Pendahuluan Paper

36
PENDAHULUAN Terdapat dua jenis gangguan mood yaitu mania dan depresi. Gangguan Bipolar atau Manic-Depressive Illness (MDI) merupakan salah satu gangguan jiwa tersering yang berat dan persisten. 1 Gangguan Bipolar ditandai dengan suatu periode depresi yang dalam dan lama, serta dapat beruabah menjadi suatu periode yang meningkat secara cepat dan/atau dapat menumbulkan amarah yang dikenal sebagai mania. 2 Mania agak sulit ditemukan karena kegembiraan jarang mendorong seseorang untuk berobat ke dokter. Pada penderita mania sebagian besar tidak menyadari adanya sesuatu yang salah dengan kondisi mental maupun perilakunya. Depresi adalah gangguan nomor 2 di dunia yang paling “mematikan: dan diperkirakan pada 2020 akan menjadi “wabah” diseluruh penjuru dunia. 3 Gejala-gejala mania meliputi kurang tidur, nada suara tinggi, peningkatan libido, perilaku yang cenderung kacau tanpa memertimbangkan konsekuensinya, dan gangguan pikiran berat yang mungkin/tidak termasuk psikosis. 4 Diantara kedua periode tersebut, penderita gangguan Bipolar memasuki yang baik dan dapat hidup secara produktif. Gangguan Bipolar merupakan gangguan yang lama dan jangka panjang. Gangguan Bipolar mendasari suatu spectrum dari gangguan mood/suasana perasaan meliputi Bipolar I (BP I), Bipolar II (BP II), Siklotimia (periode

description

j

Transcript of Pendahuluan Paper

PENDAHULUANTerdapat dua jenis gangguan mood yaitu mania dan depresi. Gangguan Bipolar atau Manic-Depressive Illness (MDI) merupakan salah satu gangguan jiwa tersering yang berat dan persisten.1 Gangguan Bipolar ditandai dengan suatu periode depresi yang dalam dan lama, serta dapat beruabah menjadi suatu periode yang meningkat secara cepat dan/atau dapat menumbulkan amarah yang dikenal sebagai mania.2 Mania agak sulit ditemukan karena kegembiraan jarang mendorong seseorang untuk berobat ke dokter. Pada penderita mania sebagian besar tidak menyadari adanya sesuatu yang salah dengan kondisi mental maupun perilakunya. Depresi adalah gangguan nomor 2 di dunia yang paling mematikan: dan diperkirakan pada 2020 akan menjadi wabah diseluruh penjuru dunia.3Gejala-gejala mania meliputi kurang tidur, nada suara tinggi, peningkatan libido, perilaku yang cenderung kacau tanpa memertimbangkan konsekuensinya, dan gangguan pikiran berat yang mungkin/tidak termasuk psikosis.4 Diantara kedua periode tersebut, penderita gangguan Bipolar memasuki yang baik dan dapat hidup secara produktif. Gangguan Bipolar merupakan gangguan yang lama dan jangka panjang. Gangguan Bipolar mendasari suatu spectrum dari gangguan mood/suasana perasaan meliputi Bipolar I (BP I), Bipolar II (BP II), Siklotimia (periode manic dan depressif yang bergantian /naik-turun), dan depresi yang hebat. Hampir pada semua kasus, gangguan bipolar mengalami kekambuhan. Terkadang perubahan suasana persaan dari depresi ke mania atau sebaliknya tanpa melalui periode suasana hati yang normal terlebih dahulu. Sekitar 15% penderita terutama wanita, mengalami empat episode atau lebih setiap tahunnya.5Ada sejumlah teknik psikoterapi yang digunakan untuk mengobati gangguanbipolar. Rawat inap mungkin diperlukan, terutama selama episode manik berat. Psikoterapi bertujuan mengurangi gejala inti, mengurangi emosi negatif yang diungkapkan dalam hubungan, mengenali gejala prodormal sebelum kambuh dan faktor-faktor yang menyebabkan pemeliharaan remisi. Terapi kognitof perilaku, terapi keluarga, dan psikoedukasi memiliki bukti mengenai efektivitas dalam kaitannya dengan pencegahan kambuh, dan terapi kognitif perilaku terbukti efektif berkaitan dengan gejala depresi sisa. Berdasarkan penelitian terapi pendamping berupa Cognitive Behavior therapy merupakan tritmen utama untuk penderita gangguan bipolar utamanya pasien rawat jalan, sebelum era farmakoterapi dan dikenalnya litium dan obat penstabil mood yang lain.6,7 Dalam penulisan ini akan dibahas mengenai Gangguan bipolar dan psikoterapi berupa Cognitive Behavior Therapy.

