Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

129
PENATALAKSANAAN HEMIPARESE DEXTRA ET CAUSA STROKE HEMORAGIK DENGAN HIPERTENSI GRADE II Dibuat oleh: Senoaji Yuniar S,Modifikasi terakhir pada Fri 06 of Jul, 2012 [07:48] ABSTRAK Stroke adalah menifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, selama lebih dari 24 jam atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab lain selain gangguan vaskuler. Istilah kuno apopleksia serebri sama maknanya dengan Cerebrovascular Accidents/Attacks (CVA) dan Stroke. Pasien datang ke RSUD Salatiga dengan keluhan tangan dan kaki kanan pasien mendadak terasa lemas dan tidak bias digerakkan sejak ± 4 jam sebelum masuk ke rumah sakit. Keluhan timbul secara mendadak ketika pasien jalan-jalan pagi. Pasien mengaku sering sakit kepala. Namun sebelum tangan dan kaki kanan tidak bisa digerakkan pasien mengalami sakit kepala hebat yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Setelah serangan, pasien sempat mengalami penurunan kesadaran. Berdasarkan CT Scan pasien didiagnosis stroke hemoragik dan kemudian mendapatkan terapi berupa Infus manitol 6 x 100 cc, Inj piracetam 2 x 12 gram, Kalnex 6x500 gram. Keyword: stroke, stroke hemoragik, hipertensi KASUS Pasien datang ke RSUD Salatiga dengan keluhan tangan dan kaki kanan pasien mendadak terasa lemas dan tidak bias digerakkan sejak ± 4 jam sebelum masuk ke rumah sakit. Keluhan timbul secara mendadak ketika pasien jalan-jalan pagi. Pasien mengaku sering sakit kepala. Namun sebelum tangan dan kaki kanan tidak bisa digerakkan pasien mengalami sakit kepala hebat yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Setelah serangan, pasien sempat mengalami penurunan kesadaran, namun menurut keluarganya hal tersebut hanya terjadi selama beberapa menit saja. Pasien juga mengaku sempat muntah 1 kali. Pasien mengaku memiliki riwayat darah tinggi yang tidak terkontrol yang diketahui sejak ±7 tahun yang lalu. Pasien sebelumnya pernah mengalami kejadian seperti ini, kira-kira 1 tahun yang lalu, dimana terdapat kelemahan pada ekstremitas

description

A

Transcript of Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Page 1: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

PENATALAKSANAAN HEMIPARESE DEXTRA ET CAUSA STROKE HEMORAGIK DENGAN HIPERTENSI GRADE IIDibuat oleh: Senoaji Yuniar S,Modifikasi terakhir pada Fri 06 of Jul, 2012 [07:48]ABSTRAK Stroke adalah menifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, selama lebih dari 24 jam atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab lain selain gangguan vaskuler. Istilah kuno apopleksia serebri sama maknanya dengan Cerebrovascular Accidents/Attacks (CVA) dan Stroke. Pasien datang ke RSUD Salatiga dengan keluhan tangan dan kaki kanan pasien mendadak terasa lemas dan tidak bias digerakkan sejak ± 4 jam sebelum masuk ke rumah sakit. Keluhan timbul secara mendadak ketika pasien jalan-jalan pagi. Pasien mengaku sering sakit kepala. Namun sebelum tangan dan kaki kanan tidak bisa digerakkan pasien mengalami sakit kepala hebat yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Setelah serangan, pasien sempat mengalami penurunan kesadaran. Berdasarkan CT Scan pasien didiagnosis stroke hemoragik dan kemudian mendapatkan terapi berupa Infus manitol 6 x 100 cc, Inj piracetam 2 x 12 gram, Kalnex 6x500 gram. Keyword: stroke, stroke hemoragik, hipertensi KASUS Pasien datang ke RSUD Salatiga dengan keluhan tangan dan kaki kanan pasien mendadak terasa lemas dan tidak bias digerakkan sejak ± 4 jam sebelum masuk ke rumah sakit. Keluhan timbul secara mendadak ketika pasien jalan-jalan pagi. Pasien mengaku sering sakit kepala. Namun sebelum tangan dan kaki kanan tidak bisa digerakkan pasien mengalami sakit kepala hebat yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Setelah serangan, pasien sempat mengalami penurunan kesadaran, namun menurut keluarganya hal tersebut hanya terjadi selama beberapa menit saja. Pasien juga mengaku sempat muntah 1 kali. Pasien mengaku memiliki riwayat darah tinggi yang tidak terkontrol yang diketahui sejak ±7 tahun yang lalu. Pasien sebelumnya pernah mengalami kejadian seperti ini, kira-kira 1 tahun yang lalu, dimana terdapat kelemahan pada ekstremitas kanan. DIAGNOSIS Hemiparese dextra et causa stroke hemoragik dengan hipertensi grade II TERAPI Pasien diberikan terapi Kalnex 6x500 gram, Captopril 2x25 mg, Infus manitol 6 x 100 cc, Injeksi piracetam 2 x 12 gram PEMBAHASAN Menurut definisi WHO, stroke adalah menifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, selama lebih dari 24 jam atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab lain selain gangguan vaskuler. Istilah kuno apopleksia serebri sama maknanya dengan Cerebrovascular Accidents/Attacks (CVA) dan Stroke. Penyebab stroke antara lain aterosklerosis ( trombosis), embolisme, hipertensi yang menimbulkan perdarahan intraserebral dan rupture aneurisma . Stroke biasanya disertai satu atau beberapa penyakit lainnya yang menjadi faktor resiko seperti hipertensi, penyakit jantung, peningkatan lemak dalam darah, diabetes mellitus, atau penyakit vaskuler perifer. Berbagai faktor resiko berperan bagi terjadinya stroke antara lain, kelainan pembuluh darah otak, Hipertensi, Penyakit jantung, Diabetes mellitus. Stroke dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Pada stroke hemoragik, Gejala neurologi yang timbul tergantung berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya. Gejala klinis yang muncul pada sistem karotis:

Page 2: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

gangguan penglihatan (amaurosis fugaks / buta mendadak) gangguan bicara (afasia atau disfasia) gangguan motorik (hemiparese / hemiplegi kontralateral) gangguan sensorik pada tungkai yang lumpuh. Sistem vertebrobasiler gangguan penglihatan (hemianopsia / pandangan kabur), gangguan nervi kraniales, gangguan motorik, gangguan sensorik, koordinasi dan gangguan kesadaran. Diagnosis stroke ditegakkan berdasarkan gambaran CT-Scan, namun dari anamnesis stroke harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang mengalami defisit neurologi akut (baik fokal maupun global) atau penurunan tingkat kesadaran. Tidak terdapat tanda atau gejala yang dapat membedakan stroke hemoragik dan non hemoragik meskipun gejalah seperti mual muntah, sakit kepala dan perubahan tingkat kesadaran lebih sering terjadi pada stroke hemoragik. Pada pemeriksaan fisik dapat dinilai tes sensibilitas, kekuatan otot, dan reflex fisiologis dan patologis. Manajemen stroke dengan Dengan 5 B Breath : Oksigenasi, pemberian oksigen dari luar Blood : Usahakan aliran darah ke otak semaksimal mungkin dan pengontrolan tekanan darah pasien Brain : Menurunkan tekanan intra kranial dan menurunkan udema serebri Bladder : Dengan pemasangan DC Bowel : Saluran pencernaan dan pembuangan Pada stroke hemoragik diberikan obat untuk menurunkan tekanan intra cranial dan diberikan pula neuroprotektan. KESIMPULAN Stroke adalah menifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, selama lebih dari 24 jam atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab lain selain gangguan vaskuler. Istilah kuno apopleksia serebri sama maknanya dengan Cerebrovascular Accidents/Attacks (CVA) dan Stroke. Pada pasien, diagnosis stroke hemoragik ditegakkan berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik dan hasil CT-Scan yang mengindikasikan perdarahan intra serebral. REFERENSI 1. Lombardo MC. Penyakit Serebrovaskular dan Nyeri Kepala Dalam: Price SA eds. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Prose Penyakit. 4th ed. Jakarta: EGC; 1995. p. 961-79 2. Feigin V. Pendaluhuan. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan Pemulihan Stroke. Jakarta: Penerbit PT Bhuana Ilmu Populer; 2006. p. xx-ii 3. Mardjono M, Sidharta P. Mekanisme Gangguan Vaskular Susunan Saraf Pusat Dalam Mardjono M, Sidharta P eds. Neurologi Klinis Dasar. Edisi 9. Jakarta: PT Dian Rakyat; 2003. hal. 269-92 4. 5. Jauch CE. Acute Stroke Management [Online]. 2007 Apr 9 [cited 2007 June 8]; Available from: URL:hhtp://emedicine.com/neuro-vascular/topic334.htm PENULIS Senoaji Yuniar Sasmito, Stase Ilmu Penyakit Saraf, RSUD Salatiga

Diagnosis Stroke Haemoragik pada Pasien Laki-laki Umur 52 Tahun dengan Riwayat Hipertensi Dibuat oleh: Andy Bagus Laksana,Modifikasi terakhir pada Tue 03 of Jul, 2012 [13:41]

Abstrak Stroke adalah suatu sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara lokal atau global, yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lainnya kecuali gangguan vaskuler. Stroke terbagi dua, yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Stroke hemoragik dibagi lagi menjadi 2, yaitu perdarahan intraserebral serta perdarahan subarachnoid. Pada kasus ini, pasien 52 tahun pasien merasakan kaki kiri dan tangan kirinya tidak bisa

Page 3: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

digerakan dan bicara pasien menjadi tidak jelas dan mulut sedikit mencong. Pasien memiliki riwayat hipertensi ± 5tahun. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan ct scan pasien didiagnosis stroke hemoragik. Kata kunci: stroke, hemoragik, diagnosis Kasus Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Jogja dengan keluhan lemas pada tangan dan kaki sebelah kiri sejak 1 jam SMRS. Saat itu pasien mengaku sedang bekerja tiba tiba pasien merasa badan terasa lemas, keluar keringat dingin. Pasien merasa kaki kirinya terasa berat dan susah untuk digerakan. Kemudian pasien berteriak minta tolong. Menurut anak pasien, ketika itu pasien masih dalam keadaan sadar dan bisa diajak komunikasi, hanya saja seperti terlihat bingung. Sesaat setelah itu pasien merasakan kaki kiri dan tangan kirinya tidak bisa digerakan dan bicara pasien menjadi tidak jelas dan mulut sedikit mencong. Pasien tidak merasakan sakit kepala ataupun pusing, tidak mual, tidak muntah, pandangan tidak kabur atau pun berbayang dan tidak pernah kejang. Rasa kesemutan, baal pada wajah, tangan dan kaki disangkal pasien. Tidak ada demam ataupun riwayat jatuh / terbentur kepala sebelum kejadian ini.Pasien mengaku kejadian ini merupakan yang pertama. Pasien mempunyai penyakit darah tinggi sejak 5 tahun yang lalu namun jarang kontrol. Pada pemeriksaan pasien dalam keadaan compos mentis dengan GCS E4 V5 M6. Tanda vital tekanan darah 180/110 mmHg, suhu 36,9oC, nadi 80 x/menit, pernafasan 20x/menit. Reflek cahaya kedua mata positif, pupil diameter 3 mm isokor, reflek kornea positif. Leher tidak didapatkan kaku kuduk. Tidak terdapat tanda meningeal (kaku kuduk, burdzinki 1 dan 2, kernig). Tidak ada Trismus, wajah asimetris, didapatkan parese nervus VII sinistra sentral. Pada anggota gerak atas dan bawah sebelah kiri didapatkan hemiparesis, reflek fisiologi kanan-kiri normal tidak didapatkan perluasan reflek, reflek patologi (babinski) positif pada sisi kiri. Hasil pemeriksaan penunjang pencitraan otak dengan CT scan perdarahan intracerebral di nucleus lentiformis dextra. Diagnosis Hemiparesis sinistra e.c stroke hemorhagik Terapi Medikamentosa - O2 3-4 liter/menit - infus RL 12 tpm - Inj. Piracetam 3x1 gr - Inj. Citicolin 2x500 mg - Inj. Furosemid 1A/24 jam - Inj. Ranitidin 1A/12 jam - Inj. Mecobalamin 2x 1 A - Diltiazem 3x1 tab Nonmedikamentosa: - Elevasi kepala 30° - Tirah baring - Fisioterapi Diskusi Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Secara umum stroke dibagi berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya yaitu: a) Stroke Hemoragik (perdarahan), stroke hemoragik dibagi menjadi dua bagian yaitu: • Perdarahan intraserebral (terjadi di dalam otak atau intraserebral), perdarahan ini biasanya timbul akibat hipertensi maligna atau sebab lain misalnya tumor otak yang berdarah, kelainan (malformasi) pembuluh darah otak yang pecah. • Perdarahan subarakhnoid (PSA) adalah masuknya darah ke ruang subarakhnoid baik dari tempat lain (Perdarahan subarakhnoid sekunder) atau sumber perdarahan berasal dari rongga subarakhnoid itu sendiri (Perdarahan subarakhnoid primer). b) StrokeIskemik Gangguan fungsi otak secara tiba-tiba yang disebabkan oleh penurunan aliran oksigen (akibat penyempitan atau penyumbatan arteri ke otak) yang dapat mematika sel-sel saraf. Keadaan iskemik dapat berlanjut menjadi kematian sel-sel otak yang disebut infark otak (cerebral infarction). Macam atau derajat dari stroke iskemik berdasarkan perjalanan klinisnya. • Transient Ischemic Attack (TIA) atau serangan iskemik sepintas, pada TIA kelainan neurologis yang timbul berlangsung hanya dalam hitungan menit sampai sehari penuh. • RIND (Reversible Ischemic Neurological Deficits) yaitu kelainan atau gejala neurologis menghilang antara lebih dari 24 jam sampai 3 minggu. • Stroke Progesif atau stroke in evolution yaitu stroke dengan gejala klinisnya secara bertahap berkembang dari yang ringan sampai semakin berat. • Stroke komplet atau Completed Stroke, yaitu

Page 4: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

stroke dengan defisit neurologis yang menetap dan sudah tidak berkembang lagi. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang memberikan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak, disertai dengan pemeriksaan penunjang seperti cairan serebrospinal, CT scan kepala atau MRI serta arteriografi bila perlu. CT scan merupakan gold standar pemeriksaan penunjang untuk membedakan stroke perdarahan dan stroke infark. Untuk membedakan jenis atau penyebab stroke bisa menggunakan algoritma stroke Gajah Mada (ASGM). Dimana pada algoritma tersebut terdapat 3 gejala dan tanda yang harus diperhatikan, diantaranya adalah penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan uji babinski. Menurut ASGM, jika terdapat 2 atau 3 dari ketiga kriteria tersebut, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika ditemukan 1 kriteria yaitu penurunan kesadaran atau nyeri kepala saja, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika hanya didapatkan uji babinski positif atau dari ketiga kriteria tidak ada yang terpenuhi, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke iskemik. Jadi pada pasien stroke jika terjadi penurunan kesadaran atau nyeri kepala, maka dapat ditegakkan stroke perdarahan. Jika tidak didapatkan kedua gejala tesebut dan hanya terdapat reflek babinski yang positif ataupun negatif, maka diagnosisnya adalah stroke iskemik. Berdasarkan ASGM, maka pasien diatas dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Selain itu, untuk menetapkan diagnosis stroke serta penyebabnya dapat digunakan penilaian Siriraj score. Siriraj stroke score dapat dihitung menggunakan rumus berikut: (2.5 x tingkat kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x pusing) + (0.1 x tekanan darah diastolik) - (3 x atheroma markers) - 12. Skor untuk stroke perdarahan adalah > +1 dan skor untuk stroke iskemik < -1, sedangkan skor antara > -1 dan < +1 menunjukkan bahwa diperlukan pemeriksaan CT SCAN untuk menentukan diagnosis pasien Penilaian tingkat kesadaran : Sadar penuh : 0, Somnolen : 1, Koma: 2 Pusing : Ada : 1, Tidak ada : 0 Muntah : Ada : 1, Tidak ada : 0 Atheroma markers : • Terdapat penyakit jantung dan DM : 1 • Tidak terdapat penyakit jantung dan DM : 0 Berdasarkan Algoritma stroke Gajah Mada, pada pasien ini hanya didapatkan dua dari tiga kriteria yakni penurunan kesadaran dan refleks Babinski positif sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami stroke perdarahan. Demikian pula berdasarkan Siriraj skor, pasien ini memiliki skor 1,5, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami stroke hemoragik. Kesimpulan Pada kasus stroke, hal yang pertama diperhatikan adalah menentukan penyebabnya apakah perdarahan atau iskemik. Untuk membedakan dapat menggunakan algoritma stroke Gadjah Mada ataupun dengan siriraj score. Penentuan ini sangat penting dilakukan karena jenis stroke turut serta dalam menentukan jenis terapi yang tepat. . Pada kasus ini, pasien 52 tahun pasien merasakan kaki kiri dan tangan kirinya tidak bisa digerakan dan bicara pasien menjadi tidak jelas dan mulut sedikit mencong. Pasien memiliki riwayat hipertensi ± 5tahun. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan ct scan pasien didiagnosis stroke hemoragik. Referensi 1. Harsono. 2005. Gangguan Peredaran Darah Otak, dalam Kapita Selekta Neurologi, Ed.2.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press . 2. Lamsudin, R., 1997, Algoritma Stroke Gajah Mada Penerapan Klinis Untuk Membedakan Stroke Perdarahan Intraserebral dengan Stroke Iskemik Akut atau Stroke Infark, Berkala Ilmu Kedokteran, vol.29, no.1: 11 – 16. 3. Mansjoer, 2000 , Stroke dalam Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3, Media Aeuculapius, Jakarta, hal : 17-26. 4. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2004. Guidelines Stroke 2004. Jakarta: PERDOSSI. Penulis Andy Bagus Laksana Sucianto, Bagian Ilmu Penyakit Saraf, RS Jogja, Kota Yogyakarta

Page 5: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

PROGNOSIS STROKE HEMORAGIK dengan hemiplegi sinistra dan parese N.VII, dan N.XII sentral pada pasien 60 tahunDibuat oleh: Meva,Modifikasi terakhir pada Sun 01 of Jul, 2012 [22:32]

Prognosis Stroke Hemoragik dengan hemiplegi sinistra dan parese N.VII, dan N.XII sentral pada pasien 60 tahun ABSTRAK Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral baik fokal maupun menyeluruh (global) yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukan penyebab selain dari gangguan vaskular.Pada kasus ini seorang wanita umur 60 tahun datang ke RS diantar keluarganya pukul 17.00 wib dengan keluhan tidak sadar, sebelumnya kurang lebih pukul 14.00 wib pasien jatuh, setelah itu mengguling-gulingkan badan sambil memegangi kepalanya, menurut pasien saat itu kepalanya sangat sakit, setelah itu pasien tidak sadarkan diri dan langsung dibawa ke RS. Kata kunci : Stroke hemoragik, hemiplegi sinistra KASUS Seorang wanita umur 60 tahun datang ke RS diantar keluarganya pukul 17.00 wib dengan keluhan tidak sadar, sebelumnya kurang lebih pukul 14.00 wib pasien jatuh, setelah itu mengguling-gulingkan badan sambil memegangi kepalanya, menurut pasien saat itu kepalanya sangat sakit, setelah itu pasien tidak sadarkan diri dan langsung dibawa ke RS. Kesadaran koma (E1V1M2), terdapat faktor-faktor resiko terjadinya stroke, antara lain riwayat hipertensi, merokok, dan kebiasaan makan makanan berlemak dan kolesterol seperti daging kambing. Berdasarkan algoritma stroke Gajah Mada, pada pasien ini ditemukan chepalgia, dan refleks patologis yang positif, selian itu juga ditemukan tekanan darah yang tinggi, hemiparese sinistra, factor resiko merokok. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pada pasien ini terkena stroke hemoragik. Diagnosa Akhir Diagnosa Klinik : hemiplegi sinistra dengan parese N.VII, dan N.XII sentral. Diagnosa Topik : lesi subcorteks di hemisferium dekstra. Diagnosa Etiologik : suspect perdarahan intraserebral. Terapi 1. Simptomatis: Ibuprofen 400 mg 3 X 1 tab berfungsi sebagai analgetik 2. Suportif : Infus Asering 20 tetes/menit, Piracetam Injeksi 3gram diberikan 3 kali sehari dan Co-dergrokina 4,5 mg 1 kali sehari 1 tab sebagai Neuorprotektor / Roborantia saraf, Manitol 100 cc 2 kali sehari perinfus dan Nimodipin 30 mg 3 kali sehari 1 tab sebagai anti edema otak. 3. Profilaksi : Cimetidine 3 kali sehari 1 tab sebagai profilaksi stress ulcer, Cifrofloksasin 500 mg 3 kali sehari 1 tab sebagai profilaksi Infeksi, asam Treneksamat 500 mg 3 kali sehari 1 ampul untuk mencegah perdarahan ulang Prognosis pada kasus ini Dubia ad malam DISKUSI Pada kasus ini seorang wanita umur 60 tahun datang ke RS dengan keluhan tidak sadar, sebelumnya kurang lebih 3 jam sebelumnya pasien jatuh, setelah itu mengguling-gulingkan badan sambil memegangi kepalanya, menurut pasien saat itu kepalanya sangat sakit, setelah itu pasien tidak sadarkan diri dan langsung dibawa ke RS. Berdasarkan algoritma stroke Gajah Mada, pada pasien ini ditemukan chepalgia, dan refleks patologis yang positif, selian itu juga ditemukan tekanan darah yang tinggi, hemiparese sinistra, factor resiko merokok. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pada pasien ini terkena stroke hemoragik. Terdapat faktor-faktor resiko terjadinya stroke pada pasien ini antara lain riwayat hipertensi, merokok, dan kebiasaan

Page 6: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

makan makanan berlemak dan kolesterol seperti daging kambing. Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya. Manifestasi klinik stroke akut dapat berupa: (Mansjoer, A., et al, 2000) § Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul mendadak. § Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan (gangguan hemisensorik). § Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, stupor, atau koma). § Afasia (bicara tidak lancar, kurang ucapan, atau kesulitan memahami ucapan) § Disartria (bicara pelo atau cadel). § Gangguan penglihatan (hemianopsia atau monokuler, atau dipolopia) § Ataksia (trunkal atau anggota badan). § Vertigo, mual, dan muntah, atau nyeri kepala. Prognosis untuk stroke ditentukan berdasarkan: 1. Luas lesi di otak, makin luas lesi di otak maka prognosisnya makin buruk. 2. Letak daerah lesi di otak, makin ke arah profunda dan kaudal maka prognosisnya makin buruk. Prognosis stroke juga dipengaruhi oleh beberapa faktor : 1. Tingkat kesadaran, sadar 16% meninggal, somnolen 39% mati, stupor 71% mati, dan koma 100% mati. 2. Usia: Pada usia 70 tahun atau lebih, angka kematian meningkat tajam. 3. Jenis kelamin: Leloaki lebih banyak (61%) yang meninggal daripada perempuan (41%). 4. Tekanan darah: Tensi tinggi prognosis jelek. 5. Lain-lain: Misalnya tepat dan cepatnya pertolongan. KESIMPULAN Berdasarkan teori pada usia 70 tahun atau lebih, angka kematian meningkat tajam sedangkan pada kasus ini seorang wanita umur 60. Pasien datang dengan keluhan tidak sadar, sebelumnya kurang lebih 3 jam sebelumnya pasien jatuh, setelah itu mengguling-gulingkan badan sambil memegangi kepalanya, menurut pasien saat itu kepalanya sangat sakit, setelah itu pasien tidak sadarkan diri, berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan kesadaran pasien koma, hal ini membuat prognosinya buruk karena pasien koma 100% mati, selain itu keluarga pasien juga terlambat memberikan pertolongan karena dibawa ke RS setelah 3 jam dari onset. Maka pada pasien ini prognosisnya dubia ad malam. REFERENSI 1. Adams, R.D., Victor, M., Ropper, A., 2001, Principle of Neurology,7th ed, Mc Graw Hill Inc, Singapore. 2. Bronner LL., Kanter DS., Manson JE., 2000, Primary prevention of Stroke : Medical Progress, The New England Jornal of Medicine 3. Dahlan P. Dan Lamsudin R., 1999, Diagnosis Jenis Patologi Stroke Untuk Kepentingan Penanganan Stroke yang Rasional: Manajemen Stroke Mutakhir, Suplemen Berkala Kesehatan Masyarakat XIV. 4. Lamsudin R., 1997, Algoritma Stroke Gadjah Mada, Disertasi Doktor Dalam Ilmu Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta PENULIS Meva Dowinta. Program Profesi Pendidikan Dokter. Bagian Ilmu Saraf. RSUD Wirosaban. 2012

Stroke Hemoragik dengan Faktor Resiko Hipertensi pada Pasien 52 TahunDibuat oleh: Siti Maria Ulfah,Modifikasi terakhir pada Fri 29 of Jun, 2012 [13:52]

Abstrak Stroke adalah suatu sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara lokal atau global, yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lainnya kecuali gangguan vaskuler. Stroke terbagi dua, yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Stroke hemoragik dibagi lagi menjadi 2, yaitu perdarahan intraserebral serta perdarahan subarachnoid. Pada kasus ini, pasien 52 tahun pasien merasakan kaki kiri dan tangan kirinya tidak bisa digerakan dan bicara pasien menjadi tidak jelas dan mulut sedikit mencong. Pasien memiliki riwayat

Page 7: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

hipertensi ± 5tahun. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan ct scan pasien didiagnosis stroke hemoragik. Kata kunci: Stroke, Hemoragik, Diagnosis Kasus Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Jogja dengan keluhan lemas pada tangan dan kaki sebelah kiri sejak 1 jam SMRS. Saat itu pasien mengaku sedang bekerja tiba tiba pasien merasa badan terasa lemas, keluar keringat dingin. Pasien merasa kaki kirinya terasa berat dan susah untuk digerakan. Kemudian pasien berteriak minta tolong. Menurut anak pasien, ketika itu pasien masih dalam keadaan sadar dan bisa diajak komunikasi, hanya saja seperti terlihat bingung. Sesaat setelah itu pasien merasakan kaki kiri dan tangan kirinya tidak bisa digerakan dan bicara pasien menjadi tidak jelas dan mulut sedikit mencong. Pasien tidak merasakan sakit kepala ataupun pusing, tidak mual, tidak muntah, pandangan tidak kabur atau pun berbayang dan tidak pernah kejang. Rasa kesemutan, baal pada wajah, tangan dan kaki disangkal pasien. Tidak ada demam ataupun riwayat jatuh / terbentur kepala sebelum kejadian ini.Pasien mengaku kejadian ini merupakan yang pertama. Pasien mempunyai penyakit darah tinggi sejak 5 tahun yang lalu namun jarang kontrol. Pada pemeriksaan pasien dalam keadaan tidak sadar (koma), GCS E1 V1 M3. Tanda vital tekanan darah 200/120 mmHg, suhu 37oC, nadi 88 x/menit, pernafasan 22x/menit. Reflek cahaya kedua mata negatif, pupil diameter 3 mm isokor, reflek kornea positif. Leher tidak didapatkan kaku kuduk. Tidak terdapat tanda meningeal (kaku kuduk, burdzinki 1 dan 2, kernig). Tidak ada Trismus, wajah tidak didapatkan lateralisasi. Pada anggota gerak atas dan bawah sebelah kanan didapatkan kelemahan otot, reflek fisiologi kanan-kiri normal tidak didapatkan perluasan reflek, tidak didapatkan reflek patologi (babinski dan gordon) positif pada sisi kanan. Pemeriksaan penujang dilakukan pemeriksaan darah rutin dan kimia darah didapatkan hasil Hemoglobin 15g/dl, AL 13,8 103/ul, Gula darah sewaktu 180 mg/dl, Kreatinin 1,08 mg/dl, Kolesterol total 175 mg/dl, trigliseride 30.5 u/l. Diagnosis Stroke hemoragik Terapi Dilakuakan stabilisasi yaitu dipasang nasal oksigen, NGT, cairan intravena dan cateter urin. Kemudian diberikan piracetam 12 gram dan maintenance 3 gram sehari 3x per intravena, neuroprotektan citicolin 1 gram 2x1 per intravena. Antihipertensi yang diberikan adalah diuretic loop yaitu furosemide 40 mg setiap pagi, asam tranexamat 500 mg 3x1 untuk mengurangi perdarahan serta dexametason 3x1 ampul untuk mencegah peningkatan tekanan intrakranial. Diskusi Stroke adalah gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian disebabkan oleh gangguan peredaran darah. Stroke terbagi dua, yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Berdasarkan gejala klinis yang tampak, stroke non hemoragik dibagi menjadi, Transient Ischemic Attack(TIA) merupakan deficit neurologi yang bersifat akut terjadi < 24 jam dan dapat pulih seperti semula dalam waktu < 24 jam, Stroke In Evolution(SIE) deficit neurologinya terus bertambah, Reversible Ischemic Neurology Deficit (RIND) terjadi perbaikan dalam waktu beberapa hari tetapi tidak lebih dari satu minggu, complete stroke ischemic deficit neurologi sudah menetap. Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problem 10th Revision, stroke hemoragik dibagi atas : a. Perdarahan intraserebral Biasanya timbul karena pecahnya mikroaneurisme (Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna. Hal ini paling sering terjadi didaerah subkortikal, serebelum, pons dan batang otak. Perdarahan didaerah korteks lebih sering disebabkan oleh sebab lain misalnya tumor otak yang berdarah, malformasi pembuluh darah otak yang pecah atau penyakit pada dinding pembuluh darah otak primer misalnya Congophilic angiopathy, tetapi dapat juga akibat hipertensi maligna dengan frekuensi lebih kecil daripada perdarahan subkortikal. b. Perdarahan subarachnoid Perdarahan terjadi biasanya akibat pecahnya aneurisma congenital yang sering terjadi di a.komunikans anterior, a.serebri media, a.serebri

Page 8: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

anterior dan a.komunikans posterior. Gejala timbul sangat mendadak berupa sakit kepala hebat dan muntah-muntah. Darah yang masuk keruang subarakhnoid dapat menyebabkan komplikasi hidrosefalus karena gangguan absorpsi cairan otak di Granulatio Pacchioni. Perdarahan subarakhnoid sering bersifat residif selama 24-72 jam pertama, dan dapat menimbulkan vasospasme serebral hebat disertai infark otak. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang memberikan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak, disertai dengan pemeriksaan penunjang seperti cairan serebrospinal, CT scan kepala atau MRI serta arteriografi bila perlu. CT scan merupakan gold standar pemeriksaan penunjang untuk membedakan stroke perdarahan dan stroke infark. Untuk membedakan jenis atau penyebab stroke bisa menggunakan algoritma stroke Gajah Mada (ASGM). Dimana pada algoritma tersebut terdapat 3 gejala dan tanda yang harus diperhatikan, diantaranya adalah penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan uji babinski. Menurut ASGM, jika terdapat 2 atau 3 dari ketiga criteria tersebut, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika ditemukan 1 kriteria yaitu penurunan kesadaran atau nyeri kepala saja, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika hanya didapatkan uji babinski positif atau dari ketiga kriteria tidak ada yang terpenuhi, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke iskemik. Jadi pada pasien stroke jika terjadi penurunan kesadaran atau nyeri kepala, maka dapat ditegakkan stroke perdarahan. Jika tidak didapatkan kedua gejala tesebut dan hanya terdapat reflek babinski yang positif ataupun negative, maka diagnosisnya adalah stroke iskemik. Berdasarkan ASGM, maka pasien diatas dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Selain itu, untuk menetapkan diagnosis stroke serta penyebabnya dapat digunakan penilaian : Siriraj Stroke Score SS = (2,5 x C) + (2 x V) + (2 x H) + (0,1 x BPD) – (3 x A) – 12 Keterangan : C = Kesadaran V = Vomitus/ muntah H = Nyeri kepala BPD = Tekanan diastolic A = Atherom (DM, penyakit jantung) 12 = Konstanta Bila SS > 0, 5 : Stroke hemaragik SS < -1 : Stroke non hemoragik. Penilaian Derajat kesadaran : Sadar penuh : 0 Somnolen : 1 Koma : 2 Nyeri Kepala : Ada : 1, Tidak ada : 0 Vomitus : Ada : 1, Tidak ada : 0 Arteroma : Terdapat penyakit jantung dan DM : 1 Tidak terdapat penyakit jantung dan DM : 0 Berdasarkan Siriraj score dan Algoritma Stroke Gajah Mada, pada pasien ini awal datang ke RS ditemukan nyeri kepala, muntah dan terjadi penurunan kesadaran. Reflek Babinski (+), sehingga ditarik kesimpulan bahwa pasien ini terkena stroke hemoragik. Pada pasien ini terdapat gejala hemiparesis dextra, disartria, disfagia,dengan nyeri kepala dan muntah-muntah sehingga dapat ditarik kesimpulan pasien ini mengalami perdarahan di daerah subarachnoid. Kesimpulan Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosa dengan stroke hemoragik. Terapi yang diberikan sudah tepat yaitu dengan asam tranexama untuk mengurangi perdarahan serta dexametaso untuk mencegah peningkatan tekanan intrakranial. Referensi Lamsudin, R., 1997, Algoritma Stroke Gadjah Mada Penerapan Klinis Untuk Membedakan Stroke Perdarahan Intraserebral dengan Stroke Iskemik Akut atau Stroke Infark, Berkala Ilmu Kedokteran, vol.29, no.1: 11 – 16. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2004. Guidelines Stroke 2004. Jakarta: PERDOSSI. Harsono. 2005. Gangguan Peredaran Darah Otak, dalam Kapita Selekta Neurologi, Ed.2.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press . Penulis Siti Maria Ulfah, Bagian Ilmu Penyakit Saraf, RSUD Tidar Magelang, 2012.

