PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya...

75
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks, karena sifatnya yang kompleks itu maka tidak ada sebuah batasan pun yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan secara lengkap. Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya. Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberi arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi penting diantara komponen-komponen pendidikan lainnya. Sehubungan dengan fungsi tujuan yang demikian penting itu maka menjadi keharusan bagi pendidikan untuk memahaminya. Kekurangpahaman pendidik terhadap tujuan pendidikan dapat mengakibatkan kesalahan di dalam melaksanakan pendidikan. Gejala demikian oleh Langeveld disebut salah teoritis (Langeveld dalam Umar Tirtarahardja dan Lasula, 2000).

Transcript of PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya...

Page 1: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung

banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks, karena sifatnya yang kompleks

itu maka tidak ada sebuah batasan pun yang cukup memadai untuk

menjelaskan arti pendidikan secara lengkap. Batasan tentang pendidikan yang

dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu

dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar

yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang

melandasinya.

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik,

luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Tujuan pendidikan memiliki

dua fungsi yaitu memberi arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan

merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.

Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi

penting diantara komponen-komponen pendidikan lainnya. Sehubungan

dengan fungsi tujuan yang demikian penting itu maka menjadi keharusan bagi

pendidikan untuk memahaminya. Kekurangpahaman pendidik terhadap

tujuan pendidikan dapat mengakibatkan kesalahan di dalam melaksanakan

pendidikan. Gejala demikian oleh Langeveld disebut salah teoritis (Langeveld

dalam Umar Tirtarahardja dan Lasula, 2000).

Page 2: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

2

Salah satu tujuan pendidikan adalah menghasilkan peserta didik yang

mempunyai semangat untuk terus belajar seumur hidup, penuh rasa ingin tahu

dan keinginan untuk menambah ilmu, meskipun pendidikan formal mereka

telah berakhir. Kunci untuk mewujudkan itu semua adalah adanya motivasi

yang kuat dan terpelihara dalam diri peserta didik untuk belajar (Suciati,

2007:3.3). Seorang guru senantiasa dihadapkan dengan peserta didik yang

memiliki kemauan belajar yang berbeda. Terkadang guru menhadapi peserta

didik yang kehilangan perhatian dan minat peserta didik. Menghadapi peserta

didik yang demikian, tidak bisa bila guru terus mendorong mereka untuk

tetap berusaha membaca bab buku tertentu, mengerjakan soal dan tugas,

ataupun aktif bertanya ketika guru menjelaskan. Akan lebih baik lagi apabila

peserta didik dengan sendirinya menyenangi belajar.

Menurut Deci dan Ryan (Suciati, 2007:3.25), “yang menjadi masalah adalah peserta didik seringkali tidak memahami peranan berpikir dan penalarannya sendiri dalam proses pembelajaran. Di samping itu, peserta didik tidak melihat materi dan tujuan pembelajaran di kelas sebagai sesuatu yang menarik atau relevan. Mereka juga tidak melihat lingkungan belajar sebagai sumber untuk melatih menjadi kompeten, mandiri, dan bersosialisasi dengan orang lain. Perlu dipahami bahwa keinginan peserta didik untuk belajar merupakan interaksi antara proses internal peserta didik dengan dukungan belajar dari luar“.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada

peserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa

dalam pelaksanaan pembelajaran IPS, metode yang digunakan guru kurang

bervariasi karena guru cenderung menggunakan metode konvensional.

Metode yang digunakan guru pada proses pembelajaran tidak membuat

peserta didik aktif. Pada saat guru masuk kelas, setelah mengkondisikan

Page 3: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

3

kelas, guru langsung meminta peserta didik menjawab soal di LKS yang

sudah dimiliki masing-masing peserta didik. Selama lebih kurang 30 menit,

peneliti mengamati proses belajar mengajar di kelas V ini, guru duduk dan

mengerjakan sesuatu di meja guru, sedangkan peserta didik sibuk menjawab

soal. Hal yang dimaksud dengan sibuk adalah peserta didik sibuk bertanya

dan menyamakan jawaban mereka dengan temannya, peserta didik bertanya

ke teman di depannya atau di belakangnya. Tentu saja hal ini berpengaruh

pada hasil belajar peserta didik.

Hal ini terbukti dari nilai latihan di kelas V yang berjumlah 24 orang

peserta didik hanya 50% (12 orang peserta didik) mencapai ketuntasan belajar

dan 50% (12 orang peserta didik) belum mencapai ketuntasan belajar,

sedangkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebagai acuan keberhasilan

pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

Palangkaraya yaitu 65. Dapat dikatakan bahwa rendahnya hasil belajar

peserta didik diduga karena pada mata pelajaran IPS ini guru lebih cenderung

memberikan materi saja daripada kegiatan yang mengundang peserta didik

untuk aktif. Hal ini membuat peneliti ingin memberikan suatu proses

pembelajaran yang dapat menyalurkan keaktifan peserta didik menjadi

sesuatu yang positif dan menyenangkan.

Salah satu proses pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik

bisa diperoleh dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Model

pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menggerakkan

peserta didik berinteraksi dengan teman-teman sebayanya secara aktif dan

Page 4: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

4

positif, model pembelajaran kooperatif bekerja dalam sebuah kelompok yang

terdiri dari tiga atau lebih anggota. Pembelajaran kooperatif adalah suatu

aktivitas pembelajaran yang menggunakan pola belajar peserta didik

berkelompok untuk menjalin kerja sama dan saling ketergantungan dalam

struktur tugas, tujuan, dan hadiah (Muslim Ibrahim dalam Syafruddin,

2005:208).

Berdasarkan ulasan di atas, untuk mengatasi masalah tersebut maka

dapat dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Model pembelajaran

kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif

yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh peserta didik tanpa

harus ada perbedaan status, melibatkan peran peserta didik sebagai tutor

sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas

belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif

model TGT memungkinkan peserta didik dapat belajar lebih rileks di

samping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan

sehat dan keterlibatan belajar.

Teams Games Tournaments (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh

Davied Devries dan Keith Edward, ini merupakan metode pembelajaran

pertama dari Johns Hopkins. Pendekatan yang digunakan dalam TGT adalah

pendekatan secara kelompok yaitu dengan membentuk kelompok-kelompok

kecil dalam pembelajaran. Pembentukan kelompok kecil akan membuat

peserta didik makin aktif dalam pembelajaran.

Page 5: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

5

Dari fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian menggunakan pembelajaran yang dapat melibatkan peserta didik

secara aktif dalam pembelajaran, bekerja sama dengan sesama peserta didik

dalam tugas-tugas terstruktur dan saling berinteraksi dengan sesama secara

aktif, dan efektif. Selain itu peserta didik mampu menghubungkan materi

yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata peserta didik sehingga

mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam dunia nyata

melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media

permainan bentuk monopoli untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik

kelas V.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukan, dapat di

identifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Peserta didik tidak terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran IPS.

2. Guru masih menggunakan metode konvensional.

3. Hasil belajar IPS pada peserta didik masih belum mencapai ketuntasan.

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari perluasan masalah maka peneliti membatasi

masalah sebagai berikut:

1. Peserta didik yang diteliti pada kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya

tahun pelajaran 2013/2014 semester II dengan mata pelajaran IPS.

2. Hasil belajar peserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya

dilihat pada mata pelajaran IPS sebelum dan sesusah penerapan model

Page 6: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

6

pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media permainan bentuk

monopoli.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dipaparkan pada latar belakang maka

masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana aktivitas guru dan peserta didik kelas V SDN – 9 Menteng

Palangkaraya pada saat pembelajaran IPS dengan menerapan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media permainan bentuk

monopoli?

2. Apakah ada peningkatan hasil belajar peserta didik kelas V SDN - 9

Menteng Palangkaraya pada mata pelajaran IPS dengan menerapan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media permainan

bentuk monopoli ?

E. Alternatif Pemecahan Masalah

Alternatif pemecahan masalah yang peneliti ingin berikan sesuai

dengan rumusan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini

adalah masih banyak hasil belajar IPS peserta didik yang belum mencapai

nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan peserta didik masih belum

berperan aktif dalam proses pembelajaran. Peneliti memilih altenatif

pemecahan masalah dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif tipe

Teams Games Tournament (TGT ) dengan media permainan bentuk

Monopoli untuk memperbaiki proses penyajian materi dan mengaktifkan

peserta didik dalam proses pembelajaran. Peneliti berharap dengan

Page 7: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

7

memperbaiki proses penyajian materi dan mengaktifkan peserta didik dalam

proses pembelajaran, peneliti berharap proses pembelajaran menjadi lebih

menarik, menyenangkan dan merubah aktivitas pembelajaran ke arah yang

lebih baik.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukan di atas, tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui aktivitas guru dan peserta didik saat pembelajaran IPS

dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan

media permainan bentuk monopoli.

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik kelas V SDN -

9 Menteng Palangkaraya pada mata pelajaran IPS dengan penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media permainan

bentuk monopoli.

G. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi Kepala Sekolah: sebagai bahan mengadakan supervisi dan

pembinaan guru kelas agar SDN - 9 Menteng Palangkaraya menjadi

sekolah yang memiliki kreativitas tinggi dan berkualitas.

2. Bagi guru: dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat

menambah wawasan tentang berbagai model pembelajaran serta dapat

meningkatkan kompetensi guru.

Page 8: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

8

3. Bagi Peserta didik: dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta

didik, karena peserta didik dapat belajar lebih rileks, serta dapat

menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat,

dan keterlibatan belajar.

Page 9: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Analisis Teoritis

1. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (Syafruddin, 2005:201), “pembelajaran

kooperatif menggalakkan peserta didik berinteraksi secara aktif dan

positif dalam kelompok. Ini memperbolehkan pertukaran ide dan

pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai

dengan falsafah konstruktivisme”.

Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan

sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke

arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan peserta didik sendiri.

Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada peserta didik, tetapi

juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Peserta didik

mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung

dalam menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi

peserta didik untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka

sendiri.

Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja

kelompok. Oleh karena itu, banyak guru yang mengatakan tidak ada

sesuatu yang aneh dalam cooperative learning karena mereka

beranggapan telah biasa melakukan cooperative learning dalam bentuk

Page 10: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

10

belajar kelompok. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok

dikatakan cooperative learning, seperti dijelaskan Abdulhak

(Syafruddin, 2005:203) bahwa “pembelajaran cooperative dilaksanakan

melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat

mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu sendiri”.

Tom V. Savage (Syafruddin, 2005:203) mengemukakan bahwa

“cooperative learning adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja

sama dalam kelompok. Dalam proses pembelajaran kooperatif, peserta

didik berbagi ilmu dan pengetahuan diantara mereka dan untuk mereka,

dengan begitu pembelajaran dapat menjadi tiga arah, antara guru ke

peserta didik, peserta didik ke guru dan peserta didik ke peserta didik“.

Maka dari itu cooperative learning ini berbeda dari kerja kelompok

biasa. Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan

berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberi peserta didik bentuk

sinergi yang menguntungkan semua anggota.

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelajaran

yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran

yang lebih menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok.

Bennet (Isjoni, 2009:60) menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat

membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu:

1. Positive Interdepedence adalah hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok di mana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula.

2. Interaction Face to face adalah interaksi yang langsung terjadi antara peserta didik tanpa adanya perantara.

Page 11: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

11

3. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok sehingga peserta didik termotivasi untuk membantu temannya.

4. Membutuhkan keluwesan yaitu menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja yang efektif.

5. Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah yaitu tujuan terpenting yang diharapkan dapat dicapai dalam pembelajaran kooperatif.

