pendahuluan lagi

9
PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai salah satu penghasil minyak atsiri dunia berperan hingga saat ini. Tanaman yang menghasilkan minyak atsiri melip species (Ketaren,1985) dimana 40 species diantaranya terdapat di Indones Hobir,1990). Tanaman penghasil minyak atsiri terdiri dari tanaman berupa kenanga, pala, cengkeh, kayu manis,masoi, cendana, kayu putih dan lain yang berupa perdu adalah nilam, serehwangi, akar wangi,kapolaga,kemukus, jahe, k mawar dan melati. Jenis minyak atsiri yang telah diproduksi dan bereda mencapai 70 80 macam, 15 macam diantaranya berasal dari Indonesia (NAFED, 1993). Minyak atsiri/Essence Oil diperoleh dari tanaman dengan cara penyulingan uap dar batang, kayu atau kulit batang, bunga dan biji tanaman.Minyak atsiri ini digunak industri parfum, kosmetik, makanan, minuman dan obat-obatan. Sebagai penghasil m atsiri yang cukup besar di dunia, Indonesia harus mempertahankan kebera mengikuti pola perkembangan kebutuhan hidup manusia umumnya.Khususnyadi era globalisasi yang mana kebutuhan akan pola hidup yang sehat merupakan suatu kehar Adanya peningkatan jumlah penduduk menjadikan kebutuhan akan sandang, pa pangan semakin meningkat pula. Hal ini menyebabkan penggunaan lahan menjadi sema tidak terkendali. Lahan terancam rusak dan tidak subur lagi yang pada akhirnya d teknologi yang mampu memecahkan masalah tersebut. Penggunaan bahan kimia mampu meningkatkan produktivitas lahan dan tanaman ternyata mengakibatkan pola h yang tidak sehat. Adanya pengaruh buruk penggunaan bahan kimia terhadap lingkung manusia mendorong upaya untuk melakukan penyelamatan agar kondisi buruk berlanjut, yaitu melalui penerapan teknologi konservasi tanah dan penana dengan sistim organik yang pada prinsipnya merupakan teknologi budidaya lingkungan. Konservasi tanah merupakan salah satu bagian penting dari budidaya p yang sering terabaikan. Padahal tanpa tindakan konservasi tanah, produktivitas l tinggi dan usaha di bidang pertanian tidak terjamin akan berlangsung secara berk saat ini tindakan konservasi yang lebih diutamakan lebih diarahkan kepa perbukitan. Kegiatan industri minyak atsiri dapat berperan di sini, dimana denga penanaman tanaman minyak atsiri di lereng lereng tersebut dapatmencegah bencana longsor.Beberapa teknik konservasi yang dapat diterapkan untuk atsiri adalah den pola tanam, yaitu pengolahan tanah dengan sistim guludan/penterasan dan pembuata drainase. Selain konservasi lahan, masyarakat juga telah memahami pentingnya arti kesehatan yang senantiasa menghendaki produk pertanian yang berkualitas seperti organik. Pertanian organik adalah cara bertani yang mengandalkan bahan menggunakan bahan kimia sintetis seperti pupuk dan pestisida serta beni genetika. Hal ini seharusnya dapat di terapkan dengan baik mengingat nenek moyan telah menerapkannya secara temurun yang merupakan kearifan local atau pengetahua masyarakat seperti halnya penggunaan akar tuba untuk menangkap ikan dan mengenda hama, air tembakau untuk membunuh lintah, daun suren untuk menghalau h sangit dan lainnya. Kearifan local ini mulai menghilang seiring masukny pestisida ke Indonesia.

