PENDAHULUAN Latar Belakang -...
-
Upload
trinhkhanh -
Category
Documents
-
view
221 -
download
6
Transcript of PENDAHULUAN Latar Belakang -...
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan di Taman kanak-kanak/ TK merupakan pendidikan yang
menjadi pondasi dari seluruh pendidikan yang akan ditempuh di jenjang
selanjutnya. TK/ taman kanak-kanak merupakan tempat bermain atau ajang
permainan yang menyenangkan dengan prinsip “Bermain sambil belajar”. Mulai
dari sini pembelajaran yang ada di TK/ taman kanak-kanak harus dicermati,
sehingga apa yang diharapkan, dengan kapasitas anak bisa tercapai. Metode
pengajaran yang tepat dan cermat akan mengarahkan anak pada hasil yang
maksimal. Sejak usia dini anak sudah dikenalkan dengan bentuk-bentuk geometri
atau bentuk ruang dan juga dengan makhluk hidup di sekitar. Dalam pembelajaran
di TK kebanyakan guru kurang memperhatikan hasil belajar anak terhadap
pembelajaran yang satu ini. Guru sering menggunakan pembelajaran relaksasi
pada anak tanpa memperhatikan hasil karya anak sehingga didapati hasil karya
anak dalam pembelajaran berkreativitas terkesan tanpa arahan. Pada prinsipnya
kegiatan menciptakan suatu bentuk/ berkreatifitas yang dilakukan oleh anak
merupakan kegiatan naluriah, seperti halnya kegiatan makan, minum, berbicara,
dan bercerita kepada orang lain. Rasa seni dimulai dengan bagaimana anak bisa
menata benda-benda disekitarnya. Jika hal tersebut tidak dilakukan oleh anak,
maka disaat inilah peran pendidik yang sangat di pentingkan, yaitu perlunya
segera mendidik dan membimbingnya.
Ditjen Dikdasmen (2006), tentang standar kompetensi kelompok B 1,
menyebutkan bahwa anak mampu mengekspresikan diri dan berkreasi dengan
berbagai gagasan, imajinasi dan menggunakan berbagai media/bahan menjadi
suatu karya seni. Dalam hasil belajar anak, diharapkan agar anak dapat
menciptakan suatu bentuk sederhana dengan berbagai media bahan limbah seperti
stik es, botol bekas, kertas-kertas yang tidak terpakai dan lain-lain.
Peran pendidik sangat dibutuhkan dalam upaya mengembangkan
potensial anak. Upaya pengembangan tersebut melalui kegiatan bermain sambil
2
belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan
untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan berkreasi.
Berdasarkan observasi di TK Ngudi Rahayu II, didapatkan informasi
bahwa sekolah tersebut masih memiliki beberapa kekurangan sarana dan
prasarana untuk meningkatkan kreativitas anak. Selain itu, guru juga terlihat
masih kurang kreatif dan bervariasi dalam memberikan pembelajaran untuk
meningkatkan kreativitas anak sehingga berdampak pada kurang tertariknya anak
dalam menciptakan hasil karya yang kreatif atau bahkan menyebabkan hasil
kreativitas siswa rendah. Hal ini terlihat dari hasil karya anak yang masih
cenderung tidak peduli dan kurang bisa mengapresiasikan imajinasinya secara
maksimal. Anak juga masih menggunakan cara yang sama yang diajarkan oleh
guru untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Karya yang dihasilkan anak
masih berkesan umum dan menunjukkan hasil yang sama disetiap pengerjaan
tugasnya. Misalnya, anak hanya membentuk rumah saja tanpa adanya pemberian
beberapa inovasi pada hasilnya. Selain itu ketika anak diberikan tugas secara
berkelompok, anak sering berebut media peraganya karena kurangnya media yang
tersedia. Guru diharapkan menggunakan model pembelajaran yang tepat untuk
meningkatkan hasil kreatifitas anak, melihat dari permasalahan yang ada. Salah
satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalah untuk meningkatkan
kemampuan siswa selama belajar.
