PENDAHULUAN LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85084/potongan/D3...1 PENDAHULUAN...
Transcript of PENDAHULUAN LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85084/potongan/D3...1 PENDAHULUAN...
1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil
telurnya. Ayam asli Indonesia secara umum berasal dari ayam hutan dan itik liar,
yang ditangkap dan dipelihara untuk diambil telurnya. Ayam ras merupakan hasil
rekayasa genetik (persilangan/hasil pemuliaan) yang telah didomestikasikan
sebagai ayam petelur maupun ayam pedaging. Kondisi ini dilakukan berdasarkan
karakter-karakter (sifat-sifat dominan) dari ayam-ayam yang sudah ada di dunia
termasuk Indonesia. Perbaikan-perbaikan genetik terus diupayakan agar mencapai
performance yang optimal, sehingga dapat memproduksi telur dalam jumlah yang
banyak. Ayam petelur yang baik akan dapat berproduksi dengan optimal pada
umur 24-26 minggu.
Peternakan Janu Putra (PJP) berdiri pada tahun 2007, namun saat
berjalan dua kali periode pemeliharaan, terjadi erupsi merapi di tahun 2010 yang
mengakibatkan kandang dan semua peralatan mengalami kerusakan. Pada tahun
2011 mulai pembangunan kembali kandang dan peralatan kandang yang rusak,
kemudian akhir tahun 2011 kandang diisi dengan ayam dan proses pemeliharaan
mulai berjalan kembali sampai saat ini.
Jenis ayam yang dipelihara adalah ayam strain loghman yang masuk pada
kandang layer mulai umur 13 minggu. Pemeliharaan ayam di PJP sudah lebih
modern di bandingkan dengan peternakan ayam petelur tradisional, karena
kandang yang digunakan sudah lebih baik, ayam dipelihara pada system kandang
terbuka, dengan macam kandang yang digunakan adalah kandang battery.
Peternakan Janu Putra sangat memperhatikan aspek-aspek pemeliharaan pada
masa grower seperti manajemen pakan, manajemen biosekuriti, dan manajemen
kandang, karena keberhasilan pemeliharaan pada masa grower akan
mempengaruhi produktifitas pada masa layer.
2
TUJUAN
Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL), untuk mengetahui berbagai proses
pemeliharaan ayam petelur umur 13-20 minggu, di PJP, Dusun Srunen,
Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.
MANFAAT
Kegiatan PKL ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa vokasi, dan sebagai
mahasiswa semester akhir di vokasi mendapatkan banyak informasi dengan jelas
tentang manajemen pemeliharaan ayam di PJP Yogyakarta. Penulis dapat
mempraktekkan langsung kegiatan yang dilakukan seperti pemanenan telur,
pemberian pakan, sterilisasi peralatan (sanitasi), selain itu penulis juga dapat
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah.
3
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ayam
Ayam peliharaan (Gallus gallus domesticus) adalah unggas yang biasa
dipelihara manusia untuk dimanfaatkan telur maupun dagingnya. Ayam
peliharaan merupakan keturunan langsung dari salah satu sub-spesies ayam hutan
merah (Gallus gallus) atau ayam bangkiwa (Bangkiva fowl). Ayam di dalam
klasifikasi ilmiah termasuk spesies Gallus domestikus dan diklasifikasikan oleh
El-Kabumaini dan Ranuatmaja ( 2008) sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Ordo : Galliformes
Family : Phasianidae
Genus : Gallus
Spesies : Gallus gallus
Menurut Sudarmono (2003) ayam petelur yang dipelihara pada umumnya
terdapat dua tipe yaitu petelur putih dan petelur cokelat. Ayam petelur putih atau
biasa dikenal sebagai tipe ringan, yang di khususkan untuk bertelur dengan ciri-
ciri tubuh ramping, warna bulu putih, berjengger merah, dapat memproduksi telur
kurang lebih 260 butir/ekor/tahun. Ayam ini berasal dari galur murni white
leghorn yang memiliki sifat sensitif terhadap cuaca panas dan keributan. Apabila
kaget atau kepanasan maka produksinya akan cepat menurun.
