Pence Gahan

8
Pencegahan Kasus Malapraktik 1. Upaya pencegahan malpraktek dalam pelayanan kesehatan Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga medis karena adanya malpraktek diharapkan tenaga dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati, yakni: a. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena perjanjian berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan berhasil (resultaat verbintenis). b. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent. c. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis. d. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter. e. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala kebutuhannya. f. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya. 2. Upaya menghadapi tuntutan hokum Apabila upaya kesehatan yang dilakukan kepada pasien tidak memuaskan sehingga perawat menghadapi tuntutan hukum, maka tenaga kesehatan seharusnyalah bersifat pasif dan pasien atau keluarganyalah yang aktif membuktikan kelalaian tenaga kesehatan. Apabila tuduhan kepada kesehatan merupakan criminal malpractice, maka tenaga kesehatan dapatmelakukan: a. Informal defence, dengan mengajukan bukti untuk menangkis/ menyangkal bahwa tuduhan yang diajukan tidak berdasar atau tidak menunjuk pada doktrin-doktrin yang ada, misalnya perawat

description

z

Transcript of Pence Gahan

Page 1: Pence Gahan

Pencegahan  Kasus Malapraktik

1.  Upaya pencegahan malpraktek dalam pelayanan kesehatan  

Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga medis karena adanya

malpraktek diharapkan tenaga dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati, yakni:

a.       Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena perjanjian

berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan berhasil (resultaat verbintenis).

b. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.

c. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.

d. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.

e. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala kebutuhannya.

f. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya.

2. Upaya menghadapi tuntutan hokum

Apabila upaya kesehatan yang dilakukan kepada pasien tidak memuaskan sehingga perawat

menghadapi tuntutan hukum, maka tenaga kesehatan seharusnyalah bersifat pasif dan pasien atau

keluarganyalah yang aktif membuktikan kelalaian tenaga kesehatan.

Apabila tuduhan kepada kesehatan merupakan criminal malpractice, maka tenaga kesehatan

dapatmelakukan:

a. Informal defence, dengan mengajukan bukti untuk menangkis/ menyangkal bahwa tuduhan yang

diajukan tidak berdasar atau tidak menunjuk pada doktrin-doktrin yang ada, misalnya perawat

mengajukan bukti bahwa yang terjadi bukan disengaja, akan tetapi merupakan risiko medik (risk of

treatment), atau mengajukan alasan bahwa dirinya tidak mempunyai sikap batin (men

rea) sebagaimana disyaratkan dalam perumusan delik yang dituduhkan.

b. Formal/legal defence, yakni melakukan pembelaan dengan mengajukan atau menunjuk pada

doktrin-doktrin hukum, yakni dengan menyangkal tuntutan dengan cara menolak unsur-unsur

pertanggung jawaban atau melakukan pembelaan untuk membebaskan diri dari pertanggung

jawaban, dengan mengajukan bukti bahwa yang dilakukan adalah pengaruh daya paksa.

Berbicara mengenai pembelaan, ada baiknya perawat menggunakan jasa penasehat hukum,

sehinggayang sifatnya teknis pembelaan diserahkan kepadanya.

Pada perkara perdata dalam tuduhan civil malpractice dimana perawat digugat membayar ganti rugi

sejumlah uang, yang dilakukan adalah mementahkan dalil-dalil penggugat, karena dalam lain pasien

atau pengacaranya harus membuktikan  dalil sebagai dasar gugatan bahwa tergugat (perawat)

bertanggung jawab atas derita (damage) yang dialami penggugat. Untuk membuktikan adanya civil

malpractice tidaklah mudah, utamanya tidak diketemukannya fakta yang dapat berbicara sendiri (res

Page 2: Pence Gahan

ipsa loquitur),apalagi untuk membuktikan adanya tindakan menterlantarkan kewajiban (dereliction

of duty) dan adanya hubungan langsung antara menterlantarkan kewajiban dengan adanya rusaknya

kesehatan (damage), sedangkan yang harus membuktikan adalah orang-orang awam dibidang

kesehatan dan hal inilah yang menguntungkan tenaga perawatan.

### Profesi kedokteran merupakan profesi yang tertua dan dikenal sebagai profesi yang mulia

karena ia berhadapan dengan hal yang paling berharga dalam hidup seseorang yaitu masalah

kesehatan dan kehidupan. Menurut pasal 1 butir 11 undang undang no 29 tahun 2004 tentang

praktik kedokteran profesi kedokteran atau kedokteran gigi adalah suatu pekerjaan kedokteran atau

kedokteran gigi yang di laksanakan berdasarkan suatu keilmuan, kompetensi yang di peroleh

melalui pendidikan berjenjang dan kode etik yang bersifat melayani masyarakat.

