Pencucian Uang Bank

40
Pencucian uang merupakan suatu upaya untuk menyembunyikan atau menyamarkan uang yang dihasilkan dari suatu aksi kejahatan, seperti prostitusi, perdagangan obat bius, korupsi, penyelundupan, penipuan, pemalsuan, perjudian, dan lain lain. Uang hasil kejahatan akan dicoba untuk disimpan dalam institusi keuangan (termasuk bank) dan dengan cara tertentu asal usul uang tersebut disamarkan. Untuk selanjutnya, uang tersebut digunakan kembali untuk membiayai aksi kejahatan lainnya, dan mencucinya lagi, demikian seterusnya. Pencucian Uang Untuk mengenal tindakan anti pencucian uang (anti money laundering) terlebih dahulu harus diketahui apa itu pencucian uang. Pencucian uang merupakan suatu upaya untuk menyembunyikan atau menyamarkan uang yang dihasilkan dari suatu aksi kejahatan, seperti prostitusi, perdagangan obat bius, korupsi, penyelundupan, penipuan, pemalsuan, perjudian, dan lain lain. Uang hasil kejahatan akan dicoba untuk disimpan dalam institusi keuangan (termasuk bank) dan dengan cara tertentu asal usul uang tersebut disamarkan. Untuk selanjutnya, uang tersebut digunakan kembali untuk membiayai aksi kejahatan lainnya, dan mencucinya lagi, demikian seterusnya. Pengaruh Pencucian Uang Sebagai akibat dari pencucian uang, aksi kejahatan akan meningkat, yang pada akhirnya akan membahayakan keamanan masyarakat sehingga biaya sosial yang dikeluarkan pemerintah untuk memberantas tindak kejahatan juga akan meningkat. Disamping itu, kegiatan pencucian uang dapat berpengaruh kepada perekonomian, karena ada kemungkinan secara tiba-tiba uang

Transcript of Pencucian Uang Bank

Page 1: Pencucian Uang Bank

Pencucian uang merupakan suatu upaya untuk menyembunyikan atau menyamarkan uang yang dihasilkan dari suatu aksi kejahatan, seperti prostitusi, perdagangan obat bius, korupsi, penyelundupan, penipuan, pemalsuan, perjudian, dan lain lain.

Uang hasil kejahatan akan dicoba untuk disimpan dalam institusi keuangan (termasuk bank) dan dengan cara tertentu asal usul uang tersebut disamarkan. Untuk selanjutnya, uang tersebut digunakan kembali untuk membiayai aksi kejahatan lainnya, dan mencucinya lagi, demikian seterusnya.

Pencucian UangUntuk mengenal tindakan anti pencucian uang (anti money laundering) terlebih dahulu harus diketahui apa itu pencucian uang. Pencucian uang merupakan suatu upaya untuk menyembunyikan atau menyamarkan uang yang dihasilkan dari suatu aksi kejahatan, seperti prostitusi, perdagangan obat bius, korupsi, penyelundupan, penipuan, pemalsuan, perjudian, dan lain lain.

Uang hasil kejahatan akan dicoba untuk disimpan dalam institusi keuangan (termasuk bank) dan dengan cara tertentu asal usul uang tersebut disamarkan. Untuk selanjutnya, uang tersebut digunakan kembali untuk membiayai aksi kejahatan lainnya, dan mencucinya lagi, demikian seterusnya.

Pengaruh Pencucian UangSebagai akibat dari pencucian uang, aksi kejahatan akan meningkat, yang pada akhirnya akan membahayakan keamanan masyarakat sehingga biaya sosial yang dikeluarkan pemerintah untuk memberantas tindak kejahatan juga akan meningkat.

Disamping itu, kegiatan pencucian uang dapat berpengaruh kepada perekonomian, karena ada kemungkinan secara tiba-tiba uang tersebut ditarik dari sistem keuangan Indonesia dalam jumlah besar yang akan berdampak kepada kestabilan nilai rupiah dan suku bunga.

Tindakan Anti Pencucian UangMengingat dampak negatif dari tindakan pencucian uang bisa membahayakan stabilitas negara, maka perlu dilakukan tindakan untuk mencegah terjadinya pencucian uang di Indonesia.

Pemerintah melalui Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) meminta perbankan dan jasa keuangan lainnya untuk melaporkan setiap transaksi yang mencurigakan untuk mengantisipasi tindakan pencucian uang.

Page 2: Pencucian Uang Bank

SanksiMasyarakat wajib mendukung program pemerintah dalam tindakan anti pencucian uang. Pelaku tindakan pencucian uang dapat dikenakan sanksi pidana minimal 5 tahun dan maksimal 15 tahun, serta denda minimal Rp 100 juta dan maksimal Rp 15 miliar.

Sanksi pidana tersebut diberikan kepada:

1. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan pencucian uang.2. Setiap orang yang menerima hasil tindakan pencucian uang.

3. Setiap orang yang tidak melaporkan uang tunai dalam bentuk rupiah minimal sebesar Rp 100 juta, atau dalam mata uang asing yang setara, yang dibawa ke dalam atau ke luar wilayah RI.

MENGENAL MONEY LAUNDERINGDAN TAHAP-TAHAP PROSES PENCUCIAN UANG  

Pasal 1 ayat 1 UU No 25 tahun 2003 berbunyi: Pencucian uang adalah perbuatan menempatkan, mentransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan, membawa keluar negeri, menukarkan , atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau diduga (seharusnya “patut diduga”) merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk menyembunyikan, atau menyamarkan asal usul harta kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah.

Pencucian uang atau money laundering adalah rangkaian kegiatan yang merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi terhadap uang haram , yaitu uang dimaksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul uang tersebut dari pemerintah atau otoritas yang berwenang melakukan penindakan terhadap tindak pidana , dengan cara antara lain dan terutama memasukan uang tersebut kedalam keuangan (financial system) sehingga uang tersebut kemudian dapat dikeluarkan dari system keuangan itu sebagai uang yang halal

Tahap-tahap proses pencucian uang :

Placement : Tahap pertama dari pencucian uang adalah menempatkan (mendepositokan) uang haram tersebut ke dalam system keuangan (financial system). Pada tahap placement tersebut, bentuk dari uang hasil kejahatan harus dikonversi untuk menyembunyikan asal-usul yang tidak sah dari uang itu. Misal, hasil dari perdagangan narkoba uangnya terdiri atas uang-uang kecil dalam tumpukan besar dan lebih berat dari narkobanya, lalu dikonversi ke dalam denominasi uang yang lebih besar. Lalu di depositokan kedalam rekerning bank, dan dibelikan ke instrument-instrumen moneter seperti cheques, money orders dll

Layering : Layering atau heavy soaping, dalam tahap ini pencuci berusaha untuk memutuskan hubungan uang hasil kejahatan itu dari sumbernya, dengan cara memindahkan uang tersebut dari satu bank ke bank lain, hingga beberapa kali. Dengan cara memecah-mecah jumlahnya, dana tersebut dapat disalurkan melalui pembelian dan penjualan investment instrument Mengirimkan dari perusahaan gadungan yang satu ke perusahaan gadungan yang lain. Para pencuci uang juga melakukan dengan mendirikan

Page 3: Pencucian Uang Bank

perusahaan fiktip, bisa membeli efek-efek atau alalt-alat transfortasi seperti pesawat, alat-alat berat dengan atas nama orang lain.

Integration : Integration adakalanya disebut spin dry dimana Uang dicuci dibawa kembali ke dalam sirkulasi dalam bentuk pendapatan bersih bahkan merupakan objek pajak dengan menggunakan uang yang telah menjadi halal untuk kegiatan bisnis melalui cara dengan menginvestasikan dana tersebut kedalam real estate, barang mewah, perusahaan-perusahaan

BEBERAPA MODUS MONEY LAUNDERING

1. Loan Back, yakni dengan cara meminjam uangnya sendiri, Modus ini terinci lagi dalam bentuk direct loan, dengan cara meminjam uang dari perusahaan luar negeri, semacam perusahaan bayangan (immobilen investment company) yang direksinya dan pemegang sahamnya adalah dia sendiri, Dalam bentuk back to loan, dimana si pelaku peminjam uang dari cabang bank asing secara stand by letter of credit atau certificate of deposit bahwa uang didapat atas dasar uang dari kejahatan, pinjaman itu kemudian tidak dikembalikan sehingga jaminan bank dicairkan.

2. Modus operasi C-Chase, metode ini cukup rumit karena memiliki sifat liku-liku sebagai cara untuk menghapus jejak. Contoh dalam kasus BCCI, dimana kurir-kurir datang ke bank Florida untuk menyimpan dana sebesar US $ 10.000 supaya lolos dari kewajiban lapor. Kemudian beberapa kali dilakukan transfer, yakni New York ke Luxsemburg ke cabang bank Inggris, lalu disana dikonfersi dalam bentuk certiface of deposit untuk menjamin loan dalam jumlah yang sama yang diambil oleh orang Florida. Loan buat negara karibia yang terkenal dengan tax Heavennya. Disini Loan itu tidak pernah ditagih, namun hanya dengan mencairkan sertifikat deposito itu saja. Dari Floria, uang terebut di transfer ke Uruguay melalui rekening drug dealer dan disana uang itu didistribusikan menurut keperluan dan bisnis yang serba gelap. Hasil investasi ini dapat tercuci dan aman.

3. Modus transaksi transaksi dagang internasional, Modus ini menggunakan sarana dokumen L/C. Karena menjadi fokus urusan bank baik bank koresponden maupun opening bank adalah dokumen bank itu sendiri dan tidak mengenal keadaan barang, maka hal ini dapat menjadi sasaran money laundrying, berupa membuat invoice yang besar terhadap barang yang kecil atau malahan barang itu tidak ada.

4. Modus penyelundupan uang tunai atau sistem bank paralel ke Negara lain. Modus ini menyelundupkan sejumah fisik uang itu ke luar negeri. Berhubung dengan cara ini terdapat resiko seperti dirampok, hilang atau tertangkap maka digunakan modus berupa electronic transfer, yakni mentransfer dari satu Negara ke negara lain tanpa perpindahan fisik uang itu.

5. Modus akuisisi, yang diakui sisi adalah perusahaanya sendiri.Contoh seorang pemilik perusahaan di indonesia yang memiliki perusahaan secara gelap pula di Cayman Island, negara tax haven. Hasil usaha di cayman didepositokan atas nama perusahaan yang ada di Indonesia. Kemudian perusahaan yang ada di Cayman membeli saham-saham dari perusahaan yang ada di Indonesia (secara akuisisi). Dengan cara ini pemilik perusahaan

Page 4: Pencucian Uang Bank

di Indonesia memliki dana yang sah, karena telah tercuci melalui hasil pejualan saham-sahamnya di perusahaan Indonesia.

6. Modus Real estate Carousel, yakni dengan menjual suatu property berkai-kali kepada perusahaan di dalam kelompok yang sama. Pelaku Money Laundrying memiliki sejumlah perusahaan (pemegang saham mayoritas) dalam bentuk real estate. Dari satu ke lain perusahaan.

7. Modus Investasi Tertentu, Investasi tertentu ini biasanya dalam bisnis transaksi barang atau lukisan atau antik. Misalnya pelaku membeli barang lukisa dan kemudian menjualnya kepada seseorang yang sebenarnya adalah suruhan si pelaku itu sendiri dengan harga mahal. Lukisan dengan harga tak terukur, dapat ditetapkan harga setinggitingginya dan bersifat sah. Dana hasil penjualan lukisan tersebut dapat dikategorikan sebagai dana yang sudah sah.

