PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM...

43
PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM HADÎTS DHÂ’ÎF Tesis Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (MA) Dalam Bidang Ilmu Agama Islam Disusun oleh: Arif Hendra Erizal NIM. 213410533 JURUSAN ULUMUL QUR’AN DAN ULUMUL HADITS PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 2015

Transcript of PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM...

Page 1: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

PENATAAN ULANG KATEGORISASI

HADÎTS MUDRÂJ DALAM HADÎTS DHÂ’ÎF

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Magister Agama (MA)

Dalam Bidang Ilmu Agama Islam

Disusun oleh:

Arif Hendra Erizal

NIM. 213410533

JURUSAN ULUMUL QUR’AN DAN ULUMUL HADITS

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)

JAKARTA

2015

Page 2: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul “Penataan Ulang Kategorisasi Hadîts Mudrâj

Dalam Hadîts Dha’îf” yang disusun oleh Arif Hendra Erizal dengan Nomor

Induk Mahasiswa 213410533 telah melalui proses bimbingan telah

memenuhi syarat ilmiah untuk diajukan di siding munaqasyah.

Pembimbing I,

Dr. Sahabuddin, MA

Tanggal:

Pembimbing II,

Dr. Ahmad Fudhaili, MA

Tanggal:

Page 3: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Tesis dengan judul “Penataan Ulang Kategorisasi Hadîts Mudrâj

Dalam Hadîts Dha’îf” oleh Arif Hendra Erizal dengan NIM 213410533 telah

diujikan di sidang Munaqasyah Program Pascasarjana Institut Ilmu al-Qur‟an

(IIQ) Jakarta pada 24 Agustus 2015. Tesis tersebut telah diterima sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Megister Agama (MA) dalam bidang

Ilmu Agama Islam.

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA. (………………………)

Ketua Sidang

Prof. Dr. H. Said Agil Husen Al-Munawwar, MA. (……………….…….)

Penguji I

Dr. H. Asep Saepuddin Jahar, MA (………………………)

Penguji II

Dr. H. Sahabuddin, MA (…………………..…..)

Pembimbing I

Dr. H. Ahmad Fudhaili, MA. (…………………..…..)

Pembimbing II

Dr. H. Ahmad Fudhaili, MA. (………………………)

Sekertaris

Page 4: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Arif Hendra Erizal

NIM : 213410533

Tempat/Tanggal Lahir : Barulak, 12 Februari, 1987

Menyatakan bahwa tesis dengan judul “Penataan Ulang Kategorisasi Hadîts

Mudrâj Dalam Hadîts Dha’îf” adalah benar-benar asli karya saya kecuali

kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam

karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 15 Agustus 2015

Arih Hendra Erizal

Page 5: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

v

MOTTO

MAN JADDA WAJADA Siapa yang bersungguh-sungguh, akan mendapatkan kesuksesan…

KHAIRUNNÂS ANFA’HUM LINNÂS Manusia terbaik adalah, orang yang bisa memberikan nilai positif dan

memberikan manfaat bagi orang lain….

Page 6: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

vi

Ku persembahkan Tesis ini untuk:

Ama &

Apa

Cintamu yang tak ber ujung,

Kasih sayangmu yang tak pernah habis,

Doamu yang tak pernah putus,

Usahamu yang tak pernah letih,

Ku persembahkan perhargaan terbesar untuk namamu, Zamrial & Eliati

Page 7: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

vii

Kata Pengantar

Puja dan puji syukur senantiasa saya panjatkan ke hadirat Allah Swt,

dengan pertolongan-Nya-lah saya bisa sampai ke tahap ini. Dia-lah yang

memberikan pertolongan dengan menggerakkan hati dan keinginan ini untuk

menyelesaikan upaya penelitian tesis dengan judul “Penataan Ulang

Kategorisasi Hadîts Mudrâj Dalam Hadîts Dha’îf”. Shalawat dan salam

semoga selalu tercurahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita Nabi

besar Muhammad saw.

Selesainya tesis ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik berupa

bantuan materil maupun non materil, baik secara lansung maupun secara

tidak langsung. Oleh karena itu, perlu kiranya saya hanturkan ucapan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. Huzaemah Tahido Yanggo, MA selaku Rektor Institut Ilmu

al-Qur‟an.

2. Dr. KH. Ahmad Fudhaili, MA selaku Direktur Program Pascasarjana

Institut Ilmu al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.

3. Dr. H. Sahabuddin, MA selaku pembimbing I dan Dr. H. Ahmad

Fudhaili, MA selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu

untuk memberikan bimbingan, arahan dan inspirasi hingga sampai bisa

ke tahap penyelesaian ini.

4. Seluruh dosen Institut Ilmu al-Qur‟an (IIQ) Jakarta terutama dosen

jurusan „Ulum Al-Qur‟an dan „Ulum al-Hadits yang telah memberi

banyak ilmu dan wawasan selama masa studi beserta staf karyawan

yang telah membantu kelancaran proses studi.

5. Seluruh pimpinan perpustakaan Institut Ilmu al-Qur‟an dan UIN Syarif

Hidayatullah karena dengan penyediaan buku-buku di sanalah, penulis

termudahkan dalam proses penelitian ini.

6. Bapak dan Ibuku yang selalu memberikan bantuan yang sungguh tak

terhingga baik secara materiil maupun non materiil.

Page 8: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

viii

7. Terkhusus untuk uda Dedi Alfian dan etek Winda Sasmita, SS. yang

senantiasa memberikan bantuan luar biasa, baik secara materil ataupun

juga non materil. Terima kasih banyak atas perhatian dan dukungannya

selama ini.

8. Tak kalah pentingnya buat, adinda Rafiqa Syafly, S.psi. Yang selalu

memotivasi dan membantuku selama tahap penulisan sampai selesainya

penelitian tesis ini. Terima kasih atas perhatian dan motivasinya dinda.

9. Kepada seluruh teman-teman seangkatan seperjuangan pascasarjana

IIQ dan terkhusus untuk saudara Rifian panigoro, teman seperjuangan

dalam menyusun tesis ini, juga memiliki pembing yang sama, banyak

halang rintangan, suka duka yang kita tempuh bersama-sama dalam

menulis tesis ini. Begitu juga mas Riqza, dan buk Khodijah yang selalu

jadi teman semangat dan teman sharing dalam proses penyusunan tesis

ini.

Jakarta, 15 Agustus 2015

Penulis

Page 9: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad

yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan di IIQ (Institut Ilmu al-

Qur’an), transliterasi Arab-Latin mengacu pada pedoman berikut ini:

1. Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin

A أ

B ب

T ت

Ts ث

J ج

H ح

Kh خ

D د

Dz ذ

R ر

Z ز

S س

Sy ش

Sh ص

Dh ض

Huruf Arab Huruf Latin

Th ط

Zh ظ

‘ ع

Gh غ

F ف

Q ق

K ك

l ل

m م

n ن

w و

h ه

’ ء

Y ي

2. Vokal

Vokal Tunggal

Fath}ah} : a

Kasrah} : i

Dhammah} : u

Vokal Panjang

{a : أ

{i : ي

{u : و

Vokal Rangkap

....يْ : ai

....وْ : au

3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti al-Qamariyah

Kata sandang yang diikuti oleh al-Qamariyyah ditransliterasikan

sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf l (el) diganti dengan huruf yang

sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.

Page 10: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

xi

Contoh:

: al-Baqarah

: al-Madînah

b. Kata sandang yang diikuti al-syamsiyah

Kata sandang yang diikuti oleh al-syamsiyah ditransliterasikan

sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan

bunyinya.

Contoh:

: ar-rajul

: asy-syamsu

ة : as-Sayyidah

: ad-Dârimî

Page 11: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

xi

DAFTAR ISI

BAB 1 : PENDAHULUAN.................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..........................................................................1

B. Permasalahan.............................................................................................7

Identifikasi Masalah............................................................................7

Pembatasan Masalah...........................................................................8

Perumusan Masalah.............................................................................9

C. Penelitian Terdahulu Yang Relevan..........................................................9

D. Tujuan Penelitian......................................................................................10

E. Signifikansi Penelitian..............................................................................10

F. Metode Penelitian......................................................................................11

G. Sistematika Penulisan...............................................................................12

BAB 11 : KONSEP PENENTUAN HADÎTS DHA’ÎF.....................................14

A. Pengertian Hadîts Dha’îf............................................................................

1. Pengertian Hadîts Dha’îf.............................................................................14

Secara Etimologi.....................................................................................14

Secara Terminologi.................................................................................15

B. Macam-Macam Hadîts Dha’îf ................................................................17

Pertama : Keterputusan Dalam Sanad Hadîts: ...........................................19

Hadîts Munqhati’................................................................................19

Hadîts Mu’dhal, ...............................................................................20

Hadîts Mu’allaq..................................................................................26

Hadîts Mudallas..................................................................................28

Kedua: Disebabkan Cacat Pada Salah Satu Perawi

a. Disebabkan Cacat Keadilan Perawi;

Hadîts Matrûk.....................................................................................36

Hadîtst Majhûl....................................................................................38

Hadîts Mubham..................................................................................40

HALAMAN JUDUL ........................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING……........................................... ii

SURAT PENGESAHAN................................................................. iii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIASSI........................... iv

MOTTO ............................................................................................ v

PERSEMBAHAN ............................................................................ vi

KATA PENGANTAR...................................................................... vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................... x

DAFTAR ISI ..................................................................................... xi

ABSTAKSI ..................................................................................... xv

Page 12: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

xii

b. Disebabkan Cacat Kedhabitan Perawi

Hadîts Munkar....................................................................................40

Hadîts Mu’allal...................................................................................42

Hadîts Mutltharrib..............................................................................44

Hadîts Maqlûb....................................................................................51

Hadîts Mushahhaf dan Muharraf........................................................52

Hadîts as-Syâdz...................................................................................52

Hadîts Mudrâj............................................................................

c. Tingkatan Hadîts Dha’îf.........................................................................54

d. Faktor Penyebab Terangkatnya Derajat Hadîts Dha’îf........................54

e. Hukum Mengamalkan Hadîts Dha’îf.....................................................55

f. Periwayatan Hadîts Dha’îf......................................................................58

g. Peningkatan Kualitas Hadîts Dha’îf.......................................................59

BAB 111 : PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ

DALAM HADÎTS DHA’ÎF......................................................................................63

A. Hadîts Mudrâj.................................................................................

1. Pengertian Hadîts Mudrâj.........................................................................63

Secara Etimologi.......................................................................................63

Secara Terminologi...................................................................................64

2. Sejarah Dan Histori Hadîts Mudrâj Serta Perkembangannya...................64

3. Sebab-Sebab Munculnya Hadîts Mudrâj……………………..................68

4. Hukum Hadîts Mudrâj Apakah Shahîh, Hasan,Dha’îf.............................72

Tempat-tempat terjadinya Idrâj.............................................................72

Pendorong Terjadinya Idrâj...................................................................73

5. Derajat Hadîts Mudrâj...............................................................................73

6. Pentingya mengetahui Hadîts Mudrâj.......................................................75

7. Hadîts Mudrâj dan pengaruhnya terhadap perbedaan ahli

Fuqâhâ’..................................................................................................75

B. Karya- Karya Ulama Tentang Hadîts Mudrâj............................................78

1. Ahmad bin Ali al-Khatîb al-Baghdâdî dalam kitabnya “ al-Fashl lil washl

al-Mudrâj Fi an-Naql ”.............................................................................78

Terjemahan Pengarang Kitab....................................................................78

Perjalanan Kehidupan Dalam Menapaki Keilmuan...............................79

Diantara Para Guru al-Khatîb................................................................82

Diantara Para Murid Al-Khatîb Yang Terkenal.....................................84

Kapasitas Keilmuannya Serta Pujian Ulama Terhadap Al-Baghdâdî....85

Peninggalan al-Khatîb al-Baghdâdî Dari Segi Keilmuan........................87

2. Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam kitabnya “ Taqrîb al-Minhaj Bitartîb al-

Mudrâj”....................................................................................................88

Page 13: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

xiii

Nama Lengkap, Kelahiran, Serta Perkembangan Ibnu Hajar................89

Diantara Guru Ibnu Hajar.....................................................................90

Perjalanan Ibnu Hajar Dalam Menuntut Ilmu.........................................91

Aktifitas Ibnu Hajar................................................................................91

Diantara Karya Ibnu Hajar.....................................................................92

Wafatnya................................................................................................92

3. al-Hafizh al-Sayûthi dalam kitabnya “ al-Madraj ilal Mudrâj li al-

Assuyuti”....................................................................................................92

Sejarah Singkat Imam Sayûthi ..................................................................93

Latar Belakang Pengembangan Ilmu Pengetahuan Bagi Imam Suyûthi....95

Wawasan Keilmuan Imam Suyûthi.........................................................96

BAB 1V : PENYELESAIAN HADÎTS MUDRÂJ..................................