Page 9: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

STROKE HEMORRAGE PADA PASIEN DENGAN FAKTOR RESIKO HIPERTENSI PADA PRIA USIA 58 TAHUNDibuat oleh: Naufal Kurnia,Modifikasi terakhir pada Sun 24 of Jun, 2012 [22:22]

Abatrak Stroke adalah gangguan fungsional otak yang bersifat fokal dan atau global, terjadi secara akut berlangsung selama 24 jam atau lebih yang disebabkan oleh gangguan aliran darah otak, yang menjadi faktor resiko dari strok adalah Hipertensi, hiperlipidemia, diabetes militus, penyakit jantung, penyakit pembuluh darah, usia, dan kebiasaan merokok. Pada kasus ini seorang pria 41 tahun datang dengan keluhan Penurunan kesadaran dan kelemahan anggota gerak kanan sejak beberapa jam yang lalu, pasien ini didiagnosa menderita stroke hemoragic. Kata kunci : stroke, hemoragic Isi Seorang pria 58 tahun datang dengan keluhan Penurunan kesadaran dan kelemahan anggota gerak kanan sejak beberapa jam yang lalu, hari sebelumnya Pasien bangun tidur dan tiba-tiba tidak dapat menggerakan anggota gerak sebelah kanan dan tidak bisa berbicara, kemudian pasien dibawa ke puskesman Senawang dan Mondok, keesokan harinya pasien mengalami penurunan kesadaran dan dirujuk ke rumah sakit saras husada. Pasien memiliki riwayat hipertensi tetapi delum pernah menderita keluhan serupa sebelumnya. Dari hasil pemeriksaanfisik pada pasien diperoleh Kesadaran pasien Somnolen, dengan GCS E3V4M5, Tekanan darah150/90mmHg, Denyut nadi 88 x/menit, reguler, Pernapasan 20x/menit, dsn Suhu 37oC. Pemeriksan meningeal sign, Kaku kuduk, Brudzinski I dan II serta Kernig menunjukkan hasil negatif, pemeriksaan syaraf-yaraf kranialis seluruhnya menunjukkan hasil dalam batas normal dan pemeriksaan laboratorium darah rutin menunjukkan hasil angka leukosit yang meningkat yaitu 14,08 HemogloBin dalam batas normal 12,5 trombosit 384.000 dan gula darah sewaktu 120 mg%. Pada pasien ini telah dilakukan pemeriksaan Ct-scan kepala dan diperoleh kesan suspek Chornic Subdural Hematom frontotemporoparietal sinistra. Diagnosa Dari hasil pemeriksaan fisik, dan radiologi pada pasin ini ditegakkan diagnosa stroke hemorrhage. Terapi Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah pemberian infus D5 ½ S : Assering 1 : 1, Injeksi Ceftriaxon 2x 1gram yang bertujuan mencegah infeksi bakteri pada pasien, Injeksi Neurotam 2 x 3gram untuk nutrisi otak, Injeksi Ranitidin 2 x 1 untuk mencegah produksi asam lambung berlebih pada pasien selama dirawat di rumah sakit dan pemberian Manitol 4 x 125cc untuk mengurangi edema pada otak dan menurunkan tekanan intra kranial, seerta injeksi Kalnex 3 x 500 mg untuk menghentikan perdarahan. Diskusi Stroke adalah gangguan fungsional otak yang bersifat fokal dan atau global, terjadi secara akut berlangsung selama 24 jam atau lebih yang disebabkan oleh gangguan aliran darah otak. Yang menjadi faktor resiko terjadinya strok antara lain Hipertensi, hiperlipidemia, diabetes militus, penyakit jantung, penyakit pembuluh darah, usia, kebiasaan merokok, dan lain sebagainya. Secara umum strok dibagi menjadi dua yaitu stroke iskemik dan strok perdarahan atau hemorrhage. Stroke iskemik sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis, yang menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah dan isufisiensi aliran darah oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya trombus atau perdarahan aterom menyebabkan dinding pembuluh darah lemah dan terjadi aneurisma dan kemudian robek, trombus kemudian terlepas menjadi emboli. Pada stroke iskemik timbul daerah pnumbra iskemik daerah dimana sel masih hidup

Page 10: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

tetapi tidak berfungsi. Daerah diluar pnumbra akan timbul edema lokal atau daerah hiperemis berarti sel masih hidup dan befungsi. Sedangkan pada stroke perdarahan/ hemorrhage sangat sering terjadi ketika tekanan darah tinggi kronis melemahkan arteri kecil, menyebabkannya menjadi pecah. Penggunaan kokain dan ampetamin bisa menyebabkan tekanan darah yang sangat tinggi dan pendarahan untuk sementara waktu. Pada beberapa orang yang tua, protein tidak normal disebut amyloid yang menumpuk pada arteri otak dapat melemahkan arteri yang dapat menyebabkan pendarahan. Gangguan pendarahan, dan penggunaan antikoagulan dalam dosis yang terlalu tinggi juga meningkatkan resiko, Intracerebral hemorrhage mulai dengan tiba-tiba. Dalam sekitar setengah orang, hal itu diawali dengan sakit kepala berat, seringkali selama aktifitas. Meskipun begitu, pada orang tua, sakit kepala kemungkinan ringan atau tidak ada. Dugaan gejala terbentuknya disfungsi otak dan menjadi memburuk sebagaimana peluasan pendarahaan. Beberapa gejala, seperti lemah, lumpuh, kehilangan perasa, dan mati rasa, seringkali mempengaruhi hanya salah satu bagian tubuh. orang kemungkinan tidak bisa berbicara atau menjadi pusing. Penglihatan kemungkinan terganggu atau hilang. Mata bisa di ujung perintah yang berbeda atau menjadi lumpuh. Pupil bisa menjadi tidak normal besar atau kecil. Mual, muntah, serangan, dan kehilangan kesadaran adalah biasa dan bisa terjadi di dalam hitungan detik sampai menit. Pada kasus ini diagnosa stroke hemorrhage ditegakkan berdasarkan anamnesa dari keluarga pasien yang mengatakan bahwa serangan strok datang secara tiba-tiba dan pasien mengalami hilang kesadaran, selain itu pasien juga mengeluhkan lumpuk pada anggota gerak kanan, hal ini merupakan salah satu tanda dari stroke perdarahan. selain itu dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya penurunan kesadaran dan tekanan darah yang tinggi, adanya tekanan darah yang tinggi sesuai teori merupakan salah satu faktor resiko terjadinya stroke. Diagnosa strok perdarahan atau hemorrage semakin di kuatkan dengan adanya hasil ctscan yang menunjukkan kesan suspek Chornic Subdural Hematom frontotemporoparietal sinistra. Pada pasien ini yang menjadi faktor resiko terjadinya stroke adalah pasien seorang perokok dan pasien menderita hipertensi. Kesimpulan Stroke adalah gangguan fungsional otak yang bersifat fokal dan atau global, terjadi secara akut berlangsung selama 24 jam atau lebih yang disebabkan oleh gangguan aliran darah otak. Secara umum strok dibagi menjadi dua yaitu stroke iskemik dan strok perdarahan atau hemorrhage. Pada kasus ini diagnosa stroke hemorrhage ditegakkan berdasarkan anamnesa bahwa serangan strok datang secara tiba-tiba dan pasien mengalami hilang kesadaran, pasien juga mengeluhkan lumpuk pada anggota gerak kanan, serta adanya hasil ct scan yang menunjukkan kesan suspek Chornic Subdural Hematom frontotemporoparietal sinistra faktor resiko terjadinya stroke adalah pasien seorang perokok dan pasien menderita hipertensi. Referensi - Arif mansoer, 2000, kapita selekta kedokteran, media aesolapius, jakarta - Samiharjo,W,1999,gambaran ct-scan pada stroke, diakses dari: www.wikipedia.co.id - Price, Sylvia A. Lorraine M Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Jilid 2. Penerbit EGC. Jakarta Penulis Naufal Kurnia Ramadhan, Bagian Ilmu Penyakit Syaraf, RSUD Panembahan Senopati Bantul

Manifestasi Klinis Stroke Hemoragik et causa Perdarahan SubarachnoidDibuat oleh: Zaki Saidi,Modifikasi terakhir pada Sat 23 of Jun, 2012 [00:18]

Page 11: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Abstrak

Stroke hemoragik merupakan defisit neurologis mendadak yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah, timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak yang terganggu. Secara umum stroke hemoragik dapat dibagi menjadi perdarahan intraserebral dan perdarahan subarachnoid. Perdarahan subarachnoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah disekitar permukaan otak pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah ke ruang subarachnoid. Penatalaksanaan berupa pengendalian tekanan darah, pencegahan kejang, manajemen ICP, pencegahan vasospasme dan pemeliharaan perfusi serebral.

Kata kunci : perdarahan subarachnoid, stroke hemoragik, tekanan darah

Kasus

Pasien datang ke RSUD Tidar dibawa keluarganya karena mendadak sulit berbicara dan tidak bisa menggerakkan tangan dan kaki kanannya. Berdasarkan keterangan keluarganya pada senin pagi pasien terjatuh setelah makan kearah kanan tubuh dan kepala sebelah kanan membentur meja kemudian tidak sadarkan diri. Setelah bangun pasien kesulitan berbicara dan tidak bisa menggerakkan tangan dan kaki kanan. Menurut keluarga beberapa menit sebelum terjatuh pasien mengeluh sangat pusing, mual dan tidak bisa mengambil gelas dengan tepat. Pasien tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya. Riwayat hipertensi (+) dan jarang dikontrol, riwayat penyakit jantung (-), DM (-), Gastritis (+). Kesadaran didapatkan kondisi somnolen. GCS E3V2M4, tekanan darah : 200/100 mmHg, Nadi : 88x/menit, Respirasi : 20x/menit. Pemeriksaan reflek fisiologi meningkat. Pada pemeriksaan reflek patologis +. Tanda-tanda perangsangan selaput otak +. Pada pemeriksaan EEG  didapat AV Blok derajat 1 dan ST elevasi nonspesifik.

Diagnosa

Stroke hemoragik ec perdarahan subarachnoid

Terapi

Pasien di terapi dengan piracetam 3x1, Kalnex 3x1, Amlodipin 1x 5 mg, Captopril  3x25 mg dan Infus manitol

Diskusi

Stroke hemoragik merupakan defisit neurologis mendadak yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah sehingga mengganggu peredaran darah ke otak, timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak yang terganggu. Berdasarkan gejala klinis pada kasus pasien didiagnosa stroke hemoragik ec perdarahan subarachnoid. Perdarahan subarakhnoid adalah suatu keadaan dimana terjadi perdarahan di ruang subarakhnoid yang timbul secara primer. Perdarahan subarachnoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah disekitar permukaan otak pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah ke ruang subarachnoid.

Gejala klinis perdarahan subarachnoid:

Page 12: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

·        Onset penyakit berupa nyeri kepala mendadak

·        Vertigo, mual, muntah, banyak keringat, mudah terangsang, gelisah dan kejang.

·        Dapat ditemukan penurunan kesadaran dan kemudian sadar dalam beberapa menit sampai beberapa jam.

·        Dijumpai gejala-gejala rangsang meningeal

·        Pada pemeriksaan funduscopi didapat perdarahan retina berupa perdarahan subhialoid

·        Gangguan fungsi otonom berupa bradikardi atau takikardi, hipotensi atau hipertensi, suhu badan meningkat, atau gangguan pernafasan

 

Perdarahan subarachnoid umumnya disebabkan oleh rupturnya aneurisma sakular. Aneurisma dapat muncul pada saat kelahiran (bawaan), atau dapat berkembang kemudian, yaitu setelah bertahun-tahun dimana tekanan darah tinggi melemahkan dinding arteri. Kebanyakan. Penyebab lain yang kurang umum adalah pecahnya koneksi abnormal antara arteri dan vena (malformasi arteri) di dalam atau di sekitar otak.

 

Intrakranial saccular aneurisma merupakan penyebab paling umum dari perdarahan subarachnoid, dengan sekitar 80% dari perdarahan subarachnoid akibat aneurisma pecah. Kesulitan dalam mendeteksi aneurisma unruptured pada pasien tanpa gejala praktis menghalangi kemungkinan mencegah perdarahan subarachnoid. Aneurisma merupakan kelainan pembuluh darah arteri otak yang  berhubungan dengan stres hemodinamik pada dinding arteri pada titik-titik percabangan. Pada aneurisma ditemukan suatu kelainan pada lapisan pembuluh darah pada lapisan tunika intima dan media menjadi lebih elastis dan lapisan adventitia.

 

Aneurisma yang pecah biasanya menyebabkan sakit kepala, tiba-tiba parah dan mencapai puncak dalam beberapa detik. Hal ini sering diikuti dengan kehilangan kesadaran singkat. Hampir setengah dari orang yang terkena meninggal sebelum mencapai rumah sakit. Beberapa orang tetap berada dalam koma atau tidak sadar dan sebagian lainnya bangun, merasa bingung, dan mengantuk.  Dalam beberapa jam atau bahkan menit penderita mungkin menjadi tidak responsif dan sulit untuk dibangunkan.

 

Dalam waktu 24 jam, darah dan cairan serebrospinal di sekitar otak mengiritasi lapisan jaringan yang menutupi otak (meningen), menyebabkan leher kaku, serta sakit kepala terus, sering dengan

Page 13: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

muntah, pusing dan nyeri pinggang. Jika leher teregang serabut saraf melalui meningen terangsang menimbulkan gerakan involunter flexi pada tungkai.

 

Tujuan terapi perdarahan subarachnoid adalah pengendalian tekanan darah, pencegahan kejang, manajemen ICP, pencegahan vasospasme, pemeliharaan perfusi serebral.

Kesimpulan

Stroke hemoragik merupakan defisit neurologis mendadak yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah sehingga mengganggu peredaran darah ke otak, timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak yang terganggu. Secara umum stroke hemoragik dapat dibagi menjadi perdarahan intraserebral dan perdarahan subarachnoid. Perdarahan subarachnoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah disekitar permukaan otak pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah ke ruang subarachnoid. Penatalaksanaan berupa pengendalian tekanan darah, pencegahan kejang, manajemen ICP, pencegahan vasospasme dan pemeliharaan perfusi serebral.

Referensi

·        Tibor, Becske, MD, 2008. Subarachnoid hemorrhage.

·        Shidarta, P. 1979. Neurologi klinis dalam praktek umum. Dian rakyat. Jakarta.

·        Price, wilson. 2003. Patofisiologi. Jakarta,EGC.

·        Goetz Christopher G. Cerebrovascular Diseases. In : Goetz: Textbook of Clinical Neurology,3rd ed. Philadelphia : Saunders. 2007.

Penulis

Zaki Saidi, Bagian ilmu Penyakit Saraf, RSUD Tidar, Kab. Magelang, Jawa Tengah

 

Penanganan pada Stroke Perdarahan CerebellumDibuat oleh: Rr. Nadya Anditia S,Modifikasi terakhir pada Mon 11 of Jun, 2012 [22:44]

Abstrak Serebelum adalah modulator yang berperan dalam koordinasi gerakan kelompok otot-otot (agonis dan antagonis), menyebabkan gerakan kelompok otot-otot yang sedang bekerja menjadi halus dengan jalan regulating and grading tensi otot-otot. Secara umum serebelum berperan aktif dalam memelihara tonus otot, memelihara keseimbangan (ekilibrium), dan aktivitas motoris fasik (yang sedang

Page 14: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

berlangsung). Seorang penderita lesi serebelum biasanya mampu melakukan gerakan-gerakan umum (karena tidak terjadi paralisis volunter), tetapi tiap gerakan tersebut dilakukan secara tidak terkoordinasi. Gambaran klinis pada pasien ini berupa adanya vertigo dengan onset yang mendadak, muntah, dan ketidakmampuan berjalan tanpa hemiparesis, selain itu juga terdapat parese N.XII. Pada saat diperiksa (perawatan hari ke-9) keluhan vertigo membaik dan parese N.XII masih ada. Kata kunci : cerebellum, stroke, vertigo. Isi Pasien perempuan usia 74 tahun sudah 8 hari rawat inap di rumah sakit. Kurang lebih 3 jam SMRS pasien pusing berputar-putar disertai muntah seperti kopi sebanyak > 3x, mual (+), telinga berdengung (-), pusing berputar-putar dirasakan terutama saat melihat cahaya dan menggerakkan kepala, kelemahan anggota gerak (-). Saat di IGD RS pasien masih pusing berputar-putar, muntah (+), mual (+). Setelah 9 hari rawat inap di Rumah Sakit, keluhan berkurang. Akhirnya pasien dirawat alih ke spesialis saraf, kemudian dirawat bersama ke spesialis penyakit dalam pada hari ke-4 perawatan. Pada riwayat penyakit dahulu terdapat riwayat penyakit hipertensi, penyakit jantung. Pada riwayat penyakit keluarga tidak terdapat riwayat penyakit hipertensi, penyakit jantung, maupun penyakit ginjal. Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum pasien tampak lemah, kesadaran compos mentis, tanda-tanda vital : TD = 150/90 mmHg, N = 100 x/menit, RR = 15 x/menit, T = afebris. Pemeriksaan kepala, mata = conjunctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, JVP tidak meningkat. Hidung : rinore (-), konka nasalis hipertrofi (-), deviasi septum nasi (-). Tenggorokan : faring hiperemis (-), tonsil hiperemis (-), T1-T1. Pemeriksaan fisik thoraks dan abdomen dalam batas normal, kecuali terdapat nyeri tekan pada regio umbilikal. Pemeriksaan neurologi menunjukkan bahwacara berjalan tidak bisa dinilai (pasien merasa lemah dan pusing saat berdiri), tidak terdapat ataksia, rebound fenomenon tidak bisa dinilai, Tes romberg tidak bisa dinilai Disdiadokokinesis tidak dapat dilakukan pasien, tidak ada nistagmus. Dismetria : tes telunjuk-hidung (+), tes hidung-telunjuk-hidung (+), tes telunjuk-telunjuk (+), gerakan abnormal tidak ada. Fungsi vegetatif dalam batas normal. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar Hb 12,3 gr/dl (↓), limfosit 9,1% (↓), Netrofil 86,6 % (↑), lain-lain dalam batas normal. Pemeriksaan Head CT-Scan menunjukkan adanya Acute intracerebellar hemorrhage uk. L.k. 32,7x27,8 mm yang mendesak ventriculus quartus, dan awal atrofi cerebri. Diagnosis Diagnosis klinis : vertigo (membaik), parese N.XII., hipertensi grade I Diagnosis topik : serebelum lobus flokulonodularis Diagnosis etiologi : perdarahan intraserebelum (stroke hemoragik) Terapi Maintenance : Infus asering 20 tpm Parenteral : Injeksi ondancentron 3 x 1 gr Injeksi Ranitidin 2 x 1 amp Injeksi neurotam 3 x 1gr Injeksi asam tranexamat 3 x 500 mg Program infus manitol : Injeksi manitol : I. 3 x 100 mg (hari ke-5 perawatan) II. 3 x 100 mg (hari ke-6 perawatan) III. 3 x 100 mg (hari ke-7 perawatan) IV. 3 x 50 mg (hari ke-8 perawatan) V. 1 x 50 mg (hari ke-9 perawatan) Per oral : Vastigo 3 x 1 Unalium (Flunarizine) 2 x 5 mg 0-1-1 ISDN 3 x 5 mg Fisioterapi : Terapi Wicara Diskusi Pada penderita ini didiagnosis dengan cerebellar stroke hemoragik berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan anamnesis, pasien sudah 8 hari rawat inap di rumah sakit. Kurang lebih 3 jam SMRS pasien pusing berputar-putar disertai muntah seperti kopi sebanyak > 3x, mual (+), telinga berdengung (-), pusing berputar-putar dirasakan terutama saat melihat cahaya dan menggerakkan kepala, kelemahan anggota gerak (-). Saat di IGD RS pasien masih pusing berputar-putar, muntah (+), mual (+). Setelah 9 hari rawat inap di Rumah Sakit, keluhan berkurang. Akhirnya pasien dirawat alih ke spesialis saraf, kemudian dirawat bersama ke spesialis penyakit dalam pada hari ke-4 perawatan. Penderita ini memiliki faktor risiko dari stroke yaitu penderita berusia diatas 55 tahun dan memiliki riwayat hipertensi kronik yang sudah bertahun-tahun. Usia diatas 55 tahun memiliki risiko stroke 2 kali tiap dekade. Hipertensi telah

Page 15: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

diketahui menjadi faktor risiko utama stroke. Hipertensi mempercepat proses aterosklerosis yang menyebabkan aterotrombotik stroke dan perdarahan otak karena pecahnya mikroaneurisma. Risiko stroke sebanding dengan naiknya tekanan darah. Borderline hipertensi mempunyai risiko stroke 2 kali lipat daripada normotensi. Hipertensi lebih dari 160/95 mmHg mempunyai risiko 4-6 kali daripada normotensi (tekanan darah pasien saat awal masuk adalah 150/100 mmHg) Berdasarkan pemeriksaan fisik pada ditemukan kesadaran pasien compos mentis, GCS E4V5M6, tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 100x/menit, respirasi 15 x/menit, suhu 370 C. Pemeriksaan generalis dalam batas normal kecuali kedua ekstremitas bawah non-pitting oedema. Pemeriksaan nervi kranialis terdapat parese N.XII dan tanda meningeal negatif, gerakan ekstremitas atas dan bawah : bebas, kekuatan ekstremitas atas dan bawah : 5 (kekuatan penuh), reflek fisiologi ekstremitas atas dan bawah positif normal (+), reflek patologis ekstremitas atas dan bawah negatif, tonus otot dalam batas normal, trofi otot dalam batas normal, klonus paha dan kaki negatif, sensibilitas dalam batas normal, fungsi vegetatif dalam batas normal, cara berjalan tidak dapat dinilai. Tes Romberg tidak dapat dilakukan karena pasien masih merasa pusing dan lemah saat bangkit dari tempat tidur. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah lengkap menunjukkan adanya penurunan kadar MCHC (30,1 g/dl), limfosit (9,1%), dan peningkatan kadar netrofil (86,6%) dan SGOT (32,6 U/L), yang lainnya dalam batas normal. Pemeriksaan elektrokardiografi menunjukkan adanya iskemia anterolateral jantung. Hasil CT-scan pada pasien ini didapatkan Acute intracerebellar hemorrhage ukuran L.k. 32,7x27,8 mm yang mendesak ventriculus quartus dan awal atrofi serebri. Serebelum adalah modulator yang berperan dalam koordinasi gerakan kelompok otot-otot (agonis dan antagonis), menyebabkan gerakan kelompok otot-otot yang sedang bekerja menjadi halus dengan jalan regulating and grading tensi otot-otot. Secara umum serebelum berperan aktif dalam memelihara tonus otot, memelihara keseimbangan (ekilibrium), dan aktivitas motoris fasik (yang sedang berlangsung). Seorang penderita lesi serebelum biasanya mampu melakukan gerakan-gerakan umum (karena tidak terjadi paralisis volunter), tetapi tiap gerakan tersebut dilakukan secara tidak terkoordinasi. Gambaran klinis pada pasien ini berupa adanya vertigo dengan onset yang mendadak, muntah, dan ketidakmampuan berjalan tanpa hemiparesis, selain itu juga terdapat parese N.XII. Pada saat diperiksa (perawatan hari ke-9) keluhan vertigo membaik dan parese N.XII masih ada. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang maka dapat dibuat diagnosis akhir berupa diagnosis klinik : vertigo, parese N.XII; diagnosis topik : serebelum lobus flokulonodularis; diagnosis etiologik : perdarahan intraserebelum, hipertensi. Setelah diagnosis ditegakkan maka diperlukan terapi medikamentosa dan rehabilitasi medik. Terapi medikamentosa yang diberikan pada pasien ini adalah : 1. Infus ringer asetat 20 tpm Memelihara kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh, mempunyai efek vasodilator, dan dimetabolisasi di otot sehingga aman bagi penderita yang memiliki gangguan hati. Setiap liter ringer asetat mengandung : Na 130 mEq, Kalium 4 mEq, Cl 109 mEq, Ca 3 mEq, asetat (garam) 28 mEq 2. Neurotam (Piracetam) 3x1 gr (i.v) Piracetam merupakan neuroprotektan dengan kerja meningkatkan kolinergik dan neurotransmitter eksitatori amin (glutamat dan aspartat) dalam jumlah dan fungsi, mengurangi radikal bebas, dan memproteksi metabolisme neuron. 3. Asam tranexamat 3x500 mg (i.v) Obat-obat antifibrinolitik dapat mencegah perdarahan berulang. Obat-obat yang sering dipakai adalah epsilon aminocaproid acid dengan dosis 36 gram/hari atau asam tranexamat dengan dosis 6-12 gr/hari. 4. Manitol Program infus manitol : Injeksi manitol : I. 3 x 100 mg (hari ke-5 perawatan) II. 3 x 100 mg (hari ke-6 perawatan) III. 3 x 100 mg (hari ke-7 perawatan) IV. 3 x 50 mg (hari ke-8 perawatan) V. 1 x 50 mg (hari ke-9 perawatan) Manitol berfungsi untuk mengurangi edema dan

Page 16: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

volume cairan interstisial. Manitol digunakan untuk menurunkan TIK. Manitol mengurangi cairan otak dengan cepat dan akan diekskresikan melewati ginjal dengan cepat pula. Hal yang perlu diperhatikan adalah efek diuresis dari manitol yang mengakibatkan dehidrasi. Dosis manitol 0,25-0,5 mg/kgBB IV selama 20 menit dengan menurunkan TIK dan dapat diberikan setiap 6 jam, dengan dosis maksimum 2 gr/kgBB/hari. 5. Ranitidine 2x1 ampul (i.v) Saat kondisi stress akan dihasilkan prostaglandin yang akan merangsang sekresi asam lambung. Penatalaksanaannya adalah pemberian antagonis histamin 2. 6. Ondancetron 3x1 gr Ondancetron merupakan antagonis reseptor serotonin 5-HT3, yang digunakan sebagai antiemetic. Obat ini mengurangi aktivitas nervus vagus yang mengaktivasi pusat muntah di medulla oblongata, dan obat ini juga menghambat reseptor serotonin di chemoreceptor trigger zone (CTZ). 7. Vastigo (betahistin mesylate 6 mg) 3x1 tablet Betahistin mesylate memperlebar sfingter prekapiler sehingga meningkatkan aliran darah pada telinga bagian dalam. Betahistine mengatur permeabilitas kapiler pada telinga bagian dalam dengan demikian mengurangi tekanan endolimfatik. Betahistin juga memperbaiki sirkulasi serebral dan meningkatkan aliran darah arteri karotis interna. 8. Unalium (flunarizine) 2x5 mg Obat ini menghilangkan gejala-gejala kelainan sirkulasi perifer dan serebral dan gangguan vestibular seperti pusing, vertigo, kurang konsentrasi, gangguan ingatan, sifat lekas marah, gangguan ritme tidur, telinga berdengung, dan migren. 9. Isosorbid dinitrate 3x5 mg ISDN adalah suatu obat golongan nitrat yang digunakan secara farmakologis sebagai vasodilator (pelebar pembuluh darah), khususnya pada kondisi angina pectoris, juga pada CHF (Congestive Heart Failure), yakni kondisi ketika jantung tidak mampu memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. 10. Fisioterapi : terapi Wicara. Kesimpulan Pasien pada kasus ini didiagnosis dengan stroke cerebellar hemoragik. Terapi pada kasus ini konservatif, yaitu pemberian neuroprotektan, antifibrinolitik, anti-edema, antiemetik. Tujuan penatalaksanaan komprehensif pada kasus stroke akut adalah: (1) meminimalkan jumlah sel yang rusak melalui perbaikan jaringan penumbra dan mencegah perdarahan lebih lanjut pada perdarahan intraserebral, (2) mencegah secara dini komplikasi neurologik maupun medik, dan (3) mempercepat perbaikan fungsi neurologis secara keseluruhan. Jika secara keseluruhan dapat berhasil baik, prognosis pasien diharapkan akan lebih baik. Pengenalan tanda dan gejala dini stroke dan upaya rujukan ke rumah sakit harus segera dilakukan karena keberhasilan terapi stroke sangat ditentukan oleh kecepatan tindakan pada stadium akut; makin lama upaya rujukan ke rumah sakit atau makin panjang saat antara serangan dengan pemberian terapi, makin buruk prognosisnya. Referensi Bruno A, Kaelin DL, Yilmaz EY. 2000 The subacute stroke patient: hours 6 to 72 after stroke onset. In Cohen SN. Management of Ischemic Stroke. McGraw-Hill. pp. 53-87. Huff, J.S. 2010 Cerebellar Hemorrhage. Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/1163554 Lamsudin, R. 1997 Algoritma Stroke Gadjah Mada. Disertasi Doktor dalam Ilmu Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Nasissi, Denise. 2010 Hemorrhagic Stroke Emedicine. Medscape. Diakses dari:http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview] PERDOSSI, 2007 Pedoman penatalaksanaan stroke. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). Penulis Rr. Nadya Anditia Sari, Program Elective Posting, Bagian Ilmu Penyakit Saraf, RSUD Djojonegoro, Kab. Temanggung, Jawa Tengah.

