DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Nomor Inventaris Cagar Budaya...

32
DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN INDRAGIRI HILIR PROVINSI RIAU BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA SUMATERA BARAT WILAYAH KERJA PROVINSI SUMATERA BARAT, RIAU DAN KEPULAUAN RIAU

Transcript of DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Nomor Inventaris Cagar Budaya...

DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK

BERGERAK

KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

PROVINSI RIAU

BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA

SUMATERA BARAT

WILAYAH KERJA PROVINSI SUMATERA BARAT, RIAU DAN KEPULAUAN RIAU

1

1. Makam Syekh Abdurrahman Siddiq

1 Dirangkum dari Manaqib Syekh Abdurrahman Siddiq bin Syekh M. Afif Al Banjari, Simpanan Berharga Kerajaan Indragiri.Yayasan Syekh Abdurrahman Siddiq. 2017.

KOMPONEN DATA

DATA TEKNIS

Nomor Inventaris Cagar Budaya 01/BCB-TB/B/09/2007

Nama Cagar Budaya Makam Syekh Abdurrahman Siddiq

Alamat

Jalan Jalan Syech H.A. Rahman Sidik

Dusun/Kampung/Jorong Hidayat Sepat

Desa/Kelurahan/Nagari Teluk Dalam

Kecamatan Kuala Indragiri

Kabupaten Indragiri Hilir

Provinsi Riau

Orbitrasi Cagar Budaya (km)

Ibukota Kab./Kota ± 25 km

Ibukota Prov. ± 475 km

Keletakan Geografis 2 mdpl

Aksesibilitas Cagar Budaya Dari Tembilahan untuk menuju pelabuhan Hidayat menggunakan speedboat selama ± 1 jam atau menggunakan perahu pompong selama ± 2 jam. Dari pelabuhan Hidayat, lokasi tidak terlalu jauh dan dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua.

Letak Astronomis 103°18'08.3"E 0°18'07.3"S (103.302417 ; -0.302167)

Deskripsi Historis1 Syeikh Abdurrahman Shiddiq Bin Syekh M. Afif Al Banjari (1857-1939) atau lebih dikenal dengan sebutan “Tuan Guru Sapat” adalah salah seorang ulama kharismatik dari Kerajaan Indragiri di masa lalu (awal abad XX M). Tuan Guru Sapat berasal dari daerah Banjar (Kalimantan) dan mempunyai hubungan genetis dengan ulama terkenal Banjar, Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari (1710-1812). Semasa hidupnya, Tuan Guru Sapat memerankan dirinya sebagai seorang ulama yang menjadi ikon penting dalam proses penyebaran dan penyelenggaraan pendidikan Islam, khususnya di daerah Indragiri Hilir. Tuan Guru Sapat adalah seorang ulama yang menggabungkan beberapa kemampuan sekaligus, mulai dari seorang pendakwah, pengajar, mufti, penulis, sampai sebagai seorang petani kebun yang berhasil. Oleh karena kiprah dan peranannya yang besar tersebut, tidak aneh jika riwayat hidup dan pemikiran Tuan Guru Sapat sudah sering menjadi objek penulisan, baik dalam bentuk penelitian akademis, mulai dari tingkat skripsi (S1) sampai disertasi (S3), maupun penulisan populer. Abdurrahman dilahirkan oleh Safura binti Syekh Muhammad Arsad pada tahun 1875 di Kampung Kecil (Dalam Pagar) Martapura, Kalimantan Selatan. Beliau dilahirkan pada masa pemerintahan Sultan Adam Al-Watsiq Billah bin Sultan Sulaiman Yang memerintah di Kerajaan Banjar sejak tahun 1825-1857 M. Syekh Abdurrahman Siddiq adalah penerus generasi ke-5 dari Al-Arif Billah Maulana Syekh H. Muhammad Arsyad bin Abdullah Al-Banjari yang kakeknya merupakan cucu dari seorang mubaligh yang datang dari Magribi ke Filipina yang mendirikan kerajaan

