PENDAHULUAN Latar Belakang conflict area atau karena...
Transcript of PENDAHULUAN Latar Belakang conflict area atau karena...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sepanjang sejarahnya, Timur Tengah merupakan kawasan yang kerap
diwarnai oleh pergolakan. Kawasan ini dianggap sebagai conflict area atau
trouble spot dunia1 karena menjadi ajang perebutan pengaruh dan kekuasaan
yang telah berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu antara berbagai bangsa
seperti Mesopotamia, Babylonia, dan Persia, antara kekuatan kerajaan Roma dan
Byzantium pada kurun awal tahun masehi, anatara tiga agama monoteistik yaitu,
Judaisme, Kristiani dan Islam,2 hingga antara Amerika Serikat dan Uni Soviet
pada masa perang dingin.3 Berbagai konflik baik antar negara-negara internal
kawasan maupun yang melibatkan negara-negara luar kawasan menyebabkan
Timur Tengah merupakan pasar senjata yang potensial, sehingga terdapat
dugaan bahwa ada kepentingan untuk mempertahankan konflik di sana.
Palestina-Israel adalah dua Negara yang tak bisa lepas dari pembicaran
publik. Dua Negara yang menduduki satu wilayah yang sama bukanlah hal yang
biasa. Konflik, pembunuhan, peledakan bom, negosiasi damai, menjadi rutinitas
bagi rakyat Palestina maupun Israel. Tiada hari tanpa rudal melayang di udara,
tiada hari tanpa mendengar bom meledak.
1 Bantarto Bandoro, Timur Tengah Pasca Perang Teluk: Dimensi Internal dan Eksternal, Jakarta CSIS,
1991
2 Charles D. Smith, Palestine, and the Arab-Israeli Conflik: A History with Document (Fourth Ed, Boston: Bedford/St. Martin’s, 2001)
3 Ahron Bregman, Israel’s Wars: A History Since 1947, London : Routledge, 2002)
Dari berbagai konflik yang terjadi di Timur Tengah, konflik Arab-Israel
dapat dikatakan sebagai konflik utama yang mendominasi dan membawahi
pertikaian lainnya.4 Kompleksitas serta lamanya konflik Arab-Israel membuat
mata dunia internasional terpaku pada tragedi berkepanjangan yang ditimbulkan
oleh benturan kepentingan atas sebidang wilayah yang dikenal sebagai “The
Holy Land” atau “tanah yang suci”.
Kawasan Timur Tengah merupakan sebuah kawasan geopolitik yang
menjadi wilayah konflik yang berkepanjangan. Wilayahnya yang mengandung
hotbed atau ajang unjuk kekuatan negara-negara besar yang memiliki
kepentingan akan energi.5 Tidak hanya itu, kawasan Timur Tengah merupakan
kawasan berasalnya tiga agama Samawi, yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam yang
sekaligus menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan suci bagi ketiga agama.
Fakta ini pula yang melatarbelakangi terjadinya Perang Salib dalam kurun waktu
ratusan tahun. Dalam era modern, berbagai krisis terjadi di wilayah ini, seperti
perang Iran-Irak, Irak-Kuwait, invasi Amerika Serikat ke Irak, dan konflik
Palestina-Israel yang telah lebih dari lima dekade masih berlangsung hingga saat
ini.6
Untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi terjadinya konflik
Palestina-Israel ini tidak bisa hanya melihat dari kejadian lima atau sepuluh
4 Walid Khalidi, A Palestinian Persperctive Affairs and Arab Israeli Conflict “. Journal of Palestine Studies:
A Quarterly on Palestinian Perspective on the Arab-Israeli Conflict Vol. XIV no 4, Summer 1985
(Published Jointly by the Institute for Palestinian Studies and Kuwait University)
5 Anup Shah, “The Middle East”, http://www.globalissues.org/Geopolitics/MiddleEast..
6 Lina Alexandra dan Bantarto Bandoro, “Ketidakstabilan Permanen di Timur Tengah”, Analisis CSIS Indonesia dan Isu-Isu Global, Centre for Strategic and International Studies, hlm. 63.
tahun kebelakang, karena konflik ini dimulai jauh sebelum tahun 1920.
Meskipun telah memiliki catatan sejarah dalam dokumentasi seperti Alkitab dan
Alquran, Israel dalam penjajahan oleh Romawi mengalami diaspora, dan tidak
pernah memiliki pemerintahan sendiri yang berdaulat.
Pada awalnya, tidak ada gerakan nasionalisme Yahudi yang mempunyai
tujuan untuk kembali ke tanah Israel, karena pada umumnya warga Yahudi
diterima di wilayah dimana mereka berasimilasi. Tetapi, setelah munculnya
pogrom di Rusia, paham anti-semit di kawasan Eropa Timur dan Tengah, dan
juga kematian Alfred Dreyfus (Kapten Tentara Prancis beragama Yahudi)
karena tuduhan menjadi mata-mata musuh, gerakan nasionalisme Yahudi
muncul di kalangan Yahudi Eropa.7 Gerakan ini lazim disebut dengan Zionisme,
yang ditemukan dan dipopulerkan oleh seorang jurnalis Yahudi berkebangsaan
Austria bernama Theodore Herzl, melalui buku berjudul Der Judenstaat. Herzl
menganggap, dengan adanya diskriminasi berkepanjangan terhadap warga
Yahudi di hampir seluruh wilayah Eropa, maka asimilasi bukan lagi menjadi
pilihan bagi Yahudi apabila mereka ingin tetap hidup. Zionisme telah berhasil
membangkitkan nasionalisme Yahudi yang berada di Eropa, sehingga Zionisme
telah berhasil membangkitkan nasionalisme Yahudi yang berada di Eropa,
sehingga mewujudkan terjadinya pergerakan orang-orang Yahudi untuk
membentuk satu negara zionis yang mempersatukan mereka di tanah Paletina.
Pada tanggal 14 Mei 1948 dideklarasikan berdirinya Negara Israel dan
langsung mendapatkan persetujuan dari Amerika, menjadi awal petaka baru bagi
7 Dennis Ross, The Missing Peace The Inside Story of the Fight for Middle East Peace,hlm.16
rakyat Palestina. Israel yang mendirikan negara diatas negara orang lain dan
mengauasai 78 % wilayah Palestina serta mengusir 2/3 dari seluruh penduduk
Palestina keluar dari tanah mereka sendiri bukanlah hal yang menyenangkan.
Zionis tercatat menghancurkan 487 desa dari total 585 desa dan malakukan
minimal 34 operasi pembantaian massal pada penduduk sipil yang menjadi
mimpi buruk itu semakin nyata di Palestina.8
Selain alasan ideologis yang menjadikan Palestina sebagai satu-satunya
tempat yang pantas buat berdirinya “Eretz Israel” atau “Israel Raya”, yang
menjadikan palestina sebagai tanah yang dijanjikan (“The Blessed Land”) bagi
orang-orang Yahudi yang lama berdiaspora (terpencar-pencar) keseluruh
penjuru dunia, Palestina juga sangat strategis jika dilihat dari berbagai segi,
diantaranya: Pertama Geopolitik adalah aspek kemanfaatan dan pemanfaatan
politis dengan menggunakan keunggulan geografis atau kewilayahan. Kedua.
Stategis mejadi tempat bisnis. Lokasi Palestina terletak di pertengahan Negara-
negara Arab, Palestina membentuk kombinasi geografis yang natural dan
humanistik bagi medan teresrial yang luas. Lokasi strategis yang dimiliki
palestina membuatnya cocok untuk jadi penghubung antara berbagai benua,
antara lain Asia, Afrika, dan Eropa.
Ketiga, Center of Militery. Secara faktual survei membuktikan bahwa
wilayah ini adalah pusat berbagai ekspedisi militer yang pernah terjadi. Banyak
bangsa-bangsa dan kekuatan asing telah menduduki palestina seperti Babylonia,
Assiria, Al-Hethyeen, Persia, Yunani, dan Bangsa Romawi. Pada abad yang lalu,
8 Sofwan Al Banna, Palestine “Emang Gue Pikirin”, hlm 112
pada Perang Dunia Pertama, Palestina menjadi bulan-bulanan invansi kekuatan
Inggris, dan meninggalkan Pelestina pada tanggan 25 Mei 1948 dengan segala
kerusakannya dan Inggrislah yang membukakan jalan untuk mendirikan negara
Zionis di sana. Sejak tahun 1948 hingga dewasa ini, negara Zionis masih
menjajah Palestina dan mengeksplorasi kekayaannya serta memanfaatkan lokasi
geografisnya yang strategis untuk kepentingan sikap permusuhan dan rencana-
rencana keji anti-Arab yang mereka galang.
Keempat, Pilar bagi Dominasi Barat. Dengan segala nilai strategisnya itu,
Palestina dipilih oleh barat (negara-negara Eropa plus Amerika Serikat) dan
gerakan zionisme internasional untuk menjadi tonggaknya. Berdirinya negara
Israel di Palestina didukung penuh oleh negara-negara barat. Di Palestina
jugalah, Barat meletakkan tonggak dominasinya. Tonggak yang sampai saat ini
memecah belah musuh masa depan mereka, identitas yang menyatukan miliaran
umat manusia di dunia: Islam.
Sejak deklarasi pendirian negara Israel tahun 1948, bangsa Palestina
terus berada dalam horor. Jutaan orang terusir, sementara jutaan lainnya
terbantai sejak sebelum 1948 sampai sekarang. Tetapi, rakyat Palestina bukan
tanpa perlawanan. Gerakan-gerakan perlawanan mulai terkoordinasi. Salah satu
yang popular adalah Fatah yang nasionalis Palestina. Pada tanggal 10 Desember
1969 PBB mengeluarkan resolusi yang mengakui bangsa Palestina. Tetapi Israel
tidak tinggal diam dengan masalah ini, sasaran serang Israel bukan hanya
Palestina tetapi semua negara Arab yang membela Palestina menjadi sarasaran
rudal-rudal tempur Israel. Upaya damai dengan jalan diplomasi mulai dilakukan,
tetapi sekali lagi itu hanya bualan para zionis. Semua perjanjian merupakan akal
bulus hasil kongkalikong Amerika Serikat dan Israel, mulai dari kesepakatan
Kairo (4 Mei 1994), Wye River (23 Oktober 1998), dan Syarm Asy-syaikh (4
September 1999).
Pada tahun 2000, AS kembali berusaha untuk membuka jalan bagi
kemungkinan perdamaian antara Palestina dan Israel. Pertemuan antara Bill
Clinton, Ehud Barak, dan Yasser Arafat di Camp David, AS, kembali tidak
menghasilkan kesepakatan apapun. Pada tahun ini pula, Intifadah jilid ke-2
kembali muncul di masyarakat Palestina. Pasca Camp David Summit, masih ada
upaya perdamaian melalui Beirut Summit yang diprakarsai oleh Arab Peace
Initiative, dan juga proposal Peta Jalan atau Road Map for Peace yang diusulkan
oleh Quartet on Middle East yang terdiri dari AS, Rusia, PBB, dan Uni Eropa
(UE). Dan sama seperti upaya-upaya perdamaian sebelumnya, kedua pertemuan
itu tidak berhasil mendamaikan Palestina dan Israel.
Pada tahun 2007, di masa-masa akhir pemerintahan George W. Bush,
Quartet on Middle East ditambah dengan partisipasi dari Mesir, mengadakan
konferensi untuk kembali membicarakan perdamaian antara Palestina dan Israel
di Annapolis. Untuk pertama kalinya dalam kronik sejarah proses perdamaian
Palestina dan Israel, solusi dua negara disebutkan secara eksplisit dalam proses
konferensi. Dengan diterimanya solusi dua negara dalam Annapolis Conference,
maka telah terjadi perubahan dalam platform politik yang telah lama dianut oleh
Palestina dan Israel. Meski demikian, hasil dari Annapolis Conference masih
belum bisa diimplementasikan karena semakin rumitnya konflik yang terjadi di
wilayah Palestina-Israel.
Selain itu, media massa memiliki peranan cukup penting dalam konflik
Palestina-Israel. Media massa dengan segala pemberitaannya menjadi dua sisi
mata uang. Di satu sisi media memberikan informasi kepada khalayak apa yang
terjadi di Palestina, tetapi berita yang sampaikan oleh mediapun turut mengiring
opini masyarakat untuk ikut dengan apa yang mereka beritakan. Shoemaker dan
Reese melihat ideologi sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi isi
media. Ideologi diartikan sebagai suatu mekanisme simbolik yang berperan
sebagai pengikat dalam masyarakat. Tingkat ideologi menekankan pada
kepentingan siapakah seluruh rutinitas dan organisasi media itu bekerja.9 Hal ini
tidak terlepas dari unsur nilai, kepentingan, dan kekuatan atau kekuasaan apa
yang ada dalam media tersebut. Kekuasaan tersebut berusaha dijalankan dan
disebarkan melalui media sehingga media tidak dapat lagi bersifat netral dan
tidak berpihak. Media bukanlah ranah netral dimana berbagai kepentingan dan
pemaknaan dari berbagai kelompok akan mendapatkan perlakuan yang sama dan
seimbang.10
Setiap media massa memiliki karakter dan latar belakang tersendiri, baik
dalam isi dan pengemasan beritanya, maupun dalam tampilan serta tujuan
dasarnya. Perbedaan ini di latarbelakangi oleh kepentingan yang berbeda dari
masing-masing media massa. Baik yang bermotif politik, ekonomi, agama dan
sebagainya. Seperti yang dikatakan oleh Bambang Harimukti bahwa media
9 Shoemaker dan Resse, Mediating the Message Theories of Influences on Mass Media Contend, hlm 223
10 Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana , hlm 55
massa merupakan kumpulan banyak organisasi dan manusia dengan segala
kepentingannya yang beragam, bahkan termasuk yang saling bertentangan.11
Adanya beragam kepentingan pada media massa adalah hal yang tidak
bisa dipungkiri, bahwasanya media massa ada yang memiliki kepentingan
politik, karena ia didanai dan disupport oleh kekuatan politik tertentu, dan media
massa juga ada yang bermotifkan ekonomi, dimana keuntungan secara materil
adalah satu-satunya target dari media tersebut. Begitupun yang bermotifkan
agama, dimana media massa didirikan oleh kelompok agama tertentu untuk
menyampaikan ajaran agamanya.
Adanya kepentingan dari media massa turut mempengaruhi berita yang
disampaikan kepada khalayak. Dan dari sini maka munculah sebuah anggapan
bahwa fakta yang disampaikan bukanlah fakta yang objektif dan bebas nilai,
melainkan fakta yang telah dikonstruksi oleh media atau penulisnya (wartawan)
dengan latar belakang kepentingan tertentu.
Dengan itu Penulis tertarik melakukan penelitian isi media mengenai
Konflik Palestina-Israel di dua harian umum terkemuka di Indonesia, yaitu
Harian Umum Kompas dan Harian Republika, dengan judul Konstruksi Realitas
Islam di Media Massa: Analisis Framing Konflik Palestina-Israel di Harian
Kompas dan Republika.
11 Septiawan., Jurnalisme Kontemporer, hlm 22
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Konflik Palestina-Israel yang sudah berlangsung sekian tahun bukan lagi
menjadi isu regional Timur-Tengah, tetapi kini konflik ini sudah menjadi isu
dunia internasional yang melibatkan banyak kepantingan antara Negara-negara
timur dan barat maupun Islam dan Kristen.
Seluruh dunia ingin mengetahui apa yang terjadi di Palestina dan Israel.
Media massa baik cetak maupun elektronik memiliki andil yang besar dalam
penyebaran berita mengenai masalah tersebut. Oleh sebab itu penulis ingin
membahas menegenai isi media yang memuat mengenai konflik Palestina Israel.
Dalam skripsi ini penulis membatasi masalah pada konstruksi berita yang dimuat
di Harian Kompas dan Republika.
Melihat pambatasan masalah di atas peneliti merumuskan maslah
menjadi :
1. Bagaimana konstruksi pemberitaan Konflik Palestina-Israel di Harian
Kompas dan Republika?
2. Bagaimana realitas berita Islam di dalam media massa?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin penulis capai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui bagaimana berita yang dikembangkain oleh Kompas dan
Republika tentang pemberitaan Konflik Palestina dan Israel.
2. Mengetahui konstruksi pemberitaan islam di media massa.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat akademis. Merelevansikan penelitian dengan berbagai disiplin ilmu
yang telah dipelajari selama perkuliahan sehingga memberikan penjelasan
mengenai isi berita yang dianalisis dengan metode framing untuk
mengetahui bagaimana media menginformasikan dan membentuk opini
masyarakat terhadap kasus yang terjadi diantara Palestina dan Israel.
2. Manfaat Praktis. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran praktis
mengenai konstruksi media terhadap suatu kasus khusunya kasus Palestina-
Israel yang dianalisis menggunakan pendekatan framing. Kita perbedaan
bisa melihat bagaimana media memberitakan suatu kejadian/peristiwa.
11
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
II.1 Paradigma Konstrukstivisme
Pada dasarnya media massa bukanlah sesuatu yang bebas dan
independen. Media mewakili realitas sosial yang terkait dengan berbagai macam
kepentingan. Keterkaitan media ini berhubungan dengan kepentingan yang
berada di dalam maupun di luar media massa itu sendiri. Kepentingan eksternal
bisa meliputi kepentingan pemilik modal yang berhubungan dengan pencarian
keuntungan. Sedangkan, di sisi lain media juga harus menjaga hubungan dengan
masyarakat dan negara. Kepentingan-kepentingan eksternal dan internal ini
mengharuskan media terus bergerak dinamis di antara kepentingan-kepentingan
tersebut. Hal ini menyebabkan media massa sulit menghindari bias-bias dalam
penyampaian beritanya.
Pendekatan konstruksionis mempunyai penilaian sendiri bagaimana
media, wartawan, dan berita dilihat. Ada beberapa hal yang menjadi perhatian
penting dari pendekatan ini. Pertama, Fakta/peristiwa adalah hasil konstruksi.
Bagi kaum konstruksionis, realitas itu bersifat subjektif. Realitas itu hadir,
karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas tercipta lewat
konstruksi, tidak ada realitas yang bersifat objektif, karena realitas itu tercipta
lewat konstruksi dan pandangan tertentu. Hal ini berbeda dengan pandangan
12
kaum positivis yang mengatakan bahwa ada fakta yang “rill” yang diatur oleh
kaidah-kaidah tertentu yang berlaku universal.12
Kedua, Media adalah agen konstruksi. Pandangan konstruksionis
mempunyai posisi yang berbeda dibandingkan positivis dalam menilai media.
Dalam pandangan positivis media dilihat sebagai saluran. Media adalah sarana
bagaimana pesan disebarkan dari komunikator ke penerima (khalayak). Media
disini dilihat murni sebagai saluran, tempat bagaimana transaksi pesan dari
semua pihak yang terlibat dalam berita. Sedangkan pandangan konstruksionis
menilai media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang
mengonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan bias dan pemihakannya. Di
sini media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan
realitas. Pandangan semacam ini menolak argumen yang menyatakan media
seolah-olah sebagai tempat saluran bebas.13
Ketiga, Berita bukan refleksi dari realitas, ia hanyalah konstruksi dari
realitas. Dalam pendangan positivis, berita adalah informasi. Ia dihadirkan
kepada khalayak sebagai representasi dari kenyataan. Kenyataan itu ditulis
kembali dan ditransformasikan lewat berita. Tetapi dalam pandangan
konstruksionis berita itu ibaratnya seperti sebuah drama. Berita tidak mungkin
cermin dan refleksi dari realitas, karena berita yang terbentuk merupakan
konstruksi atas realitas. Dalam pandangan kaum positivis, berita adalah refleksi
12 Eriyanto, Analisis Framing,Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, hlm 20
13 Ibid, h 23
13
dan pencerminan dari realitas. Berita adalah mirror of reality, karenanya ia harus
mencerminkan realitas yang hendak dibicarakan.14
Keempat, Berita bersifat subjektif/konstruksi atas realitas. Pandangan
kostruksionis mempunyai penilaian yang berbeda dalam menilai objektivitas
jurnalistik. Hasik kerja jurnalistik tidak bisa dinilai dengan menggunakan sebuah
standar yang rigid, seperti halnya positivis. Hal ini karena berita adalah produk
dari konstruksi dan pemaknaan atas realitas. Pada pendekataan positivis, titik
perhatiannya adalah pada bias. Artinya, bias dianggap salah, dan wartawan
harus menghindari bias. Dalam tradisi penelitian positivis, analisis diarahkan
untuk menemuakan ada-tidaknya bias – dengan meneliti sumber berita, pihak-
pihak yang diwawancarai, bobot dari penulisan, dan sebagainya. Berita dalam
pandangan positivis bersifat objektif. Menyingkirkan opini dan pandangan
subjektif dari pembuat berita.15
Kelima, kaum konstrukstivis memandang wartawan bukan sebagai
pelapor, ia adalah agen konstruksi dari realitas.16 Sedangkan positivis sendiri
memandang wartawan seperti layaknya seorang pelapor (observer). Sebagai
seorang pelapor, wartawan hanya bertugas memberitakan atau mentransferapa
yang dia lihat dan apa yang dia rasakan dilapangan.17
Keenam, dalam hal etika, pilihan moral, dan keberpihakan wartawan
adalah bagian yang intergral dalam produksi berita. Paradigma konstruksionis
memandang aspek etika, moral, dan nilai-nilai tertentu tidak mungkin
14 Ibid, h 25 15 Ibid, h 27 16 Ibid, h 28 17 Ibid, h 29
14
dihilangkan dari pemberitaan media. Wartawan bukanlah robot yang meliput apa
adanya, apa yang dia lihat. Etika dan moral yang dalam banyak hal berarti
keberpihakan pada satu kelompok atau nilai tertentu – umumnya dilandasi oleh
keyakinan tertentu- adalah bagian yang integral dan tidak terpisahkan dalam
membentuk dan mengonstruksi realitas.18 Sebagai pelapor, pendekatan positivis
menekankan agar nilai, etika, dan keberpihakan wartawan dilihangkan dalam
proses pembuatan berita. Artinya, pertimbangan moral dan etika yang dalam
banyak hal selalu bisa diterjemahkan sebagai bentuk keberpihakan haruslah
disingkirkan. Intinya realitas haruslah didudukan dalam dungsinya sebagai
realitas yang faktuil, yang tidak boleh dikotori oelh pertimbangan subjektif.19
Ketujuh, salah satu sifat dasar dari penelitian yang bertipe konstruksionis
adalah pandangan yang menyatakan peneliti bukanlah subjek yang bebas nilai.
Pilihan etika, moral atau keberpihakan peneliti menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari proses penelitian. Sedangkan dalam pendangan positivis
peneliti haruslah bebas nilai, ini berarti etika dan pilihan moral peneliti tidak
boleh ikut dalam penelitian.20
Kedelapan, khalayak mempunyai penafsiran tersendiri atas berita.
Positivis memandang berita sebagai sesuatu yang objektif. Konsekuensinya, apa
yang diterima oleh khalayak pembaca seharusnya sama denga apa yang
disampaikan oleh poembuat berita. Hal ini bertentangan dengan pandangan
konstruksionis yang melihat khalayak bukan sebagai subjek yang pasif, tetapi
18Ibid, hlm 32 19 Ibid, hlm 31 20 Ibid, hlm 33
15
juga subjek yang aktif dalam menafsirkan apa yang dia baca. Stuart Hall
mengatakan makna dari suatu teks bukan terdapat dalam pesan/berita yang
dibaca oleh pembaca makna selalu potensial mempunyai banyak arti (polisemi).
Paradigma konstruksionis memandang realitas kehidupan sosial
bukanlah realitas yang natural, tetapi hasil dari konstruksi. Sedangkan
paradigma positivis melihat komunikasi sebagai bentuk pengiriman pesan.
Komunikasi di sini dilihat sebagai suatu proses bagaimana pesan terkirim dari
pengirim ke penerima dan proses yang terjadi dalam pengiriman tersebut21.