Hakikat profesi kedokteran adalah bisikan nurani dan panggilan jiwa, untuk

mengabdikan diri pada kemanusiaan berlandaskan moralitas yang kental. Prinsip prinsip

kejujuran, keadilan, empati, keikhlasan, kepedulian kepada sesama dalam rasa kemanusiaan,

rasa kasih sayang, dan ikut mersasakan penderitaan orang lain yang kurang beruntung.

Dengan demikian, seorang dokter tidak boleh egois melainkan harus mengutamakan

kepentingan orang lain, membantu orang sakit. Seorang dokter harus memiliki IQ , EQ, SQ

yang tinggi dan berimbang.

2.2 Prinsip Dasar Etika Kedokteran

2.2.1 Beneficence

Beneficence adalah bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat

manusia, dokter tersebut harus berusaha maksimal agar pasiennya tetap dalam kondisi sehat.

Perlakuan terbaik kepada pasien merupakan poin utama dalam kaidah ini. Kaidah

beneficence menegaskan peran dokter untuk menyediakan kemudahan dan kesenangan

kepada pasien dan mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi akibat baik daripada

hal yang buruk.

2.2.2 Non-maleficence

Page 3: Pence Gahan

Non-maleficence adalah suatu prinsip dimana seorang dokter tidak melakukan

perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya

bagi pasien yang dirawat atau diobati olehnya. Pernyataan kuno First do no harm, tetap

berlaku dan harus diikuti.

Page 4: Pence Gahan

2.2.3 Autonomy

Dalam kaidah ini, seorang dokter wajib menghormati martabat dan hak manusia.

Setiap individu harus diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak menentukan nasib

sendiri. Dalam hal ini pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat keputusan

sendiri. Autonomy bermaksud menghendaki, menyetujui, membenarkan, membela, dan

membiarkan pasien demi dirinya sendiri.

2.2.4 Justice

Keadilan atau Justice adalah suatu prinsip dimana seorang dokter wajib memberikan

perlakuan sama rata serta adil untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut.

Perbedaan tingkat ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan

sosial, dan kewarganegaraan tidak boleh mengubah sikap dan pelayanan dokter terhadap

pasiennya.

2.3 Etika Kesehatan dan Hukum Kesehatan

2.3.1 Persamaan etika dan hukum kesehatan

Persamaan etika dan hukum kesehatan yaitu

1. Etika dan hukum kesehatan sama-sama merupakan alat untuk mengatur tertibnya

hidup bermasyarakat dalam bidang kesehatan.

2. Sebagai objeknya adalah sama yakni masyarakat baik yang sakit maupun yang

tidak sakit (sehat).

3. Masing-masing mengatur kedua belah pihak antara hak dan kewajiban, baik

pihak yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan maupn yang menerima

pelayanan kesehatan agar tidak saling merugikan.

4. Keduanya menggugah kesadaran untuk bersikap manusiawi, baik penyelenggara

maupun penerima pelayanan kesehatan.

5. Baik etika maupun hukum kesehatan merupakan hasil pemikiran dari para pakar

serta pengalaman para praktisi bidang kesehatan.

2.3.2 Perbedaan etika dan hukum kesehatan

Perbedaan antara etika kesehatan dan hukum kesehatan antara lain:

Page 5: Pence Gahan

1. Etika hanya berlaku di lingkungan masing-masing profesi kesehatan, sedangkan

hukum kesehatan berlaku untuk umum

2. Etika kesehatan disusun berdasarkan kesepakatan anggota masingmasing profesi,

sedangkan hukum kesehatan disusun oleh badan pemerintahan, baik legislative

(Undang-Undang=UU, Peraturan Daerah=Perda,) maupun oleh eksekutif

(Peraturan Pemerintah/PP, Kepres, Kepmen, dan sebagainya).

3. Etika kesehatan tidak semuanya tertulis, sedangkan hukum kesehatan tercantum

atau tertulis secara rinci dalam kitab undang-undang atau lembaran negara

lainnya.

4. Sanksi terhadap pelanggaran etika kesehatan berupa tuntunan, biasanaya dari

organisasi profesi, sedangkan sanksi pelanggaran hukum kesehatan adalah

“tuntutan”, yang berujung pada pidana atau hukuman.

5. Pelanggaran etika kesehatan diselesaikan oleh Majelis Kehormatan Etik Profesi

dari masing-masing organisasi profesi, sedangkan pelanggaran hukum kesehatan

diselesaikan lewat pengadilan.

6. Penyelesaian pelanggaran etik tidak selalu disertai bukti fisik, sedangkan untuk

pelanggaran hukum pembuktiannya memerlukan bukti fisik.

Page 6: Pence Gahan