TINJAUAN PUSTAKAA. DEFINISIGangguan mood merupakan suatu sindrom yang terdiri dari tanda-tanda dan gejala-gejala yang berlangsung dalam hitungan minggu hingga bulan yang mempengaruhi fungsi dan pola kehidupan sehari-hari.2Terdapat dua jenis gangguan mood yaitu mania dan depresi. Gangguan Bipolar atau manic-depressive illness (MDI) merupakan salah satu gangguan jiwa tersering yang berat dan persisten.1 Gangguan Bipolar ditandai dengan suatu periode depresi yang dalam dan lama, serta dapat beruabah menjadi suatu periode yang meningkat secara cepat dan/atau dapat menumbulkan amarah yang dikenal sebagai mania.8

B. SEJARAHPada zaman dahulu kala, masyarakat kuno percaya bahwa semua penyakit mental disebabkan oleh kekuatan supranatural dan cara untuk menyembuhkannya dengan mengeluarkan roh jahat dari tubuh penderita. Catatan mengenai gangguan mood banyak ditemukan dalam dokumen purbakala. 2Empedocles (490-420 SM) mengemukakan teori humoral bahwa terdapat empat elemen dasar yang dikarakteristikkan oleh cairan tubuh manusia yaitu:

Tabel 1. Empat elemen dasar manusia menurut Empedocles. NoElemenKualitasCairan/ humor

1ApiPanasDarah (di jantung)

2Tanah/ bumiKeringPlegma (di otak)

3AirBasahLendir kuning (di hati)

4UdaraDinginLendir hitam (di limpa)

Sumber: N L Lubis, Depresi tinjauan psikologis, 2009. Penyakit mental muncul jika terjadi ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh dan cara untuk mengobatinya adalah dengan memberikan obat dengan kualitas yang berlawanan dengan penyakit tersebut.4Hippocrates (460-377 SM) mengatakan bahwa semua penyakit gangguan mental dapat dijelaskan secara ilmiah. Ia juga membagi kepribadian berdasarkan teori cairan tubuh yaitu:Tabel 2. Empat kepribadian menurut Hippocrates.NoKepribadianCairan/ humorKualitas

1SanguinDarah (di jantung)Semangat

2PhlegmaticPlegma (di otak)Lamban

3KholericLendir kuning (di hati)Keras

4MelancholicLendir hitam (di limpa)Murung

Sumber: N L Lubis, Depresi tinjauan psikologis, 2009. Hippocrates menjelaskan bahwa mimpi buruk dan kecemasan disebabkan oleh meningkatnya aliran lendir hitam ke otak dan melancholia disebabkan oleh kelebihan lendir hitam.4Pada tahun 1854, Julles Falret menggambarkan suatu keadaan yang disebut folie circulaire dimana pasien mengalami perubahan mood depresi dan mania. Seorang Psikiatrik Jerman bernama Karl Kahlbaum tahun 1882 menggunakan istilah siklotimia untuk menggambarkan mania dan depresi pada satu stadium penyakit yang sama.2Wilhelm Griesinger (1817-1869) menyatakan penyakit mental adalah penyakit somatis dan penyebab dari penyakit mental dapat ditemukan di otak. Emil Kreplin (1855-1926) menyatakan bahwa penyakit mental disebabkan oleh faktor hereditas. Ia kemudian menemukan bahwa faktor metabolik juga mempengaruhi penyakit mental. Freud meyakini bahwa setiap pasien adalah individu yang unik dengan masa lalu yang berbeda-beda. Ia menyadari bahwa neuropsikologi dan psikologi tidak bertentangan.4

C. EPIDEMIOLOGIPada pengamatan universal, prevalensi gangguan depresif berat pada wanita dua kali lebih besar dari pada laki-laki. Gangguan Bipolar I mempunyai prevalensi yang sama bagi laki-laki dan wanita.2 Lebih banyaknya wanita yang tercatat mengalami depresi bisa disebabkan oleh pola komunikasi wanita yang ingin memberitahukan masalahnya kepada orang lain dan harapan untuk mendapatkan bantuan atau dukungan sedangkan pada laki-laki cenderung untuk memikirkan masalahnya sendiri dan jarang menunjukkan emosinya.4Berbagai penelitian mengungkapkan golongan usia muda yaitu remaja dan dewasa awal lebih mudah terkena depresi. Hal ini terjadi karena pada usia tersebut terdapat tahap-tahap serta tugas perkembangan yang penting yaitu peralihan dari masa anak-anak ke masa remaja, remaja ke dewasa, masa sekolah ke masa kuliah dan bekerja serta masa pubertas ke masa pernikahan. Survei telah melaporkan prevalensi yang tinggi dari depresi terjadi pada usia 18-44 tahun.4 Beberapa data epidemiologis baru-baru ini menyatakan insidensi gangguan depresif berat meningkat pada usia kurang dari 20 tahun.2 Penurunan kecenderungan depresi pada usia dewasa diduga karena berkurangnya respon emosi seseorang seiring bertambahnya usia, meningkatnya kontrol emosi dan kekebalan terhadap pengalaman dan peristiwa hidup yang dapat memicu stress.4Onset gangguan bipolar I lebih awal dari daripada onset gangguan depresi. Onset gangguan bipolar I dari usia 5 tahun sampai usia 50 tahun. Laporan kasus gangguan bipolar I diatas usia 50 tahun sangat jarang.2Pada umumnya gangguan depresif berat paling sering terjadi pada seseorang yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat, telah bercerai atau berpisah dengan pasangan hidup. Gangguan bipolar I lebih sering terjadi pada orang yang bercerai dan hidup sendiri daripada orang yang menikah.2