Transcript of pendahuluan lagi

PENDAHULUANIndonesia dikenal sebagai salah satu penghasil minyak atsiri dunia yang cukup berperan hingga saat ini. Tanaman yang menghasilkan minyak atsiri meliputi sekitar 200 species (Ketaren,1985) dimana 40 species diantaranya terdapat di Indonesia (Rusli dan Hobir,1990). Tanaman penghasil minyak atsiri terdiri dari tanaman berupa pohon seperti kenanga, pala, cengkeh, kayu manis,masoi, cendana, kayu putih dan lain lain, sedangkan yang berupa perdu adalah nilam, serehwangi, akar wangi,kapolaga,kemukus, jahe, ketumbar, mawar dan melati. Jenis minyak atsiri yang telah diproduksi dan beredar di pasar dunia mencapai 70 80 macam, 15 macam diantaranya berasal dari Indonesia (NAFED, 1993). Minyak atsiri/Essence Oil diperoleh dari tanaman dengan cara penyulingan uap dari daun, batang, kayu atau kulit batang, bunga dan biji tanaman.Minyak atsiri ini digunakan dalam industri parfum, kosmetik, makanan, minuman dan obat-obatan. Sebagai penghasil minyak atsiri yang cukup besar di dunia, Indonesia harus mempertahankan keberadaannya dan mengikuti pola perkembangan kebutuhan hidup manusia umumnya.Khususnya di era globalisasi yang mana kebutuhan akan pola hidup yang sehat merupakan suatu keharusan. Adanya peningkatan jumlah penduduk menjadikan kebutuhan akan sandang, papan dan pangan semakin meningkat pula. Hal ini menyebabkan penggunaan lahan menjadi semakin tidak terkendali. Lahan terancam rusak dan tidak subur lagi yang pada akhirnya diperlukan teknologi yang mampu memecahkan masalah tersebut. Penggunaan bahan kimia yang mampu meningkatkan produktivitas lahan dan tanaman ternyata mengakibatkan pola hidup yang tidak sehat. Adanya pengaruh buruk penggunaan bahan kimia terhadap lingkungan dan manusia mendorong upaya untuk melakukan penyelamatan agar kondisi buruk tidak terus berlanjut, yaitu melalui penerapan teknologi konservasi tanah dan penanaman tanaman dengan sistim organik yang pada prinsipnya merupakan teknologi budidaya yang ramah lingkungan. Konservasi tanah merupakan salah satu bagian penting dari budidaya pertanian yang sering terabaikan. Padahal tanpa tindakan konservasi tanah, produktivitas lahan yang tinggi dan usaha di bidang pertanian tidak terjamin akan berlangsung secara berkelanjutan. saat ini tindakan konservasi yang lebih diutamakan lebih diarahkan kepada lereng lereng perbukitan. Kegiatan industri minyak atsiri dapat berperan di sini, dimana dengan melakukan penanaman tanaman minyak atsiri di lereng lereng tersebut dapat mencegah bencana longsor.Beberapa teknik konservasi yang dapat diterapkan untuk atsiri adalah dengan sistim pola tanam, yaitu pengolahan tanah dengan sistim guludan/penterasan dan pembuatan saluran drainase. Selain konservasi lahan, masyarakat juga telah memahami pentingnya arti kesehatan yang senantiasa menghendaki produk pertanian yang berkualitas seperti pertanian organik. Pertanian organik adalah cara bertani yang mengandalkan bahan alami dan tidak menggunakan bahan kimia sintetis seperti pupuk dan pestisida serta benih hasil rekayasa genetika. Hal ini seharusnya dapat di terapkan dengan baik mengingat nenek moyang kita telah menerapkannya secara temurun yang merupakan kearifan local atau pengetahuan asli masyarakat seperti halnya penggunaan akar tuba untuk menangkap ikan dan mengendalikan hama, air tembakau untuk membunuh lintah, daun suren untuk menghalau hama walang sangit dan lainnya. Kearifan local ini mulai menghilang seiring masuknya bahan kimia pestisida ke Indonesia.