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Syafruddin (2005:209) model pembelajaran kooperatif

dikembangkan setidaknya untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran

penting, yaitu:

1. Hasil belajar akademik.

2. Penerimaan terhadap keragaman.

3. Pengembangan keterampilan sosial.

Melihat tujuan dari tujuan pembelajaran kooperatif tersebut

dapat disimpulkan bahwa peserta didik menjadi pusat dalam kegiatan

belajar mengajar, sedangkan guru selaku pemberi motivasi bertindak

mengarahkan dan menjadi fasilitator sehingga pembelajaran dapat

berlangsung dengan baik dan mencapai tujuan pembelajaran.

c. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Jhonson (Syafruddin, 2005:212) ada

lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning),

yaitu sebagai berikut:

1. Prinsip ketergantungan positif yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada uasaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan.

Page 12: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

12

2. Tanggung jawab perseorangan yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu setiap individu memiliki tanggung jawab dan tugas untuk dikerjakan di dalam kelompok.

3. Interaksi tatap muka yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberikan ide atau pendapat dan informasi dari anggota kelompok lain.

4. Partisipasi dan komunikasi yaitu melatih peserta didik untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

5. Evaluasi proses kelompok yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

d. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada

prinsipnya terdiri atas empat tahap (Syafruddin, 2005:212), yaitu:

1. Penjelasan materi. Tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelumnya peserta didik belajar dalam kelompok . tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman peserta didik terhadap pokok materi pelajaran.

2. Belajar kelompok. Tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, peserta didik bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.

3. Penilaian. Penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya.

4. Pengakuan tim. Pengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi.

e. Model-model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Syafruddin (2005) “ada beberapa variasi jenis model

dalam pembelajaran kooperatif, walaupun prinsip dasar dari

Page 13: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

13

pembelajaran kooperatif ini tidak berubah”, jenis-jenis model

pembelajaran kooperatif tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Jenis-Jenis Model Pembelajaran Kooperatif

No Jenis-Jenis Model Pembelajaran Kooperatif 1 Model Student Teams Achievement Division (STAD) 2 Model Jigsaw 3 Model Group Investigation 4 Model Make a Match (Membuat Pasangan) 5 Model Teams Games Tournaments (TGT) 6 Model Struktural

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT)

a. Pengertian Model Pembelajaran TGT

Menurut Saco (Syafruddin, 2005:224), “dalam TGT peserta

didik memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk

memperolah skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat

disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang

berkaitan dengan materi pembelajaran. Kadang-kadang dapat juga

diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas

kelompok mereka)“.

Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan

yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Misalnya, tiap peserta

didik mengambil sebuah kartu yang diberi pertanyaan dan disetiap kartu

yang berisi pertanyaan diberi angka sebagai pemberi perbedaan.

Misalnya ada dua jenis pertanyaan, maka angka satu untuk pertanyaan

yang berjenis pilihan ganda dan angka dua untuk pertanyaan yang

Page 14: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

14

berjenis menebak gambar, jumlah soal pun disesuaikan dengan jumlah

peserta didik disetiap meja turnamen. Setiap peserta didik harus

berusaha untuk menjawab pertanyaan dengan jawaban yang sesuai.

Turnamen harus memungkinkan semua peserta didik dari

tingkat kemampuan atau kepandaian yang berbeda dapat

menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Prinsipnya soal sulit untuk

anak pintar dan soal yang lebih mudah untuk yang kurang pintar

(Syafruddin, 2005:224). Hal ini dimaksudkan agar semua anak

mempunyai kemungkinan memberi skor bagi kelompoknya. Permainan

yang dikemas dalam bentuk turnamen ini dapat berperan sebagai

penilaian alternatif atau dapat pula sebagai preview materi

pembelajaran.

b. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe TGT

Menurut Slavin (2010) pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri

dari lima tahapan yaitu:

1. Tahap penyajian kelas (class precentation). Guru menempatkan peserta didik dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 orang peserta didik yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi.

2. Belajar dalam kelompok (teams). Peserta didik bekerja di dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompok lainnya. Apabila ada dari angota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.

3. Permainan (games). Setelah memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran maka seluruh peserta didik akan diberikan permainan akademik.

Page 15: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

15

4. Pertandingan (tournament). Dalam permainan akademik peserta didik akan dibagi dalam meja-meja tournamen, di mana setiap meja turnamen terdiri dari 5 – 6 orang yang merupakan wakil dari tiap kelompok. Peserta didik dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik. Artinya dalam satu meja turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara. Setelah peserta didik duduk di meja turnamen, guru memberitahukan aturan bermain.

5. Penghargaan kelompok (team recognition). Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor-skor yang diperoleh anggota kelompok. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu.

Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model

pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Peserta didik bekerja dalam kelompok-kelompok kecil.

2. Dalam proses pembelajaran TGT memiliki proses pembelajaran

yang berbentuk games tournament.

3. Penghargaan untuk kelompok yang memiliki poin lebih banyak dari

kelompok lain sebagai hadiah atas keberhasilan kelompok atau tim

mereka.

c. Keunggulan dan kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Slavin (2010), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang

pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar peserta

didik yang secara implisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan

pembelajaran TGT, sebagai berikut:

Para peserta didik di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT

memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari

Page 16: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

16

kelompok rasial mereka dari pada peserta didik yang ada dalam

kelas tradisional.

Meningkatkan perasaan/persepsi peserta didik bahwa hasil yang

mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada

keberuntungan.

TGT meningkatkan harga diri sosial pada peserta didik tetapi tidak

untuk rasa harga diri akademik mereka.

TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama

verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)

Keterlibatan peserta didik lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi

menggunakan waktu yang lebih banyak.

TGT meningkatkan kehadiran peserta didik di sekolah pada remaja-

remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima

skors atau perlakuan lain.

Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam

pembelajaran TGT adalah bahwa nilai kelompok tidaklah mencerminkan

nilai individual peserta didik. Dengan demikian, guru harus merancang

alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar

peserta didik secara individual.

3. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa Latin “Medius” yang secara

harfiah berarti: tengah, perantara, atau pengantar. Gerlach dan Ely

Page 17: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

17

(Arsyad dalam Yetrae, 2013:20) mengatakan bahwa “media apabila

dipahami secara garis besar adalahh manusia, materi, atau kejadian

yang membangun kondisi yang membuat peserta didik mampu

memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap”.

Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan

sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar adalah

Dale’s Cone Of Experience (Kerucut Pengalaman Dale) (Azhar Arsyad,

2010:10). Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman

langsung (konkret), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan

seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang

verbal (abstrak). Semakin ke atas dipuncak kerucut semakin abstrak

media penyampai pesan itu. Perlu diketahui bahwa urut-urutan yang

ada di dalam gambar tidak berarti proses belajar dan interaksi mengajar

harus selalu dimulai dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan

jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuan peserta didik yang dihadapi dan mempertimbangkan situasi

belajar.

Dasar pengembangan kerucut dibawah bukanlah tingkat

kesulitan, melainkan tingkat keabstrakan atau jumlah jenis indera yang

turut serta selama penerimaan isi pengajaran atau pesan. Pengalaman

langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna

mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman

Page 18: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

18

itu, oleh karena itu ia melibatkan indera penglihatan, pendengaran,

perasaan, penciuman, dan peraba. Ini dikenal dengan learning by doing.

Gambar 1. Kerucut Pengalaman Dale

b. Fungsi dan Manfaat Media dalam Pembelajaran

Pesan dan informasi yang dibawa oleh media bisa berupa pesan

yang sederhana dan bisa pula pesan yang amat kompleks. Akan tetapi,

yang terpenting adalah media itu disiapkan untuk memenuhi kebutuhan

Abstrak

Konkret

Lambang

Kata

Lambang

Visual

Gambar diam, Rekaman Radio

Gambar hidup Pameran

Televisi

Karyawisata

Dramatisasi

Pengalaman Langsung

Page 19: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

19

belajar dan kemampuan peserta didik, serta peserta didik dapat aktif

berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. Ditinjau dari proses

pembelajaran sebagai kegiatan interaksi antara pebelajar atau peserta

didik dengan lingkungannya, maka fungsi media dapat diketahui

berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan komunikasi yang

mungkin timbul dalam proses pembelajaran.

Menurut Gerlach dan Ely (Rodhatul Jenah, 2009:19) fungsi

media dalam pembelajaran dapat:

1. Bersifat Fiksatif, artinya media memiliki kemampuan untuk menangkap, menyimpan dan kemudian menampilkan kembali obyek atau kejadian.

2. Bersifat Manipulatif, artinya menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan manipulasi sesuai keperluan, misalnya dirubah: ukurannya, benda yang besar dapat dikecilkan dan benda yang kecil dapat dibesarkan, kecepatannya, warnanya, serta dapat juga diulang-ulang dapat diatur untuk dibawa keruangan kelas.

3. Bersifat Distributif, artinya bahwa dengan menggunakan media dapat menjangkau sasaran yang luas atau media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak. Misalnya siaran televisi, radio, dan surat kabar.

Menurut Harry C. Mc. Kown (Rodhatul Jenah, 2009:20) “fungsi

media pembelajaran adalah merubah situasi belajar, menimbulkan

motivasi, memperjelas isi pembelajaran dan membangkitkan rasa ingin

tahu“. Sudjana dan Rivai (2002:2) mengemukakan manfaat media

dalam pembelajaran peserta didik, yaitu:

1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat menumbuhkan belajar.

2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh peserta didik dan memungkinkan peserta didik menguasai tujuan pembelajaran lebih baik.

Page 20: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

20

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata berkomunikasi secara verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga peserta didik tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar setiap jam pelajaran.

4. Peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan belajar karena tidak hanya mendengarkan uraian dari guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

c. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Ada beberapa jenis media pengajaran menurut Nana dan Rivai

(2002) yang dapat digunakan dalam proses pengajaran, yaitu:

1. Media Grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafis seing juga disebut media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar.

2. Media Tiga Dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama dan lain-lain.

3. Media Proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP, dan lain-lain.

4. Penggunaan Lingkungan sebagai media pengajaran.

Lalu berdasarkan ciri fisik dan bentuknya, media pembelajaran

dapat dikelompokkan menjadi empat macam (Sudjana dan Rivai dalam

Yetrae, 2013:21), yaitu:

a. Media pembelajaran dua dimensi (2D), yaitu media yang tampilannya dapat diamati dari satu arah pandangan saja yang hanya dilihat dimensi panjang dan lebarnya saja. Misalnya foto, grafik, peta, gambar, papan tulis, dan semua media yang hanya dilihat dari sisi datar saja.

b. Media pembelajaran tiga dimensi (3D), yaitu media yang tampilannya dapat diamati dari arah pandang mana saja dan mempunya dimensi panjang, lebar, dan tinggi/tebal. Media ini juga tidak menggunakan media proyeksi dalam pemakaiannya. Kebanyakan media tiga dimensi ini merupakan objek sesungguhnya (real object) atau miniatur suatu objek, dan bukan foto, gambar atau lukisan. Beberapa contoh media tiga dimensi adalah model, prototype, bola, kotak, meja, kursi, mobil, rumah, gunung, dan alam sekitar.

Page 21: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

21

c. Media pandang diam (still picture), yaitu media menggunakan media proyeksi yang hanya menampilkan gambar diam pada layar. Misalnya foto, tulisan, gamabr binatang, atau gambar alam semesta yang diproyeksikan ke dalam kegiatan pembelajaran.

d. Media pandang gerak (motion picture), yaitu media yang menggunakan media proyeksi yang dapat menampilkan gambar bergerak dilayar, termasuk media televisi, film, atau video recorder termasuk media pandang bergerak yang disajikan melalui layar monitor dikomputer atau layar LCD dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat di atas tersebut maka, media yang

digunakan dalam Penelitian ini termasuk ke dalam media pembelajaran

dua dimensi (2D) yaitu media permainan yang berbentuk monopoli. Hal

dasar dari permainan monopoli adalah adanya kertas atau poster sebagai

tempat untuk bermainnya bidak peserta didik, dan adanya sekelompok

kertas yang memiliki warna yang mewakili Dana Umum dan

Kesempatan.

