PENANGANAN CEDERA KEPALA

10
PENANGANAN CEDERA KEPALA Langkah-langkah Tatalaksana Cedera Otak di Ruang Gawat Darurat 1. General Precaution 2. Stabilisasi airway, Breathing, Circulation 3. Survey sekunder Servey sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik umum. Informasi yang diperlukan dalam anamnesis meliputi : Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan, alamat Mekanisme trauma Waktu trauma Pingsan setelah trauma Amnesia retrograde atau antegrade Keluhan : nyeri kepala seberapa berat, kejang, vertigo, mual

description

cedera kepala

Transcript of PENANGANAN CEDERA KEPALA

Page 1: PENANGANAN CEDERA KEPALA

PENANGANAN CEDERA KEPALA

Langkah-langkah Tatalaksana Cedera Otak di Ruang Gawat Darurat

1. General Precaution

2. Stabilisasi airway, Breathing, Circulation

3. Survey sekunder

Servey sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik umum. Informasi yang

diperlukan dalam anamnesis meliputi :

Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan, alamat

Mekanisme trauma

Waktu trauma

Pingsan setelah trauma

Amnesia retrograde atau antegrade

Keluhan : nyeri kepala seberapa berat, kejang, vertigo, mual

Riwayat penggunaan alcohol dan narkotika

Penyakit penyerta : epilepsy, jantung, asma, riwayat operasi kepala,

hipertensi dan diabetes mellitus, serta gangguan pembekuan darah.

Pemeriksaan fisik umum pada kasus cedera kepala meliputi inspeksi, palpasi,

perkusi, dan auskultasi unuk menentukan kelainan dapat dilakukan dari ujung

rambut sampai dengan ujung kaki maupun per siste, B1-B6 (Breath, Blood, Brain,

Page 2: PENANGANAN CEDERA KEPALA

Bowel, Bladder, Bone). Pemeriksaan fisik yang berkaitan erat dengan trauma otak

adalah :

a. Pemeriksaan kepala, mencari tanda tanda :

Jejas di kepala meliputi hematoma, luka terbuka, luka tembus dan benda

asing

Tanda tanda patah dasar tengkorak, meliputi : ekimosis periorbita,

ekimosis post auricular, rhinorhoe dan otorhoe serta perdarahan di

membrane timpani atau laserasi kanalis auditorius.

Tanda-tanda patah tulang wajah meliputi : fraktur maxilla (Le Fort),

Fraktur rima orbita dan fraktur mandibula

Tanda tanda trauma pada mata meliputi perdarahan konjungtiva,

perdarahan bilik mata depan, kerusakan pupil dan jejas lain di mata

Auskultasi pada arteri karotis untuk menentukan adanya bruit yang

berhubungan dengan diseksi karotis.

b. Pemeriksaan pada leher dan tulang belakang.

Mencari tanda tanda adanya cedera pada tulang belakang (terutama

cedera servikal) dan cedera pada medulla spinalis. Meliputi jejas,

deformitas dan status motorik, sensorik dan autonomic.

4. Pemeriksaan Neurologis

a. Tingkat kesadaran : berdasarkan skala Glasgow Coma Scale (GCS)

b. Saraf cranial

Saraf II-III, yaitu pemeriksaan pupil : besar & bentuk, reflek cahaya,

reflek konsensuil, bandingkan kanan-kiri

Tanda-tanda lesi saraf VII perifer (wajah asimetris)

c. Fundoskopi dicari tanda-tanda edema pupil, perdarahan pre retina, retinal

detachment.

d. Motoris & sensoris, bandingkan kanan dan kiri, atas dan bawah mencari tanda-

tanda lateralisasi.

e. Autonomis: refleks bulbocavernous, refleks kremaster, refleks spingter, refleks

tendon, refleks patologis dan tonus spingter ani.

5. Menentukan diagnosis klinis dan pemeriksaan tambahan

Page 3: PENANGANAN CEDERA KEPALA

Dalam menentukan diagnosis klinis diperlukan pemeriksaan penunjang yang tepat.