BAB II ISIA. MINYAK ATSIRI Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan. Minyak atsiri memiliki komponen volatil pada beberapa tumbuhan dengan karakteristik tertentu (Buchbauer, 1991). Minyak atsiri berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Sifat mudah menguap pada minyak atsiri ini karena titik uapnya yang rendah. Minyak atsiri dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial, minyak terbang serta minyak aromatik. Istilah esensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya. Dalam keadaan segar dan murni, minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Namun, pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi. Untuk mencegahnya, minyak atsiri harus disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap, diisi penuh, ditutup rapat, serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk (Gunawan & Mulyani, 2004).Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ, seperti didalam kelenjar rambut (pada famili Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (misalnya famili Piperaceae), di dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen (pada famili Pinaceae dan Rutaceae). Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma akibat adanya peruraian lapisan resin dari dinding sel atau oleh hidrolisis dari glikosida tertentu (Gunawan & Mulyani, 2004). Dalam Encyclopedia of Chemical Technology disebutkan bahwa minyak atsiri merupakan campuran senyawa yang pada umumnya berwujud cairan yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, batang, kulit, daun, buah, biji maupun dari bunga dengan cara penyulingan uap. Meskipun untuk memperoleh minyak atsiri dapat juga dengan cara ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik, dipress atau dikempa dan secara enzimatik. Minyak atsiri mengandung metabolit sekunder yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri tumbuhan agar tidak dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain dalam mempertahankan hidup. Susunan senyawa yang terdapat dalam minyak atsiri dapat mempengaruhi saraf manusia (terutama hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu. Setiap senyawa penyusun memiliki efek tersendiri dan campurannya dapat menghasilkan rasa yang berbeda.

Pada umumnya perbedaan komposisi minyak atsiri disebabkan perbedaan jenis tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panenan, metode ekstraksi yang digunakan dan cara penyimpanan minyak. Minyak atsiri mengandung dua golongan senyawa, yaitu oleoptena dan stearoptena. Oleoptena adalah bagian hidrokarbon di dalam minyak atsiri dan berwujud cairan, golongan ini biasanya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur Karbon (C) dan Hidrogen (H). Jenis hidrokarbon yangterdapat dalam minyak atsiri sebagian besar terdiri dari monoterpen (2 unit isopren), sesquiterpen (3 unit isopren), diterpen (4 unit isopren) dan politerpen.Sedangkan stearoptena umumnya terdiri atas senyawa turunan oksigen atau golongan hidrokarbon teroksigenasi dari terpena. Komponen kimia dari golongan persenyawaan ini terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Persenyawaan yang termasuk dalam golongan ini adalah persenyawaan alkohol, aldehid, keton, ester, eter, dan fenol. Ikatan karbon yang terdapat dalam molekulnya dapat terdiri dari ikatan tunggal, ikatan rangkap dua, dan ikatan rangkap tiga. Terpen mengandung ikatan tunggal dan ikatan rangkap dua (Mulyani, 2004).

Pada tanaman, minyak atsiri mempunyai tiga fungsi yaitu: membantu proses penyerbukan dengan menarik beberapa jenis serangga atau hewan, mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan, dan sebagai cadangan makanan bagi tanaman (Sudaryani & Sugiharti, 1998). Minyak atsiri Umumnya memiliki bau yang khas sehingga digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri, misalnya industri parfum, kosmetika, farmasi, bahan penyedap (flavoring agent) dalam industri makanan dan minuman (Ketaren, 1985). Senyawa yang berperan pada industri tersebut diantaranya sitronelal, geraniol, dan eugenol. Selain itu ada beberapa tumbuhan penghasil minyak atsiri yang bersifat aktif biologis yang dapat mempengaruhi sestem kerja syaraf pusat. Senyawa-senyawa berbau harum atau fragrance dari minyak atsiri suatu bahan tumbuhan telah terbukti pula dapat mempengaruhi aktivitas lokomotor (Buchbauer,1991). Aktivitas lokomotor merupakan aktivitas gerak sebagai akibat adanya perubahan aktivitas listrik yang disebabkan oleh perubahan permeabilitas membran pascasinaptik dan oleh adanya pelepasan transmitter oleh neuron prasinaptik pada sistem syaraf pusat (Gilman,1991). Selain mempengaruhi aktifitas lokomotor, beberapa senyawa minyak atsiri juga ada yang berfungsi sebagai peningkat daya ingat pada sisitem syaraf yakni 1,8-cineol, alpha pinen dan linalool (Orhan, 2008).