4.Media Permainan bentuk Monopoli

Monopoli adalah salah satu permainan papan yang paling

terkenal di dunia. Tujuan permainan ini adalah untuk menguasai semua

petak di atas papan melalui pembelian, penyewaan dan pertukaran

properti dalam sistem ekonomi yang disederhanakan, Setiap pemain

melemparkan dadu secara bergiliran untuk memindahkan bidaknya, dan

apabila ia mendarat di petak yang belum dimiliki oleh pemain lain, ia

dapat membeli petak itu sesuai harga yang tertera

(http://id.wikipedia.org/wiki/Monopoli_(permainan) : 20 Juni 2014).

Media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang

digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi

Page 22: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

22

antara guru dan peserta didik dalam proses pendidikan dan pengajaran di

sekolah (Hamalik dalam Syahsiyah, 2008:6). Ki Hajar Dewantara pernah

mengatakan permainan anak itulah pendidikan. Maka dari itu peneliti ingin

memberikan media yang konkret dan mengaktifkan peserta didik yaitu

Media Permainan Bentuk Monopoli.

a. Pengertian Permainan Monopoli

Monopoli adalah salah satu permainan papan yang paling

terkenal di dunia. Tujuan permainan ini adalah untuk menguasai semua

petak di atas papan melalui pembelian, penyewaan, dan pertukaran

properti dalam sistem ekonomi yang disederhanakan. Setiap pemain

melemparkan dadu secara bergiliran untuk memindahkan bidaknya, dan

apabila ia mendarat di petak yang belum dimiliki oleh pemain lain, ia

dapat membeli petak itu sesuai harga yang tertera. Bila petak itu sudah

dibeli pemain lain, ia harus membayar uang sewa yang jumlahnya juga

sudah ditetapkan (Syahsiyah, 2008:27).

b. Peralatan Permainan Monopoli

Pada umumnya orang bermain monopoli sekedar untuk mencari

hiburan semata, akan tetapi seiring dengan pengamatan peneliti tentang

bagaimana anak-anak mengikuti evaluasi pembelajaran dengan

menjawab soal tertulis seperti biasanya. Tanpa ada sesuatu yang

menyenangkan yang dapat memberi mereka semangat untuk menjawab

soal. Di bawah ini adalah peralatan yang digunakan dalam permainan

monopoli pada umumnya (Syahsiyah, 2008:31), yaitu:

Page 23: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

23

1. Bidak-bidak yang mewakili pemain. Biasanya bidak memiliki warna

yang berbeda dengan bidak pemain yang lainnya.

2. Dua buah dadu yang berisi enam angka

3. Kartu hak milik untuk setiap properti. Kartu diberikan kepada

pemain yang membeli properti itu. Di atas kartu tertera harga

properti, harga sewa, harga gadai, harga rumah dan hotel.

4. Papan permainan dengan petak-petak. Pemain yang berhenti di petak

yang ada dipapan permainan harus mengambil satu kartu dan

menjalankan perintah di atasnya.

5. Uang-uangan monopoli

6. Kartu Dana Umum dan kartu Kesempatan

5. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk

memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki

perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi

tahu atau proses memperoleh pengetahuan (Suyono dan Hariyanto,

2011:9).

Menurut Aunurahman (2010) “belajar menunjukkan suatu

aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja”. Oleh sebab

itu, pemahaman kita untuk yang pertama kali sangat penting yaitu

bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan yang disengaja atau

Page 24: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

24

direncanakan oleh pembelajar sendiri dalam bentuk suatu aktivitas

untuk memperoleh pengetahuan atau informasi.

b. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana (2004:35) “hasil belajar dipengaruhi

oleh kemampuan guru sebagai perancang kegiatan pembelajaran untuk

itu guru dituntut untuk menguasai taksonomi hasil belajar yang selama

ini dijadikan pedoman dalam perumusan tujuan instruksional“.

Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2008:30) “hasil belajar adalah

bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada

orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak

mengerti menjadi mengerti“.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar adalah kemampuan peserta didik dalam

menafsirkan pengetahuan yang diberikan oleh guru maupun sumber

pengetahuan yang lain dan kemampuan yang dicapai peserta didik

setelah proses pembelajaran.

Setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah, peserta didik

sudah pasti mengharapkan mendapatkan hasil yang baik, sebab hasil

belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai

tujuannya. Belajar dikatakan berhasil jika seseorang mampu

mengulangi kembali materi yang telah dipelajarinya (Suyono &

Hariyanto, 2011:12).

Page 25: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

25

Peserta didik yang belajar berarti menggunakan kemampuan

kognitif, afektif dan psikomotorik. Pembelajaran yang efektif ditandai

dengan terjadinya proses belajar dalam diri peserta didik. Oleh sebab

itu, melalui proses pembelajaran, guru harus berupaya secara optimal

menciptakan kondisi yang memungkinkan peserta didik terdorong

untuk berperan aktif sebagi wujud nyata terjadinya proses belajar.

Setelah terjadinya proses pembelajaran, peserta didik akan melalui

proses penilaian untuk menilai hasil belajar dari proses yang telah

dilalui peserta didik. Hal ini menjadi inti dari setiap proses

pembelajaran, maka dari itu jika proses pembelajaran tidak optimal,

sangat sulit untuk mengharapkan hasil belajar yang baik.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2004:39-40) faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar adalah:

1. Faktor dari dalam peserta didik. Faktor yang datang pada diri peserta

didik terutama kemampuan yang dimiliki. Faktor kemampuan besar

sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta didik.

2. Faktor lingkungan. Faktor yang datang dari luar dirinya yang dapat

menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang ingin dicapai.

Salah satu faktor dominan yang mempengaruhi hasil belajar di

sekolah ialah kualitas pengajaran.

6. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

a. Pengertian IPS

Page 26: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

26

Istilah pendidikan IPS dalam menyelenggarakan pendidikan di

Indonesia masih relatif baru digunakan. Kurikulum pendidikan IPS

tahun 1994 sebagaimana yang dikatakan oleh Hamid Hasan (Trianto,

2010:172) “merupakan fusi dari berbagai disiplin ilmu“, Martoella

(Trianto, 2010:172) mengatakan bahwa “pembelajaran Pendidikan IPS

lebih menekankan pada aspek pendidikan daripada transfer konsep,

karena dalam pembelajaran pendidikan IPS peserta didik diharapkan

memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan

mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilannya

berdasarkan konsep yang telah dimilikinya“.

Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada tingkat sekolah

dasar memerlukan stimulan yang benar serta berbagai variasi

pendekatan untuk mendapatkan partisipasi peserta didik. Menurut

Zamroni (Acinupati dalam Sagiling, 2012:19) “pembelajaran IPS

adalah suatu bidang studi yang merupakan hasil kegiatan manusia

berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasikan

tentang alam sekitar yang diperoleh melalui pengalaman melalui

serangkaian proses sosialisasi antara lain penyelidikan, penyusunan

serta pengujian”.

Ilmu pengetahuan sosial di SD membahas hubungan antara

manusia dengan lingkungan, dimana peserta didik tumbuh berkembang

sebagai bagian dari masyarakat dan dihadapkan berbagai permasalahan

yang terjadi di lingkungan sekitar (Eka, 2013:8). Menurut Eka (2013)

Page 27: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

27

pembelajaran IPS di SD kurikulum 2010 bertujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusian.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

b. Tujuan Pembelajaran IPS di SD

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar peka tehadap masalah sosial

yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap

perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi

setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya

sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat

dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah

diorganisasikan secara baik. Menurut Awan Mutakin (Trianto,

2010:176) dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

3. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

Page 28: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

28

4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

5. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.

6. Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral. 7. Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat

menghakimi. 8. Mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik

dalam kehidupannya “to prepare students to be well-functioning citizens in a democratic society” dan mengembangkan kemampuan peserta didik menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya.

9. Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan peserta didik terhadap materi Pembelajaran IPS yang diberikan (Trianto, 2010:176-177).

7. Indikator Keberhasilan Pembelajaran IPS

Pokok bahasan Perjuangan Melawan Penjajah dan Pergerakan

Nasional Indonesia:

a. Perjuangan melawan penjajah dan pergerakan nasional Indonesia

b. Peranan sumpah pemuda 28 Oktober 1928 dalam mem-persatukan

Indonesia

8. Hasil Belajar IPS

Hasil belajar adalah kemampuan peserta didik dalam menafsirkan

pengetahuan yang diberikan oleh guru maupun sumber pengetahuan yang

lain dan kemampuan yang dicapai peserta didik setelah proses

pembelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

IPS merupakan perubahan kemampuan dan tingkah laku yang dimiliki

peserta didik setelah terjadinya proses dan aktivitas belajar mata pelajaran

IPS. Hal ini dinyatakan dengan nilai yang meliputi kognitif, afektif, dan

Page 29: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

29

psikomotorik. Hasil Belajar IPS merupakan penilaian yang mengukur

penguasaan ilmu pengetahuan, sikap peserta didik, dan keterampilan sosial

dari kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran IPS.

B. Penelitian Yang Relevan

Adapun beberapa hasil penelitian yang relevan dengan Penelitian

yang akan dilakukan yaitu:

1. Perbedaan Hasil Belajar IPS Menggunakan Model TGT Dengan Yang

Menggunakan Model Konvensional Pada Peserta Didik kelas V SDN 14

Palangkaraya. Tahun Pelajaran 2011/2012. Penulis: Andi Satria,

berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa diperoleh thitung =

3,26 dengan ttabel pada n1 + n2 – 2 = 23 +21 – 2 = 42 pada taraf signifikan

= 5% (2ekor) = 2,021. Dengan demikian tnitung > ttabel yaitu 3,26 > 2,021

sehingga H0 ditolak. Jadi, ada perbedaan hasil belajar IPS yang diajarkan

dengan yang menggunakan model pembelajaran konvensional pada

peserta didik kelas V di SDN 14 Palangkaraya. Hal ini terlihat dari nilai

rata-rata kemampuan akhir kelas eksperimen yaitu 81, 74 sedangkan kelas

kontrol 68, 57. Untuk itu penggunaan model TGT sangatlah penting dalam

proses belajar mengajar.

2. Pengaruh Penerapan TGT Terhadap Hasil Belajar Pada Pembelajaran

Matematika kelas IV SDN - 11 Pontianak kota. Tahun Pelajaran

2011/2012. Penulis: YULIANA, berdasarkan perhitungan uji-t

menggunakan rumus polled varians, diperoleh thitung sebesar 3,63 dan

ttabel (α = 5% dan dk = n1 + n2 – 2 = 28 + 27 – 2 = 57) sebesar 1,6755.

Page 30: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

30

Karena thitung (3,63) > ttabel (1,6755), dengan demikian maka Ha

diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil post-test

peserta didik di kelas kontrol dan di kelas eksperimen. Untuk mengetahui

besarnya pengaruh pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif

tipe Teams Games Tournament terhadap hasil belajar peserta didik,

dihitung dengan menggunakan rumus effect size. Dari perhitungan effect

size, diperoleh ES sebesar 0,86 dan dikategorikan effect size dengan

kriteria tinggi yaitu ES > 0,8. Berdasarkan perhitungan effect size tersebut

dapat disimpulkan bahwa penerapan model kooperatif tipe Teams Games

Tournament memberikan pengaruh yang besar terhadap tingginya hasil

belajar peserta didik pada pembelajaran matematika di kelas IV Sekolah

Dasar Negeri 11 Pontianak Kota.

3. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Torunament

Dalam Pembelajaran Matematika SD Tahun Pelajaran 2012/2013. Penulis:

Nola Susanti, Dra. Hj. Nelly Astuti, M. Pd. & Drs. Muncarno, M. Pd.,

berdasarkan analisis data; kinerja guru, aktivitas belajar peserta didik, dan

hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan melalui penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pembelajaran matematika

kelas VA SDN 04 Metro Pusat. Peningkatan aktivitas belajar peserta didik

ditunjukkan dari peningkatan rata-rata persentase aktivitas peserta didik

setiap siklusnya. Hasil penelitian siklus I meliputi kinerja guru, aktivitas

peserta didik, dan hasil belajar. Persentase kinerja guru pada pertemuan

ke-I dan ke-II sebesar 50,76% dan 59,23%, sehingga diperoleh rata-rata

Page 31: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

31

persentase kinerja guru pada siklus I sebesar 55% (cukup baik). Persentase

aktivitas peserta didik pada pertemuan ke-I dan ke-II adalah 51,25% dan

56,41% sehingga rata-rata persentase aktivitas peserta didik secara klasikal

sebesar 53,83% (cukup aktif). Ketuntasan hasil belajar peserta didik yang

diakumulasi dari ranah kognitif dan psikomotor pada siklus I sebesar 60%

dengan nilai rata-rata kelas 56,02. Siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 13

Februari – 15 Februari 2013 dengan alokasi waktu 6 x 35 menit (3 kali

pertemuan) untuk kompetensi dasar perkalian dan pembagian berbagai

bentuk pecahan. Materi ajar pada pertemuan ke-I adalah Perkalian

Pecahan, pertemuan ke-II Pembagian Pecahan, dan Pertemuan ke-III

pelaksanaan turnamen mingguan dan tes formatif. Hasil analisis data siklus

3, diperoleh ketercapaian kinerja guru, aktivitas, dan hasil belajar peserta

didik. Persentase kinerja guru pada pertemuan ke-I dan ke-II adalah

86,15% dan 90,77%, sehingga rata-rata persentase kinerja guru siklus 3

sebesar 88,46%. Persentase aktivitas belajar peserta didik pada pertemuan

ke-I dan ke-II adalah 78,44% dan 84,22%, sehingga diperoleh rata-rata

persentase aktivitas peserta didik secara klasikal mencapai 81,33% (sangat

aktif). Persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik sebesar 100%

dengan nilai rata-rata kelas sebesar 83,72.

C. Kerangka Berpikir

Penggunaan model pembelajaran model TGT dimaksudkan untuk

mempermudah peserta didik dalam mengikuti pembelajaran sehingga peserta

didik termotivasi untuk terlibat secara aktif dan tidak merasa bosan,

Page 32: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

32

sedangkan untuk penggunaan media permainan yang berbentuk monopoli,

menurut peneliti media permainan ini sangat efektif dalam mengaktifkan

peserta didik dalam proses pembelajaran IPS di kelas, karena peserta didik

dapat berinteraksi dengan teman mereka di dalam pembelajaran. Peneliti

berpikir, hal ini akan membantu hasil belajar peserta didik apabila peserta

didik dapat belajar secara aktif dan berinteraksi secara positif dalam proses

belajar mengajar. Mereka dapat saling membantu di dalam kelompok, mereka

juga dapat belajar rasa tanggung jawab sebagai anggota kelompok, dan

merasakan adanya persaingan sehat.

D. Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini, hipotesis penelitian yang diajukan adalah

sebagai berikut:

1. Aktivitas peserta didik kelas V SDN – 9 Palangkaraya tampak aktif saat

pembelajaran IPS dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT (Teams Games Tournaments) melalui media permainan bentuk

monopoli.

2. Ada peningkatan hasil belajar IPS pada peserta didik kelas V SDN – 9

Palangkaraya dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

(Teams Games Tournaments) melalui media permainan bentuk monopoli.

Page 33: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Peneliti merencanakan penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan

Februari sampai bulan Juni tahun 2014. Tempat penelitian adalah di SDN - 9

Menteng Palangkaraya yang terletak di jalan R.T.A milono Km. 4,5 Komplek

Perumahan Bangas Permai. Alasan peneliti memilih SDN - 9 Menteng

Palangkaraya, yaitu:

1. Lokasi SDN - 9 Menteng Palangkaraya dekat dengan rumah peneliti.

2. Tempat penelitian merupakan rekomendasi dari teman-teman yang pernah

melaksanakan PKL (Program Kerja Lapangan) di SDN - 9 Menteng

Palangkaraya.

3. Peneliti menemukan masalah pada hasil belajar peserta didik kelas V pada

mata pelajaran IPS.

B. Jenis Penelitian

Adapun penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). Penelitian tindakan kelas berkembang dari penelitian tindakan. Oleh

karena itu, untuk memahami pengertian PTK perlu kita telusuri pengertian

penelitian tindakan. Menurut Kemmis (1988) “penelitian tindakan adalah

suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti

dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial mereka”.

Menurut Wina (2009) “secara etimologis, ada tiga istilah yang

berhubungan dengan Penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu penelitian,

Page 34: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

34

tindakan, dan kelas. Pertama, penelitian adalah suatu proses pemecahan

masalah yang dilakukan secara sistematis, empiris, dan terkontrol. Kedua,

tindakan dapat diartikan sebagai perlakuan tertentu yang dilakukan oleh

peneliti yakni guru. Tindakan diarahkan untuk memperbaiki kinerja yang

dilakukan guru. Ketiga, kelas menunjukkan pada tempat proses pembelajaran

berlangsung”. Ini berarti PTK dilakukan di dalam kelas yang tidak diatur

untuk kepentingan penelitian secara khusus, akan tetapi PTK berlangsung

dalam keadaan situasi dan kondisi yang nyata tanpa rekayasa.

Dari penjelasan di atas, maka PTK dapat diartikan sebagai proses

menyelidiki masalah yang ada dalam kegiatan belajar mengajar melalui

refleksi diri dan berbagai tindakan yang terencana dalam upaya memecahkan

masalah tersebut dan menganalisis setiap pengaruh dari tindakan yang

diberikan.

Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian kualitatif meskipun data

yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif, di mana uraiannnya bersifat

deskriftif dalam bentuk kata-kata, peneliti merupakan instrumen utama dalam

pengumpulan data, proses sama pentingnya dengan produk. Perhatian peneliti

diarahkan kepada pemahaman bagaimana berlangsungnya suatu kejadian atau

efek dari suatu tindakan (Rochiati, dalam Kunandar, 2008:46).

C. Kehadiran dan Peran Peneliti

Peneliti adalah pihak yang merasakan adanya masalah yang perlu

diselesaikan. Penelitian tindakan kelas menuntut peneliti sebagai pemberi

tindakan sedangkan untuk dua observer pada penelitian ini peneliti

Page 35: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

35

berkolaborasi dengan guru pengampu kelas dan teman sejawat. Peneliti dan

dua observer menjadi tim dalam proses pengumpulan data.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah data dan informasi yang berkaitan dengan

elemen, yakni unit tempat diperolehnya informasi. Elemen tersebut bisa

berupa individu, keluarga, rumah tangga, kelompok sosial, sekolah, kelas,

organisasi, dan lain-lain.

Penelitian ini dilaksanakan di SDN - 9 Menteng Palangkaraya pada

peserta didik kelas V, di mana subjek penelitiannya adalah peserta didik kelas

V pada SDN - 9 Menteng Palangkaraya Tahun pelajaran 2014. Di bawah ini

adalah tabel untuk subjek penelitian.

Tabel 2. Subjek Penelitian

Kelas Jenis Kelamin Jumlah

IV L P

9 15 24

Sumber: Tata Usaha SDN - 9 Menteng Palangkaraya

E. Rancangan Penelitian

Menurut Hopkins (Wina Sanjaya, 2009:53), “pelaksanaan penelitian

tindakan dilakukan membentuk spiral yang dimulai dari merasakan adanya

masalah menyusun perencanaan, melaksanakan tindakan melakukan

observasi mengadakan refleksi, melakukan rencana ulang, melaksanakan

tindakan, dan seterusnya”. Manakala digambarkan model Spiral yang

dikembangkan oleh Hopkins seperti gambar berikut:

Page 36: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

36

Gambar 2. Penelitian Tindakan Model Hopkins

Rancangan penelitian tindakan kelas dicirikan dengan adanya siklus-

siklus, yaitu sebagai berikut:

a. Siklus I

1. Perencanaan

Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi

dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan

Identifikasi

Masalah

Perencanaan

Aksi

Refleksi

Observasi Perencanaan

Ulang

Refleksi

Observasi

Aksi

Page 37: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

37

model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournament) dengan media permainan bentuk monopoli.

Membuat rencana pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT.

Membuat lembar kerja siswa.

Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK.

Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

2. Aksi

Guru menempatkan peserta didik dalam kelompok-kelompok belajar

yang beranggotakan 5-6 orang peserta didik secara heterogen.

Guru menyajikan materi pelajaran.

Guru memberikan materi untuk didiskusikan

Dalam diskusi kelompok, kewajiban anggota kelompok untuk saling

menolong anggota yang lain masih belum paham.

Guru meminta perwakilan kelompok untuk mengumpulkan tugas

diskusi yang sebelumnya telah mereka jawab bersama kelompok

masing-masing.

Guru memberikan kuis atau pertanyaan

Berdasarkan hasil tugas mereka, peserta didik akan mewakili

masing-masing kelompok untuk duduk di meja turnamen sesuai

dengan kemampuan akademis. Berikut adalah aturan bermain untuk

turnamen soal dengan media permainan monopoli, yaitu:

Page 38: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

38

1. Sebelum papan monopoli dibagikan, peserta didik dikelompokkan

menjadi beberapa kelompok.

2. Setelah itu setiap meja turnamen, diberi 1 papan monopoli, 1 pak

kartu kesempatan (berwarna merah) dan 1 pak kartu dana umum

(berwarna biru), dan 1 Bank Kunci Jawaban.

3. Untuk kartu kesempatan dan kartu dana umum, sudah dirubah

menjadi tempat kartu soal. Dan isi bank adalah kartu jawaban

yang akan dimiliki siapa yang menjawab soal dengan benar.

Dengan begitu mereka akan mengoleksi kartu kunci jawaban

sebanyak soal yang dijawab dengan benar.

4. Setiap kelompok memiliki LKS yang diberikan oleh guru, dan

bersama-sama membacanya untuk mngetahui apa yang harus

dilakukan oleh peserta didik saat bermain.

5. Lalu, setiap meja melakukan pengundian urutan siapa yang

bermain duluan, dan sesuai petunjuk LKS urutan bermain

berputar sesuai arah jarum jam.

6. Setelah penetapan nomor urutan bermain, peserta didik dengan

nomor urutan pertama menggoncang dadunya, bila dadu

menunjukkan angka, misalkan 5, maka bidak akan berjalan lima

langkah.

7. Bidak yang berhenti di petak, misalkan pada petak berwarna

merah, maka akan mengambil kartu berwarna merah dan

membaca soalnya. Setiap orang di dalam kelompok boleh

Page 39: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

39

mendengar soal dari kartu tapi yang boleh menjawab adalah

pembaca dan 1 orang di samping kiri pembaca, begitu terus

selanjutnya.

8. Pembaca dan penantang menuliskan jawabannya di LKS masing-

masing, dan kartu tersebut dikeluarkan dari papan monopoli.

Permainan dilanjutkan oleh pemain urutan nomor dua. Dan

seterusnya.