Ayam petelur yang lain adalah tipe medium. Tubuhnya tidak terlalu kurus,
tapi tidak juga terlihat gemuk. Produksi telur cukup banyak dan juga dapat
menghasilkan daging yang banyak, sehingga disebut ayam tipe dwiguna. Karena
warnanya cokelat maka, ayam ini sering disebut ayam petelur cokelat. Produksi
4
telur kurang lebih 200 butir/ekor/tehun. Sebagai contoh adalah ayam stain
loghman (gambar 1), yang berwarna cokelat. Bentuk tubuhnya sedang, mampu
memproduksi telur 200 butir/ekor/tahun.
Gambar 1. Ayam petelur strain loghman (anonimus, 2014)
B. Kandang
Secara makro kandang berfungsi sebagai tempat tinggal ternak agar
terhindar dari pengaruh cuaca buruk (hujan, panas, dan angin), hewan buas dan
pencurian. Secara mikro kandang berfungsi sebagai tempat untuk menyediakan
lingkungan yang nyaman agar terhindar dari stress, sehingga kesehatan ternak
dapat terjaga dan produksi dapat maksimal (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Menurut Chan dan Zamrowi (2000), dalam pemeliharaan ayam sebaiknya
dipelihara sesuai dengan lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. Selanjutnya
dikatakan bahwa, teknik pembuatan kandang harus memenuhi tiga kriteria yang
meliputi : aspek kesehatan, aspek ekonomi dan aspek produksi, selain itu kandang
di harapakan dapat meningkatkan rasa aman dan nyaman sehingga ayam menjadi
tidak stress.
5
Prinsip dasar yang perlu dalam pembuatan kandang ayam dalam suatu
perusahaan maupun secara tradisional menurut Rasyaf, (2003) sebagai berikut : 1.
Sirkulasi udara di peternakan harus baik. 2. Kandang harus cukup terkena sinar
matahari. 3. Permukaan lahan peternakan tidak boleh di bawah bukit. 4. Kandang
dibangun dengan sistem terbuka. 5. Bahan yang digunakan sederhana.
Menurut Chan dan Zamrowi (2000) macam-maam kandang yang dapat
digunakan untuk pemeliharaan ayam terbagi menjadi beberapa tipe. Berdasarkan
tipe lantainya kandang dibagi menjadi dua yaitu: 1. Kandang sistem litter dimana
kaki ayam tidak langsung berpijak pada lantai plester atau tanah, namun dilantai
dilapisi dengan litter atau sekam. Sekam yang digunakan bisa menggunakan
sekam padi, serbuk gergaji, dan pasir. 2. Kandang sistem panggung karena lantai
kandang ini dibuat seperti panggung, tiang rumah dan lantai dibuat dari bilah-
bilah bambu. Bahan yang digunakan dalam pembuatan kandang ini bisa
menggunakan bambu atau kayu, dengan kandang sistem ini, maka kotoran ayam
bisa langsung jatuh kebawah kolong kandang.
Selanjutnya, pembagian kandang berdasarkan bentuk atapnya dapat dibagi
menjadi, 1. Bentuk atap semi monitor dimana udara masuk ke dalam kandang
melalui bagian atap yang terbuka pada sebagian sisinya. 2. Bentuk atap monitor
yaitu kandang yang mempunyai saluran udara pada bagian atap yang lebih
sempurna, karena bagian atap monitor terbuka seluruh kandang yang mempunyai
saluran udara pada bagian atap yang lebih sempurna, karena bagian atap monitor
terbuka seluruhnya sehingga peredaran udara dalam kandang menjadi lebih baik,
udara busuk dan gas CO2 mudah keluar dan mudah digantikan dengan udara
6
segar dari luar. 3. Bentuk atap gable yaitu atap yang tertutup seluruhnya atau
berbentuk seperti huruf A.
Bentuk kandang berdasarkan penggunaannya menurut Chan dan Zamrowi
(2000) dapat dibagi menjadi 3 diantaranya: 1. Kandang postal atau kandang
pemeliharaan yang berbentuk seperti rumah yang sekelilingnya tertutup pagar;
2. Kandang koloni atau sering disebut kandang loteng (bertingkat) bentuknya
hampir sama dengan dengan kandang batery hanya saja tidak ada penyekat di
dalamnya; 3. Kandang batery yaitu bangunan kandang berbentuk sangkar,
berderet menyerupai batery, dan alas kandang dibuat menggunakan kawat atau
bilah-bilah bambu, setiap ruangan dapat menampung satu sampai dua ekor ayam.