2

Islam di Mindano yang bernama Sayyid Abdullah. Pada usia satu tahun, ibundanya tiada dan Abdurrahman diasuh oleh Siti Saidah dan Ummi Salamah yang merupakan bibinya. Pada usia sembilan tahun Sang Syekh mulai menguasai ilmu-ilmu dasar: ilmu saraf, ilmu nahu (ilmu alat), bahkan ilmu kalam dan ilmu lainnya dengan berguru kepada Zainuddin, berasal dari hulu sungai selatan (Kandangan) yang saat itu mengajar di pondok pesantresn di Kampung Dalam Pagar. Beranjak remaja, sekitar tahun 1297 H, Sang Mufti terus mempelajari pondasi keilmuan agama: ilmu syariah (fiqih), ilmu aqidah (tauhid), ilmu akhlak (tasawuf) dan ilmu hadis. Bidang keilmuan ini beliau tuntun pada Al-Amin Al-Allahamah Syekh H. Hasyim dan Al-Alim Al-Allamah Syekh Muhammad Said Wali. Setelah berguru, tahun 1302 H beliau terjun dan berdakwah dalam menyiarkan Islam di berbagai wilayah Kalimantan. Pada tahun 1303 H disela menyebarkan agama, beliau bertukang emas permata. Dari kepandaiannya tersebut itu, di tahun 1305 H Syekh Abdurrahman berdagang permatan dan berlayar hingga ke pulau Sumatera, Padang Panjang, Pulau Bangka juga Palembang Pada tahun 1310 H, dari Sumatera beliau menuju Mekah untuk menunaikan ibadah haji serta menuntut ilmu agama. Selama di Mekah beliau berguru kepada Masyaaih yang mengajar di Masjidil Haram dan sekitar Makah pada waktu itu, antara lain: Sayyid Bakri Syatta, Al-Alimul Fadhil Syekh Ahmad Dimyathi, Al-Alimul Fadhil Syekh M. Babashil Mufti Syafii, Al-Alimul Fadhil Syekh Umar Sambas, dan banyak guru lainnya yang membuat beliau mendapat syahada dari berbagai ilmu. Adapun semasa menuntut ilmu beliau berkawan dengan sejumlah sahabat dari Indonesia dan Malaysia: Syekh Jamil Jambek (Minangkabau), Syekh Ahmad Khatib (Minangkabau), Syekh Muhammad Sayuti (Singkang), Syekh Muktar (Bogor), dll. Karena kecerdasannya beliau dinobatkan untuk mengajar di Masjid Al-Haram Mekah. Pada tahun 1310 hasrat besar untuk memulai berjuang di jalan agama membuatnya hijrah ke Pulau Jawa dan Sumatera, sampailh di kampung Mentok, Pulau Bangka, di mana sang ayah telah lama menetap lebih awal di pulau tersebut. DI Bangka, selain berdakwah ia pun berkebun cengkeh, karet, dan kelapa. Bahkan di sela waktunya ia sempatkan untuk menulis kitab-kitab. 18 tahun di Bangka Belitung beliau berpindah ke Pulau Mas Sapat sekitar tagun 1320 H. Selain berjuang dalam hal agama, beliau juga berjuang untuk kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 – 1949. Pada tahun 1327 H, Sultan Mahmusyah melantik Syekh Abdurrahman Siddiq sebagai mufti kerajaan Indragiri.

Deskripsi Arkeologis Makam Syeikh Abdurrahman Siddiq terdiri dari sebuah jirat dengan dua buah batu nisan yang terletak di bagian kaki dan kepala jirat. Makam ini terletak pada sebuah bangunan cungkup yang dibuat kemudian (2004). Selain makam Syekh Abdurrahman Shiddiq, di dalam bangunan ini juga terdapat dua buah makam lainnya. Jirat makam Syekh Abdurrahman Shiddiq berbentuk persegi panjang bertingkat tiga dengan ukuran tingkat paling bawah panjang 2 m dan lebar 1,7 dan setiap tingkatnya berjarak 0,25 m. Tinggi dari lantai dasar ke jirat paling tinggi sekitar 1,15 m. Jirat ini

3

terbuat dari bata berlepa yang dilapisi dengan keramik berwana putih. Jirat ini merupakan bangunan baru yang dibuat kemudian bersamaan dengan pembangunan cungkup makam pada tahun 2004. Pada sekeliling jirat diberi pagar berbentuk jeruji besi yang ditutup dengan tirai. Sementara itu, nisan makam Syeikh Abdurrahman Shiddiq berbentuk balok dengan kepala nisan berbentuk kubah atau kuncup bunga. Nisan ini terbuat dari batu berukuran tinggi 50 cm. Nisan pada kepala jirat terdapat inskripsi yang diukir pada lempengan batu marmer yang ditempel pada bagian badan nisan. Inskripsi tersebut memuat identitas orang yang dimakamkan (Syeikh Abdurrahman Siddiq) beserta waktu wafatnya (4 Sya’ban 1358 H). Adapun bangunan cungkup makam berdenah segi delapan (oktagonal) yang masing-masing sisinya berukuran panjang 3 m. Bangunan ini terbuat dari bata berlepa dengan atap berbentuk tumpang tiga yang terbuat dari seng.

Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan ± 7,75 m x 7,75 m

Lahan ± 7,75 m x 7,75 m

Batas-Batas Cagar Budaya Utara Makam Keluarga

Selatan Makam Keluarga

Timur Makam Keluarga

Barat Makam Keluarga

Fungsi awal dan fungsi sekarang Makam

Pemilik Waqaf

Pengelola Ahli Waris Syekh Abdurrahman Siddiq (Keluarga)

Foto

Foto Bangunan

4

Foto Lingkungan

5

Denah Keletakan

Tanggal Pendataan 7 – 14 Juni 2017

Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra

6

2. Kantor Unit Layanan Perpustakaaan (Eks. Rumah Dinas Amir Enok)

KOMPONEN DATA

DATA TEKNIS

Nomor Inventaris Cagar Budaya 04/BCB-TB/B/09/2013

Nama Cagar Budaya Kantor Unit Layanan Perpustakaaan (Eks. Rumah Dinas Amir Enok)

Alamat

Jalan Jalan Lintas Enok/Desa Enok

Dusun/Kampung/Jorong Enok

Desa/Kelurahan/Nagari Enok

Kecamatan Enok

Kabupaten Indragiri Hilir

Provinsi Riau

Orbitrasi Cagar Budaya (km)