9. Setelah pemain semua sudah menjawab soal-soal yang ada pada

kartu merah dan biru. Maka saatnya mereka membuka kartu kunci

jawaban dari Bank. Aturannya adalah bila jawaban pembaca

benar, maka kartu kunci jawaban menjadi milik pembaca, dan

jawaban penantang tidak dihitung walaupun benar. Sebaliknya

apabila jawaban penantang yang benar maka kartu tersebut milik

penantang. Tapi apabila pembaca dan penantang memiliki

jawaban yang salah maka kartu kunci jawaban dianggap gosong.

10.Bila semua kartu kunci jawaban sudah dibuka, maka setiap

individu kembali lagi ke kelompok belajar dan menjumlahkan

semua kartu kunci jawaban yang mereka dapat dari turnamen.

Kelompok yang paling banyak memiliki kartu kunci jawaban

akan mendapatkan hadiah dari guru.

Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-

masing tim akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata

Page 40: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

40

skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Menurut Slavin (Nur, 2008)

kriteria tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 3. Kriteria predikat kelompok

Kriteria (Rerata Kelompok) Predikat

30 sampai 39 Tim Cukup 40 sampai 44 Tim Baik 45 sampai 49 Tim Hebat

50 ke atas Tim Super

Guru kemudian menyimpulkan pelajaran dan melakukan tes akhir.

3. Observasi

Aktivitas peserta didik saat proses pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media permainan bentuk

monopoli.

Kemampuan siswa dan guru berinteraksi pada saat kegiatan belajar

mengajar.

Kemampuan siswa dalam diskusi kelompok.

4. Refleksi

Peneliti mencermati mengenai apa yang sudah terjadi ditahapan

aksi pada siklus pertama ini, yaitu apabila peserta didik masih kurang

aktif dalam melaksanakan pembelajaran dan hasil tes akhir peserta

didik masih belum mencapai ≥ 85% secara klasikal menurut nilai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65, maka siklus akan

berlanjut ke siklus II.

Page 41: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

41

b. Siklus II

Seperti halnya siklus pertama, siklus kedua pun terdiri dari

perencanaan, aksi, observasi, dan refleksi.

1. Perencanaan

Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi

pada siklus pertama

2. Aksi

Guru melaksanakan pembelajaran model pembelajaran kooperatif

tipe TGT berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada silus

pertama.

3. Observasi

Peneliti dan dua observer berkolaborasi melakukan pengamatan

terhadap aktivitas peserta didik dan guru pada kegiatan belajar

mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan

media permainan bentuk monopoli.

4. Refleksi

Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua

dan menyusun rencana untuk siklus ketiga, apabila hasil yang

diinginkan masih belum tercapai. Siklus akan terus berlanjut hingga

siklus n.

Page 42: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

42

F. Teknik Pengumpulan Data

Dengan melihat variabel dalam penelitian ini maka pengumpulan data

dilakukan dengan beberapa cara antara lain sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi sebagai alat pengumpul data banyak digunakan untuk

mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan

yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam

situasi buatan (Nana Sudjana & Ibrahim, 2001:109). Menurut Kusnandar

(2008:73) “Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh

tindakan terkait. Observasi yang cermat diperlukan karena tindakan selalu

akan dibatasi oleh keadaan realitas, dan semua kendala itu belum pernah

dilihat dengan jelas pada waktu yang lalu”. Instrumen yang digunakan

dalam observasi adalah sebagai berikut:

a. Lembar pengamatan aktivitas guru dalam pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT

Tabel 4. Kisi-kisi Observasi

Lembar Pengamatan Aktivitas Guru selama pembelajaran

No Aktivitas yang Diamati Skor 1 2 3 4

Aktivitas Guru 1 Apersepsi dalam pembelajaran 2 Guru dapat menarik perhatian peserta didik

untuk belajar IPS

3 Guru memberikan motivasi belajar IPS pada peserta didik

4 Membagi kelompok peserta didik ke dalam kelompok belajar secara Heterogen

5 Guru menyajikan informasi/materi dengan demonstrasi atau bahan bacaan

Page 43: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

43

6 Guru menjelaskan materi dengan jelas dan sistematis

7 Guru mengamati kegiatan peserta didik saat berdiskusi kelompok

8 Guru membimbing kelompok bekerja dan belajar dalam kegiatan pembelajaran IPS Pemberian penghargaan hasil belajar peserta didik

9 Guru membuka interaksi dengan melakukan permainan tanya jawab

10 Guru dapat melakukan komunikasi interaktif kepada peserta didik

11 Guru membagi peserta didik dari setiap kelompok ke dalam kelompok turnamen secara homogen (sesuai dengan kemampuan akademis)

12 Kemampuan guru menguasai kelas dan mengkondisikan kelas

13 Kemampuan guru menjelaskan aturan bermain Monopoli yang disesuaikan untuk mata pelajaran IPS

14 Pembinaan peserta didik selama proses turnamen

15 Kemampuan guru memberi kesimpulan dari proses pembelajaran menggunakan media permainan monopoli

16 Guru menilai dan memberi skor pada masing-masing kelompok

17 Guru memberi penghargaan pada kelompok yang mendapat skor paling banyak

18 Guru melaksanakan evaluasi belajar 19 Guru menutup pelajaran Jumlah Rata-rata

Kategori Nilai: 1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik

Page 44: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

44

b. Lembar pengamatan aktivitas peserta didik

Observasi ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas peserta didik

selama pembelajaran di dalam kelas. Kisi-kisi untuk lembar pengamatan

aktivitas peserta didik adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Kisi-kisi Observasi

Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik selama pembelajaran

No Aktivitas yang Diamati Skor 1 2 3 4

Aktivitas Peserta Didik 1 Peserta didik mempersiapkan diri untuk

mengikuti pelajaran IPS

2 Peserta didik membawa buku dan alat tulis 3 Peserta didik bersikap antusias saat

pembelajaran IPS

4 Ikut dalam pembentukan kelompok 5 Memperhatikan/mendengarkan penjelasan dari

guru

6 Suasana belajar peserta didik yang kondusif 7 Peserta didik tanggap dengan penjelasan guru 8 Peserta didik aktif bertanya tentang materi yang

disampaikan guru

9 Peserta didik bekerja sama dalam mengerjakan tugas kelompok

10 Peserta didik terampil dalam menjawab soal-soal yang diberikan oleh guru

11 Peserta didik menunjukkan proses yang efisien dalam menyelesaikan soal-soal

12 Peserta didik menunjukkan ketertarikan belajar dengan media permainan monopoli

13 Peserta didik dapat berkompetisi secara aktif dan positif dalam bermain monopoli

14 Peserta didik dapat menjawab soal dalam turnamen dengan benar

15 Peserta didik dapat menyimpulkan materi yang telah disampaikan

Jumlah Rata-rata

Page 45: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

45

Kategori Nilai: 1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik

2. Pre Test (Test Kemampuan Awal) dan Post Test (Tes Hasil Belajar)

Test ini berfungsi untuk menilai kemampuan peserta didik

mengenai penguasaan materi sebelum pembelajaran diberikan (pre test)

dan sesudah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe TGT

dengan media permainan bentuk Monopoli yang dilaksanakan melalui

evaluasi di siklus I dan siklus II (post test).

Penerapan pre test telah peneliti lakukan saat melakukan observasi

dan pengumpulan data-data. Peneliti memberikan materi dan mengajar

dengan menggunakan metode yang biasa digunakan oleh guru yaitu

metode konvensional. Untuk mengetahui hasilnya, peneliti memberikan

beberapa soal untuk dijawab oleh peserta didik. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui seberapa dalam pemahaman peserta didik dan bagaimana

interaksi yang terjadi antara guru dan peserta didik saat belajar mengajar

berlangsung. Adapun soal-soal untuk pre test dan post test diolah oleh

peneliti dari buku paket IPS kelas V penerbit buku sekolah elektronik

dengan kisi-kisi tes sebagai berikut:

Page 46: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

46

Tabel 6. Kisi-kisi Pre Test dan Post Test

No Kompetensi Dasar No Indikator

Nomor Soal

Pilihan Ganda

Jumlah Item

Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada pada penjajah Belanda dan Jepang

1

2

3

4

Menceritakan sebab jatuhnya daerah-daerah nusantara ke dalam kekuasaan pemerintah Belanda

Menceritakan perjuangan para tokoh daerah dalam upaya mengusir penjajah Belanda

Menceritakan peranan tokoh dalam peristiwa sumpah pemuda 28 Okt 1928 dalam mempersatukan Indonesia

Membuat ringkasan riwayat hidup tokoh penting pergerakan nasional

1, 2, 3, 4

5, 6, 7, 8,

9, 10, 11

12, 13, 14,

15

16, 17, 18,

19, 20

4

7

4

5

G. Teknik Analisis Data

Analisis dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis kualitatif

dan kuantitaif. Analisis data kualitatif digunakan untuk memperjelas keadaan

dan keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran dengan menerapkan

Page 47: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

47

model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media permainan bentuk

monopoli, sedangkan analisis data kuantitatif digunakan untuk merumuskan

presentasi nilai rata-rata peserta didik pada masing-masing siklus, dan

ketuntasan belajar secara klasikal.

a. Observasi

Untuk mengetahui keaktifan belajar peserta didik, dapat

dirumuskan sebagai berikut:

P = �

� x 100%

Keterangan:

P = Presentase yang dicari

F = Frekuensi aktivitas yang dilakukan guru / peserta didik (skor hasil

observasi)

N = Banyaknya aktivitas yang dilakukan guru / peserta didik (skor total

(ICE, 2013:42)

b. Ketuntasan Belajar Klasikal

Meningkatnya hasil belajar peserta didik secara klasikal ditandai

dengan rata-rata hasil belajar peserta didik adalah 65, dengan ketuntasan

belajar ≥ 50% dari jumlah semua peserta didik. Menghitung presentase

ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal, di mana indikator KKM

yang ditentukan oleh SDN – 9 Menteng Palangkaraya untuk Mata

Pelajaran IPS adalah 65, dengan rumus:

TB = ����

� x 100 %

Page 48: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

48

Keterangan:

Σ� ≥ 65 = Jumlah peserta didik yang mendapatkan nilai lebih atau

sama dengan 65

n = Banyak Peserta didik

100 % = Bilangan tetap

TB = Ketuntasan belajar

(Sumber Suhardi. R dalam Arpani, 2013:29)

H. Indikator Keberhasilan Penelitian

Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah akan dikatakan

berhasil apabila siklus n setelah dilakukan refleksi, ≥ 50% dari jumlah semua

peserta didik mencapai ketuntasan klasikal 85% dan keaktifan aktivitas guru

dan peserta didik lebih dari 80% anggota kelompok aktif dalam mengerjakan

tugas di dalam kelompoknya.

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini ditunjukkan dengan

perolehan nilai peserta didik di atas nilai KKM yaitu 65. Hasil yang diperoleh

dari nilai post test mencerminkan kemampuan peserta didik dalam

mengerjakan tugas dan memahami isi pelajaran.