8. Modus over invoices atau double invoice. Modus ini dilakukan dengan mendirikan perusahaan ekspor-impor negara sendiri, lalu diluar negeri (yang bersistem tax haven) mendirikan pula perusahaan bayangan (shell company). Perusahaan di Negara tax Haven ini mengekspor barang ke Indonesia dan perusahaan yang ada d diluar negeri itu membuat invoice pembelian dengan harga tingi inilah yang disebut over invoice dan bila dibuat 2 invoices, maka disebut double invoices.

9. Modus Perdagangan Saham, Modus ini pernah terjadi di Belanda. Dalam suatu kasus di Busra efek Amsterdam, dengan melibatkan perusahaan efek Nusse Brink, dimana beberapa nasabah perusahaan efek ini menjadi pelaku pencucian uang. Artinya dana dari nasabahnya yang diinvestasi ini bersumber dari uang gelap. Nussre brink membuat 2 (dua) buah rekening bagi nasabah-nasabah tersebut, yang satu untuk nasabah yag rugi dan satu yang memiliki keuntungan. Rekening di upayakan dibuka di tempat yang sangat terjamin proteksi kerahasaannya, supaya sulit ditelusuri siapa benefecial owner dari rekening tersebut.

10. Modus Pizza Cinnction. Modus ini dilakukan dengan mnginvestasikan hasil perdagangan obat bius diinvestasikan untuk mendapat konsesi pizza, sementara sisi lainnya diinvestasikan di Karibia dan Swiss.

11. Modus la Mina, kasus yang dipandang sebagai modus dalam money laundrying terjadi di Amerika Serikat tahun 1990. dana yang diperoleh dari perdagangan obat bius diserahkan kepada perdagangan grosiran emas dan permata sebagai suatu sindikat. Kemudian emas, kemudian batangan diekspor dari Uruguay dengan maksud supaya impornya bersifat legal. Uang disimpan dalam desain kotak kemasan emas, kemudian dikirim kepada pedagang perhiasan yang bersindikat mafia obat bius. Penjualan dilakukan di Los Angeles, hasil uang tunai dibawa ke bank dengan maksud supaya seakan-akan berasal dari kota ini dikirim ke bank New York dan dari kota ini di kirim ke bank New York dan dari kota ini dikirim ke bank Eropa melalui Negara Panama. Uang tersebut akhirnya sampai di Kolombia guna didistribusi dalam berupa membayar onkosongkos, untuk investasi perdagangan obat bius, tetapi sebagian untuk unvestasi jangka panjang.

Page 5: Pencucian Uang Bank

12. Modus Deposit taking, Mendirikan perusahaan keuangan seperti Deposit taking Institution (DTI) Canada. DTI ini terkenal dengan sarana pencucian uangnya seperti chartered bank, trust company dan credit union. Kasus Money Laundrying ini melibatkan DTI antara lain transfer melalui telex, surat berharga, penukaran valuta asing, pembelian obligasi pemerintahan dan teasury bills.

13. Modus Identitas Palsu, Yakni memanfaatkan lembaga perbankan sebagai mesin pemutih uang dengan cara mendepositokan dengan nama palsu, menggunakan safe deposit box untuk menyembunyikan hasil kejahatan, menyediakan fasilatas transfer supaya dengan mudah ditransfer ke tempat yang dikehendaki atau menggunakan elektronic fund transfer untuk melunasi kewajiban transaksi gelap, menyimpan atau mendistribusikan hasil transaksi gelap itu.

MODUS DAN MISTERI PENEMPATAN DANA ( PLACEMENT )

Apa dan bagaimana kebijakan penempatan dana ? Seandainya Anda seorang Direktur Investasi dari Dana Pensiun atau Jamsostek atau BUMN. Atau yang lebih sederhana, apabila Anda seorang Direktur Utama (CEO) suatu perusahaan besar, yang mempunyai manajer treasury tersendiri atau dalam kalangan perbankan disebutnasabah korporasi, bagaimana Anda akan menempatkan dana yang idle ?

Bagi orang-orang yang bersifat konservatif , maka penempatan dana umumnya dilakukan di deposito. Mengapa? Karena bunga cukup tinggi, pendapatan TETAP, risiko rendah. Dulu bahkan bunga Deposito pada tahun 2001 mencapai 17% per annum. Saat ini bunga deposito bergerak turun, hal ini mencerminkan kondisi perbankan di Indonesia telah membaik. Mungkin bagi manajer investasi di Dana Pensiun atau Jamsostek, wajar harus menghitung ulang investasinya, karena mereka bertanggung jawab agar hasil bunga/keuntungan penempatan dana dapat mencukupi pembayaran para pensiunan. Jika bunga deposito melorot terus, maka bisa-bisa uang untuk membayar para pensiunan tidak akan mencukupi. Sehingga penempatan dana pun beralih kepada Obligasi atau ke reksadana, namun walau suku bunga deposito dibawah 7% per annum, ada upaya penempatan danadengan negosiasi special rate atau Extra rate bahkan plus premium.

Pada saat ini nasabah korporasi masih menjadi andalan bagi unit corporate banking. Kerjasama saling menguntungkan antar korporasi ini diduga dilakukan melalui kedekatan personal. Banyak bank yang mempraktekkan corporate banking dengan modal kenalan atau kedekatan CEO si pembuat kebijakan korporasi. Negosiasi penempatan dana dan rate serta kompensasi sudah menjadi wewenang dan keputusan CEO. Tapi, apa yang terjadi jika sewaktu-waktu dana korporasi itu dinyatakan hilang atau dibobol? Rahasia dibalik hubungan baik dalam penempatan dana itu akan menjadi masalah ketika dana korporasi itu dinyatakan hilang atau dibobol penjahat perbankan. Hilangnya dana korporasi di bank tidak jarang menyeret aparat kepolisian untuk melacak sebab akibatnya. Bahkan tidak jarang, raibnya dana korporasi tersebut melibatkan nasabah dan pegawai bank itu sendiri. Apalagi kalau ternyata ditemukan motivasi penempatan dana itu karena adanya imbal balik fee dan kedekatan diantara CEO. Bukan tidak mungkin diantara CEO tersebut malah diduga terlibat dalam penggelapan dana korporasi. Kejahatan perbankan nasional masih relatif konvensional, seperti perampokan, pemalsuan dokumen seperti L/C, bilyet deposito, cheque, bahkan pembobolan rekening nasabah oleh oknum dalam bank

Page 6: Pencucian Uang Bank

dan kolusi antara orang dalam dan luar bank .Lalu kenapa kenapa penempatan dana sangat dekat kaitannya dengan pembobolan bank, jawabannya karena setiap dana nasabah yang hilang biasanya Bank akan menggantinya ? Apakah ini sebuah permainan ? Ini masih merupakan misteri penempatan dana ???!!!!!!

Kasus Batam Terbesar di Indonesia

TAHUN-tahun terakhir, kata pencucian uang atau money loundry kian akrap di telinga. Sebab kejahatan yang termasuk baru ini, kian marak terjadi di Indonesia dan telah banyak kasusnya terbongkar dan beberapa diantaranya telah dijatuhi hukuman. Dari kasus yang ada, ternyata Batam menduduki peringkat pertama jumlah transaksi keuangan yang mencurigakan.Dari laporan yang disampaikan Hatief Hadikoesoemo selaku Direktur Pengawas Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Indonesia, mulai 2001 sampai dengan Desember 2007 lalau, pihaknya telah menerima 12.624 laporan transaksi keuangan mencurigakan (LTKM) dari seluruh Indonesia. Dan khusus di  2007 jumlah LTKM-nya 5.831.Dari jumlah tersebut, pelaporan yang paling banyak dilakukan bank-bank swasta (4414 LTKM), bank pemerintah (3417 LTKM), bank perkreditan rakyat (2.630 LTKM), bank asing (1156), dan asuransi, dana pensiun, manager investasi sebanyak 597 LTKM. Sementara lebihnya berasal dari bank joint venture, bank rural, perusahaan sekuritas, lembaga keuangan, dan pedagang valuta asing.“Sekian LTKM yang kami terima, kami pelajar. Dan sebanyak 533 LKTM telah kami serahkan kasusnya kepada pihak berwajib untuk ditindak secara hukum. Dari data tersebut, sebanyak 8 kasus memang murni tindakan pencucian uang dimana pelakunaya sudah dijatuhi hukuman,”terang Hatief di hadapan peserta Sosialisasi dan Diskusi Panel Pedagang Valuta Asing (PVA) Berizin Cegah Money Loundry di ball room Panorama Regency, Selasa (13/2).Beragam modus yang bisa dilakukan para pelaku tindakan money loundry. Salah satunya membawa uang tunai melalui pelabuhan. Modus ini sangat sering terjadi di Batam dan telah menempatkan kota industri ini sebagai kota tertinggi jumlah transaksi keuangan mencurigakannya yakni sebanyak 1.219 LKTM.Apa dan bagaimana money loundry tersebut? Berikut pemaparan Hatief dalam sosialiasi yang ditaja Bank Indonesia Batam dan dihadiri para pelaku industri keuangan seperti bank, PVA, perusahaan sekuritas, asuransi, lembaga keuangan, dan pelaku bisnis pariwisata.Sesuai Undang-undang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) pasal 1 angka 1 telah didefenisikan pencucian uang itu adalah perbuatan menempatkan, mentransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan, atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindakan pidana dengan maksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harga kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harga kekayaan yang sah.Dengan defenisi tersebut jelas bahwa tindakan apapun yang bersumber dari dana yang tidak sah seperti hasil korupsi, penyuapan, penyelundupan barang, penyelundupan tenaga kerja, perdagangan orang (trafficking), judi, obat bius, perampokan, dan tindakan pidana lainnya, termasuk dalam tindakan pidana pencucian uang. (sri murni)

Uang Diputar di Banyak Bank

BERAGAM cara dilakukan pelaku tindak pidana pencucian uang (money loundry) agar uang

