PENDAFTARAN DAN PENETAPAN CAGAR...
Transcript of PENDAFTARAN DAN PENETAPAN CAGAR...
PENDAFTARAN DAN PENETAPAN CAGAR BUDAYA
Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar
Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya,
dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan
keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.
KRITERIA CAGAR BUDAYA
Undang-undang memerintahkan bahwa setiap Objek Yang Diduga Cagar Budaya
wajib didaftarkan kepada Pemerintah atau Pemerintah Daerah (Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kabupaten, atau Pemerintah Kota) untuk ditetapkan sebagai
Cagar Budaya.
Pendaftarannnya dapat dilakukan oleh setiap orang atau instansi Pemerintah
atau Pemerintah Daerah.
PERINTAH UNDANG-UNDANG
BAB VI REGISTER NASIONAL CAGAR BUDAYA
Bagian Kesatu Pendaftaran
Pasal 28
Pemerintah kabupaten/kota bekerja sama dengan setiap orang dalam melakukan Pendaftaran.
Pasal 29
1. Setiap orang yang memiliki dan/atau menguasai Cagar Budaya wajib mendaftarkannya kepada
pemerintah kabupaten/kota tanpa dipungut biaya. 2. Setiap orang dapat berpartisipasi dalam melakukan pendaftaran terhadap benda, bangunan,
struktur, dan lokasi yang diduga sebagai Cagar Budaya meskipun tidak memiliki atau menguasainya.
3. Pemerintah kabupaten/kota melaksanakan pendaftaran Cagar Budaya yang dikuasai oleh Negara atau yang tidak diketahui pemiliknya sesuai dengan tingkat kewenangannya.
4. Pendaftaran Cagar Budaya di luar negeri dilaksanakan oleh perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.
5. Hasil pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) harus dilengkapi dengan deskripsi dan dokumentasinya.
6. Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak didaftarkan oleh pemiliknya dapat diambil alih oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
PENGANTURAN PENDAFTARAN
Penemuan
Pendaftaran
Penetapan Cagar Budaya
Penghapusan
Pemilikan/ Penguasan
Pendaftaran
Tim Ahli Register Nasonal
SK Cagar BUdaya
Surat Pemilikan
Pemeringkatan
Pencarian
Larangan
Pengawasan dan Penyidikan
Pidana
Pelindungan
Pengembangan
Pemanfaatan
Kewenangan
Pendanaan
Hak dan Kewajiban
2
3
4
5 1
Pendaftaran dan Penetapan
Hak dan Kewajiban
Pelestarian
Pengelolaan
Larangan dan Pidana
Total 13 Bab terdiri dari 120 pasal
ARSITEKTUR UNDANG-UNDANG
Penemuan
Pemilikan/ Penguasan
Cagar Budaya Tim Ahli
Register Nasonal
SK Cagar BUdaya
Surat Kepemilikan
Pencarian
Pendaftaran Populasi
Kajian
Rekomendasi
Penetapan
Penghapusan
Peringkat
Kepala Daerah
Penetapan
Tanda Bukti
Peringkat Tingkat
Tim Pengolah Data
Pendaftar
ALUR UMUM PENDAFTARAN DAN PENETAPAN
Penemuan
Pendaftaran PENETAPAN DAN
PENGHAPUSAN
CAGAR BUDAYA
Rekomendasi
Pemilikan/
Penguasan
Pendaftar
TIM AHLI
Register
Nasonal
Pencarian
1
Kelayakan
Objek Sebagai
Cagar Budaya
Pemeringkatan
Penghapusan
TIM
PENDAFTARA
N
Menteri,
Gubernur,
Bupati, atau
Wali Kota
TENAGA
AHLI 2
3
5 6
[Butuh keahlian dan keterampilan]
[Dikelola = yang telah ditetapkan sebagai CB]
4
SKEMA PROSES PENDAFTARAN HINGGA PENETAPAN CAGAR BUDAYA
PERINGKAT
1 PENDAFTAR
Adalah setiap orang (perseorangan, kelompok orang, masyarakat, badan usaha
berbadan hukum, dan/atau badan usaha bukan berbadan hukum), instansi
Pemerintah, atau instansi Pemerintah Daerah (Provinsi, Kabupaten, atau Kota)
yang menyampaikan permohonan kepada Menteri, Gubernur, Bupati, atau Wali
Kota untuk dapat menetapkan Objek yang didaftarkannya sebagai Cagar Budaya.