Proses pengiriman pesan yang dimaksud dalam paradigma positivis di sini
adalah model komunikasi linier. Model komunikasi ini merupakan model yang
diperkenalkan oleh Harold D. Laswell. Model komunikasi ini mengasumsikan
bahwa adanya hubungan satu arah dari media kepada khalayak, sehingga
hubungan antara sumber dan khalayak digambarkan sebagai hubungan satu arah
atau linier saja seperti model yang tergambar dibawah ini.
Model komunikasi Harold D. Laswell22
Paradigma konstruksionis menganggap pembuat teks berita sebagai
penentu yang akan mengarahkan pola pikir khalayak. Sebaliknya paradigma
positivis melihat pembuat teks berita sebagai penyampai informasi yang
memaparkan suatu peristiwa atau fakta secara rill dan objektif.
21 Ibid h 37-38.
22 Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Madia Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita Politik, Hlm. 115
Who
Communicator
With what Effect
Effect
To whom
Receiver
In which channel?
Medium
Says what?
Massage
16
Pertanyaan utama dari paradigma konstruksionis ini adalah pada
bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi?, dengan cara apa
konstruksi itu dibentuk?23. Bagi kaum konstruksionis realitas yang ada di media
bukan terjadi begitu saja. Realitas yang disampaikan oleh media merupakan
hasil konstruksi dari manusia itu sendiri.
Ada dua karakteristik penting dari pendekatan konstruksionis:24
• Pendekatan konstruksionis menekankan pada politik pemakanaan dan proses
bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas makna adalah
suatu proses aktif yang ditafsirkan seseorang dalam suatu pesan.
• Pendekatan konstruksionis memandang kegiatan komunikasi sebagai proses
yang dinamis. Pendekatan konstruksionis memeriksa bagaimana
pembentukan pesan dari sisi komunikator, dan dalam sisi penerima ia
memeriksa bagaimana konstruksi makna individu ketika menerima pesan.
Analisis framing termasuk dalam kategori penelitian konstruksionis.
Dengan analisis framing, kita mencoba melihat bagaimana media mengonstruksi
realitas. Persitiwa yang disajikan oleh media merupakan hasil konstruksi dari
fakta-fakta yang diserap oleh wartawan, sehingga realitas yang tercipta
merupakan hasil konstruksi dari wartawan. Dan suatu hal yang mungkin jika
realitas yang tercipta terdistorsi oleh pola pikir atau pandangan wartawan itu
sendiri.
23 Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi Ideologi dan Politik Media,, hlm. 37-38
24 Ibid, h 40-41
17
Jadi, dalam penelitian framing, yang menjadi titik persoalan adalah
bagaimana realitas atau peristiwa dikonstruksi oleh media, bagaimana media
membingkai peristiwa dalam kostruksi tertentu. sehingga yang menjadi titik
perhatian bukan apakah negatif atau positif, melainkan bagaimana bingkai yang
dikembangkan oleh media.25
II.2 Media Massa Sebagai Media Konstruksi Berita Islam
II.2.a Pengertian dan Fungsi Media Massa
Sebelum kita membahas mengenai media massa, penulis ingin
menyinggung sedikit mengenai komunikasi massa, karena media massa adalah
salah satu bagian dari komunikasi massa.
Komunikasi massa dalat didefinisikan sebagai komunikasi yang
berlangsung dimana pesannya dikirim dari smber yang melembagakepada
khalayak yang sifatnya missal melalui alat-alat yang bersifat mekanis, baik cetak
maupun eletronik.26
Ketika kita membicarakan komunikasi massa untuk melakukan kegiatan
komunikasi, maka haruslah memahami karekteristik komunikasi massa sebagai
berikut :27
1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri
dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan,
sampai pada penyajian informasi,
25 Ibid, h 7
26 Hafided Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, hlm 36 27
Ibid., 122
18
2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurnag
memungkinkan akan terjadinya dialog antara pengirim dan
penerima. Kalaupun terjadi realksi atau umpan bakik, biasanya
memerlukan waktu yang tertunda.
3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengaasi rintangan waktu dan
jarak, karena ia memeilik kecepatan.
4. Memakia peralatan teknis atau mekanis. Seperti perangkat
computer, mesin cetak, dll.
5. Bersifat terbuka, aretinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja
dan dimana saja tanpa mengel usia, jenis kelamain, suku bangsa, dll.
Media massa merupakan sebuah institusi yang memiliki serangkaian
kegiatan produksi budaya dan informasinya dilaksanakan oleh berbagai tipe
‘komunikator massa’ untuk disalurkan kepada khalayak sesuai dengan peraturan
dan kebiasaan yang berlaku.28
Mc Quail29 mengungkapkan dua asumsi dasar mengenai media massa.
Instutusi media menyelenggarakan produksi, reproduksi, dan distribusi
pengetahuan dalam pengertian serangkaian simbol yang mengandung acuan
bermakna tentang pengalaman dalam kehidupan sosial. Pengetahun tersebut
membuat kita mampu untuk memetik pelajaran dari pengalaman, membentuk
persepsi kita terhadap pengalaman itu, dan memperkaya khasanah pengetahuan
masa lalu. Asumsi yang kedua media massa memiliki peran mediasi antara
relaitas yang objektif dan pengalaman pribadi. Media massa seringkali berada
28 Vincent Moscow, The Political Economy of Communication, hlm. 150-156 29 Dennis McQuai, Teori Komunikasi Massa, sebuah pengantar. Edisi kedua,hlm. 72
19
diantara kita dengan bagian pengalaman lain yang berada di luar persepsi dan
kontrak langsung kita.
Charles wright menggambarkan empat fungsi dasar media massa 30 yaitu :
1. Pengamat Lingkungan (Surveillance)
Media massa memberikan pesan-pean secara terus menerus melalui
pemberitaan mereka yang memungkinkan anggota mesyarakat menyadari
perkembangan lingkungan yang dapat mempengaruhi mereka. Pengamat
lingkungan juga memeliki fungsi pengawasan, yang memperingatkan
masyarakat akan bahaya, misalnya angin topan atau polusi udara.
2. Korelasi (correlation)
Media massa menghubungkan dan mengartikan pesan tentang peristiwa
yang sedang terjadi. Fungsi korelasi membentu khalayak mesyarakat
menentukan relevansi berbagai informasi pengewasan apa yang berguna bagi
mereka.
3. Sosialisasi (Socialization)
Sebagaian merupakan fungsi pengamat lingkungan dan korelasi;
komunikasi melelui media massa mensosialisasikan individu-individu untuk
berpartisipasi dalam masyarakat. Media massa memeberikan berbagai
pengalaman yang umum, harapan-harapan yang sama, perilaku yang sesuai
maupun tidak sesuai, dan megontribusikan berbagai kreasi kebudayaan umum
dan konsesus kebudayaan. Komunikasi melalui media massa juga memainkan
30 Charles wright, Sosiologi Komunikasi Massa, hlm. 270-271
20
sebuah peran penting dalam mentransmisikan warisan kebudayaan dari generasi
ke generasi.
4. Hiburan (Entertainment)
Media massa adalah sumber yang dapat menyediakan hiburan massa dan
menyediakan hiburan dasar, serta menyiarkan bagi khalayak masyarakat.
II.2.b Pengertian Surat Kabar
Menurut Y.S Gunadi, Koran atau surat kabar adalah media komunikasi
massa yang memuat serba-serbi pemberitaan meliputi bidang politik, ekonomi,
sosial dan budaya, pertahanan dan keamanan. Surat kabar merupakan media
komunikasi cetak yang isinya lengkap ditujukan kepada masyarakat. Di
Indonesia surat kabar ada yang terbit secara harian, mingguan, bulanan.31
Ada beberapa fungsi dari surat kabar diantaranya :
1. Penyebar Informasi, menyalurkan informasi yang telah diolah sehingga
khalayak dapat mengetahui keadaan yang terjadi diluar dirinya.
2. Area Pendidikan, surat kabar menyebatkan pendidikan secara non formal
kepada masyarakat melalu informasi-informasi yang bersifat
mencerdaskan.
3. Area Hiburan. Kini surat kabar meluaskan fungsinya sebagai sarana
hiburan yang bersifat cetak, karena kini banyak surat kabat yang
mempunayi kolom tersendiri untuk hiburan agar masyarakat juga bisa
terhibur dengan membaca Koran.
31
Y.S. Gusnadi, Himpunan Istilah Komunikasi, hlm, 112.
21
4. Bisnis dan Kontrol Sosial. Fungsi lain adalh bisnis, karena kini banyak
khalayak yang menggunakan surat kabar sebagai media iklan usaha
mereka. Selain itu media massa juga menjadi wacth dog bagi pemerintah
dan masyarakat
II.2.c Pengertian Berita
Banyak pakar komunikasi mencoba merumuskan definisi (batasan
pengertian) berita, dengan penekanan yang berbeda terhadap unsur yang
dipandang sebagai sebuah berita. Nothlife misalnya menekankan pengertian
berita pada unsur-unsur “keanehan” atau ketidaklaziman sehingga mampu
menarik perhatian dan rasa ingin tahu (curiosity). Ia mengatakan “If a dog bites
a man, it is not news, but if a man bites a dog is news”32
Paul De Massenner dalam buku Here’s the New Unesco Assosiate
menyatakan news atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik
perhatian serta minat khalayak atau pendengar. Charnley& James M. Neal
menuturkan berita adalah laporan tentang situasi, kondisi, interpretasi yang
penting, menarik, masih baru, dan kasus yang penting disampaikan kepada
khalayak.33
Berita adalah laporan dari suatu kejadian. untuk menjadikan sebuah
peristiwa menjadi sebuah berita yang siap dipublikasikan. ada beberapa tahapan
yang harus dilalui. Dalam proses pembentukan berita banyak faktor-faktor yang
32 Asep syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis untuk Pemula, hlm 4
33 Drs. As Haris Sumadirian, M.Si, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature : Panduan Praktis Jurnalistik Profesional, hlm 64
22
mempengaruhinya. menurut pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, ada
beberapa faktor yang mempengaruhi penambilan keputusan dalam ruang
pemberitaan, yaitu :34
1. Faktor Individual
Faktor ini berhubungan dengan latarbelakang profesional dari pengelola
media. Level individual melihat bagaimana pengaruh aspek-aspek personal dari
pengelola media mempengaruhi pemberitaan yang akan ditampilkan kepada
khalayak. latarbelakang individu seperti jenis kelamin, umur, atau agama, sedikit
banyak mempenguhi apa yang ditampilkan media. latar belakang pendidikan,
atau kecenderungan orientasi pada partai politik bisa mempengaruhi
pemberitaan media. Wartawan memperhatikan dan memahami setiap detil
kejadian, meskipun mereka melihatnya sendiri, seperti manusia merasa,
menafsirkan dan mengingat kejadian secara selektif. Tepatnya, apa yang mereka
amati dan ingat akan menjadi hasil dari set unik meraka akan kebutuhan,
kepercayaan, tingkah laku, nilai dan faktor-faktor kognitif lainnya, seperti skema
ingatan yang tak terelakan dari bias interpretasi mereka35
2. Level Rutinitas Media (media routine)
Rutinitas media berhubungan dengan mekanisme dan proses penetuan
berita. Setiap media umumnya mempunyai ukuran tersendiri tentang apa yang
disebut berita, apa ciri-ciri berita yang baik, atau apa kriteria kelayakan berita.
Ukuran tersebut adalah rutinitas yang berlangsung tiap hari dan menjadi
34 Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, "Mediating the Messege : Theories of Influence
on Mass Media Center", dalam Agus Sudibyo,"Politik Media dan Pertarungan Wacana, hlm. 7-13 3535 Denis DeFluer, Op Cit Hlm. 45
23
prosedur standar bagi pengelola media yang berada di dalamya. Rutinitas media
ini juga berhubungan dengan mekanisme bagaimana berita dibentuk. Ketika ada
sebuah peristiwa penting yang harus diliput, bagaimana bentuk pendelegasian
tugasnya, melalui proses dan tangan siapa saja sebuah tulisan sebelum sampai ke
proses cetak, siapa penulisnya, siapa editornya, dan seterusnya. Berbagai
mekanisme yang menjelaskan bagaimana berita diproduksi, rutinitas media
kerenanya mempengaruhi bagaimana wujud akhir sebuah berita.
3. Level Organisasi
Level organisasi berhubungan dengan struktur organisasi yang secara
hipotetik mempengaruhi pemberitaan. pengelola media dan wartawan bukan
orang tunggal yang berada dalam organisasi berita, ia sebaiknya hanya bagian
kecil dari organissi media itu sendiri. Masing-masing komponen dalam
organisasi media bisa jadi mempunyai kepentingan sendiri-sendiri.
4. Level Ekstra Media
Level ini berhubungan dengan faktor lingkungan di luar media.
Meskipun berada di luar organisasi media, hal-hal di luar organisasi media
banyak mempengaruhi pemberitaan media. Ada beberapa faktor yang termasuk
dalam lingkungan di luar media
a. Sumber Berita
Sumber berita di sini dipandang bukanlah sebagai pihak yang netral yang
memberikan informasi apa adanya. Ia juga mempunyai kepentingan
24
untuk mempengaruhi media dengan berbagai alasan, memenangkan opini
publik, atau memberi citra tertentu kepada khalayak
b. Sumber Penghasilan Media
Sumber penghasilan media ini bisa berupa iklan, bisa juga berupa
pelanggan atau pembeli media. Untuk tetap bertahan kadang kala media
harus berkompromi dengan sumber daya yang menghidupnya. Pelanggan
dalam banyak hal juga ikut mewarnai pemberitaan media. Tema tertentu
harus menarik dan terbukti mendongkrak penjualan, akan terus-menerus
diliput oleh media. Media tidak akan menyia-nyiakan momentum
peristiwa yang disenangi oleh khalayak.
c. Pihak Eksternal
Seperti pemerintah dan lingkungan. pemerintah dalam banyak hal
memegang lisensi penerbitan, kalau media ingin tetap dan bisa terbit ia
harus mengikuti batas-batas yang telah ditentukan pemerintah tersebut.
5. Level Ideologi
Ideologi di sini diartikan sebagai kerangka berfikir atau kerangka
referensi tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat relaitas dan
bagaimana mereka menghadapinya.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa berita adalah jalan cerita
tentang peristiwa. Ini berarti bahwa suatu berita setidaknya mengandung
25
dua hal, yaitu peristiwa dan jalan ceritanya. Jalan cerita tanpa peristiwa
atau peristiwa tanpa jalan cerita tidak dapat disebut berita.36 Sebuah
peristiwa harus memiliki nilai berita (news value) jika ingin dijadikan
sebuah berita, seperti di bawah ini:
1. Keluarbiasaan (unusualness). Berita adalah sesuatu yang
luar biasa, bukanlah suatu peristiwa yang biasa. Seperti
kasus jatuhnya pesawat Adam Air jurusan Surabaya-
Makassar yang menewaskan seluruh awak dan
penumpang pesawat.
2. Kebaruan (newness). Berita adalah sesuatu yang terbaru.
Seperti Pilkada Provinsi Lampung yang diikuti oleh
pasangan Calon Gubernur (Cagub) dan Calon Wakil
Gubernur terbanyak di Indonesia sebanyak tujuh pasangan
calon dan diikuti oleh dua pasangan independen.
3. Akibat (impact). Berita adalah sesuatu yang berdampak
luas. Seperti konvensi minyak tanah ke gas.
4. Aktual (timeliness). Berita adalah peristiwa yang sedang
terjadi. Seperti menyambut bulan suci Ramadhan seluruh
media baik cetak maupun elektronik berlomba-lomba
untuk memberitakan serba-serbi ramadhan.
5. Kedekatan (proximity). Berita adalah kedekatan, baik
yang bersifat geografis maupun psikologis. Yang bersifat
geografis seperti masyarakat Indonesia lebih
36 Sudirman Teba, Jurnalistik Baru, hlm 55.
26
mendahulukan mencari berita mengenai kampanye calon
presiden dan wakil presiden Indonesia ketimbang
kampanye calon presiden dan calon wakil presiden
Amerika Serikat.
6. Informasi. Berita adalah informasi. Menurut Wilbur
Schramm informasi adalah segala yang bisa
menghilangkan ketidakpastian.
7. Konflik (conflict). Konflik adalah segala sesuatu yang
mengandung unsur/sarat pertentangan, merupakan sumber
berita yang tidak pernah kering dan tidak akan pernah
habis.
8. Kejutan. News is surprices. Kejutan adalah sesuatu yang
datangnya tiba-tibadiluar dugaan, tidak direncanakan,
diluar perhitungan, dan tidak diketahui sebelumnya.
Contohnya seperti kasus pembunuhan dan mutilasi
berantai yang dilakukan oleh Ferry Idam Heniansyah
yang telah membunuh sebelas orang secara sadis.
9. Orang Penting. News is about people. Berita adalah
tentang orang-orang, terutama pesohor, sederhana, dan
publik figur.
10. Human Interest. News is interesting. Kadang-kadang
suatu peristiwa tak menimbulkan efek berarti pada
seseorang, sekelompok orang atau bahkan lebih jauh lagi
27
pada masyarakat, tetapi telah menimbulkan getaran pada
suasana hati, suasana kejiwaan atau peristiwa.
11. Seks. Sepanjang sejarah peradaban manusia, segala hal
yang berkaitan dengan perempuan pasti menarik dan
menjadi sumber berita. Pakar jurnalistik berteori bahwa
media massa tanpa seks dalam segala dimensi dan
manifestasinya, sama saja seperti bulan tanpa bintang.
Teori ini ternyata menimbulkan dampak luar biasa dengan
menjamurnya penerbitan pers yang secara khusus
mengangkat isu tentang seks, gender, segala sesuatu
tentang kaum perempuan seperti namuli, kebutuhan,
keinginan, dan ambisinya terhadap lawan jenis.37
II.2.d Media Islam dalam Konstruksi Berita
Membicarakan media islam adalah pembahasan yang sangat menarik.
Sebelum kita membahas mengenai media islam, kita terlebih dahulu akan
membicarakan mengenai komunikasi islam. Tidak banyak buku yang membahas
mengenai teori maupun perspektif komunikasi islami (islam). Kalaupun ada
hanya disinggung sepeintas dan hanya satu atau dua aspeknya saja. Padahal
jumlah penganutnya sangat banyak sekitar satu miliar orang di seluruh dunia.
Juga jumlah Negara islam atau penduduknya mayoritas islam cukup banyak.38
Secara umum semua macam komunikasi manusia memiliki cirri yang
sama atau serupa. Misalnya proses, model, dan pengaruh pesannya. Ihwal yang
37 Drs. As haris Sumadiria, M. Si, Panduan Praktis Jurnalistik Profesional, hlm 80
38 A.Muis, Komunikasi Islam, hlm. 33
28
membedakan komunikasi Islam (Islami) dengan teori komunikasi umum
terutama pada latar belakang filosofinya (Al-Qur’an dan Hadits) dan aspek
etikanya juga didasarkan pada landasan filosofi tersebut.39
Walaupun latar belakang filosofi komunikasi islami (Islam) tidak sama
dengan yang ada pada studi komunikasi umum, namun cukup banyak aspek
paradigmatik dan teoritis (perspektif) yang sama. Misalnya definisi komunikasi
baik definisi etimologis maupun terminologis. Mungkin ada istilah atau
perkataan lain menurut bahasa lain, tetapi istilah dari bahasa lain itu tetap
mempunyai makna komunikasi atau berkomunikasi (communicare – Latin),
yakni berbicara, menyampaikan pesan, pendapat, informasi, berita, pikiran,
perasaan dan sebagainya dari seseorang kepada yang lainnya dengan
mengharapkan umpan balik, jawaban (feedback).40
Dan bagaimana dengan pengertian media islam itu sendiri sebagai
saluran dari komunikasi massa? Seperti dikatakan diawal tidak banyak yang
membedakan antara media non-Islam dengan media Islam dalam hal model,
proses, dan efeknya. Yang membedakannya hanya pada landasan filosofis yang
bersumber pada Al-Qur’an dan Al Hadits.
Tetapi membahas media Islam tidak selesai jika kita hanya terpaku
dengan pengertian diatas. Masih banyak hal-hal lain yang perlu dibahas untuk
mendapatkan gambaran dan perkembangan riil mengenai media islam itu
sendiri. Penulis mendapatkan pengertian mengenai apa sebenarnya atau lebih
tepat bagaimana sebenarnya media Islam itu dari Redaktur Harian Republika,
39 Ibid., h, 34
40 Ibid., h35
29
yang menjadi satu-satunya harian yang bernafaskan Islam yang masih eksis
sampai saat ini.
Menurut keterangan Republika, mereka melabeli harian mereka sebagai
harian Islam dikarenakan beberapa hal: pertama, karena mayoritas pembaca
mereka adalah muslim. Kedua, dalam hal pemberitaan mereka memberi
perhatian yang lebih terhadap isu-isu yang berkaitan dengan Islam dan umatnya
tanpa mengabaikan berita-berita yang lain.41
Bagaimana seharusnya media massa Islam memainkan peranan dalam
hiruk-pikuk seluruh dunia menyongsong era informasi dengan berbagai
implikasinya? Kebanyakan media massa Islam tumbuh di negara-negara
berkembang. Karena itu media massa Islam masih dalam tahap atau kondisi
“berkembang” pula. Hal itu berarti bahwa kemampuan media massa Islam untuk
bersaing dengan arus informasi internasional yang dikelola oleh kantor-kantor
atau jaringan-jaringan media raksasa milik negara-negara maju masih sangat
lemah.42
Perkembangan media islam dipengaruhi oleh fenomena tumbangnya
orde baru pada Mei 1998. Bagi kalangan media, itulah untuk pertama kalinya
selama 30 tahun, media massa mengalami masa kebebasan yang hamper tak
terbatas. Yunus Yosfiah, Menteri Penerangan saat itu melakukan terobosan
penting dengan mempermudah pengurusan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers
(SIUPP). Media-media Islam jelas diuntungkan dengan fenomena tersebut,
41 Yeyen
42 A. Muis, Komunikasi Islami, hlm 15
30
karena sebelumnya untuk menerbitkan SIUPP bukan hanya diperlukan uang
yang banyak tetapi dibutuhkan orang yang punya akses terhadap proses
pengambilan keputusan untuk memperoleh SIUPP.
Sayangnya pada saat pasa dipenuhi oleh media-media yang menyuarakan
fanatisme dan ekslusivisme, media Islam Moderat justu semaikin hilang dari
peredaran. Majalah Ummat yang sempat mapan pada decade 90-an tidak
dilanjutkan penerbitan, Jurnal Ulumul Qur’an yang sempat menjadi salah satu
icon pemikiran Islam ternyata tidak berlanjut ketika keran kebabasan dibuka,
dan Majalah Panji Masyarakat juga tidak lebih baik nasibnya. Ini tentu
memprihatinkan karena media-media yang terbit saat itu didominasi oleh media
yang cenderung menjual “kabar-kabar kebencian”43
Dua media yang sangat besar, yaitu Sabili dan Ummi, adalalah fenomena
yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Majalah Panji Masyarakat memang
cukup besar berpengaruh pada dekade 70-an dan 80-an, demikian juga majalah
Ummat sempat menjadi media islam terbesar pada dekade 90-an. Namun, dua
majalah ini tidak sefenomenal Sabili dan Ummi tertutama dari segi oplah. Pada
tahun 2000, oplah Sabili diperkirakan mencapai angka di ats 100 ribu dan
Majalah Ummi 80 ribu eksemplar.
Sabili dan Ummi hanya dua contoh sukses media Islam yang
menyuarakan fanatisme dan ekslusivisme yang kuat terhadap Islam. Ada banyak
media lain yang terbit pada masa reformasi seperti Jurnal Islam, Saksi, Darul
43
Agus Sudibyo, Ibnu Hamad, Muhammad Qadari, Kabar-kabar kebencian dan Prasangka
Agama, hlm. 24
31
Islam, dan beberapa lainnya tetapi tumbang oleh seleksi alam. Dari hasil
penelitian penulis dilapangan, media-media Islam kini mulai membuka diri
terhadap sesuatu diluar fanatisme dan ekslusivisme. Media-media Islam kini
mulai meragamkan diri dengan penerbitan majalah-majalah yang berhubungan
dengan gaya hidup (life style) Islami seperti Majalah Alia dan Noor, juga
majalah yang bersegmentasi remaja seperti Annida dan Muslimah, dan juga yang
media Islam yang ditujukan untuk keluarga seperti Ummi. Perlahan tapi pasti
media tersebut mulai bisa diterima oleh masyarakat.