Ibukota Kab./Kota ± 20 km

Ibukota Prov. ± 470 km

Keletakan Geografis 10 mdpl

Aksesibilitas Cagar Budaya Untuk mencapai lokasi dari Tembilahan (Ibukota kabupaten) dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2 dan speed boat. Dari Tembilahan dilakukan penyeberangan dengan menggunakan speed boat (15 menit), kemudian dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan roda 2 (ojek) yang menempuh jarak 29 km dengan waktu tempuh 1 jam (catatan: jalan yang ditempuh jalan desa yang belum dilakukan pengerasan)

Letak Astronomis S 00° 30’ 28.6”E 103° 11’ 32.1”S (103,19225 ; -0,507944)

Deskripsi Historis Pada awalnya rumah ini merupakan rumah dinas bagi “Amir” di daerah Enok. Berdasarkan keterangan Raja Satria seorang tokoh masyarakat Enok, Amir yang memerintah pada masa itu bernama Thaib. Kantor ini dibangun pada tahun 1936. Keberadaan Keamiran ini tidak terlepas dengan adanya tractaat Van Vrindchaap (perjanjian perdamaian dan persahabatan) tanggal 27 September 1938 antara Kerajaan Indragiri dengan Belanda, maka Kesultanan Indragiri menjadi Zelfbestuur. Berdasarkan ketentuan tersebut, di wilayah Indragiri Hilir ditempatkan seorang Controlleur yang membawahi 6 daerah keamiran, yaitu:

1. Amir Tembilahan di Tembilahan. 2. Amir Batang Tuaka di Sungai Luar. 3. Amir Tempuling di Sungai Salak. 4. Amir Mandah dan Gaung di Khairiah Mandah. 5. Amir Enok di Enok. 6. Amir Reteh di Kotabaru.

Controlleur memegang wewenang semua jawatan, bahkan juga menjadi hakim di pengadilan wilayah ini sehingga Zelfbestuur Kerajaan Indragiri terus dipersempit sampai dengan masuknya Jepang tahun 1942. Daerah ini pada masanya merupakan jalur pelayaran dan perdagangan yang sangat strategis. Dari dahulu sampai dengan sekarang daerah ini adalah salah satu daerah penghasil kopra di daerah Kabupaten Indragiri Hilir. Setelah Indonesia Merdeka, kantor ini pernah difungsikan sebagai kantor Camat Enok dan sekitar tahun 2000-an digunakan oleh Unit Layanan Perpustakaan Kecamatan Enok. Secara struktur

7

bangunan yang masih asli adalah atap (seng), sebagian jendela, dan bak penampungan air yang terdapat di sisi timur bangunan. Rehab terhadap dinding, lantai dan perubahan beberapa jendela dilakukan sekitar tahun 1981/1982.

Deskripsi Arkeologis Rumah Dinas Amir Enok ini merupakan bangunan bertipe panggung yang secara keseluruhan beratap seng dan berbahan kayu. Sedangkan pada bagian pondasi bangunan menggunakan tonggak dari coran semen. Rumah berdenah segi empat dan berorientasi arah selatan (menghadap sungai Enok). Dahulunya sisi selatan ini terdapat pasar dan dermaga yang sekarang sudah tidak ada lagi akibat arus sungai Enok. Sedangkan pada bagian atap bangunan berbentuk limas segi empat. Pada sisi timur bangunan terdapat sebuah bak tertutup yang berfungsi sebagai tempat penampungan air yang masih asli. Bak ini berukuran T : 2,50 m Keliling : 9,80 m. Secara keseluruhan komponen bangunan yang masih asli terdapat pada sebagian dinding dan jendela. Sedangkan perubahan-perubahan pada komponen bangunan antara lain sebahagian jendela dan pintu yang sudah diganti dengan jendela kaca/nako.

Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan ± 21 m x 8,50 m

Lahan ± 26 m x 13,5 m

Batas-Batas Cagar Budaya Utara Rumah Penduduk

Selatan Jalan desa Enok

Timur Jalan desa Enok

Barat Rumah Pesangrahan Belanda

Fungsi awal dan fungsi sekarang Fungsi lama adalah rumah hunian, sekarang digunakan sebagai perpustakaan

Pemilik Pemda Kab. Indragiri Hilir dan Kec. Enok

Pengelola Dikelola oleh Kecamatan Enok

Foto

Foto Bangunan

8

Foto Lingkungan

9

Denah Keletakan

Tanggal Pendataan 7 – 14 Juni 2017

Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra

10

3. Eks. Pesanggrahan Belanda

KOMPONEN DATA

DATA TEKNIS

Nomor Inventaris Cagar Budaya 05/BCB-TB/B/09/2013

Nama Cagar Budaya Eks. Pesanggrahan Belanda

Alamat

Jalan Jalan Desa Enok

Dusun/Kampung/Jorong Enok

Desa/Kelurahan/Nagari Enok

Kecamatan Enok

Kabupaten Indragiri Hilir

Provinsi Riau

Orbitrasi Cagar Budaya (km)

Ibukota Kab./Kota ± 20 km

Ibukota Prov. ± 470 km

Keletakan Geografis 8 mdpl

Aksesibilitas Cagar Budaya Untuk mencapai lokasi dari Tembilahan (Ibukota kabupaten) dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2 dan speed boat. Dari Tembilahan dilakukan penyeberangan dengan menggunakan speed boat (15 menit), kemudian dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan roda 2 (ojek) yang menempuh jarak 29 km dengan waktu tempuh 1 jam (catatan: jalan yang ditempuh jalan desa yang belum dilakukan pengerasan)

Letak Astronomis S 00° 30’ 27.8”E 103° 11’ 31.0”S (103,19225; -0,507944)

Deskripsi Historis Berdasarkan keterangan Bapak Raja Satria rumah pesanggrahan Belanda ini dibangun setelah Rumah Dinas Amir Enok, yakni tahun 1938. Dahulunya rumah ini digunakan sebagai rumah hunian bagi tamu-tamu (pejabat kolonial) yang datang ke Enok. Secara keseluruhan bangunan rumah masih dipertahankan keasliannya kecuali beberapa bagian pintu dan jendela.

