. dan T.R. Parsons. 2006. Biological Oceanography: An

Introduction. Elsevier Butterworth-Heinemann. China.Lamb J. 2006. Integrity. Leading and God Watching. Inter-vasity Press,

Nottingham.Mitra, A., dan S. Zaman. 2016. Basics of Marine and Estuarine Ecology.

Springer, India.Mustafa Akhmad dan Tarunamulia. 2009. Analisis Daya Dukung Lahan

Tambak Berdasarkan Pada Kuantitas Air Perairan di SekitarKecamatan Balusu Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan.Jurnal Riset Akuakultur Vol. 4 No. 3: 395-406.

Nikijuluw Victor dkk. 2013. Coral Governance. Penerbit IPB Press, KampusIPB Taman Kencana Bogor.

Page 173: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

173

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology. 3rd. ed. W.B. Saunders Co,Philadelphia.

Odum, E.P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.

Pearson Education. 2010. Human K and Limits to Growth. http://catalogue.pearsoned.co.uk.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentangRencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

Prahasta Eddy. 2002. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis.Informatika, Bandung.

Prahasta Eddy. 2005. Sistem Informasi Geografis. Informatika, Bandung.Realino BSS. 2005. Peningkatan Informasi Lokasi Tangkapan Ikan

melalui Integrasi Teknologi Inderaja Pemodelan Hidrodinamika danBioakustik. Badan Riset Kelautan dan Perikanan Pusat RisetTeknologi Kelautan SEACORM, Bali.

Riadi B. dan Makmuriyanto R. 2014. Kajian Percepatan Penetapan DanPenegasan Batas Kecamatan/Distrik, Desa/Kelurahan SecaraKartometris (Study on the Used of Cartometric Method for AcceleratingDistricts and Villages Delimitation). Majalah Ilmiah Globe, 16, 109-116.

Ritung S., Wahyunto F. Agus, H. Hidayat. 2007. Evaluasi KesesuaianLahan, dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan KabupatenAceh Barat. Balai Penelitian Tanah dan World Agro-forestryCenter, Bogor.

Romimohtarto K, dan Juwana S. 2009. Biologi Laut, Ilmu Pengetahuantentang Biota Laut. Penerbit Djambatan, Jakarta.

Sagala S.L., R. Bramawanto, A.R.T.D. Kuswardani dan W.S. Pranowo.2014. Distribusi Logam Berat di Perairan Natuna. Jurnal Ilmu danTeknologi Kelautan Tropis. Vol 6 No. 2: 297-310.

Santosa Edi. 2001. Kelembagaan Lingkungan dalam Era OtonomiDaerah. FISIP Universitas Diponegoro, Semarang.

Santosa Edi. 2003. Managemen Otonomi Daerah, Reformasi BirokrasiPUSKODAK. FISIP Universitas Diponegoro, Semarang.

Sara La. 2014. Pengelolaan Wilayah Pesisir: Gagasan Memelihara AsetWilayah Pesisir dan Solusi Pembangunan Bangsa. PenerbitAlfabeta, Bandung.

Page 174: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

174

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Setyaningrum E W., Maghdalena, A T K Dewi, M. Yuniartik, E DMasithah. Coastal ecosystem model based on environmental suitabilityand carrying capacity of the fishpond in Banyuwangi Region, East Java,Indonesia. IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science Vol. 236:1-14.

Sharp Basil M H. 2001. Sustainability Development: Environment andEconomic Framework Integration. Treasury Working Paper 01/07.

Shofiyati R. 2011. Teknologi Pesawat Tanpa Awak Untuk Pemetaan danPemantauan Tanaman Dan Lahan Pertanian. InformatikaPertanian, Vol. 20 No.2: 58-64.

Siregar Sofyan. 2010. Statistika Deskriptif Untuk Penelitian. PT.Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Speight M. and P. Henderson. 2010. Marine Ecology: Concept andApplication. Wiley Blackwell.

Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam diWilayah Pesisir Tropis. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Supriharyono, Haeruddin dan Suradi. 2002. Penyusunan PedomanPengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Spesifik Lokal di PantaiUtara Jawa Tengah.

Supriharyono. 2017. Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati diWilayah Pesisir dan Laut Tropis. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Tundisi, J.G dan T.M Tundisi. 2011. Limnology. CRC Press: Boca Raton.Wiadnyana NN & Wagey GA. 2004. Plankton, Produktivitas dan

Ekosistem Perairan. Departemen Perikanan dan Kelautan – BalaiRiset kelautan dan Perikanan – PRPT dan LIPI Pusat PenelitianOseanografi, Jakarta.