Bagaimana keadaan media moderat saat ini? Media Islam moderat justru
surut pada saat pasar didominasi oleh media Islam yang hanya menjual kabar-
kabar kebencian dan permusuhan? Memang ada asumsi pasar yang
menyebutkan media Islam bukan sesuatu yang marketable, namun asumsi ini
patah oleh kisah sukses Sabili. Ada juga yang mengatakan bahwa Islam moderat
bukan tema yang cukup menarik untuk dijual, asumsi ini patah oleh kisah sukses
Panji Masyarakat, Ulumul Qu’an dan Ummat. Kegagalan tiga media Islam ini
bukan karena kehabisan gagasan atau gagasan yang diusung tidak manarik,
tetapi lebih kepada factor manajemen.
Faktor manajemen memang menjadi problem serius dalam pengelolaan
media Islam, khususnya media Islam moderat. Manajamen di sini tidak semata-
mata dalam pengertian manajemen perusahan, di mana seluruh pengelolaan
sumberdaya perusahaan diorientasikan sepenuhnya untuk menghasilkan produk
berkualitas untuk memenuhi standar kompetisi, tetapi juga dalam arti
manajemen redaksional, di mana daya tarik peristiwa, aktualitas berita, akurasi
dan validitas data serta kredibilitas narasumber diolah dan disajikan menjadi
32
sebuah berita yang memikat. Ini memang bukan pekerjan mudah. Apalagi media
elektronik – radio, televisi dan internet – telah menyediakan informasi dengan
cara yang jauh lebih murah, mudah dan cepat.
Selain itu media Islam juga membutuhkan Public Relation yang tanggu
untuk membentuk good name dan good will yang baik kepada masyarakat,
sehingga masyarakat bisa menerima media Islam, sebagai media pertama dalam
rujukan sumber informasi. Keadaan yang sangat dilematis ketika Indonsia
Negara mayoritas umat islam terbanyak didunia, jika melihat media Islamnya
seperti mati suri. Sangat berat ketika penulis harus mendikotomikan antara
media Islam yang Moderat dan media dengan fanatisme Islam berlebihan. Tetapi
itulah fakta dilapangan. Menurut penulis sudah saatnya media massa Islam baik
yang moderat dan media dengan fanatisme Islam mulai berbenah diri. Semakin
lama masyarakat kita semakin cerdas. Gunakanlah bahasa-bahasa yang baik dan
cerdas untuk membela Islam. Karena jika tidak ini akan menjadi bom waktu
untuk pencirtaan umat dan media Islam itu sendiri. Walaupun faktanya umat
Islam tertindas, gambarkanlah jeritan itu dengan ilmu dan santun sesuai dengan
pedoman Al-Qur’an dan As-Sunnah.
II.3. Ideologi Media
Secara umum dapat dikatakan bahwa ideologi mempunyai dua
pengertian yang berbeda. Pengertian dalam tataran positif menyatakan bahwa
ideologi dipersepsikan sebagai realitas pandangan dunia (world view,
welttanschaung) yang menyatakan sistem nilai kelompok atau komunitas sosial
tertentu untuk meligitimasikan kepentingannya. Sementara itu, pengertian dalam
33
tataran negatif menyatakan bahwa ideologi dipersepsikan sebagai realitas
kesadaran palsu. Dalam arti bahwa ideologi merupakan sarana manipulatif dan
deceptive pemahaman manusia mengenai realitas sosial.44.
Ada sejumlah definisi terkait konsep ideologi. Penulis yang berbeda
menggunakan istilah ini secara berbeda pula, tidaklah mudah memastikan
penggunaanya peda setiap konteks. Raymond Williams (1977) menemukan tiga
penggunaan utama. Pertama , suatu sistem keyakainan yang menedai kelompok
atau kelas tertentu. Kedua, ideologi merupakan suatu sistem keyakinan
ilusioner- gagasan palsu - yang bisa dikontraskan dengan pengetahuan sejati atau
pengetahuan ilmiah. dan yang terakhir, ideologi seringkali digunakan untuk
sebuah proses umum produksi makna dan gagasan.
Dalam perkembangan ilmu sosial, terminologi ideologi mengalami
banyak pemaknaan. tapi secara ringkas , ideologi juga dapat dilihat dalam tiga
ranah acuan pokok. Pertama, ideologi sebagai realitas yang bermakna netral.
artinya, ideologi dimaknai sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai dan sikap
dasar rohani suatu kelompok sosial dan komunitas kebudayaan tertentu.
Kedua, ideologi sebagai kesadaran palsu (false consciousness).
pengertian ideologi sebagai kesadaran palsu menyatakan bahwa ideologi
merupakan sistem berfikir yang sudah terdistorsi,baik secara sengaja maupun
tidak disengaja. Ideologi dalam pengetian ini adalah sarana kelas atau kelompok
sosial tertentu untuk mensahkan atau melegitimasikan asal sumber dan praksis
kekeuasaan secara tidak wajar. dalam pengerian ini, makna ideologi justru
44 Kalr Mannheim, Ideologi and Utopia. An introduction to the sociology of knowledge, hlm 24
34
bernilai negatif. artinya ideologi merupakan perangkat claim yang tidak wajar
atau sebuah teori yang tidak berorientasi pada nilai kebenaran (meskipun
ketegori kebenaran sangat bernilai relatif), melainkan sudah mengambil sikap
berpihak pada kepentingan tertentu. objektifitas kebenaran merupakan jalinan
dan rangkaian kebenaran subjektif yang disepakati bersama sebagai kebenaran
objektif.
Ketiga, ideologi sebagai sistem keyakinan yang tidak rasional.artinya,
bahwa ideologi hanya sekedar rangkaian sistem kepercayaan dan keyakinan
subjektif (belief system). Konsekuensinya adalah ideologi tidak membuka
kemungkinan pertanggungjawaban rasional dan objektif.45
Ideologi berkaitan dengan konsep seperti "pandangan dunia", sistem
kepercayaan, dan nilai-nilai.namun, ruang lingkup ideologi lebih luas dari pada
konsep-konsep tersebut.ideologi tidak hanya berkaitan dengan kepercayaan yang
terkandung mengenai dunia, tapi juga cara yang mendasari definisi dunia. Oleh
sebab itu, ideologi tidak hanya tentang politik. Ideologi memiliki cakupan yang
lebih luas lagi dan mengandung makna konotasi46. Ideologi merupakan sarana
yang digunakan untuk ide-ide kelas yang berkuasa sehingga bisa diterima oleh
keseluruhan masyarakat sabagai sesuatu yang alami dan wajar.47
Menurut Antonio Gramsci mengenai hegemoni, media massa adalah alat
yang digunakan elit berkuasa untuk "melestarikan kekuasaan, kekayaan dan
status mereka (dengan mempopulerkan) falsafah, kebudayaan dan moralitas
45 Franz Magnis Suseno, Filsafat sebagai ilmu kritis, hlm 230-231
46 Croteau and Hoynes, Media/Society, Industries, Image, and Audience,hlm,163 47 John Fiske, cultural and communication studiest, sebuah pengantar paling komprehensif,
hlm 239 .
35
mereka sendiri.”48 Di satu pihak media massa merupakan sebuah medium
penyampai informasi dan dipihak lain media massa dapat pula dijadikan sebagai
alat penyebarluasan ideologi golongan tertentu. Oleh karena itu, media massa
dikatakan memiliki bias-bias kepentingan tertentu.
Kekuatan-kekuatan yang bermain di dalam dan di luar media diyakini
memiliki pengaruh pada proses komunikasi yang dilakukan media massa. Dalam
beberapa kasus, pemberitaan media melibatkan dominasi kelompok-kelompok
dominan. Sebagai medium penyampaian pesan, media memang tidak bisa
bersifat netral. Begitu pula pesan-pesan yang terkandung di dalamnya juga tidak
bisa dikatakan bebas nilai karena pesan-pesan tersebut mengandung makna-
makna tertentu dan bahkan mungkin mengandung pesan yang sarat dengan
muatan ideologis.
Teori-teori klasik ideologi diantaranya mengatakan bahwa ideologi
dibangun oleh kelompok yang dominan dengan tujuan untuk memproduksi dan
melegitimasi dominasi mereka.49 Pengaruh media massa yang begitu besar
terhadap masyarakat membuat media massa dijadikan alat oleh kelompok-
kelompok tertentu untuk membujuk dan mengomunikasikan ideologi-ideologi
demi kepentingan mereka.
Shoemaker dan Reese melihat ideologi sebagai salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi isi media. ideologi diartikan sebagai salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi isi media. ideologi diartikan sebagai suau mekanisme
simbolok yang berperan sebagai kekuatan pengikat dalam masyarakat. tingkat
48 James Lull, Media Komunikasi Kebudayaan: Suatu Pendekatan Global, hlm, 34. 49 Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, hlm 13
36
ideologi menekankan pada kepentingan siapakah seluruh rutinitas dan organisasi
media itu bekerja.50
Hal ini tidak lepas dari unsur nilai, kepentingan dan kekuatan atau
kekuasaan apa yang ada dalam media tersebut. kekuasaan tersebut berusaha
dijalankan dan disebarkan melalui media sehingga media tidak dapat lagi
bersifat netral dan tidak berpihak. Media bukanlah ranah netral dimana berbagai
kepentingan dan pemaknaan dari berbagai kelompok akan mendapat perlakuan
yang sama dan seimbang51. Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa media
berfungsi sebagai perpanjangan tangan dari kelompok pemegang kekuasaan dan
kekuatan dalam masyarakat. Nilai yang dianggap penting bagi pemegang
kekeuasaan disebarkan melalui media sehingga isi media mencerminkan apa
yang diinginkan oleh pemilik kekuasaan tersebut.
Ideologi bekerja melalui bahasa dan bahasa adalah medium tindakan
sosial52. Dalam media masssa, aspek-aspek ideologi dapat dilihat dari bagaimana
mereka menyampaikan pesan kepada kahalayaknya. Dalam hal ini pesan-pesan
disampaikan melalui simbol-simbol baik verbal maupun non verbal. Simbol-
simbol itu dapat mewakili ide, perasaan, pikiran serta ideologi. Ideologi secara
verbal dapat diamati dengan melihat pilihan bahasa dan struktur bahasa yang
dipakai.
Bahasa yang akan dipakai dalam media massa ditentukan oleh awak
media itu sendiri, dalam hal ini yang mempunyai pengaruh besar dalam
50 Pamela J. shoemaker dan Stephen D Reese, Mediating the Message Theories of Influences on
Mass Media Contend, second edition, hlm. 223
51 Agus Sudibyo , Politik Media dan Pertarungan Wacana, hlm, 55 52 John B Thompson, Analisis Ideologi : Kritik Wacana Ideologi-ideologi Dunia, , hlm 19
37
menentukan pilihan dan struktur bahasa adalah wartawan dan editor. Wartawan
dan editor memiliki kewenangan untuk menentukan pilihan kata yang akan
dipergunakan. Wartawan memutuskan apa yang akan ia beritakan, apa yang
akan diliput dan apa yang harus disembunykian kepada khlayakak.53. Proses-
proses tersebut menunjukan adanya kegiatan penyeleksian berita. Proses
penyeleksian akan menentukan berita yang akan dimuat dalam media massa
selanjutnya, sehingga untuk memproduksi sebuah berita banyak pihak-pihak dan
faktor-faktor yang terlibat dan bermain di dalamnya.
Dalam proses konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama. Ia
merupakan instrument pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa adalah alat
konseptualisasi dan alat narasi. Begitu pentingnya bahasa, maka tak ada berita,
cerita, ataupun ilmu pengetahuan tanpa bahasa. Keberadaan bahasa tidak lagi
semata sebagai alat untuk menggambarkan realitas, melainkan bisa menetukan
gambaran (makna citra) mengenai suatu realitas media yang akan muncul di
benak khalayak. Terdapat berbagai cara media massa mempengaruhi bahasa dan
makna, mengembangkan kata-kata baru beserta makna asosiatifnya; memperluas
makna dari istilah-istilah yang ada; mengganti makna lama sebuah istilah
dengan makna baru; memantapkan konvensi makna yang telah ada dalam suatu
sistem bahasa.54
III.4 Pengertian Konflik
Kalevi J. Holsti mengatakan bahwa konflik timbul akibat ketidaksamaan
posisi atas suatu isu, adanya tingkah laku permusuhan, setra diperkuat oleh aksi- 53 Bimo Nugroho, Eriyanto, Frans Sudiarsis, Politik Media Mengemas Berita, Hlm 21
54 Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi critical Discourse Analysis Terhadap Berita-berita Politik, hlm, 12
38
aksi militer antara pihak-pihak yang bertikai.55 Sementara Louise Kriesberg
mendefinisikan konflik sebagai sebuah situasi dimana dua atau lebih pihak
mempercayai bahwa mereka mempunyai tujuan yang berbeda (a conflict is a
situation in which two or more parties, or their representatives, belives they
have incompatible objective).56
Secara sempit, konflik memiliki pengertian perilaku (behavior) atau aksi
(action) yang tidak bersahabat antara pihak-pihak yang bertikai.57 Dengan
pengertian seperti ini, dapat disimpulkan bahwa konflik berakhir bila perilaku
demikian juga berakhir. Namun pendapat ini masih dapat dipertanyakan, karena
penghentian perilaku tidak bersahabat tidak selalu berati selesainya konflik.
Gencatan senjata, penghentian pernyataan verbal yang ofensif
(propaganda/hasutan), mobilisasi, petisi, demonstrasi, boikot, dan sanksi, hanya
merupakan indikasi kearah penyelesaian konflik. Namun demikian perlu ditarik
batasan antara perilaku tidak bersahabat yang dimaksud dalam konflik, yaitu
kekerasan politik/militer (politic/military violence), dengan kejahatan biasa oleh
individu atau kelompok (sheer banditary, mutinies and other form of collective
violence)58
Aksi-aksi kekerasan yang dilancarkan oleh pihak-pihak yang bertikai
tersebut timbul akibat adanya perbenturan kepentingan (incompability) antara
mereka. Inilah pengertian konflik yang lebih umum, yaitu situasi dimana
terdapat ketidaksepakatan mendalam antara sedikitnya dua pihak yang
55 K.J. Holsti, International Politics : A Framework for Analysis, third edit. (eaglewood Cliffs: Prentice Hall Inc, 1977)Hlm, 456
56 Louis Kriesberg, The Sociology of social Conflict (New York : Prentice Hall, 1973.
57 Peter Wallensteen, understanding conflict resolution: war, peace, and the global system. London: sage publication, 13-14
58 Ibid., h 25
39
kebutuhan/kepentingan mereka atas suatu sumber daya yang sama dan terbatas
tidak dapat terpenuhi dalam waktu yang bersamaan.59
Komponen terakhir dan paling mendasar dari konflik adalah aktor.
Dalam hubungan antar manusia, di saat seseorang/sekelompok individu
mementukan kebutuhan dasarnya dan menyadari bahwa kepentingan untuk
memeuhi kebeutuhannya itu berentangan dengan yang lain, maka dengan
sedirinya konflik telah tercipta. Oleh karena itu, latar belakang aktor serta
bagaimana pemahaman si aktor atas posisinya dan sumber daya yang
dibutuhkannya menjadi elemen yang penting untuk dianalisa. Dalam sistem
global, aktor terbagi menjadi dua kategori, yaitu negara dan non-negara.
Kelompok pertama mencakup organisasi antar pemerintah (IGOs) seperti PBB,
Liga Arab, dan OKI; dan Negara yaitu Inggris, Paletina, Israel, Amerika, Mesir,
dll. Kelompok kedua adalah actor non negara, yang erbagi menjadi individu;
organisasi non pemerintah (NGOs); kelompok-kelompok kepentingan; dan
perusahaan multinasional.
Dengan mengombinasikan ketiga komponan tadi, maka definisi yang
lengkap dari konflik adalah :60
“A social situation in which a minimum of two actor (parties) stive to acquire at
the same moment in the time an available set of scarce resources.”
“Sebuah situasi sosial dimana terdapat minimal dua aktor/kelompok, yang
berupaya memperoleh sumber daya yang terbatas pada saat yang bersamaan.”
59 Ibid., h 15 60 Ibid., h 16
40
Kata ‘Stive’ pada definisi diatas mencakup segala jenis upaya untuk
memperoleh sumber daya yang terbats tadi, bisa dari aktivitas yang paling
ringan hingga yang paling keras yaitu berperang. Semantara frasa’at the same
moment in time’ juga penting untuk ditekankan, karena waktu, seberapapun
berharganya, dapat dibagi. Bila salah satu pihak bertikai setuju untuk
mendapatkan sumber daya yang diperebutkan pada waktu yang berbeda atau
memanfaatkan secara bergiliran, maka tidak akan ada konflik. Sementara frasa
‘available set of scare resources’ yang menimbulkan pembenturan pada konflik
tidak selalu mengacu kepada sumber daya yang memiliki nilai ekonomis.
Incompatibility juga dapat berlaku atas perebutan kekuasaan atas suatu wilayah,
kekuasaan atas rakyat, posisi dalam partai politik atau pemerintahan, dan lain
sebagainya.61
Sebagai konsep konflik, maka penelitian ini melangkah pada konflik
terberat yang ada yaitu perang. Peperangan berbeda dengan konflik biasa
dimana Ia merupakan fenomena dimana kerusakan yang diakibatkannya tidak
dapat dihapus dan dikembalikan seperti sebelumnya (irreversible). Perang
mencakup pengambilalihan wilayah, pengusiran penduduk asli wilayah tersebut,
kematian tentara dan penduduk sipil, perusakan infrastruktur, sumber daya
manusia, serta lingkungan. Perang yang merupakan fenomena sosial paling
destruktif yang bisa dilakukan manusia, mencakup repsesi sistematik,
totalitalianisme, hingga genosida.
Di dalam studi perdamaian (peace studies) terdapat tiga istilah yang
perlu dipahami secara baik guna tidak mengacaukan pemahaman, yakni:
61 Ibid., h 15-16
41
pertama, penyelesaian konflik (conflict resolution) merujuk pada sebab-sebab
konflik daripada manifestasi konflik. Logika yang bekerja dalam pemahaman ini
ialah konflik akan selalu ada di dalam kehidupan manusia karena itu konflik
dapat terselesaikan. Kedua, pembasmian konflik, merujuk pada manifestasi
konflik daripada sebab-sebab konflik. Terjadi Logika yang bermain dalam
konteks pembasmian adalah dalam jangka pendek konflik dibasmi dengan
kekerasan, tetapi untuk jangka panjang tidak mungkin menggunakan pendekatan
ini, karena semakin dibasmi dengan kekerasan, maka konflik itu akan semakin
berkobar dan membesar. Ketiga, pengaturan konflik berupa bentuk-bentuk
pengendalian yang lebih diarahkan pada manifestasi konflik daripada sebab-
sebab konflik.
1. Pendekatan dinamika konflik
Peter wallesteen mengemukakan tiga pendekatan untuk menjembatani
konsep konflik dengan resolusi konflik.62 Pendekatan pertama berpandangan
bahwa konflik adalah fenomena sosial yang memiliki jiwa dan mendorong
aktor-aktor yang berada didalamnya untuk memposisikan diri saling berhadapan
satu sama lain, sesuai dengan tujuan dan kepentingannya masing-masing, karena
konflik memilik siklus hidup yang dinamis, maka resolusi konflik adalah sebuah
upaya tanpa akhir untuk mentransformasikan konflik menjadi interaksi positif.
Konflik dapat ditransformasikan melalui tiga cara, seperti yang ditunjukan
dalam bagan di bawah ini
62 Ibid., h 33-49
42
A
100
50
50 100
Sumber : Peter Wallensteen
Cara pertama, transcendence, (ditunjukana pada titik IV) adalah dimana
masing-masing aktor A dan B yang berkonflik memperoleh 100% tujuannya.
Cara kedua compromise, adalah dimana masing-masing aktor bertemu di
tengah-tengah titik (titik III) dengan mengorbankan sebagian tujuannya. Pada
cara ketiga, withdrawals, baik A maupun B melepaskan tujuannya dan
menyerahkan kepada pihak ketiga (titik V). Tentu saja transformasi yang paling
diinginkan dalam tiap konflik adalah transcendence, walaupun secara
metematis hal ini tidak mungkin dicapai karena tidak ada sumber daya yang
bernilai 200%. Untuk itu dibutuhkan kerativitas dari semua pihak yang
berkepentingan dalam konflik untuk dapat mencapat transcendence.
Langkah yang signifikan dalam pendekatan ini adalah dengan
mengadakan dialog antara pihak-pihak yang berkonflik untuk mencapai suatu
kesepakatan damai, dengan melibatkan pihak ketiga yang berperan sebagai
mediator/fasilitator. Pihak ketiga ini bisa Negara bisa juga organisasi non
Negara (NGOs), harus bersifat anti kekerasan (non-voilent) untuk dapat
I A Wins B Loses
IV A Wins B Wins
III Compromise
V A Loses, B Loses,
C Wins
II B Wins A Loses
43
mengubah dinamika konflik, menjembatani tuntutan-tuntutan yang ada, serta
memberikan jalan keluar alternative.
2. pendekatan kebutuhan dasar
Pendekatan ini berpandangan bahwa konflik timbul akibat akumulasi
rasa frustasi pihak-pihak yang tuntutannya tidak terpenuhi. Bila mereka tidak
menemukan jalan lain untuk memenuhi kebutuhannya, maka pihak-pihak ini
mengomunikasikan rasa frustasinya melalui jalur kekerasan. Ini berari konflik
menjadi suatu instrument aksi bagi actor-aktor tertentu. Inilah ini dari
pendekatan kedua yang memfokuskan kepada kebutuhan dasar manusia. Konflik
dan aksi-aksi kekerasan timbul bila individu merasa kebutuhan dasar misalnya
keamanan, identitas (tercakup didalamnya factor-faktor etnis, akar sejarah,
bahasa, agama/keyakinan, dan budaya), penerimaan/pengakuan dalam
masyarakat, partisipasi dalam politik, akses terhap kekeuasaan, dan kebutuhan
ekonomi.
Dengan demikian, proses resolusi konflik harus mengidentifikasi factor-
faktor mana yang merupakan kebuhan dasar yang tidak terpenuhi serta jalan
keluar untuk mengantisipasinya. Namun kemudian timbul pertanyaan,
mungkinkah semua tuntutan dan kebutuhan manusia atau sekelompok manusia
dapat terpenuhi? Berbeda dengan pendekatan cinamika konflik, penganut
perspektif kedua ini cenderung kepada jawaban pesimistis karena kebutuhan
manusia tidak mungkin terpenuhi seluruhnya. Akan tetapi, sama seperti
pendekatan dinamika konflik yang menyakini bahwa konflik hanya dapat
ditransformasikan dan tidak dieliminasi, pendekatan ini berkesimpulan bahwa
44
resolusi konflik hanya merupakan cara memanajemen konflik dan bukan
mengakhirinya.
3. Pendekatan Kalkulasi Rasional
Perspektif ketiga ini mengemukakan bahwa tiap aktor memliki
rasionalitas masing-masing, kemampuan membentuk penilaian, mambuat
keputusan, menyusun stretegi, dan oleh karenanya dapat mengambil langkah-
langkah dan inisiatif yang dapat membawa kepada peperangan. Pemikiran
seperti ini tidaklah menyenangkn, namun penganut perspektif ini beragumen
bahwa hal sebaliknya, pengakhiran perang dan pencapaian kesepakatan juga
didasari oleh rasionalitas aktor tadi.