D. ETIOLOGI8-11FAKTOR BIOLOGISBeberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memiliki peranan yang penting dalam mengendalikan emosi kita. Dalam otak terdapat substansi biokimiawi yaitu neurotransmitter yang berfungsi sebagai pembawa pesan komunikasi antar neuron di otak. Jika neurotransmiter ini berada pada tingkat yang normal, otak akan bekerja secara harmonis. Berdasarkan riset, kekurangan neurotransmiter serotonin, norepinefrin dan dopamin dapat menyebabkan depresi. Di satu sisi, jika neurotransmiter ini berlebih dapat menjadi penyebab gangguan manik. Selain itu antidepresan trisiklik dapat memicu mania.9Serotonin adalah neurotransmiter aminergic yang paling sering dihubungkan dengan depresi. Penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi. Pada beberapa pasien yang bunuh diri memiliki konsentrasi metabolit serotonin yang rendah di cairan serebrospinalnya. Pada penggunaan antidepresan jangka panjang terjadi penurunan jumlah tempat ambilan kembali serotonin.8Dopamin juga diperkirakan memiliki peranan dalam menyebabkan depresi. Data menunjukkan aktivitas dopamin yang menurun pada depresi dan meningkat pada mania. Obat yang menurunkan kadar dopamin seperti reserpine dan pada penyakit yang mengalami penurunan dopamin seperti parkinson disertai juga dengan gejala depresi. Obat-obat yang meningkatkan kadar dopamin seperti tyrosine, amphetamine dan bupropion menurunkan gejala depresi. Disfungsi jalur dopamin mesolimbik dan hipoaktivitas reseptor dopamin tipe 1 (D1) terjadi pada depresi.10Obat-obatan yang mempengaruhi sistem neurotransmiter seperti kokain akan memperparah mania. Agen lain yang dapat memperburuk mania termasuk L-dopa, yang berpengaruh pada reuptake dopamin dan serotonin. Calsium channel blocker yang digunakan untuk mengobati mania dapat mengganggu regulasi kalsium di neuron. Gangguan regulasi kalsium ini dapat menyebabkan transmisi glutaminergik yang berlebihan dan iskemia pembuluh darah.8,9Neurotransmiter lain seperti GABA dan peptida neuroaktif seperti vasopresin dan opiat endogen juga berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Beberapa penelitian menyatakan bahwa sistem pembawa kedua (second messenger) seperti adenylate cyclase, phosphatidylinositol dan regulasi kalsium mungkin memiliki relevansi dengan penyebab gangguan mood.10,11Regulasi abnormal pada sumbu neuroendokrin mungkin dikarenakan fungsi abnormal neuron yang mengandung amine biogenik. Secara teoritis, disregulasi pada sumbu neuroendokrin seperti sumbu tiroid dan adrenal terlibat dalam gangguan mood. Pasien dengan gangguan mood mengalami penurunan sekresi melatonin nokturnal, penurunan pelepasan prolaktin, penurunan kadar FSH dan LH serta penurunan kadar testosteron pada laki-laki.2Dexamethasone adalah analog sintetik dari kortisol. Pada Dexamethasone Suppression Test, 50% dari pasien yang menderita depresi memiliki respon yang abnormal terhadap dexamethasone dosis tunggal. Banyak penelitian menemukan bahwa hiperkortisolemia dapat merusak neuron pada hipokampus.8Gangguan tiroid seringkali disertai dengan gejala afektif. Penelitian telah mengambarkan adanya regulasi tiroid yang abnormal pada pasien dengan gangguan mood. Sepertiga dari pasien dengan gangguan depresif berat memiliki pelepasan tirotropin yang tumpul. Penelitian terakhir melaporkan kira-kira 10% pasien dengan gangguan mood khususnya gangguan bipolar I memiliki antibodi antitiroid yang dapat dideteksi.9Beberapa penelitian menemukan terdapat perbedaan pengaturan pelepasan hormon pertumbuhan antara pasien depresi dengan orang normal. Penelitian juga telah menemukan bahwa pasien dengan depresi memiliki penumpulan respon terhadap peningkatan sekresi hormon pertumbuhan yang diinduksi clonidine.9Gangguan tidur adalah gejala yang sering ditemukan pada pasien depresi. Menurunnya kebutuhan tidur adalah gejala klasik dari mania. Penelitian telah mengungkapkan bahwa elektroensefalogram (EEG) saat tidur pada orang yang menderita depresi menunjukkan kelainan. Kelainan tersebut antara lain perlambatan onset tidur, pemendekan latensi rapid eye movement (REM), peningkatan panjang periode REM pertama dan tidur delta yang abnormal. Pada depresi terjadi regulasi abnormal dari irama sirkadian. Beberapa penelitian pada binatang menyatakan bahwa terapi antidepresan efektif untuk mengubah jam biologis.Penelitian melaporkan adanya kelainan imunologis pada pasien depresi dan pada orang yang berdukacita karena kehilangan sanak saudara, pasangan atau teman dekat. Kemungkinan proses patofisiologi yang melibatkan sistem imun menyebabkan gejala psikiatrik dan gangguan mood pada beberapa pasien.Pada pencitraan otak pasien dengan gangguan mood terdapat sekumpulan pasien dengan gangguan bipolar I terutama pasien laki-laki memiliki ventrikel serebral yang membesar. Pembesaran ventrikel lebih jarang pada pasien dengan gangguan depresif berat. Pencitraan dengan MRI juga menyatakan bahwa pasien dengan gangguan depresif berat memiliki nukleus kaudatus yang lebih kecil dan lobus frontalis yang lebih kecil. Banyak literatur menjelaskan penurunan aliran darah pada korteks serebral dan area korteks frontalis pada pasien depresi berat.Hipotesis menyatakan gangguan mood melibatkan patologis pada sistem limbik, ganglia basalis dan hipotalamus. Gangguan pada ganglia basalis dan sistem limbik terutama pada hemisfer yang dominan dapat ditemukan bersamaan dengan gejala depresif. Disfungsi pada hipotalamus dihubungkan dengan perubahan pola tidur, nafsu makan dan perilaku seksual pada pasien dengan depresi. Postur yang membungkuk, terbatasnya aktivitas motorik dan gangguan kognitif minor adalah beberapa gejala depresi yang juga ditemukan pada penderita dengan gangguan ganglia basalis seperti penyakit Parkinson dan demensia subkortikal lainnya.