B. ALDEHID C. SUMBER MINYAK ATSIRI GOLONGAN ALDEHID 1. Tanaman Kemangi (Ocimum americanum) Klasifikasi dan Morfologi Klasifikasi tanaman kemangi (Ocimum americanum) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Orde : Lamiales Family : Lamiaceae Genus : Ocimum Species : Ocimum americanum Tumbuhan Ocimum americanum memiliki morfologi yang sama dengan Ocimum basilicum namun memiliki bentuk bunga sedikit lebih kecil dan lebih berambut. Genus ocimum yang artinya tumbuhan beraroma. Jenis ini memiliki harum khas lemon dan memiliki perbedaan yang sangat mencolok dengan jenis basil lainnya karena memiliki komponen kimia berupa sitral. Tanaman ini termasuk ke dalam famili Lamiaceae atau mint famili. Aroma kemangi jenis inibagus dan kuat. Walaupun memiliki nama botani

americanum, kemangi Hoary ini berasal dari daerah tropis Afrika dan Asia. Tanaman ini merupakan rempah-rempah yang terkenal di Afrika dan Asia, misalnya untuk membumbui sup ikan. Daun bulat telur pisau, x 1-1,7 cm 5- 10 mm, margin bergigi kecil untuk subentire, urat lateral 4- atau 5- pasangan. Tandan bunga banyak, penuh dan tegak. Bunga kecil, putih, dengan benang sari .yang menonjol. Kandungan Metabolit Sekunder Ocimum Spp. Kandungan kimia pada tanaman kemangi mempunyai komposisi kimia utama minyak selasih yang mengandung sitral 43,45% dan geraniol 21 - 23% dan kadar minyak atsiri hasil penyulingan 0,28% (Kardinan, 2008). Sitral (C10H16O) merupakan aldehid dari geraniol dan bersifat volatil (mudah menguap) berwarna kuning muda dan beraroma lemon. Geraniol (C10H18O) tidak berwarna dan beraroma seperti bunga mawar dan banyak digunakan untuk bahan parfum. Oleh karena itu kemangi dengan kandungan geraniol tinggi berpeluang digunakanuntuk bahan parfum. Struktur senyawa komponen utama minyak kemangi dapat dilihat pada Gambar:

Sitral Manfaat Tanaman Kemangi Beberapa spesies dari genus Ocimum Spp. di dunia perdagangan telah dikenal sebagai penghasil minyak atsiri yang penggunaannya untuk industri parfum, farmasi, industri makanan/minuman sebagai flavor. Minyak atsiri Ocimum basilicum, Ocimum minimum dan Ocimum gratissimum dapat digunakan untuk pestisida nabati (Hadipoentyanti,2008). Ocimum basilicum dan Ocimum gratissimum berpotensi sebagai reppelent terhadap nyamuk Aedes aegypti (Kardinan,2007). Menurut Yusiandre (2008), Ocimum sanctum merupakan bahan aktif dalam jamu-jamuan yang memiliki efek antara lain menghilangkan bau badan dan bau mulut, anastesi, membantu mengatasi ejakulasi dini, dan lain-lain. Ocimum Spp. telah digunakan dalam pengobatan tradisonal baik di Indonesia maupun di negara-negara lain. Beberapa klaim tradisional terhadap Ocimum Spp. telah dibuktikan secara ilmiah dengan pengujian farmakologi, di antaranya telah dilakukan pengujian terhadap aktivitas antibakteri, antifungi, larvasida, antiulcer, dan antiseptik. Kebanyakan senyawa bioaktif (senyawa yang berfungsi untuk menghasilkan efek) merupakan senyawa penyusun minyak atsiri yang terkandung dalam tanaman. Di antara senyawa bioaktif tersebut adalah kamfor, d-limonen, mirsen, metilkavikol, dan eugenol.