Deskripsi Arkeologis Rumah ini berada di sisi barat eks. Rumah Dinas Amir Enok sekitar 10 m. Bangunan ini berdenah persegi panjang dengan komponen utama bahan bangunan adalah kayu. Atap bangunan berbentuk limas terbuat dari seng. Bangunan berbentuk rumah panggung dengan umpak/sandi terbuat dari coran kerikil. Pintu masuk berada di sisi selatan terbuat dari kayu dengan bentuk daun pintu bukaan dua ini terdiri dari 3 ruangan, ruang utama berupa sebuah ruangan lepas, 1 buah kamar tidur, dan 1 buah dapur. Beberapa bagian kayu sudah agak lapuk, terutama di bagian dapur (lantai dan dinding). Sebagian atap juga telah rusak. Dinding bangunan terbuat dari kayu yang dipasang horisontal. Bangunan ini dari awal pembangunan hingga sekarang belum mengalami banyak perubahan.

Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan ± 10,5 m x 7,67 m

Lahan ± 15,5 m x 12,67 m

Batas-Batas Cagar Budaya Utara Rumah Penduduk

Selatan Jalan Desa Enok

Timur Jalan Desa Enok/ Rumah Dinas Amir Enok

Barat Rumah Penduduk

Fungsi awal dan fungsi sekarang Fungsi awal sebagai rumah hunian bagi tamu-tamu (pejabat kolonial) yang datang ke Enok, kini difungsikan sebagai rumah

11

hunian masyarakat.

Pemilik Pemda Kab. Indragiri Hilir dan Kec. Enok

Pengelola Pemda Kab. Indragiri Hilir dan Kec. Enok

Foto

Foto Bangunan

Foto Lingkungan

12

Denah Keletakan

Tanggal Pendataan 7 – 14 Juni 2017

Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra

13

4. Mess Staf Kecamatan Enok

KOMPONEN DATA

DATA TEKNIS

Nomor Inventaris Cagar Budaya 06/BCB-TB/B/09/2013

Nama Cagar Budaya Mess Staf Kecamatan Enok

Alamat

Jalan Jalan Desa Enok

Dusun/Kampung/Jorong Enok

Desa/Kelurahan/Nagari Enok

Kecamatan Enok

Kabupaten Indragiri Hilir

Provinsi Riau

Orbitrasi Cagar Budaya (km)

Ibukota Kab./Kota ± 20 km

Ibukota Prov. ± 470 km

Keletakan Geografis 6 mdpl

Aksesibilitas Cagar Budaya Untuk mencapai lokasi dari Tembilahan (Ibukota kabupaten) dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2 dan speed boat. Dari Tembilahan dilakukan penyeberangan dengan menggunakan speed boat (15 menit), kemudian dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan roda 2 (ojek) yang menempuh jarak 29 km dengan waktu tempuh 1 jam (catatan: jalan yang ditempuh jalan desa yang belum dilakukan pengerasan)

Letak Astronomis 103° 11' 33.100"E 0° 30' 24.200"S (103,192528 ; -0,506722)

Deskripsi Historis Pendirian bangunan ini sezaman dengan pendirian Pesangrahan Belanda yakni tahun 1938. Dahulunya rumah ini juga difungsikan sebagai tempat tinggal (mess) bagi pegawai Keamiran Enok. Rumah ini juga pernah ditempati sebagai kantor bagi Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), dan sekarang ditempati oleh staf pegawai Kecamatan Enok. Secara keseluruhan bangunan ini masih asli dinding dan lantai yang telah pernah diganti (direhab).

Deskripsi Arkeologis Bangunan ini berada di sisi utara Rumah Dinas Amir Enok sekitar 50 m. Bangunan berbentuk semi permanen dengan denah persegi. Bangunan ini terdiri dari dua buah rumah yang dijadikan satu atap. Dinding bagian bawah terbuat dari coran semen sedangkan dinding bagian ke atas terbuat dari kayu yang dipasang secara horisontal. Atap bangunan terbuat dari seng berbentuk atap limas. Bangunan ini terdiri dari 3 ruangan, yaitu 1 buah ruangan lepas, 1 buah dapur, dan 1 buah kamar tidur. Pintu masuk terdapa di sisi timur yang terbuat dari kayu, pintu masuk berbentuk bukaan satu. Pintu ini merupakan pintu baru. Jendela berjumlah 8 buah terbuat dari kaca dengan kunsen kayu. Pada bagian atas dinding terdapat ventilasi (lubang angin) benrentuk persegi panjang.

Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan ± 12,34 m x 10,66 m

Lahan ± 17, 34 m x 15, 66 m

Batas-Batas Cagar Budaya Utara Rumah Penduduk

Selatan Rumah Penduduk

Timur Jalan Desa Enok

Barat Rumah Penduduk

14

Fungsi awal dan fungsi sekarang Fungsi awal sebagai tempat tinggal (mess) bagi pegawai Keamiran Enok.

