Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Makalah KGP

19
BAB I PENDAHULUAN a.1 Latar Belakang Sariawan merupakan salah satu keadaan yang sering terjadi secara berulang atau rekuren pada mukosa mulut seseorang, dapat dikatakan bahwa setiap orang pasti pernah mengalami sariawan baik yang ringan maupun yang berat sampai sariawan tersebut mengganggu fungsi fisiologis dari jaringan rongga mulut dan dapat menyebabkan seseorang penderita mengalami gangguan bicara, mengunyah, menelan bahkan kelainan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi tubuh bila terjadi dalam waktu yang lama dengan frekuensi kejadian yang sering. Di kalangan masyarakat awam yang hampir secara rutin mengalami sakit berupa luka-luka di dalam mulutnya, mereka menyebutnya dengan nama sariawan atau panas dalam. Sedangkan dari kalangan medis penyakit ini dikenal dengan nama Stomatitis Aftosa Rekuren atau SAR. Stomatitis adalah inflamasi lapisan struktur jaringan lunak apa pun pada mulut. Stomatitis biasanya merupakan kondisi yang menyakitkan, yang terkait dengan kemerahan, pembengkakan, dan kadang-kadang perdarahan dari daerah yang terkena. Bau mulut (halitosis) juga 1 | Sariawan

description

hjmtynrbb

Transcript of Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Makalah KGP

Page 1: Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Makalah KGP

BAB I

PENDAHULUAN

a.1 Latar Belakang

Sariawan merupakan salah satu keadaan yang sering terjadi secara

berulang atau rekuren pada mukosa mulut seseorang, dapat dikatakan bahwa

setiap orang pasti pernah mengalami sariawan baik yang ringan maupun yang

berat sampai sariawan tersebut mengganggu fungsi fisiologis dari jaringan rongga

mulut dan dapat menyebabkan seseorang penderita mengalami gangguan bicara,

mengunyah, menelan bahkan kelainan ini dapat mengakibatkan menurunnya

kondisi tubuh bila terjadi dalam waktu yang lama dengan frekuensi kejadian yang

sering.

Di kalangan masyarakat awam yang hampir secara rutin mengalami sakit

berupa luka-luka di dalam mulutnya, mereka menyebutnya dengan nama sariawan

atau panas dalam. Sedangkan dari kalangan medis penyakit ini dikenal dengan

nama Stomatitis Aftosa Rekuren atau SAR.

Stomatitis adalah inflamasi lapisan struktur jaringan lunak apa pun pada

mulut. Stomatitis biasanya merupakan kondisi yang menyakitkan, yang terkait

dengan kemerahan, pembengkakan, dan kadang-kadang perdarahan dari daerah

yang terkena. Bau mulut (halitosis) juga mungkin menyertai keadaan ini.

Stomatitis terjadi pada semua kelompok umur, dari bayi hingga dewasa tua.

Sariawan atau SAR merupakan penyakit mulut yang relatif sering terjadi

di masyarakat. Penyakit ini relatif ringan dan tidak membahayakan keselamatan

hidup manusia, namun dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya, terutama

pada penderita yang mengalami SAR secara berulang-ulang.

1 | S a r i a w a n

Page 2: Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Makalah KGP

BAB II

PEMBAHASAN

Stomatitis Aftosa Rekuren atau yang di kalangan masyarakat awam disebut

sariawan adalah berbagai macam lesi/benjolan/luka yang terbatas dan timbul di

jaringan lunak rongga atau merupakan jenis spesifik dari stomatitis yang muncul

dengan ulkus yang dangkal dan nyeri yang biasanya terjadi pada di bibir, pipi,

gusi, atap atau dasar mulut.

Stomatitis adalah inflamasi lapisan struktur jaringan lunak apa pun pada

mulut. Stomatitis biasanya merupakan kondisi yang menyakitkan, yang terkait

dengan kemerahan, pembengkakan, dan kadang-kadang perdarahan dari daerah

yang terkena.

Istilah rekuren digunakan karena memang lesi ini biasanya hilang timbul

atau dapat kambuh lagi setelah sembuh. Luka ini bukan infeksi, dan biasanya

timbul soliter atau di beberapa bagian di rongga mulut seperti pipi, di.

Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) adalah salah satu kelainan mukosa

rongga mulut yang paling sering terjadi dan menyerang kira-kira 15-20% populasi

masyarakat dan sering menimbulkan rasa sakit dan perasaan yang tidak nyaman

pada penderitanya.

         Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) dapat mengenai permukaan mukosa yang

berkeratin maupun mukosa yang tidak berkeratin. Permukaan mukosa rongga

mulut yang biasanya terlibat adalah mukosa labial dan bukal, unattached gingiva,

palatum lunak, pipi, bibir, atap atau dasar rongga mulut, serta permukaan tengah

dari lidah.

2 | S a r i a w a n

Page 3: Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Makalah KGP

ETIOLOGI STOMATITIS AFTOSA REKUREN (SAR)

Hingga kini, penyebab dari sariawan ini belum dipastikan, tetapi ada

faktor-faktor yang diduga kuat menjadi pemicu atau pencetusnya. Beberapa

diantaranya adalah:

a. Trauma pada jaringan lunak mulut (selain gigi), misal tergigit, atau ada gigi

yang posisinya di luar lengkung rahang yang normal sehingga menyebabkan

jaringan lunak selalu tergesek/tergigit pada saat makan/mengunyah

b. Kekurangan nutrisi, terutama vitamin B12, asam folat dan zat besi.

c. Stress

d. Gangguan hormonal, seperti pada saat wanita akan memasuki masa

menstruasi di mana terjadi perubahan hormonal sehingga lebih rentan

terhadap iritasi

e. Gangguan autoimun / kekebalan tubuh, pada beberapa kasus penderita

memiliki respon imun yang abnormal terhadap jaringan mukosanya sendiri.

f. Penggunaan gigi tiruan yang tidak pas atau ada bagian dari gigi tiruan yang

mengiritasi jaringan lunak

g. Pada beberapa orang, sariawan dapat disebabkan karena hipersensitivitas

terhadap rangsangan antigenik tertentu terutama makanan.

Ada juga teori yang menyebutkan bahwa penyebab utama dari SAR adalah

keturunan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya

menderita SAR lebih rentan untuk mengalami SAR juga.

Hingga kini, penyebab dari sariawan ini belum dipastikan, tetapi ada

faktor-faktor yang diduga kuat menjadi pemicu atau pencetusnya. Beberapa

diantaranya adalah:

h. Trauma pada jaringan lunak mulut (selain gigi), misal tergigit, atau ada gigi

yang posisinya di luar lengkung rahang yang normal sehingga menyebabkan

jaringan lunak selalu tergesek/tergigit pada saat makan/mengunyah

i. Kekurangan nutrisi, terutama vitamin B12, asam folat dan zat besi.

j. Stress

3 | S a r i a w a n

Page 4: Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Makalah KGP

k. Gangguan hormonal, seperti pada saat wanita akan memasuki masa

menstruasi di mana terjadi perubahan hormonal sehingga lebih rentan

terhadap iritasi

l. Gangguan autoimun / kekebalan tubuh, pada beberapa kasus penderita

memiliki respon imun yang abnormal terhadap jaringan mukosanya sendiri.

m. Penggunaan gigi tiruan yang tidak pas atau ada bagian dari gigi tiruan yang

mengiritasi jaringan lunak

n. Pada beberapa orang, sariawan dapat disebabkan karena hipersensitivitas

terhadap rangsangan antigenik tertentu terutama makanan.

Ada juga teori yang menyebutkan bahwa penyebab utama dari SAR adalah

keturunan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya

menderita SAR lebih rentan untuk mengalami SAR juga.

GEJALA STOMATITIS AFTOSA REKUREN (SAR)

Awalnya timbul rasa sedikit gatal atau seperti terbakar pada 1-2 hari di

daerah yang akan menjadi sariawan. Rasa ini timbul sebelum luka dapat terlihat di

rongga mulut.

Sariawan dimulai dengan adanya luka seperti melepuh di jaringan mulut

yang terkena berbentuk bulat atau oval. Setelah beberapa hari, luka seperti

melepuh tersebut pecah dan menjadi berwarna putih di tengahnya, dibatasi dengan

daerah kemerahan. Bila berkontak dengan makanan dengan rasa yang tajam

seperti pedas atau asam, daerah ini akan terasa sakit dan perih, dan aliran saliva

(air liur) menjadi meningkat.