Page 7: Pencucian Uang Bank

yang didapatkan secara tidak sah bisa dianggap seolah-olah sah. Hatief Hadikoesoem selaku Direktur Pengawas Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Indonesia, memaparkan ada tiga mekanisme proses pencucian uang.Pertama, setelah pelaku mendapatkan uang secara tidak sah yang bisa bersumber dari penyuapan, korupsi, penyelundupan barang, penyelundupan manusia, perdagangan manusia (trafficking), perdagangan narkoba, perampokan, perjudian, dan tindakan lain yang melanggar hukum, pelaku akan menempatkan uang tersebut ke dalam sistem keuangan.Penampatan bisa dilakukan di bank, baik bank umum pemerintah, bank umum swasta, bank perkreditan rakyat, bank asing, bank rural, maupun bank joint venture. Uang juga bisa ditempatkan di perusahaan sekuritas dan pasar modal dengan membeli saham-saham. Bisa pula di lembaga keuangan, asuransi, dana pensiun, dan manajer investasi.Biasanya pelaku tidak menempatkan uang tersebut di satu tempat, melainkan dibagi-bagi ke beberapa tempat. Jangka waktu penempatan biasanya juga tidak lama karena akan mudah dilacak. Setelah beberapa saat ditempatkan, uang tersebut langsung akan dipindahkan ke tempat-tempat penyimpanan lain dalam banyak bentuk transaksi keuangan. Tujuannya, agar asal usul uang tersebut sulit dilacak (audit trail). Proses pemindahan atau mengubah bentuk dana melalui transaksi keuangan yang kompleks inilah yang disebut proses layering.Proses ketiga adalah integration yang memiliki pengertian mengembalikan dana yang telah tampak sah kepada pemiliknya sehingga bisa digunakan dengan aman. Sehingga pelaku bisa dengan mudah berkelit dan lepas dari pelacakan tindak pidana pencucian uang.Selain menggunakan ruang lingkup bisnis keuangan, agar uang haram yang didapat dianggap seolah-olah sah, pelaku biasnya membelanjakan uangnya untuk produk-produk mahal, seperti properti, mobil, motor, dan lainnya. Tidak jarang, pelaku juga menginvestasikan uang tersebut dalam bisnis di sektor ril seperti membuka usaha industri atau membantu permodalan di perusahaan-perusahaan.“Proses transfer dana ini tidak hanya berlangsung di bank-bank dalam satu negara melainkan juga ke bank-bank luar negeri,”ujar Hatief. (sri murni)

Harus Curigai Transaksi Besar

KERJASAMA lembaga-lembaga keuangan seperti bank, pedagang valuta asing, perusahaan asuransi, sekuritas, manajer investasi, dan dana pensiun sangat penting untuk mencegah tindak pidana pencucian uang.Pemerintah melalui Bank Indonesia dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Indonesia, telah menetapkan agar lembaga-lembaga keuangan teliti dalam setiap transaksi keuangan yang dilakukan.Hatief Hadikoesoem selaku Direktur Pengawas Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Indonesia menjelaskan, setiap lembaga keuangan di atas wajib membuat laporan transaksi keungan mencurigakan (LTKM), laporan transaksi keuangan tunai (LTKT) dan laporan pembawaan uang tunai (LPTU) atau cross border cash carrying yang biasanya dilakukan bea dan cukai.“LTKM harus dibuat kalau ada transaksi yang tidak wajar. Misalnya mentransfer dana dalam jumlah besar, membuka deposito dalam jumlah besar, dan tindakan lain dari nasabah yang di luar kebiasaannya,”ungkap Hatief.Beberapa ciri transaksi tidak wajar diantaranya, nasabah melakukan transaksi yang menyimpang dari karakteristik atau pola kebiasaan transaksi. Misalnya, menyetorkan uang deposito dalam

Page 8: Pencucian Uang Bank

jumlah cukup besar. Ketika ditanya untuk mengisi prosedur informasi nasabah, biasanya ia berkelit dan tidak mau diketahui sumber dana tersebut.Padahal, untuk bank dan PVA sudah ditentukan menggunakan prinsip know you costumer  (KUC) yang intinya menanyakan informasi kepada nasabah tentang asal dan kegunaan dana nasabah.“Kalau ada nasabah atau calon nasabah yang mau menyimpan uang dalam jumlah besar kemudian dia menolak memberikan informasi sumber uang tersebut dan memilih untuk tidak menyimpan uang di bank, itu patut dicurigai. Bank jangan asal menerima dana. Mentang-mentang ada orang membawa banyak uang, kemudian begitu saja menerimanya tanpa mengetahui informasi asal uang tersebut,”pinta Hatief.Jika menemukan nasabah yang seperti itu, lanjut Hatief, bank harus segera membuat LTKM dan melaprokan kepada PPATK. Pelaporan dibuat paling lambat tiga hari kerja setelah kejadian. Sementara, kecurigaan juga perlu dilakukan untuk transasi keuangan tunai.Misalnya, seseoang menukar uang rupiah atau mata uang asing di PVA dalam jumlah komulatif Rp 500 juta ke atas, baik dilakukan satu kali maupun berulang-ulang. Transaksi bisa berupa penerimaan uang di rekening bank, penyetoran, penitipan baik yang dilakukan dengan uang tunai atau surat berharga seperti traveller cheque, cek, maupun bilyet giro. Pelaporan transaksi uang tunai ini harus dilakukan paling lambar 14 hari kerja setelah kejadian.Sedangkan untuk pembawaan uang tunai ke luar negara RI, hanya diperbolehkan dalam jumalh tidak sampai Rp 100 juta. Jika melebihi jumlah tersebut, si pembawa uang diharuskan membuat laporan ke Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Dan Ditjen BC diwajibkan melaporkan kejadian tersebut kepada PPATK paling lambat lima hari setelah kejadian. (sri murni)

SECARA alamiah, bank merupakan tempat paling nyaman untuk mencuci uang dan private banking dikenal sebagai  salah satu produk bank yang berisiko tinggi digunakan oleh para kriminal  sebagai sarana pencucian uang.  Tingginya risiko produk bank ini karena private banking  menawarkan jasa khusus dan bersifat personal kepada nasabah tertentu seperti pejabat publik, pengusaha, penasehat investasi dan politisi termasuk keluarga dan relasi mereka. Itu sebabnya, terhadap nasabah private banking,  bank diwajibkan melakukan proses identifikasi yang lebih mendalam dan menyeluruh untuk mengetahui sumber pendapatan/kekayaan, kebutuhan dan transaksi yang diinginkan oleh nasabah tersebut. Bank diwajibkan pula mendokumentasikan secara lengkap bentuk dan jenis transaksi yang diinginkan nasabah private banking. Kompleksitas  hubungan antara bank dan nasabah private banking memerlukan  sistem yang harus didisain khusus untuk mengawasi dan melaporkan aktivitas yang mencurigakan dari nasabah tersebut agar bank dapat mengevaluasi secara objektif dan rasional  seluruh aktivitas mereka.

Bank memang bukan satu-satunya tempat mencuci uang. Secara teoritis, ada  tiga metode yang dapat digunakan para kriminal memecah uang hasil kejahatan  dengan maksud  mengaburkan asal usul uang  tersebut dan kemudian menyatukannya kembali  untuk digunakan secara normal. Pertama, melibatkan sistem keuangan antara lain dengan menggunakan cek/surat berharga dan transfer elektronis. Kedua,  pemindahan secara fisik dengan menggunakan jasa pengirim uang atau menyeludupkan uang  tersebut ke luar negeri. Ketiga, menggunakan dokumen perdagangan  barang atau jasa palsu.  Metode pertama merupakan metode yang paling banyak digunakan karena secara alamiah kegiatan usaha bank kondusif untuk digunakan menyembunyikan uang.  Tingginya risiko bank digunakan sebagai sarana pencucian uang menyebabkan otoritas

Page 9: Pencucian Uang Bank

perbankan mewajibkan bank berperan aktif  dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang. Bank  dijadikan  ujung tombak  rejim anti pencucian uang, bahkan sebelum kegiatan pencucian yang ditetapkan pemerintah sebagai kejahatan. Bank  bersama-sama dengan karyawannya berada di lini terdepan dalam upaya memerangi aktifitas keuangan illegal. Untuk alasan itu bank  diwajibkan  mengambil langkah-langkah konkrit untuk melakukan indentifikasi, memperkecil dan mengelola setiap risiko yang berasal dari uang haram yang mengancam individual bank dan industri perbankan. Untuk dapat melakukan kewajibannya tersebut, bank harus memiliki mekanisme kontrol dan mekanisme manajemen risiko serta   memiliki sumber daya yang cukup. Bank   diwajibkan  melakukan customer due delegence (CDD) agar dapat melaporkan transaksi keuangan mencurigakan dan  transaksi tunai serta transfer lintas negara. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah dipergunakannya bank sebagai sarana pencucian uang.

Kealpaan melakukan CDD menyebabkan bank dapat dikenakan sanksi administratif berupa :

1. teguran tertulis;2. penurunan tingkat kesehatan bank;

3. pembekuan kegiatan usaha tertentu, baik untuk kantor cabang tertentu maupun untuk bank secara keseluruhan;

4. pemberhentian pengurus bank dan selanjutnya menunjuk dan mengangkat pengganti sementara sampai Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota Koperasi mengangkat pengganti yang tetap dengan persetujuan BI, atau;

5. pencantuman anggota pengurus, pegawai bank, pemegang saham dalam daftar orang tercela di bidang Perbankan.

Disamping sanksi administratif, terhadap anggota dewan komisaris, direksi atau pegawai bank dapat  pula dengan sanksi pidana. Bahkan bank sebagai badan hukum juga dapat dikenakan sanksi pidana karena melakukan kejahatan pencucian uang. Memang,  untuk dapat dijatuhi tindak pidana korporasi, undang-undang menetapkan persyaratan yang ketat. Pasal 6 Undang-Undang No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang menetapkan pidana dijatuhkan terhadap bank apabila tindak pidana pencucian uang:

1. dilakukan atau diperintahkan oleh personil pengendali korporasi;2. dilakukan dalam rangka pemenuhan maksud dan tujuan korporasi;

3. dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsi pelaku atau pemberi perintah; dan

4. dilakukan dengan maksud memberikan manfaat bagi korporasi.

Keempat persyaratan diatas bersifat kumulatif bukan alternatif. Artinya agar bank sebagai badan hukum dapat dijatuhi sanksi pidana maka keempat persyaratan tersebut harus dipenuhi.  

Sebagai penyeimbang dan untuk memberikan kepastian akan jaminan keamanan bagi bank dalam pelaksanaan penyampaian laporan undang-undang secara tegas menetapkan bahwa bank pejabat dan pegawainya tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana atas pelaksanaan kewajiban pelaporan. Klausula ini merupakan safe harbor bagi bank  dalam menjalankan

Page 10: Pencucian Uang Bank

kewajibannya. Immunitas seperti ini juga diterapkan di  AS. Bahkan ruang lingkup perlindungan hukum yang diberikan kepada bank dan karyawannya sangat luas. Luasnya perlindungan hukum tersebut disimpulkan dari keputusan pengadilan dalam perkara Whitney Nat’l Bank v. Karam. Dalam perkara  tersebut pengadilan memutuskan bank tidak perlu mengungkapkan catatan bank kepada pihak lain untuk  membuktikan:

1. keberadaan atau isi laporan transaksi mencurigakan;2. komunikasi yang berkaitan dengan penyampaian transaksi mencurigakan atau isinya;

3. komunikasi dengan otoritas dalam penyampaian laporan atau persiapan membuat laporan;

4. komunikasi dengan otoritas setelah laporan transaksi mencurigakan disampaikan; atau

5. keberadaan atau isi kominikasi lisan dengan otoritas berkaitan dengan kecurigaan atau kemungkinan pelanggaran hukum atau regulasi yang tidak jadi dilaporkan.

Luasnya cakupan perlindungan tersebut dimaksudkan agar bank tidak ragu menyampaikan laporan sebagaimana yang diwajibkan oleh undang-undang.