A. Pembagian Hadîts Mudrâj. .............................................................................97

1. Mudrâj Yang Terdapat Pada Matan Hadîts. ...................................................97

2. Mudrâj Yang Terdapat Pada Sanad Hadîts.....................................................97

B. Cara Mengetahui Hadîts Mudrâj....................................................................101

C. Hukum Melakukan Idrâj Kedalam Hadîts...................................................102

D. Diantara Hadîts-Hadîts Mudrâj Yang Terdapat Dalam Kitab Sahih

Bukhârî...........................................................................................................103

E. Diantara Hadîts Mudrâj Yang Tidak Sahih...................................................160

F. Reposisi Hadîts Mudrâj...............................................................................165

G. Penawaran Penulis Dalam Reposisi Ulangan Hadîts Mudrâj......................166

BAB V: KESIMPULAN......................................................................... A. Kesimpulan...............................................................................................................169

B. Saran ........................................................................................................................171

Page 14: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

xv

Abstarak

Penambahan kalimat dari bentuk aslinya dalam satu redaksi yang

bersifat informatif guna memberikan penegasan atau keterangan agar mudah

dipahami adalah suatu hal yang wajar, supaya informasi yang disampaikan

dapat dipahami dengan benar oleh orang yang menerima informasi, selama

penambahan kalimat atau kata tersebut tidak merubah esensi informasi.

Pada hakekatnya hadîts mudrâj adalah adanya penyusupan kata atau

kalimat pada hadits yang sebenarnya bukan bagian dari hadits, baik pada

matan ataupun sanad, tanpa adanya penjelasan tentang penambahan kalimat

atau kata tersebut. Penyusupan kata atau kalimat dalam hadits biasanya

dinilai negatif, oleh karena itu hadîts mudrâj, termasuk kategori hadîts dha’îf

(lemah). Penilaian negatif (hadîts dha’îf), pada hadîts mudrâj adalah dari sisi

kredibilitas/kejujuran seorang perawi (‘adalah-nya) atau dari sisi

intejensi/daya ingat (tsiqah), bukan pada keterputusan periwayat (sanad)

hadits. Sebenarnya tidak seluruh penyusupan dalam hadits adalah jelek. Pada

kenyataannya terdapat hadits-hadits yang terindikasikan terjadi penyusupan

dalam matan ataupun sanad yang mempunyai status shahih, akhirnya

menimbulkan pertanyaan apakah status hadits tersebut harus direfisi ataukah

ke-hujjah-an (hukum) menggunakan hadîts mudrâj yang harus dikaji ulang.

Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif terbagi menjadi dua bagian yaitu penelitian lapangan dan penelitian

kepustakaan (library research). Karena fokus penelitian adalah tentang

hadîts mudrâj maka penelitian ini berbentuk penelitian kepustakaan. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-analitis. Metode

“deskripsi” digunakan untuk menguraikan hadits yang tergolong kedalam

hadîts mudrâj dalam kitab shahih bukhari dan muslim secara apa adanya.

Adapun metode “analisis” digunakan untuk memberikan komentar terhadap

hadits-hadits yang terindikasi dengan mudrâj

Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam mengolah data, yaitu:

Pertama, menjelaskan tentang pengertian dan sejarah terjadinya hadîts

mudrâj serta semua aspek yang berhungunagn dengan hadîts mudrâj, baik

dari sebab-sebab terjadinya, hukumnya, tempat-tempat terjadinya, serta

pendorong terjadinya hadîts mudrâj. Kedua, menjelaskan derajat hadîts

mudrâj, pentingya mengetahui hadîts mudrâj, serta menjelaskan hadîts

mudrâj dan pengaruhnya terhadap ahli Fuqâhâ.’ Ketiga, penulis

menghadirkan diantara karya- karya ulama tentang hadîts mudrâj. Keempat,

memetakan pembagian hadîts mudrâj, setelahnya menjelaskan cara

mengetahui hadîts mudrâj serta hukum hadits mudraj. Kelima, menyebutkan

diantara hadits-hadits mudrâj yang terdapat dalam kitab Shahîh Bukhârî.

Keenam, memaparkan diantara diantara hadîts mudrâj yang tidak shahih.

Ketujuh, penulis mencoba memberikan solusi serta penawaran ulang untuk

mereposisi posisi hadîts mudrâj.

Page 15: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kajian terhadap Hadits Nabi Saw, baik secara historis maupun

dokumenter, telah ada semenjak awal Islam.1 Tradisi mentransformasikan

informasi tentang semua hal yang dikatakan dan/atau dilakukan Nabi, baik

itu berhubungan dengan masyarakat umum ataupun khusus dengan hal-hal

pribadai Nabi, sudah ada semenjak dulu. Nabi menjadi sentral perhatian

dalam konstalasi sebagai pemimpin, teladan, dan pembawa syariat Allah

yang mayoritas semua perkataan dan prilakunya bermuatan hukum,2 kecuali

sebagian kecil yang terkait dengan hubungan duniawi semata.

Para sahabat sangat apresiatif terhadap segala hal yang berasal dari

Nabi, ini menunjukkan segala ajaran yang berasal dari beliau sangat berarti.

Hal ini terlihat dari kerajinan mereka menghadiri majlis-majlis Nabi,

ditengah kesibukan memenuhi kebutahan hidup, bahkan beberapa orang

diantara mereka tinggal bersamanya3. Tidak jarang terjadi diskusi untuk

mencerna dan memahami lebih dalam setelah mereka menerima hadits.4

Suatu kondisi yang sangat kondusif dimana meraka bisa secara langsung

mendengar sabda dan menyaksikan tindak tanduk Nabi, karena beliau berada

bersama, bergaul, dan bermuamalah bersama mereka,5 sehingga bila terjadi

kesalahan dalam penukilan, kekeliruan pengucapan, atau kekurang-pahaman

terhadap teks hadits, dapat dirujuk kepada Nabi Saw.

Umat Islam telah memberikan perhatian lebih terhadap hadits Nabi

Saw semenjak awal perkembangan Islam itu sendiri. Perhatian itu di

wujudkan di antaranya dalam bentuk, penerimaan hadits Rasullah Saw. dan

1 Fazhlur Rahmân, The Living Sunnat and al-Sunnat Wa al-Jama‟at, dalam P.K

Hoya (ed), Hadîts and Sunnah: Ideal and Realities ( Kuala Lumpur: Islamaic Book Trust,

1996 M.), h. 150 2 Muhammad „Ajjaj al-Khatîb, Al-sunnah Qabla ad-Tadwîn ( Beirut: Dâr al-Fikr,

1971 M.) h, 15-16 3 Rasulluah Saw. tidak membangun madrasah atau akademi untuk memberikan

pelajaran kepada sahabat. Akan tetapi pelajaran itu diadakan dimana saja dan disetiap waktu

Nabi saw. merasa perlu untuk menyampaikannya. Maka itulah majlis ilmiyah Nabi, kadang-

kadang beliau memberikan pelajaran waktu memimpin tentara, kadang-kadang dalam

perjalanan, kadang-kadang berada dalam rumah, lain waktu juga berada di mesjid. Nabi

saw. bertindak sebagai seorang guru, imam dan Khatîb yang memberikan khutbah serta

pelajaran. Dan kadang-kadang beliau bisa berhenti untuk ditanyakan sesuatu tentang

pelajaran. Ringkasnya, semua waktu dan keadaan nabi adalah majlis ilmiyah. Lihat : Hasbîy

Ash Shiddieqîy, Sejarah Perkembangan Hadits, ( Jakarta: PT Bulan Bintang, 1998) cet 1,

hlm 5 4 Muhammad „Ajjaj al-Khatîb, As-sunnah qabla ad-Tadwîn, h. 57-59

5 Musthafâ as-Shibâ‟î, Al-Sunnah Wa Makânatuha Fî at-Tasyrî‟ al-Islâmi (Beirut;

al-Maktab al-Islâmî, 1985 M.), h. 56

Page 16: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

2

penyampaiannya kepada orang lain.6 Ada juga beberapa sahabat Nabi Saw.

mencatat hadits yang didengarnya langsung dari Nabi Saw.7 Walaupun

penulisan hadits sudah dimulai dari zaman Nabi Saw, pada umumnya hadits

belum ditulis dimasa itu, dan salah satu jalan utama dalam pelestarian hadits

adalah lewat hafalan.8

Penyebaran dan pemeliharaan hadits secara lisan, disamping tulisan

berlangsung cukup lama melalui beberapa generasi hingga usaha

penghimpunan hadits di pandang selesai.9 Penyebaran dan pemeliharaan

yang melibatkan sejumlah periwayat ( râwî ) secara berantai disebut Isnâd 10

.

Isnâd merupakan mata rantai dalam sebuah hadits, karenanya sumber

informasi dari Rasulullah saw. dapat kita warisi. Isnâd juga merupakan

penjaga dalam keontetikan hadits, Syaikh Islam Ibnu Taimiyah (w.728 H)

mengatakan : “ Isnâd termasuk sebagian kekhususan umat ini, Isnâd juga

termasuk perkara khusus dalam agama Islam yang kemudian menjadi

perkara yang khusus dari pada ahli hadits”11

. Senada dengan ini Muhammad

bin Sîrîn ( w 110 H ) mengungkapkan: “Sesungguhnya ilmu itu adalah

6 Muhammad Syuhûdi Ismâ‟îl, Kaedah Kesahihan Sanad Hadîts. Cet 1. ( Jakarta :

Bulan bintang, 1988) h 33. 7 Maulana Muhammad Ali, The Religion of Islam. (U.A.R : National Publication

and Printing House, t. th), p 61-62 8 Maulana Muhammad Ali, The Religionof Islam, p 62.

9 Penghimpunan yang dimaksud disini adalah penghimpunan secara resmi yang

dimulai pada masa „Umar bin Abd Al- Azîz (99-101 H) Lihat Maulana Muhammad Ali,

The Religionof Islam, h. 71-73. Ada dua alasan yang urgen dalam membelatar belakangi

seorang khalifah melakukan penghimpunan, yaitu : 1) karena situasi dan kondisi pada

waktu itu sudah sangat mendesak, dan 2) sebagai seorang khalifah dia memiliki otoritas

dalam pemerintahan pada masa Banî Umayyah. Disebut mendesak karena saat itu

kekuasaan Islam telah meluas hingga keluar Jazirah Arab, disamping para sahabat

penghafal dan mempunyai catatan pribadi tentang hadits ketika itu –sebagian besarnya -

telah meninggal dunia karena faktor usia semakian menua, dan banyaknya insiden

peperangan di kawasan-kawasan Islam. Disebut memiliki otoritas tertinggi sebagai seorang

Khalifah, dia bisa memerintahkan kepada bawahannya (Gubernur) untuk melakasankan

tugas resmi dalam mengumpulkan dan mengkodifikasi hadits. Abu Bakar Muhammad bin

„Amr bin Hazm (w 117H) seorang gubernur Madinah ketika itu mendapatkan tugas mulia

dalam pengumpulan dan kodifikasi hadits dari Khalifah Umar bin Abdu al- Azîz untuk

melaksanakannya sebaik mungkin. 10

Istilah Isnâd sama dengan sanad. Lihat misalnya Badran Abu al A‟inain Badran,

Al-Hadîts al-Nabawî as-Syarîf, Târikhuh wa Musthalâhuh, ( Iskan Dâr iyyat : Muassasat

Syahâb al- Jam‟iat, 1983 ) h 10. Sanad dalam ilmu hadits sering disebut „ jalan‟ yang

menyampaikan atau rangkaian Râwî yang sampai pada materi hadits. Lihat „Umar Hasyîm,

Qawâ‟id Ushûl al-Hadîts. ( Beirut : Dâr al-Fikr, t th) s. 21-22. 11

Ahmad bin „Abd al-Halîm / ibn taimiyah, Manhaj Al-Sunnah al-Nabawiyah,

(tahqiq) Muhammad Rasyasyi Salim. Juz 1v. Cet. 1( T. tp : T tk, 1406 H/ 1986 M), s 11.

Page 17: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

3

agama, maka perhatikanlah dari siapa kamu mengambil agamamu”12

.

Senada dengan ini Abdullah Ibn Mubârak juga mengatakan : “ Sanad hadits

merupakan bagian dari agama, seandainya sanad hadits tidak ada, maka

siapapun akan bebas menyatakan apa yang di kehendakinya”13

.

Sebagai penjelas, pengalaman, pernyataan, taqrîr14

dan hal ihwal nabi

Muhammad saw. merupakan sumber ajaran islam yang sudah terpilah-pilah15

sekarang ini, rentang waktu yang cukup panjang telah dilewati oleh hadits

hingga di kodifikasikan di masa Umar bin Abdu al-Azîz (99-101H) dalam

rentang waktu itu. Ada beberapa fenomenal atau kejadian yang

mempengaruhi secara internal maupun eksternal terhadap proses periwayatan

hadits.

Periwayatan hadits melalui makna yang merupakan sebagai akibat

dari periwayatan hadits secara umum -pada saat itu- melalui lisan ketimbang

tulisan sembari adanya riwayat kontraduktif boleh tidaknya hadits tersebut

ditulis, yang merupakan faktor internal dalam mempengaruhi proses

periwayatan hadits.

Peristiwa terjadinya pertentangan politik antara kelompok „Ali bin

Abî Thâlib dan Mu‟awiyah yang disinyalir menjadi faktor eksternal, bukan

saja menjadi „ embrio‟ lahirnya pemalsuan hadits, tapi juga menjadi pelopor

ilmu kritik sanad, khususnya kritik rijal. Kondisi ini mendorong kritikus

hadits dan ulama setalahnya sangat selektif dalam menerima informasi dan

berita periwayatan hadits.16

Sangat lazim dalam kajian hadits bahwa objek atau aktivitas kritik

hadits adalah sanad dan matan. Kritik sanad , yang dalam literature hadits

digunakan istilah Naqd as- Sanad atau naqd khârijî ( kritik luar ), yaitu kritik

yang meneliti elemen luar materi hadits berupa rangkain urutan para

periwayat yang menyampaikan hadits dari awal hingga penghujung râwî.

Sedang kritik matan, yang dalam literatur hadits digunakan istilah Naqd al-

12

Abu Husein Muslim bin Hajjaj bin Muslim al-Qusyairî al-Naisâbûrî, Shahîh

Muslim, (tahqiq) Muhammad Fuad „Abd al-Bâqi‟. Juz 1. (Beirut : Dâr Ihya at- Turâts al-

Arabi, 1404 H). s 14. 13

Muhammad at-Thahân, Taisîr Musthalâh al-Hadîts. (T. tk: T.tp. 1991). s 125 14

Pengajaran hadits oleh Nabi saw. menggunakan beberapa metode yang bisa

dibagi kedalam tiga macam: Lisan, tulisan dan peragaan praktis. Metode lisan, ialah nabi

sebagai guru bagi para sahabat. Untuk memudahkan hafalan beliau mengulangi hal-hal

yang penting sampai tiga kali. Metode tulisan terlihat Dari beberapa surat Rasul kepada

penguasa, kepala suku dan gubernur muslim dapat dimasukan kedalam kategori ini. Metode

praktis terlihat Dari peragaan praktek Nabi dalam metode ibadah seperti wudu‟, solat, haji

dan lain-lain. Lihat: M.m Azami , Memahami Ilmu Hadîts ( Jakarta: Lentera Basritama,

2003) hlm 33-35 15

Ibnu Shalâh, Muqaddimah Ibn as- Shalâh Fî „Ulûmi al- Hadîts. ( Beirut : Dâr

al-Kutub al-Ilmiyah, 1409 H / 1989 M) s . 7.

Page 18: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

4

Matn atau Naqd al-Dâkhili ( kritik dalam ), yaitu kritik pada elemen dalam

atau materi hadits.17

Sanad merupakan pemberi legitimasi atas keberadaan matan hadits

selaku bagian integral (kesatuan) dari substansi hadits. Sanad berfungsi

sebagai pengawal matan sekaligus sebagai bukti data historis tentang proses

transmisi hadits bagi Mudawwan al- Hadîts. Dalam tradisi penyajian, matan

berbentuk narasi verbal tentang sesuatu yang datang dari atau disandarkan

kepada Rasulullah saw. ( Marfû‟), atau kepada sahabat ( Mauqûf ), atau

tabi‟in (maqthû‟). Struktur kalimat matan hadits cendrung beragam. Lafazh-

lafazh hadits memainkan instrumen periwayatan.18

Penambahan kalimat dari bentuk aslinya dalam satu redaksi yang

bersifat informatif guna memberikan penegasan atau keterangan agar mudah

dipahami adalah suatu hal yang wajar, supaya informasi yang disampaikan

dapat dipahami dengan benar oleh orang yang menerima informasi, selama

penambahan kalimat atau kata tersebut tidak merubah esensi informasi.

Kenyataan ini akan sangat berbeda dan mempunyai konsekuwensi hukum

apabila penambahan tersebut terjadi pada hadits Nabi Saw. Penambahan kata

atau kalimat dalam hadits Nabi Saw. disebut dengan mudrâj. Pada

hakekatnya hadîts mudrâj adalah adanya penyusupan kata atau kalimat pada

hadits yang sebenarnya bukan bagian dari hadits, baik pada matan ataupun

pada sanad, tanpa adanya penjelasan tentang penambahan kalimat atau kata

tersebut.

Penyusupan kata atau kalimat dalam hadits biasanya dinilai negatif,

oleh karena itu hadtis mudrâj19

termasuk kategori hadits Dha‟îf (lemah),

17

Jurnal Ilmu Agama Islam, “Khazanah”, dalam artikel berjudul Al-Naqd Sebagai

Metode Pengembangan Studi Hadîts. Vol 3, no 9, Januari-Juni h. 46. 18

Jurnal Ilmu Agama Islam, “Khazanah”, dalam artikel berjudul Al-Naqd Sebagai

Metode Pengembangan Studi Hadîts. h. 46 19

Secara etimologi Mudrâj memiliki beberapa arti, diantaranya: a). ادرج الشيئ فى الشي

Ini artinya, memasukan sesuatu kepada sesuatu. Kalimat ini juga terambilkan Dari dasar

kata “ Addraja, Yudriju, idrâjan”. Yang berarti memasukkan sesuatu. Lihat : Wazârah al-

Tarbiyah wa al-Ta‟lîm, Mu‟jam al-Washîth, ( Mesir : an-Nasyîr Gairu Mutawatir, 1994) h

224.

Secara etimologi kata mudrâj berasal dari bahasa Arab. Kata-kata ini terambil Dari

, maka isim maf‟ul nya .

Ini artinya, memasukan sesuatu kepada sesuatu. Kalimat ini juga ادرج الشيئ فى الشيئ

terambilkan Dari dasar kata “ Addraja, Yudriju, idrâjan”. Yang berarti memasukkan

sesuatu.

Artinya, secara etimologi kata-kata ini menunjukkan makna memasukan sesuatu

kepada yang lain, ini masih bersifat umum, memungkinkan apa saja yang dimasukan. Lihat

Page 19: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

5

bahkan tingkat kelemahannya ada yang sampai pada tingkatan maudhû‟

(palsu). Penilaian negatif (hadîts dha‟îf)20

pada hadits mudrâj adalah dari sisi

kredibilitas/kejujuran seorang perawi („adalah-nya) atau dari sisi

intejensi/daya ingat (dhabth) bukan pada keterputusan periwayat (sanad)

hadits. Sebenarnya tidak seluruh penyusupan dalam hadits adalah jelek.

Bahkan terkadang penyusupan dapat memudahkan pemahaman, sehingga

pesan dari sumber informasi (Nabi Saw.) tersampaikan. Permasalahannya

adalah karena penyusupan ini dilakukan terhadap informasi/berita yang

disandarkan kepada orang yang mempunyai kedudukan yang sangat tinggi

(Nabi Saw.), dan mempunyai otoritas untuk menjelaskan bahkan membuat

hukum yang tidak terdapat dalam al-Qur‟an. Penyusupan akan

mengakibatkan bercampurnya antara sabda Rasulullah Saw. dengan

: Al-Khatîb al-Baghdâdî, al-Fashl wal washl al-Mudrâj Li an-Naql ( Dâr al-Jauzhi, 1997 )

hal 66

Secara termininolagi ada beberapa pendapat kalangan ulama, diantaranya:

a) Mudrâj adalah, “ Sesuatu yang masuk ( tercampur ) kedalam hadits Rasul

sebagian dari perkataan perawi hadits.” Lihat : Al-Khatîb al-Baghdâdî, al-Fashl wal washl

al-Mudrâj Li an-Naql ( Dâr al-Jauzhî, 1997 ), hal : 86

b) Mudrâj adalah, “ beberapa lafazh sebagian para râwî berhubungan (muttasil)

dengan Rasul, seolah-olah lafazh itu berasalal Dari Rasul, tapi setelah diperiksa ada dalil

yang menunjukan, bahwa itu adalah kata-kata râwî tersebut”. Lihat : Al-Zahabî, Al-

Mauqizhah, ( Beirut, Lebanon, Dâr al-Basyâir al-Islâmiyah, 1405 H ) h 53. Pengertian

hadîts Mudrâj disini lebih kepada Mudraj Matan. Lihat : Al-Khatîb al-Baghdâdî, al-Fashl

wal washl al-Mudrâj Li an-Naql hal 66.

Hal ini sangat terlihat Dari defenisi yang ada, semua menekan kan kepada

tambahana yang hanya ada pada matan saja. Oleh karenanya defenisi ini tidak jâmi‟ mâni‟.

Pemakalah pribadai lebih cenderung dengan defenisi yang di bawah ini

Hadîts Mudrâj secara terminologi ialah: “ Suatu kalimat atau tambahan pada sanad

dan matan, tambahan itu bukan bagian dari pada matan dan sanad tersebut”. Lihat :

Muhammad bin Mathar al-Zuhrî (ed), al-Fashl wal washl al-Mudrâj Li an-Naql, ( Saudi

Arabiyah: Dâr Al-Hijrah, 1997 ) hal. 8. 20

Dha‟if karena kecacatan (tha‟n) yang ada pada diri râwî. Kecacatan ini memiliki

dampak dalam periwatan hadits. Dari sinilah kemudian lahir beberapa hadits dha‟if. Dalam

kesempatan ini penulis hanya mencantumkan beberapa hadits dhaif yang sering terjadi

dalam kitab hadits disebebabkan Cacat pada diri râwî, diantaramya:

1. Hadîts maudhû‟

2. Hadîts matrûk

3. Hadîts munkar

4. Hadîts maqlûb

5. Hadîts mudhtharib

6. Hadîts mudrâj

7. Hadîts musyahhaf

Hadîts mubham. Lihat : Zuhdi Rifa‟i, (ed) Mod Khudlori, Mengenal Ilmu Hadit, (

Indonesia : Penerbit al-Ghuraba, 2009) , cet 1, hlm 221-260

Page 20: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

6

perkataan manusia biasa. Percampuran inilah inti permasalahan dalam sebuah

informasi. Sekalipun hadits Nabi bukanlah sabda suci atau kitab suci, seperti

al-Qur‟an, tidak berarti seseorang dapat dengan mudah melakukan

penambahan atau pengurangan dalam redaksi (matan) ataupun rangkaian

periwayat (sanad) hadits.

Kedudukan hadits yang menempati posisi kedua setelah al-Quran

(Q.S. al-Nisa‟/4: 59) dalam penetapan hukum Islam mengharuskan adanya

seleksi ketat terhadap informasi hadits 21

.

Bias permasalahan bukan hanya terbatas pada hukum penyusupan

dalam hadits, akan tetapi pada permaslahan periwayatan hadits dengan

21

Hadits merupakan sumber rujukan hukum Islam setelah al-Qur‟an, keduanya

tidak bisa dipisahkan . keduanya bagaikan dua sisi mata uang . oleh sebab itu, ketika

menggali al-Qur‟an maka harus dilanjutkakn dengan mengkaji hadits, demikian juga

sebaliknya. Ketika umat Islam mengkaji hadits, pada saat yang sama merujuk kepada al-

Qur‟an. Dalil kehujahan hadits diantaranya adalah:

a. Dalil al-Qur‟an : ali imran (32)

“Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir".

Dalam logika Ushûl Fiqh dikatakan, bahwa maksud dari perintah ( amr )

menunjukan kepada hukum wajib ( al-ashlu Fî -al-Amri Li al-Wujûb). Sehingga secara

tidak langsung ayat ini menunjukkan bahwa umat Islam wajib mengikuti hukum Allah dan

wajib pula mengikuti ajaran yang datang dari Rasulullah saw.. ajaran yang datang dari

Allah ini bisa kita baca dalam al-Qur‟an, sedangkan ajaran yang datang dari Rasulullah

Saw. ini tertuang dalam hadits. Dengan demikian kita wajib mengikuti ajaran yang datang

Dari al-Qur‟an dan Hadits.

b. Hadits Rasullah saw.

Selain al-Quran, hadits juga menerangkan bahwa hadits itu sendiri juga

merukapakan hujjah. Diantaranya adalah sabda Rasul yang berarti “ aku tinggalkan padamu

dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu al-

Qur‟an dan Sunnah ku “

c. Kesepakatan ulama ( Ijmâ‟)

Semua umat Islam sepakat untuk menjadikan hadits sebagai sebuah rujukan hukum

dalam beramal setelah al-Qur‟an. Kesepakatan ini telah terjadi semenjak Rasulullah Saw.

hidup sampai generasi sesudahnya seperti khulafah al-Râsyidîn, Tâbi‟în, Tâbi‟ Tâbi‟în,

Atba‟ Tâbi‟ Tâbi‟în, bahkan mereka bukan hanya meyakini dan mengamalkan isi

kandunganya saja, banyak diantara mereka yang menghafal, membukukan dan menyebar

luaskanya. Lihat : Zuhdi Rifa‟i, (ed) Mod Khudlori, Mengenal Ilmu Hadits, ( Indonesia :

Penerbit al-Ghuraba, 2009) , cet 1, hlm 31-36. lihat juga : Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadits,

( Jakarta: Gaya Media Pratama, 1998) hlm 23.

Page 21: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

7

makna (arti). Seorang periwayat tidak mengetahui atau tidak hafal redaksi

yang diucapkan oleh Rasulullah Saw., akan tetapi periwayat memahami

kandungan dari maksud yang disabdakan Rasulullah saw., kemudian dia

menyampaikan informasi tersebut dengan redaksi yang dirangkainya sendiri,

bukankah ini lebih berbahaya dibandingkan dengan penyusupan kata atau

kalimat, selama tidak ada indikasi dengan sengaja melakukannya untuk

tujuan yang negatif, seperti sengaja membuat kepalsuan untuk kepentingan

pribadi ataupun kelompok?. Akan tetapi tidak ada hadits yang dinilai lemah

(dha‟îf) hanya dikarenakan periwayatan dengan makna, kecuali ada

pertimbangan lain dalam periwayatan tersebut, baik isi hadits atuapun matan

hadits.

Pada kenyataannya terdapat hadits-hadits yang terindikasikan terjadi

penyusupan dalam matan ataupun sanad yang mempunyai status shahih,

akhirnya menimbulkan pertanyaan apakah status hadits tersebut harus direfisi

ataukah ke-hujjah-an (hukum) menggunakan hadis mudrâj yang harus dikaji

ulang?. Pertanyaan selanjutnya mengapa terjadi penyusupan dalam hadits?,

Apa motivasi pelaku penyusupan tersebut dan apa konsekuwensi terhadap

status hadits?. Oleh karena itu diperlukan adanya pemetaan terhadap hadits-

hadits yang terindikasikan terdapat penyusupan kata atau kalimat (mudrâj),

tidak menghukumkan lemah (Dha‟îf) secara general terhadap seluruh hadits -

hadits yang mudrâj.

Inilah latar belakang sekaligus tujuan dalam penulisan tesis ini, yaitu

mengumpulkan hadits - hadits yang terindikasikan terdapat penyusupan kata

atau kalimat, memetakan hukum masing-masing, serta konsekwensi logis

yang ditimbulkan akibat menyusupan tersebut.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Bertolak belakang dari penelitian yang dikembangkan sebelumnya,

maka permasalahan-permasalahn pokok yang di identifikasi adalah sebagai

berikuit:

a. Penggunaan lafal-lafal atau tambahan apa saja dalam sebuah hadits

yang menunjukan bahwa hadits tersebut terimplikasi kedalam hadits

mudrâj.

b. Para râwî yang terinplikasi melakukan iddrâj dalam hadits, serta

pandangan ulama terhadap mereka.

c. Kemana sajakah masuknya mudrâj dalam hadits. Apakah hanya

masuk kedalam matn, atau bahkan juga masuk kedalam sanad hadits.

Lalu bagaimana kaitannya dengan beberapa jalur hadits yang

diriwiyatkan dengan beberapa jalur yang berbeda pada setiap

tingkatan atau ada tambahan râwî bahkan berbeda dengan râwî yang

lain?

Page 22: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

8

d. Dengan penjustifikasian mudrâj, semua tambahan yang terdapat

dalam hadits ( sanad ataupun matn), lalu bagaimana dengan beberapa

hadits yang terdapat dalam berbagai kitab hadits shahih yang

terindikasi adanya mudrâj. e. Bagaimana dengan sikap sebagian para muhadditsin yang memuat

sebagian hadîts mudrâj dalam karangan ( kitab ) mereka? Bahkan itu

merupakan kitab shahih.

f. Mengapa terjadi penyusupan dalam hadits? Apa motivasi pelaku

penyusupan tersebut, dan apa konsekuwensi terhadap status hadits?.

Oleh karena itu diperlukan adanya pemetaan terhadap hadits-hadits

yang terindikasikan terdapat penyusupan kata atau kalimat (mudrâj),

tidak menghukumkan lemah (Dha‟îf) secara general terhadap seluruh

hadits-hadits yang mudrâj.

2. Pembatasan Masalah

Terlalu banyaknya pembahasan tentang masalah hadîts dha‟îf,

membuat peneliti perlu menentukan pembatasan masalah yang ingin untuk

dijawab, peneliti hanya mengkaji sekitar hadîts mudrâj, penyusupan yang

terdapat dalam hadits, baik pada matan maupun sanad yang disebut mudrâj.

Lebih spesisik lagi, peneliti hanya melakukan kajian ulang tentang hadîts

mudrâj yang terdapat dalam kitab shahîh, khusus yang dimuat dalam kitab

al-Fashl wal Washl al-Mudrâj Li an-Naql karangan Imam al-Baghdâdî.

Praktek penyusupan (penambahan) dalam hadits adalah haram,

bahkan pelakunya terindikasi berdusta. Dengan demikian, seluruh hadîts

mudrâj dinilai lemah (Dha‟îf), karena adanya periwayat hadits yang ter-jarh

(dinilai negatif). Pada kenyataannya ada hadits-hadits yang terdapat dalam

kitab Shahih al-Bukhârî atau Shahih Muslim yang dianggap mudrâj. Lalu

bagaimana dengan Imam-imam besar yang terpecaya (tsiqqah) dalam hadits

pernah melakukan mudrâj, seperti Imam Az-Zuhrî ?

Penulis juga ingin menjelaskan keberadaaan mudrâj, serta

inplikasinya dalam hadits. apakah terdapat dalam sanad, atau matn?

Kasus Mudrâj dalam hadits bukan hanya penambahan pada redaksi

(matn) hadits, akan tetapi dapat juga terjadi karena kesalahan periwayat

hadits dalam rangkaian sanad. Karena menurut imam Nawawî termasuk jenis

mudrâj apabila seorang periwayat hadits mempunyai dua hadits yang berbeda

sanad dan matannya, kemudian dia meriwayatkan salah satu hadits tersebut

dengan sanad berbeda (terbalik). 22

22

Ibn Syarf al-Nawâwî, Al-Taqrîb wa al-Taisîr li Ma‟rifah Sunan al-Basyîr, h. 6

Page 23: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

9

3. Perumusan Masalah

Agar peneltian ini sangat terfokus, maka permasalahanya dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana hukumnya ber-hujjah dengan hadîts mudrâj?

2. Mengapa hadîts mudrâj tergolong kepada hadîts dha‟if?. Padahal

ulama besar sekaliber Imam Az-Zuhrî sebagai orang yang sangat

terpecaya (tsiqah) dalam hadits pernah melakukan idrâj?

3. Bagaimana dengan hadits-hadits yang terindikasi adanya penyusupan

dalam matan ataupun sanad yang mempunyai status shahîh, bahkan

juga terdapat dalam kitab shahîh?. Akhirnya menimbulkan

pertanyaan apakah status hadits tersebut harus direfisi ataukah ke-

hujjah-an (hukum) menggunakan hadîts mudrâj yang harus dikaji

ulang?

C. Penelitian Terdahulu Yang Relevan Sebenarnya literatur-literatur yang menyajikan diskursus tentang

hadîts mudrâj belum kami temukan secara spesifik. Lain halnya dengan

hadîts dha‟îf secara general, ada beberapa karya ilmiyah yang membahasnya.

Oleh karna belum adanya karya ilmiyah secara specifik yang membahas

tentang; Penataan Ulang Kategorisasi Hadîts Mudrâj Kedalam Hadîts Dha‟îf,

penulis ingin untuk mengangkatnya sebagai karya ilmiyah pertama. Apalagi

dengan penyajian secara komparatif.

Ada beberapa karangan ulama dan karya ilmiyah yang membahas

hadîts mudrâj secara global, diantaranya adalah:

1) “Al-Fash Li-Alwash al-Mudrâj fi al-Naql Dirasatan Wa

Tahqiqan” karya ilmiyah ini merupakah hasil tulis ulang naskah

dengan melakukan koreksian serta penelitian dengan seksama

(tahkik), karya ilmiyah ini merupakan disertasi untuk mengambil

gelar Doktoral yang di ajukan kepada Universitas Baghdad dalam

konsentrasi ilmu agama Islam spesifik bidang hadits yang

diajukan oleh : Abdu as-Sami‟ Muhammad al-Anîs. Karya

Ilmiyah ini diterbitkan oleh Dar ibn al-Jauziyyah, Lebanaon.

2) “Metode Peningkatan Kualitas Hadîts Dha‟if kajian terhadap

hadîts; Mursal, Mu‟dal, Mudallas dan Mubham” tesis ini ditulis

oleh Syamsu Syauqani untuk persyaratan untuk meraih gelar

master di UIN Syarif Hidayayatullah Jakarta pada tahun 2003.

3) “Hadîts Palsu” karya ilmiyah ini merupakan hasil pemikiran yang

ditulis oleh Abdul Chaliq Muchtar dalam sebuah jurnal Al-Jamiah

No. 52 Th. 1993.

4) “Mafhumu al-Hadîts al-Gharîb fi Sunan ad-Darâquthnî:

Dirasatan Istiqrâriyyatan Nuqdiyyatan” karya ilmiyah ini ditulis

Page 24: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

10

oleh Ammar Jâsim, dalam sebuah jurnal, Al-Jâmi‟ah, vol. 44,

No.2, 2006 M/1427 H. karya ilmiyyah ini ditulis disebuah

universitas yang bernama Al-Moushul yang berada di Iraq.

Karena itu menurut peneliti, hingga sejauh ini belum ada penelitian

yang mencoba meneliti tentang hadîts mudrâj secara inplisit. Oleh sebab itu

penulis merasa perlu mengangkat sebuah karya ilmiyah yang berhubungan

dengan hadîts mudrâj, lebih spesifik lagi tentang “Penataan Ulang

Kategorisasi Hadîts Mudrâj Kedalam Hadîts Dha‟îf”.

D. Tujuan Penelitian

Tujauan yang ingin dicapai oleh peneliti melalui penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a). Untuk mengetahui hadits-hadits yang mengandung idrâj, apakah

tambahan itu terdapat pada matn hadits, atau di sanad hadits

b). Setelah mengetahui penambahan (idrâj) dalam Hadits tersebut,

penulis ingin untuk merekontruksi ulang pososi hadîts mudrâj tersebut dalam

hadîts dha‟îf. Apakah benar hadits itu tergolong dha‟îf atau bahkan dia bukan

hadîts dha‟îf

c). Penulis juga ingin mengkaji lebih dalam, setelah mengetahui

hadîts mudrâj apakah ada pengaruhnya kedalam hukum disebabkan oleh

masuknya tambahan tersebut (idrâj) ini

E. Signifikansi / Manfaat Penelitian

Lazimnya setiap penelitian yang dilakukan memberikan kemanfaatan.

Penelitian ini diharapkan memberikan tambahan informasi tentang kajian-

kajian hadits, lebih spesifik lagi hadîts mudrâj, khususnya pada tambahan-

tambahan yang terdapat dalam hadits. Apakah semua itu termasuk dha‟îf atau

bukan dha‟îf. Setelah mengetahuinnya, penulis ingin untuk merekontruksi

ulang hadîts mudrâj tersebut.

Lebih luas lagi dalam kerangka penelitian ini, diharapkan bisa

memberikan perhatian akademis untuk lebih radik ( mendalam ) lagi dalam

persoalan hadîts mudrâj, khususnya tentang mereposisi hadîts mudrâj –

dalam hal ini – apakah semua tambahan dalam hadits itu merupakan sebab

lemahnya hadits? Karna ada sebagian ulama besar seperti imam Bukhârî juga

melakukan idrâj tambahan dalam haditsnya, baik terlepas dari sanad ataupun

matan hadîts. Atau apakah orang yang melakukan penambahan dalam hadits

tersebut yang menyebabkan lemahnya hadits tersebut, disebabkan ada

beberapa kekurangan dan sebagainya dalam diri râwî (tha‟n).

Page 25: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

11

F. Metodologi Penelitian

1. Sumber Data

Penelitian ini lebih diarahkan kepada studi analisis tentang hadits

yang terindikasi mudrâj (adanya penyuspan) serta mereposisi ulang

hukumnya dalam hadîts dha‟îf Karena itu, kajian ini merupakan kajian

literatur.23

Jika demikian kajiannya maka buku-buku dan kitab-kitab ilmu

hadits, kitab hadits, juga kitab-kitab sejarah yang merupakan bahan kajian

terbanyak, akan dijadikan referensi utama dalam penelitian ini.

Adapun bahan perpustakaan penilitian ini di ambil dan dikumpulkan

dari berbagai sumber atau tulisan ulama yang tidak terbatas pada

mutaqaddimîn, tapi juga muta‟akhirîn dan karya ulama kontemporer jika ada

yang diperlukan. Hal inilah yang dimaksud agar sumber data yang ada dapat

sebanyak mungkin. Dengan tujuan untuk dijadikan bahan komparatif dimana

dua sumber ( sumber primer ) akan dibandingkan dengan tanpa melupakan

sumber yang lain ( sumber skunder ). Hal ini dimaksudkan untuk menguji ke

absahan suatu fakta melalui berbagai tulisan atau pendapat yang dipaparkan

secara tertulis oleh para ahli, maka secara teori pemahaman akan di ambil

berdasarkan identifikasi pengarang.

Untuk mendapatkan tingkat pemahaman dari berbagai informasi yang

ada, maka langkah-langkah penetrasi perlu dilakukan lebih cepat dan terpadu

secara sistematis., yaitu dengan cara mengelompokan beberapa informasi

kedalam kelompok data, berdasarkan kesamaan atau adanya kemiripan yang

kemudian dibandingkan antara satu dengan yang lainnya. Sehingga, pada

akhirnya seluruh bahan ( data kepustakaan ) yang digunakan bisa dijadikan

sebagai pegangan dalam tulisan ini, yang terseleksi sebelumnya, agar

memudahkan penggunaanya sebagai bahan rujukan. Juga menggunakan

metode deskriptif,24

sehingga faktor sejarah yang diuraikan tidak saja dalam

bentuk deskriptif, tapi juga naratif.

Hal ini bertujuan, agar kita dapat memetakan hadîts mudrâj,

mereposisi ulang hukumnya, sehingga kita tidak men-generalkan hadîts

mudrâj semuanya hadîts dha‟îf. Dengan demikian kita bisa menfilter semua

hadits yang terindikasi mudrâj, dan memetakannya ke ranah hadîts shahîh,

23

Kajian Literatur disebut juga kajian teori, studi literatur atau studi pustaka, atau

juga stusi kepustakaan. Kajian ini menggunakan landasan-landasan berpikir yang

mendukung penyelesaian masalah dari penelitian yang bersangkutan. Lihat, M Subana &

Sudrajat, Dasar-Dasar Ilmu Peneltian Ilmiyah ( Bandung : Pustaka Setia, 2001), h 77. Lihat

juga Dudung Abdurrahmân, Metode Penelitian Sejarah, cet 11. ( Jakarta : Logos, 1999 ), h

67 24

Penelitian deskriptif yang dimaksud adalah untuk mengangkat fakta, keadaan,

variable dan berbagai fenomena yang terjadi ketika penelitian / praktek-praktek berlangsung

dan menyajikan apa adanya. . Lihat, M Subana & Sudrajat, Dasar-Dasar Ilmu Peneltian

Ilmiyah, h. 26 ; Lihat juga Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian. Cet. 13 ( Jakarta :

PT. Raja GraFî ndi Persada, 2002), h 19.

Page 26: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

12

hasan, dha‟îf, ataupun mungkar. Ini bertujuan agar hukum yang berasal dari

hadits ini bisa dijadikan hujjah dalam ilmu fiqh dan ilmu lainnya.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memfokuskan pembahasan atau kajian, maka penelitian ini

terlihat dari enam bab dalam sistematika penulisannya sebagai berikut :

Bab Pertama : Pendahualan yang meliputi latar belakang masalah,

permasalahan yang mencakup identifikasi masalah, pembatasan masalah dan

perumusan masalah, penelitian terdahulu yang relevan, tujuan penelitian,

signifikansi / manfaat penelitiaan , metodologi penelitian dan sistematika

penulisan.

Bab Kedua : pembahasan sekilas tentang hadîts dha‟îf, yang

mencakup dua bagian besar. Bagian Pertama, berisi tentang hadîts dha‟îf,

yang meliputi pengertian hadîts dha‟if, sejarah terjadinya hadîts dha‟îf, kitab-

kitab yang membahas tentang hadîts dha‟îf. Bagian Kedua, berisi tentang

macam-macam hadîts dhoif dan karya-karya ulama tentang macam hadîts

dha‟îf.

Bab Ketiga : Pembahasan tinjauan tentang hadîts mudrâj yang

mencakup lima bagian besar. Bagian Pertama, berisi tentang pengertian

hadîts mudrâj yang meliputi defenisi secara bahasa ( al-lughat ) dan defenisi

secara istilah ( ishthilâhi). Bagian Kedua, berisi tentang sejarah dan

perkembangan hadîts mudrâj. Bagian Ketiga, berisi tentang metode dalam

menyelesaikan mudrâj yang terdapat dalam hadits. Bagian Keempat, berisi

tentang tokoh-tokoh yang sering melakukan mudrâj dalam hadits dan karya-

karya ulama tentang hadîts mudrâj mengingat kajiannya dihasilkan dari

tinjauan literature atau bahan-bahan yang bersifat kepustakaan, maka dalam

penelitian ini akan menggunakan paradigma kualitatif25

atau pendekatan

kualitatif. Hal ini agar, tujuan yang akan dicapai terhadap penelitian yang

dimaksud –oleh peneliti– dapat mengikuti pertanyaan penelitian ( research

question ) dan dapat dicapai pada penciptaan gambaran yang holistic (

menyeluruh ), lengkap yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan

pandangan informan secara terperinci dan disusun dalam sebuah latar

alamiyah.26

25

Paradigma Kualitatif pada umumnya adalah sebuah proses investigasi dimana

peneliti secara bertahap berusaha memahami fenomena social dengan membedakan,

membandingkan, meniru, mengkatalogkan, dan mengelompokan obyek studi. Lihat John W

Creswell, Reserch Design Qualitative & Quantitative (ter). Cet 11. ( Jakarta : KIK Pres,

2003), h 1. 26

Lihat John W Creswell, Reserch Design Qualitative & Quantitative, h 1-7

Page 27: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

13

Bab Keempat

Pembahasan tentang implikasi keberadaan hadîts mudrâj meliputi

beberapa pembagian. Bagian Pertama, cara mengetahui hadîts mudrâj.

Bagian Kedua, pembagian hadîts mudrâj, berisi tentang mudrâj yang terpada

pada sanad hadits. Berisi juga tentang mudrâj yang terdapat pada matn

hadits. Bagian Ketiga, berisi tentang status hadîts mudrâj, apakah shahih,

hasan, dhoif. Bagian Keempat, diantara hadîts mudrâj yang terdapat dalam

kitab shahih. Bagian Kelima diantara hadîts mudrâj yang tidak shahih.

Bab Kelima : Pembahasan tentang penutup yang merupakan bab

terakhir dan berisi tentang kesimpulan dan saran-saran jika diperlukan yang

kemudian diiringi daftar pustaka.

Page 28: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

171

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Boleh hukumnya ber-hujjah dengan hadîts mudrâj dengan syarat,

illat yang terdapat didalamnya tidak keji. Maka status hadits ketika itu

shahîh atau hasan. Ketika hadîts mudrâj tersebat didalamnya terdapat

illat yang keji maka haditsnya akan di hukum dha‟îf atau maudhû‟,

ketika statusnya sampai kepada maudhu‟ secara pasti tidak boleh

beramal dengan hadits ini. Dasar historis pada masa awal perumusan

ilmu hadits, kita milihat Imam an-Naisâbûrî menjadikan hadîts

mudrâj bagian tersendiri dalam ilmu hadits, lalu beliau berkata dalam

kitabnya, Ma‟rifah „Ulûm al-Hadîts “Bagian yang ketiga belas dari

ilmu hadits adalah mengetahuih al-mudrâj (tambahan) pada hadits

Rasulullah Saw. dari pada pernyataan sahabat dan memisahkan kata

orang lain dari sabda Rasul.” Kemudian kita jumpai juga Khatîb al-

Bagdâdî mengarang sebuah kitab luar biasa, berhubungan dengan

hadîts mudrâj yang merupakan salah satu bagian dari ilmu hadîts.

Ibnu al-Shalâh juga mengarang setelahnya sebuah kitab fenomenal,

beliau juga menjadikan mudrâj ilmu tersendiri dalam ilmu hadits

sambil berkata, “Macam yang kedua puluh dari ilmu hadits adalah

mengetahui mudrâj dalam hadits”

Imam al-Husain bin „Abdillâh at-Thîbî (W 743) menulis

sebuah kitab berjudul, “al-Khulâshah Fî Usûl al-Hadîts”, kitab ini

berbicara tentang hadîts mudrâj lalu menjadikannya bagian hadits

yang berkolaborasi antara hadits shahîh, hasan dan dha‟îf. Beliau

mengatakan, “ Dari sini kita melihat keragaman terhadap ibarat yang

memiliki makna bermacam-macam, diantaranya mudrâj yang

keberadaaanya bisa terdapat dalam hadits shahîh, hasan dan dha‟îf,

dan diantaranya hadîts mudrâj yang khusus dalam hadîts dha‟îf.

Jumlah hadits yang berserikat dalam hadîts sahih, hasan dan dhaif

adalah delapan belas macam, satu macam diantaranya adalah hadîts

mudrâj.

2. Hadîts mudrâj dihukum dha‟if bagi sebagian kalangan ulama karena

terdapat tambahan dari redaksi hadits aslinya. Mereka berargumen,

tambahan itu mencerminkan ketidak amanahan dalam transformasi

hadits. Terjadi perbedaan pendapat dikalangan para ulama hadits

dalam menetapkan kan status idrâj atau tidaknya sebuah hadits.

Faktor pendorangnya adalah masalah ijtihâdiyyah, kecendrungan

berpendapat mempengaruhi statusnya. Jika idrâj masuk kedalam

hadits, maka hukum hadits adalah dha‟îf baginya, lain hal jika tidak

tetapnyanya idrâj dalam sebuah hadits, maka posisi hadits ketika itu

Page 29: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

172

adalah muttasil, ada kalanya shahîh ataupun hasan. Dapat

disimpulkan, ketika idrâj itu muncul dari arah yakin, maka dia adalah

dha‟îf secara sepakat (aklamasi), ketika tetap secara yakin, maka

hadits itu adalah muttasil, statusnya adakalanya shahîh atau hasan.

Ketika kuat sangkaan bahwa hadits itu terindikasi mudrâj, maka

ketetapannya dengan cara sangkaan membawa kepada perbedaan

pendapat, sehingga kita tidak bisa memastikaan keberadaan hadits

terebut adalah dha‟îf, statusnya selalu tetap diantara shahîh, hasan

dan dha‟îf. Perlu diingat, bahwa hadîts mudrâj, pasti terindikasi

adanya idrâj (penambahan) disana.

Banyak diantara ulama besar yang kredibel dan dipercaya

dalam masalah hadits melakukan idrâj, seperti imam az-Zuhri, namun

hal demikian tidak menjadikan status hadits tersebut lemah dan

bermasalah, karena semua idrâj dilakukan imam Zuhri dalam kitab

shahih, dengan alasan logis dan dapat diterima. Beliau melakukannya

bertuajuan untuk memberikan penafsiran terhadap makna hadits ,

sehingga menghasilkan pengetahuan bagi generasi setalahnya.

Kadang juga menjelaskan hukum syar‟i dan menjelaskan maksud

hadits yang dianggap rumit.

Hadits mudrâj masuk kategori dha‟if ketika di dalamnya terdapat illat

yang keji. Keberadaan sebua Illat dapat merusak tatanan hadits, baik

deri segi matan ataupun sanad. Termasuk kategori dha‟if juga, ketika

ada kasus pemudrajan, tidak ada upaya penjelasan atau pemisahan

kalimat tersebut dari hadits Rasululullah Saw., sehingga

mengakibatkan hadits terkontaminasi dengan kalimat mudrjat

tersebut.

3. Penulis sangat setuju ketika ada sebuah hadîts mudrâj, tidak langsung

dijustifikasi kedalam hadîts dha‟îf , namun diteliti lebih dalam, siapa

pelaku pe-mudraj-an dalam hadits tersebut, apa motif dibalik itu

semua. Dalam hal ini lebih kepada kajian Rijal al-Hadits, seandainya

rijal al-hadits merupakan orang terpercaya, jujur, tingkat

intekgritasnya tinggi, maka idrâj yang terjadi disini tergolong hadîts

shahîh, sebaliknya pelaku idraj adalah para râwî bermasalah, sering

pelupa, atau tingkat integritas dan kejujurannya kurang maka hadits

ini tergolong kepada hadîts dha‟îf . Karena kajian tentang rijal al-

hadits lebih kepada ke adalah-anya (kepercayaan), seandainya

seorang perawi bermasalah dengan ke adalah-nya, tentu semua hadits

yang diriwayatkannya juga bermasalah, karena terdapat cacat dalam

diri perawi tersebut. Tetapi seandainya seorang rawi merupakan orang

Page 30: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

173

jujur, dipercaya dan integritasnya tinggi, tentu idraj ketika itu

tergolong kedalam hadîts shahîh.

Banyak diantara perawi hadits dalam kitab shahih –khususnya

al-Bukhârî dan Muslim- tingkat ke-tsiqah-an mereka sangat luar biasa

tingginya, mereka sangat dikenal keadilannya, sangat kuat

hafalannya, serta sangat banyak meriwayatkan hadits, melakukan

idrâj (tambahan) dalam hadits. Tentu idrâj yang dilakukan dengan

tujuan tertentu, sesuai dengan kaedah yang berlaku, untuk

menjelaskan hokum syaria‟at, menjelaskan makna hadits atau sebagai

penjelas dan sebagainya. Mereka juga menjelaskan dan memisahkan

tambahan tersebut adalah mudrâj dalam hadits Rasulullah Saw.

Dalam hal ini penulis memberikan solusi dan penawaran,

bahwa kategorisasi hadîts mudrâj tidak hanya bagian dari hadîts

dha‟îf saja, namun hadîts mudrâj juga bisa musytarak ( tergabung )

kedalam hadîts dha‟îf dan hadîts shahîh. Penulis sangat setuju dengan

pendapat sebagian ulama, khusus dalam term ini, bisa

dikategorisasikan kedalam hadîts dha‟îf dan hadîts shahîh. Penulis

mendukung sebagian ulama seperti Mahmûd at-Thahân, al-Qâsimîy

dan ulama lain yang berpendapat, bahwa hadits mudraj terdapat pada

hadîts dha‟îf dan hadîts shahîh.

Oleh karena alasan ini, penulis sangat yakin dalam kajian

thesis ini, memberikan warna dan penawan baru tentang posisi hadits

mudraj. Penulis ingin memberikan pandangan lain, yaitu adanya

upaya dalam mereposisi ulang kategorisasi hadîts mudrâj dalam

hadits dha‟îf. Setelah semua terpetakan tentu ada standar yang jelas

ketika berhujjah dengan hadîts mudrâj.

1. Saran

a. Perlu disadari, bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari harapan

untuk bisa memberikan kontribusi langsung dan maksimal

terhadap ilmu hadits . Di samping itu, masih banyak celah yang

dapat dilakukan oleh peneliti selanjutnya mengingat penelitian ini

hanya dibatasi dengan kajian reposisi hadits Mudraj saja,

sedangkan macam-macam hadîts dha‟îf lainnya belum tersentuh

dalam penelitian ini. Tema-tema perumpamaan yang diangkat

dalam penelitian ini juga bisa jadi penelitian tersendiri yang

menarik manakala dibandingkan dengan disiplin ilmu hadits

lainnya. Oleh sebab itu, kajian-kajian berikutnya diharapkan dapat

menambah kekurangan-kekurangan ini.

b. Penulis juga berharap kepada setiap civitas akademi, lebih

spesifik lagi dalam bidang hadits, agar melanjutkan karya-karya

ilmiyah serta penemuah baru, tentang reposisi ulang hadits dhaif

Page 31: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

174

lainnya, tidak tertutup kemungkinan, hal yang sama seperti hadits

mudraj, juga terdapat dalam hadits dhaif lainnya, semisal hadits

mursal, maqlub dan macam hadits dhaif lainnya

c. Kedapannya agar pihak kampus menyediakan jurusan akademik

yang spesifik dalam bidang hadits dan ilmuanya, tidak lagi

tergabung dalam jurusan Qur‟an dan Hadits, agar lebih fokus dan

spesifik serta menciptakan pakar yang ahli dibidang keilmuan

masing-masing.

Page 32: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

175

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah, cet 11. Jakarta : Logos,

1999.

Ahmad bin „Abd al-Hâlim / ibn taimiyah, Manhaj Al-Sunnah al-Nabawiyah,

tahqiq Muhammad Rasyasyi Sâlim . Juz 1v. Cet. 1T. tp : T tk, 1406

H/ 1986 M.

Al-„Adhîm,„Muhammad Syams al-Haq, Aun al-Ma‟bûd Syarh Sunan Abî

Dâwud, Beirut: Dâr al-kutub al-Ilmiyah, 1415 H

Al-„Ala‟î, Shalâhuddîn Abi Sa‟ad Khalîl bin Kîkaldî. Jami‟ at-Tashîl Fî

Ahkâm al-Marâsil,. Beirut: Maktabbah an-Nahdhah al-„Arabiyah,

1986.

Al-„Asqalânî, Ahmad bin „Ali bin Hajar. Nuzhah an-Nazhar Syarh Nukhbah

al-Fikr Fî Musthalah Ahl al-Atsar. Damaskus: Matba‟ah as-

Shahâbah, 2000.

----------------------, Syarh Nughbah al-Fikr Fî Musthalah Ahl-Atsar,

----------------------, An-Nukat „Ala Kitab Ibn Shalâh. Madînah: al-Majlis al-

„Ilmi, tt

-----------------------, An-Nukat „Ala Kitâb Ibn Shalâh. Madinah: Jami‟u al

Huquq Qal Wal Mahfuzha, 1984.

----------------------, Ta‟rîf ahl at-Taqdis bi Marâtib al-Maushufîna bi at-

Tadlîs. Beirut: Dâr el-Kutub al-„Ilmiah, 1984.

----------------------, Taqrîb at-Tahzîb. Beirut: Dâr el-Fikr, tth.

Al-‟Ala, Muhammad ‟Abd al-Rahmân ibn ‟Abd al-Rahîm al-Mubarakfûrî

Abû Tuhfah al-Ahwadzi bi Syarh Jâmi‟ al-Tirmidzi, Bairut: Dâr al-

Kutub al-‟Ilmiyah

Al-Baghdâdî, Al-Khatîb, al-Fashl wal washl al-Mudrâj lin naql. Dar al-

Jauzhi, 1997.

----------------------, al-Kifâyah Fî i „Ilmi ar-Riwâyah. Madînah: al-Maktabah

al-Ilmiyah. dalam CD ROM Maktabah al-Syamilah

-----------------------, al-Jâmi‟ Li al-Akhlâq ar-Râwîi wa Adâb as-Sâmî‟.

Beirut: Muassasah al-Risâlah, 1981.

-----------------------, (ed) Dr, Nuruddîn „Itr. ar-Rihlah Fî Thalâb al-Hadîts.

Beirut: Dâr el-Kutub al-„Ilmiyah, tth.

-----------------------, al-Fashl wa al-Washl al-Mudrâj li an-Naql. Dâr al-

Jauzhi, 1997.

Page 33: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

176

Al-Baghdâdî Abu Bakar Mu‟iddîn Muhammad bin Abdu al-Ghanîy bin Abi

Bakar bin Syujâ‟, Ibnu Nuqthah al-Hanbali (W 269 H), Ikmâlu al-

Ikmâl

Al-Bastî, Muhammad bin Hibbân. at-Tsiqât. Beirut: Dâr al-Fikr, 1981.

Al-Bânî, Sifat Salat an-Nabîy. Baghdad, Maktabah Marwah, 1990. cet ke-

15

Al-Bushîrî, Ahmad ibn Abi Bakr ibn Ismâ‟îl Ittihâf al-Khairah al-Mahrah bi

Zawâid al-Masânid al-„Asyarah

Ad-Dzahabî, Syamsyuddîn Muhammad bin Ahmad bin Utsmân (ed) Umar

Abdu as-Salâm Tadmirîy, Târekh al-Islâm wa Wafayât al-Masyâhîr

wa al-„Alam. Beirut: Dâr el-Kutub al-„Arabiy , 1987M/1407H.

---------------------- Dual al-Islâm. Beirut: Dâr el-Kutub al-„Ilmiyah, 1987 M/

1408 h.

Ad-Dimsyîqî, Abî Fidâ‟ Ismâ‟îl bin Katsîr al-Quraisîy, (ed) Mâhir Yâsin al-

Fahl. Ikhtishâr „Ulûmu al-Hadîts. Saudi : Dâr el- Maiman Li an-

Nasr wa at-Tauzi‟, 1431 H.

Al-Haj, Dr „Abdu al-Karîm Muhammad Suâlât al-Khatîb al-Baghdâdî Li al-

Imam al-Azhari Fî Kiitâbi Târekh Baghdad ; dirasatan Nuqdiyatan

jurnal.... hlm 10

Al-Hanbali, Abi Bakar Muhammad Ibn „Abdi al-Ghâni al-Baghdâdî Ibnu

Nuqthah (ed) Kamâl Yûsuf al-Hut, At-Taqyîd Li Ma‟rifati Ruwâh as-

Sunan wa al-Masânid. Beirut: Dâr el-Kutub al-„Ilmiyah, 1408

H./1987M. cet ke-1.

Al-Irâqi, Zainuddîn „Abdirrahîm bin al-Husein. at-Taqyîd wa al-„Idhah

Syarh Muqaddimah Ibn as-Shalâh. Beirut: Dâr el Kutub, ttp.

----------------------, Fath al- Mughîs Bi Syarh Al-Fî yyah al-Hadîts. Cairo:

1355H/1937.

Al-Jâdî‟, Abdullâh Ibn Yûsuf. Tahrir Ulûmil Hadîts. Beirut: muassatur

Riyan, 2003.

-----------------------,Tahrir Ulûmil Hadîts, Jilid 2, ( Beirut: Muassatur Riyan,

2003), hlm 1034

Al-Jâwisîy, Sa‟ad Sa‟ad. as-Sunnah al-Musyarrafah wa „Ulûm al-Hadîts.

Cairo: Dâr at-Thabâ‟ah al-Muhammadiyah, 1994.

Al-Jawziyyah, Syamsuddîn Ibn Abdi al-Rahmân al-Syakhâwî Ibn al-Qayyîm

(ed) Muhammad Mahyiddîn Abdu al-Hamîd. I‟lâm al-Muwaqqi‟în

„An Rab al-„Alamin. Mesir: Mathba‟ah as-Sa‟âdah, 1373H/1955H.

Page 34: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

177

Al-Jawabî, Thahir. Juhûd al-Muhadditsîn Fî Naqdi Matn al-Hadîts an-

Nabawy asy-Syarîf. Beirut: Dâr el-Fikr, tth.

Al-Jurjânî, Syârif. Mukhtasar Fî „Ulûm al-Hadîts (Mauqî‟ul Waraq). dalam

al-Maktabah as-Syamilah,

Al-Khatîb, Muhammad „Ajâj Usûlu al-Hadîts „Ulûmuhu wa Musthalâhuhu.

Dâr al-Fikr, 1989.

------------------------, „Ushûlu al-Hadîts. Pokok-Pokok Ilmu Hadîts. Jakarta:

Gaya Media Pratama, 1998.

------------------------, al-sunnah qabl ad-Tadwîn, Beirut: Dar al-Fikr, 1971 M.

Al-Manawî. Abd ar-Ra‟ûf Al-Yawâqit wa al-Durar Fî Syarh Nukhbah Ibn

Hajar. Riyadh: Maktabah al-Rusyd, 1999

Al-Muqrîzî, Taqiyuddîn Ahmad bin Ali (W 845 H). (ed) Muhammad

Musthafâ Ziyâdah. as-Sulûk Li Ma‟rifati Daulah al-Mulûk. Cairo:

Lajnah at- Ta‟lîf wa at-Tarjumah, 1957.

Al-Mizî, Jamâluddîn Abu al-Hajjaj Yûsuf. Tahdzîb al-Kamâl Fî Asmâ‟i ar-

Rijâl. Beirut: Muassasah al-Risâlah, 1992.

An-Nawâwî, Muhyiddîn bin Syaraf (ed) Muhammad „Ustmân al-Khasyat. Al-

Taqrîb wa at-Taisîr Li Ma‟rifâti Sunani al-Basyîr an-Nadîr Fî i Usûl

al-Hadîts. Beirut: Dâr al-Kitab al- „Arabi, 1985.

----------------------, Imam. al-Majmu‟. Cairo: Tab‟ah al-Qahirah, tth.

-----------------------, At-Taqrîb Wat at-Taisîr Li Ma‟rifa as-Sunan al- Basyîr

an-Nadzîr Fî Ushûl al-Hadîts. dalam maktabah as-Syamilah.

-----------------------, (ed) Syarif Hade Mansyah. Dasar-Dasar Ilmu Hadîts.

Jakarta: Pustaka Fîrdaus, 2009.

----------------------, Irsyâdhu at-Thullâb al-Haqâ‟iq ila

Al-Qasimi. Qawaid al-Tahdîts Min Funûn Musthalah al-Hadîts. Beirut: Dâr

al-Nafâ‟is, 1993.

Al-Qha-thân, Mannâ‟ Khalîl. Mabâhaîs Fî „Ulûmi al-Hadîts. Cairo:

Maktabah Wahbah, 1992.

Al-Qazwînîy, Abu „Abdillâh Muhammad bin Yazîd. Sunan Ibnu Mâjah.

Beirut: Dâr el-Kutub al-„Ilmiyah, 2002.

As-Sayûthî, Jalâluddîn, tahqîq Abdul Wahâb Abdul Lathif. Tadrîbur Râwî.

Mesir: Maktabah al-Qâhirah, 1379 H/1959M.

-----------------------, Tadrîbu ar-Râwî Fî Syarh at-Taqrîb an-Nawâwî. dalam

maktabah as-Syamilah.

Page 35: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

178

-----------------------, Tadrîbu ar- Râwî. Riyâd: al-Maktabah ar-Rayyân al-

Hadîtsah. Dalam CD ROM al-Maktabah as-Syamilah

As-Syâfi‟î, Muhammad bin Idrîs (ed) Ahmad Muhammad Syâkir, Al-

Risâlah. Mesir:al-Baby al-Halabîy, 1358H/1940M.

As-Shan‟ânî, Muhammad bin Ismâ‟îl. Taudhîh al-Afkâr Li Ma‟ânî Tanqîh al-

Azhar. Beirut: Dâr el-Fikr, tth.

As-Syakhâwî, Muhammad bin Abdi ar-Rahmân Fathu al- Mughîs Bi Syarh

Alfiyah al-Hadîts Li al-„Irâqî. Beirut: Dâr el-Kutub al-„Ilmiyah,

1989.

As-Shâlih, Subhî. „Ulûm al-Hadîts wa Musthalâhuhu; A‟râd wa ad-Dirâsah.

Beirut: Dâr al-„Ilmi Li al-Malâyin, 1977.

At-Tirmîdzî , Abû Isa Muhammad bin Isa Surah. Sunan at-Tirmîdzî. Beirut:

Dâr el-Fikr, 2001

Ali, Maulana Muhammad, The Religionof Islam. U.A.R : National

Publication and Printing House, t. th.

An- Naisâbûrî, Abu Husein Muslim bin Hajjâj bin Muslim al-Qusyairî,

Shahîh Muslim, tahqiq Muhammad Fuad „Abd al-Bâqî. Juz 1. Beirut

: Dar Ihya al- Turats al-Arabî, 1404 H.

An-Naisâbûrî, Abdillâh Muhammad bin „Abdillâh Al-Hâkim. Ma‟rifah

„Ulûm al-Hadîts. Madinah: Maktabah al-„Ilmiyah 1977.

Al-Shiba‟i, Musthafa, Al-sunnah Wamakanatuha fi al-Tasyrî‟ al-Islami.

Beirut; al-Maktab al-Islami, 1985 M.

As-Sayûthî Abd ar-Rahmân bin Kamâl Jalâluddîn (W 911 H.). ( ed ) Dr,

Fîlib Hiti. Nazmu al-„Aqyan Fî A‟yâni al-A‟yan. Beirut: al-Maktabah

al-„Ilmiyah, 1927.

------------------------, Syarh al- Sayûthî li Sunan al-Nasâ‟î, Halb: Maktabah

al-Mathbu‟at al-Islamiyah: 1986

Al-Shan‟âni, Muhammad ibn Ismâ‟îl (w.1182 H.), Subul al-Salâm, Bab al-

Masâjid, Maktabah Musthafâ al-Babi,1960

-----------------------, Tadrîbu ar-Râwî. Beirut: Dar al-Ma‟rifah, 1973), cet ke-

2, juz 2,

Al- Walawî, Muhammad bin Ali bin Adam bin Musa al-Atsyubî Syarh Sunan

an-Nasai‟ ; Dzakiratu al-„Uqba Fi Syar al-Mujtaba, ( Dar- el-Mi‟raj

ad-Dauliyah Linnasyar, 1996) bab Kaifa al-Masah Ala al-Amamah,

juz 3, h 11

Page 36: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

179

As-Sijistânî Al-Hafidz Abi Dâud Sulaimân bin al-Asy‟ats al-Azdî (w 275 H),

(tahqiq) Syu‟aib al-Arnaut dan Muhammad Kâmil Qar‟u Balilî,

As-Shiddîeqî, Hasbî. Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadîts. Jakarta:Bulan

Bintang, 1981.

--------------------------, Sejarah Perkembangan Hadîts, Jakarta: PT Bulan

Bintang, 1998, cet 1.

As-Shafdî, Shalâhuddîn Khalîl Aibak (ed) Ahmad al-Arnauth, Al-Wâfî Bi al-

Wâfiyât. Lebanon: Dâr as-Tsaqafah, tth.

As-Syâfî ‟i, Syamsuddîn Abî al-Khair Muhammad bin Abdi ar-Rahmân al-

Syakhâwî. Fathu al- Mughîs. Riyadh : Dâr el-Minhaj, 1426H .

As-Sayûthî, Jalâluddîn abdu al-Rahmân bin Abî Bakr. Tadrîbu ar-Râwî.

Beirut : Dâr el-Kutub al-„Alamiyah, 1998.

As-Sam‟ânî, Abi Sa‟îd „Abdu al-Karîm bin Muhammad bin Manshûr at-

Tamîmî (W 562 H). (ed) Abdullah Umar al-Bârûdî. Al-Ansâb. Beirut:

Dâr el –Fikr, 1998. cet ke-1

As-Syakhâwî, Syamsuddîn Muhammad bin Abdu ar-Rahmân, (W 902 H),

Ad-Dhu‟u al-Lâmi‟ Fî A‟yân Al-Qurûn at-Tâsi‟. Beirut: Dâr

Maktabah al-Hayah, tth.

As-Syâfî ‟i, Syamsuddîn Abi al-Khair Muhammad bin Abdi ar-Rahmân as-

Syakhâwî (tahqiq) Ali Husein, Fathu al- Mughîs. India: Matba‟ah al-

SalaFî yah, 1407 H. cet ke-1

As-Syâfî‟i, Badru ad-Dîn Abi Abdillâh Muhammad bin Jamâluddîn

„Abdallâh bin Bahadir az-Zarkasyî. Nuqat „Ala Muqaddimah Ibnu

Shalâh. Riyadh : Adwau al-Salaf, 1998.

At-Thahân, DR. Mahmûd, Al-Hafîdz al- Khatîb al-Baghdâdî wa Atsaruhu

Fî „Ulûm al-Hadîts. Beirut: Dâr al-Qur‟an al-Karim, 1401 H. Cet ke-

1.

----------------------, Taisir Musthalah al-Hadîts. T. tk: T.tp. 1991.

Az-Zahabî, Imam. (ed) beberapa orang professor, Siyar A‟lâm an-Nubalâ‟.

Beirut: Muassasah al-Risâlah, 1406 H. cet ke-4

----------------------, Al-Mauqizhah, Beirut, Lebanon, dar al-Basyair al-

Islamiyah, 1405

----------------------, Tazkirah al-Huffâdz. Beirut: Dâr Ihya‟ at-Turâts al-

„Arabiy, tth.

Page 37: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

180

----------------------, (ed) beberapa orang professor, Siyar „A‟lâm an-Nubalâ‟.

Beirut: Muassasah ar-Risâlah, 1406 H.

----------------------, Al-Mauqizhah. Beirut, Lebanon: Dâr al-Basyâir al-

Islamiyah, 1405.

Az-Zuhrî, Muhammad bin mathar (ed), al-Fashl wa al-Washl al-Mudrâj li

an-Naql. Saudi Arabiyah: Dâr Al-Hijrah, 1997.

Al-Ta‟lim, Wazarah al-Tarbiyah wa, Mu‟jam al-Washîth, Mesir : an-Nasyir

Gairu Mutawatir, 1994..

A zami, M.m , Memahami Ilmu Hadîts. Jakarta: Lentera Basritama, 2003.

Al- Syakhâwî, Fath al –Mughîs,

Al-Qath-than, Manna‟ Khalîl. Mabâhis Fî Ulûmi al-Hadîts. Cairo: Maktabah

Wahbah, 1992.

Badran, Badran Abu al A‟inain, Al-Hadîts al-Nabawî as-Syarîf, Târikhuh wa

Musthalâhuh, Iskandariyyat : Muassasât Syahab al- Jam‟iât, 1983.

Bazmûl, Ahmad bin „Umar bin Sâlim. al-Muqtarîb Fî Bayânî al Mudltharîb.

ttp, tth.

Bustamin, Dasar-Dasar Ilmu Hadîts. Jakarta: Ushûl Pres Fakultas

Ushûluddîn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

Darwis, Dr Adil Muhammad Muhammad. Zâd ad-Du‟âd. Cairo: Al-Markaz

Al-„Âlamî Li Al-Komputer, 1997.

----------------------, Nazharât Fî as-Sunnah wa „Ulûm al-Hadîts. Jakarta:

tpn, 1998.

Fî Thalab al-Hadîts. Beirut : Dâr el-Kutub al-„Alamiyah, 1975.

Hasyîm, „Umar, Qawâ‟id Ushûl al-Hadîts. Beirut : Dar al-Fikr, t th.

Hasan Ibrâhîm Hasan. Târikh al-Islâmî as-Siyâsî. Cairo: Maktabah an-

Nahdhah al-Masyriyah, 1964. cet ke-7 .

Ibnu Hajar, Syihâbuddîn Ahmad bin Ali (W 852 H). ad- Dararu al-Kâminah

Fî A‟yâni al-Mi‟ah ats-Tsâminah. Hai Dâr Abad ad-Dukan : Majlis

Dâirah al-Ma‟ârif al-Utsmâniyyah , 1976M/1369 H. cet ke 2.

----------------------, (ed) Ali Muhammad al-Bajawî, Tabshîru al-Muntabih bi

Tahrîr al-Mustabih. Cairo: ad- Dâr al-Mashriyyah Li at-Ta‟lîf wa at-

Tarjumah, 1967.

----------------------, (ed) Hasan Habsyi. Anbau al-Ghamar Bi Abnâ‟i al-„Umr

Fî at-Târikh. Cairo: al-Majlis al-„Ala Li Syu‟ûni al-Islâmiyah, 1969.

Page 38: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

181

Ibn Muhammad, Abu al-Hasan „Ubaidillah (w. 14141 H.), Murâ‟ah al-

Mafâtih Syarh Misykah al-Mashâbih. Bunaeres: Dâr al-Buhuts al-

„Ilmiyah, 1984.

Ibnu al-Arâbî, Abu Bakr Muhammad bin Abdullâh Ahkâmu al-Qur‟an, juz 1.

Beirut: Dâr el-Fikr, tth.

Ibn al-Jauzî, Al-Muntazhîm Fî Târekh al-Mamlûk wa al-Umâm. Baghdad: ad-

Dâr al-Wathâniyah, 1990.

Ibn Mâkûlâ, Abu Nashar Ali bin Hibbatullâh bin Ja‟far bin Ali (ed) Sayid

Kasrâwî Hasan. Tahdzîb Mustamir al-Auhâm „Ala Dzawi al-Ma‟rifah

wa Uli al-Afhâm. Beirut: Dâr el-Kutub al-„Ilmiyah, 1410 H. cet ke-9.

Ibnu Asâkir, Abî al-Qâsim Ali bin al-Hasan bin Hibbatullâh bin Abdullâh

as-Syâfî‟î (W.571 H.), (ed) Muhibbuddîn Abî Sa‟ad Umar bin

Gharamah al-

Ibnu as-Shalâh, Taqiyuddîn Abu Amr Utsmân Ibn Abdi ar-Rahmân as-

Syîrâzî. Muqaddimah Ibnu al- Shalâh Fî „Ulûmi al- Hadîts. Mesir:

1326H.

-----------------------, Muqaddimah Ibn as-Shalâh. Beirut: Dâr el-Kutub al-

„Ilmiyyah, 1989.

-----------------------, Muqaddimah Ibn Shalâh wa Mahâsin al-Isthilâh. Dâr ul

Ma‟ârif, tth.

-----------------------, Muqadimah Ibnu Shalâh, (tahqiq) Abdu al-Lathîf al-

Hamîm dan Mahir Yasin al-Fahl, (Beirut: Dar el-Kutub al-Ilmiyah,

2002), bab ma‟rifat al-mutharib mina al-Hadits, juz 1, h 192

Ibn Jamâ‟ah, Abû Abdillâh Badruddîn Muhammad bin Ibrâhîm. al-Manhal

ar-Râwî Fî Mukhtashar „Ulûm al-Hadîts an-Nabawî. Beirut: Dâr el-

Kutub al-„Ilmiyah, 1990.

------------------------, al-Manhal ar-Râwî Fî Mukhtashar Ulûmi al-Hadîts.

Damaskus: Dâr al-Fikr.

Ibn Sayidah, “al-Muhkam al-Muhîth al-A‟dzam” dalam CD ROM al-

Maktabah as-Syamilah.

Ibn Ismâ‟îl, Abil Hasan Musthafâ , al- Jauhar as-Sulaimâniyah Syarh al-

Manzhûmah al-Baiqqûniyah. Riyadh: Dâr al-Kayyân, 2006

Imam Muslim, Shahîh Muslim. Cairo: Dar al-Hadits, 2004

Page 39: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

182

Ibn Ya‟kûb, Nâbil Ibn Mansyûr. Musthalah al-Hadîts dalam al-Jad Wal

Jâmi‟ah Fî „Ulûm al-Nâfî ‟ah. Kuwait: Dâr ad-Da‟wah, tth.

Ibn Manzhûr, Jamâluddîn Muhammad bin Makram al-Anshârî. Lisân al-

„Arab. Cairo: ad- Dâr al-Mishriyah Li at-Ta‟lîf wa at-Tarjamah, tth.

Ibn Mâjah, Muhammad bin Yazîd al-Qazwainî Abû Abdullâh, (ed)

Muhammad Fuad Abdu al-Bâqî, Sunan ibn Mâjah. Cairo, Dar Ihyâ‟

al-Kutub al-„Arabiyah Faishal Isa al-Bâbî al-Halabî, tth.

Ibn Hanbal, Ahmad, Musnad Ahmad ibn Hanbal. Beirut: Dar el-Kutub al-

Ilmiyah, 2001

Ibrahim Mushthafa, dkk, Al Mu'jam Al Washîth, hlm 293

„Itr, Nuruddîn. Manhaj an-Naqat Fî „Ulûm al-Hadîts. Damaskus: Dâr el-

Fikr, 1997.

Ismâ‟îl, Muhammad Syuhûdil, Kaedah Kesahihan Sanad Hadîts. Cet 1.

Jakarta : Bulan bintang, 1988.

Islam, Jurnal Ilmu Agama, “Khazanah”, dalam artikel berjudul An-Naqd

Sebagai Metode Pengembangan Studi Hadîts. Vol 3, no 9, Januari-

Juni.

Ibn al-Katsîr. Al-Bidâyah wa an-Nihâyah. Beirut : Maktabah al-Ma‟ârif, tth.

Ibnu as-Syairafî, Ali bin Daud bin Ibrâhîm Nuruddîn al-Jauharî (W 900 H.)

(ed) Hasan Habsyî. Nuzhatu an-Nufûs wa al-Abdân Fî Tawârikh az-

Zamân. Cairo: Dâr al-Kutub, 1970.

Jamâluddîn Abu al-Mahâsin Ibn Taghrî al-Bardî (W 874 H). an-Nujûm az-

Zahîrah Fî Mulûki al-Misr wa al-Qâhirah. Cairo: Muassasah al-

Masriyah al-„Ammah Li at-Ta‟lîf wa at-Tarjumah wa at-Thabâ‟ah wa

an-Nasr , 1972.

John W Creswell, Reserch Design Qualitative & Quantitative. Cet 11.

Jakarta : KIK Pres, 2003.

Khon, Abdul Majid. „Ulûmul Hadîts. Jakarta: Imprint Bumi Aksara, 2013.

Manzhûr Ibnu. Lisân al-„Arab. Beirut: Dâr as-Shâdir, tth

Manhaj Imam al-Bukhârî dalam CD ROM Maktabah al-Syamilah

Manâwîy, Muhammad Abdu ar-Raûf al- Faidhu al-Qâdîr Syarh jamî‟u as-

Shagîr. Beirut: Dar al-Ma‟rifah Li at-Tabâ‟ah wa an-Nasr, 1973.

Ma‟rifâti SunânI Kheir al-Khalâ‟iq. Beirut: Dâr al-Yamamah, tth.

Muhammad „Ajjâj al-Khatîb. Usûlu al-Hadîts „Ulûmuhu wa Musthalâhuhu.

Beirut: Dâr al- Fikr, 1989.

Page 40: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

183

Muhammad Rawas Qal‟ah Ji, Mu‟jam Lughah al-Fuqahâ‟.

Majalah As-Sunnah, edisi 5, tahun IX, 1426 H/2005 M

Ranuwijaya, Utang. Ilmu Hadîts. Jakarta: Gaya Media Utama, 1996.

Rifa‟i, Zuhdi. Mengenal Ilmu Hadîts. Menjaga Kemurnian Hadîts Dengan

Mengkaji Ilmu Hadîts. Jakarta: al-Ghuraba, 2009.

Rahman, Fazhlur, The Living Sunnat and al-Sunnat wa al-jamaat, dalam P.K

Hoya (ed),Hadîts and Sunnah: Ideal and Realities, Kuala Lumpur:

Islamaic Book Trust, 1996 M.

Ranuwijaya, Utang, Ilmu Hadîts. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1998.

Rifa‟i, Zuhdi, (ed) Mod Khudlori, Mengenal Ilmu Hadîts, Indonesia :

Penerbit al-Ghuraba, 2009. cet 1.

Shalâh, Ibnu, Muqaddimah Ibn al- Shalâh fi „Ulûmi al- Hadîts. Beirut : Dar

al Kutub al-Ilmiyah, 1409 H / 1989 M.

Subana, M & Sudrajat, Dasar-Dasar Ilmu Peneltian Ilmiyah. Bandung :

Pustaka Setia, 2001.

Suryabrata, Metodologi Penelitian. Cet. 13 Jakarta : PT. Raja Grafindi

Persada, 2002.

Syâkir, Ahmad Muhammad. al-Ba‟îts al-Hatsîs Syarh Ikhtisâr „Ulûm Hadîts

Li al-Hafîdz Ibn Katsîr. Cairo: Muhammad Ali Shahîh Wa Aulâdihi,

1370H/1951M.

Syâkir, Ahmad Muhammad. al-Baits al-Hatsîs Fî Ikhtishâr „Ulûm al-Hadîts.

Beirut: Dâr el-Fikr, ttp.

Sunan Abu Daud, (Beirut: Dar el-Kutub al-„Ilmiyah, tth) Bab : al-Khath Idzâ

Lam Yajid „Asha, juz 1, hadits no 689, h 183,

Thahân, Mahmûd. Taisîr Musthalah al-Hadîts. Beirut: Maktabah al-Ma‟ârif,

1995

-----------------------, Taisîr Musthalah al-Hadîts. Beirut: arul Fî kr, tth.

Tadrîbu ar-Râwîy. Mesir: Musthafâ al-Baby al-Halabiy, 1352H/1934M.

„Unaizân, Prof. Dr. Fathîmah Zabâr “al-Khutûth Fî Kitâbi ad- Dârar al-

Kâminah Li Ibni Hajar al-‟Asqalânî”. Dalam Jurnal universitas

Baghdad, hlm 80

„Umarî. Târekh Madînah Damsyik wa Dzikru Fadhliha wa Tasmiyatu Man

Hallahâ min al-Amtsâl. Beirut: Dâr el-Fikr, 1995 M/ 1419 H.

Page 41: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

184

Wa at-Ta‟lîm, Al-Wazârah at-Tarbiyah. Mu‟jam al-Washîth. Mesir : an-

Nasyîr Gairu Mutawatir, 1994.

Zuhri, Muhammad. Hadîts Nabi: Tela‟ah Historis dan Metodologis.

Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1997.

Page 42: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

185

CURRICULUM VITAE

Nama Lengkap : Arif Hendra Erizal

Tampat, Tanggal Lahir : Barulak, 12 Februari 1987

Jurusan/Fakultas :Ulumul Qur‟an dan Ulumul Hadits/

Ushuluddin

No. Hp : 081296017484 / 081293381293

Email : [email protected]

Motto : Man Jadda Wajada.....Khairunnâs anfa‟âhum

Linnâs

Alamat : kemanggisan Ilir 1, no 31, kel. Kemanggisan,

kec. Palmerah, Jakarta Barat

Nama Orang tua

Nama Ayah : Zamrial

Nama Ibu : Eliati

Riwayat Pendidikan :

1. TK Keris Sakti, Kab, Tanah Datar, Sumatra Barat TA. 1993-1994

2. MTS Mti Candung, bukitinggi, Sumatra Barat TA. 1999-2003

3. MAS Mti Candung, bukitinggi, Sumatra Barat TA. 2003-2006

4. Fakultas Tologi Islam, jurusan Hadits, al-Azhar Cairo University

2006-2010

5. Pascasarjana Institut Ilmu al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, TA 2013-2015

Pengalaman Organisasi :

1. Ketua SD.

2. Ketua Umum OSIS MTI Candung 2004-2005.

3. Pengurus Kesepakatan Mahasiswa Minang (KMM) mesir , bidan

Pendidikan 2006- 2007.

4. Koordinator Pendidikan Kesepakatan Mahasiswa Minang ( KMM)

Mesir 2007-2008.

5. Ketua Umum Training TERPADU, Kerjasama KBRI Cairo, DPP-

PPMI, WIHDAH –PPMI dan 16 organisasi kekeluargaan 2007-2008.

6. Kader Studi Informasi Alam Islami (SINAI) 2007-2008.

7. Kru Studi Informasi Alam Islami (SINAI) 2008-2009 .

8. Pengurus Kru Studi Informasi Alam Islami (SINAI) 2009 – sekarang.

9. Ketua1 Senat Mahasiswa Ushuluddin 2007-2008.

10. Pengurus Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia(ICMI) Cairo 2008

– 2010 .

11. Pengurus Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Cairo,

Koordinator bidang Mentri Luar negri 2009-2010.

Page 43: PENATAAN ULANG KATEGORISASI HADÎTS MUDRÂJ DALAM …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/613/2/213410533-Arif Hend… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Penataan

186

PRESTASI

Juara1 MTQ Tingkat Kabupaten Agam, Sumatra Barat 2003

Juara1 Pidato tk anak-anak

Juara1 Azan tk anak-anak

Juara1 MSQ Tingkat kabupaten Agam, Sumatra Barat 2003

Juara1 Debat agama di lubuk basung, Agam 2005

Juara1 baca kitab standard ( gundul) Kab, Agam 2005

Juara1 baca kitab standard ( gundul ) prov. Sumatra Barat 2006

Utusan Sumatra Barat untuk lomba kitab standard tingkat Nasiaonal

yang ke-2 di Lirboyo, Kediri, JawaTimur 2006

Juara1 pertandingan sepak bola (Sumatra A) antar pulau se Indonesia,

kerjasama KBRI Cairo dengan kekeluargaan dalam acara

memperingati 17 Agustus 2007

Juara1 Sepak bola SUMATRA CUP 2009, Minang Saiyo Fc.

Juara 2 sepak bola SUMATRA CUP 2010. Minang Saiyo Fc.

Juara 2 sepak bola SUMATRA CUP 2012 Minang Saiyo Fc