PENDAHULUAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/900/4/T_ADPEN_019675_Chapter1.pdf4. Masalah...

27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia saat ini tengah berada dalam era reformasi termasuk reformasi pendidikan, namun sekian tahun era reformasi berjalan, nampaknya belum memperlihatkan hasil yang menggembirakan. Di antara penyebabnya adalah masih rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia. Hasil penelitian United Nation development Program (UNDP) menunjukkan bahwa peringkat pembangunan SDM di negara-negara berkembang, Indonesia menempati urutan ke-102 dari 107 negara yang diteiiti (Soejadi, 1996:175). Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kebutuhan mendesak yang perlu diprioritaskan oleh pemerintah dalam rangka memasuki era pasar bebas dan pendidikan merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam upaya pengembangan sumber daya manusia tersebut sebab di bidang pendidikan ini, Indonesia telah memperoleh berbagai sukses besar disamping menghadapi berbagai masalah. Sukses besar itu diantaranya (1) dalam waktu 15 tahun sejak dicanangkannya pada tahun 1969, telah mencapai pendidikan universal 6 tahun, dan sejak tahun 1995 telah dicanangkan pendidikan universal 9 tahun, dan (2) lahimya UU No. 2 Tahun 1989tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kedua tonggak dasar sektor pembangunan pendidikan nasional itu baru merupakan dasar bagi pembangunan pada tingkat yang

Transcript of PENDAHULUAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/900/4/T_ADPEN_019675_Chapter1.pdf4. Masalah...

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Bangsa Indonesia saat ini tengah berada dalam era reformasi termasuk

reformasi pendidikan, namun sekian tahun era reformasi berjalan, nampaknya belum

memperlihatkan hasil yang menggembirakan. Di antara penyebabnya adalah masih

rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia. Hasil penelitian United Nation

development Program (UNDP) menunjukkan bahwa peringkat pembangunan SDM di

negara-negara berkembang, Indonesia menempati urutan ke-102 dari 107 negara yang

diteiiti (Soejadi, 1996:175).

Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kebutuhan mendesak

yang perlu diprioritaskan oleh pemerintah dalam rangka memasuki era pasar bebas dan

pendidikan merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam upaya

pengembangan sumber daya manusia tersebut sebab di bidang pendidikan ini,

Indonesia telah memperoleh berbagai sukses besar disamping menghadapi berbagai

masalah. Sukses besar itu diantaranya (1) dalam waktu 15 tahun sejak dicanangkannya

pada tahun 1969, telah mencapai pendidikan universal 6 tahun, dan sejak tahun 1995

telah dicanangkan pendidikan universal 9 tahun, dan (2) lahimya UU No. 2 Tahun

1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kedua tonggak dasar sektor pembangunan

pendidikan nasional itu baru merupakan dasar bagi pembangunan pada tingkat yang

lebih tinggi yaitu kualitas pendidikan dan manajemen sektor pendidikan sebagai

bagian dari manajemen pembangunan nasional.

Pidarta (1988:20) mengemukakan bahwa hambatan utama dalam pengembanganpendidikan bukan pada aspek keuangan tetapi pada aspek manajemen. Dalampendidikan manajemen dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yangtelah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu upaya memperbaiki mutupendidikan hams dimulai dari manajemen pendidikan.

Berbagai langkah kebijaksanaan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu

telah dilakukan oleh pemerintah diantaranya penataan manajemen pendidikan mulai

dari pembinaan kelembagaan, kurikulum, ketenagaan, sarana prasarana dan perubahan

sistem lainnya. Walaupun demikian hams diakui bahwa manajemen pendidikan di

Indonesia masih jauh tertinggal dari negara-negara lain bahkan dari negara tetangga

sekalipun seperti Malaysia atau Singapura, selain itu dalam tatanan makro kebijakan

pemerintah dalam menetapkan Alokasi Anggaran untuk sektor pendidikan masih jauh

dari memadai dan kurikulum nasional yang masih mencari format yang ideal

disesuaikan dengan tantangan-tantangan kedaerahan merupakan tantangan yang maha

berat bagi insan pendidikan.

Dalam ruang lingkup mikro, permasalahan pendidikan masih berpusat di

sekitar pertanyaan : Bagaimana supaya proses belajar mengajar berlangsung efektif

dan efisien ? bagaimana agar kualitas tingkah laku anak terns meningkat sejalan

dengan meningkatnya kualitas kognitif ? metode apa yang hams diaplikasikan dalam

rangka menghentikan perkelahian antar pelajar yang lagi marak sekarang ini ? dengan

cara apa agar siswa terampil, kritis dan penuh inisiatif ? metode apa yang paling tepat

untuk mengukur kemajuan belajar ?dan bagaimana cara meningkatkan kualitas gum ?

Diantara sekian banyak permasalahan pendidikan yang teridentifikasikan

tersebut, masalah manajemen pendidikan mempakan permasalahan yang hams

diprioritaskan sebab hal ini berkaitan dengan bagaimana mengelola pendidikan dari

aspek pemerataan, relevansi, produktivitas, efektivitas dan efesiensi serta mutu

pendidikan itu sendiri.

1. Masalah pemerataan pendidikan berhubungan dengan hak setiap warga

Indonesia untuk mendapatkan pendidikan dengan adil dalam setiap jenjang,

2. Relevansi pendidikan berkaitan erat dengan program-program pendidikan yang

disajikan di perguruan tinggi disesuaikan dengan kebutuhan nyata dalam

masyarakat, oleh karena itu iklim dunia kerja dan industri mempakan suatu

keharusan dalam memenuhinya. Kebutuhan masyarakat disini bukan bukan

hanya IPTEK dan keterampilan melainkan kebutuhan moral, etika dan agama.