2. Serai Dapur/Lemongrass (Cymbopogon. Citratus) Klasifikasi dan Morfologi Klasifikasi ilmiah dari tanaman serai dapur adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisi : Monocots Kelas : Commelinids Ordo : Poales Famili : Poaceae Genus : Cymbopogon Spesies : C. Citratus Tumbuhan ini merupakan sejenis tanaman dari keluarga rumput yang mempunyai aroma yang kuat dan wangi. Serai dapur tumbuh dalam satu rumpun yang lebat. Ia berkembang biak dengan pecahan rizom dengan kadar pertumbuhanyang cepat. Serai dapur mempunyai batang berwarna putih. Setengah variasi mempunyai batang yang berwarna putih keunguan atau kemerahan. Daunnya\ berbentuk tirus dengan panjangnya lebih kurang 50 hingga 100 cm dan lebarnya lebih kurang 2 cm. Kandungan Metabolit Sekunder Cymbopogon cytratus. Serai dapur mengandung sitral sebanyak kurang lebih 65 hingga 85 %. Kandungan kimia lainnya yang terdapat dalam serai ialah linalool, geraniol, sitronelal, sitronenol, farnesol, farnesal, limonena dan nerol. Karakteristik dari minyak ini adalah berbau segar. Karena aromanya yang menyegarkan ini minyak serai dapur sering digunakan untuk merevitalisasi tubuh yang lelah dan pikiran, serta menjaga tubuh untuk terbebas dari kutu atau serangga. Minyak Serai dapur memiliki aroma seperti bau lemon, bau manis dengan warna kuning, kuning gelap sampai kmerah-merahan, dan viskositas yang encer.

sitronelal

Manfaat Tanaman Serai Dapur Serai dapur umumnya dikenal sebagai tumbuhan biasa yang akar & batangnya sering dipakai sebagai rempah penyedap masakan. Padahal, minyak asiri dalam tanaman ini banyak dipakai dalam industri kosmetik untuk pembuatan parfum & sabun. Serai dapur banyak digunakan dalam masakan melayu, Indonesia dan Thailand. Selain daripada itu serai dapur juga digunakan dalam perawatan aromaterapi. Minyak yang diekstrak dari serai juga digunakan sebagai pewangi untuk kosmetik ,shampo dan sabun. Tanaman serai dapur dipergunakan dalam berbagai kebudayaan. Bagian dari tanaman ini yang bissa dipakai untuk herbal meliputi akar, batang, & daunnya. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa setiap 100 gram serai mengandung antioksidan yang bisa mencegah kanker. Pada tahun 2006, sebuah tim peneliti dari University Gurion di Israel menemukan senyawa dalam tubuh serai yang bissa mematikan sel kanker tanpa merusak sel sehat. Teh yang mengandung serai membantu mengatasi gangguan pencernaan, sakit perut, masuk angin, kram usus & diare. Serai dapur juga membantu mengurangi gas dari usus sekaligus mencegah pembentukan gas lebih lanjut. Serai dapur juga memiliki sifat detoksifikasi tubuh dengan meningkatkan jumlah & frekuensi buang air mungil. Hal ini bisa membuat organ pencernaan, hati, pankreas, ginjal, & kandung kemih bersih & sehat karena zat beracun & asam urat sudah disingkirkan. Minyak esensial yang dibuat menggunakan serai bisa digunakan untuk memperkuat & meningkatkan fungsi sistem saraf. Karenanya minyak serai dapur yang dioleskan ke permukaan tubuh memberikan efek menghangatkan, melemaskan otot & meredakan kejang. 3. Jintan Putih (Cuminum Cyminum L.) Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Cuminum Cyminum L. dikenal dengan nama biji Jintan putih. Klasifikasi tanaman ini adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Divisio : Magnoliophyta Klas : Magnoliopsida Subklas : Rosidae Bangsa : Apiales Suku : Apiaceae / Umbelliferae Marga : Cuminum Jenis : Cuminum Cyminum L.

Tanaman jintan putih merupakan tanaman terna, tinggi 1,5-5 meter. Batang bergarisgaris dan tidak berbulu. Berbentuk pita, panjang 3-10 cm. Bunga berbentuk payung, panjang mahkota bunga 1 mm, warna putih atau merah. Panjang buah 5 mm-7, dan lebar 3 mm. Tanaman ini mempunyai batang kayu dan daunnya bersusun melingkar dan bertumpuk. Daun jintan putih mempunyai pelepah daun seperti ranting-ranting kecil. Bentuk daun jintan putih tidak berwujud lembaran, tetapi lebih mirip benang-benang kaku dan pendek. Warna dominan tumbuhan ini hijau dan bunganya berukuran kecil berwarna kuning tua ditopang oleh tangkai yang agak panjang (Heyne, 1987).

Kandungan Kimia metabolit sekunder Cuminum Cyminum L.

Tanaman ini mengandung minyak atsiri, luteolin, apigenin, minyak lemak, hans, dan zat samak. Biji jintan putih mengandung unsur minyak menguap (terbang) sebanyak kurang dari 8 %. Komponen utama dalam minyak menguap adalah cuminal dan safranal (sejumlah 32% dan 24%). Komponen lain yang berisi lebih dari 1 % adalah monoterpen, sesquiterpen, aldehid aromatik dan oksida aromatik. Komponen lain yang jumlahnya kecil adalah terpen, terpenol, terpenal, terpenon, ester terpen, dan komponen aromatic (Sahelian, 2005). Komponen yang diduga mempunyai aktivitas antikarsinogenik dari Cuminum Cyminum L. salah satunya adalah senyawa glikosida lakton sesquiterpen (Takayanagi et al., 2003). Bentuk senyawa tersebut adalah glikosida yang mempunyai karakter dapat larut di dalam pelarut yang relatif polar salah satunya adalah etanol. Oleh karena itu proses ekstraksi dengan pelarut etanol dapat melarutkan senyawa glikosida dari biji jintan putih.

Cuminal

Manfaat Cuminum Cyminum L. Berdasarkan hasil-hasil pengujian secara praklinis, dapat disimpulkan bahwa Cuminum Cyminum L. memiliki sifat sebagai antibakteri, antikarsinogenik, antigenotoksik, antihiperglikemia, antimikrobia, antioksidan, antispasme, karminatif, digestif, larvasidal. Sebuah penelitian membuktikan bahwa biji Cuminum Cyminum L. dapat menghambat pertumbuhan tumor lambung dan tumor leher rahim pada tikus akibat pemberian Benzo[a]piren . Dalam penelitian tersebut, Cuminum Cyminum L. diberikan kepada hewan uji yang sebelumnya telah diinduksi kanker dengan B[a]P dalam bentuk biji utuh dalam makanan hewan uji. Mekanisme penghambatan pertumbuhan tumor oleh biji Cuminum Cyminum L. menurut penelitian tersebut adalah melalui penginduksian enzim-enzim yang terlibat dalam proses metabolisme fase I dan fase II, diantaranya adalah cytochrom p450, Glutation-S-transferase, dan cytochrome b5, serta beberapa enzim katalase . Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Nalini (1998), dibuktikan bahwa cumin mampu melindungi kolon dari senyawa karsinogen 1,2-dimetil hidrasin (DMH). DMH menyebabkan peningkatan aktivitas beta glukoronidase, yang diikuti oleh peningkatan proses hidrolisis konjugat glukoronida. Akibatnya dapat memicu pelepasan toksin. Cumin mampu menurunkan aktivitas beta glukoronidase, sehingga mampu mencegah pelepasan toksin yang juga terekspresi pada beberapa jenis kanker.

4. Kayu manis (Cinnamomum burmannii) Klasifikasi dan morfologi (Cinnamomum burmannii)

Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas: Magnoliidae Ordo: Laurales Famili: Lauraceae Genus: Cinnamomum Spesies: Cinnamomum burmannii (Nees &Th. Nees) Cinnamomum memiliki akar tunggang dan batang yang kuat dan keras, berkayu dan bercabang. Berbentuk pohon dengan tinggi 6-12 m. Kadang pula mencapai 15 m. Ranting tua gundul. Kulit dan daun kalau diremas berbau kayu manis yang kuat. Dimana semua bagian memiliki bau khas aromatik kayu manis. Daunnya merupakan daun tunggal (kadang-kadang bertulang melengkung) yang duduknya tersebar, kadang-kadang berhadapan, tidak mempunyai penumpu. Daun berpenulangan 3 ; panjang tangkai daun 0.5 cm sampai 1.5 cm. Pada prosesnya, daun berlawanan atau berganti warnanya. Awalnya berwarna merah muda kemudian berwarna hijau muda di atas. Daunnya berbentuk bulat telur atau elips memanjang dengan ujung membulat atau tumpul meruncing, 6-15 kali 4-7 cm, seperti kulit kuat. Bunga berada ditangkai yang yang panjang, lemah, dan kuncupnya lembut, bercabang dan duduk di ketiak dengan cabang yang berambut abu-abu. Merupakan bunga malai. Bunganya berkelamin tunggal dan taju tenda bunga biasanya 2-5 dan panjang 3-5 mm, berwarna putih kekuningan dimana dilihat dari luar terlihat berambut abu-abu keperakperakan, Sedikit membuka tetapi tidak rontok dan dalam waktu yang sangat cukup setelah mekar akan sobek melintang. Biasanya tertanam pada tepi sumbu bunga. Bunga ini memiliki 4 ruang sari. Bunga Cinnamomum burmannii ini memiliki 12 benang sari dalam 3-4 lingkaran, biasanya tersusun dalam 4 lingkaran terdalam yang steril. Benangsari lingkaran ketiga mempunyai kelenjar di tengah-tengah tangkai sari. Buah adalah buah buni, panjang

lebih kurang 1 cm. Didalam lingkaran tersebut terdiri atas sejumlah benang sari yang sama dengan jumlah daun-daun tenda bunga dalam lingkarannya, yang pada lingkaran dalam sering bersifat mandul sebagai staminodium dimana kepala sari membuka dengan katup. Bakal buah menumpang atau terdapat dalam lekukan dasar bunganya. Dimana mempunyai 1 bakal biji yang anatrop dengan 2 in-tegumen. Bakal buah menyerupai buah batu. Bijinya tidak memiliki endosperm, dimana lembaga memiliki daun lembaga yang besar didalamnya. Daun, dan kulit batang (gelam) terdapat sel-sel yang mengandung minyak atsiri. Tanaman ini termasuk dalam tanaman C3. Kandungan metabolit sekunder Cinnamomum burmannii Kandungan kayu manis bisa dibagi menjadi dua macam yaitu yang larut dalam air dan yang larut dalam minyak. Kalau kita memakai kayu manis untuk bumbu masak dalam bentuk batangan maka yang kita dapatkan hanya yang larut dalam air, sedangkan kalau kita memasukkan bubuk kayu manis, kedua macam kandungan kayu manis bisa kita dapatkan. Sebagai pengobatan alternatif bisa dimasukkan kapsul. Kandungan kedua macam kayu manis tersebut diantranya: cinnamaldehyde, eugenol, trans-cinnamic acid; kelompok senyawa fenol; tannins; catechins; oligomeric proanthocyanidins; limonene dan alpha-terpineol; pinene; calcium monoterpenoid oxalates; gum; mucilages; resins; starch; complex sugars. Coumarin dalam jumlah yang sangat sedikit juga bisa ditemukan. Mineral yang ada dalam kayu manis diantaranya adalah kalsium, magnisium, zat besi , kalium, natrium, khromium (cr), selenium, tembaga (Cu), dan zing (Zn). Biarpun dalam jumlah yang kecil, kayu manis juga mengandung vitamin A, riboflavin (B2), niacin (B3), dan vitamin K.