PENATALAKSANAAN
-
Upload
norazeela-baharudin -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
description
Transcript of PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN
Tujuan tata laksana hipertensi dalam kehamilan adalah untuk
melindungi ibu dari berbagai komplikasi termasuk kardiovaskuler dan
melanjutkan kehamilannya sampai persalinan yang aman. Penanganan
hipertensi dalam kehamilan memperhitungkan faktor-faktor beratnya proses
penyakit, keadaan ibu dan janin serta lamanya kehamilan. Tata laksana ini
meliputi sikap terhadap penyakit yaitu dengan pengobatan medikamentosa
dan sikap terhadap kehamilan berdasarkan usia kehamilan.
1. Sikap terhadap penyakit : pengobatan medikamentosa.
Magnesium sulfat
Pemberian magnesium sulfat menghambat atau menurunkan kadar
asetilkolin pada rangsangan serat saraf dengan menghambat transmisi
neuromuskular. Transmisi neuromuskular membutuhkan kalsium pada
sinaps. Pada pemberian magnesium sulfat, magnesium akan menggeser
kalsium, sehingga aliran rangsangan tidak terjadi (terjadi kompetetif inhibisi
antara ion kalsium dan ion magnesium). Kadar kalsium yang tinggi dalam
darah dapat menghambat kerja magnesium sulfat. Magnesium sulfat sampai
saat ini tetap menjadi pilihan pertama untuk antikejang pada preeklamsia
atau eklamsia.
Magnesium sulfat regimen:
Loading dose: initial dose
4 gram MgSO4 40% intravena dalam 100cc NaCl 0,9% selama 30 menit
Maintenance dose:
-Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO4 40 % 2 gram
intravena selama 5 menit.
-6 gram MgSO4 40% intravena dalam 500 cc Ringer laktat/ 6 jam.
-1 gram MgSO4 40% intravena dalam Ringer laktat/ jam diberikan sampai 24
jam post partum.
Syarat-syarat pemberian MgSO4:
Harus tersedia antidotum MgSO4 bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium
glukonas 10% = 1 g (10% dalam 10 cc) diberikan i.v 3 menit.
Refleks patella (+) kuat.
Frekuensi pernapasan >16 kali/ menit, tidak ada tanda-tanda distres
napas.
Urin minimal 30ml/jam dalam 4 jam terakhir
Magnesium sulfat dihentikan bila
Ada tanda-tanda intoksikasi
Setelah 24 jam pascapersalinan atau 24 jam setelah kejang terakhir.
Pemberian magnesium sulfat dapat menurunkan resiko kematin ibu
dan didapatkan 50% dari pemberiannya menimbulkan efek flushes (rasa
panas). Bila terjadi refrakter terhadap pemberian MgSO4, maka diberikan
salah satu obat berikut: tiopental sodium, sodium amobarbital, diazepam,
atau fenitoin.
Anti hipertensi
Tujuan utama terapi antihipertensi adalah untuk mengurangi risiko ibu,
yang meliputi abrupsi plasenta, hipertensi urgensi yang memerlukan rawat
inap, dan kerusakan organ target (komplikasi serebrovaskuler dan
kardiovaskuler). Risiko kerusakan organ target meningkat jika kenaikan
tekanan darah terjadi tiba-tiba pada wanita yang sebelumnya normotensi.
Tekanan darah >170/110 mmHg merusak endotel secara langsung. Pada
tekanan darah 180-190/120-130 mmHg terjadi kegagalan autoregulasi
serebral yang meningkatkan risiko perdarahan serebral. Selain itu, risiko
abrupsi plasenta dan asfi ksia juga meningkat. Penurunan tekanan darah
yang terlalu cepat dan mendadak dapat menurunkan perfusi uteroplasenta,
sehingga dapat menyebabkan hipoksia janin. Target tekanan darah adalah
sekitar 140/90 mmHg.