Dengan demikian relevansi pendidikan akan berjalan dengan baik tergantung

pada gum yang profesional.

3. Produktivitas berhubungan dengan ilmu, sistem, nilai dan pendidikan

situasional manajemen dalam prosesnya untuk menentukan visi dan misi

pendidikan.

4. Masalah Efektivitas dan Efesiensi, dalam hal ini efektivitas menyangkut

seberapa jauh target atau tujuan pendidikan yang telah dan akan dicapai

sementara efesiensi menyangkut perbandingan antara output dengan input

pendidikan.

5. Mutu pendidikan berkaitan dengan peningkatan kualitas, dan dari berbagai

unsur penyelenggaraan pendidikan dapat diketahui bahwa kesulitan dalam

peningkatan kualitas pendidikan disebabkan oleh sarana terbatas, dana

pendidikan yang minim dan penghargaan kepada profesi gum yang sangat

rendah. Dalam kaitan dengan ini, pendidikan yang berkuahtas bukan hanya

pendidikan yang mengembangkan intelegensi akademik tapi mencakup kepada

seluruh spektrum intelegensi manusia yaitu emosional, spatsial, interpersonal

dan intra-personal. Dan kunci utama didalam peningkatan kualitas pendidikan

tersebutadalahmutupadagurunya.

Dari sekian banyak permasalahan di atas, pada dasarnya keberhasilan

pendidikan atau tinggi rendahnya pendidikan tersebut sangat ditentukan oleh kinerja

para pelaku pendidikan khususnya para gum dalam melaksanakan tugas dan

tanggungjawab mengelola pendidikan dan pengajaran yang dibebankan kepadanya.

Kinerja gum mempakan faktor yang paling menarik minat untuk diteliti karena tiga

alasan.

Pertama, gum yang belakangan mendapat sorotan dunia pers karena tuntutan

mereka akan kenaikan gaji dan tunjangan sebagai ujung tombak bagi keberhasilan

proses belajar mengajar, tanpa gum berkuahtas dan rela berkorban, mustahil suatu

proses belajar mengajar dapat menghasilkan peserta didik yang berkuahtas.

Kedua, gum tidak hanya berperan didalam mentransfer ilmu kepada anak

didiknya tapi memberikan tauladan sikap, ucapan dan perilaku sebab anak didik SD,

SLTP atau SMU sering melakukan imitasi dan sangat membutuhkan figur dalam

mengaplikasikan ilmunya.

Ketiga, kualitas kinerja gum bukanlah sesuatu yang final dan tidak dapat

diperbaiki karena sebagai manusia, gum selalu tumbuh dan berubah, oleh sebab itu

gum dapat memperbaiki atau diperbaiki kinerjanya sesuai dengan harapannya sendiri

atau institusi.

Asumsi tersebut tentunya dapat memberikan harapan dan optimisme bam

kepada siapapun yang menaruh perhatian serius kepada dunia pendidikan temtama

peningkatan kualitas kinerja gum, baik dalam hal penguasaan materi, metode

mengajar, kemampuan komunikasi atau kemampuan teknis lainnya sehingga proses

belajarmengajarmenjadiberkuahtasdan memuaskan.

Dalam proses pendidikan sekolah, gum mempakan salah satu komponen yang

penting. Posisi dan peran gum daiam pendidikan sekolah mempakan ujung tombak

bahkan menentukan kurikulum operasional dan eksperensial karena gum

mengorganisir pesan pengajaran bagi siswanya. Sebagaimana disebutkan M.Uzer

Ussman (2002 : 7) " Tugas gum sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan

melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup.

Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa."

Berdasarkan pada pola nilai yang dihayatinya, visi keilmuan dan dengan

kecakapan keguruannya (didaktis-metodis) maka guru dapat mengolah dan mengatur

kembali isi kurikulum formal menjadi program atau satuan pelajaran yang merangsang

belajar siswa sementara dalam kondisi negatif, jika mutu pribadi, keilmuan dan

kecakapan keguruan dari seorang gum itu jelek, pasti akan merusak minimal

menghambat proses dan hasil belajar siswa. Fajar (Kompas, 5 Februari 2001)

menyebutkan bahwa bangsa ini memiliki banyak tenaga pendidik tetapi kurang guru,

gum bukan pegawai, bukan pula buruh tapi gum menyandang suatu beban psikologis

paedagogik.

Jabatan gum mempakan jabatan fungsional, gum hams memiliki kemampuan

dan kewenangan untuk menjalankan profesi keguruannya (kompetensi profesional).

Dengan kompetensi'profesional yang dimiliki oleh gum dan didukung oleh iklim

organisasi yang kondusip, diharapkan gum mampu melaksanakan tugasnya dengan

baiksehingga menghasilkan kinerja yang baikpula

Menurut Davis (1971:71) peranan dantugas gumdapat diidentifikasi dalam duabagian pokok yaitu (a) sebagai pengelola dan (b) sebagai pelaksana pendidikandan pengajaran di kelas. Gum sebagai pengelola harus memiliki kemampuanmanajerial yaitu menguasai perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan danpengendalian, begitu pulagumharus mampu memanfaatkan segala sumber dayapendidikan yang adadalam upaya pencapaian tujuan pendidikan.