Page 17: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

PENEGAKAN DIAGNOSIS PASIEN LAKI-LAKI 45 TAHUN DENGAN STROKE HEMORAGIKDibuat oleh: Chaerunnisa S,Modifikasi terakhir pada Tue 05 of Jun, 2012 [07:58]

Abstrak Stroke menurut WHO adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi cerebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskular. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologi yang utama di Indonesia. Serangan otak ini merupakan kegawatdaruratan medis yang harus ditangani secara cepat, tepat, dan cermat. Stroke adalah penyakit ketiga yang menyebabkan kematian dibeberapa negara berkembang. Setiap tahunnya sekitar 4,5 juta orang meninggal karena stroke. Stroke dapat terjadi pada semua umur tapi sebagian dialami oleh orang yang berusia lebih dari 70 tahun Stroke non hemoragik merupakan stroke yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Lesi di salah satu hemisfer akan menimbulkan efek pada sisi kontralateralnya. Sehingga jika terjadi lesi pada daerah tersebut, maka akan terjadi hemihipestesia kontralateral. Kasus Pasien laki-laki, 45 tahun datang dengan keluhan kelemahan lengan dan tungkai kanan sejak 7 hari yang lalu. Keluhan tersebut dirasakan pada siang hari saat pasien sednag bekerja. Keluhan tersebut disertai dengan tidak bisa bicara, mulut perot ke arah kiri, dan kesulitan makan dan minum. Penurunan kesadaran (+), nyeri kepala (+) cekot-cekot, muntah (-). Riwayat penyakit dahulu: nyeri kepala berputar(+), hipertensi (-), DM(-), merokok (+) sudah berhenti sejak 1 tahun yang lalu, minum alkohol(-). Tidak ada riwayat penyakit serupa pada keluarga. Keadaan umum: CM,tampak lemah, kurang kooperatif, GCS: 3,-,5. Vital sign: TD: 130/90 mmHg; N: 80x/menit; RR: 19x/menit; suhu: 37,2oC. Thorak : suara dasar vesikuler +/+, RBB -/-, RBK-/-, wheezing -/-. Abdomen: supel, nyeri tekan(-), peristaltik (N), timpani (N),hepar lien tak teraba. Akral hangat nadi kuat perfusi jaringan baik. Status neurologis: Nervus cranialis: parese N.VII sentral. Ekstremitas atas: gerakan T/B; kekuatan 0/5; reflek fisiologi ↓/N, reflek patologis -/-. Ekstremitas bawah: gerakan T/B; kekuatan 0/5; reflek fisiologi ↓/N, reflek patologis +/-. Cl -/-. Lateralisasi dextra. Diagnosis - Diagnosis klinis : hemiparese dextra + lateralisasi dextra+afasia global - Diagnosis topik : hemisfer sinistra sub cortex - Diagnosis etiologik : stroke hemoragik Terapi Penatalaksanaan diberikan secepatnya dengan infus aminofusin, injeksi citicoline 3x3gr, mecobalamin 3x1, alinamin 3 x 1, untuk mencegah peningkatan tekanan intrakranial dan edema cerebri diberikan infus manitol 4x100cc, injeksi ceftazidime 2 x 1gr, untuk menurunkan tekanan darah diberikan captopril 3 x 25 mg k/p. Diskusi Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler. Klasifikasi Stroke diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Berdasarkan kelainan patologis a. Stroke hemoragik 1) Perdarahan intra serebral 2) Perdarahan ekstra serebral (subarakhnoid) b. Stroke non-hemoragik (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan) 1) Stroke akibat trombosis serebri 2) Emboli serebri 3) Hipoperfusi sistemik 2. Berdasarkan waktu terjadinya 1) Transient Ischemic Attack (TIA) 2) Reversible Ischemic Neurologic

Page 18: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Deficit (RIND) 3) Stroke In Evolution (SIE) / Progressing Stroke 4) Completed stroke 3. Berdasarkan lokasi lesi vaskuler 1) Sistem karotis a. Motorik : hemiparese kontralateral, disartria b. Sensorik : hemihipestesi kontralateral, parestesia c. Gangguan visual : hemianopsia homonim kontralateral, amaurosis fugaks d. Gangguan fungsi luhur : afasia, agnosia 2) Sistem vertebrobasiler a. Motorik : hemiparese alternans, disartria b. Sensorik : hemihipestesi alternans, parestesia c. Gangguan lain : gangguan keseimbangan, vertigo, diplopia Stroke Hemoragik Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan keluarnya darah ke jaringan parenkim otak, ruang cairan serebrospinalis disekitar otak atau kombinasi keduanya. Perdarahan tersebut menyebabkan gangguan serabut saraf otak melalui penekanan struktur otak dan juga oleh hematom yang menyebabkan iskemia pada jaringan sekitarnya. Peningkatan tekanan intrakranial pada gilirannya akan menimbulkan herniasi jaringan otak dan menekan batang otak. Etiologi dari Stroke Hemoragik : 1) Perdarahan intraserebral Perdarahan intraserebral ditemukan pada 10% dari seluruh kasus stroke, terdiri dari 80% di hemisfer otak dan sisanya di batang otak dan serebelum. Gejala klinis stroke hemoragik : • Onset perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu melakukan aktivitas dan dapat didahului oleh gejala prodromal berupa peningkatan tekanan darah yaitu nyeri kepala, mual, muntah, gangguan memori, bingung, perdarhan retina, dan epistaksis. • Penurunan kesadaran yang berat sampai koma disertai hemiplegia/hemiparese dan dapat disertai kejang fokal / umum. • Tanda-tanda penekanan batang otak, gejala pupil unilateral, refleks pergerakan bola mata menghilang dan deserebrasi • Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial (TTIK), misalnya papiledema dan perdarahan subhialoid. 2) Perdarahan subarakhnoid Perdarahan subarakhnoid adalah suatu keadaan dimana terjadi perdarahan di ruang subarakhnoid yang timbul secara primer. Gejala klinis : • Onset penyakit berupa nyeri kepala mendadak seperti meledak, dramatis, berlangsung dalam 1 – 2 detik sampai 1 menit. • Vertigo, mual, muntah, banyak keringat, mengigil, mudah terangsang, gelisah dan kejang. • Dapat ditemukan penurunan kesadaran dan kemudian sadar dalam beberapa menit sampai beberapa jam. • Dijumpai gejala-gejala rangsang meningen • Perdarahan retina berupa perdarahan subhialid merupakan gejala karakteristik perdarahan subarakhnoid. • Gangguan fungsi otonom berupa bradikardi atau takikardi, hipotensi atau hipertensi, banyak keringat, suhu badan meningkat, atau gangguan pernafasan. Stroke Non-Hemoragik (Stroke Iskemik, Infark Otak, Penyumbatan) Iskemia jaringan otak timbul akibat sumbatan pada pembuluh darah serviko-kranial atau hipoperfusi jaringan otak oleh berbagai faktor seperti aterotrombosis, emboli, atau ketidakstabilan hemodinamik. Aterotrombosis terjadi pada arteri-arteri besar dari daerah kepala dan leher dan dapat juga mengenai pembuluh arteri kecil atau percabangannya. Trombus yang terlokalisasi terjadi akibat penyempitan pembuluh darah oleh plak aterosklerotik sehingga menghalangi aliran darah pada bagian distal dari lokasi penyumbatan. Gejala neurologis yang muncul tergantung pada lokasi pembuluh darah otak yang terkena. Faktor Risiko Stroke Secara garis besar faktor risiko stroke dibagi atas faktor risiko yang dapat dimodifikasi (modifiable) dan yang tidak dapat dimodifikasi (nonmodifiable). Faktor risiko stroke yang dapat dimodifikasi diantaranya adalah hipertensi, penyakit jantung (fibrilasi atrium), diabetes melitus, merokok, konsumsi alkohol, hiperlipidemia, kurang aktifitas, dan stenosis arteri karotis. Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain usia, jenis kelamin, ras/suku, dan faktor genetik. Menurut The seventh report of the joint national commite on prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure (JNC 7), klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi: Klasifikasi TD - Normal : sistolik<120 mmHg Dan diastolik <80 mmHg - Prahipertensi : sistolik 120-139 mmHg Atau diastolik 80-89 mmHg - Hipertensi derajat 1: sistolik 140-159 mmHg Atau diastolik 90-99

Page 19: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

mmHg Hipertensi derajat 2: sistolik ≥ 160 mmHg Atau diastolik ≥100 mmHg Diabetes mellitus juga merupakan faktor yang signifikan dan terjadi pada 10% pasien stroke. Keadaan ini dihubungkan dengan terjadinya atherosklerosis intrakranial. Algoritma Stroke Gajah Mada: STROKE AKUT: penurunan kesadaran, nyeri kepala, refleks babinski 1. Ketiganya atau 2 dari 3 gejala stroke akut: Bila ya: PIS Bila tidak: 2. Penurunan kesadaran (+),nyeri kepala (-), refleks babinski (-): Bila ya : PIS Bila tidak: 3. Penurunan kesadaran (-), nyeri kepala (+), refleks babinski (-): Bila ya: PIS Bila tidak: 4. Penurunan kesadaran (-), nyeri kepala (-), refleks babinski (+) Bila ya: infark Bila tidak: 5. Penurunan kesadaran (-), nyeri kepala (-), refleks babinski (-) Bila ya: infark Perbedaan stroke hemoragik dan non hemoragik Gejala klinis PIS PSA Non hemoragik Defisit fokal Berat Ringan Berat ringan Onset Menit/jam 1-2 menit Pelan (jam/hari) Nyeri kepala Hebat Sangat hebat Ringan Muntah pada awalnya Sering Sering Tidak, kec lesi di batang otak Hipertensi Hampir selalu Biasanya tidak Sering kali Penurunan kesadaran Ada Ada Tidak ada Kaku kuduk Jarang Ada Tidak ada Hemiparesis Sering dari awal Permulaan tidak ada Sering dari awal Gangguan bicara Bisa ada Jarang Sering Likuor Berdarah Berdarah Jernih Paresis / gangguan N III Tidak ada Bisa ada Tidak ada Area Broca Bahasa merupakan salah satu hal penting dan aktifitas komplek dari otak manusia. Pada sebahagian besar individu (95%), area yang berhubungan dengan ber-bahasa berlokasi di korteks asosiasi frontal dan temporoparietal dari hemisfer kiri, yang mana biasanya kontralateral dengan tangan yang dominan (kanan). Pusat utama berbecara terletak pada region basal dari lobus frontalis kiri (area Broca / area 44) dan bagian posterior dari lobus temporal (pada daerah yang berhubungan dengan lobus parietal) (area Wernicke / area 22). Afasia motorik (Broca aphasia) Temuan klinis yang penting paling penting pada afasia Broca adalah berkurangnya ataupun tidak dapat sama sekali untuk memproduksi bahasa. Pasien masih dapat mengerti kata-kata, namun memproduksi kalimat yang salah dan mengganti atau menukar bunyi dari kata-kata, seperti “apple” menjadi “ackle” dan “carpet” menjadi “parket”. Kesimpulan Pada pasien ini menderita stroke hemoragik, karena kita lihat dari awal gejalanya klinisnya. Pasien mengalami kelemahan anggota gerak saat sedang bekerja. Yang disertai dengan kelsulitan bicara dan nyeri kapala serta ada muntah. Dari riwayatnya itu sendiri pasien tidak mempunyai riwayat hipertensi. Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan keluarnya darah ke jaringan parenkim otak, ruang cairan serebrospinalis disekitar otak atau kombinasi keduanya. Perdarahan tersebut menyebabkan gangguan serabut saraf otak melalui penekanan struktur otak dan juga oleh hematom yang menyebabkan iskemia pada jaringan sekitarnya. Peningkatan tekanan intrakranial pada gilirannya akan menimbulkan herniasi jaringan otak dan menekan batang otak. Referensi - Goetz Christopher G. Cerebrovascular Diseases. In : Goetz: Textbook of Clinical Neurology, 3rd ed. Philadelphia : Saunders. 2007. - Rumantir CU. Pola Penderita Stroke Di Lab/UPF Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Periode 1984-1985. Laporan Penelitian Pengalaman Belajar Riset Dokter Spesialis Bidang Ilmu Penyakit Saraf. 1986. - Ropper AH, Brown RH. Cerebrovascular Diseases. In : Adam and Victor’s Priciples of Neurology. Eight edition. New York : Mc Graw-Hill. 2005. - Kelompok Studi Stroke PERDOSSI. Pencegahan Primer Stroke. Dalam : Guideline Stroke 2007. Jakarta. - Baehr M, Frotscher M. Duus’ : Topical Diagnosis in Neurology. 4th revised edition. New York : Thieme. 2005. Penulis Chaerunisa Sukmaretnawati, Stase Ilmu Syaraf, RS Jogja, Yogyakarta.

Page 20: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Penegakan Diagnosis Stroke Perdarahan dan IskemiaDibuat oleh: Mu'allim Hawari,Modifikasi terakhir pada Fri 01 of Jun, 2012 [07:07]

Abstrak Stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak.Penyebab stroke hemoragik sangat beragam.1 Kata kunci : stroke perdarahan, algoritme gajah mada Kasus Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 6 jam SMRS. Nyeri dirasakan pada seluruh kepala seperti ditusuk-tusuk. Nyeri kepala dirasakan secara mendadak ketika pasien sedang beraktivitas. Pasien juga mengatakan mual dan muntah secara tiba-tiba sebanyak 1x. Muntah berisi makanan. Muntah menyemprot. Tidak lama kemudian pasien juga mengeluhkan pandangan ganda akibat sakit kepala yang hebat tersebut. Adanya kejang dan pingsan disangkal oleh pasien. Pasien tidak mengalami adanya kelemahan pada anggota gerak baik lengan maupun tungkai. Adanya rasa kesemutan dan mati rasa dan bicara pelo disangkal oleh pasien. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Pasien mengatakan hal seperti ini baru terjadi pertama kali. Penurunan berat badan secara drastis disangkal oleh pasien. Pasien tidak mengalami demam sebelumnya. Pasien memiliki penyakit darah tinggi sejak beberapa tahun yang lalu, akan tetapi jarang dikontrol dan minum obat. Pasien menyangkal memiliki riwayat penyakit kencing manis, penyakit jantung, dan menyangkal pernah mengalami trauma kepala. Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak 25 tahun yang lalu. Diagnosis Stroke Perdarahan Terapi Pengelolaan Umum o Breathing : Jalan nafas terbuka, pasien dapat bernapas normal. o Blood : Awasi tekanan darah o Brain : Awasi tanda-tanda peningkatan intracranial, peningkatan suhu tubuh dan kejang o Bladder : Pasang Kateter o Bowel : Nutrisi kalori cukup Pengelolaan Stroke Medikamentosa o IVFD Ringer laktat 60 cc/ jam o Manitol 3x100 cc (tap off) o Amlodipin 1 x 20 mg P.O o Captopril 3 x 25 mg P.O o Citicholin 3 x 500 mg P.O o Asam Traneksamat 4 x 500 mg P.O o Omeprazol 1 x 40 mg Inj. o Ceftriaxon 1 x 2 gram Inj. o Neurobion 1x1 ampul inj Non Medikamentosa 1. Bed rest 2. Edukasi untuk meminum obat secara teratur Diskusi WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak. 1 Penyebab stroke hemoragik sangat beragam, yaitu: • Perdarahan intraserebral primer (hipertensif) • Ruptur kantung aneurisma • Ruptur malformasi arteri dan vena • Trauma (termasuk apopleksi tertunda paska trauma) • Kelainan perdarahan seperti leukemia, anemia aplastik, ITP, gangguan fungsi hati, komplikasi obat trombolitik atau anti koagulan, hipofibrinogenemia, dan hemofilia. • Perdarahan primer atau sekunder dari tumor otak. • Septik embolisme, myotik aneurisma • Penyakit inflamasi pada arteri dan vena • Amiloidosis arteri • Obat vasopressor, kokain, herpes simpleks ensefalitis, diseksi arterivertebral, dan Acute necrotizing haemorrhagic encephalitis.

Page 21: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

penegakan diagnosis stroke dapat menggunakan algoritme stroke gajah mada Penurunan kesadaran +, sakit kepala +, refleks Babinski + YA stroke perdarahan TIDAK Penurunan kesadaran +, sakit kepala +, refleks Babinski - YA stroke perdarahan TIDAK Penurunan kesadaran +, sakit kepala -, refleks Babinski - YA stroke perdarahan TIDAK Penurunan kesadaran +, sakit kepala -, refleks Babinski + YA stroke perdarahan TIDAK Penurunan kesadaran -, sakit kepala +, refleks Babinski + YA stroke perdarahan TIDAK Penurunan kesadaran -, sakit kepala +, refleks Babinski - YA stroke perdarahan TIDAK Penurunan kesadaran -, sakit kepala -, refleks Babinski + YA stroke iskemik TIDAK Penurunan kesadaran -, sakit kepala -, refleks Babinski - YA stroke iskemik Diagnosa stroke hemoragic pada pasien diatas ditegakkan dari : Gejala klinis; penurunan kesadaran -, nyeri kepala +, muntah +, hemiparesis mendadak. Dan pada Algoritma Skor Gajah Mada menunjukkan SH, Kesimpulan Stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Penatalaksanaannya sesuai dengan diagnosisnya jangan sampai tertukar. Penggunaan algoritme gajah mada dapat mempermudah dalam penegakan diagnosis stroke. Daftar pustaka 1. Aliah A, Kuswara F F, Limoa A, Wuysang G. Gambaran umum tentang gangguan peredaran darah otak dalam Kapita selekta neurology cetakan keenam. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2007. 2. Sjahrir, Hasan. Stroke Iskemik. Yandira Agung: Medan, 2003 3. Sotirios AT,. Differential Diagnosis in Neurology and Neurosurgery.NewYork. Thieme Stuttgart. 2000 Penulis Mu’allim Hawari, program profesi pendidikan dokter, bagian ilmu penyakit syaraf RSUD Panembahan Senopati.

Algoritma Gajah Mada dan Skor Siriraj sebagai Alat Menegakkan Diagnosis Stroke Hemoragik dengan Parese N.VII dan N. XII UMN Dextra disertai Riwayat HipertensiDibuat oleh: Yulia Niswatul F,Modifikasi terakhir pada Fri 04 of May, 2012 [00:21]Abstrak      Menurut WHO, stroke adalah tanda – tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal, atau global, dengan gejala – gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Menurut taksiran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 20,5 juta jiwa di dunia sudah terjangkit stroke pada tahun 2001. Dari jumlah itu 5,5 juta telah meninggal dunia. Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke di dunia. Untuk menegakkan diagnosis pada stroke dapat menggunakan algoritma stroke Gajah Mada dan skor siriraj. kata kunci: Stroke Hemoragik, Algoritma Stroke Gajah Mada, Skor Siriraj, Hipertensi  History

Page 22: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

      Seorang laki-laki 74 tahun datang dengan keluhan kelemahan anggota gerak bagian kanan secara tiba – tiba. Pasien masih dapat menggerakkan tangan dan kaki kanannya tapi tidak sekuat tangan kirinya. Keluhan mulai timbul saat sedang ngobrol bareng tetangga. Pasien mengeluh sering pusing ± 1 bulan terakhir ini, lokasi diseluruh kepala, berdenyut dan dapat sembuh dengan obat nyeri kepala ataupun dengan beristirahat. Keluhan tidak disertai mual, muntah, demam, perubahan perilaku, kesemutan ataupun kejang. Selain itu pasien juga mengeluh bicara pelo dan perot pada bibirnya kearah kiri. Pandangan kabur pada mata kanan dan pada mata kiri pandangan mata gelap sejak sebelum terjadi kelemahan anggota gerak kanan. Riwayat hipertensi (+), DM (-), Jantung (-).Keadaan umum lemah dengan GCS E4V5M6, tekanan darah= 210/150 mmHg, nadi= 90 x/menit, pernafasan= 22 x/menit, temperatur = 36,7 OCStatus NeurologisKesadaran : kompos mentis, GCS E4-V5-M6Orientasi tempat : baikOrientasi waktu : baikOrientasi orang : baikDaya ingat : baikSikap tubuh : lurusGerakan abnormal : tidak adaKepala : pupil isokor; ø 3 mm/3 mm, RC (+/+), refleks kornea (+/+)Dari pemeriksaan nervus cranialis didapatkan adanya parese N.VII dan N.XII  dextra UMN. Pemeriksaan keempat ekstremitas didapatkan kelemahan anggota gerak kanan dengan reflek fisiologis di semua ekstremitas normal dan tidak didapatkan adanya perluasan. Reflek patologis (-), Klonus (-), Tonus normal. Pemeriksaan penunjang laboratorium dalam batas normal dan pemeriksaan EKG didapatkan adanya IHD. Diagnosis      Stroke Hemoragik Penatalaksanaan 1. Awasi KU dan VS2. IVFD Ringer Asetat : D5½ S = 1 : 13. Aminofusin L 600 1fl/hari4. Inj. Citicolin 2 x 500 mg5. Inj. Ranitidin  2 x 1 amp6. Thiamin 1 amp/hari7. Nifedipin 2x10mg8. Fisioterapi Diskusi Stroke adalah gangguan fungsional otak yang bersifat lokal dan atau global, terjadi secara akut berlangsung selama 24 jam atau lebih yang disebabkan oleh gangguan aliran darah otak.

Page 23: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

(Sidharta, 1999). Stroke adalah penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting, dengan dua pertiga stroke sekarang terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Di Indonesia penyakit ini menduduki posisi ketiga setelah jantung dan kanker. Sebanyak 28,5 persen penderita stroke meninggal dunia. Sisanya menderita kelumpuhan sebagian maupun total. Hanya 15 persen saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke dan kecacatan. Berdasarkan etiologi Hinton (1995) membagi stroke menjadi dua :

1. Stroke hemoragik yaitu suatu gangguan fungsi saraf yang disebabkan kerusakan pembuluh darah otak sehingga menyebabkan pendarahan pada area tersebut.

2. Stroke non hemoragik, yaitu gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh tersumbatnya pembuluh darah otak sehingga distribusi oksigen dan nutrient ke area yang mendapat suplai terganggu.

     Faktor resiko stroke menurut Feigin dibagi menjadi dua yaitu faktor resiko mayor (hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit jantung) dan faktor resiko minor (TIA, usia, jenis kelamin, peningkatan hematokrit, hiperlipidemia, hiperuricemia, kenaikan fibrinogen, obesitas, merokok, kontrasepsi, stress dan faktor genetic).     Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang memberikan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak, disertai dengan pemeriksaan penunjang seperti cairan serebrospinal, CT scan kepala atau MRI  serta arteriografi bila perlu. CT scan merupakan gold standar pemeriksaan penunjang untuk membedakan stroke perdarahan dan stroke infark.Untuk membedakan jenis atau penyebab stroke bisa menggunakan algoritma stroke Gadjah Mada (ASGM) dan penilaian skor Siriraj. Pada ASGM hal yang dinilai adalah penurunan kesadaran, nyeri kepala dan reflek babinski. Menurut ASGM, jika terdapat 2 atau 3 dari ketiga kriteria tersebut, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika ditemukan 1 kriteria yaitu penurunan kesadaran atau nyeri kepala saja, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika hanya didapatkan uji babinski positif atau dari ketiga kriteria tidak ada yang terpenuhi, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke iskemik. Jadi pada pasien stroke jika terjadi penurunan kesadaran atau nyeri kepala, maka dapat ditegakkan stroke perdarahan. Jika tidak didapatkan kedua gejala tesebut dan hanya terdapat reflek babinski yang positif ataupun negatif, maka diagnosisnya adalah stroke iskemik. Berdasarkan ASGM, maka pasien diatas dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan.Sedangkan Siriraj stroke score dapat dihitung menggunakan rumus berikut: (2.5 x tingkat kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x pusing) + (0.1 x tekanan darah diastolik) - (3 x atheroma markers) - 12.Keterangan:• Derajat kesadaran: Sadar penuh = 0, Somnolen = 1, Koma = 2• Nyeri kepala: Tidak ada = 0, Ada = 1• Vomitus: Tidak ada = 0, Ada = 1• Ateroma : Tidak ada penyakit jantung, DM = 0, Ada = 1 Dengan hasil sebagai berikut:• SS > 1 =  Stroke Hemoragik 

Page 24: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

• -1 > SS > 1 =  Perlu pemeriksaan penunjang (Ct- Scan)• SS < -1 =  Stroke Non Hemoragik      Berdasarkan Algoritma  stroke Gajah Mada, pada pasien ini hanya didapatkan satu dari tiga kriteria yakni nyeri kepala positif sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami  stroke hemoragik. Demikian pula berdasarkan Siriraj skor, pasien ini memiliki skor 2, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami stroke hemoragik. Kesimpulan      Stroke adalah sindrom klinis yang awalnya timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit neurologis fokal atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata – mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Stroke dibagi menjadi yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Gold standart untuk membedakan kedua jenis stroke tersebut adalah dengan CT scan. Berhubung pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan CT scan maka kita dapat menggunakan algoritma gajah mada dan skor siriraj. Setelah dilakukan pemeriksaan dapat diambil kesimpulan bahwa pasien tersebut menderita stroke hemoragik. Referensi

1. Harsono. 2000. Kapita Selekta Neurologi. Gadjah Mada University: Yogyakarta.2. Lamsudin, R. 1997. Algoritma Stroke Gadjah Mada Penerapan Klinis Untuk

Membedakan Stroke Perdarahan Intraserebral dengan Stroke Iskemik Akut atau Stroke Infark. Berkala Ilmu Kedokteran, vol.29, no.1: 11 – 16.

3. Mansjoer, Arief.  2000. Stroke dalam Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3. Media Aeuculapius: Jakarta.

4. Setiawan. 2002. Assesment pada Penderita Stroke; Pelatihan FT IV: Optimalisasi Fungsi Senso-Motorik pada Penderita Stroke. Jakarta.

5. Sidharta. 2004. Stroke dalam Neurologi Klinis dalam Praktek umum, ED 5. Dian Rakyat: Jakarta.

6. Sidharta, Priguna. 1999. Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi, cetakan ketiga. Dian Rakyat: Jakarta.

 

Diagnosis Stroke Haemoragik pada Pasien Laki-laki Umur 52 Tahun dengan Riwayat Hipertensi Dibuat oleh: Feri Sulistya,Modifikasi terakhir pada Mon 23 of Apr, 2012 [14:19] oleh dr. Dwi Prayogo

Abstrak

Page 25: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

            Stroke adalah suatu sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara lokal atau global, yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lainnya kecuali gangguan vaskuler. Stroke terbagi dua, yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Stroke hemoragik dibagi lagi menjadi 2, yaitu perdarahan intraserebral serta perdarahan subarachnoid. Pada kasus ini, pasien 52 tahun pasien merasakan kaki kiri dan tangan kirinya tidak bisa digerakan dan bicara pasien menjadi tidak jelas dan mulut sedikit mencong. Pasien memiliki riwayat hipertensi ± 5tahun. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan ct scan pasien didiagnosis stroke hemoragik.

Kata kunci: stroke, hemoragik, diagnosis

Kasus

            Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Jogja dengan keluhan lemas pada tangan dan kaki sebelah kiri sejak 1 jam SMRS. Saat itu pasien mengaku sedang bekerja tiba tiba pasien merasa badan terasa lemas, keluar keringat dingin. Pasien merasa kaki kirinya terasa berat dan susah untuk digerakan. Kemudian pasien berteriak minta tolong. Menurut anak pasien, ketika itu pasien masih dalam keadaan sadar dan bisa diajak komunikasi, hanya saja seperti terlihat bingung. Sesaat setelah itu pasien merasakan kaki kiri dan tangan kirinya tidak bisa digerakan dan bicara pasien menjadi tidak jelas dan mulut sedikit mencong. Pasien tidak merasakan sakit kepala ataupun pusing, tidak mual, tidak muntah, pandangan tidak kabur atau pun berbayang dan tidak pernah kejang. Rasa kesemutan, baal pada wajah, tangan dan kaki disangkal pasien. Tidak ada demam ataupun riwayat jatuh / terbentur kepala sebelum kejadian ini.Pasien mengaku kejadian ini merupakan yang pertama. Pasien mempunyai penyakit darah tinggi sejak 5 tahun yang lalu namun jarang kontrol.

            Pada pemeriksaan pasien dalam keadaan compos mentis dengan GCS E4 V5 M6. Tanda vital tekanan darah 180/110 mmHg, suhu 36,9oC, nadi 80 x/menit, pernafasan 20x/menit. Reflek cahaya kedua mata positif, pupil diameter 3 mm isokor, reflek kornea positif. Leher tidak didapatkan kaku kuduk. Tidak terdapat tanda meningeal (kaku kuduk, burdzinki 1 dan 2, kernig). Tidak ada Trismus, wajah asimetris, didapatkan parese nervus VII sinistra sentral. Pada anggota gerak atas dan bawah sebelah kiri didapatkan hemiparesis, reflek fisiologi kanan-kiri normal tidak didapatkan perluasan reflek, reflek patologi (babinski) positif pada sisi kiri. Hasil pemeriksaan penunjang pencitraan otak dengan CT scan perdarahan intracerebral di nucleus lentiformis dextra.