Proteksi lain yang diberikan kepada bank dalam menjalankan kewajibannya sebagai garda terdepan pencegahan tindak pidana pencucian uang adalah kehadiran Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Secara konseptual,  PPATK  adalah unit intelijen keuangan (Financial Inteligent Unit/FIU). Pendirian suatu lembaga sebagai perantara antara bank  dengan lembaga penegak hukum dimaksudkan untuk menjaga reputasi bank sebagai lembaga  kepercayaan.  Kepercayaan terhadap bank dapat terus terjaga  karena bank  tidak diwajibkan melaporkan transaksi keuangan mencurigakan, laporan transaksi tunai dan transfer lintas negara langsung kepada lembaga penegah hukum. Bank  cukup melaporkan transaksi-transaksi tersebut  kepada FIU yang notabene adalah lembaga sipil. FIU  kemudian melakukan pemeriksaan untuk memastikan laporan yang diterimanya dari bank mengandung unsur tindak pidana sebelum akhirnya memutuskan untuk melaporkan adanya unsur tindak pidana tersebut kepada aparat penegak hukum. Dengan pengaturan seperti itu,  bank tidak berinteraksi langsung dengan aparat penegak hukum. Manfaat lain  kehadiran FIU adalah  untuk mengurangi kemungkinan nasabah bank yang tidak berdosa harus berhadapan dengan aparat penegak hukum. Singkat kata, potensi bank sebagai tempat nyaman pencucian uang sekaligus menjadikan bank sebagai garda terdepan mencegah dan memberantas pencucian uang. Untuk itu semua pihak yang terlibat dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang perlu memberikan perlindungan terhadap bank agar kepercayaan masyarakat kepada bank tetap terjaga. Tidak ada satupun  bank  dapat terus hidup tanpa kepercayaan masyarakat.

Pencucian uang (Money Laundering) adalah suatu upaya perbuatan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang/dana atau Harta Kekayaan hasil tindak pidana melalui berbagai transaksi keuangan agar uang atau Harta Kekayaan tersebut tampak seolah-olah berasal dari kegiatan yang sah/legal. Oleh karena itu, tindak pidana Pencucian Uang tidak hanya mengancam stabilitas dan integritas sistem perekonomian dan sistem keuangan, melainkan juga dapat membahayakan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Page 11: Pencucian Uang Bank

 

Dengan adanya dinamika nasional, regional maupun global yang diiringi dengan perkembangan produk, aktivitas dan teknologi informasi bank yang semakin kompleks, sehingga berpotensi akan meningkatkan peluang bagi para pelaku kejahatan untuk menyalahgunakan fasilitas dan produk perbankan sebagai sarana pencucian uang dan pendanaan terorisme, dengan modus operandi yang lebih canggih. Serta Rekomendasi Financial Action Task Force (FATF) juga mengalami penyesuaian sehingga menjadi lebih komprehensif dalam mendukung upaya pencegahan tindak pidana pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme. Maka upaya yang dilakukan oleh Bank Indonesia yaitu menerbitkan dan melakukan penyesuaian atas Peraturan Bank Indonesia No.11/28/PBI/2009 yang diterbitkan oleh Bank Indonesia pada 1 Juli 2009 menjadi Peraturan Bank Indonesia No.14/27/PBI/2012 tentang “Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum” tertanggal 28 Desember 2012 dengan tujuan pencapaian harmonisasi dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan standar internasional.

 

II. Perbedaan PBI Nomor 11/28/PBI/2009 dengan PBI Nomor 14/27/PBI/2012

a. Pengaturan mengenai transfer dana

b. Pengendalian mengenai area beresiko tinggi

c. Pengaturan Customer Due Dilligence (CDD) sederhana khususnya dalam rangka mendukung dengan strategi nasional dan global keuangan inklusif (financial inclusion).

d. Pengaturan mengenai Cross Border Correspondent Banking

e. Pengaturan mengenai sanksi.

 

III. PERATURAN BANK INDONESIA No.14/27/PBI/2012

A. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh Bank Pengirim Dalam Hal melakukan Transfer Dana baik Dalam Wilayah Indonesia (Domestic) atau luar Wilayah Indonesia (Foreign) yaitu:

Bank Pengirim wajib memperoleh informasi dan melakukan identifikasi serta verifikasi terhadap Nasabah/WIC (Walk in Customer) pengirim dan/atau Nasabah/WIC penerima, paling kurang meliputi:

i. nama Nasabah atau WIC pengirim;

ii. nomor rekening Nasabah pengirim;

Page 12: Pencucian Uang Bank

iii. alamat Nasabah atau WIC pengirim;

iv. nomor dokumen identitas, nomor identifikasi, atau tempat dan tanggal lahir dari Nasabah atau WIC pengirim;

v. sumber dana Nasabah atau WIC pengirim

vi. nama Nasabah atau WIC penerima; vii. nomor rekening Nasabah penerima;

viii. alamat WIC penerima;

ix. jumlah uang dan jenis mata uang; dan

x. tanggal transaksi

 

B. Pihak yang tergolong dalam area berisiko tinggi serta kewajiban yang harus dilakukan bank (pengendalian bank) terhadap area beresiko tinggi tersebut, antara lain:

Nasabah, WIC, atau Beneficial Owner yang masuk dalam area berisiko tinggi adalah Nasabah, WIC, atau Beneficial Owner yang:

i. Tergolong PEP (Politically Exposed Person)

ii. menggunakan produk perbankan yang berisiko tinggi untuk digunakan sebagai sarana pencucian uang atau pendanaan teroris;

iii. melakukan transaksi dengan pihak yang berasal dari negara berisiko tinggi;

iv. melakukan transaksi tidak sesuai dengan profil; atau v. merupakan pihak yang terkait dengan PEP.

Terhadap Nasabah, WIC, atau Beneficial Owner yang masuk dalam area berisiko tinggi (tergolong berisiko tinggi), Bank wajib melakukan:

i. EDD (Enhanced Due Dilligence) secara berkala paling kurang berupa analisis terhadap informasi mengenai Nasabah atau Beneficial Owner, sumber dana, tujuan transaksi, dan hubungan usaha dengan pihak-pihak yang terkait; dan

ii. pemantauan yang lebih ketat terhadap Nasabah atau Beneficial Owner.

 

C. Pengaturan CDD (Customer Due Diligence) untuk global keuangan inklusif (financial inclusion):

Page 13: Pencucian Uang Bank

Calon Nasabah yang terkait dengan global keuangan inklusif (financial inclusion) adalah calon nasabah yang:

i. Tujuan pembukaan rekening terkait dengan program Pemerintahan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pengentasan kemiskinan, atau;

ii. jumlah setoran awal paling besar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah), maksimum saldo pada akhir bulan paling banyak sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), dan maksimum transaksi dalam 1 (satu) bulan sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).

Terhadap Calon Nasabah tersebut, Bank wajib meminta informasi nama lengkap termasuk nama alias apabila ada, alamat tempat tinggal sesuai dokumen identitas dan alamat tempat tinggal lain apabila ada, tempat dan tanggal lahir, dan pekerjaan

 

D. Apabila bank menyediakan jasa Cross Border Correspondent Banking, siapakah yang bertanggungjawab terhadap hubungan usaha dengan penyediaan jasa dimaksud?

Yang bertanggung jawab atas hubungan usaha dengan Bank Penerima dan/atau Bank Penerus dalam rangka penyediaan jasa Cross Border Correspondent Banking adalah Pejabat Senior Bank tersebut yaitu Pejabat Eksekutif sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai bank umum dan telah memiliki pengetahuan dan/atau pengalaman mengenai anti pencucian uang atau pencegahan pendanaan terorisme, misalnya kepala divisi atau kepala bagian di kantor pusat Bank atau pimpinan di kantor cabang Bank.

E. Sanksi yang dikenakan kepada Bank yang tidak melaksanakan kebijakan dan prosedur yang tertuang dalam pedoman pelaksanaan program APU (Anti Pencucian Uang) dan PPT (Pencegahan Pendanaan Terorisme):

Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) merupakan upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme. Bank akan dikenakan sanksi administratif berupa kewajiban membayar paling banyak sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) apabila tidak melaksanakan kebijakan dan prosedur yang tertuang dalam pedoman pelaksanaan program APU dan PPT yang berdampak signifikan terhadap pelaksanaan program APU dan PPT antara lain menimbulkan dampak risiko reputasi bagi Bank.

Peraturan Bank Indonesia No.14/27/PBI/2012 diberlakukan sejak tanggal 28 Desember 2012, harapannya dengan diberlakukannya peraturan baru ini, maka kegiatan serta ancaman teroris dapat diminimalisir dan dicegah sejak dini, dimana dalam hal ini yaitu pencegahan pendistribusian pendanaan teroris melalui sektor perbankan. Bantuan dan dukungan dari kita semua juga sangat berarti demi kelangsungan dan keberhasilan atas upaya yang dilakukan Bank Indonesia ini.

Page 14: Pencucian Uang Bank

Pencucian uang (Money Laundering) adalah suatu upaya perbuatan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang/dana atau Harta Kekayaan hasil tindak pidana melalui berbagai transaksi keuangan agar uang atau Harta Kekayaan tersebut tampak seolah-olah berasal dari kegiatan yang sah/legal. Oleh karena itu, tindak pidana Pencucian Uang tidak hanya mengancam stabilitas dan integritas sistem perekonomian dan sistem keuangan, melainkan juga dapat membahayakan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

 

Dengan adanya dinamika nasional, regional maupun global yang diiringi dengan perkembangan produk, aktivitas dan teknologi informasi bank yang semakin kompleks, sehingga berpotensi akan meningkatkan peluang bagi para pelaku kejahatan untuk menyalahgunakan fasilitas dan produk perbankan sebagai sarana pencucian uang dan pendanaan terorisme, dengan modus operandi yang lebih canggih. Serta Rekomendasi Financial Action Task Force (FATF) juga mengalami penyesuaian sehingga menjadi lebih komprehensif dalam mendukung upaya pencegahan tindak pidana pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme. Maka upaya yang dilakukan oleh Bank Indonesia yaitu menerbitkan dan melakukan penyesuaian atas Peraturan Bank Indonesia No.11/28/PBI/2009 yang diterbitkan oleh Bank Indonesia pada 1 Juli 2009 menjadi Peraturan Bank Indonesia No.14/27/PBI/2012 tentang “Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum” tertanggal 28 Desember 2012 dengan tujuan pencapaian harmonisasi dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan standar internasional.

 

II. Perbedaan PBI Nomor 11/28/PBI/2009 dengan PBI Nomor 14/27/PBI/2012

a. Pengaturan mengenai transfer dana

b. Pengendalian mengenai area beresiko tinggi

c. Pengaturan Customer Due Dilligence (CDD) sederhana khususnya dalam rangka mendukung dengan strategi nasional dan global keuangan inklusif (financial inclusion).

Page 15: Pencucian Uang Bank

d. Pengaturan mengenai Cross Border Correspondent Banking

e. Pengaturan mengenai sanksi.