Adapun ukuran untuk kandang batery ini dengan panjang 45 cm, lebar 20-30 cm,
tinggi 45 cm (gambar 2)
Gambar 2. Bentuk kandang ayam petelur (a. kandang postal, b. kandang koloni,
c. kandang battery),(anonimus, 2014)
Menurut Chan dan Zamrowi (2000) Keuntungan kandang sistem battery
sebagai beritkut, 1. Menghemat tempat. 2. Kemungkinan terjadinya kanibalis dan
pematukan telur dapat dicegah. 3. Mencegah tersebar-luasnya penyakit secara
cepat. 4. Produksi masing-masing individu mudah bisa diketahui. 5. Energi yang
dikeluarkan lebih sedikit. Sedangkan untuk kekuranganya yaitu : 1. Pada
permulaan, biaya kandang atau perlengkapanya relatif lebih mahal. 2. Ayam yang
7
kekurangan mineral, vitamin dan lain sebagainya. Tidak bisa mendapatkan
tambahan dari luar. 3. Sering banyak lalat di sekitar kandang, jika pembuangan
kotoran terlambat. 4. Tenaga lebih banyak diperlukan.
Menurut Sudarmono (2003) kandang dengan sistem terbuka yaitu
kandang yang dibuat dengan sistem dinding terbuka dengan ditutup kawat burung,
bilah bambu, atau kawat kasa. Ada pula kandang terbuka yang tanpa
menggunakan bahan dinding sama sekali (gambar 3). Udara segar akan mudah
masuk, semakin banyak bagian kandang yang terbuka, semakin baik pula
pergantian udara didalamnya. Dinding model tebuka ini merupakan model yang
populer di Indonesia dan dapat mengatasi iklim tropis di Indonesia. Namun,
karena kondisi angin yang selalu berubah-ubah maka sebaiknya dipasang tirai
yang penggunaanya dapat diatur sesuai kebutuhan pada kandang sistem terbuka.
Pemasangan tirai berfungsi untuk menghalangi angin yang berhembus terlalu
tinggi sehingga dapat mengurangi tingkat stress ayam.
Gambar 3. Kandang sistem terbuka dengan atap monitor(anonimus, 2014)
8
C. Pakan ayam
Menurut Kartasudjana dan Suprijatna (2006) target dari pemeliharaan fase
grower adalah untuk mendapatkan ayam induk yang seragam pertumbuhannya
atau berat badan antar ayam hampir sama, sehingga diharapkan pada saat dewasa
kelamin terjadi secara serentak. Pertambahan berat badan perlu dijaga agar tidak
terjadi penurunan atau kenaikan yang sangat tajam setiap minggunya. Penyusunan
pakan ayam fase grower perlu diperhatikan kualitas bahan bahannya. Sebelum
menyusun pakan sabaiknya semua bahan yang akan digunakan diujikan terlebih
dahulu, untuk memastikan kandungan zat-zat makanan yang terdapat didalamnya.
Jika kandungan nutrisi sudah diketahui maka pakan dapat disusun dengan mudah
sesuai kebutuhan.
Bahan makanan untuk ayam petelur harus mengandung zat-zat makanan
antara lain: a. Protein berguna untuk mengganti sel-sel di dalam tubuh yang sudah
rusak. Selain itu untuk pertumbuhan dan merupakan unsur pembentukan telur-
telur, dan merupakan sumber protein. b. Vitamin berguna untuk mempertinggi
produksi dan meningkatkan daya tahan tubuh pada ayam. c. Mineral berguna
untuk membantu metabolisme protein, karbohidrat, dan vitamin. Mineral
merupakan bahan atau zat pembangun. Sebagai sumber-sumbernya adalah kapur
(Ca), phospor (P), garam dapur (NaCl) dan mangan (Mn). d. Grit berguna untuk
membantu memecah serta menghaluskan bahan makanan di dalam empedal
(membantu proses pencernaan). e. Karbohidrat berguna untuk membangkitkan
tenaga pada ayam, sebagai sumber-sumbernya berasal dari bekatul, jagung, beras
merah (gabah). Zat ini juga merupakan sebuah faktor untuk pembentukan telur
9
yang utama pada ayam petelur. f. Hijauan ini berfungsi sebagai sumber vitamin
dan membantu pencernaan. Kartasudjana dan Suprijatna (2006) berpendapat
bahwa pada fase grower perlu di tekankan bahwa pemberian pakan akan sangat
menentukan berat badan yang dicapai, sehingga pemberian pakan harus dilakukan
dengan hati-hati. Biasanya sistem pemberian pakan dilakukan dengan sistem jatah
(restricted feeding). Bahan makanannya berbentuk tepung dan butiran yang
masing-masing diperhitungkan komposisinya agar kadar proteinnya masih
berkisar 15-17%, dan energi metabolisme 2.900 kkal/kg. Air minum harus selalu
cukup karena jika kekurangan air minum dapat menurunkan hasil produksi.
