Pence Gahan

24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif (Djaafar, dkk, 2007). Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah keluarnya cairan dari telinga tengah secara persisten melalui perforasi membran timpani (Reyes-Quintos, dkk, 2007). Survei prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi dalam hal definisi penyakit, metode sampling serta mutu metodologi, menunjukkan beban dunia akibat OMSK melibatkan 65-330 juta orang dengan telinga berair, 60% diantaranya (39-200 juta) menderita kurang pendengaran yang signifikan. WHO mengklasifikasikan prevalensi beberapa tingkatan: sangat tinggi (>4%), tinggi (2- 4%), rendah (1-2%), sangat rendah (<1%). Negara dengan OMSK berprevalensisangat tinggi termasuk Tanzania, India, Kepulauan Solomon, dan Aborgin Australia. Negara dengan OMSK berprevalensi tinggi termasuk Nigeria, Angola, Mozambique, Korea,

Transcript of Pence Gahan

Page 1: Pence Gahan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga

bagian tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis

media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif

(Djaafar, dkk, 2007).

Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah keluarnya cairan dari

telinga tengah secara persisten melalui perforasi membran timpani (Reyes-

Quintos, dkk, 2007).

Survei prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi

dalam hal definisi penyakit, metode sampling serta mutu metodologi,

menunjukkan beban dunia akibat OMSK melibatkan 65-330 juta orang dengan

telinga berair, 60% diantaranya (39-200 juta) menderita kurang pendengaran

yang signifikan. WHO mengklasifikasikan prevalensi beberapa tingkatan:

sangat tinggi (>4%), tinggi (2-4%), rendah (1-2%), sangat rendah (<1%).

Negara dengan OMSK berprevalensisangat tinggi termasuk Tanzania, India,

Kepulauan Solomon, dan Aborgin Australia. Negara dengan OMSK

berprevalensi tinggi termasuk Nigeria, Angola, Mozambique, Korea, Thailand,

Filipina, Malaysia, Eskimo, Finland, American Indians, dan Indonesia (WHO,

2004). Kejadian OMSK di Nepal adalah sebesar 13,2%, dengan penurunan

pendengaran sebanyak 12,47%, pada anak-anak lebih tinggi dibanding orang

dewasa, terutama dari golongan sosial ekonomi rendah (Maharjan, dkk, 2006).

Diagnosis OMSK ditegakkan dengan cara anamnesis, pemeriksaan

otoskopi, pemeriksaan audiologi, dan pemeriksaan radiologi. Untuk OMSK

tipe bahaya, harus dilakukan pemeriksaan histopatologi sebagai standar untuk

diagnosis. Pasien yang datang ke poliklinik THT seringkali sudah terlambat

dan mengalami komplikasi karena belum ada penanda deteksi dini.

Page 2: Pence Gahan

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah penulis ingin mengetahui

“bagaimana pencegahan primer, sekunder, dan tersier pada Otitis Media

Surpuratif Akut?”

C. Tujuan

Tujuan dari makalah ini untuk mengetahui pencegahan primer,

sekunder, dan tersier Otitis Media Surpuratif Akut.

Page 3: Pence Gahan

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pencegahan Primer

Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk mempertahankan

orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar tidak

sakit. Pencegahan primer OMSK dapat dilakukan dengan cara mencegah

terjadinya pencetus OMSK yaitu infeksi saluran pernapasan atas dengan

meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan yang

bergizi, meningkatkan hygiene perorangan dan sanitasi lingkungan, rajin

berolahraga, tidak membersihkan telinga dengan benda yang berujung keras,

serta tidak terlalu lama berada dalam air ketika berenang jika tidak

menggunakan pelindung telinga.

Cara pencegahan primer pada otitis yaitu:

a. Pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA

pada anak antara lain memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua

tentang kebersihan, sanitasi, penyakit ISPA dan pencegahannya meliputi:

1) Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya

dengan cara memberikan makanan kepada anak yang mengandung

cukup gizi.

2) Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan

tubuh terhadap penyakit baik.

