Penatalaksanaan, Peran Dan Fungsi Perawat Jiwa

10
Penatalaksanaan Skizoprenia a) Terapi Obat Terapi awal dengan obat anstipsikosis merupakan pengobatan utama untuk mengurangi gejala yang tidak menyenangkan dan hendaya sosial. Terapi loni pertama memerlukan obat penyekat dopamin seperti haloperidol, chlorpromazine, trifluoperazine, sulpride, dan pimozide. Beberapa obat tersebut hanya tersedia dalam bentuk sediaan oral, dan efek sedatif dan sifat ansietasnya beragam, begitu pula dengan efek sampingnya. Terapi lanjutan — Injeksi depot dengan efek lepas lambat yang stabil dalam waktu satu hingga empat minggu sangat bermanfaat. Obat tersebut meningkatkan kepatuhan, suatu masalah utama pada pasien dengan insight yang buruk. Pengurangan gejala terjadi hampir pada 70% pasien yang mendapatkan terapi tersebut. Efek samping merupakan masalah umum, terutama yang melibatkan pergerakan. Gejala parkinsonisme memerlukan obat antimuskarinik (seperti

description

Penatalaksanaan, Peran Dan Fungsi Perawat Jiwa

Transcript of Penatalaksanaan, Peran Dan Fungsi Perawat Jiwa

Penatalaksanaan Skizoprenia

a) Terapi Obat

Terapi awal dengan obat anstipsikosis merupakan pengobatan utama untuk mengurangi gejala yang tidak menyenangkan dan hendaya sosial. Terapi loni pertama memerlukan obat penyekat dopamin seperti haloperidol, chlorpromazine, trifluoperazine, sulpride, dan pimozide. Beberapa obat tersebut hanya tersedia dalam bentuk sediaan oral, dan efek sedatif dan sifat ansietasnya beragam, begitu pula dengan efek sampingnya.

Terapi lanjutan Injeksi depot dengan efek lepas lambat yang stabil dalam waktu satu hingga empat minggu sangat bermanfaat. Obat tersebut meningkatkan kepatuhan, suatu masalah utama pada pasien dengan insight yang buruk. Pengurangan gejala terjadi hampir pada 70% pasien yang mendapatkan terapi tersebut.

Efek samping merupakan masalah umum, terutama yang melibatkan pergerakan. Gejala parkinsonisme memerlukan obat antimuskarinik (seperti procyclidine atau orphenadrine) pada sepertiga pasien atau lebih.

Sedasi atau sensasi perasaan yang datar atau tertekan juga mungkin menyebabkan distress. Rasa lelah, baik secara psikologis maupun yang mengenai tungkai (akathisia), sulit dipahami tetapi berespons terhadap penyekat beta. Benzodiazepine sangat berguna untuk mengobati masalah masalah yang sering ditemukan seperti rangsangan atau ansietas yang berlebihan atau sulit tidur.

Obat antipsikosis atipikal terbaru, seperti clozapine atau risperidone, memiliki kerja penyekat tambahan pada reseptor serotonin yang tampaknya mengurangi efek sampingg dan gejala negatif. Perkembangan obat yang lebih bersih tersebut merupakan salah satu aspek penelitian yang paling menarik dalam penatalaksanaan skizofrenia.

b) Terapi Psikologis

Intervensi psikologis dipusatkan pada psen perorangan untuk mengembangkan keterampilan sosial. Kekambuhan pada skizofrenia tampaknya berkaitan dengan tingkat ekspresi emosional keluarga misalnya berupa komentar-komentar kritis yang terlihat saat penilaian formal atau ungkapan kemarahan keluarga pada saat wawancara. Mengidentifikasi orangtua yang terlalu ikut campur, terkadang marah marah, dan ibu yang suka mengomel tidak sulit.

Teori penyebab yang berkembang pada tahun 1960-an, yang menciptakan istilah orangtua skizofreriogenik, saat ini mulai ditinggalkan. Namun, terdapat hubungan erat antara tingkat keterangsangan (arousal) dalam keluarga dan kekambuhan dini; hal ini dapat dikurangi dengan pendidikan keluarga terstruktur, mengurangi tatap muka dengan menghadiri perawatan sehari (day centre), serta terapi formal untuk keluarga. Akhir-akhir ini, terapi kognitif untuk mengurangi dampak keyakinan berwaham atau halusinasi telah menunjukkan basil yang menjanjikan.

c) Dukungan Sosial

Petugas inti dapat membantu pengobatan, hendaya, dan kebutuhan perumahan. Penginapan atau rumah kelompok memiliki struktur dan dukungan yang bervariasi, dan unit ketergantungan tinggi yang menyediakan perawatan 24 jam hingga tempat tinggal dengan dukungan semi-independen yang dikunjungi petugas harian atau sedikitnya sekali seminggu. Rawat jalan, baik berupa rehabilitasi aktif yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan bekerja atau dukungan sederhana dengan aktivitas utama yang ringan, dapat memperbaiki fungsi personal (misalnya higiene, percakapan, dan pertemanan) serta mendeteksi terjadinya kekambuhan dini.

Terdapat bukti-bukti yang menyatakan bahwa dukungan komunitas tertentu dapat mengurangi kebutuhan penghentian kegawatan atau perawatan mendadak. Namun, mitos bahwa perawatan komunitas dapat menggantikan kebutuhan rawat inap tidak terbukti, terutama pada tingginya jumlah tunawisma, seperti pada kota-kota besar. Perbandingan penyediaan satu tempat-tidur untuk kasus akut tiap 10 penderita dalam komunitas mungkin masih dapat diterima.