Pendaftar bisa pemilik Objek atau orang yang diberi kuasa oleh pemilik untuk
menyampaikan permohonan didaftarkannya Objek.
Dalam proses pengajuan permohonan, objek yang didaftarkan dapat dibawa
untuk langsung diperiksa oleh Tim pengolah Data, atau pendaftar menyerahkan
daftar Objek tanpa membawa Objek ke tempat pendaftaran untuk kemudian
dilakukan pemeriksaan.
Tim ini tidak disebut dalam undang-undang, akan tetapi dibutuhkan mengingat
Tim Ahli Cagar Budaya tidak bertugas pengumpulan data lapangan. Jumlah
anggota Tim Pendaftaran Data tidak diatur, tergantung kebutuhan dan
kemampuan daerah.
Tim berkedudukan di bawah Dinas, setidaknya memiliki unusur petugas:
1) penerima daftar;
2) pemeriksa kelayakan data (verifikator);
3) pengolah data; dan
4) penyiap berkas.
Anggota tim perlu memenuhi kompetensi teknis dan pengetahuan sesuai
tanggung jawabnya.
Selain melakukan pendaftaran atas Objek yang diusulkan, Tim Pengolah Data
juga melakukan verifikasi atas data yang terkumpul, dokumen yang menyertai
data, serta pemilikan Objek. Berdasarkan hasil verifikasi ini, tim menyusun
berkas yang kemudian disampaikan kepada Tim Ahli Cagar Budaya untuk dikaji.
2 TIM PENDAFTARAN CAGAR BUDAYA
Pendaftar
Daftar
Objek
Pemeriksaan Dokumen
Pemeriksaan Objek
Verifikasi Data
Pemasukan Data
Pemberkasan
Petugas Penerima Data
Petugas Pengolah Data
Petugas Pemeriksa Data (verifikator)
Petugas Pemberkasan
TIM AHLI
PENDAFTAR
IDENTITAS : Nama lengkap + marga
Kewarganegaraan WNI / WNA Alamat Negara,
provinsi, Kota, Kecamtan, dll. Status pemilik /
yang diberi kuasa
hubungan keluarga INISIATIF : Pribadi ahli,
amatir, siapa saja Kelompok peminat, keagamaan Masyarakat desa, adat Badan hukum
perusahaan, organisasi
YANG DIDAFTARKAN + DOKUMEN
OBJEK : Daftar berisi identitas objek lengkap / tidak lengkap BBS + S langsung dibawa untuk diperiksa Foto/gambar untuk diperlihatkan DOKUMEN : Foto Gambar Sket Peta Video Publikasi Koordinat Literatur Rekaman suara
OBJEK YANG DIDUGA CAGAR BUDAYA
BENDA : Nama lokal, umum, akademik BANGUNAN Jenis ? STRUKTUR Klasifikasi pembagian spesifik dari jenis (BBS) Bahan kayu, batu, logam, kulit, tulang, gading, akar,
dll. Ukuran tinggi, panjang, lebar, tebal, diameter, relatif Kondisi rusak, baik, sempurna Kelengkapan komponen yang membentuk BBS Unsur bagian-bagian dari BBS Usia absolut (pasti), perkiraan, jaman Diskripsi uraian dari BBS SITUS Nama lokal, lokasi, desa, daerah, kode KAWASAN Batas pemilikan / penguasaan tanah, adminsitrasi, (SK) alam, budaya, arbitre, koordinat Ukuran metrik (meter, kilometer, hektare) Uraian apa kandungan arkeologis yang dapat
digunakan untuk menjustifikasi sebagai cagar budaya Pemilik penguasa, pengguna Diskripsi uraian lengkap dari SK
Siklus Produksi Hingga Buang
= Data Arkeologi
Setiap tahap memiliki
karakter khas sesuai
perilaku manusia yang
erhubungan dengannya,
secara keseluruhan
mencerminkan proses
berkebudayaan yang
harus disatukan melalui
interpretasi.
Hubungan antara situs
dengan benda-benda
yang ada di permukaan
tanah maupun di dalam
tanah menjadi alasan
dilakukannya
pelestarian karena sifat
hubungannya
Buat
Pakai
Buang
Penyiapan
JENIS BENDA, KLASIFIKASI, DAN
ATRIBUTNYA
Bangunan umumnya memiliki atap, dinding, tiang,
dan lantai yang secara keseluruhan membentuk
ruangan untuk melakukan aktivitas atau berlindung
dari cuaca.