Diagnosis

Hemiparesis sinistra e.c stroke hemorhagik

 Terapi

Medikamentosa

- O2 3-4 liter/menit

Page 26: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

- infus RL 12 tpm

- Inj. Piracetam 3x1 gr

- Inj. Citicolin 2x500 mg

- Inj. Furosemid 1A/24 jam

- Inj. Ranitidin 1A/12 jam

- Inj. Mecobalamin 2x 1 A

- Diltiazem 3x1 tab

Nonmedikamentosa:

- Elevasi kepala 30°

- Tirah baring

- Fisioterapi

 Diskusi

            Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Secara umum stroke dibagi berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya yaitu:a)  Stroke Hemoragik (perdarahan), stroke hemoragik dibagi menjadi dua bagian yaitu:•   Perdarahan intraserebral (terjadi di dalam otak atau intraserebral), perdarahan ini biasanya timbul akibat hipertensi maligna atau sebab lain misalnya tumor otak yang berdarah, kelainan (malformasi) pembuluh darah otak yang pecah.•   Perdarahan subarakhnoid (PSA) adalah masuknya darah ke ruang subarakhnoid baik dari tempat lain (Perdarahan subarakhnoid sekunder) atau sumber perdarahan berasal dari rongga subarakhnoid itu sendiri (Perdarahan subarakhnoid primer).b)  Stroke IskemikGangguan fungsi otak secara tiba-tiba yang disebabkan oleh penurunan aliran oksigen (akibat penyempitan atau penyumbatan arteri ke otak) yang dapat mematika  sel-sel saraf. Keadaan iskemik dapat berlanjut menjadi kematian sel-sel otak yang disebut infark otak (cerebral infarction). Macam atau derajat dari stroke iskemik berdasarkan perjalanan klinisnya.• Transient Ischemic Attack (TIA) atau serangan iskemik sepintas, pada TIA kelainan neurologis yang timbul berlangsung hanya dalam hitungan menit sampai sehari penuh.• RIND (Reversible Ischemic Neurological Deficits) yaitu kelainan atau gejala neurologis menghilang antara lebih dari 24 jam sampai 3 minggu.• Stroke Progesif atau stroke in evolution yaitu stroke dengan gejala klinisnya secara bertahap berkembang dari yang ringan sampai semakin berat.

Page 27: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

• Stroke komplet atau Completed Stroke, yaitu stroke dengan defisit neurologis yang menetap dan sudah tidak berkembang lagi.            Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang memberikan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak, disertai dengan pemeriksaan penunjang seperti cairan serebrospinal, CT scan kepala atau MRI  serta arteriografi bila perlu. CT scan merupakan gold standar pemeriksaan penunjang untuk membedakan  stroke perdarahan dan stroke infark.             Untuk membedakan jenis atau penyebab  stroke bisa menggunakan algoritma  stroke Gajah Mada (ASGM). Dimana pada algoritma tersebut terdapat 3 gejala dan tanda yang harus diperhatikan, diantaranya adalah penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan uji babinski. Menurut ASGM, jika terdapat 2 atau 3 dari ketiga kriteria tersebut, maka dapat ditegakkan diagnosis  stroke perdarahan. Jika ditemukan 1 kriteria yaitu penurunan kesadaran atau nyeri kepala saja, maka dapat ditegakkan diagnosis  stroke perdarahan. Jika hanya didapatkan uji babinski positif atau dari ketiga kriteria tidak ada yang terpenuhi, maka dapat ditegakkan diagnosis  stroke iskemik. Jadi pada pasien  stroke jika terjadi penurunan kesadaran atau nyeri kepala, maka dapat ditegakkan  stroke perdarahan. Jika tidak didapatkan kedua gejala tesebut dan hanya terdapat reflek babinski yang positif ataupun negatif, maka diagnosisnya adalah  stroke iskemik. Berdasarkan ASGM, maka pasien diatas dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan.           Selain itu, untuk menetapkan diagnosis  stroke serta penyebabnya dapat digunakan penilaian Siriraj score.Siriraj stroke score dapat dihitung menggunakan rumus berikut:(2.5 x tingkat kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x pusing) + (0.1 x tekanan darah diastolik) - (3 x atheroma markers) - 12.Skor untuk stroke perdarahan adalah > +1 dan skor untuk stroke iskemik < -1, sedangkan skor antara > -1 dan < +1 menunjukkan bahwa diperlukan pemeriksaan CT SCAN untuk menentukan diagnosis pasien Penilaian tingkat kesadaran : Sadar penuh : 0, Somnolen : 1, Koma: 2Pusing :  Ada : 1, Tidak ada : 0 Muntah  : Ada : 1, Tidak ada : 0

Atheroma markers  :         •    Terdapat penyakit jantung dan DM : 1 •    Tidak terdapat penyakit jantung dan DM : 0

            Berdasarkan Algoritma  stroke Gajah Mada, pada pasien ini hanya didapatkan dua dari tiga kriteria yakni penurunan kesadaran dan refleks Babinski positif sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami  stroke perdarahan. Demikian pula berdasarkan Siriraj skor, pasien ini memiliki skor 1,5, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami stroke hemoragik.

 Kesimpulan

            Pada kasus stroke, hal yang pertama diperhatikan adalah menentukan penyebabnya apakah perdarahan atau iskemik. Untuk membedakan dapat menggunakan algoritma stroke Gadjah Mada ataupun dengan siriraj score. Penentuan ini sangat penting dilakukan karena jenis stroke turut serta dalam menentukan jenis terapi yang tepat. . Pada kasus ini, pasien 52 tahun pasien merasakan kaki kiri dan tangan kirinya tidak bisa digerakan dan bicara pasien menjadi

Page 28: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

tidak jelas dan mulut sedikit mencong. Pasien memiliki riwayat hipertensi ± 5tahun. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan ct scan pasien didiagnosis stroke hemoragik.

 Referensi1. Harsono. 2005. Gangguan Peredaran Darah Otak, dalam  Kapita Selekta Neurologi, Ed.2.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press .2. Lamsudin, R., 1997, Algoritma Stroke Gajah Mada Penerapan Klinis Untuk Membedakan Stroke Perdarahan Intraserebral dengan Stroke Iskemik Akut atau Stroke Infark, Berkala Ilmu Kedokteran, vol.29, no.1: 11 – 16. 3. Mansjoer,  2000 , Stroke dalam Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3, Media Aeuculapius, Jakarta, hal : 17-26. 4. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2004. Guidelines Stroke 2004. Jakarta: PERDOSSI.

Penurunan Kesadaran pada Lansia dengan Riwayat StrokeDibuat oleh: Munawir Saragih,Modifikasi terakhir pada Tue 03 of Apr, 2012 [16:54]

Abstrak

          Meningoencephalitis adalah peradangan yang terjadi pada encephalon dan meningens. Nama lain dari meningoencephalitis adalah cerebromeningitis, encephalomeningitis, dan meningocerebritis. Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau beberapa kasus yang jarang disebabkan oleh jamur. Istilah meningitis aseptic merujuk pada meningitis yang disebabkan oleh virus tetapi terdapat kasus yang menunjukan gambaran yang sama yaitu pada meningitis yang disebabkan organisme lain. Encephalitis adalah suatu proses inflamasi pada parenkim otak yang biasanya merupakan suatu proses akut, namun dapat juga terjadi postinfeksi encephalomyelitis, penyakit degeneratif kronik, atau slow viral infection. Encephalitis merupakan hasil dari inflamasi parenkim otak yang dapat menyebabkan disfungsi serebral. Encephalitis sendiri dapat bersifat difus atau terlokalisasi. Organisme tertentu dapat menyebabkan encephalitis dengan satu dari dua mekanisme yaitu (1). Infeksi secara langsung pada parenkim otak atau (2) sebuah respon yang diduga berasal dari sistem imun (an apparent immune-mediated response) pada sistem saraf pusat yang biasanya bermula pada beberapa hari setelah munculnya manifestasi ekstraneural.

Keyword : Meningoensephalitis, ME, Lansia

 

Isi

          pasien bapak S, 79 tahun, dibawa keluarganya ke UGD RS Jogja dengan keluhan tiba-tiba tidak sadarkan diri. Menurut keluarga, pasien tersedak saat disuapi makanan lalu memuntahkan

Page 29: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

makanan yang dimakan dan tiba-tiba tidak sadarkan diri. Riwayat Hipertensi (+), Riwayat stroke sebelumnya (+), Pada saat diperiksa pasien masih koma, demam (+), dan sesekali pasien menggerakkan tangannya. Kesadaran pasien koma, Pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan, pemeriksaan neurologis ditemukan Kaku kuduk (+), Reflek patologik : Hoffman/Tromner (+), Pemeriksaan lab : leukosit 17,7, N.segmen 90. CT SCAN Kesan : Infark cerebri lacunar type thalamus sinistra, Atrophy cerebra senilis.

Diagnosis

Diagnosis Klinik         : Meningoencephalitis

Diagnosis Topik          : ARAS

Diagnosis Etiologik     : Infeksi bakteri

Terapi

-            Infus RL

-            Ceftriaxon 2x2gr

-            Dexa 4x1A

-            Incelin 2x500mg

-            Ranitidine 2x1A

-            Pamol 3x1A

-            Phenitoin 2x1

-            Miniaspi 1x1

-            Vaclo 1x1A

Diskusi

          Dalam proses perjalanan penyakit meningitis yang disebabkan oleh bakteri, invasi organisme harus mencapai ruangan subarachnoid. Proses ini berlangsung secara hematogen dari saluran pernafasan atas dimana di dalam lokasi tersebut sering terjadi kolonisasi bakteri. Walaupun jarang, penyebaran dapat terjadi secara langsung yaitu dari fokus yang terinfeksi seperti (sinusitis, mastoiditism, dan otitis media) maupun fraktur tulang kepala.

          Penyebab paling sering pada meningitis yang mengenai pasien < 1 bulan adalah Escherichia colli dan streptococcus group B. Infeksi Listeria monocytogenes juga dapat terjadi pada usia < 1 bulan dengan frekuensi 5-10% kasus. Infeksi Neisseria meningitides juga dapat

Page 30: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

menyerang pada golongan usia ini. Pada golongan usia 1-2 bulan, infeksi golongan streptococcus grup B lebih sering terjadi sedangkan infeksi enterik karena bakteri golongan gram negatif frekuensinya mulai menurun. Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenzae, dan N. Meningitidis akhir-akhir ini menyebabkan kebanyakan kasus meningitis bakterial. H. influenzae dapat menginfeksi khususnya pada anak-anak yang tidak divaksinasi Hib.

          Pada perjalanan patogenesis meningitis bakterial terdapat fase bakterial dimana pada fase ini bakteri mulai berpenetrasi ke dalam cairan serebropsinal melalui pleksus choroid. Cairan serebrospinal kurang baik dalam menanggapi infeksi karena kadar komplomen yang rendah dan hanya antibody tertentu saja yang dapat menembus barier darah otak.

          Dinding bakteri gram positif dan negatif terdiri atas zat patogen yang dapat memacu timbulnya respon inflamasi. Asam teichoic merupakan zat patogen bakteri gram positif dan lipopolisakarida atau endotoksin pada gram negatif. Saat terjadinya lisis dinding sel bakteri, zat-zat pathogen tersebut dibebaskan pada cairan serebrospinal.

          Terapi antibiotik menyebabkan pelepasan yang signifikan dari mediator dari respon inflamasi. Adapun mediator inflamasi antara lain sitokin (tumor necrosis factor, interleukin 1, 6, 8 dan 10), platelet activating factor, nitric oxide, prostaglandin, dan leukotrien. Mediator inflamasi ini menyebabkan terganggunya keseimbangan sawar darah otak, vasodilatasi, neuronal toxicity, peradangan meningeal, agregasi platelet, dan aktifasi leukosit. Sel endotel kapiler pada daerah lokal terjadinya infeksi meningitis bacterial mengalami peradangan (vaskulitis), yang menyebabkan rusaknya agregasi vaskuler. Konsekuensi pokok dari proses ini adalah rusaknya mekanisme sawar darah otak, edema otak, hipoperfusi aliran darah otak, dan neuronal injury.

          Akibat kerusakan yang disebabkan oleh respons tubuh terhadap infeksi, agen anti-inflamasi berbagai telah digunakan dalam upaya untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas meningitis bakteri. Hanya deksametason yang telah terbukti efektif.

Kesimpulan

          Dalam proses perjalanan penyakit meningitis yang disebabkan oleh bakteri, invasi organisme harus mencapai ruangan subarachnoid. Penyebab paling sering pada meningitis yang mengenai pasien < 1 bulan adalah Escherichia colli dan streptococcus group B. Akibat kerusakan yang disebabkan oleh respons tubuh terhadap infeksi, agen anti-inflamasi berbagai telah digunakan dalam upaya untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas meningitis bakteri. Hanya deksametason yang telah terbukti efektif.

Referensi

Chusid, Neuroanatomi Korelatif dan Neurology Fungsional, bagian dua. Gajah Mada University Press, 1991

Harsono, Kapita Selekta Neurologi, edisi kedua. Gajah Mada University Press, 2003

Page 31: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Stroke Hemoragik pada usia lanjut dengan HipertensiDibuat oleh: Dewanto Suryoningrat,Modifikasi terakhir pada Tue 21 of Feb, 2012 [10:39]

 

ABSTRAK

Telah dilaporkan pasien seorang laki – laki usia 50 tahun dengan keluhan anggota gerak terutama sebelah kiri terasa lemas dan susah digerakkan. Keluhan ini dirasakan sejak 2 hari SMRS. Pasien memiliki riwayat hipertensi. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 150/90. Kekuatan dan gerakan yang menurun pada anggota gerak kiri. Dan adanya reflek Babinski dan Chadoc yang positif pada anggota gerak kiri. Pada pemeriksaan laboraturium didapatkan kadar Trigliserid : 308. Stroke adalah salah satu penyakit saraf yang cukup memprihatinkan dan senantiasa membutuhkan perhatian kita bersama, karena penyakit ini juga disebut serangan otak atau brain attack yang merupakan penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit jantung dan kanker, serta merupakan kecacatan utama di Indonesia pada kelompok usia lebih dari 45 tahun. Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Serangan otak ini merupakan kegawatdaruratan medis yang harus ditangani secara cepat, tepat dan cermat. Stroke adalah suatu gangguan fungsi syaraf akut yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak dimana secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal diotak yang terganggu.

Keyword : stroke, stroke hemoragik ISI

Seorang laki - laki berumur 50 tahun datang datang ke IGD RSUD Setjonegoro karena tak sadarkan diri saat bekerja. Setelah sadar mengeluh anggota badan terutama sebelah kiri terasa lemas dan sulit untuk digerakkan. 2 hari SMRS pasien mengeluh sulit menggerakkan anggota gerak sebelah kiri. Terdapat nyeri kepala, mual, muntah. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan tidak ada riwayat stroke sebelumnya. Kesadaran somnolen GCS : E2 M5 V2. Vital sign, Tekanan Darah : 150/90 mmHg, Nadi : 89 x/menit, RR : 20 x/menit, Suhu : 36,7°. Gerakan , sensibilitas, kekuatan anggota gerak kiri menurun, sementara tonus nya meningkat. Didapatkan juga reflek patologis yang positif yaitu reflek babinski dan chaddock.

Diagnosis

Stroke Hemoragik dengan Faktor Resiko Hipertensi.

Terapi

Page 32: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Pada pasien dilakukan pemasangan nasal oksigen, NGT, infuse serta cateter. Setelah itu, diberikan terapi neuroprotektan berupa piracetam 3 gram yang diberikan 3 kali dalam sehari intravena. Selain itu juga diberikan antihipertensi berupa captopril 25 mg yang diberikan 3 kali dalam sehari, asam tranexamat 500 mg 3 kali dalam sehari untuk mengurangi perdarahan, serta manitol untuk mencegah peningkatan tekanan intracranial dengan mengurangi edema serebri.

DISKUSI

Diagnosis stroke hemoragik pada pasien dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien. pada pasien didapatkan keluhan sulit menggerakan anggota gerak sebelah kiri sejak 2 hari SMRS. Lalu pasien tiba – tiba tak sadarkan diri saat bekerja. Terdapat nyeri kepala, mual dan muntah. Pasien juga memiliki riwayat hipertensi, dimana hipertensi merupakan salah satu factor resiko terjadinya stroke hemoragik.Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu.Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi.Stroke hemoragik ada 2 jenis, yaitu: Hemoragik Intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak dan Hemoragik Subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).Faktor resiko medis, antara lain Hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi), Kolesterol,Aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah), Gangguan jantung, diabetes, Riwayat stroke dalam keluarga, Migrain. Faktor resiko perilaku, antara lain Merokok (aktif & pasif), Makanan tidak sehat (junk food,fast food), Alkohol, Kurang olahraga, Mendengkur, Kontrasepsi oral, Narkoba, Obesitas. 80% pemicu stroke adalah hipertensi dan arteriosklerosis, Menurut statistik. 93% pengidap penyakit trombosis ada hubungannya dengan penyakit tekanan darah tinggi. Pemicu stroke pada dasarnya adalah, suasana hati yang tidak nyaman (marah-marah), terlalu banyak minum alkohol, merokok dan senang mengkonsumsi makanan yang berlemak.

KESIMPULAN

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan neurologi serta pemeriksaan penunjang, pasien laki-laki berusia 50 tahun didiagnosis stroke hemoragik. CT scan merupakan gold standart pemeriksaan penunjang untuk membedakanstroke hemoragik dan non hemoragik. Pada pasien ini, awalnya diberi nasal oksigen, pasang NGT, infus serta cateter. Setelah itu, diberikan neuroprotektan berupa piracetam, antihipertensi berupa captopril, asam tranexamat untuk mengurangi perdarahan serta manitol untuk menurunkan tekanan intracranial.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://medicastore.com/brown_seaweed/gejala_sebab_stroke.htm

Page 33: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

2. Lamsudin, R., 1997, Algoritma Stroke Gadjah Mada Penerapan Klinis Untuk Membedakan Stroke Perdarahan Intraserebral dengan Stroke Iskemik Akut atau Stroke Infark, Berkala Ilmu Kedokteran, vol.29, no.1: 11 – 16.

3. Mansjoer,  2000 , Stroke dalam Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3, Media Aeuculapius, Jakarta, hal : 17-26.

4. Sidharta, 2004, Stroke dalam Neurologi Klinis dalam Praktek umum, ED 5, Dian Rakyat, Jakarta, hal : 260-275.

Stroke Lakunar pada Penderita Hipertensi Kronik Tidak TerkontrolDibuat oleh: Anindian Setyo Rahmawati,Modifikasi terakhir pada Wed 15 of Feb, 2012 [12:56]

 

 Abstrak

Data epidemiologi menunjukkan bahwa hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling penting pada stroke; baik tekanan sistolik maupun diastolik mempunyaiperanan yang sama terhadap kemungkinan timbulnya stroke, diketahui pula bahwa insiden stroke meningkat sejalan dengan  tingginya tekanan darah, di samping itu tekanan darah yang tetap tinggi pada penderita stroke berpengaruh buruk terhadap prognosa jangka panjang, baik  terhadap kemungkinan terjadinya stroke ulang atau kematian jangka panjang pasca stroke.

 

Keywords: hipertensi, kronik, stroke, lakunar

 

Kasus

Seorang wanita 63 tahun datang dengan keluhan kelemahan anggota gerak kanan mendadak disertai pelo. Riwayat hipertensi (+) sejak 3 tahun, kontrol tidak teratur.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil KU baik, TD : 160/100mmHg, N: 108x/menit (isi & tegangan cukup), RR: 20x/menit (reguler), Suhu : 38,2 oC, parese nervus VII sentral dextra dan parese nervus XII. Ekstremitas: ekstremitas atas-bawah kanan gerakan  terbatas dengan  kekuatan 0, reflek fisiologi meningkat, ditemukan reflek patologi babinski ekstremitas bawah kanan.

 

Page 34: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Dilakukan pemeriksaan penunjang berupa laboratorium darah lengkap dengan hasil :leukositosis, hiperkolesterolemia. Pemeriksaan   head CT Scan : Chronic lacunar infarct cerebri nucleus lentiformis dextra

 

Diagnosis

Diagnosis Klinik : hemiparese dextra spastik akut, parese nervus VII sentral dextra dan parese nervus XII

 Diagnosis Topik : hemisferium serebri sinistra, nervus VII sentral dextra, nervus XII Diagnosis Etiologik : stroke non hemoragik, DD: stroke infark lakunar

 

Terapi

02 3-4 liter/menit, Inf. Asering 20 tpm, Inf. Manitol 2x50, Inj. Neurotam 3x1 gr, Inj. Brain act 2x1, Inj. Kalnex 3x1, Inj. Ranitidin 2x1 Amp, Po: ticuring 1-0-1, Fisioterapi di tempat

 

Diskusi

WHO mendefinisikan stroke sebagai manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak, baik fokal maupun global (menyeluruh), yang berlangsung cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau sampai menyebabkan kematian, tanpa penyebab  lain selain gangguan vaskuler.

Hipertensi dapat menimbulkan perubahan patologik yang berbeda pada pembuluh darah sedang dan pembuluh darah kecil otak. Berdasarkan ini stroke yang timbul akibat hipertensi dapat dibedakan atas dua golongan yang gambaran patologi dan kliniknya berbeda . Pada pembuluh darah sedang, seperti a. karotis, a vertebrobasilaris atau arteri di basal otak, perubahan patologiknya adalah berupa aterosklerosis, dan manifestasi kliniknya adalah Transient Ischemic Attack (TIA), Stroke Trombotik dan Stroke Embolik. Di sini peranan hipertensi hanyalah sebagai salah satu faktor risiko di samping faktor-faktor lain seperti diabetes mellitus, hiperlipidemia, merokok dan lain-lain. Pembuluh darah kecil otak,ialah cabang-cabang penetrans arteri yang menembus ke dalam jaringan otak, berukuran diameter 50-200 mikron. Dasar kelainan pada pembuluh darah jenis ini adalah spasme dan lipohialinosis; spasme terjadi pada hipertensi akut seperti hipertensi maligna, dan manifestasi kliniknya adalah Ensefalopati Hipertensif. Sedangkan lipohialinosis terjadi pada hipertensi khronik, pembuluh darah dengan lipohialinosis ini dapat mengalami penyumbatan dan menimbulkan sindroma klinik Infark Lakunar, atau timbul mikro aneurisma yang dapat pecah dan terjadi perdarahan intraserebral.

Infark lakunar timbul bila pembuluh darah kecil yang mengalami lipohialinosis menjadi tersumbat dan timbul infark kecil dengan ukuran penampang 0,5-15 mm. Infark ini setelah, menyembuh akan meninggalkan lubang kecil yang disebut lacune ("danau"), sering ditemukan di

Page 35: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

ganglia basalis (putamen, nukleus kaudatus), talamus, pons dan krus posterior kapsula interna, dan jarang-jarang di substansia alba serebral, krus anterior kapsula interna dan serebelum. Oleh karena infarknya kecil prognosisnya baik, dan dengan pengobatan hipertensi yang baik kambuhnya serangan dapat dihindarkan. Gejalanya terdiri atas gejala-gejala fokal neurologik yang akan membaik perlahan-lahan dalam beberapa jam sampai beberapa hari; kadang-kadang didahului oleh satu atau beberapa serangan TIA, umumnya pada 48 jam sebelumnya. Infark lakunar tidak ada hubungannya dengan timbulnya infark pada stroke tromboembolik. Infark lakunar dapat bermanifestasi dalam 4 macam sindroma:

1) Pure motor hemiparesis (infark di kapsula interna dan pons).

2) Pure sensory stroke (talamus).

3) Homolateral ataxia and aural paresis (kaps. Interna dankorona radiata).

4) Dysarthria and clumsy hand (pons).

 

Kesimpulan

 Hipertensi dapat menimbulkan perubahan-perubahan pada pembuluh darah otak dan jaringan otak; manifestasi klinik dari kelainan tersebut adalah Cerebrovascular Disease (CVD) atau stroke. Hipertensi akut, seperti hipertensi maligna, menyebabkan spasme pembuiuh darah kecil dan menimbulkan ensefalopati hipertensif. Hipertensi khronik menimbulkan stroke yang berbeda tergantung pada kaliber penbuluh darah otak yang terkena. Pada pembuluh darah kecil akan terjadi lipohialinosis, yang di kemudian hari bisa mengalami trombosis dan menyebabkan infark lakuner; atau pembuluh darah tersebut pecah dan menyebabkan perdarahan intraserebral.

 

Referensi

Aliah A, Kuswara F F, Limoa A, Wuysang G. Gambaran umum tentang gangguan peredaran darah otak dalam Kapita selekta neurology cetakan keenam editor Harsono. Gadjah Mada university press, Yogyakarta. 2007. Hal: 81-115.

Andradi, A. 1985. Penyakit Peresaran Darah Otak (Stroke). Terapi Medikamentosa pada Stroke Iskemik. Jakarta: FKUI, p.45-52.Harsono, 1999, Gangguan Peredaran Darah Otak. Dalam: Buku Ajar Neurologi Klinis, Ed 1, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Mardjono M, Sidharta P, eds. 2008. Neurologis Klinis Dasar. Mekanisme Gangguan Vascular Susunan Saraf. Jakarta: Dian Rakyat, p.269-92.

Noerjanto M, 1992, Stroke Non Hemoragis dalam Stroke Pengelolaan Mutakhir, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Page 36: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Sylvia P, Lorraine W, eds. 2005. Patofisiologis Konsep Klinis Proses-Prose Penyakit. Penyakit Cerebrovascular. 6th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2: 1105-30.

 

STROKE HEMORRHAGIC DENGAN AFASIA SENSORIKDibuat oleh: Irmawati Masyhuda,Modifikasi terakhir pada Sun 22 of Jan, 2012 [22:00]

STROKE HEMORRHAGIC DENGAN AFASIA SENSORIK

ABSTRAK

Menurut WHO, stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal, atau global, dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Afasia adalah suatu gangguan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan otak. Afasia dapat timbul akibat cedera otak atau proses patologik pada area lobus frontal, temporal atau parietal yang mengatur kemampuan berbahasa, yaitu Area Broca, Area Wernicke, dan jalur yang menghubungkan antara keduanya.

Kata Kunci : Stroke hemoragik, Afasia Sensorik

 

KASUS

Seorang wanita, 54 tahun, diantar keluarganya ke RS dalam keadaan tidak sadar. Keluarga menyatakan bahwa 6 jam sebelum dibawa ke RS pasien mengeluhkan pusing ketika sedang bekerja, muntah-muntah, dan jatuh pingsan. Pasien segera dilarikan ke RSUD Magelang tapi karena alas an keluarga pasien dipindahkan ke PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Di PKU pasien dirawat di ICU selama 7 hari dan koma selama 5 hari. Saat dilakukan pemeriksaan (setelah sadar dari koma) didapatkan Keadaan Umum tampak lemah; Kesadaran : Compos Mentis, GCS : E4M6Vafasia; Vital Sign (TD : 176/96 mmHg, nadi : 82x/menit, respirasi : 28x/menit, suhu : 35.60C. Anggota gerak kiri tidak bisa diangkat, Refleks fisiologis anggota gerak kiri meningkat, reflex patologis anggota gerak kiri (+), kekuatan anggota gerak kiri baik atas maupun bawah adalah 0. Saat dilakukan pemeriksaan pada tanggal 13 Desember 2011, pasien disuruh untuk mengangkat kaki kanannya tetapi pasien menjawab satu dan dinyatakan bahwa pasien mengalami afasia sensorik setela terjadi serangan stroke hemoragik. Dari hasil pemeriksaan head CT-Scan didapatkan tampak lesi hiperdense di daerah ganglia basalis sinistra yang mendesak dan menyempitkan ventrikel lateralis sinistra. Struktur mediana agak terdeviasi ke arah dextra. Kesan : ICH di daerah ganglia basalis sinistra dengan lateralisasi ringan ke arah dextra.

Page 37: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

 

DIAGNOSIS

Diagnosis Klinis : Hemiparese dextra dengan afasia sensorik

Diagnosis Topik : Hemisferium sinistra

Diagnosis Etiologik : Stroke hemoragik e.c Hipertensi

 

TERAPI

Pada pasien ini di berikan pengobatan yaitu  IVFD Rl 20 tetes/menit, O2 2 liter/ menit, Inj Furosemide 1 ampul tiap 12 jam, KSR 1x1 , Injeksi Pyracetam 3 gr / 6 jam, Inj. Citilcholine 500 mg tiap 12 jam,Diltiazem 30 mg 3x1, Bioneuron 2 x 1, dan Inj. Ceftriaxone 1 gr tiap 12 jam.

 

 DISKUSI

Pasien tersebut mengalami afasia sensorik bukan afasia motorik atau global karena kemungkinan area yang mengalami lesi adalah area Wernicke yang merupakan area sensorik penerima untuk impuls pendengaran. Lesi pada area ini akan mengakibatkan penurunan hebat kemampuan memahami serta mengerti suatu bahasa. Sehingga pada pasien ini saat diberi perintah untuk mengangkat kaki kirinya pasien malah menjawab satu karena pasien mengalami penurunan memahami bahasa. Sebenarnya untuk terjadinya afasia global, motorik, ataupun sensorik tergantung pada lesi area otak yang terkena. Pada stroke hemoragik bisa saja terjadi afasia global atau afasia sensorik saja atau afasia motorik saja karena perdarahan yang terjadi bisa menyebabka lesi-lesi pada area bahasa di otak. Akan tetapi manifestasi yang muncul bukan lagi disebabkan karena perdarahannya tapi kemungkinan karena masih ada udem paska perdarahan. Sehingga kemungkina pada pasien ini udem yang terjadi itu terletak pada area Wernicke.

 

KESIMPULAN

Pasien tersebut tidak mengalami afasia global ataupun motorik karena lesi yang diakibatkan oleh stroke hemoragik terletak pada area Wernicke sehingga manifetasinya adalah afasia sensorik atau penurunan kemampuan memahami bahasa.