FAKTOR GENETIKSeseorang yang memiliki keluarga dengan gangguan mood memiliki resiko lebih besar menderita gangguan mood daripada masyarakat pada umumnya. Tidak semua orang yang dalam keluarganya terdapat anggota keluarga yang menderita depresi secara otomatis akan terkena depresi, namun diperlukan suatu kejadian atau peristiwa yang dapat memicu terjadinya depresi. Pengaruh gen lebih besar pada depresi berat dibandingkan depresi ringan dan lebih berpengaruh pada individu muda dibanding individu yang lebih tua. Penelitian oleh Kendler (1992) dari Departemen Psikiatri Virginia Commonwealth University menunjukkan bahwa resiko depresi sebesar 70% karena faktor genetik, 20% karena faktor lingkungan dan 10% karena akibat langsung dari depresi berat.Pada penelitian keluarga ditemukan bahwa keluarga derajat pertama dari penderita gangguan bipolar I kemungkinan 8 sampai 18 kali lebih besar untuk menderita gangguan bipolar I dan 2 sampai 10 kali lebih besar untuk menderita gangguan depresi berat dibanding kelompok kontrol. Keluarga derajat pertama pasien dengan gangguan depresif berat kemungkinan 1,5 sampai 2,5 kali lebih besar untuk menderita gangguan bipolar I dan 2 sampai 3 kali lebih besar untuk menderita gangguan depresif berat dibanding kelompok kontrol.Kemungkinan untuk menderita gangguan mood menurun jika derajat hubungan keluarga melebar. Contohnya, keluarga derajat kedua seperti sepupu lebih kecil kemungkinannya daripada keluarga derajat pertama seperti kakak misalnya untuk menderita gangguan mood. Sekitar 50% pasien dengan gangguan bipolar I memiliki orang tua dengan gangguan mood terutama depresi. Jika orang tua menderita gangguan bipolar I maka kemungkinan anaknya menderita gangguan mood sebesar 25%. Jika kedua orang tua menderita gangguan bipolar I maka kemungkinan anaknya menderita gangguan mood adalah 50-75%.Pada penelitian adopsi, anak biologis dari orang tua dengan gangguan mood tetap beresiko terkena gangguan mood walaupun mereka telah dibesarkan oleh keluarga angkat yang tidak menderita gangguan mood. Orang tua biologis dari anak adopsi dengan gangguan mood mempunyai prevalensi gangguan mood yang sama dengan orang tua dari anak dengan gangguan mood yang tidak diadopsi. Prevalensi gangguan mood pada orang tua angkat sama dengan prevalensi pada populasi umumnya.Pada penelitian saudara kembar, angka kejadian gangguan bipolar I pada kedua saudara kembar monozigot adalah 33-90% dan untuk gangguan depresif berat, angka kejadian pada kedua saudara kembar monozigot adalah 50%. Pada kembar dizigot angkanya berkisar 5-25% untuk menderita gangguan bipolar I dan 10-25% untuk menderita gangguan depresif berat.Hubungan antara gangguan mood khususnya gangguan bipolar I dengan petanda genetik telah dilaporkan pada kromosom 5, 11 dan X. Gen reseptor D1 terletak pada kromosom 5 dan gen untuk tiroksin hidroksilase yaitu enzim yang membatasi kecepatan sintesis katekolamin berlokasi di kromosom 11.Sekitar 25% dari kasus penyakit bipolar dalam keluarga terkait lokus dekat sentromer pada kromosom 18 dan sekitar 20% terkait lokus pada kromosom 21q22.3. Tidak ada penyebab tunggal untuk gangguan bipolar namun gangguan ini biasanya merupakan hasil dari kombinasi faktor keluarga, biologis, psikologis dan faktor sosial.9