Konsumsi air berbanding lurus dengan temperatur. Semakin tinggi temperatur
lingkungan kandang maka akan semakin tinggi konsumsi air. Ini disebabkan
terjadi kenaikan evaporasi air dari tubuh ternak. Sebaliknya bila temperatur lebih
rendah, konsumsi air akan menurun.
D. Kesehatan ayam
Tindakan yang sering dilakukan peternak untuk menjaga peternakan dari
infeksi penyakit menurut Kartasudjana dan Suprijatna (2006) salah satunya adalah
sanitasi. Sanitasi adalah berbagai kegiatan yang meliputi penjagaan dan
pemeliharaan kebersihan kandang dan sekitarnya, peralatan dan perlengkapan
kandang, pengelola kandang, serta orang dan kendaraan yang keluar masuk
komplek perkandangan. Tempat sekitar kandang juga harus bebas dari sampah
yang dibuang sembarangan. Sampah yang menumpuk, bertebaran, dan membusuk
akan mengundang hewan liar, lalat, dan serangga yang dikhawatirkan membawa
10
wabah penyakit, keadaan ini berpengaruh terhadap lingkungan dan sanitasi.
Menurut Rasyaf (2005) sanitasi dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
Sanitasi kandang dan lingkungan sasaran utama bagi sanitasi kandang
dan lingkungan ini meliputi kandang maupun peralatannya, seperti gudang
makanan, gudang telur, dan parit yang ada di sekitar kandang dan gudang.
Apabila kandang telah kosong, selanjutnya kandang tersebut harus segera di cuci,
dan diberi desinfektan. Desinfektan berfungsi untuk membasmi, menghambat
pertumbuhan mikroorganisme dan sebagai zat steril.
Sanitasi petugas anak kandang adalah mereka yang bekerja di kandang
antara lain melakukan perawatan terhadap ayam, menjaga kebersihan kandang,
dan penanganan terhadap produksi telur. Upaya untuk bebas dari kuman, maka
petugas kandang perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Sebelum
petugas masuk ke dalam kandang, alas kaki harus dicelupkan ke dalam larutan
desinfektan yang sudah di sediakan di depan pintu kandang. b. Petugas tidak
dibenarkan berpindah-pindah dari kandang satu kandang ke kandang lain,
terutama pada kelompok-kelompok ayam dengan umur yang berbeda. c. Petugas
harus mengenakan pakaian harian kerja. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi
terjadinya kontaminasi ayam dan kandang dari penyakit luar.
Sanitasi terhadap ayam sasaran sanitasi bukan hanya terbatas pada
kandang dan peralatan serta petugasnya, tetapi kelompok ayam yang dikelola pun
juga harus mendapat perlakuan sanitasi. Upaya sanitasi terhadap kelompok ayam
ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Ayam-ayam yang sakit segera
di pindahkan dari kelompoknya, dan ditempatkan di kandang isolasi untuk
11
mendapatkan penanganan khusus. b. Ayam-ayam yang mati, bangkainya harus
segera dibasmi dengan dibakar dalam krematorium.