 

REFERENSI

Page 38: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

 

1.   National Institute On Deafness and Other Communication Disorders. Aphasia, Voice, Speech and Language Health Info. 2010. Available at: http://www.nidcd.nih.gov/health/voice/aphasia.html  

2.   Kirshner HS, Jacobs DH. eMedicine Neurology Specialties: Aphasia. 2009. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/1135944-print

3.   Lumbantobing SM, Neurologi Klinis, Pemeriksaan Fisik dan Mental. Bab XI: Berbahasa. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2008

4.   Pennstate, Health & Disease Information. Aphasia. 2010 Available at: http://www.hmc.psu.edu/healthinfo/a/aphasia.htm

5.   Media Indonesia. Terapi Afasia Perbaiki Gangguan Bahasa. 2010 Available at: http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2009/04/28/1109/13/Terapi-Afasia-Perbaiki-Gangguan-Bahasa

Stroke Hemoragik Pada Pasien Usia 57 tahun Dengan Faktor Resiko Hipertensi stroke, hemoragik, algoritma stroke Gajah Mada

Dibuat oleh: Adryansyah,Modifikasi terakhir pada Mon 26 of Dec, 2011 [09:48]

Abstrak

Stroke adalah suatu sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara lokal atau global, yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lainnya kecuali gangguan vaskuler. Stroke terbagi dua, yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Stroke hemoragik dibagi lagi menjadi 2, yaitu perdarahan intraserebral serta perdarahan subarachnoid. Untuk mencari penyebab stroke bisa menggunakan algoritma stroke Gajah Mada. Pada kasus ini, pasien 57 tahun jatuh di kamar mandi. Terdapat kelemahan anggota gerak, nyeri kepala, serta muntah. Pasien memiliki riwayat hipertensi ± 5tahun. Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan perluasan reflek dan tidak didapatkan reflek patologi (babinski dan gordon) positif pada sisi kanan.

Kata kunci : stroke, hemoragik, algoritma stroke Gajah Mada

Kasus

Pasien usia 57 tahun tidak sadarkan diri datang diantar oleh keluarga. Pasien jatuh di kamar mandi ditemukan tidak sadarkan diri. Sebelumnya pasien mengeluh lelah, lemas kaki kanan dan

Page 39: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

sulit untuk berjalan, serta pusing cekot-cekot. Tidak ada riwayat demam atau konsumsi obat-obatan. Pasien belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya, riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu namun pasien tidak berobat dengan rutin. Ada riwayat hipertensi pada keluarga pasien yaitu orang tua laki-laki pasien.

Pada pemeriksaan pasien dalam keadaan tidak sadar (koma), GCS E1 V1 M3. Tanda vital tekanan darah 200/120 mmHg, suhu 37oC, nadi 88 x/menit, pernafasan 22x/menit. Reflek cahaya kedua mata negatif, pupil diameter 3 mm isokor, reflek kornea positif. Leher tidak didapatkan kaku kuduk. Tidak terdapat tanda meningeal (kaku kuduk, burdzinki 1 dan 2, kernig). Tidak ada Trismus, wajah tidak didapatkan lateralisasi. Pada anggota gerak atas dan bawah sebelah kanan didapatkan kelemahan otot, reflek fisiologi kanan-kiri normal tidak didapatkan perluasan reflek, tidak didapatkan reflek patologi (babinski dan gordon) positif pada sisi kanan. Pemeriksaan penujang dilakukan pemeriksaan darah rutin dan kimia darah didapatkan hasil Hemoglobin 15g/dl, AL 13,8 103/ul, Gula darah sewaktu 180 mg/dl, Kreatinin 1,08 mg/dl, Kolesterol total 175 mg/dl, trigliseride 30.5 u/l.

Diagnosis

Stroke hemoragik

 

Terapi

Dilakuakan stabilisasi yaitu dipasang nasal oksigen, NGT, cairan intravena dan cateter urin. Kemudian diberikan piracetam 12 gram dan maintenance 3 gram sehari 3x per intravena, neuroprotektan citicolin 1 gram 2x1 per intravena. Antihipertensi yang diberikan adalah diuretic loop yaitu furosemide 40 mg setiap pagi, asam tranexamat 500 mg 3x1 untuk mengurangi perdarahan serta dexametason 3x1 ampul untuk mencegah peningkatan tekanan intrakranial.

 

Diskusi

Stroke adalah gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian disebabkan oleh gangguan peredaran darah. Stroke terbagi dua, yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Berdasarkan gejala klinis yang tampak, stroke non hemoragik  dibagi menjadi, Transient Ischemic Attack(TIA) merupakan deficit neurologi yang bersifat akut terjadi < 24 jam dan dapat pulih seperti semula dalam waktu < 24 jam, Stroke In Evolution(SIE) deficit neurologinya terus bertambah, Reversible Ischemic Neurology Deficit (RIND) terjadi perbaikan dalam waktu beberapa hari tetapi tidak lebih dari satu minggu, complete stroke ischemic deficit neurologi sudah menetap. Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problem 10th Revision, stroke hemoragik dibagi atas :

a.  Perdarahan intraserebral                                                        

Page 40: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Biasanya timbul karena pecahnya mikroaneurisme (Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna. Hal ini paling sering terjadi didaerah subkortikal, serebelum, pons dan batang otak. Perdarahan didaerah korteks lebih sering disebabkan oleh sebab lain misalnya tumor otak yang berdarah, malformasi pembuluh darah otak yang pecah atau penyakit pada dinding pembuluh darah otak primer misalnya Congophilic angiopathy, tetapi dapat juga akibat hipertensi maligna dengan frekuensi lebih kecil daripada perdarahan subkortikal.

b.  Perdarahan subarachnoid

Perdarahan terjadi biasanya akibat pecahnya aneurisma congenital yang sering terjadi di a.komunikans anterior, a.serebri media, a.serebri anterior dan a.komunikans posterior. Gejala timbul sangat mendadak berupa sakit kepala hebat dan muntah-muntah. Darah yang masuk keruang subarakhnoid dapat menyebabkan komplikasi hidrosefalus karena gangguan absorpsi cairan otak di Granulatio Pacchioni. Perdarahan subarakhnoid sering bersifat residif selama 24-72 jam pertama, dan dapat menimbulkan vasospasme serebral hebat disertai infark otak. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang memberikan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak, disertai dengan pemeriksaan penunjang seperti cairan serebrospinal, CT scan kepala atau MRI  serta arteriografi bila perlu. CT scan merupakan gold standar pemeriksaan penunjang untuk membedakan stroke perdarahan dan stroke infark.

Untuk membedakan jenis atau penyebab stroke bisa menggunakan algoritma stroke Gajah Mada (ASGM). Dimana pada algoritma tersebut terdapat 3 gejala dan tanda yang harus diperhatikan, diantaranya adalah penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan uji babinski. Menurut ASGM, jika terdapat 2 atau 3 dari ketiga criteria tersebut, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika ditemukan 1 kriteria yaitu penurunan kesadaran atau nyeri kepala saja, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika hanya didapatkan uji babinski positif atau dari ketiga kriteria tidak ada yang terpenuhi, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke iskemik. Jadi pada pasien stroke jika terjadi penurunan kesadaran atau nyeri kepala, maka dapat ditegakkan stroke perdarahan. Jika tidak didapatkan kedua gejala tesebut dan hanya terdapat reflek babinski yang positif ataupun negative, maka diagnosisnya adalah stroke iskemik. Berdasarkan ASGM, maka pasien diatas dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan.

Selain itu, untuk menetapkan diagnosis stroke serta penyebabnya dapat digunakan penilaian :

Siriraj Stroke Score

SS = (2,5 x C) + (2 x V) + (2 x H) + (0,1 x BPD) – (3 x A) – 12

Keterangan :

C       = Kesadaran

V       = Vomitus/ muntah

H       = Nyeri kepala

Page 41: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

BPD  = Tekanan diastolic

A       = Atherom (DM, penyakit jantung)

12      = Konstanta

Bila SS > 0, 5   : Stroke hemaragik

        SS < -1      : Stroke non hemoragik.

Penilaian Derajat kesadaran :  Sadar penuh : 0

                                              Somnolen     : 1

                                              Koma           : 2

Nyeri Kepala :  Ada : 1, Tidak ada : 0

Vomitus         :  Ada : 1, Tidak ada : 0

 Arteroma      : Terdapat penyakit jantung dan DM : 1

  Tidak terdapat penyakit jantung dan DM : 0

Berdasarkan Siriraj score dan Algoritma Stroke Gajah Mada, pada pasien ini awal datang ke RS ditemukan nyeri kepala, muntah dan terjadi penurunan kesadaran. Reflek Babinski (+), sehingga ditarik kesimpulan bahwa pasien ini terkena stroke hemoragik. Pada pasien ini terdapat gejala hemiparesis dextra, disartria, disfagia,dengan nyeri kepala dan muntah-muntah sehingga dapat ditarik kesimpulan pasien ini mengalami perdarahan di daerah subarachnoid.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosa dengan stroke hemoragik. Terapi yang diberikan sudah tepat yaitu dengan asam tranexama untuk mengurangi perdarahan serta dexametaso untuk mencegah peningkatan tekanan intrakranial.

Referensi

Lamsudin, R., 1997, Algoritma Stroke Gadjah Mada Penerapan Klinis Untuk Membedakan Stroke Perdarahan Intraserebral dengan Stroke Iskemik Akut atau Stroke Infark, Berkala Ilmu Kedokteran, vol.29, no.1: 11 – 16.

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2004. Guidelines Stroke 2004. Jakarta: PERDOSSI.

Page 42: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Harsono. 2005. Gangguan Peredaran Darah Otak, dalam  Kapita Selekta Neurologi, Ed.2.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press .

Penegakkan Diagnosis Stroke Hemoragik Pada Pasien Laki-laki 78 tahunDibuat oleh: Mayfuza Husein,Modifikasi terakhir pada Sat 01 of Oct, 2011 [02:49]

AbstractStroke adalah gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian disebabkan oleh gangguan peredaran darah. Stroke terbagi dua, yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Stroke hemoragik dibagi lagi menjadi 2, yaitu perdarahan intraserebral serta perdarahan subarachnoid. Seorang laki-laki 78 tahun datang dengan keluhan kejang seluruh tubuh  dan tidak dapat berjalan walaupun dituntun.  Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis  stroke non hemoragik.Kata kunci: stroke, kejang

HistorySeorang laki-laki 78 tahun, dibawa oleh keluarganya ke IGD RS Jogja dengan keluhan kejang, kejang terjadi saat pasien mandi, terjadi penurunan kesadaran, kejang terjadi terus menerus tanpa jeda istirahat dan berlangsung >15 menit, kejang ini terjadi di seluruh tubuh. Pasien tidak lagi dapat dituntun saat berjalan, ini serangan kejang yang kedua, setelah kejang pertama pada 1 tahun yang lalu selama 15 menit lalu kembali normal lagi. Pasien tidak dapat berbicara sejak 2 tahun lalu, mengalami kepikunan sejak 6 tahun lalu, tidak ada riwayat jatuh/trauma kecelakaan sebelumnya, makan minum baik, BAB dan BAK baik, tidak ada riwayat konsumsi obat-obatan. Riwayat hipertensi (-), DM (-), penyakit jantung (-).Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak lemah, somnolen, GCS E4V5M6. Vital sign tekanan darah: 140/90 mmHg, nadi: 80 x/ mnt, pernafasan: 22 x/ menit, suhu: 36,6 0 C. Ekstremitas superior kanan (gerakan bebas, kekuatan sulit dinilai, refleks fisiologis dbn) kiri (gerakan terbatas, kekuatan sulit dinilai, refleks fisiologis dbn), ekstremitas inferior kanan (gerakan bebas, sulit dinilai, refleks fisiologis dbn), kiri (gerakan terbatas, kekuatan sulit dinilai, refleks fisiologis dbn). Refleks patologis Babinski (-/+), klonus kaki (-/-), sensibilitas dan fungsi vegetatif dalam batas normal.

DiagnosisStroke hemoragik

TerapiDilakuakan stabilisasi yaitu dipasang nasal oksigen, NGT, cairan intravena dan cateter urin. Kemudian diberikan piracetam 12 gram dan maintenance 3 gram sehari 3x per intravena, neuroprotektan citicolin 1 gram 2x1 per intravena. Antihipertensi yang diberikan adalah diuretic loop yaitu furosemide 40 mg setiap pagi, asam tranexamat 500 mg 3x1 untuk mengurangi perdarahan serta dexametason 3x1 ampul untuk mencegah peningkatan tekanan intrakranial.

Page 43: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Diskusi Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Secara umum stroke dibagi berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya yaitu:a)  Stroke Hemoragik (perdarahan), stroke hemoragik dibagi menjadi dua bagian yaitu:•   Perdarahan intraserebral (terjadi di dalam otak atau intraserebral), perdarahan ini biasanya timbul akibat hipertensi maligna atau sebab lain misalnya tumor otak yang berdarah, kelainan (malformasi) pembuluh darah otak yang pecah.•   Perdarahan subarakhnoid (PSA) adalah masuknya darah ke ruang subarakhnoid baik dari tempat lain (Perdarahan subarakhnoid sekunder) atau sumber perdarahan berasal dari rongga subarakhnoid itu sendiri (Perdarahan subarakhnoid primer).b)  Stroke IskemikGangguan fungsi otak secara tiba-tiba yang disebabkan oleh penurunan aliran oksigen (akibat penyempitan atau penyumbatan arteri ke otak) yang dapat mematika  sel-sel saraf. Keadaan iskemik dapat berlanjut menjadi kematian sel-sel otak yang disebut infark otak (cerebral infarction). Macam atau derajat dari stroke iskemik berdasarkan perjalanan klinisnya.• Transient Ischemic Attack (TIA) atau serangan iskemik sepintas, pada TIA kelainan neurologis yang timbul berlangsung hanya dalam hitungan menit sampai sehari penuh.• RIND (Reversible Ischemic Neurological Deficits) yaitu kelainan atau gejala neurologis menghilang antara lebih dari 24 jam sampai 3 minggu.• Stroke Progesif atau stroke in evolution yaitu stroke dengan gejala klinisnya secara bertahap berkembang dari yang ringan sampai semakin berat.• Stroke komplet atau Completed Stroke, yaitu stroke dengan defisit neurologis yang menetap dan sudah tidak berkembang lagi.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang memberikan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak, disertai dengan pemeriksaan penunjang seperti cairan serebrospinal, CT scan kepala atau MRI  serta arteriografi bila perlu. CT scan merupakan gold standar pemeriksaan penunjang untuk membedakan  stroke perdarahan dan stroke infark.

Untuk membedakan jenis atau penyebab  stroke bisa menggunakan algoritma  stroke Gajah Mada (ASGM). Dimana pada algoritma tersebut terdapat 3 gejala dan tanda yang harus diperhatikan, diantaranya adalah penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan uji babinski. Menurut ASGM, jika terdapat 2 atau 3 dari ketiga kriteria tersebut, maka dapat ditegakkan diagnosis  stroke perdarahan. Jika ditemukan 1 kriteria yaitu penurunan kesadaran atau nyeri kepala saja, maka dapat ditegakkan diagnosis  stroke perdarahan. Jika hanya didapatkan uji babinski positif atau dari ketiga kriteria tidak ada yang terpenuhi, maka dapat ditegakkan diagnosis  stroke iskemik. Jadi pada pasien  stroke jika terjadi penurunan kesadaran atau nyeri kepala, maka dapat ditegakkan  stroke perdarahan. Jika tidak didapatkan kedua gejala tesebut dan hanya terdapat reflek babinski yang positif ataupun negatif, maka diagnosisnya adalah  stroke iskemik. Berdasarkan ASGM, maka pasien diatas dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan.

Selain itu, untuk menetapkan diagnosis  stroke serta penyebabnya dapat digunakan penilaian

Page 44: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Siriraj score.Siriraj stroke score dapat dihitung menggunakan rumus berikut:(2.5 x tingkat kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x pusing) + (0.1 x tekanan darah diastolik) - (3 x atheroma markers) - 12.Skor untuk stroke perdarahan adalah > +1 dan skor untuk stroke iskemik < -1, sedangkan skor antara > -1 dan < +1 menunjukkan bahwa diperlukan pemeriksaan CT SCAN untuk menentukan diagnosis pasien Penilaian tingkat kesadaran : Sadar penuh : 0, Somnolen : 1, Koma: 2Pusing :  Ada : 1, Tidak ada : 0 Muntah  : Ada : 1, Tidak ada : 0

Atheroma markers  :         •    Terdapat penyakit jantung dan DM : 1 •    Tidak terdapat penyakit jantung dan DM : 0

Berdasarkan Algoritma  stroke Gajah Mada, pada pasien ini hanya didapatkan dua dari tiga kriteria yakni penurunan kesadaran dan refleks Babinski positif sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami  stroke perdarahan. Demikian pula berdasarkan Siriraj skor, pasien ini memiliki skor 2,5, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami stroke hemoragik.  KesimpulanStroke adalah suatu sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara lokal atau global, yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lainnya kecuali gangguan vaskuler. Stroke terbagi dua, yaitu  stroke hemoragik dan  stroke non hemoragik. Berdasarkan ASGM dan Siriraj Score, pasien ini mengalami stroke hemoragik.  Referensi1. Harsono. 2005. Gangguan Peredaran Darah Otak, dalam  Kapita Selekta Neurologi, Ed.2.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press .2. Lamsudin, R., 1997, Algoritma Stroke Gajah Mada Penerapan Klinis Untuk Membedakan Stroke Perdarahan Intraserebral dengan Stroke Iskemik Akut atau Stroke Infark, Berkala Ilmu Kedokteran, vol.29, no.1: 11 – 16. 3. Mansjoer,  2000 , Stroke dalam Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3, Media Aeuculapius, Jakarta, hal : 17-26. 4. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2004. Guidelines Stroke 2004. Jakarta: PERDOSSI. 

Stroke Hemoragik Pada Wanita 58 tahun dengan Faktor Resiko Hipertensi dan Merokok

Page 45: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Dibuat oleh: Indra Primabakti,Modifikasi terakhir pada Tue 20 of Sep, 2011 [14:11]

Stroke Hemoragik Pada Wanita 58 tahun dengan Faktor Resiko Hipertensi dan Merokok

 

Abstrak:

Sekitar lebih dari 60% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Hipertensi merupakan faktor resiko yang kuat untuk terjadinya stroke hemoragik. Apabila tekanan darah meningkat cukup tinggi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, akan menyebabkan disfungsi endotel yang membuat dinding arteri menipis dan rapuh. Bila terjadi kenaikan tekanan darah sistemik, maka tekanan perfusi pada dinding kapiler menjadi tinggi.  Pada kasus ini, pasien wanita berusia 58 tahun dengan kesadaran menurun dan menurut keluarga pada pagi hingga sore hari pasien melakukan aktifitas berlebihan, sekitar 6 jam sebelum masuk rumah sakit pasien merasa tidak enak badan dan nyeri kepala yang dirasakan tiba-tiba dan semakin bertambah berat, bagian tubuh sebelah kiri tidak bisa digerakkan, mual (-), muntah (-), panas badan(-), kejang (-), tekanan darah 210/140  mmHg, didiagnosa dengan hipertensi emergensi dengan stroke haemorargik sinistra

Keywords: hipertensi emergensi, stroke hemoragik,

 

History:

Pasien wanita berusia 58 tahun datang ke rumah sakit dengan kesadaran menurun dan menurut keluarga pada pagi hingga sore hari pasien melakukan aktifitas berlebihan, sekitar 6 jam sebelum masuk rumah sakit pasien merasa tidak enak badan dan nyeri kepala yang dirasakan tiba-tiba dan semakin bertambah berat, bagian tubuh sebelah kiri tidak bisa digerakkan, mual (-), muntah (-), panas badan(-), kejang (-). Enam jam sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami penurunan kesadaran. Tidak ada riwayat trauma. Pasien mempunyai riwayat hipertensi dengan pengobatan yang tidak rutin dan mempunyai kebiasaan merokok.

Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum  lemah, kesadaran somnolen, GCS E3V2M6, tekanan darah 210/140  mmHg, nadi 80 x/menit (reguler), respirasi 24 x/menit, suhu 36°C, pupil isokor berukuran masing–masing 3 mm, reflek cahaya positif, terdapat paralisis nervus VII sinistra, orientasi/jalan pikiran/daya ingat kejadian/kemampuan bicara/cara berjalan tidak dapat dinilai, kekuatan/sensibilitas/tonus tidak valid dinilai, clonus negatif pada tungkai kiri, refleks fisiologis meningkat pada ekstrimitas kiri, dan refleks patologis positif pada esktrimitas kiri (babinsky, chadock, openheim, hoffman, dan tromer). Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan angka leukosit menjadi 28,95 ribu/ul dan angka trombosit meningkat menjadi 550 ribu/ul, dan pemeriksaan laboratorium lainnya dalam batas normal.

 

Page 46: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

 

Diagnosis:

Pasien didiagnosis dengan stroke hemoragik dengan hemiparese sinistra.

 

Terapi:

Pasien mendapatkan terapi berupa IVFD NaCl 0,9%, manitolisasi, citicholin 500 mg/12 jam, ranitidin 1 ampul/12 jam, injeksi ceftazidin/8 jam, lasix 1 ampul/12 jam, dan amlodipin 1 x 1.

 

Diskusi:

Pasien datang dalam keadaan lemah dan menurut keterangan dari keluarga pada awalnya pasien merasakan pusing yang tiba-tiba dan semakin memberat sesaat setelah melakukan banyak aktifitas fisik dari pagi sampai sore. Pasien mempunyai riwayat penyakit darah tinggi namun keluarga belum tahu sejak kapan. Pasien tidak rutin minum obat darah tinggi, obat darah tinggi hanya diminum bila merasa tidak enak badan. Pasien tidak rutin berobat ke dokter dan hanya berobat ke dokter jika merasa tidak enak badan dan nyeri kepala. Pasien mempunyai kebiasaan merokok.

Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan skor GCS E3V2M6, tekanan darah 210/140 mmHg, paralisis nervus VII sinistra, gerakan dan kekuatan tidak valid dinilai, reflek fisiologis meningkat pada tangan dan tungkai kiri, dan refleks patologis positif di tangan dan tungkai kiri. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan leukosit yaitu 28,95 ribu/ul dan peningkatan trombosit menjadi 550 ribu/ul, dan elektrolit dalam batas normal. Pemeriksaan penunjang pencitraan otak dengan CT-Scan belum dilakukan.

Berdasarkan anamnesa, hasil pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis dengan hemiparese sinistra (diagnosis klinik), hemisphere cerebri dextra (diagnosis topik), dan stroke hemoragik (diagnosis etiologi). Penatalaksanaan stroke hemoragik dapat dengan pemberian terapi suportif, pembedahan, dan mengatasi pendarahan. Pasien mendapatkan terapi Citicolin 500mg/12 jam, Manitolisasi, Ranitidin 1 amp/12 jam, Ceftazidin Inj./8 jam, Lasix 1 amp/12 jam, dan Amlodipin 1 x 1.

Pasien diberika diberikan citicolin (500mg/12 jam) karena citicolin adalah golongan neuroprotektan yang membantu metabolisme di otak juga mengurangi iskemik di daerah 'penumbra' (daerah disekitar bagian otak yang telah mati, keadaannya dalam keadaan parah tetapi masih dapat diselamatkan), iskemik ini terjadi di daerah sekitar hematom akibat pendarahan pada strok hemoragik, jadi citicolin sangat diperlukan untuk menyelamatkan daerah penumbra agar kerusakan otak tidak bertambah luas. Manitolisasi dengan manitol 20% (1 gram/kgBB) untuk menurunkan tekanan intrakranial yang meninggi pada pasien strok atau ancaman herniasi.

Page 47: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Ceftriaxon (1 gr/12 jam) diberikan untuk mengobati infeksi yang mungkin terjadi pada pasien karena terdapat bukti leukositosis, meskipun leukositosis tersebut bisa merupakan respon stress pada cedera vaskular dalam proses stroke. Lasix (1 amp/12 jam) diberikan sebagai diuretika yang dapat menghambat reabsorpsi ion Na pada ansa henle sehingga tekanan darah turun. Amlodipine (1x10mg) diberikan untuk menghambat ion kalsium memasuki otot polos vaskuler dan miokardium selama depolarisasi sehingga terjadi relaksasi otot polos vaskuler yang bisa menurunkan resistensi vaskuler sehingga tekanan darah turun.

Kemungkinan penyebab stroke hemoragik yang yang diderita pasien adalah hipertensi. Sekitar lebih dari 60% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Hipertensi merupakan faktor resiko yang kuat untuk terjadinya stoke hemoragik. Apabila tekanan darah meningkat cukup tinggi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, akan menyebabkan disfungsi endotel yang membuat dinding arteri menipis dan rapuh. Bila terjadi kenaikan tekanan darah sistemik, maka tekanan perfusi pada dinding kapiler menjadi tinggi. Pembuluh darah dapat pecah dan terjadi perdarahan di otak. Perdarahan pada jaringan otak membentuk suatu massa menyebabkan jaringan otak terdesak, bergeser, atau tertekan (displacement of brain tissue) sehingga fungsi otak terganggu dan semakin besar pendarahani yg terjadi semakin besar displacement jaringan otak yang terjadi.

Hipertensi pada pasien ini mengakibatkan kerusakan organ target pada otak. Orang normal mempunyai suatu sistem autoregulasi arteri serebral. Bila tekanan darah sistemik meningkat, pembuluh serebral menjadi vasospasme (voasokonstriksi). Sebaliknya, bila tekanan darah sistemik menurun, pembuluh serebral akan menjadi vasodilatasi. Dengan demikian, aliran darah ke otak tetap konstan. Walaupun terjadi penurunan tekanan darah sistemik sampai 50 mmHg, autoregulasi arteri serebral masih mampu memelihara aliran darah ke otak tetap normal. Batas atas tekanan darah sistemik yang masih dapat ditanggulangi oleh autoregulasi ialah 200 mmHg untuk tekanan sistolik dan 110-120 mmHg untuk tekanan diastolik.

Ketika tekanan darah sistemik meningkat, pembuluh serebral akan berkonstriksi. Derajat konstriksi tergantung pada peningkatan tekanan darah. Bila tekanan darah meningkat cukup tinggi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, akan menyebabkan hialinisasi pada lapisan otot pembuluh serebral. Akibatnya, diameter lumen pembuluh darah tersebut akan menjadi tetap. Hal ini berbahaya karena pembuluh serebral tidak dapat berdilatasi atau berkonstriksi dengan leluasa untuk mengatasi fluktuasi dari tekanan darah sistemik. Bila terjadi penurunan tekanan darah sistemik maka tekanan perfusi ke jaringan otak tidak adekuat. Hal ini akan mengakibatkan iskemik serebral. Sebaliknya, bila terjadi kenaikan tekanan darah sistemik maka tekanan perfusi pada dinding kapiler menjadi tinggi. Akibatnya, terjadi hiperemia, edema, dan kemungkinan perdarahan pada otak. Pada pasien ini terjadi perdarahan otak yang kemungkinan disebabkan oleh kenaikan tekanan darah sistemik.

Pada hipertensi kronis seperti yang terjadi pada pasien ini dapat terjadi mikroaneurisma dengan diameter 1 mm. Mikroaneurisma ini dikenal dengan aneurisma dari Charcot-Bouchard dan terutama terjadi pada arteria lentikulostriata. Pada lonjakan tekanan darah sistemik, sewaktu orang marah atau mengejan, aneurisma bisa pecah. Aneurisma intrakranial yang pecah bisa menyebabkan perdarahan otak yang bisa menyebabkan stroke hemoragik.

Page 48: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

 

Kesimpulan:

Hipertensi dan merokok merupakan faktor risiko terjadinya stroke hemoragik. Hipertensi dapat mengakibatkan kerusakan organ target pada otak seperti pada pecahnya pembuluh darah karena pembuluh darah dengan tekanan yang tinggi dapat pecah dan menyebabkan perdarahan intrakranial. Hipertensi dapat disebabkan oleh merokok dimana dalam rokok terdapat kandungan nikotin yang dapat merangsang pengeluaran epinefrin (adrenalin) sehingga dapat meningkatkan tekanan darah segara setelah isapan pertama.

 

 

Referensi:

Aliah A, Kuswara F F, Limoa A, Wuysang G. 2005. Gambaran umum tentang gangguan peredaran darah otak dalam Kapita selekta neurology edisi kedua editor Harsono. Gadjah Mada university press, Yogyakarta. Hal 81-102.

Anonim. 2007. Gejala, Penyebab, dan Akibat Stroke. Artikel, Medicastore. Diakses 14 Februari 2010, dari http://www.medicastore.com/brown_seaweed/gejala_sebab_stroke.htm

Anonim. 2009. Hemorrhagic Stroke. Artikel, Medicastore. Diakses 14 Februari 2010, dari http://medicastore.com/penyakit/3101/Hemorrhagic_Stroke.html

Gubitz G, Sandercock P. Extracts from clinical evidence. Acute ischemic stroke. BMJ 2000; 320: 692-6.

Ikawati, Z. 2009. Stroke. Artikel. Diakses 14 Februari 2010, dari http://74.125.153.132/search?q=cache:K3AIiqWU07QJ:zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/stroke.pdf+stroke+hemoragik+pdf&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id

Mansjoer, Arief et al. 2000. Strok dalam Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI, Jakarta. Hal 17-20.

Nassisi, D. 2009. Stroke, Hemorrhagic. Artikel, Emedicine. Diakses 14 Februari 2010, dari http://emedicine.medscape.com/article/793821-print

Pusparani, S. 2010. Hubungan antara hipertensi dan stroke hemoragik pada pemeriksaan CT-Scan kepala di instalasi radiologi RSUD dr. Moewardi Surakarta. Abstrak. Diakses 14 Februari 2010 dari http://digilib.uns.ac.id/abstrakpdf_9032_hubungan-antara-hipertensi-dan-stroke-hemoragik-pada-pemeriksaan-ct-scan-kepala-di-instalasi-radiologi-rsud-dr.-moewardi-surakarta.pdf

Page 49: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Rahman, F. 2008. Stroke Hemoragik. Artikel. Diakses 14 Februari, dari http://farinqhusyank.multiply.com/journal/item/1/stroke_hemoragik

Sidharta P, Mardjono M. 2004. Mekanisme gangguan vaskular susunan saraf dalam Neurologi klinis dasar. Dian Rakyat. Surabaya. Hal 269-293.

MANIFESTASI KLINIS STROKE HEMORAGIKDibuat oleh: Hafifa,Modifikasi terakhir pada Thu 25 of Aug, 2011 [23:13]

 ABSTRAK

Stroke adalah suatu sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara lokal atau global, yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lainnya kecuali gangguan vaskuler. Stroke terbagi dua, yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik.  Strokehemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Sekitar lebih dari 60% kasusstroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Hipertensi merupakan faktor resiko yang kuat untuk terjadinya stroke hemoragik. Apabila tekanan darah meningkat cukup tinggi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, akan menyebabkan disfungsi endotel yang membuat dinding arteri menipis dan rapuh. Bila terjadi kenaikan tekanan darah sistemik, maka tekanan perfusi pada dinding kapiler menjadi tinggi. 