Pada cedera kepala dapat dilakukan pemeriksaan foto polos kepala, CT Scan kepala,

MRI,maupun angiografi serebral. Pemeriksaan penunjang dilakukan berdasarkan

indikasi. Indikasi pemeriksaan foto polos kepala antara lain :

Kehilangan kesadaran, amnesia

Nyeri kepala menetap

Gejala neurologis fokal

Jejas pada kulit kepala

Kecurigaan luka tembus

Keluar cairan cerebrospinal atau darah dari hidung atau telinga

Deformitas tulang kepala, yang terlihat atau teraba

Kesulitan dalam penilaian klinis : mabuk, intoksikasi obat, epilepsi, pasien

anak

Pasien dengan GCS 15, tanpa keluhan dan gejala tetapi mempunyai resiko :

benturan langsung atau jatuh pada permukaan yang keras, pasien usia > 50

tahun.

Namun pemeriksaan foto polos kepala sudah mulai ditinggalkan dan digantikan

dengan pemeriksaan penunjang yang lebih canggih seperti CT-Scan atau MRI

karena hanya sedikit informasi yang didapatkan dari pemeriksaan foto polos kepala.

Indikasi pemeriksaan CT Scan kepala pada pasien cedera kepala :

GCS < 13 setelah resusitasi

Deteorisasi neurologis : penurunan GCS 2 poin atau lebih, hemiparesis,

kejang

Nyeri kepala, muntah yang menetap

Terdapat tanda fokal neurologis

Terdapat tanda Fraktur, atau kecurigaan fraktur

Trauma tembus, atau kecurigaan trauma tembus

Evaluasi pasca operasi

Pasien multitrauma ( trauma signifikan lebih dari 1 organ )

Indikasi sosial

6. Menentukan tahapan tatalaksana selanjutnya.

Page 4: PENANGANAN CEDERA KEPALA

Tahapan tatalaksana selanjutnya adalah penanganan kasus. Pasien yang dirawat di

rumah sakit dengan kriteria sebagai berikut :

Kebingungan atau riwayat pingsan / penurunan kesadaran

Keluhan dan gejala neurologik, termasuk nyeri kepala menetap dan muntah

Kesulitan dalam penilaian klinis, misalnya pada alkohol, epilepsy

Kondisi medik lain : gangguan koagulasi, diabetes mellitus

Fraktur tengkorak

CT scan kepala abnormal

Tak ada yang dapat bertanggung jawab untuk observasi di luar rumah sakit

Umur pasien diatas 50 tahun

Anak-anak (usia < 18 tahun)

Indikasi sosial

Penderita cedera kepala yang tidak mempunyai atau memenuhi criteria indikasi rawat

di atas, setelah beberapa saat menjalani pemantauan di rumah sakit diperkenankan

untuk pulang berobat jalan dengan catatan bila ada gejala-gejala seperti yang

tercantum di bawah ini harus segera kembali bila :

Muntah makin sering

Nyeri kepala atau vertigo memberat

Gelisah atau kesadaran menurun

Kejang

Kelumpuhan anggota gerak

Sedangkan kriteria pasien cedera otak dapat dipulangkan dengan kondisi :

Sadar dan orientasi baik, tidak pernah pingsan

Tidak ada gejala neurologis

Keluhan berkurang, muntah atau nyeri kepala hilang

Tak ada fraktur kepala atau basis kranii

Ada yang mengawasi di rumah

Tempat tinggal dalam kota.

Pada beberapa kasus cedera kepala memerlukan perawatan di rumah sakit ruang

perawatan bangsal dengan kriteria :

Pasien dengan CT scan kepala abnormal yang belum indikasi operasi

Page 5: PENANGANAN CEDERA KEPALA

Pasien Cedera Otak Ringan (COR) dan Cedera Otak Sedang (COS) yang tidak

memenuhi kriteria masuk ROI dan memerlukan observasi ketat.

Sedangkan, kasus cedera kepala yang memerlukan perawatan di ruang observasi intensif

sesuai kriteria :

GCS < 8

GCS < 13 dg tanda TIK tinggi

GCS < 15 dengan lateralisasi

GCS < 15 dengan Hemodinamik tidak stabil.

Cedera otak dengan defisit neurologis progresif menurun belum indikasi operasi.

Pasien pasca operasi

Algoritma Penatalaksanaan Pasien Cedera Otak Ringan

Page 6: PENANGANAN CEDERA KEPALA

Algoritma Penatalaksanaan Pasien Cedera Otak Sedang

Page 7: PENANGANAN CEDERA KEPALA
Page 8: PENANGANAN CEDERA KEPALA

Algoritma Penatalaksanaan Pasien Cedera Otak Berat