Salah satu upaya yang dapat menurunkan resiko terkena ISPA pada

balita adalah dengan pemberian immunisasi lengkap. Immunisasi

Page 4: Pence Gahan

adalah upaya pemberian antigen yang bertujuan untuk mengaktivasi

kekebalan di dalam tubuh anak atau bayi sehingga terhindar dari

penyakit atau penyakit berat yang mungkin timbul. Pemberian

immunisasi merupakan strategi spesifik untuk dapat mengurangi

angka kejadian ISPA (Trapsilowati, 1999), pemberian immunisasi

campak yang efektif dapat mencegah 11 % kematian balita akibat

pneumonia dan dengan immunisasi DPT 6 % kematian akibat

pneumonia dapat dicegah.

3) Mengkonsumsi makanan yang bergizi

4) Kondisi lingkungan yang bersih dan sehat

Rumah dengan ventilasi yang sempurna, sirkulasi udara lancar dan tanpa asap

tungku di dalam rumah yang dapat mengganggu pernapasan. Infeksi saluran

nafas akut menyebar melalui batuk dan air liur, oleh karena itu anak-anak

sebaiknya tidak dibiarkan bersama dengan orang yang sedang menderita

batuk pilek (Biddulph dan Stace, 1999). Selain itu keadaan rumah juga sangat

mempengaruhi kajiadan ISPA. Keadaan ventilasi rumah sangat berkaitan

dnegan kejadian ISPA. Fungsi ventilasi adalah untuk menjaga agar aliran

udara di dalam rumah tetap segar, sehingga keseimbangan oksigen yang

diperlukan tetap terjaga. Kurangnya ventilasi menyebabkan kurangnya

oksigen dan meningkatnya kadar karbondioksida di dalam rumah yang

bersifat racun bagi penghuninya, karena akan menghambat afinitas oksigen

terhadap hemoglobin darah. Selain itu ventilasi yang buruk menyebabkan

aliran udara tidak lancar, sehingga bakteri patogen sulit untuk keluar karena

tidak ada aliran udara yang cukup untuk membawa bakteri keluar rumah.

Selain itu resiko ISPA juga akan meningkat bila di rumah ada sumber

pencemaran udara misalnya ada orang dewasa yang merokok atau keluarga

memasak menggunakan asap, karena asap rokok dan debu dapat

menyebabakan iritasi mukosa saluran pernafasan sehingga merusak sistem

mekanisme pertahanan di saluran pernafasan, akibatnya bakteri mudah masuk

ke dalam saluran nafas dan anak akan mudah terkena ISPA berulang

(Achmadi, 1993 dalam Handayani, 1996).

Page 5: Pence Gahan

5) Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara adalah

memakai penutup hidung dan mulut bila kontak langsung dengan anggota

keluarga atau orang yang sedang menderita penyakit ISPA.

6) Pemberian vitamin A dan ASI pada bayi

ASI merupakan sumber kalori dan protein yang sangat penting bagi anak

khususnya anak dibawah usia 1 tahun serta melindungi bayi terhadap infeksi

karena ASI mengandung antibodi yang penting dalam meningkatkan

kekebalan tubuh. Bayi yang diberi susu botol atau susu formula rata-rata

mengalami dua kali lebih banyak serangan pneumonia dibanding bayi yang

mendapatkan ASI. Penelitian di Kanada membuktikan bahwa ASI

melindungi bayi terhadap infeksi saluran nafas dalam 6 bulan pertama

kehidupan. Nilai gizi ASI yang lebih tinggi dan adanya antibodi, sel-sel

leukosit serta enzim dan hormone melindungi bayi terhadap berbagai infeksi.

b. Pemberian ASI minimal selama 6 bulan.

Air susu ibu menyediakan antibodi-antibodi yang membantu membuat

anak-anak kurang peka terhadap infeksi-infeksi, termasuk infeksi-infeksi

telinga. Pemberian ASI sampai 2 tahun dapat menurunkan angka kematian

anak akibat berbagai penyakit infeksi, diantaranya penyakit diare dan infeksi

saluran pernafasan akut. Berbagai fakor perlindungan ditemukan di dalam

ASI, termasuk IgA (Iminoglobulin A) sekretori (sIgA). Saat menyusui, IgA

sekretori akan berpengaruh terhadap paparan mikroorganisme pada saluran

cerna bayi dan membatasi masuknya bakteri ke dalam aliran darah melalui

mukosa (dinding) saluran cerna.