Adapun gum sebagai pelaksana harus memiliki kemampuan teknis yang terkait

dengan bagaimana menggunakan segala sumber daya pendidikan yang ada dalam

kegiatan belajar mengajar di kelas, dalam hal ini gum haras mampu mengelola

kegiatan belajar mengajar dengan baik melalui berbagai strategi dan metode sekaligus

menjadi sumberbelajarbagi siswa.

Berkaitan dengan kompetensi profesional gum di atas maka gum akan makin

meningkatkan kemampuannya bila didukung oleh komponen sekolah atau sistem

pendidikan yang lengkap, berkaitan dengan komponen sekolah seperti guru, siswa,

pimpinan, sarana prasarana, pembagian tugas, peraturan-peraturan. Sebagai mana

diungkapkan oleh Engkoswara (2001: 30) " Rambu-rambu sistem pendidikan yang

produktif minimal meliputi filsafot atau tujuan pendidikan, peserta didik, kurikulum

dan teknologi pendidikan, tenaga kependidikan , organisasi dan kepemimpinan

pendidikan, dan proiritaspendidikan."

Komponen atau sistem pendidikan akan bisa dijalankan apabila disertai dengan

organisasi pendidikan yang jelas. Secara umum organisasi adalah kumpulan orang-

orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kesimpulan ini

didukung oleh Fremont E Kast dan J.E. Rosenzweig (1995:3) " Organisasi berarti

menstruktur dan memadukan (integrating) kegiatan , yaitu kegiatan orang-orang yang

bekerja bersama dalam hubungan yang saling bergantung." Siagian dalam Indrawijaya

(1999:3) mendefinisikan "organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua

orang atau lebih yang bekerja bersama-sama serta secara formal terikat dalam rangka

pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan, dalam ikatan mana terdapat

seorang/beberapa orang yang disebut atasan dan seorang sekelompok yang disebut

bawahan."

/A,1 *g\\ g

Satu hal yang tidak bisa dipisahkan dari organisasi k \ „

mewujudkan tujuan organisasi dengan tepat waktu, tepat kualitas dan^tepat^fet^a

adalam manajemen. Manajemen menurut Hasibuan (1993:1) " adalah ilmu dan seni

mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya

secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu." Dengan demikian

organisasi dan manajemen, adalah dua hal yang sangat penting bagi pencapaian suatu

tujuan.

Dengan demikian organisasi sekolah dalam mencapai tujuannya harus

didukung oleh manajemen yang berkuahtas. Salah satu komponen yang sangat

menentukan dalam pencapaian tujuan organisasi sekolah dalam mewujudkan prestasi

kerja (kinerja) adalah tenaga kependidikan dan iklim organisasi tempat mereka

bekerja. Tenaga kependidikan maksudnya kompetensi profesional gum , sedangkan

iklim organisasi disini maksudnya lingkungan manusia yang terdiri dari para pegawai

organisasi dalam melakukan pekerjaan mereka. Lingkungan manusia yang dimaksud

adalah berkaitan dengan kepemimpinan, motivasi, komunikasi, interaksi-pengaruh,

pengambilan keputusan, penyusunan tujuan dan pengendalian, lingkungan manusia

yang kondusip disini sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kompetensi profesional

gum yang pada ahirnyaakan meningkatkan kinerja gum di sekolah.

Dari uraian di atas jelas bahwa studi tentang pengaruh kompetensi profesional

gum dan iklim orgamsasi terhadap kinerja gum itu perlu dilakukan. Pentingnya studi

ini dilakukan pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama karena SLTP sebagai jenjang

pendidikan menengah mempakan sarana pendidikan yang menindaklanjuti dari

Sekolah Dasar sekaligus sebagai bahan persiapan bagi siswa untuk tetap meneruskan

ke tingkat Sekolah Menengah Umum, dan seorang gum harus mampu memberikan

motivasi dan harapan-harapannya untuk kehidupan masa depan anak didiknya karena

itu diperlukan dukungan iklim orgamsasi dalam hal kepemimpinan, motivasi serta

pengendalian. Semua itu dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas dalam

mengontrol kemampuan gum sebagai orang yang paling berperan dalam menggali

potensi anak didik di sekolah.

Rahim (Kompas, 5 februari 2001) menyebutkan bahwa mutu pendidikan di tanahairmasih sangat rendah sehingga banyak lulusannya yang kalah bersaing denganlulusan dari negara lain, rendahnya kualitas pendidikan tersebut disebabkankarena kurangnya gum berkuahtas dan kualifikasi gum rendah. Studi yangdilakukan akan memberikan masukan yang bermanfaat bagi peningkatan kualitasgum di sekolahmenengah pertama.

Berdasarkan asumsi itu , permasalahan-permasalahan kinerja gum yang terjadi

di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri I Samarang dan SLTP Negeri 1

Bayongbong Kabupaten Gamt mengindikasikan bahwa sekolah tersebut cukup banyak

peminatnya dan setiap penerimaan siswa bam bisa mencapai sekitar 700 sampai 800

siswa dan yang diterima hanya sekitar 360 siswa. Masyarakat menginginkan sekolah

itu berkuahtas sehingga anak-anaknya tidak perlu sekolah ke tempat jauh, oleh karena

itu sekolah tersebut perlu mempersiapkan siswanya untuk menjadi generasi yang

berkuahtas secara intelektual dan menjadi suri tauladan secara moral bagi masyarakat

sekitar.