Bangunan beratap
Bangunan menyatu dengan formasi alam Bangunan tanpa beratap
JENIS BANGUNAN
Atap
Badan
Kaki
Pasal 8
Struktur Cagar Budaya dapat:
a. berunsur tunggal atau banyak; dan/atau
b. sebagian atau seluruhnya menyatu dengan formasi
alam.
Struktur umumnya tidak memiliki
atap dan tidak digunakan sbagai
tempat tinggal.
JENIS
STRUKTUR
Kapal “dhow”, Arab
Kapal “jung”, nusantara
Kapal “padewakang”, Sulawesi
Yang dimaksud dengan “masyarakat
hukum adat” adalah kelompok
masyarakat yang bermukim di wilayah
geografis tertentu yang memiliki
perasaan kelompok (in-group feeling),
pranata pemerintahan adat, harta
kekayaan/benda adat, dan perangkat
norma hukum adat.
Pasal 9
Lokasi dapat ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya apabila:
a. mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar
Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya; dan
b. menyimpan informasi kegiatan manusia pada masa lalu.
Benda
Bangunan
Struktur
Situs Kawasan
OBJEK
RUANG
Yang dimaksud dengan “masyarakat hukum adat” adalah
kelompok masyarakat yang bermukim di wilayah
geografis tertentu yang memiliki perasaan kelompok (in-
group feeling), pranata pemerintahan adat, harta
kekayaan/benda adat, dan perangkat norma hukum adat.
Pasal 10
Satuan ruang geografis dapat ditetapkan sebagai Kawasan
Cagar Budaya apabila:
a. mengandung 2 (dua) Situs Cagar Budaya atau lebih
yang letaknya berdekatan;
b. berupa lanskap budaya hasil bentukan manusia
berusia paling sedikit 50 (lima puluh) tahun;
c. memiliki pola yang memperlihatkan fungsi ruang pada
masa lalu berusia paling sedikit 50 (lima puluh) tahun;
d. memperlihatkan pengaruh manusia masa lalu pada
proses pemanfaatan ruang berskala luas;
e. memperlihatkan bukti pembentukan lanskap budaya;
dan
f. memiliki lapisan tanah terbenam yang mengandung
bukti kegiatan manusia atau endapan fosil.
Pasal 13
Kawasan Cagar Budaya hanya dapat dimiliki dan/atau
dikuasai oleh Negara, kecuali yang secara turun-temurun
dimiliki oleh masyarakat hukum adat.
Situs
Kawasan ● ●
●
●
● ● ●
●
●
● ●
● ● ● ●
● ●
● ●
Titik koordinat/ batas
●
● Titik koordinat/ batas
SITUS KECIL
SITUS BESAR
KAWASAN
IKONOS 2003
Foto Satelit
desa Muarajambi
Daerah Arkeologi Muarajambi berada
di tanggul alam kuno sungai
Batanghari dengan lebar 100-150 meter
dan panjang 7.5 kilometer.
Tinggalan-tinggalan yang ada
membentang linier mengikuti aliran
sungai lama.
Sungai Batanghari
Peninggalan Purbakala di Muarajambi
PETA USULAN KAWASAN CAGAR BUDAYA MUARAJAMBI
Mengambil logika bahwa Tim Pengolah Data dibutuhkan di setiap instansi
Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang berwenang di bidang kebudayaan,
diperkirakan dibutuhkan tenaga terampil sebanyak:
([20] + [33 prov x 10 = 330] + [524 kab/kot x 10 = 5.240]) =
5.590 0rang
Petugas Tim Pengolah Cagar Budaya dalam menjalankan tugasnya
berkoordinasi dengan instansi-instansi pemerintah lain termasuk Unit Pelaksana
Teknis yang mengurus cagar budaya (Museum Nasional, Direktorat Peninggalan
Purbakala, Direktorat Peninggalan Bahwah Air dan Masa Kolonial, Direktorat
Permuseuman, Museum Nasional, Pusat Penelitan dan Pengembangan
Arkeologi Nasional, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala, Balai Pelestarian
Situs Manusia Purba Sangiran, Balai Konservasi Candi Borobudur, Balai
Arkeologi, dan museum-museum yang cukup banyak jumlahnya di daerah).
2 KEBUTUHAN PETUGAS TIM PENDAFTARAN CAGAR BUDAYA
3 KEBUTUHAN KERJA
Ruang kerja yang representatif, sehat, dan aman!