Berbagai penelitian juga melaporkan bahwa ASI dapat mengurangi

kejadian dan beratnya penyakit diare, infeksi saluran nafas, radang telinga

tengah (otitis media), radang selaput otak (meningitis), infeksi saluran kemih,

dan infeksi radang usus halus dan usus besar yang terjadi karena jaringan

kekurangan oksigen atau pada terapi antibiotik (Necrotizing Enterocolitis).

Air Susu Ibu memberikan perlindungan kepada bayi melalui beberapa

mekanisme, antara lain memperbaiki pertumbuhan mikroorganisme non

Page 6: Pence Gahan

patogen (tidak berbahaya), mengurangi pertumbuhan mikroorganisme

patogen saluran cerna, merangsang perkembangan barier (pembatas) mukosa

saluran cerna dan salurannafas, faktor spesifik (IgA sekretori, zat kekebalan),

mengurangi reaksiinflamasi (peradangan) dan sebagai imunomodulator

(perangsang kekebalan). Itulah sebabnya bayi yang diberi ASI manusia lebih

tahan penyakit dari pada bayi yang diberi ASI hewan.

c. Penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring.

Sewaktu menyusu dengan botol, pegang anak-anak pada posisi duduk

yang tegak. Tiduran waktu minum mempromosikan infeksi karena cairan

dapat berjalan naik ke tabung-tabung eustachio (eustachian tubes),

meningkatkan risiko infeksi.

d. Penghindaran pajanan terhadap asap rokok.

Paparan asap rokok pada anak dapat menimbulkan gangguan pernafasan

terutama memperberat timbulnya infeksi saluran pernafasan akut dan

gangguan fungsi paruparu. Asap dari pembakaran sampah juga dapat

meningkatkan resiko terjadinya ISPA. Pembakaran minyak tanah, kayu

bakar dan asap kendaraan bermotor disamping akan menghasilkan zat

pollutan dalam bentuk debu (partikel) juga menghasilkan zat pencemar

kimia berupa karbondioksida, karbonmonoksida, oksida sulfur, oksida

nitrogen dan hydrocarbon yang berbahaya bagi kesehatan karena zat-zat

tersebut menyebabkan reaksi peradangan pada saluran pernafasan dan

bisa menyebabkan produksi lendir meningkat yang dapat menurunkan

mekanisme pertahanan di saluran pernafasan.

e. Berenang kemungkinan besar tidak meningkatkan risiko OMA.

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk membantu orang yang telah

sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindarkan

komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan.

Pencegahan ini dapat dilakukan dengan :

Page 7: Pence Gahan

a. Diagnosis

1) Anamnesis

Melalui anamnesa dapat diketahui tentang awal mula penyakit, riwayat

penyakit terdahulu, faktor risiko, gejala klinis serta hal-hal lainnya

yang mengarah ke diagnosis yang mungkin terjadi. Penyakit telinga

kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita seringkali

datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Gejala yang

paling sering dijumpai adalah telinga berair. Pada tipe tubotimpani

sekretnya lebih banyak dan seperti benang, tidak berbau bususk, dan

intermiten. Sedangkan pada tipe atikoantral sekretnya lebih sedikit,

berbau busuk, kadangkala disertaipembentukan jaringan granulasi atau

polip, dan sekret yang keluar dapat bercampur darah. Ada kalanya

penderita datang dengan keluhan kurang pendengaran atau telinga

keluar darah.

Anamnesis yang lengkap sangat membantu menegakkan diagnosis

OMSK. Biasanya penderita datang dengan riwayat otore menetap atau

berulang lebih dari dua bulan. Penurunan pendengaran juga merupakan

keluhan yang paling sering. Terkadang penderita juga mengeluh

adanya vertigo dan nyeri bila terjadi komplikasi

2) Pemeriksaan otoskopi

Pada pemeriksaan otoskopi dapat dibedakan jenis OMSK berdasarkan

perforasi pada membran timpani, yang terdiri dari perforasi sentral,

marginal dan atik. Gambaran yang terlihat dengan otoskopi pada

perforasi sentral adalah tampak perforasi yang letaknya sentral pada

pars tensa, dapat berbentuk bundar, oval, bentuk ginjal atau hati.