Kata Kunci : stroke, stroke hemoragik, hemiparese

 

KASUS

Pasien perempuan berusia 70 tahun tiba-tiba jatuh dan tidak sadar. Selain itu terjadi kelemahan anggota gerak kanan, pusing (+), mual (-), muntah (-), susah bicara (+), susah menelan (+), BAK (+), BAB (-).Pasien mempunyai riwayat hipertensi sejak ± 1 tahun dengan pengobatan yang tidak rutin. Riwayat strokesebelumnya (+) 4 tahun yang lalu, riwayat trauma (-), DM (-), dan penyakit jantung (-).

Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum  sedang, kesadaran compos mentis, GCS E4V3M6, tekanan darah 180/110  mmHg, nadi 82 x/menit (reguler), respirasi 24 x/menit, suhu 36,4°C, pupil isokor berukuran masing–masing 3 mm, reflek cahaya positif, terdapat defisit neurologis nervus VII dan XII dekstra, orientasi orang / waktu / tempat baik, daya ingat dalam batas normal, kekuatan pada ekstremitas kiri (atas dan bawah) 5/5/5, sedangkan kekuatan ekstremitas kanan (atas dan bawah) 1/1/1. Pada pemeriksaan sensibilitas menunjukkan hemihipestesia dekstra, tonus dalam batas normal, clonus negatif pada kedua tungkai, refleks fisiologis positif dan refleks patologis (babinsky, chadock, openheim, hoffman, dan tromer)

Page 50: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

negatif pada semua ekstrimitas. Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal. Pemeriksaan CT Scan kepala menunjukkan kesan Intracerebral hemoragik yang luas di ganglia basalis sinistra

 

DIAGNOSIS

Stroke hemoragik dengan hemiparese dekstra.

 

TERAPI

Pada pasien diatas diberikan neuroprotektan (Piracetam 3x3gram/hari),  Kalnek 3x250 mg/hari, antihipertensi (kombinasi  Amlodipin 3x5mg/hari dengan HCT 3x50 mg/hari).

 

DISKUSI

Stoke adalah defisit neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah otak yang terkena. Pada stroke hemoragik perdarahan dapat terjadi di daerah subaraknoid (biasanya karena aneurysm pembuluh darah) maupun di intraserebri (karena hipertensi).

Pasien diatas mempunyai riwayat hipertensi à jika tekanan darah meningkat dengan signifikan à pembuluh arteri akan robek à perdarahan pada jaringan otak à membentuk suatu massa à jaringan otak terdesak, bergeser, atau tertekan (displacement of brain tissue) à fungsi otak terganggu. Semakin besar perdarahan yang terjadi, maka semakin besar juga desakan yang terjadi.

Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.

Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung pada daerah dan luasnya daerah otak yang terkena.

·         Serangan stroke biasanya terjadi saat penderita sedang beraktivitas

·         Umumnya terdapat penurunan kesadaran. Pada perdarahan intraserebri penurunan kesadaran lebih sering ditemukan dibandingkan pada perdarahan subaraknoid

Page 51: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

·         Nyeri kepala. Nyeri kepala pada perdarahan subsraknoid lebih hebat dibandingkan nyeri kepala pada perdarahan intraserebri

·         Kaku kuduk dan tanda-tanda meningeal yang lain seperti kernig sign, brudzinski sign (I,II,III,IV), lasigue sign positif pada perdarahan subaraknoid

·         Hemiparese tubuh, hemiparese terjadi pada sisiyang berlawanan dengan letak perdarahan (contoh : pada hemiparese tubuh bagian kanan, maka otak kiri yang terkena)

·         Afasia. Umumnya afasia terjadi bila otak kiri yang terkena. Pada pasien diatas terjadi gangguan afasia broca dan wernicke dimana pasien tersebut tidak mampu bertutur kata (afasia motorik) dan tidak dapat memahami pembicaraan orang lain (afasia sensorik)

·         Mual, muntah. Karena adanya kenaikan tekanan intracranial.

·         Gangguan penglihatan

·         Kesulitan menelan

Diagnosis stroke hemoragik ditegakkan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Gold standardnya adalah dengan CT scan, untuk membedakan stroke hemoragik dan stroke iskemik

Terapi yang diberikan pada stroke hemoragik adalah

·         Tangani penyebab perdarahan

·         Medika mentosa

o   Neuroprotektan, untuk mempertahankan fungsi jaringan.

o   Antihipertensi, berikan secara bertahap.

o   Diuretic, untuk menurunkan tekanan intracranial.

o   Vitamin. Vitamin K untuk membantu pembentukan factor pembekuan, dan  vitamin B1B6B12   

·         Pembedahan, untuk perdarahan yang massif dan lokasinya dekat dengan permukaan otak.

·         Rehabilitasi : fisioterapi, terapi wicara, psikoterapi

 

KESIMPULAN

Page 52: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Hipertensi dan merokok merupakan faktor risiko terjadinya stroke hemoragik. Hipertensi dapat mengakibatkan kerusakan organ target pada otak seperti pada pecahnya pembuluh darah karena pembuluh darah dengan tekanan yang tinggi dapat pecah dan menyebabkan perdarahan intrakranial. 

 

REFERANSI

Anonim. 2007. Gejala, Penyebab, dan Akibat Stroke. Artikel, Medicastore. Diakses 10 Juni 2011, dari http://www.medicastore.com/brown_seaweed/gejala_sebab_stroke.htm

Anonim. 2009. Hemorrhagic Stroke. Artikel, Medicastore. Diakses 10 Juni 2011, dari http://medicastore.com/penyakit/3101/Hemorrhagic_Stroke.html

Nassisi, D. 2009.Stroke, Hemorrhagic. Artikel, Emedicine. Diakses 10 Juni 2011, dari http://emedicine.medscape.com/article/793821-print

Rahman, F. 2008.Stroke Hemoragik. Artikel. Diakses 10 Juni 2011, dari http://farinqhusyank.multiply.com/journal/item/1/stroke_hemoragik

 

Penatalaksaan Stroke Hemoragik Pasien Pria 72 tahun Dengan Faktor Risiko Hipertensi dan MerokokDibuat oleh: Teguh Julfikar A.H.,Modifikasi terakhir pada Tue 23 of Aug, 2011 [14:49]

Abstrak

Menurut WHO, stroke adalah kelainan klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal, atau global, dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular.

Di Amerika serikat setiap tahunnya terdapat sekitar 200.000 kasus kematian yang disebabkan oleh stroke. Stroke merupakan penyebab kematian ketiga tersering di negara ini. Stroke yang juga disebut sebagai serangan otak (brain attack) merupakan penyebab kematian ke-3 setelah penyakit jantung dan kanker, serta penyebab kecacatan utama di Indonesia pada kelompok usia diatas 45 tahun

Pasien adalah seorang laki-laki berumur 72 tahun, datang ke RSUD Salatiga dengan keluhan separuh badan sebelah kiri, kelemahan terjadi pada siang hari disaat pasien sedang berada di

Page 53: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

sawah. Pasien merasakan nyeri kepala hebat tanpa disertai mual, muntah, dan kehilangan kesadaran. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 7 hari yang lalu, tapi tiba-tiba memburuk pada siang hari.

Keywords : Stroke, Hemoragik, Prinsip Terapi

Kasus

Pasien adalah seorang laki-laki berumur 72 tahun, datang ke RSUD Salatiga dengan keluhan separuh badan sebelah kiri, kelemahan terjadi pada siang hari disaat pasien sedang berada di sawah. Pasien merasakan nyeri kepala hebat tanpa disertai mual, muntah, dan kehilangan kesadaran. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 7 hari yang lalu, tapi tiba-tiba memburuk pada siang hari.  Riwayat hipertensi (+)

Pemeriksaan Fisik:

Keadaan Umum : Lemah, Compos Mentis

Vital sign:

TD : 210/100mmHg

HR : 76x/menit

RR : 20x/menit

Suhu: 36 C

Status generalis :

Kepala : dbn Leher : Kaku kuduk (+) Thorax dan Abdomen : dbn Faktor resiko : Merokok (+)

Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6

Pemeriksaan nervus cranialis I - XII : normal, terkecuali pupil anisokor

Gerakan dan Sensibilitas : Normal

Kekuatan : 5/1 5/1

Reflek fisiologis : dalam batas normal

Reflek patologis : Babinski (-), Chaddock (-), Hoffman(-), gordon (-), openhem (-)

Page 54: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Algoritma Gajah Mada

Nyeri Kepala (+) Penurunan Kesadaran (+) Reflek Babinski (-)

Interpretasi : Stroke hemoragik

Skor Djoenaedi : 43 (Stroke hemoragik)

 

Diagnosa Kerja

Stroke Hemoragik

Penatalaksaan

Infus RL (20tpm) + Cernevit Piracetam : 2 x 3 gr Asam Tranexamat : 6 x 500 mg Manitol : 6 x 50 cc

Diskusi

Menurut WHO, stroke adalah kelainan klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal, atau global dengan gejala yang berlangsung 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular.

Di Amerika Serikat setiap tahunnya terdapat sekitar 200.000 kasus kematian yang disebabkan stroke. Stroke merupakan penyebab kematian ketiga tersering di negara ini, (juga) disebut sebagai serangan otak (brain attack). merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dan kanker serta penyebab kecacatan utama di Indonesia pada kelompok usia diatas 45 tahun.

 

Terapi pada stoke meliputi

A. Terapi Umum

Dengan 5B

  §  Breath     : Harus dijaga agar jalan nafas bebas dan bahwa fungsi paru-paru cukup baik. Pengobatan dengan oksigen hanya perlu bila kadar oksigen darah berkurang.

Page 55: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

  §  Blood      : Tekanan Darah dijaga agar tetap cukup tinggi untuk mengalirkan darah ke otak.

  §  Brain     : Udem otak dan kejang-kejang harus dicegah dan diatasi.

  §  Bladder  :  Miksi dan balance cairan harus diperhatikan. Jangan sampai terjadi retentio urinae. Pemasangan kateter jika terjadi inkontinensia.

  §  Bowel    :  Defekasi dan nutrisi harus diperhatikan. Hindari terjadinya obstipasi karena akan membuat pasien gelisah. Nutrisi harus cukup. Bila pelu diberikan nasogastric tube.

 

B. Terapi khusus

bertujuan khusus

  §  Melindungi jaringan otak dan melancarkan peredaran darah mikrosirkuler Otak : Piracetam

  §  Anti udema otak : Manitol, Furosemid, Dexamethasone

  §  Mengurangi local fibrinolysis dan membantu menghentikan perdarahan : asam transenamat.

 

C. Pengendalian faktor resiko yang mendasari kejadian stroke

 

D. Rehabilitasi Medik

     Evaluasi stroke dari segi rehabilitasi medik meliputi 4 hal:

   1. Neuromuskuloskleletal, meliputi pemeriksaan neurologi

   2. Evaluasi keadaan umum

   3. Evaluasi penampilan fungsi

   4. Evaluasi psikososial vokasional

     Rehabilitasi medik adalah pemulihan seseorang yang cacat akibat cedera atau penyakit kepada kemampuan fisik, mental, emosi, social, vokasional dan ekonomi yang sebesar-besarnya dan bila mampu berkarya diberi kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai. Rehabilitasi Medik  merupakan terapi secara multidisipliner  yang melihat seorang pasien seutuhnya.

Page 56: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

    Pasien post stroke memerlukan rehabilitasi medik karena terdapatnya gangguan fungsional yang cukup berat, baik fisik maupun psikologik. Secara fisik  sebagian besar pasien post stroke mengalami kelumpuhan pada anggota gerak dan tidak bisa bicara, sedangkan secara psikologik pasien merasa tidak berguna karena tidak bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sebelumnya dapat dikerjakan.

     Rehabilitasi medik harus dilakukan sedini mungkin untuk mencegah terjadinya komplikasi-komplikasi. Pada pasien stroke hemoragik dapat dilakukan mobilisasi hari ke 13 hari setelah serangan.

Kesimpulan

Pasien ini dapat didiagnosis dari anamnesa dan pemeriksaan skor Gajah Mada dan Djonaedi, namun diperlukan pemeriksaan lebih lanjut lagi berupa pemeriksaan CT-Scan sebagai gold standard.

Tatalaksana dari stroke paling penting 5 B, baru kemudian terapi umum dan khusus. Namun juga sangat diperlukan program rehabilitasi medik untuk penanganan paripurna.

Daftar Pustaka

Lamsudin, R., 1997, Algoritma Stroke Gadjah Mada Penerapan Klinis Untuk Membedakan Stroke Perdarahan Intraserebral dengan Stroke Iskemik Akut atau Stroke Infark, Berkala Ilmu Kedokteran, vol.29, no.1: 11 – 16.

Mansjoer,  2000 , Stroke dalam Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3, Media Aeuculapius, Jakarta, hal : 17-26.

Sidharta, 2004, Stroke dalam Neurologi Klinis dalam Praktik Umum, Ed 5. Dian Rakyat. Jakarta. hal: 260 - 275

Penatalaksanaan Pasien Stroke Hemoragic dengan afasia Dibuat oleh: Irsyad Jelang A,Modifikasi terakhir pada Wed 17 of Aug, 2011 [13:28]

Penatalaksanaan Pasien Stroke Hemoragic dengan afasia 

AbstrakAfasia dapat didefinisikan sebagai gangguan berbahasa yang didapat dengan penyebab cedera di otak, ditandai dengan penyebab cedera di otak, ditandai dengan gangguan pemahaman dan gangguan pengutaraan bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Seseorang yang menderita afasia akan mempunyai kesulitan berbicara, membaca, menulis, menamai suatu obyek, atau tidak

Page 57: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

mengerti apa yang dikatakan orang lain. Pada beberapa orang afasia terjadi oleh karena terjadi kerusakan pada belahan hemisfer.

Keywords: Stroke hemoragik, afasia, penatalaksanaan

History

Pasien dibawa oleh keluarganya ke IGD RSUD Salatiga pada tanggal 10 februari 2011 dengan penurunan kesadaran yang timbul mendadak.Keluarga mengatakan bahwa pasien memiliki riwayat hipertensi kurang lebih sudah 10 tahun. Diruah pasien tiba-tiba terjatuh saat pasien dikaar andi, sebelu jatuh pasien mengeluh nyeri kepala, tidak muntah, dan pasien juga sepat pinsan. Pasien tidak pernah mengontrolkan hipertensinya pada dokter, setiap pusing pasien hanya mengkonsumsi obat yang dibeli sendiri di warung.Pasien juga tidak bisa berbicara secara tiba-tiba. Riwayat Hipertensi keluarga pasien tidak tahu, Riwayat stroke berulang disangkal, Riwayat merokok disangkal

Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum  lemah, kesadaran compos mentis, GCS sulit dinilai, tekanan darah  170/100  mmHg, nadi 80 x/menit (reguler), respirasi 20 x/menit, suhu 36°C, pupil isokor berukuran masing–masing 3 mm, reflek cahaya positif, orientasi/jalan pikiran/daya ingat kejadian/kemampuan bicara/cara berjalan tidak dapat dinilai, kekuatan/sensibilitas/tonus tidak valid dinilai, clonus negatif pada tungkai kiri, refleks fisiologis normal , dan refleks patologis positif. Hasil pemeriksaan penunjang pencitraan otak dengan CT scan Intracerebral Hemorrahagi di daerah lobus frontoparietalis sinistra yang meluas ke dalam intraventrikuler.

DiagnosisPasien  Afasia dengan stroke hemorogic

TerapiPada pasien ini di berikan pengobatan Rl 20 tetes/menit, O2 2 liter/ menit, Inj Furosemide 1 ampul tiap 12 jam, KSR 1x1 , Injeksi Pyracetam 3 gr / 6 jam, Inj. Citilcholine 500 mg tiap 12 jam,Diltiazem 30 mg 3x1.

Diskusi  

Berdasarkan anamnesa, hasil pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis dengan afasia (diagnosis klinik), hemisphere cerebri dextra (diagnosis topik), dan stroke hemoragik (diagnosis etiologi). Penatalaksanaan stroke hemoragik dapat dengan pemberian terapi suportif, pembedahan, dan mengatasi pendarahan. Pasien mendapatkan terapi Inj Furosemide 1 A/12 jam, KSR 1x1 , Injeksi Pyracetam 3 gr / 6 jam, Inj. Citilcholine 500 mg/ 12 jam,Diltiazem 30 mg 3x1. 

Page 58: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Gejala – gejala stroke muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke daerah tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu.Gejala-gejala itu antara lain bersifat:

a. Sementara

Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.

b.Sementara, namun lebih dari 24 jam

Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini disebut reversible ischemic neurologic defisit (RIND)

c. Gejala makin lama makin berat (progresif)

Hal ini disebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang disebut progressing stroke atau stroke inevolution

d.     Sudah menetap/permanen

(Harsono,1996, hal 67)

Gangguan yang muncul :

Defisit Neurologis:

1.       Homonimus hemianopsia ( kehilangan setengah lapang penglihatan).

Tidak menyadari orang / objek ditempat kehilangan penglihatan, mengabaikan salah satu sisi tubuh, kesulitan menilai jarak.

2.       Kehilangan penglihatan perifer.

Kesulitan melihat pada malam hari, tidak menyadari objek atau batas objek

3.       Diplopia : penglihatan ganda.

Defisit Motorik

1.       Hemiparese

kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama.

2.       Hemiplegia

Page 59: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama.

3.       Ataksia

Berjalan tidak mantap, tegak, tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar berdiri yang luas.

4.       Disartria

Kesulitas dalam membentuk kata

5.       Disfagia

Kesulitan dalam menelan

Defisit Sensori

1.       Afasia ekspresif

Ketidakmampuan menggunakan simbol berbicara

2.       Afasia reseptif

Tidak mampu menyusun kata-kata yang diucapkan

3.       Afasia global

Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif

Defisit Kognitif

Kehilangan memori jangka pendek dan jangka menengah Penurunan lapang perhatian Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi Alasan abstrak buruk Perubahan penilaian

Defisit Emosional

Kehilangan control diri Labilitas emosional Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress Menarik diri, rasa takut, bermusuhan dan marah Perasaan isolasi

Page 60: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma >30 mL, perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis cenderung memburuk.Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau 15-20% bila tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume hematoma bertambah. Bila terdapat gagal jantung, tekanan darah harus segera diturunkan dengan labetalol iv 10 mg (pemberian dalam 2 menit) sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit) maksimum 300 mg; enalapril iv 0,625-1.25 mg per 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral. Jika didapatkan tanda tekanan intrakranial meningkat, posisi kepala dinaikkan 300, posisi kepala dan dada di satu bidang, pemberian manitol (lihat penanganan stroke iskemik), dan hiperventilasi (pCO2 20-35 mmHg). Penatalaksanaan umum sama dengan pada stroke iskemik, tukak lambung diatasi dengan antagonis H2 parenteral, sukralfat, atau inhibitor pompa proton; komplikasi saluran napas dicegah dengan fisioterapi dan diobati dengan antibiotik spektrum luas.

Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator. Tindakan bedah mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada pasien yang kondisinya kian memburuk dengan perdarahan serebelum berdiameter >3 cm3, hidrosefalus akut akibat perdarahan intraventrikel atau serebelum, dilakukan VP-shunting, dan perdarahan lobar >60 mL dengan tanda peningkatan tekanan intrakranial akut dan ancaman herniasi.

Pasien diberi citilcholine (500mg/12 jam) karena citilcholine adalah golongan neuroprotektan yang membantu metabolisme di otak juga mengurangi iskemik di daerah 'penumbra' (daerah disekitar bagian otak yang telah mati, keadaannya dalam keadaan parah tetapi masih dapat diselamatkan), iskemik ini terjadi di daerah sekitar hematom akibat pendarahan pada strok hemoragik, jadi citicolin sangat diperlukan untuk menyelamatkan daerah penumbra agar kerusakan otak tidak bertambah luas. Furosemide (1 amp/12 jam) diberikan sebagai diuretika yang dapat menghambat reabsorpsi ion Na pada ansa henle sehingga tekanan darah turun. 

Kesimpulan

Tujuan penatalaksanaan komprehensif pada kasus stroke akut adalah: (1) meminimalkan jumlah sel yang rusak melalui perbaikan jaringan penumbra dan mencegah perdarahan lebih lanjut pada perdarahan intraserebral, (2) mencegah secara dini komplikasi neurologik maupun medik, dan (3) mempercepat perbaikan fungsi neurologis secara keseluruhan. Jika secara keseluruhan dapat berhasil baik, prognosis pasien diharapkan akan lebih baik

Referensi:

Anonim. 2007. Gejala, Penyebab, dan Akibat Stroke. Artikel, Medicastore. Diakses dari http://www.medicastore.com/brown_seaweed/gejala_sebab_stroke.htm

Anonim. 2009. Hemorrhagic Stroke. Artikel, Medicastore. Diakses dari http://medicastore.com/penyakit/3101/Hemorrhagic_Stroke.html

Baret, J. 201. Aphasia in Gale encyplodeia of Medicine

Page 61: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Mansjoer, Arief et al. 2000. Strok dalam Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI, Jakarta. Hal 17-20.

Penulis : Irsyad Jelang amirin , RSUD Salatiga

HEMIPARESIS SINITRA AKUT ET CAUSA STROKE HEMORAGIKDibuat oleh: Bangkit Ina Ferawati,Modifikasi terakhir pada Sun 14 of Aug, 2011 [20:33]

ABSTRAC

             Stroke adalah suatu keadaan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi neurologis (defisit neurologik fokal atau global) yang terjadi secara mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian, yang semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak karena berkurangnya suplai darah (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah secara spontan (stroke perdarahan).

            Kriteria diagnosis melalui anamnesis (defisit neurologis yang terjadi tiba-tiba, saat aktifitas/istirahat, kesadaran baik/terganggu, nyeri kepala/tidak, muntah/tidak, riwayat hipertensi, onset, serangan pertama/ulang), pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi, EKG).

 

HISTORY

Seorang wanita, 90 tahun, dibawa ke UGD oleh keluarga ± 10 jam SMRS, pasien tiba-tiba sulit berbicara dan tangan serta kaki sebelah kiri lemes, tidak sadar, nyeri kepala (-), kejang (-), mual muntah (-), demam (-). Riwayat pengobatan (-).

Riwayat Penyakit Dahulu: riwayat stroke sebelumnya (-), riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-), riwayat penyakit jantung (-), riwayat merokok (-)

Riwayat Penyakit Keluarga: riwayat stroke (+), riwayat hipertensi (+)

Vital sign: TD: 130/80 mmHg, N: 88 x/mnt, RR: 20 x/mnt, S: 36,50C, GCS: E2VxM4.

Pemeriksaan fisik: pasien tampak somnolen, reflek cahaya +/+, pupil isokor, kelemahan anggota gerak kiri, kekuatan otot 2, hipotonus, atrofi (-), reflek fisiologis (+), reflek patologis (-).

 

DISKUSI

Page 62: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Pada pasien didapatkan gejala tiba-tiba anggota gerak kiri lemas, sulit bicara dengan penurunan kesadaran, pada pemeriksaan fisik didapatkan kelemahan anggota gerak kiri dengan kekuatan otot 2, hipotonus, reflek patologis (-). Menurut ASGM (Algoritma Stroke Gadjah Mada), pasien mengalami stroke hemoragik. Seharusnya secara gold standart dilakukan pemeriksaan CT-Scan kepala tetapi pasien meninggal sebelum dilakukan pemeriksaan tersebut.

Manajemen umum yang diberikan pada stroke hemoragik adalah perbaiki jalan nafas, oksegenasi dan fungsi paru, kontrol hipertensi, kontrol keseimbangan air dan elektrolit karena akan menaikkan udem serebri, pemberian neuroprotektor seperti piracetam dan citicholin, pemberian nimodipin untuk mengatasi vasospasme otak akibat perdarahan. 

 

KESIMPULAN

            Stroke adalah sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara fokal atau global yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam akibat gangguan vaskuler dengan manifestasi hemidefisit motorik, dapat disertai dengan atau tanpa hemidefisit sensorik, kelumpuhan saraf otak, afasia dan penurunan kesadaran. Terapi secara umum ditujukan terhadap fungsi vital (paru-paru, jantung, ginjal, keseimbangan elektrolit dan cairan, gizi, hygiene) dan secara khusus untuk pencegahan dan pengobatan komplikasi serra rehabilitasi.

REFERENSI

1.    Misbach, J, dkk. 2006. Buku Pedoman SPM & SOP Neurologi. Jakarta: PERDOSSI.

2.    Komite Medis RS.DR.Sardjito. 2005. Standar Pelayanan Medis RS.DR.Sardjito. Yogyakarta: Medika FK UGM.

 

Penatalaksanaan Stroke HemoragikDibuat oleh: Irissandya,Modifikasi terakhir pada Wed 10 of Aug, 2011 [16:10]

 Abstrak

Stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. Stroke merupakan salah satu sumber penyebab gangguan otak pada usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab kematian sesudah penyakit jantung pada sebahagian besar negara di dunia, sedangkan di negara Barat yang telah maju, stroke menempati urutan ketiga sebagai penyebab kematian sesudah penyakit jantung dan kanker. Stroke adalah penyebab kedua kecacatan berat di seluruh

Page 63: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

dunia pada usia di atas 60 tahun dan biaya perawatan stroke sangatlah besar, pada tahun 2004 diperkirakan 53,6 miliar dolar Amerika.

Kasus

Pasien wanita 57 tahun dengan kelemahan anggota gerak bagian kiri secara tiba – tiba didahului dengan sakit kepala, muntah dan badan lemas serta terdapat riwayat hipertensi.Pemeriksaan fisik TD 180/120mmHg, ketika pasien diminta untuk meringis bibir tertarik ke kanan, ketika menjulurkan lidah : sikap lidah miring ke kanan,  refleks fisiologis seluruh ekstremitas (+), babinski kiri (+), Chaddock kiri (+),

Diagnosis

Stroke hemoragik

Terapi

Awasi KU dan VS, O2 2-3 liter/menit, IVFD Asering : D5½ S = 1 : 1 = 16 tpm, Inj. Citicolin 2 x 500 mg, Inj. Ranitidin  2 x 1 amp, Farbion Drip 1 amp/hari, Nifedipin 2x10mg

Pembahasan

Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma >30 mL, perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis cenderung memburuk.Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau 15-20% bila tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume hematoma bertambah. Bila terdapat gagal jantung, tekanan darah harus segera diturunkan dengan labetalol iv 10 mg (pemberian dalam 2 menit) sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit) maksimum 300 mg; enalapril iv 0,625-1.25 mg per 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral. Jika didapatkan tanda tekanan intrakranial meningkat, posisi kepala dinaikkan 300, posisi kepala dan dada di satu bidang, pemberian manitol (lihat penanganan stroke iskemik), dan hiperventilasi (pCO2 20-35 mmHg). Penatalaksanaan umum sama dengan pada stroke iskemik, tukak lambung diatasi dengan antagonis H2 parenteral, sukralfat, atau inhibitor pompa proton; komplikasi saluran napas dicegah dengan fisioterapi dan diobati dengan antibiotik spektrum luas.

Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator. Tindakan bedah mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada pasien yang kondisinya kian memburuk dengan perdarahan serebelum berdiameter >3 cm3, hidrosefalus akut akibat

Page 64: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

perdarahan intraventrikel atau serebelum, dilakukan VP-shunting, dan perdarahan lobar >60 mL dengan tanda peningkatan tekanan intrakranial akut dan ancaman herniasi.

Kesimpulan

Tujuan penatalaksanaan komprehensif pada kasus stroke akut adalah: (1) meminimalkan jumlah sel yang rusak melalui perbaikan jaringan penumbra dan mencegah perdarahan lebih lanjut pada perdarahan intraserebral, (2) mencegah secara dini komplikasi neurologik maupun medik, dan (3) mempercepat perbaikan fungsi neurologis secara keseluruhan. Jika secara keseluruhan dapat berhasil baik, prognosis pasien diharapkan akan lebih baik.

STROKE HEMORAGIK PADA WANITA 67 TAHUN DENGAN RIWAYAT HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUSDibuat oleh: Tiara Avinta Andani,Modifikasi terakhir pada Wed 03 of Aug, 2011 [21:07]

STROKE HEMORAGIK PADA WANITA 67 TAHUN DENGAN RIWAYAT HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS

 

Abstrak

Pasien stroke adalah orang sakit yang menderita sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara fokal atau global, yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskuler. Stroke dapat diklasifikasikan berdasar jenis lesi patologisnya, yaitu stroke infark/iskemik dan stroke hemoragik. Seorang wanita, usia 67 tahun, datang dengan keluhan penurunan kesadaran. Sebelumnya pasien muntah dan jatuh saat duduk di kursi. Kelemahan anggota gerak kanan (+). Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus.

Kata kunci : Stroke hemoragik, hipertensi, diabetes melitus

History

Seorang wanita, usia 67 tahun, datang dengan keluhan penurunan kesadaran. Sebelumnya pasien muntah dan jatuh saat duduk di kursi. Kelemahan anggota gerak kanan (+). Disangkal keluhan nyeri kepala sebelum kejadian, kejang, demam, maupun trauma. Riwayat hipertensi dan diabetes melitus dibenarkan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan Keadaan umum lemah, Kesadaran sopor, GCS E1 Mx V4, Tekanan Darah 240/120 mmhg, Nn. Craniales tidak dapat dinilai, Ekstremitas :

Page 65: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

lateralisasi dekstra, Refleks fisiologis ekstrimitas kiri meningkat. Reflek patologis ekstrimitas bawah (+). Pemeriksaan laboratorium GDS 206 mg/dl, Pemeriksaan ct-scan, kesan: Intracerebral haemorrhage temporoparietal sinistra yang meluas ke systema ventrikel dengan SOL & hydrocephalus ringan. EKG: IHD.

Diagnosis

Stroke hemoragik

Terapi

Terapi yang diberikan pada pasien ini Infus Ringer Assering  16 tpm, Inj. Cefotaxim 2x1 gr, Inj. Piracetam 2x1 gr, Inj. Thiamin 1x1 amp, Inj. Ranitidin 2x1 amp, Inj. Kalnex 3x500 mg, Interpril 2x10 mg, Nifedipin 2x10 mg

Diskusi

Pasien stroke adalah orang sakit yang menderita sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara fokal atau global, yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskuler (Definisi stroke oleh WHO 1983). Stroke sendiri merupakan bentuk Cerebro Vascular Accident, keadaan dimana terjadi kerusakan fungsi vascular cerebral bisa karena konsentrasi O2 darah kurang atau Cerebral Blood Flow yang turun. Stroke ditandai oleh deficit neurologist akut, dimana keadaan ini merupakan manifestasi dari penurunan suplai darah ke salah satu bagian di otak. Stroke sendiri masih merupakan penyebab ketiga kematian.Tingkat severitas serangan stroke  tergantung dari lokasi (global atau fokal) dan tipe (Transient Ischaemic Attack atau komplit). Berdasarkan patologisnya, stroke dibagi menjadi stroke infark dan stroke hemoragik. Stroke infark Insidensinya sebanyak  80% kasus dengan  mortalitas 40%. Sebanyak 50% infark disebabkan  oleh thrombotic–atherosclerosis yang terjadi pada vasa besar 30% (arteri karotis, arteri serebri media) dan vasa kecil 20% (lacunar stroke). 30% stroke disebabkan oleh emboli akibat heart disease dan atau atherosclerosis) yang terjadi pada orang muda, cepat, dan lebih extensive. Stroke hemoragik Insidensinya  20% tetapi mortalitasnya sebesar 80%. Biasanya terjadi perdarahan intracerebral atau subarachnoid,pencetusnya karena rupturnya aneurysma atau hypertensi/congenital. Tanda dan gejala stroke antara lain adanya hemidefisit motorik, Paresis N. VII (n facialis) dan N. XII (n. hypoglossus) Sentral Hemidefisit Sensorik, penurunan kesadaran dan gangguan fungsi luhur.

Terapi pada pasien stroke antara lain memperbaiki perfusi dengan agen trombolitik sehingga aliran darah ke area iskemik kembali normal, pemberian neuroprotektan untuk melindungi jaringan otak terhadap kerusakan iskemik ( NMDA  antagonists : Selfotel, Dextrometorphan, Calcium (Ca++) antagonist,NOS inhibitors : Lubeluzole,derivat benzotiazol, 6jam,Anti-oxidants : Tirilazad mesylate, Ebselen, Adhesion molecule antibodies / inhibitor platelet : Aspirin). Pada pasien ini kemungkinan penyebab stroke adalah hipertensi dan penyakit diabetes melitus yang diderita.  Oleh karena itu, diperlukan juga terapi sekunder pada stroke yaitu pengendalian faktor risiko (DM, Hipertensi, Hiperkolesterolemia, dll),mencegah stroke berulang dengan  antiagregasi, trombolitik agent & deformabilitas eritrosit.

Page 66: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Kesimpulan

Pada pasien ini terjadi stroke hemoragik, yang mungkin disebabkan akibat penyakit hipertensi dan diabetes melitus. Selain diberikan terapi berupa trombolitik dan neuroprotektan, diperlukan juga pengendalian faktor resiko, yaitu hipertensi dan diebetes melitus.

Referensi

Mansjoer,  2000 , Stroke dalam Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3, Media Aeuculapius, Jakarta, hal : 17-26.

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2004. Guidelines Stroke 2004. Jakarta: PERDOSSI.

Sidharta, 2004, Stroke dalam Neurologi Klinis dalam Praktek umum, ED 5, Dian Rakyat, Jakarta, hal : 260-275.

PENEGAKAN DIAGNOSIS STROKE HEMORAGIK PADA PASIEN LAKI-LAKI BERUMUR 75 TAHUN DENGAN RIWAYAT HIPERTENSI Dibuat oleh: Indhah Puspita W,Modifikasi terakhir pada Thu 28 of Jul, 2011 [17:02]

Abstrak

Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. Stroke perdarahan intraserebral atau perdarahan intraserebral primer adalah suatu sindroma yang ditandai adanya perdarahan spontan ke dalam substansi otak. Sekitar 10% kasus stroke disebabkan oleh PIS (perdarahan intra serebral). Mayoritas pasien mengalami nyeri kepala akut dan penurunan kesadaran yang berkembang cepat sampai keadaan koma. Computed Tomography (CT- scan) merupakan pemeriksaan paling sensitif untuk PIS dalam beberapa jam pertama setelah perdarahan.

Pada kasus ini, pasien datang dengan keluhan lemas pada tangan kiri dan kaki kiri. Pada pemeriksaan ditemukan tekanan darah yang meningkat disertai kelemahan ada ekstemitas superior dan inferior sinistra. Riwayat hipertensi disangkal oleh pasien.

Keywords: stroke hemoragik, CT scan, diagnosis

 

Page 67: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

History

Pasien adalah seorang laki-laki berumur 70 tahun, datang dengan keluhan lemas pada tangan kiri dan kaki kiri, kepala nggliyeng, Pasien tidak mengalami penurunan kesadaran, kesemutan, pelo, perot, muntah, nyeri kepala, kejang dan panas. Riwayat hipertensi sejak 10 yahun yang lalu, riwayat penyakit jantung, DM, dan trauma disangkal.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan KU cukup, kesadaran compos mentis, vital sign : tekanan darah 170/100 mmHg, nadi 83 x/menit, teratur, kuat angkat, pernafasan 20 x/menit, tipe abdominothorakal, suhu 37,20C, axiller. Ditemukan penurunan kekuatan pada ekstremitas superior dan inferior sinistra (5/3). Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin dan kimia darah ditemukan peningkatan kadar kolesterol total (202 mg/dl) sedangkan hasil lab lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan radiologi dilakan foto thorax dan Head CT-scan, pada pemeriksaan foto thorax hasilnya dalam batas normal, namun pada pemeriksaan CT-Scan didapatkan hasil : Tampak adanya intracerebral hemorage pada daerah lobus temporoparietal dekstra dengan perifokal edema (volume = 29,296.96 mm3), tampak adanya penekanan pada ventrikel lateral dekstra dan tampak adanya atropia cerebri.

 

 

Diagnosis

Stroke Hemoraghic

 

Terapi

Pada pasien ini diberikan oksigen ½ liter/menit, pasang DC, fisioterapi dan diet rendah garam. Untuk farmakoterapi diberikan Inf. Asering 10 tpm, injeksi piracetam 3 gram setiap 8jam, neuroprotektan injeksi citicolin 250mg setiap 8jam, asam tranexamat 500 mg setiap 8 jam untuk mengurangi perdarahan.

 

Diskusi

Menurut WHO (1986), stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. Stroke perdarahan intraserebral atau perdarahan intraserebral primer adalah suatu sindroma yang ditandai adanya perdarahan spontan ke dalam substansi otak

Page 68: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Kebanyakan kasus PIS terjadi pada pasien dengan hipertensi kronik. Keadaan ini menyebabkan perubahan arteriosklerotik pembuluh darah kecil, terutama pada cabang-cabang arteri serebri media, yang mensuplai ke dalam basal ganglia dan kapsula interna. Pembuluh-pembuluh darah ini menjadi lemah, sehingga terjadi robekan dan reduplikasi pada lamina interna, hialinisasi lapisan media dan akhirnya terbentuk aneurisma kecil yang dikenal dengan aneurisma Charcot-Bouchard. Hal yang sama dapat terjadi pembuluh darah yang mensuplai pons dan serebelum. Rupturnya satu dari pembuluh darah yang lemah menyebabkan perdarahan ke dalam substansi otak.

Mayoritas pasien mengalami nyeri kepala akut dan penurunan kesadaran yang berkembang cepat sampai keadaan koma. Pada pemeriksaaan biasanya di dapati hipertensi kronik. Gejala dan tanda tergantung lokasi perdarahan. Pasien yang selamat secara bertahap mengalami pemulihan kesadaran dalam beberapa hari. Pasien dengan perdarahan pada lobus temporal atau lobus frontal dapat mengalami seizure tiba-tiba yang dapat diikuti kelumpuhan kontralateral.

Computed Tomography (CT- scan) merupakan pemeriksaan paling sensitif untuk PIS dalam beberapa jam pertama setelah perdarahan. CT-scan dapat diulang dalam 24 jam untuk menilai stabilitas. Magnetic resonance imaging (MRI) dapat menunjukkan perdarahan intraserebral dalam beberapa jam pertama setelah perdarahan. Apabila tidak dapat dilakukan CT-Scan makan diagnosis dapat ditegakkan dengan menggunakan algoritma Gajah Mada.

 

Kesimpulan

Perdarahan intra serebral (PIS) merupakan 10% penyebab terjadinya stroke. Kebanyakan kasus PIS terjadi pada pasien dengan hipertensi kronik. Computed Tomography (CT- scan) merupakan pemeriksaan paling sensitif untuk PIS dalam beberapa jam pertama setelah perdarahan. Apabila tidak dapat dilakukan CT-Scan makan diagnosis dapat ditegakkan dengan menggunakan algoritma Gajah Mada.

 

Referensi

1.      Harsono. (2009). Kapita Selekta Neurologi Edisi Kedua. Jogjakarta: Gajah Mada Univerity Press.

2.      Mardjono,M. Sidharta, P. (2009). Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.

3.      Price, S.A., Wilson, L.M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Prose Penyakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

4.      Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia. (2004). Guideline Stroke 2004 Edisi ketiga. Jakarta: Kelompok Studi Cerebrovaskular PERDOSSI.

Page 69: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

5.      Priguna, Sidharta. (2009). Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Jakarta: Dian Rakyat.

 

PENEGAKAN DIAGNOSIS STROKE HEMORAGIK PADA PASIEN LAKI-LAKI USIA 70 TAHUN DENGAN HIPERTENSIDibuat oleh: Debby Agnurulintang Suhita,Modifikasi terakhir pada Thu 28 of Jul, 2011 [12:02]

 Abstrak

Stroke adalah suatu keadaan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi neurologis (defisit neurologik fokal atau global) yang berkembang cepat, terjadi secara mendadak, dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian, yang semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak karena berkurangnya suplai darah (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah secara spontan (stroke perdarahan).

Keywords: Stroke, hemoragik.

 

History

Seorang pria 70 tahun, dibawa ke IGD RSUD Setjonegoro Wonosobo karena mengalami kelemahan anggota gerak kiri dan nyeri kepala. Tiga hari Sebelum Masuk Rumah Sakit (SMRS), pasien terakhir Buang Air Besar (BAB) dan setelah itu belum BAB lagi sampai masuk Rumah Sakit (RS). Dua hari SMRS pasien mengeluh kepala geliyeng dan batuk berdahak tapi dahak sulit keluar, batuk darah (-). Satu hari SMRS pasien tiba-tiba mengalami kelemahan pada tangan kiri dan kaki kiri, serta mengompol. Oleh keluarga pasien langsung dibawa ke puskesmas dekat rumah di Pekalongan. Pasien mondok selama 1 malam kemudian dirujuk ke RSUD Wonosobo esok harinya. Malam hari saat mondok di Puskesmas (19 jam SMRS) pasien merasa mual dan muntah 1x. Hari Masuk Rumah Sakit (HMRS) pasien mengalami lemas pada tangan kiri dan kaki kiri, kepala geliyeng, dan batuk, nyeri kepala (-), demam (-), mulut perot (-), bicara pelo (-), penurunan kesadaran (-). Riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu. Tidak terdapat riwayat DM, jantung dan trauma. Pada keluarga tidak terdapat riwayat hipertensi, DM, dan jantung.

Pada pemeriksaan fisik pasien ditemukan KU cukup, kesadaran compos mentis, GCS E4V5M6. Tanda vital tekanan darah 170/100 mmHg, suhu 37,2oC, nadi 83 x/menit, pernafasan 20 x/menit. Reflek cahaya kedua mata positif, pupil diameter 3 mm isokor. Leher tidak didapatkan kaku kuduk. Tidak terdapat tanda meningeal (kaku kuduk, burdzinki 1 dan 2, kernig). Pada wajah tidak didapatkan lateralisasi. Pada anggota gerak atas dan bawah sebelah kiri didapatkan kelemahan otot, tidak didapatkan reflek patologi (babinski dan gordon) positif pada sisi kiri.

Page 70: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Pemeriksaan penujang dilakukan pemeriksaan darah rutin dan kimia darah didapatkan hasil dalam batas normal, Rontgen thorax dalam batas normal, dan CT-Scan kepala tampak adanya intracerebral hemorage pada daerah lobus temporoparietal dekstra dengan perifokal edema (volume = 29,296.96 mm3), tampak adanya penekanan pada ventrikel lateral dekstra, serta tampak adanya atropia cerebri.

 

Diagnosis

Stroke Hemoraghic

 

Terapi

Pada pasien ini dilakukan stabilisasi dengan pemasangan nasal oksigen 2-3 L/menit, infus cairan intravena RL 10 tpm, dan cateter urin. Untuk farmakoterapi diberikan Infus Manitol 100cc 2 kali sehari, Injeksi Piracetam 3 gram 3 kali sehari per intravena, Citicolin 250 mg 3 kali sehari per intravena. Dan direncanakan untuk fisioterapi.

 

 

Diskusi

Stroke ditandai dengan adanya kehilangan sirkulasi darah yang cepat pada otak, yang berhubungan dengan kehilangan fungsi neurologis. Sebagaimana sebelumnya disebut cerebrovascular accident (CVA) atau stroke syndrome, stroke merupakan istilah nonspesifik yang mencakup sekelompok heterogen berdasarkan penyebab patofisiologinya. Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular.

Stroke terbagi dua, yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Berdasarkan gejala klinis yang tampak, stroke non hemoragik  dibagi menjadi Transient Ischemic Attack (TIA) merupakan deficit neurologi yang bersifat akut terjadi < 24 jam dan dapat pulih seperti semula dalam waktu < 24 jam, Stroke In Evolution (SIE) deficit neurologinya terus bertambah, Reversible Ischemic Neurology Deficit (RIND) terjadi perbaikan dalam waktu beberapa hari tetapi tidak lebih dari satu minggu, complete stroke ischemic deficit neurologi sudah menetap. Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problem 10th Revision, stroke hemoragik dibagi atas Perdarahan intraserebral yang biasanya timbul karena pecahnya mikroaneurisme (Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna. Hal ini paling sering terjadi didaerah subkortikal, serebelum, pons dan batang otak. Perdarahan didaerah korteks lebih sering disebabkan oleh sebab lain misalnya tumor otak yang berdarah, malformasi pembuluh

Page 71: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

darah otak yang pecah atau penyakit pada dinding pembuluh darah otak primer misalnya Congophilic angiopathy, tetapi dapat juga akibat hipertensi maligna dengan frekuensi lebih kecil daripada perdarahan subkortikal. Yang kedua adalah perdarahan subarachnoid yang terjadi biasanya akibat pecahnya aneurisma congenital yang sering terjadi di a.komunikans anterior, a.serebri media, a.serebri anterior dan a.komunikans posterior.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang memberikan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak, disertai dengan pemeriksaan penunjang seperti cairan serebrospinal, CT scan kepala atau MRI  serta arteriografi bila perlu. CT scan merupakan gold standar pemeriksaan penunjang untuk membedakan stroke perdarahan dan stroke infark.

Untuk membedakan jenis atau penyebab stroke bisa menggunakan algoritma stroke Gajah Mada (ASGM). Dimana pada algoritma tersebut terdapat 3 gejala dan tanda yang harus diperhatikan, diantaranya adalah penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan uji babinski. Menurut ASGM, jika terdapat 2 atau 3 dari ketiga criteria tersebut, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika ditemukan 1 kriteria yaitu penurunan kesadaran atau nyeri kepala saja, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika hanya didapatkan uji babinski positif atau dari ketiga kriteria tidak ada yang terpenuhi, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke iskemik. Jadi pada pasien stroke jika terjadi penurunan kesadaran atau nyeri kepala, maka dapat ditegakkan stroke perdarahan. Jika tidak didapatkan kedua gejala tesebut dan hanya terdapat reflek babinski yang positif ataupun negatif, maka diagnosisnya adalah stroke iskemik. Berdasarkan ASGM, maka pasien diatas dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan.

Pada pasien ini terdapat kelumpuhan anggota gerak sinistra, nyeri kepala, dan pada pemeriksaan CT-Scan tampak intracerebral hemorage pada daerah lobus temporoparietal dekstra dengan perifokal edema (volume = 29,296.96 mm3), sehingga dapat ditarik kesimpulan pasien ini mengalami stroke hemorhagic.

 

 

Kesimpulan

Stroke merupakan istilah nonspesifik yang mencakup sekelompok heterogen berdasarkan penyebab patofisiologinya, yaitu disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak karena berkurangnya suplai darah (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah secara spontan (stroke perdarahan). Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosa dengan stroke hemoragik.

 

Referensi

1.      Dorland. (2006). Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Page 72: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

2.      Ganiswara,S.dkk .(2006). Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta: Bagian Farmakologi Universitas Indonesia.

3.      Harsono. (2009). Kapita Selekta Neurologi Edisi Kedua. Jogjakarta: Gajah Mada Univerity Press.

4.      Mardjono,M. Sidharta, P. (2009). Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.

5.      Price, S.A., Wilson, L.M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Prose Penyakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

6.      Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia. (2004). Guideline Stroke 2004 Edisi ketiga. Jakarta: Kelompok Studi Cerebrovaskular PERDOSSI.

7.      Priguna, Sidharta. (2009). Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Jakarta: Dian Rakyat.

PENEGAKAN DIAGNOSIS STROKE HEMORAGIK PADA SORANG LAKI-LAKI BERUSIA 70 TAHUNDibuat oleh: Rati Riestyaningrum,Modifikasi terakhir pada Wed 27 of Jul, 2011 [14:08]

Abstrak

Stroke ditandai dengan adanya kehilangan sirkulasi darah yang cepat pada otak, yang berhubungan dengan kehilangan fungsi neurologis. Stroke merupakan istilah nonspesifik yang mencakup sekelompok heterogen berdasarkan penyebab patofisiologinya. Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vascular. Stroke perdarahan intraserebral atau perdarahan intraserebral primer adalah suatu sindroma yang ditandai adanya perdarahan spontan ke dalam substansi otak.

Pasien pada kasus ini mengeluh mengalami lemas pada  tangan dan kaki kiri yang mendadak, nyeri kepala.  Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya penurunan kekuatan otot pada ekstrimitas superior kiri dan ekstrimitas inferior kiri. Pada pemeriksaan CT scan kepala didapatkan adanya intracerebral hemorage pada daerah lobus temporoparietal dekstra dengan perifokal edema, adanya penekanan pada ventrikel lateral dekstra, adanya atropia cerebri

Kata kunci: stroke hemoragik, intracerebral hemoragik

 

Page 73: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

History

Pasien laki-laki berusia 70 tahun datang ke IGD mengeluh mengalami lemas pada  tangan dan kaki kiri yang mendadak sejak 1 hari SMRS. Bersamaan dengan itu pasien juga mengeluh kepala nggliyeng, namun tidak terlalu menganggu. Pasien megeluh mual dan muntah 1 kali sejak malam. Pasien juga mengeluh batuk-batuk berdahak sejak 2 hari. Riwayat hipertensi tidak tahu, Riwayat serangan stroke, penyakit DM, kolesterol tinggi, penyakit jantung, trauma kepala, t alergi, asma disangkal. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami stroke sebelumnya.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tekanan darah: 170/100 mmHg, Nadi:83 x/menit,teratur, kuat angkat, respiratory rate: 20 x/menit, tipe abdominothorakal, suhu:  37,20C, axiller. Pada status neurologis pasien : tingkah laku normoaktif , orientasi (orang/waktu/tempat/situasi) : baik, Jalan pikiran normal, relevan, daya ingat  (baru) baik; (lama) baik,   kemampuan bicara: disartria (-), afasia (-), sikap tubuh: tidak dapat berdiri, cara berjalan: tidak dapat berjalan, gerakan abnormal: tremor (-), atetosis (-). Pada pemeriksaan kepala: Bentuk mesocephal, ukuran normal, wajah simetris, nervi kranialis dalam batas normal; Pemeriksaan leher: kaku kuduk (-), bentuk vertebra lurus, nyeri tekan vertebra servikal (-), bising arteri karotis kanan dan kiri (+/+), bising subklavia tak terdengar. Tes Brudzinski I (-). Pemeriksaan anggota gerak atas : Inspeksi     : drophand (-/-), clawhand (-/-), kontraktur (-/-), warna kulit coklat; Palpasi        : otot terasa kenyal, nyeri tekan (-/-), edem (-/-); Gerakan: ekstrimitas superior dekstra bebas ekstrimitas superior sinistra tidak bebas; Kekuatan: 5/3; Tonus: normal; Trofi: eutrofi; Sensibilitas : taktil normal, nyeri normal, sensibilitas posisi normal; Reflek fisiologik : (+/↓), perluasan reflek (-/-); Reflek patologis: kaku kuduk (-), Tes Brudzinski I (-). Pemeriksaan Anggota gerak bawah: Inspeksi: eutrofi, simetris, deformitas  (-/-), hiperemis  plantar (-), warna kulit coklat; Palpasi: edema  (-/-); Gerakan  : ekstremitas  inferior  dekstra  bebas,  ekstremitas  inferior  sinistra  tidak  bebas; Kekuatan: (5/3) ; Tonus: klonus (-/-), fasikulasi (-); Sensibilitas :  normal; Reflek patella            : (+/↓); Reflek patologis : kaku kuduk(-), Babinsky (-),  Oppenheim(-) Rossolimo  (-)  Chaddock (-)  Gordon  (-)  Bing (-) Kernig  (-).

Pada pemeriksaan Head CT scan tampak adanya intracerebral hemorage pada daerah lobus temporoparietal dekstra dengan perifokal edema, adanya penekanan pada ventrikel lateral dekstra, adanya atropia cerebri.

 

Diagnosis

 Stroke Hemoragik

Terapi

Terapi yang diberikan antara lain : Inf. Asering 10 tpm, Inf. Manitol 2 x 100cc, Piracetam IV3 x 3 gr, Citicolin IV 3 x 250 mg, Ranitidin IV 3x 25 mg, Lansoprazole tab 1x30 mg (pagi), Ciprofloxacime tablet 2x500 mg, Ambroxol tablet 3x30 mg, dekstrometorfan tablet 3x15 mg. Terapi dukungan berupa O2 ½ liter/menit, pasang folley cateter,posisi tidur tinggi dengan sudut 30°, fisioterapi serta diet rendah garam

Page 74: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

 

Diskusi

Stroke ditandai dengan adanya kehilangan sirkulasi darah yang cepat pada otak, yang berhubungan dengan kehilangan fungsi neurologis. Sebagaimana sebelumnya disebut cerebrovascular accident (CVA) atau stroke syndrome, Stroke merupakan istilah nonspesifik yang mencakup sekelompok heterogen berdasarkan penyebab patofisiologinya.Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vascular. Stroke perdarahan intraserebral atau perdarahan intraserebral primer adalah suatu sindroma yang ditandai adanya perdarahan spontan ke dalam substansi otak. Penyebab  stroke perdarahan intraserebral antara lain yaitu primer : hipertensi, amyloid angiopathy; Sekunder: aneurisma, malformasi vaskuler, neoplasma, koagulopati, obat-obat terlarang atau konsumsi alcohol, hemorragic ischemis stroke, trombosis sinus dural, vaskulitis /vaskulopati, penyakit moya-moya, arterial dissection, kehamilan, eklampsia, venous sinus thrombosis dan tidak diketahui.

Perdarahan intraserebral dua kali lebih banyak dibanding perdarahan subarakhnoid (PSA) dan lebih berpotensi menyebabkan kematian atau disabilitas dibanding infark serebri atau PSA. Usia lanjut dan hipertensi merupakan faktor resiko paling penting dalam PIS. Perdarahan intraserebral terjadi sedikit lebih sering pada pria dibanding wanita dan lebih sering pada usia muda dan setengah-baya pada ras kulit hitam dibanding kulit putih di usia yang sama.

Mayoritas pasien mengalami nyeri kepala akut dan penurunan kesadaran yang berkembang cepat sampai keadaan koma. Pada pemeriksaaan biasanya di dapati hipertensi kronik. Gejala dan tanda tergantung lokasi perdarahan. Herniasi uncal dengan hiiangnya fungsi batang otak dapat terjadi. Pasien yang selamat secara bertahap mengalami pemulihan kesadaran dlam beberapa hari. Pasien dengan perdarahan pada lobus temporal atau lobus frontal dapat mengalami seizure tiba-tiba yang dapat diikuti kelumpuhan kontralateral.

Pasien ini mengeluh mengalami lemas pada  tangan dan kaki kiri yang mendadak sejak 1 hari. Pasien juga mengeluh nyeri kepala. Pasien megeluh mual dan muntah 1 kali sejak malam. Pasien juga mengeluh batuk-batuk berdahak sejak 2 hari, tekanan darah: 170/100 mmHg. Pada pemeriksaan kepala: mesocephal, wajah simetris, nervi kranialis dalam batas normal; Pemeriksaan leher: kaku kuduk (-). Tes Brudzinski I (-). Pemeriksaan anggota gerak atas: Gerakan: ekstrimitas superior dekstra bebas ekstrimitas superior sinistra tidak bebas; Kekuatan: 5/3; Reflek fisiologik : (+/↓), Reflek patologis:  (-), Pemeriksaan Anggota gerak bawah: Gerakan  : ekstremitas  inferior  dekstra  bebas,  ekstremitas  inferior  sinistra  tidak  bebas; Kekuatan: (5/3) ;  Reflek patella: (+/↓); Reflek patologis :(-). Pada pemeriksaan Head CT scan tampak adanya intracerebral hemorage pada daerah lobus temporoparietal dekstra dengan perifokal edema, adanya penekanan pada ventrikel lateral dekstra, adanya atropia cerebri. Berdasarkan anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang telah dilakukan, maka pasien tersebut didiagnosis dengan stroke hermoragik.

                 

Page 75: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Kesimpulan

Berdasarkan anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang telah dilakukan, maka pasien tersebut didiagnosis dengan stroke hermoragik. Terapi yang diberikan adalah terapi medikasi dan fisioterapi.

 

Referensi

1.      Ganiswara,S.dkk .(2006). Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta: Bagian Farmakologi Universitas Indonesia.

2.      Harsono. (2009). Kapita Selekta Neurologi Edisi Kedua. Jogjakarta: Gajah Mada Univerity Press.

3.      Mardjono,M. Sidharta, P. (2009). Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.

4.      Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia. (2004). Guideline Stroke 2004 Edisi ketiga. Jakarta: Kelompok Studi Cerebrovaskular PERDOSSI.

 

PENEGAKAN DIAGNOSA STROKE HEMORAGIK DENGAN ALGORITMA STROKE GAJAH MADADibuat oleh: Fitra Sari,Modifikasi terakhir pada Wed 27 of Jul, 2011 [09:55]

   Abstrak

Stroke adalah suatu gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh karena gangguan peredarah darah otak, dimana secara mendadak timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal diotak yang terganggu. Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Serangan otak ini merupakan kegawatdaruratan medis yang harus ditangani secara cepat, tepat dan cermat. Stroke adalah suatu gangguan fungsi syaraf akut yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak dimana secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal diotak yang terganggu Oleh sebab itu penegakan diagnose secara dini harus segera ditegakkan. Semakin cepat ditangani maka prognosis pasien semakin baik. Salah satu penegakan diagnos dengan ASGM atau Algorotma Satroke Gajah Mada.

Page 76: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Kata Kunci: stroke hemoragik, penegakan diagnose, ASGM

Isi

Seoran pasien perempuan 60 tahun datang dengan keluhan anggota gerak sebelah kanan lemah tidaj dapat digerakan. 2 HSMRS os mengeluhkan bahwa tangan dan kaki kanannya lemah   dan sulit digerakkan. Os merasakan pusing dan mual dan muntah. Menurut keluarganya pada saat kejadian, os sedang bekerja os tiba-tiba jatuh pingsan dan langsung dibawa ke Rumah sakit. Setelah 6 jam di Rumah sakit os mengeluhkan kaki dan tangannya terasa lemah bicara os agak pelo tapi masih bisa dimengerti oleh keluarganya. Sebelumnya os tidak pernah menderita penyakit ini. Os tidak mempunyai riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit jantung. Kesadaran E2V2M5, Vital sign, Tekanan Darah : 190/90 mmHg, Nadi : 90 x/menit, RR : 20 x/menit, Suhu : 36,7°. Gerakan , sensibilitas, kekuatan anggota gerak kanan menurun, sementara tonusnya meningkat. Didapatkan juga reflek patologis yang positif yaitu reflek babinski.

Diagnosis

Stroke hemoragik dengan faktor resiko hipertensi stage II

Terapi

Pada pasien dilakukan pemasangan nasal oksigen, NGT, infuse serta cateter. Setelah itu, diberikan terapi neuroprotektan berupa piracetam 3 gram yang diberikan 3 kali dalam sehari intravena. Selain itu juga diberikan antihipertensi berupa captopril 25 mg yang diberikan 3 kali dalam sehari, asam tranexamat 500 mg 3 kali dalam sehari untuk mengurangi perdarahan, serta manitol untuk mencegah peningkatan tekanan intracranial dengan mengurangi edema serebri.

Diskusi

Diagnosis stroke hemoragik pada pasien dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien, salah satu penegakan diagnose dengan cepat melalui Algoritma Stroke Gajah Mada. Pada pasien didapatkan keluhan sulit menggerakan anggota gerak sebelah kanan sejak 2 hari SMRS, selanjutnya pasien tiba – tiba tak sadarkan diri saat bekerja. Terdapat nyeri kepala, mual dan muntah. Pasien juga memiliki riwayat hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko terjadinya stroke hemoragik.Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah. Menegakkan diagnose melalui ASGM secara cepat dapat memberikan prognosa yang baik pada pasien. Sehingga penanganan yang cepat dapat memberikan harapan hidup yang persentasenya lebih besar. Namun setelah penangan yang cepat maka dapat dilakukan konfirmasi melalui Ct-Scan.

Kesimpulan

Page 77: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan neurologi serta pemeriksaan penunjang, pasien perempuan berusia 60 tahun didiagnosis stroke hemoragik. CT scan merupakan gold standart pemeriksaan penunjang untuk membedakan stroke hemoragik dan non hemoragik.Namun untuk deteksi dini dapat ditegakan diagnose melalui ASGM Algoritma Stroke Gajah Mada. Pada pasien ini, awalnya diberi nasal oksigen, pasang NGT, infus serta cateter. Setelah itu, diberikan neuroprotektan berupa piracetam, antihipertensi berupa captopril, asam tranexamat untuk mengurangi perdarahan serta manitol untuk menurunkan tekanan intracranial.

Referensi

Prince A.Sylula, Wilson Mlorraine, 1995, Patofisiologi, Edisi 4, EGC, Jakarta.

Martin A. Samuel, 1995, Manual Of  Neurogic Theraeutics, Fifth Edition, Little, New York.

Mansjoer Arif, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2, Media  Aesculapius, Jakarta.

      Winer L. Howard, Levitt P. Lawrence, 2000, Buku Saku Neurologi, Edisi 5,EGC, Jakarta.