Kartasudjana dan Suprijatna (2006) berpendapat, bahwa pencegahan
penyakit dibagi melalui dua cara, yaitu melalui tata laksana harian dan melalui
obat-vaksin. Keduanya digunakan bersama dan saling medukung satu dengan
yang lainnya. Prinsip pencegahan melalui tata laksana harian adalah menciptakan
suasana tenang, bersih, dan nyaman di peternakan. Sifat peternak yang hati-hati
dan teliti dapat membantu menciptakan suasana bersih di peternakan. Kebersihan
di dalam dan di sekitar peternakan merupakan jaminan pertama kesehatan ayam.
Kebersihan dan rasa kasih sayang pemelihara merupakan keadaan yang sangat
mendukung usaha pencegahan penyakit.
Pencegahan penyakit virus dilakukan dengan cara vaksinasi, untuk
vaksinasi digunakan cairan yang mengandung virus lemah yang disebut vaksin,
sedangkan cara atau tindakan pencegahan penyakit virus dengan mempergunakan
vaksin dinamakan vaksinasi. Menurut Rasyaf (2005), vaksin adalah obat yang
mengandung virus penyakit tertentu yang telah dilemahkan. Manfaat vaksinasi
untuk menimbulkan kekebalan tubuh bila terinfeksi oleh suatu penyakit.
Kekebalan yang ditimbulkan oleh vaksin waktunya sangat terbatas, sehingga
vaksinasi harus diulang kembali.
Vaksin dibagi menjadi dua yaitu, vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin
aktif adalah vaksin yang mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan
lebih lama bila dibandingkan dengan vaksin inaktif. Vaksin inaktif adalah vaksin
yang mengandung virus yang dilemahkan atau dimatikan tanpa merubah struktur
12
antigenik sehingga mampu membentuk zat kebal, namun kekebalan yang
ditimbulkan lebih pendek. Menurut El-Kabuamaini dan Ranuatmaja (2008),
persyaratan yang harus dipenuhi dalam vaksinasi yaitu, 1. Ayam yang divaksinasi
harus sehat. 2. Dosis dan kemasan vaksin harus tepat. 3. Sterilisasi alat-alat.
13
MATERI DAN METODE
MATERI
Materi yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan meliputi: semua
kegiatan yang dilakukan di PJP seperti pemeliharaan ayam layer, sarana dan
prasarana (kandang, bahan-bahan yang digunakan untuk sanitasi, telur, pakan
ayam).
METODE
Metode yang digunakan adalah dengan mempraktekkan secara langsung
semua kegiatan di PJP seperti pengambilan telur, pemberian pakan, pemeliharaan
ayam. Data diperoleh dari pengamatan langsung, pengambilan data, serta
wawancara dengan kepala dan anak kandang di PJP Yogyakarta.
14
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan pengamatan, wawancara dan setelah melakukan kegiatan
praktek secara langsung di Peternakan Janu Putra (PJP) dapat diketahui bahwa
ayam mulai masuk kandang batery pada umur 13 minggu. Pemindahan dilakukan
dua kali pada pagi dan sore hari, yaitu pukul 08.00 dan pukul 16.00 WIB
menggunakan armada truk. Ayam diangkut menggunakan keranjang plastik,
setiap keranjang berisi 15 ekor. Setiap pengangkutan berisi 96 keranjang plastik.
Setelah sampai di kandang produksi ayam dimasukkan ke kandang batery, setiap
kandang diisi 1 sampai 2 ekor ayam. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Chan
dan Zamrowi (2000) yang menyatakan bahwa kandang batery dapat menampung
satu sampai dua ekor ayam. Kandang batery di PJP disusun memanjang tingkat
tiga seperti terlihat pada gambar 4. Tempat pakan juga dipasang memanjang,
sedangkan sistem pemberian air minum sudah dilakukan secara otomatis, yaitu
dengan menggunakan nipple.