Perforasinya dapat subtotal atau total, masih terlihat pinggir membran

timpani (annulus timpanikus), melalui perforasi tampak mukosa kavum

timpani bewarna pucat, bila ada eksaserbasi akut maka warna mukosa

menjadi merah dan jarang terdapat granulasi atau polip. Gambaran

otoskopi pada perforasi marginal adalah tampak perforasi yang

letaknya marginal, pada pars tensa belakang atas biasanya besar, atau

Page 8: Pence Gahan

pada pars flaksida muka atau belakang (kecil), prosesnya bukan hanya

pada mukosa kavum timpani dan tulang-tulang pendengaran ikut

rusak, sering terdapat granulasi atau polip, annulus timpanikus tidak

terlihat lagi dan terlihat gambaran nekrosis tulang. Sedangkan

gambaran pada perforasi atik adalah perforasi yang letaknya di pars

flaksida (Mills, 1997; Telian, 2002; Kenna dan Latz, 2006).

3) Pemeriksaan audiometri

Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli

konduktif, tetapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensorineural, beratnya

ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan

dan mobilitas sistim penghantaran suara ditelinga tengah (Mills, 1997; Telian,

2002; Kenna dan Latz , 2006).

Pemeriksaan audiometri penting untuk menilai hantaran tulang dan

udara serta untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran. Melalui

audiogram dapat dilihat jenis ketulian dan derajat ketulian. Berdasarkan ISO

(International Standard Organization ) derajat ketulian dibagi atas : 0-25 dB

(normal) , 26-40 dB (tuli ringan), 41-60 dB (tuli sedang), 61-90 dB (tuli

berat), > 91 dB (sangat berat).

4) Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis

nilai diagnostiknya terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan

audiometri. Pemeriksaan radiologi biasanya mengungkapkan mastoid yang

tampak sklerotik, lebih kecil dengan pneumatisasi lebih sedikit dibandingkan

mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi tulang, terutama pada daerah

atik memberi kesan kolesteatom (Mills, 1997; Telian, 2002; Kenna dan Latz,

2006).

Pemeriksaan radiologi untuk melihat tingkat perkembangan

pneumatisasi mastoid, menggambarkan perluasan penyakit dan tulang-tulang

pendengaran. Foto polos untuk menunjukkan adanya gambaran kolesteatoma

sedangkan CT - Scan lebih efektif untuk menunjukkan anatomi tulang

temporal dan kolesteatoma.

Page 9: Pence Gahan

5) Pemeriksaan Bakteriologi

Walaupun perkembangan dari OMSK merupakan kelanjuan dari

mulainya infeksi akut, bakteri yang ditemukan pada sekret yang kronis

berbeda dengan yang ditemukan pada otitis media supuratif akut. Bakteri

yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa,

Staphylococcus aureus, dan Proteus sp.

Sedangkan bakteri pada otitis media supuratif akut adalah

Streptococcus pneumonie dan H. influenza. Infeksi telinga biasanya masuk

melalui tuba dan berasal dari hidung, sinus paranasal, adenoid, atau faring.

Dalam hal ini penyebab biasanya adalah pneumokokus, streptokokus atau H.

influenza. Akan tetapi, pada OMSK keadaan ini agak berbeda karena adanya

perforasi membran timpani maka infeksi lebih sering berasal dari luar yang

masuk melalui perforasi tadi.

b. Pengobatan

Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana

pengobatan dapat dibagi atas :

1. Konservatif

2. Operasi

a) OMSK BENIGNA FASE TENANG

Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan pasien diberikan informasi

dan edukasi untuk tidak mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga

sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat bila menderita

infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya

dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk

mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.

b) OMSK BENIGNA AKTIF

Prinsip pengobatan OMSK adalah:

Prinsip pengobatan OMSK adalah :

1) Membersihkan liang telinga dan kavum timpani (toilet telinga)

Page 10: Pence Gahan

Tujuan toilet telinga adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai

untuk perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan

media yang baik bagi perkembangan mikroorganisme.

Cara pembersihan liang telinga (toilet telinga):

a. Toilet telinga secara kering (dry mopping).