I. Jadwal Penelitian

Penelitian ini, peneliti dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan

Juni tahun 2014. Mulai dari melakukan observasi ke tempat penelitian,

hingga penyusunan laporan penelitian atau skripsi. Adapun jadwal

pelaksanaan penelitian sebagai berikut:

Page 49: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

49

Tabel 7. Jadwal Penelitian

No

Nama

Kegiatan

Bulan

Februari Maret April Mei Juni

1

2

3

4

5

6

Observasi

Menyusun

Proposal

Seminar

Proposal

Revisi

Proposal

Pelaksanaan

Penelitian

Pelaporan

x x x

x

x

x

x x

x x x x

x x x x

x x x x

Page 50: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Hasil Penelitian untuk Siklus I

Tindakan pada siklus I ini dilaksanakan melalui empat tahapan

yaitu perencanaan, tindakan (aksi), observasi, dan refleksi. Materi yang

diberikan adalah: 1). Perjuangan melawan penjajah dan pergerakan

nasional Indonesia, 2). Peranan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dalam

mempersatukan Indonesia.

a. Tahap perencanaan

Pada tahap perencanaan ini, pertama peneliti membuat rencana

pembelajaran yang berisi langkah-langkah yang akan dilakukan pada

saat proses pembelajaran atau pemberian tindakan. Kemudian yang

kedua, menyiapkan media permainan bentuk monopoli yang telah

peneliti modifikasi menjadi media edukasi. Media permainan monopoli

ini tidak menggunakan uang melainkan peserta didik akan menjawab

soal-soal yang telah peneliti siapkan. Setelah itu yang ketiga, peneliti

menyiapkan LKS dan soal untuk pre test dan Soal untuk post test yang

berbentuk pilihan ganda. Keempat, peneliti menyiapkan lembar

pengamatan aktivitas guru dan aktivitas peserta didik.

b. Tahap Tindakan (aksi)

Untuk tahap tindakan ini, peneliti memberikan soal pre test pada

hari yang berbeda dengan hari dilaksanakannya pemberian tindakan

atau penerapan model pembelajaran. Untuk pemberian soal pre test,

Page 51: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

51

dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 03 Mei 2014 pukul 08.00 WIB.

Jumlah peserta didik yang hadir pada saat dilaksanakannya pre test

adalah 19 peserta didik sedangkan untuk 5 peserta didik berhalangan

untuk hadir. Hasil untuk pelaksanaan pre test adalah sebagai berikut:

Tabel 8. Hasil Pre Test

No Kode Nama

Siklus 1 Keterangan Pre Test Tuntas Tidak Tuntas

1 Fbl 45 √ 2 Fbw 45 √ 3 Pn 45 √ 4 Mla 35 √ 5 Nv 35 √ 6 Rsk 45 √ 7 Anf 50 √ 8 Ane 25 √ 9 Thr 70 √ 10 Anp 40 √ 11 Mhd 45 √ 12 Agg 40 √ 13 Wga 40 √ 14 Fnf 45 √ 15 Mld 45 √ 16 Sth 25 √ 17 Shtd 35 √ 18 Apr 75 √ 19 Alfs 40 √ Jumlah 785 2 17 Rata-rata 41.3% 10.5% 89.5 %

Jumlah data pada tabel 8 adalah jumlah peserta didik yang hadir pada

saat pre test. Rumus yang digunakan untuk menghitung hasil pre test

belajar peserta didik secara klasikal, adalah sebagai berikut:

Page 52: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

52

TB = ����

� x 100 %

TB = ����

�� x 100 %

TB = 10.5 %

Jadi, dapat dipersentasekan peserta didik yang tuntas hanya 10.5% dan

yang tidak tuntas 89.5 %.

Pelaksanaan tindakan, dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 06

Mei 2014 pukul 08.45 – 11.00 WIB. Pada saat kegiatan pembelajaran,

peneliti bertindak sebagai guru yang menyajikan materi sedangkan

untuk observer adalah guru wali kelas VA SDN – 9 Menteng

Palangkaraya, dan teman sejawat. Pada siklus I ini jumlah peserta didik

yang hadir adalah 23 peserta didik.

Pada proses pembelajaran, peneliti membagi peserta didik

menjadi kelompok kecil untuk belajar bersama, guru menyampaikan isi

pelajaran dengan meminta peserta didik membuat catatan yang akan

mereka gunakan dalam turnamen monopoli. Peserta didik bebas untuk

mencatat materi yang disampaikan oleh guru tanpa didikte. Sesuai

dengan tahapan pembelajaran yang direncanakan, pada saat memasuki

tahapan permainan turnamen monopoli, guru membagi peserta didik ke

dalam kelompok yang baru secara homogen dalam kemampuan

akademik. Guru memastikan peserta didik tidak akan bertemu dengan

teman satu kelompok belajar mereka, peserta didik hanya akan

berhadapan dari perwakilan setiap kelompok.

Page 53: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

53

Setelah masing-masing kelompok pada meja turnamen telah

menentukan aturan bermain, mereka akan bermain dan menjawab soal-

soal yang ada di permainan monopoli. Kemudian setelah semua peserta

didik menjawab soal, mereka dipersilahkan kembali ke tempat

kelompok belajar. Guru mengitung skor yang dimiliki masing-masing

kelompok dan memberikan penghargaan.

Pada tahapan akhir yaitu evaluasi, guru meminta peserta didik

untuk menjawab soal post test. Setelah peserta didik menjawab soal

post test, guru menyimpulkan isi pelajaran dan mengakhiri pelajaran.

Pada tahap evaluasi dapat dilihat perbedaan yang terjadi antara hasil pre

test dan post test peserta didik. Berikut hasil untuk pelaksanaan post test

pada siklus I:

Tabel 9

Hasil Post Test peserta didik pada siklus I

No Kode Nama

Siklus I Keterangan Post Test Tuntas Tidak Tuntas

1 Fbl 60 √ 2 Fbw 70 √ 3 Pn 60 √ 4 Mfr 80 √ 5 Mla 75 √ 6 Nv 80 √ 7 Rsk 60 √ 8 Anf 65 √ 9 Ane 55 √ 10 Thr 90 √ 11 Adr 70 √ 12 Anp 80 √ 13 Mhd 50 √ 14 Ahtk 90 √ 15 Agg 45 √ 16 Wga 70 √

Page 54: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

54

17 Fnf 60 √ 18 Mld 70 √ 19 Sth 50 √ 20 Shtd 75 √ 21 Apr 85 √ 22 Alfs 70 √ 23 Isn 60 √ Jumlah 1520 14 9 Rata-rata 66.1 60.9% 39.1%

Jumlah data pada tabel 9 adalah jumlah peserta didik yang hadir pada

saat post test. Rumus yang digunakan untuk menghitung hasil post test

belajar peserta didik secara klasikal, adalah sebagai berikut:

TB = ����

� x 100 %

TB = �����

�� x 100 %

TB = 60.9 %

Pada saat pre test hanya ada dua peserta didik yang tuntas,

sedangkan pada saat post test ada 14 peserta didik yang tuntas.

Berdasarkan perhitungan dari hasil tes diketahui bahwa tingkat

ketercapaian adalah sebesar 60.9% dan masih 39.1% yang belum

mencapai ketuntasan hasil belajar.

c. Observasi

Hasil observasi dari dua observer yaitu guru wali kelas VA

SDN – 9 Menteng Palangkaraya, dan teman sejawat adalah sebagai

berikut:

Page 55: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

55

Tabel 10. Hasil Pengamatan Observer pada siklus I

Pengamat Aktivitas Guru Aktivitas Peserta

didik Pengamat 1 (P1) 3.42 4.4 Pengamat 2 (P2) 3.26 3.33 Rata-rata 3.34 3.86 Kriteria Baik Baik

Keterangan: 4.0 = Baik Sekali 3.0 – 3.9 = Baik 2.0 – 2.9 = Cukup Baik 1.0 – 1.9 = Kurang Baik Pengamat 1 = Ewie Derman, A.Ma Pengamat 2 = Noor Jannah

Berdasarkan tabel 10, hasil pengamatan aktivitas guru dan

peserta didik berada pada kategori baik. Ini membuktikan bahwa

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media

permainan bentuk monopoli dapat mengaktifkan kegiatan belajar

mengajar di kelas VA SDN – 9 Menteng kota Palangkaraya. Rumus

yang digunakan untuk menghitung persentase keaktifan aktivitas

guru, adalah sebagai berikut:

P = �

� x 100%

P = 2

)21( PP

�(��) x 100%

P = ��.�

�� x 100%

P = 83%

Page 56: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

56

Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase keaktifan

aktivitas peserta didik, adalah sebagai berikut:

P = �

� x 100%

P = 2

)21( PP

�(��) x 100%

P = ��

�� x 100%

P = 96.6 %

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan hasil post test peserta didik,

peneliti menemukan banyak kekurangan pada proses pemberian

tindakan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan

tindakan di Siklus II adalah:

1. Refleksi dari Peneliti

Peneliti masih belum menjelaskan beberapa materi karena

waktu pelajaran yang terbatas. Hal ini terjadi karena peneliti lebih

terfokus untuk mengkondisikan kelas dan peserta didik hingga

waktu pembelajaran habis tanpa bisa menjelaskan semua materi

yang direncanakan.

2. Refleksi dari Pengamat 1

Peneliti sebaiknya merubah aturan bermain Monopoli ke

arah yang lebih dipahami peserta didik agar peserta didik dapat

bermain dengan benar. Menurut pengamat, aturan bermain dengan

Page 57: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

57

teman disebelah kiri boleh ikut menjawab soal teman yang

mendapatkan kartu soal, membuat peserta didik kebingungan

dalam menjalankan permainan. Maka dari itu untuk aturan bermain

di siklus II sebaiknya dirubah.

3. Refleksi dari Pengamat 2

Peneliti harus bisa menggunakan waktu dengan baik, agar

proses pembelajaran berjalan dengan efektif. Peserta didik masih

belum aktif berdiskusi dengan teman satu kelompok.

Berdasarkan hasil tindakan (post test peserta didik pada siklus I)

dan refleksi dari peneliti, pengamat 1, dan pengamat 2, penelitian ini

dilanjutkan ke siklus II. Untuk tahap tindakan di siklus II, hal yang harus

diperhatikan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Peneliti harus melanjutkan pelajaran dan menjelaskan beberapa materi

yang belum sempat diberikan.

b. Merubah aturan bermain monopoli ke arah yang lebih dipahami peserta

didik agar peserta didik dapat bermain dengan benar.

c. Peneliti harus bisa menggunakan waktu dengan efektif.

2. Hasil Penelitian untuk Siklus II

Tindakan siklus II ini dilaksanakan setelah melihat hasil refleksi

pada siklus I, dan dalam tahap perencanaan ini peneliti harus

memperbaiki kekurangan yang telah terjadi di siklus I. Tindakan pada

siklus II ini sama dengan tindakan pada siklus I yaitu melalui empat

tindakan. Empat tindakan tersebut adalah perencanaan, tindakan (aksi),

Page 58: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

58

observasi dan refleksi. Materi yang diberikan masih sama dengan materi

yang diberikan pada siklus I, hanya saja lebih diperjelas, yaitu Perjuangan

melawan penjajah dan pergerakan nasional Indonesia dan Peranan

Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dalam mempersatukan Indonesia.

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan tindakan siklus II ini, pertama peneliti

menyusun daftar bahan ajar yang masih belum sempat dijelaskan dan

materi yang sekiranya masih banyak belum dipahami oleh peserta

didik. Kedua, peneliti memperbaiki aturan bermain monopoli agar

peserta didik dapat bermain dengan aktif dan menyenangkan. Aturan

yang diubah adalah cara menjawab soal pada kartu yang didapatkan

oleh pemain, untuk aturan bermain pada siklus II ini, pemain sebelah

kiri tidak perlu ikut menjawab soal pada kartu temannya. Pemain

cukup menjawab soal miliknya sendiri. Lalu yang ketiga, peneliti

memperbaiki LKS yang digunakan peserta didik agar mudah dipahami

peserta didik dalam mengerjakannya. LKS ini diperbaiki karena

mengikuti aturan bermain yang diubah pada permainan monopoli.

b. Tahap Tindakan (Aksi)

Pembelajaran untuk siklus II ini dilaksanakan pada hari Selasa,

tanggal 13 Mei 2014 pukul 08.45 – 11.00 WIB. Pada kegiatan

pembelajaran siklus II ini, peneliti bertindak sebagai guru dan yang

bertindak sebagai observer atau pengamat adalah guru wali kelas VA

Page 59: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

59

SDN – 9 Menteng dan teman sejawat. Pada siklus II ini, ada 22 peserta

didik dapat hadir dan 2 peserta didik berhalangan hadir.