SLTP Negeri I Samarang dan SLTP Negeri 1 Bayongbong Kabupaten Garut

sebagai suatu lembaga pendidikan yang asal mulanya sama-sama mempakan filial

^nwwfw*

SLTP Negeri 1gamt Kota dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayaVLs8@i^^ /

tarat yang sangat memuaskan namun dalam operasionalnya sekoRm^tecsebaf^

mempunyai permasalahan yang sangat mendesak untuk diselesaikan khususnya

masalah kinerja gum yang hams segera diperbaiki baik yang berhubungan dengan

gum atau dengan prestasi siswa. Baik yang berkaitan langsung dengan kinerja gum

seperti ada sebagian gum yang kurang memahami kompetensi gum atau yang tidak

langsung berkaitan dengan gum antara lain belum memuaskannya kualitas disiplin dan

prestasi siswa.

Jika permasalahan-permasalahan ini dibiarkan begitu saja, akan sangat

mengganggu kelancaran dan keberhasilan proses belajar mengajar yang mempakan

ujung tombak atau tolak ukur dari keberhasilan dari suatu proses pendidikan. Jadi,

dengan demikian diperlukan usaha serius dan segera untuk menganalisis faktor-faktor

apa yang menjadiakar dari semua permasalahan kinerjagum tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Faktor-faktor yang menimbulkan atau yang menyebabkan kinerja gummenjadi

masalah. Faktor penyebabnya antaralain : statussosial ekonomi guru, motivasi kerja,

pendidikan guru, iklim organisasi , masa kerja gum , kompetensi profesional gum

(kemampuan profesional).

Status sosial ekonomi gum mempakan salah satu penyebab kinerja gum

menurun. Kita ketahui bersama bahwa gaji gum yang diterima saat ini masih kurang

untuk menutupi kebutuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari. Seorang gum harus

11

mencari penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam satu

bulan dengan cara misalnya mengajar dibeberapa sekolah atau usaha lain diluar

mengajar . Dengan terlalu banyaknya mengajar atau usaha lain diluar sekolah sudah

barang tentu tidak memikirkan prestasi kerjanya (kinerja) atau sangat sedikit waktunya

untuk memikirkan bagaimana cara meningkatkan kualitas mengajar serta konsentrasi

terhadapprosesbelajarmengajar akan berkurang.

Motivasi kerja yang rendah dari sebagian besar gum penyebab menuranya

prestasi kerjaguru. Sangat sedikit gumyang mempuyai motivasi kerja tinggi di suatu

sekolah, yang terjadi gum yang mempunyai motivasi kerja tinggi adalah gum yang

memperoleh tugas tambahan seperti menjadi pembantu kepala sekolah (PKS). Gum

yang tidak ada tugas tambahan sebagian besar mengerjakan tugasnya seadanya, asal

jadi dalamarti tidakmemikirkan suatupekerjaan yangberkuahtas.

Tingkat pendidikan gum berpengaruh terhadap kinerja . Gum yang

berpendidikan tinggi memiliki pengetauan dan wawasan yang lebih luas ketimbang

gum yang berpendidikan lebih rendah. Karena orangyang berpendidikan lebihtinggi

lebih banyak akalnya sebagai konsekwensi berwawasan luas, dengan demikian

kinerjanya cenderung lebih tinggi. Kenyataan dipalangan masih banyak gum yang

mengajar di tingkat SLTP tamatan D-l atau D-2 yang seharusnya S-l.

Suasana lingkungantempat para gum melakukan pekerjaan ( iklim organisasi)

juga sangat menentukan terhadap kinerja gum. Iklim organisasi sekolah ditunjukan

oleh kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis, gum selalu dilibatkan dalam

suatu proses pengambilan keputusan, atau serasinya komunikasi antara gum dan

12

kepala sekolah atau antara gum dengan sesamaguru. Kenyataan yang terjadi dewasa

ini masihbanyak kepala sekolah yang otoriter, gumtidakbanyak diikutsertakan dalam

pengambilan keputusan , kurang keterbukaan antarakepala sekolah dengan gum yang

padaakhirnyagum tidak mengerjakan tugasnya dengan berprestasi.

Masa kerja atau pengalaman mengajar seorang gum turut menentukan

timbulnya masalah kinerja guru.. Gum yang mempunyai pengalaman mengajar yang

lama relatifjarang melakukan kesalahn yang sama, maka kinerjanya diharapkan lebih

tinggi dibandingkan denganyang kurang pengalaman. Dewasaini yang terjadi karena

setiap sekolah hampir kekurangan gum, maka diangkat gum bam baik sebagai PNS,

atau gum kontrak. Hal itu menimbulkan menurunnya kinerja karena kurang

berpenglaman itu.

Kemampuan gum atau kemampuan profesional gum yang rendah dalam

melaksanakan tugasnya menimbulkan masalah kinerja gum. Banyak gum yang tidak

menguasai bahan pelajaranartinya sebagian besar gum tidak menguasai bahan yang

akan diajarkan sehingga anak hanya disuruh mencatat atau mengerjakan LKS. Gum

tidak mengusai landasan kependidikan, tidak mampu melaksanakan fungsi dan tugas

gum sebagi pendidik dan pengajar. Banyak gum-gum adalam mengajar tidak

mempersiapkan apa yang akan diajarkan atau tidak membuat administrasi gum.

Dengan gum yang tidak mempunyi kompetensi profesional tadi , maka siswa tidak

tertarik lagi untuk belajar dengan sungguh-sungguh atau banyak ditemukan siswa

malas, tidak masuk kelas, atau bolos.