Telinga dibersihkan dengan kapas lidi steril, setelah dibersihkan

dapat di beri antibiotik berbentuk serbuk. Cara ini sebaiknya

dilakukan di klinik atau dapat juga dilakukan oleh anggota keluarga.

Pembersihan liang telinga dapat dilakukan setiap hari sampai telinga

kering.

b. Toilet telinga secara basah (syringing).

Telinga disemprot dengan cairan untuk membuang debris dan nanah,

kemudian dibersihkan dengan kapas lidi steril dan diberi serbuk

antibiotik. Meskipun cara ini sangat efektif untuk membersihkan telinga

tengah, tetapi dapat mengakibatkan penyebaran infeksi ke bagian lain

dan ke mastoid. Pemberian serbuk antibiotik dalam jangka panjang dapat

menimbulkan reaksi sensitifitas pada kulit. Dalam hal ini dapat diganti

dengan serbuk antiseptik, misalnya asam boric dengan iodine.

c. Toilet telinga dengan pengisapan ( suction toilet)

Pembersihan dengan suction pada nanah dengan bantuan

mikroskopis operasi adalah metode yang paling populer saat ini. Setelah

itu dilakukan pengangkatan mukosa yang berproliferasi dan polipoid

sehingga sumber infeksi dapat dihilangkan. Akibatnya terjadi drainase

yang baik dan resorbsi mukosa. Pada orang dewasa yang kooperatif cara

ini dilakukan tanpa anastesi tetapi pada anak-anak diperlukan anestesi.

Pencucian telinga dengan H2O2 3% akan mencapai sasarannya bila

dilakukan dengan “displacement methode” seperti yang dianjurkan oleh

Mawson dan Ludmann.

2) Pemberian antibiotika

a. Pemberian antibiotik topikal

Page 11: Pence Gahan

Terdapat perbedaan pendapat mengenai manfaat penggunaan antibiotika

topikal untuk OMSK. Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga

dengan secret yang banyak tanpa dibersihkan dulu, adalah tidak efektif.

Bila sekret berkurang/tidak progresif lagi diberikan obat tetes yang

mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Dianjurkan irigasi dengan

garam faal agar lingkungan bersifat asam dan merupakan media yang

buruk untuk tumbuhnya kuman. Selain itu dikatakan bahwa tempat

infeksi pada OMSK sulit dicapai oleh antibiotika topikal. Djaafar dan

Gitowirjono menggunakan antibiotik topikal sesudah irigasi sekret profus

dengan hasil cukup memuaskan, kecuali kasus dengan jaringan patologis

yang menetap pada telinga tengah dan kavum mastoid. Mengingat

pemberian obat topikal dimaksudkan agar masuk sampai telinga tengah,

maka tidak dianjurkan antibiotik yang ototoksik misalnya neomisin dan

lamanya tidak lebih dari 1 minggu. Cara pemilihan antibiotik yang paling

baik adalah dengan berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji

resistensi. Obat-obatan topikal dapat berupa bubuk atau tetes telinga yang

biasanya dipakai setelah telinga dibersihkan dahulu.

Pengobatan antibiotika topikal dapat digunakan secara luas untuk OMSK

aktif, dikombinasi dengan pembersihan telinga, baik pada anak maupun

dewasa.

1. Polimiksin B atau polimiksin E

Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif.

2. Neomisin

Obat bakterisid pada kuman gram positif dan negatif. Toksik terhadap

ginjal dan telinga.

3. Kloramfenikol

Obat ini bersifat bakterisid terhadap basil gram positif dan negatif

kecuali Pseudomonas aeruginosa.

b. Pemberian antibiotik sistemik

Page 12: Pence Gahan

Pemilihan antibiotika sistemik untuk OMSK juga sebaiknya

berdasarkan kultur kuman penyebab. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1

minggu dan harus disertai pembersihan sekret profus. Bila terjadi kegagalan

pengobatan , perlu diperhatikan faktor penyebab kegagalan yang ada pada

penderita tersebut. Dalam penggunaan antimikroba, perlu diketahui daya

bunuh antimikroba terhadap masing- masing jenis kuman penyebab, kadar

hambat minimal terhadap masing-masing kuman penyebab, daya penetrasi

antimikroba di masing-masing jaringan tubuh dan toksisitas obat terhadap

kondisi tubuh. Berdasarkan konsentrasi obat dan daya bunuh terhadap

mikroba, antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan.