Pada proses pembelajaran, peneliti membagi peserta didik

menjadi kelompok kecil untuk belajar bersama, guru menyampaikan isi

pelajaran dengan meminta peserta didik membuat catatan yang akan

mereka gunakan dalam turnamen monopoli. Peserta didik bebas untuk

mencatat materi yang disampaikan oleh guru tanpa didikte. Sesuai

dengan tahapan pembelajaran yang direncanakan, pada saat memasuki

tahapan permainan turnamen monopoli, guru membagi peserta didik ke

dalam kelompok yang baru secara homogen dalam kemampuan

akademik. Guru memastikan peserta didik tidak akan bertemu dengan

teman satu kelompok belajar mereka, peserta didik hanya akan

berhadapan dari perwakilan setiap kelompok.

Setelah masing-masing kelompok pada meja turnamen telah

menentukan aturan bermain, mereka akan bermain dan menjawab soal-

soal yang ada di permainan monopoli. Kemudian setelah semua peserta

didik menjawab soal, mereka dipersilahkan kembali ke tempat

kelompok belajar. Guru mengitung skor yang dimiliki masing-masing

kelompok dan memberikan penghargaan.

Pada tahapan akhir yaitu evaluasi, guru meminta peserta didik

untuk menjawab soal post test. Setelah peserta didik menjawab soal

post test, guru menyimpulkan isi pelajaran dan mengakhiri pelajaran.

Pada tahap evaluasi dapat dilihat perbedaan yang terjadi antara hasil

Page 60: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

60

post test siklus I dan post test siklus II peserta didik, untuk hasil post

test peserta didik di siklus II ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 11.

Hasil Post Test peserta didik pada siklus II

No Kode Nama

Siklus II Keterangan Post Test Tuntas Tidak Tuntas

1 Fbl 80 √ 2 Fbw 80 √ 3 Pn 80 √ 4 Mfr 100 √ 5 Rsk 90 √ 6 Anf 90 √ 7 Ane 80 8 Thr 95 √ 9 Adr 90 √ 10 Anp 95 √ 11 Mhd 85 √ 12 Ahtk 95 √ 13 Agg 40 √ 14 Wga 90 √ 15 Fnf 95 √ 16 Mld 60 √ 17 Sth 80 √ 18 Shtd 90 √ 19 Apr 100 √ 20 Rfl 75 √ 21 Alfs 90 √ 22 Isn 95 √ Jumlah 1875 20 2 Rata-rata 85.2 91.0% 9.0 %

Jumlah data pada tabel 11 adalah jumlah peserta didik yang hadir pada

saat post test. Rumus yang digunakan untuk menghitung ketuntasan

belajar peserta didik secara klasikal pada siklus II, adalah sebagai

berikut:

Page 61: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

61

TB = ����

� x 100 %

TB = �����

�� x 100 %

TB = 91.0 %

Pada saat post test pada siklus I hanya ada 14 peserta didik yang

tuntas, sedangkan pada saat post test pada siklus II ini ada peningkatan

yaitu ada 20 peserta didik yang tuntas. Berdasarkan perhitungan dari hasil

tes diketahui bahwa tingkat ketercapaian adalah sebesar 91.0% dan masih

9.0% yang belum mencapai ketuntasan hasil belajar. Dari hasil post test

pada siklus II, menunjukkan peningkatan hasil belajar peserta didik lebih

baik dibandingkan dengan hasil pre test dan hasil post test pada siklus I.

Pada siklus II ini, skor rata-rata perolehan yaitu 85.2 atau ketuntasan

secara klasikalnya adalah 91.0%.

c. Tahap Observasi

Hasil observasi dari dua observer yaitu guru wali kelas VA SDN –

9 Menteng Palangkaraya, dan teman sejawat adalah sebagai berikut:

Tabel 12. Hasil Pengamatan Observer pada siklus II

Pengamat Aktivitas Guru Aktivitas Peserta

didik Pengamat 1 (P1) 3.68 3.67 Pengamat 2 (P2) 3.82 3.4 Rata-rata 3.75 3.53 Kriteria Baik Baik

Keterangan:

4.0 = Baik Sekali 3.0 – 3.9 = Baik 2.0 – 2.9 = Cukup Baik 1.0 – 1.9 = Kurang Baik

Page 62: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

62

Pengamat 1 = Ewie Derman, A.Ma Pengamat 2 = Aulia Rahayu

Berdasarkan tabel 12, hasil pengamatan aktivitas guru dan

peserta didik berada pada kategori baik. Ini membuktikan bahwa

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media

permainan bentuk monopoli dapat mengaktifkan kegiatan belajar mengajar

di kelas VA SDN – 9 Menteng kota Palangkaraya. Rumus yang digunakan

untuk menghitung persentase keaktifan aktivitas guru, adalah sebagai

berikut:

P = �

� x 100%

P = 2

)21( PP

�(��) x 100%

P = ��.�

�� x 100%

P = 94 %

Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase keaktifan aktivitas

peserta didik, adalah sebagai berikut:

P = �

� x 100%

P = 2

)21( PP

�(��) x 100%

P = ��

�� x 100%

P = 88.3 %

Page 63: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

63

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan hasil post test peserta didik pada

siklus II peneliti dapat mengoptimalkan waktu lebih baik daripada saat

tindakan siklus I berlangsung. Hasil refleksi dalam pelaksanaan tindakan

di Siklus II adalah:

1. Refleksi dari peneliti

Peneliti dapat mengkondisikan kelas dan peserta didik lebih

baik daripada saat tindakan siklus I. Peneliti yang bertindak sebagai

guru berhasil menjelaskan semua materi ajar sesuai urutan dan dapat

dipahami peserta didik.

2. Refleksi dari Pengamat 1

Peserta didik dapat bermain monopoli lebih baik dibanding

dengan saat bermain monopoli pada siklus I. Peserta didik juga lebih

aktif dalam pembelajaran.

3. Refleksi dari Pengamat 2

Peserta didik aktif dalam berdiskusi, bertanya dengan teman

sekelompoknya dan peserta didik semangat dalam mengikuti proses

pembelajaran.

Berdasarkan hasil tindakan (post test peserta didik pada siklus II),

dan hasil refleksi peneliti, pengamat 1, dan pengamat 2, penelitian pada

siklus II ini dapat dinyatakan berhasil dan selesai.

Page 64: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

64

B. Pengujian Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan pada Bab I, hipotesis

dalam penelitian ini adalah:

1. Hipotesis Satu

Berdasarkan hasil penelitian, hasil belajar peserta didik kelas V

SDN – 9 Palangkaraya sebelum diberi tindakan yaitu penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) melalui

media permainan bentuk monopoli masih belum mencapai nilai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran IPS.

Berdasarkan hasil pre test peserta didik pada siklus I,

membuktikan bahwa hasil belajar peserta didik pada materi “Perjuangan

melawan penjajah dan pergerakan nasional Indonesia dan Peranan

Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dalam mempersatukan Indonesia”

sebelum diberi tindakan yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT (Teams Games Tournaments) melalui media permainan bentuk

monopoli, hanya 2 peserta didik dari 19 peserta didik yang hadir, nilainya

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

2. Hipotesis Dua

Berdasarkan hail penelitian, peserta didik kelas V SDN – 9

Palangkaraya tampak aktif saat pembelajaran IPS dengan penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments)

melalui media permainan bentuk monopoli.

Page 65: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

65

Dari hasil observasi di siklus I, untuk tindakan yang pertama kali

aktivitas peserta didik dapat dikategorikan aktif dalam pembelajaran,

hanya saja peserta didik belum terbiasa untuk berdiskusi. Maka dari itu

penelitian dilanjutkan ke siklus II. Pada observasi di siklus II, aktivitas

peserta didik membaik. Mereka dapat berinteraksi dengan baik terhadap

guru maupun dengan teman satu kelompoknya. Mereka dapat berdiskusi

dan saling mengajarkan pada teman yang masih belum paham.

Hipotesis satu untuk aktivitas peserta didik dan guru dengan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournaments) melalui media permainan bentuk monopoli, aktivitas peserta

didik dan guru tampak aktif diterima.

3. Hipotesis Tiga

Ada peningkatan hasil belajar IPS pada peserta didik kelas V

SDN – 9 Palangkaraya dengan penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT (Teams Games Tournaments) melalui media permainan bentuk

monopoli.

Berdasarkan hasil post test pada siklus I, hasil peserta didik

meningkat dari 10.5% menjadi 60.9 %. Dan pada siklus II, hasil post test

peserta didik meningkat lagi dari 60.9% menjadi 91.0%. Hal ini

membuktikan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT (Teams Games Tournaments) melalui media permainan bentuk

monopoli, dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VA SDN –

9 Menteng Palangkaraya tahun ajaran 2013.

Page 66: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

Untuk melihat peningkatan hasil belajar peserta didik, berikut

grafik hasil belajar peserta didik saat

test siklus II:

Dari grafik gambar 3, terlihat peningkatan hasil belajar peserta

didik dari tuntas atau tidak tuntasnya peserta didik dalam setiap siklus.

Pada hasil pre test

KKM hanya ada 2 orang dan 17 orang (da

masih belum mencapai nilai ketuntasan, kemudian untuk siklus I, peserta

didik yang nilai hasil belajarnya mencapai nilai KKM ada 14 orang dan 9

orang (dari 23 peserta didik yang hadir) masih belum mencapai nilai

KKM, maka da

peserta didik yang nilai hasil belajarnya mencapai nilai KKM ada 20

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

Pre Test

Untuk melihat peningkatan hasil belajar peserta didik, berikut

grafik hasil belajar peserta didik saat pre test, post test siklus I, dan

Gambar 3. Grafik peningakatan hasil belajar peserta didik

Dari grafik gambar 3, terlihat peningkatan hasil belajar peserta

didik dari tuntas atau tidak tuntasnya peserta didik dalam setiap siklus.

pre test, peserta didik yang nilai hasil belajarnya mencapai nilai

KKM hanya ada 2 orang dan 17 orang (dari 19 peserta didik yang hadir)

masih belum mencapai nilai ketuntasan, kemudian untuk siklus I, peserta

didik yang nilai hasil belajarnya mencapai nilai KKM ada 14 orang dan 9

orang (dari 23 peserta didik yang hadir) masih belum mencapai nilai

KKM, maka dari itu siklus berlanjut ke siklus II. Pada siklus II ini jumlah

peserta didik yang nilai hasil belajarnya mencapai nilai KKM ada 20

Pre Test Post Test Siklus I

Post Test Siklus II

66

Untuk melihat peningkatan hasil belajar peserta didik, berikut

siklus I, dan post

Grafik peningakatan hasil belajar peserta didik

Dari grafik gambar 3, terlihat peningkatan hasil belajar peserta

didik dari tuntas atau tidak tuntasnya peserta didik dalam setiap siklus.

, peserta didik yang nilai hasil belajarnya mencapai nilai

ri 19 peserta didik yang hadir)

masih belum mencapai nilai ketuntasan, kemudian untuk siklus I, peserta

didik yang nilai hasil belajarnya mencapai nilai KKM ada 14 orang dan 9

orang (dari 23 peserta didik yang hadir) masih belum mencapai nilai

ri itu siklus berlanjut ke siklus II. Pada siklus II ini jumlah

peserta didik yang nilai hasil belajarnya mencapai nilai KKM ada 20

Tuntas

Tidak Tuntas

Page 67: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

67

orang dan yang masih belum mencapai ada 2 orang (dari 22 peserta didik

yang hadir).