FAKTOR PSIKOSOSIALTelah lama diamati bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress sering mendahului episode pertama pada gangguan mood. Beberapa klinisi mempercayai bahwa peristiwa kehidupan memainkan peranan penting dalam depresi.Beberapa artikel menjelaskan hubungan antara fungsi keluarga dengan onset serta perjalanan gangguan mood khususnya gangguan depresif berat. Ada bukti bahwa individu yang kehilangan ibu saat masih muda memiliki resiko lebih besar terkena depresi. Pada pola pengasuhan, orang tua yang menuntut dan kritis, menghargai kesuksesan dan menolak semua kegagalan membuat anak mudah terserang depresi di masa depan. Anak yang menderita penyiksaan fisik atau seksual membuat seseorang mudah terkena depresi sewaktu dewasa.Aspek-aspek kepribadian juga mempengaruhi kerentanan terhadap depresi dan tinggi rendahnya depresi yang dialami seseorang. Tipe kepribadian tertentu seperti dependen, obsesif kompulsif, histerikal, antisosial dan paranoid beresiko mengalami depresi. Menurut Gordon Parker, seseorang yang mengalami kecemasan tingkat tinggi, mudah terpengaruh, pemalu, suka mengkritik diri sendiri, memiliki harga diri yang rendah, hipersensitif, perfeksionis dan memusatkan perhatian pada diri sendiri (self focused) memiliki resiko terkena depresi.Sigmund Freud menyatakan suatu hubungan antara kehilangan objek dengan melankolia. Ia menyatakan bahwa kekerasan yang dilakukan pasien depresi diarahkan secara internal karena identifikasi terhadap objek yang hilang. Menurut Melanie Klein, siklus manik depresif merupakan pencerminan kegagalan pada masa kanak-kanak untuk mendapat introjeksi mencintai. Pasien depresi menderita karena mereka memiliki objek cinta yang dihancurkan oleh mereka sendiri. Klein memandang mania sebagai tindakan defensif yang disusun untuk mengidealisasi orang lain, menyangkal adanya agresi atau destruktivitas terhadap orang lain dan mengembalikan objek cinta yang hilang.E Bibring memandang depresi sebagai suatu afek yang berasal dari ketegangan dalam ego antara aspirasi seseorang dengan kenyataan yang ada. Pasien yang terdepresi menyadari bahwa mereka tidak hidup dengan ideal sehingga mereka merasa putus asa dan tidak berdaya. Menurut Heinz Kohut, orang yang terdepresi merasakan suatu ketidaklengkapan dan putus asa kerena tidak menerima respon yang diinginkan.Menurut teori kognitif, interpretasi yang keliru dalam menilai pengalaman hidup, penilaian diri yang negatif, pesimis dan keputusasaan yang terus-menerus berhubungan dengan depresi. Pandangan negatif yang terus dipelajari selanjutnya akan menimbulkan perasaan depresi.

E. DIAGNOSIS8,9Berdasarkan DSM-IV, Gangguan bipolar digolongkan menjadi 4 kriteria: Gangguan bipolar ITerdapat satu atau lebih episode manik. Episode depresi dan hipomanik tidak diperlukan untuk diagnosis tetapi episode tersebut sering terjadi. Gangguan bipolar IITerdapat satu atau lebih episode hipomanik atau episode depresif mayor tanpa episode manik. SiklotimiaAdalah bentuk ringan dari Gangguan bipolar. Terdapat episode hipomania dan depresi yang ringan yang tidak memenuhi kriteria episode depresif mayor. Gangguan bipolar YTTGejala-gejala yang dialami penderita tidak memenuhi kriteria Gangguan bipolar I dan II. Gejala-gejala tersebut berlangsung tidak lama atau gejala terlalu sedikit sehingga tidak dapat didiagnosa Gangguan bipolar I dan II.