Gambar 4. Kandang batery di PJP Yogyakarta
Kandang di PJP menggunakan kandang sistem terbuka tanpa dinding
pembatas (gambar 5), udara di dalam kandang sangat dipengaruhi oleh udara
15
diluar kandang, karena tidak ada pembatas yang mengahalangi laju angin dari luar
kandang. Atap kandang di PJP menggunakan sistem atap monitor. Sirkulasi
udara dalam kandang menjadi semakin baik karena udara kotor dalam kandang
dapat terbuang keluar melalui atap. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2005),
bahwa atap monitor ini selain untuk melindungi ayam dari lingkungan luar, juga
berfungsi untuk membantu ventilasi di dalam kandang, sehingga udara busuk dan
gas CO2 mudah keluar dan mudah digantikan dengan udara segar dari luar. Bahan
yang digunakan untuk atap di PJP menggunakan seng. Bahan seng memang lebih
murah daripada bahan genting. Namun, udara dalam kandang menjadi lebih
panas dan saat hujan, suara yang ditimbulkan sangat berisik, sehingga dapat
menyebabkan ayam stress. Rasyaf (2005) menyatakan bahwa atap kandang lebih
cocok menggunakan bahan dari genting untuk iklim di Indonesia, sebaiknya atap
tidak terbuat dari seng, sebab seng dapat memberikan suasana panas di dalam
kandang sehingga ayam akan merasa terganggu. Dengan demikian, penggunaan
atap seng di PJP kurang sesuai dengan literatur.
Gambar 5. Kandang terbuka di Peternakan Janu Putra Yogyakarta
Pemberian pakan dilakukan dua kali dalam satu hari yaitu pada jam 08.00
dan 13.00. Pakan yang diberikan adalah pakan bawaan dari fase grower atau
pakan Par G selama 3-4 minggu. Selanjutnya dilakukan pergantian pakan menjadi
16
pakan layer atau Par L. Pergantian pakan berlangsung selama 4 hari yaitu, dengan
perbandingan pada hari pertama 75% pakan grower : 25% pakan layer, hari kedua
50% : 50%, dan hari ketiga 25% : 75%. Pada hari ke empat pakan telah berganti
sepenuhnya dengan pakan fase layer. Perubahan pakan dilakukan dari sedikit
demi sedikit agar ayam tidak stress menerima pergantian pakan tersebut. Hal
tersebut sudah sesuai dengan pendapat Sudarmono (2003) bahwa pemberian
pakan harus dilakukan secara bertahap. Cara pemberian pakan dilakukan dengan
cara menebar pakan pada tempat pakan memanjang, kemudian pakan diratakan
menggunakan paralon yang sudah dimodifikasi untuk meratakan pakan
(gambar 6). Pemberian air minum sudah dilakukan secara otomatis. Pemberian
vitamin pada air minum selalu dilakukan, yang bertujuan untuk meningkatkan
kekebalan tubuh ayam agar tidak mudah terserang penyakit selama masa bertelur.
Vitamin yang diberikan adalah mediavit, mediaminovit, nopstress, dan prima egg.
Waktu pemberian vitamin ketika ayam baru datang, cuaca ekstrim, puncak
produksi, dan setelah vaksin killed mulai umur 15 minggu.
Gambar 6. Pemberian pakan di PJP Yogyakarta. (a. pakan yang diberikan; b. cara
pemberian pakan pada kandang battery, dan c. cara meratakan pakan
di PJP Yogyakarta)
17
Pengambilan telur dilakukan dua kali dalam satu hari, yaitu pengambilan
pertama pada jam 10.00 dan pengambilan kedua pada jam 14.00. Pengambilan
telur pertama dilakukan pada pagi hari. Pengambilan telur kedua kalinya
dilakukan untuk mengambil telur ayam yang pada pagi hari belum bertelur
(gambar 7). Setelah telur terkumpul maka selanjutnya telur ditimbang seberat
16,57 kg dan di pak pada kotak kayu. Selanjutnya pembeli akan mengambil telur
yang sudah dipesan sebelumnya.
Gambar 7. Cara pengambilan telur di PJP Yogyakarta (a. cara pengambilan telur.
b. telur diletakkan di eggtray dan c. telur yang sudah ditimbang seberat
16,57 kg untuk siap di pak).
Selama periode pemeliharaan ayam, jarang sekali muncul suatu wabah
penyakit hanya saja kasus yang sering muncul selama satu periode pemeliharaan
seperti kerabang telur yang menipis, dan telur yang terlalu besar. Kasus ini
biasanya menyerang ayam-ayam tua yang berumur lebih dari 70 minggu. Hal ini
terjadi karena metabolisme tubuh ayam yang sudah tidak berjalan sebaik saat
ayam muda, sehingga produktifitas ayam sudah tidak maksimal. Ayam yang
sudah tua dan produksinya mulai menurun sebaiknya diafkir dan digantikan
dengan ayam-ayam muda yang masih memiliki produktifitas lebih baik.