Obat Antihipertensi
a. Hipertensi ringan-sedang
Keuntungan dan risiko terapi antihipertensi pada hipertensi ringan-
sedang (tekanan darah sistolik 140-169 mmHg dan tekanan darah diastolik
90-109 mmHg) masih kontroversial. Guideline European Society of
Hypertension (ESH) / European Society of Cardiology (ESC) terbaru
merekomendasikan pemberian terapi jika tekanan darah sistolik 140 mmHg
atau diastolik 90 mmHg pada wanita dengan:
Hipertensi gestasional
Hipertensi kronis superimposed hipertensi gestasional
Hipertensi dengan kerusakan target organ subklinis atau adanya
gejala selama masa kehamilan.
b. Hipertensi berat
ESC merekomendasikan jika tekanan darah sistolik >170 mmHg atau
diastolik >110 mmHg pada wanita hamil diklasifi kasikan sebagai emergensi
dan merupakan indikasi rawat inap. Terapi farmakologis dengan labetalol
intravena, metildopa oral, atau nifedipin sebaiknya segera diberikan. Obat
pilihan untuk preeklampsia dengan edema paru adalah nitrogliserin (gliseril
trinitrat), infus intravena dengan dosis 5 μg/menit dan ditingkatkan bertahap
tiap 3-5 menit hingga dosis maksimal 100 μg/menit.17,18 Furosemid
intravena dapat digunakan untuk venodilatasi dan diuresis (20-40 mg bolus
intravena selama 2 menit), dapat diulang 40-60 mg setelah 30 menit jika
respons diuresis kurang adekuat. Morfi n intravena 2-3 mg dapat diberikan
untuk venodilator dan ansiolitik. Edema paru berat memerlu kan ventilasi
mekanik.
Tabel 1: Obat hipertensi selama kehamilan
2. Sikap terhadap kehamilan
Sikap terhadap kehamilan ditinjau dari usia kehamilan dan dibagi 2, yaitu :
1. Ekspek Konservatif : bila umur kehamilan < 37 minggu, artinya kehamilan
dipertahankan selama mungkin sambil memberikan terapi medikamentosa
2. Aktif, agresif : bila umur kehamilan ≥ 37 minggu, artinya kehamilan
dikahiri setelah mendapat terapi medikamentosa untuk stabilisasi ibu.
Perawatan konservatif
Indikasi perawatan konservatif ialah bila kehamilan preterm ≤37
minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eclamsia dengan keadaan janin
baik. Diberi pengobatan yang sama dengan pengobatan medikamentosa
pada pengelolaan secara aktif. Selama perawatan konservatif, sikap
terhadap kehamilannya ialah hanya observasi dan evaluasi sama seperti
perawatan aktif, kehamilan tidak diakhiri. Magnesium sulfat dihentikan bila ibu
sudah mncapai tanda-tanda preeklamsia ringan selambat-lambatnya dalam
waktu 24 jam. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan, keadaan ini dianggap
sebagai kegagalan pengobatan medikamentosa dan harus diterminasi.
Penderita boleh dipulangkan bila penderita kembali ke gejala-gejala
preeklamsia ringan.
Perawatan aktif (agresif)
Tujuan perawatan aktif (agresif) adalah untuk terminasi kehamilan.
Indikasi perawatan aktif bila didapatkan satu atau lebih keadaan di bawah ini:
Indikasi Ibu :
1. Kegagalan terapi medikamentosa :
Setelah 6 jam sejak dimulai pengobatan medikamentosa, terjadi
kenaikan darah yang persisten.
Setelah 24 jam sejak dimulainya pengobatan medikamentosa terjadi
kenaikan darah desakan darah yang persisten.
2. Tanda dan gejala impending eklamsi
3. Gangguan fungsi hepar
4. Gangguan fungsi ginjal
5. Dicurigai terjadi solution placenta
6. Timbulnya onset partus, ketuban pecah dini, pendarahan.
Indikasi Janin :
1. Umur kehamilan ≥ 37 minggu
2. IUGR berat berdasarkan pemeriksaan USG
3. NST nonreaktiv dan profil biofisik abnormal
4. Timbulnya oligohidramnion
Indikasi Laboratorium :
Thrombositopenia progesif, yang menjurus ke sindroma HELLP
Cara mengakhiri kehamilan (terminasi kehamilan) dilakukan berdasar
keadaan obstetrik pada waktu itu, apakah sudah inpartu atau belum.
Penderita belum inpartu
Dilakukan induksi persalinan bila skor Bishop ≥ 8. Bila perlu dilakukan
pematngan serviks dengan misoprostol. Induksi persalinan harus sudah
mencapai kala II dalam waktu 24 jam. Bila tidak, induksi persalinan dianggap
gagal, dan harus disusul dengan seksio sesarea. Indikasi seksio sesarea:
Tidak ada indikasi untuk persalinan pervaginam
Induksi persalinan gagal
Terjadi gawat janin
Bila umur kehamilan < 33 minggu
Penderita sudah inpartu :
Perjalanan persalinan dapat diikuti dengan Grafik Friedman atau
Partograf WHO.