Harsono, 2000, Kapita Selekta Neurologi, Edisi 2, UGM Press, Yogyakarta.

Sidharta P, 2004, Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum, Edisi 5, Dian Rakyat, Jakarta.

Stroke Haemoragik Pada Pasien Laki-laki Umur 62 tahun Dengan Riwayat Hipertensi Dibuat oleh: Yanuar Rizka Sony,Modifikasi terakhir pada Thu 21 of Jul, 2011 [16:52]

 

Abstrak

Stroke adalah suatu sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara lokal atau global, yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lainnya kecuali gangguan vaskuler. Stroke terbagi dua, yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Stroke hemoragik dibagi lagi menjadi 2, yaitu perdarahan intraserebral serta perdarahan subarachnoid. Untuk mencari penyebab stroke bisa menggunakan algoritma stroke Gajah Mada. Pada kasus ini, pasien 62 tahun jatuh di kamar mandi. Terdapat kelemahan anggota gerak, nyeri kepala, serta muntah. Pasien memiliki riwayat hipertensi ± 8 tahun. Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan perluasan reflek dan tidak didapatkan reflek patologi (babinski dan gordon) positif pada sisi kanan.

Kata kunci : stroke, hemoragik, algoritma stroke Gajah Mada

Page 78: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Kasus

Pasien usia 62 tahun tidak sadarkan diri datang diantar oleh keluarga. Pasien jatuh di kamar mandi ditemukan tidak sadarkan diri. Sebelumnya pasien mengeluh lelah, lemas kaki kanan dan sulit untuk berjalan, serta pusing cekot-cekot. Tidak ada riwayat demam atau konsumsi obat-obatan. Pasien belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya, riwayat hipertensi sejak 8 tahun yang lalu namun pasien tidak berobat dengan rutin. Ada riwayat hipertensi pada keluarga pasien yaitu orang tua laki-laki pasien.

Pada pemeriksaan pasien dalam keadaan tidak sadar (koma), GCS E1 V1 M3. Tanda vital tekanan darah 200/120 mmHg, suhu 37oC, nadi 88 x/menit, pernafasan 22x/menit. Reflek cahaya kedua mata negatif, pupil diameter 3 mm isokor, reflek kornea positif. Leher tidak didapatkan kaku kuduk. Tidak terdapat tanda meningeal (kaku kuduk, burdzinki 1 dan 2, kernig). Tidak ada Trismus, wajah tidak didapatkan lateralisasi. Pada anggota gerak atas dan bawah sebelah kanan didapatkan kelemahan otot, reflek fisiologi kanan-kiri normal tidak didapatkan perluasan reflek, tidak didapatkan reflek patologi (babinski dan gordon) positif pada sisi kanan. Pemeriksaan penujang dilakukan pemeriksaan darah rutin dan kimia darah didapatkan hasil Hemoglobin 15g/dl, AL 13,8 103/ul, Gula darah sewaktu 180 mg/dl, Kreatinin 1,08 mg/dl, Kolesterol total 175 mg/dl, trigliseride 30.5 u/l.

Diagnosis

Stroke hemoragik

Terapi

Dilakuakan stabilisasi yaitu dipasang nasal oksigen, NGT, cairan intravena dan cateter urin. Kemudian diberikan piracetam 12 gram dan maintenance 3 gram sehari 3x per intravena, neuroprotektan citicolin 1 gram 2x1 per intravena. Antihipertensi yang diberikan adalah diuretic loop yaitu furosemide 40 mg setiap pagi, asam tranexamat 500 mg 3x1 untuk mengurangi perdarahan serta dexametason 3x1 ampul untuk mencegah peningkatan tekanan intrakranial.

 

Diskusi

Stroke adalah gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian disebabkan oleh gangguan peredaran darah. Stroke terbagi dua, yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Berdasarkan gejala klinis yang tampak, stroke non hemoragik  dibagi menjadi, Transient Ischemic Attack (TIA) merupakan deficit neurologi yang bersifat akut terjadi < 24 jam dan dapat pulih seperti semula dalam waktu < 24 jam, Stroke In Evolution (SIE) deficit neurologinya terus bertambah, Reversible Ischemic Neurology Deficit (RIND) terjadi perbaikan dalam waktu beberapa hari tetapi tidak lebih dari satu minggu, complete stroke ischemic deficit neurologi sudah menetap. Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problem 10th Revision, stroke hemoragik dibagi atas :

Page 79: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

a.  Perdarahan intraserebral                                                        

Biasanya timbul karena pecahnya mikroaneurisme (Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna. Hal ini paling sering terjadi didaerah subkortikal, serebelum, pons dan batang otak. Perdarahan didaerah korteks lebih sering disebabkan oleh sebab lain misalnya tumor otak yang berdarah, malformasi pembuluh darah otak yang pecah atau penyakit pada dinding pembuluh darah otak primer misalnya Congophilic angiopathy, tetapi dapat juga akibat hipertensi maligna dengan frekuensi lebih kecil daripada perdarahan subkortikal.

b.  Perdarahan subarachnoid

Perdarahan terjadi biasanya akibat pecahnya aneurisma congenital yang sering terjadi di a.komunikans anterior, a.serebri media, a.serebri anterior dan a.komunikans posterior. Gejala timbul sangat mendadak berupa sakit kepala hebat dan muntah-muntah. Darah yang masuk keruang subarakhnoid dapat menyebabkan komplikasi hidrosefalus karena gangguan absorpsi cairan otak di Granulatio Pacchioni. Perdarahan subarakhnoid sering bersifat residif selama 24-72 jam pertama, dan dapat menimbulkan vasospasme serebral hebat disertai infark otak. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang memberikan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak, disertai dengan pemeriksaan penunjang seperti cairan serebrospinal, CT scan kepala atau MRI  serta arteriografi bila perlu. CT scan merupakan gold standar pemeriksaan penunjang untuk membedakan stroke perdarahan dan stroke infark.

Untuk membedakan jenis atau penyebab stroke bisa menggunakan algoritma stroke Gajah Mada (ASGM). Dimana pada algoritma tersebut terdapat 3 gejala dan tanda yang harus diperhatikan, diantaranya adalah penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan uji babinski. Menurut ASGM, jika terdapat 2 atau 3 dari ketiga criteria tersebut, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika ditemukan 1 kriteria yaitu penurunan kesadaran atau nyeri kepala saja, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika hanya didapatkan uji babinski positif atau dari ketiga kriteria tidak ada yang terpenuhi, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke iskemik. Jadi pada pasien stroke jika terjadi penurunan kesadaran atau nyeri kepala, maka dapat ditegakkan stroke perdarahan. Jika tidak didapatkan kedua gejala tesebut dan hanya terdapat reflek babinski yang positif ataupun negative, maka diagnosisnya adalah stroke iskemik. Berdasarkan ASGM, maka pasien diatas dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan.

Selain itu, untuk menetapkan diagnosis stroke serta penyebabnya dapat digunakan penilaian :

Siriraj Stroke Score

SS = (2,5 x C) + (2 x V) + (2 x H) + (0,1 x BPD) – (3 x A) – 12

Keterangan :

C       = Kesadaran

V       = Vomitus/ muntah

Page 80: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

H       = Nyeri kepala

BPD  = Tekanan diastolic

A       = Atherom (DM, penyakit jantung)

12      = Konstanta

Bila SS > 0, 5   : Stroke hemaragik

        SS < -1      : Stroke non hemoragik.

Penilaian Derajat kesadaran :  Sadar penuh : 0

                                              Somnolen     : 1

                                              Koma           : 2

Nyeri Kepala :  Ada : 1, Tidak ada : 0

Vomitus         :  Ada : 1, Tidak ada : 0

 Arteroma      : Terdapat penyakit jantung dan DM : 1

  Tidak terdapat penyakit jantung dan DM : 0

Berdasarkan Siriraj score dan Algoritma Stroke Gajah Mada, pada pasien ini awal datang ke RS ditemukan nyeri kepala, muntah dan terjadi penurunan kesadaran. Reflek Babinski (+), sehingga ditarik kesimpulan bahwa pasien ini terkena stroke hemoragik. Pada pasien ini terdapat gejala hemiparesis dextra, disartria, disfagia,dengan nyeri kepala dan muntah-muntah sehingga dapat ditarik kesimpulan pasien ini mengalami perdarahan di daerah subarachnoid.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosa dengan stroke hemoragik. Terapi yang diberikan sudah tepat yaitu dengan asam tranexama untuk mengurangi perdarahan serta dexametason untuk mencegah peningkatan tekanan intrakranial.

Referensi

Lamsudin, R., 1997, Algoritma Stroke Gadjah Mada Penerapan Klinis Untuk Membedakan Stroke Perdarahan Intraserebral dengan Stroke Iskemik Akut atau Stroke Infark, Berkala Ilmu Kedokteran, vol.29, no.1: 11 – 16.

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2004. Guidelines Stroke 2004. Jakarta: PERDOSSI.

Page 81: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Harsono. 2005. Gangguan Peredaran Darah Otak, dalam  Kapita Selekta Neurologi, Ed.2.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press .

Penatalaksanaan Stroke Hemoragik pada pasien laki-laki usia 60 tahunDibuat oleh: Niken Indriastuti,Modifikasi terakhir pada Mon 18 of Jul, 2011 [11:37]

ABSTRAK

Stroke merupakan gangguan fungsional otak fokal maupun global yang terjadi secara akut, berlangsung lebih dari 24 jam, terjadi akibat gangguan peredaran darah otak. Termasuk disini perdarahan subarachnoid, perdarahan intraserebral dan iskemik atau infark serebri. Tidak termasuk disini gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena trauma. Perdarahan subaraknoid adalah perdarahan tiba-tiba ke dalam rongga diantara otak dan selaput otak (rongga subaraknoid). Perdarahan subarachnoid merupakan penemuan yang sering pada trauma kepala akibat dari yang paling sering adalah robeknya pembuluh darah leptomeningeal pada vertex di mana terjadi pergerakan otak yang besar sebagai dampak, atau pada sedikit kasus, akibat rupturnya pembuluh darah serebral major. Pasien yang mampu bertahan dari pendarahan subarachoid kadang mengalami adhessi anachnoid, obstruksi aliran cairan cerebrospinal dan hidrocepalus. Cedera intrkarnial yang lain kadang juga dapat terjadi. Pada kasus ini seorang laki-laki usia 60 tahun datang ke klinik Syaraf RSUD Setjonegoro,Wonosobo  dengan keluhan  sulit berbicara secara mendadak dan tidak sadarkan diri. Pasien sebelumnya juga merasakan sakit kepala berat, mual, dan muntah. Pada pemeriksaan fisik internal dan neurologis dalam batas normal. Pasien dirawatinapkan dengan diagnosis suspek perdarahan subarachnoid dan mendapatkan terapi infus NaCl,  Manitol, Fepiran (Piracetam), Neulin (citicolin), Theravask (amlodipin), Neurochol (neurotropik), Marfos (ondancentron), Ceftriaxon.    

 

KEYWORDS: diagnosis, terapi  stroke, perdarahan sub arachnoid

 

HISTORY

Seorang laki-laki usia 60 tahun datang ke klinik Syaraf RS dengan keluhan sulit berbicara secara mendadak dan tidak sadarkan diri pada ± 1 jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Kejadian berawal saat pasien akan buang air besar sebelum subuh, tiba-tiba pasien sulit berbicara. Pasien sebelumnya juga merasakan sakit kepala berat, mual, dan muntah. Pasien di bawa ke BPRB terdekat. Pasien tidak sadar saat dibawa ke RS. Pasien tidak mengeluh mata kabur. Saat tiba di RS , GCS E1V3M1. 30 menit kemudian pasien sadar GCS  E4V5M6. Di BPRB pasien sudah diberi O2 1-2 liter/menit, infus asering 6 tpm, inj. Piracetam 12 gr, inj. Bralin 250, inj. Piralen 1

Page 82: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Amp. Pasien memiliki riwayat hipertensi tetapi pasien tidak rutin kontrol dan minum obat. Pada pemeriksaan vital sign,TD: 130/95, HR: 70 x/menit, RR: 16 x/menit, Temp: 36,7OC. Pada pemeriksaan fisik interna dan neurologi dalam batas normal. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan angka leukosit, neutrofil, dan monosit. Pada pemeriksaan Head CT scan pada penderita TIA, potongan OML, interval slice 10 mm, tanpa kontras IV, ditemukan gyrus dan sulcus tidak prominen. Tampak lesi hiperdens di daerah sub arachnoid space regio fissura silvii dextra et sinistra, sistema ventrikel dan cisterna tidak melebar/menyempit. Struktur mediana di tengah. Kesan SAH di regio fissura silvii bilateral yang meluas ke intra cysterna. Pada rontgen thorax dewasa, kesan cardiomegali dengan tanda-tanda awal oedem pulmonum.

 

DIAGNOSIS

Stroke hemorhagik (Perdarahan Sub Arachnoid)

 

TERAPI

Pasien dirawatinapkan selama 3 hari dan kondisi segera membaik tanpa gejala sisa. Terapi yang diberikan adalah sebagai berikut, Infus NaCl 20 tetes per menit, Manitol 4 x 125 mg per infus, injeksi Piracetam   1 x 12 gr iv, injeksi citicolin 4 x 500 gr iv, amlodipin      2 x 5 mg, injeksi ondancentron     2 x 4 mg intravena injeksi Ceftriaxon   2 x 1 gr intravena.           

 

DISKUSI

Dari anamnesis penderita didapatkan adanya gejala yang meliputi kesulitan berbicara secara mendadak, serta penurunan kesadaran yang di awali dengan sakit kepala berat, mual, dan muntah. Didapatkan juga riwayat hipertensi. Gangguan neurologis pada penderita ini mengarah kesuatu lesi vaskuler karena onsetnya mendadak. Pada penderita tidak didapatkan defisit neurologis yang terjadi secara progresif, berupa kelemahan motorik yang terjadi akibat suatu proses destruksi maupun nyeri kepala kronik akibat dari proses kompresi dengan segala akibatnya yang merupakan gambaran umum pada tumor otak.  Gejala-gejala abses serebri berupa nyeri kepala yang cenderung memberat, demam, defisit neurologi fokal dan kejang juga tidak terdapat pada penderita ini. Berdasarkan anamnesis penderita ini juga ditemukan adanya pusing yang disertai muntah, sehingga kemungkinan adanya proses desak ruang belum dapat disingkirkan.

Lebih kurang 15 % penderita stroke, mengalami stroke perdarahan. Termasuk didalamnya perdarahan intraserebral, perdarahan subarakhnoid (PSA) akibat pecahnya aneurisma, malformasi arteriovenosa, alkoholisme, diskrasia darah dan angiopati amiloid. Perdarahan intraserebral lebih sering terjadi daripada perdarahan subarakhnoid, juga lebih banyak menyebabkan kematian dan disabilitas daripada infark dan perdarahan subarkhnoid, lebih sering

Page 83: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

pada orang kulit hitam dewasa muda. Perdarahan intraserebral spontan dibedakan atas perdarahan primer dan perdarahan simtomatik sekunder, penyebab utama simtomatik adalah aneurisma, AVM, tumor dan kelainan pembekuan darah. Sebagian besar perdarahan primer (70 - 80%)  berhubungan dengan hipertensi, sedangkan lokasi yang paling sering untuk perdarahan tipe ini adalah ganglia basalis (65%), batang otak (10%) serebelum (10%), subkortikal(15%) .

Faktor risiko tertinggi untuk terjadinya perdarahan di otak adalah hipertensi. Pecahnya mikroaneurisma dalam arteriola, menyebabkan perdarahan di thalamus, pons atau serebellum, dikarenakan didaerah tersebut pembuluh darah arteri yang pendek, lurus dan sedikit cabang. Jarak antara arteri dan kapiler relatif pendek , sehingga arteriola harus menahan tekanan tinggi yang berasal dari arteri besar.

Penegakan diagnosis PSA berdasarkan Gambaran Klinis dan gambaran radiologis. Gambaran klinis PSA meliputi:

Gejala prodromal: nyeri kepala hebat dan perakut, hanya 10%, 90% tanpa keluhan sakit kepala.

Kesadaran sering terganggu, dan sangat bervariasi dari tak sadar sebentar, sedikit delir sampai koma.

Gejala / tanda rangsangan meningeal : kaku kuduk, tanda kernig ada. Fundus okuli : 10% penderita mengalami edema papil beberapa jam setelah pendarahan.

Sering terdapat pedarahan subarachnoid karena pecahnya aneurisma pada ar teri komunikans anterior, atau arteri karotis interna

Gejala-gejala neurologik fokal : bergantung pada lokasi lesi. Gangguan fungsi saraf otonom : demam setelah 24 jam, demam ringan karena

rangsangan mening, dan demam tinggi bila pada hipotalamus. Begitu pun muntah,berkeringat,menggigil, dan takikardi, adanya hubungan dengan hipotalamus

Bila berat, maka terjadi ulkus peptikum disertai hematemesis dan melena dan seringkali disertai peninggian kadar gula darah, glukosuria, albuminuria, dan ada perubahan pada EKG.

 Gambaran Radiologi PSA antara lain:

CT SCAN.

Pemeriksaan CT Scan berfungsi untuk mengetahui adanya massa intracranial. Pada pembesaran ventrikel yang berhubungan dengan darah (densitas tinggi) dalam ventrikel atau dalam ruang subarachnoid.

Magnetic resonance imaging (MRI).

Perdarahan subarachnoid akut: perdarahan subarachnoid akut tidak biasanya terlihat pada T1W1 dan T2W1 meskipun bisa dilihat sebagai intermediate untuk pengcahayaan sinyal tinggi dengan proton atau gambar FLAIR. CT pada umunya lebih baik daripada MRI dalam mendeteksi perdarahan subarachnoid akut. Control perdarahan subarachnoid: hasil tahapan control perdarahan subarachnoid kadang-kadang tampak MRI lapisan tipis pada sinyal rendah .

Page 84: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Perdarahan subarachnoid, dapat diidentifikasi pada CT-scan sebagai jaringan dengan densitas tinggi (40 – 90 Hu). Menggantikan cairan serebrospinal di interhemisfer atau fissura silvii, sulcus cerebral atau sisterna basalis. Jika pendarahan subarachnoid luas maka bentuk arah infundibulum atau cabang arteri karotis pada sisterna nampak sebagai filing deffect pada darah intrasisternal yang hiperdens. Meskipun pemeriksaan CT-scan sangat akurat untuk mendeteksi pendarahan subarachnoid yang baru untuk mengetahui adanya darah disubarachnoid di interhemisferik falxcerebri yang relatif memiliki densitas dan sulit dideteksi. Pendarahan subarachnoid biasanya meluas sampai pada sulcus paramedian, mengakibatkan penampakan densitas dan irreguler, setelah beberapa hari pemeriksaan CT Scan biasanya menunjukkan pembersihan darah subarachnoid di sekitar falxcerebri, sebaliknya pendarahan subdural interhemisferik secara tipikal terlihat sebagai bentuk baji, tepi halus, zona densitas tinggi.

Terapi yang dapat diberikan pada PSA adalah sebagai berikut:

A.    Terapi Umum

Monitor keadaan umum Dengan 5 B

Breath      : Oksigenasi, pemberian oksigen dari luar. Blood       : Usahakan aliran darah ke otak semaksimal mungkin dan pengontrolan

tekanan darah pasien Brain        : Menurunkan tekanan intrakranial dan menurunkan edema serebri. Bladder    : Dengan pemasangan DC Bowel      : Dengan bowel exercise, massase dan modalitas fisik

 

B.     Terapi khusus

1.      Simptomatis

Analgetik  :  paracetamol 500 mg 3 X 1 tab

2.      Suportif

Infus Asering 20 tetes/menit Neuroprotektor / Roborantia saraf : Piracetam (3 X 3 gram per IV bolus),  Lancolin (3 X

200 gram per IV bolus) Anti edema otak: Manitol (2 X 100 cc perinfus), Nimodipin (3 X 30 mg)

3.      Profilaksi

Profilaksi stress ulcer  (H2 Blocker) : Cimetidine (3 X 1 tab) Profilaksi Infeksi (Antibiotik) : Cifrofloksasin (3 X 500 mg) Mencegah perdarahan ulang (Antifibrinolisis) : Asam Traneksamat (3 X 500 mg)

Page 85: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

3.      Rehabilitasi

Fisioterapi

4.      Manajemen Faktor Resiko

Antihipertensi : Nifedipine (3 X 10 mg)

 

 KESIMPULAN

Pada pasien stroke perdarahan subarachnoid kondisi dapat segera membaik dalam waktu pendek (3-5 hari) dengan penegakan diagnosis dan terapi  yang tepat. Diagnosis ditegakkan melalui gambaran klinis dan radiologis dengan head CT scan atau MRI. Terapi yang diberikan meliputi terapi umum dan terapi khusus. Terapi umum dengan memperhatikan prinsip 5B (Breath, Blood, Brain, Bladder, Bowel). Sedang terapi khusus dengan terapi simptomatis, suportif, profilaksi, rehabilitasi, dan manajemen faktor resiko. 

REFERENSI

1. Sitorus, Sari Mega., 2004, Sistem Ventrikel dan Liquor Cerebrospinal. Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara. Medan.

2. Harsono.1997, Buku Ajar Neurology Klinis, Perhimpunan Dokter Spesialis saraf Indonesia. Gajah Mada University Press. Bandung.

3. Burgerner,A.Francis.,dkk.1964,Differencial Diagnosis in Magnetic Resonance Imaging. Stuttgart-New York.

4. Harsono. 2007. Kapita Selekta Neurologi. Fakultas Kedokteran Gajah Mada, Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

5. Copstead,Lee-Ellen.C.Phd,RN dan Banasik,Jacquelyn.L.PhD,ANRP. 2005, Pathophysiology Third Edition, Elsevier Inc. Saunders.

6. Burgerner,A.Francis.,dkk . 1996. Differential Diagnosis in Computed Tomography. George Thieme Verlag. Thieme Medical Publishers, Inc. New York.

Stroke Hemoragik Pada Pasien Usia 53 tahun Dengan Faktor Resiko HipertensiDibuat oleh: Herlina,Modifikasi terakhir pada Mon 11 of Jul, 2011 [23:23]

Abstrak

Page 86: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Stroke adalah suatu sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara lokal atau global, yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lainnya kecuali gangguan vaskuler. Stroke terbagi dua, yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Stroke hemoragik dibagi lagi menjadi 2, yaitu perdarahan intraserebral serta perdarahan subarachnoid. Untuk mencari penyebab stroke bisa menggunakan algoritma stroke Gajah Mada. Pada kasus ini, pasien 53 tahun jatuh di kamar mandi. Terdapat kelemahan anggota gerak, nyeri kepala, serta muntah. Pasien memiliki riwayat hipertensi ± 5tahun. Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan perluasan reflek dan tidak didapatkan reflek patologi (babinski dan gordon) positif pada sisi kanan.

Kata kunci : stroke, hemoragik, algoritma stroke Gajah Mada

Kasus

Pasien usia 53 tahun tidak sadarkan diri datang diantar oleh keluarga. Pasien jatuh di kamar mandi ditemukan tidak sadarkan diri. Sebelumnya pasien mengeluh lelah, lemas kaki kanan dan sulit untuk berjalan, serta pusing cekot-cekot. Tidak ada riwayat demam atau konsumsi obat-obatan. Pasien belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya, riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu namun pasien tidak berobat dengan rutin. Ada riwayat hipertensi pada keluarga pasien yaitu orang tua laki-laki pasien.

Pada pemeriksaan pasien dalam keadaan tidak sadar (koma), GCS E1 V1 M3. Tanda vital tekanan darah 200/120 mmHg, suhu 37oC, nadi 88 x/menit, pernafasan 22x/menit. Reflek cahaya kedua mata negatif, pupil diameter 3 mm isokor, reflek kornea positif. Leher tidak didapatkan kaku kuduk. Tidak terdapat tanda meningeal (kaku kuduk, burdzinki 1 dan 2, kernig). Tidak ada Trismus, wajah tidak didapatkan lateralisasi. Pada anggota gerak atas dan bawah sebelah kanan didapatkan kelemahan otot, reflek fisiologi kanan-kiri normal tidak didapatkan perluasan reflek, tidak didapatkan reflek patologi (babinski dan gordon) positif pada sisi kanan. Pemeriksaan penujang dilakukan pemeriksaan darah rutin dan kimia darah didapatkan hasil Hemoglobin 15g/dl, AL 13,8 103/ul, Gula darah sewaktu 180 mg/dl, Kreatinin 1,08 mg/dl, Kolesterol total 175 mg/dl, trigliseride 30.5 u/l.

Diagnosis

Stroke hemoragik

Terapi

Dilakuakan stabilisasi yaitu dipasang nasal oksigen, NGT, cairan intravena dan cateter urin. Kemudian diberikan piracetam 12 gram dan maintenance 3 gram sehari 3x per intravena, neuroprotektan citicolin 1 gram 2x1 per intravena. Antihipertensi yang diberikan adalah diuretic loop yaitu furosemide 40 mg setiap pagi, asam tranexamat 500 mg 3x1 untuk mengurangi perdarahan serta dexametason 3x1 ampul untuk mencegah peningkatan tekanan intrakranial.

 

Page 87: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Diskusi

Stroke adalah gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian disebabkan oleh gangguan peredaran darah. Stroke terbagi dua, yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Berdasarkan gejala klinis yang tampak, stroke non hemoragik  dibagi menjadi, Transient Ischemic Attack (TIA) merupakan deficit neurologi yang bersifat akut terjadi < 24 jam dan dapat pulih seperti semula dalam waktu < 24 jam, Stroke In Evolution (SIE) deficit neurologinya terus bertambah, Reversible Ischemic Neurology Deficit (RIND) terjadi perbaikan dalam waktu beberapa hari tetapi tidak lebih dari satu minggu, complete stroke ischemic deficit neurologi sudah menetap. Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problem 10th Revision, stroke hemoragik dibagi atas :

a.  Perdarahan intraserebral                                                        

Biasanya timbul karena pecahnya mikroaneurisme (Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna. Hal ini paling sering terjadi didaerah subkortikal, serebelum, pons dan batang otak. Perdarahan didaerah korteks lebih sering disebabkan oleh sebab lain misalnya tumor otak yang berdarah, malformasi pembuluh darah otak yang pecah atau penyakit pada dinding pembuluh darah otak primer misalnya Congophilic angiopathy, tetapi dapat juga akibat hipertensi maligna dengan frekuensi lebih kecil daripada perdarahan subkortikal.

b.  Perdarahan subarachnoid

Perdarahan terjadi biasanya akibat pecahnya aneurisma congenital yang sering terjadi di a.komunikans anterior, a.serebri media, a.serebri anterior dan a.komunikans posterior. Gejala timbul sangat mendadak berupa sakit kepala hebat dan muntah-muntah. Darah yang masuk keruang subarakhnoid dapat menyebabkan komplikasi hidrosefalus karena gangguan absorpsi cairan otak di Granulatio Pacchioni. Perdarahan subarakhnoid sering bersifat residif selama 24-72 jam pertama, dan dapat menimbulkan vasospasme serebral hebat disertai infark otak. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang memberikan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak, disertai dengan pemeriksaan penunjang seperti cairan serebrospinal, CT scan kepala atau MRI  serta arteriografi bila perlu. CT scan merupakan gold standar pemeriksaan penunjang untuk membedakan stroke perdarahan dan stroke infark.

Untuk membedakan jenis atau penyebab stroke bisa menggunakan algoritma stroke Gajah Mada (ASGM). Dimana pada algoritma tersebut terdapat 3 gejala dan tanda yang harus diperhatikan, diantaranya adalah penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan uji babinski. Menurut ASGM, jika terdapat 2 atau 3 dari ketiga criteria tersebut, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika ditemukan 1 kriteria yaitu penurunan kesadaran atau nyeri kepala saja, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika hanya didapatkan uji babinski positif atau dari ketiga kriteria tidak ada yang terpenuhi, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke iskemik. Jadi pada pasien stroke jika terjadi penurunan kesadaran atau nyeri kepala, maka dapat ditegakkan stroke perdarahan. Jika tidak didapatkan kedua gejala tesebut dan hanya terdapat

Page 88: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

reflek babinski yang positif ataupun negative, maka diagnosisnya adalah stroke iskemik. Berdasarkan ASGM, maka pasien diatas dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan.

Selain itu, untuk menetapkan diagnosis stroke serta penyebabnya dapat digunakan penilaian :

Siriraj Stroke Score

SS = (2,5 x C) + (2 x V) + (2 x H) + (0,1 x BPD) – (3 x A) – 12

Keterangan :

C       = Kesadaran

V       = Vomitus/ muntah

H       = Nyeri kepala

BPD  = Tekanan diastolic

A       = Atherom (DM, penyakit jantung)

12      = Konstanta

Bila SS > 0, 5   : Stroke hemaragik

        SS < -1      : Stroke non hemoragik.

Penilaian Derajat kesadaran :  Sadar penuh : 0

                                              Somnolen     : 1

                                              Koma           : 2

Nyeri Kepala :  Ada : 1, Tidak ada : 0

Vomitus         :  Ada : 1, Tidak ada : 0

 Arteroma      : Terdapat penyakit jantung dan DM : 1

  Tidak terdapat penyakit jantung dan DM : 0

Berdasarkan Siriraj score dan Algoritma Stroke Gajah Mada, pada pasien ini awal datang ke RS ditemukan nyeri kepala, muntah dan terjadi penurunan kesadaran. Reflek Babinski (+), sehingga ditarik kesimpulan bahwa pasien ini terkena stroke hemoragik. Pada pasien ini terdapat gejala hemiparesis dextra, disartria, disfagia,dengan nyeri kepala dan muntah-muntah sehingga dapat ditarik kesimpulan pasien ini mengalami perdarahan di daerah subarachnoid.

Page 89: Penatalaksanaan Hemiparese Dextra Et Causa Stroke Hemoragik Dengan Hipertensi Grade II

Kesimpulan

Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosa dengan stroke hemoragik. Terapi yang diberikan sudah tepat yaitu dengan asam tranexama untuk mengurangi perdarahan serta dexametaso untuk mencegah peningkatan tekanan intrakranial.

Referensi

Lamsudin, R., 1997, Algoritma Stroke Gadjah Mada Penerapan Klinis Untuk Membedakan Stroke Perdarahan Intraserebral dengan Stroke Iskemik Akut atau Stroke Infark, Berkala Ilmu Kedokteran, vol.29, no.1: 11 – 16.

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2004. Guidelines Stroke 2004. Jakarta: PERDOSSI.

Harsono. 2005. Gangguan Peredaran Darah Otak, dalam  Kapita Selekta Neurologi, Ed.2.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press .

s