Berdasarkan masalah tersebut, perlu adanya upaya untuk meningkatkan
kreativitas siswa dengan memilih metode yang tepat. Salah satunya menggunakan
pendekatan Contextual Teaching and Learning. Pendekatan ini dirasa perlu
diterapkan untuk mengganti metode konvensional dalam pembelajaran berkreasi
pada kelompok B 1 di TK Ngudi Rahayu II Kopeng kec. Getasan kab. Semarang.
Hal ini perlu diperbaiki, guru perlu menerapkan model pembelajaran yang
menyenangkan, menciptakan suasana belajar yang kondusif, melibatkan siswa
secara aktif dalam pembelajaran sehingga konsep dan materi pelajaran yang
disampaikan dapat diterima dengan baik oleh siswa. Selain itu, informasi yang
didapati adalah siswa cenderung pasif, kurang percaya diri jika diberi kesempatan
untuk bertanya dan mengerjakan prakarya dikelas, jika melakukan kesalahan anak
3
akan cenderung putus asa, serta kebanyakan siswa meniru hasil karya dari teman
dan guru.
Penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat
dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan di atas.
Johnson (2010:67) mengemukakan bahwa:
Pendekatan CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Tujuan dari sistem ini meliputi delapan komponen, antara lain membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerja sama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh berkembang, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik.
Peningkatan dan pengembangan kreativitas sejak usia dini sangat
penting sebab dapat memupuk, merangsang, dan mengembangkannya dengan cara
memanfaatkan media yang ada seperti bahan limbah yang akan digunakan untuk
membentuk kerajinan ataupun kreativitas apapun. Kreativitas perlu dikembangkan
sejak dini dalam diri anak didik, agar anak mempunyai taraf keterampilan yang
lebih baik dan mampu memberi berbagai manfa’at untuk dirinya ataupun orang
lain. Hasil kemampuan kreativitas anak didik dapat diwujudkan melalui sebuah
hasil kerajinan tangan, dan jika anak mampu membuat sebuah hasil kerajinan
tangan maka jelas hal tersebut dapat memberikan motivasi bagi diri dan kepuasan
terhadap suatu karya yang telah di imajinasikan sang anak.
Kreativitas atau berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk melihat
bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan
bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam
pendidikan (Guilford, 1967). Melalui berkreasi orang dapat mewujudkan
(mengaktualisasikan) dirinya, dan perwujudan/aktualisasi diri merupakan
kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia (Maslow, 1967).
Kreativitas merupakan manisfestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya.
4
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan bahan limbah sebagai
alat/media penelitiannya. Penggunaan bahan limbah ini memberi daya tarik
tersendiri kepada penulis, dikarenakan penulis memandang bahwa bahan limbah
masih bisa digunakan kembali/daur ulang sebagai bahan kerajinan ataupun bisa
digunakan untuk keperluan lain. Bahan limbah selain menjadi hasil dari bahan
pembuangan juga menjadi suatu masalah pelik bagi masyarakat umum, yang
mana sampai sekarang masih belum ditemukan solusi yang tepat untuk
memanfaatkan ataupun menangani bahan limbah tersebut. Berdasarkan dari
permasalahan tersebut penulis memilih bahan limbah ini sebagai bahan ajar untuk
meningkatkan kreatifitas siswa. Bahan limbah inilah yang mana akan bermanfaat
untuk peningkatan kreatifitas anak dan untuk lingkungan sekitar.
Penulis menggunakan pendekatan kontekstual dalam melaksanakan
penelitian ini. Dengan harapan siswa mampu berkreasi lebih baik dan luas,
sehingga dapat mengembangkan dengan luas apa yang ada dalam pikirannya
melalui pengalaman yang telah mereka alami dan dapat memberikan suatu
pengembangan baru bagi dirinya.
1.2 Identifikasi Masalah
Penulis menyebutkan bahwa identifikasi masalah yang ditemukan di TK
Ngudi Rahayu II adalah siswa kelompok B1 mengalami kesulitan dalam
membentuk atau menciptakan suatu bentuk kreativitas dari bahan limbah,
sehingga perlu ditingkatkan dorongan oleh guru kepada siswa untuk dapat
berkreasi dalam membentuk atau menciptakan bentuk kreativitas sesuai yang
diperintahkan.