Aktor-aktor dalam konflik negara, kelompok orang, atau suatu
pergerakan nasional, diasumsikan mengambil inisiatif untuk berperang dengan
tujuan kemenangan, setelah melakukan kalkulasi internal bahwa keuntungan
yang mungkin diraih lebih besar dari kehilangan yang harus dikorbankan.
Namun setelah beberapa waktu dan kemenangan tidak juga tercapai, potensial
keuntungan menurun sementara biaya peperangan (baik berupa korban jiwa
maupun kerugian meteril) meningkat. Dengan demikian actor/inisiator akan
melakukan revisi terhadap kalkulasi terdahulu, yang akan merubah arah dan
dinamika konflik. Bila pihak-pihak yang berhadapan memiliki kebutuhan yang
sama untuk mengevaluasi posisi dna pengorbanan/kerugiannya, maka inilah saat
yang tepat untuk memulai proses resolusi konflik.
Pendekatan kalkulasi rasional ini sulit untuk dipahami oleh pihak-pihak
di luar konflik karena alasan dibalik pengambilan keputusan atau inisiatif untuk
45
berperang teramat kompleks. Selain itu, berbeda dengan pendekatan dinamika
konflik, perspektif ini menekankan pada signifikansi aktor dan bukan fenomena
alami dari interaksi sosial sebagai pengendali konflik. Namun pendekatan ini
justru lebih menekankan kepada pentingnya peranan aktif dunia internasional
dibandingkan dua pendekatan terdahulu. Dunia luar berperan dalam
mempengaruhi kalkulasi aktor-aktor yang berkonflik agar bergerak kearah
manajemen atau resolusi konflik. Salah satu cara mempengaruhi adalah melalui
system reward and punishment, seperti misanya pemberlakuan sanksi atau
embargo sebagai tekanan terhadap aktor yang ‘bandel’. Kekuatan militer juga
dapat digunakan untuk memperkuat kaualitas tekanan.
Namun cara ini memiliki kelemahan, yaitu hanya memiliki kemungkinan
berasal bila yang berkonflik adalah Negara kecil. Lebih lanjut, timbul
pertanyaan-pertanyaan : pihak luar mana yang dapat turun tangan menangani
konflik tertentu? Yang mana dapat berpartisipasi dlam pencapaian kesepakatan
damai yang tahan lama? Apa sebaiknya melibatkan sebanyak mungkin pihak
luar atau tidak, dan apaakah mereka harus diundang atau berinisiatif sendiri?
Dengan kalkulasi rasional masing-masing, beberapa pihak justru dapat
mempersulit pencapaian kesepakatan disebabkan ambisi dan kepentingan
pribadinya. Dari segi jumlah, sebanyak mungkin partai yang terlibat terlihat
lebih baaik dan demokratis. Namun, negosiasi dalam skala besar dapat dilihat
sebagai penyia-nyia waktu dan sumber daya. Sedangkan perspektif ini
menekankan kepada pentingnya waktu yang tepat (ripe moment). Kesempatan
untuk memulai proses perdamaian harus diraih dengan aksi/maneuver politik
yang cepat dan tepat, atau momentum untuk itu akan terlewatkan.
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Bagi penelitian
kualitatif, realitas tidak hanya satu. Setiap peneliti menciptakan realitas sebagai
bagian dari proses penelitian, bersifat subjektif dan hanya berada dalam referensi
peneliti. Penelitian kualitatif mengamati keseluruhan proses yang dipercaya
bahwa realitas itu bersifat holistik (menyeluruh) dan tidak dapat dibagi-bagi.63
Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar ilmiah atau pada
konteks dari suatu keutuhan (Entity). Hal ini dilakukan, menurut Lincon dan
Guba (1985, 39) karena ontologi alamiah mengenai adanya kenyataan-kenyataan
sebagai keutuhan yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya.
Menurut mereka hal tersebut didasarkan atas beberapa asumsi : (1) Tindakan
pengamatan memepengaruhi apa yang dilihat, karena itu hubungan penelitian
harus mengambil tempat pada keutuhan dalam konteks untuk keperluan
pemahaman. (2) Konteks sangat menentukan dalam menetapkan apakah suatu
penemuan mempunyai arti bagi konteks lainnya, yang berarti bahwa suatu
mstruktur nilai kontekstual bersifat determinatif terhadap apa yang akan dicari.64
Penelitian ini menggunakan analisis interpretatif. Menurut pandangan
media tradisional media dilihat sebagai alat untuk menyalurkan informasi. Hal
63 Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif;Prosedur, Teknik, dan Teori Gounded, Surabaya, PT. Bina Ilmu, 2007, h. 35
64 Lexy J. Maleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Rosda, 2003 h. 8
47
berbeda dalam pandangan interpretatif yang melihat makna dari apa yang
ditampilkan oleh media.65
Isi yang media tampilkan menurut komunitas interpretatif adalah hasil
dari konstruksi dan setiap orang akan memiliki pandangan terhadap produksi
media. Sebagai contoh. Tayang Sesame street yang merupakan tayangan anak-
anak. Banyak anak-anak yang menonton Sesame Street hanya untuk mengisi
waktu luang, tetapi banyak juga anak-anak yang menonton kemudian
didiskusikan oleh orang tua mereka, dan memaknai tayangan itu selain
hiburan.66
Thomas Lindlof memberikan tiga dimensi interpretative67 :
1. Mengartikan isi media dari dua media yang berbeda dan memiliki isu
yang sama.
2. Bagaimana efek dari isi media tersebut kepada masyarakat, dan
3. Bagaimana media mengonstruksi berita tersebut.
B. Metode Penelitian
Metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode analisis
framing menurut Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki. Bagi Pan dan Kosicki,
analisis framing merupakan salah satu analisis isi kualitatif yang berbeda dengan
isi tradisional. Teks berita di sini dilihat sebagai hasil konstruksi realitas,
sehingga dalam pengamatannya melibatkan pula proses produksi teks berita.
65 Stephen W. Litteljhon, Theories of Human, Communication, USA, Wadsworth, Thomson
Learrning, 2005, h. 200 66 Ibid., h 201 67 Ibid.
48
Setelah beberapa kurun waktu yang cukup lama, pendekatan
positivis mendominasi penelitian ilmiah, kini pendekatan positivis sudah
mulai digantikan dengan pendekatan lain yang lebih kritis. Analisis framing
merupakan salah satu bentuk penelitian baru yang sedang berkembang dan
termasuk kedalam paradigma konstruksionis.
Analisis framing dipakai untuk mengetahui bagaimana realitas
seperti: peristiwa, actor, kelompok atau apapun yang dibingkai oleh media.
Pembingkaian tersebut dibentuk melalui proses konstruksi.68 Proses
konstruksi realitas itu sendiri pada akhirnya menghasilkan mekana tertentu.
Hasilnya dapat kita cermati dari berbagai media massa, walaupun banyak
media memberitakan peristiwa yang sama, namun makna yang akan diterima
khalayak akan berbeda.
Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita
(story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara
melihat” terhadap realitas yang disajikan oleh berita. “cara melihat” ini
berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas.69
Sebagai sebuah metode analisis teks, analisis framing mempunyai
karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan anlisis isi kuantitatif.
Dalam analisis kuantitatif, yang ditekankan adalah isi (content) dari suatu
pesan/teks komunikasi. Sementara dalam analisis framing, yang menjadi
pusat perhatian adalah pembentukan pesan dari teks. Framing, terutama
melihat bagaimana pesan/peristiwa dikonstruksi oleh media. Bagaimana
68 Eriyanto, Konstruksi Ideologi dan Politik Media, h. 3 69 Ibid., h. 10
49
wartawan mengonstruksi peristiwa dan menyajikan kepada khalayak
pembaca.70
Menurut Pan dan Kosicki ada dua konsepsi dalam framing yang
saling berkaitan, pertama, dalam konsepsi psikologis. Framing dalam
konsepsi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses
informasi dalam dirinya. Framing berkaitan dengan struktur dan proses
kognitif, bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan
ditunjukkan dalam skema tertentu, di mana informasi tertentu ditempatkan
secara lebih menonjol dalam kognisi seseorang. Kedua, konsepsi sosiologis.
Pandangan sosiologis melihat pada bagaiamana konstruksi sosial atas
realitas. Frame dalam pandangan sosiologis merupakan sebuah proses
seseorang menglasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan
pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas di luar dirinya,
sehingga realitas menjadi teridentifikasi, dipahami, dan dapat di mengerti
karena sudah dilabeli dengan label tertentu.71
Pan dan Kosicki menggabungkan konsepsi psikologis dengan
konsepsi sosiologis. Menurut mereka kedua konsepsi tersebut tidak dapat
dipisahkan karena pada dasarnya framing melibatkan kedua unsure tersebut.
Dalam menganalisis isi teks berita, pendekatan ini membagi perangkat
framing menjadi empat struktur besar.
Metode framing Pan dan Kosicki menfokuskan pada cara
wartawan dalam memaknai suatu peristiwa, sehingga perangkat wacana
yang digunakan oleh wartawan menjadi perhatiannya. Melalui perangkat
70 Ibid., h. 10-11 71 Ibid., h. 252-253
50
wacana seperti kata, kalimat, lead, foto, atau gambar merupakan alat untuk
memahami media dalam mengemas berita.
Dalam pendekatan ini, pendekatan framing dibagi dalam empat
struktur besar. Keempar struktur tersebut adalah sintaksis, struktur skrip,
struktrur tematik, dan struktur retoris. Keempat struktur tersebut merupakan
suatu rangkaian yang dapat menunjukkan framing dari suatu media.
Pendekatan ini dapat digambarkan ke dalam skema seperti di bawah ini:
Sruktur Pada Perangkat Framing
Struktur Unit yang diamati
Sintaksis Headline, lead, latar, informasi,
kutipan sumber, pernyataan,
penutup
Srip 5W + 1H
Cara Wartawan
Mengisahkan Fakta
Tematik Paragraf, proposisi, kalimat,
hubungan
antar kalimat.
1. Skema Berita
PERANGKAT
2. Kelengkapan Berita
3. Detail
4. Maksud
5. Nominalisasi
6. Koherensi
7. Bentuk Kalimat
8. Kata Ganti
51
Retoris Kata, idiom, gambar/foto, grafik
Cara wartawan
Menekankan fakta
Sintaksis72
Dalam wacana berita, sintaksis menunjuk pada pengertian susunan dari
bagian berita seperti headline, lead, latar informasi, sumber atau penutup yang
berada dalam satu kesatuan teks berita secara keseluruhan. Dalam penulisan
jurnalistik dikenal struktur piramida terbalik. Struktur piramida terbalik tersebut
yang bias disebut sebagai salah satu bentu sintaksis.
Headline merupakan aspek sintaksis yang mendapat perhatian lebih
sebab headline mempunyai pengaruh terhadap isi. Dari headline sebuah
peristiwa akan dibawa dan dimengerti. Lead adalah perangkat sintaksis lainnya.
Lead umumnya memberikan suatu sudut pandang dari berita, menunjukkan
perspektif tertentu dari peristiwa yang diberit€akan. Sedangkan latar merupakan
bagian berita yang dapat mempengaruhi semantic atau arti kata yang ingin
ditampilkan. Latar belakang yang dipilih akan menentukan cara pendang
khalayak. Latar dapat pula dijadikan pembenar atas suatu ide atau gagasan
tertentu yang tujuannya untuk menyerang kelompok lain dan mempertahankan
pendapat kelompoknya sendiri.
72 Disarikan dari Eriyanto, Bimo Nugroho, Frans Sudiasis, Politik Mengemas Berita h. 31-33
9. Leksikon
10. Grafis
11. Metafora
12. Pengandaian
52
Dalam penulisan sebuah berita, objektifitas harus tetap dijaga. Hal ini
harus ada kesimbangan dalam pemberitaan. Prinsip keseimbangan tersebut
dikenal dengan cover both sides yang mencakup pihak yang pro maupun yang
kontra, sehingga pengutipan sumber berita menjadi seimbang. Keseimbangan
lain juga meliputi objektifitas terhadap suatu pendapat. Berita yang ditulis bukan
merupakan pendapat dari wartawan semata, namun juga pendapat dari orang lain
yang mempunyai otoritas tertentu atau orang yang ahli di bidangnya.
Pengutipan sumber menjadi perangkat framing yang kuat atas tiga hal.
Pertama, mengklaim validitas atau kebenaran dari pernyataan yang dibuat
dengan mendasarkan diri pada otoritas akademik. Wartawan bisa jadi
mempunyai pendapat tersendiri atas suatu peristiwa, pengutipan digunakan
untuk member bobot atas pendapat yang dibuat. Kedua, menghubungkan poin
tertentu dari pandangannya kepada pejabat yang berwenang. Ketiga,
mengecilkan pendapat atau pandangan tertentu yang dihubungkan dengan
kutipan atau pandangan mayoritas sehingga pendangan tersebut nampak sebagai
penyimpangan social.
Skrip73
Bentuk umum dari struktur skip ini adalah pola 5W + 1H (who, what,
when, where, why, dan how). Unsur kelengkapan berita ini dapat menjadi
penanda framing yang penting. Dengan menempatkan salah satu dari 5W +1H
tersebut lebih menonjol dari yang lain akan memberikan makna yang berbeda
karena adanya penekanan tertentu.
73 Ibid., h. 33-34
53
Tematik74
Struktur tematik berhubungan dengan bagaimana fakta ditulis,
bagaimana kalimat yang dipakai, bagaimana menempatkan dan menulis sumber ke
dalam teks berita secara keseluruhan. Dalam menulis berita seorang wartawan
mempunyai tema tertentu atas suatu peristiwa. Tema itulah yang akan dibuktikan
dengan susunan atau bentuk kalimat tertentu, proposisi atau hubungan antar
proposisi. Dalam suatu peristiwa tertentu pembuat teks dapat menanipulasi
penafsiran pembaca/khalayak tentang suatu peristiwa. Elemen wacana yang dipakai
dalam tema adalah :
� Detail
Elemen wacana detail berhubungan dengan control informasi yang
ditampilkan komunikator. Komunikator akan menampilkan secara berlebihan
informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Sebaliknya ia akan
menampilkan informasi dalam jumlah sedikt atau bahkan tidak disampaikan,
bila hal itu merugikan kedudukannya. Detail yang lengkap dan penjang lebar
merupakan penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra
tertentu kepada khalayak.
� Maksud
Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator
akan diuraikan secara eksplisit, tegas dan jelas. Sebaliknya, informasi yang
merugikan akan diuraikan secara tersamar, implicit, tersembunyi, eufimistik, dan
berbelit-belit. Tujuannya menginformasikan kepada public hanya yang
menguntungkan komunikator.
74 Ibid
54
� Nominalisasi
Elemen nominalisasi berhubungan dengan pertanyaan apakah
komunikator memandang objek sebagai sesuatu yang tunggal berdiri sendiri atau
sebagai suatu kelompok komunitas. Nominalisasi dapat memberikan sugesti
kepada khalayak adanya generalisasi.
� Koherensi
Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, propsisi atau kalimat.
Dua buah kalimat atau proposisi yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat
dihubungkan denganmenggunakan koherensi. Sehingga fakta yang tidaj
berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. Koherensi merupakan
elemen wacan untuk melihat bagaimana seseorang secara stategis menggunakan
wacana untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa. Apakah peristiwa itu
dipandnag saling terpisah, berhubungan atau malah sebab akibat.
� Koherensi Kondisional
Koherensi kondisional dalam wacana dapat berupa hubungan sebab
akibat, dapat juga berupa hubungan penjelas. Koherensi kindisianal ini dapat
dengan mudah dilihat dari pemakaian kata hubung untuk menggambarkan dan
menjelaskan hubungan. Koherensi kondisional juga ditandai dengan pemakaian
anak kalimat sebagai penjelas, seperti pemakaian proposisi.
� Koherensi Fungsional
Hubungan fungsional memuat generalisasi dan spesifikasi. Generalisasi
yang berlebihan oleh komunikator atau over-generalisasi akan terlihat bila
kelompok lawan melakukan tindakan negative. Sebaliknya jika kelompok
sendiri melakukan kesalahan, kita akan melihat begaimana komunikator
55
menggunakan pengecualiannya, misalnya dengan mengatakan bahwa peristiwa
itu hanya dilakukan oleh oknum, memberikan sugesti bahwa peristiwa itu hanya
kecelakaan bukan suatu kebijkan yang disengaja dengan meminimalkan gaya
dan proposisi dehingga orang sukar untuk menbuat generalisasi.
� Koherensi Pembeda
Koherensi pembeda berhubungan dengan pertanyaan bagaimana dua
peristiwa atau fakta itu hendak dibedakan. Dua buah peristiwa dapat dibuat
seolah-oleh saling bertentangan dan berseberangan/contrast. Kata sambung yang
sering dipakai untuk membedakan dua proposisi ini adalah “dibandingkan”.
Salah satu cara yang segera terlihat adalah pada pemakaian penyangkalan yang
bertujuan menghindari kesan yang buruk ketika hendak menyatakan sesuatu
yang negatif.
� Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara
berfikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Logika kausalitas ini berhungan dengan
susunan subjek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Bentuk
kalimat ini juga turut menentukan makna yang akan dibentuk.
Kalimat aktif umumnya digunakan agar seseorang menjadi subjek dari
tanggapannya, sebaliknya kalimat pasif menempatkan seseorang sebagai objek.
Semua struktur kalimat baik aktif maupun pasif, menunjukkan pada tingkatan
mana yang ditonjolkan, mana yang harus difokuskan, bagian mana yang
difokuskan dengan kata-kata khusus, frase, atau anak kalimat yang secara
langsung mempengaruhi makna kata secara keseluruhan.
56
� Kata Ganti
Elemen kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa
dengan menciptakan suatu imajinasi. Kata ganti merupakan alat yang dipakai
komunikator untuk menunjukkan dimana posisi seseorang dalam wacana. Dalam
mengungkapkan sikapnya, seseorang dapat menggunakan kata ganti “saya” atau
“kami” yang menggambarkan bahwa sikap tersebut merupakan sikap resmi
komunikator semata-mata. Tetapi ketika memakai kata ganti “kita” menjadikan
sikap tersebut sebagai representasi dari sikap bersama dalam suatu komunitas
tertentu. Batas anatara komunikator dengan khalayak dengan sengaja
dihilangkan untuk menunjukkan apa yang menjadi sikap komunitas secara
keseluruhan.
Pemakaian kata ganti jamak seperti kita atau kami mempunyai implikasi
menumbuhkan solidaritas, aliansi, perhatian public serta mengurangi kritik dan
oposisi kepada diri sendiri. Pemakaian kata ganti “kita” menciptakan komunitas
antara dirinya sendiri dengan para pembacanya. Apa yang menjadi sikap
komunikator seolah-oleh juga menjadi sikap khalayak. Padahal mungkin tidak
semua khalayak memiliki pendapat yang sama.
Retoris
Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau
kata yang pilih wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan oleh
wartawan. Perangkat retoris digunakan untuk membuatcitra meningkatkan
penonjolan pada sisi tertentu dan meningkatkan gambaran yang diinginkan pada
suatu berita. Ada beberapa elemen struktur retoris yang dipakai oleh wartawan
sebagai berikut :
57
� Leksikon
Elemen ini menandakan bagaimana seseorang memilih kata dari berbagai
kemungkinan kata yang tersedia. Pilihan kata yang dipakai tidak terjadi
kebetulan, tetapi juga secara ideologis menunjukkan bagaimana pemaknaan
seseorang terhadap fakta/realitas.
� Gaya
Elemen gaya berhubungan dengan begaimana pesan yang disampaikan
dibungkus dengan bahasa tertentu untuk menimbukan efek tertentu kepada
khalayak. Sebuah tulisan mungkin akan berisi banyak bahasa hukum atau bahasa
teknis. Penulisan ini dimaksudkan untuk lebih menekankan bahwa argument
yang dikemukakan komunikator didukung oleh otoritas tertentu atau dengan
kata lain pendapatnya itu benar.
� Grafis
Dalam wacana berita, grafis biasanya muncul lewat bagian tulisan yang
dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring,
pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran yang lebih besar,
termasuk penggunaan caption, rasters, garafik, gambar, atau table. Elemen grafik
memberikan efek kognitif, yaitu untuk mengontrol perhatian dan ketertarikan
secara intensif dan menunjukkan apakah suatu informasi itu dianggap penting
dan menarik sehingga harus dipusatkan/difokuskan. Elemen grafis juga muncul
dalam bentuk foto. Dalam media cetak foto tersebut disebut jurnalisme foto
(photojournalism)
“Photojournalism is visual information that makes a difference in the lives of readers who see it. Implicit is an assumption that such information has
58
value and serves a social good. If done in the right spirit, photojournalism can be a powerful tool for explaining the larger world by conveying truths about human condition”.75“Jurnalisme foto adalah informasi visual yang membuat perbedaan pada hidup pembacanya. Implicit adalah sebuah asumsi bahwa informasi semacam itu memilki nilai dan mencerdaskan public. Jika dilakukan dalam semangat yang benar, jurnalisme foto bisa menjadi alat untuk menjelaskan kebenaran mengenai kondisi manusia yang diabadikan dalam foto tersebut.” � Pengandaian
Elemen wacana pengandaian (presuppotion) merupakan pernyataan yang
digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Kalau latar berarti upaya
mendukung pendapat dengan jalan memberilatarbelakang, maka pengandaian
adalah upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya
kebenarannya. Pengandaian hadir dengan pernyataan yang dipandang terpercaya
dan karenanya tidak perlu dipertanyakan.
� Metafora
Dalam suatu wacana seorang wartawan tidak hanya menyampaikan
pesan pokok lewat teks, tetapi juga kiasan, ungkapan. Metafora dimaksudkan
sebagai ornament atau bumbu suatu berita, selain itu metafora dimaksudkan agar
khalayak tidak bosan. Wartawan menggunakan kepercayaan masyarakat,
ungkapan sahari-hari, peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno,
bahkan mungkin ungkapan yang diambil dari ayat-ayat suci. Hal ini maksudnya
untuk memperkuat pesan utama.
75 Greg Lewis,”Photo Journalism:Content&Technique, Fresno: Mc GrawHill, 1995.h,. 9
59
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis melakuan pengumpulan data dengan cara:
a. Metode wawancara. Wawancara adalah percakapan antara periset
(seseorang yang mengharapkan informasi) dengan informan ( seseorang
yang diasumsikan memiliki informasi penting tetang suatu objek).
Wawancara merupakan metode pengumpul data untuk memperoleh
informasi langsung dari sumbernya. Peneliti melakukan wawancara
kepada pihak yang berhubungan dengan keredaksian di Harian Kompas
dan Republika.
b. Studi Dokumentasi. Metode dokumentasi adalah instrument
pengumpulan data yang sring digunakan dalam berbagai metode
pengumpulan data. Metode dokumentasi yaitu mencari dta mengenai hal-
hal atau variabel berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, dan
lain sebagainya.
c. Observasi Teks. Sebagai metode ilmiah, onesrvasi adalah suatu cara
penelitian untuk memperoleh data dalam bentuk pengamatan dan
pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena yang diselidiki.