Berdasarkan ciri khasnya secara klinis, SAR dapat digolongkan menjadi

ulser minor, ulser mayor, dan ulser hepetiform. Ulser minor adalah yang paling

sering dijumpai, dan biasanya berdiameter kurang dari 1 cm dan sembuh tanpa

menimbulkan jaringan parut. Bentuknya bulat, berbatas jelas, dan biasanya

dikelilingi oleh daerah yang sedikit kemerahan. Lesi biasanya hilang setelah 7-10

hari.

4 | S a r i a w a n

Page 5: Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Makalah KGP

Ulser mayor biasanya berdiameter lebih dari 1 cm, bulat dan juga berbatas

jelas. Tipe ini membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh, dan dapat

menimbulkan jaringan parut setelah sembuh.

Ulser herpetiform adalah yang paling jarang terjadi dan biasanya

merupakan lesi berkelompok dan terdiri dari ulser berukuran kecil dengan jumlah

banyak.

KLASIFIKASI STOMATITIS AFTOSA REKUREN (SAR)

Stomatitis aphtosa ini mempunyai dua jenis tipe penyakit, di antaranya:

a. Sariawan akut bisa disebabkan oleh trauma sikat gigi, tergigit, dan

sebagainya. Pada sariawan akut ini bila dibiarkan saja akan sembuh dengan

sendirinya dalam beberapa hari.

b. Sariawan kronis akan sulit sembuh jika dibiarkan tanpa diberi tindakan apa-

apa. Sariawan jenis ini disebabkan oleh xerostomia (mulut kering). Pada

keadaan mulut kering, kuantitas saliva atau air ludah berkurang. Akibatnya

kualitasnya pun juga akan berkurang. Penyebab dari xerostomia ini bisa

disebabkan gangguan psikologis (stres), perubahan hormonal, gangguan

pencernaan, sensitif terhadap makanan tertentu dan terlalu banyak

mengonsumsi antihistamin atau sedatif.

Adapun secara klinis stomatitis aphtosa ini dapat dibagi menjadi tiga subtipe, di

antaranya:

a. Stomatitis aphtosa minor (MiRAS)

Sebagian besar pasien menderita stomatitis aphtosa bentuk minor

ini. Yang ditandai oleh luka (ulser) bulat atau oval, dangkal, dengan

diameter kurang dari 5 mm, dan dikelilingi oleh pinggiran yang eritematus.

Ulserasi pada MiRAS cenderung mengenai daerah-daerah nonkeratin,

seperti mukosa labial, mukosa bukal dan dasar mulut. Ulserasi bisa tunggal

atau merupakan kelompok yang terdiri atas empat atau lima dan akan

sembuh dalam jangka waktu 10-14 hari tanpa meninggalkan bekas.

5 | S a r i a w a n

Page 6: Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Makalah KGP

b. Stomatitis aphtosa major (MaRAS)

Hanya sebagian kecil dari pasien yang terjangkit stomatitis aphtosa

jenis ini. Namun jenis stomatitis aphtosa pada jenis ini lebih hebat

daripada stomatitis jenis minor (MiRAS). Secara klasik, ulser ini

berdiameter kira-kira 1-3 cm, dan berlangsung selama 4 minggu atau lebih

dan dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut, termasuk

daerah-daerah berkeratin. Stomatitis aphtosa major ini meninggalkan

bekas, bekas pernah adanya ulser seringkali dapat dilihat penderita

MaRAS; jaringan parut terjadi karena keseriusan dan lamanya lesi.

c. Ulserasi herpetiformis (HU)

Istilah "herpetiformis" digunakan karena bentuk klinis dari HU

(yang dapat terdiri atas 100 ulser kecil-kecil pada satu waktu) mirip

dengan gingivostomatitis herpetik primer, tetapi virus-virus herpes ini

tidak mempunyai peran etiologi pada HU atau dalam setiap bentuk ulserasi

aphtosa. (pusdat/berbagai sumber)