Petugas Penerima Data : ruang khusus untuk menyampaikan informasi,
formulir, dan, menerima objek, dlsb.
Petugas Pemeriksa Data : alat ukur, alat untuk melakukan pemeriksaan
objek, komputer, ruang atau lemari penyimpanan
objek yang dititipkan, buku referensi, GPS, alat
hitung, jaringan internet, dlsb.
Petugas Pengolah Data : komputer (CPU), monitor layar lebar, printer,
scanner, harddisk, jaringan internet, lemari arsip,
dlsb.
Petugas Penyiap Berkas : komputer (CPU), monitor layar lebar, printer, dlsb.
3 TIM AHLI CAGAR BUDAYA
Merupakan tim non lapangan yang bertugas mengusulkan rekomendasi kepada
Menteri, Gubernur, Bupati, atau Wali Kota untuk menetapkan Objek Yang Diduga
Sebagai Cagar Budaya sebagai Cagar Budaya
Anggota tim berjumlah ganjil dengan komposisi 60% wakil masyarakat dan 40%
wakil instansi pemerintah yang bertanggung jawab atas pengelolaan Cagar
Budaya
Tim diangkat dan diberhentikan oleh Menteri, Gubernur, Bupati, atau Wali Kota
menggunakan surat keputusan dengan masa kerja maksimal 5 tahun berturut-
turut atau 8 tahun tidak berturut-turut tanpa boleh diangkat kembali sebagai
anggota tim di Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten, atau Kota atau bekerja
dalam waktu bersamaan di dua wilayah administrasi yang berbeda.
Bisa mewakili bidang keahlian arkeologi, antropologi, arsitektur, kesenian, sejarah,
geologi, filologi, dan/atau keahlian lain (yang mempunyai wawasan tentang
kepurbakalaan) berasal dari organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat,
Masyarakat Hukum Adat, perseorangan, kelompok, atau aparat Pemerintah atau
Pemerintah Daerah.
Tim Ahli setidaknya memiliki seorang ahli arkeologi dengan pengalaman kerja 5
tahun di bidangnya.
Anggota tim dapat merupakan anggota organisasi profesi, akan tetapi tidak berarti
bahwa mereka otomatis dapat diangkat sebagai anggota Tim Ahli Cagar Budaya.
Keanggotaan tim bersifat formal karena diangkat oleh menteri atau Kepala Daerah
setelah dinyatakan layak menjadi anggota melalui uji kompetensi untuk
membedakan antara objek yang dapat dinyatakan sebagai Cagar Budaya atau
bukan Cagar Budaya.
3 KOMEPETENSI TIM AHLI CAGAR BUDAYA
3 PENGUSULAN ANGGOTA TIM AHLI CAGAR BUDAYA
Setiap Orang, Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau Masyarakat Hukum Adat
dapat mengusulkan sesorang untuk menjadi anggota Tim Ahli Cagar Budaya.
Pemerintah berwenang melakukan pengujian atas usulan sebelum orang tersebut
diikutkan dalam pendidikan untuk memperoleh status kelayakan menjadi anggota
Tim Ahli Cagar budaya.
Pendidikan terhadap calon anggota dilakukan oleh lembaga pendidikan yang
memiliki kopentansi dibidang kepurbakalaan.
Pemerintah akan mengeluarkan surat tanda kelayakan bagi mereka yang lulus dan
mengumumkannya secara terbuka melalui berbegai media. Pemerintah atau
Pemerintah Daerah yang akan membentuk Tim Ahli Cagar Budaya di bawah
kewenangannya dapat memilih calon anggota dari daftar yang dikeluarkan
Pemerintah tersebut.
(1) Menyusun kepengurusan tim terdiri atas ketua, sekretaris, dan anggota
(2) Menyusun dan menetapkan mekanisme kerja Tim Ahli;
(3) Melakukan penyesuaian operasional atas kebijakan Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah yang berkedudukan lebih tinggi;
(4) Melakukan kajian atas berkas Objek yang diusulkan sebagai Cagar Budaya;
(5) Melakukan klasifikasi atas populasi Cagar Budaya;
(6) Menyusun peringkat kepentingan Cagar Budaya;
(7) Berkonsultasi dengan setiap orang, jajaran Pemerintah, atau Pemerintah Daerah,
atau Masyarakat Hukum Adat yang melakukan pendaftaran Cagar Budaya;
(8) Berkonsultasi dengan narasumber;
(9) Merekomendasikan Objek yang memenuhi kriteria untuk ditetapkan sebagai Cagar
Budaya;
(10) Menyerahkan atau membatalkan rekomendasi penetapan Cagar Budaya kepada
Menteri, Gubernur, atau Bupati/Wali Kota sesuai dengan kewenangannya;
(11) Merekomendasikan pencatatan kembali Cagar Budaya yang hilang dan ditemukan
kembali; dan
(12) Mengusulkan perbaikan penyempurnan berkas penetapan Cagar Budaya kepada
Tim Pengolah Data;
3 KOMEPETENSI TIM AHLI CAGAR BUDAYA
Di dalam konsep RPP Register Nasional Cagar Budaya yang sedang dibuat,
setiap Pemerintah Daerah wajib memiliki Tim Ahli Cagar Budaya yang masing-
masing berjumlah 5-7 orang, adapun di Pemerintah Pusat sebanyak 15 orang.