13

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian pada identifikasi masalah, sebenarnya masih banyak faktor-

faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja gum . Dengan keterbatasan waktu dan

ruang serta kemampuan dan tidak mungkin semua faktor yang berpengaruh terhadap

kinerja gum diteliti dalam penelitian ini, maka peneliti hanya memilih faktor-faktor

yang dianggap mempunyai kontribusi yang sangat signifikan saja. Faaktor- faktor yang

diteliti sebagai penyebab timbulnya masalah kinerja gum diatas yaitu kompetensi

profesional gum dan iklim organisasi. Selain itu peneliti juga mempeitimbangkan

sejauhmana faktor-faktor tersebut mungkin dan realistis untuk dioperasionalisasikan

dalam program perbaikan kinerja gum yang akan direkomendasikan oleh peneliti

kepada kepala sekolah SLTP Negeri 1 Samarang dan kepala sekolah SLTP Negeri 1

Bayongbong Kabupaten Gamt.

Asumsi penulis rendahnya kinerja gum SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP

Negeri 1 Bayongbong sangat dipengaruhi dengan masalah kompetensi profesional

gum dan iklim organisasi.

Hal ini ditunjukan bahwa kinerja gum di Sekolah Lanjutan Pertama Negeri 1

Samarang dan SLTP Negeri 1 Bayongbong Kabupaten Gamt belum optimal dan

indikator utamanya adalah banyak gum yang kurang memiliki kompetensi profesional

dan iklim organisasi yangmasih belum sempurna. Kurangnya kompetensi profesional

guru terlihat dari masih banyak gum yang tidak membuat rencana pembelajaran,

kurang efektif dan efesien dalam melaksanakan proses belajar mengajar serta tidak

melaksanakan penilaian sebagaimana mestinya, sedangkan iklim organisasi yang

14

ditunjukan oleh kepemimpinan kepala sekolah - motivasi kerja gum - komunikasi -

dan pengendalian masih belumditangani denganserius.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan observasi dan intervie di SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP

Negeri 1 Bayongbong Kabupaten Gamt , maka pernyataan masalahnya bahwa

kompetensi profesional gum, dan iklim organisasi tempat mereka bekerja mempakan

faktor penyebabutama rendahnya kinerjagum.

Oleh karena itu , pertanyaan masalah yang akan diteliti pada penelitian ini

adalah : "Seberapa besar pengaruh kompetensi profesional guru dan iklim

organisasi terhadap kinerja guru di SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1

Bayongbong Kabupaten Garut".

Masalah utama tersebut kemudian diturunkan menjadi sub-sub masalah

berikut :

1. Seberapa besar pengaruh kompetensi profesional gum terhadap kinerja

gum di SLTPNegeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1 Bayongbong

Kabupaten Gamt ?

2. Seberapa besar pengaruh iklim orgamsasi terhadap kinerja gum di

SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1 Bayongbong Kabupaten

Gamt ?

15

3. Bagaimana pengaruh kompetensi profesional gum dan iklim organisasi

terhadap kinerja gum di SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1

Bayongbong Kabupaten Gamt ?

Dari rumusan masalah tersebut mendorong penulis yang sedang mendalami

ilmu Administrasi Pendidikan ( Manajemen Perencanaan Pendidikan ) tertarik untuk

mengadakan penelitian Tesis yang berjudul " Pengaruh Kompetensi Profesional

Guru dan Iklim organisasi terhadap Kinerja Guru Pada Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) Negeri 1 Samarang dan Sekolah Lanjutan tingkat Pertama

(SLTP) Negeri 1 Bayongbong di Kabupaten Garut".

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran

kompetensi profesional gum , iklim organisasi dan kinerja gum di SLTP Negeri 1

Samarang dan SLTP Negeri 1 Bayongbong Kabupaten Gamt Selain itu untuk

mengetahui pengaruh kompetensi profesional gum dan iklim organisasi terhadap

kinerja gum.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. menjadi bahan informasi atau masukan yang akurat bagi Departemen

Pendidikan Nasional dalam hal ini khususnya kantor dinas pendidikan

tingkat Kabupaten Gamt serta para pengelola lembaga pendidikan dalam

upaya meningkatkan mutu pendidikan.

16

2. Menjadi bahan informasi yang penting bagi kepala sekolah SLTP Negeri 1

Samarang dan SLTP Negeri 1 Bayongbong kabupaten Gamt dalam upaya

meningkatkan kinerja gum dalam mengelola pendidikan dan pengajaran

sekolah yang dipimpinnya.

3. Menjadi bahan masukan bagi para gum dalam rangka meningkatkan

kompetensi profesional sehingga kinerjanyapun menjadi baik.

4. Menjadi bahan renungan bagi para stakeholders pendidikan agar mampu

menciptakan iklim organisasi sekolah yang menuju kepada peningkatan

kualitas.

5. Menjadi bahan informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya

di bidang Administrasi Pendidikan.

6. Sebagai bahan bacaan yang bermanfaat bagi siapa saja yang berminat

terhadap masalah kinerja gum.