Sariawan, atau nama ilmiahnya RAS (recurrent aphthous stomatitis)

ternyata banyak jenisnya yaitu major aphthous, minor aphthous dan herpetiform

(lihat postingan sebelumnya). Pembagian tersebut didasarkan bersadarkan

tampilan klinisnya yang sudah dijelaskan di atas. Kali ini kita akan mengenal

klasifikasi sariawan ataupun RAS berdasarkan managemen penangannya, yaitu:

1. Tipe A

Pada tipe ini, kejadian sariawan hanya terjadi beberapa hari dan hanya

sekali dalam setahun. Rasa sakitnya dapat ditoleransi dan faktor penyebab dapat

diidentifikasi. Pengobatan tidak diidikasikan untuk sariawan tipe ini.

2. Tipe B

Pada tipe ini, kejadiannya setiap bulan, dengan durasi sekitar 3-10 hari tiap

kambuh. meyebabkan sakit yang mengganggu. Dianjurkan untuk mengganti jenis

makanan dan rajin membersihkan mulut. Pada tipe ini dapat dipakai terapi

kortikosteroid topikal selama beberapa hari, dibutuhkan protokol terapi yang

6 | S a r i a w a n

Page 7: Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Makalah KGP

tepat. Obat yang biasa dipakai dexamethasone 0,05 mg/5 ml (kumur 3x sehari),

clobetasol ointment 0,05 %

3. Tipe C

Sangat sakit, dan merupakan bentuk yang parah dari sariawan. Saat sati

ulkus diobati, maka akan timbul ulkus yang lainnya. Gunakan Kortikosteroid yang

potent, kortikosteroid sistemik, azathriophine atau immunosupresan (dapsone,

pentoxyfilline dan thalidomide

SAR yang umumnya sering terjadi pada penderita adalah jenis ulser

minor. Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Minor disebut juga dengan nama

Mikuliz’s apthae yang terjadi sekitar 75-85% dari semua lesi Stomatitis Aftosa

Rekuren (SAR). Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Minor sering mengenai

mukosa rongga mulut yang tidak mengalami keratinisasi seperti pada mukosa

bibir, mukosa bukal, dan dasar mulut. Ulkus ini tidak lebih dari 8-10 mm, dilapisi

membrane fibrous kekuningan dengan tepi eritematous, umumnya sembuh dalam

10-14 hari tanpa meninggalkan jaringan parut (Scully, 2007).

Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Minor mempunyai kecenderungan untuk

terjadi pada mukosa bergerak yang terletak pada jaringan kelenjar saliva minor.

Seringkali terjadi pada mukosa bibir dan pipi, tetapi ulkus jarang terjadi pada

mukosa berkeratin banyak seperti gusi dan palatum keras. Ulkus-ulkus biasanya

terdapat disepanjang lipatan mukobukal dan seringkali tampak lebih memanjang,

dimana rasa terbakar adalah keluhan awal dan diikuti dengan nyeri hebat selama

beberapa hari (Langlais dan Miller, 2000).

Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Minor bersifat kambuhan dan pola

terjadinya bervariasi. Meskipun tidak ada pengobatan yang sukses sepenuhnya

untuk Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Minor, namun pada beberapa kasus

terbukti bahwa pemberian obat-obatan golongan antibiotik, koagulasi, obat-obat

anti keradangan, mouth rinses yang mengandung enzim aktif dan terapi kombinasi

7 | S a r i a w a n

Page 8: Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Makalah KGP

dapat mengurangi rasa sakit, mempercepat penyembuhan serta menurunkan

jumlah dan ukuran ulser (Fernandes dkk, 2007).

ETIOLOGI STOMATITIS AFTOSA REKUREN (SAR) MINOR

      Penyebab pasti dari Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Minor belum diketahui,

tetapi terdapat beberapa faktor pencetus yang diduga berperan penting dalam

timbulnya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Minor. Faktor-faktor tersebut antara

lain :

a. Faktor Lokal

      Trauma rongga mulut dapat berpengaruh cepatnya perkembangan

Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Minor. Pada studi yang dilakukan oleh Rees

terhadap 128 pasien dimana 20 pasien terbukti mengalami trauma pada mukosa

mulutnya yang berlanjut menjadi Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Minor.