Pemilik Pemda (Kecamatan Enok)

Pengelola Pemda (Kecamatan Enok)

Foto

Foto Bangunan

Foto Lingkungan

15

Denah Keletakan

Tanggal Pendataan 7 – 14 Juni 2017

Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra

16

7. Eks. Rumah Dinas PU (Kantor Bazda Tembilahan) KOMPONEN DATA

DATA TEKNIS

Nomor Inventaris Cagar Budaya 07/BCB-TB/B/09/2013

Nama Cagar Budaya Eks. Rumah Dinas PU (Kantor Bazda Tembilahan)

Alamat

Jalan Jalan M. Boya No. 40

Dusun/Kampung/Jorong RT 04/ RW 01

Desa/Kelurahan/Nagari Tembilahan Kota

Kecamatan Tembilahan

Kabupaten Indragiri Hilir

Provinsi Riau

Orbitrasi Cagar Budaya (km)

Ibukota Kab./Kota ± 1 km

Ibukota Prov. ± 450 km

Keletakan Geografis 2 mdpl

Aksesibilitas Cagar Budaya Aksesibilitas situs sangat mudah karena berada di tengah-tengah pusat kota dan dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua dan empat. Sekeliling bangunan merupakan rumah hunian/rumah dinas pemda/kantor dengan bentang lahan datar.

Letak Astronomis 103° 9' 34.800"E 0° 19' 31.900"S (103,159667 ; -0,325528)

Deskripsi Historis Rumah ini dahulunya diperkirakan merupakan rumah salah seorang pejabat masa kolonial Belanda yang diperkirakan dibangun sekitar awal tahun 1900-an. Daerah Tembilahan dahulunya merupakan salah satu satu daerah strategis karena merupakan jalur perdagangan khususnya di pantai timur Pulau Sumatera. Salah satu akses yang menunjang sektor perdagangan ini adalah terdapatnya Sungai Indragiri yang dapat dilayari oleh kapal-kapal besar. Berdasarkan keterangan Sahlan (penghuni/penjaga rumah), sejak tahun 1970-an bangunan ini ditempati sebagai Rumah Dinas PU sampai tahun 1990-an. Setelah itu sampai dengan sekarang bangunan ditempati oleh Badan Amil Zakat (BAZ) Tembilahan. Secara keseluruhan konstruktur dan bentuk bangunan masih asli. Perbaikan-perbaikan pada bangunan hanya berupa pergantian beberapa dinding dan lantai yang sudah keropos. Sedang tambahan pada bangunan hanya terdapat pada bagian depan rumah (teras). Berdasarkan temuan tinggalan pada bangunan, terdapat dua jenis yang memproduksi atap (genteng) bangunan yang salah satunya diproduksi dan di import langsung dari Prancis. Pada salah satu genteng bertuliskan “Guichard Carvin & Cie. Marseille St. Andre France”. Kemungkinan inskripsi ini merupakan nama pabrik/perusahaan serta lokasinya. Sedangkan genteng lainnya bertuliskan “J.H. Morgan & Son, Mancalore”. Diperkirakan J.H. Morgan & Son merupakan pabrik/perusahan yang memproduksi bahan.

Deskripsi Arkeologis Rumah ini memiliki perpaduan arsitektur tradisional (Melayu) dan arsitektur kolonial. Gaya arsitektur tradisional terlihat pada penggunaan komponen bangunan yang terbuat dari kayu danbentuk rumah berpanggung dengan sandi dari coran kerikil. Sementara arsitektur kolonial terlihat pada bentuk jendela yang

17

tinggi, atap bangunan berbentuk limas yang terbuat dari genteng. Bangunan ini terdiri dari 3 ruangan, yaitu 2 buah kamar tidur yang sekarang dipergunakan sebagai ruang kepala dan ruang staf, serta sebuah ruangan besar yang sekarang dipergunakan sebagai loby dan ruang rapat. Selain itu dibagian belakang terdapat terdapat kamar mandi dan dapur serta sebuah kamar yang dipergunakan sebagai tempat tinggal penjaga Bazda. Kamar mandi dan dapur merupakan hasil perehaban. Beberapa bagian rumah ini telah mengalami perubahan seperti terlihat pada lantai bangunan yang terbuat dari keramik , atap bangunan yang didanti dengan seng, sebelumnya terbuat dari genteng, dan penambahan teras pada bagian depan. Pada sisi barat bangunan terdapat bangunan berupa bak tertutup yang difungsikan sebagai tempat penampungan atau penyimpanan air.

Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan ± 8 m x 24 m

Lahan ± 27 m x 50 m

Batas-Batas Cagar Budaya Utara Rumah penduduk

Selatan Mess Lapas Tembilahan

Timur Jalan Letnan Emboya

Barat Rumah penduduk

Fungsi awal dan fungsi sekarang Dari awal berdirinya bangunan, tempat ini digunakan sebagai rumah hunian.