D. Subjek dan Objek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian kali ini adalah konflik yang terjadi antara
Palestina dan Israel. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah berita
60
yang dimuat oleh Harian Republika maupun Kompas mengenai konflik palestina
Israel pada bulan April 2008
E. Unit Analisis
Berikut adalah tabel berita yang dimuat oleh Harian Republika dan
Kompas selama bulan April 2008
a. Berita Kompas
No. Hari&Tanggal Isu yang diangkat
1. Selasa, 08 April 2008
Abbas dan Olmert Bertemu Lagi
2. Sabtu, 12 April 2008
Jalur Gaza Memanas
3. Selasa, 15 April 2008
Jimmy Carter Bersikeras Temui Hamas
4. Rabu, 16 April 2008
Israel Serbu ke Gaza, Carter di Tepi Barat
5. Kamis, 17 April 2008
Dua Pemimpin Hamas Bertemu Jimmy Carter
6. Senin, 21 April 2008
Carter Bertemu Lagi Pemimpin Hamas
7. Selasa, 22 April 2008
Hamas Siap Damai dengan Israel
8. Rabu, 23 April 2008
Meshaal: Setuju Negara Palestina Tanpa Akui Israel
9. Kamis, 24 April 2008
Abbas Tiba di AS, Israel Salurkan BBM
10. Senin, 28 April 2008
Perekonomian Statis karena Restriksi Israel
b. Berita Republika
61
No. Hari&Tanggal Isu yang Diangkat
1. Rabu, 02 April 2008
Israel Tegaskan Bangun 1.400 Permukiman
2. Sabtu, 05 April 2008
Indonesia Ingin Palestina Segera Merdeka
3. Selasa, 15 April 2008
Jimmy Carter Ingin Bertemu Meshaal
4. Jumat,18 April 2008
Serangan Israel ke Gaza Makin Menggila
5. Kamis, 17 April 2008
Carter Rangkul Hamas
6. Sabtu, 19 April 2008
Carter Bertemu Assad dan Meshaal
7. Senin, 21 April 2008
Tujuh Pejuang Hamas Tewas dalam Serangan Israel
8. Selasa, 22 April 2008
Carter: Hamas Siap Menerima Israel Sebagai Tetangga
9. Rabu, 23 April 2008
Hamas akan Setujui Gencatan Senjata
10. Sabtu, 26 April 2008
Israel Tolak Gencatan Senjata
11. Senin, 28 April 2008
Bank Dunia: Palestina Mandeg karena Blokade Israel
Dan peneliti telah memilh dua berita yang akan dianalisis pada penelitian ini
Dari berita-berita yang ada, akan diseleksi beberapa berita secara acak yang akan
dijadikan unit analisis dalam penelitian ini dan Penulis memilih dua berita dari kedua
harian tersebut yang memiliki kesamaan isu, yaitu
No. Hari&Tanggal Isu yang Diangkat Harian
1. Sabtu, 12 April 2008
Jalur Gaza Memanas Kompas
62
2. Jumat,18 April 2008
Serangan Israel ke Gaza Makin Menggila
Republika
3. Kamis, 17 April 2008
Carter Rangkul Hamas
Republika
4. Kamis, 17 April 2008
Dua Pemimpin Hamas Bertemu Jimmy Carter
Kompas
F. Kekurangan dan Kelebihan
a. Kekurangan Penelitian
Penulis tidak mendapatkan keterangan langsung dari Harian Kompas.
Pihak Kompas menolak untuk diwawancari dengan alasan isu Konflik Palestina
Israel dianggap terlalu sensitif. Menurut penulis alasan itu sangat stereotype,
kalau Kompas berani memberitakan tentang Palestina, menjadi suatu pertanyaan
besar kenapa mereka menolak. Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin
untuk memperoleh keterangan langsung, tetapi tidak berhasil. Walaupun tidak
mendapatkan keteranga dari kompas, hal ini tidak mempengaruhi makna dari
skripsi ini.
b. Kelebihan Penelitian.
Tema penelitian yang penulis ambil adalah konstruksi berita di media
massa, dengan kasus Konflik Palestina-Israel. Ini adalah isu yang sangat
menarik. Penulis menuliskan dengan sejelas dan selengkap-lengkapnya dengan
teori yang mendukung analisis ini.
63
BAB IV
PROFIL MEDIA
A. REPUBLIKA
1. Gambaran Umum
Republika adalah Koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan komunitas
Muslim bagi publik di Indonesia. Penerbitan tersebut merupakan puncak dari upaya
panjang kalangan umat, khususnya para wartawan professional muda yang telah
menempuh berbagai langkah. Kehadiran ICMI se-Indonesia yang dapat menembus
pembatas ketat pemerintah untuk izin penerbitan saat itu memungkinkan upaya-upaya
tersebut berbuah. Republika terbit perdana pada 4 januari 1993.76
Republika hadir dalam blantika pers nasional dengan latarbelakang sosial-politik
yang sangat penting. Republika dilihat sebagai satu titik yang menandai kebangkitan
politik islam 1990-an. Nama Republika sendiri berasal dari ide presiden Soeharto yang
disampaikan saat beberapa pengurus ICMI pusat menghadap untuk melaporkan rencana
peluncuran harian umum tersebut. Terbetuknya ICMI pada bulan desember 1990 justru
lebih mengagetkan lagi. Keterkejutan ini disebabkan oleh pengalaman sebelumnya,
dimana aspirasi politik islam dianggap sebagai bahaya laten rezim Orde Baru. Tak
heran banyak kalangan menggangap ICMI sebagi salah satu bentuk akomodasi kekuatan
76 www.republika.co.id
64
politik islam dalam bangunan kekuasaan Orde Baru. Adapun bentuk lainnya adalah
peradilan agama dan pendirian bank islam.77
R. William Liddle adalah pengamat politik Indonesia yang menginterpretasikan
pembentukan ICMI sebagai wujud kepentingan Soeharto semeta. Namun ada pula yang
membacanya sebagai hasil bersatunya kekeuatan-kekuatan sosial yang lebih kompleks.
Antara lain, kebangkitan islam, pertumbuhan kelas menengah terdidik dan makmur, dan
pada akhir 1980-an kepentingan Soeharto untuk mencari basis dukungan diluar militer.
Bersama-sama perkembangan ini mendorong islam ke pusat panggung politik
Indonsesia yang selama dua puluh lima tahun telah memarjinalkannya.78
Aspirasi islam yang meluas ini bersinggungan pula dengan kenyataan di dunia
pers. Sampai tahun 1990-an belum ada media atau pers islam yang cukup berpengaruh
di Indonesia. Dalam setting sosiologis, fakta ini mengherankan banyak pengamat
Indonesia mengingat hampir 80 % penduduk Indonesia beragama islam. Meskipun
sesungguhnya dalam setting politik fakta ini bisa dipahami. David T. Hill seorang
akademisi dari Australia mengatakan media berorientasi islam kurang mampu meraih
peluang secara komersial. Satu dilema yang sering muncul adalah kesulitan menjaga
kredibilitas di hadapan pembacanya, sambil mengkompromikan sebuah akomodasi
dengan kepentingan Negara. Kasus Harian Pelita cukup memberi ilustrasi tentang
dilema ini. Pada pemilu 1977 dan 1982, Pelita dikenal dengan suara kekuatan politik
islam, terutama Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Saat itu sirkulasinya telah
mencapai hampir 100.000 eksemplar. Usai pemilu 1982 Pelita di bredel. Namun empat
77 Sudibyo, Hamad, Qadari, Kabar- kabar Kebencian: Prasangka Agama di Media Massa, h. 9 78 Ibid., 10
65
bulan kemudian harian ini terbit kembali dengan garis editorial yang lebih moderat dan
lebih pragmatis-komersial. Semenjak itu Pelita ditiggalkan pembacanya.79
Sebagai upaya menjawab persoalan seputar pers yang berorientasi islam ini,
pada tanggal 18 Novenber 1991 ICMI mengadakan seminar tentang pers islam. Seminar
ini melahirkan harapan perlunya media islam yang cukup kuat, baik dari segi pengaruh
sosial politik maupun aspek lainnya. Dengan kata lain, bisa mengatasi ketimpangan
yang dialami pers islam sebelumnya. Harapan ini menjadi kenyataan dengan
diterbitkannya harian Republika pada tahun 1993.80
Republika lahir diatas upaya refleksi kegagalan pers islam sebelumnya.
Manajmen awal Republika mencoba meretas persoalan klasik : bagimana
mengedepankan misi islam dalam sebuah Negara yang sangat “State-centered”. Dalam
konteks jurnalisme, bagaimana menerapkan kaidah pemberitaan yng profesional tanpa
meninggalkan misi keislamannya. Dalam rumusan yang berbeda, bagaimana
menformulasikan peran surat kabar islam tanpa terjebak dalam perilaku partisan yang
eksplisit.81
Menurut Parni Hadi pemimpin redaksi pertama, islam dalam berita Republika
akan bersifat sublime dan subtil. Bagaikan nafas, ia tidak terlihat tapi terasa. Islam
seperti apakah yang akan ditampilkan Republika? Menurut Haidar Bagir, konteks islam
Republika adalah islam yang kosmopolitan. Islam akan ditempatkan dalam konteks
79 Ibid., 10 80 Ibid., 11 81 Ibid., 11
66
yang lebih luas. David T Hill dalam The Press in the New Order Indonesia
mengungkapkan keislaman Repulika sebagai berikut.82
“The editorial Leadrship of Republika however seems determined to avoid
lapsing into the rut of the old style muslim papers which spoke only to devou. Instead,
republika present a more cosmopolitan and sophisticated image, redefining what it
means to be a muslim newpaper in contemporary Indonesia”
Dalam padangan redakturnya seperti dicatat oleh Hefner (1997), Republika tidak
hanya ditujukan untuk mendukung partai politik atau untuk orang saleh belaka, tetapi
ditujukan untuk orang-orang yang belum mantap imanya dan ogah dengan seruan
moralistik. Dengan demikian, Republika memuat secara teratur artikel-artikel mengenai
seni, televisi, sastra, dan teren mode yang menarik bagi muslim kelas menengah dan
atas yang menjadi pembacanya. “Kosmopolitanisme” Republika adalah suatu upaya
untuk menunjukkan bahwa islam bukan hanya sekedar persoalan untuk orang desa dan
ulama, tetapi sebuah agama yang bisa mengilhami suatu kesadaran sosial yang sesuai
dengan aspirasi rakyat sebagai keterbukaan, pluralisme dan pemahaman hal-hal yang
profane secara cerdas.83
2. Visi dan Misi84
I. Visi
Menjadikan Harian Umum Republika sebagai koran umat yang
terpercaya dan mengedepankan nilai-nilai universal yang sejuk, toleran, damai,
cerdas, dan profesional, namun mempunyai prinsip dalam keterlibatannya
82 Ibid., 11 83 Ibid., 12 84 WWW. Republia.co.id
67
menjaga persatuan Bangsa dan kepentingan umat Islam yang berdasarkan
pemahaman Rahmatan Lil Alamin.
II. Misi
a. Menciptakan dan menghidupkan sistem manajemen yang efisien dan
efektif, serta mampu dipertanggungjawabkan secara professional,
b. Menciptakan budaya kerja yang sehat dan transparan’
c. Meningkatkan kinerja dengan menciptakan sistem manajemen yang
kondusif dan professional,
d. Meningkatkan penjualan Iklan dan koran, sementara menekan biaya
operasional,
e. Memprioritaskan pengembangan pemasaran Harian Umum
Republika di Jabodetabek tanpa harus mematikan di daerah yang
sudah ada,
f. Merajut tali persaudaraan dengan organisasi-organisasi Islam di
Indonesia,
g. Bekerjasama dengan mitra usaha di dalam pengembangan pasar
Harian Umum Republika di luar pulau Jawa
h. Mengamati peluang pengembangan "KORAN KOMUNITAS"
seperti misalnya "Bintaro Pos" , "Depok Pos", "Bekasi Pos" atau
jenis koran lainnya
i. Mengelola Kantor Perwakilan sebagai "semi otonomi"
j. Menjadikan PT REPUBLIKA MEDIA MANDIRI sebagai "sister
company" yang sehat
k. Menjadikan Harian Umum
3. Sasaran Pembaca Republika
a. Pembaca
b. Mayoritas Pembaca
85
Ibid.
68
Menjadikan Harian Umum Republika sebagai koran terdepan.
Sasaran Pembaca Republika85
sebagai koran terdepan.
c. Profesi Pembaca
d. Sebaran
69
70
e. Group
4. Susunan Organisasi
A. KOMISARIS
Komisaris Utama : Malik Sjafei Saleh , Komisaris : Drs. Chaerudin, R. Harry Zulnardy
B. DIREKSI
Direktur Utama : Erick Thohir , Direktur Operasional : H. Daniel Wewengkang, Direktur Pemasaran : Nuky Surachmad, Direktur Keuangan dan SDM : Rachmat Yuliwinoto, Kadiv Iklan dan Promosi : Yulianingsih, Kadiv Sirkulasi : Dedik Supardiono, Kadiv Produksi : Nurrokhim, Kadiv Riset dan Pengembangan : Arif Supriyono, Kadiv Sistem Informasi Manajemen : Anif Punto Utomo, Kadiv SDM : Y.Sofyan, Kadiv Keuangan : Hery Setiawan.
C. REDAKSI
71
Pemimpin Redaksi : Ikhwanul Kiram Mashuri, Wakil Pemimpin Redaksi: Nasihin Masha. Redaktur Pelaksana : Arys Hilman, Wakil Redaktur Pelaksana : Agung Pragitya Vazza, Nurul S Hamami. Asisten Redaktur Pelaksana : Endro Cahyono, Subroto, Nina Chairani Ibrahim, Sri Kumara Dewatasari. Staf Redaksi : Ahmadun Y Herfandra, Alwi Shahab, Ismantoro, Budi Utomo, C Purwatinigsih, Irfan Junaidi, Irianto Pandu Wibowo, Irwan Kelana, Neni Ridarineni, Priyantono Oemar, Purwadi Tjitrawijata, Damanhuri Zuhri, Khoirul Azwar Siregar, Taufiqurrahman Bachdari, Wachidah Handasah, Firkah Fansuri, Burhanuddin Bella, Muhammad Subarkah, Siwi Tri Puji Budiwiyati, Teguh Setiawan, Dharmawan, Teguh Indra, Nonang MR, Mohamad Amin Madani, Indah Wulaningsih, M Irwan Ariefyanto, Maghfiroh Yenny, Natalia Endah Hapsari, R Hiru Muhammad, Rachmat Santosa Basarah, Rakhmat Hadi Sucipto, Siti Darojah Sri Wahyuni, Subroto, Susie Evidia Yuvidianti, Yeyen Rostiyani, Bidramnanta, Maman Sudiaman, Dewi Mardiani, Elba Damhuri, Lili Hermawan, Johar Arief, Yusuf Assidiq, Budi Rahardjo, Didi Purwadi, Endro Yuwanto, Ferry Kisihandi, Mohammad Akbar, Nur Hasan Murtiaji, Reiny Dwinanda, Mohammad Syakir, Rusdy Nurdiansyah, Iman F Yuniarto, Harun Husein, Joko Sadewo, Asep K Nurzaman, Lukmanul Hakim, Heri Ruslan, Khosyatillah Rullianti, Rahmad Budi Harto, Nidia Zuraya, Stevy Maradona, Darmawan Sepriyosa, Palupi Annisa Auliani, M Bahrul Ilmi, Cepi Setiadi, Prima Resti Ludfiani, Indira Rezkisari, Rima Ria Lestari, Wulan Tunjung Palupi, Zaky Al Hamzah, Andri Saubani, EH Islamil. Biro DIY & Jawa Tengah :Yoebal Ganesha Rasyid (Kepala), Heri Purwata,Eko Widiyatno, Indra Wisnu Wardhana, M As'adi, Edi Setyoko. Biro Jawa Timur : Sunarwoto(Kepala), M Anis Fathoni, Wardianto, M Gufron. Jawa Barat : Yusuf Supriyatna ( Kepala ), Arba'iyah Satriani(Kepala Redaksi), Djoko Suceno, Agus Yulianto, Nian Poloan ( Medan ), Maspriel Aries (Palembang), Ahmad Baraas(Bali), Andi Nur Aminah (Makassar). Sekretaris Redaksi : Fachrul Ratzi.
5. Penghargaan
No. Jenis Penghargaan Penghargaan dari Waktu Klasifikasi
01 Surat Kabar Nasional Terbaik 2007
Majalah Cakram 01 Maret 2007
Corporasi
02
Piagam Penghargaan Dedikasi dan Sumbangsih Terhadap Pengembangan Perpustakaan di Indonesia
Perpustakaan Nasional RI
20 Desember 2005
03 Peringkat III Media Massa Cetak Penggunaan Bahasa
Pusat Bahasa Departemen
17 Oktober
72
Indonesia Terbaik Pendidikan Nasional
2005
04 Piagam Penghargaan Aktif Melaksanakan UU No. 4 th 1990
Perpustakaan Nasional RI 1
4 September 2005
05 SKH Terbaik ke 4 Tahun 2004 Dewan Pers 12 Januari 2005
06 Juara II Inform Award Konsorsium LSM Lingkungan
Indonesia Forrest & Media Campaign
01 September 2004
07 Editorial Terbaik 2003 – 2004 Institut MH Thamrin PWI Jaya
16 Juli 2004
08 Piagam Penghargaan Mengembangkan Museum Sejarah Jakarta
Gubernur DKI Jakarta
15 Oktober 2003
09 Peduli Arsip 2004 Arsip Nasional Republik Indonesia
26 Juni 2005
10 Juara I Lomba Penulisan Ketahanan Pangan
PWI (Persatuan Wartawan Indonesia)
01 Februari 2006
Penulisan
11
Juara I Lomba Kompetisi Jurnalis tentang Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin
Departemen Kesehatan R
01 Desember 2005
12 Juara I Penulisan CSR Semen Padang
PT Semen Padang Riau
01 Nopember 2005
13 Juara I Penulisan Situs Oto.co.id
Oto.co.id 01 Oktober 2005
14 Juara I Penulisan Artikel Produk LG
LG 01 Oktober 2005
73
15 Juara II Penulisan Artikel Corporate LG
LG 01 Oktober 2005
16 Juara Umum Penulisan Artikel LG
LG 01 Oktober 2005
17 Juara III Penulisan Tetap Bugar dan Sehat di Usia Senja
Combhipar 01 Oktober 2005
18 Juara I Lomba Penulisan Bank Syariah
Bank BNI 01 Oktober 2005
19 Juara I Penulisan The Peak Apartemen Residence Icon Baru Jakarta
Agung Podomoro Group
22 September 2005
20 Juara I Lomba Penulisan Extreme Journey
PT Bias Tiga Citra 01 September 2005
21 Juara I Lomba Penulisan TPI 2005
TPI (Televisi Pendidikan Indonesia)
01 September 2005
22 Juara Harapan I Penulisan Artikel Zakat
Dompet Duafa Republika
01 Juni 2005
23 Pemenang II Penulisan Emotional Intelligence
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
01 Februari 2005
24
Juara II Lomba Penulisan Penanggulangan Penyakit Menular & Pelayanan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
29 Desember 2004
25 Juara I Lomba Penulisan Mobil yg Aman, Nyaman & Ramah Lingkungan
Honda Prospect Motor
01 Juli 2004
26 Juara I Lomba Tulis Narkoba UNIC/YCAB 26 Juni 2004
27 Juara II Lomba Tulis Narkoba BNN/LIN 26 Juni 2004
74
B. Kompas86
1 Sejarah dan Latar Belakang
Pada tahun 1960-an Petrus Kanisius Ojong (1920-1980) dan Jakob Oetama
sering bertemu dalam gerakan asimilasi. Kedua-duanya punya latar belakang guru,
dan punya minat dalam bidang sejarah. PK. Ojong adalah Pemimpin Redaksi Star
Weekly, sedangkan Jakob Oetama Pemimpin Redaksi majalah Penabur. Mereka
berbincang-bincang, bahwa pada waktu itu pembaca Indonesia terkucil karena tidak
ada majalah luar negeri yang diperkenankan masuk. Keadaan seperti itu tentunya
tidak sehat. Muncul ide membuat majalah untuk menerobos isolasi itu.
Intisari adalah awal dari kerjasama PK. Ojong dengan Jakob Oetama Disebut
Sang Pemula karena memang kemudian menjadi awal (pemula) dari Kelompok
Kompas Gramedia (KKG), yang awalnya berkembang dari multiple media sebagai
core business, tetapi kemudian berkembang menjadi multibusiness group of
companies yang terdiri atas related diversification dan unrelated diversification.
86 PUSLITBANG Kompas.
28 Juara III Lomba Penulisan Berita Pemilu
Komisi Pemilihan Umum
29 Desember 2003
29 Juara I Penulisan Artikel Trizone Teknologi (2005)
Castrol 27 Juni 2005
30 Pemenang I Foto Terbaik Mina Bahari Press Award
Menteri Kelautan & Perikanan
26 Juni 1995
Fotografi
31 Pemenang I Lomba Foto Olahraga
LG Indonesia 01 Desember 2003
75
Untuk memperoleh ijin terbit bagi majalah Intisari. PK. Ojong dan Jakob
Oetama pergi ke gedung Kodam (Komando Daerah Militer) di jalan Perwira, Jakarta.
Jakob Oetama masih ingat .. la masuk sendirian, sementara PK. Ojong menunggu
dalam mobil Opel Caravan-nya yang diparkir jauh-jauh. Jakob mendapat kesan
mantan Pemimpin Redaksi Star Weekly yang lebih tua 12 tahun itu orang yang cermat
dan tidak setengah-setengah. "semua disiapkan dan dilaksanakan dengan teliti".
Majalah Intisari terbit 7 Agustus 1963 dengan 22 artikel, tiras pertama 10.000
eksemplar habis terjual, hitam putih dan telanjang, tidak dibalut kulit muka.
Ukurannya kecil, 14 X 17,5 cm dan tebalnya 128 halaman. Drs. Jakob Oetama
menjadi pemimpin redaksinya Nama PK. Ojong dan Adi Subrata tidak tercantum
sebagai pengasuh. Mereka menulis seakan-akan penulis luar. Penulis-penulis luar
diantaranya Nugroho Notosusanto (''orang Jakarta di London); Soe Hok Djin
("Beberapa hari di Ubud"); Soe Hok Gie ("Pengalaman lucu pelukis Nashar");
Kapten dr. Ben Mboi menceritakan pengalamannya diterjunkan dan hidup bergerilya
di belantara Irian Barat dalam rangka Trikora, Tan Liang Tie wartawan olah raga
sejak Star Weekly menulis Zatopek atlet pelari dari Cekoslowakia yang diserahi
melatih atlet Indonesia menghadapi Ganefo (Games of the New Emerging Forces).
Nama-nama lain, diantaranya: Muhamad Ali, Siswadhi, Ajip Rosidi dan Rijono
Pratikto.
a. Kondisi Politik Sekitar Tahun 1965
Suhu politik di Indonesia memanas menjelang tahun 1965 ketika Partai
Komunis Indonesia (PKI) melakukan kegiatan sepihak, bahkan menyuarakan
perlunya dibentuk angkatan kelima untuk menghadapi alat-alat keamanan negara
76
yang sah, ABRI. Dengan dalih landreform PKI melakukan penyerobotan tanah milik
negara. Aksi serupa ini dilukiskan oleh "Harian Rakyat" sebagai adil dan patriotik.
Suatu hari awal tahun 1965, Letjen Ahmad Yani (1922-1965) selaku
Menteri/Panglima TNI-AD menelpon rekannya sekabinet, Drs. Frans Seda. Yani
melemparkan ide menerbitkan koran melawan pers komunis. Frans Seda menanggapi
ide itu, membicarakan dengan Ignatius Josef Kasimo (1900-1986) - sesama rekan di
Partai Katolik - dan dengan rekannya yang memimpin majalah Intisari, Petrus
Kanisius Ojong (1920-1980) dan Jakob Oetama.
PK Ojong dan Jakob Oetama kemudian menggarap ide tersebut dan
mempersiapkan penerbitan koran. Semula nama yang dipilih "Bentara Rakyat",
penggunaan nama itu dimaksudkan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa
pembela rakyat yang sebenarnya bukanlah PKI. Dalam keperluan dinas Frans Seda
sebagai Menteri Perkebunan (1964-1966) menghadap presiden di Istana Merdeka,
Soekarno telah mendengar bahwa Sedang akan menerbitkan sebuah koran lalu
menyarankan nama "Kompas", pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan
atau hutan rimba.. Maka jadilah nama harian Kompas hingga saat ini, sementara
nama Yayasan Bentara Rakyat sebagai penerbit harian Kompas. Para pendiri Yayasan
Bentara Rakyat adalah para pemimpin organisasi Katolik seperti : Partai Katolik,
Wanita Katolik, PMKRI, dan PK. Ojong. Pengurus yayasan terdiri dari Ketua : I.J.
