PENANGANAN HEWAN COBA

19
PENANGANAN HEWAN COBA Hewan percobaan yang digunakan di laboratorium tak ternilai jasanya dalam penilaian efek, toksisitas dan efek samping serta keamanan dan senyawa bioaktif. Hewan percobaan merupakan kunci di dalam pengembangan senyawa bioaktif dan usaha–usaha kesehatan (Malole, 1989) Penanganan hewan percobaan hendaklah dilakukan dengan penuh rasa kasih sayang dan berprikemanusiaan. Di dalam menilai efek farmakologis suatu senyawa bioaktif dengan hewan percobaan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: 1. Faktor internal pada hewan percobaan sendiri : umur, jenis kelamin, bobot badan, keadaan kesehatan, nutrisi, dan sifat genetik. 2. Faktor–faktor lain yaitu faktor lingkungan, keadaan kandang, suasana kandang, populasi dalam kandang, keadaan ruang tempat pemeliharaan, pengalaman hewan percobaan sebelumnya, suplai oksigen dalam ruang pemeliharaan, dan cara pemeliharaan. 3. Keadaan faktor–faktor ini dapat merubah atau mempengaruhi respon hewan percobaan terhadap senyawa bioaktif yang diujikan.

description

m,,,,,,,,,,,,,,,

Transcript of PENANGANAN HEWAN COBA

Page 1: PENANGANAN HEWAN COBA

PENANGANAN HEWAN COBA

Hewan percobaan yang digunakan di laboratorium tak ternilai jasanya dalam

penilaian efek, toksisitas dan efek samping serta keamanan dan senyawa bioaktif.

Hewan percobaan merupakan kunci di dalam pengembangan senyawa bioaktif dan

usaha–usaha kesehatan (Malole, 1989)

Penanganan hewan percobaan hendaklah dilakukan dengan penuh rasa kasih

sayang dan berprikemanusiaan. Di dalam menilai efek farmakologis suatu senyawa

bioaktif dengan hewan percobaan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:

1. Faktor internal pada hewan percobaan sendiri : umur, jenis kelamin, bobot badan,

keadaan kesehatan, nutrisi, dan sifat genetik.

2. Faktor–faktor lain yaitu faktor lingkungan, keadaan kandang, suasana kandang,

populasi dalam kandang, keadaan ruang tempat pemeliharaan, pengalaman hewan

percobaan sebelumnya, suplai oksigen dalam ruang pemeliharaan, dan cara

pemeliharaan.

3. Keadaan faktor–faktor ini dapat merubah atau mempengaruhi respon hewan

percobaan terhadap senyawa bioaktif yang diujikan. Penanganan yang tidak wajar

terhadap hewan percobaan dapat mempengaruhi hasil percobaan, memberikan

penyimpangan hasil. Di samping itu cara pemberian senyawa bioaktif terhadap hewan

percobaan tentu mempengaruhi respon hewan terhadap senyawa bioaktif yang

bersangkutan terutama segi kemunculan efeknya. Cara pemberian yang digunakan

tentu tergantung pula kepada bahan atau bentuk sediaan yang akan digunakan serta

hewan percobaan yang akan digunakan. Sebelum senyawa bioaktif dapat mencapai

Page 2: PENANGANAN HEWAN COBA

tempat kerjanya, senyawa bioaktif harus melalui proses absorpsi terlebih dahulu

kemudian Sifat Fisiologi Yang Berpengaruh

1. Distribusi.

2. Absorpsi suatu senyawa bioaktif disamping ditentukan oleh sifat senyawa bioaktifnya

sendiri juga ditentukan oleh sifat / keadaan daerah kontak mula oleh senyawa bioaktif

dengan tubuh. Sifat–sifat fisiologis seperti jumlah suplai darah dan keadaan biokimia

daerah kontak mula senyawa bioaktif dengan tubuh menentukan proses absorpsi

senyawa bioaktif yang bersangkutan. Jumlah senyawa bioaktif yang akan mencapai

sasaran kerjanya dalam jangka waktu tertentu akan berbeda(Malole, 1989).

Peranan Cara Pemberian

Cara atau rute pemberian senyawa bioaktif menentukan daerah kontak mula senyawa

bioaktif dengan tubuh dan ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek

senyawa bioaktif (Malole, 1989).

Penanganan Umum Beberapa Hewan Coba

Berbeda dengan bahan kimia yang merupakan bahan mati, percobaan dengan hewan

percobaan yang hidup memerlukan perhatian dan penanganan / perlakuan yang

khusus(Malole,1989).

Mencit (Mus musculus)

Mencit adalah hewan percobaan yang sering dan banyak digunakan di dalam

laboratorium farmakologi dalam berbagai bentuk percobaan. Hewan ini mudah

ditangani dan bersifat penakut, fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya dan

bersembunyi. Aktivitasnya di malam hari lebih aktif. Kehadiran manusia akan

mengurangi aktivitasnya

Page 3: PENANGANAN HEWAN COBA

Cara Memegang mencit

Mencit dapat dipegang dengan memegang ujung ekornya dengan tangan kanan, biarkan menjangkau / mencengkeram alas yang kasar (kawat kandang). Kemudian tangan kiri dengan ibu jari dan jari telunjuk menjepit kulit tengkuknya seerat / setegang mungkin. Ekor dipindahkan dari tangan kanan, dijepit antara jari kelingking dan jari manis tangan kiri. Dengan demikian, mencit telah terpegang oleh tangan kiri dan siap untuk diberi perlakuan (Malole, 1989)..

A.     Pengambilan Darah

Darah yang diambil tidak boleh terlalu besar volumenya supaya tidak terjadi syok

hipovolemik, tetapi juga tidak boleh sedikit-sedikit tapi sering karena bisa menimbulkan

anemia.

Untuk mengatasi hal tersebut dapat diberikan cairan pengganti atau cairan

exsanguinis. Misalnya : cairan fisiologis NaCl 0,9% / glukosa 5%. Jumlah darah

maksimal yang boleh diambil :

a.      10% total volume darah /2-4 minggu, atau

b.   1% total volume darah / 24 jam.

1.       Mencit

Ada 4 lokasi tempat pengambilan darah :

a.      Sinus orbitalis mata

b.      Vena lateral pada ekor

c.      Vena saphena kaki

d.   Intrakardial

2.      Tikus

Tempat pengambilan sama seperti mencit

3.      Kelinci

Ada 4 lokasi tempat pengambilan darah :

Page 4: PENANGANAN HEWAN COBA

a.      Vena marginalis telinga

b.      Vena jugularis

c.      Vena saphena kaki

d.      Intrakardial ( http://praktikum-farmakologi.blogspot.com)

Cara Pemberian

1.    Cara pemberian oral:

jarum/kanula oral (berujung tumpul). Kanula ini dimasukkan ke dalam mulut, kemudian

perlahan-lahan diluncurkan melalui langit-langit ke arah belakang sampai esophagus

kemudian masuk ke dalam lambung. Perlu diperhatikan bahwa cara

peluncuran/pemasukan kanus yang mulus disertai pengeluaran cairan sediaannya yang

mudah adalah cara pemberian yang benar. Cara pemberian yang keliru, masuk ke

dalam saluran pernafasan atau paru-paru dapat menyebabkan gangguan pernafasan

dan kematian (Thomson, E.B, 1985)

2. Cara pemberian intra peritoneal:

Mencit dipegang pada kulit punggungnya sehingga kulit abdomennya tegang . Pada saat penyuntikkan, posisi kepala lebih rendah dari abdomen yaitu dengan

menunggingkan mencit atau tikus Jarum disuntikkan sehingga membentuk sudut 46

derajat dengan abdomen, posisi jarum agak menepi dari garis tengah  (linea alba) untuk

menghindari agar tidak mengenai organ di dalam peritoneum( http://praktikum-

farmakologi.blogspot.com )

2.    Cara pemberian subkutan:

Page 5: PENANGANAN HEWAN COBA

Penyuntikkan dilakukan di bawah kulit pada daerah kulit tengkuk dicubit di antara

http://

www.theodora.com/

rodent_laboratory/

injections.html

jempol dan telunjuk

kemudian jarum

ditusukkan di bawah

kulit di antara kedua

jari tersebut

(Thomson, E.B, 1985)

3.    Cara pemberian intramuskular:

Penyuntikan dilakukan ke dalam otot pada daerah otot paha (Thomson, E.B, 1985) .

4. Cara pemberian intravena: Penyuntikan dilakukan pada vena ekor. Hewan dimasukkan ke dalam kandang individual

yang sempit dengan ekor dapat menjulang ke luar. Dilatasi vena untuk memudahkan

penyuntikan, dapat dilakukan dengan pemanasan di bawah lampu atau dengan air

hangat cara lain Masukkan hewan ke dalam “holder” sehingga ekor terjulur ke luar.

Obat disuntikkan pada vena ekor (vena lateral) dengan terlebih dahulu vena ekor di

dilatasi menggunakan alkohol atau xylol ( http://praktikum-farmakologi.blogspot.com).

Page 6: PENANGANAN HEWAN COBA

2.      Memberi kode hewan uji

Seringkali diperlukan untuk mengidentifikasi hewan yang terdapat dalam satu kelompok

atau kandang, sdehingga hewan uji perlul diberi tanda atau kode.

Digunakan larutan 10% asam pikrat dalam air dan sebuah sikat atau kuas yang

diberikan pada punggung hewan uji.

-          Bagian kanan menunjukkan angka satuan

-          Bagian tengah menunjukkan angka puluhan

-          Bagian kiri menunjukan angka ratusan

Dapat pula dengan member kode hewan uji dengan garis melintang atau sejajar sesuai

dengan nomor urut hewan uji (http://cora-ajhy.blogspot.com) .

3.      Mengukur panjang hewan uji

-          Hewan uji diletakkan pada rang

-          Dipegang ekor hewan uji dan ditarik keatas (sehingga kaki depan mencit

memegang rang)

-          Diukur panjang badan hewan uj menggunakan mistar

4.      Mengukur tinggi badan hewan uji

-          Hewan uji diletakkan pada baskom (posisi tengkurap)

-          Diukur tinggi badan hewan uji menggunakan mistar

5.      Menimbang berat badan hewan uji

-          Disiapkan timbangan analitik (posisi ON)

-          Dimasukkan hewan uji kedalam pinggan timbangan (berbentuk baskom)

-          Kemudian diletakkan hewan uji kedalam pinggan

Page 7: PENANGANAN HEWAN COBA

-          Dicatat hasil pengamatan pada layar timbangan

6.      Menentukan jenis kelamin pada hewan uji

-          Pada hewan uji dipegang ekornya dan diangkat keatas (posisi menggantung)

-          Dilihat dan diperhatikan tonjolan pada badan bagian bawah mencit

-          Jika terdapat banyak tonjolan maka mencit tersebut nerjenis kelamin betina, tetapi

apabila hanya terdapat dua tonjolan maka mencit tersebut berjenis kelamin jantan

7.      Tingkah lahu hewan uji (aktifitas)

-          Untuk menentukan tingkah laku hewan uji dapat dilihat atau diperhatikan dari

keagresifan keaktifan hewan uji itu sendiri (http://cora-ajhy.blogspot.com) .

Tikus Putih (Rattus norvegiens)

Tikus berukuran lebih besar daripada mencit dan lebih cerdas. Umumnya tikus putih ini

tenang dan demikian mudah digarap. Tidak begitu bersifat fotofobik dan tidak begitu

cenderung berkumpul sesamanya seperti mencit. Aktivitasnya tidak begitu terganggu

oleh kehadiran manusia di sekitarnya. Bila diperlakukan kasar atau mengalami

defisiensi makanan, tikus akan menjadi galak dan sering dapat menyerang si

pemegang (Thomson, E.B, 1985) .

Penanganan :

Seperti halnya pada mencit, tikus dapat ditangani dengan memegang ekornya dengan menarik ekornya, biarkan kaki tikus mencengkeram alas yang kasar (kawat kandang), kemudian secara hati–hati luncurkan tangan kiri dari belakangke arah kepalanya seperti pada mencit tetapi dengan kelima jari, kulit tengkuk

dicengkeram, cara lain yaitu selipkan ibu jari dan telunjuk menjepit kaki kanan depan

tikus sedangkan kaki kiri depan tikus di antara jari tengah dan jari manis. Dengan

Page 8: PENANGANAN HEWAN COBA

demikian tikus akan terpegang dengan kepalanya di antara jari telunjuk dan jari tengah.

Pemegangan tikus ini dilakukan dengan tangan kiri sehingga tangan kanan kita dapat

melakukan perlakuan (Thomson, E.B, 1985) .

Pemberian Obat

Cara-cara pemberian oral, ip, sk, im, dan iv dapat dilakukan, seperti pada mencit.

Penyuntikan secara iv dapat pula dilakukan pada vena penis tikus jantan dengan

bantuan pembiusan hewan percobaan. Penyuntikan sk dapat dilakukan pula pada

daerah kulit abdomen (Thomson, E.B, 1985) .

Kelinci (Oryctolagus caniculus)

Kelinci jarang sekali bersuara kecuali bila dalam keadaan nyeri yang luar biasa. Kelinci

cenderung berontak bila merasa terganggu. Kelinci hendaklah diperlakukan dengan

halus namun sigap karena ia cenderung berontak. Hewan ini dapat ditangkap dengan

memegang kulit pada tengkuknya dengan tangan kiri kemudian pantatnya diangkat

dengan tangan kanan dan didekapkan ke badan (Thomson, E.B, 1985) .

Penanganan

Untuk perlakuan tertentu dapat digunakan kotak / kandang individual kelinci yang dapat

menjaga kelinci agar tak dapat banyak bergerak (restriction box).

Cara Pemberian Obat 1. Cara pemberian oral:

Dalam cara pemberian oral pada kelinci digunakan alat penahan terbukanya mulut dan

pipa lambung. Alat suntik dihubungkan dengan pipa lambung (dapat digunakan slang

yang lunak dengan ukuran sesuai), pipa lambung dimasukkan ke dalam kemudian

Page 9: PENANGANAN HEWAN COBA

diluncurkan ke dalam esophagus secara perlahan-lahan

2. Cara pemberian subkutan:

Cara pemberian ini dilakukan di bawah kulit di daerah tengkuk atau daerah sisi

pinggang. Cara pemberian dilakukan dengan mengangkat kulit dan kemudian

jarum ditusukkan ke bawah kulit.

3. Cara pemberian intravena:

Dilakukan pada vena marginalis telinga dan penyuntikan dilakukan pada daerah dekat

ujung telinga. Untuk memperluas (mendilatasi vena), telinga diulas terlebih dahulu

dengan air hangat atau alkohol. Pencukuran bulu bila perlu dapat dilakukan terutama

pada hewan yang berwarna bulunya (Thomson, E.B, 1985) .

4.    Cara Pemberian Intraokular

Pemeriksaan tekanan bola mata dilakukan dengan alat yang dinamakan tonometer,

pemeriksaan tekanan yang dilakukan dengan tonometer pada bola mata dinamakan

tonometri (Ilyas, 2004). Pengukuran tekanan intraokuler merupakan hal yang penting

pada pemeriksaan mata, karena peningkatan tekanan intraokuler dapat merusak

ganglion sel & berakibat rusaknya pupil dan lapangan pandang sehingga menimbulkan

kebutaan (Tanjung, 2003). Tekanan Intraokuler normal pada kelinci berkisar 5–23

mmHg (Harcourt-Brown,2007), Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong

perbatasan antara saraf optikus dan retina di bagian belakang mata yang merupakan

daerah yang paling lemah.

Marmot (Cavia porcellus)

Marmot sebenarnya jinak dan mudah diperlakukan. Marmot dipegang dengan

mengangkat badannya dengan kedua tangan.

Page 10: PENANGANAN HEWAN COBA

1.    Cara pemberian oral:

Pemberian oral kepada marmot dapat dilakukan dengan pipa lambung dengan bantuan

hewan dianestetik lemah terlebih dahulu.

2. Cara pemberian intra pertoneal:

Penyuntikan dilakukan pada daerah perut agak ke kanan dari daerah garis tengah dan

di atas tulang kematian.

3.    Cara pemberian subkutan:

Penyuntikan dapat dilakukan pada daerah tengkuk: kulit dicubit kemudian jarum

disuntikkan ke bawah kulit.

4. Cara pemberian intra pertoneal

dipegang menggantung pada kaki belakangnya sehingga perut maju ke depan.

Penyuntikan dapat dilakukan pada daerah garis tengah di muka kandung kemih.

4.    Cara pemberian intramuskular:

Penyuntikan dilakukan ke dalam otot paha kaki belakang.

6. Cara pemberian intravena:

Pada marmot cara ini jarang digunakan. Penyuntikan dapat digunakan pada vena

marginalis dengan jarum yang halus dan pendek (cara ini dapat dilakukan untuk

marmot yang cukup besar) atau pada vena pada bagian paha dengan bantuan

anestetik terlebih dahulu atau pada vena penis dengan bantuan anestetik.

7. Pada tiap cara pemberian ini kecuali oral, pembersihan dengan antiseptik pada

daerah penyuntikan perlu dilakukan pada sebelum penyuntikan dan setelah

penyuntikan perlu dilakukan. Jumlah volume penyuntikan dari tiap cara pemberian dan

Page 11: PENANGANAN HEWAN COBA

pada berbagai hewan percobaan berbeda-beda. Dalam tabel pertama terlampir

dicantumkan volume maksimum pemberian yang dapat (Thomson, E.B, 1985) .

Bobot Badan hewan Coba yang Digunakan

Di dalam penggunaan, hewan percobaan yang digunakan dapat berdasarkan kriteria

bobot badannya di samping usianya. Farmakope Indonesia edisi III-1979

mengemukakan kriteria bobot beberapa hewan percobaan yang digunakan dalam uji

hayati.

Mencit : 17-25 gram

Kelinci : 15-20 kg

Tikus : 150-200 gram

Kucing : tidak kurang lima kg

Marmot : 300-500 gram

Merpati : 100-200 gram ( http://cora-ajhy.blogspot.com)

CARA MENGORBANKAN HEWAN PERCOBAAN

1. Pengorbanan hewan sering diperlakukan apabila keadaan rasa sakit yang hebat atau

lama akibat suatu percobaan atau apabila mengalami kecelakaan, menderita sakit atau

jumlahnya terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan.

2. Etanasi atau cara kematian tanpa rasa sakit perlu dilakukan sedemikian sehingga

hewan akan mati dengan seminimal mungkin rasa sakit. Pada dasarnya cara fisik yaitu

dengan melakukan dislokasi leher adalah cara yang paling cepat, mudah dan

berprikemanusiaan, tetapi cara perlakuan kematian juga perlu ditinjau bila ada tujuan

dari pengorbanan hewan percobaan dalam rangkaian percobaan.

Page 12: PENANGANAN HEWAN COBA

3. Cara pengorbanan hewan lain adalah dengan menggunakan gas karbondioksida

dalam wadah khusus atau dengan pemberian pentobarbital natrium pada takaran

letalnya (http://limpbizkitundergound.blogspot.com).

ANESTESI PADA BEBERAPA HEWAN PERCOBAAN

Perlakuan anestesi terhadap hewan percobaan kadang kala diperlakukan untuk

memudahkan cara pemberian senyawa bioaktif tertentu (pemberian i.v pada vena penis

tikus) dan untuk percobaan-percobaan tertentu, misalnya pengukuran tekanan darah

insitu pada karotid hewan dengan manometer condon. Umumnya anestesi hewan

percobaan dapat dilakukan dengan pemberian uretan sebesar 1,2 gram/kg bobot badan

yang diberikan secara intra peritoneal. (http://limpbizkitundergound.blogspot.com)

a. Mencit

Senyawa-senyawa yang dapat digunakan untuk anestesi adalah:

Eter

Eter digunakan untuk anestesi singkat. Caranya adalah obat diletakkan dalam suatu

wadah, kemudian hewan dimasukkan dan wadah ditutup. Hewan sudah kehilangan

kesadaran, hewan dikeluarkan dan siap dibedah. Penambahan selanjutnya diberikan

dengan bantuan kapas yang dibasahi dengan obat tersebut.

Halotan:

Obat ini digunakan untuk anestesi yang lebih lama.

Pentobarbital natrium dan heksobarbital natrium

Dosis pentobarbital natrium adalah 45-60 mg/kg untuk pemberian intraperitonial dan 35

mg/kg untuk cara pemberian intravena. Dosis heksobarbital natrium adalah 75 mg/kg

untuk intraperitonial dan 47 mg/kg untuk pemberian intravena.

Page 13: PENANGANAN HEWAN COBA

Uretan (etil karabamat)

Ureten diberikan pada dosis 1000-1250 mg/kg secara intraperitoneal dalam bentuk

larutan 25% dalam air.

b. Tikus

Senyawa penganestesi yang digunakan dan cara melakukan anestesi pada tikus,

umumnya sama seperti pada mencit.

c. Kelinci

Obat anestetika yang paling banyak digunakan untuk kelinci adalah penobarbital

natrium, dengan disuntikkan secara perlahan-lahan. Dosis untuk anestesi umum,

biasanya sekitar 22 mg/kg bobot badan. Untuk anestesi singkat dapat digunakan

setengah dosis atas, dengan ditambah eter agar pembiusan terjadi sempurna.

d. Marmot

Anestesi marmot biasanya dilakukan dengan menggunakan eter atau pentobarbital

natrium. Eter digunakan untuk anestesi singkat, setelah hewan dipuasakan selama 12

jam. Dosis pentobarbital natrium adalah 28 mg/ kg bobot badan (http://mipa-

farmasi.blogspot.com)

DAFTAR PUSTAKA

Malole, M.M.B, Pramono, C.S.U., (1989), “ Penggunaan Hewan-hewanPercobaan Laboratorium”, Penelaah Maskudi Pertadireja, Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi, IPB, Bogor.

Thomson, E.B, 1985, Grug Bloscreening, Fundamentals of Drug Evaluation Techniques in Pharmacology, Graceway Publishing Company, inc, New York.

http://cora-ajhy.blogspot.com/2011/02/farmakologi-penanganan-hewan-coba.html

Page 14: PENANGANAN HEWAN COBA

http://praktikum-farmakologi.blogspot.com/p/pengenalan-hewan-coba.html

http://limpbizkitundergound.blogspot.com/2012_11_01_archive.html

http://mipa-farmasi.blogspot.com/2012/02/penanganan-hewan-percobaan.html