Pemilik Pemda Kab. Tembilahan yang dikelola oleh Dinas PU

Pengelola Pemda Kab. Tembilahan yang dikelola oleh Dinas PU

Foto

Foto Bangunan

18

Foto Lingkungan

19

Denah Keletakan

Tanggal Pendataan 7 – 14 Juni 2017

Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra

20

8. Mess Staf Lapas Tembilahan KOMPONEN DATA

DATA TEKNIS

Nomor Inventaris Cagar Budaya 08/BCB-TB/B/09/2013

Nama Cagar Budaya Mess Staf Lapas Tembilahan

Alamat

Jalan Jalan M. Boya No. 41

Dusun/Kampung/Jorong RT 04/RW 01

Desa/Kelurahan/Nagari Tembilahan Kota

Kecamatan Tembilahan

Kabupaten Indragiri Hilir

Provinsi Riau

Orbitrasi Cagar Budaya (km)

Ibukota Kab./Kota ± 1 km

Ibukota Prov. ± 450 km

Keletakan Geografis 2 mdpl

Aksesibilitas Cagar Budaya Aksesibilitas situs sangat mudah karena berada di tengah-tengah pusat kota dan dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua dan empat. sekeliling bangunan merupakan rumah hunian/rumah dinas pemda/kantor dengan bentang lahan datar. Ketinggian dari permukaan air laut 2

Letak Astronomis 103° 9' 35.100"E 0° 19' 32.100"S (103,15975 ; -0,325583)

Deskripsi Historis Rumah ini merupakan bangunan peninggalan kolonial Belanda yang diperkirakan dibangun sekitar tahun 1900-an. Berdasarkan bentuk bangunan, diperkirakan dari awalnya pembangunannya rumah difungsikan sebagai rumah hunian bagi pejabat-pejabat kolonial Belanda. Sejak tahun 2008 rumah ini digunakan sebagai Rumah Dinas Kalapas dan selanjutnya dijadikan sebagai mess bagi staf Lapas (sipir) Tembilahan. Secara umum tidak terdapat perubahan bentuk pada bangunan. Terakhir pada sisi selatan berdempetan langsung dengan bangunan didirikan sebuah kafe.

Deskripsi Arkeologis Bangunan ini tepat berada di sisi utara Rumah Pejabat Kolonial Tembilahan No. 40 (Rumah Dinas PU). Bangunan ini memperlihatkan perpaduan arsitektur tradisional dan kolonial. Bangunan tradisional terlihat dapat bentuk bangunan berpanggung dan komponen bangunan terbuat dari kayu. Sementara arsitektur kolonial terlihat pada bentuk atap limas yang terbuat dari genteng dan pada bagian atas atap terdapat lubang angin. Mess staf lapas ini berdenah persegi panjang dengan material komponen bangunan sebagian besar terbuat dari kayu. Bangunan ini sebagian besar masih asli, hanya pada bagian jendela dan pintu di bagian depan telah di ganti. Sebagian jendela juga terlihat asli, seperti jendela pada sisi utara di bagian depan, sisi selatan, dan sisi timur semua jendela masih asli. Bangunan ini menghadap ke arah jalan tepatnya ke arah timur dengan pintu masuk berada di arah timur. Pintu masuk ini terbuat dari kayu dengan bukaan satu. Pintu masuk ini merupakan hasil penggantian. Selain pintu, jendela yang berdampingan dengan pintu masuk ini juga merupakan hasil penggantian baru. Bangunan ini berbentuk panggung dengan ketinggian panggung sekitar ± 40 cm dari atas permukaan tanah dengan lantai

21

bangunan terbuat dari papan kayu. Umpak panggung terbuat dari batu kali. Dinding bangunan terbuat dari susunan papan kayu yang dipasang secara horisontal sementara atap bangunan berbentul limas yang terbuat dari genteng. Bentuk dan ukuran genteng sama dengan genteng pada bangunan kantor Bazda Tembilahan. Ukuran genteng sekitar ± 45 cm x 25 cm.

Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan ± 8,21 m x 15,3 m

Lahan ± 24 m x 50 m

Batas-Batas Cagar Budaya Utara Rumah Dinas PU (Eks Rumah Kolonial Belanda)

Selatan Bank BNI

Timur Jalan Letnan Emboya

Barat Rumah Penduduk

Fungsi awal dan fungsi sekarang Dari awal berdirinya bangunan, tempat ini digunakan sebagai rumah hunian/mess.

Pemilik Pemda Kab. Tembilahan yang dikelola oleh Dinas PU

Pengelola Pemda Kab. Tembilahan yang dikelola oleh Lapas Tembilahan

Foto

Foto Bangunan

22

Foto Lingkungan

Denah Keletakan

Tanggal Pendataan 7 – 14 Juni 2017

Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra

23

9. Rumah Dinas Kesehatan KOMPONEN DATA

DATA TEKNIS

Nomor Inventaris Cagar Budaya 09/BCB-TB/B/09/2013

Nama Cagar Budaya Rumah Dinas Kesehatan

Alamat

Jalan Jalan M. Boya

Dusun/Kampung/Jorong RT 04/RW 01

Desa/Kelurahan/Nagari Tembilahan

Kecamatan Tembilahan

Kabupaten Indragiri Hilir

Provinsi Riau

Orbitrasi Cagar Budaya (km)

Ibukota Kab./Kota ± 1 km

Ibukota Prov. ± 450 km

Keletakan Geografis 17 mdpl

Aksesibilitas Cagar Budaya Aksesibilitas situs sangat mudah karena berada di tengah-tengah pusat kota dan dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua dan empat. Sekeliling bangunan merupakan rumah hunian/rumah dinas pemda/kantor dengan bentang lahan datar.