Kasimo, Wakil Ketua: Drs. Frans Seda, Penulis I: F.C. Palaunsuka, Penulis II: Jakob
Oetama, dan Bendahara : PK. Ojong.
Walaupun restu dari Presiden Soekarno, berkat dari Mgr. Soegijapranoto, dan
bantuan pimpinan Angkatan Darat, proses ijin terbit mengalami kesulitan. PKI dan
77
kakitangannya "menguasai" aparatur, khususnya Departemen Penerangan Pusat dan
daerah. PKI tidak mentolerir sebuah harian yang akan menjadi saingan berat. Tahap
demi tahap rintangan dapat diatasi, pusat memberi ijin prinsip namun harus
dikonfirmasikan ke Daerah Militer V Jaya. Persyaratan terakhir untuk dapat terbit,
harus ada bukti 3.000 (tiga ribu) orang pelanggan. Frans Seda punya inisiatif
mengumpulkan tanda tangan anggota partai, guru sekolah, anggota-anggota koperasi
Kopra Primer di Kabupaten Ende Lio, Kabupaten Sikka, dan Kabupaten Flores
Timur. Dalam waktu singkat daftar 3.000 pelanggan lengkap dengan alamat dan tanda
tangan terkumpul. Bagian perijinan Puskodam V Jaya menyerah dan mengeluarkan
ijin terbit. Pers PKI yang melihat kehadiran "Kompas" bereaksi keras, bahkan mulai
menghasut masyarakat dengan mengartikan "Kompas" sebagai "Komando Pastor".
c. Kelahiran Kompas
Minggu, 27 Juni 1965, sekitar tengah malam jalan Kramat Raya sudah sepi.
Pertunjukkan terakhir bioskop Rivoli juga telah berakhir dan penonton beberapa jam
lalu berhamburan pulang. Tinggal beberapa becak yang masih mangkal di malam
yang dingin itu. Tidak jauh dari situ kegiatan percetakan PN Eka Grafika (dahulu
Percetakan Abadi) baru mulai, beberapa orang berkumpul mengelilingi mesin cetak
Duplex. PK. Ojong (alm), Jakob Oetama serta beberapa wartawan Theodorus Purba
(alm), Tinon Prabawa (alm), Tan Soe Sing (Indra Gunawan), Eduard Liem (Edward
Linggar), Roestam Affandi, Djoni Lambangdjaja, August Parengkuan, dan Harthanto
(alm). Mereka nampak tidak sabar dan was-was, diantara mereka sebentar-sebentar
melihat arlojinya mirip sebuah penantian lahirya bayi pertama Wartawatinya, Erka
Muchsin (alm) dan Threes Susilastuti menanti penuh harap di rumah.
78
Di sudut lain, duduk di kursi menghadap meja korektor adalah Kang Hok
Djin, Kang Tiauw Liang, Dimyati, Marjono, dan Petrus Hutabarat. Ketika koran
pertama Kompas muncul dari mesin cetak, tepuk tangan menyambutnya. Diiringi
kilatan lampu kilat dari kamera Sudardja (wartawan foto majalah Penabur), suasana
seketika menjadi berubah. Harian Kompas lahir tanggal 28 Juni 1965 dengan
motto "Amanat Hati Nurani Rakyat" itu, keesokan harinya mulai dipasarkan.
Kompas pertama terbit empat halaman. Kompas edisi pertama memasang sebelas
berita luar negeri dan tujuh berita dalam negeri di halaman pertama Berita utama
di halaman satu ketika itu berjudul “KAA Ditunda Empat Bulan”.Pojok Kompas
di kanan bawah mulai memperkenalkan diri, “Mari ikat hati, Mulai hari ini,
Dengan,... . Mang Usil”.
Di halaman pertama pojok kiri atas tertulis nama : Pemimpin Redaksi
Drs. Jakob Oetama Staf Redaksi : Drs. J. Adisubrata, Lie Hwat Nio SH, Marcel
Beding, Th. Susilastuti, Tan Soei Sing, J. Lambangdjaja, Tan Tik Hong, Th.
Ponis Purba, Tinon Prabawa, Eduard Liem.
Sementara istilah Tajuk Rencana ketika itu belum ada, namun halaman II
ada lahirnya Kompas, tajuk surat kabar ini. Di halaman II pula terdapat antara
lain berita luar negeri dan dua berita dalam negeri. Ditambah tiga artikel, satu
diantaranya menyangkut luar negeri. Di halaman ini ada kolom hiburan Senyum
Simpul. Halaman III ketika itu antara lain berisi tiga artikel, satu diantaranya
mengenai luar negeri. Ada pula alasan mengenai penyakit ayan dari Dr. Kompas.
Sedangkan halaman IV antara lain berita dan artikel luar negeri dua dan satu
dalam negeri. Di halaman ini hanya tercatat dua berita olahraga, satu diantaranya
mengenai “Persiapan Team PSSI ke Pyongyang”. Waktu itu iklan masih kurang
79
dari separuh halaman. Dari enam iklan, satu diantaranya dari redaksi Kompas
tentang “Permintaan menjadi langganan Kompas”. Iklan paling besar dan
bergambar hanya satu, yaitu obat batuk dan cacingan.
Kedua perintis Kompas setiap saat terjun langsung ke bawah. Mereka
berusaha agar dari hari ke hari mutu Kompas kian baik. Karena itu, setelah
sebulan di cetak di Eka Grafika, harian ini kemudian dicetak di Percetakan Masa
Merdeka Jl. Sangaji, Jakarta. Percetakan ini memang lebih baik. Meskipun sistem
settingnya masih cetak timbul, namun percetakannya sendiri sudah menggunakan
mesin rotasi. Karena itu, daya cetaknya lebih cepat. Dan memang semenjak
itulah oplah Kompas naik dari semula 4.800 eksemplar di masa Eka Grafika,
melonjak menjadi 8.003 eksemplar. Pada tanggal 26 Juni 1967 oplag Kompas
30.650 eksemplar. Tepat setahun kemudian, tanggal 26 Juni 1968 menjadi
44.400. Ini berarti penambahan tiap bulan pukul rata 1.146 eksemplar. Pada
tanggal 26 Juni 1969 (ketika harian ini membuka sebuah stand di Jakarta Fair)
oplagnya meningkat menjadi 63.747 eksemplar. Tepat 26 Juni 1970 batas 80.000
telah dilewati. Tepatnya oplah Kompas telah mencapai 80.412 eksemplar. Dari
jumlah itu, kira-kira 31.000 beredar di Jakarta saja. Ini berarti hampir 40%.
Selebihnya (60%) tersebar di luar Jakarta, di seluruh Nusantara. Pola ini,
menandakan bahwa Kompas menjadi harian nasional dan bukan harian lokal atau
koran daerah, sudah ternyata sejak semula dan bertahan terus sampai kini.
Setelah tahun 1980-an oplag Kompas mengalami perkembangan pesat, misalnya
600.000 tahun 1986 selama sebulan. Sekarang rata-rata 500.000 eksemplar
(Senin-Jumat), sekitar 600.000 di hari Sabtu-Minggu. Oplag terbesar dicapai
80
pada waktu ulang tahun Bung Karno ke 100 tahun dengan oplag 750.000
eksemplar dalam edisi khusus.
2. Visi dan Misi Kompas
Moto “Amanat Hati Nurani Rakyat:” di bawah logo Kompas,
menggambarkan visi dan misi bagi disuarakannya hati nurani rakyat. Kompas
ingin berkembang sebagai institusi pers yang mengedepankan keterbukaan,
meninggalkan pengkotakan latar belakang suku, agama, ras dan golongan. Ingin
berkembang sebagai “Indonesia mini”, karena Kompas sendiri adalah lembaga yang
terbuka, kolektif. Ingin ikut serta dalam upaya mencerdaskan bangsa. Kompas
ingin menempatkan kemanusiaan sebagai nilai tertinggi, mengarahkan fokus
perhatian dan tujuan pada nilai-nilai yang transenden atau mengatasi kepentingan
kelompok. Rumusan bakunya adalah “humanisme transcendental”. “Kata Hati
Mata Hati”, pepatah yang kemudian ditemukan, menegaskan semangat empathy
dan compassion Kompas.
a. Visi Kompas
“Menjadi Institusi Yang Memberikan Pencerahan Bagi Perkembangan
Masyarakat Indonesia Yang Demokratis Dan Bermartabat, Serta Menjunjung Tinggi
Asas Dan Nilai Kemanusiaan”
Dalam kiprahnya dalam industri pers “Visi Kompas” berpartisipasi
membangun masyarakat Indonesia baru berdasarkan Panca Sila melalui prinsip
humanisme transcendental (persatuan dalam perbedaan) dengan menghormati
81
individu dan masyarakat adil dan makmur. Secara lebih spesifik bisa diuraikan sebagai
berikut:
• Kompas adalah lembaga pers yang bersifat umum dan terbuka.
• Kompas tidak melibatkan diri dalam kelompok-kelompok tertentu baik
politik, agama, sosial, atau golongan, ekonomi.
• Kompas secara aktif membuka dialog dan berinteraksi positip dengan
segala kelompok.
• Kompas adalah Koran nasional yang berusaha mewujudkan aspirasi dan
cita cita bangsa.
• Kompas bersifat luas dan bebas dalam pandangan yang dikembangkan
tetapi selalu memperhatikan konteks struktur kemasyarakatan dan
pemerintahan yang menjadi lingkungan.
B. Misi Kompas
“Mengantisipasi Dan Merespon Dinamika Masyarakat Secara Profesional, Sekaligus Memberi Arah Perubahan ( Trend Setter ) Dengan Menyediakan Dan Menyebarluaskan Informasi Terpercaya”.
Kompas berperan serta ikut mencerdaskan bangsa, menjadi nomor satu dalam
semua usaha diantara usaha-usaha lain yang sejenis dalam kelas yang sama. Hal tersebut
dicapai melalui etika usaha bersih dengan melakukan kerja sama dengan perusahaan-
perusahaan lain. Hal ini dijabarkan dalam 5 sasaran operasional:
• Kompas memberikan informasi yang berkualitas dengan ciri : cepat, cermat,
utuh, dan selalu mengandung makna.
82
• Kompas memiliki bobot jurnalistik yang tinggi dan terus dikembangkan untuk
mewujudkan aspirasi dan selera terhormat yang dicerminkan dalam gaya
kompak, komunikatif dan kaya nuansa kehidupan dan kemanusiaan.
• Kualitas informasi dan bobot jurnalistik dicapai melalui upaya intelektual
yang penuh empati dengan pendekatan rasional, memahami jalan pikiran dan
argumentasi pihak lain, selalu berusaha mendudukan persoalan dengan penuh
pertimbangan tetapi tetap kritis dan teguh pada prinsip.
• Berusaha menyebarkan informasi seluas-luasnya dengan meningkatkan tiras.
• Untuk dapat merealisasikan visi dan misi Kompas harus memperoleh
keuntungan dan usaha. Namun keuntungan yang dicari bukan sekedar demi
keuntungan itu sendiri tetapi menunjang kehidupan layak bagi karyawan dan
pengembangan usaha sehingga mampu melaksanakan tanggung jawab
sosialnya sebagai perusahaan.
6. PROFIL PEMBACA
72%
28%
0 0
Jenis Kelamin
Pria
Wanita
Tingkat Pendidikan
3%
47%
13%
Usia
1.23%
21.50%
4.65%50.11%
10.23%1.22%
11%
4%
36%
1% 1%
Pekerjaan Utama
83
Tingkat Pendidikan
16%
18%
17%
Usia
<15-19 th
20-24 th
25-24 th
30-34 th
30-49 th
4.65%
Lulus SLTP
Lulus SLTA
Sarjana Muda $
Sajana S-1
Sarjana S-2
Sarjana S-3
11% 4%
6%
16%
Pekerjaan Utama
Tidak/belum bekerja
Ibu Rumah Tangga
Pensiunan
Wiraswasta
BUMN
Swasta
TNI
Lainnya
15%
16%
4%10%
Strata Ekonomi Sosial
84
23%
16%15%
10%
Strata Ekonomi Sosial
A 1
A 2
B
C 1
C 2
D
85
BAB V
Analisis dan Temuan Data
A. Pertemuan Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Jimmy Carter Dengan
Pemimpin Hamas (17 April 2008) di Harian Kompas dan Republika
Konflik berkepanjangan yang terjadi di kawasan Timur Tengah antara
Palestina dan Israel menarik perhatian dari mantan presiden Amerika Serikat (AS)
Jimmy Carter untuk bertemu dengan pemimpin Hamas, di Kairo, Mesir. Arsitek
perdamaian antara Mesir-Israel pada 1979 dan peraih Nobel Perdamaian pada
tahun 2002 lalu menegaskan kedatangannya karena misi pribadi dan bukan
merupakan negosiator untuk pemerintah Amerika serikat.
Berbagai reaksi timbul dari pertemuan antara mantan presiden Amerika
Serikat (AS) itu dan para petinggi Hamas. Diantaranya: pertama, Misi Carter ini
diwarnai aksi serbuan Israel ke Jalur Gaza, Senin. Aksi ini menyebabkan sejumlah
korban tewas di pihak tentara Israel dan pejuang Palestina. Kedua, penolakan
Israel yang melarang kedatangan jimmy Carter ke wilayah Gaza membuat
pertemuan diadakan di Kairo, Mesir. Ketiga, keinginan Carter untuk melibatkan
Hamas dan Suriah dalam proses perundingan damai jika Israel ingin merasakan
perdamaian yang sesungguhnya, karena selama ini pihak Israel lebih sering
melakukan perjanjian damai hanya dengan pemerintah Palestina melalui Presiden
Mahmood Abas, yang disinyalir merupakan boneka Amerika Serikat.
Melihat kedatangan carter menemui Petinggi Hamas ini, bagaimana
media memaknai peristiwa ini? Apakah media melihat ini sebagai sebuah titik
terang bagi terjadinya perdamaian antara Palesitina dan Israel yang sudah dinanti
86
banyak orang di dunia? Harian Kompas dan Republika pada tanggal 17 April 2008
memberitakan mengenai pertemuan antara mantan Presiden Amerika Serikat (AS)
dan petinggi Hamas di Kairo, Mesir. Kita akan melihat bagaimana peristiwa yang
sama, ditulis oleh media yeng berbeda sesuai dengan pandangan atau frame
masing-masing.
� Frame Republika : Carter Rangkul Hamas ; Mengucilkan Hamas hanya
menjadi langkah yang kontraproduktif.
Sehari setelah bertemu dengan pemimpin senior Hamas, Nasser Shaer,
Carter Rabu (16/4) dijadwalkan bertemu dengan Mahmoud Zahar dan Said
Siam di Kairo, Mesir. Berbagai perundingan damai maupun gencatan senjata
sudah berulang kali dilakukan oleh Palestina dan Israel untuk mengakhiri
konflik yang terjadi, tetapi sampai saat ini konflik masih saja menjadi sesuatu
yang hangat.
Dalam pandangan Republika, tanpa melibatkan Hamas proses
perdamaian akan menjadi sesuatu yang kontraproduktif. Dan hal ini juga di-iya
kan oleh Jimmy Carter. Carter mengatakan jika ingin membawa perdamaian di
tanah Palestina dan Israel bukan hanya pemerintah, tetapi seluruh pihak yang
terlibat seperti Suriah dan Hamas yang mempunyai keinginan berpartisipasi
dalam kesepakatan damai harus dilibatkan dalam proses diskusi yang
membawa pencapaian kesepakatan yang permanen. Judul dan lead diatas juga
secara tegas mengatakan bahwa selama ini Hamas tidak diajak dalam proses
perdamaian di antara Palestina dan Israel.
87
Dengan demikian proses perdamaian mungkin akan dicapai jika proses
perundingan damai dilakukan oleh seluruh pihak yang terlibat dalam konflik
Palestina dan Israel. Biasanya proses perundingan hanya dilakukan oleh
pemerintah Israel dan Palestina dengan melibatkan pemerintah Amerika Serikat
sebagai mediator. Hal ini menjadi sesuatu yang logis karena bisanya
ketegangan yang terjadi di wilayah Palestina dan Israel itu dikarenakan
ketidakpuasan pejuang Hamas dengan apa yang telah disepakati oleh kedua
belah pemerintah yang biasanya merugikan rakyat Palestina.
Dari analisis sintaksis, judul berita Republika sudah sangat jelas
menunjukkan pandangan Republika. Judul itu mengartikan bahwa tanpa
melibatkan seluruh pihak terutama Hamas dalam proses negosiasi damai antara
Palestina dan Israel menjadi hal yang sia-sia (kontraproduktif). Judul semacam
ini menjadi sebuah pesan yang rill bagi pihak-pihak yang menginginkan
perdamaian yang sebenarnya diantara Israel dan Palestina untuk melibatkan
seluruh pihak.
Hamas merupakan basis pejuang Palestina yang terbesar. Pada pemilu
yang lalu Hamas berhasil memenagkan pemilu tetapi kemudian diboikot dan
digantikan oleh Mahmood Abaas dari Fatah dengan campur tangan Amerika
Serikat dan sekutunya. Hal ini menjadi jelas mengapa Hamas sering diabaiakan
dalam proses perundingan damai, karena bisa jadi Hamas menjadi organisasi
yang sangat berbahaya karena terdepan dalam memperjuangkan hak-hak rakyat
Palestina.
88
Teks berita Republika secara umum berisi tentang pertemuan Carter dan
para petinggi Hamas. Sekarang kita lihat bagaimana Republika menyusun berita
mengenai pertemuan ini. Republika menulis bahwa Carter mengatakan semua
pihak harus dirangkul, termasuk Hamas dan Suriah jika Israel ingin merasakan
perdamaian dan keamanan yang sesungguhnya. Mengucilkan Hamas, tegas
Carter, hanyalah langkah yang bersifat kontraproduktif.
Skema semacam ini bukan hanya membentuk citra Carter sebagai
seseorang yang mempunyai misi perdamaian khusunya untuk wilayah Timur
Tengah, tetapi juga secara langsung membentuk citra Hamas yang tidak melulu
melakukan tindakan kekerasan dalam memperjaungkan Palestina seperti yang
selama ini diberitakan, tetapi Hamas juga bersedia membuka diri secara baik-
baik kepada pihak asing yang juga menginginkan perdamaian untuk Palestina.
Pernyataan keseriusan Carter menemui petinggi Hamas ini juga
didukung oleh paragraf sebelumnya yang ditulis:“ Rencananya Carter ingin
bertemu dengan pemimpin tertinggi Hamas, Khaled Meshaal di Damaskus,
Suriah 18 April sangat menggusarkan Israel dan AS”. Pernyataan kalimat
tersebut mensugestikan kepada pembaca bahwa Carter benar-benar serius
melakukan pertemuan dengan pihak Hamas, walaupun dirinya ditentang oleh
Israel dan Amerika Serikat.
Dari struktur tematik, ada empat tema dalam teks berita yang
kesemuanya menunjuk pada tema utama yaitu kunjungan Jimmy Carter. Tema
pertama, yaitu Carter terus mendukung Hamas demi perdamaian di Palestina.
Dalam teks, tema ini didukung oleh kenyataan Carter yang bertemu pimpinan
89
Hamas selama dua hari berturut. Setelah bertemu dengan pemimpin senior
Hamas, Nasser Shaer, Carter Rabu (16/4) dijadwalkan bertemu dengan
Mahmoud Zahar dan Said Siam di Kairo, Mesir. Tematik ini dalam teks dibuat
dengan cara penulisan fakta yang mendukung gagasan.
Elemen wacana yang dipakai adalah detail dan bentuk kalimat.
Republika memaparkan dengan jelas dengan siapa saja Carter bertemu dengan
pempinan Hamas. Elemen wacana yang lain adalh bentu kalimat yang
menggunakan bentuk deduksi, menguraikan inti diawal teks lalu disusul oleh
keterangan yang mendetail. Inti teks mengenai Jimmy Carter yang terus
merangkul Hamas. Dan diikuti oleh nama-nama para petinggi Hamas yang
ditemui oleh Jimmy Carter.
Selain itu elemen wacana yang digunakan adalah nominalisasi. Dengan
memakai bentuk nominal, efek yang dihasilkan adalah generalisasi, bahwa fakta
yang ditulis mewakili keseluruhan. Nominalisasi yang dipakai ini diantaranya
adalah pemakaian kata “merangkul Hamas”. Kata merangkul lebih dipilh
Republika dari pada menyebutkan nama Nasser Shaer, ahmoud Zahar dan Said
Siam, karena Kata “merangkul Hamas” bisa berarti mendekatkan diri kepada
Hamas secara keseluruhan. Kata “merangkul” bukan hanya mendekatkan diri
secara fisik tetapi juga secara psikologis.
Tema kedua, pertemuan Carter dengan petinggi Hamas di Kairo, Mesir.
Argumen yang dipakai untuk mendukung gagasan itu karena Israel meralang
Jimmy Carter mengunjungi Jalur gaza. Elemen wacana yang dipakai adalah
maksud, yaitu elemen wacana yang berhubungan dengan apakah suatu gagasan
90
disampaikan secara jelas atau tersembunyi. Melihat penjelasan dari juru bicara
Hamas, Zuhri : “ mengatakan Kairo dipilih karena Israel tidak mengizinkan
Carter mengunjungi Jalur Gaza.” Dengan penulisan seperti ini, ditekankan
kepada khalayak bahwa ada ketakutan dari Israel terhadap kedatangan Carter
menemui pimpinan Hamas di Gaza, selain itu pelarangan itu juga bisa berarti
bahwa Israel masih menguasai Jalur Gaza secara fisik, walaupun Israel sudah
mundur pada tahun 2005.
Tema ketiga, pernyataan Carter mengatakan semua pihak harus
dirangkul, termasuk Hamas dan Suriah jika Israel ingin merasakan perdamaian
dan keamanan yang sesungguhnya. Tema ini dalam teks dapat dilihat dari
pernyataan Carter ''Ketika Suriah dan Hamas mempunyai keinginan
berpartisipasi dalam kesepakatan damai final maka mereka harus dilibatkan
dalam proses diskusi yang membawa pada dicapainya kesepakatan damai
permanen.” Dengan cara penulisan ini, khalayak diajak berfikir bahwa selama
ini Hamas tidak dilibatkan dalam berbagai perundingan yang dilakukan oleh
Palestina-Israel. Pernyataan Carter juga bisa berarti bahwa kesepakatan damai
yang selama ini telah dilakukan itu tidak bisa diaplikasikan dengan baik
sehingga konflik yang seharusnya dapat diselesaikan ternyata masih terus
terjadi. Ini menjadi salah satu indikasi bahwa proses negosiasi damai yang telah
dilakukan selama ini sia-sia.
Tema keempat, aksi boikot media massa Israel atas penolakan
pemerintah menyambut dan menjamu Carter. Tema ini dalam teks dapat diamati
dari kecaman pedas media massa Israel yang mengecam sikap pemerintah Israel
yang tidak menyambut Carter, di dalamnya termasuk penolakan pemerintah
91
menjamu Carter. Sikap itu bukan hanya mengesampingkan semua peran Carter
dalam proses tercapainya kesepakatan damai Israel-Mesir 1979, tetapi ini juga
menjelaskan bahwa Israel kurang berkenan dengan kedatangan Carter.
Kedatangan Carter menemui para pemimpin Hamas juga disebabkan karena
selama ini Hamas adalah salah satu organisasi yang paling dimusuhi Israel di
Palestina.
Frame pertemuan Jimmy Carter dengan para petinggi Hamas ini dalam
teks juga didukung dengan penekanan-penekanan tertentu pada level retoris.