Penyemprotan dengan desinfektan pada kandang juga dilakukan untuk
mencegah terjadinya penyakit, penyemprotan dilakukan dua kali dalam satu
18
minggu. Desinfektan yang digunakan adalah mediacept yang dicampur dengan
antipar. Desinfeksi ditujukan pada kandang dan ayam dengan maksud membunuh
mikroorganisme yang dapat menimbulkan terjadinya suatu penyakit dalam
peternakan, namun di PJP jarang dilakukan desinfeksi. Desinfeksi hanya
dilakukan apabila ayam dalam kondisi yang kurang baik seperti cuaca yang selalu
berubah, atau pada musim-musim tertentu. Desinfeksi terhadap karyawan juga
tidak pernah dilakukan sebelum maupun sesudah karyawan bekerja di dalam
kandang. Sanitasi kandang yang rutin dilakukan adalah dengan menyapu kandang
setelah pemberian pakan. Tujuannya untuk membersihkan pakan yang terjatuh
saat pemberian pakan. Selain menyapu kandang sanitasi lain yang dilakukan
adalah dengan membersihkan nipple minum selama dua hari sekali. Pembersihan
tempat pakan jarang dilakukan di PJP walaupun pakan hari kemarin masih tersisa.
Ayam pada fase ini masih harus dilindungi dari serangan berbagai
penyakit menular, terutama tubuh ayam untuk menanggulangi kemungkinan
timbulnya suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, maupun cacing.
Vaksinasi dilakukan apabila didaerah tersebut memiliki resiko tinggi terhadap
suatu penyakit. Program vaksinasi adalah tindakan pencegahan terhadap berbagai
macam penyakit yang kemungkinan timbul dalam suatu peternakan unggas.
Vaksinasi bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap suatu penyakit. Untuk
lebih menguatkan tubuh ayam, kandungan nutrisi pada pakan yang diberikan
harus seimbang, terutama perbandingan energi dan protein yang disesuaikan
dengan suhu lingkungan. Dalam Pemberian vitamin, mineral, dan antibiotik
19
dalam dosis pencegahan sangat dianjurkan untuk menambah daya tahan tubuh
ayam terhadap perubahan cuaca.
Tabel 1. Program Vaksinasi di PJP Yogyakarta:
No.
Minggu Vaksin Dosis Apliksi Jadwal
1. 13 ND+IB MA5
Clone + IB120 1dosis
Minum dengan
pelarut cevamun 26-4-2015
2. 15
Poulvac ABC 0,5 cc Suntik dada 10-5-2015
3. 17 Winvac NDIB
EDS 0,5 cc Im paha/kanan 17-5-2015
4. 19
AI kill 0,5 cc Im paha/kanan 31-5-2015
5. 22
NDIB kill plus 0,5 cc Im 21-6-2015
6. 22 ND Lasota +
IBH120 2 dosis
Minum dengan
pelarut cevamun 21-6-2015
7. 28
MA5 clone 1 dosis Minum dengan
pelarut cevamun 2-8-2015
8. 36 ND + IB MA5
clone + IB120 1 dosis
Minum dengan
pelarut cevamun 13-9-2015
9. 42
MA5 clone 1 dosis Minum dengan
pelarut cevamun 25-9-2015
10 50
NDIB kill plus 0,5 cc Im paha 20-12-2015
11. 56
AI kill 0,5 cc Im paha 1-2-2016
20
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemeliharaan ayam di peternakan Janu Putra, secara prinsip jauh lebih
baik dibandingkan dengan peternakan secara tradisional. Beberapa tata laksana
dalam sistem perkandangan, dan pemberian pakan sudah dilaksanakan dengan
baik.
Saran
Kesehatan dan produktivitas ayam akan tetap terjaga apabila tersedianya
pedoman yang baku sebagai pegangan (modul, lifleat, maupun boocleat).
Biosekuriti perlu ditingkatkan terutama untuk mencegah terjadinya wabah
penyakit dari luar peternakan yang berasal dari kendaraan maupun orangnya.
Ayam yang sudah tua dan produksinya sangat menurun sebaiknya segera di afkir
dan di ganti dengan ayam produktif (grower).