Golongan pertama antimikroba dengan daya bunuh yang tergantung

kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin banyak kuman terbunuh, misalnya

golongan aminoglikosida dan kuinolon.

Golongan kedua adalah antimikroba yang pada konsentrasi tertentu

daya bunuhnya paling baik. Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh

antimikroba golongan ini, misalnya golongan beta laktam.

Terapi antibiotik sistemik yang dianjurkan pada Otitis media kronik

adalah.

1) Antibiotika golongan kuinolon ( siprofloksasin dan ofloksasin)

mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan dapat diberikan peroral. Tetapi

tidak dianjurkan diberikan untuk anak dengan umur dibawah 16 tahun.

2) Golongan sefalosforin generasi III (sefotaksim, seftazidim dan seftriakson)

juga aktif terhadap pseudomonas, tetapi harus diberikan secara parenteral.

Page 13: Pence Gahan

Terapi ini sangat baik untuk OMA sedangkan untuk OMSK belum pasti

cukup, meskipun dapat mengatasi OMSK.

3) Metronidazol mempunyai efek bakterisid untuk kuman anaerob.

Metronidazol dapat diberikan pada OMSK aktif, dosis 400 mg per 8 jam

selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam selama 2-4 minggu.

c) OMSK MALIGNA

Pengobatan untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif

dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum

dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses

sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.

Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki

membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau

kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.

Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan

pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara

lain:

1) Mastoidektomi sederhana ( simple mastoidectomy)

Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pengobatan

tidak sembuh, Operasi ini dilakukan dengan pembersihan di ruang

mastoid dari jaringan patologik agar infeksi menjadi tenang dan telinga

tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki.

2) Mastoidektomi radikal

Dilakukan pada OMSK tipe bahaya dengan infeksi atau kolesteatom yang

sudah meluas. Tujuan operasi ini adalah membuang semua jaringan

patologik dan mencegah komplikasi ke intrakranial. Kerugian operasi ini

adalah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidup.

3) Mastoidektomi radikal dengan modifikasi

Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik,

tetapi belum merusak kavum timpani. Tujuan operasi ini adalah untuk

Page 14: Pence Gahan

membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid dan

mempertahankan pendengaran yang masih ada.

4) Miringoplasti

Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan,

rekonstruksi hanya di lakukan di membran timpani. Tujuan operasi ini

adalah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK

tipe aman dengan perforasi yang menetap. Operasi ini dilakukan pada

OMSK tipe aman yang sudah tenag dengan ketulian ringan yang hanya

disebabkan oleh peforasi membran timpani.

5) Timpanoplasti

Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan yang

lebih berat atau OMSK tipe aman yang tidak bisa ditenangkan dengan

terapi medikamentosa. Tujuan operasi ini adalah untuk menyembuhkan

penyakit dan memperbaiki pendengaran.

6) Pendekatan ganda timpanoplasti (Combined approach tympanoplasty)

Operasi ini dikerjakan pada kasus OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe

aman dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi ini untuk

menyembuhkan panyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa

melakukan teknik mastoidektomi radikal.

3. Pencegahan Tersier

Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan

mengadakan rehabilitasi pada penderita OMSK yaitu dapat dilakukan dengan

menggunakan Alat Bantu Dengar (ABD) yang merupakan suatu perangkat

elektronik yang berguna untuk memperkeras suara yang masuk ke dalam

telinga, sehingga penderita OMSK dapat mendengar lebih jelas suara yang

ada disekitarnya

Page 15: Pence Gahan

BAB III

PENUTUP

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut “congek”

adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada

gendang telinga (membran timpani) dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari

telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul.

Otitis media supuratif kronik dapat terbagi atas: tipe tubotimpani dan tipe

atikoantral dimana tipe ati koantral merupakan tipe paling ganas karena terdapat

kolesteatom yang bersifat destruksi.

Penatalaksanaan OMSK dapat terbagi atas pengobatan konservatif dan

operasi.