PENATALAKSANAAN ABSES

14
PENATALAKSANAAN ABSES EDMOND APRIZA

Transcript of PENATALAKSANAAN ABSES

Page 1: PENATALAKSANAAN ABSES

PENATALAKSANAAN ABSES

EDMOND APRIZA

Page 2: PENATALAKSANAAN ABSES

ABSES

Abses rongga mulut adalah suatu infeksi pada mulut, wajah, rahang, atau tenggorokan yang biasanya dimulai sebagai infeksi gigi atau karies gigi. Jumlah dan rute penyebaran infeksi tergantung pada lokasi gigi yang terkena serta penyebab virulensi organisme.

Page 3: PENATALAKSANAAN ABSES

Macam-macam Abses Odontogenik

Abses periapikal, Abses periapikal sering juga disebut abses dento-alveolar, terjadi di daerah periapikal gigi yang sudah mengalami kematian dan terjadi keadaan eksaserbasi akut

Page 4: PENATALAKSANAAN ABSES

Abses spasium bukal

Spasium bukal berada diantara m. masseter ,m. pterigoidus interna dan m. Buksinator. Berisi jaringan lemak yang meluas ke atas ke dalam diantara otot pengunyah, menutupi fosa retrozogomatik dan spasium infratemporal. Abses dapat berasal dari gigi molar kedua atau ketiga rahang atas masuk ke dalam spasium bukal

Page 5: PENATALAKSANAAN ABSES

Abses spasium submasseter

Infeksi pada spasium ini berasal dari gigi molar tiga rahang bawah, berjalan melalui permukaan lateral ramus ke atas spasium ini.

Gejala klinis dapat berupa sakit berdenyut diregio ramus mandibula bagian dalam, pembengkakan jaringan lunak muka disertai trismus yang berjalan cepat, toksik dan delirium. Bagian posterior ramus mempunyai daerah tegangan besar dan sakit pada penekanan.

Page 6: PENATALAKSANAAN ABSES

Abses spasium submandibula

Infeksi pada spasium ini dapat berasal dari abses dentoalveolar, abses periodontal dan perikoronitis yang berasal dari gigi premolar atau molar mandibula

Page 7: PENATALAKSANAAN ABSES

Tahapan Infeksi

Infeksi odontogenik umumnya melewati tiga tahap sebelum mereka menjalani resolusi:

Selama 1 sampai 3 hari - pembengkakan lunak, ringan, lembut, dan adonannya konsisten.

Antara 5 sampai 7 hari – tengahnya mulai melunak dan abses merusak kulit atau mukosa sehingga membuatnya dapat di tekan. Pus mungkin dapat dilihat lewat lapisan epitel, membuatnya berfluktuasi.

Akhirnya abses pecah, mungkin secara spontan atau setelah pembedahan secara drainase. Selama fase pemecahan, regio yang terlibat kokoh/tegas saat dipalpasi disebabkan oleh proses pemisahan jaringan dan jaringan bakteri.

Page 8: PENATALAKSANAAN ABSES

Arah penyebaran infeksi odontogen

Page 9: PENATALAKSANAAN ABSES

Tahap – tahap pemeriksaan

Dengan hati – hati lakukan palpasi pada pembengkakan untuk mencari asal lesi, misalnya tulang, kulit, kelenjar limfatik.

Catat ukuran, bentuk, dan warna lesi,

Perhatikan apakah ada nyeri tekan, kemerahan atau rasa panas (menunjukkan adanya inflamasi atau infeksi)

Periksa konsistensi

Lunak : contohnya lipoma, udema

Kenyal : contohnya epulis fibrosa, selulitis

Sangat keras : contohnya kanker metastasis

Periksa fluktuasi. Menunjukkan adanya cairan dalam lesi, misalnya abses dan kista pada jaringan lunak.

Tentukan apakah pembengkakan itu melekat pada kulit di atasnya dengan cara menggeser kulit di atas lesi. Bila ada perlekatan kemungkinan lesi tersebut adalah abses atau keganasan.

Page 10: PENATALAKSANAAN ABSES

Tanda dan Gejala

Adanya respon Inflamasi,respon tubuh terhadap agen penyebab infeksi adalah inflamasi

Adanya gejala infeksi, gejala-gejala tersebut dapat berupa,tumor,kalor rubor,dolor dan functio laesa

Limphadenopati, pada infeksi akut, kelenjar limfe membesar, lunak dan sakit. Kulit di sekitarnya memerah dan jaringan yang berhubungan membengkak

Kadang kadang diikuti dengan terjadinya trismus

Page 11: PENATALAKSANAAN ABSES

Penatalaksanaan Abses Odontogenik

Perawatan abses odontogenik dapat dilakukan secara lokal/sitemik. Perawatan lokal meliputi irigasi, aspirasi, insisi dan drainase, sedangkan perawatan sistemik terdiri atas pengobatan untuk menghilangkan rasa sakit, terapi antibiotik, dan terapi pendukung. Walaupun kelihatannya pasien memerlukan intervensi lokal dengan segera, tetapi lebih bijaksana apabila diberikan antibiotik terlebih dahulu untuk mengurangi kemungkinan terjadinya bakterimia dan difusi lokal (inokulasi) sebagai akibat sekunder dari manipulasi (perawatan) yang dilakukan

Page 12: PENATALAKSANAAN ABSES

Penggunaan obat-obatan

Apabila memungkinkan, sebaiknya pemilihan obat didasarkan pada hasil smear/pewarnaan gram, kultur dan tes sensitivitas. Antibiotik dengan dosis yang adekuat dan jangka waktu yang memadai. Dosis subklinis tidak efektif dan bisa mengakibatkan terjadinya resistensi pada bakteri pathogen tertentu.

Jenis antibiotik Penicillin, Erythromycin, Cephalosporin, Clindamycin, Metronidazole, Tetracycline yang dikombinasikan dengan analgetik dan anti radang

Page 13: PENATALAKSANAAN ABSES

Antibiotics that may be used for treatment ofodontogenic infections. Lars Andersen,2010

Very effective Penicillin Clindamycin Metronidazole (alone or in combination with a β-lactam) Cephalosporins Carbapenems (e.g. imipenem) β-lactam antibiotics combined with β-lactamase inhibitors (e.g. co-amoxiclav) Effective Macrolides (e.g. erythromycin or azithromycin) Tetracyclines Quinolones Less effective Sulfa drugs Aminoglycosides

Page 14: PENATALAKSANAAN ABSES

Jika inflamasi tidak dirawat dengan segera, beberapa komplikasi yang mungkin timbul: trismus,lymphadenitis,limphnodes,osteomilitis, bakterimia,dan septicemia