F. Deflnisi Operasional Variabel

Secara rinci variabel-variabel penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kompetensi Profesional Gum (XI) adalah kemampuan dan kewenangan gum

dalam menjalankan profesi keguruannya, yang diperoleh berdasarkan skor

angket persepsi terhadap kompetensi profesional . Semakin tinggi skor

seseorang maka semakin tinggi pula tingkat persepsinya Kompetensi

Profesional Guru. Angket Kompetensi Profesional Gum disusun berdasarkan

indikator sebagai berikut:

17

a. Dimensi menguasai bahan, indikatomya kegiatan dalam menguasai materi

pelajaran

b. Dimensi mengelola program belajar mengajar, indikatomya menggunakan

media / metode pembelajaran

c. Dimensi mengelola kelas, indikatomya menggunakan kelas sebagai tempat

KBM danmemanfaatkan waktu belajar seefektifdan seepisien mungkin

d. Dimensi menggunakan media / sumber, indikatomya menggunakan media

/ sumberdalamkegiatan pembelajaran

e. Dimensi menguasai landasan-landasan kependidikan, indikatomya

mendalami landasan kependidikan danmempelajari GBPP

f. Dimensi mengelola interaksi belajar mengajar, indikatomya menggunakan

metode pembelajaran dengan tepat pada proses belajar mengajar

g. Dimensi menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran,

indikatomya membuat alat evaluasi, memberikan laporan kemajuan siswa

dalam laport

h. Dimensi mengenal fungsi dan program layanan bimbingan serta

penyuluhan, indikatomya menyelenggarakan kegiatan bimbingan dan

konseling

i. Dimensi memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian,

indikatomya membuat administrasi gum dalam kegiatan belajar-mengajar

18

j. Dimensi memahami dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan,

indikatomya hasil penilaian kemajuan belajar-mengajar dijadikan landasan

strategi belajar-mengajar berikutnya

.w^ 2.1klim Organisasi (X2), adalah kualitas serangkaian sifat lingkungan kerja, yang

dinilai langsung atau tidak langsung oleh guru, yang diperoleh berdasarkan

skor angket persepsi terhadap iklim organisasi yang disusun oleh penulis

berdasarkan teori dari Rensis Likert. Semakin tinggi skor seseorang pada

angket ini, maka semakin tinggi pula tingkat persepsinya terhadap lingkungan

organisasi. Angket Iklim Organisasi disusun berdasarkan dimensi dan indikator

berikut:

a. Dimensi Motivasi. Indikatomya adalah motivasi langsung seperti

dukungan pimpinan, dan dukungan gum-gum lainnya, dan motivasi tidak

langsung seperti kesejahteraan, desain pekerjaan, dan sarana & prasarana.

b. Dimensi Pengendalian. Indikatomya adalah pengendalian langsung seperti

pengawasan, laporan lisan dan tulisan, dan pengawasan tidak langsung

seperti penilaian prestasi dan rapat-rapat.

c. Dimensi Komunikasi. Indikatomya adalah komunikasi vertikal

(komunikasi gum dan pimpinan) dan komunikasi horizontal (komunikasi

antar gum)

d. Dimensi Kepemimpinan. Indikatomya adalah otoriter, demokratis,

permisif

19

e. Dimensi Pengambilan Keputusan. Indikatomya adalah proses pengambilan

keputusan dan sifat keputusan yang diambil

f. Dimensi Penetapan Tujuan. Indikatomya adalah proses penetapan tujuan

dan sifat tujuan yang ditetapkan

g. Dimensi Interaksi. Indikatomya adalah penilaian menyeluruh terhadap

keadaan organisasi

3. Kinerja gum (Y), adalah kualitas hasil kerja guru yang diperoleh berdasarkan

skor angket self-report mengenai kinerja, dan data skor angket dari siswa serta

data sekunder mengenai kehadiran. Semakin tinggi skor seseorang pada angket

dan kehadiran, maka semakin tinggi pula tingkat kinerja orang tersebut. Angket

Kinerja guru disusun berdasarkan dimensi dan indikator berikut:

a. Dimensi kualitas hasil kerja. Indikatomya adalah kepuasan, pemahaman,

dan prestasi siswa

b. Dimensi kemampuan. Indikatomya adalah penguasan materi dan

penguasaan metode pengajaran

c. Dimensi inisiatif. Indikatomya adalah pikiran untuk berbuat lebih baik dan

tindakan untuk mewujudkan pikiran-pikiran kualitas belajar mengajar.

d. Dimensi komunikasi. Indikatomya adalah kualitas penyampaian materi

dan penguasaan suasana kelas

e. Dimensi ketepatan waktu. Indikatomya adalah kedatangan dan kepulangan

20

G. Kerangka Pemikiran

Adanya beberapa kebijakan pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu

sumber daya manusia khususnya pada sektor pendidikan. Kebijakan itu antara lain

desentralisasi pendidikan yang melahirkan otonomi pendidikan . Operasional pada

tingkat sekolah sebagai akibat dari kebijakan itu salah satu contohnya munculah

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) , Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

adalah sebagian tantangan spesifik yang mendesak untuk direspon sebagai tantanagan

masa depan.

Langkah-langkah antisipatif untuk merespon tantangan masa depan, dimana

sebagian sekolah-sekolah yang ada di negara kita sebenamya masih memiliki

kekurangan-kekurangan yang prinsipil. Langkah-langkah kearah peningkatan mutu

atau prestasi yang maksimal sebagai antisipatiftersebut menjadi sangat penting.

Reformasi pendidikan ,mungkin kata yang paling tepat untuk menunjuk proses

antisifasi tantangan masa depan tersebut, mencakup banyak hal , dari faktor-faktor

yang bersifat makro sampai faktor-faktor yang bersifat mikro.