Gangguan Bipolar I Gangguan mood bipolar I, episode manik tunggala. Hanya mengalami satu kali episode manik dan tidak ada riwayat depresi mayor sebelumnya.b. Tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, skizoafektif, gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapt diklasifikasikan.c. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi medis umum.d. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, dan aspek fungsi penting lainnya. Gangguan mood bipolar I, episode manik sekarang inia. Saat ini dalam episode manikb. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu kali episode manik, depresi, atau campuranc. Episode mood pada kriteria A dan B bukan skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan. d. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi medikumum.e. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan dan aspek fungsi penting lainnya. Gangguan mood bipolar I, episode campuran saat inia. Saat ini dalam episode campuranb. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik, depresi atau campuranc. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizifreniform, Gangguan waham, atau Gangguan psikotik yang tidak diklasifikasikand. Gejala-gejala tidak disebabkan efek oleh fisiologik langsung zat atau kondisi medikumume. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya. Gangguan mood bipolar I, episode hipomanik saat inia. Saat ini dalam episode hipomanikb. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau campuranc. Gejala mood menyebabkan penderita yang secara klinik cukup bermakna atau hendaya sosial, pekerjaan atau aspek fungsi penting lainnyad. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai skizoafektifdan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, Gangguan waham, dan dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan. Gangguan mood bipolar I, episode depresi saat inia. Saat ini dalam episode depresi mayorb. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik dan campuranc. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai skizoafektifdan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, Gangguanwaham, dan dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.d. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi medikumume. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna ataumenimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya. Gangguan mood bipolar I, Episode Yang tidak dapat diklasifikasikan saat inia. Kriteria, kecuali durasi, saat ini, memenuhi kriteria untuk manik, hipomanik, campuran atau episode depresi.b. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik ataucampuran.c. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagaiskizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform,Gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik yang tidak dapatdiklasifikasikan di tempat lain.d. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukupbermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsipenting lainnya. Ganggguan Mood Bipolar IIa. Adanya (riwayat) satu atau lebih episode depresif berat.b. Adanya (riwayat) setidaknya satu episode hipomanik.c. Sebelumnya ada setidaknya satu episode manik atau campuran.d. Gejala mood kriteria A dan B sebaiknya tidak dimasukkan ke dalam gangguan skizoafektif dan tidak tumpang tindih dengan skizofreniform, gangguan waham, atau gangguan psikotik yang tidak tergolongkan.e. Gejala secara klinis menimbulkan penderitaan yang bermakna atau hendaya fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain. Gangguan Siklotimiaa. Paling sedikit selama dua tahun, terdapat beberapa periode dengan gejala-gejala hipomania dan beberapa periode dengan gejala-gejala depresi yang tidak memenuhi criteria untukGangguan depresi mayor. Untuk anak-anak dan remaja durasinya paling sedikit satu tahun.b. Selama periode dua tahun di atas penderita tidak pernah bebas dari gejala-gejala padakriteria A lebih dari dua bulan pada suatu waktu.c. Tidak ada episode depresi mayor, episode manik, episode campuran, selama dua tahun Gangguan tersebut d. Catatan: setelah dua tahun awal, siklotimia dapat bertumpang tindih dengan manik atau episode campuran (diagnosis GB I dan Gangguan siklotimia dapat dibuat) atau episode depresi mayor (diagnosis GB II dengan Gangguan siklotimia dapat ditegakkan).e. Gejala-gejala pada kriteria A bukan skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik yang tidakdapat diklasifikasikan.f. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi medik umumg. Gejala-gejala di atas menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan atau aspek fungsi penting lainnya.

F. COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY PADA GANGGUAN BIPOLAR12-20Psikoterapi merupakan terapi yang digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan-keluhan dan mencegah kambuhnya gangguan psikologik atau pola perilaku maladaptif. Terapi dilakukan dengan jalan pembentukan hubungan profesional antara terapis dengan penderita. Psikoterapi pada penderita gangguan depresif dapat diberikan secara individu, kelompok, atau pasangan disesuaikan dengan gangguan psikologik yang mendasarinya. Psikoterapi dilakukan dengan memberikan kehangatan, empati, pengertian dan optimisme. Dalam pengambilan keputusan untuk melakukan psikoterapi sangat dipengaruhi oleh penilaian dari dokter atau penderitanya.12-14Beberapa jenis psikoterapi yaitu:a. Cognitive behavioral therapy (CBT) membantu penderita gangguan bipolar untukmengubah pola pikir dan perilaku negative.b. Family-focused therapy melibatkan anggota keluarga. Terapi ini juga memfokuskan pada komunikasi dan pemecahan masalah.c. Interpersonal and social rhythm therapy membantu penderita gangguan bipolarmeningkatkan hubungan sosial dengan orang lain dan mengatur aktivitas harian mereka.d. Psychoeducation mengajarkan pada penderita gangguan bipolar mengenai penyakit yang mereka derita beserta dengan penatalaksanaannya. Terapi ini membantu penderita mengenali gejala awal dari episode baik manik maupun depresi sehingga mereka bisa mendapatkan terapi sedini mungkin.7