Element retoris yang digunakan dalam teks ini adalah leksikon. Pilihan kata-kata
yang digunakan oleh wartwan memberikan banyak arti bahwa kedatangan Carter
menemui petinggi Hamas memberi suatu pendapat bahwa apa yang dilakukan
Carter adalah sesuatu yang serius dan penting. Wartawan menuliskan
kedatangan Carter dengan menggunakan kata “rangkul”. Kata rangul disini bisa
memberi arti bahwa kedatangan Carter bukan sekedar kunjungan biasa, tetapi
apabila sudah merangkul berati ada maksud-maksud yang lebih dalam mengenai
kedatangan Carter ini. Ada unsure kedekatan dalam kata “rangkul” yang dipilih
Republika untuk menjelaskan kedatangan Carter
Kemudian unsur lesikon juga dapat kita lihat dari penggunaan kata
“kontraproduktif”, kata itu bisa berarti sia-sia. Pilihan kata yang dipakai bukan
hanya karena kebetulan tetapi juga secara ideologis menunjukkan bagaimana
pemaknaan terhadap fakta atau realitas. Penggunaan kata “kontraproduktif”
memiliki makna yang lebih tinggi dari pada kata “sia-sia”, karena dalam kata
‘kontraproduktif memiliki arti bahwa subjek yang bersangkutan memiliki posisi
yang penting dalam suatu permasalahan.
92
Frame : Carter Rangkul Hamas
Elemen Strategi Penulisan
Skematis Republika menuliskan terlebih dahulu maksud dari kedatangan
Carter yang menganggap bahwa mengucilkan Hamas hanya akan
menjadi langkah yang kontraproduktif. Disusul dengan siapa saja
Carter bertemu.
Skrip Penekanan pada aspek tujuan dari kunjungan Carter bertemu dengan
para pimpinan Hamas. Penekanannya pada apa yang dikatakan
Carter bahwa semua pihak harus dirangkul, termasuk Hamas dan
Suriah jika Israel ingin merasakan perdamaian dan keamanan yang
sesungguhnya.
Tematik (1) Carter terus mendukung Hamas demi perdamaian di Palestina.
(2) pertemuan Carter dengan petinggi Hamas di Kairo, Mesir. (3)
pernyataan Carter mengatakan semua pihak harus dirangkul,
termasuk Hamas dan Suriah jika Israel ingin merasakan perdamaian
dan keamanan yang sesungguhnya (4) aksi boikot media massa
Israel atas penolakan pemerintah menyambut dan menjamu Carter
Retoris Pilihan kata-kata yang digunakan oleh wartwan memberikan banyak
arti bahwa kedatangan Carter menemui petinggi Hamas memberi
suatu pendapat bahwa apa yang dilakukan Carter adalah sesuatu
yang serius dan penting.
93
� Frame Kompas : Dua Pemimpin Hamas Bertemu Jimmy Carter
Kompas memaknai peristiwa kunjungan Carter menemui pimpinan
Hamas merupakan bagian dari misi perjalanan Carter ke Timur Tengah. Kompas
tidak menjelaskan lebih jauh mengenai apa maksud dari pertemuan mantan
presiden Amerika Serikat dan dua pemimpin Hamas. Ini terlihat dari berita yang
berjudul “Dua Peminpin Hamas bertemu Jimmy Carter.” Dengan stategi wacana
seperti ini Kompas mempunyai pandangan bahwa tidak ada hal yang serius dan
penting dalam pertemuan itu. Jika kita cermai susunan kata dari judul Kompas
diatas, maka yang menjadi objek pertemuan adalah Carter, sedangkan dua
pempimpin Hamas yang memiliki kepentingan atau yang menjadi subjek dalam
pertemuan tersebut. Selain itu dalam teks, Kompas lebih tertarik memberitakan
pertemuan rutin Perdana Menteri Israel Ehud Olmert dan Presiden Abbas dan itu
terlihat dari penjelasan yang lengkap mengenai pertemuan rutin itu.
Dari analisis sintaksis, kita akan melihat bagaimana frame itu disusun
dalam skema berita yang dibuat. Frame itu tampak jelas dari judul berita yang
dipakai “ Dua Pemimpin Hamas Bertemu Jimmy Carter”. Berbeda dengan judul
yang digunakan Republika, Kompas menggunakan kata “Bertemu” dan bukan
“Merangkul”. Dengan pemakaian judul seperti itu Kompas ingin menekankan
bahwa kedatangan Carter hanyalah pertemuan biasa, tidak ada yang perlu
dibesar-besarkan dalam pertemuan ini. Selain itu dalam paragraf lain juga
disebutkan bahwa pertemuan ini hanyalah bagian dari misi sembilan hari di
Timur Tengah. Lead yang dipakai Kompas juga menunjukkan hal ini.
Dua pemimpin kelompok Hamas di Jalur Gaza bertemu mantan Presiden AS, Jimmy Carter, di Cairo, Mesir, Rabu (16/4). Pertemuan di Cairo
94
berlangsung setelah Israel menolak mengizinkan Carter memasuki wilayah Jalur Gaza.
Teknik penyusunan fakta semacam ini mempunyai akibat pada makna
berita yang ingin ditampilkan kepada khalayak, bahwa Hamas-lah yang
berinisiatif melalukan pertemuan dengan Carter, lead diatas juga menunjukkan
bahwa tidak ada hal yang penting dari pertemuan itu. Selain itu Kompas
menyoroti pelarangan Israel yang menolak mengizinkan Carter memasuki
wilayah Jalur Gaza. Persoalan mengenai pelarangan Carter memasuki wilayah
Gaza juga dijelaskan Kompas dalam paragraf berikutnya yang tertulis “Zahar
dan Siam merupakan pemimpin berhaluan keras Hamas yang berada di belakang
rencana pengambilalihan Jalur Gaza dengan kekerasan dari pasukan yang loyal
kepada Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada Juni.” Ini menjadi sedikit
berbeda dengan pandangan Republika yang menuliskan pelarangan Carter
memasuki Jalur Gaza dikarenakan Israel masih menguasai Gaza secara fisik,
meski mundur dari kawasan itu pada 2005.
Dari struktur tematik, berita tersebut membawa dua tema besar, yang
pertama, pertemuan Jimmy Carter dan Dua pemimpin Hamas di Kairo, Mesir.
Berita ini ditampilkan dengan pernyataan juru bicara Hamas “Mahmud Zahar
dan Said Siam bertolak ke Cairo untuk bertemu dengan Jimmy Carter”, ujar
Sami Abu Zouhri, juru bicara Hamas. Pertemuan ini merupakan bagian dari misi
perjalanan Carter ke Timur Tengah. Dari pernyataan tersebut diatas dapat
artikan bahwa pertemuan Carter dan dua pemimpin Hamas itu merupakan misi
perjalanan Carter ke Timur Tengah, tidak ada maksud lain dari pertemuan yang
berlangsung di Kairo, Mesir, terutama tidak ada sesuatu yang membahayakan
posisi Israel terhadap Palestina.
95
Tema yang kedua adalah pertemuan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert
dan Presiden Abbas. Dalam teks berita Kompas memaparkan lebih detail
mengenai pertemuan Perdana Menteri Israel dan Presiden Palestina, dari pada
menjelaskan apa yang dihasilkan dari pertemuan antara Carter dan dua pimpinan
Hamas. Padahal berita ini diturunkan ingin menyoroti tentang kedatangan Carter
ke Timur Tengah. Teks ini diperkuat dengan berita yang ditulis Kompas.
“ Pertemuan rutin Perdana Menteri Israel Ehud Olmert dan Presiden Abbas seperti diungkap harian As Sharq Al Awsat edisi Rabu (16/4) membuahkan tawaran solusi final konflik Israel-Palestina. Tawaran Olmert kepada Abbas antara lain kesiapan Israel hanya menyerahkan 64 persen wilayah Tepi Barat (wilayah A, B, C sesuai kategori yang dicapai dalam kesepakatan Oslo tahun 1993), tanpa wilayah Lembah Jordan dan wilayah dibalik tembok pemisah yang dibangun Israel saat ini.”
Dari kutipan diatas, dapat dilihat bahwa kompas lebih fokus
memberitakan pertemuan antara Perdana Menteri Israel Ehud Olmert dan
Presiden Mahmood Abbad. Hal ini dapat kita lihat bahwa Kompas
memberitakan secara Detail apa yang dihasilkan dari pertemuan kedua
pemimpin Negara itu. Hal ini juga diperkuat oleh keterangan-keterangan pada
paragraf selanjutnya yang menjelaskan lebih detail lagi mengenai pertemuan
Olmert dan Abbas. Ini bertolakbelakang dengan berita mengenai kunjungan
Carter. Kompas hanya mengatakan alasan kedatangan Carter ke Timur Tengah
yang merupakan misi perdamaian pribadi Carter. Kompas tidak menuliskan baik
secara implisit maupun eksplisit mengenai hasil dari kunjungan tersebut.
Berbeda dengan Kompas, Republika dalam teks beritanya tidak menyinggung
sedikitpun mengenai pertemuan dari Olmert dan Abbas. Hal ini juga bisa berati
Kompas memandang konflik Palestina Israel dapat diselesaikan tanpa
melibatkan Hamas.
96
Frame : Dua Pemimpin Hamas Bertemu Jimmy Carter
Elemen Strategi Penulisan
Skematis Kompas menuliskan kedatangan Carter menemui dua pemimpin
Hamas adalah misi perdamaian pribadi di kawasan Timur Tengah.
Kompas juga menuliskan pertemuan dari perdana menteri Israel Ehud
Olmert dan Presiden Palestina Mahmood Abbas.
Skrip Tidak ada penjelasan lengkap mengenai apa yang dibicarakan dari
pertemuan Hamas dan para pemimpin Hamas, sedangkan Kompas
menuliskan dengan jelas hasil pertemuan dari kedua pemimpin
Negara Israel dan Palestina.
Tematik (1) pertemuan Jimmy Carter dan Dua pemimpin Hamas di Kairo,
Mesir. (2) pertemuan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert dan
Presiden Abbas
Retoris Penonjolan berita tentang pertemuan Olmert dan Abbas dari pada
kunjungan Carter menemui Dua Pemimpin Hamas
� Perbandingan Frame
Berkunjungnya Mantan Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter
menemui sejumlah petinggi Hamas ditanggapi berbeda oleh Republika dan Kompas.
Untuk lebih mudah dalam proses framing dapat dilihat dari skema di bawah ini
97
Elemen Republika Kompas
Frame Carter Rangkul Hamas Dua Pemimpin Hamas Bertemu
Jimmy Carter
Skematis Republika menuliskan terlebih
dahulu maksud dari kedatangan
Carter yang menganggap bahwa
mengucilkan Hamas hanya akan
menjadi langkah yang
kontraproduktif. Disusul dengan
siapa saja Carter bertemu.
Kompas menuliskan kedatangan
Carter menemui dua pemimpin
Hamas adalah misi perdamaian
pribadi di kawasan Timur
Tengah. Kompas juga menuliskan
pertemuan dari perdana menteri
Israel Ehud Olmert dan Presiden
Palestina Mahmood Abbas.
Skrip Penekanan pada aspek tujuan dari
kunjungan Carter bertemu dengan
para pimpinan Hamas.
Penekanannya pada apa yang
dikatakan Carter bahwa semua
pihak harus dirangkul, termasuk
Hamas dan Suriah jika Israel
ingin merasakan perdamaian dan
keamanan yang sesungguhnya.
Tidak ada penjelasan lengkap
mengenai apa yang dibicarakan
dari pertemuan Hamas dan para
pemimpin Hamas, sedangkan
Kompas menuliskan dengan jelas
hasil pertemuan dari kedua
pemimpin Negara Israel dan
Palestina.
Tematik (1) Carter terus mendukung
Hamas demi perdamaian di
(1) pertemuan Jimmy Carter dan
Dua pemimpin Hamas di Kairo,
98
Palestina. (2) pertemuan Carter
dengan petinggi Hamas di Kairo,
Mesir. (3) pernyataan Carter
mengatakan semua pihak harus
dirangkul, termasuk Hamas dan
Suriah jika Israel ingin merasakan
perdamaian dan keamanan yang
sesungguhnya (4) aksi boikot
media massa Israel atas
penolakan pemerintah
menyambut dan menjamu Carter
Mesir. (2) pertemuan Perdana
Menteri Israel Ehud Olmert dan
Presiden Abbas
Retoris Pilihan kata-kata yang digunakan
oleh wartwan memberikan
banyak arti bahwa kedatangan
Carter menemui petinggi Hamas
memberi suatu pendapat bahwa
apa yang dilakukan Carter adalah
sesuatu yang serius dan penting.
Penonjolan berita tentang
pertemuan Olmert dan Abbas dari
pada kunjungan Carter menemui
Dua Pemimpin Hamas
Setelah kita melihat skema diatas, kita dapat lebih jelas untuk melihat
bagaimana perbedaan konstruksi dua berita yang berbeda dengan isu yang sama.
Republika Memberikan Judul “Carter Rangkul Hamas” sedangkan Kompas
“Dua Pemimpin Hamas Bertemu Jimmy Carter”. Dari judul kita dapat melihat
bagaimana kedua media tersebut mamandang pertemuan Carter dengan Dua
99
pemimpin Hamas. Republika membahasakan pertemuan antara Carter dengan
Hamas dengan Kata “rangkul”. Dengan kata “rangkul” Republika ingin
memberi persepsi kepada khalayak tentang kedekatan yang ada antara Carter
dengan Hamas, karena apabila seseorang merangkul maka seseorang itu sudah
memiliki kedekatan dengan orang yang dirangkul. Kata “rangkul” yang
digunakan Republika juga berarti ada sesuatu hal penting yang ingin
diselesaikan dari pertemuan antara tersebut.
Kompas sendiri memberi Judul “Dua Pemimpin Hamas Bertemu Jimmy
Carter”. Jika kita lihat secara susunan kata dalam kalimat judul diatas,
pertemuan yang terjadi digagas oleh Hamas. Kata “bertemu” yang digunakan
Kompas, dengan kata “rangkul” yang digunakan Republika memiliki perbedaan
dalam hal kedalaman makna. Secara makna kata “rangkul” lebih memiliki
makna yang dalam dari pada kata “bertemu”. Judul “Carter Rangkul Hamas”
bukan hanya berarti pertemuan secara fisik antara kedua tokoh, tetapi juga bisa
kedekatan secara psikologis. Sedangkan kata “bertemu” yang digunakan Carter
menunjukan hal itu adalah sesuatu yang biasa terjadi.
Dalam fokus pemberitaan dapat kita lihat perbedaan dari kedua Harian
ini. Republika memberitakan dengan sangat jelas (bisa kita lihat dari berita yang
ditulis Republika) pertemuan antara Carter dengan Hamas. Bahkan di-lead
Republika menegaskan bahwa “Mengucilkan Hamas hanya menjadi langkah
yang kontraproduktif”. Republika berharap banyak dari pertemuan Carter dan
Hamas. Pertemuan itu diharapkan bukan hanya sekedar pertemuan, tetapi bisa
membawa pengaruh positif kepada dunia bahwa konflik yang terjadi di Palestina
dapat disesaikan dengan jalan damai asalkan semua pihak, bukan hanya
100
pemerintah, tetapi seluruh pihak dapat diajak duduk bersama untuk
membicarakan masalah Palestina dan Israel. Kedatangan Carter menemui
Hamas, juga bisa meningkatkan citra Hamas yang selalu diberitakan buruk
sebagai pengacau dan senang menggunakan kekerasan. Dalam teks berita
Republika digambarkan bahwa Hamas menerima Carter dengan sangat hangat.
Sedangkan Kompas kurang fokus dalam pemberitaan mengenai
kedatangan Carter ke Timur Tengah. Kompas hanya menganggap ini hanya
bagian dari misi rutin Perdana Menteri Israel Ehud Olmert dan Presiden
Mahood Abbas. Ini dapat dilihat dari teks yang memaparkan sangat detail apa
yang dihasilkan dari pertemuan rutin tersebut. Kompas dengan ideologinya
mempunyai keinginan untuk membentuk persepsi khalayak bahwa tidak ada
yang special dan tidak akan ada yang berubah dari kedatangan Carter. Kompas
juga ingin menunjukkan bahwa tanpa Hamas pemerintah dapat melakukan
negosiasi damai dengan pihak Israel.
Dari perbandinag frame diatas dapat kita lihat perbedaan Ideologi dari
kedua Harian tersebut dengan permainan bahasa. Ideologi bekerja melalui
bahasa dan bahasa adalah medium tindakan sosial1. Dalam media masssa, aspek-
aspek ideologi dapat dilihat dari bagaimana mereka menyampaikan pesan
kepada kahalayaknya. Dalam hal ini pesan-pesan disampaikan melalui simbol-
simbol baik verbal maupun non verbal. Simbol-simbol itu dapat mewakili ide,
perasaan, pikiran serta ideologi. Ideologi secara verbal dapat diamati.
1 John B Thompson, Analisis Ideologi : Kritik Wacana Ideologi-ideologi Dunia, Remaja Rosda
Karya, 2005, h 19
101
Hal ini tidak lepas dari unsur nilai, kepentingan dan kekuatan atau
kekuasaan apa yang ada dalam media tersebut. kekuasaan tersebut berusaha
dijalankan dan disebarkan melalui media sehingga media tidak dapat lagi
bersifat netral dan tidak berpihak. Media bukanlah ranah netral dimana berbagai
kepentingan dan pemaknaan dari berbagai kelompok akan mendapat perlakuan
yang sama dan seimbang2. Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa media
berfungsi sebagai perpanjangan tangan dari kelompok pemegang kekuasaan dan
kekuatan dalam masyarakat. Nilai yang dianggap penting bagi pemegang
kekeuasaan disebarkan melalui media sehingga isi media mencerminkan apa
yang diinginkan oleh pemilik kekuasaan tersebut.
Berita dalam pandangan kaum konstruksionis bukanlah Mirror of Reality
(cermin dari realitas), tetapi berita yang ditus di media massa adalah realitas
simbolik, tak ubahnya seperti lakon-lakon dalam panggung sandiwara. Yang
bertujuan untuk menggiring khalayak untuk ikut kedalam apa yang ditampilkan
oleh media tersebut. Jadi sesuatu hal yang wajar ketika ada dua berita yang
memiliki isu yang sama, tetapi dikemas dalam konsep yang berbeda. Repubika
dan Kompas memiliki misi masing-masing untuk mengajak khalayak ikut
kedalam realitas yang mereka ciptakan.
Terlebih berita yang menyangkut agama. Ini adalah hal yang sangat
sensitif. Media kini bukan hanya menjadi alat penyebar informasi tetapi media
kini memeilik fungsi yang lebih luas. Media kini berfungsi sebagai capital
company untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, media kini menjadi
2 Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana, LKis, yogjakarta, 2001, h 55
102
simbol dari gaya hidup dengan budaya kesenagannya (lher-bahasa prancis), dan
media juga menjadi alat pembentukan cirta, baik itu cira seseorang, Negara,
maupun agama. Pembentukan citra sangat besar dipengaruhi oleh siapa saja
yang berada dibalik media tersebut. Jadi kita jangan berharap terlalu banyak dari
media untuk medapatkan berita yang sebenarnya. Islam, adalah objek yang
sangat menarik untuk diberitakan, karena banyak sekali bahan untuk
memberitakan tentang Islam.
Pada bab sebelumnya kita sudah membahas mengenai Kompas dan
Republika secara penjang lebar. Pembaca bisa menentukan sendiri ideologi apa
yang dimiliki oleh kedua Harian tersebut dalam memberitakan kedatangan
Carter ke Timur Tengah.
Berita mengenai konflik Palestina dan Israel selalu mempunyai ruang
tersendiri dalam media. Salah satu nilai berita adalah konflik. Menurut penulis
konflik yang terjadi di Palestina bukan lagi milik regional kedua Negara, tetapi
konflik yang terjadi di sana kini sudah menjadi isu dunia, karena kini konflik
tersebut berkembang menjadi konflik antara dunia timur (Arab dan Negara-
negara Islam) juga dunia Barat (Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan
sekutunya). Menurut keterangan dari Republika dikatakan bahwa konflik yang
terjadi di Palestina, terlepas dari masalah agama, itu adalah konflik kemanusian,
di mana sulit sekali memenuh hak-hak warga Palestina untuk hidup di negaranya
dengan aman dan damai.3
3 Wawancara pribadi dengan Redaktur Berita Internasional, Yeyen Andriani.
103
Untuk lebih jelas lagi mengenai proses pembentukan realita dalam
media, penulis ingin mengajak pembaca untuk mencermati berita di bawah ini.
II . Serangan Kembali Ke Jalur Gaza
Jalur Gaza mungkin inilah tempat yang menjadi hot-spotnya Paletina
dan Israel. Tempat ini adalah salah satu jalur yang paling sering menjadi tempat
pertikaian antara Palestina-Israel. Kedua Negara tersebut bersama-sama
mengklaim bahwa Gaza adalah wilayah mereka. Sebagaian penduduk palestina
dan Israel ada yang tinggal di wilayah ini. Gaza juga merupakan penghubung
antara Paletina, Israel dan dunia luar. Sehingga tak heran kalau Gaza menjadi
tempat yang paling strategis untuk melakukan tindakan-tindakan kekerasan, baik
itu bom, rudal, mortal, bom bunuh diri, dan lain sebagainnya.
Berita ini menjadi sangat menarik karena kedua pihal yang bertikai
(Hamas dan tentara Israel) mengklaim bahwa mereka melalukan tindakan
penyerangan, karena diserang terlebih dahulu. Kita akan melihat kasus serangan
ke Gaza ini dari sudut pandang kedua media, Republika dan Kompas
� Frame Republika : Serangan Israel ke Gaza Makin Menggila
Dilihat dari judulnya Republika memberikan gambaran yang sangat
jelas mengenai keaadaan di Jalur Gaza. Menurut judul yang di Tulis oleh
Republika bahwa Israel telah melakukan serangan hebat ke Jalur Gaza. Kata
“menggila” memiliki kata dasar “gila” (kata sifat) dan mendapat imbuhan ‘me”
menjadi “menggila” (kata kerja) itu bisa berarti lebih dari gila (biasanya).
Dengan demikian jika kita lihat judulnya saja sudah seperti ini berarti Republika
ingin menyampaikan kepada khalayak bahwa Israel yang memulai penyerangan
104
ke Gaza lebih hebat dari biasanya. Pandangan semacam ini akan membentuk
opini dari masyarakat bahwa yang selama ini yang memulai melakukan tindakan
kekerasan di Gaza adalah Israel melalui tentaranya. Hal semacam ini akan dapat
kita lihat dari wacana tertentu dalam berita Republika untuk mendukung
gagsannya.
Dari analisis sintaksis, pandangan Republika tersebut terwujud dalam
skema atau bagan dalam berita. Judul berita Republika sudah sangat jelas
menunjukan pandangan Republika. Judul tersebut melakukan nominalisasi
bahwa selama ini semua serangan/ kekerasan yang terjadi di Gaza adalah ulah
tentara Israel. Yang menjadi bentuk nominalisasi adalah kata adalah kata
“makin”. Kata makin yang digunakan oleh Republika dalam judul diatas
membawa persepsi bahwa ini adalah serangan yang kesekian kalinya dan untuk
kali ini lebih dahsyat dari sebelumnya.
Dalam teks berita itu, Republika mengutip perkataan juru bicara
Hamas, Fawzi Barhum, yang mengatakan bahwa Hamas akan membalas
serangan Israel dengan semua opsi yang mereka miliki. Selain itu diperkuat oleh
paragraf selanjutnya menuliskan seruan dari Barhum yang menyerukan agar
semua pejuang Hamas membalas serang Israel di setiap tempat dengan semua
cara yang ada, karena ini adalah agresi terhadap rakyat Palestina. Dengan
pemakaian judul yang menyebut serang Israel semakin menggila, maka ini
secara langsung memberikan isyarat kepada khalayak untuk membenarkan apa
yang dilakukan oleh pejuang Hamas untuk mempersiapkan serangan balasan
kepada pihak tentara Israel.
105
Republika menuliskan Serangan Israel ini ditanggapi serius bukan
hanya oleh pejuang Hamas tetapi juga oleh Presiden Mahood Abbas yang
dikenal memiliki kedekatan dengan Israel. Hal ini dibuktikan dengan kutipan
perkataan Abbas
''Kami mendesak konferensi Moskow digelar secepat mungkin dan kami berharap konferensi akan sukses mendorong proses perdamaian bergerak maju. Dengan sangat menyesal saya katakan sejumlah hambatan menghalangi diterapkannya hasil konferensi Annapolis,'' tegas Abbas.