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian memuat pengolahan data tentang: 1) Penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament, 2) Media

permainan bentuk monopoli, 3) Hasil belajar IPS, 4) Hasil pengamatan

aktivitas guru dan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.

1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games

Tournament)

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini

dimaksudkan untuk memberi model pembelajaran yang dapat membantu

peserta didik aktif dalam proses pembelajaran IPS di kelas VA SDN – 9

Menteng kota Palangkaraya. Model pembelajaran ini, memberikan banyak

aktivitas pada peserta didik sehingga pembelajaran IPS berlangsung

menyenangkan.

Seperti yang diungkapkan Slavin (2010) pembelajaran kooperatif

tipe TGT terdiri dari lima tahapan yaitu:

1. Tahap penyajian kelas

2. Belajar dalam kelompok

3. Permainan

4. Turnamen

5. Penghargaan kelompok

Page 68: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

68

Tahapan di atas, peneliti terapkan dan terbukti penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT ini memberikan semangat baru pada

peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran IPS dengan antusias

dibandingkan dengan pembelajaran IPS yang menggunakan metode

konvensional.

Metode konvensional yang diterapkan oleh guru kelas mungkin

dapat mengaktifkan peserta didik tapi aktif yang bukan positif, seperti

ribut, mengganggu teman sebangku, mencontek hasil pekerjaan temannya,

dan lain-lain. Hai ini dapat terhindar saat peneliti menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Menurut hasil penelitian Andi Satria (2012) yang juga menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT, ada perbedaan hasil belajar IPS

yang diajarkan dengan yang menggunakan model pembelajaran

konvensional pada peserta didik kelas V di SDN 14 Palangkaraya. Hal ini

terlihat dari nilai rata-rata kemampuan akhir kelas eksperimen yaitu 81, 74

sedangkan kelas kontrol 68, 57. Penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT ini juga diterapkan oleh peneliti untuk melihat peningkatan hasil

belajar peserta didik serta aktivitas guru dan peserta didik saat proses

pembelajaran.

2. Media permainan bentuk Monopoli

Media permainan bentuk monopoli ini digunakan untuk

mendukung penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Media

ini digunakan untuk memberikan semangat belajar pada peserta didik.

Page 69: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

69

Media permainan bentuk monopoli ini telah peneliti modifikasi menjadi

media yang memuat soal-soal pada kartu ‘Dana Umum’ dan kartu

‘Kesempatan’. Media ini menjadi puncak proses pembelajaran pada

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Media ini efektif untuk meningkatkan keaktifan peserta didik, hal

ini terbukti saat peneliti menggunakan media permainan monopoli, peserta

didik antusias dan berinteraksi lebih baik dengan teman-teman perwakilan

dari setiap kelompok untuk bermain dan berkompetisi.

3. Hasil Belajar IPS

Nilai hasil belajar IPS yang dimaksudkan adalah nilai hasil belajar

IPS peserta didik kelas VA SDN – 9 Menteng kota Palangkaraya tahun

ajaran 2013, yang menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT dengan media permainan bentuk monopoli. Materi yang

diajarkan adalah Perjuangan melawan penjajah dan pergerakan nasional

Indonesia dan Peranan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dalam

mempersatukan Indonesia.

Dari data hasil pre test yang dilakukan sebelum tindakan penelitian

di siklus I, hasil belajar peserta didik menunjukkan bahwa nilai hasil

belajar peserta didik sangat kurang tercapai. Hal ini dibuktikan dengan

rendahnya skor rata-rata perolehan yaitu 41.3 atau ketuntasan secara

klasikalnya adalah 10.5%. Hasil pre test ini menunjukkan bahwa hasil

belajar peserta didik belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM).

Page 70: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

70

Berdasarkan hasil post test pada siklus I, nilai hasil belajar peserta

didik meningkat setelah diberi tindakan. Pada siklus I ini, skor rata-rata

perolehan yaitu 66.1 atau ketuntasan secara klasikalnya adalah 60.9%. Hal

ini membuktikan bahwa ada peningkatan nilai hasil belajar peserta didik.

Melihat hasil post test peserta didik pada siklus I, maka penelitian

dilanjutkan ke siklus II.

Dari hasil post test pada siklus II, menunjukkan peningkatan hasil

belajar peserta didik lebih baik dibandingkan dengan hasil pre test dan

hasil post test pada siklus I. Pada siklus II ini, skor rata-rata perolehan

yaitu 85.2 atau ketuntasan secara klasikalnya adalah 91.0%,

Pada hasil pre test, peserta didik yang nilai hasil belajarnya

mencapai nilai KKM hanya ada 2 orang, kemudian untuk siklus I, peserta

didik yang nilai hasil belajarnya mencapai nilai KKM ada 14 orang, maka

dari itu siklus berlanjut ke siklus II. Pada siklus II ini jumlah peserta didik

yang nilai hasil belajarnya mencapai nilai KKM ada 20 orang dan yang

masih belum mencapai ada 2 orang. Berikut tabel perbandingan hasil

belajar IPS antar siklus:

Tabel 13. Tabel perbandingan hasil belajar IPS antar siklus

No Kode

Nama Pre Test

Post Test

Siklus I Siklus II

Nilai T TT Nilai T TT Nilai T TT 1 Fbl 45 √ 60 √ 80 √ 2 Fbw 45 √ 70 √ 80 √ 3 Pn 45 √ 60 √ 80 √ 4 Mfr 0 √ 80 √ 100 √ 5 Mla 35 √ 75 √ 70 √

Page 71: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

71

6 Nv 35 √ 80 √ 80 √ 7 Rsk 45 √ 60 √ 90 √ 8 Anf 50 √ 65 √ 90 √ 9 Ane 25 √ 55 √ 80 10 Thr 70 √ 90 √ 95 √ 11 Adr 0 √ 70 √ 90 √ 12 Anp 40 √ 80 √ 95 √ 13 Mhd 45 √ 50 √ 85 √ 14 Ahtk 0 √ 90 √ 95 √ 15 Agg 40 √ 45 √ 40 √ 16 Wga 40 √ 70 √ 90 √ 17 Fnf 45 √ 60 √ 95 √ 18 Mld 45 √ 70 √ 60 √ 19 Sth 25 √ 50 √ 80 √ 20 Shtd 35 √ 75 √ 90 √ 21 Apr 75 √ 85 √ 100 √ 22 Mrfl 0 √ 0 √ 75 √ 23 Alfs 40 √ 70 √ 90 √ 24 Isn 0 √ 60 √ 95 √ Nilai Rata-rata

41.3 66.1 92.1 22 2

Presentase ketuntasan Klasikal

10.5% 60.9% 91.0 %

Keterangan:

T = Tuntas

TT = Tidak Tuntas

Jumlah peserta didik di kelas VA di SDN – 9 Menteng

palangkaray adalah 24 peserta didik, hanya saja setiap siklus dilakukan,

tidak semua peserta didik dapat hadir. Pada saat pre test hanya ada dua

peserta didik yang tuntas, sedangkan pada saat post test siklus I, ada 14

peserta didik yang tuntas dan pada saat siklus II ada 20 peserta didik

yang tuntas. Berdasarkan perhitungan dari hasil tes diketahui bahwa

tingkat ketercapaian dari 10.5% menjadi 60.9% pada siklus I dan

meningkat menjadi 91.0% pada siklus II. Hal ini membuktikan bahwa

Page 72: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

72

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media

permainan bentuk monopoli dapat meningkatkan hasil belajar peserta

didik.

4. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dan Peserta didik

Hasil pengamatan aktivitas guru dan peserta didik pada saat

proses pembelajaran berlangsung dilakukan oleh dua orang observer,

observer atau pengamat 1 adalah guru wali kelas VA SDN – 9 Menteng

kota palangkaraya dan observer atau pengamat 2 adalah teman sejawat.

Berikut rekapitulasi hasil pengamatan aktivitas guru dan peserta didik:

Tabel 14. Rekapitulasi hasil pengamatan aktivitas guru dan peserta didik

Siklus Jumlah Aktivitas

Guru

Jumlah Aktivitas Peserta didik

Rata-rata Aktivitas

Guru

Rata-rata Aktivitas Peserta didik

Ket

I 130 116 3.34 3.86 Baik II 143 106 3.75 3.53 Baik

Keterangan:

4.0 = Baik Sekali 3.0 – 3.9 = Baik 2.0 – 2.9 = Cukup Baik 1.0 – 1.9 = Kurang Baik

Berdasarkan tabel 14, melalui penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT dengan media permainan bentuk monopoli pada mata pelajaran

IPS yang dilaksanakan oleh peneliti di kelas VA SDN – 9 Menteng kota

Palangkaraya, aktivitas guru dan peserta didik pada proses pembelajaran

menunjukkan keaktifan dalam kategori baik.

Page 73: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

73

Berdasarkan beberapa hasil hitungan di atas, dari seluruh kegiatan

pembelajaran yang berlangsung maka dapat dikatakan bahwa penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media permainan

bentuk monopoli telah meningkatkan aktivitasguru dan peserta didik

sehingga hasil belajar yang diperoleh peserta didik meningkat. Hal ini

berdasarkan hasil perhitungan ketuntasan belajar secara klasikal pada

siklus II.

Hipotesis tindakan yang berbunyi “Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) dengan

Media Permainan bentuk Monopoli untuk Meningkatkan Hasil Belajar

IPS Peserta Didik kelas V SDN – 9 Menteng Kota Palangkaraya Provinsi

Kalimantan Tengah” dapat diterima dan dibuktikan kebenarannya.

Page 74: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

74

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

1. Berdasarkan analisa data, dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan hasil

belajar IPS peserta didik kelas VA SDN – 9 Menteng kota Palangkaraya

setelah menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

(Teams Games Tournament) dengan media permainan bentuk monopoli.

Hasil tes pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 66.1 dan persentase peserta

didik yang memperoleh nilai ≥65 adalah 60.9%. Sementara itu, pada

siklus II hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan yaitu nilai

rata-rata yang diperoleh adalah 85.2 dan persentase hasil belajar peserta

didik meningkat menjadi 91.0%.

2. Hasil observasi pengamatan aktivitas guru dan peserta didik pada siklus I

dan siklus II dalam proses pembelajaran berada pada kategori baik, hal ini

disebabkan peserta didik aktif terlibat dalam pembelajaran. Ini

membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

dengan media permainan bentuk monopoli yang diterapkan oleh peneliti

berhasil mengaktifkan aktivitas guru dan peserta didik.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat, peneliti dapat memberikan

rekomendasi atau saran kepada:

1. Kepala Sekolah

Memberi arahan kepada para pendidik agar dapat berinovasi

dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model-model

Page 75: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah filepeserta didik kelas V SDN - 9 Menteng Palangkaraya menunjukkan bahwa ... pada mata pelajaran IPS, berdasarkan ketentuan sekolah SDN - 9 Menteng

75

pembelajaran, dan salah satunya model pembelajaran kooperatif tipe TGT

ini sangat mudah untuk untuk diterapkan agar peserta didik dapat terlibat

akktif dalam pembelajaran.

2. Pendidik

Pendidik diharapkan dapat mengisi kegiatan pembelajaran dengan

model-model pembelajaran yang bervariasi. Model pembelajaran

kooperatif tipe TGT dapat menjadi model pembelajaran yang

menyenangkan bagi peserta didik dan mudah diterapkan oleh pendidik,

dan dengan media permainan bentuk monopoli dapat mengaktifkan

peserta didik sehingga menciptakan proses pembelajaran yang bermakna

bagi pendidik dan peserta didik.

3. Peserta didik

Peserta didik diharapkan dapat belajar dengan aktif dan

memahami pembelajaran melalui proses pembelajaran. Peserta didik

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui proses

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan

media permainan bentuk monopoli.