CBT adalah tritmen utama untuk penderita Bipolar Disorder utamanya pasien rawat jalan, sebelum era farmakoterapi dan dikenalnya litium dan obat penstabil mood yang lain. Proses CBT melibatkan terapis mengajar pasien metode yang mereka dapat gunakan untuk menjadi sadar dan kemudian memeriksa pemikiran menyimpang dan proses perseptual dan kemudian melakukan uji realitas pada penilaian menyimpang mereka sehingga membuat lebih akurat. Pikiran mempengaruhi persepsi dunia, dan pada gilirannya mereka menjadi persepsi pasien kenyataan. Pikiran terdistorsi menyebabkan persepsi yang tidak stabil atau rusak. Misalnya, orang yang mengalami episode manik mungkin menyimpulkan bahwa mereka memiliki energi tak terbatas, dan sebagai hasilnya mungkin overexert sendiri saat berolahraga. Mereka mungkin mengambil beberapa kelas aerobik atau lari selama berjam-jam. Meskipun persepsi mereka adalah bahwa mereka tak kenal lelah, tubuh mereka akan segera memberi mereka realitas sejati. Akhirnya kelelahan dan kecelakaan emosional dapat menambah tekanan fisik dan psikologis yang mereka alami. Kapasitas pasien meningkatkan 'untuk pengujian realitas yang efektif membantu mereka untuk menjadi lebih sadar situasi ketika mereka bertindak dengan cara-cara yang tidak biasa atau berpotensi merusak diri, dan membantu mereka untuk menghentikan perilaku yang berpotensi membahayakan sebelum mereka menjadi benar-benar berbahaya. Pada CBT, Pasien belajar bahwa mereka dapat mengurangi dampak negatif dari manik- depresi bipolar dengan belajar untuk mengidentifikasi dan memperbaiki pemikiran dan penilaian distorsi kebiasaan dan otomatis yang akan membawa mereka ke kesimpulan berlebihan dan berbahaya. Pasien diajarkan untuk menuliskan persepsi mereka sepanjang sisi peristiwa yang memicu persepsi itu. Sepanjang proses ini belajar, mengeksplorasi dan menguji persepsi, pasien gangguan bipolar mendapatkan strategi mengatasi sambil meningkatkan keterampilan kesadaran, introspeksi dan evaluasi. Meningkatkan koping dan realitas pengujian keterampilan pasien, diterapkan dengan benar, membantu mereka untuk mengurangi extremeness dari perubahan suasana hati mereka (jika mungkin), mengurangi dampak penyakit bipolar mereka pada hubungan sosial dan pekerjaan mereka, meningkatkan motivasi mereka untuk tetap pada obat bipolar, dan umumnya berfungsi untuk membantu mengurangi kesempatan mereka kambuh bencana. Pasien harus memiliki tingkat wawasan gejala bipolar sebelum CBT. Untuk alasan ini, CBT yang paling tepat untuk pasien yang minum obat dan cukup stabil, dan lebih khusus pasien yang minum obat yang cukup verbal dan mampu merefleksikan tentang gangguan bipolar mereka. 14-17Reilly-Harrington7 mengatakan CBT bekerja dalam beberapa cara untuk membantu orang bipolar untuk mengetahui pergeseran suasana hati yang akan datang, menghentikannya, atau meminimalkan dampaknya. Tahap-tahap dalam CBT: Psikoedukasi. Mendidik pasien tentang penyakit mereka adalah bagian penting dari sesi CBT awal. Orang harus memahami gangguan bipolar dan pentingnya mereka untuk diobati. Restrukturisasi kognitif. Terapis bekerja dengan pasien untuk menghilangkan pikiran negatif atau positif yang berlebihan. Misalnya, seseorang dalam keadaan manik bisa meremehkan perilaku berisiko dan konsekuensinya. Terapis akan membantu pasien untuk pikiran tantangan seperti "Uang tidak masalah, hidup untuk saat ini!" Jenis pengalaman dapat menyebabkan seks berisiko, atau tindakan lain yang berkonsekuensi berbahaya. Orang dengan gangguan bipolar juga mungkin memiliki pikiran negatif otomatis yang mendistorsi situasi dan menyebabkan depresi. Strategi relaksasi. Ini dapat membantu dalam mengurangi stres, kecemasan, dan agitasi. Pemecahan masalah strategi. Peristiwa stres Target hidup ini, seperti mengubah pekerjaan, melahirkan, atau memiliki masalah hubungan.CBT yang diterapkan untuk sesi remisi atau tidak berada dalam fase akut adalah dengan penggunaan mood chart.18,19 Mood Chart digunakan mengurangi frekuensi kekambuhan/hospitalisasi. Mood Chart adalah sebuah grafik yang menunjukkan naik turunnya tingkat suasana hati dari waktu ke waktu. Grafik suasana hati yang sangat berguba dalam memprediksi terjadinya episode mood dan mendokumentasikan respon respon subjek penelitian terhadap obat-obatan yang diberikan.