Dari tanggapan Abbas yang dikutip Republika, semakin menegaskan
bahwa serangan ke Gaza adalah hal yang sangat serius, sehingga Abas pun
menginginkan diadakannya kembali konferensi Moskow untuk mendorong
terjadinya perdamaian di Palestina. Kutipan tersebut juga mengisyaratkan bahwa
hasil konfrernsi Anapolis tidak dapat berjalan dengan baik.
Teks berita Republika secara umum membahas mengenai serangan Israel
ke Gaza. Sumber Republika menilai bahwa Israel telah merencanakan serangan
kali ini. Menurut kutipan yang diambil Republika bisa juga berarti bahwa
serangkan kali ini baru awal dan akan ada serangan yang lebih besar lagi
menyambut 60 tahun berdirinya Israel.
“Harian cetak Israel, Jpost, menuliskan para petinggi itu yakin sebuah serangan militer besar-besaran dan matang harus digelar musim panas tahun ini, tepatnya tak lama setelah kunjungan Presiden AS George W Bush, pertengahan Mei untuk menghadiri peringatan 60 tahun berdirinya Israel. Seorang petinggi militer mengatakan serangan 'membersihkan' Gaza itu diperlukan untuk menghancurkan infrastruktur Hamas. Intelijen Israel yakin kekuataan Hamas saat ini sudah terlalu mengkhawatirkan.”
Dari kutipan diatas terlihat Republika menuliskan “berdirinya Israel”
daripada “kemerdekaan Israel”, karena menurut wawancara penulis, redaktur
Republika mengatakan kalau Zionis Israel mendirikan Negara diatas wilayah
106
orang orang (pencaplokan). Hal ini bisa berarti bahwa negara Israel didirikan
diatas hak warga Palestina. Selain itu berdirinya Israel bisa jadi menjadi inti dari
semua permasalahan yang terjadi sampai saat ini. Bahwa zionis Israel datang ke
Palestina mendirikan Negara di sana dan mengusir sebagian pendudukan
Palestina, demi sebuah wilayah yang disebut sebagai “the holy land” atau tanah
yang suci.
Skema semacam ini bukan hanya menempatkan Israel sebagai pihak
yang sangat bersalah atas konflik yang terjadi, tetapi secara tidak langsung juga
membenarkan apa yang dilakukan oleh pejuang Hamas untuk membalas
serangan demi serangan yang dilancarkan Israel, sebagai wujud harga diri
sebagai warga yang diinjak-injak haknya oleh Israel.
Dari struktur tematik ada empat tema dalam teks yang kesemuanya
menunjuk pada tema utama yaitu penyerangan Gaza oleh tentara Israel.
Pertama, pernyataan tentang serangan Israel ke Gaza dan rencana serangan
balasan dari pejuang Hamas. Tema ini didukung pernyataan dari juru bicara
Hamas, Fawzi Barhum, yang mengatakan Hamas akan membalas serangan
Israel dengan semua opsi yang mereka miliki.
Elemen wacana yang dipakai diantaranyan detail dan bentuk kalimat.
Penjelasan mengenai serangan Israel ke Gaza dijelaskan secara singkat dan jelas,
sehingga pembaca bisa langsung megetahui apa yang terjadi di Gaza, mulai dari
bagaimana serangan Israel, berapa dan siapa saja korban yang tewas, dan pa
yang akan dilakukan Hamas atas peristiwa penyerangan ini.
107
Elemen wacana lain adalah bentuk kalimat yang menggunakan bentuk
deduksi, yaitu menguraikan ini di awal teks lalu disusul oleh keterangan yang
mendetail. Inti teks diuraikan mengenai serangan Israel ke Gaza semakin
menggila. Dengan menguraikan hal ini di awal benar bahwa Israel-lah yang
terlebih dahulu melakukan serangan Gaza. Elemen wacana lain yang dipakai
adalah nominalisasi. Nominalisasi yang dipakai adalah dengan digunakannya
kata “semakin”, kata semakin ini menunjukan peningkatan sebelumnya. Yang
berarti serangan kali ini lebih besar dari serangan sebelunya.
Tema kedua, rencana serangan balasan Hamas. Tema teks ini didukung
oleh kutipan pernyataan juru bicara Hamas Fauzi Bahrum. Argument yang
digunakan untuk mendukung gagasan itu adalah ini adalah serangan terhadap
rakyat Palestinan, oleh sebab itu seluruh pejuan Hamas harus membalasnya
dengan semua cara yang ada. Elemen wacana yang dipakai adalah maksud.
Kutipan pernyataan dari juru bicara Hamas untuk balas menyerang karena
tembakan kendaraan lapis baja Israel telah menewaskan sejumlah pengguna
jalan, termasuk dua bocah lelaki yang tengah bersepeda dan Fadel Shana warga
setempat yang menjadi juru kamera Reuters tak jauh dari kamp pengungsi
Bureij, Jalur Gaza selatan.
Teks diuraikan secara eksplisit mengesankan bahwa Hamas
merencanakan serangan balasan kepada Israel adalah hal yang benar, karena
Israel telah melakukan tembakan lapis baja yang melukai dan menewaskan
warga sipil Palestina.
108
Tema ketiga, respon Presiden Mahmood Abbas terhadap serangan Israel.
Tema ini dalam teks dapat dilihat dari kutipan pernyataan Mahmoud Abbas yang
tengah berada di Rusia yang mengecam pedas langkah Israel. Dalam teks juga
ditulis Presiden Abbas mendesak Rusia mempercepat konferensi Timur Tengah
yang dituanrumahinya karena negosiasi damai dengan Israel berjalan sangat
lamban.
Tema ketiga ini dalam teks juga didukung paragraf setelahnya setelah
Abbas mendesak Rusia untuk dipercepatnya konferensi Moskow untuk
mendorong perdamaian dan mengantikan hasik konferensi Anappolis yang tidak
berjalan lancar. Dengan cara penulisan seperti ini khlayak diajak berfikir bahwa
ini adalah hal sangat serius. Serangan yang dilanacarkan Israel kali ini bukan
hanya sebuah serangan biasa, karena Presiden Abbas yang diketahui bersama
memiliki kedekatan dengan Israel sampai mengeluarkan pernyataan seperti itu.
Pernyataan Abbas yang ditulis oleh Republika bisa juga berarti pembenaran atas
sikap Hamas untuk membalas serangan Israel.
Tema keempat, rencana Israel untuk kembali menyerang Gaza. Tema
keempat ini didukung dengan kutipan harian JPost yang ditulis Republika.
Dalam teks dituliskan bahwa sebuah serangan militer besar-besaran dan matang
harus digelar musim panas tahun ini, tepatnya tak lama setelah kunjungan
Presiden AS George W Bush, pertengahan Mei untuk menghadiri peringatan 60
tahun berdirinya Israel.
Dengan teks ini khalayak diajak berpersepsi bahwa ketegangan-ketegan
yang selama ini terjadi di Palestina adalah kehendak dari Israel. Mereka selalu
109
malancarkan serangan demi-serangan ke Gaza dengan berbagai alasan. Dalam
teks ini Republika menuliskan alasan Israel ingin melancarkan serangan ke Gaza
untuk 'membersihkan' Gaza hal itu diperlukan untuk menghancurkan
infrastruktur Hamas yang sudah menghawatirkan.
Dengan alasan menguatkan infrastruktur Hamas dan membersihakan
jalur Gaza Israel akan melakukan serangan-serangan. Kata membersihkan
‘Gaza’ yang dijadikan alasan penyerangan Israel juga bisa berarti keinginan
Israel untuk menguasai wilayah Gaza secara utuh. Padahal sejak tahun 2005
Israel harus menyingkir dari Jalur Gaza. Serangan Israel ke Gaza ini juga
disebabkan kerakutan Israel melihat Hamas semakin meningkatkan
kekuatannya, jadi sebelum Hamas menyerang lebih baik Israel bersiap untuk
menyerang.
Kemudian dalam tema yang keempat ini juga dicantumkan nama
Presiden AS, George W. Bush, yang akan menghadiri peringatan berdirinya
Israel. Hal ini semakin menjelaskan dukungan AS terhadap Israel, baik secara
tertulis, dengan menjadi mediator konferensi damai yang dilakukan Palestina
dan Israel dengan keputusan yang menguntungkan Israel dan juga dukungan
bantuan militer untuk mendukung Israel menyerang Palestina.
Frame penyerangan Israel ke Jalur Gaza ini dalam teks juga didukung
dengan penekanan-penekanan tertentu dalam level retoris. Retorika yang banyak
dipakai adalah pemaparan mengenai kronologis-kronologis serangan Israel ke
Gaza. Pandangan Republika melihat bahwa Israel telah merencanakan serangan
ke Gaza. Hal ini dilengkapi dengan uraian-uraian pernyataan yang menguatkan
110
bukti-bukti bahwa Israel-lah yang terlebih dahulu melakukan serangan ke Gaza.
Selain itu retorika yang digunakan adalah pemaparan mengenai keseriusan
serangan Israel ke Gaza, sampai membuat Juru Bicara Hamas Fawzi Bahrum
untuk mengerahkan semua pejuang Hamas untuk membalas serangan Israel dan
pernyataan dari Presiden Abbas yang menginginkan dipercepatnya Konferensi
Moskow untuk mendorong proses perdamaian antara Palestina dan Israel, karena
hasil konferensi sebelumnya tidak dapat dijakankan dengan baik.
Frame : Serangan Israel ke Gaza Makin Menggila
Elemen Strategi Penulisan
Skematis Republika menuliskan serangan Israel ke Gaza semakin menggila,
hal ini direspon serius oleh juru bicara Hamas dan presiden Abbas.
Untuk menguatkan fakta bahwa Isarel-lah yang melakukan
penyerangan, Republika memaparkan kutipan Harian JPost yang
menguatkan hal itu.
Skrip Penekanan pada aspek bagaimana Israel menyerang Gaza. Dengan
menuliskan pendapat dari pihak Palestina. Baik itu presidenn Abbas
maupun Hamas
Tematik (1) pernyataan tentang serangan Israel ke Gaza dan rencana
serangan balasan dari pejuang Hamas, (2) rencana serangan balasan
Hamas, (3) respon Presiden Mahmood Abbas terhadap serangan
Israel, (4) rencana Israel untuk kembali menyerang Gaza
111
Retoris Pemaparan-pemaparan pernyataan untuk mendukung klaim bahwa
Israel-lah yang bersalah atas penyerangan yang mengakibatkan
tewas dan cederanya warga Palestina di Gaza.
� Frame Kompas : Jalur Gaza Memanas; Israel Kerahkan Tank dan
Buldoser guna Membalas Hamas
Kompas memaknai serang Israel ke Gaza sebagai bentuk balasan atas
serangan Hamas. Kompas memaparkan dengan jelas bagaimana Israel membalas
serangan dari Hamas dengan mengerahkan 10 tank dan dua buldoser bersenjata
ke Jalur Gaza. Pandangan Kompas ini dapat dilihat dari berita yang berjudul
“Jalur Gaza Memanas; Israel Kerahkan Tank dan Buldoser guna Membalas
Hamas”, yang dimuat pada tanggal 12 April 2008. Dalam pandangan Kompas,
pengerahan tank san Buldoeser ke Jalur Gaza dipicuoleh serangan Hamas.
Dari analisis sintaksis, kita akan melihat bagaimana frame itu disusun
dalam skema berita yang dibuat. Frame itu tampak jelas dari judul berita yang
dipakai “Jalur Gaza Memanas; Israel Kerahkan Tank dan Buldoser guna
Membalas Hamas”. Berbeda dengan judul yang dipakai Republika, Kompas
melihat serangan Israel ke Gaza ini merupakan balasan atas apa yang dilakukan
oleh Hamas. Sedangkan Republika memandang serangan ke Gaza dilakukan
karena Israel kembali menyerang Gaza dengan makin menggila.
Situasi di Jalur Gaza memanas sepanjang hari Jumat (11/4), setelah Israel mengerahkan 10 tank dan dua buldoser bersenjata ke Jalur Gaza sebagai balasan atas aksi serangan Hamas yang menewaskan dua warga sipil Israel, pekan ini. Aksi militer Israel ini diawali serangan helikopter.
112
Lead ini secara jelas menunjukkan pandangan Kompas yang menilai
pengerahan tank dan buldoser ke Gaza merupakan respon dari serangan yang
dilancarkan Hamas ke Gaza. Frame kompas semacam ini juga bisa kita amati
kalau kita melihat bagaimana Kompas mengisahkan bagaimana terjadinya
ketegangan di Gaza. Ketegangan ini dimuai dari aksi militer Israel dengan
menggunakan serangan helikopter, yang kemudian dibalas dengan tembakan
mortir dari pihak Hamas.
Dari struktur tematik, berita ini membawa tiga tema besar yang ingin
ditampilkan kepada khalayak. Pertama, penjelasan mengenai kronologis
serangan Israel. Dari teks kita bisa melihat bahwa kompas memaparkan dengan
jelas bagaimana dimulainya serangan Israel ke Jalur Gaza. Di dalam teks
dipaparkan bahwa sebelum Israel melakukan serangannya, mereka sudah
melakukan peringatan kepada Hamas bahwa mereka akan melakukan serangan
balik atas tindakan penyerangan yang dilakukan Hamas.
Dengan pemaparan berita seperti ini, Kompas memberikan penjelasan
kepada khalayak, bahwa betapa baiknya Israel memberikan peringatan terlebih
dahulu sebelum melakukan penyerangan, yang berarti rakyat sipil Palestina bisa
bersiap-siap menyelamatkan diri dari serangan Israel.
Dalam teks Kompas banyak menggunakan bahasa “balasan” atas aksi
serangan Hamas. Kata “balasan” diartikan sebagai respon atas apa yang
dilakukan Hamas di Jalur Gaza. Hal ini diperkuat dengan pemaparan Kompas
yang mengatakan bahwa Hamas menerobos perbatasan Israel yang dijaga ketat
di terminal minyak Nahal Oz. Dengan pemaparan fakta yang ditulis kompas bisa
113
semakin meyakinkan pembaca bahwa Israel menjadi pihak yang tak bersalah
dalam kasus ini.
Tema kedua, penjelasan mengenai korban atas serangan Gaza. Jika kita
membaca secara seksama ada keanehan dalam pemaparan korban yang ditulis
Kompas. Jatuhnya korban sipil dari pihak Israel diblow-up pada paragraf
pertama. Sedangkan Kompas memberitkan jatuhnya korban sipil palestina
dengan pernyaaan seperti dibawah ini
Laporan medis terakhir menyebutkan, empat warga Palestina tewas termasuk seorang bocah, Riyad Owayssi, 10 tahun. Owayssi berdiri dekat sebuah tank Israel di luar kamp Bureij, saat sebuah mortir jatuh di sana. Laporan medis menyebutkan, sekitar 25 warga Palestina cedera termasuk tiga anak-anak yang mengalami sejumlah luka di tubuhnya.
Coba kita cermati lagi pemaparan Kompas atas jatuhnya korban dari
pihak Palestina. Dalam teks tersebut disebutkan bahwa empat warga Palestina
tewas termasuk seorang bocah, Riyad Owayssi, 10 tahun. Owayssi berdiri
“dekat sebuah tank Israel” di luar kamp Bureij, saat sebuah “mortir jatuh” di
sana. Kalimat “mortir jatuh” dan “dekat sebuah tank Israel” sengaja penulis beri
tanda kutip agar terlihat jelas permainan kata yang bisa mengubah makna
tersebut jika kita pahami dengan benar.
Menurut Kompas tewasnya warga Palestina dekat dengan sebuah tank
Israel, saat sebuah mortir jatuh. Jika kita tidak memahami benar berita yang
ditulis oleh Kompas ini, maka kita sekilas akan menganggap bahwa warga
Palestina tewas karena tembakan atau serangan dari tank Israel, tetapi jika kita
amati lagi warga palestina itu tewas hanya berada “dekat” dengan tank Israel,
Kompas tidak memberitahu apa yang dilakukan tank tersebut. Kompas
114
memberitakan bahwa didekat tank tersebut ada sebuah “mortir” yang jatuh dan
menewaskan warga Palestina. Dalam pada paragraf ke tiga dijelaskan bahwa
penjuang Hamas menggunakan mortir untuk melawan Israel. Hal ini bisa
diartikan Kompas ingin memberitakan tewasnya warga Palestina disebabkan
oleh pejuang Hamas yang melempar mortir dan bukan oleh tentara Israel.
Tema ketiga, pertemuan Ehud Olmert dan Presiden Mahmud Abbas.
Dalam tema yang ketiga ini, walaupun berada di paragraf terakhir, penulis
merasa ini penting. Kompas menuliskan pembicaraan dirinya dengan Abbas
tetap akan dilaksanakan, tetapi Kompas tidak menjalaskan secara eksplisitik
maupun implicit pembicaraan tentang apa? Apakah pembicaraan mengenai
serangan ke Gaza, pembicaraan rutin yang sering mereka lakukan? Ataukah
pembicaraan mengenai konferensi Moskow seperti yang dibicarakan Republika.
Kompas tidak menuliskan bagaimana Respon Abbas atas serangan yang terjadi
di Gaza. Hal ini menjadi berbeda ketika kita melihat berita Republika yang
menuliskan Abbas menaggapi masalah ini dengan serius. Ini bisa berati bahwa
kompas ingin menggambarkan secara implicit, bahwa presiden Abbas tidak
peduli dengan apa yang akan dilakukan Hamas di Gaza. Ataukah pertemuan itu
menjadi sinyal bahwa Abbas dari kelompok Fattah memang memiliki kedekatan
dengan Olmert.
Frame Jalur Gaza Memanas Israel Kerahkan Tank dan Buldoser guna
Membalas Hamas, dalam teks didukung dengan penekanan-penekanan tertentu
pada level retoris. Retorika yang banyak dipakai adalah pemaparan kronologis
mengenai peristiwa serangan balasan dari Israel tersebut.
115
Frame : Jalur Gaza Memanas Israel Kerahkan Tank dan Buldoser guna
Membalas Hamas
Elemen Strategi Penulisan
Skematis Kompas memberitakan bahwa serangan Israel ke Gaza merupakan
serangan balasan atas apa yang dilakukan oleh Hamas. Kompas
Tidak menuliskan apakah ada pernyataan dari Presiden Abbas
terkait serangan ke Gaza tersebut. Kompas lebih fokus
memberitakan tentang kronologis serangan ke Gaza
Skrip Tidak ada tanggapan secara langsung dari kedua belah pihak,
hanya berupa kutipan-kutipan saja
Tematik (1) penjelasan mengenai kronologis serangan Israel, (2) penjelasan
mengenai korban atas serangan Gaza, (3) pertemuan Ehud Olmert
dan Presiden Mahmud Abbas
Retoris Penekanan pada aspek bagaimana kronogis serangan ke Gaza
dibadingkan keterangan langsung dari pihak Palestina maupun
Israel menanggapi persitiwa isi.
� Hasil Perbandingan Frame
Dari kedua berita diatas, Kedatangan Jimmy Carter maupun Serangan di
Jalur Gaza dipandang berbeda sekali oleh Kompas dan Republika. Kompas
memandang kedatangan Carter hanya sebagai misi perdamaian di Palestina,
116
tidak ada yang penting dari pertemuan tersebut. Sedangkan Republika melihat
kedatangan Carter sebagai sesuatu yang positif untuk perdamaian di Palestina
dan Israel. Hal ini juga terjadi terhadap berita menegenai serangan ke Gaza.
Kompas dalam beritanya menuliskan bahwa serangan ini dimulai oleh Hamas
dan Israel membalas dengan serangan pula. Sedangkan Republika menilai bahwa
serangan ke Gaza oleh tentara Israel sudah semakin parah “menggila”. Dari
pemaparan sederhana ini saja sudah terlihat bahwa setiap media memiliki poin
of view tersendiri dalam memandang sebuah perisiwa.
Kini, tidak ada sesuatu yang bebas nilai di dalam media dan kini, media
bukan hanya sekedar menjadi channel for transmission information. Menurut
penulis kini media sudah menjadi channel for transmission ideology, meanings,
opinion, and at all. Dan itu semua sudah kita buktikan dari analisis framing
kedua berita tersebut.
Mengutip pernyataan Habermas, tidak ada sesuatu yang bebas nilai di
dalam media. Ini menjadi sebuah keniscayaan setelah kita membandingkan dua
berita dengan isu yang sama dikonstruksi berbeda oleh Republika dan Kompas.
Perbedaan itu dalam pandangan konstruktivis menjadi hal yang wajar, karena
media mewakili realitas sosial yang terkait dengan berbagai macam kepentingan
yang ada di dalam dan di luar media. Kepentingan-kepentingan eksternal dan
internal ini mengharuskan media terus bergerak dinamis di antara kepentingan-
kepentingan tersebut. Hal ini menyebabkan media massa sulit menghindari bias-
bias dalam penyampaian beritanya.
117
Isi media sangat erat ditentukan dari bagaimana media itu didirikan?,
siapa yang berada dibelakang media itu?, dan apa yang ingin dicapai oleh media
tersebut. Barangkali itulah sebabnya, seorang wartawan politik Amerika yang
sangat terkenal, Walter Lippmann, mengatakan bahwa antara berita dan
kebenaran adalah dua hal yang berbeda dan harus dibedakan dengan tegas.
Bahkan ia mengatakan, dalam tradisi pers Amerika yang sangat profesional pun,
ada ungkapan, “Kami lebih sering merumuskan baru kemudian mencari berita,
ketimbang mencari berita dulu baru merumuskan”4
Sama halnya ketika kita membahas mengenai realitas berita Islam di
media massa. Islam adalah agama, dan agama termasuk kedalam level ideolgi
yang mempengaruhi dalam penulisan berita. Realitas tentang berita islam di
media massa akan dikonstrusi berbeda-beda oleh setiap media tergantung
kepentingan dari media massa tersebut.
Berita belum tentu fakta, tetapi jika fakta bisa berarti berita. Berita lebih
diidentikan dengan realita. Dimana realita dalam berita adalah sesuatu yang
dibentuk, yang diciptakan oleh orang dibalik media. Islam menjadi hot spot
dalam setiap pemberitaan, terlebih di Indonesia. Setiap media memiliki
kepentingan sendiri-sendiri untuk membentuk citra islam kepada masyarakat,
karena media berfungsi juga dalam hal pemebentukan citra.
4 Water Lippman, Opini Publik Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1998, h 87
118
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dengan menganalisis berita yang ditulis di Kompas
dan Republika, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah :
1. Bahwa setiap media memiliki point of view tersendiri dalam setiap
penulisan berita. Berita yang sampai kepada khalayak tidak serta merta
adalah benar. Sebelum sampai ke khalayak berita itu mengalami proses
konstruksi oleh pekerja media. Pada saat itulah fakta yang ada diolah
sedemikan rupa, dimasukkan ideologi-ideologi media, ditentukan tujuan
dari berita itu, dan berusaha agar berita tersebut dapat membentuk opini
masyarakat sesuai dengan kehedak media. Maka menjadi sesuatu yang
sangat realistis ketika membandingkan berita Konflik Palestina dan Israel
anda akan menemukan makna berita yag berbeda. Itulah realitas dalam
media.
2. Berita Islam juga tak luput dari proses konstruksi karena Islam
merupakan isu yang sangat mudah terbakar. Dengan isu agama ini kita
bisa melihat ideologi dari suatu media, karena agama merupakan salh
satu unsur yang mempengaruhi penulisan berita. Berita islam akan
dikonstruksi sesuai dengan kepentingan-kepetingan yang ada di media
tersebut.
119
B. Saran
Kepada pembaca penulis sarankan untuk dapat memahami makna, bukan
sekedar dari apa yang media buat. Untuk itu diperlukan kecermatan dalam membaca
sebuah berita dan mencari informasi yang sebanyak-banyaknya mengenai berita
yang anda beca. Jangan sampai anda disesati oleh apa yang media tulis, karena saat
ini berita belum tentu adalah fakta.