 

III. PERATURAN BANK INDONESIA No.14/27/PBI/2012

A. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh Bank Pengirim Dalam Hal melakukan Transfer Dana baik Dalam Wilayah Indonesia (Domestic) atau luar Wilayah Indonesia (Foreign) yaitu:

Bank Pengirim wajib memperoleh informasi dan melakukan identifikasi serta verifikasi terhadap Nasabah/WIC (Walk in Customer) pengirim dan/atau Nasabah/WIC penerima, paling kurang meliputi:

i. nama Nasabah atau WIC pengirim;

ii. nomor rekening Nasabah pengirim;

iii. alamat Nasabah atau WIC pengirim;

iv. nomor dokumen identitas, nomor identifikasi, atau tempat dan tanggal lahir dari Nasabah atau WIC pengirim;

v. sumber dana Nasabah atau WIC pengirim

vi. nama Nasabah atau WIC penerima; vii. nomor rekening Nasabah penerima;

viii. alamat WIC penerima;

ix. jumlah uang dan jenis mata uang; dan

x. tanggal transaksi

 

B. Pihak yang tergolong dalam area berisiko tinggi serta kewajiban yang harus dilakukan bank (pengendalian bank) terhadap area beresiko tinggi tersebut, antara lain:

Nasabah, WIC, atau Beneficial Owner yang masuk dalam area berisiko tinggi adalah Nasabah, WIC, atau Beneficial Owner yang:

i. Tergolong PEP (Politically Exposed Person)

ii. menggunakan produk perbankan yang berisiko tinggi untuk digunakan sebagai sarana pencucian uang atau pendanaan teroris;

Page 16: Pencucian Uang Bank

iii. melakukan transaksi dengan pihak yang berasal dari negara berisiko tinggi;

iv. melakukan transaksi tidak sesuai dengan profil; atau v. merupakan pihak yang terkait dengan PEP.

Terhadap Nasabah, WIC, atau Beneficial Owner yang masuk dalam area berisiko tinggi (tergolong berisiko tinggi), Bank wajib melakukan:

i. EDD (Enhanced Due Dilligence) secara berkala paling kurang berupa analisis terhadap informasi mengenai Nasabah atau Beneficial Owner, sumber dana, tujuan transaksi, dan hubungan usaha dengan pihak-pihak yang terkait; dan

ii. pemantauan yang lebih ketat terhadap Nasabah atau Beneficial Owner.

 

C. Pengaturan CDD (Customer Due Diligence) untuk global keuangan inklusif (financial inclusion):

Calon Nasabah yang terkait dengan global keuangan inklusif (financial inclusion) adalah calon nasabah yang:

i. Tujuan pembukaan rekening terkait dengan program Pemerintahan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pengentasan kemiskinan, atau;

ii. jumlah setoran awal paling besar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah), maksimum saldo pada akhir bulan paling banyak sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), dan maksimum transaksi dalam 1 (satu) bulan sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).

Terhadap Calon Nasabah tersebut, Bank wajib meminta informasi nama lengkap termasuk nama alias apabila ada, alamat tempat tinggal sesuai dokumen identitas dan alamat tempat tinggal lain apabila ada, tempat dan tanggal lahir, dan pekerjaan

 

D. Apabila bank menyediakan jasa Cross Border Correspondent Banking, siapakah yang bertanggungjawab terhadap hubungan usaha dengan penyediaan jasa dimaksud?

Yang bertanggung jawab atas hubungan usaha dengan Bank Penerima dan/atau Bank Penerus dalam rangka penyediaan jasa Cross Border Correspondent Banking adalah Pejabat Senior Bank tersebut yaitu Pejabat Eksekutif sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai bank umum dan telah memiliki pengetahuan dan/atau pengalaman mengenai anti pencucian uang atau pencegahan pendanaan terorisme, misalnya kepala divisi atau kepala bagian di kantor pusat Bank atau pimpinan di kantor cabang Bank.

Page 17: Pencucian Uang Bank

E. Sanksi yang dikenakan kepada Bank yang tidak melaksanakan kebijakan dan prosedur yang tertuang dalam pedoman pelaksanaan program APU (Anti Pencucian Uang) dan PPT (Pencegahan Pendanaan Terorisme):

Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) merupakan upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme. Bank akan dikenakan sanksi administratif berupa kewajiban membayar paling banyak sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) apabila tidak melaksanakan kebijakan dan prosedur yang tertuang dalam pedoman pelaksanaan program APU dan PPT yang berdampak signifikan terhadap pelaksanaan program APU dan PPT antara lain menimbulkan dampak risiko reputasi bagi Bank.

Peraturan Bank Indonesia No.14/27/PBI/2012 diberlakukan sejak tanggal 28 Desember 2012, harapannya dengan diberlakukannya peraturan baru ini, maka kegiatan serta ancaman teroris dapat diminimalisir dan dicegah sejak dini, dimana dalam hal ini yaitu pencegahan pendistribusian pendanaan teroris melalui sektor perbankan. Bantuan dan dukungan dari kita semua juga sangat berarti demi kelangsungan dan keberhasilan atas upaya yang dilakukan Bank Indonesia ini.

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG(MONEY LAUNDERING)1. SejarahMoney laundering sebagai salah satujenis kejahatan kerah putih (whitecollar crime) yang sebenarnya sudahada sejak tahun 1967. Pada saat itu,seorang perompak di laut, HenryEvery, dalam perompakannya terakhirmerompak kapal Portugis berupaberlian senilai £325.000 poundsterling(setara Rp5.671.250.000). Harta rampokan tersebut kemudian dibagibersama anak buahnya, dan bagian Henry Every ditanamkan pada transaksiperdagangan berlian dimana ternyata perusahaan berlian tersebut jugamerupakan perusahaan pencucian uang milik perompak lain di darat.Namun istilah money laundering baru muncul ketika Al Capone, salahsatu mafia besar di Amerika Serikat, pada tahun 1920-an, memulai bisnisLaundromats (tempat cuci otomatis). Bisnis ini dipilih karena menggunakanuang tunai yang mempercepat proses pencucian uang agar uang yangmereka peroleh dari hasil pemerasan, pelacuran, perjudian, danpenyelundupan minuman keras terlihat sebagai uang yang halal. Walaudemikian, Al Capone tidak dituntut dan dihukum dengan pidana penjara atas

Page 18: Pencucian Uang Bank

kejahatan tersebut, akan tetapi lebih karena telah melakukan penggelapanpajak. Selain Al Capone, terdapat juga Meyer Lansky, mafia yangmenghasilkan uang dari kegiatan perjudian dan menutupi bisnis ilegalnya itudengan mendirikan bisnis hotel, lapangan golf dan perusahaan pengemasandaging. Uang hasil bisnis illegal ini dikirimkan ke beberapa bank-bank diSwiss yang sangat mengutamakan kerahasian nasabah, untukdidepositokan. Deposito ini kemudian diagunkan untuk mendapatkanpinjaman yang dipergunakan untuk membangun bisnis legalnya. Berbedadengan Al Capone, Meyer Lansky justru terbebas dari tuntutan melakukanpenggelapan pajak, tindak pidana termasuk tindak pidana pencucian uangyang dilakukannya.2. Pengaturan HukumSebelum tahun 1986, tindakan pencucian uang bukan merupakankejahatan. Pada tahun 1980-an, jutaan uang hasil tindak kejahatan masukdalam bisnis legal dan usaha-usaha ekonomi lain. Bahkan praktek moneylaundering tidak lagi sesederhana yang dilakukan Al Capone atau MeyerLansky. Contohnya adalah pengakuan dari seorang mafia obat bius, FranklinJurador yang menceritakan pemindahtanganan uang hasil kejahatan kebisnis legal dilakukan dalam berbagai transaksi antara lain jual beli fiktifasset atau penitipan fiktif untuk keperluan investasi, yang melibatkan lebihbanyak pihak, tidak hanya secara domestik namun juga antar negara,dengan transaksi yang lebih rumit. Bahkan berkembangnya transaksi moneylaundering juga didukung fasilitas financial dunia perbankan, seperti layanannomor rekening istimewa atau nostro account yang diberikan bank-bankSwiss sejak tahun 1930-an. Layanan ini mengidentifikasi nasabah dengannomor sandi yang digunakan untuk transaksi sehingga bank tidakSie Infokum – Ditama Binbangkum 2mengetahui siapa nasabah dan pihak yang menjadi lawan transaksi.Beberapa bank di kawasan lepas pantai juga menyediakan fasilitas transferuang antar negara, manajemen pengelolaan dana dan perlindungan assetyang mempermudah kegiatan pencucian uang.Perkembangan kejahatan kerah putih ini menimbulkan kekhawatiraninternasional sebab dikhawatirkan dapat mengganggu stabilitasperekonomian karena perputaran dana dalam jumlah besar yang terjadisecara cepat dari satu tempat ke tempat lain bahkan dari satu atau lebihnegara ke satu atau lebih negara lain. Untuk itu maka masalah moneylaundering mulai menjadi perhatian dan dibentuk beberapa peraturanperundang-undangan baik yang bersifat internasional maupun nasional :a. Amerika Serikat :Memiliki berbagai macam peraturan perundang-undangan seperti TheBank Secrecy Act (1970), Money Laundering Central Act. (1986), TheAnnunzio Wylie Act. dan Money Laundering Suppression Act. (1994).Dalam Bank Secrecy Act, terdapat kewajiban lembaga keuangan untukmelaporkan setiap transaksi alat pembayaran yang melebihi $10,000 kepadaInternal Revenue Service yang dikenal dengan nama Currency TransactionReport (CTR). Termasuk juga di dalamnya Foreign Transactions ReportingAct yang memperbesar jumlah informasi keuangan yang harus disampaikankepada instansi-instansi pemerintah yang bersangkutan dengan tindakanpidana, perpajakan dan penuntutan.Setelahnya dalam Money Laundering Central Act (MLCA) diatur adanyaunsur yang harus dipenuhi untuk mengkategorikan tindak pidana pencucianuang yakni :

Page 19: Pencucian Uang Bank

(1) terdapat transaksi finansial atau perpindahan internasional; dan(2) terdapat kegiatan melanggar hukum tertentu.b. Swiss, Thailand, Spanyol, Italia, Inggris, Jerman dan PerancisSwiss memiliki The Money Laundering Act (1998), Thailand memilikiThe Money Laundering Prevention and Suppresion Act (1999), Spanyolmemiliki The Money Laundering Law (1993), sementara untuk negara Italia,Inggris, Jerman dan Perancis memiliki Penal Code yang mengatur ketentuananti money laundering.c. IndonesiaPada tahun 1988, United Nations Convention Against Illicit Traffic inNarcotic Drugs and Psychotropic Substances atau lebih dikenal UN DrugsConvention ditandatangani 106 negara, dan Indonesia menjadi salah satunegara anggota yang kemudian baru meratifikasi melalui UU No. 7 Tahun1997 tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentangPemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika.Selanjutnya pada tahun 1989 dan 1990 negara-negara yangtergabung dalam Group 7 melahirkan The Financial Action Task Force onMoney Laundering (FATF) yang bertujuan mendorong Negara-negara agarmenyusun peraturan perundang-undangan untuk mencegah mengalirnyauang hasil perdagangan narkotik baik melalui bank maupun lembagakeuangan bukan bank. Pada bulan April 1990, FATF memperluas pesertanyamencakup pusat keuangan 15 negara yang kemudian mengeluarkanrekomendasi yang paralel dengan UN Drug Convention agar Negara-negaramenciptakan peraturan perundang-undangan mengawasi money laundering.Sie Infokum – Ditama Binbangkum 3Upaya pemberantasan peredaran gelap obat bius ini diikuti dengan upayapemberantasan pencucian uang dalam skala internasional karena kegiatanpencucian uang kerap kali digunakan untuk menutupi hasil perdaganganobat bius yang diwujudkan dalam pembentukan konvensi The InternationalAnti-Money Laundering Legal Regime. Konvensi ini mewajibkan negaranegarapenandatangan menjadikan pencucian uang sebagai suatu tindakankriminal dan tergolong kejahatan berat.Selanjutnya pada tahun 1998 dibentuk Basle Committee on BankingRegulations dan Supervisory Practices yang terdiri dari perwakilanperwakilanBank Sentral dan badan-badan pengawas negara-negara industri,dimana bank harus mengambil langkah-langkah yang masuk akal untukmenetapkan identitas nasabahnya yang dikenal dengan Know Your-CustomerRule. Indonesia kemudian mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor:3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah yang telahdiubah kedua kali dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/21/PBI/2003.Walaupun secara de jure BI telah mengeluarkan peraturan BI No.3/10/PBI/2001 tanggal 18 Juni 2001 tentang Penerapan Prinsip PengenalanNasabah namun peraturan ini sulit diterapkan untuk memberantas transaksimoney laundering. Penerapan ini dibatasi oleh UU No. 10 Tahun 1998tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dimanaBank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dansimpanannya kecuali untuk kepentingan perpajakan, untuk penyelesaianpiutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang danLelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara, untuk kepentingan peradilandalam perkara pidana, atas permintaan, persetujuan atau kuasa darinasabah penyimpan yang dibuat secara tertulis, atau dalam hal si nasabahmeninggal dunia sehingga ahli waris yang sah wajib diberitahukan mengenai