KeuntungaKGambaGambar 1.Contoh Mood Chart Bulanan19

Gambar 2. Contoh Mood Chart harian20

Cara mengaplikasikan Mood Chart: Menilai mood pada akhir dari hari, menilai dari yang paling tinggi atau terendah yang di rasakan pada hari itu. Tempatkan didalam kotak yang menjelaskan tentang mood anda. Jika anda memiliki mood yang tinggi dan rendah dalam hari yang sama tempatkan dua titik. Tuliskan angka dari jam tidur anda setiap hari. Pertimbangkan diri anda pada tanggal 14 dan 28. Ukur kecemasan yang anda bisa ukur dengan skala dari 0- 3 (3-tinggi). Tuliskan obat anda dan berikan tanda cek jika anda meminum obat. Tuliskan A jika anda meminum alkohol atau D jika menggunakan obat yang tidak di resepkan oleh dokter.

Kelebihan penggunaan mood chart antara lain20,21: Mood chart memaksa penggunaannya untuk lebih berfikir tentang kesehatan mental harian dan pemikiran yang sedang dipikirka kala itu. Mood chart dapat merekam kejadian penting pada saat itu dan bagaaimana penggunaannya merespon kejadian tersebut. Sebagai contoh menerima berita buruk,atau promosi jabatan, atau peristiwa lain yang mampu mempengaruhi perubahan mood Mood chart dapat melacak jam tidur, siklus personal dan faktor lain yang dapat menjadi pencetus. Sebagai contoh, ketika pengguna mood chart terdeteksi tidur kurang dari 4 jam dan menjadi mudah marah, hal itu bisa jadi sebagai tanda awal dari gejala mani, sementara mania, sementara itu jika pengguna terdeteksi tidur lebih dari 8 jam, hal itu adalah tanda awal dari gejala depresi Mood chart dapat merekam penggantian obat yang digunakan oleh penggunanya.

Kekurangan dari penggunaan mood chart antara lain20,21: Pengisian tiap hari dan monoton, menyebabkan pengguna mood chart yang kurang sadar akan pentingnya alat ini enggan untuk menuliskan keadaan moodnya, sehingga diperlukan pendamping (caregiver) yang mampu menggantikan tugas mengisi mood chart setiap hari. Pengguna kurang paham menilai tinggi rendah mood yang dirasakan dirinya, sehingga mengisi asal-asalan.

KESIMPULANGangguan mood merupakan suatu sindrom yang terdiri dari tanda-tanda dan gejala-gejala yang berlangsung dalam hitungan minggu hingga bulan yang mempengaruhi fungsi dan pola kehidupan sehari-hari. Gangguan Bipolar ditandai dengan suatu periode depresi yang dalam dan lama, serta dapat beruabah menjadi suatu periode yang meningkat secara cepat dan/atau dapat menumbulkan amarah yang dikenal sebagai mania. Gejala-gejala mania meliputi kurang tidur, nada suara tinggi, peningkatan libido, perilaku yang cenderung kacau tanpa memertimbangkan konsekuensinya, dan gangguan pikiran berat yang mungkin/tidak termasuk psikosis. Diantara kedua periode tersebut, penderita gangguan Bipolar memasuki yang baik dan dapat hidup secara produktif. Gangguan Bipolar merupakan gangguan yang lama dan jangka panjang. Gangguan Bipolar mendasari suatu spectrum dari gangguan mood/suasana perasaan meliputi Bipolar I (BP I), Bipolar II (BP II), Siklotimia (periode manic dan depressif yang bergantian /naik-turun), dan depresi yang hebat. Hampir pada semua kasus, gangguan bipolar mengalami kekambuhan. Penanganannya sendiri meliputi obat stabilisasi mood dan psikoterapi. Psikoterapi yang paling efektif untuk gangguan bipolar adalah Cognitive Behaviour Therapy. Pada fase remisi atau tidak dalam fase akut yang paling banyak digunakan adalah mood chart.