Faktor-faktor yang bersifat makro misalnya, berkaitan dengan kebijakan dan

perundang-undangan yang mengatur bagaimana pendidikan itudijalankan, dan alokasi

anggaran untuk penyelenggaraan pendidikan nasional. Faktor-faktor yang bersifat

mikro misalnya , berkaitan dengan kurikulum , kesejahteraan guru, program

peningkatan kualitas guru, dan perpustakaan. Reformasi pendidikan berarti,

mengevaluasi, memperbaiki, dan mengembangkan format ideal sistem pendidikan

nasional yang dapat menjamin terwujudnya kecerdasan dan keluhuran moral bangsa.

Sekolah lanjutan tingkat pertama yang mempakan tingkat peiidid'i^^tJ^^J'

tampil dalam format yang lebih ideal dengan manajemen sekolah yang lebih moHeren^/^

Manajemen sekolah yang mengarah pada otonomi sekolah memberikan harapan yang

cukup optimistis sebagai salah satu format ideal dalam meningkatkan prestasi kerja

teratama prestasi kerja gum (kinerja).

Namun demikian , tidaklah mudah bagi sekolah-sekolah untuk memenuhi

harapan tersebut. Pergeseran pengelolaan sekolah dari sentralistik ke desentralistik

dipastikan akan menimbulkan masa-masa transisi. Untuk mengatasi masa transisi itu

beberapa sekolah lanjutan tingkat peretama mencoba untuk keluar dari masa transisi

tersebut.

Dua sekolah yang dalam kondisi yang disebut terakhir adalah SLTP Negeri 1

Bayongbong dan SLTP Negeri 1 Samarang yang berada dikabupaten Gamt, berjuang

menyesuaikan diri dengan pranata-pranata moderen. Pada tahun-tahun terakhir ini

tidak kurang laboratorium biologi, fisika, dan komputer dibangun . Kedua sekolah

tersebut pada tahun 2003 mendapatkan bantuan Block Grant sebesar 90 juta bagi

SLTP Negeri 1 Bayongbong dan bantuan BOM sebesar 50 juta bagi SLTP Negeri 1

Samarang.

Bukan hanya secara fisik, program peningkatan sumber daya manusiapun tidak

ketinggalan, paling tidak ada beberapa kader gum yang menjadi kepala sekolah dari

kedua sekolah tersebut. Menjadi gum teladan baik tingkat propinsi atau tingkat

kabupaten atau penataran-penataran yang menuju pada peningkatan kompetensi gum,

sehingga kinerja gum dapat meningkat.

22

Namun demikian, tidak berarti dengan dijalankannya 2 program tersebut, yaitu

pembangunan sarana fisik dan pembangunan kualitas sumber daya manusia, kemudian

sekolah dapat dikatakan telah berhasil melewati masa transisi dengan gilang gemilang.

Masih terlalu banyak unsur-unsur lain yang harus disentuh dan mempakan prasarat

bagi kokohnya manajemen moderen diletakan. Sebagian unsur-unsur tersebut adalah

kinerja guru/ gum (resultan dari faktor-faktor), kualitas lingkungan sekolah atau iklim

organisasi (faktor ektemal) dan kompetensi profesional gum (faktor internal).

Kerangka Pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada

formula kinerja dari Vroom yang menyebutkan bahwa kinerja mempakan fungsi dari

kemampuan dikalikan motivasi.

Kinerja adalah hasil yang diinginkan dari sebuah perilaku (Gibson, 1996 : 70),

atau suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang

dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan ,

dan waktu ( Hasibuan , 1997 : 105 ). Bisa juga diartikan bahwa performasi atau

kinerja adalah ".. output drive from processes. Human or otherwise ". Maksudnya

kinerja mempakan hasil atau output dari suatu proses. (August W. Smith, 1982: 393).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja . Menurut Wahjosumidjo

(1987 :177) kinerja adalah fungsi dari faktor kemampuan, motivasi, dan persepsi .

Jouke Komalig dalam bukunya Cahyono (1996 :60) menyebutkan beberapa faktor

yang mempengaruhi produktivitas (kinerja), antara lain : manusia, modal , metode,

faktor produksi, faktor lingkungan organisasi, faktor lingkungan negara, faktor

lingkungan regional, dan umpan balik.

23

Kinerja gum ditunjukan oleh kemampuan kompetensi profesional guru, dalam

operasionalnya pada proses belajar mengajar hams didukung oleh iklim organisasi

dalam hal ini adanya motivasi dari lingkungan sekitar baik dari kepemimpinan kepala

sekolah atau komumkasi dalamlingkungan organisasi sekolah.

Kinerja gum mempakan prestasi yang dicapai oleh gum dalam rangka

melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pengelola pendidikan sesuai

dengan ukuran yang ditetapkan baginya.

Menurut Arikunto (1993:239) : (1) Kompetensi profgesional gum artinya gumharus memiliki pengetahuan yangluas dan dalamtentangsubjeck matter (bidangstudi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi yaitu penguasaankonsep teoritik, mampu memilih metode yang tepat dan mampumenggunakannya dalam proses belajar mengajar. (2) Kompetensi personalartinya gum harus memiliki kepribadian yang mantapsehingga menjadi sumberintensifikasi bagi subjek didik , hal ini berarti gum mempunyai kepribadianyang patut diteladani oleh siswa. (3) Kompetensi sosial artinya gum memilikikemampuan berkomunikasi sosial baik dengan murid , sesama gum, kepalasekolah, pegawai tatausaha bahkan dengan anggota masyarakat.