Page 20: Pencucian Uang Bank

simpanan nasabah yang bersangkutan.Akan tetapi, penerbitan Peraturan Bank Indonesia ini belum dianggapcukup oleh FATF untuk menanggulangi pencucian uang. FATF sendiri sudahmengeluarkan beberapa rekomendasi yang berkaitan dengan praktekpencucian uang. Rekomendasi tersebut mempunyai tiga ruang lingkup yaitumengenai peningkatan sistem hukum nasional, peningkatan peranan sistemfinansial, dan memperkuat kerjasama internasional. Semua rekomendasiFATF ini menjadi standar internasional untuk mengukur apakah anggotaFATF telah mematuhi rekomendasi itu dan memberikan usulan-usulan untukperbaikan upaya pemberantasan pencucian uang, dan Indonesia dipandangbelum mendukung upaya pemberantasan pencucian uang. Indonesiadimasukkan dalam daftar Negara wilayah yang tidak bekerjasama NonCooperative Countries and Teritories (NCCTs) pada bulan Juni 2001 olehOrganization for Economic Cooperation and Development (OECD) dari FATF,dan hal ini berlangsung sampai dengan Februari 2002 mengingat FATFmenganggap kurang ada upaya Indonesia dalam memerangi pencucianuang, yang dibuktikan dengan belum adanya program penegakan hukumpencucian yang efektif, belum ada tindakan hukum terhadap para pelakukejahatan money laundering, belum adanya peningkatan kerja dalamlembaga keuangan untuk memerangi praktek money laundering, belumadanya sistem yang mewajibkan pelaporan transaksi keuangan yangmencurigakan, belum adanya kerja sama dengan Negara-negara lain,institusi-institusi internasional atau belum adanya identifikasi nasabah danbelum ada perangkat hukum untuk mengatasi praktek money launderingyang dibuktikan dengan belum adanya Undang-Undang Anti Pencucian Uang.Sie Infokum – Ditama Binbangkum 4Baru pada Februari 2005, Indonesia dikeluarkan dari daftar hitam setelahFTAF mengadakan review langsung ke Indonesia dengan mengadakanwawancara dengan para pemimpin instansi yang menangani moneylaundering, kemudian Presiden mengutus beberapa Menteri ke NegaraAmerika, Inggris, Perancis, Australia, Jepang untuk menjelaskan keseriusanPemerintah Indonesia menangani kasus money laundering.Pada tanggal 17 April 2002 telah diundangkan UU No. 15 Tahun 2002tentang Tindak Pidana Pencucian Uang melalui Lembaran Negara No. 30. UUini tidak mendefinisikan apa yang dimaksud dengan pencucian uang, hanyadalam penjelasan dinyatakan bahwa upaya untuk menyembunyikan ataumenyamarkan asal usul harta kekayaan yang diperoleh dari tindak pidanasebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini dikenal sebagai pencucianuang (money laundering). Tindak pidana tersebut adalah tindak pidanasebagaimana dimaksud pada Pasal 2 Undang-Undang ini yakni hartakekayaan yang berjumlah Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) ataulebih atau nilai setara yang diperoleh secara langsung atau tidak langsungdari kejahatan korupsi; penyuapan; penyeludupan barang; penyeludupantenaga kerja; penyeludupan imigran; perbankan; narkotika; psikotropika;perdagangan budak, wanita, dan anak; perdagangan senjata gelap;penculikan; terorisme; pencurian; penggelapan; penipuan, yang dilakukanbaik di wilayah RI atau di luar wilayah RI dan kejahatan tersebut merupakantindak pidana menurut hukum Indonesia. Berbeda dengan UU No. 15 Tahun2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, perubahan UU ini yang diaturdalam UU No. 25 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas UU No. 15 Tahun2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang memberikan definisi tentangpencucian uang mendefinisikan pencucian uang sebagai perbuatan

Page 21: Pencucian Uang Bank

menempatkan, mentransfer, membayarkan, membelanjakan,menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan, membawa keluar negeri,menukarkan atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinyaatau patut diduga merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untukmenyembunyikan, atau menyamar asal usul harta kekayaan sehinggaseolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah (Pasal 1 angka 1).Perubahan dalam UU No. 25 Tahun 2003 antara lain meliputi :a. pengertian Penyedia Jasa Keuangan yang diperluas meliputi jasa lainnyayang terkait dengan keuangan guna mengantisipasi pelaku tindak pidanapencucian uang yang memanfaatkan bentuk penyedia jasa keuanganyang ada di masyarakat namun belum diwajibkan menyampaikan laporantransaksi keuangan dan munculnya bentuk penyedia jasa keuangan baru.Hal ini tampak dari ketentuan Pasal 1 angka 4 UU No. 15 Tahun 2002 :Penyedia Jasa Keuangan adalah setiap orang yang menyediakan jasadi bidang keuangan termasuk tetapi tidak terbatas pada bank,lembaga pembiayaan, perusahaan efek, pengelola reksa dana,kustodian, wali amanat, lembaga penyimpanan dan penyelesaian,pedagang valuta asing, dana pensiun, dan perusahaan asuransi,yang kemudian diubah menjadi Pasal 1 angka 5 UU No. 25 Tahun 2003 :Penyedia Jasa Keuangan adalah setiap orang yang menyediakan jasadi bidang keuangan atau jasa lainnya yang terkait dengan keuangantermasuk tetapi tidak terbatas pada bank, lembaga pembiayaan,perusahaan efek, pengelola reksa dana, custodian, wali amanat,lembaga penyimpanan dan penyelesaian, pedagang valuta asing, danapensiun, perusahaan asuransi, dan kantor pos.Sie Infokum – Ditama Binbangkum 5b. perluasan definisi Transaksi Keuangan Mencurigakan, yakni :Pasal 1 angka 6 UU No. 15 Tahun 2002 :Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah transaksi yang menyimpangdari profil dan karakteristik serta kebiasaan pola transaksi darinasabah yang bersangkutan, termasuk transaksi keuangan olehnasabah yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untukmenghindari pelaporan transaksi yang bersangkutan yang wajibdilakukan oleh Penyedia Jasa Keuangan sesuai dengan ketentuanUndang-undang ini, menjadiPasal 1 angka 7 UU No. 25 Tahun 2003 :Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah:a. transaksi keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, ataukebiasaan pola transaksi dari nasabah yang bersangkutan;b. transaksi keuangan oleh nasabah yang patut diduga dilakukan dengantujuan untuk menghindari pelaporan transaksi yang bersangkutanyang wajib dilakukan oleh Penyedia Jasa Keuangan sesuai denganketentuan Undang-Undang ini; atauc. transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan denganmenggunakan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindakpidana.c. Pembatasan jumlah hasil tindak pidana yang diperoleh dari tindak pidanadihapus karena penentuan suatu perbuatan dapat dipidana tidakbergantung besar kecilnya hasil tindak pidana yang diperoleh,sebagaimana diatur berdasarkan :Pasal 2 UU No. 15 Tahun 2002 :Hasil tindak pidana adalah Harta Kekayaan yang berjumlah

Page 22: Pencucian Uang Bank

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) atau lebih atau nilai yangsetara, yang diperoleh secara langsung atau tidak langsung darikejahatan:a. korupsi;b. penyuapan;c. penyelundupan barang;d. penyelundupan tenaga kerja;e. penyeludupan imigran;f. perbankan;g. narkotika;h. psikotropika;i. perdagangan budak, wanita, dan anak;j. perdagangan senjata gelap;k. penculikan;l. terorisme;m. pencurian;n. penggelapan;o. penipuan;yang dilakukan di wilayah Negara Republik Indonesia atau di luarwilayah Negara Republik Indonesia dan kejahatan tersebut merupakantindak pidana menurut hukum Indonesia, menjadiPasal 2 UU No. 25 Tahun 2003, yakni :(1) Hasil tindak pidana adalah Harta Kekayaan yang diperoleh dari tindakpidana :a. korupsi;b. penyuapan;Sie Infokum – Ditama Binbangkum 6c. penyelundupan barang;d. penyelundupan tenaga kerja;e. penyelundupan imigran;f. di bidang perbankan;g. di bidang pasar modal;h. di bidang asuransi;i. narkotika;j. psikotropika;k. perdagangan manusia;l. perdagangan senjata gelap;m. penculikan;n. terorisme;o. pencurian;p. penggelapan;q. penipuan;r. pemalsuan uang;s. perjudian;t. prostitusi;u. di bidang perpajakan;v. di bidang kehutanan;w. di bidang lingkungan hidup;x. di bidang kelautan; atauy. tindak pidana lainnya yang diancam dengan pidana penjara 4(empat)tahun atau lebih, yang dilakukan di wilayah Negara Republik Indonesiaatau di luar wilayah Negara Republik Indonesia dan tindak pidana