(Davies dan Craig, ABC Kesehatan Mental, 2009 : 88)

Penatalaksanaan Halusinasia) Metode Biologik

Obat psikosis akut dengan obat antipsikotik, lebih disukai dengan antipsikotik atipikal baru (kisaran dosis ekuivalen = klorpromazin 300600 mg/han; kadang-kadang lebih). Rumatan dengan dosis rendah antipsikotik diperlukan, setelah kekambuhan pertama. Dosis rumatan sebaiknya diteruskan untuk beberapa tahun. Ketidakpatuhan lazim terjadi (terutama pada subjek dengan panyalahgunaan zat), sehingga depo flufenazin atau haloperidol kerjalama merupakan obat terpilih. Antipsikorik tradisional terutama berguna untuk mengendalikan gejala-gejala positif, sedangkan beberapa antipsikotik atipikal baru, sangat membantu pasien-pasien dengan gejala negatif.

Waspadai penggunaan dosis berlebihan dalam jangka lama karena secara kronis dapat mengganggu fungsi pasien. Penambahan litium atau benzodiazepin, misal diazepam 1530 mg per hari atau Idonazepam 5 - 15 mg/hari, pada subgrup skizofrenia (terutama pada pasien agitasi atau cemas) dapat sangat berguna.

Standar emas baru adalah kiozapin (Clozaril), yaitu antipsikotik yang mahal, berbahaya (tidak dapat diprediksi, berporensi terjadi agranulositosis letal) tetapi efektif, yang secara kiinis memperbaiki gejala dan diterima lebih baik (karena efek samping lebih ringan) oleh 1/3 atau lebih pasien kronis refrakter. Dapat digunakan dengan aman timpa interupsi pemantauan jumlah sel darah putih setiap minggu. Gunakanlah anripsikotik ini setelah gagal menggunakan antipsikotik lain (tidak sebagai obat pertama), tetapi ANDA HARUS MEMANTAUNYA SECARA KETAT.

Terapi Kejang Listrik (ECT electroconvulsive therapy) dapat juga bermanfaat untuk mengontrol dengan cepat beberapa psikosis akut. Sangat sedikit pasien skizofrenia yang tidak merespons obat-obatan, dapat membaik dengan ECTtidak dapat diramalkan.

b) Metode Psikososial

Terapi utama skizofrenia halusinasi adalah farmakologi. Psikoterapi jangka panjang yang berorienrasi tilikan, jarang digunakan. Di sisi lain, metode psikososial berorientasi realita yang bersifat suportif bermanfaat pada terapi jangka panjang skizofrenia, .

Pasien psikotik akut sebaiknya didekati secara berhari-hati. Jagalah jarak yang nyaman dengan pasien bila ia tampak terganggu dengan keberadaan Anda. Amatlah perlu untuk melakukan komunikasi dengan pasien ini.

(David A. Tom, Buku Saku Psikiatri, 2004)Peran Fungsi Perawat Kesehatan Jiwa

Kesehatan jiwa masyrakat merupakan tenaga perawatan dari puskesmas yang bertanggung jawab memberikan pelayanan keparawatan diwilayah kerja puskesmas. Fokus pelayanan pada tahap awal adalah anggota masyrakat yang mengalami gangguan jiwa.adapun peran dan fungsi perawat jiwa masyarakat adalah:a) Pemberi askep

Perawat memberikan askep kepada pasien untuk membantu mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah dan meningkatkan fungsikehidupannya.peranini dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawat jiwa untuk melakukan tindakan sesuai dengan masalah pasien.kegiatan yang dilakukan adalah pengelolaan kasus, tindakan keperawatan jiwa pada individu dan masyarakat, dan tindakan kolaborasi dengan tim kesehatan lain.

b) Pendidik

Perawat memberikan pendidikan kesehatan jiwa kepada individu dan keluarga untuk mengembangkan kemampuan keluarga dalam melakuakan lima tugas keluarga yaitu mampu mengenal masalah-masalah pada pasien, mengambil keputusan untuk mengatasi masalah, merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, memodifikasi lingkungan keluarga yang mendukung pemulihan pasien dan manfaat pelayanan kesehatan jiwa yang ada.

c) Koordinator

Melakukan koordinasi dalam kegiatan penemuan kasus dan rujukan. Penemuan kasus dilakukan dengan pemeriksaan langsung dikeluarga, mengingatkan kedusun, kemudian kelurahan, dan kecamatan. Perawat kesehatan jiwa harus menetapkan jumlah kasus gangguan jiwa pada wilayah kerja puskesmas. Penemuan kasus tersebut dapat berkoordinasi dengan masyarakat, tokoh agama atau anggota tim kesehatan lain. Rujukan kepuskesmas dapat dilakukan jika pasien belum melihatkan perbaikan dan perawat kesehatan dapat berkonsultasi dengan dinas kesehatan jiwa ditingkat kabupaten. Rujukan dapat bersifat timbal balik. Rujukan balik dari tim kesehatan jiwa masysrakat, RSU, RSJ keperawat jiwa komunitas.

(Achir Yani, Bunga Rampai : Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa, 2004)