Iklim organisasi adalah lingkungan manusia dimana para pegawai organisasi

melakukan pekerjaan mereka( Davis & Newstrom, 1996:21 ). Yangdimaksuddengan

lingkungan manusia disini , seperti yang dikemukakan oleh Rensis Likert dalam

bukunya Davis & Newstrom ( 1996 : 24 ) adalah kepemimpinan , motivasi ,

komunikasi, interaksi-pengamh, pengambilan keputusan, penyusunan tujuan, dan

pengendalian.

Sebenarnya pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja itu bersifat tidak

langsung. Iklim organisasi mempunyai peranan besar temtama didalam menciptakan

24

lingkungan organisasi sekolah guna membentuk motivasi (motivasi ektrinsik),

kepuasan, dan sikap kerja (Davis, K. & Werther, 1989).

Motivasi ektrinsik maksudnya adalah motivasi yang bersumber dari faktor-

faktor ektemal, seperti karier, gaji, kesejahteraan, hubungan interpersonal, pujian dan

Iain-lain. Motivasi ektrinsik diperlukan temtama bagi pegawai-pegawai yang motivasi

intrinsiknya rendah termasuk kompetensi profesional guru. Selain itu iklim organisasi

dapat membentuk kepuasan dan sikap kerja pegawai. Gum yang tidak puas akan

menghabiskan waktunya hanya untuk menggerutu, menggunjing, menghasut dan

mengeluh. Juga gum yang tidak puas akan mempunyai catatan absen dan turn-over

yang relatif tinggi.

Pernyataan diatas menegaskan bahwa faktor kompetensi profesionalismen gum

dan ikilim organisasi memang mempakan salah satu faktor yang diperkirakan akan

berpengarah terhadap kinerja gum. Pertanyaanya adalah bagaimana proses

berpengaruhnya kompetensi profesionalisme gum dan iklim organisasi terhadap

kinerja gum itu berlangsung.

Jabatan gum mempakan jabatan profesional. Peran dan fungsi gum dalam

proses belajar mengajar sangat besar yaitu sebagai pengelola kelas, demonstrator,

mediator, fasilitator dan evaluator. Sehubungan dengan hal itu maka keberadaan

kompetensi profesional seorang gum sangat penting sebab akan menentukan fungsi

dan peran gum tersebut dapat diaplikasikan atau tidak sehingga hal itu menentukan

kinerjanya pula. Sedangkan iklim organisasi mempakan daya dorong dari luar pribadi

25

gum yang akan mengontrol apakah gum yang mengajar di kelas layak atau tidak

menjadi seorang gum profesional.

Dengankompetensi profesional yangtinggiyangdimilikigum maka gum akan

mampu melaksanakan kegiatan pendidikan dan pengajaran dengan baik karena ia

mampu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses belajar mengajar serta

mampumenggunakan hasilevaluasi untuk meningkatkan kualitas mengajarnya.

Dari uraian di atas maka diduga bahwa kompetensi profesional mempengaruhi

kinerja gum dari dalam individu sedangkan iklim organisasi mempengaruhi kinerja

gum dari luar individu sehingga hal itu dapat dikatakan semakin tinggi kompetensi

profesional gum dan iklim organisasi, semakin tinggi pula kinerjanya. Sebaliknya

semakin rendah kompetensi profesional gum dan iklim organisasi, semakin rendah

pula kinerjanya.

Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat dalam bentuk

bagan berikut ini:

26

Gambar 1.1

Kerangka Pemikiran PenelitianPengamh Kompetensi Profesional Gum dan Iklim Organisasi terhadap Kinerja

KOMPETENSI

PROFESIONAL

GURU

IKLIM

ORGANISASI

$

c>

1. Menguasai bahan2. Mengelola program

belajar-mengajar3. Mengelola kelas4. Menggunakan media5. Menguasai landasan

kependidikan6. Mengelola Interaksi

belajar-mengajar7. Menilai prestasi siswa8. Bimbingan dan

penyuluhan9. Adminisrrasi sekolah

10. Menafsirkan hasil

penelitian pendidikan

1. Motivasi

2. Pengendalian3. Komunikasi

4. Kepemimpinan5. Pengambilan

keputusan6. Penetapan tujuan7. Interaksi

27

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai

suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan mempakan

dasar kerja serta panduan dalam verifikasi ( Munir, 1988 :182 ). Karena sifatnya

sementara, maka suatu hipotesis dalam suatu penelitian hams dibuktikan.

Berdasarkan rumusan masalah dankerangka pemikiran yang telah dikemukakan

, maka disusunlah hipotesis sebagai berikut:

" Ada pengaruh positif kompetensi profesional guru dan iklim organisasi

terhadap kinerja guru di SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1

Bayongbong."

Hipotesis tersebut kemudian diturunkan menjadi hipotesis kerja atau sub-sub

hipotesis berikut:

A. Ada pengaruh positifkompetensi profesional gum terhadapkinerjagum

B. Ada pengaruhpositif iklimorganisasi terhadap kinerjagum

C. Ada pengaruh positif antara kompetensi profesional gum dan iklim organisasi

secara bersama-sama terhadap kinerja guru.

Rumusan hipotesisnya Ho:Py.l.2 = 0 tidak ada pengaruh yang signifikan

kompetensi profesional gum dan iklim organisasi terhadap kinerja gum (tolak Ho).

Hl:Py.l.2> 0 artinya ada pengaruh yang signifikan kompetensi profesional gum dan

iklim orgamsasi terhadap kinerja gum (terimaHI).