Page 23: Pencucian Uang Bank

tersebut juga merupakan tindak pidana menurut hukum Indonesia.(2) Harta Kekayaan yang dipergunakan secara langsung atau tidaklangsung untuk kegiatana terorisme dipersamakan sebagai hasiltindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf n.d. Ruang lingkup tindak pidana asal (predicate crime) diperluas untukmencegah berkembangnya tindak pidana yang menghasilkan hartakekayaan dimana pelaku tindak pidana berupaya menyembunyikan ataumenyamarkan asal-usul hasil tindak pidana namun perbuatan tersebuttidak dipidana. Berbagai peraturan perundang-undangan yang terkaityang mempidana tindak pidana asal antara lain:- UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika;- UU No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika;- UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsisebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentangPerubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan TindakPidana Korupsi;- UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi.e. Jangka waktu penyampaian laporan Transaksi Keuangan Mencurigakandipersingkat, dengan tujuan agar harta kekayaan yang diduga berasaldari hasil tindak pidana dan pelaku tindak pidana pencucian uang dapatsegera dilacak, sebagaimana diatur berdasarkan :Pasal 13 UU No. 15 Tahun 2002 :(2) Penyampaian Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) huruf a dilakukan paling lambat 14 (empatbelas) hari kerja setelah diketahui oleh Penyedia Jasa Keuangan,menjadi:Sie Infokum – Ditama Binbangkum 7Pasal 13 UU No. 25 Tahun 2003 :(2) Penyampaian laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan paling lambat 3 (tiga) harikerja setelah Penyedia Jasa Keuangan mengetahui adanya unsurTransaksi Keuangan Mencurigakan.f. Terdapat ketentuan baru yang menjamin adanya kerahasiaanpenyusunan dan penyampaian laporan Transaksi Keuangan Mencurigakanyang disampaikan kepada PPATK atau penyidik (anti-tipping off) bahkandengan disertai sanksi pidana penjara, dengan tujuan untuk mencegahberpindahnya hasil tindak pidana dan lolosnya pelaku tindak pidanapencucian uang, sebagaimana diatur berdasarkan :Pasal 10A UU No. 25 Tahun 2003 :(1) Pejabat atau pegawai PPATK, penyidik, penuntut umum, hakim, dansiapapun juga yang memperoleh dokumen dan/atau keterangan dalamrangka pelaksanaan tugasnya menurut Undang-Undang ini, wajibmerahasiakan dokumen dan/atau keterangan tersebut kecuali untukmemenuhi kewajiban menurut Undang-Undang ini.(2) Sumber keterangan dan laporan Transaksi Keuangan Mencurigakanwajib dirahasiakan dalam persidangan pengadilan.(3) Pejabat atau pegawai PPATK, penyidik, penuntut umum, hakim, dansiapapun juga yang karena kelalaiannya melanggar ketentuan padaayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1(satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun.(4) Jika pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat

Page 24: Pencucian Uang Bank

(1) dan ayat (2) dilakukan dengan sengaja, pelaku dipidana denganpidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (limabelas) tahun.g. Penjabaran lebih rinci dan lebih tegas dalam beberapa pasal mengenaiketentuan kerja sama bantuan timbal balik di bidang hukum (mutual legalassistance), merupakan bukti bahwa Pemerintah Indonesia memberikankomitmennya bagi komunitas internasional untuk bersama-samamencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang.3. Unsur-UnsurPasal 1 angka 1 UU No. 25 Tahun 2002, mendefinisikan PencucianUang adalah perbuatan menempatkan, mentransfer, membayarkan,membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan, membawake luar negeri, menukarkan, atau perbuatan lainnya atas Harta Kekayaanyang diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana denganmaksud untuk menyembunyikan, atau menyamarkan asal usul HartaKekayaan sehingga seolah-seolah menjadi Harta Kekayaan yang sah.Pendefinisian di atas mengandung unsur-unsur sebagai berikut :a. Pelakub. Transaksi keuangan atau alat keuangan atau finansial untukmenyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaanseolah-olah menjadi harta kekayaan yang sahc. Merupakan hasil tindak pidanaSie Infokum – Ditama Binbangkum 8ad. a) PelakuDalam UU No. 15 Tahun 2002 maupun perubahannya dalam UUNo. 25 Tahun 2003, digunakan kata “setiap orang”, dimana dalam Pasal 1angka 2 dinyatakan bahwa Setiap orang adalah orang perseorangan ataukorporasi. Sementara pengertian korporasi terdapat dalam Pasal 1 angka 3yang menyatakan bahwa Korporasi adalah kumpulan orang dan/ataukekayaan yang terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun bukanbadan hukum.ad. b)Transaksi keuangan atau alat keuangan atau finansial untukmenyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaanseolah-olah menjadi harta kekayaan yang sahIstilah transaksi jarang atau hampir tidak dikenal dalam sisi hukumpidana tetapi lebih banyak dikenal pada sisi hukum perdata, sehinggaundang-undang tindak pidana pencucian uang mempunyai ciri kekhususanyaitu di dalam isinya mempunyai unsur-unsur yang mengandung sisi hukumpidana maupun perdata. UU No. 25 Tahun 2003 mendefinisikan Transaksiadalah seluruh kegiatan yang menimbulkan hak atau kewajiban ataumenyebabkan timbulnya hubungan hukum antara dua pihak atau lebih,termasuk kegiatan pentransferan dan/atau pemindahbukuan dana yangdilakukan oleh Penyedia Jasa Keuangan. Transaksi keuangan yang menjadiunsur pencucian uang adalah transaksi keuangan mencurigakan dantransaksi keuangan yang dilakukan secara tunai yang belum dilaporkan danmendapat persetujuan dari Kepala PPATK. Definisi Transaksi KeuanganMencurigakan adalah (Pasal 1 angka 7 UU No. 25 Tahun 2003) :a. transaksi keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, ataukebiasaan pola transaksi dari nasabah yang bersangkutan;b. transaksi keuangan oleh nasabah yang patut diduga dilakukan dengantujuan untuk menghindari pelaporan transaksi yang bersangkutanyang wajib dilakukan oleh Penyedia Jasa Keuangan sesuai dengan

Page 25: Pencucian Uang Bank

ketentuan Undang-Undang ini; atauc. transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan denganmenggunakan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindakpidana, dandefinisi Transaksi Keuangan yang Dilakukan Secara Tunai diatur dalam Pasal1 angka 8 UU No. 25 Tahun 2003 adalah transaksi penarikan, penyetoran,atau penitipan yang dilakukan dengan uang tunai atau instrumenpembayaran lain yang dilakukan melalui Penyedia Jasa Keuangan.ad. c) Merupakan hasil tindak pidanaPenyebutan tindak pidana pencucian uang salah satunya harusmemenuhi unsur adanya perbuatan melawan hukum sebagaimana dimaksuddalam Pasal 3 UU No. 25 Tahun 2003, dimana perbuatan melawan hukumtersebut terjadi karena pelaku melakukan tindakan pengelolaan atas hartakekayaan yang merupakan hasil tindak pidana. Pengertian hasil tindakpidana dinyatakan pada Pasal 2 UU No. 25 Tahun 2003 yang telah mengubahUU No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang yang dalampembuktian nantinya hasil tindakan pidana akan merupakan unsur-unsurdelik yang harus dibuktikan. Pembuktian apakah benar harta kekayaantersebut merupakan hasil tindak pidana adalah dengan membuktikan adaatau terjadi tindak pidana yang menghasilkan harta kekayaan tersebut,Sie Infokum – Ditama Binbangkum 9pembuktian disini bukan untuk membuktikan apakah benar telah terjaditindak pidana asal (predicate crime) yang menghasilkan harta kekayaan.Apabila digambarkan maka unsur-unsur pokok pencucian uang adalahsebagai berikut :PelakuPerbuatan Melawan Hukum(hasil tindak pidana) menjadiTransaksi Keuangan LEGAL4. Dampak Money LaunderingBaik cara perolehan uang yang illegal maupun transaksi keuanganuntuk melegalkan uang hasil tindakan illegal menimbulkan dampak ekonomimikro dan makro.Dampak ekonomi mikro :a. cara perolehan uang yang illegal mengganggu jalannya mekanismepasar. Esensi sistem pasar adalah adanya pengakuan dan perlindunganterhadap pemilikan pribadi atas faktor-faktor produksi maupun atasbarang-barang serta jasa-jasa yang digunakan untuk keperluankonsumsi. Namun dengan adanya peluang perolehan uang yang ilegaltelah menunjukkan tidak adanya perlindungan dari penguasa atas hakmilik, pasar menjadi tidak efisien yang ditunjukkan denganmeningkatnya biaya transaksi pasar, adanya akses yang asimetris padainformasi pasar yang menyebabkan transaksi bersifat zero sum gamedalam arti bahwa keuntungan suatu pihak dapat membawa kerugianbagi pihak lain.b. transaksi keuangan untuk melegalkan hasil perolehan uang yang illegalmembawa dampak penurunan produktifitas masyarakat.Dampak ekonomi makro :a. tindak pidana pencucian uang menghindarkan kewajiban pembayaranpajak yang berarti mengurangi penerimaan Negara;b. apabila transaksi keuangan yang dilakukan adalah dengan membawauang yang ilegal ke luar negeri maka akan menambah defisit neraca

Page 26: Pencucian Uang Bank

pembayaran luar negeri, selain itu juga mengakibatkan berkurangnyadana perbankan yang menyebabkan kesulitan bank melakukan ekspansikredit;c. Apabila Negara memperoleh sejumlah uang ilegal dari luar negeri makaakan menambah kegoncangan stabilitas ekonomi makro. Terlebih untukNegara yang tidak memiliki cukup banyak instrumen moneter sehinggatidak mampu mensterilisasi dampak moneter pemasukan modal. Jikabank sentral membeli devisa yang masuk itu sebagai upaya untukmempertahankan nilai tukar luar negeri mata uang nasionalnya, jumlahuang beredar akan bertambah dengan cepat dan tambahan jumlahSie Infokum – Ditama Binbangkum 10uang beredar itu akan menyulut inflasi sehingga menimbulkangangguan pada keseimbangan internal perekonomian. Akan tetapi jikabank sentral tidak membeli devisa yang masuk akan menguatkan nilaitukar mata uang nasional yang menyebabkan berkurangnya insentifkegiatan ekspor. Pengurangan ini akan menambah defisit neracapembayaran luar negeri.5. Tahapan Pencucian Uanga. tahap penempatan (placement), merupakan tahap pengumpulan danpenempatan uang hasil kejahatan pada suatu bank atau tempat tertentuyang diperkirakan aman guna mengubah bentuk uang tersebut agar tidakteridentifikasi, biasanya sejumlah uang tunai dalam jumlah besar dibagidalam jumlah yang lebih kecil dan ditempatkan pada beberapa rekeningdi beberapa tempat;b. tahap pelapisan (layering), merupakan upaya untuk mengurangi jejakasal muasal uang tersebut diperoleh atau ciri-ciri asli dari uang hasilkejahatan tersebut atau nama pemilik uang hasil tindak pidana, denganmelibatkan tempat-tempat atau bank di negara-negara dimanakerahasiaan bank akan menyulitkan pelacakan jejak uang. Tindakan inidapat berupa : mentransfer ke negara lain dalam bentuk mata uangasing, pembelian property, pembelian saham pada bursa efekmenggunakan deposit yang ada di Bank A untuk meminjam uang di BankB dan sebagainya.c. tahap penggabungan (integration), merupakan tahap mengumpulkan danmenyatukan kembali uang hasil kejahatan yang telah melalui tahappelapisan dalam suatu proses arus keuangan yang sah. Pada tahap iniuang hasil kejahatan benar-benar telah bersih dan sulit untuk dikenalisebagai hasil tindak pidana, muncul kembali sebagai asset atau investasiyang tampak legal.6. Pengaturan Tindak Pidana Pencucian Uang Berdasarkan UU No. 15Tahun 2002 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 25 Tahun2003 dimuat dalam :Pasal 3(1) Setiap orang yang dengan sengaja:a. menempatkan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganyamerupakan hasil tindak pidana ke dalam Penyedia Jasa Keuangan, baik atasnama sendiri atau atas nama pihak lain;b. mentransfer Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganyamerupakan hasil tindak pidana dari suatu Penyedia Jasa Keuangan kePenyedia Jasa Keuangan yang lain, baik atas nama sendiri maupun atasnama pihak lain;c. membayarkan atau membelanjakan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau

Page 27: Pencucian Uang Bank

patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, baik perbuatan itu atasnamanya sendiri maupun atas nama pihak lain;d. menghibahkan atau menyumbangkan Harta Kekayaan yang diketahuinyaatau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, baik atas namanyasendiri maupun atas nama pihak lain;e. menitipkan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganyamerupakan hasil tindak pidana, baik atas namanya sendiri maupun atasnama pihak lain;Sie Infokum – Ditama Binbangkum 11f. membawa ke luar negeri Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patutdiduganya merupakan hasil tindak pidana; ataug. menukarkan atau perbuatan lainnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinyaatau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana dengan mata uang atausurat berharga lainnya, dengan maksud menyembunyikan ataumenyamarkan asal usul Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patutdiduganya merupakan hasil tindak pidana, dipidana karena tindak pidanapencucian uang dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun danpaling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah).(2) Setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan, atau permufakatanjahat untuk melakukan tindak pidana pencucian uang dipidana denganpidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).Pasal 6(1) Setiap orang yang menerima atau menguasai:a. penempatan;b. pentransferan;c. pembayaran;d. hibah;e. sumbangan;f. penitipan; ataug. penukaran,Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasiltindak pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahundan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikitRp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyakRp15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah).(2)Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagiPenyedia Jasa Keuangan yang melaksanakan kewajiban pelaporan transaksikeuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.Pasal 7Setiap Warga Negara Indonesia dan/atau korporasi Indonesia yang berada diluar wilayah Negara Republik Indonesia yang memberikan bantuan,kesempatan, sarana, atau keterangan untuk terjadinya tindak pidanapencucian uang dipidana dengan pidana yang sama sebagai pelaku tindakpidana pencucian uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.Dari pasal-pasal di atas, ditunjukkan adanya pengaturan terhadap jenis-jenistindak pidana sebagai berikut :1. Tindak pidana pencucian uang : yaitu tindakan untuk menempatkan,mentransfer, membayar/membelanjakan, menghibahkan ataumenyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkandengan mata uang atau surat berharga lainnya, atau perbuatan lain atas

Page 28: Pencucian Uang Bank

harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga merupakan hasil tindakpidana dengan tujuan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usulharta kekayaan tersebut.2. Tindak pidana percobaan, pembantuan atau permufakatan jahat untukmelakukan tindak pidana pencucian uang.Sie Infokum – Ditama Binbangkum 123. Tindak pidana menerima atau menguasai penempatan, pentransferan,pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, atau penukaran atas hartakekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindakpidana.Selain itu juga ditemukan adanya pengaturan yang berkaitan dengan tindakpidana pencucian uang :a. penyedia jasa keuangan yang sengaja tidak menyampaikan laporan yangdiwajibkan kepada PPATK atas transaksi keuangan mencurigakan atautransaksi keuangan yang dilakukan secara tunai dalam jumlah kumulatifsebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) atau lebih atau yangnilainya setara, bila dilakukan dalam 1 (satu) kali transaksi maupunbeberapa kali transaksi dalam 1 (satu) hari kerja;b. setiap orang yang membawa uang tunai ke dalam atau keluar wilayahNegara Republik Indonesia berupa rupiah sejumlah Rp100.000.000,00(seratus juta rupiah) atau lebih untuk melapor kepada Dirjen Bea dan Cukai;c. bagi direksi, pejabat atau pegawai penyedia jasa keuangan yangmemberitahukan kepada pengguna jasa keuangan atau orang lain baiksecara langsung atau tidak langsung dengan cara apapun mengenai laporantransaksi keuangan mencurigakan yang sedang disusun atau telahdisampaikan kepada PPATK;d. larangan bagi saksi, penuntut umum, hakim, dan orang lain yangbersangkutan dengan tindak pidana pencucian uang yang sedang dalampemeriksaan di sidang pengadilan untuk menyebut nama atau alamatpelapor atau hal-hal lain yang memungkinkan dapat terungkapnya identitaspelapor.7. Modus-Modus Pencucian UangDalam perbuatan tindak pidana pencucian uang terdapatpengkategorian beberapa modus yang didasarkan pada tipologinya :a. tipologi dasar :1). modus orang ketiga, yaitu dengan menggunakan seseorang untukmenjalankan perbuatan tertentu yang diinginkan oleh pelakupencurian uang, dapat dengan menggunakan atau mengatasnamakanorang ketiga atau orang lain lagi yang berlainan. Ciri-cirinya adalah :orang ketiga hampir selalu nyata dan bukan hanya nama palsu dalamdokumen, orang ketiga biasanya menyadari ia dipergunakan, orangketiga tersebut merupakan orang kepercayaan yang bisa dikendalikan,dan hubungannya dengan pelaku sangat dekat sehingga dapatberkomunikasi setiap saat.2). modus topeng usaha sederhana, merupakan kelanjutan modus orangketiga, dimana orang tersebut akan diperintahkan untuk mendirikansuatu bidang usaha dengan menggunakan kekayaan yang merupakanhasil tindak pidana.3). modus perbankan sederhana, dapat merupakan kelanjutan moduspertama dan kedua, namun juga dapat berdiri sendiri. Disini terjadiperpindahan sistem transaksi tunai yang berubah dalam bentuk cekkontan, cek perjalanan, atau bentuk lain dalam deposito, tabungan

Page 29: Pencucian Uang Bank

yang dapat ditransfer dengan cepat dan digunakan lagi dalampembelian aset-aset. Modus ini banyak meninggalkan jejak melaluidokumen rekening koran, cek, dan data-data lain yang mengarahSie Infokum – Ditama Binbangkum 13pada nasabah itu, serta keluar masuknya dari proses transaksi baikyang menuju pada seseorang maupun pada aset-aset, atau pun padapembayaran-pembayaran lain.4).modus kombinasi perbankan atau usaha, yang dilakukan oleh orangketiga yang menguasai suatu usaha dengan memasukkan uang hasilkejahatan ke bank untuk kemudian ditukar dengan cek yangkemudian digunakan untuk pembelian aset atau pendirian usahausahalain.b. tipologi ekonomi :1).model smurfing, yakni pelaku menggunakan rekan-rekannya yangbanyak untuk memecah sejumlah besar uang tunai dalam jumlahjumlahkecil dibawah batas uang tunai sehingga bank tidak mencurigaikegiatan tersebut untuk kemudian uang tunai tersebut ditukarkan dibank dengan cek wisata atau cek kontan. Bentuk lain adalah denganmemasukkan dalam rekening para smurfing di satu tempat padasuatu bank kemudian mengambil pada bank yang sama di kota yangberbeda atau disetorkan pada rekening-rekening pelaku pencucianuang di kota lain sehingga terkumpul dalam beberapa rekening pelakupencucian uang. Rekening ini tidak langsung atas nama pelaku namunbisa menunjuk pada suatu perusahaan lain atau rekening lain yangdisamarkan nama pemiliknya.2).model perusahaan rangka, disebut demikian karena perusahaan inisebenarnya tidak menjalankan kegiatan usaha apapun, melainkandibentuk agar rekening perusahaannya dapat digunakan untukmemindahkan sesuatu atau uang. Perusahaan rangka dapatdigunakan untuk penempatan (placement) dana sementara sebelumdipindah atau digunakan lagi. Perusahaan rangka dapat terhubungsatu dengan yang lain misal saham PT A dimiliki oleh PT B yangberada di daerah atau Negara lain, sementara saham PT B sebagiandimiliki oleh PT A, PT B, PT C, dan/atau PT D yang berada di daerahatau Negara lain3).modus pinjaman kembali, adalah suatu variasi dari kombinasi modusperbankan dan modus usaha. Contohnya : pelaku pencucian uangmenyerahkan uang hasil tindak pidana kepada A (orang ketiga), dan Amemasukkan sebagian dana tersebut ke bank B dan sebagian danajuga didepositokan ke bank C. Selain itu A meminjam uang ke bank D.Dengan bunga deposito bank C, A kemudian membayar bunga danpokok pinjamannya dari bank D. Dari segi jumlah memang terdapatkerugian karena harus membayar bunga pinjaman namun uang illegaltersebut telah berubah menjadi uang pinjaman yang bersih dengandokumen yang lengkap.4). modus menyerupai MLM.5).modus under invoicing, yaitu modus untuk memasukkan uang hasiltindak pidana dalam pembelian suatu barang yang nilai jual barangtersebut sebenarnya lebih besar daripada yang dicantumkan dalamfaktur.6).modus over invoicing, merupakan kebalikan dari modus underinvoicing.

Page 30: Pencucian Uang Bank

7).modus over invoicing II, dimana sebenarnya tidak ada barang yangdiperjualbelikan, yang ada hanya faktur-faktur yang dijadikan buktipembelian (penjualan fiktif) sebab penjual dan pembeli sebenarnyaadalah pelaku pencucian uang.Sie Infokum – Ditama Binbangkum 148).modus pembelian kembali, dimana pelaku menggunakan dana yangtelah dicuci untuk membeli sesuatu yang telah dia miliki.c. tipologi IT :1). modus E-Bisnis, hampir sama dengan modus menyerupai MLM,namun menggunakan sarana internet.2). modus scanner merupakan tindak pidana pencucian uang denganpredicate crime berupa penipuan dan pemalsuan atas dokumendokumentransaksi keuangan.d. tipologi hitek adalah suatu bentuk kejahatan terorganisir secara skemanamun orang-orang kunci tidak saling mengenal, nilai uang relatif tidakbesar tetapi bila dikumpulkan menimbulkan kerugian yang sangat besar.Dikenal dengan nama modus cleaning dimana kejahatan ini biasanyadilakukan dengan menembus sistem data base suatu bank.8. Pembuktian TerbalikUU Tindak Pidana Pencucian Uang menyatakan bahwa Untukkepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan, terdakwa wajibmembuktikan bahwa harta kekayaannya bukan merupakan hasil tindakpidana (Pasal 35 UU No. 15 Tahun 2002 sebagaimana telah diubah denganUU No. 25 Tahun 2003).Hal ini merupakan salah satu kekhususan tindak pidana pencucianuang dibandingkan dengan pengaturan dalam Kitab Undang-Undang HukumAcara Pidana dimana terdakwa tidak dibebani kewajiban tidak dibebanikewajiban pembuktian (Pasal 66), namun pembuktian terbalik untuk tindakpidana pencucian uang hanya dapat dilakukan oleh terdakwa pada tingkatpengadilan bukan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.9. Kesulitan Penerapan UU Tindak Pidana Pencucian Uanga. Fungsi PPATK hanya bersifat administratif, yaitu untuk mengumpulkan,menyimpan, menganalisis, mengevaluasi informasi yang diperoleh PPATK(Pasal 26 huruf a) dan bilamana dari hasil analisis ditemukan transaksikeuangan yang berindikasi tindak pidana pencucian uang maka PPATKbaru melaporkan kepada kepolisian dan kejaksaan (Pasal 26 huruf g),atau paling lambat 3(tiga) hari kerja sejak ditemukan adanya petunjukatas dugaan transaksi keuangan yang mencurigakan, PPATK wajibmenyerahkan hasil analisis kepada penyidik untuk ditindaklanjuti (Pasal31). Selain itu PPATK tidak mempunyai kewenangan untuk melakukanpemblokiran atas dana yang diduga merupakan hasil tindak pidana.b. Pihak kepolisian dan penuntut umum memiliki kesulitan dalammembuktikan terjadinya tindak pidana pencucian uang karena modusnyayang bervariasi dan biasanya tidak ditemukan adanya cukup alat bukti.