Letak Astronomis 103° 9' 34.800"E 0° 19' 29.500"S (103,159667 ; -0,324861)

Deskripsi Historis Bangunan ini merupakan bangunan peninggalan masa kolonial Belanda yang diperkirakan dibangun sekitar tahun 1900-an. Berdasarkan bentuk bangunan, diperkirakan dari awalnya pembangunannya rumah difungsikan sebagai rumah hunian bagi pejabat-pejabat kolonial Belanda. Sekarang rumah ini digunakan sebagai Rumah Dinas bagi Dinas Kesehatan. Pada awalnya diperkirakan rumah ini berbahan kayu, namun pada periode berikutnya rumah ini dilapisi dengan semen. Ini dapat dilihat pada beberapa bagian dinding bangunan yang sudah mengelupas. Selain itu perubahan-perubahan yang terdapat pada bangunan adalah lantai yang sudah dikeramik. Pada sisi timur bangunan terdapat tempat bak tertutup tempat penampungan atau penyimpanan air yang bangunannya masih asli.

Deskripsi Arkeologis Rumah Dinas Kesehatan memperlihatkan arsitektur campuran, yaitu perpaduan arsitektur kolonial dan arsitektur tradisional. Arsitektur kolonial terlihat pada penggunaan material bangunan yang terbuat dari bata berspesi sementara arsitektur kolonial terlihat pada bentuk rumah berpanggung. Sebagian bangunan telah mengalami perubahan seperti terlihat pada semua bentuk jendela dan pintu. Selain itu perubahan juga terlihat dari bentuk lantai yang telah berubah menjadi keramik putih. Denah bangunan berbentuk persegi panjang, sementara atap bangunan berbentu limas dan terbuat dari genteng. Bentuk dan ukuran genteng sama dengan bangunan kantor Bazda dan Mess Staf Lapas Tembilahan. Pada bagian belakang bangunan terdapat bak air berbentuk silinder yang terbuat dari bata berspesi yang telah diplester. Ukuran bak air ini sekitar t : 2,50 dan kelilingnya 9,80 m.

Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan ± 8 m x 12 m

Lahan ± 13 m x 17 m

Batas-Batas Cagar Budaya Utara Jalan Gajah Mada

24

Selatan Rumah Penduduk

Timur Rumah Penduduk

Barat Jalan M. Boya

Fungsi awal dan fungsi sekarang Dari awal berdirinya bangunan, tempat ini digunakan sebagai rumah hunian.

Pemilik Pemda Kab. Tembilahan yang dikelola oleh Dinas PU

Pengelola Pemda Kab. Tembilahan yang dikelola oleh Dinas Kesehatan

Foto

Foto Bangunan

25

Foto Lingkungan

Denah Keletakan

Tanggal Pendataan 7 – 14 Juni 2017

Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra

26

10. Rumah H. Husen KOMPONEN DATA

DATA TEKNIS

Nomor Inventaris Cagar Budaya 11/BCB-TB/B/09/2013

Nama Cagar Budaya Rumah H. Husen

Alamat

Jalan Jalan Merdeka No. 13

Dusun/Kampung/Jorong RT 10/RW 05

Desa/Kelurahan/Nagari Pulau Palas

Kecamatan Tembilahan Hulu

Kabupaten Indragiri Hilir

Provinsi Riau

Orbitrasi Cagar Budaya (km)

Ibukota Kab./Kota ± 11 km

Ibukota Prov. ± 460 km

Keletakan Geografis 4 mdpl

Aksesibilitas Cagar Budaya Untuk mencapai lokasi dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat dan dua. Bangunan berada di daerah padat pemukiman dengan bentang lahan datar yang rendah. Pada waktu musim hujan daerah ini sering banjir. Sekitar areal rumah daerah yang padat rumah hunian (perkampungan).

Letak Astronomis 103° 5' 4.500"E 0° 23' 38.200"S (103,084583 ; -0,393944)

Deskripsi Historis Berdasarkan pertanggalan yang terdapat pada dinding rumah bagian atas rumah ini dibangun pada tahun 1933. Berdasarkan keterangan Hj. Aminah (cucu Haji Husen), ini adalah seorang saudagar, tokoh masyarakat dan ulama didaerah Pulau Palas yang berasal dari Banjar (Kalimantan). Kayu sebagai bahan pembuatan rumah serta tukangnya didatangkan dari Banjar (Kalimantan). Sedangkan jenis kayu yang digunakan adalah “kayu kapur”. Sekarang rumah ini ditempati oleh Hj. Aminah.

Deskripsi Arkeologis Rumah Haji Husen merupakan rumah dengan tipe panggung yang berorientasi arah utara. Bangunan Rumah H. Husen memperlihatkan perpaduan gaya arsitektur Tradisional dengan kolonial. Arsitektur tradisional terlihat pada penggunaan komponen bangunan yaitu kayu, bentuk rumah berpanggung. Sementara arsitektur kolonial terlihat pada penggunaan jendela yang berukuran tinggi. Secara keseluruhan bangunan ini berbahan kayu dan beratap seng. Sedangkan pada bagian pondasi tiang panggung berbahan coran semen. Pada dinding bagian atas (sisi utara) terdapat inskripsi pembangunan rumah “1933”. Berdasarkan keterangan Hj. Aminah yang merupakan cucu Haji Husen, rumah ini berbahan “kayu kapur” yang didatangkan dari Banjar (Kalimantan) termasuk tukang pengerjaannya. Sedangkan tiang terbuat dari kayu ulin. Bangunan ini terdiri dari 5 ruangan, yaitu 3 buah kamar tidur, 1 buah ruangan lepas dan 1 buah dapur. Dinding kayu dipasang secara vertikal. Atap bangunan terbuat dari seng berbentuk limas. Jendela dan pintu terbuat dari kayu benrbentuk bukaan dua.

Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan ± 13,5 m x 7,3 m (98,55 m²) tinggi bangunan 6 m.

Lahan ± 12,3 m x 19 m (233,7 m²)

27

Batas-Batas Cagar Budaya Utara Jalan Merdeka

Selatan Rumah Penduduk

Timur Rumah Penduduk

Barat Rumah Penduduk

Fungsi awal dan fungsi sekarang Dari awal pembangunan, bangunan difungsikan sebagai rumah hunian.

Pemilik Hj. Aminah (cucu Haji Husen)

Pengelola Dikelola oleh ahli waris

Foto

Foto Bangunan

28

Foto Lingkungan

Denah Keletakan

Tanggal Pendataan 7 – 14 Juni 2017

Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra

29

11. Pasar Pulau Palas KOMPONEN DATA

DATA TEKNIS

Nomor Inventaris Cagar Budaya 12/BCB-TB/B/09/2013

Nama Cagar Budaya Pasar Pulau Palas

Alamat

Jalan Jalan Merdeka

Dusun/Kampung/Jorong RT 10/RW 05

Desa/Kelurahan/Nagari Pulau Palas

Kecamatan Tembilahan Hulu

Kabupaten Indragiri Hilir

Provinsi Riau

Orbitrasi Cagar Budaya (km)

Ibukota Kab./Kota ± 11 km

Ibukota Prov. ± 460 km

Keletakan Geografis 1 mdpl

Aksesibilitas Cagar Budaya Untuk mencapai lokasi dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat dan dua. Bangunan berada di daerah tepi dermaga Sungai Rokan dengan bentang lahan datar. Sekitar areal bangunan merupakan pusat pertokoan/kedai.

Letak Astronomis 103° 5' 7.500"E 0° 23' 43.900"S (103,085417 ; -0,395528)

Deskripsi Historis Pasar Pulau Palas ini dibangun pada masa kolonial Belanda pada tahun 1936. Dahulunya daerah ini merupakan daerah yang sangat padat pemukimannya. Untuk menunjang sektor perekonomian tersebut, maka didaerah ini dahulunya juga terdapat pelabuhan bea dan cukai, serta dermaga yang terdapat pada sisi timur pasar. Daerah Pulau Palas dikenal juga sebagai salah satu daerah penghasil kopra di Kabupaten Indragiri Hilir. Secara umum komponen-komponen bangunan Pasar Pulau Palas ini masih asli belum ada perubahan.

Deskripsi Arkeologis Pasar Pulau Palas secara administartif berada di Desa Pulau Palas, Kecamatan Tembilahan Hulu dan berada persisi di tepi Sungai Indragiri. Daerah secara geografis merupakan daerah yang sangat strategis mengingat berada tepat disungai Indragiri yang merupakan jalur lintas bagi aktivitas perekonomian dan perdagangan khususnya di daerah Indragiri Hilir (Tembilahan). Bangunan Pasar Pulau Palas merupakan sebuah bangunan berbentuk persegi empat dengan ukuran 40,24 m x 14,35 m dengan tinggi 7 m yang beratap seng, dengan tiang-tiang penyangga tanpa dinding (terbuka). Bangunan memanjang arah utara – selatan. Pada bagian alas (lantai) terbuat dari coran semen. Pada masing-masing sisi timur-barat lantai sedikit ditinggikan ± 75 cm dari bagian lantai tengah. Bagian ini berfungsi sebagai tempat meletakan dagangan. Pada bagian tengah lantai yang rendah merupakan tempat bagi para pengunjung (pembeli). Berdasarkan pengamatan tim, secara keseluruhan komponen bangunan masih asli. Pada areal sekeliling bangunan terdapat bangunan-bangunan ruko (rumah toko) baik bangunan lama maupun baru. Sedangkan pada sisi timur bangunan terdapat sebuah dermaga sebagai penunjang aktivitas perekonomian (bongkar muat bahan/barang dagangan). Berdasarkan

30

keterangan masyarakat dermaga ini sudah ada sejak masa pendirian pasar. Namun sekarang dermaga ini sudah diperbaharui.

Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan ± 40,24 m x 14,35 m (577,44 m²) tinggi bangunan : 7 m

Lahan ± 50 m x 19,35 m (967,5 m²)

Batas-Batas Cagar Budaya Utara Rumah Toko

Selatan Jalan merdeka/kedai

Timur Kedai

Barat Lapangan/rumah toko

Fungsi awal dan fungsi sekarang Dari awal pembangunan sampai sekarang bangunan digunakan sebagai pasar.

Pemilik Masyarakat/Pemda Kabupaten Indragiri Hilir

Pengelola Masyarakat/Pemda Kabupaten Indragiri Hilir

Foto

Foto Bangunan

31

Foto Lingkungan

Denah Keletakan

Tanggal Pendataan 7 – 14 Juni 2017

Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra