Pendahuluan
Click here to load reader
-
Upload
sutamaraln -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
description
Transcript of Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Protein adalah zat makanan yang paling kompleks. Protein terdiri dari
karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan sulfur. Protein sering disebut juga zat
makan bernitrogen karena protein merupakan satu-satunya zat makanan yang
mengandung unsur nitrogen. Protein terkandung dalam makanan nabati dan
hewani, tetapi protein hewani paling bernilai untuk tubuh manusia sebagai
materi pembangun karena komposisinya sama dengan protein manusia. Di lain
pihak, protein nabati lebih murah dan lebih bermanfaat sebagai bahan bakar
tubuh daripada sebagai pembangun tubuh (Watson, 2002).
Di dalam tubuh, protein mempunyai peranan yang sangat penting. Fungsi
utamanya sebagai zat pembangun atau pembentuk struktur sel, misalnya untuk
pembentukan kulit, otot rambut, membran sel, jantung, hati, ginjal, dan
beberapa organ penting lainnya. Kemudian, terdapat pula protein yang
mempunyai fungsi khusus, yaitu protein yang aktif. Beberapa diantaranya
adalah enzim yang berperan sebagai biokatalisator, hemoglobin sebagai
pengangkut oksigen, hormon sebagai pengatur metabolisme tubuh, dan
antibodi untuk mempertahankan tubuh dari serangan penyakit. Kekurangan
protein dalam jangka waktu yang lama dapat mengganggu berbagai proses
metabolisme di dalam tubuh serta mengurangi daya tahan tubuh terhadap
serangan penyakit (Sirajuddin, 2015).
Semua protein dibuat dari substansi lebih sederhana, yang disebut asam
amino. Terdapat kira-kira 20 asam amino, tetapi masing-masing protein
mengandung hanya beberapa asam amino tersebut. Protein dalam bahan
makanan yang berbeda mengandung kombinasi asam amino yang berbeda.
Sepuluh asam amino esensial ditemukan dalam protein manusia. Asam amino
tersebut disebut protein lengkap misalnya albumin, miosin, dan kasein. Protein
yang tidak mengandung kesepuluh asam amino itu disebut protein tidak
lengkap, misalnya gelatin. Protein hewani, tidak hanya mengandung semua
asam amino yang dibutuhkan tubuh, tetapi juga semua asam amino dalam
proporsi baik yang disebut protein kelas pertama dan merupakan materi
pembangun paling baik untuk jaringan tubuh. Protein nabati, mengandung
hanya sejumlah kecil asam amino, yakni satu atau lebih asam amino dari
sepuluh yang esensial untuk tubuh, dan dengan demikian disebut protein kelas
kedua karena asam amino tersebut bukan merupakan zat pembangun yang baik
(Watson, 2002).
Berdasarkan data Neraca Bahan Makanan (NBM) tahun 1999, Indonesia
telah mencapai ketersediaan energi sebesar 3.194 kkal dan protein sebesar
83.35 gram (Sukandar, Dadang., Dodik Briawan, Yayat Heryatno, Mewa
Ariani dan Meilla Dwi Andestina, 2001). Angka ketersediaan energi dan
protein tersebut berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun
1998 telah melebihi kebutuhan energi dan protein yang diperlukan yaitu
sebesar 2.550 kkal dan 50 gram protein (Napitupulu, Tom Edward Marasi,
2000). Walaupun ketersediaan pangan Indonesia pada tingkat nasional telah
melampaui kebutuhan pangan, tidak berarti bahwa kecukupan pangan pada
tingkat rumah tangga atau individu telah terpenuhi. Kondisi tersebut apabila
tetap dibiarkan tanpa adanya intervensi dari pemerintah maka akan berakibat
kehilangan satu generasi atau lost generation (Maleha dan Sutanto, 2006).
Berdasarkan latar belakang diatas, telah diketahui beberapa hal mengenai
protein, mulai dari komponen penyusun, fungsi, dan sebagainya. Oleh karena
itu, dilakukanlah percobaan mengenai protein ini agar lebih mengetahui
struktur, sifat, dan unsur-unsur penyusun protein.
I.2 Tujuan Percobaan
I.2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan dari percobaan ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui unsur-unsur utama penyusun protein.
2. Untuk mengetahui sifat fisikokimia dari protein.
3. Untuk mengetahui adanya molekul-molekul peptida dari protein.
4. Untuk mengidentifikasi adanya asam amino dalam protein.
5. Untuk mengetahui reaksi-reaksi yang terjadi pada identifikasi asam
amino.
6. Untuk mengetahui cara pemisahan suatu asam amino.
I.2.2 Tujuan Khusus
1. Uji Susunan Elementer Protein
Untuk mengidentifikasi adanya unsur-unsur penyusun protein.
2. Uji Kelarutan Protein
Untuk mengetahui daya kelarutan protein terhadap pelarut
tertentu.
3. Uji Pengendapan Protein dengan Garam
Untuk mengetahui pengaruh larutan garam alkali dan garam
divalen konsentrasi tinggi terhadap sifat kelarutan protein.
4. Uji Pengendapan Protein dengan Logam dan Asam Organik
Untuk mengetahui pengaruh logam berat dan asam organik
terhadap sifat kelarutan protein.
5. Uji Biuret
Untuk membuktikan adanya molekul-molekul peptida dari
protein.
6. Uji Ninhidrin
Untuk membuktikan adanya asam amino bebas dalam protein.
7. Uji Xantroprotein
Untuk membuktikan adanya asam amino tirosin, triptofan, atau
fenilalanin yang terdapat dalam protein.
8. Uji Penentuan Titik Isoelektrik
Untuk mengetahui titik isoelektrik (pH isoelektrik) dari protein
secara kualitatif.
9. Kromatografi Kertas Asam Amino
Untuk mengidentifikasi asam amino dengan metode
kromatografi kertas secara kualitatif.
I.3 Prinsip Percobaan
1. Uji Susunan Elementer Protein
Semua jenis protein tersusun atas unsur karbon (C), hidrogen (H),
oksigen (O), dan nitrogen (N). Adapun sedikit protein yang mengandung
belerang (S) dan fosfor (P), dengan metode pembakaran atau pengabuan
akan diperoleh unsur-unsur penyusun protein C, H, O, dan N.
2. Uji Kelarutan Protein
Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam
maupun basa. Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa.
Sebagian ada yang mudah larut dan ada pula yang sukar larut. Namun,
semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter atau kloroform.
Apabila protein dipanaskan atau ditambahkan etanol absolute,maka akan
menggumpal (terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik mantel air
yang melingkupi molekul-molekul protein.
3. Uji Pengendapan Protein dengan Garam
Pengaruh penambahan garam terhadap kelarutan protein berbeda-
beda, tergantung pada konsentrasi dan jumlah muatan ionnya dalam
larutan. Semakin tinggi konsentrasi dan jumlah muatan ionnya, semakin
efektif garam dalam pengendapan protein oleh garam berkonsentrasi tinggi
disebut salting out.
4. Uji Pengendapan Protein dengan Logam dan Asam Organik
Sebagian besar protein dapat diendapkan dengan penambahan asam-
asam organik seperti asam pikrat, asam trikloroasetat, dan asam
sulfosalisilat. Penambahan asam-asam menyebabkan terbentuknya garam
proteinat yang tidak larut. Kemudian, protein dapat pula mengalami
denaturasi irreversible dengan adanya logam-logam berat seperti Cu2+,
Hg2+, atau Pb2+ sehingga mudah mengendap.
5. Uji Biuret
Ion Cu2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan bereaksi
dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein
membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Reaksi biuret positif
terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam
amino bebas atau peptida. Reaksipun positif terhadap senyawa-senyawa
yang mengandung dua gugus: -CH2NH2, -CSNH2, -C(NH)NH2, dan –
CONH2.
6. Uji Ninhidrin
Semua asam amino-α bebas akan bereaksi dengan ninhidrin
membentuk aldehida dengan satu atom C lebih rendah dan melepaskan
NH3 dan CO2. Di samping itu terbentuk senyawa kompleks berwarna biru,
namun prolin dan hidroksiprolin menghasilkan senyawa berwarna kuning
yang diduga disebabkan oleh 2 molekul ninhidrin yang bereaksi dengan
NH3 setelah asam amino tersebut dioksidasi.
7. Uji Xantroprotein
Reaksi pada uji xantroprotein didasarkan pada nitrasi inti benzena
yang terdapat pada molekul protein. Jika protein yeng mengandung cincin
benzena (tirosin, triptofan, dan fenilalanin) ditambahkan asam nitrat pekat,
maka akan terbentuk endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning
sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa
akan terionisasi dan warnanya berubah menjadi jingga.
8. Uji Penentuan Titik Isoelektrik
Seperti pada asam-asam amino bebas, protein pun mempunyai titik
isoelektrik yang berbeda-beda. Titik isoelektrik (TI) adalah daerah pH
tertentu di mana protein tidak mempunyai selisih atau jumlah muatan
positif dan negatifnya sama, sehingga tidak bergerak bila diletakkan dalam
medan listrik. Pada pH isoelektrik (pI), daya kelarutan protein minimal,
sehingga menyebabkan protein mengendap.
9. Kromatografi Kertas Asam Amino
Asam-asam amino dapat diperoleh dari hidrolisis molekul protein.
Campuran asam amino hasil hidrolisis dapat dipisahkan dengan beberapa
metode, diantaranya dengan gravimetri, mikrobiologi, elektroforesis, dan
kromatografi. Dalam kromatografi, salah satu cara yang banyak digunakan
adalah kromatografi kertas. Kromatografi kertas merupakan salah satu jenis
kromatografi partisi, yaitu suatu cara pemisahan campuran zat yang
didasarkan pada perbedaan kelarutan zat dalam dua pelarut yang tidak
saling bercampur. Pada kromatografi kertas, fase bergerak (pelarut)
bergerak melalui serat-serat kertas oleh gaya kapiler membawa komponen
dari campuran dengan kecepatan yang berbeda-beda. Komponen seperti
asam amino yang mudah larut dalam fase bergerak akan terbawa naik lebih
jauh daripada yang sukar larut. Pada proses, bila pergerakan asam-asam
amino cukup besar, maka akan terjadi pemisahan dengan baik. Dengan
penyemprotan menggunakan pereaksi ninhidrin pada kertas kromatografi,
akan tampak noda-noda biru yang menjunjukkan adanya asam amino yang
terpisah. Penentuan asam amino dapat dilakukan dengan menghitung Rf
(retardation factor), yang didefinisikan sebagai:
Rf =jarak noda
jarak eluen
I.4 Manfaat Percobaan
Adapun manfaat yang dapat kita peroleh dari percobaan ini adalah:
1. Agar praktikan dapat mengetahui unsur-unsur utama penyusun protein.
2. Agar praktikan dapat mengetahui sifat fisiokimia dari protein.
3. Agar praktikan dapat mengetahui adanya molekul-molekul peptida dari
protein.
4. Agar praktikan dapat mengidentifikasi adanya asam amino dalam
protein.
5. Agar praktikan dapat mengetahui reaksi-reaksi yang terjadi pada
identifikasi asam amino.
6. Agar praktikan dapat mengetahui cara pemisahan suatu asam amino.