Trauma tersebut disebabkan karena tergigitnya mukosa rongga mulut, sikat gigi

atau makanan yang tajam yang bisa menyebabkan luka pada mukosa rongga

mulut (Rees dan Binnie, 2006).

b. Alergi

      Bahan-bahan allergen yang diduga berhubungan dengan Stomatitis Aftosa

Rekuren (SAR) Minor adalah benzoic acid dan cinnamic aldehide yang sering

dipakai sebagai penyedap rasa, kacang kenari, tomat, buah-buahan terutama

strawberry, coklat, kacang tanah, sereal, kacang, keju, tepung terigu atau gandum

yang mengandung gluten (Scully, 2007).

c. Bakteri

      L-form streptococcal bakteria juga berperan dalam terjadinya Stomatitis

Aftosa Rekuren (SAR). Jenis bakteri yang juga berperan yaitu Streptococcus

sanguis, Streptococcus mitis, dan Helicobacter pylori (Melamed, 2007).

8 | S a r i a w a n

Page 9: Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Makalah KGP

d. Imunologi

      Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Minor umumnya terjadi pada pasien

dengan imunodefisiensi sel B dan 40% dari pasien-pasien Stomatitis Aftosa

Rekuren (SAR) Minor mempunyai kompleks sirkulasi imun. Pengendapan

imunoglobulin dan komponen-komponen komplemen dalam epitel dan atau

respon umum seluler (cell mediated immune response) terhadap komponen-

komponen imun merupakan peyebab terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR)

Minor (Lawler dkk, 2002).

e. Hematologi

      Lebih dari 15-20% pasien Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Minor adalah

penderita defisiensi zat besi, vitamin B12 atau folic acid dan mungkin juga

terdapat pada penderita anemia. Penyembuhan Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR)

Minor seringkali terjadi sesudah terapi untuk mengatasi defisiensi tersebut

(Lawler dkk, 2002).

f. Hormonal

      Diduga ada hubungan antara siklus menstruasi dan terjadinya Stomatitis

Aftosa Rekuren (SAR) Minor, yang berhubungan dengan kadar estrogen dan

progesterone. Dimana perkiraan ada hubungan antara produksi estrogen yang

rendah waktu premenstrual dengan kornifikasi mukosa mulut (Hidayanti dan

Suyoso, 2006).

g. Stres Psikologi

      Studi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup erat antara

stress dan terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Minor dalam 10-20% dari

populasi masyarakat. Tetapi faktor stress dalam perkembangan Stomatitis Aftosa

Rekuren (SAR) Minor masih perlu diteliti lebih lanjut (Rees dan Binnie).

9 | S a r i a w a n

Page 10: Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Makalah KGP

PATOGENESIS STOMATITIS AFTOSA REKUREN (SAR) MINOR

a. Stadium Prodormal

       Terjadi pada 24-48 jam pertama, muncul perasaan geli pada tempat

dimana lesi berkembang. Bisa disertai gejala demam, malaise, mialgia, athralgia,

mual, muntah, sakit kepala, dan pembesaran kelenjar limfe. Stadium ini disertai

dengan peningkatan rasa nyeri serta lesi berkembang menjadi edema popular lokal

yang berhubungan dengan vakuolisasi keratinosit yang dikelilingi oleh lingkaran

eritematus yang menggambarkan vaskulitis lokal dengan peningkatan infiltrasi sel

mononuklear (Hidayati dan Suyoso, 2006).

b. Stadium Ulseratif

       Terjadi ulseratif yang nyeri dan ditutupi membran fibrous, dasar ulkus

diinfiltrasi terutama oleh neutrofil, limfosit, dan sel plasma. Stadium ini terjadi

dalam beberapa hari sampai beberapa minggu (Hidayati dan Suyoso, 2006).

c. Stadium Penyembuhan

       Terjadi regenerasi epitel yang mulai menutupi ulkus serta berkurangnya

rasa nyeri yang ditimbulkan (Hidayati dan Suyoso, 2006). Stomatitis Aftosa

Rekuren (SAR) Minor biasanya sembuh dengan spontan tanpa pembentukan

jaringan parut, dalam waktu 14 hari (Langlais dan Miller, 2000).

DIAGNOSIS STOMATITIS AFTOSA REKUREN (SAR) MINOR

       Untuk dapat menegakkan diagnosa yang tepat dari SAR dapat dilakukan

dengan cara melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Biasanya pada

anamnesis pasien akan merasakan sakit pada mulutnya, tempat ulser sering

berpindah-pindah dan biasanya kejadiannya selalu berulang-ulang. Pasien

biasanya dalam keadaan demam ringan (Haikal, 2010).

10 | S a r i a w a n

Page 11: Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Makalah KGP

Diagnosa Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Minor dapat dilihat dengan

adanya ulser rekuren yang simetris, bulat dan tidak terbatas pada mukosa mulut

serta sembuh spontan dengan tidak disertai oleh tanda ataupun gejala-gejala

lainnya (Greenberg, 1994).

       Selain pemeriksaan visual, pemeriksaan laboratoris diindikasikan bagi

pasien yang menderita SAR di atas usia 25 tahun terutama dengan tipe mayor

yang selalu hilang timbul, atau bila sariawan tidak kunjung sembuh, atau bila ada

gejala dan keluhan lain yang berkaitan dengan faktor pemicu (Anonim, 2009).

Pertimbangan adanya defisiensi hematologi, dan oleh karena itu penderita harus

mengalami pemeriksaan hitung darah lengkap serta perkiraan kadar vitamin B12

(Lewis dan Lamey, 1998).

PENGOBATAN STOMATITIS AFTOSA REKUREN (SAR) MINOR

       SAR sebetulnya dapat sembuh sendiri, karena sifat dari kondisi ini adalah

self-limiting. Obat-obatan untuk mengatasi SAR diberikan sesuai dengan tingkat

keparahan lesi (Anonim, 2009).

Banyak obat-obatan, termasuk vitamin, obat kumur antiseptik, steroid

topikal dan imunomodulator sistemik untuk mengatasi Stomatitis Aftosa Rekuren

(SAR) Minor. Walaupun demikian hanya sebagian kecil yang secara ilmiah

terbukti efisien. Kombinasi vitamin B1 (thiamin, 300 mg sehari) dan vitamin B6

(pyridoxine, 50 mg setiap 8 jam) diberikan selama 1 bulan dianjurkan sebagai

penatalaksanaan empiris tahap awal. Penggunaan terapi anxiolytic atau rujukan

hipnoterapi dapat membantu bagi penderita yang diperkirakan memiliki faktor

presipitasi berupa stress. Beberapa pasien memberikan respon yang baik terhadap

obat kumur klorheksidin serta kortikosteroid topikal, seperti hidrokortison

hemisuksinat (pellet, 2,5 mg dilarutkan dalam air dan digunakan sebagai obat

kumur 3 kali sehari) (Lewis dan Lamey, 1998).

11 | S a r i a w a n

Page 12: Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Makalah KGP

BAB III

KESIMPULAN

Sariawan merupakan salah satu keadaan yang sering terjadi secara

berulang atau rekuren pada mukosa mulut seseorang, dapat dikatakan bahwa

setiap orang pasti pernah mengalami sariawan baik yang ringan maupun yang

berat sampai sariawan tersebut mengganggu fungsi fisiologis dari jaringan rongga

mulut dan dapat menyebabkan seseorang penderita mengalami gangguan bicara,

mengunyah, menelan bahkan kelainan ini dapat mengakibatkan menurunnya

kondisi tubuh bila terjadi dalam waktu yang lama dengan frekuensi kejadian yang

sering.

Di kalangan masyarakat awam yang hampir secara rutin mengalami sakit

berupa luka-luka di dalam mulutnya, mereka menyebutnya dengan nama sariawan

atau panas dalam. Sedangkan dari kalangan medis penyakit ini dikenal dengan

nama Stomatitis Aftosa Rekuren atau SAR.

12 | S a r i a w a n

Page 13: Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Makalah KGP

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika

Kusyati, Eni. 2006. Ketrampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta : EGC

Ramali, Ahmad. 2000. Kamus Kedokteran : Arti & Keterangan Istilah. Jakarta: Agung Seto

 Soekidjo, Notoatmodjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Soekidjo, NotoatmoSusanto, Agus. 2007. Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: PT Sunda

Kelapa Pustaka

13 | S a r i a w a n