Gejala yang ada adalah anak didik masih kurang kreatif dalam berkreasi,
terlihat dari kesehariannya yang lebih sering mengganggu temannya, sering
bermain sendiri yang membuat konsentrasi anak terganggu dan mudah untuk tidak
tertarik sehingga hasil kreatifitasnya begitu-begitu saja atau hanya membuat yang
mampu dibuatnya saja. Disamping itu terlihat, bahwa cara pemecahan masalahnya
anak masih terbilang cukup kaku atau hanya mengikuti petunjuk guru saja.
Melihat hal tersebut pemilihan model pembelajaran kontekstual pun dirasa lebih
5
tepat untuk mengantikan model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran
berkreasi. Karena model pembelajaran ini menjadikan anak sebagai pusatnya, dan
model ini jauh lebih menarik daripada model yang telah diterapkan sebelumnya.
Melihat dari masalah yang telah teridentifikasi tersebut, pemilihan bahan atau
media yang tepat pun juga harus diperhitungkan. Sesuai seperti yang telah
dikemukakan, bahwa sarana dan prasarana menjadi beberapa alasan masalah yang
mendasari. Sehingga penulis lebih memilih menggunakan bahan limbah sebagai
medianya.
Guru harus memberikan contoh dalam menciptakan bentuk kreativitas seperti
halnya bentuk-bentuk bangunan geometris, makhluk hidup atau yang lainnya,
agar kreativitas anak dalam menciptakan suatu hasil kreativitas dari bahan limbah
dapat meningkat.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, dirumuskan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut: “Apakah kreatifitas memanfaatkan bahan limbah
siswa kelas B1 semester ganjil TK Ngudi Rahayu II Kopeng tahun pelajaran
2015/2016 dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan bahan limbah melalui
pendekatan kontekstual ?”
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kreatifitas anak
dalam memanfatkan bahan limbah melalui pendekatan contextual learning pada
anak didik kelompok B 1 di TK Ngudi Rahayu II.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan
bagi dunia pendidikan dan menambah kajian ilmu pendidikan khususnya untuk
mengembangkan kreativitas anak dalam memanfaatkan bahan limbah melalui
pendekatan contextual teaching and learning.
6
Secara teoritis kegunaan penelitian ini dapat memperbanyak atau
memperkaya tentang variasi metode unjuk kerja dengan penggunaan media bahan
limbah dibidang pengembangan kemampuan kreativitas di TK. Bisa juga
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan bagi para pengajar dalam rangka untuk
memberikan variasi pengajaran agar tidak menjenuhkan.
1.5.2 Manfaat Praktis
1.1 Manfaat untuk Sekolah
Manfaat praktis untuk sekolah yaitu dapat menjadi suatu media untuk
memperkenalkan kepada anak tentang macam-macam bentuk dan dapat
ditampilkan untuk diberitahukan dan diperlihatkan kepada wali murid atau kepada
masyarakat tentang kreativitas siswa dalam membentuk kerajinan dengan
menggunakan media bahan-bahan limbah. Selain itu, sekolah juga mempunyai
cara baru dalam menangani bahan limbah yang ada disekitar.
1.2 Manfaat untuk Guru
Manfaat untuk Guru yaitu lebih mudah mengajarkan kepada siswa
dengan media bahan limbah karena mudah didapat dan mudah dibuat menjadi
berbagai bentuk kerajinan, yang mana tidak sering dijumpai siswa. Hasil
kreativitas ini juga bisa mempermudah guru dalam memperlihatkan kepada anak-
anak bagaimana cara membuat hasil karya kreativitas tersebut secara langsung
didepan siswa tanpa harus mengeluarkan banyak biaya.
1.3 Manfaat untuk Siswa
Manfaat bagi siswa, yaitu siswa merasa senang dalam kegiatan
pembelajaran disekolah karena dapat membuat berbagai kreativitas seperti
binatang, rumah-rumahan dan sebagainya dengan memanfaakan media bahan
limbah secara mandiri. Siswa juga menjadi lebih paham dan mengerti, karena
anak dapat melihat sendiri contohnya disekitar mereka dan media peraga yang
diberi oleh guru. Anak juga mampu meningkatkan motorik halus, kognitif (otak
kanan) dan menumbuhkan jiwa seni pada diri anak. Selain itu anak mampu
menuangkan ide dan gagasannya pada hasil kreatifitasnya.