Wirakusumah, S. 2003. Dasar-Dasar Ekologi: Menopang PengetahuanIlmu-Ilmu Lingkungan. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Page 175: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

175

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

Tentang Penulis

Ervina Wahyu Setyaningrum, lahir di Tegal,16 September 1982. Lulus dari SMAN 1 KotaBanyuwangi, melanjutkan pendidikan di tahun2000 pada Jurusan Perikanan Program StudiPemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FakultasPertanian, Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi.Kemudian tahun 2005, bergabung sebagai tenagapengajar di Program Studi PemanfaatanSumberdaya Perikanan, Fakultas Pertanian,

Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi. Pada tahun 2011 meneruskanpendidikan ke jenjang magister di Pusat Pasca Universitas BrawijayaMalang Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan danPembangunan, lulus tahun 2013. Sampai dengan sekarang aktifmenjadi pengajar di Fakultas Pertanian dan Perikanan, Universitas 17Agustus 1945 Banyuwangi. Mata kuliah yang diampu adalahKebijakan Pembangunan perikanan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir.

Mega Yuniartik, S.Pi., MP., lahir pada tanggal24 Juni 1991 di Banyuwangi, Jawa Timur. Iamenamatkan Sekolah Dasar Negeri 6 Sumberagungtahun 2003. Setelah tamat dari SMP Negeri 1Genteng tahun 2006, beliau melanjutkan ke SMANegeri 1 Genteng dan lulus tahun 2009. Pada tahun2009 ia diterima kuliah di Universitas Brawijayamelalui jalur Penerimaan Siswa Berprestasi tanpates dan menetapkan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Page 176: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

176

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi

Kelautan. Program studi yang diambil Budidaya Perairan, jurusanManajemen Sumberdaya Perairan. Sarjana Perikanan (S.Pi) diraihnyapada tahun 2013. Sebelum menyelesaikan pendidikan Sarjana, beliaumendapatkan Beasiswa Unggulan Fasttrack dari Biro Kerjasama LuarNegeri Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2012. PendidikanMagister yang didalami beliau yaitu Budidaya Perairan minatBioteknologi Perikanan dan Kelautan. Beliau meraih gelar MasterPerikanan (M.P) pada tahun 2015. Setelah lulus beliau bekerja diResearch Group Aquatic Biofloc, Universitas Brawijaya sebagaipembantu peneliti dan staf administrasi. Tahun 2016, beliau diterimasebagai staf pengajar di Fakultas Pertanian dan Perikanan, Universitas17 Agustus 1945 Banyuwangi. Mata kuliah yang diampu adalahEkologi Perairan dan Avertebrata Air.

Agustina Tri Kusuma Dewi , lahir diBanyuwangi, 27 Agustus 1988. MenyelesaikanPendidikan Dasar mulai dari SD, SMP hingga SMUdi Banyuwangi. Pada tahun 2006. Ia melanjutkanpendidikannya pada jurusan PemanfaatanSumberdaya Perikanan, Fakultas Kelautan dan IlmuPerikanan, Universitas Brawijaya, Malang.Kemudian tahun 2012, ia meneruskan Pendidikanke jenjang Magister hingga mendapatkan gelarMagister Teknik dari Institut Sepuluh Nopember

Surabaya dan lulus tahun 2014. Mulai tahun 2014 sampai dengansekarang beliau menjadi staff pengajar di Fakultas Pertanian danPerikanan, Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi. Mata kuliah yangdiampu adalah Pemetaan Sumberdaya Hayati Pesisir dan Laut (SistemInformasi Geografis).

Page 177: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

177

Pengelolaan Pesisir dalam Perspektif Ekologi Perairan

Magdalena Putri Nugrahani, lahir di Malang,12 Februari 1986. Lulusan bidang Biologi UniversitasNegri Malang tahun 2009, melanjutkan studi keUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta dan lulustahun 2014. Kemudian aktif menjadi tenaga pengajardi Program Studi Pendidikan Biologi FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas 17Agustus 1945 Banyuwangi. Mata kuliah yangdiampu adalah Biologi dan Ekologi.

Page 178: Pendahuluan - repo.untag-banyuwangi.ac.id

178

Studi Kasus Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuwangi