PENATALAKSANAAN HIPERKALEMIA

3
PENATALAKSANAAN HIPERKALEMIA Pengobatan hiperkalemia bertujuan untuk : - mengurangi efek terhadap jantung - merangsang sel untuk menguptake kalium sehingga mengurangi kadar kalium dalam plasma - mengeluarkan kalium dari dalam tubuh 1. Mengurangi efek terhadap jantung. Pemberian kalsium intravena, dapat menghambat efek hiperkalemia terhadap sistem konduksi dan repolarisasi otot jantung. Kalsium yang diberikan dapat berupa kalsium glukonat dan harus diberikan melalui intravena. Efek pemberian kalsium akan dapat dilihat pada EKG dalam waktu 1–3 menit setelah pemberian, paling lambat dalam waktu 30–60 menit. Pada hiperkalemia berat, sambil menunggu efek insulin dan bikarbonat, dapat diberikan kalsium glukonat 10 % iv 10 ml dalam 2 – 3 menit dgn monitor EKG. Bila perubahan EKG masih belum ada, pemberian kalsium glukonat dapat diulang setelah 5-10 menit. 2. Meningkatkan uptake kalium oleh sel. Insulin atau β2-adrenergik agonist keduanya mempunyai efek tersebut. Pemberian insulin secara cepat dapat merangsang sel untuk menguptake kalium oleh sel-sel ekstrarenal seperti hepatosit dan miosit. Glukosa biasanya diberikan bersamaan untuk mencegah hipoglikemia. Pengobatan dengan β2-adrenergik agonist dilaporkan juga efektif. Pemberian albuterol intravena, 0,5 mg mempunyai efek yang cepat bagi sel untuk menguptake kalium dan dapat menurunkan kalium serum 1 mmol/L, di Amerika Serikat tidak dianjurkan cara intravena.

Transcript of PENATALAKSANAAN HIPERKALEMIA

Page 1: PENATALAKSANAAN HIPERKALEMIA

PENATALAKSANAAN HIPERKALEMIA

Pengobatan hiperkalemia bertujuan untuk :

- mengurangi efek terhadap jantung

- merangsang sel untuk menguptake kalium sehingga mengurangi kadar kalium dalam plasma

- mengeluarkan kalium dari dalam tubuh

1. Mengurangi efek terhadap jantung.

Pemberian kalsium intravena, dapat menghambat efek hiperkalemia terhadap sistem konduksi

dan repolarisasi otot jantung. Kalsium yang diberikan dapat berupa kalsium glukonat dan harus

diberikan melalui intravena. Efek pemberian kalsium akan dapat dilihat pada EKG dalam waktu

1–3 menit setelah pemberian, paling lambat dalam waktu 30–60 menit. Pada hiperkalemia

berat, sambil menunggu efek insulin dan bikarbonat, dapat diberikan kalsium glukonat 10 % iv

10 ml dalam 2 – 3 menit dgn monitor EKG. Bila perubahan EKG masih belum ada, pemberian

kalsium glukonat dapat diulang setelah 5-10 menit.

2. Meningkatkan uptake kalium oleh sel.

Insulin atau β2-adrenergik agonist keduanya mempunyai efek tersebut. Pemberian insulin

secara cepat dapat merangsang sel untuk menguptake kalium oleh sel-sel ekstrarenal seperti

hepatosit dan miosit. Glukosa biasanya diberikan bersamaan untuk mencegah hipoglikemia.

Pengobatan dengan β2-adrenergik agonist dilaporkan juga efektif. Pemberian albuterol

intravena, 0,5 mg mempunyai efek yang cepat bagi sel untuk menguptake kalium dan dapat

menurunkan kalium serum 1 mmol/L, di Amerika Serikat tidak dianjurkan cara intravena.

a. Insulin reguler 10 - 20 unit dan 25-50 gr glukosa. Jika efektif, Kalium plasma akan turun 0,5 –

1,5 mmol/L dalam 15 – 30 menit dan efek paling lama dalam beberapa jam. Insulin memicu

pompa ion Na K ATPase memasukkan kalium ke dalam sel, sedang glukosa atau dextrosa

memicu pengeluaran insulin endogen.

b. Natrium bikarbonat akan meningkatkan pH sistemik.

Peningkatan pH akan merangsang ion H keluar dari dlm sel yg kemudian menyebabkan ion K

masuk ke dalam sel. Dlm keadaan tanpa asidosis metabolik, Na bikarbonat diberikan 50 meq

iv selama 10 menit. Bila dlm keadaan asidosis metabolik, disesuaikan dengan keadaan

asidosis metabolik yg ada.

Page 2: PENATALAKSANAAN HIPERKALEMIA

c. Pemberian α 2 agonis secara inhalasi maupun tetesan intavena. α 2 agonis akan merangsang

pompa Na K ATPase, kalium masuk ke dalam sel. Albuterol 10 – 20mg, onset dalam 30

menit, menurunkan konsentrasi kalium plasma 0,5 – 1,5 mmol/L dan efek paling lama dalam

2-4 jam.

3. Mengeluarkan kalium dari dalam tubuh

Pada keadaan kronik hiperkalemia sedang, ekskresi kalium oleh ginjal cukup dengan pemberian

loop diuretik atau tiazid diuretik. Hiperkalemia akut pada umumnya tidak dapat diobati dengan

diuretik, karena kecepatan ekskresi kalium tidak adekuat. Cara lain untuk mengeliminasi kalium

adalah dengan resin, sodium polystyrene sulfonate. Resin mempunyai efek untuk mengganti

natrium dengan kalium di sistem saluran cerna. Pemberian dapat dengan oral atau lewat

rectum. Ketika diberikan secara oral, dosis 25-50 gr dicampur dengan 100 mL sorbitol 20 %

untuk mencegah konstipasi. Ini umumnya akan menurunkan konsentrasi kalium plasma 0,5 – 1

mmol/L dalam 1 -2 jam dan paling lama dalam 4 -6 jam. Jika melalui rektum (enema), 50 gr

resin dan 50 mL sorbitol 70 % dicampur dalam 150 mL air. 1 gram sodium polystyrene sulfonat

dapat memindahkan 1 mEq dari kalium dengan 2–3 mEq natrium. Kecepatan removal relative

lambat, efek sempurnanya terlihat dalam 4 jam. Dialisis merupakan tindakan utama untuk

mengeliminasi kalium pada penderita gangguan fungsi ginjal, persisten hiperkalemia dan

hiperkalemia berat. Peritoneal dialisis dapat membuang kalium tetapi hanya 15-20 % seperti

keefektifan hemodialisis.

Sumber : Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16 th edition.

Adelia Melianti (406107010)

FK UNTAR

Periode 21 Mei 2012 – 28 Juli 2012