PENATALAKSANAAN

11
PENATALAKSANAAN Tujuan tata laksana hipertensi dalam kehamilan adalah untuk melindungi ibu dari berbagai komplikasi termasuk kardiovaskuler dan melanjutkan kehamilannya sampai persalinan yang aman. Penanganan hipertensi dalam kehamilan memperhitungkan faktor-faktor beratnya proses penyakit, keadaan ibu dan janin serta lamanya kehamilan. Tata laksana ini meliputi sikap terhadap penyakit yaitu dengan pengobatan medikamentosa dan sikap terhadap kehamilan berdasarkan usia kehamilan. 1. Sikap terhadap penyakit : pengobatan medikamentosa. Magnesium sulfat Pemberian magnesium sulfat menghambat atau menurunkan kadar asetilkolin pada rangsangan serat saraf dengan menghambat transmisi neuromuskular. Transmisi neuromuskular membutuhkan kalsium pada sinaps. Pada pemberian magnesium sulfat, magnesium akan menggeser

description

obgyn

Transcript of PENATALAKSANAAN

Page 1: PENATALAKSANAAN

PENATALAKSANAAN

Tujuan tata laksana hipertensi dalam kehamilan adalah untuk

melindungi ibu dari berbagai komplikasi termasuk kardiovaskuler dan

melanjutkan kehamilannya sampai persalinan yang aman. Penanganan

hipertensi dalam kehamilan memperhitungkan faktor-faktor beratnya proses

penyakit, keadaan ibu dan janin serta lamanya kehamilan. Tata laksana ini

meliputi sikap terhadap penyakit yaitu dengan pengobatan medikamentosa

dan sikap terhadap kehamilan berdasarkan usia kehamilan.

1. Sikap terhadap penyakit : pengobatan medikamentosa.

Magnesium sulfat

Pemberian magnesium sulfat menghambat atau menurunkan kadar

asetilkolin pada rangsangan serat saraf dengan menghambat transmisi

neuromuskular. Transmisi neuromuskular membutuhkan kalsium pada

sinaps. Pada pemberian magnesium sulfat, magnesium akan menggeser

kalsium, sehingga aliran rangsangan tidak terjadi (terjadi kompetetif inhibisi

antara ion kalsium dan ion magnesium). Kadar kalsium yang tinggi dalam

darah dapat menghambat kerja magnesium sulfat. Magnesium sulfat sampai

saat ini tetap menjadi pilihan pertama untuk antikejang pada preeklamsia

atau eklamsia.

Magnesium sulfat regimen:

Page 2: PENATALAKSANAAN

Loading dose: initial dose

4 gram MgSO4 40% intravena dalam 100cc NaCl 0,9% selama 30 menit

Maintenance dose:

-Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO4 40 % 2 gram

intravena selama 5 menit.

-6 gram MgSO4 40% intravena dalam 500 cc Ringer laktat/ 6 jam.

-1 gram MgSO4 40% intravena dalam Ringer laktat/ jam diberikan sampai 24

jam post partum.

Syarat-syarat pemberian MgSO4:

Harus tersedia antidotum MgSO4 bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium

glukonas 10% = 1 g (10% dalam 10 cc) diberikan i.v 3 menit.

Refleks patella (+) kuat.

Frekuensi pernapasan >16 kali/ menit, tidak ada tanda-tanda distres

napas.

Urin minimal 30ml/jam dalam 4 jam terakhir

Magnesium sulfat dihentikan bila

Ada tanda-tanda intoksikasi

Setelah 24 jam pascapersalinan atau 24 jam setelah kejang terakhir.

Page 3: PENATALAKSANAAN

Pemberian magnesium sulfat dapat menurunkan resiko kematin ibu

dan didapatkan 50% dari pemberiannya menimbulkan efek flushes (rasa

panas). Bila terjadi refrakter terhadap pemberian MgSO4, maka diberikan

salah satu obat berikut: tiopental sodium, sodium amobarbital, diazepam,

atau fenitoin.

Anti hipertensi

Tujuan utama terapi antihipertensi adalah untuk mengurangi risiko ibu,

yang meliputi abrupsi plasenta, hipertensi urgensi yang memerlukan rawat

inap, dan kerusakan organ target (komplikasi serebrovaskuler dan

kardiovaskuler). Risiko kerusakan organ target meningkat jika kenaikan

tekanan darah terjadi tiba-tiba pada wanita yang sebelumnya normotensi.

Tekanan darah >170/110 mmHg merusak endotel secara langsung. Pada

tekanan darah 180-190/120-130 mmHg terjadi kegagalan autoregulasi

serebral yang meningkatkan risiko perdarahan serebral. Selain itu, risiko

abrupsi plasenta dan asfi ksia juga meningkat. Penurunan tekanan darah

yang terlalu cepat dan mendadak dapat menurunkan perfusi uteroplasenta,

sehingga dapat menyebabkan hipoksia janin. Target tekanan darah adalah

sekitar 140/90 mmHg.

Obat Antihipertensi

Page 4: PENATALAKSANAAN

a. Hipertensi ringan-sedang

Keuntungan dan risiko terapi antihipertensi pada hipertensi ringan-

sedang (tekanan darah sistolik 140-169 mmHg dan tekanan darah diastolik

90-109 mmHg) masih kontroversial. Guideline European Society of

Hypertension (ESH) / European Society of Cardiology (ESC) terbaru

merekomendasikan pemberian terapi jika tekanan darah sistolik 140 mmHg

atau diastolik 90 mmHg pada wanita dengan:

Hipertensi gestasional

Hipertensi kronis superimposed hipertensi gestasional

Hipertensi dengan kerusakan target organ subklinis atau adanya

gejala selama masa kehamilan.

b. Hipertensi berat

ESC merekomendasikan jika tekanan darah sistolik >170 mmHg atau

diastolik >110 mmHg pada wanita hamil diklasifi kasikan sebagai emergensi

dan merupakan indikasi rawat inap. Terapi farmakologis dengan labetalol

intravena, metildopa oral, atau nifedipin sebaiknya segera diberikan. Obat

pilihan untuk preeklampsia dengan edema paru adalah nitrogliserin (gliseril

trinitrat), infus intravena dengan dosis 5 μg/menit dan ditingkatkan bertahap

Page 5: PENATALAKSANAAN

tiap 3-5 menit hingga dosis maksimal 100 μg/menit.17,18 Furosemid

intravena dapat digunakan untuk venodilatasi dan diuresis (20-40 mg bolus

intravena selama 2 menit), dapat diulang 40-60 mg setelah 30 menit jika

respons diuresis kurang adekuat. Morfi n intravena 2-3 mg dapat diberikan

untuk venodilator dan ansiolitik. Edema paru berat memerlu kan ventilasi

mekanik.

Tabel 1: Obat hipertensi selama kehamilan

2. Sikap terhadap kehamilan

Sikap terhadap kehamilan ditinjau dari usia kehamilan dan dibagi 2, yaitu :

1. Ekspek Konservatif : bila umur kehamilan < 37 minggu, artinya kehamilan

dipertahankan selama mungkin sambil memberikan terapi medikamentosa

Page 6: PENATALAKSANAAN

2. Aktif, agresif : bila umur kehamilan ≥ 37 minggu, artinya kehamilan

dikahiri setelah mendapat terapi medikamentosa untuk stabilisasi ibu.

Perawatan konservatif

Indikasi perawatan konservatif ialah bila kehamilan preterm ≤37

minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eclamsia dengan keadaan janin

baik. Diberi pengobatan yang sama dengan pengobatan medikamentosa

pada pengelolaan secara aktif. Selama perawatan konservatif, sikap

terhadap kehamilannya ialah hanya observasi dan evaluasi sama seperti

perawatan aktif, kehamilan tidak diakhiri. Magnesium sulfat dihentikan bila ibu

sudah mncapai tanda-tanda preeklamsia ringan selambat-lambatnya dalam

waktu 24 jam. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan, keadaan ini dianggap

sebagai kegagalan pengobatan medikamentosa dan harus diterminasi.

Penderita boleh dipulangkan bila penderita kembali ke gejala-gejala

preeklamsia ringan.

Perawatan aktif (agresif)

Tujuan perawatan aktif (agresif) adalah untuk terminasi kehamilan.

Indikasi perawatan aktif bila didapatkan satu atau lebih keadaan di bawah ini:

Page 7: PENATALAKSANAAN

Indikasi Ibu :

1. Kegagalan terapi medikamentosa :

Setelah 6 jam sejak dimulai pengobatan medikamentosa, terjadi

kenaikan darah yang persisten.

Setelah 24 jam sejak dimulainya pengobatan medikamentosa terjadi

kenaikan darah desakan darah yang persisten.

2. Tanda dan gejala impending eklamsi

3. Gangguan fungsi hepar

4. Gangguan fungsi ginjal

5. Dicurigai terjadi solution placenta

6. Timbulnya onset partus, ketuban pecah dini, pendarahan.

Indikasi Janin :

1. Umur kehamilan ≥ 37 minggu

2. IUGR berat berdasarkan pemeriksaan USG

3. NST nonreaktiv dan profil biofisik abnormal

4. Timbulnya oligohidramnion

Indikasi Laboratorium :

Thrombositopenia progesif, yang menjurus ke sindroma HELLP

Page 8: PENATALAKSANAAN

Cara mengakhiri kehamilan (terminasi kehamilan) dilakukan berdasar

keadaan obstetrik pada waktu itu, apakah sudah inpartu atau belum.

Penderita belum inpartu

Dilakukan induksi persalinan bila skor Bishop ≥ 8. Bila perlu dilakukan

pematngan serviks dengan misoprostol. Induksi persalinan harus sudah

mencapai kala II dalam waktu 24 jam. Bila tidak, induksi persalinan dianggap

gagal, dan harus disusul dengan seksio sesarea. Indikasi seksio sesarea:

Tidak ada indikasi untuk persalinan pervaginam

Induksi persalinan gagal

Terjadi gawat janin

Bila umur kehamilan < 33 minggu

Penderita sudah inpartu :

Perjalanan persalinan dapat diikuti dengan Grafik Friedman atau

Partograf WHO.