Diperkirakan jumlah anggota tim di seluruh Indonesia nantinya akan berjumlah:
([15] + [33 prov x 7 = 231] + [524 kab/kot x 9 = 3.668]) =
3.914 0rang
Fokus dalam jangka waktu dekat adalah membentuk Tim Ahli Cagar Budaya
tingkat nasional dan provinsi.
3 KEBUTUHAN ANGGOTA TIM AHLI CAGAR BUDAYA
4 TIM AHLI PELESTARIAN [CAGAR BUDAYA]
Undang-Undang Cagar Budaya memberikan 3 syarat untuk melakukan
pelestarian Cagar Budaya, yaitu:
(1) wajib didahului dengan studi kelayakan;
(2) pelestarian dilakukan atau dikoordinasikan oleh Tenaga Ahli; dan
(3) dilakukan pendokumentasian baik sebelum, pada saat, dan setelah
dilakukannya kegiatan pelestarian.
Persyaratan ini mengatur bahwa tidak semua orang diperbolehkan melakukan
pelestarian Cagar Budaya, kecuali mereka yang memiliki sertifikat sebagai Tenaga
Ahli (Tenaga Ahli bersertifikat).
Sertifikat keahlian tersebut dikeluarkan oleh Pemerintah dengan mengacu kepada
kebutuhan riil untuk kepentingan pelestarian Cagar Budaya maupun untuk
melayani masyarakat.
Organisasi profesi dapat memberikan dukungan dalam proses penetapan Tim Ahli,
khususnya kriteria dan kompetensi yang akan dipersyaratkan.
4 KOMPETENSI
Mengingat jumlah dan jenis Objek Yang Diduga Sebagai Cagar Budaya sangat
banyak jumlanya, diperlukan dukungan ilmu-ilmu bantu atau pengetahuan
khusus untuk melakukan penetapan Cagar Budaya.
Status sebagai”ahli” ditetapkan melalui pengujian, pendidiikan, dan pelatihan.
Calon yang memenuhi syarat dan lulus, diberi sertifikat oleh Pemerintah sesuai
kompetensinya. Kompetensi ini masih perlu diatur secara benjenjang dengan
menguji penguasaan akademik, kognisi, keterampilan, dan pengalaman.
CAGAR BUDAYA
Ilmu Kesenian
Arkeologi
Antropologi
Imu Kebumian
Filologi
Ilmu Lingkungan
Arsitektur
Sipil
Biologi Sejarah
Tari Lukis Kriya
Geologi Geografi
Botani Zoologi
Petrografi Lanskap
4 PERMASALAHAN
Kebutuhan akan Tenaga Ahli Cagar Budaya, Tim Ahli Pelestarian Cagar Budaya,
Kurator, dan TimPengolah Data setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor
11 Tahu 2010 Tentang Cagar Budaya seharusnya telah berfungsi mulai tahun
2011. Namun pada kenyataannya petugas yang diatur dalam undang-undang
tersebut belum tersedia.
Tata cara penetapan, penghapusan, dan pengelolaan Benda Cagar Budaya
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 Tentang benda
Cagar Budaya tidak belaku lagi. Ditargetkan dalam tahun 2013-2014 Pemerintah
dapat dapat menetapkan Tenaga Ahli Cagar Budaya, Tim Ahli Pelestarian Cagar
Budaya, Kurator, dan TimPengolah Data di tingkat nasional dan provinsi.
Sistem pendidikan, pelatihan, dan penyaringan sumber daya manusia untuk
memenuhi tuntutan itu perlu segera dibuat supaya perintah undang-undang
dapat dilaksanakan secara konsekuen.